Download - komunikasi keluarga

Transcript

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKomunikasi merupakan aktivitas penting dalam menjalani kehidupan. Sebagai bagian dari mahluk sosial yang syarat dengan keberagaman, kebutuhan, dan kepentingan serta harapan-harapan yang ingin dicapai, manusia tidak bisa lepas dari aktivitas komunikasi. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai ketrampilan komunikasi yang bermakna terapeutik.Upaya untuk membiasakan pola komunikasi yang terapeutik ini dapat dilakukan dengan cara memperdalam pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi, model-model komunikasi, dan berani mengaplikasikan konsep-konsep komunikasi tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan. Kegiatan komunikasi bagi perawat harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan ketulusan disertai dengan komitmen yang kuat untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien.

B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari komunikasi?2. Bagaimana cara berkomunikasi dalam keluarga?3. Bagaimana cara berkomunikasi pada klien dewasa?4. Bagaimana suasana dalam penerapan komunikasi pada klien dewasa?

C. Tujuan PenulisanPenulisan ini bertujuan untuk memahami pengertian komunikasi secara umum, untuk mengetahui komunikasi dalam keluarga, mengetahui cara berkomunikasi pada klien dewasa, dan mengetahui suasana dalam penerapan komunikasi pada klien dewasa.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Secara Umum

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin coomunicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Hingga sekarang, definisi komunikasi masih terus didiskusikan oleh para pakar ilmu komunikasi. Menurup beberapa pandangan :1. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambing tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima pesan. (Edward Depari, dari AW Widjaja, 2000)2. Komunikasi adalah suatu rangkaian peristiwa yang terkait dalam penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. (James A.F. Stoner)3. William J Seiller (1988) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses yang mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.

Dari beberapa definisi tersebut secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertuukaran (stimulus, signal, symbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor).

B. Komunikasi dalam KeluargaKomunikasi dengan keluarga merupakan proses segitiga antara perawat, orang tua, dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segitiga. Saudara kandung, anak keluarga lainnya dan pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri (verbal dan non verbal), informasi dari orang tua dan observasi perwata sendiri. Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga (anak-orang tua-perawat) walaupun tidak mengabaikan saudara kandung, sanak saudara, atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti:1. Mendorong Orang Tua untuk BicaraInformasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilan dan gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untyuk menggali data sebanyak mungkin. Misalnya bu, bisa dijelaskan bagaimana kondisi putra ibu sebelum dibawa ke rumah sakit ini?

2. Mengarahkan Pada Pokok PermasalahanKemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara dalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan luas. Langkah ini dilakukan untuk menghindari komunikasi yang tidak relevan dan mengefektifkan komunikasi yang terapeutik.

3. MendengarkanMendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsentrasi dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu: verbal, non verbal dan yang bersifat abstrak.

4. Diam SejenakDiam sebagai satu respon, sering kali merupakan teknik wawancara yang sulit untuk dipelajari. Dan bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk saling memahami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini dan kembali berkomunikasi.

5. Bersikap EmpatiEmpati berarti ikut merasakn perasaan orang lain secara objektif. Perawat yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien/keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan membantu dengan klien. Ungkapan empati tersebut, misalnya: Kami bisa merasakan apa yang ibu rasakan saat ini, mudah-mudahan ibu sabar dan mendapatkan kekuatan dari Tuhan.

6. MeyakinkanHampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan kemampuannya dalam perayaannya. Orang tua mebutuhkan perawat yang menghargai dan memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang tua. Kami akan berusaha maksimal membantu mengatasi masalah putra ibu, dan kita berharap semoga dapat segera diatasi.

7. Menentukan MasalahPerawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada. Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak. Misalnya: kalau saya perhatikan mata putra ibu ini cowong,mukosa bibirnya kering dan turgor kulitnya menurun, apa benar putra ibu tadi dehidrasi?

8. Memecahkan MasalahPemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh oleh orang tua kemudian mulai merencanakan pemecahannya. Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih efektif. Misalnya: kalau benar putra ibu dehidrasi, maka kita harus segera melakukan rehidrasi, sebab bila terlambat dapat berakibat vatal bagi kondisi putra ibu.

