Download - Komunitas Kreatif Sebagai Penggerak 1
-
8/13/2019 Komunitas Kreatif Sebagai Penggerak 1
1/6
Muliadi Palesangi/Universitas Katolik Parahyangan Bandung/[email protected] Kreatif Sebagai Penggerak Ekonom KreatifStudi Kasus: Kota Bandung, Jawa Barat
KOMUNITAS KREATIF SEBAGAI PENGGERAKEKONOM KREATIF
STUDI KASUS: KOTA BANDUNG JAWA BARATMuliadi Palesangi, SE.,MBA
Universitas Katolik Parahyangan
Jln. Ciumbuleuit No.94 Bandung
AbstractBerawal pada pertemuan internasional kota berbasis ekonomi kreatif, di Yokohama Jepang
pada akhir Juli 2007, Bandung terpilih sebagai projek rintisan (pilot project) kota kreatif se-
Asia Timur. Untuk merespon hal ini maka pegiat komunitas kreatif di Kota Bandung
membentuk Bandung Creative City Forum (BCCF). BCCF memiliki tujuan untuk dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan komunitas kreatif di kota Bandung
khususnya. Perkumpulan Komunitas Kreatif ini merupakan mitra strategis pemerintah kota
Bandung dalam pengembangan ekonomi kreatif. Forum ini juga memiliki peran penting dalam
menginisiasi pengembangan stategi branding Bandung sebagai kota kreatif. BCCF telah
merancang dan melaksanakan beragam program yang pada intinya bermuara pada tiga pilar
utama yakni: (1) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam wacana kreativitas, (2)
Penguatan kewirausahaan di sektor ekonomi kreatif, dan (3) Revitalisasi fisik kota Bandung
yang mendukung iklim kreativitas. Makalah ini berupa kombinasi studi literatur dan
pemaparan konsep praktis. Penulis mereview tentang efektifitas program-program BCCF
pada tahun 2008-2011 dan tantangan implementasinya.
ata unci: Bandung Creative City Forum (BCCF), Kota, Komunitas, Kewirausahaan, Kreatif.
-
8/13/2019 Komunitas Kreatif Sebagai Penggerak 1
2/6
Muliadi Palesangi/Universitas Katolik Parahyangan Bandung/[email protected] Kreatif Sebagai Penggerak Ekonom KreatifStudi Kasus: Kota Bandung, Jawa Barat
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment"Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 2
1. PendahuluanSaat ini dunia sedang mengalami pergeseran
paradigma ekonomi. Ekonomi baru adalah ekonomi yanglahir dari kekuatan ide dan kreatifitas. John Hawkins dalam
The Creative Economy (2004) menemukan kehadiran
gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari untukpertama kalinya pada tahun 1996, bahwa karya hak cipta
Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan ekspor sebesar
60,18 Miliar Dolar AS (sekitar 600 triliun rupiah) yang jauhmelampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif,
pertanian, dan pesawat. Howkins berargumentasi, bahwa
Masukan utama (input) ekonomi kreatif adalah gagasan
yang diolah menjadi produk atau jasa yang bernilai
ekonomi.Departemen Perdagangan Indonesia
mendefinisikan industri kreatif adalah industri yang berasal
dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat
individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan
pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasidan daya cipta individu tersebut. Mesin ekonomi kreatif
adalah industri kreatif.
Pemerintah, melalui Kementerian Perdagangan
pada tahun 2008 telah mengeluarkan buku Pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, Rencana Pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 2015. Dalam buku ini
Departemen Perdagangan RI memetakan 14 subsektorindustri kreatif nasional yang terdiri dari: (1) periklanan, (2)
arsitektur, (3) pasar barang seni, (4) kerajinan, (5) desain,
(6) fesyen, (7) video, film, dan fotografi, (8)
permainan interaktif, (9) musik, (10) seni pertunjukan, (11)
penerbitan dan percetakan, (12) layanan komputer dan
piranti lunak, (13) televisi dan radio, dan (14) riset danpengembangan.
Industri kreatif dipercaya pemerintah sebagai
harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing
dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Maria Elka
Pangestu mengatakan bahwa sumbangan ekonomi kreatif
sebesar 4.75% pada 2006 atau lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5.6%. Sektor
ekonomi itu juga mampu menyerap skitar 3.7 juta tenaga
kerja setara dengan 4.7% total penyerapan tenaga kerja
baru. Demikian gambaran secara umum tentang
perkembangan ekonomi kreatif secara nasional.
