Download - Laporan Field Trip
UNIVERSITAS JEMBERFAKULTAS PERTANIANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIANLABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR
LAPORAN PRAKTIKUM
GOL/KELOMPOK : D/5
ANGGOTA : 1. NOVIA AYU S. (111510501151)
2. ALAN YANUAR (111510501135)
3. BENY SETIAWAN (111510501143)
4. AHMAD NIDHOM (111510501144)
JUDUL ACARA : FIELD TRIP
TANGGAL PRAKTIKUM : 28 NOVEMBER 2013
TANGGAL PENYERAHAN : 15 DESEMBER 2013
ASISTEN : 1. MOH. AMINNUDDIN
2. ASRI RINA HARDIANI
3. FAJAR FIRMANSYAH
4. FAKHRUSY ZAKARIYYA
5. KHUSNUL KHOTIMAH
6. NORMA LAILATUN NIKMAH
7. FANDI AHMAD
8. TIRTO WAHYU WIDODO
9. YUSTINA RATNASARI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pertanian berkelanjutan merupakan sistem pertanian yang layak
secara ekonomidan ramah lingkungan. Pada tingkat bentang lahan pengelolaannya
difokuskan padapemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian dalam
mempertahankan pollinator,pengendalian gulma, pengendalian hama dan
penyakit, hidrologi (kuantitas dankualitas air) dan mengurangi emisi karbon.
Banyak macam penggunaan lahan yangtersebar di seluruh bentang lahan, yang
mana komposisi dan sebarannya beragamtergantung pada beberapa faktor antara
lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi dankebiasaan serta adat istiadat
masyarakat yang ada disekelilingnya.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-
komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan
sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia
dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan
pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-
bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan
nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Siapapun yang bergerak di bidang pertanian seharusnya berbagi
kepedulian yang lebih luas pada masyarakat dalam mendukung lingkungan yang
bersih dan nyaman. Selama sepuluh tahun terakhir, telah terjadi paradigma yang
mengangkat masyarakat pertanian dari kondisi yang mengharuskan produktivitas
lebih tinggi menuju suatu kondisi masyarakat yang peduli pada keberlanjutan. Hal
ini dirasakan sebagai suatu kesalahan bahwa produktivitas yang tinggi dari
kegiatan pertanian konvensional telah menimbulkan biaya kerusakan yang cukup
siginifikan terhadap lingkungan alam dan disrupsi masalah sosial. Dalam usaha
mengalihkan konsekuensi-konsekuensi negatif pertanian konvensional, beberapa
format sistem pertanian berkelanjutan yang berbeda telah direkomendasikan
sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang
dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan. Tetapi
kriteria yang paling penting untuk kebanyakan petani dalam mempertimbangkan
suatu perubahan usaha tani adalah keingingan memperoleh hasil yang layak
secara ekonomi.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pertanian berkelanjutan serta penerapan sistem
pertanian tersebut.
2. Untuk mengetahui kriteria sistem pertanian berkelanjutan.
3. Untuk mengetahui penerapan sistem berkelanjutan melalui kunjungan lapang
pada lokasi lokasi tertentu.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pertanian dapat didefinisikan sebagai manajemen buatan untuk
meningkatkan bahan pangan dari lahan pertanian. Sejak awal dilakukannya
praktek pertanian kurang lebih 10.000 tahun yang lalu, manusia memainkan peran
aktif dalam mengupayakan pertumbuhan tanaman dengan memastikan bahwa
tanaman yang dibudidayakan dalam kondisi yang sesuai dan dengan input yang
sesuai. Selama ini produksi tanaman telah terus-menerus ditingkatkan, dengan
benih yang yang paling penting sebagai input pertanian. Dewasa ini tanaman yang
diupayakan hanyalah tanaman yang disukai dan dengan kualitas yang terbaik
dengan mengesampingkan dampaknya terhadap lingkungan (Bruce, 2012).
Hampir lima puluh tahun terakhir, pertanian merupakan mata pencaharian
dari sebagian besar penduduk dunia. Dari hasil produksi pertanian sebenarnya
telah memberikan berbagai macam keuntungan bagi penduduk dunia tersebut
sehingga mampu membiayai kebutuhan hidup serta di beberapa belahan dunia
pertanian ini mampu mengentaskan penduduk dari garis kemiskinan. Pada tahun
1961 hingga tahun 2007, produksi pertanian dunia jumlahnya mencapai tiga kali
lipat dari produksi sebelumnya, namun angka ini juga diimbangi dengan populasi
penduduk yang semakin bertambah dimana kenaikannya antara 3 sampai 6,8
miliar (Pretty dkk., 2011).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai buah keberhasilan pembangunan
telah menimbulkan dampak negative terhadap ketersediaan sumber daya alam dan
kualitas lingkungan. Sebagai gambaran, sektor pertanian yang bertumpu
mengalami pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya alam
makin menurun. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa pembangunan
berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah,
antara lain: (1) menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan, (2) berkurangnya
daya dukung lingkungan, (3) meningkatnya konversi lahan pertanian produktif,
(4) meluasnya lahan kritis, (5) meningkatnya pencemaran dan kerusakan
lingkungan, (6) menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani, (7)
meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran di pedesaan, dan (8)
terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat (Saptana dan Ashari, 2007).
Keterlanjutan dalam konteks globalisasi menuntut kekukuhan namun
sekaligus kelenturan struktur dan perilaku sistem pertanian dalam menghadapi
tekanan faktor-faktor eksternal. Ketegaran global memerlukan tindakan bersama
antarpelaku ekonomi di bawah "komando" pemerintahan. Dalam konteks
demokratisasi, keterlanjutan memerlukan peran serta seluruh pelaku ekonomi
dengan kedudukan sederajat dalam membuat putusan, termasuk petani subsisten.
Demokratisasi menyangkut faktor-faktor internal. Demokratisasi mengarah
kepada pemandirian parapelaku ekonomi yang berkaitan dengan liberalisme
politik (Notohaprawiro, 2006).
Sementara itu, patut diduga bahwa salah satu akar penyebab krisis
ekonomi ialah penyimpangan pelaksanaan pembangunan dari rencana jangka
panjangnya. Sektor industri dan jasa dibangun tidak padu-padan dengan sektor
pertanian. Dengan perkataan lain, krisis ekonomi merupakan akibat dari
kesalahan strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan sektor
industri berspektrum luas tanpa memperdulikan keterkaitannya dengan sektor
pertanian. Jika hipotesis ini benar maka strategi pembangunan di masa
mendatang haruslah ditinjau ulang. Sektor pertanian harus direposisi dari sektor
penunjang menjadi sektor andalan perekonomian nasional (Priyono, 2010).
Pada dunia pertanian saat ini muncul suatu tantangan mengenai adanya
keberlanjutan dalam suatu praktek pertanian. Hal tersebut terjadi karena semakin
lama terjadi peningkatan mengenai biaya khususnya dalam hal pangan. Kondisi
ini diperparah dengan adanya perubahan iklim, kelangkaan air, kemunduran
mengenai keanekaragaman hayati serta permasalahan mengenai lahan yang
semakin lama luasannya semakin berkurang (Kassam dkk., 2009).
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam menopang kehidupan
manusia yang sangat bergantung pada faktor teknis dan lingkungan. Selama
bertahun tahun sistem pertanian yang ada selalu mengandalkan penggunaan input
kimiawi yang berbahaya untuk meningkatkan hasil atau produksi pertanian. Hal
ini menuntut adanya penerapan teknologi yang dapat mengoptimalkan hasil tanpa
menimbulkan degradasi pada lingkungan. Salah satu inovasi yang dilakukan
adalah penerapan sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan (Hawayati
dkk., 2009).
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan
implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) pada sektor pertanian. Konsep pembangunan berkelanjutan
mulai dirumuskan pada akhir tahun 1980’an sebagai respon terhadap strategi
pembangunan sebelumnya yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi
tinggi yang terbukti telah menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun
kualitas lingkungan hidup. Konsep pertama dirumuskan dalam Bruntland
Report yang merupakan hasil kongres Komisi Dunia Mengenai Lingkungan
dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa: “Pembangunan berkelanjutan
ialah pembangunan yang mewujudkan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk mewujudkan kebutuhan mereka”
(Priyono, 2010).
Pertanian berkelanjutan atau pembangunan pertanian berkelanjutan
pertama kali menjadi pembicaraan dunia pada tahun 1987, tahun 1992 diterima
sebagai agenda politik oleh semua negara di dunia sebagaimana dikemukakan
dalam Agenda 21, Rio de Jeneiro. Dalam pertemuan tersebut ditegaskan bahwa
pembangunan ekonomi jangka panjang dapat dilakukan bila dikaitkan dengan
masalah perlindungan lingkungan. Pertemuan Johanesberg, Afrika Selatan (2-4
September 2002) yang merupakan pertemuan puncak Pembangunan
Berkelanjutan (”World Summit On Sustainable Development”) menegaskan
bahwa pembangunan berkelanjutan membutuhkan pandangan dan penanganan
jangka panjang dengan partisipasi penuh semua pihak. Secara jelas dinyatakan
bahwa pembangunan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan generasi
masa kini tanpa harus mengorbankan kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang.
