Download - Laporan Akhir Pkm
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM :
PENGGUNAAN BIJI WIJEN, KECIPIR DAN JAGUNG SEBAGAI MEDIA
PEMBIBITAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)
BIDANG KEGIATAN:
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKMP)
Disusun oleh:
LIA RAHAYU B1J007126 (Angkatan 2007)PANGERAN ANDAREAS B1J007124 (Angkatan 2007)BURHANNUDIN B1J007150 (Angkatan 2007)KUAT WATINI B1J007154 (Angkatan 2007)INDAH WAHYUNINGSIH B1J008141 (Angkatan 2008)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2011
1. Judul Kegiatan :
Penggunaan Biji Wijen, Kecipir dan Jagung sebagai Media Pembibitan Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
2. Bidang Kegiatan : (√ ) PKMP ( ) PKMK
( ) PKMT ( ) PKMM
3. Ketua Pelaksana Kegiatan :
a. Nama Lengkap : LIA RAHAYU
a. NIM : B1J007126
b. Jurusan : Biologi
c. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Jenderal Soedirman
d. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Senantri Blok S.9 Karangsoko,
Trenggalek, Jawa Timur
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : Empat orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Aris Mumpuni, M.Phil.
b. NIP : 196403329 198803 1 002
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Balaikambang No. 35 Rt 01 Rw
07 Bantarsoka Porwokerto
6. Biaya Kegiatan Total : Rp 6.965.000,-
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 Bulan
Purwokerto, Mei 2011Menyetujui,
Dekan Fakultas Biologi Ketua Pelaksana KegiatanUniversitas Jenderal Soedirman
( Dra. Purnomowati, S.U. ) ( Lia Rahayu ) NIP. 19531021 198103 2 001 NIM. B1J007126
Pembantu Rektor III Dosen PendampingUniversitas Jenderal Soedirman
( Prof. Dr. Imam Santosa M.Si ) (Drs. Aris Mumpuni, M.Phil) NIP. 19611001 198803 1 001 NIP. 196403329 198803 1 002
A. JUDUL PROGRAM
Penggunaan Biji Wijen, Kecipir dan Jagung sebagai Media Pembibitan
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).
B. LATAR BELAKANG
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), merupakan jamur lapangan
karena sifat jamur ini dapat tumbuh di alam bebas, terutama di tempat-tempat
yang lembab seperti hutan yang cukup terlindung (Zoberi, 1972). Menurut
Alexopoulus dan Mims (1979), jamur tiram putih banyak tumbuh pada
tonggok kayu atau kayu-kayu yang sudah ditebang, jamur tersebut berderat
menempel berlapis karena tangkainya yang pendek.
Adapun klasifikasi dari jamur tiram putih yaitu :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholamataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Jamur tiram putih mempunyai struktur somatic yang terdiri atas benang-
benang mikroskopis yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa-hifa tersebut
disebut miselium, bentuknya panjang tanpa sekat. Pada suatu koloni jamur
dibedakan ada hifa yang menjalar dan ada hifa yang tegak. Biasanya hifa
yang tegak menghasilkan alat-alat reproduksi yang disebut spora. Disini tidak
terdapat gamet jantan dan gamet betina, hanya ada dua hifa yang kompatibel
yaitu penyesuaian seks yang menghasilkan keturunan bila dikawinkan satu
dengan yang lainnya (Dwidjoseputro, 1978).
Perkembangbiakan jamur tiram putih ini hamper sama dengan
perkembangan jamur lainnya, perkembangan vegetative berlangsung dengan
pertunasan dan fragmentasi miselium, dimana konidia dapat tumbuh menjadi
miselium. Dalam budidaya jamur tiram putih kebanyakan digunakan
perkembangbiakan secara fragmentasi yaitu dengan mengambil sebagian
tubuh buah terutama bagian lamelanya yang selanjutnya ditumbuhkan dalam
media bibit, selanjutnya diperoleh bibit jamur yang calon individu jamur.
