Download - Laporan Bakteriologi
LAPORAN BAKTERIOLOGI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI DARI SAMPEL
SWAB ANUS PADA KUCING
Ika Septiana Anggun Puspita, SKH B94144221
Ni Nengah Yogiswari Resyana, SKH B94144232
PPDH Angkatan II Tahun 2014/2015
Grup F-1
Di bawah bimbingan:
Prof Dr Drh Fachriyan H Pasaribu
LABORATORIUM DIAGNOSTIK
PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diare adalah kandungan air yang berlebih pada feses. Diare dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya perubahan pakan, intolerans terhadap
pakan, infeksi parasit, toksin atau sebagai tahap awal penyakit kronis (serius) (Shaw
dan Ihle 1997). Menurut Ciesla et al. (2003) dan Guerrant et al. (2001), diare adalah
defekasi disertai tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan
air tinja lebih banyak daripada biasanya, yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24
jam. Definisi diare lainnya berdasarkan kriteria frekuensi, yaitu defekasi dengan
konsistensi encer lebih dari tiga kali per hari. defekasi encer tersebut dapat disertai
atau tanpa lendir dan darah.
Diare dapat dikelompokkan menjadi dua jenis antara lain diare akut dan diare
kronis. Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 1 hari, sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Diare dapat disebabkan adanya infeksi maupun non infeksi. Penyebab diare terbanyak
adalah adanya infeksi oleh virus, bakteri, dan parasit (Lung 2003). Terdapat beberapa
bakteri penyebab diare di antaranya Bacillus cereus, Clostridium perferingens, Vibrio
cholerae, Eschericia coli, Campylobacter, Salmonella typhoid dan nontyphoid
(Ciesla et al. 2003; Guerrant et al. 2001; Procop dan Cockerill 2003).
Diare yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang lebih serius pada hewan termasuk kucing, salah satunya adalah
dehidrasi. Peneguhan diagnosa mengenai penyebab diare dibutuhkan sebab kausa
terjadinya diare yang bervariasi. Evaluasi atau pemeriksaan laboratorium terhadap
penyebab diare biasanya diawali dengan pemeriksaan feses. Pemeriksaan
laboratorium berguna untuk menentukan pengobatan yang akan diberikan.
Tujuan
Pengujian ini bertujian mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri dari sampel
swab anus kucing yang mengalami diare.
TINJAUAN KASUS
Asal sampel : Dramaga Regensi milik Andra Adi Esnawan
Jenis sampel : Swab anus
Anamnesa
Kucing mengalami diare kurang lebih 7 hari sebelum dilakukan pengambilan
sampel swab anus. Pemilik sudah memberikan obat berupa antihelmentik, namun
kucing masih mengalami diare. Anus kucing tampak bengkak dan merah.
Signalement
Nama hewan : Bianca
Jenis hewan : Kucing
Bangsa : Persian
Umur : 3 bulan
Jenis kelamin : Betina
Gejala Klinis dan Diagnosa
Kucing mengalami kebengkakan dan kemerahan di anus, nafsu makan dan
minum masih baik, Ada diare yang terjadi. Konsistensi fesesnya cair, dan berwarna
kuning. Terdapat alopecia pada daerah sekitar anus ddan paha. Diduga terjadi diare
akibat bakteri yang diawali dari infestasi cacing.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Pengambilan sampel dilakukan di rumah pemilik kucing, Andra Adi Esnawan
yang terletak di Dramaga Regensi pada Selasa, 23 Juni 2015. Kegiatan pengujian
dimulai pada Selasa, 23 Juni 2015 hingga 4 Juli 2015 di Laboratorium Virologi dan
Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner (IPHK), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor
(IPB).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah tabung reaksi, tabung Durham,
rak tabung reaksi, pembakar bunsen, cawan petri, cotton bud steril, batang ose, kapas,
gelas obyek, inkubator, mikroskop cahaya, coolbox, kertas label dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan untuk identifikasi bakteri antara lain
alkohol 70%, media transport berupa brain heart infussion ((BHI), blood agar (BA),
McConkey agar (MCA), tryptic soy agar (TSA), mannitol salt Agar (MSA), Triple
sugar iron agar (TSIA), eosin methylene blue agar (EMBA), media uji indol, media
uji urea, media uji sitrat, dan media uji fermentasi karbohidrat antara lain glukosa,
sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol. Reagen yang digunakan di antaranya Ehrlich
indole reagent, serum kelinci, larutan H2O2 3 %, larutan 3%, larutan kristal violet,
larutan lugol, larutan pemucat (aseton alkohol), dan larutan safranin.
