LAPORAN HASIL PENELITIAN
D-LPPM Nomor 017
SISTEM INFORMASI TNI AD DALAM RANGKA
INTEROPERABILITY DATA LINK PERTAHANAN NEGARA
PENELITI:
I GEDE SUMERTHA, KY PSC.M.SC.
DR. MHD. HALKIS, M.H
DR. TRI YOGA PRASETYO, M.Si
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PERTAHANAN
BOGOR
OKTOBER 2016
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 ii
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PERTAHANAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN
1. Judul : Sistem Informasi Angkatan Darat dalam rangka
Model Interoperability Data Link pertahanan Negara.
2. BidangKeilmuan : IlmuPertahanan.
3. Peneliti : 1. I GedeSumertha, KY, PSC., M.Sc.
: 2. Dr. Mhd. Halkis, M.H
3. Dr. Triyoga Budi Prasetyo, M.Si
4. Jumlah Peneliti : 3 (tiga) orang
5. LokasiKegiatan : Mabesad, Kodam Jaya, Korem, Pusadatin Kemhan
PondokLabu
Mengetahui:
Ketua LPPM Unhan,
Dr. Drs. Sutrimo, M.M., M.Si Pembina Utama Madya IV/d
Bogor, Oktober 2016
Kapuslit Perbatasan,
Moh. Soeharto Agung S, S.E., M.M.Han Pembina Tk. I IV/b
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penelitian ini dengan judul Sistem Informasi
Angkatan Darat dalam rangka Model Interoperability Data Link pertahanan
Negara dapat diselesaiakan tepat waktu. Penelitian ini sebagai bagian dari
Penelitian Sistem Informasi Pertahanan Negara.Kelancaran penelitian ini berkat
dukungan semuan pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada
kepada Bapak Rektor, Dekan, Ketua LP2M, LP3M, Kapus Perbatasan, Kaprodi
AW dan Staf Universitas Pertahanan. Kami upakan terima kasih kepada senior
di Kemhan, Mabes TNI, Mabesau, dan pihak eksternal yang telah mendukung
secara langsung maupun tidak langsung atas terselenggaranya penelitian ini.
Demikian juga dengan bimbingan ahli tidak hanya kalangan akademika Unhan,
termasuk juga di Pusdatin Kemhan, Mabes TNI dan Mabes Angkatan.
Kami menyadari Penelitian ini banyak kekurangan, untuk itu dengan
tangan terbuka kami selalu menunggu masukan dari pihak-pihak yang
berkepentingan dalam rangka kebaikan bersama. Penelitian ini tidak akan berarti
kalau hanya bersifat dokumentasi semata, tapi proses dialektika menuju arah
yang lebih baik. Memang kendala klasik dialami oleh peneliti dengan
keterbatasan waktu dan dana membuat penelitian ini tidak memuaskan peneliti
sendiri, tidak dapat dikatakan sempurna. Untuk itu sekalipun penelitian ini
selesai, dianggap tersaji pada waktunya karena harus dilaporkan maka penelitian
ini kami sajikan kepada Pimpinan Universitas Pertanahan.
Demikian Pengantar ini kami sampaiakan, sekali lagi terima kasih kepada
semua pihak dan mohon maaf segala kekurangan.
Bogor, Oktober 2016
Tim Peneliti
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 iv
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan menganalisa system informasi Angkatan Darat
dalam rangka kesiapsiagaan information warfare. Bertitik tolak pada persoalan
TNI AD sebagaiorganisasimiliter (bagiandari TNI) memiliki asasCommand and
Control (C2) dalam satu komando, untuk itu perlu integrasi system informasi
seluruh angkatan. Melalui konsep interoperability dengan pendekatan
C4ISR/K4IPP perbedaan konsep operasi dan budaya manajemen tiap angkatan
sebagai hambatan dalam membangun integrase system informasi antar
angkatan dapat diatasi. Dengan mengkonstruksi model data dan model proses
memungkinkan model interoperability data link pertahanan Negara dapat
diaplikasikan melalui internet/Ethernet semantik web. Peneliti
merekomendasikan TNI perlu mengusul Undang-undang Sistem Informasi
Pertahanan Negara.
Key Word; interoperability, data link, system informasi TNI AD, Pertahanan
Negara.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 v
ABSTRACT
This study aimed to analyze the information system of the Army in the
context of preparedness information warfare. Focused on the issue of the Army
as a military organization (part of the military) has the principle of Command and
Control (C2) in one command, it is necessary to force the integration of the entire
information system. Through the concept of interoperability with the approach of
C4ISR / K4IPP difference in the concept of operations and management culture
of each generation as an obstacle in building inter-generation integration of
information systems can be overcome. By constructing the data model and
process model allows the model data link interoperability of national defense can
be applied through the Internet / Ethernet semantic web. Researchers
recommend TNI need proposes legislation Information Systems for National
Defense..
Key Word; interoperability, data link, information systems, and national defense.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv ABSTRAK............................................................................................. v ABSTRACT........................................................................................... vi
DAFTAR ISI........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN . 1
1.1. LatarBelakang 1
1.2. RumusanMasalah 4
1.3. TujuandanGunaPenelitian 9
BAB II TINJUAN TEORITIS.... 10
2.1. Model PerangInformasi (Information Warfare).. 12
2.2. C4ISR/K4IPP Pertahanan Negara.. 17
2.3. KeunggulanInformasIdanOODA 23
2.4. SistemInformasi. .. 26
2.5. LingkunganInformasidanKeunggulanInformasi. 34
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 39
3.1. MetodePendekatanRapid Application Development (RAD) . 42
3.2. SubjekPenelitian.... 47
3.3.ObjekPenelitian . .... 48
3.4 TeknikPengumpulan Data. ......... 49
3.5. Pelaporan. ... 49
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASA............................................... ..... 52
4.1. HasilPenelitian 52
4.1.1. DotrinTNI AD KartikaEkaPaksi (KEP).. 52
4.1.2. TR2400 Radio TaktisInfantri TNI AD 60
4.1.3. Jaringan Data Tingkat Korem. 65
4.2. Pembahasan 73
4.2.1. Doktrin TNI sebagaidasarPengembanganDoktrin TNI AD 73
4.2.2. InteroperabilitassebagaiKapabilitasdalamPerangInformasi76
4.2.3. Perang Perang Cyber salah satu Jenis Operasi Informasi 89
4.2.4. KODIM P5 sebagai Kapabilitas PerangInformasi. 96
4.2.5. Informations Warfare inti Perang Asimetris99
BAB V PENUTUP..... 106
5.1. SIMPULAN 106
5.2. SARAN-SARAN 109
DAFTARPUSTAKA .......................................................................... 111
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 viii
DAFTAR TABEL
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 ix
DAFTAR GAMBAR
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 x
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Esensi Peraturan Menteri PertahananRepublik Indonesia Nomor 38
Tahun2011 Tentang Kebijakan SistemInformasi Pertahanan Negara adalah
upaya untuk mengintegrasikan sistem informasi lingkungan Kementerian
Pertahanan termasuk Mabes TNI AD.Upaya tersebut merupakan langkah
strategis dalam bidang penguasaan data informasi dalam mendukung Keputusan
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), termasuk sampai pada level Panglima TNI
dan Presiden.Langkah langkah seperti ini menurut Stuart H. Starr akan
mendapatkan tatangan yang serius karena perbedaan konsep operasi dan
budaya manajemen tiap bagian, untuk itu interoperabilitas merupakan upaya
yang dilakukan terus menerus.
Interoperability bukan hanya teknis sambung-putus jaringan data, tapi
interoperability menggambarkan strategi dan capability.Generasi ke-empat
perang yang didominasi oleh virtual reality, Michel Foucault menggambarkan
tidak ada sistem yangdapat berlaku tunggal, tidak ada yang dapat melaku
menyatukan seluruh bagian-bagaian, tapi system by system. Suatu zaman
kebenaran menjadi domain wakil tuhan di muka bumi, dialah sang raja,
kemudian negara sang subjek dalam era perang generasi kedua, dan ketiga
berubah menjadi kekuasaan yang tersebar ada dimana-mana, teknologi
informasi menjadi penentu. Saat ini tidak hanya penguasaaan teknologi
komunikasi, tapi epistemik publik mencair menjadi kekuatan non-state.
Bagaimanapun, wadah kehidupan bersama adalah negara harus
diselamatkan.Kekuasaan bisa terbagi, namun sistem terus bekerja dalam
membangun interaksi dalam suatu kesatuan untuk itu manajemen sistem
informasi merupakan sesuatu yang sangat vital dalam pengelolaan Pertahanan
Negara.Menurut Sun Tzu, jika anda tidak tahu dengan informasi kekuatan mu,
dan tidak tahu dengan dengan kekuatan lawan, maka anda kalah setiap kali
pertempuran. Kalau anda tahu dengan kemampuan pasukan anda, dan tidak
tahu dengan kekuatan lawan, maka perang memungkinkan akan berimbang.
Namun jika anda tahu dengan kekuatan sendiri dan tidak tahu juga dengan
kekuatan lawan, maka pasukan anda akan menang setiap pertempuran.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 2
Melihat teori informasi yang dikemukan Sun Tzu ini sesungguhnya negara
harus mampu memiliki bank data tetang kekuatan sendiri dan kekuatan
lawan.Penguasaan informasi sangat menentukan menang dan kalahnya sebuah
pertempuran, karena pengetahuan atau seseorang menjadi tahu terkait dengan
informasi.Karena dengan informasi strategi, taktik dan teknik operasional
dibangun. Untuk itu intelijen menjadi penjuru paling depan dalam pertempuran.
Tugas intelijen tidak hanya mendapatkan data dan informasi lawan tapi juga
mengamankan data dan informasi-informasisendiri, apabila informasi kategori
rahasia jatuh ketangan lawan maka perang akan dimenangkan pihak lawan.
Akan tetapi, sekalipun data militer bersifat rahasia para pencari informasi tidak
hanya intelijen tapi juga para wartawan bersifat terbuka perlu konsumsi informasi
militer sehingga peran Pusat Penerangan militer menjadi penting.
Pentingnya informasi juga terlihat dari pesan yang diungkapkan oleh
Cosmo dalam film Sneakers, Thereisawarout there,old friend-aWorldWar.
Anditsnot aboutwhosegot themostbullets; Itsaboutwhocontrolstheinformation.
Film yang muncul setelah perang dingin ini usai (tahun 1992) seolah-olah
menafikan persenjataan bersifat fisik.Pertarungan bergeser dari pengamanan
informasi menjadi kontrol terhadap informasi. Dunia media masa sangat
berperan dalam menentukan, cara pemberitaan,media apa, kapan sebuah
informasi disampaikan, kapan harus dihentikan dan sebagainya. Pola
pengelolaan informasi demikian sangat berpengaruh terhadap situasi politik,
ekonomi dan perdagangan global. Perang Timur Tengah diawali dengan
terbukanya informasi, kecurangan pelaku kekuasaan, kebencian rakyat tersebar
akhinya terjadi revolusi dengan alas an demokrasi dan HAM. Karena terdapat
indikasi keterlibatan Negara asing, maka fenomena tersebut masuk dalam
konsep informations warfare, sistem informasi tanpa batas Negara.
