Download - Kumpulan Praktikum Kimia JKL
1
PRAKTIKUM I
I. Hari / Tanggal : Jumat, 12 Oktober 2012
II. Lokasi Praktik : Lab. Kimia Dasar JKL
III. Materi Praktik : Pembuatan Reagen
IV. Tujuan
Mahasiswa dapat membuat reagen Na2S2O3, 5H2O, 0,025 N, Indikator
Amylum 1 % , HCL 0,1 N , MnSO4 20 % , pereaksi oksigen, FAS 0,1 N, Aquades
bebas CO2, K2Cr2O7 0,25 N dan H2SO4 Pro COD.
V. Dasar Teori
Reagen atau di kenal juga dengan reaktan merupakan istilah yang sering
digunakan didunia kimia. Reagen memiliki banyak kegunaan dan sebagian besar
melibatkan penyelamatan nyawa aplikasi. Zat atau dua zat mem buat, mengukur
atau membangun keberadaan reaksi kimia dengan bantuan reagen. Pembuatan
larutan dengan berbagai kosentrasi dan pengenceran. Larutan adalah campuran
serba sama antara komponen zat terlarut dan zat pelarut. Hubungan kuartitatif
antara zat terlarut dengan pelarut dalam suatu larutan disebut konsentrasi atau
kepekaan.
Beberapa satuan kosentrasi yang umum antara lain :
a. Persen (%)
Persen adalah hubungan yang menyatakan banyakknya zat terlarut dalam
setiap 100 bagian larutan. satuan (b/v), (b/b), (v/v).
b. Molaritas (M)
Molar atau molaritas adalah system konsentrasi yang menyatakan
banyaknya mol yang terkandung dalam 1 L larutan.
M = =
M =
x
c. Normalitas (N)
Normal atau Normalitas adalah banyaknya ekuivalen yang terlarut yang
terkandung dalam setiap liter larutan.
N =
2
d. Part per Million (ppm)
Ppm merupakan satuan konsentrasi yang sangat encer atau disebut juga
bagian per sejuta.
Ppm =
Ppm =
Larutan dapat dibuat dari zat asalnya yaitu :
a. Padatan
Jumlah zat terlarut (solut) yang di butuhkan = M x V x BM
M = Molaritas larutan (mol/ Liter)
V = Volume larutan (L)
BM = Berat Molekul Zat (gram / mol )
b. Cairan
Jika larutan yang dibuat dari zat asalnya cairan, umumnya senyawa asam,
basa, organic, maka volume zat yang dibutuhkan di tentukan dari persamaan :
V1 . M1 = V2 . M2
Atau
V1 . N1 = V2 . N2
Keterangan :
V1 = Volume awal ; M1 = Molaritas awal ; N1= Normalitas awal
V2 = Volume akhir ; M2= Molaritas akir ; N2 = Normalitas akhir
VI. Alat dan Bahan :
Alat :
a. Labu ukur
b. Gelas ukur
c. Pipet ukur
d. Pipet tetes
e. Botol Reagen
f. Beaker Glass
g. Sendok penyu
h. Neraca Analitik
i. Kompor Listrik
j. Batang pengaduk
3
k. Label
l. Labu Erlenmeyer
Bahan :
No. Nama Bahan Jumlah
1. Na2S2O3.5H2O 6,2 gram
2. Amylum 1 gram
3. NaCl 20 gram
4. HCl 8,3 ml
5. MnSO4 20 gram
6. NaOH 50 gram
7. KI 15 gram
8. Fe(NH4)2(SO4)2 .6H2O 39 gram
9. H2SO4 pekat 120 ml
10. K2Cr2O7 12,25 ml
11. AgSO4 1 gram
12. Aquades 5,2 L
13. Aquades bebas CO2 2,1 L
VII. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Na2S2O3.5H2O 0,025 N
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang Na2S2O3.5H2O sebanyak 6,2 gram menggunakan neraca
analitik.
c. Menakar aquades bebas CO2 sebanyak 100 ml dengan gelas ukur.
d. Melarutkan Na2S2O3.5H2O dengan aquades bebas CO2 pada beker glass
ukuran 100 ml. Mengaduk dengan batang pengaduk hingga homogen.
e. Memasukkan larutan Na2S2O3.5H2O dan aquades bebas CO2 dalam labu
ukur hingga 1,0 dibawah garis tera.
f. Mengocok larutan hingga homogen.
g. Menepatkan larutan hingga garis minikus menggunakan pipet ukur,
kemudian masukkan kedalam botol reagen dan memberinya label.
4
2. Pembuatan Indikator Amylum 1 %
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang amylum seabanyak 1 gram dan NaCl sebanyak 20 gram
menggunakan neraca analitik.
c. Menakar aquades sebanyak 100 ml dengan gelas ukur.
d. Melarutkan amylum dan NaCl dengan aquades pada beker glass ukuran
100 ml.
e. Memanaskan larutan dengan kompor listrik hingga benar-benar larut.
Setelah itu didinginkan.
f. Menyimpan reagen dalam suhu dingin ( dimasukkan kedalam lemari es)
dan diberi label.
5
3. Pembuatan Na2S2O3.5H2O 0,025 N
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang Na2S2O3.5H2O sebanyak 6,2 gram menggunakan neraca
analitik.
c. Menakar aquades bebas CO2 sebanyak 100 ml dengan gelas ukur.
d. Melarutkan Na2S2O3.5H2O dengan aquades bebas CO2 pada beker glass
ukuran 100 ml. Mengaduk dengan batang pengaduk hingga homogen.
e. Memasukkan larutan Na2S2O3.5H2O dan aquades bebas CO2 dalam labu
ukur hingga 1,0 dibawah garis tera.
f. Mengocok larutan hingga homogen.
g. Menepatkan larutan hingga garis minikus menggunakan pipet ukur,
kemudian masukkan kedalam botol reagen dan memberinya label.
4. Pembuatan Indikator Amylum 1 %
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang amylum seabanyak 1 gram dan NaCl sebanyak 20 gram
menggunakan neraca analitik.
c. Menakar aquades sebanyak 100 ml dengan gelas ukur.
d. Melarutkan amylum dan NaCl dengan aquades pada beker glass ukuran
100 ml.
e. Memanaskan larutan dengan kompor listrik hingga benar-benar larut.
Setelah itu didinginkan.
f. Menyimpan reagen dalam suhu dingin ( dimasukkan kedalam lemari es)
dan diberi label.
5. Pembuatan HCl 0,1 N
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Mengambil HCl pekat (37 % dan BJ 1,19 ) dengan gelas ukur sebanyak
8,3 ml.
c. Melarutkan HCl pekat dengan aquades dalm labu ukur sampai volume 1
liter.
d. Mengocok larutan hingga homogen.
e. Memasukkan larutan kedalam botol raegen dan memberinya label
6
6. Pembuatan MnSO4 20 %
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang 20 gram MnSO4.2H2O menggunakan neraca analitik.
c. Mengambil aquades 100 ml dengan menggunakan gelas ukur
d. Melarutkan 20 gram MnSO4.2H2O dengan aquades menggunakan beker
gelas dan diaduk menggunakan sendok pengaduk.
e. Memasukkan larutan kedalam botol reagen dan memberinya label.
7. Pembutan pereaksi oksigen
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang 50 gram NaOH dan 15 gram KI menggunakan neraca analitik.
c. Menyiapkan 100 ml air suling bebas CO2 kedalam gelas ukur dengan
ukuran 100 ml.
d. Melarutkan 50 gram NaOH dan 15 gram KI dengan air suling bebas CO2
dalam beker gelas, kemudian diaduk hingga homogen.
e. Memasukkan 50 gram NaOH dan 15 gram KI kedalam beker gelas ukur
250 ml, kemudian diaduk hingga homogen.
f. Memasukkan larutan pada botol reagen dan memberinya label.
8. Pembuatan FAS 0,1 N
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang 39 gram Fe(NH4)2(SO4)2 .6H2O.
c. Melarutkan Fe (Fe(NH4)2(SO4)2 .6H2O kedalam 100 ml aquades hingga
homogen.
d. Memasukkan larutan kedalam labu ukur lalu menambahkan 20 ml H2SO4
(perlahan melalui dinding ).
e. Menepatkan sampai volume 1 L dengan menambahkan aquades ke dalam
labu ukur hingga 1,0 cm dibawah garis tera.
f. Menepatkan larutan hingga garis minikus menggunakan pipet tetes.
g. Menggojok larutan hingga homogen dan memasukkan larutan ke dalam
botol reagen dan memberinya label.
9. Aquades bebas CO2
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Mengambil 2 L aquades dengan menggunakan gelas ukur.
7
c. Memasukkan aquades kedalam labu erlenmeyer.
d. Mendidihkan 2 L aquades menggunakan kompor listrik dan
menyumbatnya/ menyumbat mulut labu erlenmeyer dengan kapas.
e. Setelah mendidih, menunggu sampai dingin.
f. Menyimpan larutan pada botol reagen dan memberinya label.
10. Pembuatan K2Cr2O7 0,25 N
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang 12,25 gram K2Cr2O7 kemudian dilarutkan dengan aquades 20
ml dalam beker gelas.
c. Mengaduk larutan hingga homogen.
d. Memasukkan larutan ke dalam labu ukur dengan menambahkan aquades
ke dalam labu ukur hingga 1 cm dibawah garis tera.
e. Menempatkan larutan hingga garis minikus menggunakan pipet tetes.
f. Menyimpan larutan yang sudah dipindah kedalam botol reagen dan
memberinya label.
11. Pembuatan H2SO4 pro COD
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang 1 gram AgSO4 dengan neraca analitik.
c. Melarutkan 1 gram AgSO4 kedalam 100 ml H2SO4 pekat.
d. Mengaduk larutan hingga homogen.
e. Memindahkan larutan kedalam botol reagen, memberinya label dan
disimpan.
