Download - Landform
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bentuklahan dan Bentang Alam
Istilah bentanglahan berasal dari kata landscape (Inggris) atau
Landscap (Belanda) atau landschaft (Jerman), yang secara umum berarti
pemandangan. Arti pemandangan mengandung dua aspek,yaitu aspek visual
dan aspek estetika padasuatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 dalam
Tim Fakultas Geografi UGM,1996).
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki
bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan
struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu
kronologis tertentu. Dari pengertian ini, faktor-faktor penentu
bentuklahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
B = f (T, P, S, M, K)………………………………(1)
Notasi dalam rumus (1 ) tersebut adalah :
B = bentuklahan,
T = topografi
P = proses alam
S = struktur geologis
M = material batuan
K = ruang dan waktu kronologis.
O l e h k a r e n a i t u u n t u k m e n g a n a l i s i s b e n t a n g l a h a n
l e b i h s e s u a i d e n g a n berdasarkan unit bentuklahan, maka
klasifikasi bentanglahan juga akan lebihsesuai jika didasarkan pada
unit-unit bentuklahan yang menyusunnya. Verstappen (1983) te lah
mengklas i f ikas i bentuklahan berdasarkan genesisnya
menjadisepuluh klas utama. Kesepuluh klas bentuklahan utama itu adalah
sebagai berikut :
1. Bentuklahan asal structural
2. Bentuklahan asal vulkanik
3. Bentuklahan asal denudasional
4. Bentuklahan asal fluvial
5. Bentuklahan asal marine
6. Bentuklahan asal glacial
7. Bentuklahan asal Aeolian
8. Bentuklahan asal solusional (pelarutan)
9. Bentuklahan asal organik
10. Bentuklahan asal antropogenik.
B. Bentuk – Bentuk Lahan Menurut Genesisnya
1. Bentuk lahan asal solusional (pelarutan),
Bentuklahan asal solusional atau pelarutan dikenal juga dengan
istilah karst.Bentuklahan karst termasuk bentuk bentuklahan yang
penting, dan banyak puladi temukan d i Indonesia. Bentuk in i
sangat erat berhubungan dengan batuane n d a p a n y a n g
m u d a h m e l a r u t . O l e h k a r e n a i t u d e n g a n m e n g e t a h u i
b e n t u k bentang a lamnya, pada umumnya orang dapat
mengetahui jen is batuannya, terutama juga karena bentuk
bentangalam karst yang sangat karakter ist ik dan m e m p u n y a i
t a n d a - t a n d a y a n g m u d a h d i k e n a l b a i k d i l a p a n g a n , p a d a
p e t a topografi maupun pada potret udara dan citra satelit.
Bentang alam ini terutama memperlihatkan lubang-lubang,
membulat atau memanjang, gua-gua dan bukit- bukit yang
berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi bentangalam
karsttersebar di Perancis Selatan, Spanyol Utara, Belgia, Yunani,
Jamaika, beberapan e g a r a A m e r i k a S e l a t a n , d a n b e b e r a p a
n e g a r a b a g i a n d i A m e r i k a S e r i k a t (Tenesse, Indiana,
Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama
suatu pegunungan d i Yugoslav ia yang berbentangalam spesi f ik
in i . D i Indonesia bentangalam karst dapat d i temukan d i
beberapa daerah d i pulau Jawa, ya i tu Jampang di Selatan Jawa Barat,
pegunungan Sewu di Kulon Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan
Rembang di Jawa Timur, dan beberapa daerah di SulawesiTengah.
Di I r ian Barat bentangalam karst d i temukan d i Kepala Burung
pada formasi K lasafet , sedangkan d i Sumatera d i temukan,
terutama di Sumatera Selatan dan Aceh.
Bentuklahan karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan
dalam air dan membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini terutama
terjadi pada wilayah yangtersusun oleh batugamping yang mudah
larut, dan batuan dolomit atau gamping dolomitan. Akibat pelarutan
yang memegang peranan utama, maka air sangat p e n t i n g
a r t i n y a . B e n t a n g a l a m k a r s t b i a s a n y a b e r k e m b a n g d i
d a e r a h y a n g mempunyai curah hujan cukup. Di samping itu, pelarutan
maksimum dapat terjadi b i l a a i r t i d a k m e n c a p a i j e n u h a k a n
k a r b o n a t . A i r y a n g m e n g a l i r d a p a t menciptakan
keadaan ini. Air yang mengandung CO2 (gas) akan lebih mudah
m e l a r u t k a n b a t u g a m p i n g . D i b a w a h i n i d i p e r l i h a t k a n
r e a k s i k i m i a y a n g menghasilkan pelarutan tersebut.
