Download - kumis kucing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tradisi mengkonsumsi tumbuhan obat atau rempah-rempah dalam bentuk
ramuan jamu tradisional telah dikenal dan diakui secara luas oleh masyarakat, baik
untuk maksud pemeliharaan kesehatan dan kebugaran jasmani, pencegahan penyakit
(preventif), pengobatan (kuratif), maupun pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Namun
sayangnya tidak semua masyarakat menyukai ramuan jamu tradisional karena citarasa
jamu yang diidentikkan dengan aroma tajam dan rasa pahit sehingga menurunkan nilai
palatabilitas minuman tersebut. Akibatnya, tidak semua masyarakat mendapatkan
khasiat kesehatan dari ramuan jamu tradisional.
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati terbesar kedua setelah Brazil
dengan lebih dari 28.000 spesies tanaman. Meskipun demikian, baru sekitar 1.000
spesies tanaman yang terdaftar dalam Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
yang telah digunakan untuk memproduksi pangan fungsional, terutama untuk jamu.
Sumber daya alam yang melimpah ini semestinya menjadi salah satu keunggulan
komparatif bagi daya saing Indonesia, khususnya untuk mengembangkan produk
pangan fungsional.
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus B1. Miq) merupakan salah satu jenis
tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai minuman fungsional, karena di
dalamnya banyak mengandung senyawa flavonoid lipofilik yang berfungsi sebagai
antioksidan. Budidaya kumis kucing di kebun pembibitan tanaman meningkat secara
pesat dengan persentase pertumbuhan mencapai sekitar 90-95%, terutama ketika
diketahui bahwa ekstrak daun kumis kucing dapat dimanfaatkan sebagai aktivator
pembusukan sampah daun mahoni menjadi pupuk kompos yang dapat meningkatkan
produktivitas hutan damar (Agathis loranthifolia). Kumis kucing juga banyak
dibudidayakan dengan sistem tumpang sari dengan tanaman palawija (misalnya jagung)
untuk memberi keseimbangan nutrien tanah sehingga dapat meningkatkan
produktivitas hutan damar.
Tanaman kumis kucing mengandung berbagai senyawa kimia, salah satunya
adalah flavonoid. Penelitian terhadap flavonoid dari beberapa tanamanmempunyai efek
farmakologis sebagai antiinflamasi. Flavonoid yang terdapat dalam simplisia daun kumis
kucing bisa disari menggunakan air maupun etanol 70% (Harbone, 1987). Penyarian
yang dilakukan dengan mengunakan pelarut air akan diperoleh zat yang bersifat
cenderung polar. Pelarut air mempunyai kelemahan yaitu menyebabkan reaksi
fermentatif sehigga mengakibatkan perusakan bahan aktif lebih cepat. Kelemahan
lainnya adalah menyebabkan pembengkakan sel sehingga bahan aktif akan terikat kuat
pada simplisia, larutan dalam air juga mudah dikontaminasi. Pelarut alkoholik
merupakan pilihan utama untuk semua jenis flavonoid. Pelarut etanol bisa digunakan
untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai relatif rendah, karena etanol
merupakan pelarut universal. Etanol mempunyai kelebihan dibanding air yaitu tidak
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 1
menyebabkan pembengkaan sel, menghambat kerja enzym dan memperbaiki stabilitas
bahan obat telarut. Etanol 70% sangat efektif menghasilkan bahan aktif yang optimal,
bahan balas yang ikut tersari dalam cairan penyari hanya sedikit, sehingga zat aktif yang
tersari akan lebih banyak.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
1. Memanfaatkan sumber daya alam indonesia, khususnya tanaman yang memiliki
khasiat sebagai suatu produk unggulan yang bermanfaat
2. Memenuhi kebutuhan pengobatan masyarakat Indonesia dengan penggunan bahan
alami yang halal, efektif, dan aman.
3. Mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa daun kumis kucing dapat digunakan
sebagai obat herbal yang bermanfaat.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui cara mengekstraksi daun kumis kucing.
2. Mengetahui cara pembuatan dan formulasi granul daun kumis kucing sebagai pengisi
kapsul.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah
Sebagai input bagi pengembangan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang
berdayaguna dalam bidang farmasi untuk kesehatan demi menjaga kearifan lokal
budaya Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi dan alternatif bagi masyarakat untuk obat herbal yang halal,
efektif, dan aman.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai sarana mengimplementasi ide dan menganalisis permasalahan, serta
memberi inspirasi dan motivasi untuk mengembangkan khasiat daun kumis kucing
pada khususnya dan tanaman kumis kucing pada umumnya menjadi produk yang
rasional dan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana cara pembuatan dan formulasi kapsul daun kumis kucing dan evaluasi
sediaan?
