-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
1/19
BTN: Bunga Kredit Tidak Dinaikkan, Tapi....Latief | Senin, 6 Februari 2012 | 13:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menargetkan bisa
menyalurkan kredit untuk perumahan baru pada 2012 ini 30% lebih besar dari tahun
sebelumnya. Tahun lalu, bank berstatus Badan Usaha milik Negara (BUMN) tersebut
berupaya menyalurkan kredit hingga Rp 26 triliun.
Tahun ini kredit perumahan diperkirakan bakal meningkat terus, BTN tetap yakin target
tersebut bisa terpenuhi.
-- Iqbal Latanro
Direktur Utama BTN, Iqbal Latanro bertekad, BTN akan tetap ekspansif dalam melakukan
penetrasi kredit perumahan sebagai bagian dari kredit andalan perusahaan tersebut.
"Tahun ini kredit perumahan diperkirakan bakal meningkat terus, BTN tetap yakin target
tersebut bisa terpenuhi," ujarnya, Minggu (5/2/2012).
Dia menjelaskan, saat ini BTN telah menerapkan bunga yang cukup rendah, yaitu sekitar7,5% hingga 7,6%. Iqbal berjanji, bila tidak ada kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI),
BTN tidak akan menaikkan bunga kredit perumahan tersebut. (Hendra Gunawan)
http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/02/06/13100271/BTN.Bunga.Kredit.Tidak.
Dinaikkan.Tapi.
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
2/19
WARGA BANTARAN
Permukiman Kumuh, dari Ciliwung ke RusunawaM.Latief | Latief | Senin, 6 Februari 2012 | 12:05 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Permukiman kumuh di DKI Jakarta, khususnya di sepanjang
bantaran Sungai Ciliwung, akan ditertibkan mulai 2012 dan ditargetkan selesai hingga 2014.
Warga bantaran Ciliwung ini akan dipindahkan ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa).
Tahun ini akan dilakukan penertiban wilayah kumuh dengan Kementerian Perumahan Rakyat
sebagai leading sector.
-- Wawan Mulyawan
"Tahun ini akan dilakukan penertiban wilayah kumuh dengan Kementerian Perumahan
Rakyat sebagai leading sector," kata Direktur Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Kementerian Sosial, Wawan Mulyawan, di Jakarta, Senin (6/2/2012).
Wawan mengatakan, penataan daerah adalah salah satu konsep yang disiapkan Kementerian
Perumahan Rakyat dan saat ini masih terus dibahas tentang rincian atau detil program.
Sementara Kementerian Sosial akan melakukan pendampingan, sebab jika program
penertiban itu berjalan, masyarakat yang dipindahkan memerlukan penyuluhan sosial untuk
mengubah pemahaman berpikir mereka tentang tempat tinggal lebih baik.
Sebelumnya pada 2011, Kementerian Sosial juga ikut serta dalam penertiban wilayah kumuh
dengan menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) dalam menertibkan warga yang tinggaldisepanjang rel kereta api di wilayah Pejompongan, Jakarta Pusat. Kementerian Sosialmemfasilitasi warga yang terkena penertiban yang sebagian besar pendatang, pulang ke
daerahnya masing-masing dengan jasa kereta api gratis dari PT KAI.
Sebelumnya, Dirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosia, Hartono Laras mengatakan,
fokus penanganan kemiskinan pada 2012 akan dilakukan di daerah perbatasan dan daerah
tertinggal. Selain itu program yang sudah berjalan seperti penanganan kemiskinan di wilayah
perkotaan dan pedesaan serta wilayah khusus seperti daerah kumuh akan terus dilanjutkan.Dana yang dianggarkan untuk program penanggulangan kemiskinan pada 2012 sebesar Rp
754 miliar, sebagian besar hingga 57 persen dialirkan ke daerah dan selebihnya untuk pusat.
http://properti.kompas.com/read/2012/02/06/12054877/Permukiman.Kumuh.dari.Ciliwung.ke
.Rusunawa
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
3/19
Senin, 06/02/2012 14:17 WIB
Tolak Djan Faridz, Bank BUMN Keberatan Bunga FLPP
Hanya 5%Herdaru Purnomo - detikFinance
Browser anda tidak mendukung iFrame
Jakarta - Bank Tabungan Negara (BTN) mendapat dukungan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara)
soal bunga kredit Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Hal ini terkait keberatan BTN
terhadap permintaan Menpera Djan Faridz yang meminta bunga FLPP turun dari 8,15% jadi 5-6%.