9. Mengadaptasi BimbinganSegera setelah masalah diidentifikasi dan disetujui oleh perawat dan orang tua, maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berpartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.

10. Menghindari Hambatan-hambatan KomunikasiHambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi:a. Sosialisasi kepada sasaran yang tidak tepatb. Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukanc. Memberikan dorongan sepintasd. Melindungi suatu situasi atau opinie. Menawarkan keyakinan yang kurang sesuaif. Memberikan pujian secara stereotipig. Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutuph. Menginterupsi dan menyelesaikan kalimat seseorangi. Lebih banyak bicara daripada orang yang diintervensij. Membuat konklusi yang menghakimik. Mengubah foks pembicaraan dengan sengaja

C. Komunikasi dalam Keperawatan Dewasa

1. Komunikasi Pada Klien DewasaMenurut Erikson 1985, pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi vs isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih ,minat, masalah dengan orang lain.Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya ,sehingga tidak mudah untuk merubahnya. Juga pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru juga jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri ingin belajar, terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suatu perilaku lain di masa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru ini.Dari segi psikologis, orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap -sikap tertentu yaitu : a. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir.b. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus ,manusia punya perasaan dan pikiran.c. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

2. Suasana KomunikasiDengan adanya faktor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :a. Suasana hormat menghormati Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan pikirannya.

b. Suasana saling menghargai Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.

c. Suasana saling percayaSaling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan

d. Suasana saling terbukaTerbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.Komunikasi verbal dan nonverbal adalah saling mendukung satu sama lain. Seperti pada anak-anak, prilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara memberi tanda tentang status nasional orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.

Orang dewasa yang dirawat dirumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu ketika dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pengalaman yang mengancam dirinya, dimana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk pengarahan dan agresi.Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

3. Model-Model Konsep Komunikasi dan Penerapannya Pada Klien Dewasaa. Model Shanon & WeaverPola komunikasi yang terjadi pada model Shanon-Weaver cenderung pada komunikasi searah, dimana komunikasi berlangsung tanpa ada tombal balik secara langsung.Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima. Dengan kata lain model Shanon & Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan.Suatu konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber informasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan tansaksional diantara sumber pesan dan penerima.

Penerapannya terhadap komunikasi kklien dewasa :Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan yang disampikan karena tanpa adanya perantara yang dapat mengurangi kejelasan informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan komunikasi. b. Model Komunikasi LearyRefleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary (1950) ini menggabungkan multidimensional yang di tekankan pada hubungan interaksional antara dua orang, dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi.Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model Leary; pesan komunikasi dapat terjadi dalam 2 dimensi :a) Dominance-SubmissionPada dimensi ini, bila ada pihak yang kuat atau menguasai, maka disisi lain ada pihak yang lemah atau dikuasai. Proses komunikasi pada dimensi ini umum terjadi pada komunikasi satu arah, misalnya antara bos dengan pembantu, antara pimpinan dan karyawan, terkadang antara petugas kesehatan atau perawat dengan klien. Tenaga kesehatan menganggap dirinya berkuasa dank lien dianggap pihak yang lemah sehingga harus patuh apa yang dikatakannya. Proses seperti ini seharusnya tidak terjadi karena antara perawat dengan klien mestinya ada komunikasi yang aktif dan timbal balik, tidak otoriter.b) Hate-LoveDimensi ini menganggap bahwa bila ada pihak yang dicintai, dipihak lain ada juga yang dibenci. Komunikasi tidak hanya berlangsung diantara orang yang saling mencintai saja, namun dengan orang yang tidak disukaipun juga perlu dengan komunikasi. Konteks komunikasi antara yang dicintai dengan yang dibenci tentunya sangat berbeda, komunikasi dengan yang dicintai mungkin semua dilakukan dengan penuh menyenangkan dan saling menjaga untuk tidak menyakiti. Namun bila komunikasi tersebut dilakukan dengan orang yang tidak disukai atau dibenci, maka kedua belah pihak akan saling menjatuhkan, mencerca dan menyakiti.

