i
KONSEP BERHUKUM IDEAL BERBASIS PROGRESIF
Sebuah Usaha Pembebasan Diri dari Kekacauan Filosofis Pemikiran Legalistik Positivistik
TESIS
Diajukan Kepada Program Studi Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Hukum
Oleh :
HeriDwiUtomo
NIM: R100110018
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
.يرفعاللهالذينءامنوامنكموالذينأوتواالعلمدرجات
Artinya :”Allah akan meninggikan orang‐orang yang berimandi antaramu dan orang‐
orang yang diberi ilmu pengetahuan.”
(QS.Al‐Mujadalah:11)
الطبرانى( مالسكينةوالوقاروتواضعوالمنتعلمونمنهتعلمواالعلموتعلمواللعل
“Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan
bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.”
(HR. Al‐Thabrani)
Karya ini Penulis persembahkan untuk :
‐ Ibu dan Kakakku Tercinta ‐ Isteri dan Ketiga anakku Tersayang ‐ Segenap Guru Besar Magister Hukum UMS ‐ Seluruh Almamater Magister Hukum UMS 2012
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah Subhana wa Ta’ala yang telah mengajarkan
manusia dengan pena segala sesuatu yang tidak mereka ketahui. Salam serta
Shalawat senantiasa tercurahkan kepada Junjungan kita Nabiyullah Rasulullah
Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam yang telah menghantarkan sebenar‐
benarnya ilmu kepada manusia dan alam semesta.
Penelitian dan penulisan karya ini tidak semata‐mata dilakukan oleh
penulis sendiri melainkan selesai dengan banyak dukungan para pihak baik yang
terlibat sebagai Pembimbing Aktif maupun tidak. Maka pada kesempatan ini
dengan segala hormat dan kerendahan hati , penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Setiadji, M.S, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2. Prof. Dr. Khudzaifah Dimyati, S.H, M.Hum, selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta sekaligus Pembimbing Utama
dalam penulisan ini.
3. Wardah Yuspin, S.H, M.Kn, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Prof. Dr. Absori S.H, M.Hum, selaku Pembimbing Kedua dalam penulisan
ini yang telah memberikan banyak petunjuk serta referensi dalam
penulisan ini.
5. Bapak Kelik Wardiono, S.H, M.Hum, atas arahan serta nasehat beliau
selama perkuliahan dan terhadap penulisan ini.
6. Segenap Pimpinan beserta Staf bagian Perpustakaan baik Pusat maupun
Pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah
memberikan fasilitas dalam penyelesaian studi dan penulisan ini.
viii
7. Segenap Pimpinan beserta Staf bagian Pengajaran Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan pelayanan
selama ini.
8. Kepada Ibu dan Istri tercinta serta ketiga anakku (Daffa Royyan, Uwais
Amani Syahid, serta Salsabilla Khomaera) yang telah memberikan
dukungan moril serta doa kepada penulis.
9. Rekan‐Rekan Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2011/2012 yang telah memberikan
dukungan dan doa.
Tiada kalimat yang pantas kecuali Alhamdullahirabbil’alamin dan Jazzakumulloh
khairan katsiraan, Segala Puji Syukur kepada Rabbul Alamin dan semoga Allah
Subhana Wa Ta’ala balasan kebaikan yang melimpah. Amien ya Rabbal’alamin
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Surakarta, Desember 2015
Penulis
HERI DWI UTOMO
ix
Abstrak
Cengkeraman epistemologis modern Cartesian‐Newtonian benar‐benar membuat positivisme hukum dimatikan untuk melihat gejolak masyarakat yang senantiasa bergerak dan berubah. Paradigma positivistik telah mereduksi hukum yang dalam kenyataannya adalah sekumpulan pranata pengaturan yang sangat kompleks menjadi sesuatu yang sederhana, linear, mekanistik dan deterministik. Kebekuan dan kekacauan hukum semacam ini telah menimbulkan intensitas legal gap yang cukup tinggi.Diperlukan sebuah konsep hukum berbasis progresif yang merupakan perilaku hukum para penegak hukum dalam menjalankan undang‐undang. Perilaku yang tidak terbentur pada formalitas dan tekstual belaka. Perilaku yang membawa keadilan pada keputusan yang dihasilkan. Penelitian ini dimulai dengan mempelajari pemikiran hukum dan teori dari beberapa tokoh aliran hukum, yang menjadi bahan kajian penelitian. Selanjutnya ditetapkan inti pemikiran yang mendasar dan topik‐topik sentral pemikiran hukumnya. Karya tokoh yang menjadi subjek penelitian dikaji dengan membuat analisis konsep pokok pemikiran satu per satu, agar dari logika deduktif yang dipakai sebagai pisau analisisnya, dapat ditarik suatu kesimpulan. Penelitian demikian diharapkan menghasilkan sebuah laporan deskriptif tentang kajian hukum yang menawarkan sebuah formulasi hukum baru atau sebuah model berperilaku hukum untuk mengganti atau memperbaiki konsep hukum sebelumnya.