Informations warfare secara letter leg diartikan perang informasi-
informasi.Terminologi ini dalam tradisi pengetahuan/kognitif pergaulan sehari-
hari pengucapan kata informasi-informasi, atau kata informasi yang
diulangtanpaknya tidak lazim diucapkan. Banyak orang lebih senang
mengucapkankata pengganti atau memaknai kata informations warfare dengan
perang informasi, termasuk karya ilmuan dan pembuatan doktrin dan Standard
Operating Procedure (SOP). Padahal lingkungan yang menyangkut informasi
tersebut paling tidak terkait dengan kognitif, fisik dan data itu sendiri. Untuk itu
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 3
kesalahan dalam memaknai maka lingkungan kognitif akan berdampak terhadap
keberadaan data dan lingkungan fisik informasi itu sendiri.
Perubahan pengertian demikian berakibat pergeseran makna dari yang
benar-benar menghendaki berbagai informasi-informasi dari berbagai dimensi
kehidupan melalui berbagai informasi menjadiperang sarana informasi sehingga
informations warfare sulit dibedakan dengan cyber warfare.Secara sederhana
sebagian menjawab kalau information warfare perangka lunaknya (soft) dan
cyber warfare perangkat kerasnya (hard).Kalau ditinjau tambah kesalahan lagi,
karena cyber warfare. Bukan hanya teknis perangkat keras semata, tapi disana
tersimpan persoalan perangkat lunak juga, bahkan cyber dikaitkan dengan
virtual reality juga menyangkut persoalan etika.
Sistem informasi dalam era globalisasi menerobos zona negara tanpa batas,
dominasi kekuasaan negara-negara ditentukan dalam merebut keunggulan
informasi.Persoalannya bukan terletak penting dan tidaknya informasi, namun
bagaimana mengelola informasi.Menurut Donald Rumsfeld manusia itu unik.
there are things we know we know. We also know there are known unknowns;
that is to say we know there are some things we do not know. But there are also
unknown unknowns -- the ones we don't know we don't know. Untuk itu
persoalannya bukan terletak dari data sebagai objek, tapi data juga ditentukan
oleh persepsi pelaku.Untuk itu perlu diselidiki bukan hanya konsep operasional
yang tergambar dalam doktrin dan budaya manajemen yang tergambar dalam
perilaku yang tak terungkap dalam tulisan/ketentuan tertulis.Agar penelitian ini
dapat terintegrasi dengan teori universal peneliti melakukan pembandingan
dengan sistem informasi NATO.Untuk menjaga terjamin integrasi sistem
informasi dalam mendukung operasi taktis antar negara NATO menggunakan
interoperability data link standar yang sama, yaitu Link 22 (pembaharuan dari
Link 11 dan Link 16, perbandingan lihar Lampiran I). Setiap satuan anggota
NATO memiliki ketentuan tentang PAID (Prosedur, Aplikasi, Infrastruktur dan
Data) yang sama, sehingga setiap elemen yang terlibat dapat melaksakan
komukasi untuk mendukung terselenggaranya operasi.
1.2. Rumusan Masalah
Persoalan inti penelitian ini adalah Command and Control (C2) TNI perlu
membangun sistem informasi seluruh angkatan secara integrasi. TNI, termasuk
TNI AD sebagai sebuah organisasi militer menganut asas satu komando,
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 4
Presiden sebagai Panglima Tertinggi.C2 terkaittata kelola informasi, perebutan
keunggulan informasi karena prajurit bekerja menjalankan perintah untuk
mendukung kebijkan negara yang perlu perlindungan, disamping itu pimpinan
mengontrol prajurit, khusunya terkait dengan tugas-tugas mereka.Penguasaan
informasi merupakan persoalan militer, atau negara sepanjang zaman,
menyangkut masalah data, knowledge, berdampak strategy, decision dan
action.Pada satu sisi negara (state) ala sosialis harus kuat mendominasi
penguasaan informasi namun sisi lain negara liberal memberi ruang yang luas
pada para pebisnis, non-state/LSM, para wartawan dan lain-lain dalam merebut
informasi. Indonesia memiliki pola sendiri dalam membangun penguasaan atas
informasi. Negara memilki struktur, kemudian dalam elemen struktur
penyelenggara negara banyakterdapat bagian-bagian, atau departemen-
departemen, institusi-institusi termasuk Departemen Pertahanan. Demikaian juga
halnya dalam Depertemen Pertahanan yang terkait lansung dengan Mabes TNI,
Markas Besar TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan
Darat.Kemudian dalam kondisi darurat perang semua kekuatan dalam suatu
Komando di bawah Presiden sebagai Panglima Tertinggi, untuk itu idealnya
Command and Control (C2) berkerja memilikinetworkdibawah Presiden. Namun
sampai saat ini secara formal belum ada prosedur, aplikasi dan instalasi yang
menunjukan C2 dibawah Presiden. Bukan hanya hanya dalam lingkup taktis,
dalam menghadapi masalah tersulit-strategipun Presiden belum memiliki PAID
(Prosedur, Aplikasi, Infrastruktur dan Data) dalam menjalankan C2 tersebut.
Konsep Command and Control (C2) lahir untuk menjawab persoalan
bagaimana komandan mengerahkan semua kekuatan personil, persenjataan
dan pendukung untuk memenangkan pertempuran. Konsep ini berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi dan cara berpikir manusia, secara
simultan;Command, Control, Communications, Computers, Surveillance and
Reconnaissance (C4ISR). Di era perang generasi keempat, banyak para ahli
berpendapatsetelah perang dingin usai kemenangan perang sesungguhnya tidak
lagi mengandalkan kekuatan fisik, sehingga perbandingan jumlah personil dan
persenjataan tidak lagi relevan untuk dijadikan indikator kekuatan, tapi yang
paling mentukan sesungguhnya adalah upaya mendapatkan keunggulan
informasi atau informasi unggul. Informasi unggul atau keunggulan informasi
adalah efek dari informasi yang disampaikan ke atasan dalam menyerang sistem
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 5
informasi musuh, mempertahanankan sistem informasi sendiri dan membentuk
lingkungan informasi, sehingga pertanyaan,apa Indonesia telah memiliki sistem
informasi yang dapat merebut keunggulan informasi. Dugaan awal, Indonesia
belum memilki kesamaan persepsi dalam merumuskan keunggulan informasi,
sehingga lemah pada tataran doktrin, organisasi sumberdaya manusia,
teknologi maupun implementasinya. Kosep operasi informasi secara umum
dasarnya terkait dengan operasi elektronika, operasi cyber, opererasi intelijen,
operasi psikologi dan operasi Humas (public affair). Agar dapat mastikan sistem
informasi satuan TNI AD tidak terintegrasi dengan Mabes TNI perlu identifikasi
baik perangkat keras atau peralatan yang digunakan, perangkat lunak berupa
atauran main terkait dengan manusia, kepemimpinan.doktrin, Protap dan tradisi
yang membuat jarak masimg-masing akatan tersebut, sehingga penelitian ini
lebih umum lagi dengan melakukan audit sistem informasi TNI. Dengan demikian
dapat diketahui sejauh mana kesiapan Angkatan Daratdalam menghadapi
pertahanan era cyber tersebut. Gambaran umum pertahanan cyber dapat
digambarkan;
Penelitian ini untuk menjawab mengapa jaringan command and control
(CC) Perahanan Negara belum optimal. Menurut Kepala Staf Angkatan Darat
(Kasad) pengelolaan informasi saat ini tidak semua pejabat ngomong di media,
kadangkala tidak memperliahtkan kepentingan negara. Pertanyaan ini penting
untuk menjawab keberadaan Strata Mutlak Pertahanan Negara demi
kelangsungan NKRI berupa integritas teritorial, kedaulatan nasional, dan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 6
keselamatan bangsa Indonesia. Integritas teritorial diantaranya tergambar dalam
efektifitas CC, dalam hal ini Presiden sebagai Panglima Tertinggi, Panglima TNI,
Kepala Staf Angkatan mestinya memiliki akses terhadap prajurit di lapangan
karena dalam era Perang Informasi merebut keunggulan informasi merupakan
keniscayaan. Informasi yang cepat, akurat dan lengkap sangat diperlukan oleh
pimpinan dalam mengambil keputusan. Asumsinya CC belum optimal dikarena
Prosedur, Aplikasi, Infrastruktur dan Data (PAID) tidak sepenuhnya diarahkan
bekerja mendukung penuh terjaminnya CC.
Dengan berbagai pertimbangan penelitian ini terbatas pada manajemen (tata
kelola) sistem informasi Pertahanan Negara Indonesia, fokus pada Mabes TNI
Angkatan Daratdalam dalam merebut keunggulan informasi.Karena data awal
menunjukan bahwa hubungan antar angkatan dan Mabes TNI pada level 0
(independent) dan level 1 (ad hoc) pada saat Latihan Gabungan, maka sampel
diambil pada Disinfolahta masalah prosedur dan aplikasi dan Dinas Penerangan
Angkatan Darat terkait operasi informasi. Karena interoperability data link
merupakan strategi dalam mendapatkan informasi, namuan belum terselenggara
secara optimal, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab;
mengapainteroperability data link dalam sistem informasi TNI ADtidak dapat
terselenggara optimal. Dengan demikian penelitian ini diharapkan
menggambarkan PAID (Prosedur, Aplikasi, Infrastruktur dan Data) yang dimiliki
TNI ADdalam mendukung tugas Pokok. Karenaesensi penelitian ini adalah
pengembangan sistem informasi, maka sesuai dengan metode pendekatan yang
digunakan adalah interaksional symbolic, sehingga penelitian ini terkait dengan
penelitian tim Sistem Informasi TNI AD dalam merebut keunggulan informasi.
Inti pertanyaannpenelitian ini adalah mengapa TNI Angkatan Daratmelihat
informasi sebagai sesuatu yang sangat penting sehingga data operasi tidak
dapat diintegrasikan dengan Mabes TNI?Untuk itu penting diketahui bagaimana
pemahaman Mabesal tentang operasi informasi terkait dengan pengolahan data
menjadi informasi dan keputusan pimpinan. Untuk itu, pertanyaannya;
a. Bagimana gambaran konsep operasional yang dimiliki Angkatan Darat
tentang operasi informasi. Bertitik tolak pada Doktrin TNI ADakan
tergambar pemahaman tentang perang informasi sebagai bagian tugas
pokok, diaplikasikan dalam kegiatan personil dan dilengkapi dengan
peralatan komunikasi.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 7
b. Bagaimana Budaya Tata Kelola Informasi Angkatan Darat dalam rangka
kesiapsiagaan information warfare. Bagaimana penggunaan radar pantai
dalam mengumpul, mengolah dan distribusi data agar memiliki prosedur
dalam merumuskan model data dan proses data dalam membangun
interoperabilitas sebagai kapabilitas TNI.
