Download - Korupsi nampaknya susah diberantas.docx
Korupsi nampaknya susah diberantas, tetapi kita berusaha untuk menguranginya antar daerah. padahal yang melakukan korupsi kebanyakan adalah orang2 pilihan rakyat, Apakah rakyat yang salah pilih ataukah partai yang salah mencalonkan orang tersebut sebagai wakil rakyat, hal inilah yang menjadi pertanyaan kita ? Rakyat itu sebenarnya tidak salah memilih wakil rakyatnya, karena yang lebih mengetahui kondite wakil rakyat tersebut adalah partai, bukankah yang mencalonkan orang tersebut adalah dari partai pilihan rakyat yang dipercaya oleh rakyat untuk menetukan nasib rakyat bahkan sewaktu kampanye berjanji akan memberantas korupsi. Rakyat tidak bisa menilai calon pemimpin tersebut seharusnya partailah yang menentukan orang tersebut layak dipercaya atau tidak Apakah mampu menjaga nama baik partainya atau tidak dan bisakah dimonitoring sepak terjangnya oleh partai, apabila ada penyimpangan2 yang dilakukannya kemudian terbukti TELAH melakukan korupsi ..Apa tindakan partai kepada Koruptornya? Rakyat hanya bisa mendengar hukuman yang dijatuhkan kepada Koruptor, tetapi tidak menjamin bisa mengatasi korupsi yang merajalela, harapan kita Partai ikut andil dalam pengawasan melekat kepada anggotanya agar korupsi bisa berkurang. Bagi wakil rakyat yang telah terbukti melakukan korupsi mendapat hukuman yang setimpal dan bagi partai yang telah mecalonkan wakil rakyat tersebut juga sebaiknya mendapat sanksi yaitu : Sanksi bagi Partai yang anggotanya telah terbukti melakukan korupsi di pusat maupun di daerahnya sebagai wakil rakyat. maka partai tersebut, bisa mengikuti Pemilu akan datang, tetapi apabila menang maka jumlah kursi kemenangan tersebut dikurangi dengan jumlah anggotanya yang telah terbukti melakukan korupsi didaerah tersebut. Kursi kemenangan tersebut diberikan kepada partai kecil yang mendapat suara terbanyak pada pemilu didaerah tersebut Dengan system ini maka korupsi di pusat dan didaerah akan mulai berkurang, karena partai akan memonitoring dalam hal aset kekayaan anggotanya selama menjadi wakil rakyat.Bagaimana menurut anda sekarang apakah hal ini bisa kita terapkan menjadi jalan terbaik untuk mengatasi Korupsi.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
Mewujudkan keseriusan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi, telah di keluarkan
berbagai kebijakan. Di awali dengan penetapan anti korupsi sedunia oleh PBB pada tanggal 9
Desember 2004, Presiden telah mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang menginstruksikan secara khusus Kepada Jalsa Agung Dan
kapolri:
1. Mengoptimalkan upaya – upaya penyidikan/Penuntutan terhadap tindak pidana korupsi untuk
menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.
2. Mencegan & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan wewenang yg di lakukan
oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri dalam rangka penegakan hukum.
3. Meningkatkan Kerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI, selain denagan
BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn upaya penegakan hukum dan
pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi
Kebijakan selanjutnya adalah menetapkan Rencana aksi nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-
PK) 2004-2009. Langkag – langkah pencegahan dalam RAN-PK di prioritaskan pada :
1. Mendesain ulang layanan publik .
2. Memperkuat transparasi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan pemerintah yang berhubungan
Ekonomi dan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan pangkat – pangkat pendukung dalam pencegahan korupsi.
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN ALTERNATIF
DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti penyelewengan atau
penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang
lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dis-honest (ketidakjujuran).
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelewengan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dise-butkan bahwa korupsi adalah tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan per-aturan perundang-undangan yang mengatur tentang
pidana korupsi.
Berikut ini merupakan kebijakan-kebijakan alternatif yang bisa diterapkan untuk memberantas
korupsi:
1. Pemerintah memberikan sanksi kepada Partai Politik yang telah terbukti melakukan
korupsi di pusat maupun di daerahnya .