Kualitas bibit merupakan salah satu sarana yang sangat penting
keberhasilan budidaya jamur. Bibit harus berasal dari biakan murni, bebas
dari kontaminan dan memiliki sifat-sifat genetic unggul sehingga mampu
memberikan hasil yang optimal (Utik, 2007). Menurut Suriawira (2000),
kualitas bibit jamur ditentukan oleh beberapa persyaratan antara lain : (1)
Kehadiran jamur liar atau organisme lain pada bibit (kontaminasi) tidak lebih
dari 3%, (2) Pertumbuhan miselium pada bibit tebal dan kompak, (3) Nilai
Biological Efficiency Ratio (BER) yaitu produksi jamur segar dalam gram per
satuan substrat tanam. Misalkan nilai BER = 15, maka artinya dalam kg
substrat tanam akan dihasilkan 150 gr jamur segar. Sehingga semakin tinggi
nilai BER maka nilai bibit menjadi lebih tinggi pula, dan (4) Waktu
penyimpanan bibit setelah diproduksi sampai akan digunakan maksimal 2-3
bulan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan bibit jamur ini adalah
media yang digunakan untuk pertumbuhan miselium jamur. Media bibit
jamur sangat menentukan pertumbuhan dari miselia jamur, miselia ini yang
akan menentukan baik atau tidaknya suatu bibit jamur sebelum ditanam.
Syarat lain dari media tumbuh ini adalah murah, mudah didapat dan mudah
untuk disiapkan (Sinaga, 2000).
Beberapa bahan yang sering digunakan untuk membuat media bibit induk
jamur adalah biji-bijian, merang, jerami dan ampas daun teh. Bahan-bahan
tersebut kaya akan nutrisi dan pertumbuhan miselium jamur pada media ini
relatif cepat. Keuntungan penggunaan media bibit dari biji-bijian yaitu
miselium jamur dapat tumbuh dengan cepat. Akan tetapi, kandungan gizi
yang tinggi pada biji-bijian juga dapat memudahkan tumbuhnya organism
lain atau kontaminan untuk tumbuh, sehingga bibit lebih mudah
terkontaminasi (Gunawan, 2004).
Proses pembuatan bibit jamur Pleurotus ostreatus ini menggunakan tiga
jenis biji-bijian yaitu biji wijen, kecipir, dan jagung. Biji wijen terdapat dalam
bentuk kapsul atau polong, berukuran kecil, pipih dengan bagian pangkal
agak meruncing, dan berujung tumpul. Panjang biji adalah 3-4 cm dengan
diameter 2,5-2,9 mm, berkulit tipis, dan mudah pecah. Biji wijen merupakan
sumber minyak nabati non kolesterol dengan kadar asam lemak jenuh yang
rendah dan mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi, yaitu asam
linoleat 41%. Biji wijen mengandung kalori yang sangat tinggi, dengan
kandungan lemak nabati yang dapat mencapai lebih dari 50%, protein juga
cukup tinggi, kaya akan berbagai vitamin, dan mineral. Melihat kandungan
biji wijen yang lengkap, maka biji wijen digunakan untuk media pembibitan
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (Handajani, 2006).
Menurut Sastrahidayat, kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
merupakan tanaman legum tahunan yang batangnya kembar. Akarnya
berumbi dengan bintil-bintil akar yang besar, daun berlobi tiga, bunganya
biru atau putih tumbuh bergerombol pada ujung cabang. Panjang polongnya
15-25 cm, penampang lintangnya persegi bersudut dengan empat sayap
bergelombang sepanjang polong. Bijinya berwarna coklat bulat dan
mengandung karbohidrat serta 30% protein kasar.