Metode
Pengambilan sampel
Sampel yang diuji berasal dari swab anus kucing dengan gejala klinis diare
disertai anus yang terlihat membengkak dan merah. Sampel diambil secara aseptis
menggunakan cotton bud steril yang dimasukkan ke dalam anus hingga ¾ bagian
cotton bud masuk ke dalam anus, kemudian cotton bud dimasukkan ke dalam media
transport (brain heart infussion (BHI)), selanjutnya dimasukkan ke dalam coolbox
untuk dibawa ke Laboratorium Virologi dan Laboratorium Terpadu, Departemen
IPHK, FKH IPB.
Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana dilakukan untuk mengetahui morfologi bakteri.
Pewarnaan ini dilakukan dengan menambahkan zat warna metylen blue. Pertama,
bakteri dari BHI diambil menggunakan ose yang telah dipijarkan dan didinginkan
dengan menyentuhkan ose ke dinding tabung bagian dalam, diambil sebanyak dua
mata ose. Setelah ditu, diletakkan pada objek glass yang telah dibersihkan dengan
kapas beralkohol. Setelah itu dilakukan fiksasi dengan melewatkan pada api Bunsen
selama beberapa kali. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan metylen blue
selama 30 detik. Setelah itu dicuci dengan aquades dan dikeringkan dengan hati-hati
menggunakan kertas saring. Hasil diamati pada perbesaran objektif 100x dengan
bantuan minyak emersi.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri dan jenis bakteri
(Gram positif atau Gram negatif) pada sampel. Sebelum dilakukan pewarnaan Gram,
sampel swab anus kucing yang telah ditambahkan BHI disentrifugasi selama kurang
lebih 5 menit, diharapkan bakteri yang berhasil diambil dan menempel pada cotton
bud dapat bercampur merata di dalam BHI. Pekerjaan dilakukan secara aseptis
dengan menggunakan api bunsen selama pengujian. Setelah ose dipijarkan pada api
bunsen, penutup tabung dibuka dan mulut tabung dipanaskan di atas api. Suspensi
bakteri dengan dengan mata ose, dipastikan mata ose sudah tidak panas dengan
menempelkannya pada dinding bagian dalam tabung. Kemudian mulut tabung
dipanaskan dan ditutup kembali. Ose yang berisi suspensi bakteri diletakkan di atas
gelas obyek untuk dibuat preprat ulas kemudian preparat dibiarkan mengering di
udara sebentar, lalu difiksasi di atas api bunsen. Selanjutnya preparat ulas diberi
larutan kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian dicuci dengan aquades
serta diteteskan dengan larutan lugol dan didiamkan selama 1 menit dilanjutkan
dengan pemberian larutan pemucat (aseton alkohol) selama kurang lebih 10-15 detik
lalu dibilas dengan aquades. Pewarnaan terakhir, preparat diberi safranin dan
didiamkan selama 15 detik lalu dicuci dengan aquades, kemudian diamati di bawah
mikroskop menggunakan minyak emersi dengan perbesaran obyektif 100x.
Penanaman Isolat Bakteri
Setelah dilihat morfologi dan Gram bakteri, maka dilakukan penanaman
bakteri pada media Blood Agar(BA) dan Mac Conkey Agar (MCA). Media BA
digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang sulit untuk dibiakkan dan juga untuk
membedakan sekelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak melisis eritrosit.
Media Ba mengandung darah domba 5%. Lisis eritrosit dibedakan atas zona
hemolisisnya. Zona hemolisis terdapat pada tabel 1.