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kumis Kucing
1. Sistematika tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.).
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Sub Classis : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae / Solanales
Famili : Labiatae
Genus : Orthosiphon
Species : Orthosiphon stamineus Benth (Van Steenis, 1947).
2. Nama Botani tanaman kumis kucing
Tanaman kumis kucing mempuyai nama botani Orthosiphon stamineus Benth., dan
mempunyai sinonim Orthosiphon aristatus Mig., Orthosiphon spicatus B.Bs,
Orthosiphon grandiflorus Bld. (Van Steenis, 1947).
3. Nama lain kumis kucing
Nama daerah tanaman kumis kucing di daerah antara lain, kumis kucing (Sunda),
remujung (Jawa), se saleyan (Madura) songot koceng (Madura) (Heyne, 1987).
4. Uraian tentang tanaman
Tanaman kumis kucing dapat dideskripsikan sebagai berikut. Herba berkayu naik
perlahan lahan, pada pangkal sering bercabang, berakar kuat, tinggi 0,4-1,5m batang
berambut, pendek bertangkai daun berbentuk baji diatas pangkal yang bertepi rata,
bergerigi kasar dapat berbunga 6 dan terkumpul menjadi tandan ujung. Daun
pelindung kecil. Tangkai bunga pendek, Kelopak berambut pendek panjang 5,5-
7,5mm, taju atau hampir sampai pangkal tabung berakhir dengan 2 rusuk, bulat telur
terbalik dan lebih lebar dari taju lainya, taju samping dengan ujung runcing ungu,
kedua mahkota berbibir 2, bawah lurus menjulang kedepan, kepala sari berwarna
ungu. Bakal buah gundul, kelopak buah kurang lebih panjangnya 1cm, buahnya keras
memanjang, berkerut halus (Van Steenis, 1947).
5. Daerah distribiusi, habitat dan budidaya
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 3
Tanaman kumis kucing dapat ditemukan pada daerah yang teduh tidak telalu kering;
1-700m (Van Steenis, 1947) di Jawa dan pulau pulau lainya dari nusantara, tumbuh
menjulang sepanjang anak air dan selokan, karena daunya berkhasiat untuk
pengobatan, sering dibiarkan tumbuh di halaman (Heyne, 1987).
6. Kegunaan di masyarakat
Tanaman kumis kucing mempunyai banyak manfaatnya untuk pengobatan. Bagian
tanaman yang biasa digunakan adalah herba baik segar maupun yang telah
dikeringkan. Teh yang dibuat dari daun yang dikeringkan mempunyai reputasi yang
baik sebagai obat-obatan terhadap penyakit ginjal (Van Steenis, 1947). Kumis kucing
berkhasiat diuretik, di Jawa digunakan untuk pengobatan hipertensi dan diabetes,
tanaman ini juga sudah digunakan masyarakat untuk pengobatan pendarahan, ginjal,
batu empedu, gout dan rematik (Barnes, 1996).
7. Kandungan kimia
Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain minyak atsiri
0,02-0,06%, terdiri dari 60 macam seskuiterpen dan senyawa fenolik (Sudarsono
dkk., 1996). Tanaman ini juga mengandung Benzokhromon, Orthokhromen A, methyl
riparikhromen A dan asetovanillochromen. Diterpen, isopimaran–type diterpen
(orthosiphones dan orthosiphol), primaran–type diterpen (neoorthosiphol dan
staminol A). Flavonoid, sinensetin, tetrametil sculaterin dan tetramethoksiflavon,
eupatorin, salvigenin, circimaritrin, piloin, rhamnazin, trimethilapigenin, dan
tetrametilluteonin, kadar flavonoid lipofilik pada daun kumis kucing ini antara 0,2-
0,3%, kadar flavonoid glikosida juga sekitar itu. Kandungan lain pada tanaman ini
antara lain asam kafeat dan turunannya (contoh asam rosmarat) inositol, fitosterol
(contoh -sitosterol) dan garam kalium (Barnes β et al., 1996).
8. Penelitian yang pernah dilakukan
Beberapa penelelitian yang telah dilakukan antara lain: kemampuan infusa daun
kumis kucing secara in-vitro untuk melarutkan kalsium batu ginjal pada konsentrasi
5%; 7,5% dan 10% (Cahyono, 1990). Uji toksisitas terhadap Arthemisia salina
dengan ekstrak kloroform daun kumis kucing menunjukkan gabungan fraksi 4-5
fraksi kloroform larut metanol merupakan fraksi yang paling toksik terhadap
Arthemisia salina. Senyawa yang terdapat dalam fraksi tersebut adalah senyawa
fenol, flavonoid, dan terpenoid (Utami, 2005). Isolasi dari gabungan fraksi 7 dan 8
ekstrak kloroform larut metanol daun kumis kucing diperoleh 1 isolat yang aktif
pada uji sitotoksisitas pada sel HeLa dan sel Raji. Senyawa yang terdapat dalam
fraksi tersebut adalah senyawa fenol, flavonoid, dan terpenoid (Thoyibah, 2006).