Jagung adalah tanaman semusim dari famili rumput-rumputan. Individu
tanaman jagung cukup besar dan berbeda dengan kebanyakan rumpur-
rumputan lainnya, biasanya hanya satu atau dua batang tumbuh dari setiap
biji benih. Biji jagung mempunyai bentuk seperti gigi kuda dengan lekukan
khas pada bagian atas. Warna biji pada umumnya berwarna kuning. Biji
jagung mengandung kadar gula yang relatif tinggi, kadar air sekitar 14%, dan
berat 1000 biji sekitar 300-400 gram. Melihat kandungan kadar gula biji
jagung yang relatif tinggi sehingga cocok digunakan sebagai media untuk
pembibitan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (Arief et. Al., 2004).
Penggunaan media tanam bibit jamur ini kemungkinan akan berpengaruh
terhadap kemampuan produktivitas jamur. Perbedaan kandungan nutrisi pada
tiap jenis media bibit akan mempengaruhi metabolisme jamur itu sendiri. Hal
ini akan berpengaruh terhadap kemampuan jamur untuk memanfaatkan
kandungan nutrisi yang terdapat dalam bahan tersebut untuk
pertumbuhannya. Pertumbuhan miselium pada media bibit sangat ditentukan
oleh bahan dasar yang digunakan, kandungan air dan bahan-bahan lain yang
ditambahkan pada media tersebut. Bahan tambahan yang digunakan misalnya
kapur. Penambahan kapur pada media bibit ini untuk mempercepat proses
pembusukan dan mempertahankan suhu media sehingga senyawa-senyawa
yang terkandung dalam media dapat lebih mudah diserap oleh miselium
jamur (Genders, 1986).
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil perumusan masalah sebagai
berkut :
1. Bagaiman pengaruh ukuran dan kandungan nutrisi biji terhadap
pertumbuhan miselium jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
2. Jenis media biji manakah yang menghasilkan pertumbuhan
miselium jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
D. TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan program ini:
1. Mengetahui pengaruh ukuran dan kandungan nutrisi biji terhadap
pertumbuhan miselium jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
3. Mengetahui media biji manakah yang menghasilkan
pertumbuhan miselium jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
E. TARGER LUARAN
Target luaran dari kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian
(PKMP) ini yaitu diperoleh keterampilan bagi mahasiswa peserta PKMP
dalam melakukan penelitian yang nantinya akan menjadi bekal dalam
penyusunan skripsi dan diperoleh informasi mengenai pemanfaatan biji wijen,
kecipir dan jagung sebagai media pertumbuhan bibit Jamur Pleurotus
ostreatus dan biji yang paling efektif untuk pertumbuhan meselium jamur.
F. KEGUNAAN
Program ini diharapkan akan memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Mengembangkan minat mahasiswa PKM penelitian agar mampu
meghasilkan karya-karya baru dilingkungan masyarakat dalam bidang
ilmupengetahuan ang menjadi keahliannya.
2. Memberikan informasi baru mengenai pemanfaatan biji wijen, kecipir dan
jagung sebagai media bibit jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) untuk
menghasilkan bibit jamur yang lebih baik.
G. TINJAUAN PUSTAKA
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) biasanya ada yang menyebut
dengan oyster mushroom karena mempunyai tangkai dengan tudung yang
tidak tepat berada di tengah dan tidak begitu bulat melainkan menyerupai
cangkang tiram. Ukuran dan warna tudungnya pun bervariasi, tergantung dari
jenisnya. Jamur tiram putih (white oyster), warna tudungnya putih susu
sampai putih kekuningan dan bergaris tengah berkisar 3-14 cm. Jamur tiram
abu-abu, mempunyai tudung abu-abu kecoklatan sampai kuning dan lebarnya
berkisar 6-14 cm. Jamur tiram coklat (tedokihiratake atau abalon), warna
tudungnya keputihan dan sedikit keabuan sampai abu-abu kecoklatan dan
berdiameter 5-13 cm. Jamur tiram pink (pink oyster atau sakura shimeji),
disebut demikian karena tudungnya berwarna kemerahan (Dwidjoseputro,
1978).
Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram
mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam
asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung
kolesterol.
Budidaya jamur tiram putih ini telah banyak dikembangkan oleh
sebagian besar masyarakat. Selain karena kandungan nutrisi yang terkandung
di dalamnya tetapi karena juga jamur tiram ini tidak terlalu sulit untuk
dibudidayakan. Menurut Gunawan (2004), budidaya jamur berorientasi untuk
menghasilkan produksi jamur yang tinggi. Produksi jamur yang tinggi ini erat
hubungannya dengan penggunaan media saat dilakukan pembibitan. Berikut
ini beberapa jenis biji-bijian dengan nutrisi yang dikandungnya yang
digunakan sebagai media pembibitan jamur, yaitu sebagai berikut :
1. Biji Wijen
Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan komoditas pertanian sangat
yang potensial sebagai penghasil minyak nabati yang dibutuhkan dalam
industry kosmetik, farmasi, makanan, dan lain-lain. Wijen mendapat julukan
The Queen of Oil Seeds Crops, yang mencerminkan bahwa biji wijen
memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berdampak positif bagi
konsumennya (Handajani, 2006). Salah satu pemanfaatan wijen adalah dapat
membantu mempercepat reaksi esterifikasi-enzimatis karena biji wijen
banyak mengandung enzim lipase (Suhendra dkk., 2006).
2. Biji kecipir
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) merupakan tanaman legume
tahunan yang batangnya kembar. Akarnya berumbi dengan bintil-bintil akar
yang besar, daun berlobi tiga, bunganya biru atau putih tumbuh bergerombol
pada ujung cabang. Panjang polongnya 15-25 cm, penampang lintangnya
persegi bersudut dengan empat sayap bergelombang sepanjang polong.
Bijinya berwarna coklat bulat dan mengandung karbohidrat serta 30% protein
kasar.
3. Biji jagung
Jagung adalah tanaman semusim dari famili rumput-rumputan.
Individu tanaman jagung cukup besar dan berbeda dengan kebanyakan
rumpur-rumputan lainnya, biasanya hanya satu atau dua batang tumbuh dari
setiap biji benih. Biji jagung mempunyai bentuk seperti gigi kuda dengan
lekukan khas pada bagian atas. Warna biji pada umumnya berwarna kuning.
Biji jagung mengandung kadar gula yang relatif tinggi, kadar air sekitar 14%,
dan berat 1000 biji sekitar 300-400 gram. Melihat kandungan kadar gula biji
jagung yang relatif tinggi sehingga cocok digunakan sebagai media untuk
pembibitan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (Arief et. Al., 2004).
Budidaya jamur tiram dapat dikelola sebagai usaha sampingan
ataupun usaha ekonomis skala kecil, menengah dan besar (industry). Negara-
negara yang telah mengembangkan budidaya jamur tiram sebagai agrobisnis
andalan dan unggulan adalah Cina, Belanda, Spanyol, Prancis, Belgia, dan
Thailand. Negara-negara tersebut termasuk produsen jamur terbesar di dunia.
Seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya jamur tiram sebagai
bahan makanan yang lezat dan bergizi, maka permintaan konsumen dan pasar
jamur tiram di berbagai daerah terus meningkat. Kebutuhan konsumsi jamur
tiram meningkat sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan
pendapatan serta perubahan pola konsumsi makanan penduduk dunia.
Negara-negara konsumen penduduk jamur terbesar adalah Amerika Serikat
(AS), Kanada, Jerman, Jepang, Hongkong, Belgia, Inggris, Belanda dan
Italia. Rata-rata konsumsi jamur per kapita penduduk Kanada dan Negara-
negara Eropa melebihi 1,5 kg/kapita/tahun. Sedangka konsumsi rata-rata
penduduk Inggris dan AS masing-masing sekitar 1 kg/kapita/tahun dan 0,5
kg/kapita/tahun.