Tabel 1 Zona hemolisis dan perubahan yang terjadi pada media BA
Zona hemolisis Penampakan pada BA Contoh
mikroorganisme
Α hemolisis
Lisis sempurna ditandai dengan
adanya zona bening di sekitar koloni
S.aureus
Β hemolisis Lisis sebagian ditandai dengan warna
kehijauan pada sekitar koloni S.intermedius
γ hemolisis
Tidak melisiskan darah ditandai
dengan tidak adanya perubahan pada
warna media
S.faecalis
Lay (1994)
MCA digunakan untuk menumbuhkan bakteri Gram negatif saja karena pada
MCA mengandung laktosa, garam empedu, dan merah netral. Garam empedu dan
Kristal violet akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Bakteri Gram
negatif yang tumbuh dibedakan atas kemampuannya memfermentasikan laktosa.
Beberapa contoh pertumbuhan koloni bakteri terlihat pada tabel 2.
Tabel 2 contoh pertumbuhan koloni pada MCA
Koloni Mikroorganisme
Serupa Media Salmonella, Shigella
Merah dikelilingi oleh zona keruh E.coli
Merah muda dan mukoid E.klebsiella
Kecil dan tidak terang tembus Enterococcus, Staphylococcus
Lay (1994)
Penanaman dilakukan dengan menggoreskan ose berisi bakteri yang diambil
dari BHI. Sebelumnya ose dipijarkan dan didinginkan dengan menyentuhkan ose
pada dinding tabung bagian dalam. Penanaman dilakukan dengan teknik goresan T.
Teknik goresan ini membagi media menjadi 3 bagian. Goresan dimulai dari zona 1,
kemudian ose dipijarkan lalu goresan kedua pada zona 2 yang dimulai dari sebagian
I
zona 1, goresan pada zona 3 dimulai dari sebagian wilayah zona 3 setelah
memijarkan ose. Teknik goresan T dapat dilihat pada gambar 1. Setelah digoreskan
pada agar, lalu dilakukan inkubasi pada suhu 37OC selama 24-48 jam.
Gambar 1 Teknik Goresan T
Penanaman isolat murni bakteri
Setelah dilakukan pembiakan pada BA dan MCA maka akan didapatkan koloni
yang terpisah dari tiap agar tersebut. Koloni pada tiap media dibiakkan lagi pada
media agar miring tryptic soy agar (TSA), namun jika setelah diinkubasi tidak ada
koloni bakteri yang tumbuh pada MCA maka penanaman isolat bakteri pada media
TSA tidak dilakukan.. Penanaman isolat murni bakteri dilakukan secara aseptis dari
masing-masing media, dengan cara satu koloni bakteri yang tumbuh pada setiap
media diambil menggunakan ose dan ditanam ke media TSA lalu diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37 ºC.
Uji KOH 3%
Pengujian KOH 3% dari media BA dilakukan dengan aseptis. Sebanyak satu
tetes KOH 3% diletakkan di atas gelas objek. Lalu pada gelas obyek tersebut
ditambahkan sebanyak satu mata ose biakan murni pada TSA kemudian
dihomogenkan. Reaksi positif ditandai oleh adanya benang-benang halus yang
terbentuk pada gelas objek. Alur pengujian KOH 3% seperti pada gambar 2
Gambar 2 Alur pengujian KOH 3%
I
III
IIII
I
Uji Katalase
Pengujian katalase dilakukan secara aseptis menggunakan ose, biakan diambil
dan dicampurkan dengan H2O2 3% di atas gelas objek. Reaksi positif ditandai oleh
adanya gelembung-gelembung udara yang terbentuk pada gelas objek.
Uji Mikroaerofilik
Uji ini bertujuan mengetahui kemampuan isolat bakteri dalam menghidrolisis
glukosa dalam suasana aerob atau anaerob. Pengujian ini menggunakan media
glukosa, yang berisi isolat bakteri, lalu dimasukkan dalam inkubator 37 ºC selama 24
jam. Hasil uji positif jika terlihat perubahan warna media dari merah menjadi kuning.
