Download - Konseling _ MAYA
![Page 1: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas
sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina
hubungan, baik sesame rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh
keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling
yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling
yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan
bidan untuk kesehatan perempuan selama siklus kehidupan akan tercapai.
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran,pembinaan
hubungan baik,pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara
professional (sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk
memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi
kebutuhan klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konseling?
2. Sebutkan langkah-langkah dalam konseling?
3. Apa fungsi dari konseling?
4. Sebutkan teknik konseling?
5. Apa saja keterampilan dasar konseling kebidanan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konseling
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam konseling
3. Untuk mengetahui fungsi dari konseling
4. Untuk mengetahui teknik konseling
5. Untuk mengetahui keterampilan dasar konseling kebidanan
1
![Page 2: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel”. yang secara
etimologis konseling berarti “to give advice” (Homby: 1958:246)atau memberi
saran dan nasihat.Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan
bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara
dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru/konselor
dengan klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap
dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
mengarahakn dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah
perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.
Menurut Burks dan Stefflre, konseling merupakan suatu hubungan
profesional antara seorang konselor terlatih dan seorang klien. Hubungan ini
biasanya dilakukan orang perorang.
Menurut American Psychological Assosation (APA), konseling
merupakan suatu hubungan timbal balik antara konselor (bidan) dengan konseli
yang bersifat profesional baik secara individu ataupun kelompok,yang dirancang
untuk membantu konseli mencapai perubahan yang berarti dalam kehidupan.
Menurut Gustad (1953), konseling merupakan suatu proses yang
mempunyai orientasi pada belajar,dilakukan dalam lingkungan sosial dari
seseorang kepada orang lain (konselor kepada konseli), dengan memberikan
bantuan secara profesinal (memilki pengetahuan dalam bidangnya), serta
membantu konseling dengan metode yang disesuaikan kebutuhan masalah yang
dihadapi klien, agar klien dapat memahami dan menggunakan pengertiannya atas
tujuan yang ditetapkan bersama dalam proses konseling secara wajar dan dihayati,
akhirnya konseli dapat menjadi anggota masyarakat yang lebih produktif dan
bahagia
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008: 802) konseling berarti
pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang dengan
2
![Page 3: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/3.jpg)
menggunakan metode psikologis. Sedangkan dalam situs Wikipedia bahasa
Indonesia, konseling adalah “proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli (konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah
(konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini
pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan
konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian
mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien ( client centered ).
Shertzer dan Stone ( 1980 ) telah membahas berbagai definisi yang
terdapat di dalam literatur tentang konseling. Dari hasil bahasannya itu, mereka
sampai pada kesimpulan, bahwa Counseling is an interaction process which
facilitates meaningful understanding of self and environment and result in the
establishment and/or clarification of goals and values of future behavior.
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang
bersifat pribadi antar konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri
dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan
berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif
perilakunya ( Achmad, 2006: 10 ).
B. Langkah-langkah Dalam Konseling
1. Langkah awal
Merupakan langkah penting dalam proses konseling dalam kebidanan,
keberhasilan langkah awal akan mempermudah langkah berikutnya dalam proses
konseling dalam kebidanan. Pada langkah awal tugas bidan sebagai seorang
konselor adalah sebagai berikut :
Mengeksplorasi perasaan,fantasi, dan ketakutan sendiri.
Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
Menentukan alasan klien minta pertolongan.
Membuat kontrak bersama.
Mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perbuatan klien.
Mengidentifikasi masalah klien.
Merumuskan tujuan bersama klien.
3
![Page 4: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/4.jpg)
2. Langkah inti
Langkah kedua dari proses konseling kebidanan adalah langkah inti atau
langkah pokok. Langkah ini menentukan apakah bantuan yang diberikan benar-
benar sesuai dengan kebutuhan klien dan apakah konseling berhasil dengan baik.
Tugas bidan pada langkah inti adalah sebagai beikut :
Mengeksplolarasi stressor yang tepat.
Mendukung perkembangan kesadaran diri klien dan pemakain koping
mekanisme yang konstruktif.
Mengatasi penolakan prilaku maladaptif.
Memberikan beberapa berapa alternatif pilihan pemecahan masalah .
Melaksanakaan alternatif yang dipilih klien.
Merencanakan tindak lanjut dari alternatif pilihan.
3. Langkah Akhir
Setelah melakukan kegiatan pokok dalam proses konseling, meskipun bidan
bukan orang yang paling berhak untuk mengakhiri proses konseling, akan tetapi
bidan harus dapat melakukan terminasi atau pengakhiran. Tugas bidan pada
langkah akhir adalah
Menciptakan realitas perpisahan.
Membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan.
