KINERJA PELAYANAN PUBLIK BAGIAN SATUAN RESERSE
KRIMINAL (SAT RESKRIM) DALAM MENANGANI KASUS
PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KEPOLISIAN
RESORT SERANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
EPA ENJELLA
6661120624
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Allah tidak meminta kita untuk sukses, Dia hanya meminta kita untuk mencoba.” (Mother Teresa)
“Jika anda memiliki keberanian untuk memulai, anda juga memiliki keberanian untuk sukses.” (David Viscoot)
“Pekerjaan besar tidak dihasilkan dari kekuatan, melainkan oleh ketekunan” (Samuel Johnson)
Skripsi ini ku persembahkan
untuk cahaya hidupku Ayah dan Ibu serta adik-adiku tercinta yang
selalu ada untuk memberikan dukungan disaat suka dan duka,
yang selalu memanjatkan Do’a dalam setiap sujudnya.
ABSTRAK
EPA ENJELLA. NIM 6661120624. Skripsi. Kinerja Pelayanan Bagian
Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian
Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang. Pembimbing I
Rahmawati, S.Sos M.Si., Pembimbing II Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si.
Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penelitian ini membahas tentang Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse
Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor
di Kepolisian Resort Serang. Dalam penelitian ini terdapat beberapa permasalahan
diantaranya yaitu: masih tingginya kasus pencurian kendaraan bermotor di Kota
Serang, rendahnya kasus pencurian kendaraan bermotor yang terselesaikan,
terbatasnya jumlah personel penyidik dan masih rendahnya partisipasi masyarakat
dalam menindak lanjuti laporan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Kinerja Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam
Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang.
Ditinjau dari indikator produktivitas, kualitas layanan, responsivitas,
responsibilitas dan akuntabilitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif deskriptif. Peneliti menggunakan teknik Proportional
Cluster Sampling. Pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner, wawancara
tidak terstuktur, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Hasil
penelitian ini adalah Kinerja Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat
Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian
Resort Serang sudah baik. Saran yang diajukan peneliti yaitu : perlu adanya
peningkatan kualitas sumber daya penyidik yang kompeten dan dukungan
peralatan teknologi untuk melacak jaringan pelaku, serta perlunya memberikan
pengertian kepada masyarakat untuk ikut berperan aktif dan pelaku harus di vonis
yang tinggi sehingga memberikan efek jera.
Kata Kunci: Kinerja, Pelayanan Publik, Sat Reskrim Polres Serang
ABSTRACT
EPA ENJELLA. NIM 6661120624. Thesis. Performance Public Service
Criminal Investigation Unit Section (Sat Criminal) Againts the Theft of Motor
Vehicle In Police Resort Serang. Advisor I : Rahmawati,S.Sos M.Si., Advisor II
Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si. Administration Country Studies Program.
Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng
Tirtayasa.
This study discusses the Performance Public Service Criminal Investigation Unit
Section (Sat Criminal) againts the theft of motor vehicle in police resort serang.
In this research, there are several issues such as: the high cases of motor vehicle
theft in the city of Serang, low cases of motor vehicle theft is resolved, the limited
number of personnel and the investigators are still low community participation
in the follow-up report. The purpose of this study was to determine the Service
Performance Section of the Criminal Investigation Unit (Sat Criminal) in
addressing the Police Motor Vehicle Theft Resort Serang. Judging from the
indicators of productivity, quality of service, responsiveness, responsibility and
accountability. The method used in this research is descriptive quantitative
method. Researchers used a Proportional Cluster Sampling technique. The
collection of data by distributing questionnaires, structured interviews,
observation, literature study and documentation study. The results of this study
are Service Performance Section of the Criminal Investigation Unit (Sat
Criminal) in addressing the Police Motor Vehicle Theft Resort Serang own good.
Suggestions put forward researchers is: a need to increase the quality of the
resources of competent investigators and support of technological equipment to
trace the perpetrators, as well as the need to give sense to the people to
participate actively and perpetrators must be in verdicts high so as to provide a
deterrent effect.
Keywords: Performance, Public Services,Sat Criminal Police Resort Serang
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
pertolongannya maka skripsi ini dapat terselesaikan serta shalawat dan salam
dipanjatkan untuk Nabi Besar Muhamad SAW atas Rahmat-Nya sehingga penelitian
ini mudah-mudahan dapat bermanfaat. Adapun penyusunan skripsi ini diajukan
untuk memenuhi syarat mengikuti ujian sarjana (S-1) dengan judul “Kinerja
Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani
Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kepolisian Resort Serang”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka
peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik sekaligus Dosen Pembimbing I Skripsi yang membantu
memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan Skripsi ini.
ii
4. Imam Mukhroma, S.Ikom., M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik.
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
6. Ibu Listiyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si. Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Dosen Pembimbing II yang membantu memberikan arahan serta masukan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Semua Dosen dan Staff Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membimbing penulis dan membekali ilmu yang bermanfaat selama
perkuliahan.
9. Kepolisian Resort Serang yang dengan sangat amat baik membantu peneliti
dalam melakukan observasi, pencarian data dan penelitian.
10. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kota Serang yang
telah memberikan informasi kepada peneliti.
11. Kedua orang tua yang selalu terimakasih atas Do’a, bimbingan, dukungan,
motivasi, kesabaran dan kasih sayang yang tak pernah putus.
12. Adik- adiku, Megawati A.Md, ,Fitri Anggraeni, dan Muhamad Sapuloh.
terima kasih atas Do’a, dukungan, dan motivasinya.
iii
13. Sahabat-sahabatku Rani Pusvita Ningrum, Maprohah, Aryadatul Rodiyah,
Lisna Fajrianti, Ratu Prilia Menez, Irma Fahmi, Melda Listiani, Meuthia
Rinaldi, Jesseyca M. Bethesda, Rizka Oktavianti, Asputri Febri dan KKM
65 yang selalu memberikan semangat, motivasi dan pengertian, terimakasih
untuk do’a dan dukungannya selam ini.
Selain itu penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
pembahasan atau penulisannya. Oleh karena itu peneliti dengan segala kerendahan
hati dan kelapangan dada bersedia menerima segala masukan baik itu saran maupun
kritik yang dapat membangun dalam membuat karya yang lebih baik lagi. Semoga
Skripsi ini bermanfaat bagi semua, khususnya bagi penulis dan pihak yang
berkepentingan.
Serang, 20 Februari 2017
Penulis
Epa Enjella
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PERNYATAAN ORSINALITAS
ABSTRAK
ABSTRACK
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………..…………………….……xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………...,,,….. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………...,,,.……. 12
1.3 Batasan Masalah ………………………….……………….………... 12
1.4 Rumusan Masalah ……………….……….……………....…..…….. 13
1.5 Tujuan Penelitian……………………………………………………. 13
1.6 Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 13
1.7 Sistematika Tulisan ........................................................................... 14
v
BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori....……………………………………………..…......... 16
2.1.1 Konsep Kinerja ............................................................................ 17
2.1.2 Kinerja Organisasi ........................................................................ 20
2.1.3 Indikator Penilaian Kinerja .......................................................... 22
2.1.4 Manfaat Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik .............. 25
2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ........................................... 25
2.1.6 Pelayanan Publik .......................................................................... 27
2.1.7 Penyelenggara Pelayanan Publik ................................................. 29
2.1.8 Pengertian Kejahatan ................................................................... 31
2.1.9 Kejahatan Pencurian .................................................................... 32
2.1.9 Kendaraan Bermotor .................................................................... 34
2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………………... ..… 36
2.3 Kerangka Berpikir ………………………………………………....…. 49
2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 43
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 44
3.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 44
3.4 Variabel Penelitian .................................................................................. 44
vi
3.4.1 Definisi Konsep ......................................................................... 44
3.4.2 Definisi Oprasional ................................................................... 45
3.5 Instrumen Penelitian…………………….............………........................ 47
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 50
3.6.1 Populasi ..................................................................................... 50
3.6.2 Sampel ...................................................................................... 51
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 54
3.8 Uji Validitas, Reabilitas, dan Normalitas ................................................ 54
3.8.1 Uji Validitas .............................................................................. 54
3.8.2 Uji Reabilitas............................................................................. 56
3.8.3 Uji Normalitas ........................................................................... 57
3.8.4 Uji t ........................................................................................... 58
3.9 Jadwal Penelitian ...................................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ....................................................................... 60
4.1.1 Gambaran Umum Kepolisian Resort Serang .............................. 60
4.1.2 Stuktur Organisasi Kepolisian Resort Serang .............................. 62
4.1.3 Visi Misi Polres Serang ............................................................... 64
4.1.4 Gambaran Umum Bagian Reserse Kriminal ............................... 65
vii
4.1.5 Mekanisme Pelayanan ................................................................. 73
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik ................................................................ 75
4.2.1 Hasil Uji Validitas ....................................................................... 75
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................... 77
2.2.3 Hasil Uji Normalitas .................................................................... 78
4.3 Deskripsi Data .......................................................................................... 78
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ................................................................ 111
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian .................................................................... 114
4.6 Pembahasan ............................................................................................. 121
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 125
5.2 Saran ........................................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor R-2 di Kota Serang Tahun 2009-2015 ............ 3
1.2 Data Kausu Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota Serang ..................... 9
1.3 Kekuatan Personel Polir/PNS Berdasarkan DSP dan Rill di Kepolisian Resort
Serang .......................................................................................................... 10
3.1 Oprasional Variabel ..................................................................................... 46
3.2 Skoring Item Instrumen ............................................................................... 47
3.3 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian .................................................................. 48
3.4 Perhitungan Sampel Penelitian .................................................................... 53
3.5 Tingkat Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ............................................... 57
3.6 Jadwal Penelitian ......................................................................................... 59
4.1 Hasil Uji Validitas ........................................................................................ 76
4.2 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................... 77
4.3 Hasil Uji Normalitas .................................................................................... 78
ix
DAFTAR GRAFIK
1.1 Presentase Jumlah Kendaraan Motor Pribadi di Kota Serang ...................... 4
1.2 Presentase Pencurian Kendaraan Bermotor R-2 Berdasarkan TKP dan Modus
di Kota Serang Tahun 2015 .......................................................................... 5
1.3 Presentase Pencurian Kendaraan Bermotor R-2 Berdasarkan Pola
Hari dan Waktu di Kota Serang Tahun 2015 ............................................................ 6
x
DAFTAR GAMBAR
1.1 Daerah Rawan Kriminalitas ........................................................................... 7
2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 41
2.1 Mekanisme Pelayanan ................................................................................... 74
4.1 Kategori Instrumen ...................................................................................... 113
4.2 Kurva Penerimaan ....................................................................................... 113
4.3 Kategori Instrumen Indikator 1 ................................................................... 115
4.4 Kategori Instrumen Indikator 2 ................................................................... 116
4.5 Kategori Instrumen Indikator 3 ................................................................... 117
4.6 Kategori Instrumen Indikator 4 ................................................................... 119
4.7 Kategori Instrumen Indikator 5 ................................................................... 120
xi
DAFTAR DIAGRAM
4.1 Identitas Responden Berdasarkan Usia ........................................................ 79
4.2 Identitas Responden Jenis Kelamin ............................................................. 80
4.3 Identitas Responden Berdasarkan Alamat ................................................... 81
4.4 Identitas Responden Berdasarkan Tahun Kehilangan ................................. 82
4.5 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 1 ........................................... 84
4.6 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 2 ........................................... 85
4.7 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 3 ........................................... 86
4.8 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 4 ........................................... 87
4.9 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 5 ........................................... 88
4.10 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 6 ........................................... 89
4.11 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 7 ........................................... 90
4.12 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 8 ........................................... 91
4.13 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 9 ........................................... 92
4.14 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 10 .......................................... 93
4.15 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 11 ......................................... 94
xii
4.16 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 12 ......................................... 95
4.17 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 13 ......................................... 96
4.18 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 14 ......................................... 97
4.19 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 15 ......................................... 98
4.20 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 16 ......................................... 99
4.21 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 17 ........................................ 100
4.22 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 18 ........................................ 101
4.23 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 19 ........................................ 102
4.24 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 20 ........................................ 103
4.25 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 21 ........................................ 104
4.26 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 22 ........................................ 105
Diagram 4.27 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 23 ............................ 106
Diagram 4.28 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 24 ............................ 107
Diagram 4.29 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 25 ............................ 108
Diagram 4.30 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 26 ............................ 109
Diagram 4.31 Tanggapan Responden Atas Pertanyaan No. 27 ............................ 110
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Standar Oprasional Prosedur Penerimaan Laporan Polisi
LAMPIRAN II Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara hukum, seperti yang tercantum pada pasal
1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Negara hukum
menjamin semua warga negaranya sama dihadapan hukum tanpa terkecuali.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisaian
Republik Indonesia “Kepolisaian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat,
serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjungjung tinggi hak asasi
manusia.
Polisi sebagai salah satu instansi pemerintah perlu mengetahui kinerja
untuk mengetahui kemampuannya dalam pencapaian visi, misi dan tujuan
organisasi kepada pemerintah. Karena kinerja pegawai dalam suatu perusahaan
atau badan instansi merupakan tolak ukur dari berhasil atau tidaknya tujuan dan
tanggung jawab kerja yang telah ditetapkan dalam perusahaan atau instansi
tersebut. Peningkatan sumber daya pegawai menjadi sangat urgen dan perlu
dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme. Oleh sebab itu kepentingan
akserilasi tugas pokok dan fungsi organisasi maupun termasuk organisasi
pemerintah Kopolisain Resort Serang, kualiatas sumber daya manusia merupakan
salah satu syarat utama untuk meningkatkan kinerja pegawai. Karena kinerja
2
merupakan tolak ukur keberhasilan sautu organisasi/instasnsi pemerintahan
maupun swasta.
Jika dilihat dalam hukum acara pidana yakni Pasal 1 butir 1 KUHP,
penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pegawai Negeri
Sipil tertentu yang diberi wewenang khusunya oleh undang-undang untuk
melakukan penyelidikan. Dari penjelasan tersebut menyimpulkan bahwa institusi
Kepolisian merupakan suatu lembaga yang diberi wewenang oleh Negara yang
diharapkan mampu membantu proses penyelesaian terhadap kasus kejahatan dan
pelanggaran.
Mengingat kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial
yang akan selalu dihadapi oleh manusia, masyarakat dan negara. Seperti
pencurian kendaraan bermotor yang dikenal dengan (Curamor R-2) merupakan
salah satu bentuk kejahatan yang merampas harta benda milik orang atau korban,
kejahatan ini merupakan suatu tindakan yang meresahkan masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu personel di Kepolisian Resort
Serang bahwa kendaraan bermotor merupakan kebutuhan untuk kelancaran dalam
arus transportasi. Inilah sebabnya kenapa kasus tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor di Kota Serang sangat tinggi, terutama kasus pencurian
kendaraan roda dua (Curanmor R-2) hal ini di karenakan kendaraan roda dua
memiliki nilai ekonomis dan daya tarik yang tinggi, selain itu menguntungkan
dalam menjalankan aksinya tidak membutuhkan waktu yang lama dan
memungkinkan tertangkap sanagt kecil karena sanagt sulit melakukan pengenalan
3
kembali kendaraan bermotor yang hilang atau dicuri, serta faktor kebutuhan
ekonomi.
Di Kota Serang dari tahun ke tahun terdapat peningkatan jumlah
kepemilikan kendaran bermotor, hal ini dikarenakan kemudahan masyarakat
untuk memiliki kendaraan Bermotor khusunya R-2.
Tabel 1.1
Data Kendaraan Bermotor R-2 di Kota Serang Tahun 2009-2015
NO TAHUN PRIBADI DINAS JUMLAH
1 2009 107.910 3.874 111.784
2 2010 125.661 4.190 129.851
3 2011 145.013 4.553 149.566
4 2012 164.812 5.255 170.067
5 2013 189.002 5.698 194.700
6 2014 208.837 6.051 214.888
7 2015 224.679 6.379 231.058
JUMLAH TOTAL 1.165.914 36.000 1.201.914
Sumber: Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kota Serang, 2016
4
Grafik 1.1
Presentase Jumlah Kendaraan Motor Pribadi
di Kota Serang Tahun 2009 - 2015
Sumber: Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kota Serang, 2016
Presentase Grafik 1.1 di atas menjelaskan bahwa dari tahun ke tahun
jumlah pemilik kendaraan bermotor di Kota Serang terus meningkat. Dengan
meningkatnya pengguna atau pemilik kendaraan bermotor R-2 tidak menuntut
kemungkinan meningkatnya juga para pelaku kejahatan yang disebabkan oleh
beberapa faktor. Selain itu peneliti juga melihat di media masa dan internet
banyak terjadi kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2) dan masih
banyak kendaraan bermotor yang belum diketemukan, serta didukung dengan data
dan wawancara hasil survei peneliti di Kepolisian Resort Serang. Para pelaku
pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2) sekarang ini tidak mengenal
waktu dan tempat di mana ada kesempatan untuk mencuri mereka siap beraksi
baik di rumah atau di tempat umum, baik pada siang atau malam hari. Bisa dilihat
di Grafik 1.2 dan 1.3 di bwah ini
111.784 129.851
149.566
170.067
194.700
214.888 231.058
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
5
Grafik 1.2
Presentase Pencurian Kendaraan Bermotor R-2 Berdasarkan TKP dan
Modus di Kota Serang Tahun 2015
Sumber : Kepolisian Resort Serang Bidang Sat Reskrim, 2016
Berdasakan Grafik 1.2 di atas menjelaskan bahwa pencurian kendaraan
bermotor paling sering terjadi di pemukiman warga khusunya di Kota,
dipemukiman tercatat 123 kasus, dalam rumah 79 kasus, toko/pasar/mall 58
kasus, parkiran 58 kasus, jalan umum 19 kasus, dan sekolah/kantor 16 kasus.
Sedangkan berdasarkan modusnya paling tinggi dengan cara merusak kunci
tercatat 312 kasus, lain-lain 18 kasus, rusak barang 14 kasus, kekerasan 1 kasus,
tipu daya dan manjat 0 kasus.
Menurut salah satu personel Polres bahwa ini terjadi akibat dari kurangnya
keamanan dan kelalayan dari pemilik kendaraan sendiri seperti lupa mencabut
kunci dan kurangnya keamanan sehingga memberikan peluang untuk para pelaku
kejahatan. Sedangkan kejahatan yang terjadi di Toko/pasar/mall dan parkiran
4 6 1 0 1 15
0
24 2 0 0 0 1 9 0 0 0 0 2 0 8 1 0 0 0 2
43
102
11 7
40 38
1
228
4 0 0 0 10 13 9 4 8 4 2 0
34
2 1 0 0 3 4 4 0 0 2 1 2 10 1 0 0 0 2 6 2 3 1 0 0 0 8 4 0 0 0 0 0
50
100
150
200
250
WALANTAKA CURUG SERANG
CIPOCOK TAKTAKAN KASEMEN
6
disebabkan keamanan parkir yang lemah seperti di pasar atau toko-toko jarang ada
pengurus parkir atau parkir ilegal dan tidak memiliki cctv, hal ini menghambat
atau mempersulit kepolisian dalam mengungkap atau menemukan kendaran yang
hilang.