Ketua Himbara Gatot M. Suwondo mengungkapkan upaya pemerintah melalui Menteri Perumahan
Rakyat (Kemenpera) Djan Faridz untuk menurunkan suku bunga program Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan (FLPP) sampai 5-6% sangat tidak masuk akal. Pasalnya, keuntungan yang
didapatkan cukup minim bahkan bisa merugi bagi bank BUMN.
"Itu tidak make sense, kecuali semua dana berasal dari Kemenpera," kata Gatot di Jakarta, Senin
(6/2/2012).
Menurutnya, pada dasarnya keberadaan Bank BUMN adalah untuk mengusahakan keuntungan,
sehingga tidak bisa menjalankan bisnis yang tidak menguntungkan.
"Mau berapa besarnya keuntungan itu bisa diatur, tapi jangan sampai di bawah. Kalau perumahan
isu harga kalau 5% tidak masuk. Kita 7,2% masih bisa. Tapi masing-masing punya hitungan sendiri,"
jelasnya.
Seperti diketahui saat ini skim FLPP, yang merupakan dana pembiayaan rumah bersubsidi didanai
oleh perbankan sebanyak 40% dan sisanya pemerintah 60% melalui penempatan dana murah di
perbankan. Sepanjang 2011, bunga kredit rumah melalui FLPP ditetapkan sekiar 8,15% per tahununtuk pemberian kredit bertenor maksimal 15 tahun.
(dru/hen)
http://finance.detik.com/read/2012/02/06/141707/1835232/1016/tolak-djan-faridz-bank-
bumn-keberatan-bunga-flpp-hanya-5?f9911023
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
4/19
Bunga Kredit Rumah Bersubsidi Sulit Turun di Bawah
7,75 PersenSenin, 6 Februari 2012 | 05:35:33
NET
Rumah bersubsidi
JAKARTA(EKSPOSnews): PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) bersikeras
enggan menurunkan bunga kreditnya sesuai permintaan pemerintah. BTN mengaku hanya
mampu menekannya hingga 7,75 persen. BTN tidak ingin menelan kerugian jika bunga kredit
rumah subsidi diturunkan dibawah angka tersebut.
"Penawaran kami kan sudah turun, 7,75 persen untuk 60:40. Kalau di bawah itu kami tidaksanggup," tegas Direktur Utama BTN Iqbal Latanro saat ditemui di tengah acara Ulang
Tahun ke-62 BTN, Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu 5 Februari 2012.
Sayangnya, kesanggupan BTN ini masih jauh dari permintaan pemerintah yangmenginginkan bunga KPR dalam Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP) sekitar 6-7 persen. Iqbal menilai jika keinginan pemerintah tersebut membuat beban
bunga yang ditanggung bank akan semakin besar. Namun, lanjutnya, BTN masih sangat ingin
ikut program pemerintah tersebut.
"Kami tetap ingin ikut FLPP tapi tidak mau menanggung kerugian yang kami tanggung
akibat bunga yang terlalu rendah," tegasnya.
Iqbal mengaku penghentian penyaluran FLPP oleh BTN pastilah akan memberikan pengaruh
kepada pihaknya. Pasalnya, memberikan ketidakpastian aturan kepada masyarakat. Hal ini
akan berdampak rencana penyaluran kredit sebesar Rp 36 triliun pada tahun ini akan
terhambat. Dari rencana tersebut, sekita 15-20 persen merupakan kredit untuk program FLPP.
"Kita menargetkan kurang lebih Rp 36 triliun pemberian kredit baru, tentu penyetopan FLPPnanti pasti ada hambatan, karena nanti on-off-on-off itu persoalan, tiba-tiba berhenti jalan,
jadi orang butuh kepastian," ujarnya.
Namun, Iqbal meyakini hal itu bisa diantisipasi karena BTN sendiri telah menyiapkanbeberapa langkah antisipasi, seperti menyediakan kredit untuk golongan menengah ke atas.
"Kita sekarang syukur, FLPP itu kan sekarang banyak di daerah pinggiran karena harga jual
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
5/19
mulai ditinggalkan orang, kan (rumah seharga) Rp 70 juta di DKI itu sangat sedikit, jadi kitapunya beberapa langkah antisipasi, misalnya kita menaikkan ke menengah atas," ujarnya.
Selain itu, Iqbal menyatakan BTN tetap menawarkan KPR dengan bunga 9,75 persen.
