Download - laporan dte cip
-
8/6/2019 laporan dte cip
1/35
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PRAKTIKUM 01
KARAKTERISTIK DIODA
OLEH:
KELOMPOK 1
LABORATORIUM LISTRIK DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DIPLOMA 3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2010
1. Yoga Pratama / 091903102001
2. Sutrisno / 091903102002
3. M.Asharudin Firdaus / 091903102006
4. Dzikirullah Riski A.M / 091903102013
-
8/6/2019 laporan dte cip
2/35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dioda ialah jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Dioda tabung
pertama kali diciptakan oleh seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Sir J.A. Fleming(1849-1945) pada tahun 1904.
Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor.
Beranjak dari penemuan dioda, para ahli menemukan juga komponen turunan lainnya yang
unik. Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja.
Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah
semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur
demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.
1.2 Tujuan
Mahasiswa data mengerti dan memahami Karakteristik dioda
1.3 Landasan Teori
Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua
elektroda yaitu katoda dan anoda.
Ujung badan dioda biasanya diberi bertanda, berupa gelang atau berupa titik, yang
menandakan letak katoda.
Dioda hanya bisa dialiri arus DC searah saja, pada arah sebaliknya arus DC tidak akan
mengalir. Apabila dioda silicon dialiri arus AC ialah arus listrik dari PLN, maka yang
mangalir hanya satu arah saja sehingga arus output dioda berupa arus DCBila anoda diberi potensial positif dan katoda negatif, dikatakan dioda diberiforward
bias dan bila sebaliknya, dikatakan dioda diberi reverse bias. Pada forward bias, perbedaan
voltage antara katoda dan anoda disebut threshold voltage atau knee voltage. Besar voltage ini
tergantung dari jenis diodanya, bisa 0.2V, 0.6V dan sebagainya.
Bila dioda diberi reverse bias (yang beda voltagenya tergantung dari tegangan catu)
tegangan tersebut disebut tegangan terbalik. Tegangan terbalik ini tidak boleh melampaui
harga tertentu, harga ini disebut breakdown voltage, misalnya dioda type 1N4001 sebasar
50V.
-
8/6/2019 laporan dte cip
3/35
Dioda jenis germanium misalnya type 1N4148 atau 1N60 bila diberikan forward bias
dapat meneruskan getaran frekuensi radio dan bila forward bias dihilangkan, akan memblok
getaran frekuensi radio tersebut. Adanya sifat ini, dioda jenis tersebut digunakan untuk
switch.
Dioda Zener
Dioda Zeneradalah suatu dioda yang mempunyai sifat bahwa tegangan terbaliknya
sangat stabil, tegangan ini dinamakan tegangan zener.
Di atas tegangan zener, dioda ini akan menghantar listrik ke dua arah. Dioda ini
digunakan sebagai voltage stabilizer atau voltage regulator. Bentuk dioda ini seperti dioda
biasa, perbedaan hanya dapat dilihat dari type yang tertulis pada bodynya dan zener voltage
dilihat pada vademicum
LED
Suatu jenis dioda yang lain adalah Light Emiting Diode (LED) yang dapat
mengeluarkan cahaya bila diberikan forward bias. Dioda jenis ini banyak digunakan sebagai
indikator dan display. Misalnya dapat digunakan untuk seven segmen (display angka).
Photodioda
Photodioda atau dioda foto mempunyai sifat yang berkebalikan dengan LED yaitu
akan menghasilkan arus listrik bila terkena cahaya. Besarnya arus listrik tergantung dari
besarnya cahaya yang masuk.
Dioda Varactor
Dioda Kapasiansi Variabelyang disebut juga dioda varicap atau dioda varactor. Sifat
dioda ini ialah bila dipasangkan menurut arah terbalik akan berperan sebagai kondensator.
Kapasitansinya tergantung pada tegangan yang masuk. Dioda jenis ini banyak digunakan pada
modulator FM dan juga pada VCO suatu PLL (Phase Lock Loop).