Grafik 1.3
Presentase Pencurian Kendaraan Bermotor R-2 Berdasarkan Pola Hari dan
Waktu di Kota Serang Tahun 2015
Sumber : Kepolisian Resort Serang Bidang Sat Reskrim, 2016
Para pelaku pencurian kendaraan bermotor tidak mengenal hari dan waktu,
kapanpun selagi ada kesempatan mereka menjalankan oprasinya. Yang paling
sering itu pada hari senin dan rabu sekitar 62 dan 60 kasus, selasa 50 kasus, jumat
dan sabtu 41 kasus, dan hari kamis 39 kasus. Sedangkan berasrkan waktunya para
pelaku beroperasi pada jam 18.00 s/d 21.00 tercatat 75 kasus, 03.000 s/d 06.00 75
kasus, 21.00 s/d 24.00 52 kasus, 06.00 s/d 09.00 dan 15.00 s/d 18.00 28 kasus,
5 1
5 2 4 5 5
1 5
1 0 3 1
10 6
2 2 2 2 0 3
0 2 6
0 0 0 2 1 0
39 38 40
27
36
25
37
12
47
21 18 20 18
65
41
9 5
8 6 4 6 2 0
10 5 4 5 4
9 3 4 3 2 0 1 1 2 0
4 1 0 0 0
7 1 3 1 3 2 2 1 0
3 3 0 1 1 3
0 1 0
10
20
30
40
50
60
70
WALANTAKA CURUG SERANG
CIPOCOK TAKTAKAN KASEMEN
7
09.00 s/d 12.00 dan 12.00 s/d 15.00 23 kasus, sedangkan jam 00.000 s/d 03.00
tercatat 18 kasus. Selain itu terdapat beberapa titik daerah rawan terjadinya
pencurian kendaraan bermotor di Kota Serang bisa di lihat di Gambar 1.1
Gambar 1.1
Daerah Rawan Kriminalitas
Sumber : Kepolisian Resort Serang Bidang Satuan Reserse Kriminal, 2016
Gambar 1.1 di atas menggambarkan titik-titik daerah rawan terjadinya
pencurian kendaraan bermotor di Kota Serang yaitu yang diberi tanda biru,
diantaranya Kecamatan Walantaka, Curug, Serang, Cipocok, Taktakan dan
Kasemen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait dan observasi
awal peneliti di Kepolisian Resort Serang, peneliti menemukan beberapa
permasalahan di lokasi penelitian diantaranya yaitu;
8
Pertama, kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2) di
Kepolisian Resort Serang sangat tinggi berdasarkan data yang peneliti terima dari
sekian banyak kasus tindak pidana yang paling banyak atau sering terjadi yaitu
kasus curanmor khusunya kasus pencurian kendaraan bermotor roda dua (R-2)
tercatat sebanyak 650 kasus, sedangkan untuk roda empat (R-4) sebanyak 46
kasus hal ini karena mengingat kebanyakan dari para pencuri hanya mengambil
barang-barang yang ada di dalam mobilnya saja seperti Laptop, Perhiasan, Hp,
dan barang-barang berharga lainnya.
Hal ini diperkuat dengan wawancara yang peneliti lakukan di Kepolisian
Resort Serang dengan salah satu petugas Sat Reskim. Beliau menjelaskan bahwa
kasus pencurian kendaraan bermotor merupakan kejahatan yang paling tinggi
diantara kejahatan lainnya sepanjang tahun 2015. Kasus pencurian kendaraan
bermotor yang paling tinggi yaitu tidak pidana Curanmor R-2 khususnya di Kota
Serang hal ini dibuktikan dengan data yang peneiti terima tercatat sebanyak 345
kasus, dan dalam setiap harinya ada saja yang melaporkan kehilangan 1 sampai 2
korban dalam satu hari. Hal ini di karenakan kurangnya sumber daya manusia di
Kepolisian, kurangnya keamanan dan kelalayan dari pemilik kendaraan. Saat ini
Kepolisian sudah berupaya untuk melindungi dan memberikan keamanan kepada
msayarakat dengan menempatkan 2 personel di Pos Polisi dan melakukan rajia.
Kedua, masih rendahnya kasus pencurian kendaraan berotmor (Curanmor
R-2) yang dapat terselesaikan. Dari 345 kasus pencurian kendaraan bermmotor
hanya 69 kasus yang dapat diselesaikan. Hal ini karena banyaknya kasus dari
tingkat Polsek yang dilimpahkan ke Polres sedangkan di Polres sendiri masih
9
banyak kasus tindak pidana yang harus di selesaikan sekitar 2.800 kasus, ini
semua tidak lain karena kekurangan sumber daya penyidik mengingat dalam 1
tahun hanya ada 5 personel penyidik.
Tabel 1.2
Data Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota Serang
Sumber: Kepolisian Resort Serang Bagian Operasional Tahun 2016
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu Unit Ranmor Bapak
Rudini, beliau mengatakan bahwa memang banyak kasus pencurian kendaraan
bermotor yang masih belum terselesaikan, mengingat keterbatasan personel
penyidik dan alat/teknologi yang digunakan. Dan memang ada beberapa komplain
dari masyarakat yang menuntut kejelasan kasus kapan ditemukannya kendaraan
mereka yang hilang. Beliau hanya mengatakan dalam penanganan kasus
pencurian kendaraan bermotor ini tidaklah semudah mengembalikan telapak
tangan kami sedang berusaha untuk menyelesaikannya jadi bersabarlah jika sudah
ada perkebangan dan atau ditemukan akan kami hubungi.
No
Kasus
Curanmor
R-2
2015
Jumlah
Tindak
Pidana
Jumlah
Penanganan Tindak
Pidana
1 WALANTAKA 27 5
2 CURUG 11 1
3 SERANG 242 47
4 CIPOCOK 40 10
5 TAKTAKAN 13 2
6 KASEMEN 12 4
TOTAL 345 69
10
Ketiga, terbatasnya Sumber Daya Manusia di Kepolisian Resort Serang
yang tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang terus bertambah, karena
mengingat jumlah Seluruh Personel Polri berdasarkan Data Selurh Personel Polri
(DSPP) seharusnya untuk Polri 1.900 dan PNS 90 Total 1.990 pegawai sedangkan
kenyataannya (RILL) Polri 1.294 dan PNS 20 Total 1.314 pegawai. Hal ini
karena dana dari pemerintah memang tidak mencukupi untuk penambahan kuota
Polri. Untuk kekuatan jumlah personel polri dan PNS di Kepolisian Resort
Serang bisa dilihat pada tabel 1.6 di bawah ini.
Tabel 1.3
Kekuatan Personel POLRI/PNS di Kepolisian Resort Serang
DSPP JML
RILL JML
POLIRI PNS POLRI PNS
1 2 3 4 5 6
492 42 534 493 20 513
1408 48 1456 801 0 801
1900 90 1990 1294 20 1314
Sumber : Kepolisian Resort Serang 2016
Hal ini juga diperkuat dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan
salah satu petugas unit Ranmor yaitu Bapak Rudini. Bapak Rudini menjelaskan
bahwa jumlah personel kurang mencukupi khusunya penyidik di Unit Ranmor ini
ada 9 Personel dan 1 kanit dan untuk keseluruhan Kasat Reskrim ada sekitar 83
Personel. Kenapa saya bilang tidak mencukupi karena Unit Ranmor tidak hanya
menangani kasus perkara Curanmor saja tetapi juga tindak pidana umum (Pidum)
seperti penipuan, perampasan, penculikasn dsb. Seharunya 1 Polisi melayani 700
orang pada kenyataanya 1 polisi melayani 1.000 orang.
11
Keempat, Sedikitnya kasus pencurian kendaraan bermotor yang ditangani
ini juga disebabkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam menindak lanjuti
laporan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2). Kenapa
demikian berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu personel di Sat
Reskrim mengatakan bahwa kebanyak dari para korban kasus pencurian
kendaraan bermotor mereka tidak melanjutkan kasus yang diajukan karena
mereka rata-rata hanya meminta surat keterangan hilang saja untuk
memberhentikan setoran motor, dan ada juga yang malas karena memang
prosesnya yang berbelit-belit.
Untuk mengurangi kejahatan pencurian kendaraan bermotor ini juga perlu
adanya partisipasi dari masyarakat mengingat salah satu penyebab nya yaitu
kelalaian dari para pemilik kendaraan bermotor itu sendiri serta kurangnya
keamanan. Dalam masalah aksus Curanmor R-2 ini perlu adanya kerjasama antara
Aparat peagwai penegak hukum dengan masyarakat. Keterbatasan Aparat
penegak hukum khususnya Aparat Kepolisian Republik Indonesia (Polri),
partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk menanggulangi tindak kejahatan
salah satunya seperti pencurian kendaraan bermotor (Curamor R-2) yang banyak
terjadi terutama di kota-kota besar khusunya Kota Serang.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse
Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan
Bermotor di Kepolisian Resort Serang”.
12
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dan berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara peneliti menemukan beberapa permasalahan di
lokasi penelitian diantaranya :
1. Tingginya kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2) di Kota
Serang.
2. Masih rendahnya kasus pencurian kendaraan berrmotor (Curanmor R-2)
yang terselesaikan.
3. Terbatasnya jumlah Personel Kepolisian dan sumber daya penyidik.
4. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam menindak lanjuti laporan tindak
pidana pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2).
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian-uraian yang ada di latar belakang dan identifikasi masalah,
terdapat beberapa kasus tindak pidana pencuri, diantaranya ada kasus Curas dan
Curanmor R-4 namun disini peneliti membatasi penelitian pada “Kinerja
Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani
Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor (Curi ranmor R-2) Di Kota Serang”.
13
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
pada penelitian ini sebagai rumusan masalah yang akan dikaji “Bagaimana
Kinerja Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam
Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang.
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap bentuk tindakan atau langkah yang terencana sudah mempunyai
tujuan tertentu, demikian halnya dengan penelitian yang peneliti lakukan ini.
adapun tujuan penelitian tersebut, yaitu: untuk mengetahui Kinerja Pelayanan
Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan
pengetahuan karena akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam dunia
akademis khusunya Ilmu Administrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan
kinreja aparatur pemerintah. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk
pengembangan studi administrasi negara.
14
1.6.2 Manfaat Praktis
Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan
dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti
pendidikan di Program Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya penelitian ini diharapkan sebagai
informasi bagi para pembaca dan referesnsi atau masukan bagi Kepolisian Resort
Serang untuk meningkatkan kinerjanya dalam organisasi agar tugas pokok dan
fungsinya berjalan sebagaimana mestinya.
1.7 Sistematika Tulisan
Sistematika penulisan ini menjelaskan:
BAB I. PENDAHULIUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai; Judul Penelitian, Latar
Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS / ASUMSI DASAR PENELITIAN
Pada bab ini, dijelaskan mengenai; Landasan Teori, Penelitian
Terdahulu, Kerangka Pemikiran Penelitian dan Hipotesis
Penelitian/Asumsi Dasar.
15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Ruang
Lingkup/Fokus Penelitian, Lokasi Penelitian, Variabel Penelitian, Definisi
Konsep, Definisi Oprasional, Instrumen Penelitian, Populasi dan Sampel
Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, dan Jadual Penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, dipaparkan mengenai; Deskripsi Objek Penelitian,
Deskripsi Data, Pengujian Hipotesis, Interpretasi Hasil Penelitian dan
Pembahasan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini, peneliti menjelasakan mengenai; Kesimpulan dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, kemudian memberikan saran-saran
yang bersifat konstruktif pada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian
ini.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
Teori merupakan salah satu hal yang paling mendasar yang harus dipahami
ketika melakukan penelitian karena teori dapat menjadi acuan untuk menemukan
dan merumuskan sebuah permasalahan. Sesuatu yang baru dapat dikatakan sebuah
teori jika sudah terbukti melalui serangkaian proses dan eksperimen dan kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Sebuah teori dapat berubah atau mengalami
perkembangan, hal itu terjadi apabila teori yang ada sudah tidak relevan dengan
keadaan yang ada, seperti yang dikemukakan oleh Cooper dan Schilder bahwa
teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proporsi yang tersusun secara
sistematis sehingga dapat dipergunakan untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.
Selanjutnya teori didefinisikan sebagai seperangkat konsep, asumsi
generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan
perilaku dalam berbagai organisasi. Menurut Sugiyono (2005:55-56), Dapat
dikemukakan ada empat kegunaan teori didalam penelitian yaitu :
1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis.
2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi
perilaku yang memiliki keturunan.
3. Teori sebagai stimulasi dan panduan untuk mengembangkan
pengetahuan.
4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.
17
2.1.1 Konsep Kinerja
Menurut kamus besar bahasa indonesia, secara etimologis kinerja diartikan
sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Konsep kinerja
pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan
kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu
organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai
suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan
yang sanagt erat. Tercapainya tujuan organisais tidak bisa dilepaskan dari sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakan atau dijalankan pegawai yang
berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.
Kinerja dalam pengertiannya diartikan Kinerja (job perfomance) adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam
rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika.
Konsep kinerja berdasarkan Inpres RI No. 7 Tahun 1999 berdasarkan
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, yang dalam pelaksanaannya ditindak lanjuti dengan
keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 589/IX/6/1999 tentang
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegaiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, dan
18
visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis (strategic
planinng) suatu organisasi.
Menurut Rue dan Byars (1980:375) diartikan sebagai singkat pencapaian
hasil atau “the degree of accomplishem atau dengan kata lain kinerja merupakan
tingkat pencapaian tujuan organisasi”. Definisi tersebut mengandung pengertian
bahwa melalui kinerja, tingkat pencapaian organisasi dapat dikahui. Pencapaian
atas tujuan-tujuan organisasi tersebut kemudian dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menilai baik buruknya kinerja organisasi.
Konsep kinerja menurut Osborne dalam Quade (1990:1), berpendapat
bahwa:
“Kinerja sebagai tingkat pencapaian misi organisasi. Dapat dikatakan
bahwa misi organisasi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi (visi). Semakin banyak misi yang dilakukan,
maka semakin bagus kinerja dari organisasi yang bersangkutan.
Begitupula sebalikny, kinerja organisasi diakatakan buruk apabila hanya
sedikit misi yang dilakukan oleh organisasi tersebut”.
Siagian (1995:29) mengartikan kinerja adalah keseluruhan kemampuan
seseorang untuk bekerja sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan kinerja secara
optimal dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang
secara rasio kecil dibandingkan dengan hasil yang dicapai.
Dimensi-dimensi yang dijadikan ukuran kinerja, menurut Nawawi
(2000:97) adalah:
1. Tingkat kemampuan kinerja (kompetensi) dalam melaksanakan
pekerjaan baik yang diperoleh dari hasil pendidikan dan penelitian
maupun yang bersumber dari pengalaman kerja.
2. Tingkat kemampuan eksekutif dalam memberikan motivasi kerja, agar
pekerjaan sebagai individu bekerja dengan usaha maksimum, yang
memungkinkan tercapainya hasil sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan masyarakat.
19
Widodo (dalam Pasolong 2013:175), mengatakan bahwa kinerja adalah
melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan
tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Dan Mangkunegara
(2002:67), mengatakan bahwa kinerja adalah merupakan hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan fungsinya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan Gibson (1990:40) dalam Pasolong (2013:176), mengatakan
bahwa kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk
melaksanakan pekerjaan. Dikatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan ditentukan oleh
interaksi antara kemampuan dan motivasi. Keban (1995:1), kinerja adalah tingkat
pencapaian tujuan.
Kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun
tersebut. implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan. Bagaimana
organisasi menghargai dan memperlakukan sumber daya manusianya akan
mempengaruhi sikap dan perilaku dalam menjalankan kinerja. Berdasarkan
pengertian kinerja yang dipaparkan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja
adalah suatu tingkat pencapaian tujuan untuk mewujudkan sasaran atau target
yang telah ditetapkan dalam dalam pelaksanaan kegiatan atau program suatu
organisais dan tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
20
2.1.2 Kinerja Organisasi
Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat
dicapai dan mencerminkan keberhasilan organisasi, serta merupakan hasil yang
dicapai dari perilaku anggota organisasi. Kinerja bisa juga diakatakan hasil
(output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen
organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang dilakukan oleh seluruh
komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input).
Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi. Bagi suatu organisasi,
kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama antara anggota atau komponen
organisasi dalam rangka tujuan organisasi.
Hasibuan (2006:120), mengemukakan bahwa organisasi adalah suatu
sistem perserikatan formal, berstuktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang
yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu, karena organisasi merupakan
alat dan wadah. Organisasi yang efektif akan ditopang oleh sumberdaya manusia
yang berkualitas.
Bastian (2001:329) dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan (2005:175)
mengemukakan :
kinerja organisasi sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan
sasasran, tujuan misi dan visi organisasi tersebut.
Atmosudirdjo dalam Pasolong (1997:11), mengemukakan bahwa kinerja
organisasi adalah sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk
kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenan melalui usaha-
21
usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus
menerus untuk mencapai kebutuhannnya secara efektif.
Simanjuntak (2005:3) mengemukakan bahwa kinerja organisasi
merupakan agregasi atau akumulasi kinerja semua unit-unit organisasi, yang sama
dengan penjumlahan kinerja semua orang atau individu yang bekerja di organisais
tersebut. Dengan demikian kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yiatu dukungan organisasi, kemampuan manjemen, dan kinerja setiap
orang yang bekerja di perusahaan tersebut. Kinerja organisasi juga dipengaruhi
oleh dukungan organisasi antara lain dalam penyusunan stuktur organisasi,
penilaian teknologi, ddan penyediaan prasarana serta sarana kerja.
Mardiasmo (2002:196) dalam Tangkilisan (2005:172) mengemukakan :
bahwa tolak ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran
keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut. Satuan ukuran
yang relevan digunkan adalah efesiensi pengelolaan dana dan tingkat
kualitas pelayanan yang dapat diberikan kepada pihak publik.
Sedangkan Chaizi Nasucha dalam Irham Fahmi (2010:2) mengemukakan
bahwa kinerja organisas adalah sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh
untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan
dengan usaha-usaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi
secara terus menerus mencapai kebutuhannya secara efektif. Kinerja organisasi
(dalam Subandi 2006:176) merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh orgnisasi
dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output,outcome,
maupun impact.
22
2.1.3 Indikator Penilaian Kinerja
Perlu adanya indikator kinerja yang digunakan untuk menyakinkan bahwa
kinerja hari demi hari menunjukan kemajuan dalam rangka mewujudkan
tercapainya sasaran maupun tujuan organisasi yang bersangkutan. Kinerja
Organisasi memerlukan adanya dukungan input, prosess, output, outcome, benefir
dan inpact. semua indikaor tersebut digambarkan oleh Nawawi dalam bukunya
(2013:243-244), sebagai berikut:
1. Indikator Masukan (Input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
Indikator ini dapat berupa laporan masyarakat, kesanggupan masyarakat,
ketersediaan SDM, informasi dan kebijakan atau peraturan perundang-
undangan dan sebagainya.
2. Indikator Proses (Process) adalah segala besaran yang menunjukan upaya
yang dilakukan dalam rangka mengolah masuakn menjadi kelauaran.
Indikator proses menggambarkan perkembangan atau aktivitas yang terjadi
atau dilakukan selama pelaksanaan kegiatan berlangsung, khususnya
dalam proses mengolah masukan menjadi keluaran.
3. Indikator Keluaran (Output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dan sesuatu kegiatan dapat berupa fisik dan atau/ nonfisik.
Indikator ini dapat berupa target kerja yang ingin dicapai, tepat waktu,
tepat sasaran dsb.
4. Indikator Hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
Indikator hasil bisa berupa hasil kerja dan tanggung jawab dalam
pekerjaannya.
5. Indokator Manfaat (Benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan.
6. Indikator Dampak (Impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif pada setiap indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.
23
Menurut Dwiyanto (dalam Pasolong 2013:178) menjelaskan beberapa
indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik yaitu:
1. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengkur tingkat efesiensi, tetapi
juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami
sebagai rasio anatar input dengan output. Konsep produktivitas dirasa
terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO)
mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas
dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil
yang diharapkan sebagai salah satu inidikator kinerja yang penting.
2. Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi penting dalam
menjelasakan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan
negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena
ketidak puasan publik terhadap kualitas layanan.
3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali dan
memenuhi kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas
layanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan
sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara
langsung mengembangkan kemampuan organisasi publik dalam
menjalankan misi dan tujuannnya, terutama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukan dengan
ketidakselarasan anatara pelayanan dengan kebutuhan amsyarakat. Hal
tersebut jelas menunjukan kegagalan organisasi dalam mewujudkan
misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki
responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang
jelek pula.
4. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit
maupum implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada satu
ketika berbenturan dengan responsibilitas.
5. Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjukan pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik pada para pejabat publik yang dipilih oleh
rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat
digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan
organisasi publik itu konsisten dengan kehendak publik.
24
Menurut Kumorotomo (dalam Pasolong 2011:180) menggunakan beberapa
indikator untuk dijadikan acuan dalam menilai kinerja birokrasi publik antara lain:
1. Efesiensi, yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan
organisasi pelayanan publik dalam memanfaatkan faktor-faktor
produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis.
2. Efektivitas, yaitu apakah tujuan yang didirikan organiasasi pelayanan
publik tersebut tercapai. Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas
teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.
3. Keadilan, yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat
kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan.
4. Daya tanggap, yaitu organiasasi pelayanan publik merupakan bagian
dari daya tanggap Neagar atau Pemerintah akah kebutuhan masyarakat
yang mendesak. Karena itu organiasasi secara keseluruhan harus dapat
di pertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria
daya tanggap ini.
