Download - laporan DDPT ordo serangga
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perlindungan tanaman merupakan segala upaya untuk mencegah kerugian pada
usaha budidaya tanaman, yang diakibatkan oleh pengganggu tanaman. Perlindungan
tanaman dilakukan sejak dahulu, dimana manusia melakukan pengendalian hama,
kerusakan pada tanaman bisa disebabkan oleh factor nonbiotis, seperti suhu, cahaya,
oksigen, air dan tanah. Serangga merupakan golongan hewan yang dominan dimuka
bumi sekarang ini, dalam jumlah mereka melebihi hewan melata daratan lainnya
praktis mereka terdapat di mana-mana.
Serangga yang berharga bagi manusia dan masyarakat tidak akan ada bentuknya
sekarang ini tanpa mereka. Dengan aktivitas penyerbukan mereka, serangga tersebut
memungkinkan produksi dari banyak hasil panen pertanian. Termasuk banyak buah
dari kebun buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain, serta menghasilkan madu dan
sutra, serta barang atau produk perdagangan lainnya yang bernilai (Anonim, 2010).
Hama ialah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat dengan
mata. Hama tersebut dapat berupa binatang, dan dapat merusak tanaman secara
langsung maupun secara tidak langsung. Hama yang merusak secara langsung dapat
dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan ham yang merusak
tanaman secara tidak langsung biasanya melaluli penyakit. Pada umumnya, tanaman
yang sakit menunjukkan gejala dan tanda yang khas. Gejala ialah perubahan yang
ditunjukkan oleh tanaman itu sendiri akibat adanya serangan penyakit, penyakit
tanaman ialah penyebab kerusakan pada tanaman selain yang disebut oleh hama. Ilmu
yang mempelajari penyakit tanaman disebut pitopatologi (Joesi, 2002).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum pengenalan ordo-ordo serangga adalah untuk mengetahui
berbagai tipe serangga hama dari berbagai macam ordo beserta gejala serangan
terhadap tanaman.
Kegunaan dari peraktikum pengenalan ordo-ordo serangga adalah agar praktikan
dapat lebih menggetahui bagaimana spesifikasi morfologi dari serangga hama dari
berbagai ordo dan mengetahui perbedaan tiap ordo-ordo yang terdapat pada serannga
sehigga praktikan dapat memudahkan untuk mengklasifikasikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari bahasa Latin orthop (lurus), pteron (sayap) yang berarti
Insekta bersayap lurus. Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo orthoptera yaitu
memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap bagian
depan lurus, lebih tebal, dan kaku (perkamen), sedangkan sayap belakang tipis seperti
selaput, mengalami metamorfosis tidak sempurna. tipe mulut menggigit, kaki paling
belakang (kaki ketiga membesar).Contoh : Kecoa (Periplaneta sp) Jangkrik (Grillus
sp.). Belalang sembah (Tenodora sp.) (Anonim, 2010).
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet,
sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga
pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat
suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan
alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus
dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen. Metamorfosis sederhana
(paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur – nimfa –
dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan
ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo
Orthoptera ini adalah, belalang sembah/mantis (Otomantis sp.), belalang kayu
(Valanga nigricornis). Berikut ini klasifikasi contoh hewan dari Ordo Orthoptera
yaitu Belalang kayu (Valanga nigricornis) yang termasuk dalam Kingdom Animalia,
Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Orthoptera, Famili Trydaecyloedae, dan
Genus Valanga, Spesies Valanga nigricornis (Oka, I.N. 2000).
2.2 Ordo Coleoptera
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga
yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua
pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan
disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat
di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat
melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya
mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku
Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan
kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia telur kemudian larva kemudian kepompong (pupa) kemudian dewasa
(imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada
beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar
(istirahat) dan bertipe bebas/libera. Ada beberapa contoh anggotanya adalah
Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L) Kumbang jamur kelapa (Brontispa
longissima G) Kumbang buas (predator) (Coccinella sp) (Rioardi, 2010).
2.3 Ordo Homoptera
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo
Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi
sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo
Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus
semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk
pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik
pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe
metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia telur
nimfa dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama
tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan
kutu-kutuan, seperti wereng cokelat (Nilaparvata lugens), kutu putih daun kelapa
(Aleurodicus destructor) dan kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.) (Rioardi,2010).