Pemeliharaan jamur tiram sangat praktis dan sederhana, yaitu dengan
cara menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation)
yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Langkah-langkah
pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana produksi
dan tahapan budidaya.
H. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan di Laboratorium
Mikologi, Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto.
4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Pleurotus
ostreatus, PDA, streptomychine, alkhohol, akuades, CaCO3 0,5 %, sukrosa
0,25 %, media bibit dari biji wijen, biji, kecipir, dan biji jagung, serta media
tanam jamur (baglog).
1). Media bibit dari biji wijen
Biji wijen direbus dengan kematangan 60 %.
2). Media bibit dari biji kecipir
Biji kecipir yang telah dikeringkan direbus dengan kematangan 60%.
3). Media bibit dari biji jagung
Biji jagung kering direbus dengan kematangan 60 %.
5. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, tabung
reaksi, pinset, label, cutter, wrapping, botol media, jarum ose, pipet tetes,
penggaris, pembakar Bunsen, aluminium foil, LAF, kertas saring, kapas non
absorben, sarung tangan, masker, timbangan, sprayer, tissue, kertas label,
gunting,dan alat tulis.
4. Prosedur Penelitian
a) Pra penelitian
Pada tahap ini hanya meliputi penyiapan bahan dan alat yang diperlukan
untuk penelitian serta pengurusan perijinan peminjaman laboratorium
yang akan digunakan untuk penelitian.
b) Tahap penelitian
Isolasi tubuh buah
1. Daerah lamela Pleurotus ostreatus yang menyabung dengan
stipe dipotong dengan ukuran 1×1 cm sebanyak dua buah.
2. Potongan lamela dimasukan dalam alkohol 70% selama 10
detik.
3. Potongan dicuci dengan akuades.
4. Potongan ditiriskan pada kertas saring.
5. Potongan diinokulasikan pada media PDA (potongan
diletakan dalam keadaan terbalik).
Inokulasi biakan murni ke dalam media bibit manggunakan
biji wijen
1. Biji wijen direbus dengan kematangan 60%.
2. Biji wijen ditambahkan dengan CaCO3 0,5 % dan sukrosa
0,5%.
3. Biji wijen dimasukan ke dalam botol inokulasi.
4. Isolat yang tersedia dimasukan sebanyak dua plug ke dalam
media biji wijen secara aseptis.
5. Isolat yang telah ditanam diinkubasi selama dua minggu
sehingga tumbuh miselium.
Inokulasi biakan murni ke dalam media bibit manggunakan
biji kecipir
1. Biji kecipir direbus dengan kematangan 60%.
2. Biji kecipir ditambahkan dengan CaCO3 0,5 % dan sukrosa
0,5%.
3. Biji kecipir dimasukan ke dalam botol inokulasi.
4. Isolat yang tersedia dimasukan sebanyak dua plug ke dalam
media biji kecipir secara aseptis.
5. Isolat yang telah ditanam diinkubasi selama dua minggu
sehingga tumbuh miselium.
Inokulasi biakan murni ke dalam media bibit manggunakan
biji jagung
1. Biji jagung direbus dengan kematangan 60%.
2. Biji jagung ditambahkan dengan CaCO3 0,5 % dan sukrosa
0,5%.
3. Biji jagung dimasukan ke dalam botol inokulasi.
4. Isolat yang tersedia dimasukan sebanyak dua plug ke dalam
media biji jagung secara aseptis.
5. Isolat yang telah ditanam diinkubasi selama dua minggu
sehingga tumbuh miselium.).