Penelitian Anindhita (2007) menunjukkan adanya daya antiinflamasi infusa herba
kumis kucing dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% pada tikus putih jantan galur
Wistar.
B. Simplisia
1. Definisi dan macam simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 4
dikeringkan. Simplisia dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu simplisia nabati,
hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang spontan dikeluarkan dari sel murni. Simplisia
hewani adalah zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
zat-zat kimia murni.Simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik
telah diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni (Anonim, 1985).
2. Pengeringan simplisia
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Penurunan mutu atau
perusakan simplisia dapat dicegah dengan mengurangi kadar air dan menghentikan
reaksi enzimatik .
Cara Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau
menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara aliran udara, waktu
pengeringan, dan luas permukaan bahan. Selama proses pengeringan bahan
simplisia, faktor – faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia
kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan.
Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “face hardening”, yakni
bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini
dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yan terlalu tebal, suhu pengeringan
yang terlalu tinggi atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air
permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan air
tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan
selanjutnya. “Face Hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di
bagian dalam bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya.
Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 900 C, tetapi suhu yang
terbaik adalah tidak melebihi 600 C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif
dan tidak panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah
mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu
dengan cara mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan,
sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan
digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan, yaitu pengeringan
secara alamiah dan buatan.
a. Pengeringan alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan:
1. Dengan panas sinar matahari langsung.
Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara tradisional. Namun,
pada umumnya hasil yang diperoleh bermutu baik. Cara ini dilakukan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras, seperti kayu, kulit kayu,
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 5
biji, dan sebagainya, dan mengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
Merupakan cara yang paling mudah dan biayanya relatif murah.
2. Dengan diangin - anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari
langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman
yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa
aktif mudah menguap.
b. Pengeringan buatan
Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: Udara dipanaskan oleh suatu
sumber panas seperti lampu, kompor, mesin diesel atau listrik, udara panas
dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang
akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering. Dengan
prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering,yang sederhana, praktis dan
murah, dengan hasil yang cukup baik.Dengan menggunakan pengeringan buatan
dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan
lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh
keadaan cuaca. Meskipun demikian, pengadaan alat / mesin pengering
membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga biasanya hanya dipakai oleh
perusahaan jamu yang sudah cukup besar.
Alat yang Digunakan dalam Pengeringan untuk mengurangi kerugian – kerugian
yang ditimbulkan saat pengeringan , sekarang telah banyak digunakan alat-alat
pengering mekanis (buatan). Cara pengeringan dengan alat pengering ini disebut
pengeringan buatan atau pengeringan mekanis, sebagai bahan pemanas yang
lazim digunakan adalah udara panas yang kering (tidak mengandung uap air),
tetapi dapat pula digunakan uap panas yang dialirkan melalui pipa-pipa, dan
sebagainya. Bentuk alat pengering beraneka ragam disesuaikan dengan bahan
hasil pertanian yang akan dikeringkan.
Kelebihan pengeringan dengan alat pengering mekanis antara lain:
a. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan relatif lebih singkat.
b. Suhu dapat diatur, disesuaikan dengan bahan yang dikeringkan dan
hasil yang dikehendaki.
c. Tidak memerlukan tempat yang luas
d. Hasil yang diperoleh mempunyai mutu yang baik meskipun kadang-
kadang mutunya lebih rendah daripada pengeringan sinar matahari.
e. Tidak memerlukan banyak tenaga.
c. Perlakuan Terhadap Pengeringan Hasil Tanaman
Perlakuan pengeringan untuk menghindari atau mengurangi hasil tanaman dari
kerusakan, yang umum dilakukan ada dua macam cara, yaitu pengeringan dengan
sinar matahari dan pengeringan dengan udara panas, uap panas, dan sebagainya
yang lebih sering dinamakan pengeringan mekanis. Pengeringan dapat juga
dilakukan dengan cara bahan ditempatkan pada rak-rak yang dibuat khusus untuk
pengeringan. Ada pula yang pengeringannya dengan cara digantungkan, misalnya
tembakau dan jagung. Tetap harus dilakukan pengontrolan yang teratur agar batas
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 6
kering yang dipersyaratkan tidak terlampaui, sebab bila terlampau kering dapat
menimbulkan kerusakan.