H2O + CO2 -><- H2CO3 2H2CO3 + CaCO3 -><-Ca(HCO3)2 + H2 (larut)
(gas) Bila Ca(HCO3)2 terkena udara kembal i maka berart i ada
penambahan H2 dari udara, o leh karena i tu keseimbangan
reaks i akan bergerak ke k i r i dan akan t e r b e n t u k k e m b a l i
C a C O 3 y a n g m e n g e n d a p . R e a k s i t e r s e b u t k e m u d i a n
menerangkan terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang dikenal dalam gua-
gua didaerah kapur. Oleh karena itu, syarat penting untuk
terbentuknya kedua jenis e n d a p a n i n i i a l a h a d a n y a
p e r s e d i a a n H 2 secara terus-menerus yang dapatdiperoleh
apabila udara dapat mengalir di dalam gua itu. Udara yang segar selalu
menggantikan udara yang berada di dalam gua. Ciri-ciri umum daerah karst
antara lain :
Daerahnya berupa cekungan-cekungan
Terdapat bukit-bukit kecil
Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam
tanah.
Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
Adanya endapan sedimen lempung berwarma merah hasil dari
pelapukan batu gamping.
Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.
Beberapa syarat untuk dapat berkembangnya topografi karst
sebagai akibat dari proses pelarutan adalah sebagai berikut :
1. Terdapat batuan yang mudah larut (batu gamping dan dolomit)
2. Batu gamping dengan kemurnian tinggi,
3. Mempunyai lapisan batuan yang tebal,
4. Terdapat banyak diaklas (retakan),
5. Pada daerah tropis basah,
6. Vegetasi penutup yang lebat.
Pada kondisi demikian batugamping akan mudah mengalami
pelarutan oleh air yang mengalir yang akhirnya membentuk topografi
karst. Kenampakan topografi karst ini sangat spesifik, baik yang ada di
permukaan maupun yang ada di bawah permukaan tanah. Menurut
Jenings, 1971 (dalam Dibyosaputro 1997) , karst merupakan
suatu kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase yang khas,
terutama disebabkan oleh pelarutan batuan yang tinggi oleh air.
Batuan yang membentuk karst terdapat di dekat atau pada permukaan
bumi yang meliputi daerah yang luas dan tebal (ratusan meter). Jenis batuan
ini harus bersifat mudah larut di dalam air. Tektonisme menjadi faktor
penentu pula, sesar (fault) dankekar (joint) menjadi faktor yang amat
penting. Menurut Faniran dan Jeje, 1983( d a l a m D i b y o s a p u t r o
1 9 9 7 ) , k e k a r - k e k a r y a n g t e r d a p a t p a d a b a t u a n i t u
member ikan regangan mekanik, sehingga memudahkan
gerakan a i r mela lu i batuan itu. Adanya kekar maupun sesar ini
memudahkan perkembangan pelarutan di dalam batuan.
Gambar bentuk lahan Kars
Kondisi iklim mencakup ketersediaan curah hujan yang sedang
hingga lebat yang bersamaan dengan temperatur yang t inggi .
Kondis i semacam in i menyebabkan pelarutan dapat berlangsung
secara intensif. Adanya vegetasi yang rapat membantu pelapukan
solusional dan menyebabkan perkembangan karst. Vegetasi
menyediakan bahan organik yang berbentuk humus dan
bersama-sama dengan respiras i akar tanaman dapat
menimbulkan t ingkat konsentras i karbondioks ida d i da lam
tanahs e k i t a r 3 0 % . D i f u s i C O 2 i n i k e d a l a m a i r m e l a l u i
s e l u r u h t a n a h m e m b a n t u m e n i n g k a t k a n i n t e n s i t a s
p e l a r u t a n y a n g t i n g g i ( F a n i r a n d a n J e j e 1 9 8 3 , d a l a m
Dibyosaputro 1997) .