-
8/6/2019 laporan dte cip
4/35
Dioda Bridge
Dioda bridge adalah dioda silicon yang dirangkai menjadi suatu bridge dan dikemas
menjadi satu kesatuan komponen. Di pasaran terjual berbagai bentuk dioda bridge dengan
berbagai macam kapasitasnya. Ukuran dioda bridge yang utama adalah voltage dan ampere
maksimumnya. Dioda bridge digunakan sebagai penyearah pada power supply.
-
8/6/2019 laporan dte cip
5/35
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1.Alat dan Bahan
1. Project board
2. Dioda
3. Kabel
4. Power Supply
2.2.Gambar Rangkaian
2.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Merangkai komponen seperti gambar di atas.
3. Memberi tegangan sebesar 0,5 V, 1 V, 2 V, 3 V, 4 V, dan 5 V pada
transistor.
4. Mengukur arus yang mengalir pada basis (IB), kolektor (IC) dan
emitor (IE).
5. Mencatat hasil pengukuran pada table percobaan.
6. Memberi kesimpulan
-
8/6/2019 laporan dte cip
6/35
2.4 Metode Analisa Data
BAB IIIANALISA DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Percobaan dan Grafik
No Tegangan
( volt)
Arus Dioda ( Id)
(Amper)
Tegangan output (Vd)
( volt)
1 0.1 0.108 0.001
2 0.2 0.193 0.001
3 0.3 0.284 0.0014 0.4 0.398 0.06
5 0.5 0.503 0.8
6 0.6 0.588 3.43
7 0.7 0.619 9.41
8 0.8 0.665 9.93
9 0.9 0.619 18.42
10 1 0.698 20.47
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
sumber tegangan
V(dioda)
Vdioda(volt)
-
8/6/2019 laporan dte cip
7/35
-5
0
5
10
15
20
25
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
sumber tegangan
I(dio
da)
I dioda(mVolt)
3.2 Pembahasan
Dari data praktikum diperoleh data tegangan dan arus yang mempengaruhi
sebuah diode pada saat diarangkai dengan sebuah sumber tegangan 0.0 sampai
tegangan 1 volt.Pada saat diberi tegangan 0.1volt v diode mencapai tegangan
108.6miliVolt dan arus 0.01 miliAmper,pada saat tegangan tersebut sebuah diode
mempunyai karakteristik belum menghantar secara penuh.
Kenaikan tegangan pada sebuah dioda akan linier terjadi pada tegangansumber mulai 0.3volt;0.4volt;0.5volt dan seterusnya.Dapat dibuktikan pada tegangan
sumber 0.4 volt ,Vdioda :0.398volt dan Idioda:0.06volt.Tegangan sunber 0.5volt
,Vdioda 0.503 dan Idioda :0.8miliAmper ,dan akan mencapai awal kenaikan secara
linier dimulai pada tegangan 0.6volt Vdioda :0.588voltdan Idioda:3.43miliAmper
.kenaikan tegangan yang cukup drastis hingga pada tegangan sumber 1volt Vdiode :
0.698volt dan Idiode:20.47miliAmper.Keadaan ini dapat dicapai sebab pada sebuah
diode mempunyai karakteristik yang akan bekerja nmenghantarkan arus pada
tegangan sumber 0.6volt.
Pada tegangan tersebut sebuah diode dapat terhubuung dengan baik karena
sifat sebuah semikonduktor aka nada paksaan loncatan electron sehingga pada
keaadaan tersebut sebuah dioda akan dipaksa menghantar .dan dari data diatas diode
yang kami pakai pada waktu praktikum dapat dikategorikan sebagai diode type
silicon karena diode diode type silicon akan bekerja pada tegangan 0.7 nolt
sedangkan type germanium akan bekerja pada teganngan 0.3-0.4volt.selain hal diatas
-
8/6/2019 laporan dte cip
8/35
sebuah diode dapat dianalogikan sebagai sebuah saklar yang akan bekerja pada
tegangan 0.6 volt.Dan sebaliknya pada saat dibias balik sebuah dioda akan
dianalogikan sebagai sebuah saklar yang terbuka,sebab pada saat ini sebuah dioda
mempunyai nilai hambatan yang takterhingga .Pada praktikum dioda saat ini tegangan
sumber akan berpengaruh pada hasil data percobaan,sebad tegangan yang cukup kecil
sehingga mengalami kesulitan pada saat mengukur arus yang cukup kecil sekali.