Dengan adanya keragaman dalam bentuk bahan baku simplisia maka ada perbedaan
cara mengeringkan pada masing-masing bahan tersebut. Ada bahan yang langsung
dikeringkan di bawah sinar matahari, dikeringkan dibawah naungan, dan ada pula
pengeringan lambat atau pemeraman terlebih dahulu setelah panen. Penggunaan
alat pengering buatan merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan bahan
olahan yang lebih baik karena terhindar dari kontaminasi debu, serangga, burung,
atau rodensia. Dari segi biaya, pengeringan matahari lebih menguntungkan, tetapi
dari segi kualitas penggunaan alat pengering buatan akan menghasilkan simplisia
yang lebih baik.
Berikut ini cara pengeringan beberapa bahan tanaman obat.
a. Bahan yang berasal dari daun (folium)
b. Bahan yang berasal dari kulit (cortex) dan akar (radix)
Kulit kayu dan akar dapat langsung di jemur dibawah sinar matahari setelah
dibersihkan dari kotoran yang melekat. Bila menggunakan alat pengering
buatan maka suhu perlu dijaga anatara 50 - 600 Celcius.
c. Bahan yang berasal dari buah (fructus) atau biji (semen)
Bahan yang berupa biji-bijian biasanya setelah panen dapat langsung dijemur
tanpa dikupas terlebih dahulu, seperti adas, ketumbar dan kapulaga.
d. Bahan yang berasal dari rimpang (rhizoma)
Bahan yang berasal dari rimpang seperti jahe, kencur, bengle, temulawak dan
kunyit harus diiris. Pengirisan rimpang dilakukan tanpa dikuliti terlebih
dahulu untuk memperkecil penguapan minyak atsiri yang terkandung di
dalamnya. Arah irisan dapat melintang atau membujur setelah dicuci bersih.
Ketebalan yang dianjurkan adalah 7 - 8 mm dan setelah dijemur atau kering
ketebalannya menjadi 5 - 6 mm. Pengirisan sebaiknya menggunakan pisau
tahan karat. Pada waktu penjemuran bahan jangan ditumpuk terlalu tinggi.
Ketebalan penumpukkan bahan waktu penjemuran maksimum antara 3 - 4
cm. Lantai tempat penjemuran sebaiknya dialasi dengantikar atau anyaman
dari bambu.
Pada waktu penjemuran, bahan harus sering dibolak-balik untuk menghindari
fermentasi yang menyebabkan bahan menjadi busuk. Bila cuaca tidak
menentu sebaiknya digunakan alat pengering buatan yang dirancang dengan
bantuan panas matahari atau panas buatan.Alat pengering hasil rekayasa
Balittro yang menggunakan tenaga surya menghasilkan kisaran suhu antara
36,3-45,60 celcius dan kelembaban nisbi 30-40 %.
e. Bahan yang berasal dari bunga (Flos)
Pemanenan terhadap bunga sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore hari
untuk menghindari kehilangan senyawa-senyawa yang mudah menguap.
Setelah dipanen, bunga biasanya mudah menjadi kering. Untuk itu,
diusahakan bunga tidak dijemur langsung di bawah sinar matahari,
tetapidilayukan dibawah naunga. Apabila ruangan yang digunakan aerasi
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 7
udarnya cukup baik maka dalam waktu dua hari bunga sudah cukup kering.
Untuk menghindari berubahnya warna bunga menjadi coklat maka selama
pelayuan sebaiknya bahan sering dibalik.
f. Bahan herba Sama dengan pengeringan daun.
g. Bahan batang (tuber)
Batang dibersihkan, dipotong-potong kemudian dijemur
h. Bahan umbi (bulbus)
Sama seperti rimpang atau digunakan dalam bentuk segar (sepert bawang
merah dan bawang putih).
C. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah dengan
menggunakan pelarut yang dipilih sehingga zat yang diinginkan akan larut. Pemilihan
sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus berdasarkan kemampuannya
dalam melarutkan jumlah yang maksimal dari zat aktif dan seminimal mungkin bagi
unsur yang tidak diinginkan (Ansel, 1989). Ekstrak adalah sediaan berupa kering, kental
dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok
di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979). Metode ekstraksi yang tepat
sangat tergantung pada tekstur dan kandungan air bahan-bahan yang akan diekstraksi.
Ekstraksi sendiri dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan metode maserasi,
perkolasi dan sokletasi.
1. Metode maserasi
Metode ini dilakukan dengan cara merendam bahan-bahan tumbuhan yang telah
dihaluskan/digiling dalam pelarut terpilih, kemudian disimpan dalam jangka waktu
tertentu dalam ruang gelap.
2. Metode perkolasi
Metode ini biasanya digunakan dengan cara melewatkan pelarut tetes demi tetes
pada bahan-bahan tumbuhan yang akan diekstrak.
3. Metode sokletasi
Metode ini digunakan untuk mengekstrak komponen dari bahan-bahan tumbuh-
tumbuhan dengan menggunakan alat soklet (Anonim, 2007).