1.3. Tujuan dan Guna Penelitian.
1.3.1. Tujuan
1.3.1.1. Menganalisa konsep operasional TNI AD yang diaplikasikan melalui
sistem informasi dalam rangka kesiapsiagaan information warfare.
Konsep sistem informasi TNI AD dalam konteks C4ISR,
pengembangan sistem informasi Peratahanan Negara terutama
Mebes TNI sehingga dapat terinteroperabilit-integrasi untuk
informations operation.
1.3.1.2. Menganalisa Budaya Tata Kelola Informasi yang tergambar dalam
lingkungan informasi TNI Angkatan Darat dalam rangka meningkatkan
interoperabilitassebagai kapabilitas pertahanan negara.
1.3.2. Guna.
1.3.2.1. Bahan masukan bagi pimpinan, khusus TNI Angkatan Darat dalam
membuat data link pertahan Negara
1.3.2.2. Sosialisasi dan revisi Peraturan Menteri PertahananRepublik
Indonesia Nomor 38 Tahun2011 Tentang Kebijakan SistemInformasi
Pertahanan Negara.
1.3.2.3. Mendukung pembaharuan Doktrin TNI ADterutama menyangkut;
Operasi Informasi.
1.3.2.4. Menambah wawasan dan angka penilaian peneliti selaku dosen
Universitas Pertahanan.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 8
BAB II
TINJUAN TEORITIS
Peneliti ini bertujuan untuk menganalisa lingkungan informasi TNI AD
dalam rangka operasi informasi dengan menggunaan interoperability data link
sistem pertahanan negara. Penelitian terdahulu terkait objek Penelitian tentang
Interoperability Data Link Pertahanan Negara belum pernah ditemukan.
Mestinya, secara umum Penelitian ini dibicarakan dalam Sistem Informasi
Pertahanan Negara, karena Penelitian Interoperability dan Data Link merupakan
bagian dari Sistem Informasi. Peneliti juga berusaha mencari Naskah
Akademik Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2011 Tentang Kebijakan Sistem Informasi Pertahanan Negara dan Keputusan
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor : Kep/ 1255 / M / XII/2015
Tentang Kebijakan Pertahanan Negara Tahun 2016 belum ditemukan juga.
Barangkali dapat dimaklumi mungkin karena kajian Naskah Akademik tersebut
dianganp rahasia. Akan tetapi jikapun ada tampaknya istilahinteroperability dan
data linkbagaima duduk masalahnya kemungkinan besar juga tidak ditemukan,
karena dari berbagai informasi antara bagian dalam intansi pengelola keamanan
negara belum ada sistem atau aplikasi yang nampak menggunakan
interoperability (bukan integrasi) . Studi terdahulu diharapkan menjadi penuntun
dalam penelitian, karena itu Tinjauan Pustaka yang kami laporkan bersikan
konsep atau teori yang digunakan untuk memahami persoalan Interoperabiliti
data link Pertahanan Negara. Studi ini bersifat konseptual yang memungkinkan
dapat diterapkan dalam pengembangan sistem informasi dalam pertahanan
negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002tentang
Pertahanan Negara menyatakan bahwa pertahanannegara bertujuan untuk
menjaga dan melindungi kedaulatannegara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesiadan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman. Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan
danmempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia
sebagai satu kesatuan pertahanan, diselenggarakanmelalui usaha membangun
dan membina kemampuan, dayatangkal bangsa dan negara, dan menanggulangi
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 9
setiapancaman yang diselenggarakan oleh pemerintah dandipersiapkan secara
dini dengan sistem pertahanan negara.
Pertahanan negara pada hakekatnya merupakan segala upaya
pertahanan bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada
kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan pada
kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan
Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Kesemestaan mengandung
makna pelibatan seluruh rakyat, segenap sumber daya nasional, sarana dan
prasarana, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan
yang utuh danmenyeluruh.
Kosep Interoperability dan Data Link sebagai pokok bahasan merupakan
mempertemukan konsepsi dalam dimanusia dengan peralatan, masalah ini
bagian dari teknologi komputer dalam konteks Command, Control,
Communication, Computer, Inteligent, Surveilance, and Reconnaisance (C4ISR)
Pertahanan Negara. Dilihat dari material, atau fisik yang dimiliki studi ini lebih
menekankan pada aspek elektronik, karenadilihat dari aspek Teknologi
Komputer, padahal studi ini tidak hanya tataran fisik komputer tapi terkaitsistem,
logika-logika dan pemaknaan kita tentang Data, Informasi, Keputusan Komando,
Strategi, Operasi Operasi dan Pertahanan Negara. Untuk itu Sistem Informasi
merupakan studi bersama dari berbagai kepentingan sehingga Teknologi
Komputer dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Ada beberapa konsep dan
teori yang menjadi alat analisis dalam kajian ini;
2.1. Model Perang Informasi (Informasi Warfare)
Sebelum memperkenalkan konsep luas informasi diterapkan dalam
peperangan skala besar,adalah penting untuk memahami peran informasi dalam
konflik ditingkat fungsional dasar. Pertimbangkan model satu-directional dasar
konflikuntuk menggambarkan peran informasi dalam peperangan. (dua
kombatanmenggunakan elemen dasar ini. ) Model bisa berlaku untuk dua
individu dalam konflikatau dua bangsa menyatakan berperang.Seorang
penyerang, A, terlibat (B), yang harus menentukan bagaimana harus
bertindak,atau bereaksi. Tujuan dari A adalah untuk mempengaruhi dan
memaksa B untuk bertindak dengan caramenguntungkan untuk tujuan A. Ini
adalah tujuan akhir dari setiap Perang.Diharapkan A menyebabkan lawan untuk
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 10
bertindak dengan cara yang diinginkan: untuk menyerah, untuk berbuat salah
ataugagal, untuk menarik pasukan, untuk berhenti dari permusuhan, dan
sebagainya.
Penyerang mungkinmenggunakan kekuatan atau pengaruh lain yang
tersedia untuk mencapai tujuan ini. Pihak B mungkin membuat keputusan
diketahui mendukung A (misalnya, untuk mengakui kekalahan danmenyerah)
atau mungkin menjadi korban rayuan atau penipuan dan tanpa disadari
membuatkeputusan mendukung A.
Tiga faktor utama mempengaruhi keputusan dan tindakan yang
menghasilkan B (ataureaksi) untuk menyerang A.
1. Kapasitas B untuk bertindak. Kemampuan B untuk merespon keinginan A
dilihat dari faktor fisik, kemampuan untuk diperintah dan dipaksa B.
Peperangan didasarkan pada premis bahwa degradasi kapasitas perang
melawan B akhirnya akan menyebabkan B untuk membuat keputusan
menyerah. Kapasitas tidak diukur tunggal; tapi banyak komponen,
termasuk "pusat kekuatan sebagai gravitasi global", karakteristik strategis,
kemampuan atau daerah dari mana kekuatan militer berasal, kebebasan
tindakan, kekuatan dan kemauan untuk melawan.
2. Kehendak B. Kehendak untuk bertindak adalah faktor manusia, ukuran
dari menyelesaikan atau penentuan pembuat keputusan manusia dari B
dan kecenderungan mereka kepada tindakan alternatif. Elemen ini adalah
yang paling sulit untukmenyerang, mengukur, model, atau langsung
mempengaruhi. Kekuatan kehendak untuk mengambil tindakan dalam
mencapai tujuan tujuan atau menyatakan mungkin melampaui "obyektif"
kriteria keputusan. Dihadapkan keadaan tertentu masalah militer atau
kekalahan ekonomi, kehendak pembuat keputusan dapat menekan, tidak
peduli seberapa besar risiko, bereaksi dengan cara yang tidak rasional
(dalam domain militer atau ekonomi).
3. Persepsi B. Pemahaman situasi dari perspektif dari B merupakan faktor
informasi abstrak, diukur dalam hal tersebut sebagai akurasi,
kelengkapan, kepercayaan atau ketidakpastian, dan ketepatan waktu.
Keputusan B ditentukan oleh persepsi situasi (serangan A pada B) dan
persepsi kapasitas B sendiri untuk bertindak. Berdasarkan persepsi
tersebut, yang dirasakan tindakan alternatif yang tersedia dan hasil
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 11
kemungkinan mereka, dan kemauan manusia keputusan pembuat, B
merespon. Bagaimana kemudian dapat A memaksa B untuk bertindak
dengan cara yang baik untuk tujuan A. Penyerang memiliki beberapa
alternatif untuk mempengaruhi tindakan B, berdasarkan faktor-faktor ini.
penyerang dapat langsung menyerang kapasitas B untuk bertindak. Ini
mengurangi pilihan yang tersedia ke B, secara tidak langsung
mempengaruhi kehendak B. Penyerang juga dapat mempengaruhi
persepsi B tentang situasi (serangan terhadap Kapasitas pasti melakukan
ini secara langsung, sementara serangan terhadap sensor dan
komunikasi dapat mencapai hal ini secara tidak langsung); kendala untuk
tindakan; atau mungkin hasil dari tindakan. Sementara penyerang tidak
dapat langsung menyerang atau mengendalikan keinginan (will) dari B,
kapasitas dan persepsi serangan kedua menyediakan sarana akses ke
kehendak.
Sekarang dapat lebih lanjut detil model konflik untuk menggambarkan
sarana yang A dapat mempengaruhi kapasitas B dan arus informasi yang
memungkinkan B untuk memahami situasi konflik. Model rinci (Lihat Gambar 1.
1) menyediakan arus informasi dari penyerang, A, di empat domain dengan
keputusan dan tindakan B. Model ini akan memungkinkan kita untuk
mengeksplorasi alternatif dengan A dapat mempengaruhi persepsi situasi B.
Pertama, domain fisik di mana kapasitas B untuk bertindak berada.
Orang-orang,proses produksi, stok sumber daya, pembangkit energi, platform
senjata,jalur komunikasi, dan komando dan kontrol kemampuan berada didomain
fisik. Domain kedua adalah domain informasi, elektronikranah di mana B
mengamati dunia, memonitor serangan A, langkah-langkahstatus pasukan nya
sendiri, dan mengkomunikasikan laporan mengenailingkungan Hidup.Dalam
domain berikutnya, satu persepsi, B menggabungkan dan analisissemua
pengamatan untuk melihat atau menjadi berorientasi dengan situasi.
Ini"Berorientasi" proses menilai tujuan, kemauan, dan kemampuan A. Hal ini
jugamembandingkan hasil layak reaksi itu dapat memilih, berdasarkan
BKapasitas sendiri, yang disediakan melalui proses observasi sebagai
kekuatanmelaporkan status mereka. Dalam domain ini, meskipun didukung oleh
pengolahan elektronikdan proses visualisasi, pikiran manusia adalah elemen
pusat yangkomprehensif dan dalam situasi tingkat keyakinan yang dalam.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 12
Peran informasi dalam Informations Warfare sangat
menentukan.Pentingnya informasi dan peran sentral yang dimainkannya dalam
peperangan bukan hal yang baru.Abad kesepuluh sebelum Masehi, komandan
militer dan Raja,Solomon, menekankan pentingnya pengetahuan (intelijen
militer),bimbingan (perencanaan strategis dan operasional), dan penasehat
(analis tujuan)untuk menang dalam perang: "Seorang yang bijaksana memiliki
kekuatan besar, dan seorang pria pengetahuan meningkatkan kekuatan; untuk
melancarkan perang membutuhkan bimbingan, dan kemenangandengan banyak
penasihat .