Selain beberapa hal diatas dapat dicapai sebuah hubungan Vsumber dengan
Vdioda yang akan merupakan suatu hubungan yang sangat erat dengan karakteristik
sebuah dioda yang akan bekerja pada suatu titik yang disebut titik tegangan kaki
yakni pada tegangan 0.7 volt yang merupakan karakteristik type silicon.hal ini tejadi
karena ada konduktivitas yang cukup tinggi pada saat dioda mencapai fase
ini.sehingga arusnya pun secara linier akan ikut naik juga.dan beberapa kenaikan
tersebut akan terlihat jelas pada grafik hubungan Vsumber dengan Idioda maupun
Vdioda.
-
8/6/2019 laporan dte cip
9/35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.Tegangan Knee atau tegangan operasional akan terjadi pada saat tegangan
sumber mencapai 0.6 volt
2. Karakteristik Dioda germanium mempunyai tegangan Operasi 0,3 volt
3. Karakteristik dioda silicon mempunyai tegangan operasi 0.7 volt
3. Arus yang cukup besar menyebabkan kerusakan pada sebuah dioda karena
arus balik.
-
8/6/2019 laporan dte cip
10/35
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PRAKTIKUM 02
KARAKTERISTIK TRANSISTOR
OLEH:
KELOMPOK 1
LABORATORIUM LISTRIK DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DIPLOMA 3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2009
5. Yoga pratama / 091903102001
6. M. Asharudin Firdaus / 091903102006
7. Sutrisno / 091903102002
8. Dzikirullah Rizky A.M / 091903102013
-
8/6/2019 laporan dte cip
11/35
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Transistor merupakan komponen elektronika yang berperan penting pada
hamper semua komponen elektronika. Transistor dihubungkan ke rangkaian sebagai
komponen terpisah atau dalam bentuk terpadu dalam suatu chip.
Transistor memiliki tiga kutub atau kaki yang diberi nama : Kolektor (C),
Basis (B), dan Emitor (E). Transistor dapat digunakan sebagai penguat arus (current
amplifier) dan saklar elektronik.
Prinsip kerja dari transistor yaitu jika pada basis mengalir arus IB, maka pada
kolektor mengalir arus IC dan pada emitor mengalir arus IE dengan hubungan :
IE = IB + IC
1.3 Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami karakteristik transistor.
1.4 Landasan Teori
Pada prinsipnya, suatu transistor terdiri atas dua buah dioda yang disatukan.
Agar transistor dapat bekerja, kepada kakikakinya harus diberikan tegangan, tegangan
ini dinamakan bias voltage. Basisemitor diberikan forward voltage, sedangkan
basiskolektor diberikan reverse voltage. Sifat transistor adalah bahwa antara kolektor
dan emitor akan ada arus (transistor akan menghantar) bila ada arus basis. Makin
besar arus basis makin besar penghatarannya.
Berbagai bentuk transistor yang terjual di pasaran, bahan selubung
kemasannya juga ada berbagai macam misalnya selubung logam, keramik dan ada
yang berselubung polyester. Transistor pada umumnya mempunyai tiga kaki, kaki
pertama disebut basis, kaki berikutnya dinamakan kolektor dan kaki yang ketiga
disebut emitor.
-
8/6/2019 laporan dte cip
12/35
Suatu arus listrik yang kecil pada basis akan menimbulkan arus yang jauh
lebih besar diantara kolektor dan emitornya, maka dari itu transistor digunakan untuk
memperkuat arus (amplifier).
Terdapat dua jenis transistor ialah jenis NPN dan jenis PNP. Pada transistor
jenis NPN tegangan basis dan kolektornya positif terhadap emitor, sedangkan pada
transistor PNP tegangan basis dan kolektornya negatif terhadap tegangan emitor.