Fraksinasi merujuk pada pemisahan lebih halus yaitu memisahkan senyawa-senyawa
kimia dalam ekstrak kasar dengan menggunakan beberapa metode pemisahan. Fraksi-
fraksi yang telah didapatkan dari proses fraksinasi kemudian diuji aktivitasnya dan akan
dihasilkan satu atau lebih fraksi yang memberikan aktivitas biologi pada makhluk uji.
Fraksi-fraksi ini perlu dipisahkan lagi karena masih banyak terdapat senyawa kimia
yang lain (Anonim, 2007).
D. Mekanisme Evaporator
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 8
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan
sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator
mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap yang
terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar
panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu menguap), dan pemisah
untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam kondenser (untuk
diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya. Hasil dari evaporator (produk yang
diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau larutan berkonsentrasi. Larutan yang
sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah menguap).
Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan. Pada
industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari
proses pemurnian) dalam evaporator. Evaporator mengubah air menjadi uap,
menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang
sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari
penyerapan panas oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan
membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air
minum, memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.
Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan oleh api
yang menyala di bawah permukaan cairan, dimana gas yang panas bergelembung
melewati cairan.
2. Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung dimana api
dan pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat dinding besi atau
permukaan untuk memanaskan.
3. Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stem dimana uap
atau uap lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas dimana uap
terkondensasi di satu sisi dari permukaan pemanas dan panas ditranmisi lewat
dinding ke cairan yang mendidih.
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Evaporator
b. Hot plate
c. Timbangan analitik
d. Beaker glass
e. Cawan penguap
f. Corong
g. Spatula
h. Pengaduk
i. Kapas
j. Kertas Saring
k. Kertas perkamen
2. Bahan
a. Daun Kumis Kucing
b. Avicel PH 101
c. Aquadest
d. Etanol 70%
e. Canakang kapsul 300 mg
B. Prosedur Kerja
1. Penyiapan Simplisia
a. Pemanenan simplisia
Memanen daun kumis kucing dari pohonnya.
b. Penyortiran basah
Memilih daun kumis kucing yang masih segar dan membuang daun kumis kucing
yang sudah tua dan agak layu
c. Pencucian
Mencuci daun kumis kucing yang sudah disortir dengan air bersih dan mengalir.
d. Perajangan
Merajang kasar semua bagian daun kumis kucing.
e. Pengeringan
Hasil rajangan ditempatkan pada nampan dan diberi jarak. Dijemur sampai
kadar air 10 % (selama satu minggu).
f. Penyortiran kering
Memilih daun kumis kucing yang sudah dikeringkan dan membuang jika
terdapat daun yang busuk.
g. Penggilingan
Menggiling tanaman yang telah disortir di dalam blender sampai halus, jika
memungkin hasil gilingan ini dapat melewati ayakan mesh 60.
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 10
2. 50 gram simplisia yang sudah siap, diekstrak dengan etanol 70 % sebanyak 500 ml.
3. Mengaduk campuran etanol dan simplisia selama 2,5 jam tanpa henti.
4. Diamkan selama beberapa jam.
5. Lalu disaring beberapa kali sampai benar – benar tidak ada lagi simplisia yang ikut di
dalam filtrat.
6. Hasil filtrat di keringkan menggunakan evaporator sampai terbentuk ekstrak yang
kental.
7. Ekstrak yang kental dikeluarkan dari evaporator.
8. Lalu ditimbang 12 gr avicel PH 101 dan dicampurkan ke dalam ekstrak kental.
9. Keringkan campuran ekstrak kental dengan avicel dengan evaporator sampai
menjadi bubuk.
10. Ditimbang jumlah serbuk yang dihasilkan.
11. Setelah berat total serbuk diketahui, maka mencari jumlah ekstrak daun kumis
kucing dalam jumlah total serbuk yang diperoleh.
12. Lalu menghitung jumlah ekstrak daun kumis kucing dalam satu kapsul.
13. Dan tentukan dosis minum dalam sehari.
14. Masukkan serbuk daun kumis kucing ke dalam kapsul.
15. Lalu lakukan evaluasi terhadap sediaan kapsul.
C. Evaluasi Sediaan
1. Evaluasi Granul
Uji Sifat Alir (Aulton, 1988; Liebermann & Lachman, 1986)
Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong dibuka sehingga
granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir granul dicatat dan sudut
diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi tumpukan granul yang
keluar dari mulut corong. Waktu alir dipersyaratkan dengan sudut diam tidak lebih
dari 30o.
Uji Kompresibilitas (Aulton, 1988, FI IV 1995)
Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,
kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat
volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume setelah dimampatkan dengan
pengetukan 500 kali (V).