Kata Kunci : paradigma positivisme, kekacauan hukum dan konsep berhukum progresif.
x
Abstract
Modern epistemological grip Cartesian‐Newtonian really make legal positivism is off to see the turmoil the people who always moving and changing. Positivistic paradigm has reduced law in reality is a set of institutions that are very complex arrangement into something simple, linear, mechanistic and deterministic. Ice and legal chaos This creates legal intensity gap is quite high. Required a legal concept which is based on progressive legal behavior of law enforcers to carry out the law. Behavior that is not hampered by a mere formality and textual. Behavior that brings justice on the resulting decisions. The research began by studying the laws of thought and theories of several prominent schools of law, which is the subject of the research study. Furthermore, a core set of thought fundamental and central topics of legal thought. Works of figures who become research subjects studied by making analysis of the basic concepts of thought one by one, in order of deductive logic used as a knife analysis, a conclusion can be drawn. Thus research is expected to generate a descriptive report on the study of law that offers a formulation of a new law or a legal act models to replace or repair the previous legal concepts.
Keywords: paradigm of positivism, legal chaos and lawless progressive concept.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING I ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING II ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ iii
HALAMAN PENGESAHAN ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ vi
KATA PENGANTAR ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ vii
ABSTRAK ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ ix
DAFTAR ISI ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 1 B. Perumusan Masalah ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 11 C. Tujuan Penelitian ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 11 D. Manfaat Penelitian ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 11 E. Landasan Teori ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 12 F. Metode Penelitian ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 15
1. Subjek dan Objek Penelitian ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 15 2. Jenis Penelitian ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 16 3. Metode Pendekatan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 16 4. Sumber Data ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 16 5. Teknik Analisis Data ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 17
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A.Diskursus mengenai Filosofis Paradigma Modern
1. Karakteristik Paradigma Cartesian‐Newtonian‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 19 2. Asumsi Ontologi Paradigma Cartesian‐Newtonian ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 19 3. Pengaruh Paradigma Cartesian‐Newtonian terhadap Perkembangan Ilmu
(Sains) dan Positivisme Ilmu (Sains Positivistik) ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 24 4. Pengaruh Positivisme Ilmu terhadap Positivisme Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 28 5. Perkembangan dan Ruang Lingkup Positivisme Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 30 6. Aliran dalam Positivisme Hukum dan Asumsi Filosofisnya ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 32
a) Aliran Hukum Positif Analitis / Analytical Jurisprudence ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 33 b) Aliran Hukum Murni / Pure Theory of Law ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 37 c) Grundnorm dan Stufendtheorie ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 37
xii
7. Beberapa Asumsi dan Karakteristik pemikiran Positivisme Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 38 8. Konstruksi Epistemologis (Model Penalaran) Mahzab Positivisme Hukum ‐‐‐
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 40
B. Diskursus mengenai Paradigma Rasional sebagai Basis Epistemologi Pure Theory of Law Hans Kelsen 1. Pure Theory of Law:SebuahDeskripsi ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 57 2. Aspek‐aspekEpistemologisPure Theory of Law ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 65
a) AspekOntologiPure Theory of Law ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 66 b) AspekEpistemologidariPure Theory of Law ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 71 c) AspekAksiologidariPure Theory of Law ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 74
C. Diskursus mengenai Ketidak‐teraturan Hukum (Disorder of Law) dalam Teori
Chaos Charles Sampford 1. Sejarah dan Peristilahan Chaos ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 77 2. Teori Chaos dalamIlmuPengetahuan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 79 3. TeoriHukumAsimetrismenurut Charles Sampford ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 81 4. BeberapaGagasanUtama Charles Sampford ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 82
a) Relasi Kekuasaan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 82 b) Legal Melee ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 83 c) Komunikasi Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 83
D. Diskursus mengenai Pergeseran dan Perubahan Teori dan Paradigma Ilmu
Hukum 1. Perkembangan Teori Ilmu Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 85 2. Teori Pergeseran Ilmu Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 85 3. Hukum dan Perubahan Sosial ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 88 4. Teori Tentang Evolusi Hukum dalam Sosiologi Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 89 5. Teori Revolusi Hukum dalam Sosiologi Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 90
E. Diskursus mengenai Teori Holistik (Concilience : Unity of Knowledge)Edward
O. Wilson ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 92