Pada abad keenam SM, ahli strategi militer Cina Sun Tzu menulis
dalamThe Art of War pentingnya informasi. Mempertimbangkan empat sering
dikutippernyataan bahwa Sun Tzu dibuat mengenai informasi.
1. Informasi adalah penting untuk proses pengawasan, situasi pengkajian,
pengembangan strategi, dan penilaian alternatif danrisiko untuk pengambilan
keputusan. Sun Tzu menulis,Konsep Informasi di Bab Perang bagian Tiga,
Metode militer ; pertama, pengukuran; kedua, estimasi kuantitas; ketiga,
perhitungan; keempat, menyeimbangkan peluang; kelima, kemenangan. "
2. Informasi dalam bentuk kecerdasan dan kemampuan untuk meramalkanhasil
masa depan mungkin membedakan prajurit terbaik.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 13
"Jadi, apa yang memungkinkan perintah bijaksana dan baik umum untuk
menyerangdan menaklukkan, dan mencapai hal-hal di luar jangkauan orang
biasa, adalahramalan."
3. Kontrol beberapa informasi dikomunikasikan kepada lawan, oleh penipuan
(rayuan dan kejutan) dan penolakan, adalah kontribusi
yang dapat memberikan persepsi yang salah sementara untuk musuh.
"Semua perang didasarkan pada penipuan musuh," dan, " Seni perang yang
bijak sangat kehalusan dan penih kerahasiaan! Untuk itu belajar untuk menjadi
tak terlihat, dan tak terdengar."
4. Bentuk tertinggi peperangan menggunakan informasi untuk
mempengaruhipersepsi musuh untuk menaklukkan kehendak daripada
menggunakan memaksa fisik.
"Dalam seni praktis perang, hal terbaik adalah untuk mengambil musuh
negarasecara keseluruhan dan utuh. Oleh karena itu untuk melawan dan
menaklukkan dalam semua Anda pertempuran tidak keunggulan tertinggi;
keunggulan tertinggi terdirimelanggar perlawanan musuh tanpa
pertempuran."Masing-masing prinsip utama ini, diterapkan bahkan sebelum abad
keenamSM, mengandalkan akuisisi, pengolahan, dan penyebaran
informasi.Prinsip-prinsip tidak berubah, tetapi cara akuisisi, pengolahan,dan
diseminasi memiliki. sarana elektronik memperoleh dan mengelola informasi
memiliki teknologi diganti sebelumnya, kurir manusia, dan komunikasi tertulis.
Meningkatnya ketergantungan pada sarana elektronikmengelola volume besar
informasi dan peningkatan nilai informasi yangtelah membuat informasi itu
sendiri target yang menguntungkan dan berharga senjata perang. Perubahan ini
merevolusi peran informasidan perilaku perang.
2.2. C4ISR/K4IPP Pertahanan Negara
Command and Control (C2) Communications, Computers, Surveillance
and Reconnaissance(C4IPP) atau Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer,
Intelijen, Pemantauan dan Pengintaian (K4IPP)Pertahan Negara adalah sistem
informasi integral untuk mendukung kemampuan militer. Militer sesuah sistem
organsisi dengan menggunakan tool-tool elektronika untuk mencapai tujuan
operasi militer.Pada awalnya dalam militer ada atasan dan bawahan, atasan
berhak dan bertanggunjawab memberi perintah dan mengontrol sejauh mana
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 14
perintah dilaksanakan.Berjalan waktu, organisasi lebih luas personil lebih
banyak, maka komunikasi merupakan penambahan elemen selanjutkan.
Demikian juka setelah komunikasi adalah komputer sebagai teknologi dalam
mendukung CC tersebut. Selanjutnya peran intelijen, pemantauan dan
pengintaian sebagai kemampuan dasar organisasi militer.Untuk meningkatkan
fungsi C4ISR dalam mendukun CC atau keputusan pimpinan menurut Stuart
H.Starr ada dua persoalan; pertama meningkatkan komukasi lintas komunitas
dan mendorong masyarakat terlibat dalam mengatasi masalah tersebut baik
dalam bidang pendidikan, politik, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Dua
segmen tersebut berkembang namun dalam prakteknya akan terhalang dalam
meningkatkan C4ISR oleh banyak masalah, antara lain;
a. Masalah Budaya. Dalam penelitian terdahulu secara umum
menggambarakan bahwa budaya TNI sudah mulai berubahdari dulu yang
terfokus pada perintah demi perintah menjadi lebih responsif yaitu melihat
keinginan dan persepsi masyarakat. Perubahan itu tentu modal awal
dalam era reformasi demi tegak dan kuatnya intansi TNI, tetapi
perkembangan masalah bangsa selalu berkembang dan melibatkan
instansi lain yang memiliki wewenangan seperti Depatemen Dalam Negeri
masalah teroris mestinya counter radikadikal lebih awal ditangani bagaian
Kesbangpol misalnya. Penculikan WNI oleh Abu Sayyap mesti
Departemen Luar Negeri lebih terbuka, demikian juga dengan mitra koalisi
kitaterutama anggota negara Asean, negara tetangga sangat penting
dalam pengembangan Interoperability C4ISR. Kemudian untuk mengubah
budaya antara angkatan yang terlihat memiliki batas, perlu dikaji lebih
lanjut. Hampir sama halnya juga dengan masyarakat harus ada langkah-
langkah untuk menghilangkan ketakutan, kekhawatiran penyalahgunaan,
kesalahpahaman, dan konsekuensi yang merugikan pihak kita.
b. Organisasi. Keputusan dibuat oleh Komando merupakan proses interaksi
bawahan dan atasan dalam mengelola data-informasi-pengetahuan dan
tindakan kita dalam suatu organiasi. Fragmentasi elemen masyarakat
merupakan bagian dari C4ISR. Untuk itu harus dilihat apa langkah
institusional dapat diambil untuk memastikan bahwa penilaian C4ISR
memperlakukan semua elemen masyarakat secara seimbangdalam upaya
masa depan, masayarakat organisasi besar dalam praktet C4ISR.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 15
c. Masyarakat. Pendidikan dan pelatihan dari semua orang yang terlibat
dalam proses penilaian C4ISR dianggap menjadi kritis dalam tingkat
penilaian. Ini menggolongkan program untuk memastikan bahwa analis
berpengalaman dalam metodologi terbaru, serta tantangan yang berkaitan
dengan berurusan dengan sejumlah besar data heterogen. Tapi harus
ditekankan bahwa pendidikan perlu terlibat dalam pengambil keputusan
akan membutuhkan masyarakat berpendidikan untuk pemahaman atas
suatu analis. Secara khusus, ada nilai yang besar dalam menyediakan
pembuat keputusan dengan daftar pertanyaan yang ia harus berpose
untuk analis sebagai hasil penilaian.
d. Proses. Sepanjang Perang Dingin, komunitas penilaian C4ISR diarahkan
untuk melakukan penilaian-ancaman berbasis (misalnya, fokus pada
skenario yang dipilih didokumentasikan). Tantangan masa mendatang
akan melakukan penilaian berdasarkan kemampuan yang berusaha untuk
mengidentifikasi titik kuat-lemah dalam efektifitas operasional di seluruh
spektrum yang luas dari lawan. Dalam rangka untuk melakukan penilaian
ini secara efektif, maka akan diperlukan untuk melakukan yang luas,
analisis eksplorasi (mempekerjakan berjalan cepat, alat penilaian tingkat
tinggi) untuk mengidentifikasi segmen ruang skenario. Mereka "menarik"
segmen kemudian harus dikaji secara lebih mendalam. Penilaian ini
akan sangat menantang bagi daerah misi yang semakin penting dalam
kekuatan berubah (misalnya, Informasi Operasi, Stabilitas dan Dukungan
Operasi, kontra-terorisme).
e. Alat. Hal ini secara luas diakui bahwa tujuan dari transformasi tidak akan
tercapai hanya melalui solusi materil. Sebagaimana dinyatakan dalam
Joint Vision 2020 (Referensi 21), itu akan memerlukan kerjasama dari
semua Kekuatan : Kepemimpinan, Organisasi, Doktrin, Interoperability,
Masyarakat, Personil, Peralatan, Pelatihan, Pasilitas Pendukung,
Perusahanaan Swasta, Pemerintah Daerah, atau disingkat KODIM-P5.
Sayangnya, penilaian masyarakat saat ini hampir tidak ada alat yang
memungkinkan kita untuk berinovasi dalam kreativitas. Dengan
demikian, alat baru akan dibutuhkan yang komponennya dapat diatur
secara efektif, untuk memperbaiki kekurangan ini.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 16
f. Penelitian dan Pengembanga (Litbang). Di antara unsur-unsur penting
yang mempengaruhi C2 adalah faktor kognitif dan perilaku, kalau tidak
alat kita ada cenderung untuk kembali ke solusi tahun 1970-an. Untuk
masalah ini kita abaikan atau menganggap sebagai efek urutan kedua
atau ketiga. Ada upaya pemahaman awal untuk mengatasi masalah ini
(misalnya, NATO SAS-050) tetapi penelitian mendasar yang diperlukan
untuk membangun basis teoritis dari mana mereka dapat
mengembangkan alat baru dan membimbing pengumpulan data yang
berarti.
g. Data. Hal ini semakin diakui bahwa tepat waktu, tersedia, data yang
dimengerti merupakan "inti" dari masalah penilaian C4ISR. Meskipun
Depepartemen Pertahanan belum berhasil menghimpun data dalam
jajaran RNI secara utuh tapi bagaimanapun data merupakan hal yang
penting, masalah data itu sendiri memerlukan kebutuhan untuk perubahan
dalam budaya, pendidikan dan pelatihan, dan proses masyarakat
(misalnya, kebutuhan untuk kaya, metadata disiplin).
h. Produk. Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2011 Tentang Kebijakan Sistem Informasi Pertahanan Negara
telah mengatur peran dan tugas Pusat data Dan Informasi tiap angkatan
memiliki pembagian tugas, misalnya dalam lampiran dijelaskan; Tataran
Sistem Informasi Pertahanan Negara. Sesuai dengan kewenangan,
kepentingan, tugas, tanggung jawab dan fungsi yang diemban pada tiap
strata organisasi, maka sistem informasi pertahanan negara disusun
dalam tataran sebagai berikut;
1) Tingkat Kementerian Pertahanan. Melaksanakan pembinaan dan
penyelenggaraan sistem informasi pertahanan negara untuk
mendukung tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertahanan serta
sistem informasi nasional.