Di bidang pertanian diterapkan dengan pendekatan pembangunan pertanian
berkelanjutan atau berwawasan lingkungan, yang dalam pelaksanaannya sudah
termasuk aspek pertanian organic (Ciptadi, 2009).
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR “pertanian
berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha
pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
1. Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam dipertahankan
dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari manusia, tanaman,
dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi
jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat
dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumberdaya lokal
digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
2. Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang
dikeluarkan, dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan
risiko.
3. Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian rupa
sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan
begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai,
dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk berperanserta
dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan di masyarakat.
4. Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup
(manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan
yang mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang)
dan termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual
masyarakat.
5. Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan diri
dengan ubahan kondisi usahatni yang berlangsung terus, misalnya, populasi
yang bertambah, kebijakan, permintaan pasar, dll.
(Untung, 1997).
Pertanian berkelanjutan merupakan suatu ajakan moral untuk berbuat
kebijakan pada lingkungan Sumber Daya Alam dalam usaha pertanian dengan
mempertimbangkan 3 aspek, yaitu :
1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak
boleh menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan lingkungan
adalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya
dikendalikan oleh hukum alam.
2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus
mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain,
untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem
ekologi maupun diluar sistem ekologi. Sumber daya alam terlanjutkan (tidak
tereksploitasi).
3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus
selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi
oleh masyarakat setempat.
(Gunardi, 1980).
Sebuah sistem produksi yang berkelanjutan akan menunjukkan sebagian
besar semua atribut berikut:
1. Memanfaatkan varietas tanaman dan bibit dengan rasio produktivitas tinggi
untuk penggunaan eksternal dan input berasal internal
2. Menghindari penggunaan yang tidak perlu input eksternal
3. Memanfaatkan proses agro-ekologi seperti siklus nutrisi, fiksasi nitrogen
biologis, allelopathy, predasi dan parasitisme
4. Meminimalkan penggunaan teknologi atau praktek yang memiliki dampak
negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia;
5. Memanfaatkan produktif modal manusia dalam bentuk pengetahuan dan
kapasitas untuk beradaptasi dan berinovasi dan modal sosial untuk
menyelesaikan umum masalah
6. Mengukur dan meminimalkan dampak dari sistem pengelolaan eksternalitas
seperti rumah kaca emisi gas, ketersediaan air bersih, karbon penyerapan,
keanekaragaman hayati dan penyebaran hama, patogen dan gulma.
(Ferreira dkk., 2012).
Dalam pembangunan pertanian akan membentuk suatu agroekosistem
yang terdiri dari kompleksitas organisme pada daerah pertanian atau dalam
daerah yang ditanami dan diubah oleh berbagai macam aktivitas manusia
untuk kepentingan sektor pertanian, industri dan aktivitas lainnya. Komponen
utamanya meliputi tanaman komoditas pertanian, tanah dan biota yang esensiil,
lingkungan fisik dan kimia (alam dan buatan), energi matahari dan manusia.
Unsur yang bersifat sementara, seperti spesies gulma, patogen penyakit
tumbuhan atau serangga dapat menjadi unsur yang dominan di dalam sistem itu
(Sudalmi, 2010).
Salah satu perwujudan pertanian berkelanjutn adalah pertanian organic.
Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen
yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk
yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi
lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha untuk menghasilkan produksi
tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah. Caranya
dengan menggunakan sumber daya alami seperti mendaur-ulang limbah pertanian.
Dengan demikian pertanian organik merupakan gerakan “kembali ke alam”
(Sanganatan dan Sanganatan, 1989).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapang atau fieldtrip ini dilakukan pada tanggal 27-29
November 2013 di B2P2T00T, Joglo Tani, dan Lembah Hijau Multifarm,
Yogyakarta dan Solo, Jawa Tengah.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Alat perekam
2. Alat tulis
3. Kamera
3.2.2 Bahan
1. Handout atau modul pelaksanaan fieldtrip
3.3 Cara Kerja
1. Melakukan kunjungan lapang ke tempat yang telah ditentukan.
2. Mengikuti serangkaian kegiatan kunjungan.
3. Mendengarkan, memperhatikan, mencatat dan atau merekam informasi
yang disampaikan.
4. Melakukan diskusi berkaitan dengan lokasi dan informasi yang
disampaikan.
5. Mengambil gambar objek yang menunjukkan sistem pertanian yang
diterapkan.
6. Mendeskripsikan informasi dan mengkaitkan dengan sistem pertanian
yang diterapkan.
7. Membuat laporan praktikum kunjungan lapang atau fieldtrip.
BAB 4. PEMBAHASAN
Menurut FAO yang disebut sebagai pertanian berkelanjutan adalah setiap
prinsip, metode, praktek, dan falsafah yang bertujuan agar pertanian layak
ekonomi, secara lingkungan dapat dipertanggungjawabkan, secara sosial dapat
diterima, berkeadilan dan secara sosial budaya sesuai dengan keadaan setempat
serta dilaksanakan dengan pendekatan holisik. Pertanian berkelanjutan
mengutamakan pengelolaan ekosistem pertanian yang mempunyai diversitas atau
keanekaragaman hayati tinggi. Keanekaragaman tersebut meliputi variasi dan
variabilitas tanaman, binatang, serta jasad renik yang diperlukan untuk
mendukung ekosistem pertanian serta memberi sokongan pada produksi pangan
dan keamanan pangan. Salah satu tujuan dari pengembangan pertanian
berkelanjutan yaitu untuk menciptakan ketahanan pangan serta lebih lanjut untuk
mewujudkan kedaulatan pangan.
Dewasa ini masyarakat telah sadar bahwa suatu pangan, lingkungan serta
kesegalanya harus bersih serta sehat. Telah banyak praktek pertanian
berkelanjutan yang telah diaplikasikan masyarakat dalam usahanya, baik pada
usaha budidaya tanaman maupun usaha dalam lingkup yang lebih luas misalnya
semacam agrowisata. Di Indonesia telah banyak dibangun agrowisata yang juga
menerapkan sistem pertanian berkelanjutan sebagai dasarnya. Di dalamnya
tentunya kita dapat berwisata sekaligus mempelajari berbagai hal serta aspek-
aspek yang berkaitan dengan penerapan pertanian berkelanjutan. Adapun diantara
tempat-tempat tersebut yaitu B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan tanaman Obat dan Obat Tradisional) yang berlokasi di Solo, serta
Joglo Tani dan Lembah Hijau Multifarm yang berlokasi di Yogyakarta.
3.1 Penerapan Pertanian Berkelanjutan B2P2TOOT
B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan tanaman Obat dan
Obat Tradisional) merupakan balai penelitian yang mengembangkan tanaman
obat-obatan baik modern maupun tradisional, B2P2TOOT ini terletak di
Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Jateng. Balai penelitian yang memiliki
lahan seluas 18,5 hektar ini memiliki fasilitas yg mumpuni utk pekerjaan riset dan
pengembangan. Selain lahan yg luas, terrdpt juga laboratorium 3 lantai, klinik
saintifikasi jamu "Hortus Medicus", perpustakaan dengan 1.238 koleksi pustaka,
mess peneliti, ruang pasca panen, rumah kaca, kebun penelitian, etalase tanaman
obat dan kebun produksi, museum mini obat tradisional, herbarium kering &
basah. Laboratoriumnya memiliki 11 instalasi diantaranya: instalasi benih
tanaman obat, labor Sistematika Tanaman, Instalasi adaptasi dan pelestarian,
Instalasi koleksi tanaman obat, lab fitofarmasetik, lab farmakognosi dan fitokimia,
lab kultur jaringan dan mikrobiologi, lab bioteknologi.
Balai penelitian ini memiliki visi dan misi yang sangat baik, adapun
visinya ialah Masyarakat sehat dengan jamu yang aman dan berkhasiat, sedangkan
misinya adalah,
1. Meningkatkan mutu litbang tanaman obat dan obat tradisional
2. Mengembangkan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional
3. Meningkatkan pemanfaatan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional
Demi menjadikan balai penelitian ini menjadi lebih B2P2TOOT ini lebih
mengedepankan nilai dan norma-norma yang dapat diterima oleh masyarakat,
ekologi, serta menjamin ekonomi yang baik.
Dalam pelaksanaan field trip yang telah dilaksanakan kami telah
mempelajari bagaimana sistem / teknis dalam mengelola tanaman obat yang
dilakukan di B2P2TOOT dalam tahap pra hingga pasca panen. Apabila di
hubungkan dengan mata kuliah yang kita tempuh yaitu “Penerapan Sistem
Pertanian Berkelanjutan”, B2P2TOOT sudah dapat dikatakan dengan sistem
pertanian yang sifatnya dapat berkelanjutan, karena dapat dinilai melalui tiga
komponen penting pertanian berkelanjutan yaitu, aspek ekologi, ekonomi dan
social budaya.