Uji Koagulase
Uji koagulase dilakukan untuk mengetahui sifat atau patogenitas spesies
Staphylococcus dari bakteri Gram positif. Plasma kelinci dan aquades dimasukkan
dalam microtube dengan perbandingan 1:4. Lalu isolat bakteri diambil menggunakan
ose dan dimasukkan ke dalam microtube. Microtube lalu diinkubasi 37 ºC selama 24
jam. Hasil uji koagulase positif jika terbentuk gumpalan (koagulase) dan tidak
berubah posisi apabila microtube dibalik.
Penanaman isolat pada media mannitol salt agar (MSA)
Hasil positif pada uji koagulase dilanjutkan dengan pembiakan pada MSA.
Sebanyak satu mata ose biakan bakteri pada media TSA dari media BA diambil lalu
digoreskan pada media (sama seperti penanaman isolat bakteri pada media BA atau
MCA) diinkubasi 37 ºC selama 24 jam. Hasil positif ditandai oleh perubahan warna
media dari merah menjadi kuning.
Uji Biokimia
Uji ini menggunakan beberapa media di antaranya media TSIA, urea, indol,
sitrat, dan karbohidrat (manitol, sukrosa, laktosa, glukosa, dan maltosa). Pada uji
TSIA, pengujian dilakukan dengan menusuk media menggunakan ose dengan ujung
lurus yang sudah terdapat biakan murni bakteri dan menggoreskan ose pada bagian
permukaan agar miring. Pada uji urea dan uji sitrat, pengujian dilakukan dengan
mengambil isolat bakteri menggunakan ose lalu digoreskan pada permukaan media
agar miring, sedangkan pada uji indol, bakteri hanya ditusukkan tegak lurus terhadap
media menggunakan ose yang telah berisi isolat bakteri murni pada media TSA dari
MCA. Adanya pembentukan indol oleh bakteri dapat diketahui dengan menambahkan
beberapa tetes reagen Ehrlich pada media indol setelah diinkubasi.
Penanaman pada EMB Agar
Uji ini menggunakan Eosin-Metylen Blue Agar(EMBA). Agar ini digunakan
untuk mengisolasi dan diferensiasi bakteri Gram enteric bacilli Gram negatif terutama
untuk mendeteksi dan konfirmasi bakteri koliform. Agar ini mengandung laktosa dan
sukrosa dengan dua indikator yaitu Eosin Y dan Metylen Blue. Perubahan yang terjadi
pada penggunaan agar ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Perubahan pada EMBA
Mikroorganisme Pertumbuhan Reaksi
E.faecalis Sebagian dihambat -
E.coli Tumbuh Hitam kebiruan pada bagian tengah
koloni dan terlihat hijau metalik.
P. Aeruginosa Tumbuh Tidak berwarna
Lay (1994)
Tahapan Identifikasi Bakteri Gram Positif
Gambar 3 Tahapan identifikasi bakteri Gram positif
Inokulasi
Pewarnaan Gram
Basil Kokus
Uji katalase
Positif Negatif Bergerombol
Berantai Uji mikroaerofilik
Positif Negatif
Uji Koagulase Uji MSA
Tahapan Identifikasi Bakteri Gram Negatif
Gambar 4 Identifikasi bakteri Gram negatif
Inokulasi
Pewarnaan Gram
TSIA EMBA Indol Urea SItrat Fermentasi Karbohidrat
Manitol
Maltosa
Sukrosa
Glukosa
Laktosa
Manitol
Maltosa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil identifikasi bakteri dari sampel swab anus kucing diperoleh 2 genus
bakteri. Identifikasi bakteri didasarkan pada Jang et al. (1976). Berikut hasil dari uji
yang telah dilakukan terhadap sampel swab anus kucing.