Saling mengeksplorasi perasaan, kehilangan, sedih, marah, dan perilaku
lain.
Mengevaluasi kegiatan dan tujuan konseling.
Apabila masih diperlukan, melakukan rencana tindak lanjut dengan
membuat
C. Fungsi Konseling
Fungsi konseling adalah :
a. Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
b. Pemahaman : untuk menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh
individu atau klien sesuai dengan kepentingan individu atau kelompok
yang mendapatkan pelayanan tersebut.
4
![Page 5: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/5.jpg)
c. Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis,
kultural dan lingkungan .
d. Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien
e. Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta
peningkatan derajat kesehatan.
f. Advokasi : untuk mengasilkan kondisi pembelaan terhadap pengingkaran
atas hak-hak dan atau kepentingan pendidikan atau informasi atau
perkembangan atau perawatan biologis-psikologis-sosial-spiritual yang
dialami klien atau pengguna pelayanan konseling
D. Teknik Konseling
Teknik konseling ada 3 yaitu :
1. Pendekatan authoritatian atau directive, pusat dari keberhasilan
konseling adalah dari konselor.
2. Pendekatan non-directive atau conselei centred, konseli diberikan kesempatan
untuk memimpin proses konseling dan memecahkan masalah sendiri.
3. Pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang baik sesuai dengan
masalah konseling.
E. Keterampilan Dasar Konseling
1. Keterampilan Atending
Keterampilan atending merupakan usaha pembinaan untuk menghadirkan
klien dalam proses konseling. Keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh konselor
karena keberhasilan membangun kondisi awal akan menentukan proses dan hasil
konseling yang diselenggarakan. Penciptaan dan pengembangan atending dimulai
dari upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan mampu
mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasa klien.
Aspek-aspek keterampilan atending adalah:
a. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
Duduk dengan badan menghadap klien
Tangan kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang
5
![Page 6: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/6.jpg)
sedang dikomunikasikan secara verbal.
Merespon dengan ekspresi wajah, seperti senyum spontan atau anggukan
kepala sebagai tanda setuju.
Badan tegak lurus tetapi tidak kaku atau kalau perlu bisa dicondongkan ke
arah klien untuk menunjukkan kebersamaan.
b. Kontak mata
Melihat klien terutama pada waktu bicara.
Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan minat atau
keinginan untuk merespon.
c. Mendengarkan
Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien.
Mendengarkan apapun yang dikatakan klien.
Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan dan
perilakunya)
Memahami keseluruhan pesannya.
2. Keterampilan Mengundang Pembicaraan Terbuka
Keterampilan ini digunakan ketika konselor melakukan wawancara dengan
klien. Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar
mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan pewawancara.
Pertanyaan terbuka membuka peluang klien untuk mengemukakan ide
perasaan dan arahnya tanpa harus menyesuaikan dengan setiap kategori yang telah
ditentukan oleh pewawancara. Contoh-contoh pertanyaan yang disarankan
adalah:
a) Membantu memulai wawancara
“Apa yang akan Anda bicarakan hari ini?”
b) Membantu menguraikan masalah
”Cobalah Anda menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu!”
”Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?”
c) Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku khusus sehingga
pewawancara dapat memahami dengan lebih baik apa yang dijelaskan oleh
klien.
6
![Page 7: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/7.jpg)
”Apa yang Anda rasakan pada saat Anda menceritakan hal ini kepada saya?”
”Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada saat itu?”
3. Keterampilan Paraprase
Paraprase adalah suatu keterampilan dasar dalam konseling yang bertujuan
untuk memperbaiki hubungan antar pribadi. Esensi dari keterampilan ini adalah
pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien yang
dirumuskan oleh konselor sendiri. Maksud dari kegiatan paraprase adalah:
1) Menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan
konselor berusaha memahami apa yang dinyatakan klien.
2) Mengkristalisasi komentar klien dengan lebih singkat sehingga membantu
mengarahkan wawancara.
3) Memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor.
Kegiatan paraprase bukan merupakan upaya untuk membaca apa yang
terlintas di benak, tetapi suatu bantuan untuk memperoleh klarifikasi
tambahan yang cermat.
Cara memparaprase adalah sebagai berikut:
a. Dengarkan pesan utama klien.
b. Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara
sederhana dan singkat.
c. Amati pertanda atau meminta respon dari klien tentang kecermatan
paraprase.
Berikut paraprase yang tidak disarankan:
Analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien yang
dimaukkan dalam respon konselor. Respon konselor hanya tertuju kepada bagian
kecil dari pesan klien, bukan tema utamanya. Pemakaian kata-kata paraprase atau
prase yang tidak tepat dalam wawancara (kata-kata teknis, istilah psikologi yang
berlebihan)
4. Keterampilan Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespon
keadaan perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. Kemampuan ini
7
![Page 8: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/8.jpg)
akan mendorong dan merangsang klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapinya.
