Download - KOPI - ISI
1
Manfaat Unsur Hara Makro Dan Zpt Pada Tanaman Kopi (Coffea Sp.)
Kebijakan pemerintah mengenai pencabutan subsidi pupuk dan pembebasan
tata niaganya sejak tanggal 1 Desember 1998, mengakibatkan harga pupuk
semakin mahal dan sering terjadi kelangkaan pupuk pada beberapa tempat di
lapangan (Sudika, 2000).
Petani tidak mampu membeli pupuk sesuai dengan kebutuhannya, dan hal
ini dapat menyebabkan dosis pupuk yang diterapkan sangat bervariasi. Hasil
tanaman yang maksimal tidak akan dapat dicapai bila dosis pupuk tidak sesuai
dengan kebutuhan optimal tanaman dan status kesuburan tanah setempat
(PPT, 1993).
Penggunaan pupuk yang tepat (jenis, dosis, waktu dan cara) akan sangat
menguntungkan baik secara ekonomis, teknis, sosial, maupun kesehatan
lingkungan. Untuk mendapatkan dosis pupuk yang efisien dan rasional, maka
diperlukan dukungan data mengenai status kesuburan tanah dan kebutuhan
tanaman akan unsur hara (Kadir dan Karo, 2006).
Sabihan dan Anas (2000) mengatakan penyusunan rekomendasi pemupukan
yang sesuai dengan status kesuburan tanah adalah menjadi tujuan penelitian
kesuburan tanah pada saat ini. Hal ini sangat penting mengingat penggunaan
pupuk yang tidak berimbang atau rasional (misalnya N, P, K) secara terus
menerus pada lahan pertanian akan mempercepat pengurangan unsur hara lain
seperti Ca, Mn, S, Cu dan Zn.
Rehabilitasi kebun kopi merupakan kegiatan untuk memulihkan kondisi
kebun kekeadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya meningkat.
Rehabilitasi tanaman dilakukan pada populasi tanaman yang telah berkurang
2
karena kesalahan kultur teknis (pemupukan), serangan hama penyakit, serta
kekeringan sehingga produksi rendah dan tidak menguntungkan
(Iklanbaliku, 2009).
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui manfaat unsur hara makro dan ZPT pada
Kopi (Coffee sp.)
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk melengkapi komponen penilaian di
Laboratorium Budidaya Tanaman Penyegar, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan dan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang
membutuhkan informasi.
3
Botani Tanaman
Menurut Iklabaliku (2009) klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) adalah
sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisio :
Angiospermae, Kelas : Dycotiledoneae, Ordo : Rubiales, Famili : Rubiaceae,
Genus : Coffea, Spesies : Coffea sp.
Kopi (Coffea sp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini
tumbuh tegak, bercabang dan bila dibiarkan akan mencapai tinggi 12 m. Tanaman
ini memiliki beberapa jenis cabang : cabang reproduksi, cabang primer, cabang
sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air
(Didiek dan Yufnal, 2008).
Meskipun kopi adalah tanaman tahunan, tetapi memiliki perakaran yang
dangkal. Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak
mudah rebah. Oleh sebab itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada
kemarau yang panjang bila di daerah perakarannya tidak diberi mulsa
(Sudika, 2000)
Daun tanaman kopi berbentuk bulat telur dengan ujung tegak meruncing.
Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting – rantingnya.Tanaman
kopi mulai berbunga setelah berumur ±2 tahun. Mula – mula bunga keluar dari
ketiak daun yang terletak pada batang reproduksi. Jumlah kuncup pada setiap
ketiak daun terbatas. Pada setiap ketiak daun menghasilkan 8 – 18 kuntum, setiap
buku menghasilkan 16 – 36 kuntum bunga. Waktu yang dibutuhkan untuk bunga
hingga jadi buah matang 6 – 11 bulan. Penyerbukan kopi ada 2 jenis yaitu
penyerbukan sendiri dan penyerbukan menyilang (Arief, 2011).