2) Tingkat Markas Besar Tentara Nasional Indonesia. Melaksanakan
pembinaan dan penyelenggaraan system informasi pertahanan
negara untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Tentara Nasional
Indonesia serta system informasi di tingkat Kementerian
Pertahanan.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 17
3) Tingkat Markas Besar Angkatan. Melaksanakan pembinaan dan
penyelenggaraan sistem informasi pertahanan negara di lingkungan
Angkatan, untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Angkatan, serta
sistem informasi di tingkat Markas Besar Tentara Nasional Indonesia
dan Kementerian Pertahanan.
4) Tingkat Komando Utama dan Badan Pelaksana Pusat. Melaksanakan
pembinaan dan penyelenggaraan system informasi pertahanan
negara di lingkungan Komando Utama dan Badan Pelaksana Pusat,
untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Komando Utama dan
Badan Pelaksana Pusat, dan sistem informasi di tingkat Angkatan
serta Markas Besar Tentara Nasional Indonesia dan Kementerian
Pertahanan.
Walaupun Dephan memiliki Peraturan tapi dalam kenyataannya belum
dapat dilakukan secara penuh, bahkan belum mampu menghimpun data dari
angkatan yang diperlukan. Bahkan dalam wawancara Peneliti dengan Staf
Pusadatin Tahun 2016 telah dianggarkan 76 milyar sampai bulan Agustus tiap
angkatan masih berbeda pendapat. TNI AD dan AU sudah mulai berjalan, tapi
Mabes TNI dan Mabes Angkatan belum tahu perkembangannya. Tapi ditelusuru
lebih dalam pada tataran taktis sesungguhnya sulit untuk mendapatkan data
tetang kegiatan TNI di lapangan, misal monitoring pergerakan PAUM dari satu
pulau ke pulau lain, Kapal Laut dari satu pulau ke pulau lain, Pengamanan
Industri vital seperti Freeport, Cevron, Arun dan sebagainya.
Bagaimanapun.untuk pengembangan Kerangka Kerja Arsiteks C4ISR, dilakukan
dengan langkah-langkah;
1. Tinjauan Operasional, menjelaskan tugas dan kegiatan, node (titik
simpul) operasional, dan informasi yang mengalir antara node yang
diperlukan untuk mencapai atau mendukung operasi. Pandangan
operasional menggambarkan sifat pertukaran informasi secara cukup rinci
untuk menentukan apa tingkat tertentu interoperabilitas pertukaran
informasi diperlukan.
2. Tinjauan Sistem, menerjemahkan tingkat yang diperlukan interoperabilitas
menjadi satu set kemampuan sistem yang diperlukan, mengidentifikasi
sistem saat ini yang digunakan dalam mendukung kebutuhan operasional
(atau sistem mendalilkan yang dapat digunakan), dan memfasilitasi
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 18
perbandingan implementasi sistem saat ini / mendalilkan dengan yang
dibutuhkan kemampuan.
3. Tinjaun teknis, mengartikulasikan kriteria yang mengatur pelaksanaan
diperlukan kemampuan sistem. Agar konsisten dan terpadu, deskripsi
arsitektur harus menyediakan hubungan eksplisit antara berbagai
pandangannya. Set produk Framework, dijelaskan secara singkat dalam
paragraf berikutnya, menyediakan sejumlah keterkaitan tersebut antara
pandangan. Kerangka Pengembangan C4ISR dapat digambarakan;
2.3. Keunggulan Informasi dan OODA
Secara umum manusia menerima informasi 83 persen berasal dari media
publik terutama internet, televise, koran, majalah, jurnal dan radio. Hanya sedikit
yang diterima melalui jaringan khusus, bahkan laporan-laporan dari agen khusus
juga sering terlambat jika dibandingkan dengan informasi dari media elektonik,
terutama internet on line dan televisi. Informasi yang diterima oleh Pimpinan TNI
sebelum membuat keputusan memang tidak hanya dari media publik tapi dari
staf intelijen dan staf khusus dan staf-staf lain. Penjelasan terdahulu terkait
dengan sistem informasi dan upaya keunggulan informasiTNI antara lain ditulis
oleh Iwan Kustiyawan dan Arwin DWS. Menurut Iwan Kustiyawan TNI saat ini
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 19
perlu merubah doktrin agar dapat menafaatkan teknologi dalam merebut
keunggulan informasi, diantaranya melalui konsep Revolution Military Affair
(RMA). Didasari atas teori Simmetric Warfare, kelihatannya kemenangan perang
tidak lagi ditentukan factor-faktor yang pasti, maka upaya merebut keunggulan
informasi melalui prinsif Network Centic Warefare, adalah sbb:Merencanakan,
membangun dan mengembangkan jaringan sesuai dengan tuntutan kebutuhan
operasional sistem, sehingga memiliki kekuatan yang akan meningkatkan
kemampuan sharing informasi,kerja sama informasi/kolaborasi, dan
meningkatkan efektivitas misi secara dramatis.
Kemudian Arwin DWS lebih fokus masalah doktrin Operasi Informasi TNI
AD yang tidak implementatif.Arwin mengajukan pola tersendiri untuk merangkai
elemen-elemen yang dimiliki TNI AD menjadi sebuah sistem informasi.Awin
DWS membuat formulasi siklus informasi mulai dari input data, proses dan
ouput secara terpadu, yang disebut Observe, Orientation, Decition dan Action
(OODA);
Menurut peneliti kerangka kerja ini sangat bagus dalam menyusun
kerangka kerja dalam suatu sistem secara linear. Akan tetapi kalau melihat
hubungan data menjadi data base terjadi loncatan, karena pada saat ini terjadi
reduksi data. Artinya tidak semua data masuk ke data base. Like and dislike
operator misalnya sangat menentukan, atau arahan pimpinan data yang masuk
cukup ini dan itu sehingga terjadi kekacauan reduksi. Apabila peralatan yang
bagus namun tidak dibarengi dengan sumber daya yang diharapkan, maka
perlatan mahal menjadi sia-sia. Untuk mengatasi ini harus ada perubahan mind
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 20
set, atau cara pandang bersama tentang keunggulan informasi. Standar data
yang masuk dan itu sangat dipengaruhi oleh otoritas pimpinan dan bawahan pun
menyesuaikan dengan selera pimpinan. Akan tetapi kalau bagaimanapun proses
tetap jalan, maka sebuah hanya diuji oleh waktu.
Kemudian Eitan Altmandalam tulisannya berjudul InformationTheory:
New Challenge sand New InterdisciplinaryTools dengan menggunakan teori
permainan (Game Theory) menunjukan hubungan ketidak teraturan satu
dengan yang lain pola tersendiri walaupun digerakan secara bebas. Artinya
sesuatu bekerja menurut dirinya sendiri akan menghasilkan pola sendiri.
Operasi-operasi informasi pada dasarnya terbagi dua, operasi informasi
depensif dan opersai informasi opensif. Operasi informasi depensif merupakan
kesiapan sistem untuk mengamankan informasi sendiri dari upaya musuh untuk
merusak, mengganti,mencuri atau dengan cara lain yang dapat mengganggu
keputusan komando. Sedangkan operasi opensif bersifat menyerang, atau
berupaya untuk mendapatkan informasi tentang lawan dengan cara-cara yang
aman dari pengetahuan musuh, namun mendapatkan informasi yang objektif,
cepat, akurat dan dibutuhkan.
Terkait dengan sistem informasi satuan-satuan TNI, pertanyaan yang diuji
adalah kemampuan opensif dan defense seperti apa yang dimiliki TNI sekarang.
Untuk itu perlu dilakukan penilaian terhadap Prosedur, Aplikasi, nfrastruktur dan
Data (PAID) dalam menghidangkan sebuah keputusan untuk pimpinan
TNI/Komando. Dalam beberapa latihan gabungan TNI telah melaksanakan
operasi informasi.TNI menyadari pentingnya operasi informasi, namun belum
memiliki landasan teori karena belum ada research standar akademis tentang
operasi informasi.
Kebijakan pimpinan mencari refensi diataranya United States Joint
Publication (JP 3-13) tahun 1998 tentang Information Operations dan United
States Air Force Doctrin Documen (AFDD) 2-5 tahun 2002 tentang Informations
Operations. Secara khusus operasi informasi di lingkungan TNI AD
dimuat dalam dotrin SBP 2004 dan dituangkan dalam Surat Keputusan Kasad
nomor Skep/133/VII/2005 tentang Operasi Informasi dalam bentuk Naskah
Sementara Buku Petunjuk Pelaksana (Bujuklak). Karena TNI ADmengadopsi
JP 3-13 sebagi rujukan, maka penelitian ini akan merujuk kembali JP 3-13
sehingga dapat menelaah doktrin yang digunakan TNI dan operasional secara
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 21
teknis dilapangan. Dotrin ini telah dilakukan uji coba dalam Geladi Pos Komando
(Posko) Angkasa Yudha tahun 2011 dan 2012.
2.4. Sistem Informasi.
Sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling
berhubungan, mengumpulkan/mendapatkan, memproses, menyimpan, dan
mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan
pengawasan dalam suatu organisasi.Infrastruktur teknologi informasi (TI)
sebagai sumber daya teknologi bersama yang menyediakan platform untuk
aplikasi sistem informasi perusahaan yang terperinci.Infrastruktur TI meliputi
investasi dalam peranti keras, peranti lunak dan layanan konsultasi, pendidikan,
dan pelatihan yang tersebar di seluruh perusahaan atau tersebar di seluruh unit
bisnis dalam perusahaan.Infrasturktu TI terdiri atas sekumpulan perangkat dan
aplikasi peranti lunak yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu perusahaan
besar secara keseluruhan.Infrastruktu TI di dalam organisasi saat ini merupakan
hasil dari evolusi selama lebih dari 50 tahun di dalam platform komputasi. Lima
tahap dalam evolusi ini adalah :
1. Era Mesin Akuntansi Elektroni
2. Era Maninframe Umum dan Komputer Mini
3. Era PC
4. Era Klien/Server
5. Era Komputasi Internet Perusahaan
Perubahan infrastruktur TI yang baru dijelaskan telah menghasilkan
perkembagna dalam memrosesan komputer, chip memori, perangkat
penyimpanan, telekomunikasi, dan jaringan peranti keras dan peranti lunak, dan
rancangan peranti lunak yang telah meningkatkan daya komputasi secara
eksponensial sementara mengurangi biaya juga secara eksponensial. Berikut
adalah perkembangan-perkembangan yang terpenting :
1. Hukum Moore dan Daya Pemrosesan Mikro.Menjelaskan peningkatan
eksponensial dalam daya pemrosesan dan penurunan eksponensial
dalam biaya teknologi komputer, melipatgandakan daya prosesor
setiap 18 bulan sekali dan menurunkan harga komputasi setengahnya.