"Kita tawarkan kepada orang-orang untuk ikut program promosi kita. Program promosi kita
itu sebetulnya 9,75 persen itu cukup baik, hanya dia sebatas dua tahun kurang lebih kalaubunga itu naik kita bisa melakukan penyesuaian tapi kalau tidak naik maka kita tidak perlu
penyesuaian," pungkasnya.(detikfinance)
http://eksposnews.com/view/16/31714/Bunga-Kredit-Rumah-Bersubsidi-Sulit-Turun-di-
Bawah-7-75-Persen.html
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
6/19
06 Februari 2012 | 12:39 wib
FLPP Dihentikan, Beratkan Kinerja Developer
BANGUN RUMAH: Seorang tukang bangunan terus bekerja keras membangun perumahan
rakyat yang sekarang banyak dibutuhkan masyarakat. (suaramerdeka.com/Asef Amani)
MAGELANG, suaramerdeka.com Asosiasi Pengembang Perumahan dan PermukimanSeluruh Indonesia (Apersi) Korwil Kedu merasa keberatan dengan dihentikannya Fasilitas
Likuiditas Pembangunan Perumahan (FLPP) meski untuk sementara. Sebab, langkah inidapat mengganggu cash flow para anggotanya.
Ketua Apersi Korwil Kedu, Zaenuddin mengatakan, dihentikannya FLPP disebabkan
Perjanjian Kerja sama Operasional (PKO) antara Kementerian Perumahan Rakyat dan bank-
bank penyedia layanan tersebut sudah habis. Untuk sementara kelanjutan perjanjian masih
dikaji.
"Sampai sekarang saya belum menerima kabar terbaru soal kelanjutan program subsidi
tersebut. Tapi yang pasti, kami sangat berharap program ini tetap dipertahankan karena masihbanyak masyarakat yang membutuhkan subsidi perumahan," ujarnya di kantornya, Senin
(6/2).
Dirut PT Adika Catur Karya itu menjelaskan, dihentikannya program FLPP bagi pengembang
dapat mengganggu cash flow bahkan menyebabkan kerugian. Hal ini karena modal yang
dikeluarkan pengembang terancam tidak kembali lantaran subsidi pemerintah tidak turun.
"Sampai saat ini saja belum ada realisasi subsidi dari pemerintah untuk pembangunan
perumahan periode akhir tahun lalu. Padahal, seharusnya Januari atau maksimal Maret nanti
subsidi dari pemerintah sudah diterima developer," katanya.
Hal inilah yang dinilainya dapat mengganggu kinerja pengembang dalam membangun
perumahan rakyat. Belum lagi efek turunan lainnya yang tidak kecil, seperti mempengaruhikinerja kontraktor, upah pekerja, terkena sanksi bank, dan sebagainya.
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
7/19
"Apalagi kalau nasib program FLPP itu tidak segera diputuskan alias berlarut-larut dalampembahasan, kerja pengembang lebih terganggu lagi. Ujungnya, masyarakat juga yang
terkena imbasnya," jelasnya.
( Asef Amani / CN31 / JBSM )
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/02/06/108718/FLPP-Dihentikan-Beratkan-Kinerja-Developer
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
8/19
Rabu Ini Jajaran REI Dengar Pendapat Dengan DPR-RI
Terkait FLPPTribun Medan - Senin, 6 Februari 2012 12:53 WIB
Laporan wartawan Tribun Medan / Irfan Azmi Silalahi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Ketua REI Sumut Tomi Wistan dalam pandangannya menyatakan,
pihaknya sudah meminta perbangkan sepakat agar PKO terhadap FLPP segera dilaksanakan, sebab
keresahan para pengembang terkait masih mandegnya FLPP terutama bagi pengembang yang
bermain di sektor MBR dirasa sangat penting.
"Hari Rabu ini seluruh jajaran REI se-Indonesia akan melakukan dengar pendapat dengan DPR-RI
terkait asalah FLPP. Akibat belum jelasnya FLPP, beberapa anggota kita sudah ada yang sesak nafas
karena dikejar-kejar oleh suplier. Dengan jumpanya dengan DPR-RI, kami berharap waktu tunggunya
tidak terlalu lama untuk bisa terealisasi," ujarnya, di Medan, Senin (6/2).
Seperti diketahui, naik kepermukaannya kisruh FLPP sendiri bermula pemerintah dalam hal ini Menteri
Kemenpera menyatakan bunga FLPP harus bisa ditekan hingga 5-6 persen untuk mempermudah
rakyat menengah dan bawah mendapatkan rumah. Sementara perbangkan merasa keberatan dengan
bunga rendah tersebut.