Merefleksi perasaan klien merupakan suatu teknik yang ampuh, karena
melalui tindakan keterampilan tersebut akan terwujud suasana keakraban dan
sekaligus pemberian empati dari konselor kepada klien. Esensi dari keterampilan
ini adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar dapat mengekspresikan
bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang dialami.
Aspek-aspek keterampilan refleksi perasaan adalah:
a) Mengamati perilaku klien
Pengamatan ini terutama ditujukan pada postur tubuh dan ekspresi wajah
klien.
b) Mendengarkan dengan baik
Penekanannya pada usaha mendengarkan dengan cermat intonasi suara klien
dan kata-kata yang diucapkan.
c) Menghayati pesan yang dikomunikasikan klien.
Tindakan ini dimaksudkan untuk memahami dan menangkap isi pembicaraan
klien.
d) Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien.
e) Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami klien.
f) Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk melukiskan perasaan klien.
g) Mengecek kembali perasaan klien.
Untuk meyakinkan apakah respon yang diberikan konselor tepat atau
tidak, konselor hendaknya melakukan pengecekan kembali dengan cara
mengamati jawaban dan ekspresi klien setelah respons itu disampaikan.
5. Keterampilan Konfrontasi
Konfrontasi dalam wawancara konseling dimaknai sebagai pemberian
tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari klien. Konfrontasi yang efektif
tidak menyerang klien, tetapi merupakan tanggapan khusus dan terbatas tentang
perilaku klien yang tidak konsisten. Penggunaan keterampilan ini mensyaratkan
beberapa tingkat kepercayaan dalam hubungan konseling yang telah
dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan lain. Nada suara, cara
8
![Page 9: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/9.jpg)
mengintroduksi konfrontasi, sikap badan dan ekspresi wajah, serta tanda-tanda
non verbal lainnya merupakan faktor-faktor utama dalam menerapkan
keterampilan ini. Adapun keterampilan-keterampilan konselor sebagai berikut :
1. Keterampilan Interpersonal
Konselor yang efektif mampu mendemonstrasikan perilaku mendengar,
berkomunikasi, empati, kehadiran hati dan sensitivitas terhadap suara. Ini
semua berpangkal pada mendengar dalam arti mendengar dengan hati.
Hobson (1985) menyatakan bahwa ikatan antara konselor dan klien tumbuh
dari penciptaan”bahasa perasaan” bersama yaitu cara berbicara bersama yang
mengeluarkan ekspresi klien.
2. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi terdiri dua yakni keterampilan komunikasi non
verbal dan keterampilan komunikasi verbal. Gibson dan Mitchell membagi
komunikasi non verbal atas keterampilan yakni:
1) Pergerakan anggota tubuh
2) Nada suara
3) Gaya berbicara
4) Posisi ruangan konseling
3. Keterampilan Diagnostic
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil dalam mendiagnosa dan
memahami klien, memperhatikan klien, dan pengaruh lingkungan yang
relevan.
4. Keterampilan Memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan perilaku dan sikap
klien. Untuk memenuhi tujuan ini, seorang konselor harus mempunyai
keterampilan memotivasi klien.
5. Keterampilan Manajemen
Keterampilan manajemen adalah perhatian terhadap lingkungan dan
pengaturan fisik
9
![Page 10: Konseling _ MAYA](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082421/563dbad8550346aa9aa8858b/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan
hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara
professional(sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk
memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi
kebutuhan klien. Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu
masalah yang dihadapi klien.Oleh karna itu, bidan sebagai konselor harus
berusaha mengambangkan potensi yang ada agar dapat digunakan klien secara
efektif.
Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu masalah
yang dihadapi klien.Oleh karna itu, bidan sebagai konselor harus berusaha
mengambangkan potensi yang ada agar dapat digunakan klien secara efektif.
Berdasarkan hal tersebut, ada dua fungsi dalam tujuan konseling kebidanan yang
harus diperhatikan bidan, yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi kuratif, bertujuan membantu memecahkan masalah yang dihadapi
klien dalam proses perkembanganya atau membantu mengatasi masalah klien.
2. Fungsi preventif, tidak hanya mengatasi masalah yang telah terjadi, tetapi juga
menjaga agar masalah tidak bertambah serta muncul masalah baru yang dapat
mengganggu diri klien dan orang lain.
B. Saran
Konseling dapat mengubah cara berpikir mahasiswa dalam menggali ilmu
terlebih dalam memahami teori sehingga dapat diterapkan di lahan praktek.
Supaya mahasiswa lebih disiplin serta mengefisienkan waktu dalam menjalankan
tugasnya.
10