Perhitungan :
I = (V0 – V) / V0 x 100%
Keterangan : I = indeks kompresibilitas (%); V0 = volume granul sebelum
dimampatkan (mL); V = volume granul setelah dimampatkan (mL). Syarat : tidak
lebih dari 20%.
2. Evaluasi Kapsul
Uji Keragaman Bobot (FI IV,1995)
Pemeriksaan dilakukan terhadap 10 tablet yang diambil secara acak dari tiap
formula lalu ditimbang bobotnya satu per satu. Dihitung bobot rata-rata untuk satu
tablet. Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh hitung jumlah bahan aktif dari
masing-masing tablet dengan anggapan terdistribusi secara homogen.
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 11
Persyaratan keseragaman bobot atau keseragaman kandungan terletak antara 85,0
hingga 115,0 % dari yang tertera pada etiket, dan simpangan baku relatif kurang dari
atau sama dengan 6,0% (FI IV,1995).
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 12
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Granul Ekstrak Daun Kumis Kucing Kapsul Ekstrak Daun Kumis Kucing
1. Jumlah Kapsul dan Dosis
1 dosis daun kumis kucing adalah : 2,5 gram
Simplisia kumis kucing yang ditimbang adalah 50 gram, jadi dapat menghasilkan 20
dosis yang nantinya dikemas dalam kapsul.
12 gram avicel PH 101 + Ekstrak kental daun kumis kucing = 18 gram granul kering.
Maka, diperoleh obat sebanyak 60 kapsul. Sehingga untuk mencapai 1 dosis, harus
meminum 3 kapsul.
2. Data Evaluasi
1. Evaluasi Granul
Uji penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna ( homogenitas ), bentuk ( bundar,
permukaan rata/cembung ), cetakan ( garis patah, tanda, logo pabrik ) dll.
Dari uji penampilan didapatkan tablet yang memiliki :
warna : homogen, coklat
bentuk : granul,
Sudut Henti ( )αDiukur dengan menggunakan alat statif dan corong
h (tinggi) = 3 cm
D (diameter) = 10 cm
tg = h/D = 3/10 = 0,3α
(sudut henti)= 16,6° α → sangat baik (< 25°)
Laju Alir (gram/detik)
berat granul = 18 gram
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 13
waktu = 3 detik
Laju alir = 18 / 3 = 6 gram/detik → baik : 4-10g/detik
Kompresibilitas
Do (tap density) = 33
Df (bulk density) = 29
Kompresibilitas = (33 – 29)/33 x 100 % = 12,12 % → Baik (syarat < 20 % )
2. Evaluasi Kapsul
Uji keseragaman bobot
No. Bobot (mg) Rata-rata Deviasi (%)
1 294
288,9 mg
101,97
2 288 99,65
3 296 102,74
4 286 98,88
5 292 101,20
6 286 98,88
7 286 98,88
8 287 99,27
9 286 98,88
10 288 99,65
Farmakope Indonesia III menyatakan, persyaratan uji keseragaman bobot :
Bobot rata-rata
(mg)
Deviasi maksimum ( %)
2 tablet 1 tablet
2 mg atau kurang 15 30
25 - 150 mg 10 20
151- 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10
Dari data di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa tablet yang dicetak memenuhi
syarat untuk uji keseragaman bobot (untuk tablet dengan bobot rata-rata 151 –
300 mg tidak 1 tablet dengan perbedaan bobot sebesar 15 %).
B. Pembahasan
Pada praktikum ini akan dibuat sediaan kapsul yang berisi serbuk daun kumis kucing.
Dimana telah diketahui bahwa daun kumis kucing atau yang dikenal dengan nama latin
yaitu Orthosiphon stamineus Benth , mempunyai khasiat sebagai diuretik yang berperan
mengobati penyakit ginjal, dan juga sebagai anti hipertensi dan pengobatan diabetes.
Menurut literatur dalam mengkonsumsi daun kumis kucing sebaikknya dalam bentuk
ekstrak karena dalam bentuk ini sudah memiliki takaran yang jelas, bebas zat toksik, dan
hanya zat-zat berkhasiat yang diambil, sehingga aman untuk dikonsumsi. Dalam
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 14
pembuatan ekstark daun kumis kucing ini menggunakan etanol 70% yaitu senyawa
organik yang mempunyai gugus –OH. Pemakaian etanol 70% juga dikarenakan etanol
70% dapat mengambil ekstrak total yang dimiliki oleh daun kumis kucing bukan ekstrak
fraksinasi sehingga berbagai zat yang terkandung dalam daun kumis kucing masih tetap
ada dan tidak mengalami fraksinasi. Hal ini disebabkan oleh sifat tanaman herba yang
jika dicari satu demi satu khasiat yang terkandung di dalamnya maka tidak akan
menghasilkan khasiat utama yang diinginkan dan dapat menjadi lebih toksik karena
hilangnya komponen lain yang dapat menetralkan komponen yang lain, dalam tanaman
ini khasiatnya dapat hilang.