VIII. Pembahasaan
Na2S2O3.5H2O 0,025 N
Diketahui :
N = 0,025 N
V = 1 L
MR Na2S2O3.5H2O 0,025 N =280
N =
n =
BE =
Di tanya : Massa Na2S2O3.5H2O 0,025 N =..............?
Jawab :
Massa = N x BE x V
8
= 0,025 x
x 1
= 6,2 gram
Indikator Amylum 1 %
Diketahui : Amylum 1 %
V = 100 ml = 0,1 L
Di tanya : Massa Amylum =...............?
Jawab :
% =
1 =
Massa = 1 gram
HCl 0,1 N
Diketahui : HCl 0,1 M , 1 Liter
Berat jenis 1,19
Kepekatan 37 %
Ditanya : HCl yang digunakan=.........?
Jawab :
Kebutuhan HCl 10 gram = N x BE x 1
= 0,1 x 36,5 x 1
= 3,65 gram
Kandungan gram HCl per ml = BJ x %
= 1,19 x 0,37
= 0,44
Volume HCl yang harus diambil =
=
= 8,3 ml
MnSO4 20 %
Diketahui : MnSO4 20 %
V = 100 ml = 0,1 L
Ditanya : Massa MnSO4=.................?
Jawab :
9
% =
20 =
Massa = 20 gram
Pereaksi oksigen
FAS 0,1 N
gram = BE x N x V
Aquades bebas CO2, dihasilkan 2 L aquades bebas CO2
K2Cr2O7 0,25 N
Diketahui : K2Cr2O7 0,25 N
V = 1 Liter
MR = 294
Ditanya : Massa K2Cr2O7=............?
Jawab :
Gram = N x BE x V
= 0,25 x
x 1
= 12,25 gram
H2SO4 Pro COD
= atau
IX. Hasil Percobaan
No Nama Larutan Volume akhir Perubahan warna
1. Na2S2O3.5H2O 0,025 N 1 L Tetap (jernih )
2. Indikator Amylum 1% 100 ml Menjadi keruh
3. HCl 0,1 N 1 L Tetap (jernih )
4. MnSO4 20% 100 ml Jernih menjadi pink
5. Pereaksi Oksigen 100 ml Menjadi agak keruh
6. FAS 0,1 N 1 L Menjadi hijau muda
7. Akuades Bebas CO2 2 L Tetap (jernih )
8. K2Cr2O7 0,25 N 1 L Tetap (orange)
9. H2SO4 Pro COD 100 ml Pekat kental seperti
minyak
10
X. Kesimpulan
1. Dalam tiap mililiter suatu larutan terdapat konsentrasi atau molalitasnya.
2. Bila konsentrasi larutan terlalu besar bisa dilakukan proses pengeceran atau
pencampuran.
3. Sifat suatu larutan tidak tergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya
tergantung pada konsentrasi zat terlarut.
4. Terbentuk reagen Na2S2O3, 5H2O, 0,025 N, Indikator Amylum 1 % , HCl 0,1
N , MnSO4 20 % , pereaksi oksigen, FAS 0,1 N, Aquades bebas CO2,
K2Cr2O7 0,25 N dan H2SO4 Pro COD siap pakai.
11
PRAKTIKUM II
I. Hari/tanggal : Jumat,19 Oktober 2012
II. Lokasi Praktik : Lab.Kimia Dasar JKL
III. Materi Praktik : Standarisasi larutan HCL dengan Na2CO3
IV. Tujuan : Untuk mengetahui konsentrasi suatu zat atau larutan.
V. Dasar Teori
Analisis adalah pemeriksaan atau penentuan suatu bahan dengan
teliti.Analisis dapat dibagi menjadi 2 yaitu analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif.Salah satu cara analisis kuantitatif adalah titimetri yaitu analisis
penentuan konsentrasi dengan mengukur volume larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya dengan volume larutan yang telah diketahui konsentrasinnya
dengan teliti atau analisis yang berdasarkan reaksi kimia.
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinnya sudah diketahui dengan
pasti.Larutan baku biasanya ditempatkan pada alat yang bernama buret yang
sekaliogus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.Larutan baku yang
akan ditentukan konsentrasinya diukur volumenya dengan pipet gondok lalu
dimasukkan pada erlenmeyer.
Reaksinya sebagai berikut :
Na2CO3+HCL NaCL+NaHCO3
Apabila dititrasi denagn ditambahkan warna indikator methyl orange
(yang mempunyai PH 3,1-4,4) dari kuning berubah menjadi orange atau merah.
Gram Na2CO3 = N x BE x V
N Na2CO3 =
N HCL =
F =
VI. Alat dan Bahan
Alat
1. Labu ukur 100 ml
2. Gelas ukur
3. Pipet ukur
12
4. Corong kaca
5. Pengaduk kaca
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Beker Glass
8. Pipet tetes
9. Statif
10. Nereca Analitik
11. Bufer kaca asam/basa
Bahan
1. Akuades
2. Na2CO3
3. HCL 0,1 N
4. Indikator MO
VII. Prosedur Kerja
1. Menghitung massa Na2CO3 yang dibutuhkan untuk membuat larutan standar
Na2CO3 100 ml 0,1 N.
Gram Na2CO3 = N x BE x V
= 0,1x53x0,1
= 0,5300 gram
2. Menimbang dengan teliti Na2CO3 sebanyak 0,5300 gram menggunakan
neraca analitik.Gunakan beker glass sebagai wadah Na2CO3.
3. Larutkan Na2CO3 dengan sedikit akuades dengan diaduk-aduk memakai
batang pengaduk larutan.Dituang kedalam labu ukur 100 ml dengan bantuan
corong kaca dan batang pengaduk.
4. Gelas bekes tersebut dibilas tersebut sudah terbebas Na2CO3.Air bilasan
tersebut dicampur dengan larutan dalam labu ukur.
5. Ditambahkan akuades hingga dibawah tanda tera (kira-kira 1 cm dibawah
tanda tera) lalu digojok bolak-balik. Bagian dalam dinding labu di atas tanda
tera dilap dengan kertas saring.
6. Meniskus cairan ditepatkan pada tanda tera dengan akuades tanpa melalui
labu dengan pipet tetes.
7. Digojok balak-balik dan dicampur hingga benar-benar homogen.
13
8. Diambil larutan tersebut diatas sebanyak 25 ml dengan menggunakan pipet
gondok dan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml.
9. Tambahkan 3 tetes indikator metyl orange (MO).
10. Kemudian tambahkan 25 ml akuades 0,1 N.
11. Sementara itu,siapkan 50 ml larutan HCL masukkan dalam buret asam dan
jepit dengan statif.
12. Lakukan titrasi hingga terjadi perubahan warna dari kuning ke
merah/orange. Beri alas kertas putih dibawah labu erlenmeyer agar
perubahan warna yang terjadi dapat jelas diamati.
13. Catat volume titrasi HCL yang dibutuhkan dalam tabel.
14. Ulangi langkah 8,9,10,11,12,13 dua kali lagi. Hasil volume titrasi dirata-
rata.
VIII. Hasil Pengamatan
Data Titrasi
No. Volume Awal (ml) Volume akhir (ml) Volume Titrasi (ml)
1. 0 24,8 24,8
2. 24,8 49,1 24,3
3. 0 24,4 24,4
Rata-rata 24,5 ml
Massa Na2CO3 hasil penimbangan = 0,5300 gram
1. N Na2CO3 = gram/BE xV
= 0,5300/53 x 0,1
= 0,1000 N
2. N HCL =
=
= 0,1020 N
= 0,1 N
3. F =
=
= 1,020 = 1
14
IX. Pembahasan
Standarisasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi
sebenarnya dari larutan yang dihasilkan.Larutan standar selanjutnya digunakan
dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam basa.Proses titrasi diakhiri
apabila telah mencapai titik ekivalen yaitu titik dimana penambahan sedikit titrasi
akan menyebabkan perubahan pH yang cukup besar.Titik titrasi biasanya ditandai
dengan perubahan warna dan dalam perubahan kali ini terjadi perubahan dari
kuning ke merah/orange.
Dari data tabel diketahui volume HCL yang dibutuhkan untuk titrasi
pertama adalah 24,8 ml, titrasi kedua adalah 24,3 ml dan titrasi yang ketiga adalah
24,4 ml. Rata-rata hasil titrasi adalah 24,5. Dari hasil perhitungan normalitas
Na2CO3 adalah 0,1000 dan normalitas HCL yang ditemukan hasil 0,1020 atau
0,1 .Dari kedua normalitas yang diketahui kita dapat menentukan faktor dengan
membagi normalitas Na2CO3 dengan normalitas HCL dan didapatkan hasil 1,020
atau apabila dibulatkan menjadi 1 .Kemungkinan ada faktor yang menyebabkan
faktor yang kami dapatkan kurang tepat yaitu kurangnya ketelitian dalam
penambahan akuades pada pembuatan larutan Na2CO3.
X. Kesimpulan
1. Standarisasi larutan HCL 0,1 N dengan Na2CO3 hasilnya kurang tepat,tetapi
hasil faktor HCL 0,1 apabila dihitung hasilnya 1 tetapi hasil pembulatan dari
1,020 .
15
PRAKTIKUM III
I. Hari / Tanggal : Selasa, 06 November 2012
II. Lokasi Praktik : Lab. Kimia Dasar JKL
III. Materi Praktik : Pemeriksaan Asiditas Dan Alkanitas
IV. Tujuan : Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan asiditas dan
alkanitas
V. Dasar Teori
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-
,CO2,H2S,asam-asam lemak dan ion-ion logam asam.
Ada 2 cara untuk menentukan asiditas, yaitu :
1. Asiditas total, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir
fenollftalen (pp).
2. Asam mineral bebas, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik
akhir metil orange (mo).
Alkanitas adalah penyangga (buffer) perubahan pH pada air dan indikator
kesuburan yang di ukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas
air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Asiditas
dan alkanitas sangat bergantung pada pH air. Pada percobaan asiditas
alakanitas,jenis titrasi yang digunakan titrasi asam basa.