I. KETERCAPAIAN TARGET LUARAN
Berdasarkan hasil penelitian dieroleh data sebagai berikut :
1. Data Hasil Pengamatan Jagung
Botol Sampel
Tanggal
2 April 4 April 6 April 8 April10
April12
April14
April1. 1 cm 2,87 cm 4,7 cm 5,45 cm 6,4 cm 6,8 cm 7 cm2. 0,7 cm 2 cm 3,5 cm 4,25 cm 4,8 cm 5,25 cm 6 cm3. 0,8 cm 2,5 cm 5,57 cm 5,07 cm 5,7 cm 6 cm 7,5 cm4. 2,9 cm 3,37 cm 5,42 cm 6,32 cm 7 cm 7,2 cm 7,5 cm
5. 2,9 cm 3,37 cm 5,07 cm 5,62 cm 7 cm 7,2 cm 7,5 cm
2. Data Hasil Pengamatan Wijen
Botol Sample
Tanggal
2 April 4 April 6 April 8 April 10 April 12 April14
April1. 0,1 cm 0,5 cm 0,5 cm 0,6 cm 0,75 cm 0,8 cm 1 cm2. 0,42 cm 0,6 cm 0,6 cm 0,75 cm 1 cm 1,125 cm 1,4 cm3. 1,12 cm 1,37 cm 1,82 cm 2 cm 2 cm 2,1 cm 2,5 cm4. 0,6 cm 1,25 cm 1,62 cm 1,8 cm 2 cm 2,12 cm 2,37 cm5. 0,75 cm 1,25 cm 1,55 cm 1,62 cm 1,7 cm 1,85 cm 1,95 cm
3. Data Hasil Pengamatan KecipirBotol
SampleTanggal
2 April 4 April 6 April 8 April 10 April 12 April 14 April1. 0,85 cm 1,71 cm 1,8 cm 1,8 cm 2 cm 2,1 cm 2,25 cm2. 2 cm 2,05 cm 2,1 cm 2,25 cm 2,3 cm 2,35 cm 2,5 cm3. 0,6 cm 1,3 cm 1,35 cm 1,4 cm 1,5 cm 1,7 cm 1,85 cm4. 0,7 cm 1,5 cm 1,7 cm 1,75 cm 1,8 cm 1,85 cm 2 cm5. 0,68 cm 0,96 cm 0,97 cm 1,1 cm 1,15 cm 1,2 cm 1,3 cm
4. Data Hasl Uji Proksimat Media jamur
No. Sampel Parameter Hasil analisis (%)1. Jagung - Protein
- Lemak - Karbohidrat
8,273,6379,45
2. Biji Wijen - Protein- Lemak - Karbohidrat
19,0750,2325,45
3. Kecipir - Protein - Lemak - Karbohidrat
17,1332,8119,58
J. PEMBAHASAN
Berikut ini hasil analisis sidik ragam berdasarkan hasil rata-rata
pertumbuhan miselium pada berbagai perlakuan :
Tabel 3. Analisis sidik ragam
Smbr keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat tengan
F-Hit Ftabel 5% 1%
Perlakuan 2 1428,79 714,39 10,76* 3,88 6,93 Galat 12 796,54 66,37 Jumlah 14 2225,34
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan miselium jamur pada perlakuan yang berbeda. Media
merupakan tempat dimana terjadi prkembangan organisme. Media yang
digunakan harus sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan biji jagung, wijen dan
kecipir merupakan bahan-bahan yang sering dijumpai. Ketiga bahan tersebut
berdasarkan uji proksimat mempunyai kandungan nutrisi yang berbeda-beda.
Media pertumbuhan bibit jamur tiram pada media jagung adalah paling
banyak tumbuh dibandingkan dengan media lain. Selain itu, pertumbuhan
miseliumnya pun lebih cepat dari wijen mapun kecipir, padahal jika
dibandingkan dengan wijen jagung mempunyai ukuran yang lebih besar.
Kecepatan pertumbuhan miselium jamur dapat diketahui dai ukuran rata-rata
pertumbuhan miseliumnya yaitu 4,92 cm selama 2 minggu pada tiap ulangan.