4
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman kopi bisa tumbuh baik pada zone pada 200 lintang utara serta
200lintang selatan. indonesia yang terdapat pada 50 lintang utara hingga 100lintang
selatan mungkin untuk penanaman kopi yang baik. beberapa besar perkebunan
kopi di indonesia terdapat pada 0 – 100 lintang selatan layaknya sumatera selatan,
lampung, jawa, bali, serta sulawesi selatan, dan beberapa kecil perkebunan kopi
terdapat pada 0 – 50 lintang utara layaknya aceh serta sumatera utara
(Arief, 2011).
Tiap-tiap type kopi menginginkan temperatur atau elevasi yang tidak
sama. kopi arabika bisa ditanam pada elevasi 500 – 2. 000 m, namun elevasi yang
maksimal yaitu 800 – 1. 500 m dengan temperatur rata-rata tahunan 17 – 210c.
elevasi paling rendah untuk kopi arabika ditentukan oleh ketahanan tanaman pada
serangan penyakit karat daun (Sabihan dan Anas, 2000).
Tanaman kopi tumbuh optimum di tempat dengan curah hujan 2. 000 – 3.
000 mm per th., dengan 3 bln. kering, namun memperoleh “hujan kiriman” yang
cukup. tanaman kopi tetap tumbuh baik di tempat dengan curah hujan 1. 300 – 2.
000 mm per tahun, seandainya tanaman kopi diberi mulsa serta irigasi intensif
(Sudika, 2000).
Tanah
Tanaman kopi menginginkan tanah yang gembur, subur, serta kaya bahan
organik. perakaran tanaman kopi relatif dangkal, hingga sensitif pada lapisan-
lapisan tanah teratas. tanaman kopi membutuhkan susunan tanah yang baik
dengan kandungan bahan organik sekurang-kurangnya 3% (Arief, 2011).
5
Oleh dikarenakan itu, tanah di lebih kurang tanaman kopi mesti kerap
diberi pupuk organik supaya subur serta gembur hingga sistem perakaran tanaman
kopi dapat tumbuh baik. jika drainase tanah kurang baik, maka perakaran tanaman
kopi dapat menderita, hingga perkembangan tanaman dapat kerdil serta
kekuningan (Foth, 1990).
Tanaman kopi tak hanya menginginkan tanah yang gembur serta kaya
bahan organik, tanaman kopi juga menginginkan derajat keasaman tanah ( ph )
lebih kurang 5, 5 – 6, 5 namun faktor-faktor yang lain juga memegang fungsi
mutlak. apabila ph tanah kurang dari angka tersebut, tanaman kopi tetap bisa
tumbuh namun kurang dapat menyerap sebagian unsur hara, hingga butuh
dikerjakan pengapuran (Irfanda, 2010).
6
MANFAAT UNSUR HARA MAKRO DAN ZPT PADA TANAMAN KOPI
Pemeliharaan Tanaman Kopi
Pemeliharaan dianggap sangat penting karena sekalipun diperoleh bibit
yang unggul, tanah dan iklim yang cocok, bilamana tanaman kopi dibiarkan saja
tidak akan menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa kegiatan
pemeliharaan tanaman kopi di antaranya: Penyulaman, penggemburan tanah,
pemangkasan, pengendalian hama, penyakit dan gulma; pemupukan dan
pemberian zat pengatur tumbuh. Tulisan ini menitikberatkan pemupukan dan
pemberian zat pengatur tumbuh (Areif, 2011).
Beberapa minggu selesai penanaman, dilakukan pemeriksaan, bilamana ada
yang kurang sesuai lakukan penyulaman dengan bibit yang baik. Penggemburan.
Dimaksudkan agar peredaran udara dan air lancar, sekaligus agar merangsang
pertumbuhan akar baru tanaman perlu dibumbun. Pemangkasan. Bila tidak
dipangkas tanaman bisa mencapai ± 7-10 m sehingga produksi berkurang.