VI. Alat dan Bahan
Alat
1. Statif
2. Labu erlenmeyer
3. Corong kaca
4. Pipet tetes
5. Buret asam dan Basa
6. Beker gelas
7. Gelas ukur 100 ml
Bahan
1. Indikator MO 0,2 %
2. Indikator PP 1 %
16
3. Larutan NaoH 0,1 N
4. L arutan HCl 0,1 N
5. Air sampel : air kran
VII. Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan Asiditas
a. Menyiapakan alat dan bahan.
b. Mengambil 100 ml air sampel dengan gelas ukur,lalu dimasukan
kedalam labu erlenmeyer. ( pengambilan sampel dilakukan 2 kali).
c. Memberi tanda yang akan diberi m.o atau pp pada labu erlenmeyer. labu
A + m.o dan labu B + pp.
d. Memberi indikator MO sebanyak 3 tetes pada labu A, jika warna
menjadi kuning atau negatif asiditas mo maka tidak dititrasi dan
pemeriksaan dihentikan.
e. Memberi indikator pp sebanyak 3 tetes pada B, Jika warna menjadi tidak
berwarna atau positif asiditas pp maka dititrasi dan pemeriksaan
dilanjutkan.
f. Mentitrasi larutan yang diberi indikator pp dengan NaoH 0,1 N hingga
larutan berwrana pink tipis ( rose tipis ).
g. Melihat volume awal dan mencatatnya sebelum titrasi, melihat dan
mencatat volume akhirnya.
h. Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali.
2. Pemeriksaan Alkalinitas
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Mengambil 100 ml air sampel dengan gelas ukur, lalu dimasukan
kedalam labu erlenmeyer ( pengambilan sampel dilakukan 2 kali ).
c. Memberi tanda yang akan diberi mo atau pp pada labu erlenmeyer, labu
A+ mo dan labu B + pp.
d. Memberi indikator mo sebanyak 3 tetes pada labu A, jika warna menjadi
kuning atau positif alkalinitas mo maka dititrasi dan pemeriksaan
dilanjutkan.
17
e. Memberi indikator pp sebanyak 3 tetes pada labu B, jika warna menjadi
tidak brewarna atau negatif alkalinitas pp maka tidak dititrasi dan
pameriksaan dihentikan.
f. Mentitrasi larutan yang diberi indikator mo dengan HCl 0,1 N hingga
larutan berwarna orange.
g. Melihat volume awal dan mencatatnya sebelum titrasi,melihat dan
mencatat volume akhirnya.
h. Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali.
VIII. Hasil Pengamatan
1. Pemeriksaan asiditas
Hasil titrasi
No. Volume Awal (ml) Volume Akhir (ml) Volume Titrasi (ml)
1. 0 0,8 0,8
2. 0,8 1,5 0,7
3. 1,5 2,4 0,9
Rata – rata 0,8 ml
Diketahui : Volume titrasi rata – rata = 0,8 ml
F NaOH = 1
BM CO2 = 44
Air sempel = 100 ml
Ditanya : Asiditas pp =.......?
Jawab :
Asiditas pp ( sebagai CO2 )
=
× ml titrasi × F NaOH × 0,1 N × BE CO2
= 10 × 0,8× 1× 0,1×
= 35,2 mg/l CO2
Jadi, nilai asiditas pp adalah 35,2 mg/ l sebagai CO2.
18
2. Pemeriksaan Alkalinitas
Hasil titrasi
No. Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume titrasi (ml)
1. 0 2,2 2,2
2. 2,2 4,5 2,3
3. 4,5 6,6 2,1
Rata – rata 2,2 ml
Diketahui : Volume titrasi rata-rata = 2,2 ml
F HCl = 1,020
BM HCO3- = 61
Air sampel = 100 ml
Ditanya : Alkalinitas mo =.....?
Jawab :
Alkalinitas Mo ( sbg HCO3- )
=
× ml titrasi × F HCl × 0,1 N × BE HCO3
-
= 10 × 2,2 × 1,020 × 0,1×
= 136,884 mg/l HCO3-
Jadi, alkalinitas mo adalah 136,884 mg /l sebagai HCl3-
IX. Pembahasan
Pemeriksaan asiditas dalam sampel air, pada saat labu A ditambahkan 3
teters indikator mo warna menjadi kuning atau negatif asiditas mo, maka tidak
dilakukan titrasi dan pemeriksaan dihentikan. Pada labu B ditambahkan 3 tetes
indikator pp warna menjadi tidak berwarna atau positif asiditas pp, maka
dilakukan titrasi dan pemeriksaan dilanjutkan dengan penambahan NaOH 0,1 N
sampai berubah warna menjadi pink atau rose tipis.
Dari data tabel diketahui volume NaOH 0,1 N yang dibutuhkan untuk
titrasi pertama 0,8 ml, titrasi kedua 0,7 ml, dan titrasi ketiga 0.9 ml. Rata – rata
hasil titrasinya adalah 0,8 ml. Dari hasil perhitungan asiditas pp didapatkan hasil
35,2 mg/l sebagai CO2.
19
Pemariksaan alkalinitas dalam sampel air, pada saat labu A ditambahkan 3
tetes indikator mo warna menjadi kuning atau positif alkalinitas mo, maka
dilakukan titrasi dan pemeriksaan dilanjutkan dengan penambahan HCl 0,1 N
sampai berubah warna menjadi orange.
Dari data tabel diketahui volume HCl 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi
pertama 2.2 ml, titrasi kedua 2,3 ml, dan titrasi ketiga 2,1 ml. Rata- rata hasil
titrasinya adalah 2,2 ml.Dari hasil perhitungan alkalinitas mo didapatkan hasil
136,884 mg/l sebagai HCO3-. Pada labu B ditambahkan 3 tetes indikator pp warna
menjadi tidak berwarna atau negatif alkalinitas pp, maka tidak dilakukan titrasi
dan pemeriksaan dihentikan.
X. Kesimpulan
1. Labu A ditambahkan 3 tetes indikator mo warna menjadi kuning atau negatif
asiditas mo, maka tidak dilakukan titrasi dan pemeriksaan dihentikan.
2. Labu B ditambahkan 3 tetes indikator pp warna menjadi tidak berwarna atau
positif asiditas pp, maka dilakukan titrasi dan pemeriksaan dilanjutkan dengan
penambahan NaOH 0,1 N sampai berubah warna menjadi rose tipis.
3. Asiditas MO,nilai asiditas mo adalah 35,2 mg/l sebagai CO2 .
4. Labu A ditambahkan 3 tetes indikator mo warna menjadi kuning atau positif
alkalinitas mo.maka dilakukan titrasi dan pemeriksaan dilanjutakan dengan
penambahan HCl 0,1 N sampai berubah warna menjadi orange.
5. Nilai alkalinitas pp adalah 136,884 mg/l sebagai HCO3- .
6. Labu B ditambahkan 3 tetes indikator pp warna menjadi tidak berwarna atau
negatif alkalinitas pp, maka tidak dilakukan titrasi dan pemeriksaan dihentikan.
20
PRAKTIKUM IV
I. Hari/Tanggal : Selasa, 13 November 2012
II. Lokasi Praktik : Lab. Kimia Dasar JKL
III. Materi Praktik : Pemeriksaan Zat Organik (Angka Permanganat)
IV. Tujuan : Untuk mengetahui kadar zat organik dalam air
V. Dasar Teori
Zat organik adalah zat pada umumnya merupakan bagian dari binatang
atau tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak.
Dasar dari metode ini adalah berdasarkan pengoksidasian zat organik dalam air
oleh KmnO4 dalam suasana asam dan panas. Banyaknya zat organik dalam air
sampel setara dengan KmnO4 yang dibutuhkan untuk pengoksidasian itu. Oleh
karena itu, pemeriksaan zat organik juga disebut Angka Permanganat.
Dalam pemeriksaan, metode ini dapat diganggu oleh zat-zat pereduksi lain
selain zat organik, antara lain : ferro, sulfida, nitrit, dan lain-lain yang mana akan
ikut juga mereduksi KmnO4. Untuk menghindari gangguan tersebut, ion-ion
pengganggu itu dihilangkan dengan penambahan KmnO4 0,01 N sampai merah
muda/rose tipis dalam keadaan dingin dan asam.
Bilangan permanganat adalah mg KmnO4 yang diperlukan untuk
mengoksidasi zat organik yang terkandung di dalam satu liter sampel air dengan
pendidihan selama 10 menit. Penentuan zat organik dengan cara oksidasi dapat
dilakukan dalam suasana asam atau basa.
Metode Asam : Zat organik di dalam sampel dioksidasi oleh KmnO4
berlebih dalam keadaan asam dan panas. Sisa KmnO4 direduksi dengan larutan
asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat ditritasi dengan KmnO4.
Metode Basa : Sampel dididihkan terlebih dahulu dengan NaOH
selanjutnya dioksidasi oleh KmnO4 berlebih. Sisa KmnO4 direduksi oleh asam
oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat ditritasi dengan KmnO4.
Gangguan :
1. Ion sulfida dan nitrit, untuk menghilangkan harus dipanaskan dengan
H2SO4 encer samapai H2S dan nitrit hilang.
21
2. Garam ferro dapat dihilangkan dengan penambahan beberapa tetes KmnO4
sebelum dianalisa sampai larutan tepat merah muda/rose tipis.
3. Bila harus disimpan lebih dari satu hari, lebih baik diasamkan kurang dari
5 (pH < 5).