2. Hukum Penyimpanan Digital Besar. Menjelaskan penurunan
eksponensial dalam biaya penyimpanan data yang bunyinya Jumlah
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 22
kilobyte data yang dapat disimpandalam media magnetik dengan biaya
$1 menjadi dua kali lipat setiap 15 bulan.
3. Hukum Metcalfe dan Ekonomi Jaringan.Menjelaskan semakin
banyaknya penggunaan komputer dengan menunjukkan bahwa nilai
sebuah jaringan bagi anggota jaringan tersebut meningkat secara
eksponensial seiring anggota jaringan tersebut semakin banyak lagi.
4. Mengurangi Biaya Komunikasi dan Internet.Turunnya biaya komunikasi
dengan cepat dan semakin banyaknya kesempatan dalam industri
teknologi untuk menggunakan standar-standar komputasi dan
komunikasi.
5. Dampak Jaringan dan Standar.Standar teknologi adalah spesifikasi
yang menentukan kompatibilitas berbagai produk dan kemampuan
berkomunikasi dalam sebuah jaringan.Standar teknologi meluncurkan
skala ekonomi yang dahsyat dan menghasilkan penurunan harga
karena para produsen berkonsentrasi pada produk yang dibuat
berdasarkan standar tunggal. Tanpa skala ekonomi tersebut,
komputasi bagain apa pun akan menjadi jauh lebih mahal daripada
yang ada saat ini. Komponen Infrastruktur. Infrastruktu TI saat ini
menghasilkan tujuh komponen utama, yaitu :
a. Platform peranti keras computer
b. Platform peranti lunak komputer
c. Manajemen dan penyimpanan data
d. Platform jaringan/telekomunikasi
e. Platform Internet
6. Layanan dan konsultasi integrasi system Tren Platform Peranti
Keras.
7. Teknologi Baru.
Kemudian beberapa catatan tentang perkembangan system
komputer yang menarik saat ini;
1. Integrasi platform komputasi dan telekomunikasi
Pada tingkat klien, perangkat komunikasi seperti telepon seluler
berfungsi sebagai komputer genggam, sementara PDA menjadi
telepon seluler. Pada tingkat server dan jaringan, pertumbuhan
sistem telepon Internet yang sukses menunjukkan bagaimana
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 23
platforrm komputasi dan telekomunikasi yang terpisah secara
historis menjadi terpusat melalui sebuah jaringan tunggal Internet.
Kebanyakan jaringan menjadi sumber dari daya komputasi,
sehingga perusahaan bisnis dapat memperbesar daya
komputasinya dengan hebat hanya dengan biaya yang sangat
sedikit.
2. Komputasi grid. Komputasi grid meliputi koneksi komputer jarak
jauh secara geografis ke dalam jaringan tunggal untuk
menciptakan sebuah komputer super dengan mengombinasikan
daya komputasi dari semua komputer pada grid. Alasan bisnis
untuk menggunakan komputasi grid adalah penghematan biaya,
kecepatan komputasi dan kecekatan.
3. Komputasi berdasar permintaan (utilitas). Mengacu pada
perusahaan yang menyebarkan permintaan daya komputasi ke
pusat pemrosesan data skala besar yang letaknya jauh. Untuk
mengurangi biaya kepemilikan sumber peranti keras, komputasi
berdasarkan permintaan membuat perusahaan semakin tangkas
dalam menggunakan teknologi, dan mengurangi risiko berinvestasi
dalam infrastruktur TI secara berlebihan.
4. Komputasi otonom dan komputasi edge. Komputasi otonom
adalah sebuah upaya di seluruh industri untuk mengembangkan
sistem yang mampu mengonfigurasi, mengoptimalkan dan menala
dirinya sendiri, memperbaiki pada saat terjadi kerusakan, dan
melindungi dirinya sendiri dari penyusup asing dari luar dan
perusak. Komputasi edge adalah skema bertingkat yang
menyeimbangkan pembagian beban untuk aplikasi berbasis Web
di mana bagian-bagian penting dar muatan, logika dan
pemrosesan situs Web ditampilkan oleh server yang lebih murah
dan lebih kecil yang dekat dengan para pengguna untuk
meningkatkan waktu respons dan ketangguhan sambil
mengurangi biaya teknologinya.
5. Virtualisasi dan prosesor multicore. Virtualisasi adalah proses
menampilkan sejumlah sumber daya komputasi sehingga semua
hal tersebut dapat diakses dengan cara yang tidak dibatasi
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 24
konfigurasi atau lokasi geografis. Virtualisasi server membuat
perusahaan dapat menjalankan lebih dari satu sistem operasi
pada waktu yang bersamaan pada sebuah mesin. Selain untuk
mengurangi pengeluaran untuk peranti keras dan daya, virtualisasi
membuat perusahaan dapat menjalankan aplikasi warisan pada
versi sistem operasi yang lebih lama pada server yang sama
seperti aplikasi yang lebih baru. Virtualisai juga memberikan
fasilitas sentralisasi administrasi peranti keras. Prosesor multicore
adalah sirkuit gabungan yang memiliki dua prosesor atau lebih.
Teknologi ini memungkinkan dua mesin pemrosesan dengan
kebutuhan daya dan pengurangan panas yang lebih sedikit untuk
menjalankan tugas-tugas lebih cepat daripada sebuah chip yang
membutuhkan sumber daya besar dengan sebuah satu core
pemrosesan. Tren Platform Perenti Lunak dan Teknologi Baru.
Ada enam tema utama dalam evolusi platform peranti lunak
kontemporer :
a. Linux dan peranti lunak open source. Peranti lunak open source
diproduksi dan dipelihara oleh komunitas programer global dan
dapat diunduh gratis.Linux adalah sebuah sistem open source
yang elastis, tangguh, yang dapat berjalan di berbagai platform
peranti keras dan digunakan secara luas untuk menjalankan
server Web.
b. Java. Java adalah sistem operasi dan bahasa pemograman yang
tidak terpengaruh peranti keras dan merupakan yang terbaik
dalam lingkungan pemrograman interaktif untuk Web.
c. Peranti lunak perusahaan. Meliputi aplikasi perusahaan dan
middleware seperti peranti lunak integrasi aplikasi perusahaan dan
layanan Web.
d. Layanan Web dan arsitektur berorientasi layanan. Layanan Web
digabungkan dengan komponen peranti lunak berdasarkan
standar Web terbuka yang tidak dibatasi oleh produk dan dapat
bekerja dengan segala peranti lunak aplikasi dan sistem
operasi.Layanan Web dapat digunakan sebagai komponen
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 25
aplikasi berbasisi Web yang menghubungkan sistem terpisah
dalam sebuah perusahaan.
e. Mashup dan aplikasi peranti lunak berbasis Web
Mashup. Ini adalah aplikasi peranti lunak yang baru, layanan yang
didasarkan pada penggabungan aplikasi peranti lunak yang
berbeda menggunakan jaringan data berkecepatan tinggi, standar
komunikasi universal, dan kode open source.
f. Outsourcing peranti lunak. Perusahaan membeli aplikasi peranti
lunak baru dari sumber di luar, termasuk paket peranti lunak
dengan mengontrakkan pengembangan aplikasi yang ada ke
vendor eksternal atau menyewa layanan peranti lunak dari sebuah
penyedia layanan aplikasi.
Informasi sebagai sebuah system, artinya terdiri dari berbagai
elemen.Menurut Lani Sidarta Sistem Informasi adalah buatan manusia yang
berisi himpunan terintegrasi dari komponen komponen manual dan komponen
komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data,
memproses data, dan menghasilkan informasi untuk pemakai Secara umum
menurut Turban, McLean, dan Wetherbe sistem informasi berfungsi;
1. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dengan kecepatan
tinggi
2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antarorgansiasi yang
murah, akurat, dan cepat
2. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang yang
kecil tetapi mudah diakses
3. Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat banyak di seluruh
dunia dengan cepat dan murah
4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja dalam
kelompok dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi
5. Menyajikan informasi dengan jelas yang menggugah pikiran manusia
6. Mengotomasikan proses-proses bisnis yang semiotomatis dan
tugas-tugas yang dikerjakan secara manual
7. Mempercepat pengetikan dan penyuntingan.
8. Melaksanakan hal-hal di atas jauh lebih murah daripada kalau dikerjakan
secara manual.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 26
Lain lagi dengan audit informasi adalah sebuah proses sistematis untuk
secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai pernyataan
perihal data, persepsi, saran, tindakan dan interaksi bernilai informasi, untuk
memastikan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasil-hasilnya pada para pemakai
yang berkepentingan. Para auditor biasanya mengaudit di luar computer (audit
around the computer) dan tidak menghiraukan computer dengan program-
programnya. Mereka hanya mempelajari catatan dan output dari sistem
tersebut, dan berpikir jika output telah dengan benar dihasilkan dari input sistem,
maka pemrosesan pastilah andal. Memnag pendekatan yang lebih baru, yaitu
audit melalui computer (audit through the computer), menggunakan komputer
untuk memeriksa kecukupan pengendalian sistem, data dan output menjadi
pertimbangan lebih lanjut.
Audit hampir sama dengan evaluasi, yaitu aplikasi suatu standar atau system
pengambilan keputusan terhadap data asesmen, untuk menghasilkan keputusan
tentang besar dan kelayakannya kegiatan yang sedang berlansung. Tujuan
audit bersifat sumatif dan formatif. Kalau dikatakan sumatif jika tujuannya untuk
mencapai tujuan akhir dalam suatu proses, dan kalau hanya untuk member
umpan balik dapat disebut formatif. Khusus untuk audit dalam penilitian ini
bersifat formatif, yaitu masukan kepada Presiden/Menhan/Panglima TNI,
khususnya Pimpinan TNI tentang operasi informasi yang digelar di TNI AD.
Karena tujuan Audit bersifat formatif maka audit ini bukan mengukur tujuan yang
ditetapkan dalam doktrin TNI, apalagi standar US JP 3-13. Untuk itu lebih
bersifat pengembangan wawasan, apalagi menurut pelitian terdahulu khusus TNI
AD belum memiliki Protap Doktrin Operasi Informasi melalui hasil research yang
standard.
Audit terhadap Oprasi-operasi Informasi harus mengukur atribut-atribut pada
lingkungan informasi, kurangnya bukut merupakan suatu persoalan. Lingkungan
informasi adalah kumpulan individu, organisasi, atau system yang
mengumpulkan, proses atau menyebarkan informasi, termasuk informasi itu
sendiri (JP 13/03) Dengan demikian Lingkungan informasi adalah kombinasi
asset secara fisik (system informasi dan konsep-konsep non fisik (informasi,
berbasis informasi) FM 3-13 6-3 . Kemudian sebagai perbandingan baik Doktrin
SBP TNI AD, JP 3 13, peneliti juga menggunkan buku Information Operations:
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 27
The Hard Reality of Soft Power ditulis oleh para ahli dari Information Resourch
Resources Management College National Defence University (pengantar Dr.
Dan Kuel).
