Download - Lap Mikrotek-Metode Gosok
PEMBUATAN SEDIAAN TULANG DENGAN METODE GOSOK
Laporan Praktikum Mikroteknik
NAMA : NATALINA
NIM : J1C108027
KELOMPOK : 4 (Empat)
ASISTEN : DEMES CORNELIA
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
FAKLUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBANG MANGKURAT
BANJARBARU
DESEMBER 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembentukan tulang rangka berkembang selama masa pertumbuhan
karena kemampuan sel osteocytes untuk menyimpan bone salts (terutama garam
kalsium) pada lamellar. Tulang keras ditemukan hampir pada semua dinding
tulang dari tubuh dan pada bagian ini, lamella tersusun di sekitar pembuluh darah.
Beberapa sel disebut osteoclasts yang berfungsi membongkar tulang yang telah
tua saat osteocytes memproduksi tulang yang baru (Saputro, C.D dkk, 2008).
Didalam tulang terdapat zat kapur dalam bentuk kalsium karbonat
(CaCO3) dan kalium fosfat. Dari bahan-bahan tersebut tulang dibentuk dan
bersifat keras dan tidak lentur seperti tulang rawan. Kandungan dari tulang pada
macam-macam organisme pada dasarnya relatif sama, baik itu struktur maupun
lapisan-lapisan yang ada pada tulang keras (Saas, 1958).
Untuk mengetahui struktur dari tulang tersebut tentunya perlu dilakukan
preparasi dengan mengacu tahapan-tahapan yang runut, haltersebut tujuannya agar
preparat yang akan dibuat menghasilkan tampakan yang jelas dan dapat
diidentifikasi sesuai yang diharapkan (Fahn, 1995).
Proses pembuatan sediaan tulang dengan metode gosok ini tidak terlalu
rumit dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan suatu preparat
tulang. Namun demikian perlu ketelitian dalam hal ini prosedur kerja sangat
menentukan keberhasilan dalam pembuatan preparat tersebut, oleh karena itu
prosedur kerja harus dilalui dengan urut dan dengan penuh ketelitian (Djukri,
2009).
Tulang memiliki banyak kegunaan antara lain kandungan fosfat digunakan
untuk membuat pupuk buatan, kalsium untuk komponen porselen, lemaknya
untuk membuat lilin dan sabun, yang terutama adalah kandungan kolagen yang
merupakan protein tulang yang banyak terdapat dalam tulang dan memiliki nilai
jual tinggi. Kolagen digunakan untuk pembuatan kosmetik, bahan dasar
pembuatan gelatin dan perekat (Prasetyo, S, & Ifan Patra, 2004).
2.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal tahap-tahap pembuatan,
bahan dan alat untuk praktikum teknik pembuatan sediaan tulang dengan metode
gosok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang merupakan komponen utama dalam rangka tubuh yang dari sudut
pandang teknologi merupakan penggabungan ketegaran dan kekuatan dengan
berat terkecil yang memberi ciri yang unik. Sifatnya keras dan kaku, tulang
mempunyai sifat elastis tertentu; ada tiga sifat yang bersama-sama membuat
tulang sangat cocok dengan fungsinya sebagai rangka. Tulang membantu rangka
tubuh dengan kekuatan yang penting untuk fungsinya sebagai tempat perlekatan
dan pengungkit otot dan tegar serta menyokong tubuh melawan gravitasi. Rangka
tubuh mempunyai fungsi pelindung penting, sebab melindungi otak dan medula
spinalis, dan mengelilingi sebagian organ-organ pelvis dan toraks sebagai baju
pelindung (Geneser, 1993).
Unsur- unsur jaringan penyambung yang sebenarnya yang ada terdiri atas
sel-sel dan serat-serat yang tertanam dalam bahan dasar pekat dan cairan jaringan.
Dalam jaringan-jaringan penunjang seperti tulang rawan dan tulang, sifat
matriksnya bervariasi. Dalam tulang rawan bahan dasarnya setengah rapuh dan
mengandung suatu kompleks protein-karbohidrat yang dikenal sebagai
kondromukoid (Bevalender, 1988).