1. Dimensi ekologi
Dalam dimensi ekologi yang terpenting adalah terciptanya suatu
lingkungan yang sehat dan tidak merusak lingkungan sekitarnya, pada
B2P2TOOT jika dilihat dari sitem keanekaragaman hayati (biodiversitas) sangat
cukup baik dan bagus, karena banyak sekali jenis dan aneka ragam hayati yang di
budidayakan oleh balai penelitian tersebut serta hasil limbah pertanian dari
tanaman obat-obatan yang sudah di panen ataupun di lakukan pemangkasan tidak
langsung di buang dan dibakar begitu saja melainkan dimanfaatkan kembali
dengan menjadikannya sebagai pupuk kompos organik. Seperti yang di ketahui
bahwa pupuk organik sangatlah berguna bagi tanaman karena dapat
mengembalikan struktur tanah yang rusak, memenuhi akan kebutuhan unsur hara,
serta ramah lingkungan. Dengan demikian aspek ekologi pada B2P2TOOT ini
sangatlah baik karena dapat diterima oleh lingkungan dengan penilaian akan hasil
produksi dan ekosistem sekitarnya.
2. Dimensi ekonomi
Pada dimensi ekonomi memberikan suatu keuntungan yang sifatnya sama
antara makhluk hidup disekitar dan lingkungannya. Jika ditinjau dari segi
ekonomi pada B2P2TOOT ini sudah memberikan keuntungan yang optimal bagi
lingkungan dan para pelaku pertanian. Hal ini di buktikan dengan adanya hasil
produksi yang optimal dimana dari kedua aspek saling menguntungkan, para
pekerja pertanian untung karena hasil produksinya baik dengan harga penjualan
yang baik pula serta lingkungan atau lahan yang digunakan tidak mengalami
kekurangan akan nutrisinya karena dapat ditambah dengan pupuk kompos organik
bila pada tanah dan pemberian nutrisi pada tanaman melalui daun dengan pupuk
organik cair seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam sektor ekonomi B2P2TOOT dapat bersaing dengan sektor-sektor
lain dalam lingkup nasional, karena pada balai penelitian tanaman obat-obatan ini
telah mampu mengekspor prodaknya keluar negeri dan mampu melaksanakan
kerja sama dengan pihak luar dengan tujuan untuk meningkatkan ke unggulan
dalam bidang usahanya.
3. Dimensi Sosial dan Budidaya
Aspek social dan budidaya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan aspek
ekonomi dan ekologi. Aspek ini merupakan perpaduan antara keduanya diamana
aspek ekologi menguntungkan dan ekonomi menguntungkan. Dalam B2P2TOOT
ini telah dilaksanakan kegiatan pengobatan gratis yang dilaksanakan setiap hari
rabu selama satu minggu sekali, posisi kegiatan ini mampu memberikan suatu
pendekatan yang baik bagi masyarakat dengan membantu memberikan kegiatan
pengobatan gratis. Salah kegiatan lain yang dilaksanakan ialah dengan tetap
mempertahankan tradisi setempat, ialah dengan tetap menanam tanaman obat-obat
tradisional warisan nenek moyang seperti tanaman jengger ayam yang dapat
digunakan untuk pengobatan perdarahan seperti mimisan (epistaksis), batuk darah
(hemoptisis), muntah darah (hematemesis), air kemih berdarah (hematuria), wasir
berdarah, perdarahan rahim, dan lain-lain.
Dalam kuisoner yang di ajukan kemarin tertulis bahwa apakah pendekatan
teknologi mampu meningkatkan pemberdayaan, akses pemberdayaan social,
kontrol dan pembuatan keputusan?. Apabila dilihat dari kehidupan social yang ada
dimasyarakat Indonesia tentunya penggunaan teknologi modern sangatlah tidak
mendukung karena kebanyakan dari masyarakat kita kebutuhan ekonominya
dalam taraf menengah kebawah, namun permasalahan tersebut tentunya dapat
diatasi dengan adanya suatu pengkoordinasian antara pihak pemerintah daerah
dengan masyarakat agar para masyarakat menengah kebawah bisa memanfaatkan
kemajuan teknologi utamanya dalam bidang pertanian.
3.2 Penerapan Pertanian Berkelanjutan di Joglo Tani
Nama badan usaha : Joglo Tani
Tahun berdiri : 1998
Alamat : Dusun Mandungan RT. 3 RW. 24 Desa Margoluwih,
Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Provinsi
Yogyakarta
Diresmikan oleh : Wali Budaya Pangan Nusantara tahun 2008
Jongko/Visi : Merdiko yang berarti petani bebas mencari cara bertani
yang tepat.
Jangkah/Misi : Mandiri yakni petani bisa hidup mandiri, tidak memiliki
pemikiran seperti anak kecil,orang sakit atau meninggal
Tujuan : Kecukupan lahir batin
Semenjak dilaksanakannya KTT Bumi di Rio De Janeiro 1992, penerapan
pertanian modern telah dihapuskan dan diubah menjadi pertanian berkelanjutan.
Penerapan pertanian berkelanjutan telah sampai di berbagai daerah di Indonesia,
misalnya di Joglo Tani. Joglo tani merupakan suatu monumen kebangkitan petani
Indonesia dan merupakan badan usaha swasta. Jolo Tani muncul karena
dilatarbelakangi oleh beberapa hal, diantaranya yaitu :
1) Tekanan ekonomi : kekurangan modal dan kebutuhan pangan semakin mahal,
sedangkan pendapatan rendah
2) Tekanan alam : perubahan alam yang tidak menentu mengakibatkan produksi
pangan juga tidak menetu
3) Tekanan sosial : masyarakat banyak yang tidak berminat untuk masuk ke
pertanian
4) Tekanan budaya : dilihat dari pengelolaan pertanian yang telah berbeda. Dulu
kala pertanian saling berkaitan, dimana misalnya limbah pertanian merupakan
awal dari peternakan, akhir peternakan menjadi awal pertanian. Namun, saat
ini hanya sedikit yang melakukan itu, padahal jika budaya tersebut terus
dilakukan, maka kita bisa mandiri dengan menghasilkan input tanpa ekspor.
5) Tekanan global : Pasar global tidak dapat dibendung lagi saat ini, sehingga
para petani kecil produknya terkadang kalah saing dengan produk-produk
impor.
6) Tekanan kebijakan : kebijakan pemerintah terkadang melahirkan pertanian
yang menekan petani untuk meningkatkan produksi, sehingga kegiatan
pertaniannya tidak ramah lingkungan.
Tekanan-tekanan di atas mengakibatkan masyarakat sekitar mulai beripikir
untuk mengembangkan pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan. Maka dari itu, dibentuklah Joglo
Tani yang menerapkan pertanian organik, sehingga ramah lingkungan dan
menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan manusia. Joglo Tani
mengembangkan beberapa usaha, diantaranya yakni :
1. Pertanian
Pertanian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan di Joglo Tani.
Joglo Tani menerapkan pertanian organik, sehingga bahan-bahan yang digunakan
seperti pupuk, pestisida, maupun lainnya ialah organik. Konsep pertanian organik
merupakan bagian dari penerapan pertanian berkelanjutan. Sebenarnya banyak
konsep penerapan pertanian berkelanjutan, namun Joglo Tani lebih memilih
pertanian organik karena paling ramah lingkungan dan produk yang dihasilkan
aman bagi kesehatan makhluk hidup.
Adapun tanaman yang dibudidayakan ialah tanaman pangan berupa padi
dan tanaman hortikultura berupa sayuran, seperti bayam, terong, cabai, dan sawi,
serta tanaman buah yakni mangga dan nangka. Sistem budidaya yang dilakukan
pada tiap-tiap komoditi tanaman berbeda. Penanaman padi secara monokultur
dengan menggunakan SRI. Penggunaan SRI bertujuan untuk mengelola air
dengan baik, sehingga air diberikan saat tanaman butuh saja. Akibatnya, tidak ada
air yang terbuang sia-sia karena dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan untuk
tanaman hortikultura, dilakukan penanaman secara tumpang sari. Budidaya
tanaman disini tidak membutuhkan biaya yang cukup besar, karena input-input
yang digunakan berasal dari kegiatan peternakan berupa kotoran hewan. Selain
itu, Joglo Tani juga memanfaatkan dinding-dinding joglo untuk bertanam secara
vertikultur.
2. Peternakan
Peternakan yang dilakukan di Joglo Tani ialah beternak sapi, ayam, dan itik.
Ternak tersebut memberikan manfaat yang lebih bagi masyarakat di Joglo Tani.
Hal itu dikarenakan kegiatan peternakan mampu memberikan penghasilan harian,
mingguan, bulanan, tiga bulanan, dan tahunan. Berikut adalah penghasilan yang
diperoleh masyarakat di Joglo Tani :
1) Nogo dino : penghasilan harian seperti memelihara bebek dalam sehari
mendapat Rp. 35.000
2) Nodo minggu : arisan, hasil dari bayam, masuk ke kas jasa wisma
3) Nogo bulan : panen sawi
4) Untuk 3 bulanan : ikan
5) Untuk tahunan : ternak-ternak besar
Joglo tani mendampingi 125 kelompok tani di kabupaten Sleman
Yogyakarta dan mampu mengkuliahkan 350 mahasiswa. Sehingga, kelompok-
kelompok tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan
peternakan dan kegiatan lainnya. Selain itu, tujuan mengkuliahkan mahasiswa
ialah agar mereka berkompeten dalam kegiatan peternakan, pertanian, perikanan,
dan lainnya, sehingga dapat ditularkan pada masyarakat sekitar.