Hal yang menarik untuk dicermati adalahpengembangan ekonomi kreatif di beberapa kota di
Indonesia yang memiliki 'iklim kreatif' yang menonjol
seperti Bandung, Bali, dan Yogyakarta. Richard Florida
dalam The Rise of Creative Class (2003) menyatakan saatini masyarakat dunia memasuki transformasi besar dalam
ekonomi, yaitu ekonomi kreatif. Karena itu, kota tidak
cukup hanya mengandalkan insentif ekonomi bila ingin
menarik investasi di wilayah mereka.
Florida menegaskan kota-kota harus lebih
menumbuhkan iklim orang-orang daripada iklim bisnis.
Itu artinya, membangun infrastruktur untuk mendukung
kreativitas di semua lini dan membangun komunitas-
komunitas yang dapat menarik orang-orang kreatif. Tulisan
ini akan membahas tentang peran komunitas kreatif dalammengembangkan ekonomi kreatif di Kota Bandung.
2. Bandung & Ekonomi Kreatif
Bandung sejak dulu dikenal sebagai kota yangmemiliki 'iklim' kreatif yang kondusif. Ridwan kamil (2011)
mengemukakan, "Kosmopolitan dan kontemporer adalah
karakter khas bandung. Irisan dan persilangan khas
Bandung ini melahirkan banyak peluang terutama yang
berkaitan dengan kekuatan ekonomi yang lahir dari
tingginya kreativitas dan inovasi generasi mudanya.
Di Bandung berkembang peluang-peluang
ekonomi kreatif berbasis gaya hidup atau lifestyle, antaralain: industri clothing, factory outlet, industri musik, dan
kuliner. Fenomena yg menarik adalah bisnis-bisnis yang
berkembang di Bandung mayoritas adalah bisnisberbasiskan komunitas.
Cikal-bakal Bandung sebagai kota kreatif
sebenarnya sudah terjadi sejak lama dan hal ini
mendapatkan momentumnya ketika British Council
menetapkan Kota Bandung sebagai proyek percontohan
dalam pengembangan industri kreatif di kawasan AsiaTimur pada akhir tahun 2007. Togar Simatupang (2008)
menyatakan bahwa bahwa tanpa atau dengan British
Council, gagasan kota kreatif sudah menggelinding di
kalangan komunitas Kota Bandung.Untuk pengembangan kota kreatif, Simatupang
menyatakan bahwa ada 2 (dua) prasyarat utama yang harusterpenuhi yakni terciptanya ekologi kota kreatif dan adanya
kebijakan kota kreatif. Ekologi kota kreatif terdiri
dari:(1)Mengembangkan sistem pendukung kreatif
(2) Mengembangkan program-program kreatif; (3) Menata
ulang ruang kota(ArtePolis); dan (4) Mendorong terjadinya
sistem inovasikota yang didukung oleh pendidikandan
pelatihan kreatif (InnoPolis).
Adapun kebijakan kota kreatif terdiri dari:
(1) Mengembangkan modal kreatif; (2) Mendorong
kemampuan menghadirkan modal finansial (3)
Menggerakkan kepemimpinan kreatif dan kolaborasi antarsektor industri kreatif dan (4) Memperkuat citra kota
Bandung sebagai kotakreatif yang Bermartabat.
(Lihat Gambar 1)
Agar pencanangan Bandung sebagai kota kreatif
tidak berhenti sekadar wacana dan segera dieksekusi
dengan kegiatan/project yang jelas, maka sejumlah pegiatdan pelaku kreatif mengambil inisiatif untuk membentuk
perkumpulan komunitas kreatif kota Bandung. perkumpulan
dideklarasikan dengan nama Bandung Creative City Forum
(BCCF).
-
8/13/2019 Komunitas Kreatif Sebagai Penggerak 1
3/6
Muliadi Palesangi/Universitas Katolik Parahyangan Bandung/[email protected] Kreatif Sebagai Penggerak Ekonom KreatifStudi Kasus: Kota Bandung, Jawa Barat
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment"Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 3
3. Bandung Creative City Forum (BCCF)
Bandung Creative City Forum (BCCF) atau
perkumpulan Komunitas Kreatif Kota Bandung adalah
sebuah forum dan organisasi lintas komunitas kreatif yang
di deklarasikan dan didirikan oleh berbagai komunitas
kreatif di kota Bandung pada tanggal 21 Desember 2008.