Tabel 4 Hasil pengamatan koloni terpisah pada media BA
Parameter Koloni 1 Koloni 2
Ukuran Kecil (1 mm) Besar (>2 mm)
Bentuk Bulat Bulat
Permukaan Halus Halus
Aspek Mengkilat Mengkilat
Tepi Rata Timbul
Elevasi Timbul Cembung
Sifat Tembus Translusen Translusen
Pigmentasi Tidak berpigmen Tidak berpigmen
Hemolisis β hemolisis α hemolisis
Gambar 5 Hasil penanaman pada media agar darah (BA). A. tampak depan; B.
tampak belakang
A B
Tabel 5 Hasil pengamatan koloni terpisah pada media MCA
Parameter Koloni 1
Ukuran Besar (>2 mm)
Bentuk Bulat
Permukaan Halus
Aspek Mengkilat
Tepi Timbul
Elevasi Cembung
Sifat Tembus Translusen
Pigmentasi Merah dengan tepi keruh
Gambar 6 Hasil biakan pada media MCA
Tabel 6 Hasil pewarnaan Gram koloni bakteri pada media BA dan MCA
Parameter Koloni 1 BA Koloni 2 BA Koloni 1 MCA
Bentuk Batang Kokus Batang
Susunan Soliter Bergerombol Soliter
Warna Merah Ungu Merah
Sifat Gram Negatif Positif Negatif
Gambar 7 Hasil Pewarnaan Gram. A. Hasil biakan TSA dari BA; B. Hasil biakan
TSA dari MCA
Tabel 7 Hasil uji biokimiawi Pengujian Koloni TSA BA Koloni TSA MCA
Pewarnaan gram
Kokus, bergerombol, ungu
Basil, berantai, merah
KOH 3% - +
Katalase + Tidak diuji
Mikroaerofilik + Tidak diuji
Koagulase + Tidak diuji
Indol Tidak diuji +
Sitrat Tidak diuji -
Urea Tidak diuji -
Motilitas Tidak diuji Motil
TSIA Tidak diuji (A/A) (G/-) Fermentasi: Glukosa Tidak diuji (A/G)
Sukrosa Tidak diuji (A/G)
Manitol Tidak diuji (A/G)
Maltosa Tidak diuji (A/G)
Laktosa Tidak diuji (A/G)
Media MSA kuning Tidak diuji
Media EMBA Tidak diuji
Bagian tengah hitam
kebiruan dan berwarna
hijau metalik
Keterangan: + = positif; - = negatif ; A=asam; G=Gas
A B
Gambar 8 Hasil pengamatan uji katalase
Gambar 9 Hasil uji mikroaerofilik terbentuk gas dan suasananya asam (kuning)
Gambar 10 Hasil uji koagulase
Gambar 11 Hasil pengamatan koloni pada media MSA
Gambar 12 Hasil uji indol, TSIA, urea dan sitrat. A. sebelum uji; B. sesudah uji;
A1=indol sebelum; A2=TSIA sebelum; A3=urea sebelum; A4=sitrat
sebelum; B1=TSIA sesudah; B2=sitrat sesudah; B3=urea sesudah;
B4=indol sesudah.
Gambar 13 Hasil uji fermentasi karbohidrat. A. sebelum; B.sesudah. Semua gula
menjadi kuning (asam) dan terbentuk gas
A B 1 1 2 3 4 2 3 4
Gambar 14 Hasil biakan pada media EMBA
Pembahasan
Isolasi dan identifikasi suatu jenis bakteri dilakukan melaui serangkain
pengujian dan pengamatan. Berdasarkan pengujian pewarnaan Gram, diketahui
bahwa isolat bakteri yang diperoleh dari swab anus kucing terdiri atas dua kelompok
bakteri, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Identifikasi bakteri dengan
pewarnaan Gram dilakukan berdasarkan perbedaan struktur dinding sel bakteri.
Sampel yang baru diambil terlebih dahulu dilakukan pewarnaan Gram untuk
mengetahui kelompok bakteri berdasarkan struktur dinding sel dan bentuk bakteri.
Bakteri Gram negatif akan memberikan warna merah karena lipid yang terdapat di
dalam dinding selnya akan larut pada waktu pencucian dengan alkohol (larutan
pemucat) sehingga pori-pori dan dinding sel akan membesar yang menyebabkan
terlepasnya kompleks kristal violet yang diserap sebelumnya serta bakteri akan
berwarna merah setelah diberikan safranin (Brown 2001). Hasil ini juga dibuktikan
pada penanaman isolat bakteri dalam media BA dan MCA.
