Download - laporan A1 & A2
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHANMETABOLISME SEL TUMBUHAN
“TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL DAN POTENSIAL AIR”
Disusun oleh:
KELOMPOK 4A
EVI LIANAWATI 10 1434 013
TEGAR YUDHA RESTUTI 10 1434 025
DWI PUTRI PASINGGI 10 1434 039
LUSIANA AYU DAMAR SARI 10 1434 045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap makhluk hidup pasti mengalami metabolisme. Metabolisme berasal dari
bahasa Yunani yaitu metabole yang berarti perubahan. Metabolisme diartikan sebagai
pertukaran zat antara suatu sel dengan lingkungannya. Metabolisme pada tumbuhan
multiseluler mencakup masalahpenyerapan air dan senyawa-senyawa anorganik dari
lingkungan, air atau udara, serta transpor zat hara tersebut ke tempat terjadinya
metabolisme.
Pada tumbuhan yang memiliki struktur organisasi yang kompleks diperlukan sistem
transportasi yang khusus, yaitu adanya berkas pengangkut yang terdiri dari xilem dan
floem. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan zat hara dari akar ke tempat sintesis,
sedangkan floem berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan
yang memerlukan.
Cairan atau air akan masuk atau keluar dari sel melalui peristiwa yang disebut difusi
dan osmosis. Masuknya cairan tersebut tergantung pada permeabilitas membran
terhadap air dan gradien potensial air. Selain itu kepekatan cairan sel dipengaruhi oleh
umur sel dan jaringan. Pada sel yang muda, cairan selnya lebih pekat daripada sel yang
tua.
Pada praktikum ini, akan dilakukan sebuah pengamatan tentang tekanan osmosis
cairan sel dengan metode plasmolisis dan penentuan potensial air pada tanaman.
Dengan masing-masing data terdiri dari 3 ulangan.
B. PERMASALAHAN
1. Acara 1: tekanan osmosis cairan sel
Bagaimanakah proses osmosis terjadi pada tumbuhan?
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel
yang terplasmolisis?
2. Acara 2: Potensial air
Bagaimanakah potensial air mempengaruhi proses osmosis pada tumbuhan?
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan terhadap perubahan berat kentang
setelah direndam?
C. TUJUAN
1. Acara 1 : tekanan osmosis cairan sel
Mengetahui bagaimana proses osmosis dapat terjadi pada tumbuhan
Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang
terplasmolisis
2. Acara 2 : Penentuan Potensial air
Mengetahui bagaimana potensial air dapat mempengaruhi proses osmosis
pada tumbuhan
Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan terhadap perubahan berat kentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada makhluk hidup terjadi proses metabolisme, khusus pada tumbuhan meliputi
penyerapan air dan senyawa-senyawa anorganik dari lingkungan serta transpor zat transpor
zat hara tersebut ke tempat terjadinya metabolisme. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal
ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh
bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan
dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem. Pada prosesnya
melibatkan sel-sel yang terbungkus oleh membran yang bertugas mengatur keluar masuknya
zat secara selektif. Pada dasarnya pengangkutan melalui membrane sel dapat terjadi secara
pasif maupun secara aktif. Tapi kali ini kita hanya membahas transpor pasif. Pengangkutan
secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradient konsentrasi, artinya dari larutan yang
memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang memiliki konsentrasi rendah. Proses ini
terjadi tanpa memerlukan energi hasil metabolisme. Transpor pasif meliputi difusi dan
osmosis.
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan
molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Ada beberapa faktor yang
memengaruhi kecepatan difusi, yaitu: ukuran partikel, ketebalan membran, luas suatu area,
jarak, dan suhu.
Osmosis adalah proses perpindahan partikel air dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi melalui membran semipermeabel. Proses osmosis sangat berperan dalam proses
penyerapan air dalam tumbuhan. Terjadinya pengangkutan itu akan menyebabkan tekanan
turgor sel, sehingga mampu membesar dan mempunyai bentuk tertentu. Osmosis juga
memungkinkan terjadinya membuka dan menutupnya stomata. Seperti pernjelasan diatas
dikatakan, osmosis melalui membran semipermeabel, suatu membran dikatakan
semipermeabel jika hanya beberapa molekul yang dapat melewati nya. Perbedaan kepekatan
larutan dalam dan luar sel menyebabkan air merembes dari potensial air tinggi ke rendah.
Masuknya air ke dalam sel ditentukan oleh dua hal yaitu gradien potensial dan permeabelitas
membran terhadap air.
Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan hipertonis, maka cairan sel akan
berosmosis keluar sehingga protoplas mengkerut. Kehilangan air lebih banyak menyebabkan
terjadinya plasmolisis yaitu terkelupasnya protoplasma dari dinding sel karena tekanan terus
berkurang. Hal ini menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya
cytorrhysis yaitu runtuh seluruh dinding sel akan terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel
tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapat air secara
berlebihan, tetapi plamolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik, maka
sel akan kembali mengembang. Peristiwa ini disebut deplasmolisis. Pada percobaan osmosis
ini kita menggunakan peristiwa plasmolisis sebagai indikator terjadinya osmosis.
Gambar perbedaan konsentrasi yang menyebabkan perubahan pada dinding sel
Selain osmosis juga potensial air yang terkandung pada tumbuhan. Nilai potensial air
di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel
tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu
matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu
potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992). Komponen
potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut) dan potensial turgor
(tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel.
Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Atau dengan
kata lain jika potensial air dalam sel lebih besar daripada diluar sel, maka air akan masuk
kedalam sel, begitu juga sebaliknya.
BAB III
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
A. Acara 1: Tekanan osmosis cairan sel
Alat :
1. Mikroskop
2. Tabung Reaksi
3. Gelas Benda
4. Gelas Penutup
5. Silet
6. Pipet ukur
Bahan :
1. Daun Rhoeo discolor
2. Larutan Sukrosa
3. Akuades
Cara kerja:
1. Membuat larutan seri sukrosa dengan konsentrasi:
0,14; 0,16; 0,18; 0,20; 0,22; 0,26; 0,28 M
Timbanglah glukosa 34,2 gr. Setelah itu larutan stok glukosa 1M, dengan cara
melarutkan 34,2 gr glukosa tersebut kedalam 100ml aquades. Selanjutnya
dibuat larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,14 ;0,16; 0,18; 0,20; o,22; 0,26;
0,28 M dengan cara mengambil dari larutan stok dan mengencerkannya
dengan aquades. Misalnya akan dibuat larutan sukrosa dengan konsentrasi
0,14 M, diambil 0,14 ml dari stok 1 M dan ditambah dengan aquades sampai
volume 15 ml.
2. Menyiapkan tabung reaksi dan isikan larutan sukrosa ± 5 mL dan diberi label
konsentrasi larutan sukrosa pada setiap tabung reaksi
3. Menyiapkan pula satu tabung reaksi berisi akuades sebagai kontrol
4. Menyayat lapisan epidermis yang berwarna dari tanaman yang disediakan
dengan pisau silet. Sayatlah dengan hati-hati dan teliti. Usahakan menyayat
hanya selapis sel saja.
5. Memeriksa dibawah mikroskop untuk melihat hasil sayatan. Setelah itu
masukkan sayatan ke dalam tabung rekasi dan catat waktu mulai perndaman
6. Setelah 30 menit direndam, sayatan diambil dan diamati dengan mikroskop.
7. Menghitung jumlah total sel dan sel dalam suatu bidang pandang (perbesaran
40x) yang mengalami plasmolisis
Catatan :
Sel yang mengalami plasmolisis yaitu sel yang menunjukkan cenderung
terlepas dari dinding sel terutama sudut.
Masing-masing konsentrasi terdiri dari 3 ulangan.
B. Acara 2 : penentuan potensial air
Alat:
1. Timbangan 3. Silet
2. Gelas Beker 4. Penggaris
Bahan:
1. Umbi Solanum tuberosum
2. Larutan sukrosa
3. Akuades
Cara Kerja:
1. Membuat irisan umbi kentang dengan ukuran 5x 5 mm dengan panjang 50
mm.
2. Menimbang potongan tersebut untuk menentukan berat awal.
3. Membuat larutan seri sukrosa dengan konsentrasi:
0; 0,1; 0,25; 0,50; 1 M
4. Menyiapkan tabung reaksi dan mengisi larutan sukrosa ± 5 mL dan memberi
label konsentrasi llarutan sukrosa pada setiap tabung reaksi.
5. Memasukkan irisan umbi kentang ke dalam larutan sukrosa kemudian
diinkubasi selama 1 jam.
6. Setelah selesai inkubasi, umbi diblot untuk menghilangkan kelebihan larutan.
Selanjutnya menimbang irisan kentang yang telah direndam tersebut sebagai
berat akhir.