Menurut Zaithhmal, Parasuraman dan Berry (1990) (dalam Pasolong,
2011:135), Menjelaskan terdapat beberapa indikator untuk mengukur kinerja
pelayanan terletak pada lima dimensi. Kelima dimensi servqual tersebut, yaitu:
1. Tangibles (Ketampakan Fisik), kualitas pelayanan berupa sarana fisik
perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat
informasi.
2. Reliability (Reabilitas), kemampuan dan keandalan untuk menyediakan
pelayanan yang terpercaya.
3. Responsivenes (Responsivitas), kesanggupan untuk membantu dan
menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap
keinginan konsumen.
4. Assurance (Kepastian), kemampuan dan keramahan serta sopan santun
pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen
5. Emphaty (perlakuan atau perhatian), sikap tegas tetapi penuh perhatian
dari pegawai terhadap konsumen.
25
2.1.4 Manfaat Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik
Menurut James B. Whittaker dalam Tangkilisan (2005:174) berpendapat
bahwa pengukuran atau penilaian kinerja organisasi adalah suatu alat manajemen
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Sedangkan menurut Larry D. Stout dalam Tangkilisan (2005:174) penilaian
kinerja merupakan proses pencatatan dan mengukur pencapaian pelaksanaan
kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditempatkan berupa
produk, jasa, ataupun suatu proses.
Berikut manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal
organisasi sektor publik :
1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan
untuk pencapaian kinerja.
2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan
untuk memperbaiki kinerja.
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi
pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja
yang telah disepakati.
5. Menjadi alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi.
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwa pengambilan kepustusan dilakukan secara
obyektif.
2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
yang bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi.
26
Menurut Mahmudi (2013:21) dalam bukunya “Manajemen Sektor Publik”
menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:
1) Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki
oleh setiap individu.
2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas memberikan dorongan,
semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team
leader;
3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan dalam suatu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim;
4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastuktur
yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja
dalam organisasi;
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
Sedangkan Ruky (2002:53) dalam Hesel Nogi S. Tangkilisan (2010:180)
mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat
pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:
1) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang
digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan
oleh oranisasi semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka
akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut;
2) Kualitas input atau material yang digunkaan oleh organisasasi;
3) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja,
penataan ruangan, dan kebersihan;
4) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang
ada dalam organisasi yang bersangkutan;
5) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota
organisasasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan
organisasi;
6) Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek
kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lainnya.
27
Sedangkan Menurut Bastian (2010) dalam Tangkiliasan 92005:175)
indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitataif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasasran atau tujuan.
2.1.6 Pelayanan Publik
Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang,
sekelompok dan/atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk
memenuhi kebutuhan. Pelayanan yang baik merupakan keinginan semua
pelanggan atau masyarakat yang sedang menerima pelayanan. Maka jika suatu
instansi atau pemerintah memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat,
maka masyarakat akan merasa sangat puas.
Monir (2003:16) dalam (Pasolong 2011:128), mengatakan bahwa
pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain
secara langsung. Sedangkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993),
mengemukakan bahwa pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan dalam
bentuk barang atau jasa dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pelayanan Publik menurut Agung Kurniawan dalam Pasolong (2013:128),
mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani)
keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Definisi Pelayanan Publik Menurut Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004
adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara
28
pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan, maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan pelayanan publik menurut Keputusan Mentri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor: 63 Tahun 2003 dalam (Ratminto dan Atik 2012:5)
adalah:
“segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di
pusast, daerah dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan kebutuhan aparatur perundang-undanagna”.
2.1.6.1 Prinsip Pelayanan Publik
Penyelenggar pelayanan publik perlu memperhatikan dan menerapkan
prinsip pelayanan publik. Di dalam kepeutusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003
disebutkan bahwa penyelenggara pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut:
a. Kesederhanaan, Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan, mecakup kejelasan dalam hal:
a) Persayaratan teknis dan administrasi pelayanan publik
b) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian kelauhan/persoalan/sengketa
dalam pelaksanaan pelayanan publik.
c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian Waktu, Pelaksana pelayanan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah dietentukan.
d. Akurasi , Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat,dan sah.
e. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman
dan kepastian hukum.
29
f. Tanggung Jawab, Pimpinan penyelengagra pelayanan publik atau pejabat
yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyeelngagra pelayanan dan
penyelesaian keluaan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
g. Kelengkapan Sarana Dan Prasarana, tersedianya sarana dan prasarana
kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya ynag memadaia termasuk
penyedia sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
h. Kemudahan Akses, seperti tempat dan alokasi serta sarana pemlayanan
yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, and apat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika.
i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan, pemeberi pelayanan harus
bersikap disiplin, saopan santun, ramah serta pemeberian pelayanan
dengan ikhlas.
j. Kenyaman, lingkungan pelayanan harus tertib, teartur, disediakan runag
tunggu yang nyaman, bersih rapih lingkungan yang indah serta sehat
dilengkapi dengan faslitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet,
sampah, temept ibdaha dan lain-lain.
2.1.7 Penyelenggara Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya Negara untuk
memenuhi kebutuhan dasar hak-hak sipil warga negara atas barang, jasa, dan
pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara publik. Menurut BAB
I Pasal 1 Ayat 1 UU No. 25/2009, yang dimaksud dengan pelayanan publik yaitu:
“Kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan atau pelayanan adminsitratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik”.
Keputusan MENPAN Nomor 63 Thaun 2003 dalam (Ratminto dan Atik
2012:21) mengatakan penyelenggara pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut:
a. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan.
30
b. Kejelasan
Kejelasan ini mencakup dalam hal:
i. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
ii. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab
dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik.
iii. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan.
d. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
e. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
f. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab atas peneylenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
g. Kelangkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung
lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika (telematika).
h. Kemudahan akses
Temapt dan alokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh amsyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
Pemberian pelayanan harus bersikap disiplin., sopan dan santun,
ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
j. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu
yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet,
tempat ibadah
Sedangkan Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan
bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada
masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai
abdi masyarakat.
31
2.1.8 Pengertian Kejahatan
Pengertian kejahatan menurut tata bahasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1989:125) adalah:
“Perbuatan atau tindakan yang jahat” yang lazim orang ketahui atau
mendengar perbuatan yang jahat seperti pembunuhan, pencurian,
pencabulan, penipuan, penganiayaan dan lain-lain yang dilakukan oleh
manusia.
Kejahatan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dapat
dipahami dari berbagai sisi yang berbeda, itu sebabnya dalam keseharian dapat
ditangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu
dengan yang lain.
Menurut B. Simanjuntak kejahatan merupakan “suatu tindakan anti sosial
yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan
kegoncangan dalam masyarakat”.
R. Soesilo (1985:13) menyebutkan pengertian kejahatan secara yuridis
adalah:
Kejahatan untuk semua perbuatan manusia yang memenuhi perumusan
ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam KUHP misalnya pembunuhan
adalah perbuatan yang memenuhi perumusan Pasal 338 KUHP yang
mengatur barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain,
diancam karena 16 pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun (15 tahun).
Setiap orang yang melakukan kejahatan akan diberi sanksi pidana yang
telah diatur dalam Buku II Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang
dinyatakan di dalamnya sebagai kejahatan
32
2.1.9 Kejahatan Pencurian
Pengertian umum mengenai pencurian adalah mengambil barang orang
lain. Dari segi bahasa (etimologi) pencurian berasal dari kata “curi” yang
mendapat awalan “pe”, dan akhiran “an”. Arti kata curi adalah sembunyi-
sembunyi atau diam-diam atau tidak dengan jalan yang sah atau tidak diketahui
orang lain perbuatan yang telah dilakukannya. Mencuri berarti mengambil milik
orang lain secara tidak sah atau melawan hukum. Orang yang mencuri barang
yang merupakan milik orang lain disebut pencuri.
Dalam Pasal 362 KUHP menentukan bahwa barang siapa mengambil
barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus ribu rupiah.
Perbuatan mencuri ini dapat dikatakan selesai, apabila barang yang
diambil sudah berpindah tangan tempat, bila sipelaku baru memegang barang
tersebut, kemudian gagal karena ketahuan sipemiliknya, maka belum dikatakan
mencuri, akan tetapi merupakan percobaan mencuri.
Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur dalam
Pasal 362 KUHP terdiri atas unsur subjektif dan unsur objektif yaitu sebagai
berikut:
a) Unsur Subjektif yaitu dengan maksud untuk menguasai benda
tersebut secara anisasi. Secara melawan hukum;
b) Unsur Objektif yaitu barang siapa mengambil sesuatu benda yang
sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.
33
Kejahatan pencurian kendaraan bermotor terdiri dari berbagai jenis
kejahatan terhadap kendaraan bermotor, yang dapat dilihat dari rangkaian
kegiatan, bahkan kegiatan-kegiatan tersebut dapat merupakan jaringan-jaringan
organisasi. Secara umum kegiatan organisasi dapat dikelompokan menjadi 3
bentuk pelanggaran hukum yaitu pelaku, penandah dan pemalsu surat-surat
ataupun identitas kendaraan bermotor ahsil kejahatan, sedangkan pemasaran
kendaraan bermotor hasil kejahatan dilaksanakan antar daerah. Sebagaimana
diketahui kendaraan bermotor merupakan sarana transportasi dengan mobilitas
tinggi, oleh sebab itu kejahatan pencurian terhadap kendaraan bermotor pun
merupakan jenis kejahatan yang memiliki mobilitas tinggi.
Pencurian kendaraan bermotor bukan hanya merupakan kejahatan Pasal
362 KUHP saja, tetapi menyangkut kejahatanan berbagai Pasal KUHP antara
lain:
a) Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP)
b) Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP)
c) Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP)
d) Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP);
e) Perampasan (Pasal 368 KUHP);
f) Penipuan (Pasal 378 KUHP);
g) Penggelapan (Pasal 372 KUHP);
h) Pemalsuan (Pasal 263 KUHP).
i) Tindak pidana penadahan yang diatur dalam pasal 480 KUHP.
Pencurian kendaraan bermotor merupakan salah satu bentuk kejahatan
yang merampas harta benda milik orang atau korban, kejahatan ini merupakan
suatu tindakan yang meresahkan masyarakat. Pencurian kendaraan bermotor
merupakan tindakan kejahatan yang sering terja di dilingkungan masyarakat, hal
ini disebabkan karena tindakan ini sangat mudah dilakukan dan tidak
34
memerlukan waktu yang lama. Tindakan kejahatan ini biasanya dilakukan di
kawasan parkir pertokoan, rumah makan, kampus, perumahan, kost serta tempat-
tempat yang mereka merasa ada peluag untuk melangsungkan kejahatan.
2.1.10 Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya
kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam (perkakas atau alat
untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yg dijalankan dengan roda,
digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar
minyak atau tenaga alam). Kendaraan bermotor memiliki roda, dan biasanya
berjalan di atas jalanan. Sedangkan kenaraan bermotor berdasarkan UU No 22
Tahun 2009 yaitu kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan
oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas mesin.
Kendaraan bermotor merupakan alat yang paling dibutuhkan sebagai
media transportasi. Kendaraan dibagi menjadi dua macam, yaitu kendaraan
Umum dan pribadi. Kendaraan umum merupakan kendaraan yang digunakan
untuk angkutan massal, baik itu manusia maupun barang-barang. Contohnya bus,
kereta api, angkutan umum adalah merupakan kendaraan yang bersifat umum dan
sering dipergunakan sebagai alat transporstasi massal. Kendaraan pribadi adalah
kendaraan yang digunakan sehari-hari untuk kepentingan pribadi. Kendaraan itu
berupa mobil dan motor sebagai alat transportasi pribadi yang sering digunakan
masyarakat.
35
Pesatnya kemajuan jaman, membuat kendaraan bermotor sangat
dibutuhkan sebagai media transportasi. Untuk mencapai suatutujuan
membutuhkan kendaraan, baik yang digunakan secara pribadi maupun umum.
Kendaraan bermotor membuat efisiensi waktu dan tenaga karena diciptakan
memang untuk membantu aktivitas manusia. Melihat kondisi saat ini, kendaraan
roda dua atau motor adalah pilihan yang praktis bagi orang yang memilih
berkendaraan pribadi. Selain praktis, motor adalah kendaraan yang bebas macet
dan irit BBM, sehingga motor merupakan kendaraan yang menjadi pilihan
masyarakat luas.
Karena fungsinya sebagai alat transportasi yang praktis, kendaraan roda
dua atau motor menjadi pilihan favorit masyarakat. Motor dipilih karena harganya
yang bisa dijangkau oleh hampir semua kalangan masyarakat. Pembayaran bisa
dilakukan secara kredit. Selain itubisa melihat bahwa penawaran bermacam-
macam motor menjadi daya tarik tersendiri. Setiap merek melakukan promosi
besar-besaran dengan harga dan jaminan. Slogan yang menyerukan motor paling
emat menjadi kata-kata favorit dalam promosi motor, hal itu sangat relevan
dengan adanya harga BBM yang kian melambung. Dampak dari itu semua tentu
saja motor menjadi pilihan yang paling tepat bagi kendaraan pribadi yang
digunakan sehari-hari.
Sepeda motor dan mobil adalah salah satu benda yang disukai pencuri
untuk dijadikan sasaran pencurian karena nilainya yang tinggi, fleksibel,
dibutuhkan banyak orang dan mudah dicuri. Pencuri ranmor motor profesional
36
umumnya hanya membutuhkan waktu kurang dari satu menit saja dalam
menjalankan aksi kejahatannya.
Mereka menggunakan berbagai metode / modus untuk membawa kabur
motor jarahan yang berhasil dikerjai. Cara atau modus operandi yang sering
digunakan oleh pencuri sepeda motor adalah seperti :
1) Menggunakan kunci leter T untuk menyalakan paksa mesin motor.
2) Mengangkut motor ke dalam mobil boks atau truk.
3) Merusak kunci-kunci keamanan yang ada dengan trik tertentu lalu
membawa kabur motor, dll.
Waspadai pula aksi kejahatan ranmor / kendaraan bermotor lainnya yang
berhubungan dengan sepeda motor anda seperti pencurian helm, pencurian
aksesoris motor, dsb.
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang Kinerja Pelayanan
Publik Bagian Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang.
Rujukan pertama dalam penelitian ini adalah skripsi Mita Wirnawati
dengan judul Kinerja Satuan Polisi Pramong Praja (SATPOL PP) dalam
Pengendalian Pedagang Kaki Lima di Kota Cilegon Tahun 2010. Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
37
Permasalahan dalam penelitian ini antara lain: Penertiban pedagang kaki
lima yang belum efektif, Terbatasnya pegawai Satpol PP, Kurangnya respon
dalam kebutuhan pedagang kaki lima, Rendahnya sikap tegas serta tidak ada
sanksi yang tegas dalam menegakan hukuman atau sanksi. Dengan menggunakan
teori Dwiyanto dengan indikator kerjanya yaitu; 1) Produktivitas, 2) Kualitas
Layanan, 3) Responsibilitas, 4) Akuntabilitas. Metode penelitian Kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kinerja Satpol PP belum berjalan dengan optimal.
Perbedaan peenliti dengan penelitian terdahulu adalah metode penelitian
yang digunakan peneliti merupakan metode kuantitatif dengan pendekatan metode
deskriptif kuantitatif. Tempat penelitian yang menjadi lokus penelitian peneliti
adalah di Kepolisian Resort Serang. Terdapat persamaan grand theori dalam
penelitian ini.
Rujukan kedua dalam penelitian ini adalah skripsi Feni Rizki Pratiwi
Tahun 2015. Dengan judul Kinerja Pelayanan Informasi Publik di Dinas Sumber
Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten.. Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Kurangnya tanggapan petugas
dalam menjalankan tugas pokok sebagai penyimpanan data pemeberi informasi,
saling lempar tanggung jawab antar PPID Pembantu dengan PPID Utama dan
penunjukan petugas PPID Pembantu tidak didasarkan pada kemampuan dan daya
tanggap petugas tersebut. Teori yang digunakan adalah Kinerja Pelayanan Publik
(Dwiyanti 2006:50). Metode penelitian Kuantitatif Deskriptif. Hasil penelitian ini,
kinerja pelayanan informasi publik di dinas SDAP Provinsi Banten tidak berjalan
38
optimal. Ada beberapa hal yang harus dibenahi yaitu memperbaiki sarana dan
prasarana serta pola koordinasi yang baik harus dibangun anatar PPID Pembantu
dengan petugasnya.
Perbedaan peneliti dengan penelitian terdahulu adalah tempat penelitian
yang menjadi lokus penelitian peneliti adalah Kepolisian Resort Serang. Terdapat
persamaan grand theory dalam penelitian ini.
Rujukan ketiga dalam penelitian ini adalah skripsi Reni Indriyani dengan
judul Kinerja Pengelolaan Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi
Akademik (PBB-PPA) Tahun 2014. Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Masih adanya mahasiswa
penerima beasiswa yang tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan, Kurang
selektifnya pengelola pada calon penerima beasaiwa. Teori yang digunakan
Kinerja Organiasai (Nawawi 2013). Metode penelitian Kuantitatif Deskriptif.
Hasil penelitian Kinerja Pengelola Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan
Prestasi Akademik (PBB-PPA) di Untirta sudah baik.
Perbedaan dalam penelitian ini adalah tempat penelitian yang menjadi
lokus penelitian dan Grand Theory yang digunakan, karena kondisi yang berbeda
yang ditemukan dilapangan. Persamaan penelitian ini adalah metode yang di
gunakan kuantitati Deskriptif.
39
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
hubunga antara berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah. Dalam
penelitian ini, kerangka berfikir ditunjukan untuk mengetahui Kinerja Pelayanan
Publik Bagian Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang.
Penelitian ini diawali dengan melihat permasalahan yang terdapat pada
latar belakang masalah, yaitu: Tingginya kasus pencurian kendaraan bermotor di
Kota Serang, masih rendahnya kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor
R-2) yang terselesaikan, terbatasnya jumlah personel Kepolisian Resort Serang
dan Sumber Daya Penyidik, rendahnya partisipasi masyarakat dalam menindak
lanjuti laporan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2).
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti bermaksud meneliti tentang
Kinerja Kepolisian Resort Serang Bidang Sat Reskrim Dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kota Serang, penlilaian kinerja organisasi
publik yang peneliti lakukan didasarkan pada Teori Dwiyanto (dalam Pasolong
2013:178) menjelaskan beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur
kinerja birokrasi publik yaitu:
1. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengkur tingkat efesiensi, tetapi
juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami
sebagai rasio anatar input dengan output. Konsep produktivitas dirasa
terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO)
mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas
dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil
yang diharapkan sebagai salah satu inidikator kinerja yang penting.
40
2. Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan
negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena
ketidak puasan publik terhadap kualitas layanan.
3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali dan
memenuhi kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas
layanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan
sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara
langsung mengembangkan kemampuan organisasi publik dalam
menjalankan misi dan tujuannnya, terutama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukan dengan
ketidakselarasan anatara pelayanan dengan kebutuhan amsyarakat. Hal
tersebut jelas menunjukan kegagalan organisasi dalam mewujudkan
misi dan tujuan organisasi publik. Organiasasi yang memiliki
responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang
jelek pula.
4. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit
maupum implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada satu
ketika berbenturan dengan responsibilitas.
5. Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjukan pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik pada para pejabat publik yang dipilih oleh
rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat
digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan
organisasi publik itu konsisten dengan kebutuhan publik..
41
Untuk memahami lebih jelas dari kerangka berfikir penelitian ini dapat
dilihat di Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Bepikir
Permasalahan:
1. Tingginya kasus pencurian kendaraan bermotor di Kota Serang.
2. Masih rendahnya kasus pencurian kendaraan berrmotor (Curanmor R-2)
yang terselesaikan.
3. Terbatasnya jumlah Personel Kepolisian dan sumber daya penyidik.
4. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam menindak lanjuti laporan tindak
pidana pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2).
Output:
Kinerja Kepolisian Resort Serang Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim)
Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort
Serang sudah baik.
Sumber : Peneliti, 2016
Indikator Penilaian Kinerja
Menurut Dwiyanto (dalam Pasolong 2013:178)
1. Produktivitas
2. Kualitas Layanan
3. Responsivitas
4. Responsibilitas
5. Akuntabilitas
42
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhaap rumusan masalah penelitian, belum
menjadi jawaban yang empiris. (Sugiono 2009:64).