Tujuan pemerintah yang mengeluarkan kebijakan FLPP untuk menciptakan dana murah jangka
panjang guna mendukung penerbitan kredit kepemilikan rumah sejahtera dan meningkatkan kapasitas
bank pelaksana melalui mekanisme joint-financing dengan dana pemerintah, juga sangat diterima baik
oleh pengembang.
Sebab para pengembang menilai kebijakan ini membuat biaya suku bunga untuk kredit perumahan
dapat ditekan. Namun, kalangan perbankan terutama pelaksana program seperti BTN merasa
keberatan. (Irf/tribun-medan.com)
Penulis : Irfan Azmi Silalahi
Editor : Sofyan Akbar
Sumber : Tribun Medan
http://medan.tribunnews.com/2012/02/06/rabu-ini-jajaran-rei-dengar-pendapat-dengan-dpr-ri-terkait-flpp
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
9/19
REI Meminta FLPP Segera TerealisasiTribun Medan - Senin, 6 Februari 2012 12:52 WIB
Laporan wartawan Tribun Medan / Irfan Azmi Silalahi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP), yang masih mandeg berjalan di beberapa perbangkan, diharapkan para
pengembang bisa terealisasi dengan cepat. Hal itu terkuat pada saat Real Estet
Indonesia (REI) Cabang Sumatera Utara, menggelar coffe morning bersama
beberapa jajarang bank seperti Bukopin, BNI dan BTN, bertempat di Roemah Ijo,
Kompleks Multatuli Indah Blok E No 48-a, Medan, Senin (6/2).
Diskusi santai yang dihadiri jajaran petinggi REI Sumut tersebut, tampak fokus
membahas bagaimana perbangkan bisa dengan cepat bekerjasama dengan
pengembang untuk menjalankan FLPP, yang menjadi kebijakan atau bentuk
intervensi negara terhadap sektor perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
menengah dan rendah yang dianggap pihak pengembang cukup urgent.
"Kita berharap Perjanjian Kerjasama Operasional (PKO) Menpera segera
direalisasikan. Kami menilai FLPP tersebut sifatnya sangat mendesak terutama bagi
anggota yang pengeluaran dan pendapatannya belum stabil. Dengan terealisasinya
FLPP tentu bisa menjamin kelangsungan usaha dalam hal pembayaran pembeli
kepada pengembang untuk membangun perumahan," ujar Ketua REI Sumut Tomi
Wistan. (Irf/tribun-medan.com)
Penulis : Irfan Azmi Silalahi
Editor : Sofyan Akbar
Sumber : Tribun Medan
http://medan.tribunnews.com/2012/02/06/rei-meminta-flpp-segera-terealisasi
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
10/19
Terkait FLPP, Himbara Tidak Terima Suku Bunga Tidak
Menguntungkan
Senin, 6 Feb 2012, 13:14 WIB Headline, Perbankan
Penurunan suku bunga FLPP sampai 6% dinilai tidak Himbara tidak menguntungkan,
dan bertentangan dengan prinsip BUMN sebagai badan usaha yang mencari
keuntungan. Paulus Yoga
JakartaKetua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Gatot M. Suwondo menilai, upaya
pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) untuk menurunkan suku
bunga program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sampai 5-6% sangat tidakmasuk akal.
Itu tidakmake sense, kecuali semua dana berasal dari Kemenpera, tandasnya kepada
wartawan di Gedung BNI, Jakarta, Senin, 6 Februari 2012.
Menurutnya, pada dasarnya keberadaan Bank BUKM adalah untuk mengusahakan
keuntungan, sehingga tidak bisa menjalankan bisnis yang tidak menguntungkan.
Mau berapa besarnya keuntungan itu bisa diatur, tapi jangan sampai di bawah. Kalau
perumahan isu harga kalau 5% tidak masuk. Kita 7,2% masih bisa. Tapi masing-masing
punya hitungan sendiri, jelasnya.
Seperti diketahui, saat ini skim FLPP, yang merupakan dana pembiayaan rumah bersubsidididanai oleh perbankan sebanyak 40% dan sisanya pemerintah 60%. Sepanjang 2011, bunga
kredit rumah melalui FLPP ditetapkan sekiar 8,25% per tahun untuk pemberian kreditbertenor maksimal 15 tahun. (*)
http://www.infobanknews.com/2012/02/terkait-flpp-himbara-tidak-terima-suku-bunga-
tidak-menguntungkan/
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
11/19
BTN Ngotot Tak Mau Turunkan BungaSenin, 06/02/2012 | 11:02 WIB
Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) ngotot tak mau menurunkan bunga
kreditnya sesuai permintaan pemerintah. BTN mengaku hanya mampu menekannya hingga
7,75 persen. BTN tidak ingin menelan kerugian jika bunga kredit rumah subsidi diturunkan dibawah angka tersebut.