F. Diskursus mengenai Konsep Nilai, Moral, dan Keadilan 1. Nilai sebagai Aspek Aksiologis ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 95 2. Ke‐takterpisahan Hukum dan Moralitas ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 95 3. Moralitas Dalam Teori Hukum Hart ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 96 4. Sanggahan Terhadap Tesis Keterpisahan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 99 5. Hubungan Mutlak Hukumdan Moralitas ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐101
a) HukumMutlakMengaturObjek‐ObjekMoralitas ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐101
xiii
b) HukumMutlakMembuatKlaim Moral terhadapSubjeknya ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐102 c) HukumMutlakMengarahpadaKeadilan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐103 d) HukumMutlakMemilikiRisiko Moral ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 103
6. Moralitas Sebagai Paradigma Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 104 7. KeadilandanKepastianHukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 108 8. Perspektif Keadilan dalam berbagai Mahzab ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 110
G. Diskursus mengenai Paradigma Holistik sebagai Basis Pemikiran Hukum
Progresif 1. Penelusuran Paradigma Holistik Hukum Progresif ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 111
a) Hukum di Tengah Arus Perubahan Sosial ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 111 b) PengaruhdanWatakKulturalHukum Modern ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 115 c) HukumProgresifMelampauiPositivismeHukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 116 d) ParadigmaHolistikHukumProgresif ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 122
2. LandasanKonseptualHukumProgresif ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 129 a) HukumSebagaiInstitusi yang Dinamis ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 130 b) HukumSebagaiAjaranKemanusiaandanKeadilan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 131 c) HukumSebagaiAspekPeraturandanPerilaku ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 131 d) HukumSebagaiAjaranPembebasan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 131 e) Pengaruh Mahzab : Sebuah Pendekatan Interdisipliner‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 133
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KekacauanEpistemologis yang terjadipadaPemikiran Legal Positivistik
1. Pengaruh Dualisme dan Reduksionisme Cartesian‐Newtonian dalam Karakteristik Positivisme Yuridis Austin dan Hans Kelsen ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 144
2. Dualisme dalam Positivisme Hukum Yuridis John Austin dan Hans Kelsen ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 149
3. Reduksionis dalam dalam Positivisme Hukum Yuridis John Austin dan Hans Kelsen ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 157 a) Kritik dari Joseph Raz ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 167 b) Kritik Hari Chand ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 167 c) Kritik dari J.W. Harris ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 169
4. Legal Gap ( Jurang Hukum ) ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 170 5. Legal Conflictdalam TradisiCivil Law System ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 172
B. Konsep Hukum Ideal Berbasis Progresif
1. Dinamika Ilmu Hukum Di Indonesia ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 175 2. Re‐orientasi Metodologi ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 177 3. Munculnya Bentuk Ilmu Hukum Baru ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 179 4. Konsep Pikiran‐Pikiran Integratif : “Gerintegreerde rechtwetenschap” dan
“Consilience”‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 181 5. Berpikir secara Holistik ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 185 6. Ilmu Hukum dalam Jagat Sains dan Kecerdasan Berpikirnya ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 187
xiv
7. Penawaran suatu bentuk Ilmu Hukum yang Progresif dan Kreatif ‐‐‐‐‐‐‐‐ 190 8. Hermeneutika Sosial sebagai Metode Penemuan Hukum yang Dinamis dan
Progresif ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 191 9. Keadilan di Atas Kepastian Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 199 10. Karakteristik Cara Berhukum Ideal berbasis Progresif ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 201 a) Menerjemahkan Hukum sebagai Perilaku ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 201 b) Tujuan Hukum adalah Memunculkan Kebahagiaan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 202 c) Menjalankan Hukum dengan Kecerdasan Spiritual ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 205 d) Menyerahkan Amanah ini kepada Orang‐Orang Baik ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 209 e) Pengadilan Non Linier ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 210 f) Intinya adalah Keberanian ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 214 g) Pengaruh Peran Publik dalam Berhukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 215 h) Dari Ketertiban Muncul Kekacauan Menuju Tertib Hukum yang Baru ‐‐‐‐‐‐‐‐‐
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 216 i) Statis dan Dinamis Undang‐undang ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 220 j) Mempedulikan hati nurani daripada tekstualismenya ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 222 k) Diakritikal Keadilan dan Kepastian Hukum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 223 l) Progresivisme ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 229 m) Membaca Kaidah bukan Peraturan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 230 11. Peneguhan Posisi Hukum Progresif Dalam Peta Akademik Filsafat Hukum ‐
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 231 12. Penerapan Hukum Progresif dalam Penemuan Hukum oleh Hakim ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 240
BAB IV PENUTUP A. Simpulan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 250 B. Kontribusi dan Rekomendasi ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 251
DAFTAR PUSTAKA‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 253