Kadar Zat Organik :
=
x {[(ml titrasi + 10 ml KMnO4) x F] – (10 ml H2C2O4 X F)} x 0,01 N x BE
KMnO4
= mg/l KMnO4
VI. Alat dan Bahan
Alat
a. Buret asam ( 1 buah )
b. Statif ( 1 buah )
c. Batu didih ( 3 buah )
d. Gelas ukur 100ml ( 1 buah )
e. Pipet volume ( 1 buah )
f. Pipet tetes ( 1 buah )
g. Corong ( 1 buah )
h. Krustang ( 1 buah )
i. Labu erlenmeyer 250ml ( 2 buah )
j. Kompor listrik ( 1 buah )
k. Beaker glass ( 1 buah )
Bahan
a. Akuades
b. H2SO4 4 N BZO
c. KMnO4 0,1 N
d. Air Sampel : Air kran
e. KMnO4 0,01 N
f. Asam Oksalat 0,01 N
VII. Prosedur Kerja
1. Mencuci labu erlenmeyer
a. Menakar akuades dengan gelas ukur 100 ml sebanyak 100 ml, kemudian
tuangkan pada labu erlenmeyer.
22
b. Menambahkan 3 butir batu didih kemudian menambahkan 2,5 ml H2SO4 4
N BZO dengan mengunakan pipet ukur kkemudian dituang pada labu
erlenmeyer. Menambahkan beberapa tetes KMnO4 0,1 N hingga berwarna
rose tipis.
c. Memanaskan labu erlenmeyer sampai mendidih.
d. Membuang air dalam labu erlenmeyer dan membiarkan batu didih tetap di
dalam labu erlenmeyer.
e. Membilas labu erlenmeyer dengan akuades.
2. Pemeriksaan sampel
a. Labu erlenmeyer yang sudah bebas zat organik kemudian diisi air sampel
sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur 100 ml.
b. Menambahkan 5 ml H2SO4 4 N BZO dengan menggunakan rose tipis.
c. Memanaskan sampel dengan kompor listrik sampai mendidih.
d. Mengisi KMnO4 0,01 N pada buret asam, kemudian letakkan pada statif.
e. Setelah mendidih, menambahkan 10,00 KMnO4 0,01 N dengan
menggunakan buret asam sampai berwarna merah. Apabila tidak berwarna
merah berarti kadar zat organik terlalu tinggi maka pemeriksaan diulang
dengan sampel yang telah diencerkan =
.
f. Memanaskan kembali larutan hingga mendidih.
g. Menambahkan 10 ml asam oksalat 0,01 dengan pipet ukur 10 ml kedalam
larutan sampel. Air sampel berubah menjadi jernih (tidak berwarna).
h. Memanaskan kembali larutan hingga mendidih.
i. Menitrasi air sampel (dalam keadaan panas) dengan KMnO4 0,01 N
sampai berubah warna menjadi rose tipis.
j. Mencatat volume sebelum dan sesudah titrasi.
k. Mengulangi 1 dan 2.
VIII. Hasil Percobaan
No. Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume titrasi (ml)
1. 0 22,3 22,3
2. 22,3 41,8 19,5
Rata-rata 20,9 ml
23
Diketahui : Volume titrasi rata-rata = 20,9 ml
Volume air sampel = 100 ml
F KMnO4 = 1
F H2SO4 = 1
BE KMnO4 = 31,6
Volume KMnO4 = 10 ml
Volume H2SO4 = 10 ml
Ditanya : Kadar Zat Organik =.............?
Jawab :
Kadar Zat Organik :
=
x {[(ml titrasi + 10 ml KMnO4) x F] – (10 ml H2C2O4 X F)} x 0,01 N x BE
KMnO4
=
x {[(20,9 + 10) x 1] – (10 X 1)} x 0,01 x 31,6
= 10 x (30,9 – 10) x 0,01 x 31,6
= 10 x 20,9 x 0,01 x 31,6
= 66,044 mg/l KMnO4
Jadi, kadar zat organik sampel adalah 66,044 mg/l KMnO4
IX. Pembahasan
Pada pemeriksaan zat organik, yaitu untuk mengetahui kadar zat
tergantung dalam air. Pemeriksaan zat organik sangat penting karena zat organik
merupakan salah satu parameter kualitas air. Sampel yang digunakan dapat
diambil dari berbagai macam sumber air, seperti air sungai, danau, PDAM, dan
lain-lain. Dalam pemeriksaan kali ini digunakan air kran sebagai sampelnya.
Pemeriksaan ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pembersihan labu
erlenmeyer dan pemeriksaan sampelnya.pembersihan labu erlenmeyer dilakukan
agar labu yang akan digunakan tidak tercemar zat organik. Dengan demikian, data
yang didapat bisa benar-benar akurat.
Tahap pemeriksan labu, digunakan 100 ml akuades yang ditakar dengan
gelas ukur 100 ml. Kemudian ditambahkan 3 butir batu didih, 2,5 ml H2S04 4 N
BZO, dan beberapa tetes KMnO4 0,1 N sampai berwarna rose tipis. Kemudian
dipanaskan pada kompor listrik sampai mendidih. Dalam hal ini, batu didih
berfungsi untuk meratakan panas pada larutan dan mencegah agar larutan tidak
24
melewati titik didihnya. Kemudian membuang larutan tanpa membuang batu
didihnya dan mencuci/membilas labu erlenmeyer dengan mengunakan akuades.
Dengan demikian, tahap pembersihan labu dari zat organik telah selesai dan
dilanjutkan tahap pemeriksaan.
Pemeriksaan zat organik juga menggunakan 100ml air sampel (air kran)
yang ditambahkan 5 ml H2S04 4 N BZO dan beberapa tetes KMnO4 0,01 N hingga
berwarna rose tipis yang permanen. Kemudian, panaskan air sampel hingga
mendidih, tambahkan 10,00 ml KMnO4 0,01 N dengan menggunakan buret asam,
karena merupakan pengukuran yang tepat. Larutan akan berubah warna menjadi
merah. Apabila tidak terjadi perubahan warna, maka diperlukan pengenceran
karena kadar zat organik terlalu tinggi. Setelah itu, dipanaskan lagi hingga
mendidih dan menambahkan 10 ml H2C2O4 0,01 N, maka larutan akan berubah
menjadi bening (tidak berwarna). Memanaskan kembali larutan hingga mendidih.
Dalam kondisi panas, lakukan titrasi dengan KMnO4 0,01 N sebagai titrannya
sampai berubah warna menjadi rose tipis. Catat data titrasi, yaitu volume sebelum
titrasi, volume sesudah titrasi, dan volume titrasi. Percobaan ini dilakukan dua kali
agar didapatkan data yang akurat.
Langkah yang diambil setelah proses titrasi, yaitu menghitung kadar zat
organik dengan rumus sebagai berikut : =
x {[(ml titrasi + 10 ml KMnO4) x
F] – (10 ml H2C2O4 X F)} x 0,01 N x BE KMnO4 (V=volume, F=faktor koreksi.
BE=berat ekuivalen), sehingga didapatkan kadar zat organik dalam sampel air
sebanyak 66,044 mg/l KMnO4.
X. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, di dalam air kran
terkandung zat organik sebanyak 66,044 mg/l sebagai KMnO4.
25
PRAKTIKUM V
I. Hari/Tanggal : Jumat, 23 November 2012
II. Lokasi Praktik : Lab.Kimia Dasar JKL
III. Materi Praktik : Pemeriksaan Kesadahan
IV. Tujuan : Untuk mengetahui kesadahan pada sampel air.
V. Dasar Teori
Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, dimana sabun
ini diendapkan oleh ion-ion Ca2+
dan Mg2+
, karena penyebab dominan/utama
kesadahan adalah Ca2+
dan Mg2+
khususnya Ca2+
, maka arti kesadahan dibatasi
sebagai sifat/karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion
Ca2+
dan Mg2+
, yang dinyatakan sebagai CaCO3.
Kesadahan ada 2 jenis yaitu kesadahan sementara dan kesadahan tetap.
Kesadahan sementara
Kesadahan sementara yang disebabkan oleh adanya garam-garam
bikarbonat seperti Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2. Kesadahan semetara ini dapat atau
mudah dieliminir dengan pemanasan (pendidihan), sehingga terbentuk endapan
Ca(HCO3)2 atau Mg(HCO3)2. Reaksinya adalah :
Ca(HCO3)2 – dipanaskan CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Mg(HCO3)2 – dipanaskan CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3 (endapan)
Kesadahan tetap
Kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat dan
karbonat misalnya CaSO4, MgSO4, CaCl2 dan MgCl2. Kesadahan tetap dapat
dikurangi dengan penambahan larutan soda-kapur (terdiri dari larutan natrium
karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kalium karbonat
(padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam
air,reaksinya adalah :
CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 (padatan/endapan) + 2 NaCl (larut)
CaSO4+ Na2CO3 CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)
MgCl2 + Ca(OH2) Mg (OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)
MgSO4+ Ca(OH2) Mg (OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut)
26
Rumus Kesadahan :
1. Kesadahan Total (CaCO3)
2. Kesadahan Ca
3. Kesadahan Mg
=
sebagai Mg
VI. Alat dan Bahan
Alat
1. Buret asam (1 buah)
2. Statif (1 buah)
3. Gelas ukur 100 ml (1 buah)
4. Labu erlenmeyer (4 buah)
5. Gelas beker (1 buah)
6. Pipet tetes (1 buah)
7. Pipet ukur (1 buah)
8. Corong (1 buah)
9. Sendok penyu (1 buah)
Bahan
1. Air sempel : Air kran
2. Buffer amoniak
3. NaCN/ KCN Kristal
4. Indikator EBT
5. EDTA 0,01 M
6. NaOH 1 N
7. Indikator Murexid
VII. Prosedur Kerja
1. Kesadahan total (CaCO3)
27
a. Menakar akuades dengan gelas ukur 100 ml sebanyak 50 ml, kemudian
tuangkan pada labu erlenmeyer.
b. Menambahkan 2 ml buffer amoniak (kesadahan) menggunakan pipet ukur
kemudian dituang pada labu erlenmeyer.
c. Menambahkan sepucuk sendok NaCN/KCN kristal dan sepucuk sendok
indikator EBT kedalam labu erlenmeyer sehingga larutan menjadi merah.
d. Menitrasi air sampel dengan EDTA 0,01 M dari berwarna merah anggur
merah violet biru.
e. Mencacat volume sebelum dan sesudah titrasi.
f. Mengulangi percobaan sekali lagi.
