Download - Kualitas Supervisi Akademik Draf Tesis
i
HALAMAN JUDUL
ANALISIS KUALITAS SUPERVISE AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH
KAITANNYA DENGAN KINERJA GURU SE-KOTA MAMUJU
Proposal Penelitian
Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri MakassarSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister
Program StudiPenelitian dan Evaluasi Pendidikan
Disusun dan Diajukan Oleh
SUTIKNO
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Kualitas Supervisi Akademik, Budaya SekolahTerhadap Kinerja Guru SMA Negeri se-Kota Mamuju.
Nama Mahasiswa : Sutikno
No. Pokok : 12B12030
Program Studi : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Menyetujui
Komisi Penasihat,
....................................... ....................................Ketua Anggota
Mengetahui:
Ketua DirekturProgramStudi Program PascasarjanaPenelitian dan Evaluasi Pendidikan, Universitas Negeri Makassar
Prof. Dr. Ruslan, M. Pd Prof. Dr. Jasruddin, M. SiNIP. 19600312 198603 1 003 NIP. 19641222 199103 1 002
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... iDAFTAR ISI ............................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL......................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR .................................................................................................. viBAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1B. Rumusan Masalah................................................................................... 5C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORITIK ....................................................................................... 7A. Deskripsi Teoritik.................................................................................... 7
1. Kinerja Guru....................................................................................... 72. Kualitas Supervise Akademik .......................................................... 13
a) Konsep Kualitas .......................................................................... 13b) Supervise Akademik.................................................................... 18c) Defenisi Kualitas Supervisi Akademik dan Indikatornya. .......... 27d) Pengukuran Kualitas Supervisi Akademik .................................. 28
3. Validitas Isi Gregory ........................................................................ 30B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 31C. Kerangka Pikir ...................................................................................... 32
Pengaruh Kualitas Supervise Akademik Pengawas SekolahTerhadap Kinerja Guru......................Error! Bookmark not defined.
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 33BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 34
A. Jenis dan Disain Penelitian ................................................................... 34B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 36C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 36D. Variabel Penelitian ................................................................................ 36
1. Jenis variabel penelitian ................................................................... 362. Definisi konseptual variabel penelitian ............................................ 373. Definisi operasional variabel penelitian........................................... 37
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 38
iv
1 Jenis instrumen penelitian ................................................................ 382 Pengembangan instrumen penelitian................................................ 39
F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 41G. Hipotesis Statistik ................................................................................. 41H. TeknikAnalisis Data.............................................................................. 41
1. Analisi Butir Instrument................................................................... 412. Analis deskriptif metode IPA ........................................................... 423. Analisis inferensial........................................................................... 46
I. Jadual Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 46DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 47
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menelaah PERMENDIKNAS RI No. 63 Tahun 2009 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan, dimana tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan
adalah tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa. Dengan kata lain dapat
dikatakan tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa Indonesia akan
terwujud jika pendidikan berkualitas. Persoalan kualitas pendidikan selalu menjadi
topic yang hangat untuk dikaji, sebab kualitas pendidi kan erat kaitannya dengan
masa depan suatu bangsa, bahkan beberapa penelitian ilmiah dibidang pendidikan
berangkat dari persolan rendahnya mutu pendidikan. Banyak variabel yang
mempengaruhi kualitas pendidikan, salah satu variabel yang sering menjadi
perhatian adalah kinerja guru, hal tersebut didasari atas suatu pemikiran bahwa guru
memiliki peran yang penting dalam pendidikan, gurulah yang bersentuhan langsung
dengan peserta didik, sehingga diyakini kinerja guru akan berdampak pada mutu
peserta didik, dan pada tahapan selanjutnya akan berdampak pada kualitas
pendidikan.
Pentingnya persoalan kinerja guru telah banyak mendorong kalangan
akademisi menuangkannnya dalam kajian ilmiah, salah satu diantaranya adalah
disertasi Mappaenre (2013) yang mengkaji masalah kinerja guru dengan
memperhatikan factor-faktor yang berpengaruh yaitu kepemimpinan super, dan
budaya organisasi, Mappaenre juga berpendapat bahwa salah satu indikator
rendahnya kinerja guru dapat dilihat dari rendahnya prestasi atau hasil belajar
peserta didik (Mappaenre 2013:8). Kajian ilmiah yang dilakukan ilmuan tersebut
mengindikasikan bahwa persolan kinerja guru sangatlah perlu mendapat penekanan
dan perhatian. sepanjang waktu, kajian tentang kinerja guru akan selalu memberi
dampak positif dan memberikan manfaat yang signifikan terhadap kualitas
pendidikan.
Berangkat dari kenyataan hasil Ujian Nasional tahun 2013 dimana propinsi
Sulawesi Barat memiliki peringkat …..dari ….propinsi di Indonesia. Peneliti tertarik
mengakaji persoalan tersebut dan menuangkannya dalam suatu karya ilmiah. Studi
pustaka awal yang peneliti lakukan memberikan informasi, begitu kompleks variabel
yang kemungkinan mempengaruhi hasil Ujian Nasional tersebut. Meskipun demikian
penelitian ini membatasi dan mefokuskan persolan pada kinerja guru, selanjutnya
mengungkap variabel kualitas supervise akademik pengawas dan memposisikannya
sebagai variabel bebas, serta teknik pengukuran kualitas yang didasarkan atas
persepsi guru. penelitian ini akan menunjukkan pengaruh kualitas supervise
akademik pengawas sekolah terhadap kinerja guru. Penelitian relevan telah
dilakukan oleh I Made Gunawan dikota Badung Propinsi Bali yang meneliti 136
orang guru dengan desain ex-post facto, meneliti kontribusi kualitas supervise
pengawas terhadap kualitas layanan guru dalam pembelajaran. I Made Gunawan
berkesimpulan kedua variabel memiliki korelasi positif, dengan persamaan regresi= 108,775 + 0,48L̇ogika kausalitas yang menghubungkan variabel kualitas supervise
akademik pengawas dan variabel kinerja guru didukung oleh beberapa teori, Ali
Imron (2011:8) menyatakan supervise pembelajaran sebagai serangkaian usaha
bantuan kepada guru. Lebih jauh Sudjana (2012:56) merumuskan tujuan supervise
kedalam tiga aspek yaitu: (1) Membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalnya, (2) Melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan proses belajar
mengajar disekolah, (3) Memotivasi guru menggunakan seluruh kemampuannya
dalam melaksanakan pembelajaran. Rivai(2009:823) juga menegaskan bahwa
supervise akan mempengaruhi kinerja guru.
Peran guru dalam usaha peningkatan mutu pendidikan sangatlah penting.