2.5. Lingkungan Informasi dan Keunggulan Informasi
Salah satu harus menyadari bahwa model dan teori-teori yang digunakan
oleh para akademisi untuk menganalisis politik dunia, ekonomi, dan kekuatan
militer selama lima puluh tahun terakhir sudah ketinggalan. Liberalisme, realisme
dan neo-realisme tidak lagi konstruksi yang cukup yang cukup menjelaskan
dinamika politik hubungan ternasional saat ini. Selain itu, telah terjadiperubahan
substansial dalam sifat isu strategis, operasional dan taktis. Teori sebelumnya
menyatakan bahwa masalah strategis yang biasanya isu global, namun yang
membangun telah berubah. Sekarang ada banyak peristiwa di tingkat taktis
yang dapat dengan cepat meningkatkan mempengaruhi area global dengan
menggunakan teknologi canggih atau media massa. Oleh karena itu,perlu
model baru untuk sisetem komunikasi TNI. Kemampuan baru kombinasi
teknologi dan informasi telah menantang unsur-unsur kekuatan tradisional
termasuk faktor militer, diplomatik dan ekonomi. Kemampuan ini dikombinasikan
dengan kemampuan komputasi canggih dan jaringan data sekarangmembuat
pilihan yang tersedia untuk tidak hanya pejabat militer dan pemerintah tetapi juga
perusahaan komersial dan warga negara yang sebelumnya tidak ada.
Serangan pada sistem komputer, publikasi negatif menggunakan media
massa, spamming Internet dan ancaman kegagalan infrastruktur telah gejala dari
operasi di era baru ini. Tidak lagi adalah militer dan kekuatan ekonomi Amerika
Serikat dipindahtangankan dalam banyak solusi politik (contohnya Somalia).
Jenderal Aideed mengakui memanipulasi media untuk menjaga superior
pasukan Amerika Serikat yang kehilangan keseimbangan seluruh sebagian
besar operasi selama1993.Dengan penggunaan kamera video.
Sementara Operasi Badai Gurun diperkenalkan dunia untuk keuntungan dari
era revolusioner ini, itu Somalia di mana kekuatan sejati Operasi Informasi
datang ke hasil. Tidak berarti Somalia setara dengan Amerika Serikat dalam
perbandingan kekuatan, apakah militer atau ekonomi. Namun, karena Aideed
efektif digunakan media massa untuk keuntungan, ia sebenarnya dikendalikan
aliran peristiwa. Penggunaan informasi untuk tingkat efek kekuasaan langsung
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 28
dikenali dan sejak itu telah didirikan pada doktrin. Sejak saat itu, Operasi
Informasi-informasi telah berkembang untuk menjadi model dalam memahami
konflik assymmetrical, dan terkait dengan persoalan hubungan internasional.
Persoalan utama penelitian ini adalah membuat model data dan model prose
dalam konteks operasi informasi. Untuk memahami kemapuan audien tenteng
operasi informasi, akan digunkan checklist sebagai berikut;
No. Inti ? Pendukung ?
1. Electronic Warfare , faxmile,
radio dll.
Persakan fisik
2. Komputer Network Operations Perlindungan informasi
3. Komputer Network attack Pengamanan Fisik
4. Komputer Network exploitation
5. Operasi psikologi Kounterpengelabuan
6 Operasi intelijen, pengamanan,
penegelabuan, penggalangan
Kounterintelijen
7. Operasi Public Affair Kounterpropoganda
Lingkungan informasi sangat penting diteliti, tidak hanya fisk material saja,
tapi lingkungan informasi termasuk persepsi pelaku, baik staf maupun pimpinan.
Untuk itu perlu mempertanyakan tentang; apa yang ada dalam pikiran mereka
secara psikologis, apa strategi dan tujuan politik mereka dan apa sumber data
dan cara-cara mereka untuk mendapatkan informasi terpercaya. Untuk
memahami level lingkungan informasi akan menggunkan standard LISI tentang
Tingkat Interoperabilitas Organisasi;
Level 0 - Independent
Tingkat 0 interoperabilitas menggambarkan interaksi antara
organisasi independen. Ini adalah organisasi yang biasanya akan bekerja tanpa
interaksi selain itu disediakan oleh kontak pribadi. HP anatara komandan bekerja
menghubungi antara mereka.Organsiasi mereka cenderungbiasanya tidak
membagi tujuan yang jelas, tetapi mereka merasa saling memerlukan untuk
operasi bersama di beberapa skenario yang tidak memiliki preseden. Tidak ada
Prosedur Tetap (Protap), sebagai dasar pengaturan yang tidak direncanakan
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 29
dan tak terduga.Meskipun tidak ada kerangka kerja yang formal di tempat,
mereka mampu berkomunikasi misalnya melalui telepon, fax dan kontak pribadi
dalam pertemuan.
Contoh Operasi Gabungan TNI AD, AL dan TNI AD tentang Operasi
Informasi. Mereka merasa perlusaling mendukung, tapi tidak ada Protab
misalnya. Interoperabilitas antara unsur-unsur dari TNI pada dasarnya tidak
terjadi, namun dicover dengan cara-cara lain dalam sistem, dan itu berhasil
walaupun tanpa memperhitungan resiko dibelakang hari.
Level 1 - Ad hoc.
Pada tingkat interoperabilitas hanya kerangka organisasi sangat terbatas
berada di tempat yang dapat didukung dengan pengaturan caraad
hoc. Kohanudnas contoh bagaimana panduan untuk menggambarkan
bagaimana interoperabilitas terjadi, tapi pada dasarnya pengaturan tertentu
masih tidak direncanakan. Contoh interoperasi dengan TNI jika ada benca alam
seketika, dengan menggunakan Layanan Darurat Negara hubungan dengan
petugas dapat dilakukan sehingga sarana utama pertukaran informasi dan
pengetahuan dapat dilakukan.
Level 2 - Kolaborasi
Kolaboratif organisasi tingkat interoperabilitas dimana kerangkanya diakui
dapat mendukung interoperabilitas dan tujuan bersama. Masing-masing
menyadari peran dan diakui serta diiringi dengan tanggung jawab yang
disiapkan sebagai bagian dari tanggung jawab bersama yang luas dan sedang
berjalan, namunorganisasi masih berbeda. Pelatihan mungkin telah terjadi
dalam beberapa aspekkerja internal dan komunikasi yang signifikan dan berbagi
pengetahuan tidak terjadi tapi kerangka organisasi 'masih memiliki pengaruh
yang signifikan, batas antara bagian masih terasa. Contoh bisa interoperasi
antara unit Logistik Angkatan Darat dengan unit Logistik Angkatan Darat, dan
terlait juga dengan unit taktis operasi gabungan.
Level 3 - Terpadu
Tingkat terpadu interoperabilitas organisasi adalah salah satu di mana ada
dibagi sistem nilai dan tujuan bersama, pemahaman umum dan kesiapan untuk
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 30
beroperasi, misalnya, rincian doktrin menggunakan pengalaman bersama, ada
tempat dan ada pengalaman yang signifikan dalam menggunakan
sistem bersama, sehingga perlu Latgab secara berkala. Kerangka kerja latihan
berada dalam satu payung komando, keterampilan menguasai peratalan sama-
sama menguasai, sehingga tidak ada yang merasa milik satu atau yang lainnya.
Level 4 Unified (Bersatu).
Sebuah organisasi bersatu adalah salah satu di mana tujuan organisasi,
doktrin, sistem nilai, struktur/gaya komando, dan basis pengetahuan yang setara
dalam penggunaan sistem. Satu bagian tidak menunjukan lebih penting dari
yang lainnya. Cara ini memungkinkan terjadi organisasi interoperasi secara
berkelanjutan, operasi ingormasi-informasi sepanjang masa, perang
berkepanjangan (Perang Asimetrik) . Ini benar-benartingkat yang ideal di mana
tidak ada hambatan dalam kerangka organisasi untuk interoperation penuh dan
lengkap. Hal ini mungkin hanya terjadi pada organisasi yang sangat homogen.
Setelah memahami level LISI tersebut kemudian disusn data dengan kerangka
Kobit. Agar data dapat dikontruksi dan memungkikan dapat decoding dan
aplikasi.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 31
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos dan logos.Metodos
berasal dari metha yang berarti melalui dan hodos berarti jalan ke atau prosedur,
dan logos berarti ilmu.Secara sederhana metodologi artinya ilmu prosedur.
Kemudian kata Penelitian berasal dari kata teliti, tambah konfiks pe-an,
sehingga menambah makna cara meneliti. Artinya Metodologi Penelitian di sini
suatu kegiatan keilmuan untuk mencari kebenaran, kebaikan dan kemulian
dengan cara meneliti. Karena upaya tersebut bersifat metafisis, dalam hal ini
untuk membangun sistem informasi agar command and control (CC) dapat
melakukan koordinasi dengan baik, keputusan yang tepat dan sebagainya.
Pertanyaannya bagaimana menjawab menyusun data dari berbagai
sumber yang tidak tersusun dan transfer data yang lambat untuk dapat
mendukung command and control (CC) komando atas sesui dengan hirarkhi dan
kondisi yang berbeda dalam kerangka keilmuan, maka disini tugas filsafat ilmu
memberi persyarakat dasar sebuah penelitian bernilai karya ilmu. Bagi Filsafat
Ilmu sebuah penelitian masuk dalam suatu kajian harus memiliki unsure
ontologis, epsitemologis dan axiologi. Dalam aplikasinya diimplementasikan oleh
sebuah model metodologi yang mengandung; keteraturan (sistematis),
konsistensi, korespondensi (rasional-empiris) dan determinisme
(kausalitas).Dengan demikian Metodologi Penelitian adalah prosedur keilmuan
yang dilakukan peneliti untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh peneliti itu
sendiri.
Untuk mencapai sesuatu tujuan harus dilakukan dengan cara yang tepat.
Ilmu menentukan cara yang tepat untuk mencapai tujuan dalam dunia ilmu
pengetahuan dipelajari dalam metodologi. Secara harfiah metodologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu metodos dan logos. Metodos berasal dari metha yang
berarti melalui dan hodos berarti jalan ke atau prosedur, dan logos berarti
ilmu.Secara sederhana metodologi artinya ilmu prosedur mencapai tujuan.
Kemudian kata Penelitian berasal dari kata teliti, tambah konfiks pe-an,
sehingga menambah makna cara meneliti. Dengan demikian metodepenelitian
dalam penelitian ini untuk menentukan langkah langkah dalam mencari
kemudahan untuk melaksanakan command and control (CC) bagi komando atas
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 32
sesuai dengan hirarkhi dan kondisi yang berbeda dalam kerangka
keilmuan.Sesuai dengan tujuan CC adalah untuk dapat merumuskan perintah,
keputusan yang tepat, mengontrol pelaksnaannya, melakukan koordinasi antar
komando, intansi samping dan sebagainya.