2. Kesadahan Ca
a. Menakar akuades dengan gelas ukur 100 ml sebanyak 50 ml, kemudian
tuangkan pada labu erlenmeyer.
b. Menambahkan 1 ml NaOH 1 N menggunakan piper ukur kemudian dituang
pada labu erlenmeyer.
c. Menambahkan sepucuk sendok indikator murexid sehingga larutan menjadi
merah.
d. Menitrasi air sampel dengan EDTA 0,01 M dari berwarna merah merah
violet Ungu anggrek.
e. Mencatat volume sebelum dan sesudah titrasi.
f. Mengulangi percobaan sekali lagi.
VIII. Hasil percobaan
1. Kesadahan Total (CaCO3)
Hasil titrasi
No. V.awal (ml) V.akhir (ml) V. titrasi (ml)
1. 0 6,5 6,5
2. 6,5 14 7,5
Rata-rata 7 ml
Diketahui : Volume titrasi rata-rata = 7 ml
Volume air sampel = 50 ml
F.EDTA = 1
28
BM CaCO3 = 100
Ditanya : kesadahan total (CaCO3)=.......?
Jawab :
Kesadahan total (CaCO3)
=
=
= 140 mg/l sebagai CaCO3
2. Kesadahan Ca
Hasil titrasi
No. V.awal (ml) V.akhir (ml) V.titrasi (ml)
1. 14 19 5
2. 19 23,3 4,3
Rata-rata 4,65 ml
Diketahui : Volume titrasi rata-rata = 4,65 ml
Volume air sampel = 50 ml
F.EDTA = 40
BA Ca = 40
Ditanya : Kesadahan Ca=.............?
Jawab :
Kesadahan Ca
=
=
= 37,2 mg/l sebagai Ca
Jadi, kesadahan Ca air sampel adalah 37,5 mg/l sebagai Ca.
3. Kesadahan Mg
Diketahui : Volume titrasi rata-rata kesadahan total = 7 ml
Volume titrasi rata-rata kesadahan Ca = 4,65 ml
F.EDTA = 1
BA Mg = 24,3
Ditanya : Kesadahan Mg=.......?
29
Jawab :
Kesadahan Mg
=
=
Jadi, Kesdahan Mg air sampel adalah 11,421 mg/l sebagai Mg.
IX. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kesadahan air yang telah dilakukan
diperoleh hasil kesadahan total 140 mg/l sebagai CaCO3, kesadahan Ca 37,2 mg/l
sebagai Ca dan kesadahan Mg 11.421 mg/l sebagai Mg. Hal tersebut berarti
kesadahannya sangat rendah dan bisa dikonsumsi. Kesadahan dibawah 250 ppm
masih dapat di terima tetapi apabila kesadahan mencapai 500 ppm atau diatas 500
ppm tidak dapat di konsumsi lagi. Kesadahan juga berperan penting di dalam
kehidupan makhluk hidup, seperti pada tumbuhan kesadahan mempengaruhi
kesuburan. Jika kesadahannya berlebih justru akan berakibat fatal karena didalam
air sadah terdapat kalsium,magnesium dan beberapa mineral lain yang
mempunyai peran penting bagi manusia.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kesadahan air yang telah dilakukan diperoleh
hasil:
a. Kesadahan total 140 mg/l sebagai CaCO3
b. Kesadahan Ca 37,2 mg/l sebagai Ca
c. Kesadahan Mg 11.421 mg/l sebagai Mg
Air sampel tersebut masih layak digunakan dalam kebutuhan sehari-hari
sebab kadar kesadahannya masih dibawah ambang batas normal.
30
PRAKTIKUM VI
I. Hari / Tanggal : Jumat, 30 November 2012
II. Lokasi Praktik : Lab. Kimia Dasar JKL
III. Materi Praktik : Pemeriksaan COD
IV. Tujuan :
Menghitung atau Mengukur Kadar COD yang terdapat dalam sampel.
V. Dasar Teori
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK)
adalah jumlah oksigen (MgO2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organik yang ada dalam 1 liter sampel air. Dimana pengoksidasi K2CrO7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) (Alaerts dkk.1984).
Tes COD sangat luas digunakan sebagai alat pengukuran kekuatan organik
buangan domesik dan industri. Tes ini mengukur kandungan organik sebagai
jumlah total oksigen yang diperlukan untuk oksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dan air (Sawyer.1978)
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemar air oleh zat-zat organis
yang secara ilmiah dapat dioksidasiakan melalui proses mikrobiologis, dan
mengakibatakan berkuranganya oksigen terlarut di dalam air. Analisa COD
berdeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD dengan
angka BOD dapat ditentukan. Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan
maupun air permukaan dapat dioksidasi melalui tes COD atau BOD ( Alaerts dkk.
1984).
Rumus yang digunakan dalam menentukan kadar COD adalah sebagai berikut :
Kadar COD
=
× ( ml titrasi blanko – ml titrasi sampel ) × F.fas × 0,1 × BE O2
= mg/l O2
VI. Alat dan Bahan
Alat
1. Buret asam
2. Statif
3. Labu erlenmeyer 100 ml ( 2 buah)
31
4. Beker glass ( 2 buah )
5. Corong (1 buah)
6. Pipet volume 1,00 ml ( 1 buah )
7. Tabung reaksi tutup ulir ( 2 buah )
8. Reaktor COD
9. Sendok penyu
10. Pipet ukur 10 ml
Bahan
1. Sampel limbah
2. Akuadest
3. H2SO4 pro COD
4. K2Cr2 O7 0,25 N
5. Indikator feroin
6. FAS 0,1 N
VII. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, cuci alat-alat yang terbuat
dari kaca dengan akuadest hingga bersih.
2. Menyiapakan dua tabung reaksi tutup ulir, memberi tanda “ blanko” pada
tabung yang satu dan tanda “ sampel “ pada tabung yang lain.
3. Pada tabung blanko ( BL) tambahkan 2 ml akuadest dan 3 ml H2SO4 pro
COD dengan pipet ukur 10 ml. Tambahkan 1,00 ml K2Cr2 O7 dengan pipet
volume dan sepucuk sendok HgS04 kristal. Gojok hingga tercampur
homogen.
4. Pada tabung sampel atau SP tambahkan 2 ml sampel dan 3 ml H2SO4 pro
COD dengan piprt ukur 10 ml. Tambahkan 1,00 ml K2Cr2 O7 dengan pipet
volume dan sepucuk sendok HgSO4 kristal. Gojok hingga tercampur
homogen.
5. Memasukan BL dan SP kedalam reaktor COD. Memanaskan tabung BL dan
SP selama 2 jam pada suhu 150 ºC.
6. Menyiapkan 2 labu erlenmeyer bertanda “ blanko” pada labu yang satu dan
tanda “ sampel” pada labu yang lain.
7. Menyiapkan titran FAS 0,1 N kedalam buret asam 50 ml.
32
8. Mendinginkan tabung “ sampel” dan “ blanko” hingga benar-benar dingin
kemudian pindahkan ke labu erlenmeyer sesuai tandanya. Bilas masing-
masing tabung dengan 10 ml akuadest, kemudian isikan pada masing-masing
labu.
9. Menambahkan 1-3 tetes indikator feroin pada masing-masing labu.
10. Melakukan titrasi dengan titrasi FAS 0,1 N. Perubahan warna dari kuning
menjadi hijau / biru kemudian menjadi coklat / merah bata.
11. Mencatat volume awal, volume akhir, dan volume titrasi.
12. Melakukan perhitungan untuk menentukan kadar COD.
Kadar COD
=
× ( ml titrasi blanko – ml titrasi sampel ) × F.fas × 0,1 × BE O2
= mg/l O2
13. Mencuci alat-alat yang digunakan dan kembalikan pada tempatnya.
VIII. Hasil Percobaan
Hasil titrasi “ Blanko” dan “ Sampel” dengan titran FAS 0.1 N.
No. Kode Volume awal (ml) Volume akhir (ml) Volume titrasi (ml)
1. Sampel 0 3 3
2. Blanko 3 6,5 3,5
Diketahui : Volume titrasi blanko (BL) = 3,5 ml
Volume titrasi sampel (BL) = 3 ml
F.FAS = 1
BE O2 = 8
Ditanya : Kadar COD =………..?
Jawab :
Kadar COD
= Kadar COD
=
× ( ml titrasi blanko – ml titrasi sampel ) × F.fas × 0,1 × BE O2
= 500 × ( 3.,5 ml -3 ml ) ×1×0,1×8
=500 × 0,5 × 1 × 0,1 × 8
= 200 ml/l O2
33
Jadi, kadar COD sampel air limbah sebanyak 200 mg /l O2.
IX. Pembahasan
Menyerap oksigen terlarut ( DO) dalam air yang digunakan untuk
keperluan oksidasi dan mengubahnya manjadi bentuk senyawa lain. Dengan
tingginya kadar bahan kimia yang menyerap oksigen terlarut dalm air dapat
menyebabkan biota-biota yang hidup dalam air seperti ikan dan hewan lainya
maenagalami kekurangan oksigen, yang akan berakibat menurunkan daya hidup
biota tersebut. Kadar pencemaran itu karena adanya banyak laimbah organik dan
anorganik yang dibuang keperairan.
Hasil dari pemeriksaan COD yang dilakukan paraktikan, hasil yang
diperoleh adalah 200 mg/l O2. Jika ditinjau kembali dengan merujuk pada
kepmen LH No. KEP-03/ MENKLH/ 11/ 1991 tentang baku mutu limbah cair
golongan 3 COD yaitu 300 mg /l O2, dari hasil pengujian ini dapat diketahui
bahwa sampel limbah masih aman bagi mikroorganisme yang hidup di dalam air
karena tidak melebihi nilai ambang batas.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kadar COD adalah 200 mg/l O2.