Untuk itu guru dituntut untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang
berkualitas. Usaha peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan secara
berkesinambungan sebab kualitas pembalajaran bersifat dinamis, pernyataan tersebut
didasarkan atas pernyataan Quisumbing dalam mardapi (2012:3) yang menyatakan
kualitas sebagai proses dinamis, yang terus berubah seiring waktu. Sekalipun guru
telah memiliki sejumlah kompetensi, tetap saja dilapangan guru akan menemui
berbagai persoalan dan situasi yang terus berubah, seperti kurikulum, tuntutan
masyarakat. Dalam konteks inilah keberadaan pengawas sekolah diperlukan, untuk
melakukan supervise akademik
Sudjana (2012) menempatkan peran pengawas sekolah sebagai penjamin
mutu pada tingkat satuan pendidikan. Pendapat sudjana ini lebih mempertegas bahwa
secara operasional persoalan mutu disekolah adalah tanggung jawab pengawas.
Upaya yang dilakukan pengawas sekolah pada persoalan tersebut adalah melakukan
supervisi yang dimaknai sebagai bantuan professional kepada pendidik dan tenaga
kependidikan yang diarahkan pada peningkatan kinerjanya. Salah satu bentuk
supervise yang dilakukan pengawas adalah supervise akademik, dimana supervise
akademik berfokus pada penjaminan mutu guru dalam hal pembelajaran. Sehingga
tidaklah berlebihan jika posisi pengawas sekolah ditempatkan sebagai gurunya guru.
Dengan demikian kualitas supervise akademik akan sangat berpengaruh pada kinerja
guru yang merupakan “peserta didiknya” pengawas. Supervise akademik yang
berkualitas adalah supervise yang sesuai keinginan, kebutuhan dan melebihi harapan
guru.Mengetahui kualitas supervisi akademik akan sangat bermanfaat diantaranya
sebagai bahan introspeksi/evaluasi diri bagi pengawas. kualitas supervise akademik
bisa dilakukan dengan pengukuran yang didasarkan atas persepsi guru hal ini
didasarkan pada pandangan yang menempatkan guru sebagai pelanggan/penerima
jasa supervise akademik.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian
ini masalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran kualitas supervise akademik pengawas sekolah di kota
Mamuju?
2. Bagaimanakah gambaran kinerja guru SMA Negeri se-kota Mamuju?
3. Apakah kualitas supervise akademik pengawas berpengaruh terhadap kinerja
guru SMA Negeri se-kota Mamuju?
C. Tujuan Penelitian
Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah yang telah
dirumuskan, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan kualitas supervise akademik pengawas dikota Mamuju.
2. Untuk mendeskripsikan kinerja guru SMA Negeri se-kota Mamuju.
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas supervise akademik pengawas terhadap
kinerja guru SMA Negeri se-kota Mamuju?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
keilmuan terkait supervise akademik, budaya sekolah dan kinerja guru, dan juga
menjadi rujukan dilakukannya penelitian yang lebih mendalam dan menyeluruh
terhadap permasalahan dalam penelitian ini
Selanjutnya secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Peneliti
Dapat memperluas dan menambah pengalaman serta pengetahuan tentang
penelitian kuantitatif, pengukuran kualitas supervise akademik, budaya
sekolah dan kinerja guru.
2. Pengawas
Dapat dijadikan input untuk para pengawas sekolah agar dapat
meningkatkan atau mencari alternative lain pada upaya peningkatan kualitas
supervisi akademik yang dilakukan, sehingga kualitas supervisi akademik akan
terus meningkat.
3. Guru
Dapat menjadi bahan instrokpeksi diri, dan sebagai sarana untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki
kualitas kinerja.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Teoritik
1. Kinerja Guru
Istilah Kinerja selalu mengacu pada unjuk kerja dalam melakukan suatu
pekerjaan. Namun demikian beberapa ahli memberi batasan yang berbeda-beda, jika
ditinjau dari aspek etimologis kinerja atau performance berasal dari kata “to
perform” yang berarti menampilkan atau melaksanakan (Webster super new school
and office dictionary dalam suharsaputra 2010:144). Sementara Prawirosentono
dalam bahri (2010:8) memberikan batasan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan
organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Sedangkan the scriber-bantam English dictionary dalam moeheriono (2012:96)
kinerja berasal dari kata “to perform” dengan beberapa entries yaitu: (1)melakukan,
menjalankan, melaksanakan (2)memenuhi atau melaksanakan suatu niat atau nazar,
(3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (4) melakukan sesuatu
yang diharapkan oleh sesorang atau mesin. Kinerja juga dapat diartikan prestasi kerja
atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja (LAN dalam Rachmawati 2013: 120).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan kinerja adalah perilaku seseorang dalam
melaksanakan suatu kegiatan. Terkait dengan kinerja guru, konsep kinerja guru dapat
diartikan sebagai kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaannya rachmawati (2013:16). Sejalan dengan ini (Sudjana, Supervisi
pendidikan Konsep dan aplikasinya bagi pengawas sekolah, 2012) menyatakan
Kinerja guru adalah unjuk kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Sedangkan (Suharsaputra, 2010):176 menyatakan kinerja guru hakikatnya adalah
perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik. Kinerja guru dapat dilihat dari aspek kegiatan dalam menjalankan tugas
dan cara pada waktu melaksakan tugas tersebut. Janawi (2012: 63) merumuskan
kinerja guru sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendidik
2. Menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu secaraterus menerus
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat atas dasarkeihlasan sebagai wujud pengamalan ilmu dan teknologi yang telahdikuasai
4. Beradaptasi dan berkomunikasi dengan komunitas profesi untukmeningkatkan sinergi dalam pengembangan ilmu dan kinerjaprofessional
5. Bersikap inklusif, bertindak objektif, dan berkomunikasi secaraempatikdan santun dengan masyarakat luas.
Guru sebagai salah satu bagian dari pendidik professional memiliki tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi pesertadidik. UURI No.14 Tahun 2005 Pasal 20 menegaskan bahwa
tugas/kewajiban guru sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni;
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, atau latar belakang keluarga dan status social ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hokum dank ode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Mencermati undang-undang tersebut tanpa mengesampingkan yang lainnya,
nampak bahwa aspek pembelajaran merupakan kegiatan utama untuk dilaksanakan
guru. Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja
untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu
antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan
kegiatan membelajarkan Sudjana (2004:28) sebagaimana dikutip (Siswoyo, 2013).
Dengan demikian dalam proses pembelajaran peranan guru sangatlah penting,
seorang guru dalam pembelajaran akan sengaja menciptakan suatu suasana untuk
terjadinya proses pembelajaran, kegiatan guru ini dimulai dari perencanaan tentang
apa dan bagaimana proses pembelajaran, kemudian melaksanakan pembelajaran dan
diakhiri dengan penilaian pembelajaran. Berkaitan dengan kinerja guru Rachmawati
(2010:121) mengutip pendapat Piet A. Sahertian dalam Kusmianto (1997: 49)
bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam
menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2)
persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran,
(4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan
yang aktif dari guru.