3. Perikanan
Selain kegiatan pertanian dan peternakan, di Joglo tani juga melakukan
kegiatan perikanan. Perikanan adalah salah satu konsep dalam menerapkan
pertanian berkelanjutan. Pemeliharaan ikan dilakukan dengan memanfaatkan
kotoran unggas, seperti kotoran ayam dan itik yang digunakan untuk pakan.
Sehingga, dalam budidaya ikan tidak memerlukan biaya yang besar karena telah
memanfaatkan limbah kotoran unggas sebagai pakan ikan.
Berdasarkan skoring terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Joglo
Tani, maka penerapan pertanian berkelanjutan di Joglo Tani telah menunjukkan
kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan karena skor yang diperoleh sebesar 84.
Kemajuan tersebut didasarkan pada penilaian terhadap aspek ekologi, ekonomi,
dan sosial yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Aspek Ekologi
Salah satu penilaian yang mengindikasikan bahwa pertanian telah
berkelanjutan yaitu aspek ekologi. Berdasarkan aspek ekologi, penerapan
pertanian di Joglo tani telah berkelanjutan. Hal itu dikarenakan berdasarkan
indikator ekologi, telah membantu kesuburan tanah, melestarikan mutu dan
ketersediaan air, meningkatkan keragaman hayati, menggunakan energi
seperlunya, tidak berpengaruh terhadap landscape, serta menggunakan benih
lokal.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Joglo Tani saling berkaitan antara
pertanian, peternakan, dan perikanan. Limbah peternakan dapat digunakan untuk
pupuk bagi tanaman pertanian. Selain itu, kotoran ternak terutama unggas
digunakan sebagai pakan ikan. Sedangkan, limbah pertanian seperti jerami dapat
digunakan sebagai bahan pakan ternak. Limbah perikanan berupa air kolam
digunakan untuk pengairan pertanian. Limbah cair ternak berupa urin sapi dan
kambing dicampur limbah buah busuk dijadikan pupuk cair untuk mwmupuk
tanaman, sehingga biaya produksi semakin berkurang.
2) Aspek Ekonomi
Berdasarkan aspek ekonomi, kegiatan yang dilakukan di Joglo Tani mampu
meningkatkan hasil produksi. Hal itu dikarenakan kegiatan di Joglo tani
menggunakan bahan-bahan organik, sehingga daya dukung tanah terhadap
tanaman sangat baik dengan meningkatnya hasil produksi. Karena menggunakan
input organik, harga jual produknya lebih tinggi. Masyarakat lebih berani
membeli produk dengan harga tinggi karena produk organik aman bagi kesehatan.
Penggunaan input anorganik tersebut berasal dari limbah peternakan dan
perikanan, sehingga akan mengurangi biaya produksi. Maka dari itu, biaya
produksi yang rendah dengan harga produksi yang tinggi mengakibatkan
meningkatnya keuntungan yang dihasilkan.
Di Joglo Tani, pendapatan masyarakat mulai dari harian, mingguan,
bulanan, 3 bulanan, dan tahunan, sehingga bila diakumulasi maka jumlah
pendapatan petani per musim cukup tinggi. Maka dari itu, kebutuhan sehari-hari
masyarakat petani telah tercukupi dan mampu menyiapkan kebutuhan yang akan
datang.
3) Aspek Sosial
Berdasarkan aspek sosial, kegiatan yang dilakukan di Joglo Tani mengarah
sempurna ke pertanian berkelanjutan. Hal itu dikarenakan minat petani cukup
besar dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan. Solidaritas petani cukup
tinggi karena mereka berpikir kehidupan mereka bersama dan saling
membutuhkan yang berlandaskan pada pertanian. Pengetahuan petani juga
meningkat karena di Joglo Tani menyediakan sarana belajar dalam
mengembangkan pertanian bagi masyarakat sekitar. Selain itu, karena jumlah
produksi cukup banyak, maka kemungkinan pencurian sangatlah tidak mungkin.
Hal itu disebabkan kebutuhan pangan masyarakat sangat terpenuhi. Adanya Joglo
Tani mampu mengurangi pengangguran masyarakat sekitar dan tetap menjaga
kearifan budaya lokal yang ada.
3.3 LEMBAH HIJAU MULTIFARM
Lembah Hijau Multifarm merupakan perusahaan yang didirikan dan mulai
melakukan aktivitas agrobisnis sejak tahun 1981 oleh Bapak Ir. Soeharto, MS
yang juga berprofesi sebagai pendidik. Sedangkan untuk mulai berdiri sebagai
perusahaan agrobisnis pada tahun 1985 dengan nama CV. Lembah Hijau
Multifarm. Lembah Hijau Multifarm adalah sebuah tempat pangembangan
agrobisnis. Perusahaan ini bergerak di bidang Bioteknologi, organic fertilizer,
Trading, eksport, dan nursery. Perusahaan ini mengembangkan berbagai hal yang
berhubungan dengan pertanian, peternakan, dan tanaman.
Usaha ini berawal dari kegiatan pemeliharaan 4 ekor sapi yang dipelihara
di rumah beliau memulai usahanya, tetapi sebelum ada hasil 2 ekor sapinya mati.
Berdasarkan kondisi tersebut beliau berfikir bagaimana caranya agar usahanya
tetap berkembang. Hingga akhirnya muncullah sebuah gagasan untuk
mengembangkan usahanya dengan menjual kotoran sapi dan pada kenyataannya
usaha tersebut tidak sia-sia. Pada awalnya usaha beliau mendapat cemoohan dari
masyarakat sekitar namun beliau yakin bahwa usahanya akan berkembang.
kemudian seekor sapinya dijual dan dibelikan lagi menjadi sapi-sapi yang masih
kecil. Dan sekarang terbukti dari menjual kotoran mendapat keuntungan yang
berlimpah.
Lebih lanjut Beliau mengembangkan usahanya pada bidang Pertanian dan
Perkebunan yang memanfaatkan pupuk organik yang diperoleh dari kotoran sapi
itu sendiri. Selanjutnya Beliau juga menambah koleksi sapinya sehingga menjadi
Peternakan Sapi Perah. Dan Beliau juga mengembangkan bisnis dibidang lain
seperti Pengembangan Bioteknologi Starbio, perikanan dan lain-lain.
Dengan modal yang relatif kecil tersebut, ternyata mampu untuk
memperoleh hasil besar seperti sekarang ini. Yang dahulu hanya menggunakan
kandang bambu untuk memelihara sapi, dan hanya membutuhkan sedikit tenaga
kerja. Namun, sekarang PT. LHM sudah berkembang pesat, ini dilihat dari
bangunan kandang dan peralatan yang digunakan sudah sangat modern, dan
tenaga kerjanya semakin bertambah banyak.
CV.Lembah Hijau Multifarm berkantor pusat di Jl.Rajiman No. 200, Desa
Joho Lor, Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo, kurang lebih sepuluh menit dari UNS
Solo. Lokasi lembah Hijau lumayan mudah dijangkau. Jika akan berkunjung ke
Lembah Hijau Multifarm kita hanya tinggal menyusuri jalan Solo-Tawangmangu
saja. Kemudian sampai di daerah Jaten, akan ada papan nama Lembah Hijau di
kanan jalan dari arah Solo.
Lembah Hijau Multifarm ini terletak di lereng Gunung Lawu, termasuk
Kabupaten Karangannyar, dan berada di sekitar rumah penduduk. Sedangkan
pengembangan peternakan, perkebunan, dan lainya dilakukan di Dukuh Joho Lor
Triagan Mojolaban Sukoharjo dibangun diatas areal seluas 6 hektar. Memang
untuk pengembangan sengaja dipilih daerah pinggiran karena daerah tersebut
sangat potensial, strategis, dan cocok untuk peternakan. Sedangkan untuk proses
produksi berlokasi di Sragen. Posisi Direktur dipegang oleh putra pertama Bapak
Soeharto yaitu M. Yusuf Hari sedangkan Bapak Soeharto sendiri menjabat
sebagai komisaris.
Produk unggulan dari Lembah Hijau Multifarm ini adalah pupuk kompos,
starbio, stardex serta memiliki produk sampingan berupa susu, sayuran, nursery,
dan bioteknologi. Lembah Hijau Multifarm memiliki visi, misi serta tujuan dan
motto tersediri. Adapun visi dan misi dari Lembah Hijau Multifarm ini yaitu
sebagai edukasi yang mendidik kelompok Tani atau peternak untuk
mengembangkan usahanya dengan baik dan mandiri. Sedangkan misi dari
Lembah Hijau Multifarm yaitu melayani, melayani, serta melayani. Tujuan
didirikannya Lembah Hijau Multifarm adalah untuk pendidikan dan ikut
menyejahterakan masyarakat, menyejahterakan karyawan dan membuat
pelanggan puas. Karena Lembah Hijau Multifarm bermotto sedikit demi sedikit
atau perlahan-lahan tapi pasti.