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang peneliti lakukan serta
merujuk kepada konsep kerangka berfikir di atas, maka peneliti menjabarkan
sebuah hipotesis sebagai berikut: “Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan
Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan
Bermotor di Kepolisian Resort Serang kurang dari 65%.
Ho :
Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim)
Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort
Serang adalah kurang dari atau sama dengan 65%.
Ha :
Kinerja Pelayanan Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam
Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang
adalah lebih dari 65%.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:2) metode penelitian pada dasarnya adalah
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana
metode ini menggunakan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan, karena itu menuntut sampel yang representatif dari seluruh
populasi, operasionalisasi konsep serta alat ukur yang valid dan reliabel. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, sesuai dengan
rumusan masalah yang bersifat deskriptif. Metode penelitian ini digunakan oleh
peneliti untuk memperoleh dan menyajikan data secara maksimal dan menyeluruh
sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian sehingga data yang
diperoleh benar-benar memkualifikasi temuan.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang benar-benar hanya
memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau
wilayah tertentu. Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-
kelompokan menurut jenis, sifat, dan kondisinya. Sebuah data lengkap, kemudian
dibuat kesimpulan (Arikunto, 2010:30. Sedangkan Bungin, 2015:36) mengatakan
penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan menjelaskan dan
menggambarkan berbagai situasi dan berbagai variabel yang timbul di masyarakat
yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.
44
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini adalah Kinerja Kepolisian Resort Serang Bidang
Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) dalam Menangani Kasus Pencurian
Kendaraan Bermotor Di Kota Serang. Kepolisan Resort Serang merupakan
instansi pelayanan publik dalam upaya mengayomi, menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat. Sebagaiaman diketahui saat ini banyaknya kasus-kasus
tindak pidana terutama tindak pidana kasus pencurian kendaraan bermotor
khusunya R-2, maka Aparatur Kepolisian betanggung jawab serta berupaya
mencegah dengan program dan kebijakan yang telah dibuat, mengingat akibat
yang ditimbulkan akan memberikan keresahan dan rasa tidak aman bagi
masyarakat.
3.3 Lokasi Penelitian
Dengan melihat tema/judul penelitian ini mengenai “Kinerja Pelayanan
Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang” maka peneliti
menunjuk tempat penelitian atau menjdai lokus peelitian ini berlokasi di
Kepolisian Resort Serang Kelurahan Cipare atau Jalan A. Yani No 64, Serang.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kinerja Pelayanan
Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani
45
Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang. Adapun
indikator-indikator kinerja organisasi publik menurut Dwiyanto (dalam
Pasolong 2013:178) yitu:
1. Indikator produktivitas adalah konsep yang tidak hanya mengukur
tingkat efesiensi dan efektivitas pelayanan. Produktivitas pada
umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output.
2. Indikatot Kualitas layanan adalah isu mengenai kualitas layanan
cenderung menajdi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi
pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai
organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik terhadap
kualitas layanan.
3. Indikator Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk
mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas
pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat
responsivitas menunjukan kepada keselarasan antar program dan
kegaiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasai masyarakat.
4. Indikator Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan
organisiasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik
eksplisit maupun implisit.
5. Indikator Akuntabilitas menunjukan pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang
dipilih oleh rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas
publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak publik.
3.4.2 Definisi Oprasional
Berdasarkan teori yang melandasi variabel “Kinerja Pelayanan Publik
Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang” dan yang
menjadi variabel indikator kinerja Dwiyanto (2016:50) antara lain :
46
Tabel 3.1
Oprasional Variabel
Variabel Indikator Sub Indikator
Kinerja
(Dwiyanto
2006:50)
Produktivitas
Input
Output
Efesiensi Layanan
Efektivitas Layanan
Kualitas Layanan
Keterbukaan Informasi
Kemudahan Alur Pelayanan
Keadilan
Kompetensi Pegawai
Sarana dan Prasarana
Keramahan
Responsivitas
Kemampuan Merespon Masyarakat
Kecepatan dalam Memberikan Pelayanan
Kecermatan dalam Merespon Keluhan
Ketepatan Waktu
Kemudahan Akses Pelayanan
Responsibilitas
Kejelasan Wewenang dan Tanggung
Jawab
Memiliki Komitmen dalam Memberikan
Pelayanan
Bersikap Jujur
Dapat Dipercaya
Akuntablilitas Dapat Mengatasi Komplain
Bentuk Pertanggungjawaban
Sumber : Peneliti, 2016
47
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat untuk mengukur fenomena alam
atau sosial yang diamati Sugiyono (2007:1). Karena pada prinsipnya meneliti
adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur dalam penelitian
biasanya dinamakan instrumen penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan
metode survey, yaitu sama merupakan metode pengumpulan data primer dengan
memperolehnya secara langsung dari sumber lapangan penelitian (Ruslan,
2008:29). Sehingga untuk keperluan analisis kuantitatif, anak jawaban dari setiap
instrumen diberi skor, dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2
Skoring Item Instrumen
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Sugiyono, 2007
Berikut adalah kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian ini mengenai Kinerja Pelayanan Publik Bagian
Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian
Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang, yaitu sebagai berikut:
48
Tabel 3.3
Kisi – Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator No Item Skala
Kinerja
(Dwiyanto
2006:50)
Produktivitas
Input 1.2
Likert
Output 3.4.5
Efesiensi Layanan 6
Efektivitas Layanan 7
Kualitas Layanan
Keterbukaan Informasi 8.9
Kemudahan Alur Pelayanan 10
Keadilan 11
Kompetensi Pegawai 12
Sarana dan Prasarana 13
Keramahan 14.15
Responsivitas
Kemampuan Merespon
Masyarakat 16,17
Kecepatan dalam Memberikan
Pelayanan 18,19
Kecermatan dalam Merespon
Keluhan 20
Ketepatan Waktu 22
Kemudahan Akses Pelayanan 22
Reaponsibilitas
Kejelasan Wewenang dan
Tanggung Jawab 23
Memiliki Komitmen dalam
Memberikan Pelayanan 24
Bersikap Jujur 25
Dapat Dipercaya 26
Akuntablilitas Dapat Mengatasi Komplain 27,28
Bentuk Pertanggungjawaban 29
Sumber : Peneliti, 2016
49
Pada penelitian kuantitatif umumnya menggunakan instrumen sebagai alat
ukur untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, instrumen yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya
selain pancaindra lainnya. Oleh karena itu, observasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui
hasil kerja (Bungin, 2005:143).
2. Angket
Angket sering disebut sebagai metode kuesioner atau dalam bahasa
Inggris disebut Questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket
merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis, kemudian dikirim atau disebarkan dan di isi oleh responden.
Setelah di isi, angket dikirimkan atau dikembalikan ke petugas atau
peneliti (Bungin, 2005:123)
Desain pengukuran yang digunakan dalam penyebaran angket ini
menggunakan skala liker. Skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan presepsi seseorang tentang fenomena sosial.
Dimana masing-masing jawaban diberi bobot nilai. Teknik
pengambilan data dalam penelitian ini online melalui (GoogleForm).
50
3. Wawancara
Wawncara atau interview adalah sebuah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka anatar pewawancara dengan orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.
4. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan , yaitu metode pengumpulan data dari literatur yang
secara langsung berhubungan dnegan topik permaslahan yang sedang
diteliti, baik literatur yang bersumber dari referensi, maupun dari buku-
buku yang relevan. Studi kepustakaan ini dilakukan peneliti dengan
mempelajari buku, penelitian lain, dan juga artikel yang berkaitan
dengan penelitian ini.
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi
Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:90) menjelasakan
bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi adalah jumlah total dari seluruh
unit atau elemen dimana penyelidik tertarik.
51
Populasi yang digunkan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota
Serang yang terdiri dari 6 Kecamatan. Hal ini karena di Kota Serang sangat sering
terjadi kasus pencurian kendaraan bermotor R-2 khusunya di Serang yang paling
tinggi. Jumlah kasus pencurian kendaraan bermotor di Kota serang dari ke 6
kecamatan sebanyak 345 kasus, data ini didapat dari Kepolisian Resort serang.
3.6.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2008:81) sampel adalah bagian dari junlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan teknik sampling
adalah merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang
akan digunkaan dalam penelitian.
Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah Probability
Sampling. Menurut Sugiyono (2008:84) Probability Sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam
penelitian ini jenis teknik sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan
Proportional Cluster Sampling karena pengambilan sampel dari populasi
dilakukan secara acak yang bersifat kelompok bukan individual karena dilihat dari
kategori responden yang berasal dari 6 Polsek, terdiri dari Polsek Curug,
Kasemen, Serang, Cipocok, Taktakan, dan Walantaka.
52
Berdasarkan dari populasi yang ada, maka untuk menghitung sampel
digunkan rumus Taro Yamane dengan persis (tingkat kesalahan) sebesar 5%, yaitu
sebagai berikut::
N
n =
+ 1
Keterangan : n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
: Nilai Presisi (Tingkat Kesalahan)
Dalam penelitian ini jumlah masyarakat yang kehilangan kendaraan
bermotor sebanyak 345 kasus di Wilayah Hukum Polres Kota Serang dengan
tingkat signifikasi yang ditetapkan sebesar 5% maka menghasilkan sampel sebesar
184 (pembulatan).
Dapat dihitung berikut ini :
N 345 345 345
n = = = = = 184
+ 1 345 ( + 0,8625 + 1 1,8625
Berikut ini tabel penentuan jumlah sampel dengan menggunakan teknik
Proportional Cluster Sampling :
53
Tabel 3.4
Perhitungan Sampel Penelitian
No
Populai
Jumlah
Perhitungan
Hasil
Akhir
1
Kec. Walantaka
27
14
2
Kec. Curug
11
6
3
Kec. Serang
242
130
4
Kec. Cipocok
40
21
5
Kec. Taktakan
13
7
6
Kec. Kasemen
12
6
Jumlah
345
184
Sumber : Peneliti, 2016
54
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data dikumpulkan tahap selanjutnya adalah pengolahan data.
Tahap ini adalah tahap yang sangat penting dan menentukan. Pada penelitian
kuantitatif, teknik pengolahan data dalam Bungin (2009: 165-168) pengolahan
data secara umum dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu:
1) Editing Data (Memeriksa Data)
Editing adalah kegitan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data lapangan. Proses editing dimulai dengan memberi
identitas pada instrumen ayang telah terjawab. Kemudian memeriksa
satu persatu lemabaran instrumen pengumpulan data, kemudian
memriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia. Apabila terjadi
kejanggalan pada instrumen tersebut, berilah identitas tertentu pada
instrumen dan poin yang janggal tersebut.
2) Coding (Proses Pemberian Identitas)
Setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan berikutnya adalah
mengklarifikasikan data-data tersebut melalui tahapan coding.
Maksudnya bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas
sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. Kemudian
diberikan skort dengan skala Likert.
3) Labulating (Proses Pembeberan)
Tabulating adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksudnya
tabulating adalah memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan
mengatur angka-angka serta menghitungnya. Penyusunan data pada
tabel-tabel yang mudah dibaca dan tabel tersebut disiapkan untuk
dianalisis.
3.8 Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas
3.8.1 Uji Validitas
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrumen
(kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur. Dalam hal ini kuesioner
mengukur apa yang hendak diukur atau sejauh mana alat ukur yang digunakan
mengenai sasaran. Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tersebut akan
semakin mengenai sasarannya, atau semakin menunjukan apa yang seharusnya
55
diukur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertanyaan mana yang valid dan
mana yang tidak valid dengan mengkonsultasikan data tersebut dengan tingkat r
tabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Sugiyono (2007:137) mendefinisikan valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa saja yang harus diukur. Maka dari itu hal ini
dilakukan untuk mengetahui pernyataan Kuesione mana yang valid dan tidak
valid. Pengujian statistik megacu pada kriteria:
1. r Hitung < r tabel (maka tidak valid)
2. t Huitng > r tabel (maka valid)
Maka untuk pengujian validitas instrumen penelitian ini, peneliti
menggunakan program Ms. Excel dalam tabulasi data dan memasukan data
tersebut ke dalam Program SPSS 21. uji validitas digunkan untuk sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Kevaliditasan instrumen menggambarkan bahwa suatu
instrumen benar-benar mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur
dalam penelitian serta mampu mengajukan tingkat kesesuaian antara konsep dan
hasil pengukuran.
Rumus Uji Validitas ini adalah :
rxy = n∑XiYi – (∑Xi) (∑Yi)
√{ – ( } { – ( }
56
Dimana :
r = Koefisien korelasi Product Moment
∑X = Jumlah skor dalam sebaran
∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y
∑XY = Jumlah hasil skor X dan Y yang berpasangan
= Jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran X
= Jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran Y
n = Jumlah sampel
3.8.2 Reliabilitas
Tahap selanjutnya adalah uji reliabilitas, dimana hasil penelitian yang
reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Dikatakan
reliabel apabila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan hasil atau jawaban
yang sama terhadap gejala yang sama, walaupun digunakan berulang kali.
Reliabilitas mengandung arti alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan dan tepat.
Dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach Alpha. Variabel dikataka
reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0,30. Dengan dilakukannya uji reabilitas
maka akan menghasilkan suatu istrumen yang benar-benar tepat atau akurat dan
mantap. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan menggunakan
komputer dengan program SPSS 21 .
57
Tabel 3.5
Tingkat Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel
>0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel
>0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel
>0,60 s/d 0,80 Reliabel
>0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel
Sumber: Sugiyono (2007:112)
3.8.3 Uji Normalitas
Guna memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data hasil penelitian,
uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data distribusi normal
atau tidak. Dalam uji normalitas digunakan rumus Chi Kuadrat (Ridwan
2006:132).
∑
Pengujian normalitas dalam penelitian menggunakan teknik One sample
Kolmogorov Smirnov Test dengan bantuan SPSS versi 21. Sedangkan apabila
tidak berdistribusi normal digunakan rumus Rank Spearman Correlations. Dasar
pengambilan keputusan dengan melihat signifikansi 5% dengan ketentuan :
1. Probabilitas >0,05 maka data berdistribusi normal
2. Probabilitas <0,05 maka data berdistribusi tidak normal
58
3.8.4 Uji t
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti untuk menguji hipotesis
dalam metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu menggunakan t-test one
sample (Bungin, 2005:88) dengan rumus sebagai berikut:
t =
√
Keterangan :
t = nilai t yang dihitung
= nilai rata-rata
= nilai yang dihipotesiskan
S = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
59
3.7 Jadwal Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat di tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.6
Jadwal Penelitian
No
Tahun 2016 2017
Kegiatan Mar Apr mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 Pengajuan
Judul
2
Perizinan dan
Observasi
Awal
3
Pengumpulan
Data dan
Wawancara
4
Pengolahan
dan analisi
data
4 Bimbingan
BAB I – III
5 Seminar
Proposal
6
Revisi
Proposal
Skripsi
7 Penyusunan
BAB IV-V
8 Sidang
Skripsi
9 Revisi skripsi
Sumber: Peneliti, 2016
60
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kepolisian Resort Serang
Sercara administratif bangunan gedung Mapolres Serang terletak di
Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, Provinsi Banten. Tepatnya berada di Jalan
A. Yani No. 64 Serang. Bangunan tersebut secara astronomi berada pada garis
106º BT dan 06º 07º 44.3” LS. Kondisi muka tanah secara umum merupakan
daerah dataran rendah, dengan ketinggian rata-rata 32 m di atas permukaan air
laut.
Batasan – batasan bangunan gedung Mapolres meliputi : Di sebelah Utara
berbatasan dengan Jalan Raya A. Yani, yang merupakan jalan protokol Serang –
Jakarta. Di sebelah Timur merupakan area pertokoan, perumahan penduduk dan
area persawahan/ladang. Sedangkan sebelah Barat dibatasi oleh area pertokoan
serta perumahan penduduk dan Polri. Polri Serang merupakan Wilayah Hukum
(Wilkum) Polda Banten yang membawahi 24 Polsek yang terdiri dari 6 Polsek
Urban dan 18 Polsek Rural serta 1 Polsubsektor. Dalam melaksanakan tugas
Polres Serang menyelenggarakan fungsi :
a. Pemberian pelayanan Kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk
penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan
dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan
instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta
61
pelayanan pengaduan atas tindakan anggota polri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pelaksanaan fungsi inteljen dalam bidang keamanan guna
terselenggranya early detection dan early warning;
c. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, fungsi identifikasi dan
fungsi laboratorium forensic lapangan dalam rangka penegakkan
hukum, serta pembinaan, koordinasi, dan pengawasan Penyidik
Pegawai Neageri Sipil (PPNS);
d. Pembinaan masyarakat, yang meliputi pemberdayaan masyarakat
melalui perpolisian masyarakat, pembinaan dan pengembanagan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan
kesadaran dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan, terjalinnya hubungan antara
Polri dan masyarakat, koordinasi dan pengawasan Polsus.
e. Pelaksanaan fungsi sabhara, meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan,
pengawalan, patroli (Turjawali) serta pengamanan kegiatan masyarakat
dan pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan (Tipiring),
pengamanan unjuk rasa dan penanganan masa serta pengamanan objek
vital, pariwisata, dan Very Important Person (VIP);
f. Pelaksanaan fungsi lalu lintas meliputi kegiatan Turjawali Lalu Lintas,
termasuk penindakan pelanggran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas
serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam rangka
penegakan hukum dan pembinaan Kamseltibcar Lantas;
62
g. Pelaksaanaan fungsi-fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Tugas Polres Serang sebagaimana diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor
23 Tahun 2010 tanggal 30 September 2010 tentang susunan Organisasi dan Tata
Kerja pada Tingkat Kepolisian Resort Serang dan Kepolisian Sektor adalah
menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masayarakat, menyelenggarakan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan tugas-tugas
perundang-undanagan.
4.1.2 Stuktur Organisasi Kepolisian Resort Serang
Stuktur Organisasi Polres Serang yaitu terdiri dari;
1. Stuktur organisasi Polres terdiri dari;
a) Unsur pimpinan;
b) Unsur pengawasan dan pembantu pimpinan;
c) Unsur pelaksanaan tugas pokok;
d) Unsur pendukung;
e) Unsur pelaksanaan tugas kewilayahan.
2. Unsur pimpinan terdiri dari;
a) Kapolres;
b) Wakil Kapolres (Wakapolres)
3. Unsur pengawasan dan pembantu pimpinan terdiri dari;
a) Bagian Operasi (Bagops);
63
b) Bagian Perencanaan (Bagren);
c) Bagian Sumber Daya (Bagsumda);
d) Seksi Pengawasan (Siwas);
e) Seksi Profesi dan Pengamanan (Sipropam);
f) Seksi Keuangan (Sikeu);
g) Sekasi Umum (Sium).
4. Unsur pelaksanaan tugas pokok terdiri dari;
a) Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT);
b) Satuan Inteljen Keamanan (Satintelkam);
c) Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim);
d) Satuan Reserse Narkotika (Satresnarkoba);
e) Satuan Pembinaan Masyarakat (Satbinmas);
f) Satuan Samapta Bhayangkara (Satsabara);
g) Satuan Lalu Lintas (Satlantas);
h) Satuan Perawatan Tahanan dan Barang Bukti (Sattahti);
i) Satuan Polisi Air (Satpolair).
5. Unsur pendukung pada tingkat Polres yaitu Sitipol.
64
4.1.3 Visi Misi Polres Serang
4.1.3.1 Visi Polres Serang
Terwujudnya Polres Serang yang makin profesional, unggul dan dapat
dipercaya masyarakat guna mendukung terciptanya kondisi yang aman, bersatu,
mandiri dan berkepribadian dengan berlandaskan semangat gotong royong di
wilayah hukum Polres Serang.