Dari uraian diatas dalam penelitian ini, kinerja guru akan difokuskan pada
aspek pembelajaran, selanjutnya pengertian kinerja guru didefenisikan sebagai
perilaku guru dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi dimensi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.
Konsep masing-masing dimensi diuraikan sebagai berikut.
1. Dimensi perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah rancangan tentang apa yang akan
dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran, tahap perencanaan dalam
kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru
menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses
penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu
mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP).
2. Dimensi pelaksanaan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang
ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber
belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran.Semua tugas tersebut
merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya
menuntut kemampuan guru. Pengelolaan Kelas adalah kemampuan membuat suasana
belajar yang kondusif yang bertujuan menciptakan proses pembelajaran yang
menyenangkan. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa
dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan
keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai dan mengakhiri proses
pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.Kemampuan lainnya
dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/ setting tempat duduk siswa yang
dilakukan pergantian, tujuannya memberikan kesempatan belajar secara merata
kepada siswa. Sedangkan Penggunaan Media dan Sumber Belajar adalah
kemampuan menggunakan media dan sumber belajar pada saat proses pembelajaran,
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mempercepat proses
pemahaman siswa dan yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman.
Penggunaan Metode Pembelajaran adalah kemampuan penggunaan metode
pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode
pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Karena siswa memiliki
karakteristik yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus menggunakan multi
metode.
3. Dimensi penilaian pembelajaran.
Penilaian mengukur sejauh mana indikator pencapaian kompetensi dikuasai
peserta didik. Pada tahap ini seorang guru harus memiliki kemampuan membuat
instrumen untuk melakukan pengukuran. Tahap penilaian ini harus dilakukan guru
setiap selesai melaksanakan pembelajaran, sebab tanpa penilaian pembelajaran
dianggap belum tuntas (Sudjana, Pemantauan Pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan, 2012), bentuk penilaiannya bisa secara lisan ataupun tertulis, bisa juga
dilakukan dengan pemberian tugas yang harus dikerjakan peserta didik.
Terdapat dua Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan
penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP).
PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal
yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar
yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di
kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan terting-gi di kelasnya.
Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa
tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat
dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes
yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau batas
lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang
telah ditetapkan.
2. Kualitas Supervise Akademik
a) Konsep Kualitas
Secara umum dalam masyarakat istilah kualitas menggambarkan sejumlah
keistemawaan produk. Kata kualitas mewakili perasaan puas atas suatu produk,
dengan demikian kualitas adalah sesuatu yang diburu oleh setiap orang terhadap
suatu produk. Produk dapat dibagi menjadi tiga yaitu, barang, perangkat lunak,dan
jasa. Namun demikian dalam lingkup akademik para ahli mendefinisikan kualitas
dengan berbagai perpektif, beberapa diantaranya adalah Gaspersz (2003) yang
memandang kualitas sebagai segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau
kerusakan, lebih lanjut (Gaspersz, 2003) mendefinisikan kualitas adalah segala
sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Sementara
Wibowo (2012:137) mendefenisikan kualitas sebagai memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan. Jika dianalisa Gaspersz dan Wibowo memiliki kemiripan dalam
memberikan pengertian tentang kualitas, keduanya menekankan hal sama bahwa
kualitas itu beroreintasi pada pelanggan dengan menekankan aspek sesuai keinginan,
memenuhi kebutuhan dan melebihi harapan pelanggan, konsep ini memberikan
pemahaman bahwa antara produk dan pelanggan adalah satu kesatuan dimana
penentu kualitas suatu produk adalah pelanggan. Dengan mencermati konsep kualitas
yang berorientasi pelanggan, memberikan gambaran bagaimana mencari jawaban
ketika suatu produk ingin diketahui kualitasnya, tentu yang dilakukan adalah
melakukan pengukuran kepada pelanggan, terkait persepsi mereka tentang produk
tersebut yang ingin diketahui kualitasnya. Salah satu Teknik pengukuran yang dapat
dilakukan adalah memberikan kuesioner kepada pelanggan, kemudian mengolah data
kuesioner menggunakan statistika untuk menjastifikasi kualitas produk tersebut, hal
menarik pada kasus pengukuran kualitas yang beorientasi pada pelanggan ini adalah
persoalan validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Sebab belum ada satu
alat ukur/instrument yang diterima secara internasional, sebagai contoh misalnya
ketika hendak mengukur panjang maka diseluruh dunia sepakat alat yang digunakan
adalah meter. Ahli lain yang juga memiliki pandangan tentang kualitas dengan
menekankan kualitas dari perpektif pelanggan diantaranya, Edwar salis (1993:24)
sebagaimana dikutip Suhardan (2012:94) mendefenisikan kualitas sebagai sesuatu
yang melebihi kepuasan dan keinginan konsumen, Heizer dan Render juga
mendefinikan kualitas sebagai kemampuan produk memenuhi kebutuhan pelanggan
dalam wibowo (2001:171). Dikatakan pula bahwa kualitas secara garis besar
beorientasi kepada memberi kepuasan kepada pelanggan yang menjadi tujuan
organisasi Suhardan (2012: 97). Sementara itu Stephen Murgatroyd dan Collin
morgan (1994:45) dalam suhardan (2012: 95) membagi tiga konsep dasar dalam
memahami konsep kualitas yaitu Quality assurance, contract conformance dan
customer driven.
1. Quality assurance merujuk pada ketentuan berdasarkan standar, dimana standar
ditentukan dan ditetapkan oleh badan ahli. Misalnya kendaraan merk Toyota
dimana standar kualitasnya ditentukan oleh badan ahli Toyota sebelum
produknya dilempar dipasar.
2. Contract conformance mendefinisikan bahwa kualitas harus sesuai dengan
contract atau memenuhi kesepakatan bersama, dimana standar kualitasnya
didasarkan atas negoisasi ketika kontrak antara produsen dan konsumen
disepakati. Istilah pertama dan kedua ini hampir sama yang mebedakan hanyalah
pada pihak yang menetapkan standar dari kualitas tersebut.
3. customer driven memandang bahwa kualitas harus memenuhi kebutuhan
pelanggan. Defenisi ini menekankan bahwa suatu produk dikatakan berkualitas
jika mampu memenuhi kebutuhan, melebihi harapan dan keinginan konsumen.
Mencermati beberapa defenisi pakar tentang kualitas dapatlah ditarik satu
kesimpulan bahwa kualitas adalah kemampuan produk dalam menyesuaikan
keinginan, memenuhi kebutuhan dan melebihi harapan pelanggan.