Uji identifikasi bakteri gram positif selanjutnya adalah dengan uji katalase
menggunakan larutan H2O2 3%. Uji katalase dilakukan untuk membantu
mengidentifikasi bakteri yang tergolong dalam famili Micrococcaciae atau famili
Sterptococcaceae. Hasil yang diperoleh dari uji ini yaitu terbentuk gelembung
sehingga dapat dikatakan bahwa bakteri yang diisolasi merupakan bakteri yang
bersifat katalase positif dan termasuk dalam famili Micrococcaciae. Pada bakteri
kokus, uji katalase digunakan untuk membedakan Staphylococcus dan Streptococcus
berdasarkan kemampuan bakteri untuk menghasilkan enzim katalase. Enzim katalase
berfungsi untuk memecah hidrogen peroksida (H2O2) yang terbentuk dari proses
respirasi aerob dan bersifat toksik terhadap bakteri, menjadi dihidrogen oksida (H2O)
dan oksigen (O2) yang tidak toksik. Hasil pengujian pada koloni 1 BA pada TSA
menunjukkan bahwa bakteri dapat dapat membentuk gelembung sehingga tergolong
ke dalam bakteri Staphylococcus sp..
Hasil uji katalase positif dilanjutkan dengan uji glukosa mikroaerofiliik, yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan isolat bakteri dalam menghidrolisis glukosa
dalam suasana aerob atau anaerob. Bakteri yang mampu memfermentasi glukosa akan
mengubah warna media dari merah menjadi kuning. Berdasarkan hasil pengujian
didapatkan bahwa isolat koloni 1 BA pada TSA mampu mengubah warna merah
menjadi warna kuning, hal tersebut menunjukkan bakteri mampu memecah glukosa
dalam suasana anaerob. Hasil uji dapat diketahui bahwa bakteri ini berasal dari genus
Staphylococcus (Raihana 2011).
Uji koagulase dilakukan untuk mengetahui patogenitas dari bakteri dengan
membedakan spesies Staphylococcus yang mampu mengkoagulasi plasma kelinci.
Hasil pengujian kali ini menunjukkan hasil positif pada koloni 1 BA pada TSA yang
menunjukkan kemampuan bakteri menggumpalkkan plasma oxalat karena adanya
faktor koagulasi reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim esterase. Enzim ini
dapat meningkatkan penggumpalan plasma sehingga terbentuk deposit fibrin pada
permukaan sel bakteri yang menghambat fagositosis. Staphylococcus yang memiliki
uji kaogulase positif adalah bekteri yang bersifat patogen, contohnya adalah
Staphylococcus aureus (Setiawati 2010).
Peneguhan identifikasi spesies bakteri Staphylococcus aureus juga dilakukan
pengujian menggunakan media MSA. Media ini mengandung kadar garam yang
tinggi (7,5% NaCl) yang menghambat pertumbuhan bakteri selain Staphylococcus.
Staphylococcus patogen (Staphylococcus aureus) akan memperlihatkan koloni
berwarna kuning, sedangkan Staphylococcus non patogen akan memperlihatkan
koloni berwarna merah menyerupai warna media. Hasil pengujian kali ini didapatkan
perubahan warna media MSA menjadi kuning. Adanya fermentasi mannitol pada
media MSA akan menunjukkan hasil positif ditandai dengan perubahan warna media
dari merah menjadi kuning, seperti salah satu contohnya adalah Staphylococus aureus
(Toelle dan Lenda 2014).