Pengolahan bahan tanaman yang berupa daun, seperti daun tempuyung, kumis kucing,
dan sambiloto, harus diperlakukan secara hati-hati untuk melindungi warna, aroma,
serta kandungan zat berkhasiat dan senyawa kimianya. Daun-daun segar mudah
mengalami kerusakan selama pengolahan. Bila penanganannya salah akan
mengakibatkan perubahan warna atau bahkan tercemar mikroba. Penanganan yang
benar tersebut harus sudah dimulai sejak masa pemanenan.
Untuk memperkecil kehilangan senyawa-senyawa yang mudah menguap sebaiknya
pemanenan daun dilakukan pada pagi atau sore hari. Selanjutnya daun dilayukan
dibawah naungan dan tidak dijemur langsung dibawah sinar matahari. Untuk mencegah
terjadinya fermentasi atau berjamur maka sebaiknya daun disimpan dalam keadaan
kering pada kondisi dingin. Untuk mempertahankan supaya daun tetap segar sebelu
dikeringkan maka penyimpanan harus dilakukan pada suhu rendah atau dibawah 100
Celcius.
Sebelum diekstrak dengan etanol 70%, dilakukan penyiapan sampel dengan berbagai
tahapan yaitu pemanenan, penyortiran (segar), pencucian, penirisan/pengeringan,
perajangan, pengeringan, penyortiran (kering), pengemasan dan penyimpanan. Tahap –
tahap ini harus dilakukan dengan benar karena untuk menghasilkan produk yang
berkualitas maka dari sejak proses penyiapan simplisianya harus benar. Tahap pertama
adalah tahap pemanenan, yaitu merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses
budidaya tanaman obat. Waktu, cara pemanenan dan penanganan bahan setelah panen
merupakan periode kritis yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasil tanaman.
Oleh karena itu waktu, cara panen dan penanganan tanaman yang tepat dan benar
merupakan faktor penentu kualitas dan kuantitas. Dalam memanen daun kumis kucing
ini, cara memanen dan waktu memanennya kurang tepat karena pada saat memanen
tidak menggunakan peralatan yang bersih sehingga banyak tanah yang terbawa, selain
itu waktu panen juga tidak tepat karena mengambil daun kumis kucing yang umurnya
tidak sama dan juga tempat pemanenan tidak pada daerah yang sama. Sehingga kualitas
hasil yang diperoleh tidak baik. Tahap kedua yaitu penyortiran segar dengan tujuan
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan
yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Proses ini berguna
untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk
mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
Tahap ketiga yaitu pencucian yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian dilakukan segera
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 15
setelah penyortiran basah karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian
menggunakan air bersih karena penggunaan air kotor dpat menyebabkan jumlah
mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Yang harus
diperhatikan adalah air yang digunakan, jika masih terlihat kotor ulangi
pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi. Dan dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin untuk menghindari terlarut dan terbuangnya zat yang terkandung
dalam bahan. Tahap keempat yaitu pengeringan, pa tahap ini agar simplisia tidak cepat
membusuk pada saat proses selanjutnya. Tahap kelima yaitu perajangan atau
memotongan simplisia menjadi lebih kecil lagi atau lebih halus lagi. Perajangan ini
berguna untuk menambah luas permukaan dari simplisia sehingga mempermudah
pengambilan zat aktif pada saat ekstraksi berlangsung. Tahap kelima yaitu pengeringan,
yang merupakan suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara
mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Dengan demikian
dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam
waktu yang lama. Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan
akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhatikan. Pada
umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 – 60 0C dan hasil yang baik dari proses
pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Tapi pada praktikum ini
suhu pengeringan hanya sebesar suhu kamar saja sehingga waktu pengeringan menjadi
lama. Waktu pengeringannya adalah 1 minggu yang termasuk waktu pengeringan yang
cukup lama dalam suatu penelitian, karena simplisia dapat mengalami pembusukan tapi
kerena bagian yang digunakan mencakup semua bagian daun kumis kucing. Kebersihan,
kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk) adalah hal
yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan, karena pengeringan simplisia ini
berada di dalam ruangan yang mudah ditumbuhi jamur karena kelembapannya yang
sangat rendah. Pemelihan tempat pengeringan didalam ruangan ini dikarenakan pada
suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun
terutama simplisia daun. Oleh karena itu pengeringan simplisia ini hanya dilakukan di
dalam ruang saja tidak di jemur di bawah sinar matahari atau di oven.
Tahap selanjutnya adalah penggilingan, pada praktikum ini penggilingan menggunakan
blender. Setelah tahapan ini selesai maka simplisia siap untuk diekstrak.