Perlu ditekankan pula sangat berbeda antara kualitas barang dengan kualitas
jasa, perbedaan ini diawali dari perbedaan barang dan jasa , jika barang adalah benda
yang berwujud yang dapat diraba dirasa dan dinikmati juga dapat diproduksi secara
massal oleh suatu perusahaan dan bisa diperbaiki jika ada kerusakan, maka jasa
merupakan merupakan produk yang tak dapat diraba, jasa merupakan sebuah
aktivitas pekerjaan yang bersifat pelayanan, dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan
dan melebihi harapan orang yang memerlukannya, jasa bersifat subjektif dan
emosional menyentuh dimensi afeksi seseorang yang membutuhkannya. Kualitas
jasa mengandung perpektif individual, berkontek dengan waktu dan situasi ketika
jasa diberikan. Menurut Sallies (1993) dalam Suardan (2012:102) kualitas jasa
ditandai oleh: adanya kontak langsung antara pemberi jasa dan pemakai jasa, (2)
waktu merupakan unsur yang sangat penting dari kualitas jasa, jasa harus diberikan
tepat waktu saat dibutuhkan, (3) jasa tak dapat direnovasi, (4) jasa lebih terfokus
pada proses dari pada produk.
Pada konteks supervise akademik, supervise akademik adalah layanan yang
diberikan supervisor kepada guru, dengan tujuan membantu guru meningkatkan
kualitas profesionalnya dalam mengajar sagala (2010:104). Supervise akademik
menyangkut pengembangan kualitas guru, tentu sangat terkait dengan kemampuan
pengawas, guru sebagai objek supervise akademik dapat ditempatkan sebagai
penerima jasa, atau secara ektrim guru disebut pelanggannya pengawas. Dengan
demikian apabila kualitas adalah kemampuan produk untuk sesuai keinginan,
memenuhi kebutuhan dan melebihi harapan pelanggan, maka kualitas supervise
akademik adalah kemampuan supervisor dalam memberikan supervise akademik
yang sesuai keinginan, memenuhi kebutuhan bahkan melebihi harapan guru.
b) Supervise Akademik
(1) Konsep Supervisi Akademik.
Istilah Supervisi akademik telah menjadi kajian menarik sebab supervisi
akademik erat kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan dimana dewasa
ini banyak pihak yang intens pada persoalan mutu pendidikan. Istilah supervise
diadaptasi dari bahasa inggris “supervision” yang mengandung makna bantuan
professional dari seorang supervisor kepada seorang atau sekelompok orang
yang disupervisi Sudjana (2012:5). Pada konteks ke Indonesiaan supervisor
disebut pengawas dengan tugas utama melakukan supervisi. Dalam dunia
pendidikan kita juga dikenal istilah supervisi yang dilakukan oleh pengawas
sekolah dengan tugas utama melakukan supervise akademik dan manajerial,
kajian ini akan difokuskan pada konteks supervise akademik. Konsep supervise
akademik pada umumnya mengacu pada usaha perbaikan/peningkatan situasi
pembelajaran, demikian untuk sampai pada satu kesimpulan tentang konsep
supervise akademik, akan dikemukakan beberapa pendapat ahli tentang defenisi
supervisi akademik, (Ali Imron, 2011:8) mendefinisikan supervise akademik
sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru. Wiles sebagai mana dikutip
sagala (2010:91) menyatakan “supervision is an assistance in the development
of a better teaching-learning situation” yaitu supervise akademik adalah suatu
bantuan dalam pengembangan dan peningkatan situasi pembelajaran yang lebih
baik. Sedangkan sehertian dalam sudjana (2012:4) mengartikan supervise
akademik sebagai usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan
terutama guru-guru baik secara pribadi ataupun kelompok dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan menganalisis beberapa pendapat
tentang supervise akademik, sekalipun nampak berbeda tetapi ada kesamaan
mendasar dari konsep yang diutarakan yaitu; bantuan yang ditujukan kepada
guru untuk meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran. Sehingga
dapatlah dikatakan bahwa supervise akademik adalah bantuan yang diberikan
kepada guru untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Jika dicermati kata kunci
dari definisi diatas adalah peningkatan kualitas pembelajaran, sehingga fokus
dalam supervise akademik adalah membantu guru dalam melaksanakan dan
mengelola pembelajaran.
(2) Tujuan dan fungsi supervise akademik
Tujuan sepervisi akademik bukan meyodorkan suatu toeri, tetapi
menganjurkan sesuai kebutuhan dan untuk mengungkap beberapa karakteristik
esensial teori Sagala (2010:102), Imron (2011:10) menambahkan tujuan
supervise akademik adalah untuk meningkatkan kemampuan professional guru
dalam meningkatkan proses, hasil belajar mengajar melalui pemberian bantuan
yang terutama bercorak layanan professional kepada guru. Sementara itu
Sudjana (2012:56) merumuskan tujuan supervise kedalam tiga aspek yaitu:
1. Membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yakni melaksanakan
pembelajaran yang mendidik, mendidik ditekankan bahwa tugas yang
dibebankan kepada guru bukan hanya semata-mata mengembangkan
kecerdasan intelektual tetapi juga mengembangkan nilai-nilai moral, social,
religi sebagai bagian integral dari proses pembelajaran yang menumbuhkan
kedewasaan intelektual, moral, social, dan emosional
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemantauan dan penilaian
kegiatan proses belajar mengajar disekolah guna mengetahui sejauhmana
tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berkualitas
apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang mengembangkan
kemampuan berfikir kritis, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta
mencapai hasil belajar yang optimal sehingga peserta didik mempu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki rasa keingintahuan
lebih lanjut.
3. Mendorong/memotivasi guru menggunakan seluruh kemampuannya dalam
melaksanakan pembelajaran, mendorong guru untuk selalu berusaha
meningkatkan kemampuannya, serta mendorong guru agar memiliki
perhatian sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung jawab profesinya.
Adapun fungsi supervisi akademik adalah menumbuhkan iklim bagi
perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi
terhadap guru-guru dalam wujud layanan professional Imron (2011:12). Wiles
dan Lovel dalam Imron (2011:12) mengklasifikasikan fungsi supervisi
akademik menjadi tujuh yaitu:
1. Pengembangan tujuan
2. Pengembangan program
3. Koordinasi dan pengawasan
4. Motivasi
5. Pemecahan masalah
6. Pengembangan professional
7. Penilaian keluaran pendidikan.
(3) Prinsip supervise akademik
Prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam suatu
kegiatan/aktivitas, prinsip ini ibarat kompas sebagai alat untuk memastikan
bahwa perjalanan akan sampai pada tujuan. Dalam perspektif supervise
akademik prinsip-prinsip supervise akademik adalah hal-hal yang harus
dipedomani, dijadikan dasar ketika melakukan supervise pendidikan, sehingga
supervise akan bermuara pada tujuan supervise yang hendak dicapai, berikut
prinsip-prinsip supervise yang disarikan dari pendapat sagala (2010: 96) yaitu:
1. Ilmiah, mengandung pengertian dilaksanakan dengan sistematis, objektif
dan menggunakan instrument. Sistematis maksudnya berurut dari masalah
satu kemasalah berikutnya secara runtut. Objektif berarti apa adanya.