Menurut kepmen LH NO. KEP-03/MENKLH/11/1991 sampel limbah tersebut
masih aman bagi mikroorganisme byang hidup didalam air karena tidak melebihi
nilai ambang batas yang telah ditentukan yaitu 300 mg/l O2.
34
PRAKTIKUM VII
I. Hari/Tanggal : Jum’at, 07 Desember 2012
II. Lokasi Praktik : Laboratorium Kimia Dasar JKL
III. Materi Praktik : Pemeriksaan DO
IV. Tujuan : Untuk mengetahui kadar DO dalam air.
V. Dasar Teori
Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen terlarut adalah jumlah oksigen
terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau
udara. Oksigen terlarut disuatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh makhluk hidup di dalam air. Untuk mengetahui
kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa
parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak DO (Dissolved
Oxygen) maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu
rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Akibat degradasi anaerobik
yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam presentase saturasi.
Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolism atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan . Di samping itu , oksigen juga dibutuhkan
untuk okssidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Pengukuran DO bertujuan untuk melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air. Seperti ikan dan mikrooganisme. Selain itu, kemampuan air
untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam
air. Rumus yang digunakan dalam menentukan kadar DO adalah sebagai berikut :
Kadar DO =
x ml titrasi x 0,025 N x x BE O2
= ……………………………….. mg/l O2
VI. Alat dan Bahan :
Alat :
1. Botol O2 (2 buah)
2. Gelas ukur 500 ml (1 buah )
3. Labu Erlenmeyer 500 ml ( 2 buah )
4. Buret basa 50 ml (1 buah)
35
5. Statif (1 buah)
6. Corong (1 buah )
7. Beaker glass (1 buah )
8. Mikropipet (1 buah )
Bahan :
1. Air kran
2. Air sampel = limbah rumah tangga
3. Reagen O2
4. MnSO4 20 %
5. H2SO4 pekat
6. Na2S2O3 0,025 N
7. Indikator amylum 1 %
VII. Prosedur Kerja :
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan dan mencuci alat-alat yang terbuat dari
kaca dengan aquades hingga bersih.
2. Mengukur volume botol O2 (tanpa aerasi) dengan mengisi botol O2 dengan air
kran sampai penuh, kemudian menuangkan pada gelas ukur 500 ml . mencatat
volume botol O2 yang digunakan.
3. Mengisi botol O2 yang telah diketahui volumenya dengan air sampel hingga
penuh kemudian ditutup.
4. Menambahkan reagen O2 sebanyak 2 ml dan MnSO4 20 % sebanyak 2 ml
dengan menggunakan pipet ukur kemudian digojok.
5. Mengamati endapan yang terbentuk. Jika timbul endapan putih (O2 = nol ).
Maka pemeriksaan dihentikan. Jika timbul endapan coklat maka pemeriksaan
dilanjutkan.
6. Menunggu hingga mengendap kemudian menambahkan H2SO4 pekat
sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet ukur kemudian digojok sampai
endapan larut.
7. Mengambil larutan tersebut sebanyak 200 ml + x ml kemudian dimasukkan
kedalam labu Erlenmeyer 500 ml.
Koreksi volume yang tumpah :
36
X ml =
= X ml
8. Mengisi buret basa dan titrasi 0,025 N hinga warna kuning turun
(pudar) satu tingkat dari sebelumnya.
9. Melanjutkan titrasi hingga warna biru tetap hilang.
10. Mencatat volume awal, volume akhir, dan volume titrasi.
11. Mengulangi langkah 2-10.
12. Menhitung kadar DO
Kadar DO =
x ml titrasi x 0,025 N x x BE O2
= ……………………………….. mg/l O2
13. Mencuci dan mengembalikan alat – alat yang telah digunakan.
VIII. Hasil Percobaan
Volume botol O 1 dan 2 = 300 ml
Menghitung X ml yang tumpah :
=
=
= 200 (1,0135 – 1)
= 2,7 ml
Hasil titrasi sampel dengan titrasi Na2S2O3 0,025 N
No. V. awal (ml) V. akhir (ml) V . titrasi (ml)
1. 0 5,1 5,1
2. 0 5 5
Rata-rata 5,05 ml
Diketahui : volume rata-rata titrasi = 5,05 ml
F = 1
BE O2 = 8
Ditanya : kadar DO = .............?
37
Jawab :
Kadar DO =
x ml titrasi x 0,025 N x F x BE O2
=
x 5,05 x 0,025 x 1 x 8
= 5,05 mg/l O2
Jadi kadar DO air sampel adalah 5,05
O2
Jika F = 1 maka kadar DO = ml titrasi
IX. Pembahasan
Pada pemeriksaan Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen terlarut dalam
suatu perairan bertujuan untuk mengetahui kandungan oksigen yang ada dalam
perairan tersebut. Sampel yang digunakan dapat diambil dari berbagai air atau air-
air olahan. Pada pemeriksaan kali ini sampel yang digunakan adalah air limbah
rumah tangga.
Hasil dari pemeriksaan DO yang dilakukan praktikan, hasil yang
diperoleh adalah 5,05
O2 maka kualitas air sampel bisa dikatakan baik bila
dibandingkan dengan permenkes 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air karena kadar DO diatas kadar minimal yang ditentukan
yaitu 4,0
O2
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh kadar DO
adalah 5,05
O2 . Menurut permenkes 416 tahun 1990 air sampel dikatakan
baik karena kadar DO diatas kadar minimal yang ditentukan yaitu 4,0
O2 .
38
PRAKTIKUM VIII
I. Hari / Tanggal : Jumat, 14 Desember 2012
II. Lokasi Pratik : Lab. Kimia Dasar JKL
III. Materi Pratik : Pemeriksaan BOD
IV. Tujuan : Untuk Mengetahui Kadar BOD dalam Limbah Cair
V. Dasar Teori :
Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukan jumlah oksigen dalam
satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-
bahan organik yang terdapat di dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri.
Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari
dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian
ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut.
Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya sianida,
tembaga, dan sebagianya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang diinginkan.
Berkuranganya oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain
digunakan untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel
serta oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu, uji BOD ini tidak dapat
digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya
terdapat dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen
yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organik tersebut. Semakin banyak
oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan
organik di dalamnya.
Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui dengan
menginkubasi sampel air pada suhu 20ºC selama 5 hari. Untuk memecahkan
bahan–bahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20ºC sebenarnya
dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk praktisnya diambil waktu 5 hari
sebagai standart. Inkubasi selama 5 hari tersebut hanya dapat mengukur kira-kira
68 persen dari total BOD. Pengujian BOD menggunakan metode Winkler- Alkali
iodida azida, adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur
berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol
39
tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar. Dalam metode
Winkler digunkan larutan pengencer MgS04, FeCl3, CaCl dan buffer amoniak.
Kemudian dilarutakan dengan metode alkali iodida yaitu dengan cara titrasi
dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnS04, H2S04, dan
alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator
amylum. Rumus yang digunakan dalam menentukan kadar BOD adalah sebagiai
berikut :
BOD AC = ( DO segera AC – DO 5.20 )
BOD AP = ( DO segera Ap – DO 5.20 )
BOD sampel = ( BOD AC – BOD AP ) × P
= ...... mg/l O2
VI. Alat dan Bahan
Alat :
a. Inkubator BOD (1 buah)
b. Botol O2 (4 buah)
c. Gelas ukur 1 liter (1 buah)
d. Labu erlenmeyer (4 buah)
e. Buret basa (1 buah)
f. Statif (1 buah)
g. Corong (1 buah)
h. Beaker glass (1 buah)
i. Pipet ukur 10 ml (1 buah)
j. Mikropipet (1 buah)
k. Pro pipet (1 buah)
Bahan :
a. Air kran
b. Air sampel : limbah cair
c. Reagen O2
d. MnSO4 20 %
e. H2SO4 pekat
f. Na2S2O3 0,025 N
g. Indikator amylum 1%
40
h. Air pengencer
Terdiri dari akuadest, CaCl2 2,25%, MgSO4 1,15%, FeCl3 0,5%, dan buffer
amoniak.
VII. Prosedur Kerja
1. Melakukan pemeriksaan DO segera.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan DO, dilakukan pengenceran dengan tingkat
pengenceran sebagai berikut :
Kadar DO Segera Tingkat Pengenceran
Lebih dari 8,0 Tanpa pengenceran
6,0 - 8,0 2 – 5 kali
5,0 - 6,0 5 – 10 kali
3,0 - 5,0 10 – 15 kali
1,0 - 3,0 15 – 20 kali
0,1 - 0,3 20 - 25 kali
0,0 - 0,1 25, 30, 50, 100 kali
Pengenceran =
x 700 ml
=..... ml
3. a. Setelah melakukan pengenceran kemudian memindahakan dalam 2 botol
O2 yang telah diketahui volumenya. Memberi kode AC1 (diperiksa segera )
dan AC2 ( dieramkan pada suhu 200C selama 5 hari di inkubator BOD).
b. Memasukan air pengencer yang terdiri dari 1 liter akuades, 1 ml CaCl2
2,35%, 1 ml MgSO4 1,5%, 1 ml FeCl3 0,5% dan 1 ml buffer amoniak ke
dalam 2 botol O2 yang sudah diketahui volumenya. Memberi kode AP1 (
diperiksa segera) dan AP2 ( dieramkan pada suhu 200C selama 5 hari di
inkubator BOD).
Pemeriksaan DO AC1 dan AP1
a. Menambahkan reagen O2 sebanyak 2 ml dan MnSO4 20% sebanyak 2 ml
dengan menggunakan pipet ukur kemudian digojok.
41
b. Mengamati endapan yang terbentuk. Jika timbul endapan putih ( O2= 0 )
maka pemeriksaan dihentikan. Jika timbul endapan coklat maka pemeriksaan
dilanjutkan.
c. Menunggu hingga mengendap kemudian ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak
2 ml dengan menggunakan pipet ukur kemudian digojok sampai endapan
larut.
d. Mengambil larutan tersebut sebanyak 200 ml + X ml kemudian dimasukkan
ke dalam labu erlenmeyer 500 ml.