2.4 Ordo Hemiptera
Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang
berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk
jaringan dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya. Hemiptera
sendiri adalah omnivora yang berarti mereka mengkonsumsi hampir segala jenis
makanan mulai dari cairan tumbuhan, biji-bijian, serangga lain, hingga hewan-hewan
kecil seperti ikan. Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan
serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang
sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan
ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan
pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase
kepompong (Anonim, 2010).
Serangga anggota Hemiptera perlu melakukan perkawinan agar betinanya bisa
membuahi telurnya dan berkembang biak, namun kutu daun atau afid yang juga
merupakan anggota dari ordo Hemiptera bisa atau dapat melakukan partenogenesis
(melahirkan tanpa kawin) sehingga mereka tetap bisa berkembang biak tanpa harus
kawin lebih dulu. Hemiptera tersebar di seluruh dunia, kecuali di daerah-daerah yang
terlampau dingin seperti wilayah kutub. Cara hidup mereka yang beragam membuat
persebaran mereka begitu luas. Beberapa anggota Hemiptera seperti walang sangit
dan tonggeret hidup pada tanaman dan menghisap sarinya. Kepik pembunuh juga
hidup di antara tanaman, namun mereka memburu hewan-hewan kecil. Sebagian
kecil dari Hemiptera seperti kutu busuk diketahui hidup sebagai parasit dan
menghisap darah hewan yang lebih besar. Anggota Hemiptera lainnya juga diketahui
hidup di air, misalnya anggang-anggang dan kepik air raksasa. Salah satu anggang-
anggang dari genus Halobes bahkan diketahui hidup di air asin (Anonim, 2010).
2.5 Ordo Diptera
Diptera merupakan artinya dua dan tera sayap. Serangga ini memiliki ukuran
tubuh kecil. Sayap satu pasang dan membraneus, sayap belakang tereduksi menjadi
halter yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pada saat terbang. Mata majemuk
besar dan metamorphosis sempurna. Serangga dewasa hidup di berbagai habitat,
biasa di temukan dekat dengan larva dan sering dijumpai di bunga. Larva di tera juga
dapat di temukan ada yang hidup di air, dan mempunyai tubuh yang halus dan di
namakan belatung. Beberapa sepsis dari ordo diptera ada yang menjadi hama
tanaman, sebagai pengisap dara manusia atau binatang. Ordo dipteral di bagi tiga
menjadi subordo. Subordo Nemacotera, lalat-lalat berantena panjang. Subordo
Brachycera, lalat-lalat berantena pendek. Subordo Cyclorrhapha (Moenandir, 1998).
2.6 Ordo Odonata
Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan
bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada
kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfosis tidak sempurna
(Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang
dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa
jenis serangga kecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu
loncat serta ngengat penggerek batang padi. Berikut klasifikasi contoh hewan Ordo
Odonata yaitu capung (Isehnura cervula) yang termasuk dalam Kingdom Animalia,
Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Odonata, Famili Myrmeontidae, Genus
Isehnura, Spesies Isehnura cervula (Untung, 2000).
2.7 Ordo Lepidoptera
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama,
namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai
pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan
tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat
mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada
serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris
dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna
Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap
terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni.
Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya
memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang
disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus
labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang
perkembangannya melalui stadia telur larvakepompongdewasa. Larva bertipe
polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe
obtekta. Beberapa jenisnya antara lain adalah penggerek batang padi kuning
(Tryporiza incertulas) kupu gajah (Attacus atlas), dan ulat grayak pada
tembakau (Spodoptera litura) (Rioardi,2010).
2.8 Ordo Hymenoptera
Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga
lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan
membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada
kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut
penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat
pengisapnya. Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur->
larva–> kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae,
Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada
hama tanaman. Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah (Trichogramma sp.)
(parasit telur penggerek tebu/padi). (Apanteles artonae Rohw). (tabuhan parasit ulat
Artona). (Tetratichus brontispae) Ferr. (parasit kumbang Brontispa).