Menggunakan instrument artinya dalam pelaksanaan ada alat ukur yang
digunakan sebagai panduan.
2. Demokratis maksudnya menjunjung tinggi asas musyawarah, menerima
pendapat orang lain.
3. Kooperatif, artinya dapat terdapat kerja sama yang baik antara supervisor
dan guru
4. Konstruktif dan kreatif, yaitu membina insiatif guru dan memotivasi guru
untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menghindari sikap
otoriter
5. Realistic, sesuai dengan keadaan dimana dalam pelaksanaannya
memperhitungkan dan memaksimalkan apa yang ada, dan tidak terlalu
idealistic.
6. Proegresif , artinya setiap langkah dilakukan dengan perhitungan yang
cermat dan dengan ukuran yang jelas apakah setiap langkah memperoleh
kemajuan.
7. Inovatif maksudnya pelaksanaan supervise akademik selalu berusaha
menemukan hal-hal baru yang lebih baik
(4) Perilaku supervisor pendidikan
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan. Perilaku dalam supervise pendidikan menggambarkan
bagaimana individu supervisor bereakasi, bertindak, merasakan dalam upaya
peningkatan kualitas pembelajaran. Dengan demikian perilaku supervisor
dalam supervise pembelajaran sangat menentukan keberhasilan supervise.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukan Sagala (2010:235) yaitu perilaku
supervisor merupakan salah satu kunci keberhasilan supervise pendidikan.
Glicman (1981) dalam Imron (2011:71) berhasil mengidentifikasi orientasi
perilaku supervisor dalam supervise akademik yaitu:
1. Listening (mendengar) adalah kemampuan supervisor mendengar
pendapat, keluhan-keluhan yang disampaikan guru terkait dengan
pembelajaran
2. Clarifying (mengklarifikasi) yaitu kemampuan supervisor memperjelas
mengenai apa yang dimaksudkan oleh guru.
3. Encouraging (mendorong) yaitu supervisor mendorong guru agar mau
mengemukakan mengenai segala hal yang dirasakan belum jelas
4. Presenting (mempersentasikan) adalah kemampuan supervisor
mengemukakan persepsinya mengenai hal-hal yang dikemukakan dan
dimaksudkan guru.
5. Problem solving (memecahkan masalah) maksudnya adalah supervisor
dan guru bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapi guru
6. Negotiating (negosiasi) yang dimaksud disini adalah berunding dan
membangun kesepakatan-kesepakatan mengenai tugas yang harus
dilakukan masing-masing atau bersama-sama
7. Demonstrating (demonstrasi) yaitu kemampuan supervisor
mendemontrasikan penampilan tertentu untuk diamati dan ditirukan
oleh guru
8. Directing, yaitu supervisor mengarahkan guru melakuka hal-hal
tertentu.
9. Standardization (menstandarkan), supervisor mengadakan penyesuaian-
penyesuaian bersama guru
10. Reinforcing (memberikan penguatan). Supervisor mengambarkan
situasi kondisi yang menguntungkan bagi supervise pembelajaran.
(5) Sasaran supervise akademik
Dengan memaknai defenisi Supervisi akademik sebagai bantuan yang
diberikan kepada guru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Maka secara tersirat dapat dipahami yang menjadi sasaran dalam
supervise akademik adalah guru. Hal ini senada dengan pendapat sudjana dkk
(2006) yang menyatakan sasaran supervise akademik adalah memberikan
bantuan kepada guru, bentuk bantuan berupa bimbingan yang ditujukan untuk
membantu guru dalam: (1) merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau
bimbingan, (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan, (3) menilai
proses dan hasil pembelajaran/ bimbingan, (4) memanfaatkan hasil penilaian
untuk peningkatan layanan pembelajaran/bimbingan, (5) memberikan umpan
balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta didik, (6) melayani
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, (7) memberikan bimbingan
belajar pada peserta didik, (8) menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, (9) mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media
pembelajaran dan atau bimbingan, (10) memanfaatkan sumber-sumber belajar,
(11) mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi,
teknik, model, pendekatan dll.) yang tepat dan berdaya guna, (12) melakukan
penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan,(13) mengembangkan
inovasi pembelajaran/bimbingan. Sejalan dengan ini Sahertian (2008)
mengkalisifikasi bantuan dalam supervise akademik dalam empat aspek yakni:
(1)merancangkan program pembelajaran, (2)melaksanakan proses pembelajaran,
(3) menilai proses dan hasil belajar, dan (4) mengembangkan manajemen kelas.
Bentuk-bentuk bantuan yang seharusnya diberikan pengawas kepada guru juga
tercermin dalam Permendiknas-RI Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah yaitu: (1) Membimbing guru dalam menyusun
silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah menengah yang sejenis berlandaskan standar isi, standar kompetensi
dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP, (2)
Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik
pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa
melalui mata-mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah menengah yang sejenis, (3)Membimbing guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun
mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis, (4)Membimbing
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas,
laboratorium, dan atau di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun
mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis, (5)Membimbing
guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media
pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis,
(6)Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam
pembelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaan yang
relevan di sekolah menengah yang sejenis.
c) Dimensi Kualitas Supervisi Akademik.