Identifikasi bakteri batang Gram negatif dilakukan dengan pembiakan pada
media selektif-diferensial dan serangkaian uji biokimia antara lain uji TSIA, uji indol,
uji sitrat, uji urea dan uji fermentasi karbohidrat .Media yang bersifat selektif adalah
media yang hanya menunjang pertumbuhan sekelompok bakteri dan menghambat
pertumbuhan kelompok bakteri lain, sedangkan media diferensial adalah media yang
dapat membedakan sifat tertentu, pada umumnya berdasarkan perbedaan warna
koloni bakteri yang tumbuh. Mac Conkey agar (MCA) adalah media selektif yang
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan merupakan media diferensial
untuk dapat membedakan kemampuan bakteri dalam memfermentasi laktosa. Bakteri
laktosa positif berwarna merah bata sedangkan bakteri laktosa negatif koloninya
berwarna sama dengan media. Escherichia coli merupakan bakteri laktosa positif,
sedangkan Salmonella sp. merupakan bakteri laktosa negatif (Raihana 2011)
Uji lanjutan yang dilakukan untuk pengujian bakteri Gram negatif dilakukan
dengan menanan bakteri pada Mac Conkey Agar (MCA). MCA merupakan media
selektif-diferensial. Media selektif merupakan media yang hanya menunjang
pertumbuhan sekelompok bakteri dan menghambat pertumbuhan kelompok bakteri
lain, sedangkan media diferensial adalah media yang dapat membedakan sifat
tertentu, pada umumnya berdasarkan perbedaan warna koloni bakteri yang tumbuh.
Mac Conkey agar (MCA) adalah media selektif yang menghambat pertumbuhan
bakteri Gram positif karena pada MCA mengandung laktosa, garam empedu, dan
merah netral. Garam empedu dan Kristal violet akan menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif. Media diferensial MCA dapat membedakan kemampuan bakteri
dalam memfermentasi laktosa. Bakteri laktosa positif berwarna merah bata sedangkan
bakteri laktosa negatif koloninya berwarna sama dengan media. Escherichia coli
merupakan bakteri laktosa positif, sedangkan Salmonella sp. merupakan bakteri
laktosa negatif. Dari hasil yang diperoleh seperti pada tabel , maka menurut Lay
(1994) merupakan bakteri E.coli.
Untuk meneguhkan hasil penanaman pada MCA, maka dilanjutkan dengan uji
biokimia. UJi biokimia yang dilakukan adalah dengan uji TSIA, indol, urea, sitrat,
dan fermentasi karbohidrat. Uji TSIA merupakan uji untuk membedakan genus
bakteri dalam famili Enterobacteriaceae (semua bakteri batang halus Gram negatif).
Uji ini dilakukan dengan inokulasi pada media agar miring TSIA dan diinkubasikan
pada suhu 37 oC selama 18-24 jam. Perubahan yang diamati adalah reaksi slant,
reaksi butt, pembentukan gas/H2S. Hasil uji TSIA menunjukkan bahwa bakteri
mampu mefermentasikan laktosa, sukrosa dan glukosa ditandai dengan perubahan
warna pada slant dan butt menjadi kuning. Selain itu terbentuk gas ditandai dengan
pecahnya media. Pembentuka H2S yang ditandai dengan pembentukan warna hitam
tidak terjadi pada uji TSIA (Lay 1994)
Setelah itu, uji indol dilakukan untuk melihat motilitas dan pembongkaran
triptofan menjadi indol oleh bakteri. Uji Indol dilakukan dengan cara inokulasi
bakteri pada tryptone broth dan kemudian diiinkubasikan pada suhu 37 °C selama 24
jam. Uji indol dilakukan dengan menambahkan 0.2 ml Ehrlich indole reagent ke
dalam tryptone broth yang telah diinkubasi. Reaksi positif ditandai oleh warna merah
yang terbentuk di bagian atas larutan akibat reaksi antara indol dengan reagen. Uji
juga dapat digunakan untuk melihat adanya motilitas dari bakteri yang dibiakkan,
karena media bersifat semisolid. Bakteri yang bersifat motil. Salah satu bakteri yang
dapat membongkar triptofan dan motil adalah E.coli.