Ridwan Kamil, seorang arsitek dan pengajar Arsitektur ITBterpilih menjadi ketua BCCF.
Pada prinsipnya forum ini adalah wadah kelompok
pegiat dan pelaku usaha kreatif kota Bandung yang terdiri
dari individu dan komunitas. Beragam profesi bergabung
di dalamnya antara lain arsitek, desainer, pekerja seni,
pekerja musik, akademisi, pengusaha, praktisi dan pekerja
IT, pelaku usaha pariwisata, dan jurnalis. Seluruh kegiatan
BCCF bersifat nirlaba dan diperuntukkan sepenuhnya untuk
pengembangan kota Bandung dalam bidang karya dan
kreatif. BCCF juga merupakan mitra strategis pemerintah.
3.1.Program Kerja
Program kerja yang dirancang oleh BCCF padaintinya bermuara pada tiga pilar utama yakni: (1)
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam wacana
kreativitas, (2) Penguatan kewirausahaan di sektor ekonomikreatif, dan (3) Revitalisasi fisik kota Bandung yang
mendukung iklim kreativitas. Seperti yang dikutip dari
blog resmi BCCF (bandungcreativecityforum.wordpress.
com), tercatat ada sejumlah program yang telah
dilaksanakan oleh BCCF yang bersinergi dengan berbagaikomunitas kreatif di Kota Bandung.
Diantaranya yaitu program Helar Festival, Creative
Entrepreneur Network (CEN), Semarak Bandung, TUNZA,
danBandung Creative Hub(BCH).
Helar Festivalyang digelar pada tahun 2008 dan
2009 merupakan suatu rangkaian kegiatan perayaan
(festival kota) yang ditujukan untuk menampilkan berbagai
potensi ekonomi kreatif yang berkembang di kota Bandung.
Creative Entrepreneur Network (CEN) program
yang dirancang untuk mewadahi berbagai jenis wirausaha
kreatif komunitas yang terdapat di kota Bandung. CEN
akan menggelar beragam workshop, seminar, dan klinik
bisnis dengan sistem mentoring untuk membangun
pengetahuan, keterampilan dan sikap pengusaha kreatif atau
calon pengusaha kreatif yang tergabung didalamnya.Semarak Bandung yaitu rangkaian kegiatan
kreatif dengan tujuan untuk mengintervensi ruang publik
kota Bandung berupa Reka Kota, Nyala Bdg Gedung
Merdeka & Bragakeun Bragaku.
Lalu, pada tahun 2011 BCCF bekerjasama denganUnited Nations Environment Programme (UNEP) &
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Indinesia turut
mensukseskan program TUNZAInternational Children andYouth Conference on Environment yang di gelar di gedung
Sasana Budaya Ganesha Bandung. Sebagai catatan penting
bahwa dari program TUNZA tersebut lahirlah sebuah
deklarasi yang bernama Babakan Siliwangi World City
Forest yang menetapkan bahwa kawasan babakanSiliwangi Bandung adalah Hutan Kota dunia yang wajib
untuk dijaga secara bersama-sama
-
8/13/2019 Komunitas Kreatif Sebagai Penggerak 1
4/6
Muliadi Palesangi/Universitas Katolik Parahyangan Bandung/[email protected] Kreatif Sebagai Penggerak Ekonom KreatifStudi Kasus: Kota Bandung, Jawa Barat
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment"Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 4
Program terbaru adalah Bandung Creative Hub.
Ini merupakan komitmen BCCF untuk memfasilitasi segala
macam program yang diadakan oleh komunitas kreatif
seperti pameran, diskusi, workshop, presentasi, pertemuan
komunitas dan lain sebagainya. Sampai Maret 2012, sudah
ada dua lokasi ruang kreatif atau yang lebih dikenal dengannama Simpul Space I dan Simpul Space II. Harapannya
agar suatu saat ruang-ruang tersebut dapat menjadi pengikatsimpul-simpul kreativitas dan kolaborasi individu,
komunitas, maupun organisasi yang memiliki semagat
kreatif.
3.2. Tantangan BCCFSetelah berjalan 3 (tiga) tahun peran BCCF
semakin strategis sebagai mitra pemerintah kota Bandung
dalam hal pengembangan ekonomi kreatif di Jawa Barat.