4.1.3.2 Misi Polres Serang
a) Menyelenggarakan pemuliaan dan kepercayaan publik (trust building)
dengan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan prima sampai ini
terdepan, melalaui konsep “Polda Cukup-Polres Besar-Polsek Kuat”;
b) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Polres Serang yang
profesional dan kompeten, yang menjunjung etika dan sendi-sendi hak
asasi manusia;
c) Meningkatkan peran Bhabinkamtibmas dalam mengimplementasikan
strategi Polisi Masyarakat (Polmas) yang ada di Desa/Kelurahan;
d) Meningkatkan deteksi aksi melalui kegiatan deteksi dini, peringatan
dini dan cegah dini secara cepat akurat dan efektif;
e) Menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat
dengan pemahaman, kesadaran dan kepatuhan hukum melalui strategi
Polisi Masyarakat (Polmas) serta membangun sinergi Polisi Nasional
(Polisional) yang proaktif dengan instansi terkait;
65
f) Meningkatkan penegakan hukum yang berkeadilan, menjunjung tinggi
HAM dan KKN;
g) Menyelenggarakan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran
lalulintas termasuk diwilayah kemaritiman;
h) Pemberdayaan teknologi dan sistem informasi kepolisian secara
berkelanjutan yang terintegrasi secara menyeluruh.
4.1.4 Gambaran Umum Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim)
Sat Reskrim adalah unsur pelaksana Utama Polres Kota Serang yang
berada dibawah Kapolres Kota. Sat Reskrim bertugas membina fungsi dan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
termasuk fungsi Identifikasi dan fungsi Laboratorium Forensik lapangan dalam
rangka penegakan hukum, koordinasi dan pengawasan operasional dan
administrasi penyidikan PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) sesuai ketentuan
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
4.1.4.1 Tugas Pokok Satuan Reserse Kriminal
1. Tugas Pokok Satuan Reserse Kriminal
a) Satuan Reserse Kriminal adalah unsur pelaksana utama pada
Polres yang berada di bawah Kapolres.
b) Satuan Reserse Kriminal menyelenggarakan/membina fungsi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, dengan memberikan
pelayanan/perlindungan khusus kepada korban/pelaku, remaja,
66
anak dan wanita, serta menyelenggarakan koordinasi &
pengawasan operasional dan administrasi penyidikan ppns,
sesuai ketentuan hukum dan perundang-undangan .
c) Satuan Reserse Kriminal dipimpin oleh Kepala Satuan Reskrim,
disingkat Kasat Reskrim, yang bertanggung jawab kepada
Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah
kendali oleh Wakapolres.
d) Satuan Reserse Kriminal terdiri dari urusan administrasi dan
ketata usahaan serta sejumlah unit.
2. Tugas Pokok Kepala Urusan Oprasional (Kaur Bin Ops) Satuan
Reskrim
a) Membantu Kasat Reserse Kriminal dalam melaksanakan tugasnya
dengan mengendalikan tugas-tugas staf seluruh Unit Reskrim serta
memberikan saran , masukan kepada Kasat Reskrim .
b) Melaksanakan setiap perintah dan kebijakan Kasat Reserse
Kriminal.
c) Monitoring terhadap peristiwa yang terjadi sebagai bahan masukan
kepada Kasat Reserse Kriminal .
d) Memberikan arahan dan petunjuk kepada anggota dalam
pelaksanaan tugas sesuai dengan fungsinya .
e) Melaksanakan analisis dan evaluasi (anev) terhadap kasus yang
menonjol.
67
3. Tugas Unit 1 Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras)
a) Lidik kasus kejahatan dengan kekerasan (Jatanras) kasus lain di
Wilayah Hukum Polres Serang.
b) Sidik kara terhadap Kasus Jatanras yang ditangani sesuai dengan
terget dan waktu yang telah ditentukan.
c) Koordinasi dengan jajaran polres serang/intansi terkait dalam
proses lidik dan sidik perkara kasus Jatanras.
d) Kuasai kring serse diwilayahnya masing-masing.
e) Lakukan gelar perkara terhadap kasus jatanras/kasus lain yang sulit
pembuktiannya.
f) Mengawasi napi yang sudah keluar dari lembaga pemasyarakatan
terkait masalah Jatanras .
g) Pelajari kuhap dan kuhp serta peraturan perundang-undangan lain
yang berlaku
4. Tugas Unit II Kendaraan Bermotor (Ranmor)
a) Lidik kasus ranmor / kasus lain di Wilayah Hukum Polres Serang.
b) Sidik kara terhadap kasus ranmor yang ditangani sesuai dengan
terget dan waktu yang ditentukan.
c) Koordinasi dengan sat lantas / jajaran Polres Serang / Polres lain /
instansi terkait dalam proses lidik dan sidik perkara kasus ranmor.
d) Membuat data hiltem ranmor di Wilayah Hukum Polres Serang.
e) Kuasai kring serse diwilayahnya masing-masing.
68
f) Lakukan gelar perkara terhadap kasus ranmor / kasus lain yang
sulit pembuktiannya.
g) Mengawasi napi yang sudah keluar dari lp terkait masalah ranmor .
h) Pelajari kuhap dan kuhp serta peraturan perundang-undangan lain
yang berlaku
5. Tugas Pokok Unit III Reserse Umum (Resum)
a) Lidik kasus kejahatan konvensional yang terjadi di Wilayah
Hukum Polres Serang.
b) Sidik kara terhadap kasus yang ditangani sesuai dengan terget dan
waktu yang telah ditentukan.
c) Koordinasi dengan Jajaran Polres Serang/Intansi terkait dalam
proses lidik dan sidik perkara kasus yang ditangani.
d) Kuasai kring serse diwilayahnya masing-masing.
e) Lakukan gelar perkara terhadap kasus kasus-kasus yang sulit
pembuktiannya.
f) Mengawasi napi yang sudah keluar dari lembaga pemasyarakatan
terkait kasus yang ditangani .
g) Pelajari kuhap dan kuhp serta peraturan perundang-undangan lain
yang berlaku
6. Tugas Pokok Unit IV Tindak Pidana Tertentu (Tipiter)
a) Lidik perkara-perkara tindak pidana tertentu .
b) Sidik perkara tindak pidana tertentu .
69
c) Penyelenggara koordinasi dan pengawasan penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) .
d) Melaksanakan koordinasi dengan intansi terkait dalam hal
penanganan perkara dibidang tindak pidana tertentu .
e) Lakukan gelar perkara terhadap kasus-kasus yang sulit
pembuktiannya.
f) Pelajari kuhap dan kuhp serta peraturan perundang-undangan lain
yang berlaku dibidang tindak pidana tertentu .
7. Tugas Pokok Unit Ruang Pemeriksaan Khusus (RPK)
a) Menerima laporan / pengaduan tentang kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
b) Membuat laporan Polisi.
c) Persiapan permohonan ver.
d) Merujuk ke “pusat krisis terpadu”, rsu terdekat.
e) Pemeriksaan saksi korban.
f) Melakukan “konseling”.
g) Selama awal (rpk) belum dapat menyelesaikan kasus sampai
tuntas, pelaksanaan didukung oleh penyidik lainnya.
h) Memberikan kepastian pada pelapor bahwa akan ada tindak lanjut
dari laporan / pengaduan.
i) Menjamin bahwa informasi yang diperoleh tidak keluar kepada
pihak lain.
j) Menyalurkan ke lbh atau rumah aman apabila diperlukan.
70
k) Mengadakan koordinasi intern/ekstern apabila di perlukan.
l) Bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan baik
pelapor maupun korban.
m) Membuat laporan kegiatan secara berkala ke koordinator Rpk
(Polda).
n) Melayani masyarakat selama 24 jam terus menerus dengan
pengaturan tugas berdasarkan shift (3 shift), apabila jumlah kasus
sangat terbatas, petugas shift malam dapat diatur dengan sistim “on
call”.
8. Tugas Pokok Unit Tim Khusus Anti Bandit (Tekab)
a) Melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap pelaku tindak
pidana dan dpo yang belum tertangkap .
b) Melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus yang memiliki
tingkat ancaman tinggi .
c) Melakukan koordinasi dengan Jajaran Polres Serang, Polres lain
dan instansi terkait dalam melakukan penyelidikan .
d) Kuasai kring serse diwilayah yang terkait tindak pidana dengan
tingkat ancaman tinggi .
e) Lakukan gelar perkara terhadap kasus yang sulit pembuktiannya
f) Awasi napi yang sudah keluar dari lembaga pemasyarakatan terkait
tindak pidana dengan tingkat ancaman tinggi.
g) Pelajari kuhap dan kuhp serta peraturan perundang-undangan lain
yang berlaku
71
9. Tugas Pokok Administrasi Reserse Kriminal
a) Melakukan pendataan terhadap semua jenis gangguan kamtibmas
yang terjadi serta melaporkan kepada pimpinan .
b) Mencatat semua surat masuk yang diterima serta menjawab surat
yang memerlukan jawaban .
c) Mengisi buku mindik serse b-1 s/d b-16 sesuai dengan ketentuan
yang berlaku .
d) Melayani masyarakat yang mengurus surat-surat penting yang
hilang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e) Memberitahukan perkembangan penyidikan/penanganan perkara
kepada pelapor/korban sesuai dengan ketentuan yang berlaku .
f) Membuat laporan bulanan kriminalitas, hiltem ranmor serta
melaporkan kepada satuan atas.
g) Membantu unit dalam pembuatan surat-surat yang menyangkut
administrasi penyidikan.
h) Memberi label dan bungkus barang bukti serta menyimpan di
gudang barang bukti dengan rapi.
i) Terhadap barang bukti yang mudah meledak/berbahaya dilakukan
pemusnahan.
j) Setiap barang bukti yang dipinjam oleh unit guna kepentingan
penyidikan dibuatkan bon barang bukti diketahui oleh kanit/ kasat
serse.
k) Menyimpan/mengarsipkan berkas perkara dengan rapi dan tertib .
72
10. Tugas Pokok Unit Identifikasi
a) Melakukan olah tkp bersama-sama dengan spk dan piket unit
reskrim.
b) Melaksanakan penyerapan perumusan dan pengarsipan sidik jari
tersangka, mayat, pemohon skck, stmd dan pegawai negeri/swasta
secara manual maupun komputerisasi.
c) Melaksanakan pemeriksaan, perbandingan, persamaan sjl yang
ditemukan di tkp dan surat-surat berharga untuk kepentingan
penyidikan tindak pidana.
d) Membuat ba hasil pemeriksaan perbandingan persamaan sidik jari
dan ba pemotretan tindak pidana.
e) Melaksanakan analisa dan evaluasi hasil bap dan perbandingan
sidik jari yang dibuat oleh unit identifikasi.
f) Melaksanakan pemotretan tkp, tersangka, barbuk, rekontruksi, kta
anggota, skck dan domukentasi komando.
g) Menyajikan data untuk kepentingan klarifikasi data kriminal yang
dibutuhkan dan dpo .
11. Tugas Pokok Bintara Umum (Banum)
a) Banum bertugas membantu Kasat Reskrim dan unit bersama
Bamin dalam pelaksanaan tugas.
b) Banum membantu bamin dalam menyelenggarakan administrasi
reskrim.
73
4.1.5 Mekanisme Pelayanan
Standar penerimaan laporan Polisi (SOP) bertujuan sebagai pedaoman
standar bagi petugas Polri dan masayarakat dalam prosedur penerimaan,
pembuatan dan penyaluran laporan Polisi dugaan perkara tindak pidana secara
transparan dan akuntabel. Dengan berpedoman pada Undang-Undang No 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang-Undang No 8
Tahun 1981 tentang KUHP dan Undang-Undang No 14 Tahun 2012 tentang
Manajemen Penyidikan Tindak Pidana.
Laporan polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri
tentang adanya pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan Undang-Undang, bahwa telah atau sedang terjadi peristiwa
pidana. Mengenai Standar oprasional prosedur penerimaan laporan Polisi bisa
dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini.
74
Gambar 4.1
Mekanisme Pelayanan
Sumber: Satuan Reserse Kriminal Polres Serang, 2016
75
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik
4.2.1 Hasil Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Kevaliditasan suatu instrumen menggambarakan bahwa suatu instrumen benar-
benar mampu mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian serta
mampu menunjukan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.
Pengujian validitas menggunakan analisis item, dengan mengkorelasikan skor tiap
butir dengan skor total yang merupakan jumlah secara keseluruhan dari tiap butir.
Uji validitas ini menggunkan rumus product momen dengan bantuan SPSS
statistik 21 adapun hasil perhitungan dapat dilihat dari tabel 4.1 di bawah ini.
76
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas
Item Pertanyaan R Hitung R Tabel
(5%) Taraf Signifikan
1 0,210 0,144 Valid
2 0,410 0,144 Valid
3 0,390 0,144 Valid
4 0,327 0,144 Valid
5 0,407 0,144 Valid
6 0,217 0,144 Valid
7 0,440 0,144 Valid
8 0,193 0,144 Valid
9 0,389 0,144 Valid
10 0,202 0,144 Valid
11 0,537 0,144 Valid
12 0,430 0,144 Valid
13 0,322 0,144 Valid
14 0,157 0,144 Valid
15 0,286 0,144 Valid
16 0,252 0,144 Valid
17 0,535 0,144 Valid
18 0,330 0,144 Valid
19 0,360 0,144 Valid
20 0,235 0,144 Valid
21 0,210 0,144 Valid
22 0,409 0,144 Valid
23 0,578 0,144 Valid
24 0,254 0,144 Valid
25 0,335 0,144 Valid
26 0,338 0,144 Valid
27 0,68 0,144 Tidak Valid
28 0,360 0,144 Valid
29 0,80 0,144 Tidak Valid
Sumber: Pengolahan Data, 2016
77
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas
Guna menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur maka
peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang dilakukan uji
reliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang
dinyatakan tidak valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas. Dalam
pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan
SPSS 21. Adapun hasil dari uji reliabilitas yang dilakukan adalah nilai Alpha
Cronbach sebesar 0,684. Berdasarkan tingkat reliabilitas, nilai Alpha Cronbach
sebesar 0,684artinya adalah sangat reliabel karena nilai Alpha Cronbach >0.80
sehingga instrumen penelitian yang diuji dinyatakan sangat reliabel (Sugiyono,
2007:112). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.684 27
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016
78
4.2.2 Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas merupakan salah satu bagian dari uji persyaratan analisis
data atau biasa disebut asumsi klasik. Uji normalitas dilakukan sebelum data
diolah berdasarkan model penelitian yang diajukan. Tujuan uji normalitas adalah
untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati
distribusi normal, yakni distribusi data yang mempunyai pola seperti distribusi
normal. Uji normalitas yang digunkan adalah uji Kalmogorov Smirnov dengan
bantuan SPSS versi 21. Berikut tabel hasil uji normalitas:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00001
N 184
Normal Parametersa,b
Mean 85,71
Std. Deviation 5,609
Most Extreme
Differences
Absolute ,075
Positive ,061
Negative -,075
Kolmogorov-Smirnov Z 1,021
Asymp. Sig. (2-tailed) ,248
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil tabel uji normalitas diatas, dapat diketahui bahwa nilai
signifikasi menunjukan angka sebesar 0,248. Setelah dilakukan uji normalitas dan
didapat bahwa angka signifikasi lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0,05.
Sehingga dapat dikatakan bahwa data penelitian ini berdistribusi normal.
79
4.3 Deskripsi Data
4.3.1 Identitas Responden
Responden dalam penelitian yang berjudul Kinerja Pelayanan Publik
Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kepolisian Resort Serang yang terdiri dari 184
responden. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan sampel dengan
menggunakan sample Random Sampling sehingga sampel yang digunakan adalah
seluruh masyarakat Kota Serang yang pernah kehilangan kendaraan bermotor roda
dua di wilayah hukum Polres Serang . Secara lebih jelasnya berikut akan disajikan
identitas responden yang disajikan dalam bentuk diagram berikut ini:
Diageram 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Diagram 4.1 dapat dilihat bahwa responden sebagian besar
berusia 22-25 tahun sebanyak 107 orang (58%), responden yang berusia 18-21
tahun sebanyak 49 orang (27%), dan responden yang berusia 26-30 tahun
sebanyak 28 orang (15%). Hal ini dikarenakan responden yang kehilangan
18-21 TAHUN
27%
22-25 TAHUN
58%
26-30 TAHUN
15%
18-21 TAHUN 22-25 TAHUN 26-30 TAHUN
80
kendaraan bermotor yaitu mahasiswa/i anak kost, karyawan/yang sudah kerja
serta seluruh masayrakat yang kehilangan saat berkunjung di Kota Serang.
Diagram 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Diagram 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas jenis kelamin
responden adalah laki-laki sebanyak 105 orang (57%) dan perempuan sebanyak
79 orang (43%). Dari data tersebut terlihat bahwa responden yang kehilangan
kendaraan bermotor paling banyak laki-laki sebesar 56%, akan tetapi pada
dasarnya para pencuri ranmor tidak memilih-milih motor yang akan diambil milik
laki-laki atau perempuan. Karena para pelaku pencuri mereka akan mengambil
motor milik siapa saja, baik itu milik laki-laki maupun perempuan. Karena dalam
melakasanakan aksinya mereka hanya melihat peluang, dimana ada kesempatan
bagi mereka untuk mengambil motor milik korban, baik itu secara rampas atau
dengan merusak kunci.
LAKI-LAKI
57%
PEREMPUAN
43%
LAKI-LAKI PEREMPUAN
81
Diagram 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Alamat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Diagram 4.3 identitas responden berdasarkan alamat yaitu,
Serang sebanyak 89 orang (48%), Cipocok sebanyak 33 orang (18%), Walantaka
sebanyak 28 orang (15%), Curug sebanyak 25 orang (14%), Taktakan 9 orang
(5%), dan kasemen (0%). Mayoritas responden di dominasi oleh masyarakat yang
pernah kehilangan kendaraan bermoror roda dua di wilayah hukum Polsek Serang,
dan berdasarkan data yang peneliti terima menyatakan bahwa yang paling sering
atau banyak terjadi pencurian kendaraan bermoror R-2 yaitu di wilayah hukum
Polres Serang. Hal ini disebabkan karena Kota Serang memiliki bayak tempat-
temapat keramaian seperti kios/petkokoaan/mall dan perumahan.
Polres Serang saat ini sudah terpisah menajdi Polres Kota dan Polres
Kabupaten, Polres Kabupaten bertempat di Ciruas namun masih dalam tahap
pembangunan dan untuk sementara waktu bertempat di Cipare yaitu Polres
Serang, sedangkan untuk Polres Kota Serang sementara berlokasi di depan alun-
alun Kota Serang. Disini peneliti memfokuskan penelitian di Polres serang yang
WALANTAKA
15%
CURUG
14%
SERANG
48%
CIPOCOK
18%
TAKTAKAN
5%
KASEMEN
0%
WALANTAKA CURUG SERANG CIPOCOK TAKTAKAN KASEMEN
82
membawahi 6 sub sektor Polsek diantaranya yaitu: Polsek Cipocok, Polsek
Serang, Polsek Curug, Polsek Walantakan, Polsek Taktakan dan Polsek Kasemen.
Diagram 4.4
Identitas Responden Berdasarkan Tahun Kehilangan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan Diagram 4.3 diatas terlihat bahwa responden yang kehilangan
kendaraan bermotor roda dua paling banyak pada tahun 2015 yaitu sebanyak 91
orang (49%), 2016 sebanyak 53 orang (29%), 2014 sebnyak 22 orang (12%),
2010 sebanyak 7 orang (4%), 2013 sebanyak 4 orang (2%), 2009 sebanyak 3
orang (2%), 2012 sebanyak 2 orang (1%), 2001 dan 2011 masing-masing
sebanyak 1 orang (0-1%). Menurut salah satu personel Polri dari tahun ketahun
pencurian kendaraan bermotor roda dua memang selalu mengalami peningkatan
terlebih lagi yang paling sering pada tahun 2015.
2001
0%
2009
2%
2011
1%
2012
1% 2013
2%
2014
12%
2015
49%
2016
29%
2001 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
83
4.3.2 Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses analisis yang dilakukan peneliti
dengan cara mendeskripsikan data dari hasil penyebaran kuesioner kepada para
korban pencurian kendaraan bermotor roda dua (Curanmor R-20) di Kepolisian
Resort Serang.
Adapun lebih detailnya, peneliti menjelaskan dalam bentuk diagram
disertai pemaparan dan kesimpulan dari hasil jawaban responden berdasarkan
item pertanyaan yang telah peneliti buat sebelumnya. Dimana, item pertanyaan
tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner.
Pemaparan mengenai item pertanyaan dipaparkan sesuai dengan indikator
pertanyaan, sehingga akan terlibat beberapa pemaparan dalam menguraikan
jawaban responden yang berbeda tergantung dari indikator pertanyaan. Skala yang
digunakan untuk pilihan jawaban dari kuesioner penelitian ini adalah skala likert
yaitu terdiri dari empat jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak
Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Berikut adalah uraian lebih lanjut mengenai
hasil kuesioner dari penelitian ini.