Karst i f ikas i adalah proses ker ja o leh a i r terutama secara
k i m i a w i , m e s k i p u n s e c a r a m e k a n i k p u l a , y a n g
m e n g h a s i l k a n k e n a m p a k a n - k e n a m p a k a n t o p o g r a f i k a r s t
( R i t t e r 1 9 7 9 , d a l a m D i b y o s a p u t r o 1 9 9 7 ) .
P r o s e s geomorfik yang penting yang bekerja di daerah
berbatu gamping adalah pelarutan.Katalisator yang penting dalam
pelarutan itu adalah air hujan dan karbondioksida. Karbondioksida
(CO2) larut di dalam air membentuk asam karbonat (H2CO3), yang bereaksi
dengan kalsium karbonat (CaCO3) membentuk kalsium bikarbonat
yang merupakan larutan berair.
Pengelompokan bentuklahan yang terjadi pada daerah Karst
Bentuklahan yang ter jadi pada daerah karst dapat
d ikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bentuklahan negatif dan
bentuklahan positif.
1. B e n t u k l a h a n N e g a t i f
Bentuklahan negatif dimaksudkan bentuklahan yang berada di bawh rata-
rata permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan
maupun terban.Bentuklahan-bentuklahan tersebut antara lain terdiri
atas doline, uvala, polye,cockpit, blind valley.
D o l i n e
Doline merupakan suatu istilah yang mempunyai banyak sinonim antara
lain :s ink, s inkhole, cockpi t , b lue hole, swal low hole, ataupun
cenote. Dol ine i tusendiri telah diartikan oleh Monroe, 1970 (dalam
Dibyosaputro 1997) sebagaisuatu ledokan atau lobang yang
berbentuk corong pada batugamping dengan diameter dari
beberapa meter hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa meter hingga
ratusan meter. Berdasarkan genesisnya, doline dapat dibedakan menjadi
4yaitu : doline reruntuhan, doline solusi, doline terban, dan doline aluvial
(Faniraandan Jeje 1983 dalam Dibyosaputro 1997).
Gambar Bentuk lahan doline
U v a l a
Uvala ialah ledokan tertutup yang luas, yang terbentuk oleh
gabungan dari beberapa doline. Uvala mempunyai dasar yang tidak teratur
yang mencerminkan ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari lereng
doline yang telah mengalami d e g r a d a s i s e r t a l a n t a i d a s a r n y a
t i d a k s e r a t a p o l j e ( W h i t t o w 1 9 8 4 d a l a m Dibyosaputro 1997).
Gambar Bentuk lahan Uvalac
P o l j e
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang di daerah
topografikarst yang mempunyai dasar mendatar dan dinding
sekelilingnya terjal (Ritter,1979 dalam Dibyosaputro 1997). Polje ini
terjadi dari gabungan sistem gua yangruntuh dan lantai dasarnya biasanya
tertutup aluvium.
Gambar Bentuk lahan Polje
B l i n d V a l l e y
B l i n d v a l l e y a t a u l e m b a h b u t a a d a l a h s a t u l e m b a h
y a n g m e n d a d a k berakhir/buntu dan sungai yang terdapat pada
lembah tersebut menjadi lenyap di bawah tanah.
G a m b a r B l i n d v a l l e y
2. B e n t u k l a h a n P o s i t i f
Pada pr ins ipnya terdapat 2 macam bentuklahan karst yang
pos i t i f ya i tu kygelkarst dan turmkarst.
Kygelkarst
Kygelkarst merupakan suatu bentuklahan karst tropik yang didirikan
o leh se jumlah buki t berbentuk kerucut , yang kadang-kadang
d ip isahkanoleh cockpit. Cockpit-cockpit ini saling berhubungan satu
sama lain dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti pola kekar
(diaklas). Keygelkarst sering kali disebut sebagai kerucut karst atau
butte. Lereng bukit-bukit initerdiri dari cliff dan endapan-endapan
sebagai scree.
Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan manara
karst,mogotewill, pepinohill, atau pinacle karst. Turmkarst terdiri atas
perbukitan berlereng curam atau vertikal yang menjulang tersendiri
diantara dataran alluvial
Topograf i karst mempunyai permukaan yang kasar ak ibat
dar i dominasi adanya doline, uvala maupun polje serta kubah-
kubah kapur berupa bukit yang banyak. Di samping itu di dalam
permukaan bumi sering dijumpai adanya sungai bawah tanah, gua dalam
tanah, serta batu tetes yang menggantung di dinding gua (stalagtit) dan
batu tetes yang ada di dasar gua (stalagmit). Mengingat bahwa
didaerah karst banyak d i jumpai baik bentuklahan yang pos i t i f
maupun negat i f ,maka akan berpengaruh terhadap pola dan
kerapatan kontur yang ada.
Bentuk- bentuk membulat dari doline, dan bentuk memanjang dan
uvala akan dicerminkan o l e h b e n t u k k o n t u r y a n g m e m b u l a t d a n
m e m a n j a n g y a n g t e r t u t u p . D e n g a n d e m i k i a n m a k a p a d a
p e t a k o n t u r , p o l a k o n t u r d i d a e r a h k a r s t
m e m p u n y a i kenampakan spesifik yakni adanya kontur-kontur yang bulat
maupun memanjang dari doline maupun gabungan beberapa doline
(uvala) dan polje. Pada umumnya pola a l i ran yang ada d i daerah
karst merupakan pola a l i ran yang mengikut i diaklas maupun joint
dan kekar yang ada.
Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra
rossa, dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan
fosfat hasil reaksi kimiaantara kotoran burung penghuni gua dengan
karbonat. Endapan ini dapat dipakai13 untuk bahan pupuk. Bila
batugamping sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagian-bagian
yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu akan
terbentuk persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini
berkomposisi besi, berwarna merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini
dinamakan terra rossa .
Terra rosa yangmengandung kadar besi tinggi ditambang
kandungan bijih besinya. Dewasa ini masih d ipersoalkan untuk
pengambi lan a luminium yang Bentangalam karst terbentuk di
daerah batu gamping, oleh karena itu bahan bangunan batu
gamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil (pembakaran
batu gamping) atau pun bahan semen. Patut d iperhat ikan
kemungkinan adanya gua-gua yang sangat memegang peranan
dalam perhitungan jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang t idak
tampak d i permukaan dan menyebabkan kesalahan
perhi tungan jumlah c a d a n g a n . P e r e n c a n a a n t a t a l e t a k
b a n g u n a n , j a l a n , a t a u p u n w a d u k h a r u s memperhatikan
kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah
pelarutan batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat menggangu
fondasi.
2. Bentuklahan Asal Proses Eolin
Bentuklahan asal proses eolin dapat terbentuk dengan baik jika
memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah
yang banyak,
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir
tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang
lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan
dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena
angin yang paling utama adalah gumuk pasir(sandunes),dan endapan
debu(loose). Kegiatan angin mempunyai dua aspek utama,yaitu bersifat
erosif dan deposisi. Bentuklahan yang berkembang terdahulu mungkin akan
berkembang dengan baik apabila di padang pasir terdapat batuan. Pada
hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
Contoh bentuk lahan asal proses eolin :
1. Gumuk Pasir atau Sandunes
Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus
angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai
material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut
butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat
pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering).
Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah
dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi.
Bentuk gumuk pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk sabit
(barchans),melintang (transverse), memanjang (longitudinal dune), parabola
(parabolik), bintang (star dune).
Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes
(terbentuk tanpa adanya suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang
terbentuk karena adanya suatu penghalang). Beberapa tipe gumuk pasir:
1. Gumuk Pasir sabit (barchan)
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada
daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang
menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng
daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang
melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara 5
– 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin
tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk
gumuk pasir seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai
dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin.
2. Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak
cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan
tegak lurus terhadap arah angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya
beberapa saja, kemudian karena proses eolin yang terus menerus maka
terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni. Gumuk pasir ini
akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
3. Gumuk Pasir Parabolik
Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang
membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya
berhadapan dengan datangnya angin. Awalnya, mungkin gumuk pasir ini
berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena pasokan pasirnya
berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga
membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
4. Gumuk Pasir Memanjang (longitudinal dune)
Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan
sejajar satu sama lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan
gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang karena berubahnya arah angin
dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal, sehingga celah
yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan
memanjang.