Ekstraksi yang digunakan adalah maserasi merupakan penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk daun kumis kucing dalam etanol 70% selama
tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, etanol 70% akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh etanol 70% dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di
luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan dalam evaporator.
Setelah filtrat dipekatkan di dalam evaporator, ditambahkan avicel sebanyak 12 gr.
Penambahan ini berguna untuk memadatkan hasil filtrasi sehingga mudah untuk
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 16
dijadikan serbuk. Untuk proses pengeringannya sampai menjadi serbuk dilakukan di
atas water bath. Setelah jadi serbuk, berat serbuk tersebut ditimbang ternyata hasilnya
adalah 18 gr, sehingga berat filtrasi yang diperoleh adalah 6 gr. Setelah menjadi serbuk
proses berikutnya adalah pemasukan serbuk ke dalam kapsul. Kapsul yang ingin
digunakan adalah kapsul dengan isi 300 mg sehingga jumlah kapsul yang dapat dibuat
sekitar 60 kapsul. Oleh karena 1 dosis daun kumis kucing adalah : 2,5 gram. Simplisia
kumis kucing yang ditimbang adalah 50 gram, jadi dapat menghasilkan 20 dosis yang
nantinya dikemas dalam kapsul. 12 gram avicel PH 101 + Ekstrak kental daun kumis
kucing = 18 gram granul kering. Maka, diperoleh obat sebanyak 60 kapsul. Sehingga
untuk mencapai 1 dosis, harus meminum 3 kapsul.
Adapun untuk hasil evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Sudut henti, diperoleh hasil (sudut henti)= 16,6° α → sangat baik (< 25°)
2. Laju alir = 18 / 3 = 6 gram/detik → baik : 4-10g/detik
3. Kompresibilitas = (33 – 29)/33 x 100 % = 12,12 % → Baik (syarat < 20 % )
4. Uji Keseragaman Bobot
Farmakope Indonesia III menyatakan, persyaratan uji keseragaman bobot :
Bobot rata-rata
(mg)
Deviasi maksimum ( %)
2 tablet 1 tablet
2 mg atau kurang 15 30
25 - 150 mg 10 20
151- 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10
Dari data di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa tablet yang dicetak memenuhi
syarat untuk uji keseragaman bobot (untuk tablet dengan bobot rata-rata 151 – 300
mg tidak 1 tablet dengan perbedaan bobot sebesar 15 %).
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 17
BAB VI
KESIMPULAN
1. Daun kumis kucing mempunyai khasiat sebagai diuretik untuk penyakit ginjal.
2. Ekstraksi daun kumis kucing dilakukan dengan maserasi, kemudian ditambahkan
pelarut etanol 70%. Pemekatan dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi aktif dalam
daun kumis kucing.
3. Pengisi yang digunakan adalah avicel PH 101 yang juga digunakan untuk membantu
pembuatan ekstrak kering.
4. Oleh karena 1 dosis daun kumis kucing adalah : 2,5 gram. Simplisia kumis kucing yang
ditimbang adalah 50 gram, jadi dapat menghasilkan 20 dosis yang nantinya dikemas
dalam kapsul. 12 gram avicel PH 101 + Ekstrak kental daun kumis kucing = 18 gram
granul kering. Maka, diperoleh obat sebanyak 60 kapsul. Sehingga untuk mencapai 1
dosis, harus meminum 3 kapsul.
5. Adapun untuk evaluasi sediaan, dari semua parameter yang diuji menunjukkan bahwa
kapsul ekstrak daun kumis kucing yang dibuat baik.
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 18
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit
ITB : Bandung.
Darise, dkk. 1997. Komponen Kimia dalam Praktek Phytochemistry.Makassar : Fakultas Farmasi.
Depkes RI. Farmakope Indonesia, ed.III-IV. Th 1979, 1995.
Depkes RI. Materia Medika Indonesia (MMI), I s/d VI Th. 1978-1995.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press
Anief, moh. 1997. Ilmu meracik obat teori dan praktek. yogyakarta: UGM Press
Liebermann, H.A., and Lachman, L. 1986. The Theory and Practiceof Industrial Pharmacy. 3th ed..
Diterjemahkan oleh Suyatmi S. 1994. UI Press. Jakarta.
Liebermann, H.A., and Lachman, L. 1990. The Pharmaceutical Dosage Form Tablets. 2nd ed.
Marcel Decker Inc. New York.
Prayoga, Sigit. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon
stamineus Benth.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Herold. 2007. Formulasi Minuman Fungsional Berbasis Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus Bl.
Miq) yang Didasarkan pada Optimasi Aktivitas Antioksidan, Mutu Citarasa dan Warna.
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Formulasi Kapsul Daun Kumis Kucing | 19