Koreksi volume yang tumpah :
X ml = 200 [(
= ml
e. Mengisi buret basa dengan titran Na2S2O3 0,025 N sebanyak 50 ml.
f. Mentitrasi larutan dengan Na2S2O3 0,025 N hingga warna kuning turun
(pudar) satu tingkat dari sebelumnya.
g. Menambahkan indikator amylum sebanyak 1 ml dengan menggunakan
mikropipet. Mengojok hingga homogen dan larutan berubah warna menjadi
biru tua (hampir hitam).
h. Melanjutkan titrasi hingga warna biru tepat hilang.
i. Mencatat volume awal , volume akhir, dan volume titrasi.
j. Menghitung kadar DO ACI dan AP1.
Kadar DO =
x ml titrasi x 0,025N x F x BE O2
Pemeriksaan DO AC2 dan AP2
a. Menambahkan reagen O2 sebanyak 2 ml dan MnSO4 20% sebanyak 2 ml
dengan menggunakan pipet ukur kemudian digojok.
b. Mengamati endapan yang terbentuk. Jika timbul endapan putih ( O2 = 0 )
maka pemeriksaan dihentikan. Jika timbul endapan coklat maka pemeriksaan
dilanjutkan.
c. Menuggu hingga mengendap kemudian ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak
2 ml dengan menggunakan pipet ukur kemudian digojok samapi endapan
larut.
d. Mengambil larutan tersebut sebanyak 200 ml + X ml kemudian dimasukan
kedalam labu erlenmeyer 500 ml.
42
Koreksi volume yang tumpah :
X ml = 200 [(
=..... ml
e. Mengisi buret basa dengan titran Na2S2O3 0,025 N sebanyak 50 ml.
f. Mentitrasi larutan dengan Na2S2O3 0,025 N hingga warna kuning turun
(pudar) satu tingkat dari sebelumnya.
g. Menambahkan indikator amylum sebanyak 1 ml dengan menggunakan
mikropipet. Mengojok hingga homogen dan larutan berubah warna menjadi
biru tua (hampir hitam).
h. Melnjutakan titrasi hingga warna biru tepat hilang
i. Mencatat volume awal , volume akhir, dan volume titrasi.
j. Menghitung kadar DO ACI DAN AP1.
Kadar DO =
x ml titrasi x 0,025N x F x BE O2
=.....mg/l O2
VIII. Hasil Percobaan
Menghitung Volume botol O2 yang tumpah :
1. Botol O2 AC1
Volume botol O2 = 280 ml.
Koreksi volume yang tumpah :
X ml = 200 [(
= 200 [(
= 200 [(
= 200 (1,0144 – 1)
= 200 (0,0144)
= 2,88 ml
= 2,9 ml
2. Botol O2 AC2
Volume botol O2 = 300 ml.
Koreksi volume yang tumpah :
X ml = 200 [(
43
= 200 [(
= 200 [(
= 200 (1,0135 – 1)
= 200 (0,0135)
= 2,7 ml
3. Botol O2 AP1
Volume botol O2 = 290 ml.
Koreksi volume yang tumpah :
X ml = 200 [(
= 200 [(
= 200 [(
= 200 (1,0139 – 1)
= 200 (0,0139)
= 2,78 ml
= 2,8 ml
4. Botol O2 AP2
Volume botol O2 = 300 ml.
Koreksi volume yang tumpah :
X ml = 200 [(
= 200 [(
= 200 [(
= 200 (1,0126 – 1)
= 200 (0,0126)
= 2,5 ml
Kadar DO segera = 5,05 mg/l O2
Dilakukan pengenceran = 5 kali karena kadar DO segera 5,05 mg/l O2.
Pengenceran =
x 700 ml
=
x 700 ml
= 140 ml sampel
44
Kemudian ditambahkan air pengencer sampai volume 700 ml.
Hasil Titrasi Sampel dengan Na2S203 0,025 N
No. Kode Botol O2 V. Awal (ml) V. Akhir (ml) V. Titrasi (ml) Kadar DO
1. AC1 0 6,5 6,5 6,5 mg/l O2
2. AC2 0 7,2 7,2 7,2 mg/l O2
3. AP1 6,5 13,8 7.3 7,3 mg/l O2
4. AP2 7,2 13,5 6.3 6,3 mg/l O2
1) Kadar DO AC1
Kadar DOAC1 =
x ml titrasi x 0.025 N x F x BE O2
= 5 x 6,5 x 0,025 N x 1 x 8
= 6,5 mg/l O2
Jadi, kadar DO AC1 air sampel adalah 6,5 mg/l O2.
2) Kadar DO AC2 (AC eram)
Kadar DOAC2 =
x ml titrasi x 0,025 N x F x BE O2
= 5 x 7,2 x 0,025 N x 1 x 8
= 7,2 mg/l O2
Jadi kadar DO AC2 air sampel adalah 7,2 mg/l O2.
3) Kadar DO AP1
Kadar DOAP1 =
x ml titrasi x 0.025N x F x BE O2
= 5 x 7,3 x 0,025 N x 1 x 8
= 7,3 mg/l O2
Jadi, kadar DO AP1 air sampel adalah 7,3 mg/l O2.
4) Kadar DO AP2 (AP eram)
Kadar DOAP2 =
x ml titrasi x 0.025N x F x BE O2
= 5 x 6,3 x 0,025 N x 1 x 8
= 6,3 mg/l O2
Jadi, kadar DO AP2 air sampel adalah 6,3 mg/l O2.
BODAC = (DO segera AC – DO5.20)
= AC1 – AC2
= 6,5 – 7,2
45
= – 0,7 mg/l O2
Jadi, kadar BODAC air campuran adalah -0,7 mg/l O2.
BODAP = ( DO segera AP – DO 5.20 )
= AP1 – AP2
= 7,3 – 6,3
= 1,0 mg/l O2
Jadi kadar BODAP air pengencer adalah 1,0 mg/l O2.
BOD sampel = ( BODAC – BODAP ) x P
= [ (– 0,7) – (1,0) ] x 5
= – 8,5 mg/l O2
Jadi, BOD sample air limbah cair adalah – 8,5 mg/l O2.
IX. Pembahasan
Saat melakukan praktikum, kadar DO yang diperoleh adalah 5,05 mg/l O2.
Untuk itu perlu dilakukan pengenceran sebanyak 5 kali. Dari pengenceran tersebut
dibutuhkan sampel sebanyak 140 ml, kemudian ditambahkan air pengencer
sampai volumenya 700 ml. Campuran (AC2) dan air pengencer (AP2) dieramkan
di dalam inkubator BOD selama 5 hari dengan suhu 200C.
Dari hasil percobaan didapatkan BOD sampel adalah – 8,5 mg/l O2.
Kesalahan yang mungkin terjadi karena salah dalam mengambil volume sampel,
kurang teliti dalam membaca volume dari larutan yang akan dimasukan ke dalam
sampel, kurang teliti dalam membaca volume dari larutan yang akan dimasukan
kedalam sampel, kurang teliti Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi sehingga
volume yang tercatat bisa berlebihan dari yang seharusnya.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh kadar BOD
sampel air limbah cair adalah – 8,5 mg/lO2.
46
PRAKTIKUM IX
I. Hari/Tanggal : Jum’at, 21 Desember 2012
II. Lokasi Praktik : Lab. Kimia Dasar JKL
III. Materi Praktik : Pemeriksaan TDS dan TSS
IV. Tujuan : Untuk mengetahui jumlah residu terlarut dan tersuspensi
dalam limbah cair.
V. Dasar Teori
Total padatan (total solids) adalah semua bahan yang terdapat dalam
contoh air setelah dipanaskan pada suhu 103o – 105
oC selama tidak kurang dari 1
jam. Bahan ini tertinggal sebagai residu melalui proses evaporasi. Total solid pada
air terdiri dari total padatan terlarut (Total Dissolved Solids) dan total zat padat
tersuspensi (Total Suspended Solids).
Total padatan terlarut (TDS) adalah semua bahan dalam contoh air yang
lolos melalui membran yang berpori dan dipanaskan 180oC selama 1 jam. Total
Dissolved Solids yang terkandung di dalam air biasanya berkisar antara 20 sampai
1000
. Tidak seperti pengukuran total solids yang dikeringkan dengan suhu
103o sampai 105
oC, analisa total dissolved solids menggunakan suhu 180
oC agar
air yang tersumbat dapat dihilangkan secara mekanis. Sumber utama untuk TDS
dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan industri.
Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan
klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari
ribuan molekul. Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan dan
pelarutan batu dan tanah.
Total zat padat tersuspensi (TSS) adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimum 2,0 µm atau lebih besar
dari ukuran partikel koloid. Total Suspended Solids dapat berupa komponen hidup
(biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati
(abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan
berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik disuatu perairan.
47
Rumus yang digunakan dalam menentukan kadar TSS adalah sebagai berikut:
TSS =
=
Rumus yang digunakan dalam menentukan kadar TDS adalah sebagai
berikut:
TDS =
=
Keterangan :
KS = Kertas Saring
GK = Gelas Kimia
VI. Alat dan Bahan
Alat
a. Neraca analitik : 1 buah
b. Cawan petri : 1 buah
c. Kompor listrik : 1 buah
d. Krustang : 1 buah
e. Corong kaca : 1 buah
f. Pinset : 1 buah
g. Gelas ukur 100 ml : 1 buah
h. Labu erlenmeyer : 1 buah
i. Oven : 1 buah
j. Desikator : 1 buah
k. Kertas saring : 1 buah
Bahan
a. Air sampel (limbah cair)
b. Akuades
VII. Prosedur Kerja
1. Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memasukkan labu erlenmeyer dan kertas saring ke dalam oven selama 1 jam
dengan suhu 105oC.