Sedangkan untuk pertumbuhan miselium biji wijen mempunyai ukuran rata-
rata pertumbuhan miselium 1,30 cm selama 2 minggu pada tiap ulangan dan
pada biji wijen mempunyai ukuran rata-rata pertumbuhan miselium 1,61 cm
selama 2 minggu pada tiap ulangan. Data tersebut menunjukan bahwa biji
yang paling efektif untuk pertumbuhan jmiselium jamur adalah media jagung.
Berdasarkan uji proksimat diketahui bahwa jagung memiliki kandungan
karbohidrat paling besar dibandingkan dengan biji-bijian yang lain yaitu
79,45%. Pertumbuhan miselium jamur membutuhkan senyawa organik yang
banyak mengandung sumber karbon, nitrogen dan mineral (Dwidjoseputro,
1978). Sumber karbon ini digunakan sebagai sumber energi dan merupakan
unsur pembentuk struktur jamur. Sumber karbon untuk pertumbuhan jamur
dapat berupa monosakarida, polisakarida, asam organik, alkohol dan lain-lain,
tetapi biasanya jamur menggunakan senyawa organik yang lebih sederhana
agar lebih cepat diabsorbsi (Pelzar dan Chan, 1986).
Dari data hasil penelitian menunjukan bahwa kecipir adalah media
pertumbuhan yang mempunyai kecepatan kedua setelah jangung. Seperti hal
nya jagung, kecipir mempunyai ukuran yang lebih besar dibandingkan
dengan wijen, tetapi mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih cepat
dari wijen. Kandungan karbohidrat di dalam kecipir hanya 19,58% sedangkan
untuk wijen mempuyai kandungan karbohidrat 25,45%. Hal ini dikarenakan
kandungan lemak di dalam wijen lebih besar dibandingkan kandungan
karbohidratnya yaitu 50, 23% sedangkan kecipir hanya 32,81 dan kandungan
lemak untuk jagung sekitar 3, 63%.
Kandungan lemak yang tinggi dalam media….
K. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Ukuran media untuk pertumbuhan miselium jamur Pleurotus ostreatus
tidak mempengaruhi kecepatan pertumbuhan miselium tetapi kandungan
nitrisi didalam media yang sangat berpengaruh.
2. Biji yang menghasilkan pertumbuhan miselium jamur Pleurotus ostreatus
paling cepa dan baik adalah jagung.
Saran yang dapat diambil untuk perbaikan penelitian selanjutnya
adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
ulangan yang lebih banyak serta dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui
perlakuan yang paling berpengaruh.
2. Ketelitian dan konsistensi dalam mengukur
pertumbuhan miselium jamur agar data yang diperoleh lebih akurat.
L. DAFTAR REFERENSI
Alexopaulus, CJ dan C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology Third Edition. John Wiley and Sons Inc. New York.
Arbianti dkk. 2008. Pemafaatan Biji Wijen Sebagai Sumber Enzim Lipase untuk Reaksi Esterifikasi Gliserol-asam Laurat pada Pembuatan
Agen Pengemulsi. Departemen Teknik Kimia. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Arief et al.,
Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Bandung, Alumni.
Genders, R.
Gunawan.
Handajani.
Pelezar, M.J and E. C.S Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta, Universitas Indonesia.
SinagaSuhendraSuwiaria
M. DOKUMENTASI KEGIATAN
b. Pembuatan media PDA b. Persiapan isolasi
c. Isolasi tubuh buah d. Hasil isolasi tubuh buah
e. hasil isolasi tubuh buah f. Inokulasi jamur pada (kontaminan) media bibit
g. pengukuran pertumbuhan h. Hasil inokulasi pada media miselium bibit berbeda
Hasil peremajaan isolate jamur
Perebusan biji-bijian (media pertumbuhan jamur)
Langkah sterilisasi
Langkah sterilisasi (menggunakan autoklaf)
Isolasi jamur dari F1