Perusahaan ini mampu berkembang dengan baik dan mampu menjaring
tenaga kerja sehingga membantu pemerintah mengurangi pengangguran. Hal
tersebut dibuktikan dengan hingga saat ini PT. Lembah Hijau Multifarm memiliki
karyawan sebanyak 300 orang yang bertempat di kantor pusat maupun di lokasi
pengembangan usaha. Masing-masing karyawan memiliki tugas yang berbeda-
beda seperti pemeliharaan ikan patin, nursery, pembuatan pupuk dan sebagainya.
Untuk perekrutan karyawan yang dipekerjakan diambil dari warga sekitar dan
tidak memandang latar belakang pendidikannya, dengan catatan memiliki
pengalaman di bidang pertanian atau peternakan. Sedangkan beberapa ahli
dilakukan dengan proses seleksi.
Pemanfaatan sumber daya lokal secara maksimal merupakan landasan
yang dilakukan oleh Lembah Hijau Multifarm. Segala sesuatunya dimanfaatkan
dengan semaksimal mungkin tanpa menghasilkan limbah, seluruh produk dari
Lembah Hijau Multifarm tidak ada yang useless, semua mengalir dalam satu
siklus, sehingga tidak ada yang dibuang sebagai limbah tidak bermanfaat. Selain
itu bahan-bahan yang digunakan tersedia secara alami di alam serta tidak
menggunakan bahan-bahan kimia. Selain itu Lembah Hijau Multifarm
mensinergikan antara berbagai aspek seperti pertanian dan peternakan.
Perwujudan dari bergulirnya sinergi tersebut lebih lanjut akan menghantarkan
pada model pertanian yang disebut sebgai Integrated Farming System. Sehingga
kegiatan di Lembah Hijau Multifarm ini meliputi usaha Sistem Pertanian
Berkelanjutan atau Sistem Pertanian Terpadu. Kegiatan atau upaya tersebut antara
lain yaitu :
1. Pertanian
Lokasi pertanian terletak pada bagian paling belakang lokasi lembah hijau.
Lokasi pertanian di lembah hijau sangat indah dan luas. Jenis tanaman yang
dibudidayakan di Lembah hijau antara lain berbagai macam produk pertanian,
seperti bayam merah, kentang, kacang panjang, jambu merah, rosella, serta
bermacam-macam bibit yang dijual secara komersil. Semua perencanaan
dipertimbangkan secara matang, mulai dari pembibitan, jarak penanaman,
perhitungan panen, zat hara, dsb.
Dalam pegolahannya, mulai dari pemberian pupuk hingga pemberantasan
hama di Lembah Hijau Multifarm tidak menggunakan bahan kimia. Oleh karena
itu pertanian di lembah hijau disebut pertanian organik. Hasil dari pertanian ini
dijual langsung ditempat. Pada bagian samping lokasi pertanian terdapat kolam
enceng gondok yang digunakan untuk penetralan air mandi sapi dan untuk bahan
pembuatan biogas. Beberapa bagian dari tanaman eceng gondok juga digunakan
sebagai bahan pakan untuk hewan di peternakan terutama untuk pakan sapi.
2. Perkebunan
Lembah Hijau Multifarm memiliki perkebunan yang bernama Nursery.
Nursery tersebut terletak diantara kandang sapi pedhet dan kandang sapi lepas
sapih. Tanaman dalam nursery diantaranya adalah macam-macam bunga
anggrek, aglaonema, anthurium, puring dan lain-lain. Dalam pegolahannya, mulai
dari pemberian pupuk hingga pemberantasan hama di perkebunan tidak
menggunakan bahan kimia. Oleh karena itu perkebunan di PT. Lembah Hijau
disebut perkebunan organik.
Media tanam yang digunakan adalah kompos, pakis, serta arang
sekam. Media tanam untuk anggrek adalah arang yang telah direndam dengan urin
sapi yang telah difermentasi. Perbandingan media tanam untuk pot kecil adalah
2:1:1, untuk pot besar perbandingannya adalah 5:2:2 sedangkan untuk pot
pembibitan perbandingannya adalah 1:1:1. Sedangkan khusus media tanam untuk
anggrek adalah arang yang telah direndam dengan urin sapi yang telah
difermentasi. Harga jual anggrek per pot adalah Rp 25.000,-. Dalam perawatannya
digunakan Fugstop untuk membunuh jamur di tanah, Gliostar untuk membunuh
jamur di daun, dan Bluefy merupakan cendawan yang digunakan untuk
memberantas jamur.
Pada kegiatan pemberantasan hama di Lembah Hijau Multifarm tidak
menggunakan pestisida tetapi menggunakan agen hayati atau hewan maupun
organisme yang merupakan organisme yang berasal dari satu spesies dari hama
yang menyerang tersebut. Misalnya, hama lalat kuning diakali indung telur dari
sejenis kumbang yang bersifat mematikan sistem reproduksi. Indung telur tersebut
diwadahkan ke botol aqua yang sudah didesain demikian rupa sehingga yang
memilki beberapa corong untuk jalan lalat masuk kemudian mengincar indung
telur tersebut. Sehingga, lalat tersebut minimal akan mandul dan maksimal mati.
Sistem tanam di perkebunan menggunakan sistem tumpang sari, yang
terdiri atas jambu biji, dan sayuran seperti kangkung, bayam merah, gambas, dan
lain sebagainya. Hasil dari perkebunan dijual ditempat. Selain itu di perkebunan
juga mempunyai berbagai jenis bibit seperti, anggur, klengkeng, blimbing, jeruk,
apel, jambu biji, dan lain-lain.
Varietas tanaman yang dibudidayakan dan dikembangkan pun tidak
sembarangan. Di lahan perkebunan LHM, tanaman yang ditanam dipilih dari jenis
tanaman yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Misalnya saja, bayam merah.
Bayam ini memiliki nilai gizi jauh lebih tinggi dari bayam hijau. Contoh lain yaitu
jambu biji merah. Yang sebelumnya orang berpikir bahwa jambu biji tidak banyak
bermanfaat, tetapi jambu merah ini banyak sekali manfaatanya. Karena dapat juga
dijadikan sebagai obat (isinya yang berwarna merah).
3. Peternakan Sapi
Usaha perternakan sapi terdiri atas sapi perah serta sapi lokal yang
diusahakan dagingnya. Sapi-sapi yang diternakkan disana kurang lebih mencapai
250 ekor. Peternakan sapi perah yang dilakukan berintegrasi dengan usaha
pertanian dan perikanan. Pemanfaatan sumber daya lokal secara maksimal
merupakan landasan yang dilakukan oleh LHM, sehingga merupakan sebuah
Integrated Farming System. Dalam bidang peternakan, fokus Lembah Hijau
Multifarm dalam bidang peternakan diutamakan pada hewan Sapi. Semua produk
yang berasal dari sapi yang dikembangbiakkan di Lembah Hijau Multifarm seperti
susu, dimanfaatkan untuk produksi susu segar, kotoran sapi di manfaatkan sebagai
bahan pupuk, dan urin sapi dimanfaatkan sebagai bahan campuran untuk
keperluan penyuburan tanah.
Sapi yang dipelihara di Lembah Hijau adalah sapi perah dimana sapi ini
mampu diperah selama 14 tahun lamanya. Sapi perah siap dikawinkan minimal 18
bulan melalui inseminasi buatan. Masa bunting sapi perah dalah 9 bulan 10 hari.
Proses pemerahan sapi perah di Lembah Hijau dilakukan 2 kali sehari. Yang
pertama pada pukul 4 pagi dan yang kedua pada pukul 1 siang. Dalam 2 kali
perah, 1 ekor sapi dapat menghasilkan 8-15 liter .
Pemeliharaan sapi dilakukan dengan sangat baik dan teratur dengan
memanfaatkan kandang-kandang terpisah yaitu :
a. Kandang sapi perah/ kandang sapi laktasi
Kandang ini diisi oleh sapi–sapi yang siap diperah yaitu sapi yang telah
berumur 2,5 tahun keatas atau minimal sudah satu kali melahirkan jenis Friess
Holland (FH) yang berasal dari Belanda. Pakan yang diberikan adalah 10 kg
jerami fermentasi dan 10 kg konsentrat untuk tiap sapi. Konsentrat adalah
campuran dari bekatul, onggak aren, tepung ikan, remah roti kadaluarsa, dan
bungkil kelapa yang diberi tambahan starbio, vitamin dan mineral. Pemberian
pakan concentrate dilakukan (dua) kali sehari rata-rata 3% dari berat badan sapi.
Sapi-sapi di sini sama sekali tidak pernah diberi makan dengan daun-
daunan hijau. Meskipun terlihat kurus tetapi bila bila di timbang sapi ini akan
lebih berat daripada sapi-sapi yang diberi makan rumput karena lebih padat.