Secara umum tujuan supervise akademik adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran dilakukan dengan
memberikan bantuan kepada guru, bantuan tersebut dalam bentuk bimbingan,
dimana bimbingan kepada guru merupakan salah satu tugas pokok pengawas yang
terkait dengan supervise akademik (PERMENPAN RI No 10 Tahun 2010). hal
tersebut juga sesuai dengan yang diungkapkan alfonso dkk (dalam sujdana 2012)
bahwa supervisi akademik adalah sebagai layanan profesional pengawas yang harus
berdampak langsung pada perilaku guru dalam mengelola pembelajaran dan berfokus
pada tujuan peningkatan kemampuan guru mengelola pembelajaran. Sebagai
konsekuensinya kemampuan pengawas dalam memberikan bantuan akan
menentukan kualitas supervise akademik tersebut. Kualitas supervise akademik dapat
dilihat dari beberapa aspek bantuan yang diberikan dalam hal ini berupa bimbingan
kepada guru, dimana dalam penelitian ini bimbingan tersebut dikelompokkan pada
dimensi perencanaan pembelajaran, dimensi pelaksanaan pembelajaran, dimensi
penilaian pembelajaran
d) Pengukuran Kualitas Supervisi Akademik
Sebagai pelaku supervise akademik, pengawas sekolah selayaknya memiliki
kemampuan membimbing guru dalam aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, penilaian pembelajaran. Yang termasuk dalam aspek perencanaan
adalah membimbing guru mengembangkan silabus, membimbing guru dalam
membuat RPP, Penyusunan program semester, penyusunan program tahunan. Aspek
pelaksanaan meliputi: membimbing guru dalam mengelola kelas, Membimbing guru
dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran,
Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan,
Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
media, Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam
pembelajaran. Aspek penilaian meliputi: membimbing guru mengembangkan
instrument penilaian, membimbing guru dalam anlisis butir soal
mendengarkan pendapat-guru, memecahkan masalah pembelajaran, mampu
membimbing pembuatan silabus/RPP, mampu membimbing guru menggunkan
media pembelajaran, mampu memberikan bimbingan tentang metode/teknik
pembelajaran, Mampu memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi,
mampu membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, mampu
menerapkan prinsip ilmiah, mampu memberikan penguatan. Kualitas supervise
akademik sangat terkait dengan bagaimana kemampuan pengawas dalam hal
mendengarkan pendapat guru, memecahkan masalah pembelajaran, membimbing
pembuatan silabus/RPP, membimbing guru menggunkan media
pembelajaran,memberikan bimbingan tentang metode/teknik pembelajaran,
memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi, mampu membimbing
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, menerapkan prinsip ilmiah,
memberikan penguatan.
Kualitas supervise akademik dapat diketahui dengan melakukan pengukuran,
salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui tanggapan guru melalui angket
persepsi, guru sebagai objek supervisi tentu dapat mengamati dan merasakan
berbagai bentuk bantuan yang diberikan pengawas, teknik pengukuran kualitas
berdsarkan persepsi inilah yang disebut sebagai pengukuran kualitas dengan orientasi
customer driven.
3. Validitas Isi Gregory
Menurut Ruslan,(2008) dalam penjelasan tentang metode statistika untuk
menentukan validitas isi dan reliabilitas menyeluruh dari suatu tes melalui penilaian
pakar. Relevansi kedua pakar secara menyeluruh merupakan validitas isi Gregory,
yaitu berupa koefisien validitas isi. Koefisien valditas isi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
Validitas Isi = DA + B + C + DKeterangan:
A = Sel yang menunjukkan kedua penilai/pakar menyatakan tidak relevan
B dan C = Sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antar penilai/pakar
D = Sel yang menunjukkan kedua pakar/penilai untuk validitas isi.
Kriteria suatu butir instrumen dikatakan memenuhi validitas isi apabila butir
instrumen memiliki koefisien validitas isi dengan V > 75% dari skor maksimun.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Suatu kajian kualitatif tentang berbagai factor dalam supervise akademik
pengawas sekolah SMK di Kabupaten Kuningan oleh Ruswenda tesis 2011,
menemukan bahwa pelaksanaan supervise akademik tidak efektif beberapa factor
penyebabnya adalah motivasi, komitmen dan kemampuan pengawas yang rendah,
komunikasi tidak lancar, upaya pemberdayaan yang kurang optimal, beban kerja
yang terlalu berat, dan budaya sekolah yang tidak mendukung.
Penelitian tentang pengaruh Supervise Akademik Kepala Sekolah terhadap
Profesionalisme Guru pada SMK Negeri di Kabupaten Jeneponto, Suhapid
tesis:2010, menemukan bahwa ada pengaruh signifikan antara kedua variable dengan
persamaan regresi Y=49,61+0.398 x. penelitian ini dilakukan dengan populasi 124
orang guru yang tersebar pada 8 SMK Negeri, dengan teknik pengambilan sampel
proporsional random sampling diambil 84 orang guru, dalam penelitian ini Suhapid
memandang supervise akademik dengan tiga dimensi kompetensi yaitu perencanaan,
pelaksanaan, tindak lanjut hasil supervise.
Basri: Tesis 2010 juga meneliti Pengaruh Supervise Kepala Sekolah terhadap
Kinerja Guru, dengan melakukan survey kepada 200 orang dengan sampel penelitian
127 orang, mendapatkan hasil pengaruh positif dan signifikan antara supervise dan
kinerja guru, analisis data menggunakan regresi sederhana, analisis ini belum
mengcover pengaruh dari masing-masing indicator variable supervise dan kinerja.
C. Kerangka Pikir
Supervisi akademik adalah layanan yang diberikan kepada guru berupa
bantuan dalam peningkatan kualitas pembelajaran yang merupakan tugas utama
guru. Pada kontek ini bantuan yang diberikan adalah berupa bimbingan dan atau
pelatihan dengan fokus meningkatnya kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dengan
adanya supervisi akademik maka masalah-masalah yang dihadapi guru akan
terselesaikan serta kemampuan guru akan semakin meningkat. Konsep supervisi
akademik juga menyiratkan posisi pengawas sebagai gurunya guru, dengan demikian
kualitas supervisi akan berpengaruh pada kemampuan guru yang tercermin pada
perilaku guru dalam proses pembelajaran atau kinerja guru.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori serta kerangka piker yang
telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis yang merupakan dugaan sementara
terhadap masalah penelitian dan selanjutnya akan dibuktikan berdasarkan hasil
pengolahan data, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah “
Terdapat pengaruh antara kualitas supervise akademik pengawas terhada
kinerja guru”
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Disain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah ex post facto dengan menggunakan metode
penelitian survey dengan teknik analisis data menggunakan analisis regresi
sederhana.
Penelitian ex post facto termasuk penelitian noneksprimen digunakan ketika
peneliti tidak dapat mengontrol variabel bebas yang mungkin mempengaruhi variabel
terikat dikarenakan variabel bebas telah terjadi, pernyataan ini didukung oleh
Kerlinger (2006:604) yang mendefinisikan ex post facto sebagai telaah empirik yang
sistematis dimana peneliti tidak dapat mengotrol langsung variabel bebas karena
peristiwanya telah terjadi atau hakekat sifatnya tidak dapat dimanipulasi. Inferensi
tentang relasi dibuat tanpa intervensi langsung. Penelitian ex post facto
membutuhkan asumsi teoritis yang kuat bahwa variabel terikat benar-benar
dipengaruhi oleh variabel bebas.
Kerlinger (2006:660) Metode survey digunakan mengkaji populasi dengan
menyeleksi sampel yang dipilih dari satu populasi. Dengan alat pengumpul data pada
metode survey adalah kuesioner Singarimbun (2012:3), Kerlinger (2006:679)
menegaskan beberapa keuntungan pengunaan metode survey (a) banyak informasi
yang dapat diperoleh dari populasi yang diteliti dengan biaya yang kecil (b)
informasi yang diperoleh akurat.