Transistor dapat dipergunakan antara lain untuk :
Sebagai penguat arus, tegangan dan daya (AC dan DC)
Sebagai penyearah
Sebagai mixer
Sebagai osilator
Sebagai switch
-
8/6/2019 laporan dte cip
13/35
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
1. Project board
2. Transistor
3. AVO meter
4. Resistor
5. Power supply
6. Kabel
2.2 Gambar Rangkaian
2.3 Prosedur Kerja
7. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
8. Rangkai komponen seperti gambar di atas.
9. Lalu berilah tegangan sebesar 0,5 V, 1 V, 2 V, 3 V, 4 V, dan 5 V pada
transistor.
10. Ukurlah arus yang mengalir pada basis (IB), kolektor (IC) dan emitor
(IE).
11. Catat hasil pengukuran pada table percobaan.
12. Berilah kesimpulan.
-
8/6/2019 laporan dte cip
14/35
2.4 Metode Analisa Data
Pada praktikum kali ini dibahas tentang karakteristik transistor. Dimana pada
praktikum ini persamaan yang digunakan diantaranya:
IE = IB + IC
Dimana : IE = arus pada Emitor
IB = arus pada Basis
IC = arus pada Kolektor
-
8/6/2019 laporan dte cip
15/35
BAB III
ANALISA DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
3.2 Data Hasil Percobaan
NO Vs I b I e I c
1 0,5 V 0.01 mA 0.01 mA 0.01mA
2 1 V 0.03mA 12.59mA 12.47mA
3 2 V 4.25mA 39.2mA 35.5mA
4 3 V 16.35mA 69.3mA 50.5mA5 4 V 29.70mA 95mA 63.1mA
6 5 V 45.1 mA 125.6mA 80.7mA
3.3 Pembahasan
Transistor adalah 2 buah dioda yang disatukan agar transistor dapat bekerja
pada kaki-kakinya di beri tegangan. Tegangan ini dinamakan bias voltage. Basis
emitor diberikan forward voltage,sedamgkan basis collector di berikan reverse
voltage. Sifat transistor adalah bahwa antara collector dan emitor akan ada arus
(transistor adkan mengahantar) bila ada arus basis. Makin besar arus basis makin
besar penghantarnya.
Hubunga arus pada transistor sama halnya sperti hokum kirchoff I yang
mengatakan bahwa jumlah arus yang mengalir pada suatu rangkaian sama dengan
jumlah arus yang keluar pada percabangan.
Pada praktikum ini digunakan tegangan masukan pada basis dan kolektor
sebesar 0,5V
1 V, 2 V, 4 V dan 5 V. pada praktikum ini yang diukur adalah arus listriknya, karena
untuk tegangannya nilainya sama seperti tegangan masukannya.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai arus listrik pada Emitor (IE) sama
dengan penjumlahan antara nilai arus listrik pada Basis (IB) dengan nilai arus listrik
pada kolektor
(IC).dapat ditulis dengan rumus
IE = IB + IC
-
8/6/2019 laporan dte cip
16/35
Dimana : IE = arus pada Emitor
IB = arus pada Basis
IC = arus pada Kolektor
Pada tegangan 1 V
IE = IB + IC
12.59mA= 0.03 mA + 12.43 mA
Pada tegangan 2 V
IE = IB + IC
39.2mA= 4.25 mA + 35.5 mA
Pada tegangan 3 V
IE = IB + IC
69.3 mA = 16.35 mA + 50.5 mA
Dari data percobaan didapatkan bahwa arus listrik yang mengalir pada IB
nilainya lebih besar dari arus listrik yang mengalir pada IC. Berdasarkan data
percobaan transistor baru dapat menghantarkan arus listrik pada saat tegangan
masukannya 1 V sedangkan pada saat tegangan masukannya dibawa 1 V transistor
tidak bisa mengalirkan arus listrik.
Dari data-data yang diambil pada praktikum pasti ada selisih data yang
disebabkan ad kesalahan pembacaan alat ukur pada saat praktikum, kurang stabilnya
tegangan sehingga pembacaan pada alat ukur selalu berubah-berubah. Oleh karena itu
ada eror persen yang dapat diketahui berapa persen kesalahan tersebut.
Contoh :
IE = IB + IC
66.85 mA = 16.35 mA + 50.5 mA
Pada praktikum 69.3 mA maka selisih pengukuran 2.45 mA
Arus yang masuk pada basis akan menimbulkan arus yang jauh lebih besar
antara collector dan emitornya. Dan ketika tegangan di rubah maka arus yang masuk
pada basis akan berubah pula dan akan menimbulkan arus yang jauh lebih besar
antara collector dan emitornya dari basis.