Sesuai dengan rumusan masalah dalam Bab I di atas bahwa penelitian
ini bertujuan menggambarkan lingkungan informasi TNI AD. Karena
keterbatasan peneliti, maka peneliti memilih Dinas Penerangan dan Dinas
Informasi dan Pengolahan Data. Dua dinas tersebut dapat memehuhi tuntutan
elemen informasi yaitu prosedur, aplikasi, infrastruktur dan data. Penelitian ini
terkait dengan Perahanan Negara belum optimal. Keterkaitan ini penting untuk
memperlihatkan keberadaan Strata Mutlak Pertahanan Negara demi
kelangsungan NKRI berupa integritas teritorial, kedaulatan nasional, dan
keselamatan bangsa Indonesia. Integritas teritorial tergambar dalam efektifitas
CC, dalam hal ini Presiden sebagai Panglima Tertinggi, Panglima TNI, Kepala
Staf Angkatan mestinya memiliki akses terhadap prajurit di lapangan karena
dalam era Perang Informasi perebutan keunggulan informasi merupakan
keniscayaan. Informasi yang cepat, akurat dan lengkap sangat diperlukan oleh
pimpinan dalam mengambil keputusan yang tepat, dan mengkoordinasikan siapa
berpicara apa sehingga kesembangan opini dapat menjaga suasana nyaman
dan menjamin sinergisitas dalam sebuah sistem pertahanan negara.
Kalau melihat kenyataan di lapangan dan penjelasan pejabat Kemhan/TNI
sistem informasi belum memiliki bentuk yang dapat mendukung operasi informasi
dan masih belum standar kalau dibandingkan dengan US JP-3 13 Sesuai
dengan penjelasan Bab I bahwa penelitian ini terkait dengan model
interoperability data link pertahanan negara. Dengan demikian Interoperability
data link bagian dari sistem informasi menggunakan teknologi digital, maka
penelitian ini merujuk pada metode mencari model penyempurnaan sistem
informasi. Karena pilihan metode-metode untuk melakukan penelitian sistem
informasi sangat banyak, maka peneliti berhadapan dengan pilihan-pilihan
metode mana yang tepat dalam mengadakan perbaikan sistem informasi
pertahanan negara tersebut.
Bagi peneliti, secara sederhana metode pengembangan sistem informasi
terbagi dua; yaitu metode bersifat tradisional atau konservatif yang
mengutamakan pemikiran deduktif, dan kedua metode yang progresif yang
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 33
bentumpu pada metode induktif. Setelah meninjau beberapa metode untuk
mencari model sistem informasi dan konsultasi dengan beberapa ahli, baik dari
TNI, Kemhan dan Akademisi maka penelitian ini akan menggunkan metode
pendekatan Rapid Application Development(RAD).
3.1. Metode Pendekatan Rapid Application Development (RAD).
Upaya penyatuan pengembangan tradisional dengan progresif dapat
digambarkan;
Pertimbangan peneliti memilih model pengembangan RAD ini karena
relevan dengan tujuan penelitian untuk mencari model proses (interoperability)
dan model data (data link) . Kelebihan Model RAD mampu mengintegrasikan dari
berbagai sistem, memang kelemahan Model RAD tidak melibatkan proses
regulasi, padahal intansi strategis pemerintah sangat perlu. Kemudian peneliti
juga mempertimbangkan aspek tradisi di lingkungan Kemhan/TNI, pola hukum
yang ada dan potensi kemampuan personil Kemhan/TNI, sehingga peneliti
menambah satu tahapan yaitu tahap regulasi sebelum aplikasi. Memang RAD
memiliki kelebihan tapi juga memiliki kelemahan diataranya;
1. Sangat tergantung pada tim yang kuat dan kinerja individu untuk
mengidentifikasi kebutuhan bisnis. Untuk mengatasi ini Kemhan/TNI
memiliki potesi sumber daya manusia yang dapat dididik dan bibina.
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 34
2. Membutuhkan desaianer yang sangat terampil. Untuk mengatasi masalah
ini Kemhan/TNI dapat bekerjasama dengan pihak ketiga dengan
didampingi pihak internal, samapai pihak internal mandiri.
3. Ketergantungan tinggi pada kemampuan modeling. Untuk menjaga
kontinuitas kebutuhan yang berkembang Kemhan/TNI perlu menyiapkan
kader secara berkelanjutan, mendidik generasi muda yang potensial.
4. Diterapkan untuk proyek-proyek yang lebih murah sebagai biaya
pemodelan dan otomatis generasi kode sangat tinggi, sehingga ketika
menggunakan model RAD:harus menciptakan sebuah sistem yang dapat
modular dalam waktu 3-6 bulan.
5. Pembiayaan yang cukup tinggi dari desainer untuk pemodelan, biaya
pembuatan kode samapai menghasilkan alat otomatis sesuai dengan
model proses yang diinginkan. .
Untuk memperkuat metode ini peneliti meletakan dalam kerangka
paradigma filosofis-fenomenologis.Intinya, penelitian ini merupakan penelitian
bagian dari sistem pertahanan negara yang sangat komplek (system to system)
berguna untuk pembentukan model yang berdampak luas, pertimbangan itu
peneliti harus memiliki dasar filosofis yang kuat. Menarikanya lagi dalam
metode RAD ini bukan hanya faktor teknis semata tapi memahami persoalan
human yang terkait dalam proses sebagai titik awal yang perlu diperhitungkan.
Penelitian ini merupakan rangkaian dari penelitian terkait lainnya terutama
Sistem Informasi tiap Angkatan di lingkungan TNI, sehingga penelitian tersebut
bagian dari penelitian ini walaupun menggunaka metode yang berbeda, karena
sesuai dengan tujuan pada tahapan yang dikerjakan. Untuk itu pilihan berbagai
metode untuk pengembangan Sisinfohaneg tergantung pada tujuan dan sasaran
penelitian. Model tersebut menentukan berbagai tahap proses dan urutan di yang
akan dilakukan.
James Martin membangun pendekatan RAD membagi proses dalam
empat tahap yang berbeda:
1. Persyaratan tahap perencanaan. Analisa tentang Target, Tujuan dan
Tugas Pokok organisasi menjadi penting.Menggabungkan unsur perencanaan
sistem dan analisis sistem fase Sistem Development Life Cycle
(SDLC).Pengguna, manajer, dan anggota staf IT membahas dan menyepakati
kebutuhan bisnis, lingkup peluang, kendala, dan persyaratan sistem.Tahap ini
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 35
pendting mencari kesepahaman, secara prinsif harus ditemukan dibicarkan
terbuka dan diikat dengan ketentuan.
2. Tahap Mendesain Pengguna, pada fase ini, pengguna berinteraksi
dengan sistem analis dan mengembangkan model dan prototipe yang mewakili
semua sistem proses, input, dan output. Aliran informasi yang sudah
didefinisikan, disusun menjadi sekumpulan objek data.Ditentukan
karakteristik/atribut dan hubungan antar objek-objek tersebut.Intinya analisis
kebutuhan dan data. Kelompok Peneliti dengan pendekatan RAD atau
subkelompok biasanya menggunakan kombinasi teknik Joint Application
Development (JAD)untuk menerjemahkan kebutuhan pengguna ke dalam model
kerja. Dalam JAD memahami Proses dan Data Model, Merekam Keputusan
Stakeholder, Isu, & Action serta menghasilkan Rencana JAD Rencana, Sesi, &
Wrap-Up Kerja.Desain pengguna adalah proses interaktif yang
berkesinambungan yang memungkinkan pengguna untuk memahami,
memodifikasi, dan akhirnya menyetujui sebuah model kerja dari sistem yang
memenuhi kebutuhan mereka. Langkah-langkah pelaksanaan JAD sebagai
berikut; Wawancara Executive Sponsor, Baca Dokumentasi yang ada, Draft
Lengkap, Ringkas rencana kerja, Wawancara Stakeholder, Membentuk Tim
JAD, Aplikasi Dasar Dokumen, Buat Rencana JAD, Siapkan Bahan, Set Up
Room, Ulasan dengan Executive Sponsor.
3. Tahap Konstruksi, berfokus pada program dan pengembangan aplikasi
tugas mirip dengan SDLC. Namun dalam RAD pengguna terus berpartisipasi dan
masih dapat menyarankan perubahan atau perbaikan sebagai layar atau laporan
yang perlu dikembangkan. Tugasnya adalah pengembangan program dan
aplikasi, coding, unit-integrasi dan pengujian sistem. objek data yang sudah
didefinisikan diubah menjadi aliran informasi yang diperlukan untukmenjalankan
fungsi-fungsi bisnis. RAD menggunakan komponent program yang sudah ada
atau membuat komponent yang bisa digunakan lagi, selama diperlukan.
4. Tahap Aplikasi. pendekatan dasar, (cut-over) - menyerupai tugas akhir
dalam tahap implementasi SDLC, termasuk konversi data, pengujian, change-
over ke sistem baru, dan pelatihan pengguna. Dibandingkan dengan metode
Laporan Hasil Penelitian LPPM Unhan 2016 36
tradisional, seluruh proses yang dikompresi. Testing and Turnover: karena
menggunakan component yang sudah ada, maka kebanyakan component sudah
melalui uji atau testing. Namun komponenn baru dan interface harus tetap diuji.
Adapun model RAD yang akan digunakan peneliti adalah:
1. Pemodelan Tugas Pokok: Aliran informasi diidentifikasi antara berbagai
fungsi dan tugas. Tahap perencanaan ini dimulai
denganmenggabungkan unsur perencanaan sistem dan analisis sistem
pada fase Sistem Development Life Cycle (SDLC). Terdiri dari
pengguna, manajer, dan anggota staf IT membahas dan menyepakati
kebutuhan, lingkup proyek, kendala, dan persyaratan sistem. Kata kunci
adalah untuk mencapai kata kesepakatan tim, tentang isu-isu kunci dan
memperoleh otorisasi manajemen untuk menelitinya. Pada tahap ini
menjawab pertanyaan-pertanyaan:
a. Bagaimana mengklsifikasikan data, artinya bagaimana menentukan
apakah data bersifat strategis, takstis, dan operasional, terstruktur,
semi-terstruktur dan non strukural?
b. Bagaimana data dikirim dan kepada siapa yang bersifat dua arah
atau hanya atasan lansung (kompatibilitas), data yang mana yang
dikirim terus menerus (jaringan secara integrasi), dan mana pula
data yang disampaikan hanya data tertentu dalam waktu tertentu,
atau kondisi tertentu (interoperabilitas)
c. Bagaimana untuk menganalisa data menjadi informasi, apa yang
mengendalikan proses pengambilan keputusan? Kemana informasi
itu diberikan? Siapa yang menyimpan informasi? Apa sesungguhnya
kebutuhan dari sistem kebutuhan dari sistem .
d. Pemodelan Data: Informasi yang dikumpulkan dari pemodelan
tugasdan fungsi digunakan untuk mendefinisikan objek data yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pokok.
e. Pemodelan Proses: objek data yang didefinisikan dalam pemodelan
data dikonversi untuk mencapai aliran informasi bisnis untuk
mencapai beberapa tujuan bisnis yang spesifik. Deskripsi
diidentifikasi dan dibuat untukCreate, Read,Update and Del