Pemangkasan dimaksudkan agar cahaya leluasa masuk secara merata guna
merangsang pembentukan bunga; memperlancar udara sehingga proses
penyerbukan berlangsung secara intensif; menghindari kelembaban berlebihan;
membuang cabang tua yang kurang produktif atau terkena hama sehingga zat hara
dapat disalurkan ke cabang muda yang lebih produktif (PPT, 1993).
Ada berbagai macam pemangkasan yakni: (a) pangkasan bentuk, agar
tanaman bisa membentuk mahkota pohon yang dikehendaki yang akhirnya
pertumbuhan bertambah luas dan melebar; (b) pangkasan pemeliharaan, meliputi
mewiwil, pemangkasan berat, pemangkasan Beaumont-Fukunaga (sistem pangkas
berbatang ganda dengan masa pemotongan beberapa tahun) dan pemangkasan
7
yang ditujukan untuk pengendalian hama, penyakit; (c) pangkasan peremajaan
(rejunevasiperemajaan dengan penyambungan secara selektif atau peremajaan
secara menyeluruh), adalah proses untuk membuat kebun kopi yang sudah tua dan
pohon-pohon kopi yang tidak produktif menjadi muda kembali tanpa disertai
penanaman secara besar-besaran, dengan kata lain untuk memperbaiki sifat pohon
yang kurang baik (Iklabaliku, 2009).
Pemupukan
Pemupukan merupakan penambahan bahan organik atau anorganik ke
tanah/tanaman dengan tujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Dalam hal ini pemupukan bermanfaat memperbaiki kondisi
tanaman, meningkatkan produksi, mutu hasil, dan stabilisasi produksi. Dengan
demikian kebutuhan pupuk ditentukan setidaknya oleh pengambilan hara oleh
tanaman dari dalam tanah (tergantung dari kandungan tanaman, persediaan
kandungan hara dalam tanaman) dan persediaan kandungan hara dalam tanah.
Oleh karena itu untuk mengetahui kebutuhan pupuk diperlukan analisis daun,
analisis tanah serta percobaan lapangan (Arief, 2011).
Waktu Pemupukan, Umumnya pemupukan kopi-nitrogen diberikan dua
kali dalam setahun kecuali kopi muda, awal dan akhir musim hujan, sedang yang
mengandung P, K diberikan hanya sekali setahun yaitu akhir musim hujan. Ada
pupuk yang hanya mengandung pupuk tunggal, tetapi akhirakhir ini banyak pupuk
majemuk yang beredar. Memilih pupuk yang tepat sangat penting karena ada
pupuk yang mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman dan ada yang agak
lambat. Bila keadaan tanaman merana dan tanah tempat tumbuhnya miskin hara,
harus menggunakan pupuk yang mudah diserap (Didiek dan Yufnal, 2008).
8
Bila pupuk hanya sebagai cadangan sebaiknya memakai pupuk yang tahan
lama. Bila hasil analisis tanah kurang subur, sebelum penanaman kopi sebaiknya
ditanam dulu pupuk hijau (tumbuh merambat seperti Centrosema pubescens, C.
plumieri, Calopogonium mucunoides, C. caeruleum, Pueraria mucunoides atau
dapat juga dipilih yang tumbuh dalam bentuk perdu seperti Crotalaria
usaramoensis, C. anagyroides sedang preferasi tumbuhan berbentuk pohon seperti
Leucaena leucocephala, Erythrina abyssinica dan Albizia stipulata
(Iklabaliku, 2009).
Selain itu, sebagai pupuk dasar dapat diberi pupuk organik lainnya seperti
pupuk kandang, kompos (sisa bahan organik tanaman, sampah dapur, sisa
makanan ternak campur kotorannya). Sebelum menutup lubang pertanaman kopi,
bagi tanah yang amat miskin hara perlu ditambah lagi fosfat alam. Cara
pemupukan ada yang disebarkan, dibenamkan dalam alur sekitar tanaman dan bisa
melalui penyemprotan daun. Jika menggunakan pupuk N,P,K, dapat disebarkan
sekitar tanaman atau dibenamkan (Joko dan Anggi, 2012).