84
Diagram 4.5
Tanggapan Responden Tentang Sumber Daya Manusia Penyidik Di
Kepolisian Resort Serang Mencukupi
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.5 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 2% dengan jumlah responden 4 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 20% dengan jumlah responden 37 orang, yang
menjawab tidak setuju 40% dengan jumlah responden 74 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 38% dengan jumlah responden 69 orang.
Maka dapat diketahui sumber daya penyidik di Kepolisian Resort Serang
masih belum mencukupi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari salah satu
petugas Satuan Reskrim yang mengatakan bahwa masih kurangnya minat dari
anggota Polri untuk menjadi penyidik, padahal sebenarnya masih ada beberapa
anggota polri yang sudah memiliki kompetensi untuk menjadi penyidik. Hal ini
dikarenakan memang tugas dari penyidik cukup berat karena saat melaksanakan
tugas mereka harus terus bisa mengungkap kasus atau perkara yang diajukan
korban, sehingga sedikit menguras waktu dan tenaga untuk terus melakukan
penyelidikan secara tuntas, sampai berkas perkara dinyatakan selesai.
Sangat Setuju
2% Setuju
20%
Tidak Setuju
40%
Sangat Tidak
Setuju
38%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
85
Diagram 4.6
Tanggapan Responden Tentang Kualitas Sumber Daya Manusia Sat
Reskrim Kompeten
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.6 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 9% dengan jumlah responden 12 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 68% dengan jumlah responden 125 orang, yang
menjawab tidak setuju 21% dengan jumlah responden 38 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 4% dengan jumlah responden 8 orang.
Maka dapat diketahui bahwa Sat Reskrim memiliki sumber daya yang
kompeten dalam memberikan pelayanan. Karena petugas kepolisian diberikan
pembinaan dan pelatihan untuk menjadi penyidik, mengingat di butuhkan
kemampuan dan ketampilan khusu untuk memberikan pelayanan serta
menyelesaikan kasus kriminalitas. Dan seharusnya dengan memiliki sumber daya
penyidik yang kompeten Kepolisian dapat mengurang kasus Curanmor R-2.
Sangat Setuju
9%
Setuju
68%
Tidak Setuju
21%
Sangat Tidak
Setuju
2%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
86
Diagram 4.7
Tanggapan Responden Tentang Pelayanan Yang Diberikan Kepolisian Sat
Reskrim Sudah Sesuai Yang Di Harapkan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.7 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 2% dengan jumlah responden 3 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 52% dengan jumlah responden 96 orang, yang
menjawab tidak setuju 19% dengan jumlah responden 35 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 27% dengan jumlah responden 50 orang. Data
tersebut menunjukan bahwa pelayanan yang diberikan Kepolisian sudah sesuai
dengan yang diharapkan oleh masyrakat/pelapor. Walaupun demikian Kepolisian
Sat Reskrim harus terus meningkatkan kualitas pelayanannya menjadi lebih baik
lagi.
Sangat Setuju
2%
Setuju
52% Tidak Setuju
19%
Sangat Tidak
Setuju
27%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
87
Diagram 4.8
Tanggapan Responden Tentang Kepolisian Memberikan STPL (Surat
Tanda Penerimaan Laporan) Kepada Pelapor
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.8 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 27% dengan jumlah responden 50 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 70% dengan jumlah responden 129 orang, yang
menjawab tidak setuju 4% dengan jumlah responden 4 orang, dan yang menjawab
sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden 1 orang.
Maka dapat diketahui bahwa sebagian besar korban di berikan surat tanda
terima laporan (STPL), hal ini berarti pelayanan yang diberikan oleh Kepolisian
memang sudah sesuai dengan prosedur, bahwa setiap pelapor akan diberikan
STPL setelah laporan di proses dan dinyatakan benar dan didukung dengan bukti-
bukti bisa dilihat di Gambar 4.1. Berdasarkan yang peneliti temukan di lapangan
bahwa masyarakat hanya membutuhkan surat keterangan hilang saja dari Polri
untuk memberhetikan setoran motor, ini disebabkan karena mayoritas masyarakat
tidak mau ribet/rumit serta pandangan masyarakat selalu negatif karena akan
dikenakan biaya padahal untuk setiap pelayanan pengaduan tindak pidana tidak
dikenakan biaya.
Sangat Setuju
27% Setuju
70%
Tidak Setuju
2%
Sangat Tidak
Setuju
1%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
88
Diagram 4.9
Tanggapan Responden Tentang Kepolisian Mengirimkan SP2HP
(Surat Pemberitahuan Perkembanagan Hasil Penelitian Laporan/Pengaduan
Kepada Pelapor
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.9 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 6% dengan jumlah responden 10 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 69% dengan jumlah responden 127 orang, yang
menjawab tidak setuju 21% dengan jumlah responden 38 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 4% dengan jumlah responden 8 orang. Dapat
diketahui bahwa seluruh korban Ranmor mendapatkan surat pemberitahuan
perkembangan hasil penelitian (SP2HP). Dan mengenai masyarakat yang tidak
mendapatkan surat pemberitahuan menurut Bapak Rudini menyatakan bahwa
kami selalu memberikakan SP2HP keapada korban, bisa dua sampai lima kali
tergantung dengan perkembangan hasil penyidikan. Dan bagi masyarakat yang
merasa tidak mendapatkan surat pemberitahuan itu karena ada beberapa kendala
diantaranya para korban memberikan alamat palsu dan atau alamat tempat tinggal
sementara sehingga Polisi tidak biasa memberikan surat pemeberitahuan tersebut.
Sangat
Setuju
6%
Setuju
69%
Tidak Setuju
21%
Sangat Tidak
Setuju
4%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
89
Diagram 4.10
Tanggapan Responden Tentang Kepolisian Sat Reskrim Dapat
Mengurangi Tindak Kriminalitas Curanmor R-2
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.10 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 26% dengan jumlah responden 47 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 50% dengan jumlah responden 93 orang, yang
menjawab tidak setuju 20% dengan jumlah responden 37 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 20% dengan jumlah responden 7 orang. Maka dapat
diketahui bahwa sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa Kepolisian dapat
mengurang angka tingkat Kriminalitas khusunya Curanmor di Kota Serang.
Dengan adanya Kepolisian memiliki peranan dalam memberantas kejahatan, bisa
dibayangkan jika tidak ada Polisi maka tindak Kriminalitas semakin tinggi.
Sangat
Setuju
26%
Setuju
50%
Tidak Setuju
20%
Sangat Tidak
Setuju
4%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
90
Diagram 4.11
Tanggapan Responden Tentang Waktu Pelayanan Pengaduan Sudah
Sesuai Dengan Peraturan Perundang-Undangan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.11 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 35% dengan jumlah responden 16 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 60% dengan jumlah responden 27 orang, yang
menjawab tidak setuju 5% dengan jumlah responden 120 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 0% . Maka dapat disimpulkan sebagaian besar
masyarakat mengatakan bahwa waktu pelayanan yang di berikan oleh Kepolisian
sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu
Kepolisian memberikan pelayanan kepada masyarakat selama 24 jam untuk
melayani, melindungi dan memberikan rasa aman kepada masyarakat.
Sangat
Setuju
35% Setuju
60%
Tidak Setuju
5%
Sangat Tidak
Setuju
0%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
91
Diagram 4.12
Tanggapan Responden Tentang Pemberian Pelayanan Informasi Oleh
Kepaolisian Sat Reskrim Sudah Efektif
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.12 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 9% dengan jumlah responden 16 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 15% dengan jumlah responden 27 orang, yang
menjawab tidak setuju 65% dengan jumlah responden 120 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 11% dengan jumlah responden 20 orang. Maka
dapat diketahui bahwa keterbukaan informasi publik masih belum terlaksana
secara efektif. Hal ini dikarenakan Kepolisian memang menyediakan akses
komunikasi informasi tentang keluhan masyarakat yang ingin melapor seperti
telpon ke 110, sehingga korban/masyarakat bisa menghubungi Kepolisian jika
terjadi tindak kriminalitas termasuk curanmor dan petugas bisa datang ke TKP,
akan tetapi banyak yang belum mengetahui nomor layanan tersebut sehingga
korban harus datang langsung ke kantor Kepolisian.
Sangat
Setuju
9%
Setuju
15%
Tidak Setuju
65%
Sangat Tidak
Setuju
11%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
92
Diagram 4.13
Tanggapan Responden Tentang Kualitas Pelayanan Keterbukaan
Informasi yang diberikan oleh Sat Reskrim Polres Serang Sudah Baik
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.13 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 35% dengan jumlah responden 16 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 60% dengan jumlah responden 27 orang, yang
menjawab tidak setuju 5% dengan jumlah responden 120 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 0% . Maka dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mengatakan pelayanan yang diberikan Satuan Reserse Kriminal Polres
sudah baik. Akan tetapi menurut peneliti Kepolisian masih belum terbuka, hal ini
dikarenakan untuk korban/masyarakat yang berdomisili di luar Kota Serang sulit
untuk memperoleh informasi, karena Polres Serang masih belum terbuka atau
uptade di internet/media sisial terkait perkembanagn kasus kriminalitas yang
terjadi di wilayah hukum Polres Serang.
Sangat
Setuju
9%
Setuju
55%
Tidak Setuju
23%
Sangat Tidak
Setuju
13%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
93
Diagram 4.14
Tanggapan Responden Tentang Informasi Daerah Rawan Pencurian
Kendaraan Bermotor Disampaikan Secara Terbuka Oleh Kepolisian Melalui
Pamflet, Bener, Spanduk Dan Media Masa
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.14 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 39% dengan jumlah responden 41 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 50% dengan jumlah responden 53 orang, yang
menjawab tidak setuju 10% dengan jumlah responden 11 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden 1 orang. Maka dapat
dikatakan bahwa Kepolisian Resort Serang sudah menyampaikan informasi terkait
daerah rawah pencurian kendaraan bermotor melalui pamflet, spanduk, bener.
Namun masih ada masyarakat yang belum mengetahui informasi ini dkarenakan,
pamflet, bener dan spanduk hanya ditempatkan di berbagai titik daerah rawan
terjadinya pencurian kendaraan bermotor (Curanmor R-2).
Sangat
Setuju
3%
Setuju
65%
Tidak Setuju
26%
Sangat Tidak
Setuju
6%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
94
Diagram 4.15
Tanggapan Responden Tentang Prosedur Pengaduan Di Kepolisian
Sat Reskrim Sudah Jelas
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.15 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 6% dengan jumlah responden 12 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 65% dengan jumlah responden 119 orang, yang
menjawab tidak setuju 26% dengan jumlah responden 47 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 3% dengan jumlah responden 6 orang. Maka dapat
dikatakan bahwa prosedur pengaduan di Kepolisian Sat Reskrim sudah jelas. Hal
ini dikarenakan pada saat melapor Petugas datang ke Sentral Pelayanan
Pengaduan (SPKT) disana laporan korban akan di catat dan korban akan di
arahkan oleh petugas untuk tahapan selanjutnya.
Sangat
Setuju
6%
Setuju
65%
Tidak Setuju
26%
Sangat Tidak
Setuju
3%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
95
Diagram 4.16
Tanggapan Responden Tentang Petugas Kepolisian Sat Reskrim
Tidak Membeda-Bedakan Dalam Memberikan Pelayanan Kepada
Masyarakat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.16 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 6% dengan jumlah responden 11 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 78% dengan jumlah responden 143 orang, yang
menjawab tidak setuju 16% dengan jumlah responden 30 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 0% . Maka dapat dikatakan bahwa masyarakat
menganggap petugas Sat Reskrim tidak diskriminatif atau membeda-bedakan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dikarenakan hanya ada
beberapa motor korban yang di temukan, bukan berari petugas membeda-bedakan
antara korban yang satau dengan yang lainya.
Sangat
Setuju
6%
Setuju
78%
Tidak Setuju
16%
Sangat Tidak
Setuju
0%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
96
Diagram 4.17
Tanggapan Responden Tentang Prasarana Ruang Tunggu Sudah
Memadai Dalam Pemeberian Pelayanan Di Kepolisian Sat Reskrim
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.17 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 39% dengan jumlah responden 41 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 50% dengan jumlah responden 53 orang, yang
menjawab tidak setuju 10% dengan jumlah responden 11 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden 1 orang. Maka dapat
dikatakan bahwa prasarana ruang tunggu di Kepolisian Sat Reskrim sudah
memadai dan tertata dengan rapih. Dikarenakan terdapat tempat tunggu yang
menghadap ke sentral pelayanan, dan tersedia meja, kursi, kotak saran dan
fasilitas ATK lainnya.
Sangat
Setuju
39%
Setuju
50%
Tidak Setuju
10%
Sangat Tidak
Setuju
1%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
97
Diagram 4.18
Tanggapan Responden Tentang Petugas Kepolisain Sat Reskrim
Memberikan Pelayanan Yang Sopan Terhadap Pelapor/Masyarakat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.18 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 39% dengan jumlah responden 41 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 50% dengan jumlah responden 53 orang, yang
menjawab tidak setuju 10% dengan jumlah responden 11 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden 1 orang. Maka dapat
diketahui sebagian besar responden menganggap bahwa petugas Kepolisian Sat
Reskrim memberikan pelayanan yang sopan terhadap masyarakat, hal tersebut
dilihat dari tingkah laku, tutur kata dan pakaian yang digunakan petugas saat
melayani masyarakat atau pelapor.
Sangat
Setuju
27%
Setuju
54%
Tidak Setuju
19%
Sangat Tidak
Setuju
0%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
98
Diagram 4.19
Tanggapan Responden Tentang Memberikan Pelayanan Yang Ramah
Terhadapa Pelapor/Masyarakat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.19 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 6% dengan jumlah responden 11 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 82% dengan jumlah responden 151 orang, yang
menjawab tidak setuju 11% dengan jumlah responden 21 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden 1 orang. Maka dapat
dikatakan bahwa responden menganggap petugas Kepolisian Sat Reskrim selalu
memberikan pelayanan yang ramah terhadap masyarakat. Sedangkan responden
yang menganggap petugas tidak memberikan pelayanan yang ramah terhadap
korban dikarenakan adanya kesalah pahaman atau (miss communication) anatar
masyarakat dengan petugas Sat Reskrim seperti korban memberkat keterangan
yang salah tidak sesuai dengan prosedur, contoh memberikat alaman palsu.
Sangat Setuju
6%
Setuju
82%
Tidak Setuju
11%
Sangat Tidak
Setuju
1%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
99
Diagram 4.20
Tanggapan Responden Tentang Petugas Kepolisian Memberikan
Pelayanan Sesuai Dengan Kebutuhan Masyarakat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.20 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 6% dengan jumlah responden 11 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 83% dengan jumlah responden 153 orang, yang
menjawab tidak setuju 20% dengan jumlah responden 11 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 0% . Maka dapat dikatakan bahwa petugas
kepolisian selalu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dan sebagaian responden mengatakan petugas tidak memberikan pelayanan
sesuai dengan kebutuhan korban, dikarenakan kendaraan yang mereka laporkan
masih belum bisa di temukan, sedangkan Kepolisian memerlukan waktu proses
pengajuan berkas perkara dan melengkapi barang bukti untuk memudahkan
pencarian pelaku/tersangka dan kendaraan yang dicuri.
Sangat
Setuju
6%
Setuju
83%
Tidak Setuju
11%
Sangat Tidak
Setuju
0%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
100
Diagram 4.21
Tanggapan Responden Tentang Petugas Kepolisian Sat Reskrim
Memberikan Respon Yang Cepat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.21 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 16% dengan jumlah responden 29 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 67% dengan jumlah responden 124 orang, yang
menjawab tidak setuju 15% dengan jumlah responden 28 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 2% dengan jumlah responden 3 orang. Maka dapat
dikatakan bahwa Petugas Satuan Reserse Kriminal yang ditemui dapat
memberikan respon yang cepat terhadap permintaan yang diajukan
masyarakat/korban. Pada saat korban datang ke kantor Kepolisian untuk
melaporkan kehilangan kendaraan bermotor Kepolisian memberikan respon yang
cepat segera melayani dan memproses laporan korban dan melaksanakan olah
TKP.
Sangat
Setuju
16%
Setuju
67%
Tidak Setuju
15%
Sangat Tidak
Setuju
2%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
101
Diagram 4.22
Tanggapan Responden Tentang Petugas Kepolisian Sat Reskrim
Tanggap Dalam Menanggapi Permohonan Korban/Masyarakat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.22 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 7% dengan jumlah responden 13 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 78% dengan jumlah responden 144 orang, yang
menjawab tidak setuju 14% dengan jumlah responden 25 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden orang. Maka dapat
dikatakan bahwa petugas Sat Reskrim selalu tanggap dalam menaggapi keluhan
dari masayarakat. Hal ini dikarenakan petugas segera mengetahui dan
memperhatikan kondisi korban, karena mereka memiliki intelektual atau keahilan
karena mereka sebelumnya diberikan pembinaan selama menjalankan pelatihan
dan pendidikan untuk mengemban tugas-tugas di berbagai situasi atau keadaan.
Sangat
Setuju
7%
Setuju
78%
Tidak Setuju
14% Sangat Tidak
Setuju
1%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
102
Diagram 4.23
Tanggapan Responden Tentang Petugas Kepolisian Sat Reskrim
Cepat Dalam Membuat STPL (Surat Tanda Penerimaan Laporan)
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.23 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 18% dengan jumlah responden 32 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 10% dengan jumlah responden 133 orang, yang
menjawab tidak setuju 10% dengan jumlah responden 19 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 0% . Maka dapat dikatakan bahwa Petugas Sat
Reksrim ceapat dalam membuat surat tanda penerimaan laporan (STPL), karena
ketika korban datang untuk melapor ke kepolisian, setelah laporan di catat
kepolisain akan memproses laporan. Setalah laporan diperiksa dan cukup bukti
kemudian petugas akan membuatkan surat tanda penelrimaan laporan (STPL)
yang diberikan kepada korban dan kemudian surat tersebut juga dapat digunakan
oleh korban sebagai bukti kehilangan untuk memberhentikan setoran motor bagi
motor yang masih kredit.
Sangat Setuju
18%
Setuju
72%
Tidak Setuju
10%
Sangat Tidak
Setuju
0%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
103
Diagram 4.24
Tanggapan Responden Tentang Petugas Sat Reskrim Mampu
Menangani Keluhan Secara Teliti dan Seksama Sesuai Dengan Komplain
Yang Diajukan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.24 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 10% dengan jumlah responden 18 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 69% dengan jumlah responden 128 orang, yang
menjawab tidak setuju 19% dengan jumlah responden 35 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 2% dengan jumlah responden orang. Maka dapat
dikatakan bahwa petugas Sat Reskrim mampu menangani keluhan masyarakat
yang disampaikan tentang secara langsung atau melalui lisan secara teliti dan
seksama sesuai dengan komplain yang diajukan. Hal ini dapat diperkuat dengan
pernyataan Bapa Rudini salah satu petugas di unit ranmor, bahwa memang ada
dari beberapa masyarakat yang datang menuntut kejelasan dari kapan
ditemukannya kendaraan mereka yang hilang, dan kami bisa menangani keluhan
mereka dan menyelesaikannya dengan menjelaskannya secara baik.
Sangat Setuju
10%
Setuju
69%
Tidak Setuju
19%
Sangat Tidak
Setuju
2%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
104
Diagram 4.25
Tanggapan Responden Tentang Kepolisain Sat Reskrim Cepat Dalam
Menemukan Kendaraan Yang Di Curi
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.25 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 4% dengan jumlah responden 7 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 34% dengan jumlah responden 62 orang, yang
menjawab tidak setuju 48% dengan jumlah responden 89 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 14% dengan jumlah responden 26 orang.
Maka dapat dikatakan bahwa responden menganggap petugas Sat Reskrim
lama dalam menemukan motor yang hilang. Hal ini dikarenakan kepolisian harus
memproses terlebih dalahulu laporan dari korban, dan menyelidikinya serta
mencari barang bukti untuk mendukung petugas dalam melakukan penyelidikan.
Akan tetapi petugas memiliki berbagai kendala diantaranya, kurangnya barang
bukti, dan kesadaran dari pelapor untuk menindak lanjuti laporan yang diajukan.