Penelitian ini akan dilakukan dengan konstelasi hubungan antar variabel
penelitian seperti yang diperlihatkan dalam gambar 3-1
Gambar 3-1. Konstelasi hubungan antar variabel penelitian
Keterangan:
X : Kualitas Supervisi Akademik Pengawas
X1 : Bimbingan dalam merencanaan pembelajaran
X2 : Bimbingan dalam melaksanaan pembelajaran
X3 : Bimbingan dalam penilaian pembelajaran
Y : Kinerja Guru
Y1 : Perencanaan pembelajaran
Y2 : Pelaksanaan pembelajaran
Y3 : Penilaian pembelajaran
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kapubaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat,
pemilihan tempat ini didasarkan atas pertimbangan peneliti yang merupakan wakil
dari Kabupaten Mamuju dalam program Beasiswa S2 Kepengawasan Dikmen,
sehingga nantinya akan mempermudah akses dan segala hal terkait keperluan
penelitian ini. Adapun waktu penelitian direncanakan pada tanggal 1 Januari 2014
sampai dengan 30 Maret 2014.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru SMA Negeri sekota mamuju
yang berjumlah 200 orang yang terdiri dari tiga satuan pendidikan. Dengan
Karakteristik populasi ini peneliti akan menggunakan teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah proporsional random sampling.
D. Variabel Penelitian
1. Jenis variabel penelitian
Jenis variabel dalam penelitian ada dua variabel bebas dan variable tak
bebas. Variabel bebas dalam peneltian ini adalah Kualitas Supervise Akademik
Pengawas dan variabel tak bebasnya adalah Kinerja Guru
2. Definisi konseptual variabel penelitian
Adapun defenisi konseptual masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut
1. Kinerja guru adalah perilaku guru dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi
dimensi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian
pembelajaran.
2. Kualitas supervisi akademik pengawas adalah kemampuan supervisor dalam
memberikan layanan kepada guru berupa bantuan dalam peningkatan
pembelajaran yang sesuai keinginan memenuhi kebutuhan bahkan melebihi
harapan guru.
3. Definisi operasional variabel penelitian
1. Kinerja guru adalah skor yang diperoleh guru melalui angket persepsi guru yang
berisi perilaku guru dalam pembelajaran.
2. Kualitas supervise akademik pengawas adalah skor kemampuan pengawas dalam
memberikan bimbingan pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran yang diperoleh berdasarkan persepsi guru.
E. Instrumen Penelitian
1 Jenis instrumen penelitian
Untuk keperluan pengukuran masing masing variable maka diperlukan
instrument, adapun jenis instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrument non tes yang berupa kuesioner dengan menggunakan skala likert, Skala
Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam penelitian survey
(http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Likert). Skala ini dikembangkan oleh Rensis
Likert Likert (1932), dalam penelitian ini dikembangkan skala likert dengan lima
kategori sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju dengan
pernyataan Favorable (+) dan Unfovorable (-). Untuk keperluan analisis data
dilakukan kuantifikasi dengan aturan untuk pernyataan favorable (sangat tidak setuju
= 1, tidak setuju = 2, netral = 3, setuju = 4, sangat setuju = 5) dan untuk
pernyataan Unfovorable (sangat tidak setuju = 5, tidak setuju = 4, netral = 3, setuju
= 2, sangat setuju = 1) .
2 Pengembangan instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan
konsultasi dan arahan dari dosen pembimbing, Intrumen yang dikembangkan adalah
instrumen kualitas supervise akademik pengawas dan instrument kinerja guru.
Adapun Pengembangan intrumen dalam penelitian ini dikembangkan dengan tahapan
sebagai berikut:
Gambar 0-1Gambar 3-2. Diagram Alir Tahapan pengembangan Instrumen Penelitian
Berikut akan diberikan penjelasan Diagram alir tahapan pengembangan
instrument diatas. Berawal dari variabel penelitian, peneliti mengakaji teori terkait
variebel-variabel penelitian untuk kemudian merumuskan suatu defenisi konstruk
Variabel Telaah Teori Defenisi Konstruk
Kisi-kisi InstrumenMembuat ButirValidasi isi Gregory
Mengolah HasilValidasi
Uji CobaInstrument
Analis Validitas danReliabilitas hasil uji coba
Transformasi SkalaInstrumen
Distribusi Butirinstrumen
InstrumenSiap
digunakan.
dari variabel penelitian, definisi konstruk adalah suatu konsep yang sengaja
diciptakan untuk maksud ilmiah yang khusus Kerlinger (2006:48). Langkah
selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrument berdasarkan konstruk, dimensi dan
indikator variabel penelitian. Setiap indikator dikembangkan menjadi butir-butir
instrument sehingga terbentuklah suatu instrument, intrumen ini kemudian di validasi
secara teoritik/ validitas isi, validasi isi dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap
butir benar-benar merupakan representasi subtansial dari indikator Kerlinger
(2006:731). Untuk keperluan validasi isi digunakan validitas isi Gregory
sebagaimana dibahas oleh Ruslan (2008), setelah proses validasi isi selesai maka
instrument diuji cobakan dilapangan, berikutnya hasil uji coba dilapangan peneliti
memperoleh sekumpulan data yang berskala ordinal, hal ini disebabkan skala yang
digunakan adalah skala likert, untuk itu sebelum data dianalisis lebih lanjut maka
perlu dilakukan transformasi skala dari ordinal menjadi skala interval (Sappaile,
2007). Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis validitas untuk menentukan
butir-butir yang valid dan tidak valid dengan menggunakan bantuan program SPSS
20 for windows. Setelah diperoleh sejumlah butir valid maka dilakukan proses
perhitungan reliabilitas instrument. Terkhir dilakukan distribusi butir dalam dan
jadilah sebuah instrument yang siap digunakan untuk mengambil data penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penjaringan data dilakukan dengan menggunakan instrument nontes dalam
bentuk kuesioner pertanyaan tertutup. Metode pemberiannya adalah kuesioner tatap
muka, metode ini dipilih karena beberapa kelebihan yang dimilikinya antara lain (1)
ekpektasi pengisian dan pengembalian yang tinggi (2) peneliti mengetahui dengan
pasti siapa yang mengisi kuesioner (3) ekonomis dan waktu yang digunakan relative
lebih sedikit black dan champion (1992:335).
G. Hipotesis Statistik
H0: β≠0 ; H1: β=0
H. TeknikAnalisis Data
Untuk keperluan penelitian ini analis data yang digunakan adalah sebagai berikut
1. Analisi Butir Instrument
Analisis butir instrumen dilakukan pada tahap pengembangan Instrumen
Penelitian, untuk menelaah butir-butir valid. Dengan mengunakan bantuan program
SPSS 20 for windows akan diperoleh nilai r hitung. Selanjutnya penentuan butir
valid tidak valid dilakukan dengan kriteria “jika rhitung > rtabel 5% maka butir
dinyatakan memiliki korelasi signifikan dengan skor total tes, dan butir dinyatakan
valid. Selebihnya butir dikatakan tidak valid. Selanjutnya butir valid akan dihitung
reliabilitasnya dengan menggunakan koefisien alfa croncbach.