Pakan yang diberikan berupa jerami fermentasi yang kandungan gizinya lebih
tinggi 8-9% dibanding jerami biasa. Selain itu pengaruh makanan juga
berpengaruh terhadap kondisi susu yang dihasilkan. Pemerahan dilakukan 2 kali
sehari yakni jam 4 pagi dan jam 1 siang. Satu ekor sapi dapat menghasilkan 8-15
liter susu untuk 2 (dua) kali pemerahan. Susu yang dihasilkan oleh sapi-sapi di
Lembah Hijau ini lebih putih dan tidak amis. Harga jualnya memang cukup tinngi
daripada susu yang dijual di tempat lain yakni Rp.5000/liter sedangkan susu yang
dujial di pasaran hanya Rp.4000/liter.
b. Kandang sapi dana
Kandang ini diisi oleh sapi-sapi yang berumur 10 bulan-1,5 tahun. Sapi–
sapi ini tidak pernah dimandikan karena sapi-sapi ini berada pada kandang yang
penuh kotoran sapi sehingga akan sia-sia bila memandikannya. Sapi ini
difungsikan untuk menghasilkan kotoran yang digunakan untuk pembuatan
pupuk, kotoran diambil 21 hari sekali atau jika sudah setinggi lututnya. Pakan
yang diberikan adalah 6 kg jerami fermentasi. Di kandangnya bagian alas diberi
serbuk gergaji dari kayu-kayu lunak seperti kayu randu dan kayu sengon ditambah
dengan starbio agar lebih hangat dan kotoran dapat langsung bercampur dengan
kotoran dan dapat diproses langsung menjadi kompos.
c. Kandang pedhet
Kandang ini diisi oleh sapi-sapi yang berumur 10 hari sampai 3 bulan.
Setelah berumur 10 hari sapi diambil dari induknya setelah menghabiskan
kolostrum induknya. Pedhet atau bayi sapi tersebut akan dikandangkan selam 3
bulan. Dimana pada bulan pertama, pedhet hanya diberi makan susu dari
induknya. Pakan yang diberikan adalah rendeng kering dan konsentrat masing-
masing 3 kg per hari. Pemberian minum sapi umur 0-1 bulan adalah 4 liter susu
induk per hari dan air biasa. Sapi umur 1-2 bulan adalah 2 liter susu induk dan 2
liter susu skim atau susu yang sudah kadaluwarsa asal kemasannya tidak rusak.
Sapi umur 4 bulan 4 liter susu induk per hari. Cara meminumkan susunya dengan
menggunakan botol minuman seperti bayi. Namun, yang berbeda hanya ukuran
dan kegunaannya. Ukurannya lumayan besar, dan hanya dipergunakan untuk
membantu meminumkan pada pedet. Botol minum bayi atau yang lebih familiar
disebut ‘dot’ atau ‘kempeng’ itu diimpor dari Australia.
d. Kandang sapi sapih
Kandang sapi ini ditempati oleh sapi yang berumur 2-3 bulan beratnya 70
kg. Pakan yang diberikan adalah jerami fermentasi dan konsentrat. Sapi ini sudah
tidak minum air susu lagi tetapi air biasa.
e. Kandang sapi rumah sakit
Kandang sapi ini untuk merawat sapi-sapi yangh sakit agar tidak
menular ke sapi-sapi yang lain. Sakit yang umum diderita sapi adalah diare. Obat
yang diberikan adalah susu LLM, susu balita yang kadar laktosanya rendah.
f. Kandang rumah bersalin.
Lembah Hijau Multifarm dibangun pula kandang untuk sapi yang akan
melahirkan. Disana, kandang tersebut diberi nama “Hospital Barn” atau yang
sering disebut Rumah sakit bersalin untuk sapi. Kandang sapi ini digunakan untuk
sapi-sapi yang usia kehamilannya telah mencapai 7 bulan ke atas sampai
kelahiran.masa kehamilan sapi adalah 9 bulan 10 hari hampir sama dengan
manusia. Sapi ini jika dijual dengan masa kehamilan 5-8 bulan harga jualnya 15-
17 juta. Sapi yang kehamilannya 8 bulan sapi ini masih bisa diperah susunya.
Sapi yang sudah melahirkan 5-6 kali masih bisa diperah.
Pakan sapi yang digunakan di Lembah Hijau adalah jerami
fermentasi. Agar pakan dari jerami tahan lama maka perlu difermentasikan
dengan menggunakan urea dan starbio. Keuntungan dalam penggunaan starbio
adalah mengurangi lalat pada kotoran, karena semua nutrisi makanan telah
terserap maksimal. Kemudian dapat pula mengurangi bau pada kotoran serta
menyempurnakan tingkat pencernaan.
Pembuatan fermentasi 1 ton jerami dibutuhkan bahan seperti 6 kg urea dan
6 kg starbio. Cara pembuatannya cukup sederhana yaitu jerami disusun setinggi
30 cm diinjak-injak kemudian taburkan urea dan starbio diatasnya. Disusun ber
tingkat-tingkat dengan ketebalan maksimal 1,5 meter karena dalam prosesnya
nanti perlu dibolak-balik setiap 1 minggu sekali agar bakteri tercampur merata.
Dari awal hingga akhir proses pembuatannya memakan waktu 21 hari.
Jerami yang digunakan diambil secara langsung dari sawah yang sedang
panen dengan ketentuan kadar airnya 60 %, ciri-cirinya adalah jika diperas tidak
meneteskan air tetapi tangan kita basah. Jerami yang telah difermentasi dapat
bertahan 1 (satu) sampai 2 (dua) tahun.
Jerami fermentasi dipilih sebagai pakan ternak di Lembah Hijau Multifarm
karena mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan rumput hijau.
Kelebihan jerami fermentasi tersebut adalah mengandung banyak protein.
Sebelum di fermentasikan, jerami hanya mengandung 2-3 % protein, namun
setelah di fermentasikan kandungan protein dalam jerami bertambah menjadi 8-9
%. Selain itu, dengan menggunakan jerami fermentasi dapat menghemat waktu
pembuatan pakan ternak, karena jerami fermentasi yang digunakan dapat di
simpan sampai 2 tahun.
Selain dari jerami fermentasi makanan ternak lainnya yang dipakai di
Lembah Hijau Multifarm adalah konsentrat. Komposisi yang terdapat dalam
makanan konsentrat ini adalah bektul/jagung/singkong/tepung gaplek, roti akhir,
tepung ikan, garam, vitamin, mineral dan starbio. Keuntungan yang didapat dari
makanan konsentrat adalah dapat membuat sapi lebih cepat gemuk, selain itu
walaupun kurus namun jika di potong, berat sapi akan lebih basah.
Melalui pengembangan usaha PT. Lembah Hijau Multifarm memiliki
produk-produk yang menguntungkan dari peternakan sapi perah yaitu berupa lima
emas, yaitu :
a. Emas Putih
Emas putih yang dmaksud adalah susu sapi. Susu sapi yang dihasilkan
oleh sapi terpengaruhi oleh perawatan dan makanan yang diberikan. Sedangkan
susu yang dihasilkan sapi-sapi Lembah Hijau ini lebih putih dan tidak amis.
Setiap satu ekor sapi dapat menghasilkan 10 liter susu perharinya. Susu sapi
sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari karena penting bagi pertumbuhan
dan kesehatan tubuh. Saat ini, susu sapi telah dijuluki sebagai bahan makanan
dengan kandungan vitamin lengkap dan sebagai “darah putih” yang membantu
kesehatan tubuh manusia. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan susu sapi,
dimana setiap ekor sapi menghasilkan 10 liter susu per hari. Harga susu Rp.
5000 / liter.
Keuntungan lain yang diperoleh yaitu dari penjualan produk dari susu sapi
yang diolah menjadi es krim atau yougurt. Ice cream merupakan produk tambahan
atau sampingan dari perusahaan ini. Ice cream yang dihasilkan dibuat dari susu
sapi asli. Kandungan kalsium pada ice cream bermanfaat untuk menjaga
kepadatan massa tulang, pencegahan osteoporosis, kanker, serta hipertensi. 25%-
30% kandungan ice cream adalah susu. Susu tersusun dari laktoferin yang
memiliki peran sebagai zat pertahanan tubuh non-spesifik terhadap pathogen.
Laktoferin juga memiliki aktivitas antiviral, terutama terhadap cytomegalovirus,
influenza, dan HIV.
b. Emas Kuning
Emas kuning yang dimaksud adalah urine sapi. Urin sapi atau emas kuning
yang dihasilkan dapat difermentasi menjadi pupuk cair. Pupuk cair inilah yang
berguna untuk penanaman berbagai tanaman, terutama nursery. Pupuk cair sangat
mudah aplikasinya dan akan aman pada lingkungan serta penggunaan dalam
jangka yang panjang akan menyuburkan tanaman. Selain itu, pupuk cair juga
mengandung giberlin yang berguna untuk memperkuat daya tahan pada tanaman.
Namun, untuk saat ini pupuk cair masih belum dipasarkan, hanya digunakan
untuk pemupukan di nursery. Rencananya mulai dipasarkan mulai tahun depan.
c. Emas Hitam
Emas hitam yang dimaksud adalah kotoran sapi. Kotoran sapi atau emas
yang dihasilkan diolah menjadi pupuk kompos atau granul. Setiap bulannya,
perusahaan ini dapat menghasilkan sekitar seribu ton. Harga kompos biasa Rp
1000 / kg. Sedangkan pupuk dalam bentuk granul Rp 1625 / kg. Sehingga
keuntungan yang diperoleh dalam satu bulan jika pupuk tersebut laku terjual
semua yaitu sebesar Rp. 1.625.000,-.