Serta ada beberapa korban juga memberikan alamat yang salah saat memberikan
laporan, sehingga polisi tidak bisa memberikan laporan hasil penyidikan kepada
korban.
Sangat
Setuju
4%
Setuju
34%
Tidak Setuju
48%
Sangat Tidak
Setuju
14%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
105
Diagram 4.26
Tanggapan Responden Tentang Kepolisain Sat Reskrim Memberikan
Kemudahan Akses Pelayanan Kepada Masyarakat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.26 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 6% dengan jumlah responden 12 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 79% dengan jumlah responden 145 orang, yang
menjawab tidak setuju 14% dengan jumlah responden 25 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden 2 orang. Maka dapat
dikatakan bahwa responden menganggap petugas Sat Reskrm memberikan
kemudahan akases pelayanan kepada masyarakat dan masih ada bebarapa yang
menganggap Sat Reskrim tidak memberikan kemudahan, dikarenakan korban
harus mengikuti prosedur yang ada terkait mekanisme pelayanan reskrim.
Sangat Setuju
6%
Setuju
79%
Tidak Setuju
14%
Sangat Tidak
Setuju
1%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
106
Diagram 4.27
Tanggapan Responden Tentang Kepolisain Sat Reskrim Memberikan
Pelayanan Sesuai Dengan Wewenang Dan Tanggung Jawabnya
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.427 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 17% dengan jumlah responden 32 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 75% dengan jumlah responden 138 orang, yang
menjawab tidak setuju 7% dengan jumlah responden 12 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden 2 orang. Maka dapat
dikatakan bahwa responden menganggap Sat Reskrim sudah memberikan
pelayanan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, dikarenakan petugas
Sat Reskrim bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, dimana tupoksi
Sat Reskrim memberikan beberapa macam layanan terkait dengan kasus
kriminalitas terutama pelayanan pencurian kendaraan bermotor roda dua dan
pidana umum lainnya.
Sangat
Setuju
17%
Setuju
75%
Tidak Setuju
7%
Sangat Tidak
Setuju
1%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
107
Diagram 4.28
Tanggapan Responden Tentang Kepolisain Sat Reskrim Memiliki
Kesediaan Untuk Memberikan Pelayanan Yang Baik kepada Masayarakat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.28 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 5% dengan jumlah responden 10 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 88% dengan jumlah responden 162 orang, yang
menjawab tidak setuju 7% dengan jumlah responden 12 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 0% . Maka dapat dapat dikatakan bahwa Sat
Reskrim memiliki kesediaan untuk memberikan untuk memberikan pelayanan
yang baik kepada masayarakat, hal ini dapat dilihat dari disiplin para petugas dan
konsisten dalam memberikan pelayanan sesuai dengan waktu yang sudah
ditetapkan. Ada sebagian responden yang beranggapan bahwa petugas Sat reskrim
tidak memiliki kesediaan dalam dirinya untuk dalam menjalankan tugas. Hal ini
dikarenakan sikap dari beberapa petugas yang saat memberikan pelayanan dengan
setengah hati atau tidak bersungguh-sungguh, hal ini dapat dilihat pada saat
petugas memberikan pelayanan.
Sangat
Setuju
5%
Setuju
88%
Tidak Setuju
7%
Sangat Tidak
Setuju
0%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
108
Diagram 4.29
Tanggapan Responden Tentang Kepolisain Sat Reskrim Bersikap
Jujur Dalam Memberikan Pelayanan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.29 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 5% dengan jumlah responden 10 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 78% dengan jumlah responden 143 orang, yang
menjawab tidak setuju 15% dengan jumlah responden 28 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 2% dengan jumlah responden 3 orang. Maka dapat
dikatakan mayoritas responden mengatakan Sat Reskrim bersikap jujur dalam
memberikan pelayanan, hal tersebut dilihat dari ketulusan petugas Sat Reskrim
dalam memberikan pelayanan. Sedangkan masih ada beberapa responden yang
mengatakan Sat Reskrim tidak bersikap jujur dalam memeberikan pelayanan,
dimana korban/pealpor menganggap bahwa Sat Reskrim masih mengharapkan
imbalan dalam memberikan pelayanan, sedangkan Kepolisian Sat Reskrim tidak
menerima biaya dalam melayani atau menerima laporan kriminalitas baik itu
Curanmor R-2 atau tindak pidana umum sesuai dengan prosedur tidak dipungut
biaya atau gratis.
Sangat
Setuju
5%
Setuju
78%
Tidak Setuju
15%
Sangat Tidak
Setuju
2%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
109
Diagram 4.30
Tanggapan Responden Tentang Kepolisain Sat Reskrim Dapat
Dipercaya Dalam Melaksanakan Tugas
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.30 dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sangat setuju sebanyak 16% dengan jumlah responden 29 orang, yang
menjawab setuju sebanyak 66% dengan jumlah responden 122 orang, yang
menjawab tidak setuju 17% dengan jumlah responden 31 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden 2 orang. Maka dapat
dikatakan bahwa mayoritas responden menganggap Sat Reskrim dapat dipercaya
dalam melaksanakan tugas, hal tersebut dapat dilihat dari adanya upaya dari
petugas Sat Reskrim dengan bersikap baik dalam memeberikan pelayanan serta
adanya usaha untuk melacak keberadaan pelaku dan mencoba untuk menemukan
kendaraan korban yang dicuri.
Sangat
Setuju
16%
Setuju
66%
Tidak Setuju
17%
Sangat Tidak
Setuju
1%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
110
Diagram 4.31
Tanggapan Responden Tentang Petugas Kepolisain Sat Reskrim
Menyediakan Kotak Saran/Mekanisme Pengaduan Keluhan Terkait Dengan
Pelayanan Pengaduan Masyarakat
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
Berdasarkan diagram 4.31 dapat diketahui bahwa tanggapan responden
yang menjawab sangat setuju sebanyak 16 % dengan jumlah responden 29 orang,
yang menjawab setuju sebanyak 66% dengan jumlah responden 122 orang, yang
menjawab tidak setuju 17% dengan jumlah responden 32 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju 1% dengan jumlah responden 2 orang. Maka dapat
dikatakan bahwa terdapat kotak saran/mekanisme pengaduan keluhan terkait
dengan pelayanan yang di berikan Satuan Reserse Kriminal. Sebenernya
mekanisme pengaduan masyarakat tidak harus melalui kotak saran tapi bisa
dilakukan secara lisan atau langsung bertatap muka dengan peagawai Satuan
Reserse Kriminal. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Rudini, beliau mengatakan
ada masyarakat yang datang ke Kantor Satuan Reserse Kriminal untuk
menyampaikan komplain secara langsung meminta kejelasan pelayanan.
Sangat
Setuju
16%
Setuju
66%
Tidak Setuju
17%
Sangat
Tidak Setuju
1%
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
111
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti meneteapkan “Kinerja Pelayanan Publik
Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang ≤ 65% yang artinya
kinerja pelayanan yang diberikan oleh Satuan Reserse Kriminal Polres Serang
kurang dari 65%”. Dilakukannya pengujian hipotesis untuk mengetahui tingkat
signifikan dari hipotesis yang diajukan. berdasarkan metode penelitian, pada
pengujian hipotesis penelitian ini peneliti menggunakan rumus t-tess atau satu
sampel.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, maka skor ideal yang
diperoleh adalah 4 x 29 x 184 = 21.344 (4 = nilai tertinggi dari item pernyataan
yang ada menurut skala likert, 29 = jumlah item pernyataan yang ada, dan 184 =
jumlah responden yang ada). Sehingga nilai mean atau rata-ratany adalah 21.344 :
184 = 116. Sehingga untuk kinerja Satuan Reserse Kriminal di Kepolisian Resort
Serang, nilai yang dihipotesiskan tertinggi mencapai 65 % nilai ini berarti bahwa
65% = 0,65 x 21.344 : 184 = 75. Hipotesis statistik dapat dirumuskan sebagai
berikut : Ho untuk memprediksi lebih kecil atau sama dengan (≤ 65% ) dari skor
ideal. Sehingga Ha lebih besar dari 65% ( >65% ) dari skor ideal. Atau dapat
dituliskan dengan rumus :
Ho = ≤ 65% ≤ 0,65 x 21.344 : 184 = 75
Ha = > 65% > 0,65 x 21.344 : 184 = 75
112
Diketahui :
X = 184 = 15.169 : 184 = 82:44
= 75
S = 5,609
n = 184
Maka :
t =
√
t = –
√
=
=
= 18,01
Maka t = 18,01
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel,
dengan derajat keabsahan dk = n-1 = 184-1 = 163 dan taraf kesalahan = 5%
untuk uji satu pihak one tail test uji pihak kanan. Karena nilai t hitung lebih besar
dibandingkan nilai t bael (18,01 > 1,653) dan jatuh pada daerah penerimaan Ha.
Maka hipotesis (Ho) ditolak dan (Ha) diterima. Dari perbandingan populasi
ditemukan bahwa Kinerja Satuan Reserse Kriminal di Kepolisian Resort Serang
adalah :
= 71%
113
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada indikator standar
sebagaimana digambarakan dalam kategori berikut ini:
Gambar 4.2
Kategori Instrumen
5336 10672 16008 21.344
15169
Tidak Baik Kurang Baik Sangat Baik
Jadi dapat diketahui bahwa nilai 15169 berada dalam kategori baik, dan
setelah dilakukan perhitungan kedalam bentuk persen didapat bahwa Kinerja
Satuan Reserse Kriminal Polres Serang adalah sebesar 71%. Berikut adalah
gambaran kurva penerimaannya.
Gambar 4.3
Kurva Penerimaan
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016
114
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Interprestasi dari penelitian yang berjudul Kinerja Pelayanan Publik
Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang memiliki hal yang
sangat utama, yaitu menjawab rumusan masalah deskriptif yang sebelumnya telah
dirumuskan. Rumusan masalah yang tealah dibuat oleh peneliti pada awal
penelitian adalah “Bagaimana Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse
Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor
di Kepolisian Resort Serang”.
Penelitian ini dimaksud untuk menjawab rumusan masalah tersebut, dan
rumusan masalah telah terjawab dengan menggunakan perhitungan rumus t-test
one sampel dengan uji satu pihak (one tail test) yaitu uji pihak kanan. Berdasarkan
pada perhitungan yang telah dilakukan terhadap perhitungan pengujian t-test one
sample ternyata dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, dan hal itu
dapat diartikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Ha diterima karena mencapai
angka 71%.
Selanjutnya analisis pertama dilihat dari indikator dalam teori yang
digunakan dalam penelitian ini. Pertama, yang berkenaan dengan Kinerja
Pelayanan Satuan Reserse Kriminal dalam Menangani Kasus Curanmor di Polres
Serang. Dimana yaitu mengenai tentang, input, outpu, efesiensi layanan dan
efektivitas layanan. Dari hasil pengolahan data dalam penelitian ini, memuat 4 sub
indikator pernyataan untuk indikator produktivitas. Didapatkan hasil tersebut dan
115
diperoleh skor ideal dari indikator produktivitas adalah 4 x 7 x 184 = 5152 (4 =
nilai dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan kepada responden, 7 = jumlah
pertanyaan yang diajukan kepada responden, 184 = jumlah responden).
Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah 3542. Dengan demikian nilai dari
Kinerja Pelayanan Satuan Reserse Kriminal Polres Serang adalah 3542 : 5152 =
0,69 atau 69%. Dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pelayanan Satuan Reserse
Kriminal dalam Menangani Kasus Curanmor di Polres Serang baik dilihat dari
indikator produktivitas. Hal ini dikarenakan kualitas sumber daya penyidik
Kepolisian Resort Serang berkompeten dalam menangani kasus pencurian
kendaraan bermoror (Curanmor R-2) dan dapat mengurangi tingkat kriminalitas.
Untuk lebih jealsanya dapat dilihat pada kategori berikut ini:
Gambar 4.4
Kategori Instrumen Indikator 1
1288 2576 3864 5152
3542
Tidak Baik Kurang Baik Sangat Baik
Untuk indikator yang ke-dua berkenaan dengan Kinerja Pelayanan Satuan
Reserse Kriminal dalam Menangani Kasus Curanmor di Polres Serang. Dimana
yaitu mengenai tentang keterbukaan informasi, kemudahan alur pelayanan,
keadilan, kompetensi, sarana prasarana, dan kecermatan. Dari hasil pengolahan
116
data penelitian ini, memuat 6 sub indikator kualitas layanan. Didapatkan hasil
tersebut dan diperoleh skor ideal dari indikator kualitas layanan adalah 4 x 8 x 184
= 5888 (4 = nilai dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan kepada
responden, 8 = jumlah pernyataan yang diajukan kepada masyarakat, 184 =
jumlah responden). Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah 4099.
Dengan demikian nilai dari Kinerja Pelayanan Satuan Reserse Kriminal Polres
Serang adalah 4099 : 5888 = 0,70 atau 70%. Dapat disimpulkan bahwa Kinerja
Pelayanan Satuan Reserse Kriminal dalam Menangani Kasus Curanmor di Polres
Serang cukup baik dilihat dari kualitas layanannya. Hal ini dikarenakan Sat
Reskrim Polres Serang menyediakan fasilitas dan kemudahan alur pelayanan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kategori berikut ini:
Gambar 4.5
Kategori Instrumen Indikator 2
2024 4048 6072 5888
4099
Tidak Baik Kurang Baik Sangat Baik
Untuk indikator yang ke-tiga berkenaan dengan Kinerja Pelayanan Satuan
Reserse Kriminal dalam Menangani Kasus Curanmor di Polres Serang. Dimana
yaitu mengenai tentang, kemampuan merespon masyarakat, kemampuan dalam
memberikan pelayanan, kecermatan dalam merespon keluhan, ketepatan waktu,
117
dan kemudahan akses pelayanan. Dari hasil pengolahan data penelitian ini,
memuat 5 sub indikator responsivitas. Didapatkan hasil tersebut dan diperoleh
skor ideal dari indikator responsivitas adalah 4 x 7 x 184 = 5152 (4 = nilai dari
setiap jawaban pernyataan yang diajukan kepada responden, 7 = jumlah
pernyataan yang diajukan kepada masyarakat, 184 = jumlah responden).
Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian adalah 3673. Dengan demikian nilai dari
Kinerja Pelayanan Satuan Reserse Kriminal Polres Serang adalah 3673 : 5152 =
0,71 atau 71%. Dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pelayanan Satuan Reserse
Kriminal dalam Menangani Kasus Curanmor di Polres Serang cukup baik dilihat
dari responsivitas. Hal ini dikarenakan petugas Sat Reskrim Polres Serang yang
ditemui dapat memberikan respon yang cepat terhadap pelapor dan memberikan
pelayanan sesuai dengan yang kebutuhan masyarakat. Untuk lebih jealsanya dapat
dilihat pada kategori berikut ini:
Gambar 4.6
Kategori Instrumen Indikator 3
1288 2576 3864 5152
3673
Tidak Baik Kurang Baik Sangat Baik
118
Untuk indikator yang ke-empat berkenaan dengan Kinerja Pelayanan
Satuan Reserse Kriminal dalam Menangani Kasus Curanmor di Polres Serang.
Dimana yaitu mengenai tentang, kejelasan wewenang dan tanggung jawab,
memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan, bersikap jujur dan dapat
dipercaya. Dari hasil pengolahan data penelitian ini, memuat 4 sub indikator
responsibilitas. Didapatkan hasil tersebut dan diperoleh skor ideal dari indikator
responsivitas adalah 4 x 4 x 184 = 2944 (4 = nilai dari setiap jawaban pernyataan
yang diajukan kepada responden, 4 = jumlah pernyataan yang diajukan kepada
masyarakat, 184 = jumlah responden). Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian
adalah 2192. Dengan demikian nilai dari Kinerja Pelayanan Satuan Reserse
Kriminal Polres Serang adalah 2192 : 2944 = 0,74 atau 74%. Dapat disimpulkan
bahwa Kinerja Satuan Reserse Kriminal dalam Menangani Kasus Pencurian
Kendaraan Bermotor di Polres Serang baik dilihat dari indikator responsibilitas.
Hal ini dikarenakan petugas Sat Reskrim sudah menjalankan tugas sesuai
wewenang dan tanggung jawabnya atau tupoksinya masing-masing, dimana
petugas sudah menjelasakan kepada masyarakat seperti memberikan penjelasan
dan bersikap jujur dengan mengatakan kepada masyarakat bahwa pelayanan
pengaduan masyarakat tidak dikenakan biaya atau gratis. Untuk lebih jealsanya
dapat dilihat pada kategori berikut ini:
119
Gambar 4.7
Kategori Instrumen Indikator 4
736 1472 2208 2944
2192
Tidak Baik Kurang Baik Sangat Baik
Untuk indikator yang ke-lima berkenaan dengan Kinerja Pelayanan Satuan
Reserse Kriminal dalam Menangani Kasus Curanmor di Polres Serang. Dimana
yaitu mengenai tentang, dapat mengatasi komplain dan bentuk
pertanggungjawaban. Dari hasil pengolahan data penelitian ini, memuat 2 sub
indikator akuntabilitas. Didapatkan hasil tersebut dan diperoleh skor ideal dari
indikator adalah 4 x 3 x 184 = 736 (4 = nilai dari setiap jawaban pernyataan yang
diajukan kepada responden, 3 = jumlah pernyataan yang diajukan kepada
masyarakat, 184 = jumlah responden). Sedangkan nilai skor dari hasil penelitian
adalah 546. Dengan demikian nilai dari Kinerja Pelayanan Satuan Reserse
Kriminal Polres Serang adalah 546 : 736 = 0,74 atau 74%. Dapat disimpulkan
bahwa Kinerja Pelayanan Satuan Reserse Kriminal dalam Menangani Kasus
Curanmor di Polres Serang baik dilihat dari indikator akuntabilitas. Hal ini
dikarenakan kepolisian sudah bertanggung jawab dengan berusaha untuk
memberikan pelayanan yang baik dan berusaha untuk mencari pelaku dan
menemukan kendaraan korban yang dicuri, serta merespon komplain masyarakat
dengan baik . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kategori berikut ini:
120
Gambar 4.8
Kategori Instrumen Indikator 5
184 368 552 736
546
Tidak Baik Kurang Baik Sangat Baik
Berdasarkan perhitungan setiap indikator dalam penelitian Kinerja Satuan
Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencuria Kendaraan
Bermotor Di Kepolisian Resort Serang dapat dikatakan tidak sesuai dengan
dugaan peneliti. Dimana peneliti menetapkan nilai tolak ukur dari penelitian ini
sebesar 65% dan setelah melakukan perhitungan dari setiap indikator dapat
diketahui dari semua indikator mencapai lebih dari 65% yaitu 71%, maka dapat
dikatakan bahwa hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Setelah melakukan
penelitian di lapangan bisa dilihat dari cara kerja Satuan Reserse Kriminal mereka
selalu siaga dan cepat tanggap dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
121
4.6 Pembahasan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan
dengan menggunakan perhitungan t-test uji pihak kanan yang menunjukan bahwa
angka t hitung lebih besar dari t tabel (18,01 > 1,653) Ho ditolak dan Ha diterima.
Dapat diketahui bahwa jawaban dari rumusan masalah deskriptif yang diajukan
yaitu Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim)
Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort
Serang sebesar 71%, yang menyatakan bahwa hasil perhitungan mencapai nilai
yang hipotesis yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian mengenai Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan
Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan
Bermotor di Kepolisian Resort Serang dikaji dengan menggunakan teori
Dwiyanto (dalam Pasolong 2013:178). Menurut Dwiyanto terdapat 5 indikator
kinerja pelayanan publik yaitu: produktivitas, kualitas layanan, respondivitas,
responsibilitas dan akuntabilitas. Dan melalui pernyataan yang telah diajukan
kepada 184 responden, dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pelayanan Publik
Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang sudah mencapai nilai
ideal yang ditetapkan. Hipotesis penelitian yang peneliti tetapkan adalah 65%
sedangkan berdasarkan hasil perhitungan uji t-test didapat bahwa Kinerja
Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam
Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang
tercapai 71%, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerjanya sudah baik.