Bila menggunakan pupuk tunggal yang dicampur, sebaiknya dibenamkan
dengan jarak 25-100 cm dari batang. lain adalah pupuk dimasukkan dalam rorak
agar dapat dimanfaatkan oleh akar rambut. Pada kebun yang curam topografinya,
pupuk diberi dibagian lereng sebelah atas, di bawah batang tanaman pokok
(Arief, 2011).
Dosis Pemupukan. Modal dari tanaman kopi terletak pada cabang-cabang
dimana bunga/buah dibentuk. Pengaruh pemupukan dapat ditujukan terhadap
cabang buah lebih panjang, jumlah cabang buah lebih banyak, biji kopi lebih
besar, rendemen naik, daya tahan lebih tinggi. Pemupukan akan berhasil bila
9
dilakukan tindakan kultur teknis seperti pengendalian OPT, pembukaan naungan
secara bertahap, pupuk diberi setelah kopi sesesai dipangkas, teras dipelihara agar
pupuk tidak tercuci (Irfanda, 2010).
Menurut Iklabaliku (2009) Tiap tanaman kopi terdiri dari air dan bahan
kering. Bahan kering bila dibakar sebagian akan menguap (C, H, O, N) sisanya
terdiri dari abu. Hara yang diserap kopi seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Hara yang Diserap oleh Tanaman Kopi Selama Pertumbuhannya (g) Hara Umur (Tahun)
Tabel 2. Dosis Pemupukan Kopi (g/pohon/tahun)
Unsur Hara Esensial
Beberapa unsur hara mineral yang esensial untuk tanaman kopi di
antaranya:
10
Dikatakan esensial karena: (1) Tanaman kopi tidak lengkap siklus hidupnya bila
kekurangan unsur hara di atas; (2) fungsi masing-masing unsur hara tidak dapat
diganti oleh unsur hara yang lain; (3) unsur hara tersebut langsung terlibat dalam
metabolisme tanaman, misalnya sebagai konstituen enzim atau dalam reaksi
enzim unsur hara itu dibutuhkan (Foth, 1990).
Peranan Masing – Masing Unsur Hara
Nitrogen (N)
N merupakan bagian dari asam amino, amida, protein, asam nukleat,
nukleotida dan koenzim, heksosaamin dan sebagainya. Dalam hal ini, N
merupakan unsur hara yang utama bagi pertumbuhan vegetatif. N dengan P yang
berimbang memberi pertumbuhan kopi muda cepat dan kuat, menambah jumlah
cabang produktif. Kekurangan N dapat dilihat dari daun berwarna pucat hingga
kuning, pertumbuhan tanaman lemah dan merana, hasil merosot (PPT, 1993).
Phospor (P)
P Merupakan komponen dari gula fosfat, asam nukleat, nukleotida,
koenzim, fosfolipid, juga berperan dalam reaksi ATP. Bagi tanaman kopi muda,
P205 sebagai perangsang akar cabang, dan organ tanaman yang paling banyak
mengandung P bagian generatif. Selesai pembungaan, P diangkut ke biji dan
disana mempengaruhi pemasakannya. Unsur ini juga mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan dan pembentukan buah, sehingga menentukan produktivitas
tanaman. P berfungsi juga dalam respirasi, sintesis klorofil (Arief, 2011).
Kandungan P di daun mempunyai hubungan dengan berat buah/pohon,
sebagai berikut:
11
Kekurangan unsur hara P memperlihatkan gejala daun berwarna kuning
kelabu dengan becak-becak pucat, pertumbuhan akar jelek sehingga produksi
rendah (Arief, 2011).
Kalium (K).