2. Analis deskriptif metode IPA
Metode IPA merupakan alat analisis deskriptif untuk menganalisis tingkat
kesesuaian antara kualitas supervise akademik pengawas dengan harapan guru.
Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor nilai kinerja yang dirasakan
dengan skor nilai jasa yang diharapkan.
Perhitungan tingkat kesesuaian dilakukan untuk mengetahui urutan prioritas
atribut – atribut dari indikator kualitas kinerja pengawas dalam melakukan supervisi
akademik.
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang diwakili oleh X dan Y. X adalah
kualitas sepervisi akademik pengawas yang mempengaruhi kinerja guru dan Y
adalah tingkat kepentingan/harapan guru terhadap kualitas supervise akademik
pengawas.
Penilaian tingkat kesesuaian menurut pendapat Supranto (2011) & Kaihatu
(2008) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
= 100%Keterangan:
Tki = tingkat kesesuaian guru
Xi= skor penilaian kualitas supervise akademik yang dirasakan
Yi= skor penilaian kualitas supervise akademik yang diharapkan
Selanjutnya dibuatlah diagram kartesius dengan sumbu X sebagai variabel
harapan guru yang diisi skor harapan guru terhadap kualitas supervise akademik
pengawas, dan sumbu Y sebagai variabel kualitas supervise akademik pengawas
yang diisi dengan skor kualitas supervise akademik pengawas yang dirasakan guru.
Secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut:
=∑
dan =∑
Dimana = skor rerata tingkat kepentingan
= skor rerata kualitas supervisi akademik yang dirasakan
= jumlah responden/pendidik
Kemudian bagilah bagian diagram kartesius menjadi empat kuadran yang
dibatasi dua garis tegak dengan titik – titik ( ; ) dimana adalah skor rerata dari
rata – rata skor atribut kepentingan yang mempengaruhi kepuasan pendidik dan
adalah rerata dari rata – rata skor tingkat kinerja/pelaksanaan kerja atau semua atribut
kepuasan pendidik. Rumus untuk menentukan garis pembagi kuadran sebagai
berikut:
=∑
dan =∑
dimana k =banyaknya atribut/faktor yang mempengaruhi kepuasan pendidik
Keempat kuadran tersebut adalah Kuadran I daerah A (prioritas terakhir),
kudran II daerah B (), kudran III daerah C (), dan kuadran IV daerah D ().
3. Interpretasi Skor Kualitas Supervisi akademik
Satu sisi pada suatu pengukuran yang tidak kalah penting adalah pemberian
makna atau interpretasi terhadap skor skala yang diperoleh. Disebabkan hasil
pengukuran berupa angka (kuantitatif) maka diperlukan suatu norma pembanding
agar skor kuantitatif dapat di interpretasikan secara kualitatif. Demikian juga dalam
penelitian ini untuk keperluan interpretasi skor kualitas supervise akademik
L Importance HLP
erfo
rman
ceH
pengawas maka diperlukan suatu norma pembanding untuk menunjukkan
kategorisasi kualitas supervise akademik, yang akan dikategorisasikan menjadi tiga
yaitu kualitas rendah, sedang dan tinggi. Teknik Kategorisasi yang digunakan adalah
kategorisasi jenjang berdasar model distribusi normal. Azwar (2010:106) membahas
metode kategorisasi ini sebagai berikut. Sebagaimana diketahui suatu distribusi
normal terbagi menjadi enam bagian atau enam satuan deviasi standar, jika
diinginkan kategorisasi menjadi tiga bagian maka enam satuan deviasi standar dibagi
tiga maka diproleh jarak masing-masing kelompok menjadi dua satuan deviasi
standar sehingga akan diperoleh rentang sebagai berikut:
Rentang Kategori
X < µ - (1,0*σ) Kualitas Rendah
µ - (1,0*σ) ≤ X < µ + (1,0*σ) Kualitas Sedang
X ≥ µ + (1,0*σ) Kualitas Tinggi
Tabel 3.1 Kategorisasi Kualitas Supervise Akademik
Keterangan:
X = Skor Responden
µ = mean teoritis
σ = nilai tiap satuan deviasi standar.
Dengan:
µ = ( ( + ))σ = ( ( − ))
4. Analisis inferensial
Analisis ini bertujuan untuk menguji hipotesis penelitan, yaitu menguji
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas dengan menggunakan analisis
regresi sederhana. Untuk dapat mengunakan analisis regresi sederhana harus
dipenuhi sejumlah asumsi yang biasa dikenal dengan uji prasarat analisis. Berikut uji
prasayarat yang harus dipenuhi (1) uji normalitas (2) uji linearitas
Analisis inferensial ini akan dilakukan dengan bantuan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) 20 for windows
I. Jadual Pelaksanaan Penelitian
52
DAFTAR PUSTAKA
dkk, T. R. (2013). Penilaian Kinerja Profesi Guru dan Angka Kreditnya. Yogyakarta:Gava Media.
Gaspersz, V. (2003). Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Imron, A. (2011). Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Malang:Bumi Aksara.
Janawi. (2012). Kompetensi Guru Citra Guru Professional. Bandung: Alfabeta.
Kerlinger, F. N. (2006). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press.
Mardapi, D. (2012). Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Ruslan. (2008). Studi tentang Kinerja Dosen Berdasarkan Kepuasan Mahasiswa danPengaruhnya terhadap Perilaku Pascakuliah di FMIPA Universitas NegeriMakassar. PPS UNJ: Tidak diterbitkan.
Sagala, S. (2010). Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
Sappaile, B. I. (2007). Pembobotan Butir Pernyataan Dalam Bentuk Skala Likertdengan Pendekatan Distribusi Z. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Tahunke-13 No 064, 1-8.
Singarimbun. (2012). Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES.
Siswoyo, D. (2013, 04 25). pengertian pembelajaran menurut para ahli. Retrieved09 24, 2013, from pengertian pembelajarn menurut para ahli:http://dedi26.blogspot.com/2013/04/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html
Sudjana, N. (2012). Pemantauan Pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.Cikarang: Binamitra Publishing.
Sudjana, N. (2012). Supervisi pendidikan Konsep dan aplikasinya bagi pengawassekolah. Bekasi: Binamitra Publishing.
Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan MutuPengajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, U. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sujdana, N. (2012). Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi: Binamitra Publishing.
Wibowo. (2012). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers.
Likert, Rensis (1932), "A Technique for the Measurement of Attitudes", Archives ofPsychology 140: 1–55 (online),(http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Likert#cite_note-1, diakses 30 oktober2013)
http://samianstats.wordpress.com/page/3/