5. Gumuk Pasir Bintang (star dune)
Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja
angin dengan berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya
merupakan sebuah bukit dan disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga
proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada bukit ini dengan tenaga
angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk
bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah
terbentuknya bentukan baru disekitarnya.
3. Bentuklahan Asal Struktural
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau
proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran.
Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya
hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural.
Bentukan ini dihasilkan dari struktur geologi. Terdapat dua tipe utama
struktur geologi yang memberikan kontrol terhadap geomorfologi yaitu (1)
struktur aktif yang menghasilkan bentukan baru, dan (2) struktur tidak aktif
yang merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh perbedaan erosi masa
lalu. Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 13 macam, yaitu blok
pegunungan patahan, blok perbukitan patahan, pegunungan antiklinal,
perbukitan antiklinal, pegunungan sinklinal, perbukitan sinklinal,
pegunungan monoklinal, perbukitan monoklinal, pegunungan kubah,
perbukitan kubah, dataran tinggi, lembah sinklinal, dan sembul.
4. Bentuklahan Asal Denudasional
Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses
pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri prosespengendapan.
Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi
sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk
menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan
abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang
kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya
adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya,
vegetasi, dan relief.
Bentukan ini terbentuk oleh proses gradasi yang di dalamnya terdapat
dua proses yaitu (1) proses agradasi, dan (2) proses degradasi. Proses
agradasi adalah berbagai proses sedimentasi dan pembentukan lahan baru
sebagai material endapan dari proses degradasi. Sedangkan proses
degradasi adalah proses hilangnya lapisan-lapisan dari permukaan bumi.
Psoses degradasi adalah proses yang paling dominan yang terjadi. Satuan
geomorfologi dari bentukan ini ada 8 macam, yaitu pegunungan terkikis,
perbukitan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris, lereng kaki,
pegunungan/ perbukitan dengan gerakan masa batuan, dan lahan rusak.
Faktor – Faktor Pembentuknya
Pengendapan (sedimentation)
Proses-proses pelapukan (weathering
Erosi /pengikisan dan gerak masa batuan (erosion and mass movement)
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik :
Topografi bergunung dengan lereng curam hingga sangat curam (55 -
>140%)
Selisih ketinggian dari tempat terendah hingga tempat tertinggi (relief)
>500m
Tingkat pengikisan tergantung dari kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup
serta proses erosi ulang bekerja pada tempat tersebut
Umumnya mempunyai lembah dalam, berdinding terjal dan berbentuk V
karena proses yang dominan adalah proses yang cenderung pendalaman
lembah (valley deepenting)
2. Perbukitan Denudasional
Karakteristik :
Topografi berbukit dan bergelombang
Lereng berkisar antara 15 – 55%
Perbedaan tinggi relief (relief local) antara 50 - <500m
Umumnya terkikis sedang hingga kecil, tergantung pada kondisi litologi, iklim,
vegetasi penutup baik alami maupun tataguna lahannya
3. Nyaris Dataran (Peneplain)
Karakteristik :
a. Proses denudasional yang bekerja terus-menerus pada
pegunungan/perbukitan berakibat pada bentuk permukaan lahan yang
hampir datar yang disebut nyaris dataran (peneplain)
b. Dikontrol oleh batuan penyusun bentuklahan yang strukturnya berlapis
(layers)
c. Bila batuan penyusun tersebut massif dan mempunyai permukaan yang
datar akibat proses erosi sering disebut permukaan planasi (planation
surface). Kenampakan ini menunjukkan bahwa bentuklahan tersebut
berumur tua
4. Perbukitan Sisa Terpisah/Inselberg
Karakteristik :
a. Bila bagian depan (dinding) suatu pegunungan/perbukitan mundur akibat
proses denudasi dan lereng kaki (footslope) bertambah lebar secara terus-
menerus akan meninggalkan lereng dinding bukit yang curam
b. Umumnya berbatu tanpa penutup lahan (bare rock) dan banyak singkapan
(outcrops)
c. Dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada
sekelompok pegunungan/perbukitan
d. Mempunyai bentuk membulat
e. Bila bentuknya relative memanjang dengan dinding bukit curam disebut
monadnock
5. Kerucut Talus Atau Kipas Aluvial (Talus Cone Or Alluvial Fan)
Karakteristik :
a. Topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (35%)
b. Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok,
tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur
c. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex)
d. Fragmen yang kasar karena beratnya akan mudah meluncur ke bawah dan
terendapkan di bagian bawah talus
6. Lereng Kaki (Foot Slope)
Karakteristik :
a. Area memanjang dan relative sempit terletak di kaki
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga berombak
b. Mempunyai lereng dari landai hingga lembut (nearly flat to gentle)
c. Tanpa hingga sedikit terkikis
d. Terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin)
e. Pada umumnya sering dilewati fragmen batuan hasil pelapukan daerah di
atasnya ayng diangkut oleh tenaga pengankut (air) ke daerah yang lebih
rendah (missal; cekungan)
5. Bentuklahan Asal Gunungapi (Vulkanik)
Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan
magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi
berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan gunungapi
atau vulkanik.
Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 10 macam, yaitu kerucut
vulkanik, lereng vulkanik, kaki vulkanik, dataran vulkanik, padang lava,
padang lahar, dataran antar vulkanik, bukit vulkanik terdenudasi, boka, dan
kerucut parasiter.
6. Bentuklahan Asal Fluvial
Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai
yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi)
membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan
dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun
oleh material sedimen berbutir halus.
7. BENTUKLAHAN ASAL MARIN
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut,
dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas
marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai.
Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi
terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses
abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung
dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan
pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan
muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
8. Bentuklahan Asal Glasial
Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini,
kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk lahan asal
glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang
alam.
9. Bentuk Lahan Asal Organik
Yakni suatu bentukan yang terjadi di dalam lingkungan laut oleh
aktivitas organisme endapan batugamping cangkang dengan struktur tegar
yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada ekosistem bahari
10. Bentuk Lahan Asal Organik
Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan
dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat
disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas
tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan
untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada
maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah
bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari
bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin yang
dapat berubah menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi seperti yang
terdapat pada pantai Marina Semarang, dan bentuk lahan struktural dan
fluvial dapat berubah menjadi waduk serta bentuk lahan struktural dan
denudasional dari bukit yang telah mengalami perubahan bentuk akibat
aktivitas manusia seperti yang terjadi di bukit Ngoro Mojokerto.
Contoh dari bentuk lahan antropogenik berbeda dengan contoh dari
penggunaan lahan. Misalnya sawah dan permukiman, kedua contoh ini
bukan merupakan bentuk lahan antropogenik melainkan termasuk pada
bentuk penggunaan lahan atau landuse karena sawah dan permukiman tidak
merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan permukiman hanya
termasuk upaya pemanfaatan dari permukaaan bentuk lahan. Bisa saja
sawah ada di dataran bentuk lahan aluvial, di lereng gunung, atau bahkan di
gumuk pasir. Begitu juga dengan permukiman juga bisa terdapat di dataran
rendah, dataran tinggi, lembah, maupun kaki lereng, namun keberadaan
sawah dan permukiman tersebut tidak bisa digolongkan dalam bentuk lahan
antropogenik.
Pemanfaatan dan pengusahaan lahan pantai oleh manusia banyak
menimbulkan perubahan fisik bentang lahan yang nyata. Misalnya konstruksi
bangunan pantai yang berbentuk pelabuhan. Pelabuhan adalah sebuah
fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan
memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan
biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan
membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Pelabuhan termasuk lahan
antropogenik karena bentuknya telah merubah bentuk lahan pesisir
sebelumnya.
Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:
Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)
Perlindungan dari angin, ombak, dan petir
Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.
Pembangunan pelabuhan hendaknya memperhatikan aspek lokasi
agar pelabuhan dapat berfungsi secara efektif dan tidak mengancam lahan
sekitar. Misalnya pembangunan pelabuhan Indonesia cabang Pontianak yang
dibangun di tepi sungai yang dapat menyebabkan pendangkalan yang
disebabkan oleh erosi daerah hulu.