Contoh :
Basis = 0.03 mA
Collector = 12.43 mA
Pada tegangan 4 V
IE = IB + IC
95mA = 29.7 mA + 63.1 mA
Pada tegangan 5 V
IE = IB + IC
125.6 mA = 45.1 mA + 80.1 mA
-
8/6/2019 laporan dte cip
17/35
-
8/6/2019 laporan dte cip
18/35
-
8/6/2019 laporan dte cip
19/35
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK ELEKTRONIKA
PERCOBAAN 3
ARUS, TEGANGAN, DAN HAMBATAN
OLEH
KELOMPOK 11. Yoga Pratama / 091903102001
2. Sutrisno / 091903102002
3. M.Asharudin Firdaus / 091903102006
4. Dzikirullah Riski A.M / 091903102013
LABORATORIUM LISTRIK DASAR DAN OPTIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DIPLOMA III
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2009
-
8/6/2019 laporan dte cip
20/35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Prakikum kali ini kita akan menganalisa arus,tegangan dan hambatan.ini
merupakan dasar dari sebuah analisa kita mengenai teori rangkaian,sehingga
nantinya kita bias menguasai beberapa konsep tentang teori rangkaiandalam
praktikum ini kita akan menjumpai beberapa hukum yang dipakai pada rangkaian
yakni hukum Kirchoff dan hukum Ohm
1.2 Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami hubungan antara arus, tegangan, danhambatan
1.2 Landasan Teori
Hubungan antara arus, hambatan dan tegangan ini dikenal sebagai hukum
Ohm.Sesuai dengan hukum ohm tersebut jika suhu tidak mengalami perubahan, rasio dari
pada ujung-ujung sebuah konduktor terhadap arus yang mengalir dalam konduktor itu adalah
sebuah konstanta. Sehingga, menghasilkan hubungan:
R = V/ I
Dimana V adalah beda potensial atau jatuh tegangan (voltage drop) dalam volt (V), I adalah
arus dalam ampere (A), dan R adalah resistansi dalam ohm (), (Mike Tooley, 2003).
Sedangkan hokum pada suatu titik percabangan sama dengan jumblah arus yang
keluar dari titik percabangan tersebut.jika ditulis dalam bentuk perumusan adalah sebagai
beerikut:
Imasuk+Ikeluar =0
Hukum Kirchoff tegangan mempunyai pernyataan yang hampir sama dengan
hokum Kirchoff Arus tetepi juga merupakan pengembangan dari hokum Ohm,yang bahwa
jumblah tegangan (baik berupa sumber tegangan maupun tegangan yang ada pada
komponen )pada suatu loop(jaringan tertutup)sama dengan nol.hal ini dapat dinyatakan
dengan persamaan matematis sebagai berikut:
V+I.R =0
-
8/6/2019 laporan dte cip
21/35
Berdarsarkan hukum Ohmdan Hukum Kirchoff,maka kita dapat mengetahui dan
menyelidiki adanya arus maupun teganga dalam suatu rangkaian dengan beberapa tahanan.
BAB 2
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
1. Project board
2. Resistor
3. Kabel
4. Power Supply
2.2 Gambar rangkaian
2.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Merangkai komponen seperti gambar di atas.
3. Memberi tegangan sebesar , 5 V dan 10 V pada rangkaian diatas
4. Mengukur arus yang mengalir dan tegngan tiap-tiap resistor
5. Mencatat hasil pengukuran pada table percobaan.
6. Memberi kesimpulan
2.4 Metode Analisa Data
Rp = R1xR5
-
8/6/2019 laporan dte cip
22/35
R4 + R5
BAB III
ANALISA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
3.1 DATA HASIL PRAKTIKUM
Tabel 3.1 Data Arus listrik listrik pada hambatanVs I R1 I R2 I R3 I R4
5 volt 125.5 mA 83.6 mA 43.8 mA 43.8 mA
10 volt 253.5 mA 168.8 mA 88.8 mA 88.8 mA
Tabel 3.2 Data Tegangan pada hambatan
Vs VR1 VR2 VR3 VR4
5 volt 2.998 V 1.996 V 0.995 V 0.970 V
10 volt 6.14 V 4.19 V 1.997 V 2.039 V
-
8/6/2019 laporan dte cip
23/35
3.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan arus, tegangan, dan
hambatan. Kita meneliti arus, tegangan, dan hambatan pada rangkaian resistor
yang dirangkai secara paralel dan seri.