Partai politik yang anggotanya telah terbukti melakukan korupsi di pusat maupun di
daerahnya sebagai wakil rakyat. maka partai tersebut, bisa mengikuti Pemilu akan datang,
tetapi apabila menang maka jumlah kursi kemenangan tersebut dikurangi dengan jumlah
anggotanya yang telah terbukti melakukan korupsi didaerah tersebut. Selain itu pemerintah
memberikan sisa kursi kemenangan kepada partai-partai kecil yang memiliki kompetensi
sebagai wakil rakyat yang pro kepada rakyat dan negara.
Kelebihan
Dengan system ini maka korupsi di pusat dan didaerah akan mulai berkurang, karena
partai akan memonitoring dalam hal aset kekayaan anggotanya selama menjadi wakil rakyat.
Kekurangan:
Sebagian besar partai partai kecil belum memiliki kompetensi yang layak sebagai wakil
rakyat. Bahkan terkadang mereka dianggap sebelah mata oleh rakyat. Rakyat cenderung lebih
percaya kepada partai-partai besar karena mereka lebih terbukti memiliki kompetensi sebagai
wakil rakyat.
2. Pemerintah memberikan sanksi yang berat seperti penyitaan seluruh aset kekayaan dan
hukuman seumur hidup kepada para pelaku koruptor yang telah terbukti melakukan
tindak pidana korupsi.
Apabila seseorang terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi pemerintah
melalui KPK segera melakukan tindakan dengan menyita seluruh aset kekayaannya dan
menahan orang yang bersangkutan dan memproses nya secara hukum secara cepat dan akurat.
Kelebihan:
Sanksi seperti ini akan memberikan efek jera kepada para pelaku tindak pidana korupsi.
Dengan melihat hukumannya saja orang sudah takut sehingga ketakutan tersebut akan
mempengaruhi siapa saja untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi.
Kekurangan:
Sayangnya para pelaku tindak pidana korupsi diberlakukan sama seperti tahanan
lainnya sehingga mereka terkadang mendapatkan remisi/pengurangan lama tahanan saat
mendekam di penjara. Bahkan para pelaku korupsi . Terkadang juga hukuman seperti ini
dianggap tidak manusiawi dan melanggar hak asasi manusia .
3. Pemerintah harus melakukan reformasi pembiayaan untuk kampanye politik.
Pemerintah pusat perlu memegang peran kunci dalam upaya pemberantasan korupsi.
Langkah yang perlu ditempuh dalam kaitan ini, pertama, melakukan reformasi pembiayaan
untuk kampanye politik. Sejak Indonesia menjadi negara demokrasi pada tahun 1999, banyak
partai politik bermunculan dan ini memerlukan banyak dana untuk kampanye politik mereka.
Jika dana ini tidak bisa diperoleh secara legal, biaya amat besar untuk kampanye politik
bisa memunculkan korupsi. Hal ini mungkin bisa dipecahkan dengan pembiayaan sebagian
dari biaya kampanye politik dari anggaran negara (mungkin dengan mengurangi subsidi yang
besar untuk BBM), mengurangi biaya kampanye dengan menyediakan waktu yang gratis di
TVRI atau radio pemerintah, mewajibkan partai- partai yang ikut dalam pemilu diperiksa
Badan Pemeriksa Keuangan dalam hal pembiayaan kampanye mereka, serta memastikan
bahwa Komisi Pemilihan Umum—baik di tingkat pusat maupun daerah—betul-betul netral.
Kelebihan:
Dengan menerapkan kebijakan seperti ini akan membuat pemerintah mudah dalam
memantau biaya pengeluaran kampanye tiap partai. Sehingga pemerintah bisa mendeteksi
sejak dini partai politik yang berpotensi melakukan korupsi.
Kekurangan:
Pemerintah harus menyediakan biaya yang cukup banyak sehingga beban pengeluaran
negara bertambah. Hal ini dapat berpotensi menimbulkan kenaikan harga BBM serta harga-
harga barang lainnya.