"Penawaran kami kan sudah turun, 7,75 persen untuk 60:40. Kalau di bawah itu kami tidak
sanggup," tegas Direktur Utama BTN, Iqbal Latanro, di Jakarta, Minggu (5/2).
Sayangnya, kesanggupan BTN ini masih jauh dari permintaan pemerintah yangmenginginkan bunga KPR dalam Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP) sekitar 6-7 persen. Iqbal menilai, jika keinginan pemerintah tersebut membuat beban
bunga yang ditanggung bank akan semakin besar. "Kami tetap ingin ikut FLPP, tapi tidak
mau menanggung kerugian akibat bunga yang terlalu rendah," tegasnya.
Iqbal mengaku, penghentian penyaluran FLPP oleh BTN pastilah akan memberikan pengaruhkepada pihaknya. Pasalnya, memberikan ketidakpastian aturan kepada masyarakat. Hal ini
akan berdampak rencana penyaluran kredit sebesar Rp 36 triliun pada tahun ini akan
terhambat. Dari rencana tersebut, sekitar 15-20 persen merupakan kredit untuk programFLPP.
Sementara itu kalangan pengembang rumah sederhana, ragu dengan partisipasi perbankan
lain selain BTN pada program KPR rumah subsidi skema FLPP 2012. BTN dianggap paling
berpengalaman dan memiliki sumber daya manusia yang unggul.
"Kita sudah terbiasa kerjasama dengan BTN. Selain memiliki kemampuan, infratrukturnya
sudah jadi," kata Ketua DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh
Indonesa (Apersi), Eddy Ganefo.
Ia menambahkan, selain berpartisipasi dalam KPR FLPP kepada konsumen, BTN juga aktifdalam pembiayaan kredit konstruksi kepada pengembang rumah sederhana. Tterdapat juga
kekhawatiran dari pengembang saat BTN mundur dari program FLPP 2012, yakni prosespengajuan KPR lebih lambat.
BTN adalah bank penyalur FLPP yang mengajukan bunga paling mahal yaitu 8,55%. Bahkan
setelah pemerintah menghapus beban asuransi kepada masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR), bunga BTN tetap paling tinggi 8,22%.
Bunga BTN jauh di atas penawaran bank BUMN lain. Misalkan PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk (BRI) menawarkan bunga FLPP sebesar 7,12%, sedangkan PT Bank Negara Indonesia
Tbk (BNI) menawarkan 6,35%. Dtf
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=016d35fbe2f0f8985bdbc8e5c7175b68&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
12/19
Senin, 06 Februari 2012 | 10:58
Soal FLPP, Stakeholder Ancam Gugat Pemerintah
Pengembang tak bisa menjual, sedangkan masyarakat tak
bisa akad kredit.
Lembaga konsultan properti, Indonesia Property Watch (IPW), bersama stakeholder
perumahan berencana menggugat pemerintah pada awal Maret mendatang.
Langkah tersebut dilakukan apabila hingga akhir Februari pemerintah tak kunjungmenghasilkan perjanjian kerja sama operasional (PKO) baru penyaluran Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan (FLPP) dengan perbankan.
Direktur Eksekutif IPW, Ali Tranghanda mengungkapkan pemerintah harus digugat karena
mematikan pengembang kecil dan merampas hak asasi kaum masyarakat berpenghasilan
rendah untuk memiliki rumah.
"Nanti IPW dan stakeholder perumahan yang akan gugat kalau akhir Februari PKO belum
juga keluar," tandas dia saat dihubungi, hari ini.
Menurut dia, negosiasi penetapan bunga FLPP antara pemerintah dan perbankan cukup alot.
Hal ini justru merugikan pengembang dan masyarakat. Pengembang tak bisa menjual,
sedangkan masyarakat tak bisa akad kredit.
Pemerintah berkukuh dengan bunga FLPP sekitar 6-7 persen dengan komposisi dana
penyertaan modal berbanding 50:50. Sedangkan perbankan, khususnya BTN sebagaipenyalur FLPP terbanyak, berpatokan pada bunga 7,75 persen dengan perbandingan modal
tetap 60 persen pemerintah dan 40 persen perbankan.