Pada percobaan ini kita menggunakan 5 buah resistor yang dirangkai
secara paralel dan seri serta menggunakan sumber tegangan dc.
Pada percobaan ini didapatkan data hasil percobaan sebagai berikut:
Nilai arus pada resistor
Vs I R1 I R2 I R3 I R4
5 volt 125.5 mA 83.6 mA 43.8 mA 43.8 mA
10 volt 253.5 mA 168.8 mA 88.8 mA 88.8 mA
Nilai tegangan pada resistor
Vs VR1 VR2 VR3 VR4
5 volt 2.998 V 1.996 V 0.995 V 0.970 V
10 volt 6.14 V 4.19 V 1.997 V 2.039 V
Pada data diatas dapat diketahui bahwa suatu hambatan/resistor yang
dirangkai secara paralel apabila di aliri tegangan dan arus listrik maka akan
didapatkan nilai arus listrik yang berbeda antara I R1 (125,5 mA) dengan I R2
(83.6 mA) pada saat tegangan sumber 5 volt dan I R1 (253.5 mA) dengan I R2
(168.8 mA) pada saat tegangan sumber 10 volt , serta didapatkan nilai tegangan
yang sama pada saat resistor dirangkai secara seri, dibuktikan pada data berikut:
Pada saat tegangan sumber 5 volt didapatkan nilai VR1 (4,93 V) dan VR2 (4,86 V)
sedangkan pada saat tegangan sumber 10 volt didapatkan nilai VR1 (9,9 V) dan
VR2 (9,9 V).
Hal ini membuktikan bahwa pada rangkaian paralel didapatkan nilai
tegangan yang sama dan nilai arus listrik yang berbeda (nilai nya terbagi
sebanyak rangkaiannya). Apabila pada rangkaian seri didapatkana nilai tegangan
-
8/6/2019 laporan dte cip
24/35
-
8/6/2019 laporan dte cip
25/35
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Pada hambatan yang dirangkai secara seri nilai tegangan akan berbeda pada
masing-masing hambatan.
2. Pada hambatan yang dirangkai secara seri nilai arus listrik yang sama pada
masing-masing hambatan.
3. Pada hambatan yang dirangkai secara paralel nilai tegangan akan sama pada
masing-masing hambatan.
4. Pada hambatan yang dirangkai secara paralel nilai arus listrik akan berbeda
pada masing-masing hambatan.
5. Apabila nilai suatu hambatan semakin besar maka nilai tegangan akan
semakin besar dan juga sebaliknya.
6. Hukum ohm mengatakan bahwa tegangan berbanding lurus dengan arus dan
berbanding terbalik dengan hambatan.
7. Hukum kirchoff I jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang
keluar dalam suatu percabangan.
8. Hukum kirchoff II jumlah tegangan dalam suatu rangkaian tertutup adalah
nol.
-
8/6/2019 laporan dte cip
26/35
]
-
8/6/2019 laporan dte cip
27/35
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK ELEKTRONIKA
PERCOBAAN 4
RANGKAIAN RLC
OLEH
KELOMPOK 1
1. Yoga Pratama / 0919031020012. Sutrisno /091903102002
3. M.Asharudin Firdaus / 091903102006
4. Dzikirullah Riski A.M / 091903102013
LABORATORIUM LISTRIK DASAR DAN OPTIKJURUSAN TEKNIK ELEKTRO DIPLOMA III
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2010
-
8/6/2019 laporan dte cip
28/35
BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Latar Belakang
Komponen pasif yang sering digunakan dalam suatu rangkaian
elektronika adalah resistor,kapasitor,dan inductor.ketiga rangkaian tersebut
memiliki perbedaaan yakni beda fasa tiap komponen,maka dari percobaan ini
kami mencoba untuk menganalisa karaktristik tiap konponen.