III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum mata kuliah Dasar–dasar Perlindungan Tanaman, modul satu tentang
Pengenalan Ordo-Ordo Hama bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit
Tanaman Fakultas pertanian, Universitas Tadulako. Pada hari jumat tanggal 2010
pada pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu papan bedah, jarum pentul, toples/glass Aqua/plastik
yang transparan, alat tulis menulis dan buku gambar.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Serangga Hama adalah
Belalang (Valanga nigricornis), Ulat bawang merah (Spodoptera exigua), Kumbang
helm (Coccinella arcuta), Lebah (Apix cerana), Semut merah Formica ruva, , Lalat
buah Drosophilla, Kumbang kelapa Oryctes rhinoceros, Undur-Undur Mymeleon sp,
Kutu putih Pseodococcus sp, Kutu busuk Cimex lectularius, Kutu daun Aphis
gossippi, Kepik hijau Nazera viridulla, Kecoa periplaneta sp. Capung Isehnura
cervula.
3.3 Cara kerja
Cara kerja pada praktikum kali ini adalah, pertama tama memasukkan spesimen
serangga yang masih hidup kedalam alkohol 70%, setelah spesimen mati kemudian di
angkat dari toples yang berisi alkohol 70%, kemudian di letakkan di atas papan
bedah, lalu serangga di amati dengan teliti dan kemudian mengambarnya pada buku
gambar, setelah selesai menggambar kemudian memberi keterangan bagian- bagian
pada gambar seramngga tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul I tentang
Pengenalan Serangga Hama Tanaman Pangan di peroleh hasil :
Keterangan :
1. Caput
2. Thoraks
3. Abdomen
4. Mata
5. Antena
6. Tungkai Depan
7. Tungkai Tengah
8. Tungkai Belakang
9. Tiba
10. Kuku
11. Ovipasitor
Gambar 1. Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)
Keterangan :
1. Antena 2. Mata 3. Thoraks 4. Sayap 5. Abdomen 6. Kaki Getar
Gambar 2. Morfologi Kumbang Helem (Coccinela arcuta)
Keterangan : 1. Kepala 2. Mulut
3. Kaki semu
4. Belakang
Gambar 3. Morfologi Larva Kumbang Kelapa (Orytes rhinoceros)
Keterangan :
1. Antena 2. Mata 3. Thoraks 4. Sayap 5. Abdomen
6. TungkaiGambar 4. Morfologi Larva Kumbang Kelapa (Orytes rhinoceros)
Keterangan:
1. Antena
2. Mulut
3. Kepala
4. Kaki
5. Dada (Thorax)
6. Perut (Abdomen)
Gambar 5. Morfologi Kepik Hijau (Nezera virudulla)
Keterangan:
1. Antena
2. Mulut
3. Kepala
4. Kaki
5. Dada (Thorax)
6. Perut (Abdomen)
Gambar 6. Morfologi Kutu Putih pada Daun Mangga (Pseudococus sp)
Keterangan: 1. Antena 2. Mulut 3. Kepala 4. Kaki 5. Dada (Thorax)
6. Perut (Abdomen)
Gambar 7. Morfologi Walang Sangit (Leptocoriza acuta)
Keterangan: 1. Antena 2. Mulut 3. Kepala 4. Kaki 5. Dada (Thorax)
6. Perut (Abdomen) 7. Sayap
Gambar 8. Morfologi Lalat Buah (Dacus sp) keterangan :
1. Mata
2. Dada (Thoraks)
3. Sayap
4. Perut (Abdomen)
5. Kaki Getar
6. Ruas-ruas Perut
Gambar 9. Morfologi Capung (Isehnura cervula)
Keterangan : 1. Kepala 2. Mulut
3. Kaki semu
4. Belakang
Gambar 10. Morfologi Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua)
Keterangan: 1. Antena 2. Mulut 3. Kepala 4. Kaki 5. Dada (Thorax)
6. Perut (Abdomen)
Gambar 11. Morfologi Kecoa (Periplaneta sp)
Keterangan: 1. Antena 2. Mulut 3. Kepala 4. Kaki 5. Dada (Thorax)
6. Perut (Abdomen)
Gambar 12. Morfologi Semut (Selenopsis geminata)
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan morfologi Belalang (Valanga nigricornis) merupakan
serangga yang termasuk tipe mulut menggigit dan mengunyah. Pada bagian belalang
(Valanga nigricornis) terlihat bagian tubuh terbagi atas tiga daerah yaitu caput,
thoraks, dan abdomen. Belalang ini memilki dua pasang sayap yaitu sayap deapn dan
sayap belakang, pada bagian kepala terlihat mata, dan antena.