Jika tidak ada kesepakatan, BTN dikabarkan mengancam tak ikut lagi program FLPP."Seharusnya BTN tidak begitu. Tapi pemerintah juga harus bijak. Jangan sampai gara-gara
negosiasi bunga satu persen harus merugikan pengembang dan masyarakat," tuturnya.
Penulis: ID/ Eko Adityo Nugroho/ Whisnu Bagus
http://www.beritasatu.com/mobile/bisnis/29979-soal-flpp-stakeholder-ancam-gugat-pemerintah.html
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
13/19
Permintaan Pemerintah Dinilai Rugikan Bank, BTN Akan
Stop FLPP
Senin, 6 Feb 2012, 09:53 WIB Headline, Perbankan
Keberadaan FLPP yang cukup memacu penyaluran kredit pembiayaan rumah (KPR),
kemungkinan tidak akan didukung oleh perbankan, karena permintaan pemerintah
untuk menurunkan suku bunga FLPP dinilai tidak menguntungkan. Paulus Yoga
JakartaPT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk (BTN) berkeras tidak akan ikut program
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) bila tidak ada kesepakatan dengan
pemerintah. Seperti diketahui, pemerintah tengah me-review skim FLPP.
Kalau merugikan kita tentu sulit. Kalau tidak merugikan kita, itu kita ikut. Itu kan FLPPbukan program saya, jadi tidak ada wewenang untuk mengatur, tukas Direktur Utama BTN
Iqbal Latanro, kepada wartawan di Jakarta, belum lama ini.
Saat ini, perseroan sudah menyetop pemberian kredit baru dengan menggunakan skim FLPP,
karena belum ada kata sepakat mengenai suku bunga FLPP dengan pemerintah melalui
Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera).
Kita sudah stop, ganti dengan KPR komersial, tandas Iqbal.
Selain kredit rumah komersial, sepanjang 2011, BTN menyalurkan kredit rumah melalui
mekanisme FLPP sebanyak 120.419 unit rumah senilai Rp4,04 triliun, baik melalui BTNkonvensional maupun unit usaha syariah.
Adapun skim FLPP selama ini adalah dana pembiayaan rumah bersubsidi didanai oleh
perbankan sebanyak 40% dan sisanya pemerintah 60%. Sepanjang 2011, bunga kredit rumah
melalui FLPP ditetapkan sekiar 8,25% per tahun untuk pemberian
kredit bertenor 15 tahun.
Pemerintah meminta bunga kredit melalui FLPP diturunkan kembali karena acuan bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang juga diprediksi turun menjadi 5% pada 2012, dibanding
pada 2011 sekitar 6,54%. Selain itu, porsi perbankan juga rencananya dinaikkan menjadi
50%, dari sebelumnya 40%. (*)
http://www.infobanknews.com/2012/02/permintaan-pemerintah-dinilai-rugikan-bank-btn-
akan-stop-flpp/
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
14/19
BUMNBTN Targetkan Kredit Naik
Senin, 6 Februari 2012JAKARTA (Suara Karya): Tumbuhnya sektor properti mendorong perbankan
mengarahkan kreditnya ke sektor ini. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berharapkreditnya bisa tumbuh 25 persen tahun ini.
"Tahun lalu, kinerja sangat bagus, kredit tumbuh sebesar 24 persen," kata Dirut BTNIqbal Latanro kepada wartawan, seusai perayaan HUT Bank BTN ke-62 di Jakarta,
Minggu (5/2).
Menurut Iqbal, dari sisi aset tumbuh sekitar 30 persen di 2011. "Di 2012, kita fokus
dalam pengembangan dana pihak ketiga (DPK)," katanya.
Terkait dengan rencana rights issue yang akan dilakukan BTN, Iqbal mengatakan
pihaknya terus mempersiapkan aksi korporasi yang akan dilakukan ini."Besok (hari ini-Red) kita kembali akan melakukan rapat koordinasi lagi denganKementrian BUMN terkait dengan ini," ujarnya.
Dikatakan, hingga kini belum lakukan penunjukan penasehat keuangan untuk prosesright issue yang akan dilakukan.
Setelah dapat lampu hijau dari pemerintah, Iqbal mengatakan tahapan selanjutnya
adalah meminta persetujuan DPR. "Kita akan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan,"katanya.
Iqbal mengungkapkan bahwa rencana rights issue sebagai bagian dari rencana strategisBTN untuk meningkatkan ekspansi kreditnya.