1.6 Tujuan Praktikum
Menentukan impedansi pada rangkaian R, L dan C seri
Mengetahui pengaruh frekuensi terhadap impedansi, reaktansi induktif dan
reaktansi kapasitif
Mengamati gejala resonansi pada arus bolak balik
1.7 Landasan Teori
Tegangan bolak-balik dapat dilukiskan dengan persamaan :
V = Vo Sin 2f t
Bentuk tegangan bolak-balik:
Pengukuran tegangan dengan volt meter bolak-balik (AC volt meter)
menghasilkan tegangan efektif, bukan tegangan maksimum Vo. Tegangan efektif
biasa disebut tegangan rms (root mean square) : Vrms = Veff= Vo/2 = 0.707 Vo
Yang terbaca pada ampere meter bolak-balik juga arus efektif :
I rms = Ieff = Io/2 = 0.707 Io
Tegangan 110 V atau 220 V yang diberikan oleh PLN ialah tegangan rms, bukan
tegangan maksimum.
Voltmeter bolakbalik dibuat untuk frekuensi disekitar 50 Hz. Osiloskop
mempunyai hambatan dalam yang amat besar, hingga dalam pemakaian tidak
akan mengganggu rangkaian. Lain dari itu osiloskop langsung mengukur periode
T dan tegangan V.
Hukum Ohm untuk arus bolak-balik :
V
t
Vpp
Vp
-
8/6/2019 laporan dte cip
29/35
a. Hambatan Murni : Vo = Io . R
R : hambatan , resistensi satuan ohm
Tegangan Vo dan arus Io sefasa.
b. Induktor Diri : Vo = Io . XL
XL = 2fL, reaktansi induktif satuan ohm
L = Induktansi diri satuan H (Henry)
Tegangan Vo mendahului Io dengan beda fasa 900.
c. Kapasitor Murni : Vo = Io . Xc
Xc =fC2
1, reaktansi kapasitif satuan ohm
C = Kapasitansi satuan F (farad)
Tegangan Vo terlambat dari arus Io dengan fasa 900.
Catatan : Vo dan Io harga maksimum atau rms.
Rangkaian RLC
Karena beda fase :
Vad Vab + Vbc + Vcd
Dengan menggunakan penjumlahan fasor.
Vad = Io Z, Z =22 )(
CLXXR + dan Tan =
R
XXCL
Daya dengan arus bolak-balik :
P = Vrms . Irms . Cos
Daya denga arus searah : P = VI cos
Faktor f daya bernilai antara 0 sampai 1.
a. Untuk hambat murni cos = 1
b. Untuk induktor cos = 0 (R = 0)
c. Untuk kapasitor murni cos = 0 (R = 0)
R L C
-
8/6/2019 laporan dte cip
30/35
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.5 Alat dan Bahan
a. Power signal generator
b. Osiloskop
c. Capasitor, Resistor dan Kumparan (induktor)
d. Multimeter
e. Kabel-kabel penghubung
2.6 Gambar Rangkaian
2.7 Prosedur Kerja
1. merangkai seperti gambar rangkaian di atas
2. mengubah tegangan 5 VPP
3. mengubah frekuensi 100 1000 Hz
4. mencatat tegangan masing masing komponen menggunakan osciloscope
-
8/6/2019 laporan dte cip
31/35
BAB III
ANALISA DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
3.4 Data Hasil Percobaan
Pengukuran pada R=1k
f (Hz) V/div T/div t l pengukuran voltmeter
100 5 V/div 5 ms/div 2 2 1.892
200 5 V/div 5 ms/div 2 1 2.7799
300 2 V/div 2 ms/div 4.8 1.6 3.1317
400 2 V/div 1 ms/div 4.8 2.6 3.2905
500 5 V/div 1 ms/div 2 2 3.3727
600 5 V/div 1 ms/div 2 1.6 3.4201700 5 V/div 1 ms/div 2 1.5 3.4496
800 5 V/div 1 ms/div 2 1.2 3.4692
900 5 V/div 1 ms/div 2 1.1 3.4828