7. Menghitung rata-rata perubahan berat sebagai presentase dari berat awal.
8. Membuat grafik yang menunjukkan berat dengan konsentrasi sukrosa.
Sumbu X → konsentrasi sukrosa (M)
Sumbu Y → perubahan berat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ACARA A1: TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL
1. HASIL
Perhitungan untuk pengenceran gula yang akan digunakan sebagai stok
VIMI = V2M2
Keterangan :
V1 = Volume larutan sukrosa stok (1M)
M1 = Molaritas larutan sukrosa (1M)
V2 = Volume larutan sukrosa yang akan dibuat (100ml)
M2 = Molaritas larutan sukrosa yang akan dibuat (0,16M)
1 M C12H22O11 =
grMrL
= gr
3421
1 = gr
342
gr = 342 jika 1 liter
jika 100 ml = 342 x 0,1
= 34,2 gr + 100 ml aquades
Prhitungan prosentase jumlah sel yang terplasmolisis
rata−rata jumlah sel terp lasmolisisrata−rata jumlah total sel
X 100 %
Perhitungan perubahan berat kentang
Berat akhir – berat awal = perubahan berat
Tabel A1. Pengamatan sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang berplasmolisis dan
yang tidak berplasmolisis
Konsentrasi Sukrosa
Rata-rata Jumlah Total Sel
Rata-Rata jumlah sel Terplasmolisis
Presentase(%)
kelompok
0 M 22 15 68,16 % V
0,14 M 17 16 94,11 % I
0,16 M 16 5 31,25 % II
0,18 M 12 6 50 % II
0,20 M 13 7 53,85 % III
0,22 M 9 9 100 % III
0,24 M 18 13 72,22 % IV
0,26 M 16 11 68,75% IV
0,28 M 19 8 42,10 % V
Gb.1 perbedaan sel terplasmolisis dan tidak terplasmolisis
Sel terplasmolisis sel tak terplasmolisis
2. PEMBAHASAN
a. Klasifikasi tanaman
Berdasarkan litelatur yang didapatkan, deskripsi dari daun Rhoe discolor adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Commelinaceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor
Nama daerah : Tanaman Adam dan Hawa
b. Analisis hasil pengamatan
- Sukrosa 0 M
Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang
memiliki pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian.larutan yang
digunakan adalah aquades murni sebanyak 100 ml dengan konsentrasi glukosa 0
M yang kemudian di ambil menggunakan gelas ukur sebanyak 5ml untuk
diletakkan di dalam tabung reaksi, disini digunakan 3 ulangan untuk setiap
konsentrasi. Sayatan Rhoeo discolor diletakkan pada tabung reaksi tersebut
selama 30 menit setelah itu diamati dibawah mikroskop,hasil yang didapatkan
adalah rata-rata jumlah sel terplasmolisis sebanyak 15 dari rata-rata jumlah total
sel 22, dengan prosentase sel terplasmolisis adalah 68,16 %. Kenapa hal ini dapat
terjadi padahal konsentrasi sukrosa adalah 0M, hal itu dapat terjadi karena
konsentrasi air didalam Rhoeo discolor lebih rendah daripada konsentrasi
aquades. Sehingga aquades masuk kedalam sel dan protoplas dalam sel
terdorong keluar sehingga terjadi plasmolisis. Selain itu juga karena disebabkan
oleh umur jaringan dari Rhoeo discolor, mungkin karena daun Rhoeo discolor
yang digunakan merupakan daun muda jadi cairan selnya lebih pekat. Dan
menyebabkan aquades mengalami osmosis kedalam sel.
- Sukrosa 0,14 M
Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang
memiliki pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah proses pengamatan. Selain itu digunakan larutan glukosa
dengan konsentrsai 0,14 M larutan glukosa tersebut yang berperan sebagai
larutan hipertonis terhadap sel pada percobaan ini. Dalam membuat preparat
segar, perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan
sebelumnya, baik dalam menyayat preparat maupun saat meletakkannya pada
gelas benda. Hasil sayatan dari preparat tersebut harus tembus cahaya, karena hal
tersebut merupakan syarat objek dapat diamati di bawah mikroskop.
Larutan sukrosa 0,14 M dibagi dalam 3 tabung reaksi yang masing-masing terdiri
dari 5ml larutan sukrosa 0,14 M. Sayatan Rhoeo discolor dimasukkan dalam
tabung selama 30 menit. Setelah 30 menit kemudian diamati dalam mikroskop,
sel yang berwarna ungu seolah-olah menghilang karena pecah. Dan hasil yang
didapatkan adalah rata-rata sel terplasmolisis adalah 16 dari 17 rata-rata total sel,
dengan prosentase sel terplasmolisis adalah 94,11 %. Sukrosa 0,16 M
Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M ini, terlihat bahwa rata-rata jumlah sel
terplasmolisis hanya 5 dari rata-rata jumlah total sel 16. Dan prosentase untuk
jumlah sel yang terplasmolisis adalah 31,25 %. Hal ini terjadi karena pada saat
sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari
sel sehingga membran sitoplasma akan mengerut begitu pula sitoplasma..