Ia mengungkapkan bahwa dari sisi CAR (Capital Adequasy Ratio), BTN, masih cukupbagus. "Tapi CAR akan berada di sekitar 14 persen pada 2014 bila tidak melakukan
penambahan modal. Dengan rights issue ini, CAR bisa kita jaga di level 20 persen pada
2014. Ini akan mendukung ekspansi kredit kita ke depan," katanya.Pada HUT itu, juga diselenggarakan sepeda santai yang diikuti sebanyak 3.500 peserta.
Kegiatan itu juga merupakan salah satu rangkaian acara peringatan HUT Bank BTN."Kami harapkan, khususnya bagi pegawai BTN menjadi lebih sehat, pikiran, tenaga dan
dapat menumbuhkan jiwa intrapreneurship". (Novi)
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=296649
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
15/19
Penurunan Suku Bunga FLPP Merugikan Bank
Erichson Sihotang - Koran SI
Senin, 6 Februari 2012 15:37 wib
JAKARTA - Upaya penurunan suku bunga program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan (FLPP) sampai lima sampai enam persen, dinilai tidak tepat karena dapat
merugikan bank-bank peserta FLPP.
Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Gatot M Suwondo mengatakan, upaya
pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) untuk menurunkan sukubunga FLPP tidak tepat. Menurut Gatot, masing-masing bank mempunyai perhitungan
sendiri-sendiri dalam pendanaan jangka panjang, termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
"Masing-masing bank punya hitungan sendiri. Namanya BUMN gimana harus untung.Masalah untungnya, tebal atau tipis itu urusan kedua, kalau rugi tidak mau," ujarnya usai
penandatanganan kredit kepada Waskita Karya di Jakarta, Senin (6/02/2012).
Gatot yang juga Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia ini menambahkan, industri
dalam negeri itu untuk sumber pendanaannya masih bersumber dari pendanaan jangka
pendek dan sumbernya tipis.
"Kita ada keterbatasan pendanaan, kan ada juga yang untuk infrastruktur. Kalau rumah semua
itu berat," ujarnya.
Gatot sendiri mengatakan, untuk FLPP BNI memberikan suku bunga dikisaran 7,2 persen.
Menurut dia, apabila dipaksakan, BNI tidak bisa mengikuti keinginan kementerian.
"Itu sudah the best," ungkapnya. (rhs)
http://property.okezone.com/read/2012/02/06/471/570376/penurunan-suku-bunga-flpp-merugikan-bank
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
16/19
Ada Apa di Balik Negosiasi FLPP?Feb 6, 2012 - Rumah.com
Oleh: Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW)
RumahCom - Janji Menpera untuk menetapkan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP) yang baru pada akhir Januari, ternyata hanya isapan jempol belaka. Pasalnya, Menpera
kembali berjanji akan menetapkan skema baru pada akhir Februari 2012. Ada apa dibalik
penghentian yang memberikan polemik berkepanjangan ini? Seharusnya secara teknis tidak ada
masalah yang berarti untuk segera menetapkan bunga FLPP.
Semua bank pelaksana telah setuju untuk menurunkan suku bunga di level 6,5% - 7,5% dengan porsi
50:50 dengan pemerintah. BTN pun sepertinya tidak keberatan dengan penetapan bunga rendah
tersebut. Penurunan suku bunga dilaksanakan sebatas tidak merugikan perbankan secara bisnis.
Perlu kehati-hatian, mengingat bank-bank pelaksana adalah perusahaan publik yang sudah terbuka
(Tbk).
Penurunan suku bunga sampai 5% yang direncanakan Menpera seharusnya dapat tercapai bila porsi
pemerintah mencapai 90%. Dan inilah yang seharusnya diperjuangkan Menpera, daripada harus
bernegosiasi dengan perbankan. Pasalnya, pemerintah bertanggung jawab penuh terhadap
penyediaan rumah rakyat.
Faktanya, dengan skema lama FLPP, tidak ada keberatan dan protes dari konsumen terhadap tingkat
suku bunga yang ada. Ironis bila saat ini Menpera bernegosiasi dengan bank pelaksana hanya untuk
urusan 1%-2% penurunan bunga. Perlu dipertanyakan ada apa di balik penghentian ini?
Berdasarkan data yang ada, penyaluran FLPP tahun 2011 mencapai Rp3,7 triliun dengan jumlah
rumah 109.592 unit. Hal ini merupakan peningkatan yang sangat tinggi dibanding tahun 2010 yang
hanya mencapai Rp242 miliar dengan jumlah rumah 7.959 unit. BTN menyalurkan 99,8% dari jumlahunit atau sebesar 93,5% dari total nilai penyaluran FLPP.