K diperlukan sebagai suatu kofaktor bagi enzim, berperan dalam
pergerakan stomata, mempertahankan netralitas listrik dalam sel tumbuhan. Unsur
K (mobil) terdapat di semua tanaman kopi, unsur ini memperkuat sel dan jaringan
tanaman sehingga mempertinggi daya ketahanan terhadap gangguan hama dan
penyakit. K bersama dengan N, P akan memulihkan pengaruh buruk musim
kemarau. Kadar K (%) di daun-cabang berbuah sekitar 0.57 – 1.15 dan pada daun-
cabang tidak berbuah 0.96 – 1.90 (Kadir dan Karo, 2006).
K tidak mengambil bagian dalam pembentukan zat organik karena K
terbentuk sebagai ion. K diperlukan pada waktu pembentukan dan pemasakan
buah sehingga kadar K di daun pada saat itu turun. Hanya 20 % dari K dalam
buah terkandung di biji sedang yang 80 % ada dalam kulit tanduk dan buah/pulp.
Terdapat hubungan yang positif antara kadar K di daun dan kandungan pati.
Apabila kandungan pati rendah, cabang dan daun baru terhambat
pembentukannya. Kekurangan K, timbul gejala warna daun pucat, tepi daun
mengering, mudah timbul penyakit die back (Sudika, 2000).
Calcium (Ca)
12
Ca (tidak mobil) merupakan bagian lamela tengah dari dinding sel sebagai
Ca pektat. Ca diperlukan sebagai kofaktor oleh beberapa enzim yang terlibat
dalam hidrolisis ATP dan fosfolipid. Makin tua daun/cabang kandungan Ca makin
tinggi. Ca maximum pada waktu panen sebaliknya N,P,K. Dalam cairan sel, ion
Ca mempunyai sifat mengurangi keasaman yang berlebihan. Ca dan K antagonis,
Ca memperlambat permeabilitas dinding sel, K sebaliknya (Foth, 1990).
Ca juga berfungsi untuk pertumbuhan tudung akar dan pembentukan
rambut akar. Kekurangan Ca, pada daun muda klorosis sekeliling tepi daun,
kadang daun berbentuk seperti mangkok sebagai akibat perkembangan yang tidak
sama antara tulang dan helaian daun. Kadar Ca untuk kopi arabika berkisar antara
1 – 2.20 %. Pemberian kapur ke tanah dapat menaikkan pH, nitrifikasi dan
penguraian bahan organik digiatkan, P yang dapat larut berkurang dan
tersedianya hara mikro (Mn, Zn, Fe) berkurang (Didiek dan Yufnal, 2008).
Sulfur (S)
S merupakan komponen dari sistein, cystine, metionin dan protein. S
merupakan bagian dari asam lipoat, koenzim A, thiamin pyrofosfat, glutathion,
biotin, 3- fosfo adenosin 5 fosfo sulfat-terdapat sebagai ion sulfat dalam cairan sel
dan senyawa lainnya. Kandungan S pada akar kopi arabika sekitar 0.164 %, pada
batang 0.121 %, cabang 0.141 % dan daun 0.238 %. Selanjutnya, tiap 100 g buah
kopi basah, pada biji mengandung 0.022 g, kulit tanduk 0.001 g, daging buah
0.007 g. Tanda-tanda kekurangan S, menguningnya daun muda, klorosis dimulai
sekitar tulang daun memanjang (Sabihan dan Anas, 2000).
Magnesium (Mg)
13
Mg merupakan bagian dari molekul klorofil, diperlukan tidak spesifik oleh
sejumlah besar enzim yang terlibat dalam transfer fosfat. Tandatanda kekurangan
Mg (mobil) ditandai oleh klorosis antara tulang daun utama dan anak tulang daun,
pada akhirnya terdapat bintik-bintik hitam pada ujung daun. Kandungan Mg di
daun kurang lebih 0.30-0.40 %, perbandingan K/Mg di daun 4:1. Pemupukan K
yang berat mengakibatkan “induced deficiency” Mg (Irfanda, 2010).