Belalang (Valanga nigricornis) sangat merusak tanaman jagung jika menyerang
secara begerombol. Belalang (Valanga nigricornis) memiliki dua pasang sayap yaitu
sayap depan dan sayap belakang, dan pada bagian kepala terdapat sepasang mata
majemuk dan antena berfungsi menerima rangsangan. Sepasang antenanya ini
terlihat seperti benang memanjang, menerima rangsangan seperti bau, rasa dan raba.
Perkembanagan hidupnya yaitu telur nimfa imago, nimfa dan imago pengendaliannya
sangat sulit di lakukan, karena sangat aktiv dan tidak suka berdiam daagar telur-telur
belalang rusak. Pada satu pasang mata majemuk yang terletak di kiri kanan kepala
(Adisarwanto,T. 2000).
Pada pengamatan struktur morfologi kumbang helm (Coccinela arcuta) terdapat
sepasang antena, sepasang mata majemuk,kepala beserta dada (Thorax) tersambung,
dan bagian perut (Abdomen) yang tertutupi oleh sayap. Dapat kita amati juga tungkai
yang berurut yaitu tungksi depsn, tungksi tengsh fsn tungksi belakang.
Kumbang helm (Coccinella arcuta F.) disebut juga lembing memiliki bentuk
tubuh bulat, berwarna merah dengan bercak hitam pada bagian belakang. Pada larva
muda berwarna kelabu dan larva dewasa memiliki panjang 6 mm dan perutnya
meruncing ke belakang. Telur lembing berwarna kuning berbentuk oval dengan
panjang 0,5 mm (Samsudin, 2010).
Serangga ini dapat bertelur sampai 800 butir. Telur-telur tersebut diletakkan
dalam kelompok 20-50 butir di bawah daun. Dalam 4-5 hari, telur-telur tersebut akan
menetas dan berbentuk larva. Pada waktu senja, larva tersebut bergerak kepermukaan
atas daun dengan memakan bgain tengah dan pangkal daun (Samsudin, 2010).
Pada pengamatan larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) dapat terlihat
bagian kepala, mulut, dan kaki semu serta bagian belakang serangga tersebut. Larva
ini bergerak dengan menggunakan kaki semu. Kulit tubuhnya berwarna putih.
Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui
stadia : telur kemuudian larva kemuudian kepompong (pupa) kemuudian dewasa
(imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada
beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar
(istirahat) dan bertipe bebas/libera (Rioardi, 2010).
Pada pengamatan morfologi serangga kumbang kelapa (Orytes rhinoceros) dapat
kita amati kepala yang terpisah dari dada (Thorax) lalu bagian perut tersambung
dengan bagian dada. Terdapat antena, mulut pada bagian kepala. Tungkai terdapat
pada bagian Thorax dan Abdomen.
Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan
tebal dan permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk sehingga disebut
elytra, sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput. Mengalami metamorphosis
sempurna dan tipe mulut menggigit (Anonim, 2010).
Pada hasil pengamatan kepik hijau (Nezara viridula) memiliki bentuk tubuh
lebar seperti perisai. Terdiri dari kepala (caput), antenna, mata, dada (thoraks),
sayap, kaki dan perut (abdomen). Mengeluarkan bau yang tidak enak dan menyerang
bulir padi.
Kepik hijau menyerang tanaman tembakau dan tanaman padi. Kepik hijau
mengisap cairan padi, sehingga warna di sekitar tempat isapan tersebut menjadi
cokelat dengan tepi cokelat tua. Jika serangan yang banyak, ujung atau tepi daun
bagian tengahnya menjadi kering dan terkadang membujur (Pracaya, 2007).