1000 5 V/div 1 ms/div 2 1 3.4927
Pengukuran pada L=0.008mH
f (Hz) V/div T/div t l pengukuran voltmeter
100 2 V/div 5 ms/div 4 2 0.09669
200 2 V/div 2 ms/div 3 2.6 0.2832
300 1 V/div 2 ms/div 4.8 1.8 0.4786
400 1 V/div 1 ms/div 3.6 2.6 0.67
500 1 V/div 1 ms/div 2.8 2 0.859
600 1 V/div 1 ms/div 2.4 1.6 1.0452
700 1 V/div 1 ms/div 2 1.4 1.2299
800 5 V/div 1 ms/div 3.8 1.2 1.435
900 5 V/div 1 ms/div 3.4 1.1 1.5964
1000 5 V/div 1 ms/div 3 1 1.7788
Pengukuran pada C=1F
f (Hz) V/div T/div t l pengukuran voltmeter
100 2 V/div 5 ms/div 4 2 2.9831
200 2 V/div 2 ms/div 3 2.6 2.1845
300 2 V/div 2 ms/div 4.8 1.8 1.6406400 1 V/div 1 ms/div 3.6 2.6 1.2928
500 1 V/div 1 ms/div 2.8 2 1.06
600 1 V/div 1 ms/div 2.4 1.6 0.8957
700 1 V/div 1 ms/div 2 1.4 0.7744
800 1 V/div 1 ms/div 3.8 1.2 0.6814
900 0.5 V/div 1 ms/div 3.4 1.1 0.608
1000 0.5 V/div 1 ms/div 3 1 0.5488
-
8/6/2019 laporan dte cip
32/35
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita meneliti tentang resonansi dari sebuah rangkaian
R-L-C yang dirangkai secara Seri. Pada praktikum kali ini kita menggunakan sebuah
resistor 1 k, sebuah elco 1F dan dua buah induktor 0.008 mH.
Dalam rangkaian R-L-C pada R tidak ada beda fase antar tegangan dan arus
nya.pada L akan terjadi beda fase antara arus dan tegangan karena Reaktansi Induktff
hambatan induktor pada rangkaian arus bolak-balik. XL = 2f.L. Jadi beda fase
dalam rangkaian induktif 90 (arus ketinggalan 90 dari tegangan).
Untuk C akan terjadi beda fase juga karena hambatan kapasitor pada
rangkaian arus bolak-balik XC = 1/(2f.C). Jadi beda fase dalam rangkaian kapasitif
90 (arus mendahului 90 dari tegangan).
Pada praktikum kali ini kita menganalisa nilai tagangan pada tiap komponen
R-L-C,dan ditunjang dengan pembacaan pada osciloscop.dibawah ini kita lihat hasil
perhitungan XL dan XC.
XL = 2f.L
=2x3.14x200x0.008
=85,408
Xc=1/(2f.C).
=1/(2x3.14x200x10-6
=796,17
Dalam praktikum memperoleh data pada f = 200Hz pada tegangan resisitor.
V/Div = 1 t = 2,8 T/Div = 5 l = 2
Jadi untuk mencari Vdc adalah
Vm = V/Div x t
= 1 x 2.8
= 2.8 v
Sedangkan Vdc teori adalah
-
8/6/2019 laporan dte cip
33/35
Vdc = Vm/
= 2.8 / 3.14
= 0.891 v
Dari data-data tersebut ada selisih data yang disebabkan oleh kesalahan pengukuran
pembacaan alat ukur pada saat praktikum oleh karena itu ada eror % yang dapat
mengetahui seberapa % kesalahan yang terjadi pada saat praktikum dengan teori :
Eror % = HT-HP x 100 %
HP
= 0,891-1.039 x 100 %
1.039
= 14,24 %
-
8/6/2019 laporan dte cip
34/35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pada reaktansi induktif arus dan tegangannya terjadi beda fase 90 (arus
ketinggalan 90 dari tegangan).
2. Pada reaktansi kapasitif arus dan tegangannya terjadi beda fase 90 (arus
mendahului 90 dari tegangan).
3. Pada reaktansi resistif arus dan tegangannya sefasa.
-
8/6/2019 laporan dte cip
35/35