Pemberian Mg (1-2 %) bisa melalui daun yaitu MgSulfat atau KMG
Sulfat/patenkali. Pada umumnya unsur hara mikro berperan pada sistem enzim.
Ada 2 peran penting dari hara mikro yaitu: (1) sebagai pembawa elektron karena
adanya kemungkinan terjadinya perubahan valensi. Misalnya, Fe pada sistem
sitokrom oksidase, Cu pada sistem oksidase polifenol dan asam askorbat dan Mo
pada reduksi nitrat ke nitrit; (2) sebagai aktivator dalam reaksi enzimatik,
misalnya enzim amino peptidase memerlukan ion Mn++ untuk dapat mengkatalisis
(Iklabaliku, 2009).
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi rendah (<1 mM) mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. IAA adalah auksin
alamiah pada tumbuhan, translokasi di dalam tanaman terjadi melalui floem.
Auksin eksogen terdiri dari IAA, IBA, NAA dan herbisida yang bersifat auksin
seperti 2.4-D, 2.4.5-T, Dicamba, Tordon 4-CPA, Picloram. Peran fisiologis
auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan
xilem dan floem, pembentukan akar, menghambat pengguguran daun, bunga dan
buah (Didiek dan Yufnal, 2008).
14
Gibberellin (C19 GA’S) disintesis dari Asam Mevalonat (MVA) di
jaringan muda-pucuk muda dan pada biji yang sedang berkembang. Translokasi
GA melalui xilem dan floem. Sintesis GA di antaranya GA3, GA4, GA7 dan lain-
lain. Beberapa peran fisiologis GA diantaranya menyebabkan hiperelongasi
batang melalui stimulasi divisi sel dan elongasi sel, “fruit setting” dan
pertumbuhannya (Iklabaliku, 2009).
Sitokinin alamiah di dalam tanaman adalah zeatin, zeatin ribosida dan
zeatin ribotida. Biosintesis zeatin terutama di ujung akar dan dalam biji yang
sedang berkembang. Translokasi zeatin terutama melalui xilem. Sitokinin sintetik
terdiri dari Zeatin, Bensil Adenin (BA), 2-ip, PBA dan Kinetin. Selain itu adalah
Senyawa Fenil Urea (2 Cl-4PU, 2.6 Cl-4PU), Tidiazuron, Adenin Sulfat, Benomil
dan Air Kelapa. Peran fisiologis sitokinin adalah mendorong pembelahan sel,
morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, pembukaan stomata,
menghambat senesens dan absisi (Arief, 2011).
ABA disintesis pada jaringan yang mengalami stres terutama jaringan
daun tua. ABA dapat ditranslokasikan melalui xilem dan floem. ABA sintetik
jarang digunakan karena harganya terlalu mahal. Peran fisiologis ABA adalah
penutupan stomata, transpor fotosintat ke biji, pembentukan protein cadangan dan
mendorong absisi daun, bunga dan buah.
Etilen di dalam tanaman disintesis pada jaringan yang mengalami
penuaan, bersifat gas, bergerak secara difusi. Transpor etilen bukan dalam bentuk
etilen tetapi dalam bentuk zat antara yaitu ACC. Etilen sintetik dalam bentuk
ethepon/ethrel atau karbid (CaC2). Beberapa peran fisiologis etilen adalah
mendorong pembungaan tanaman, senesens bunga dan daun (Irfanda, 2010).
15
Senyawa fenolik, Triacontanol, Poliamin dan Brasinolida. Contoh
senyawa fenolik adalah asam cafeik, asam koumarat, flavonoid yang semuanya
sebagai pelindung terhadap mikro organisme. Koumarin menghambat
perpanjangan akar, mendorong pertumbuhan lateral akar. Senyawa monofenolik
(koumarin, kaemferol) berantagonis dengan IAA. Atonik untuk meningkatkan
produksi tanaman tergolong senyawa polifenolik (Arief, 2011).