Apalagi, sejak 12 Januari 2012 Pemerintah Propinsi telah
membentuk Komite Pengembangan Ekonomi Kreatif Jawa
Barat.Dalam komite ini beberapa pengurus inti BCCF,
termasuk Ridwan Kamil (ketua BCCF) menduduki posisi
yang strategis, yakni sebagai ketua komisi pelaksana.
Komite ini bertugas untuk menyusun kebijakan
pengembangan ekonomi kreatif Jawa Barat dan mengawal
pelaksanaan rencana aksi pengembangan ekonomi kreatifJawa Barat.
Semoga BCCF yang mewakili komunitas kreatif
dapat dapat bersinergi dengan pihak pemerintah untuk
menyusun program-program yang lebih kongkrit misalnya
akses permodalan, kemudahan perijinan usaha, prasarana
teknologi informasi, inkubator bisnis.
4. Peran PemerintahUntuk mengakselerasi pengembangan ekonomi
kreatif di Bandung, Ridwan Kamil (2011) menyatakan
bahwa pemerintah bisa berinvestasi: Pertama, dalam bentuk
dukungan dukungan instrumen kebijakan ekonomi yang
kondusif dan jangka panjang. Instrumen ini untuk
mendorong investasi ekonomi kreatif mengalir dan eksis di
Bandung. Kedua, pemerintah harus berinvestasimemperbaiki infrastruktur dan sarana kota.
5. KesimpulanMengorganisir puluhan komunitas kreatif dalam
satu payung BCCF bukanlah pekerjaan mudah, mengingat
para angggotanya adalah orang-orang cerdas kreatif yang
masing-masing punya ego dan idealisme yang tinggi dalam
berkarya. Dari program-program kolosal yang telah
diselengarakan, tidak semuanya menuai sukses. Tapi yang
terpenting adalah BCCF bisa menjadi wadah untuk menguji
kebersamaan serta mengajak masyarakat untuk membangun
kreativitas berdasarkan kolaborasi dan kolaborasi inilah
yang menjadi modal sosial kita bersama untuk membangun
Bandung sebagai kota kreatif.
Daftar Pustaka
Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008).
Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 20092025
Florida, Richard (2003). The Rise of the Creative Class:
And How It's Transforming Work, Leisure,
Community, and Everyday Life .Basic
Hawkins, John (2004). The Creative Economy: How
People Make Money From Ideas. PenguinGlobal.
Kamil, Ridwan (2001). Memimpikan Bandung Menjadi
Kota Dunia.
http://bandungcreativecityforum.wordpress.com -Diakses 1 Maret 2011.
Pambudy, Ninuk Mardiana et.al(2009) "Mendefinisikan
Kota
Kreatif,.http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12
/20/02333411/mendefinisikan.kota.kreatif Minggu,
20 Desember 2009 | 02:33 WIB. Diakses 1 Maret2011.
Simatupang, Togar M (2008)."BandungKota Kreatif".SBM ITB 10 Mei 2008. Slideshare.net - Diakses 1
Maret 2011.
Simatupang, Togar M. (2011) "Potensi Ekonomi Kreatif
Kota Bandung". Magz.BDG.
Blog BCCF
http://bandungcreativecityforum.wordpress.com
http://bandungcreativecityforum.wordpress.com/http://bandungcreativecityforum.wordpress.com/http://bandungcreativecityforum.wordpress.com/http://bandungcreativecityforum.wordpress.com/ -
8/13/2019 Komunitas Kreatif Sebagai Penggerak 1
5/6
Muliadi Palesangi/Universitas Katolik Parahyangan Bandung/[email protected] Kreatif Sebagai Penggerak Ekonom KreatifStudi Kasus: Kota Bandung, Jawa Barat
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving Environment"Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 5
BIOGRAFI PENULIS
Muliadi Palesangi adalah dosen di Jurusan ManajemenFakultas Ekonomi, Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung. Beliau mendapatkan gelar MBA, dari Institut
Teknologi Bandung, pada tahun 2006. Fokus pengajarandan penelitiannya adalah pada kewirausahaan, dan
Kepemimpinan. Untuk informasi lebih lanjut, beliau dapat
dihubungi melalui [email protected]
-
8/13/2019 Komunitas Kreatif Sebagai Penggerak 1
6/6
Muliadi Palesangi/Universitas Katolik Parahyangan Bandung/[email protected] Kreatif Sebagai Penggerak Ekonom KreatifStudi Kasus: Kota Bandung, Jawa Barat
Eco-Entrepreneurship Seminar & Call for Paper "Improving Performance by Improving
Environment" 2012Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
P a g e | 6