Tulang atau jaringan osteosa adalah sejenis jaringan ikat kaku yang
menyusun sebagian besar kerangka dewasa. Matriksnya mengandung unsur
anorganik, terutama kalsium fosfat, yang merupakan kurang lebih dua per tiga
berat tulang. Secara makroskopik, tulang terbentuk spongiosa atau kompak
(Lesson et al., 1990).
Metode gosok adalah suatu cara pembuatan sediaan dengan menggosok
atau membuat sediaan dengan digosok setipis mungkin. Metode ini dapat dipakai
untuk pembuatan sediaan tulang, dan jaringan keras lainnya dari organ hewan
dalam hal ini adalah tulang. Oleh karena itu metode ini dapat diaplikasikan bukan
hanya untuk pembuatan preparat hewan tetapi juga untuk preparat tumbuhan yang
sifatnya keras (Swenson, 1970).
Metode ini umumnya digunakan untuk melihat lapisan-lapisan yang ada
dibagian dalam dan kelainan-kelainan pada tulang. Digunakan juga untuk organ
yang sulit mendapat sediaan melintang atau sulit mendapat sediaan dengan
ketebalan merata. Penggosokan ini dilakukan dengan amplas yang tingkat
kekasarannya cukup rendah tujuannya agar mendapat ketebalan yang merata
disetiap permukaan sediaan. Ketebalan yang tidak merata akan menggangu dalam
proses penempelan entelan pada kaca benda akibatnya kaca penutup akan pecah
jika permukaannya tidak rata (Fahn, 1995).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Desember 2010 bertempat
di Laboratorium Dasar Ruang Biologi I Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas objek, gelas penutup,
gergaji besi, kayu, dan amplas.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tulang keras sapi, lem
kayu, xilol, entellan, dan kertas label.
3.3 Prosedur Kerja
1 Tulang keras sapi dipotong tipis melintang menggunakan gergaji besi.
2 Potongan tulang ditempelkan pada kayu menggunakan lem kayu dan
dibiarkan sampai kering dan melekat.
3 Potongan tulang digosok pada amplas sampai tipis.
4 Potongan tulang direndam dalam air agar tulang lepas dari kayu.
5 Potongan tulang diclearing ke dalam xilol dan kemudian diletakkan di atas
gelas objek.
6 Terakhir ditutup dengan kaca penutup dengan terlebih dahulu diberi
entellan.
7 Preparat diberi kertas label dan diamati di bawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut :
GAMBAR PREPARAT TULANG KETERANGAN
Gambar 1. Tulang KerasPerbesaran 100x
Gambar 2. Referensi Sel Tulang
1. Kanal (Harvers)
2. Lamela
4.2 Pembahasan
Metode gosok merupakan salah satu metode mikroteknik yang digunakan
untuk mengetahui gambaran histologi suatu tulang pada hewan maupun batang
berkayu pada tumbuhan. Untuk mendapatkan sediaan tulang yang berkualitas
bagus maka tulang harus dijadikan setipis mungkin, karena semakin tipis tulang,
maka semakin mudah dilihat struktur dalamnya sehingga dapat dikatakan sediaan
tersebut bagus. Selain itu metode ini tergolong metode yang tidak terlalu rumit
dan lebih ekonomis.
Dalam praktikum kali ini digunakannya tulang keras sapi dikarenakan
tulang sapi lebih mudah dicari, murah dan mampu memberikan hasil yang
memuaskan. Karena kita ingin mengetahui struktur dalam maupun gambaran
histologi dari suatu tulang maka metode yang paling cocok untuk digunakan
adalah metode gosok, dimana tulang harus digosok sampai halus dan tipis
sehingga ketika akan dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop
hasilnya akan terlihat dengan jelas. Penggunaan xilol dalam praktikum kali ini
adalah untuk menjadikan potongan terlihat lebih bening dan cenderung
transparan. Adapun kelebihan dari xilol adalah umum digunakan, murah, bekerja
cepat, membuat jaringan cepat menjadi transparan, cepat menggantikan
kedudukan dehidran.