Triacontanol merupakan alkohol berantai panjang yang dapat menaikkan
klorofil dan hasil tanaman. Poliamin (misalnya Putresin/Diamin,
Spermidin/Triamin dan Spermin/Tetraamin) berperan mendorong dan membentuk
makromolekul, stabilitas membran, mengontrol struktur protein dan aktifitas
enzim dan memperlambat senesens. Brasinolida dapat menaikkan hasil,
menaikkan ketahanan terhadap suhu dingin, toleran terhadap garam tinggi dan
toksisitas herbisida. Brasinolida berpengaruh juga menyerupai auksin, giberelin
dan sitokinin (Joko dan Anggi, 2012).
Menurut PPT (1993) beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian ZPT eksogen di antaranya:
1) ZPT harus sampai di jaringan target (tergantung formulasi ZPT,
konsentrasi, cara pemberian, waktu pemberian dan lingkungan);
2) ZPT harus berada cukup lama di jaringan target. Hal ini tergantung dari
sifat translokasi ZPT dan persistensinya
3) ZPT yang diberikan akan berinteraksi dengan fitohormon, bisa
aditif/sinergis dengan fitohormon pendorong (auksin, GA, sitokinin) atau
antagonis dengan kelompok penghambat (ABA, etilen, senyawa fenolik);
4) Bagian tanaman yang sehat memberi respon.
16
KESIMPULAN
1. Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman kopi di antaranya: Penyulaman,
penggemburan tanah, pemangkasan, pengendalian hama, penyakit dan
gulma; pemupukan dan pemberian zat pengatur tumbuh.
2. Pemupukan bermanfaat memperbaiki kondisi tanaman, meningkatkan
produksi, mutu hasil, dan stabilisasi produksi.
3. Kekurangan N dapat dilihat dari daun berwarna pucat hingga kuning,
pertumbuhan tanaman lemah dan merana, hasil merosot.
4. Selesai pembungaan, P diangkut ke biji dan disana mempengaruhi
pemasakannya. Unsur ini juga mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
pembentukan buah, sehingga menentukan produktivitas tanaman. P
berfungsi juga dalam respirasi, sintesis klorofil.
5. Kekurangan K, timbul gejala warna daun pucat, tepi daun mengering,
mudah timbul penyakit die back.
6. Mg merupakan bagian dari molekul klorofil, diperlukan tidak spesifik oleh
sejumlah besar enzim yang terlibat dalam transfer fosfat.
7. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi rendah (<1 mM) mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. W. 2011. Budidaya Kopi Konservas. C.I Indonesia.
Didiek H.G dan Yufnal A. 2008. Teknologi Budidaya Tanaman Kopi. Balai Penelitian Biotek Perkebunan Indonesia.
Foth H.D. 1990. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Edisi ketujuh. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Iklabaliku. 2009. Cara Meningkatkan Produuktivitas Tanaman Kopi. http://Iklanku.com Diakses 19 Oktober 2014
Irfanda, M. 2010. Pemeliharaan dan Pemupukan Kopi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Joko, P. dan S. R. Anggi. 2012. Pemupukan dan Pengairan Tanaman Kopi. Balai Pengkajian teknologi Pertanian Jawa Tengah.
Kadir, S. dan M.Z Karo. 2006. Pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi kopi Arabika, Jurnal Agrivigor Vol.6 (1) : 85 – 92.
PPT. 1993. Kombinasi Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburannya. Bogor.
Sabihan S. dan Anas. 2000. Perkembangan Ilmu dalam Bidang Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah. Prosseding Kongres Nasional ke VII HITI Bandung.
Sudika, 2000. Kebijaksanaan Penggunaan Pupuk Alternatif melalui Program Bimas. Makalah Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian. Bimas Propinsi Bali, Denpasar.