Penerapan pada klien dewasa :Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat atau akut untuk menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalam keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu yang singkat. Peran love yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap klien dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan profesional yang dilakukan lebih kearah hubungan pribadi.

Model ini menekankan pentingnya Relationship dalam mebantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi terapeutik adalah keterampilan untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain. Pada Komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen( sesuai gengan situasi dan kondisi), dan penghargaan yang positif(positive regard). Sedangkan hasil yang diharapkan dari klien melalui model komunikasi ini adalah adanya saling pengertian dan koping yang lebih efektif. Bila diterapkan pada klien dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana individu dewasa berada di dalam keadaan stress psikologi.

c. Model Interaksi KingModel King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat dan klien. King menggunakan system persefektif untuk menggambarkan bagaiamana professional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat klien secara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan perawat-klien. Transaksi adalah hubungan relationship antara perawat-klien selama berpartisipasi. Feedback dalam model ini menunjukkan pentingnya arti hubungan perawat- klien.

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan factor-faktor intrinsic dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi yang disampaikan dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya persepsi yang sallah terhadap pesan yang di sampaikan.

d. Model Komunikasi KesehatanKomunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan-klien. Tiga faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu: Relationship, Transaksi, dan Konteks.a) Relationship Ada 4 tipe :Profesional kesehatan-Profesional kesehatanProfesional kesehatan-KlienProfesional kesehatan-Orang lain yang berpengaruhKlien-Orang lain yang berpengaruhHubungan interpersonal, sikap positif, pengetahuan, pengalaman masa lalu dan faktor sosial ekonomi dapat mempengaruhi relationship.Profesional kesehatan adalah seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien, meliputi: perawat, dokter fisioterapis, tenaga kesehatan, administrasi dan sebagainya. Profesional kesehatan mempunyai karakteristik, kepercayaan, nilai dan persepsi unik, hal ini tentunya dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain.Klien adalah seseorang yang menerima pelayanan kesehatan secara langsung, yang mempunyai citra pribadi yang mandiri, yang mempunyai pilihan bebas dalam mencari dan memilih bantuan serta bertanggung jawab terhadap pilihannya. Orang lain yang berpengaruh adalah orang yang mendukung baik dukungan moril, material maupun emosional dengan klien untuk mempertahankan kesehatannya. Misalnya anggota keluarga, teman, atasan dan sebagainya.b) Transaksi dalam komunikasi adalah kesepakatan, respon yang terjadi antara pengirim pesan dengan penerima pesan yang terjadi secara simultan dalam proses komunikasi. Transaksi yang terjadi mencakup perilaku komunikasi verbal dan non verbal, yang mencakup dimensi isi dan berhubungan, terjadi secara berkesinambungan, tidak statis dan ada umpan balik.c) Konteks dalam model ini adalah suatu situasi dimana pelayanan kesehatan diberikan. Konteks komunikasi dapat berdasarkan pada tempat atau ruang dilaksanakan komunikasi, jenis pelayanan kesehatan yang diberikan, dan jumlah personil atau tenaga kesehatan yang ada selama memberikan pelayanan.

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:Model Komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa, karena professional kesehatan (perawat) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatan klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan1. Komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertuukaran (stimulus, signal, symbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor).2. Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segitiga antara perawat, orang tua, dan anak.3. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti:a. Mendorong Orang Tua untuk Bicara b. Mengarahkan Pada Pokok Permasalahan c. Mendengarkan d. Diam Sejenak e. Bersikap Empati f. Meyakinkan g. Menentukan Masalah h. Memecahkan Masalah i. Mengadaptasi Bimbingan j. Menghindari Hambatan-hambatan Komunikasi 4. Dari segi psikologis orang dewasa mendefinisikan komunikasi berbeda-beda salah satunya adalah Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir.

5. Suasana Komunikasi :a. Suasana hormat menghormati b. Suasana saling menghargai c. Suasana saling percayad. Suasana saling terbuka6. Model-Model Konsep Komunikasi dan Penerapannya Pada Klien Dewasaa. Model Shanon & Weaverb. Model Komunikasi Learyc. Model Interaksi Kingd. Model Komunikasi Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Mundakir.2006.Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan.Yokyakarta: Graha Ilmu11


Top Related