Jumlah telur kepik hijau kurang lebih 1100 butir setiap bertelur. Telur tersebut
diletakkan berkelompok dan diletakkan pada daun dengan masing-masing berjumlah
10-90 butir. Pada perkembangan dewasa, telur kepik hijau berkembang sampai
dewasa kurang lebih 4-8 minggu, dengan jumlah berkembang kurang lebih 60-80
minggu, bentuk kepik seperti perisai, baunya busuk, warnanya bermacam-macam,
ada yang bewarna hitam, cokelat, hijau, kuning, dan lain-lain. Yang termasuk
keluarga ini selain merusak tanaman juga ada yang sebagai predator, bentuk telur
silindris dan warnanya muda kehijauan. Telur diletakkan berderet-deret dalam 2 atau
4 baris yang jumlahnya kurang lebih 30 butir pada permukaan daun atau pada ludang
tanaman padi atau pada rumput-rumputan (Oka, 2005).
Pada pengamatan morfologi kutu putih daun mangga (Pseudococus Sp) dapat
terlihat kepala, thorax, abdomen, tungkai, antenna.
Hama ini biasanya dijumpai pada permukaan bawah daun atau pada sudut
petiole. Pada populasi tinggi hama tersebut bergerombol seperti gumpalan kapas
dengan embun madu yang lengket sehingga merusak penampilan tanaman.
Disamping itu hama ini juga mengisap cairan tanaman sehingga pertumbuhan
tanaman terganggu. Pada populasi tinggi tanaman menjadi layu bahkan mati.
Pengendalian hama ini adalah dengan menggunakan benih yang sehat dan secara
mekanis memangkas bagian tanaman yang terserang dan dimusnahkan. Secara
biologis dengan memanfaatkan predator sejenis kumbang dari Famili Coccinellidae
yaitu Cryptolaemus montrouzieri. Selain predator dapat juga memanfaatkan
parasitoid (Cocophagus gumeyi), (Tetracnemus pretiosus), (T. Peregrinus),
(Leptomastidae abnormis) dan (Anarhopus sydeyensis) (Anonim, 2010).
Dari hasil pengamatan walang sangit (Leptocorixa acuta) memiliki organ
morfologi yang terdiri dari kepala (caput), antenna, mata, dada (thoraks) dan perut
(abdomen). Memiliki bau yang tidak enak bila di ganggu dan menyerang tanaman
padi berupa bulir yang kosong.
Walang sangit dewasa berwarna cokelat dan berbentuk langsing. Kaki dan
antenanya panjang dan selalau terbang. Pada walang sangit yang masih muda
berwarna hijau. Telur walang sangit berbentuk bulat dan pipih serta berwarna cokelat
dan bertelur pada sore dan malam hari. Telur walang sangit diletakkan secara
berbaris dengan 12-16 butir dalam satu dua baris dengan perkembangan telur kurang
lebih 25 hari, gejala serangan yang ditimbulkan oleh walang sangit yaitu buah padi
yang matang disiap cairannya hingga bulir padi menjadi hampa dan kempes, sehingga
menyebabkan perkembangan bulir padi menjadi tidak baik. Padi yang diisap oleh
walang sangit biasanya terserang cendawan Helminthosporium yang ditandai dengan
bulir padi mula-mula berwarna putih pucat menjadi berwarna cokelat kehitaman
(Samino, 2000).
Dari hasil pengamatan lalat buah (Dacus sp.) memiliki organ morfologi yang
terdiri dari kepala (caput), antenna, mata, dada (thoraks) dan perut (abdomen), sayap,
tungkai depan, tengah, dan belakang, antena, sayap.
Serangga dewasa lalat familia Tephritidae (ordo: Diptera), meletakkan telur
dengan menyuntikkannya ke dalam buah, dan larvanya hidup dalam daging buah,
sehingga serangga ini dikenal sebagai lalat buah. Lalat buah banyak menyerang
bebuahan komersial, sehingga sangat merugikan, dan di Indonesia merupakan
ancaman bagi sentra-sentra produksi buah yang tengah dikembangkan di beberapa
propinsi. Masalah hama lalat buah di Indonesia demikian serius, pada beberapa jenis
buah seperti belimbing dan cabai, sehingga bila tanpa pengendalian, serangannya
sering menimbulkan gagal panen (Kalshoven, 1981). Selain karena kerusakan
langsung, lalat buah juga merugikan secara tidak langsung karena menghambat
ekspor buah. Lalat buah merupakan hama karantina yang diwaspadai oleh negara-
negara pengimpor buah (Anonim,2010).