Pupuk kompos merupakan pupuk yang ramah lingkungan karena dapat
memperbaiki stuktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air
dalam tanah. Pada umumnya, tanaman yang dipupuk dengan kompos juga
cendarung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk
kimia. Upaya semacam ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung
pertanian organic yang berkelanjutan melalui penyediaan pupuk non kimia.
Pada pembuatan pupuk kompos bahan-bahan yang diperlukan dalam
membuat kompos antara lain adalah kotoran ternak sebanyak 83 %, arang sekam
sebanyak 10 %, serbuk gergaji 5 %, kapur pertanian 2 % serta Stardex atau
dekomposer 0,25 %. Stardex digunakan karena memiliki kelebihan dalam
pembuatan pupuk kompos yaitu mampu mematikan bakteri patogen paada proses
pembalikan ke 2 dengan suhu 7 ̊ C. Cara pembuatan pupuk komos di Lembah
Hijau Multifarm adalah dengan menumpuk kotoran sapi setinggi 30 cm.
Kemudian di atasnya di taburkan bahan-bahan tambahan. Penumpukan tersebut
dilakukan sebanyak dua kali. Hingga mencapai tinggi maksimal 1,5 m. Kemudian
diamkan pupuk selama 1 bulan, lalu dilakukan pembalikan 1 minggu sekali,
setelah itu diadakan pengadukan sampai 4 kali pembalikan.
d. Emas Merah
Emas merah yang dimaksud adalah daging sapi. Daging sapi termasuk
salah satu sumber esensial dari protein hewani dan lemak. Dengan mengonsumsi
dua ratus gram daging sapi saja sudah bisa memenuhi kebutuhan protein dalam
sehari, yaitu sekitar empat puluh delapan gram. Daging sapi atau emas merah
yang diperjualkan hanya diambil dari sapi yang sudah tidak produktif atau afkir.
Sapi yang sudah tidak produktif diukur dari intensitas melahirkannya, yaitu sudah
melahirkan sebanyak tujuh kali.
e. Emas Biru
Emas biru yang dimaksud adalah produk biogas hasil dari fermentasi
kotoran sapi. Biogas ini merupakan salah satu produk alami yang dihasilkan oleh
perusahaan ini. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh proses fermentasi dari
bahan-bahan organik, termasuk kotoran hewan dan manusia, limbah rumah
tangga, dan sampah-sampah organic secara anaerobik. Biogas dapat digunakan
sebagai bahan bakar dan juga dapat menghasilkan listrik. Ada juga beberapa
alasan mengapa biogas memproduksi bahan bakar alternatif terbaik, diantaranya
biogas memproduksi bahan bakar ramah lingkungan, biogas memiliki kandungan
energi dalam jumlah yang besar, dan limbah biogas dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk. Namun produk Biogas dari Lembah Hijau Multifarm sementara juga
belum dipasarkan dan hanya digunakan untuk masak di cafe perusahaan.
Biogas dihasilkan dari kotoran sapi yang disalurkan ke kolam dengan
kedalaman 2 meter yang atasnya ditutup rapat hanya di beri saluran pipa kecil
untuk menyalurkan gas ke kompor. Untuk membuat dibutuhkan 2 ekor sapi yang
akan akan menghasilkan biogas untuk memasak selama 5 jam. Biogas ini hanya
menggunakan kompor gas biasa dengan desain khusus. Pemakaian kompor gas
dengan biogas harus menggunakan korek api, tanpa korek api tidak akan
menghasilkan api. Biogas ini bila kran dibuka lalu dinyalakan (api menyala) maka
tidak berbau sama sekali tetapi bila kran dibuka dan tidak disulut api maka bau
kotoran sapi akan sangat menyengat bahkan lebih bau dari tumpukan kotoran sapi.
4. Pengembangan Bioteknologi Starbio
Starbio merupakan produk yang dihasilkan oleh Lembaha Hijau Multifarm
yang sudah banyak dipasarkan. Saat ini terdapat Starbio Plus, yang merupakan
hasil riset terbaru dari LHM Research Station, berupa serbuk pemangsa limbah
yang bekerja secara alamiah, aman bagi lingkungan, praktis dan ekonomis.
StarbiO Plus, berupa koloni bakteri yang diisolasi dari alam, bersifat bersahabat
dengan kehidupan (probiotik). Starbio Plus merupakan koloni bakteri yang berupa
serbuk, fungsi dari serbuk ini adalah untuk menguraikan limbah yang aman bagi
lingkungan, dapat menguraikan tinja menjadi tinja cair yang dapat diresap oleh
tanah dan dapat menjadi zat hara. StarbiO Plus, bekerja seperti ikan memangsa
dan menguraikan tinja (limbah organik). Hasilnya tinja menjadi cair sehingga
mudah diserap oleh tanah resapan, dan baunyapun lenyap.
5. Perikanan
Usaha perikanan yang dilakukan di Lembah Hijau Multifarm yaitu usaha
budidaya ikan patin. Ikan patin menjadi pilihan untuk dibudidayakan karena
masih jarang dikenal dan belum dikenal masyarakat dan harga jualnya tinggi.
Mengandung protein tinggi dan omega 3 serta kandungan kolesterol rendah sehat
untuk dikonsumsi.
Pemeliharaan ikan patin dilakukan kolam-kolam dengan sistem drainase
yang baik dengan kedalaman 4 meter untuk 500 ekor patin. Idealnya kolam 1
m3 dapat digunakan untuk memelihara 20-50 ekor ikan patin. Pemisahan ikan-
ikan patin berdasarkan bobotnya. Makanan ikan patin adalah Azolla
pinnata sebanyak 30%, kayu apung, dan pelet tenggelam sebanyak 70%, dimana
pemberian makan dilakukan dengan sistem prasmanan yaitu ikan mencari makan
sendiri di tempat yang telah tersedia tanpa perlu memberi makan tiap pagi dan
sore. Azollae pinnata dipakai untuk pakan ikan patin karena mengandung
kolesterol rendah namun mengandung protein tinggi, dan omega 3 yang tinggi.
Ketika ikan patin lapar, ikan akan menggeser pipa yang tersalur ke tabung yang
berisi makanan, ketika di geser, pakan yang ada dalam tabung akan jatuh dengan
sendirinya, dan ikan dapat memakannya. Pemberian makan pada ikan patin
dengan sistem prasmanan mempunyai beberapa manfaat, yaitu dapat menghemat
tenaga kerja, lebih efesien dan dapat menghemat pakan.
Ikan patin bisa dipanen pada usia minimal 8 bulan, dan berat minimal 8
ons. Pemasaran ikan patin telah menjangkau wilayah Solo,Yogya dan Semarang.
Biasanya banyak dibutuhkan oleh hotel-hotel atau tempat wisata. Harga jualnya
Rp.15.000/kg. Di kafe lembah hijau menyediakan berbagai menu dari olahan ikan
patin diantaranya bakso ikan patin, steak ikan patin, ikan patin bakar maupun
goreng. Duri ikan patin di Lembah Hijau Multifarm diolah menjadi kaldu bakso
dan dijadikan tepung ikan untuk pakan sapi. Keunggulan ikan patin dari Lembah
Hijau Multifarm adalah dagingnya keset, dan saat dimakan, bau tanah pada ikan
tidak terasa.
Jika dikaji dari aspek pertanian berkelanjutan, maka penilaiannya terdiri atas
aspek ekonomi, ekologi/lingkungan serta social. Secara ekonomi serta social
berbagai upaya yang telah dikembangkan di Lembah Hijau Multifarm mampu
mendapatkan keuntungan bagi pemilik serta masyarakat sekitar. Keuntungan
tersebut diperoleh melalui produk-produk yang dihasilkan oleh Lembah Hijau
Multifarm yang memiliki nilai ekonomis tersebut. Selain itu berbagai upaya yang
dilakukan oleh LHM tidak lain untuk meningkatkan sumber daya ekonomi
masyarakat disekitar lingkungan itu. Karena setelah melihat keadaan sekitar
memang perlu ada perubahan pada sisi ekonomi. Upaya LHM dalam
meningkatkan Sumber daya ekonomi masyarakat sekitar dengan cara
memperkerjakan warga sekitar dalam pengolahan limbah. Tak hanya itu warga
mendapatkan uang sewa tanah yang dikontrak oleh LHM. Masyarakat sekitar juga
dapat berjualan disekitar LHM untuk para wisatawan yang berkunjung dengan
demikian masyarakat sekitar memperoleh penghasilan.
Sumberdaya ekonomi masyarakat merupakan salah satu masalah di
Indonesia yang masih merupakan negara berkembang, apalagi di dalam zaman
revolusi seperti saat ini, di Indonesia tak sulit untuk mendapatkan tenaga kerja
terlatih dan terdidik tetapi di Indonesia sangatlah sulit mendapatkan perusahaan-
perusahaan yang dapat menampung banyak tenaga kerja. Sebagaimana kita
ketahui, banyak sekali masalah ekonomi yang sedang melanda Bangsa Indonesia,
khususnya banyaknya pengangguran. Sehingga dengan adanya perusahaan
semacam LHM ini mampu membantu masyarakat sekitar dalam hal pengurangan
jumlah tenaga kerja di lingkungan sekitar.