Selanjutnya adalah uji hidrolisis urea dan sitrat. Pada uji urea positif, bakteri
mampu menghasilkan urease yang mampu menhasilkan enzim urease yang
menguraikan urea menjadi ammonium dan CO2. Hasil positif ditandai dengan warna
indikator (merah fenol) menjadi merah muda-merah (basa).Sedangkan pada uji sitrat
positif , mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber
karbon dan energi. Reaksi positif ditandai dengan berubahnya warna media (hijau)
menjadi biru. Pada pengujian didapatkan kedua hasil pengujian ini adalah negatif
(Raihana 2011)
Pada fermentasi karbohidrat, yang menggunakan maltosa, manitol, glukosa,
sukrosa dan laktosa. Uji ini untuk melihat adanya pembentukan asam dan gas oleh
mikroorganisme. Hasil proses fermentasi berupa asam akan menurunkan pH media
dan mengubah warna indikator merah fenol menjadi kuning. Gas yang terbentuk pada
saat fermentasi akan ditangkap oleh tabung durham. Hasil uji ini adalah hasil
fermentasi/pembentukan gas. Hasil pengujian kaldu karbohidrat menunjukkan pada
kelima gula menghasilkan gas dan bersifat asam. Dilihat dari koloni pada MCA, dan
hasil uji biokimia menurut Armburst (2010), maka bakteri gram negatif yang diisolasi
merupakan Eschericia coli.
Peneguhan kembali dilakukan dengan penanaman bakteri pada media Eosin-
Metylen Blue Agar(EMBA). Pada penanaman ini, bakteri yang tumbuh berwarna biru
kehitaman pada bagian tengah dan terlihat berwarna hijau metalik. Menurut
Acumedia (2011) dilihat dari reaksi yang timbu pada EMBA bakteri tersebut
merupakan E.coli.
KESIMPULAN
Berdasarkan serangkaian tahap pengujian isolasi dan indektifikasi yang
dilakukan dapat diketahui bahwa bakteri yang diisolasi dari swab anus kucing adalah
Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.
DAFTAR PUSTAKA
Amburst A, Gerald AC, Paul DF, Jodi G, Steve H, Peter CI, Jan K, Jessica C, Mark
Rupp, Kathy T, Kate T, Trevor C. 2010. Antimicrobial and Clinical
Microbiology Guidebook. [internet] [diunduh 2015 Juli 7].
http://www.nebraskamed.com/app_files/pdf/careers/educationprograms/asp/gui
debook.pdf
ACUMEDIA. 2011. Eosin Methylen Blue Agar, Levine (1703). [internet]. [diunduh
2015 juli 6]. http://www.neogen.com/Acumedia/pdf/ProdInfo/7103_PI.pdf
Bibiana WL. 1994. Analisis Mikroba Di laboratorium. 1st Ed. Jakarta (ID): PT. Raja
Grafindo Persada.
Brown A. 2001. Benson: Microbiological Applications Lab Manual. 8th Ed. New
York (US): The McGraw-Hill Companies.
Ciesla WP, Guerrant RL. 2003. Infectious diarrhea. Di dalam: Wilson WR, Drew
WL, Henry NK, editor. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease.
New York: Lange Medical Books.
Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS. Practice guidliness for the management of
infectious diarrhea. Clin Inf Dis. 32: 331-351.
Jang SS, Biberstein AL, Hirsh DC. 1976. A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Mycology. California (US): University California Pr.
Lung E. 2003. Acute diarrheal disease. Di dalam: Friedman SL, McQuaid KR,
Grendell JH, editor. Current Diagnosis and Treatment in gastroenterology. 2nd
ed. New York: Lange Medical Books.
Procop GW, Cockerill F. 2003. Enteritis caused by Eschericia coli, Shigella and
Salmonella sp. Di dalam: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, editor. Current
Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical
Books.
Raihana N. 2011. Profil kultur dan uji sensitivitas bakteri aerob dari infeksi luka
operasi laparotomi RSUP Dr. M. Djamil Padang. [tesis]. Padang (ID):
Universitas Andalas Pr.
Setiawati Ayu. 2010. Isolasi dan identifikasi Staphylococcus sp koagulase positif dari
luka pada kulit anjing di Surabaya. [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas
Airlangga Pr.
Shaw DH, Ihle SL. 1997. Small Animal Internal Medicine. 1st ed. Victoria: Blackwell
Publishing.
Toelle NN, Lenda V. 2014. Identifikasi dan karakteristik Staphylococcus sp dan
Streptococcus sp dari infeksi ovarium pada ayam petelur komersial. J Ilmu
Ternak. 1(7): 32-37.