Dari hasil pengamatan morfologi capung (Isehnura cervula S.) memiliki ukuran
bentuk tubuh panjang, yang terdiri dari sepasang mata, sepasang sayap, kepala
(caput), kaki, dada (thoraks), perut (abdomen).
Capung (Isehnura cervula S.) memiliki tubuh yang panjang dan ramping,
memiliki sepasang sayap yang panjang yang sangat kasar. Saat istirahat
mengatupkan sayap di atas tubuh atau membentangkan sayap bersama-sama di atas
tubuh (Samsudin, 2006).
Secara umum, pemberantasan serangga hama pada tanaman pangan dapat
dilakukan dengan cara mekanis yaitu serangga hama yang menyerang diberantas
dengan menangkap langsung serangga tersebut atau memusnahkan telur-telur
serangga hama tersebut. Sedangkan pada cara kimia yaitu dengan menyemprotkan
bahan kimia seperti penggunaan insektisida untuk memusnahkan serangga tersebut
(Pracaya, 2007).
Dari hasil pengamatan morfologi ulat daun bawang (Spodoptera exigua) dapat
kita amati adanya kepala, kaki semu yag digunakan untuk bergerak, mata dan bagian
belakang dari serangga tersebut.
Pada pengamatan morfologi serangga kecoa (Periplaneta) dapat kita amati
kepala yang terpisah dari dada (Thorax) lalu bagian perut tersambung dengan bagian
dada. Terdapat antena, mulut pada bagian kepala. Tungkai terdapat pada bagian
Thorax dan Abdomen.
Pada pengamatan morfologi serangga semut dapat kita amati kepala yang
terpisah dari dada (Thorax) lalu bagian perut tersambung dengan bagian dada.
Terdapat antena, mulut pada bagian kepala. Tungkai terdapat pada bagian Thorax
dan Abdomen.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hama ialah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat dengan
mata. Hama tersebut dapat berupa binatang, dan dapat merusak tanaman secara
langsung maupun secara tidak langsung.
2. Secara umum tubuh serangga terdiri dari kepala (caput), dada (thoraks) dan
perut (abdomen).
3. Sebagian besar serangga yang bertindak sebagai hama yaitu yang berasal dari
golongan serangga (Insecta).
5.2 Saran
Praktikum yang dilakukan sudah bagus, namun alangkah lebih bagusnya lagi jika
asisten juga bias member materi atau penjelasan tentang maksud dan tujuan
praktikum, apa saja manfaat yang didapatkan setelah praktikum, sehingga praktikan
dapat menambah wawasan dibidang perlindungan tanaman. Satu lagi kalau bias juga
praktikan dalam melakukan praktikaum disediakan kursi untuk duduk.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto,2000. Meningkatkan produksi kacang tanahs. Penebar Swdaya,malang
Anonim, 2010. Orthotera. http://id.wikipedia.org/wiki/ Orthoptera . Di akses pada tanggal 21 November 2010
______, 2010. Hemiptera. http://id.wikipedia.org/wiki/ Hemiptera Di akses pada tanggal 21 November 2010
______, 2010. Coleoptera. http://id.wikipedia.org/wiki/Coleoptera. Di akses pada tanggal 21 November 2010
______, 2010. Kutu putih. http://id.wikipedia.org/wiki/Kutu-putih Di akses pada tanggal 21 November 2010
Joesi Endah dkk, 2002. Pengantar Hama dan Penyakit Tanaman. PT. Agro Media Pustaka. Tangerang
Moenandir, 1998. Persaingan Tanaman Budidaya Dengan Gulma (ilmu gulma-buku III). RajaGrafindo Persada. Jakarta
Oka, I.N. 2000. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya Di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rioardi, 2010. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com. diakses pada Tanggal 21 November 2010
Samino, 2000. Pengenalan Hama Wereng Padi. Penebar Swadaya, Jakarta
Samsudin, 2010. Kumbang helm http://www.iptek.net.id/ind/teknologipangan/ . Di akses pada tanggal 21 November 2010
Untung, K. 2000. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset, Yogyakarta.