Selanjutnya secara ekologi, praktek kegiatan di Lembah Hijau Multifarm
ini mendukung dalam pertanian berkelanjutan. Hal tersebut tampak dari adanya
keseimbangan ekologi yang diwujudkan melalui pengelolaan limbah dari
peternakan maupun usaha budidaya yang dilakukan. Limbah yang tersedia dapat
dijadikan sebagai produk lain. Sebagai contohnya limbah kotoran sapi yang
kemudian diolah menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos tersebut tidak hanya
dijual tetapi sebagai kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan tanamannya. Kemudian
adanya pemanfaatan limbah jerami hasil panen padi yang dimanfaatkan sebagai
pakan ternak sapi. Dari kegiatan tersebut sudah dapat dikaji bahwasanya dalam
upaya pengelolaan perusahaan ini telah mensinergikan aspek pertanian dan
peternakan. Praktek pertanian serta peternakan terjalin dalam satu siklus yang
tidak putus. Menurut Bapak Theo dari Joglo Tani menyatakan bahwa ketika
pertanian dan peternakan mampu berjalan bersama-sama maka lebih lanjut akan
mampu menerapkan Sistem Pertanian Terpadu yang baik bagi lingkungan yang
diwujudkan sebagai Pertanian Berkelanjutan. Selain itu pertanian semacam ini
nantinya diharapkan mampu untuk mewujudkan ketahanan pangan Nasional.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan lapang yang telah dilakukan pada berbagai tempat
atau lokasi yang mengusung tema pertanian berkelanjutan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pertanian berkelanjutan merupakan metode pertanian yang ramah lingkungan
sehingga memungkinkan untuk produksi tanaman atau ternak tanpa merusak
ekosistem yang didasarkan terhadap aspek ekologi atau lingkungan, aspek
ekonomi serta aspek sosial.
2. B2P2TOOT dapat dikatakan sebagai sistem pertanian berkelanjutan karena dari
dimensi ekologi, ekonomi dan social budaya, kesemuanya saling mendukung.
B2P2TOOT tetap mempertahankan tradisi daerah setempat untuk menjaga
kekentalan budayanya serta untuk memperoleh kedekatan sosial dengan
masyarakat sekitar.
3. Joglo Tani menerapkan sistem pertanian organik yang didasarkan pada
pertanian terpadu dimana didalamnya dilakukan budidaya monokultur padi,
tumpang sari hortikultura, dan sistem agropastura-fishery.
4. PT. Lembah Hijau Multifarm merupakan organisasi atau perusahaan yang
bergerak di bidang Bioteknologi, organic fertilizer, Trading, eksport, dan nursery.
Perusahaan ini mengembangkan usahanya yang berhubungan dengan peternakan,
perkebunan, pertanian dan penjualan serta menjadi salah satu perusahaan yang
menghasilkan produk-produk alami. Produk-produk alami yang dihasilkan,
diproses dengan proses yang alami pula sehingga kandungan yang ada pada setiap
produk telah dijamin keamanannya untuk dikonsumsi. Beberapa produk utama
yang telah dihasilkan berupa 5 emas, emas yang pertama yaitu emas putih (susu
sapi), emas merah (daging sapi), emas hitam (kompos), emas kuning (urine sapi),
dan yang terakhir yaitu emas biru (biogas).
4.2 Saran
Melihat upaya dari berbagai lembaga serta perusahaan yang telah
dijelaskan hendaknya kita sebagai mahasiswa harus terpacu, tergerak untuk
mengembangkan kreatifitas kita agar tercipta inovasi-inovasi baru yang bernilai
ekonomi tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Inovasi yang dimaksud adalah
inovasi yang mampu mendukung kualitas kehidupan manusia terutama dalam
bidang pertanian untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Bruce, T. J. A. 2012. GM as a Route For Delivery Of Sustainable Crop Protection. Experimental Botany, 63(2): 537–541.
Ciptadi, Didik. 2009. Pengaruh Aplikasi Berbagai Sumber Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo. Bogor : IPB.
Ferreira, J., Pardini, R., Metzger, J. P., Fonseca, C. R., Pompeu, Paulo S., Sparovek, G. dan Louzada, J. 2012. Towards Environmentally Sustainable Agriculture in Brazil: Challenges and Opportunities for Applied. Applied Ecology, 49 (1) : 535–541.
Gunardi. 1980. Kumpulan Bahan Bacaan Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Hawayati, Annisa , Novitasari, Y., Kosasih, A., Nainggolan, A. P. 2009. Penerapan Sistem Pertanian Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan dengan Pola Desa. Bestari, 42 (1) :1-42.
Kassam, Amir dkk. 2009. The Spread of Conservation Agriculture: Justification, Sustainability and Uptake. Agricultural Sustainability, 7(4) :292–320.
Notohaprawiro, Tejoyuwono. 2006. Pembanguanan Pertanian Berkelanjutan dalam Konteks Globalisasi Dan Demokratisasi Ekonomi. Ilmu Tanah dan Lingkungan, 6 (2) : 137-142.
Pretty, J., Toulmin, C. dan Williams, S. 2011. Sustainable Intensification in African Agriculture. Agricultural Sustainability, 9(1) : 5-24.
Priyono, Kuswaji Dwi. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Daerah Rawan Longsor Lahan. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sudalmi, Endang Sri. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Inovasi Pertanian, 9 (2) : 15-28.
Sanganatan, P.D. dan Sanganatan, R.L., 1989. Organic Farming. Backyard Friends series. Philippines : Cagayen de Oro, Ilo-Ilo.
Saptana dan Ashari. 2007. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha. Litbang Pertanian, 26 (4) : 1-12.
Untung, Kasumbogo. 1997. Peranan Pertanian Organik Dalam Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
LAMPIRAN
II. Dimensi Ekonomi
1. Apakah praktek pertanian ini memperbaiki pendapatan petani?
Penanaman yang dilakukan oleh B2P2TOOT bekerjasama dengan para
petani di daerah sekitar sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk
penduduk sekitar dan meningkatkan taraf hidupnya.
2. Apakah praktek pertanian ini akan membawa ke arah keamana pangan
dan pendapatan?
Dalam kegiaatanya B2P2TOOT ini menggunakan penelitian-penelitian yang
berfungsi sebagai kontrol dan menguji bahan baku obat yang digunakan, sehingga
produk yang dihasilkan akan terjamin dari segi kualitas,kuantitas serta
keamananannya. Laboratorium yang ada di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) ini memiliki
tujuh laboratorium dan 4 instalasi yang berfungsi untuk memproses tanaman obat
tersebut, laboratorium yang ada diantaranya adalah laboratorium galenika,
laboratorium fitokimia, laboratorium instrument, laboratorium proteksi hama
penyakit tanaman, laboratorium kultur jaringan tanaman, laboratorium
mikrobiologi, dan laboratorium biomolekuler.
3. Apakah praktek ini akan menambah modal kerja petani?
B2P2TOOT membuka kerjasama dengan para petani dengan cara
mengambil semua produk tanaman obat yang telah dibudidayakan oleh petani,
sehingga petani yang ingin menaman tanaman obat tidak akan kesulitan dalam
memasarkan tanaman obatnya.
4. Akan seperti apakah situasi gizi dan ketersediaan pangan apabila
pendekatan ekonomi ini dilakukan secara luas?
B2P2TOOT membuka peluang bagi siapa saja yang mau menanam tanaman
obat, serta hasil yang dihasilkan semua akan diambil oleh B2P2TOOT. Kebutuhan
tanaman obat ini seiring berjalannya waktu semakin meningkat dan kebutuhan
jenis nya beragam, sehingga dapat menjadi peluang bisni bagi perani yang mau
berkerjasama dengan pihak B2P2TOOT.
5. Apakah pendekatan ini mampu bersaing dengan sektor lain?
Indonesia memiliki keragaman tanaman obat yang sangat melimpah, namun
masih sangat sedikit yang dibudidayakan secara luas, sedangkan kebutuhan
tanaman obat yang dibutuhkan oleh pihak B2P2TOOT ini sangat banyak dan terus
mengalami penambahan. Sehingga apabila berkerjasama dalam kegiatan
penyediaan tanaman obat dengan pihak B2P2TOOT, tanaman obat yang
dihasilkan tidak akan kesulitan dalam segi pemasaran serta prospek tinggi serta
menjanjikan.
6. Apakah pendekatan ini memungkinkan/berpeluang untuk memantapkan
kondisi ekonomi secara nasional?
Berdasakan kajian lebih lanjut, diharapkan pengobatan menggunakan
tanaman obat dan obat tradisional ini akan digunakan atau diterapkan oleh badan-
badan kesehatan nasional, sehingga otomatis kebutuhan bahan baku tanaman obat
akan meningkat secara tajam. Kondisi tersebut akan memberikan peluang bisnis
bagi mereka yang mau membudidayakan tanaman obat pada lahan budidayanya.