Dengan skema penurunan bunga FLPP yang baru, seyogianya semua bank-bank pelaksana akan ikut
serta meskipun dengan nilai kuota yang terbatas. Nah, inilah yang harus diwaspadai, karena
berdasarkan informasi yang ada bank-bank pelaksana termasuk BTN, terbatas untuk menyalurkan
FLPP yang baru hanya menyiapkan Rp2 Triliun. Bandingkan dengan penyaluran FLPP tahun 2012
sebesar Rp3,7 Triliun. Dengan skema baru, penurunan bunga FLPP pun tidak menjamin akan terjadi
peningkatan yang tinggi. Artinya, penyerapan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan
misi mengurangi back log pun tidak akan tercapai. Kalau seperti ini dimana urgensinya penurunan
bunga FLPP?
Bila BTN tidak berpartisipasi, dipastikan perumahan nasional akan mendapat dampak yang besar,
karena bank-bank lain belum siap secara infrastruktur dan perlu waktu sangat lama untuk
mempersiapkan hal tersebut. Dengan skema baru penurunan bunga FLPP pun tidak menjamin akan
terjadi peningkatan yang tinggi.
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
17/19
Perseteruan yang kental antara Menpera dan BTN harus segera dihentikan untuk kepentingan rakyat
dengan membuang jauh-jauh ego dan arogansi sepihak. Karena dampak dari penghentian ini sudah
sangat besar. Di satu sisi, konsumen tidak dapat melakukan akad dan membeli rumah dengan suku
bunga komersial yang jauh lebih tinggi. Di sisi lain, pengembang pun tidak dapat memperoleh dana
dari akad dan harus tetap membayar bunga pinjaman. Karenanya, semua pihak berharap, Menpera
dapat lebih bijak untuk segera memutuskan skema FLPP yang baru. Dimungkinkan untukmenerapkan skema yang lama selama peralihan, sehingga pasar perumahan tidak terganggu cuma
karena ulah FLPP.
Pemerintah dan DPR harus segera menyelesaikan masalah ini agar tidak terjadi polemik yang
berkepanjangan dan memberikan dampak yang buruk bagi perumahan nasional. Bila tidak, maka
pemerintah harus digugat telah mencederai rakyat dengan melanggar hak asazi untuk memperoleh
rumah dan mematikan pengembang kecil yang seharusnya menjadi mitra pemerintah.
http://www.rumah.com/berita-properti/2012/2/266/ada-apa-di-balik-negosiasi-flpp-
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
18/19
Senin, 06/02/2012 19:44 WIB
Hatta Kritik Bank Kasih Bunga Tinggi untuk KPR
SederhanaRamdhania El Hida detikFinance
Jakarta - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengkritik perbankan yang memberikan suku bunga
lebih tinggi untuk KPR sederhana sementara rumah mewah sebaliknya. Untuk itu ia minta agar
pembiayaan perumahan untuk rakyat menengah ke bawah dibedakan dengan golongan menengah
ke atas.
Hal ini disampaikan Hatta menanggapi adanya perbedaan pandangan antara Kementerian
Perumahan Rakyat dan beberapa bank penyalur Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)
seperti Bank Tabungan Negara (BTN).
"Kalau pembiayaan perumahan itu kan harus kita lihat, kalau masyarakat kita yang rendah sebaiknya
itu harus dicarikan suatu skema pembiayaan yang tidak memberatkan, lihat dong kalau rumah tipe
36 itu jangan disamakan bunganya dengan rumah-rumah mewah, nggak bisa," ujarnya saat ditemui
di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (6/2/2012).
Untuk itu, lanjut Hatta, perlu adanya skema khusus untuk pemberian pendanaan perumahan
tersebut agar semua pihak bisa merasakan fasilitas pemerintah tersebut dan pihak perbankan pun
mampu menjalankan fasilitas itu.
"Nah disini harus dicarikan skema yang baik, bagaimana me-mix, agar supaya ada secara tidak
langsung tersubsidi bunganya menjadi drop. Itu kan yang penting," tandasnya.
Seperti diketahui program subsidi perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
melalui skim fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) mandeg di tahun kedua semenjak di
gulirkan. Bank penyalur seperti BTN enggan menurunkan bunga KPR bagi penerima FLPP hingga 5-
6% seperti yang diminta kementerian perumahan rakyat.
(nia/hen)
http://finance.detik.com/read/2012/02/06/194443/1835725/1016/hatta-kritik-bank-
kasih-bunga-tinggi-untuk-kpr-sederhana?f9911023
-
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat dari Media Online, 7 Februari 2012
19/19