48
3. Setelah di oven, memindahkan labu erlenmeyer dan kertas saring ke dalam
desikator selama 15 menit.
4. Menimbang massa labu erlenmeyer dan kertas saring dengan neraca analitik
hingga ketelitian 4 digit di belakang koma.
5. Mengambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur 100 ml.
6. Mengambil kertas saring yang sudah diketahui beratnya dengan pinset
kemudian diletakkan pada corong.
7. Menyaring air sampel ke dalam labu erlenmeyer melalui kertas saring dalam
corong.
8. Memasukkan 5 ml akuades ke dalam gelas ukur kemudian menuangkan
kembali ke dalam labu erlenmeyer melalui corong dengan kertas saring.
9. Meletakkan kertas saring ke dalam cawan petri kemudian dioven selama 1
jam dengan suhu 105oC.
10. Setelah dioven, memindahkan kertas saring ke dalam desikator selama 15
menit.
11. Menimbang massa cawan petri yang berisi kertas saring dengan neraca
analitik.
12. Memanaskan air yang tersaring pada kompor listrik hingga tersisa 5 ml
sebagai filtrat.
13. Memasukkan labu erlenmeyer ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu
105oC.
14. Setelah dioven, memindahkan labu erlenmeyer ke dalam desikator selama 15
menit.
15. Menimbang massa labu erlenmeyer dengan neraca analitik.
16. Menghitung TSS dan TDS.
Rumus :
TSS =
=
TDS =
=
Keterangan :
49
KS = Kertas Saring
LE = Labu Erlenmeyer
VIII. Hasil Percobaan
Data Penimbangan
No. Perlakuan Berat Awal (gram) Berat Akhir (gram)
1. Labu Erlenmeyer (LE) 73,5267 73,6326
2. Kertas Saring (KS) 0,2874 0,2944
Kadar TDS
=
=
= 10 x [0,1059] x 1000
= 1059
Kadar TSS
=
=
= 10 x [0,007] x 1000
= 70
IX. Pembahasan
Pemeriksaan TDS dan TSS merupakan pemeriksaam untuk mengetahui
adanya zat-zat yang terlarut dan tersuspensi di dalam air, baik air bersih maupun
air limbah. Percobaan ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena menuntut
untuk tetap steril, baik alat maupun bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
Dalam pemeriksaan TSS dan TDS ini, pengovenan bertujuan untuk
menghilangkan kelembaban. Kertas saring dibilas dengan aquadest untuk
mengurangi filtrat yang tertinggal pada kertas saring. Pengambilan kertas saring
saring atau labu erlenmeyer dari oven tidak boleh dengan tangan langsung, karena
dapat mempengaruhi beratnya. Sebaiknya menggunakan pinset untuk mengambil
kertas saring dan menggunakan krustang untuk mengambil labu erlenmeyer.
50
Dari percobaan didapatkan kadar TDS dari air limbah cair sebesar 1059
, sedangakan kadar TSS dalam air limbah cair sebesar 70
.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh kadar TDS
limbah cair sebanyak 1059
yang melebihi dari kadar maksimumnya yaitu
1000 sesuai Kepmenkes RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002. Kadar TSS
limbah cair sebanyak 70
.
51
PRAKTIKUM X
I. Hari/Tanggal : Jumat, 21 Desember 2012
II. Lokasi Praktik : Lab.Kimia Dasar JKL
III. Materi Praktik : Pemeriksaan Clor,DSC dan kebutuhan kaporit.
IV. Tujuan : Untuk mengetahui kebutuhan klor dalam sampel air.
V. Dasar Teori
Pemeriksaan clor : Pemeriksaan metode ini untuk menentukan kadar klor
dalam air yang mendasarkan pemeriksaannya atas reaksi CL2 dengan
orthotoluidin dalam suasana asam kuat membentuk haloquinon yang berwarna
kuning.Warna kuning ini kemudian dibandingkan dengan standar warna dalam
komparator.Klor dalam keadaan bebas dalam air hanya membutuhkan waktu
kontak dengan orthotoluidin kurang lebih 1 menit,sedangkan Cl2 dalam keadaan
terikat membutuhkan waktu sampai 10 menit.
Pemeriksaan daya sergap klor (DSC) : Penambahan klorin pada air
bertujuan untuk menjaga supaya syarat-syarat bakteriologis terpenuhi atau untuk
memperkirakan keadaan fisik,kimia,rasa dan bau air tersebut.Metode pemeriksaan
ini sesuai untuk tujuan penentuan jumlah klorin yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sisa klor (klorin residual) yang cukup pada sumber air yang
memenuhi persyaratan.Syarat bakteriologis pada umumnya terjamin dengan
adanya sedikit kelebihan klorin.Jikia larutan dosis klorin atau bahan lain untuk
klorinasi belum distandarisasi maka hasil tes hanyalah suatu perkiraan.Untuk itu
jika diinginkan data-data yang lebih dipercaya hendaklah bahan untuk klorinasi
itu (misalnya : kaporit) dibakukan atau dicari kadar klor yang sebenarnya.
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya sergap chlor :
DSC = sisa chlor segera-sisa chlor konstan
= .................ppm
Rumus yang digunakan untuk menentukan kebutuhan kaporit :
Kebutuhan kaporit = DSC + angka keamanan
= .....................ppm
Keterangan : angka keamanan= 0,2-0,3 ppm
52
VI. Alat dan Bahan
Alat
a. Botol polytilen (1 buah)
b. Tabung reaksi (2 buah)
c. Komparator (1 buah)
d. Pipet ukur 10 ml (1 buah)
e. Rak tabung (1 buah)
f. Pipet tetes (1 buah)
Bahan
a. Air sempel : Air kran
b. Larutan kaporit 0,2 %
c. Indikator orthotoluidin
VII. Prosedur Kerja
a. Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Mengisi 1 L sampel air kedalam botol polytilen.
c. Menambahkan 2 ml larutan kaporit 0,2 % kamudian digojok.
d. a. Mengambil 10 ml sampel dengan menggunakan pipet ukur kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi “blanko”.
b. Mengambil 10 ml sampel dengan menggunakan pipet ukur kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi “sampel”.
e. Membaca sisa klor segera dengan komparator.
f. Menunggu 10 menit kemudian diperiksa kembali.Mengulangi setiap 10 menit
sampai konstan.
g. Menghitung daya sergap chlor (DSC) dan kebutuhan kaporit.
DSC = sisa chlor segera-sisa chlor konstan
= .................ppm
Kebutuhan kaporit = DSC + angka keamanan
= .....................ppm
h. Membersihkan dan mengembalikan alat-alat yang digunakan.
53
VIII. Hasil Percobaan
Data pengukuran
No. Perlakuan Sisa klor (ppm)
1. Sisa chlor segera 0,1 ppm
2. 101 0,05 ppm
3 102 0,05 ppm
4 103 0,05 ppm
Daya sergap chlor (DSC)
DSC = sisa chlor segera-sisa chlor konstan
= (0,1-0,05) ppm
= 0,05 ppm
Jadi, daya sergap chlor air sampel adalah 0,05 ppm.
Kebutuhan kaporit = DSC + angka keamanan
= (0,05-0,3) ppm
= 0,305 ppm
Jadi, kaporit yang dibutuhkan oleh air sampel adalah 0,305 ppm.
IX. Pembahasan
Pada pemeriksaan ini dilakukan un tuk mengetahui kadar chlor suatu
perairan dan daya sergap chlor untuk mendesinteksi mikroorganisme dalam suatu
perairan.Untuk mengetahuinya dapat dilakukan pemeriksaan di laboratorium.Pada
percobaan ini digunakan air sampel yaitu air kran untuk pemeriksaan.
Pada tahap pertama kami memeriksa sisa klor air sampel yaitu air kran di
laboratorium kimia Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang telah ditambah kaporit
dan hsil sisa chlor segera adalah 0,1 ppm.Setelah air sampel dditambah
orthotoluidin air berubah menjadi kuning.Hal tersebut menandakan bahwa adanya
kandungan klor.Pengukuran sisa chlor menggunakan komparator dengan cara
membandingkan standar warna dalam komparator.Pemeriksaan dilanjut setiap 10
menit hingga diperoleh kadar klor konstan.Dari hasil percobaan didapatkan kadar
chlor konstan yaitu 0,05 ppm,sehingga diperoleh daya sergap chlor (DSC) yaitu
0,05 ppm.Kebutuhan kaporit air sampel adalah hasil daya sergap chlor ditambah
dengan angka keamanan 0,2-0,3 ppm sehingga diperoleh hasil 0,305 ppm.
54
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil :
a. Sisa chlor segera adalah 0,1 ppm.
b. Daya sergap chlor (DSC) air sampel adalah 0,05 ppm.
c. Kebutuhan kaporit air sampel adalah 0,305 ppm.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. http : // cara- membuat – larutan.html
2. http : // pengertian – reagen- reaktan.html
3. http://denenyy.blogspot.com/2012/08/standarisasi-larutan-hcl-dengan- Na2CO3.
4. http://id.scrib.com/doc/96260248/Laporan-Kimia-Pemeriksaan-Asiditas-
Alkalinitas
5. file:///G:/Laporan-Praktikum-Kimia-Zat-Organik.html
6. http://yulianty-nursabil.blogspot.com/2012/09/mengukur-kadar-kesadahan-air-
dengan.html
7. http : // hijrah-darwis. Blogspot.com/2012/02/laporan praktikum.cod-bod.html
8. http://deneyy.blogspot.com/2012/10/pemeriksaan-kadar-do-html.
9. http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2012/02/oksigenterlarut-ot do.html.
10. http://labolatorymtw.blogspot.com/2011/04/cod-dan-bod.html
11. http://alloybluebird.blogspot.com/2011/05/pemeriksaan.bod.html
12. http://endahsss.blogspot.com/2011/06/laporan-praktikum-kimia-pemeriksaan-
tss.html
13. http://id.scribd/doc/118107646/pemeriksaan-sisa-chlor-dan-daya-sergap-chlor