Sehingga pigmen antosianin dari dalam sel tidak terlalu jelas terlihat. Saat
sitoplasma mengkerut , kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma akan
merapat sehingga dapat terlihat jelas.
- Sukrosa 0,18 M
Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,18 ini terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang
terplasmolisis sebanyak 6 dari rata-rata jumlah sel total sebanyak 12. Dan
prosentase untukjumlah sel yang terplasmolisis adalah 50 %. Disini terjadi
penambahan sel terplasmolisis karena adanya penambahan konsentrasi larutan
sukrosa sebesar 0,02 M.
- Sukrosa 0,20 M
Pada konsentrasi larutan ini, terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang
terplasmolisis sebanyak 7 dari rata-rata jumlah total sel 13. Dan prosentase untuk
jumlah sel yang terplasmolisis adalah 53,85 %.
- Sukrosa 0,22 M
Pada konsentrasi larutan ini, terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang
terplasmolisis sebanyak 9 dari rata-rata jumlah total sel 9. Dan prosentase jumlah
sel terplasmilosis sebanyak 100 %. Hal ini dikarenakan karena penambahan
konsentrasi gula sebesar 0,02 M . penambahan konsentrasi zat terlarut(glukosa)
sangat mempengaruhi jumlah sel yang berplasmolisis untuk mencapai
konsentrasi isotonic .
- Sukrosa 0,24 M
Pada konsentrasi larutan ini terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang
terplasmolisis sebanyak 13 dari rata-rata jumlah total sel sebanyak 18, dan
prosentase jumlah sel yang terplasmolisis adalah 72,22 %.
- Sukrosa 0,26 M
Pada konsentrasi larutan ini terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang
terplasmolisis sebanyak 11 dari rata-rata jumlah total sel sebanyak 16, dan
prosentaseuntuk jumlah sel yang terplasmolisis adalah 68,75 %.
- Sukrosa 0,28 M
Pada konsentrasi ini terlihat bahwa rata-rata jumlah sel yang terplasmolisis
sebanyak 8 dari rata-rata julah total sel sebanyak 19, dan prosentase untuk sel
yang terplasmolisis adalah42,10 %.
Dari data-data di atas, belum dapat dilihat bahwa jika terjadi penambahan
konsentrasi larutan sukrosa akan mempengaruhi jumlah sel yang terplasmolisis
atau tidak (jika konsentrasi bertambah maka jumlah sel terplasmolisis akan ikut
bertambah atau malah berkurang). Hal ini dikarenakan mungkin karena rata-rata
jumlah total sel pada satu bidang pandang itu berbeda-beda. Dan perhitungan
untuk sel yang terplasmolisis juga berbeda-beda (acak), tidak semakin bertambah
atau semakin berkurang.
Jadi disini hanya bisa diketahui pada konsentrasi berapa yang membuat sel
banyak terplasmolisis dan pada konsentrasi berapa sel tidak banyak
terplasmolisis. Dari hasil presentase sel yang terplasmolisis yang mendekati 50%
adalah ketika sukrosa yang digunakan 0,28 M yaitu sebesar 42,10 %. Hal ini
berarti bahwa Inscipient Plasmolisis terjadi saat konsentrasi sukrosa yang
diberikan sebesar 0,28 M.
B. ACARA A2: PENENTUAN POTENSIAL AIR
1. HASIL
Tabel.2 Penentuan potensial air pada Solanum tuberosum
Konsentrasi Sukrosa
Rata-Rata Berat Awal
Rata-Rata Berat Akhir
Perubahan Berat
Kelompok
0 M 0,45 0,55 +0,1 V
0,1 M 1,03 1,10 +0,07 IV
0,25 M 0,98 1,02 +0,04 III
0,50 M 1,23 1,09 -0,14 II
1 M 0,89 0,89 +0,02 I
2. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara A2 ini, kami melakukan percobaan untuk melihat
bagaimana potensial air pada tumbuhan. Kami menggunakan umbi kentang sebagai
objek percobaan. Umbi kentang direndam selama kurang lebih satu jam di dalam
larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi , yaitu 0,1; 0,25 ;0,50; 1 M dan akuades
dengan sebagai variabel kontrol. Umbi kentang di iris dengan ukuran 5x5 mm
dengan panjang 50 mm. Sebelum direndam umbi yang telah diiris, ditimbang terlebih
dahulu untuk mengetahui berat awal, begitu pula setelah umbi direndam dalam
larutan sebagai berat akhir.