Pertama-tama, tulang kering sapi digergaji dengan gergaji besi untuk
memudahkan dalam menggosok tulang. Lalu kemudian tulang di tempelkan pada
kayu, ini bertujuan agar tulang tidak rusak atau patah saat digosok jika sudah
mulai transparan. Selanjutnya jika tulang sudah terlihat transparan, lepaskan
tulang dari kayu dengan cara merendam kayu di dalam air agar tulang dapat
dilepaskan dengan mudah dan tidak patah. Terakhir dilakukan clearing dengan
xilol beberapa saat, agar tulang nampak bersih dari sisa-sisa lem maupun kotoran
lain yang menempel pada tulang.
Dari hasil yang didapatkan terlihat sistem harvers pada preparat dan
terlihat jelas adanya kanal harvers dan lamela, namun bagian-bagian yang lain
tidak terlihat jelas, ini mungkin tulang belum cukup tipis. Tulang kompak terdiri
dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers yaitu
suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat
pembuluh-pembuluh darah dan saraf. Di sekeliling sistem havers terdapat lamela-
lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler
yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut lakuna. Di
dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-
saluran kecil yang disebut kanalikuli yang berhubungan dengan lacuna lain atau
canalis Havers. Kanalikuli penting dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem Havers
terdapat lamela interstitial yang lamela-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem
Havers. Kanalikuli adalah saluran-saluran halus dalam matriks, merupakan tempat
uluran sitoplasma osteosit. Diantara Sistem Havers tedapat lamela tulang yang
susunannya tidak teratur disebut lamela intersisial. Lakuna juga terdapat diantara
lamela intersisial, lamela tulang sirkumferensial luar dan lamela sirkumferensial
dalam.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah
1. Penggunaan xilol bertujuan untuk menjadikan potongan terlihat lebih
bening dan cenderung transparan.
2. Untuk mendapatkan sediaan tulang yang berkualitas bagus maka tulang
harus dijadikan setipis mungkin, karena semakin tipis tulang, maka
semakin mudah dilihat struktur dalamnya sehingga dapat dikatakan
sediaan tersebut bagus.
3. Dari hasil yang didapatkan terlihat sistem harvers pada preparat dan
terlihat jelas adanya kanal harvers dan lamela, namun bagian-bagian
yang lain tidak terlihat jelas, ini mungkin tulang belum cukup tipis.
4. Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers
terdiri dari kanal havers, lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-
lapis, lacuna, dan kanalikuli.
5.2 Saran
Sebaiknya tulang yang digunakan sebagai preparat dapat dibuat setipis
mungkin dan bersih, agar sel-sel tulang tidak saling menumpuk dan dapat mudah
diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Bevalender, Geneser. 1988. Dasar-dasar Histologi. Erlangga, Jakarta.
Djukri 2009. Pembekalan Berwirausaha Dalam Pembuatan Preparat Awetanhttp://www.kuliahbiologi/category/mikroteknik.wordpress.comDiakses tanggal 08 Desember 2010
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. FMIPA I p13, Bogor.
Geneser, Finn. 1993. Textbook of Histology. Munksgaard, Copenhagen.
Lesson et al., 1990. Atlas of Histology. W.B. Saunders Company, London.
Prasetyo, S & Ifan Patra. 2004. Pengaruh Variasi Jenis Tulang dan Temperatur Pada Ekstraksi Kolagen Dari Tulang. Universitas Katolik Parahyangan Ciumbuleuit 94, Bandung.
Saas. J.E. 1958. Botanical Microrechniques. 3 ed. Ames, iowa: The Iowa State College Press.
Saputro, C.D. dkk. 2008. Laporan Anatomi dan Histologi Ternak. Universitas Brawijaya, Malang
Storer. 1978. General Zoology. McGraw–Hill Publishing Company, New York.
Swenson, MJ. 1970. Duke’s Physiology of Domestik Animal. 8th ed. Comstock Pub.
Yatim, W. 1983. Embryologi. Tarsito, Bandung.