Data hasil praktikum dapat dilihat pada tabel di atas. Pada data hasil
pengukuran menunjukkan pada umumnya terjadi perubahan berat (perubahan positif)
yaitu pada kentang yang direndam dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,1 (perubahan
+ 0,1 gr); 0,25 (perubahan +0,07 gr); dan 1 (prubahan +0,02 gr) M serta pada
akuades (perubahan +0,1 gr), tetapi ada satu rendaman kentang yang mengalami
pengurangan berat (perubahan negatif) yaitu pada konsentrasi 0,50 M (perubahan -
0,14 gr).
Nilai positif di peroleh dari berat akhir umbi kentang (setelah direndam) yang
lebih besar dibandingkan dengan berat awal umbi kentang. Hal ini dapat terjadi
karena potensial air pada sel kentang lebih kecil daripada potensial air larutan.
Potensial larutan lebih besar karena larutan mengandung banyak gula sehingga
penyerapannya terhambat. Karena potensial air pada kentang lebih rendah maka air
akan lebih mudah masuk ke dalam kentang sehingga kentang akan mengalami
pertambahan berat.(air bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah)
Sedangkan pada perubahan yang bernilai negatif dapat terjadi karena pada
konsentrasi potensial air pada kentang lebih besar daripada potensial air pada larutan,
air akan bergerak dari potensial tinggi ke rendah, sehingga berat kentang akan
berkurang untuk mencapai keseimbangan potensial air dalam sel dengan larutan
sukrosa.
Pada data dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi sukrosa maka
pertambahan berat pada kentang akan semakin kecil dan berkurang. Tetapi disini
terlihat perubahan pada konsentrasi 0,5 M lebih negatif dari pada 1 M. Seharusnya
perubahan berat pada konsentrasi 0,5 M lebih positif daripada pada konsentrasi 1M.
Mungkin saja disini terjadi kesalahan pada saat proses pengukuran beratnya.
Berikut ini grafik penunjuk perubahan berat dengan konsentrasi sukrosa :
0 M 0,1 M 0,25 M 0,50 M 1 M
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
berat awalberat akhirperubahan berat
BAB V
KESIMPULAN
A. Acara A1
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Peristiwa osmosis pada tumbuhan dapat terjadi karena adanya perpindahan air
dari luar kedalam maupun dari dalam keluar yang melewati membran sel.
2. Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel
sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang
berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi
nol.
3. Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan glukosa akan mengalami
plasmolisis.
4. Inciepient plasmolysis adalah suatu keadaan dimana setengah sel dari seluruh
jumlah sel menunjukkan tanda-tanda plasmolisis.
5. Inciepient plasmolysis (IP) pada percobaan ini terjadi pada konsentrasi 0,28 M
6. Presentase sel yang terplasmolisis tertinggi pada konsentrasi sukrosa 0,22 M.
Dan presentase sel yang terplasmolisis terendah pada konsentrasi sukros 0,16
M.
B. Acara A2
1. Potensial air itu mempengaruhi proses osmosis pada tumbuhan. Karena jika
potensial air dalam suatu sel tanaman lebih besar daripada di luar sel, maka air
dalam sel akan keluar. Begitu juga sebaliknya, jika potensial air dalam sel
lebih rendah daripada diluar sel, maka air akan masuk kedalam sel. Sampai
konsentrasi mencapai kesetimbangan. Dan proses keluar masuknya air dari
luar atau dalam sel yang melewati membran sel itu disebut dengan osmosis.
2. Pada data dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi sukrosa maka
pertambahan berat pada kentang akan semakin kecil.
3. Pada konsentrasi 0,5 M lebih negatif dari pada 1 M. Seharusnya perubahan
berat pada konsentrasi 0,5 M lebih positif daripada pada konsentrasi 1M.
Mungkin saja disini terjadi kesalahan pada saat proses pengukuran beratnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma
(http : //id.wikipedia.org/wiki/plasmolisis) diacces tanggal 24 Februari 2012
Novie utami.2011.laporan praktikum plasmolisis. (online)
http://novieutami.blogspot.com/2011/03/plasmolisis.html
diacces tanggal 24 Februari 2012