122
Namun kepolisain harus terus meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik
lagi, mengingat kasus Curanmor ini merupakan kasus pencurian kendaraan
bermotor yang paling tinggi daiantara kejahatan lainnya. Dan kasusu yang dapat
diselesaikan juga masih rendah, akan tetapi sebagian masyarakat beranggapan
bahwa sejauh ini kinerja Satuan Reserse Kriminal sudah baik, walaupun
kendaraan mereka yang hilang ada yang masih belum ditemukan. Hal ini
dikarenakan adanya upaya dari kepolisian untuk memberikan pelayanan yang baik
dan etika baik untuk menemukan kendaraan mereka yang hilang. Hal ini diperkuat
dnegan pernyatan responden terkait dengan indikator kualitas layanan dan
responsivitas. Bahawa petugas Satuan Reserse Kriminal dalam memberikan
peleyananya sudah baik, ramah, dan memberikan respon yang cepat kepada
korban.
Selain itu peneliti juga meninjau kembali terkait dengan kurangnya sumber
daya manusia yang ada di Kepolisian Resort Serang, setelah melakukan
wawancara dengan petugas Kepolisain peneliti juga melakukan survei ke
bebarapa Polsek yang ada di Wilayah Hukum Polres Serang. Dan ternyata
memang Kepolisian di setiap Polsek nya hanya ada 2-3 Penyidik saja. Kurangnya
sumber daya manusi penyidik ini juga akan mempengaruhi bagaimana kinerja Sat
Reskrim dalam menangani aksus curanmor, terlebih lagi Satuan Reserse krimina
ini tidak hanya menangani kasus Curanmor akan tetapi tindak pidana umum
(PIDUM) lainnya. Hal ini juga diperkuat dengan adanya jawaban terkait dengan
produktivitas, mayoritas responden mengatakan sumber daya penyidik di
Kepolisian belum mencukupi.
123
Selanjutnya terkait partisipasi masyarakat dirasa masih kurang karena
sebagaian besar masyarakat yang datang ke kantor kepolisian hanya memerlukan
surat pemeberhentian motor saja, dan tidak memberikan alamat yang jelas
sehingga Kepolisian tdiak dapat memberikan Surat Hasil Perkembangan
Penelitian kepada Korban. Salah satu faktor lainnya yang menyebabka masyarakat
tidak mau melanjutkan laporannya adalah karena masyarakat beranggapan jika
memperpanjang kasus akan mengeluarkan biaya, menurut kepolisian jika ada
yang melporkan tindakan kriminalitas ini akan sangat membantu kepolisian. Hal
ini diperkuat dengan pernyataan dari Aiptu Asep yang menyatakan apabila ada
yang melaporkan tindak kriminalitas baik itu ranmor ataupun tindak pidana umum
lainnya dan yang melapor korban atau masyarakat maka tidak akan dipungut
biaya, terkecuali dari korban memberikan petugas uang mereka terima itupun
tidak di paksa atau secara sukarela.
Secara umum berdasarkan hasil perolehan data dalam penelitian ini
menunjukan bahwa Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal
(Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di
Kepolisian Resort Serang sudah baik. Hal ini karena di Tahun 2016 Kepolisian
sudah berhasil mengurangi tingkat kriminalitas Curanmor, dan menangkap para
pelaku dan mengamankan kendaraan yang dicuri.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu
petugas di Polsek Cipocok yang menyatakan bahwa kepolisain sudah menangkap
salah satu mahasiswi Bina Bangasa semster 3 dia sudah melakukan pencurian
kurang lebih 30 kali. Dan saat survei ke lapangan di Polsek Serang Peneliti
124
bertemu dengan salah satu Korban serta Pelaku pencurian kendaraan bermotor
saat sedang di introgasi oleh Bapak Brigadir Dedi Komadi. Pelaku/tersangka
Curanmor ini bernama Wahyu berusia 20 tahun tidak bekerja, dan orang tuannya
bekerja sebagai petugas kebersihan. Sejauh ini ia sudah menjalankan aksinya
sebanyak 14 kali. Sebeleumnya ia juga sudah pernah tertangkap tapi setelah
dibebaskan ia melakukan pencurian lagi tepat di malam tahun baru. Menurut
Brigadir Dedi Komadi dia itu sebenarnya melakukan pencurian untuk memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri, uang hsil curian ini ia gunkan untuk bersenang-senang.
Dalam menjalankan aksinya tersangka menggunkan kunci leter T untuk membuka
kunci motor korbannya.
Kepolisian juga menghimbau keapda masyarakat untuk lebih berhati-hati
lagi dalam menjaga kendaraanya. Mengingat tingginya kasus curanmor
diakrenakan kecerobohan dari pemilik kendaraan yang seringkali lupa untuk
mengunci ganda atau meninggalkan kunci di motor. Modus operasi dari para
pelaku dalam melancarakan aksinya adalah dengan lebih dulu melakukan
pengintaian terhadap kendaraan yang akan dicuri. Ketika mereka merasa situasi
aman dan terkendali maka pelaku akan langsung mengambil kendaraan tersebut
dengan cara merampas dengan paksa atau merusak kunci dengan menggunakan
kunci leter T. Dan para pelaku mengincar kendaraan di lokasi-lokasi yang
dianggap aman dan sepi tanpa ada pengawasan. Misalnya di pasar atau
supermarket, kampus, rumah dan kos - kosan.
125
BAB V
PENUTUP
4.3 Kesimpulan
Pada peenlitian ini peneliti menggunakan teori kinerja menurut Dwiyanto
(dalam Pasolong 2013:178), dalam teori tersebut terdapat lima indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan
Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan
Bermotor di Kepolisian Resort Serang. Diantaranya adalah Produktivitas,
Kualitas Layanan, Responsivitas, Responsibilitas dan Akuntabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian, kelima indikator kinerja organiasai publik
dalam penelitian ini memiliki masing-masing skor atau nilai lebih dari atau sama
dengan (≥) 65%, yaitu sebagai berikut: indikator pertama yaitu produktivitas
memiliki nilai 69% atau sudah baik, indikator ke-dua yaitu kualitas layanan
memiliki nilai 70% atau sudah baik, indikator ke-tiga yaitu responsivitas
memiliki nilai 71% atau sudah baik, indikator ke-empat yaitu responsibilitas
memiliki nilai 74% atau sudah baik, dan indikator ke-lima yaitu akuntabilitas
memiliki nilai 74% atau sudah baik.
Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan, maka peneliti menarik
kesimpulan Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat
Reskrim) Dalam Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian
Resort Serang mencapai angka 71% atau sudah baik.
126
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang berjudul “Kinerja Pelayanan Publik
Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam Menangani Kasus
Pencurian Kendaraan Bermotor di Kepolisian Resort Serang”. dari hasil penelitian
terdapat indikator yang rendah, yaitu indikator produktivitas sebesar 65%, maka
peneliti dapat memberikan saran yaitu:
1. Sumber daya penyidik Sat reskrim dapat ditingkatkan lagi dengan
menambah jumlah personel penyidik khusunya di tingkat Polsek, dan
memberikan pelatihan sehingga memiliki sumber daya penyidik yang
berkompetensi baik secara pengetahuan, kemampuan maupun
perilaku. Sehingga dapat memberikan pelayanan secara optimal.
2. Kepolisian perlu melakukan pendekatan secara persuasif kepada
masyarakat, untuk ikut berperan aktif dengan lebih berhati-hati dalam
menjaga keamaan dan keselamatan motor milik sendiri untuk
mencegah terjadinya kasus pencurian kendaraan bermotor (Curanmor
R-2).
3. Kepolisian diharapkan dapat memberikan vonis/hkuman yang tinggi
kepada pelaku pencurian, sehingga memberikan efek jera untuk tidak
melakukannya kembali.
4. Agar hasil pekerjaan dapat menghasilkan kuantitas pekerjaan yang
terbaik maka perlu adanya motivasi dan reward agar para pegawai
terpacu untuk lebih meningkatkan kinerjanya sebagai bentuk
penghargaan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Rusli. 1978. Asas-asas Hukum Pidana. LEPPEN – UMI. Ujung Pandang
Harbani, Pasolog.2011. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: CV. Alfabeta
.2013. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: CV. Alfabeta
Hardiyansah.2011. Kualitas Pelayanan Publik.Yogyakarta: BPFE
Hessel Nogi S. Tagkilisan. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: Penerbit
PT Grasindo
Irma Fahmy. 2010. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta
Mahmudi. 2013. Manajemen Kinerja Sektor PublikI. Yogyakarta: FE UGM
Nawawi, Ismail. 2013. Budaya Organisasi Kepeminpinan dan Kinerja. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Ratminto & Atik Septi Winarsih.2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
.2012. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Robbins P. Stephen. 2002. Teori Organisasi – Stuktur, Desain & Aplikasi.
Jakarta: Arean
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Oeganisasi. Jakarta: Prenhalindo
Serdamayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta:
CV. Mandar Maju
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE UI
Steers, R.M. 2003. Organization Effectiveness A Behavioral View. Jakarta:
Erlangga
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
.2008. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung:
Refika Admita
Wahyudi. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Penerbit Sulta
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja – Edisi Ketiga. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Sumber Lainnya
Mita Wirnawati. 2012. Kinerja Satuan Polisi Pramong Praja (SATPOL PP)
dalam Pengendalian Pedagang Kaki Lima di Kota Cilegon Tahun 2010.
Feni Rizki Pratiwi. 2015. Kinerja Pelayanan Informasi Publik Dinas Sumber
Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten. Skripsi Fisip Untirta
Reni Indriyani. 2016. Kinerja Pengelolaan Bantuan Biaya Pendidikan
Peningkatan Prestasi Akademik (PBB-PPA) Tahun 2014. Skripsi
Dokumen :
UU RI Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyelidikan Tindak
Pidana.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BANTEN RESORT SERANG
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP)
PENERIMAAN LAPORAN POLISI
NO DOKUMEN
SOP-SAT RESKRIM-1
NO REVISI
00
HALAMAN
6/6
6. Mekanisme Penerimaan Laporan Polisi
KANIT TERIMA LP UTK
DISPOSISI KE PENYIDIK
KASAT
MENERIMA LAPORAN DAN BUAT DISPOSISI
KE KANIT
PENYIDIK TERIMA
LAPORAN DAN MELENGKAPI
ADMINISTRASI PENYELIDIKAN
SP2HP KEPADA PELAPOR
AWAL
PELAPOR MELAPORKAN
PERKARA YANG DIALAMI
SENTRA PELAYANAN KEPOLISIAN
MENERIMA PELAPOR YANG AKAN MENGADUKAN
PERKARA YANG DIALAMINYA DAN
MENGARAHKAN KEPADA PIKET RESKRIM SPKT
PIKET RESKRIM SPKT MENGANALISA LAPORAN
DARI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN
KETERANGAN DAN BARANG BUKTI YANG SELANJUTNYA DIBUATKAN REKOMENDASI
MENGANALISA LAPORAN
TIDAK DIBUAT REKOMENDASI
DIJELASKAN KEPADA PELAPOR BAHWA
LAPORANNYA BELUM CUKUP BUKTI ATAUPUN BUKAN TINDAK PIDANA
DIBUAT REKOMENDASI
LAPORAN POLISI DAN DIBUATKAN SURAT
TANDA TERIMA LAPORAN
DALAM
PROVINSI
LUAR
PROVINSIJUMLAH
DALAM
PROVINSI
LUAR
PROVINSIJUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
Sedan 2,491 35 69 222 291 2,817 23 29 52 2,765
Jeep 967 133 31 55 86 1,186 11 16 27 1,159
Minibus 14,442 3,061 214 361 575 18,078 87 170 257 17,821
17,900 3,229 314 638 952 22,081 121 215 336 21,745
2
Sedan 105 2 1 1 108 0 108
Jeep 174 17 0 191 0 191
Minibus 1,889 229 2 2 2,120 2 2 4 2,116
2,168 248 0 3 3 2,419 2 2 4 2,415
3
Sedan 50 0 50 0 50
Jeep 0 0 0 0
Minibus 1,843 29 2 2 1,874 3 2 5 1,869
1,843 79 2 0 2 1,924 3 2 5 1,919
4
Bus 24 0 24 1 1 23
Microbus 159 3 1 4 5 167 2 2 165
183 3 1 4 5 191 0 3 3 188
5
Bus 14 0 14 0 14
Microbus 122 16 2 2 140 0 140
136 16 0 2 2 154 0 0 0 154
6
Bus 157 5 0 162 0 162
Microbus 153 13 2 2 168 1 1 167
310 18 0 2 2 330 0 1 1 329
7
Pickup 4,283 694 16 47 63 5,040 18 78 96 4,944
L Truck 1,630 50 9 14 23 1,703 6 21 27 1,676
Truck 119 5 1 1 125 3 3 122
6,032 749 25 62 87 6,868 24 102 126 6,742
8
Pickup 306 41 0 347 0 347
L Truck 187 28 0 215 0 215
Truck 22 2 0 24 0 24
515 71 0 0 0 586 0 0 0 586
9
Pickup 57 37 0 94 0 94
L Truck 233 84 0 317 0 317
Truck 97 18 0 115 1 1 114
387 139 0 0 0 526 1 0 1 525
10
Alat Berat 9 0 9 1 1 8
Sedan, Jeep, Minibus (Umum)
PERKEMBANGAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN JENIS KENDARAAN BERMOTOR
UNIT PELAYANAN TEKNIS SERANG DPPKD PROV. BANTEN
BULAN DESEMBER 2014
NO JENIS KENDARAAN
POTENSI
AWAL
TAHUN
KENDARAAN
BARU
MUTASI MASUK JUMLAH
3+4+7
MUTASI KELUAR JUMLAH
8-11
Sedan, Jeep, Minibus (Pribadi)
Jumlah
Sedan, Jeep, Minibus (Dinas)
Jumlah
Truck, L Truck, Pickup (Umum)
Jumlah
Bus, Microbus (Pribadi)
Jumlah
Bus, Microbus (Dinas)
Jumlah
Bus, Microbus (Umum)
Jumlah
Truck, L Truck, Pickup (Pribadi)
Jumlah
Truck, L Truck, Pickup (Dinas)
Jumlah
Jumlah
Kendaraan Khusus (Pribadi)
9 0 0 0 0 9 0 1 1 8
11
Alat Berat 4 0 4 0 4
4 0 0 0 0 4 0 0 0 4
12
Alat Berat 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29,487 4,552 342 711 1,053 35,092 151 326 477 34,615
13
Roda Dua 189,002 19,990 343 155 498 209,490 321 332 653 208,837
Roda Tiga 472 145 1 1 618 12 12 606
189,474 20,135 344 155 499 210,108 321 344 665 209,443
14
Roda Dua 5,698 352 2 2 6,052 1 1 6,051
Roda Tiga 104 81 0 185 0 185
5,802 433 0 2 2 6,237 1 0 1 6,236
195,276 20,568 344 157 501 216,345 322 344 666 215,679
224,763 25,120 686 868 1,554 251,437 473 670 1,143 250,294
Jumlah
Jumlah
Kendaraan Khusus (Dinas)
Jumlah
Kendaraan Khusus (Umum)
Jumlah
Jumlah Roda Empat
Sepeda Motor (Pribadi)
Jumlah
Sepeda Motor (Dinas)
Jumlah Sepeda Motor
Jumlah Total
DALAM
PROVINSI
LUAR
PROVINSIJUMLAH
DALAM
PROVINSI
LUAR
PROVINSIJUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1
Sedan 2,765 24 70 190 260 3,049 25 33 58 2,991
Jeep 1,159 137 23 96 119 1,415 9 24 33 1,382
Minibus 17,821 2,931 192 407 599 21,351 114 257 371 20,980
21,745 3,092 285 693 978 25,815 148 314 462 0 25,353
2
Sedan 108 7 0 115 0 115
Jeep 191 20 0 211 0 211
Minibus 2,116 139 2 2 2,257 2 7 9 2,248
2,415 166 0 2 2 2,583 2 7 9 0 2,574
3
Sedan 50 0 50 0 50
Jeep 0 0 0 0 0
Minibus 1,869 32 1 1 1,902 7 5 12 1,890
1,919 32 1 0 1 1,952 7 5 12 0 1,940
4
Bus 23 0 23 0 23
Microbus 165 1 0 166 4 4 1 163
188 1 0 0 0 189 0 4 4 1 186
5
Bus 14 0 14 0 14
Microbus 140 12 0 152 0 152
154 12 0 0 0 166 0 0 0 0 166
6
Bus 162 4 0 166 0 166
Microbus 167 14 2 2 183 1 1 182
329 18 0 2 2 349 0 1 1 0 348
7
Pickup 4,944 595 19 39 58 5,597 18 95 113 -1 5,483
L Truck 1,676 39 11 35 46 1,761 11 38 49 1,712
Truck 122 15 3 3 140 1 5 6 134
6,742 649 30 77 107 7,498 30 138 168 -1 7,329
8
Pickup 347 41 0 388 3 3 385
L Truck 215 13 2 2 230 1 1 229
Truck 24 5 0 29 0 29
586 59 0 2 2 647 0 4 4 0 643
9
Pickup 94 21 0 115 1 1 114
L Truck 317 82 0 399 1 1 2 397
Truck 114 6 1 14 15 135 1 1 134
525 109 1 14 15 649 1 3 4 0 645
10
Alat Berat 8 0 8 0 8
8 0 0 0 0 8 0 0 0 0 8
11
Alat Berat 4 0 4 0 4
4 0 0 0 0 4 0 0 0 0 4
12
Alat Berat 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34,615 4,138 317 790 1,107 39,860 188 476 664 0 39,196
13
Roda Dua 208,837 16,082 348 162 510 225,429 380 370 750 224,679
Roda Tiga 606 137 0 743 2 2 741
209,443 16,219 348 162 510 226,172 380 372 752 225,420
14
Roda Dua 6,051 329 0 6,380 1 1 6,379
Roda Tiga 185 40 0 225 0 225
6,236 369 0 0 0 6,605 1 0 1 6,604
215,679 16,588 348 162 510 232,777 381 372 753 232,024
250,294 20,726 665 952 1,617 272,637 569 848 1,417 271,220
PERKEMBANGAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN JENIS KENDARAAN BERMOTOR
UNIT PELAYANAN TEKNIS SERANG DPPKD PROV. BANTEN
BULAN DESEMBER 2015
NO JENIS KENDARAAN
POTENSI
AWAL
TAHUN
KENDARAAN
BARU
MUTASI MASUK JUMLAH
3+4+7
MUTASI KELUAR
Jumlah
RUBENJUMLAH
8-11
Sedan, Jeep, Minibus (Pribadi)
Jumlah
Sedan, Jeep, Minibus (Dinas)
Jumlah
Sedan, Jeep, Minibus (Umum)
Jumlah
Bus, Microbus (Pribadi)
Jumlah
Bus, Microbus (Dinas)
Jumlah
Bus, Microbus (Umum)
Jumlah
Truck, L Truck, Pickup (Pribadi)
Jumlah
Truck, L Truck, Pickup (Dinas)
Jumlah
Truck, L Truck, Pickup (Umum)
Jumlah
Kendaraan Khusus (Pribadi)
Jumlah
Kendaraan Khusus (Dinas)
Kendaraan Khusus (Umum)
Jumlah
Jumlah Roda Empat
Sepeda Motor (Pribadi)
Jumlah
Sepeda Motor (Dinas)
Jumlah
Jumlah Sepeda Motor
Jumlah Total
DOKUMENTASI
14 pelaku ranmor ditangkap okt tahun 2016
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24 Q2
5
Q26 Q27 Q28 Q29 total_skor
Q1
Pearson
Correlation
1 ,031 ,092 -,093 ,118 ,165* -,004 -,033 ,037 -,053 ,092 ,055 ,096 -,067 ,017 -,023 ,068 ,074 ,013 -
,191**
,070 ,087 ,032 -,045 ,02
9
-,054 ,051 -,033 -,044 ,210**
Sig. (2-tailed) ,674 ,214 ,211 ,111 ,025 ,958 ,658 ,620 ,476 ,213 ,458 ,193 ,363 ,820 ,755 ,362 ,317 ,857 ,010 ,342 ,242 ,666 ,547 ,69
3
,464 ,495 ,658 ,550 ,004
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q2
Pearson
Correlation
,031 1 ,017 ,008 ,262** ,112 ,149* ,073 ,163* ,154* ,360*
*
,181* -,013 -,013 ,132 ,289** ,125 ,201** -,091 -,022 ,029 ,296** ,077 ,100 ,28
5**
,078 -,049 ,033 -,039 ,410**
Sig. (2-tailed) ,674 ,817 ,910 ,000 ,130 ,043 ,326 ,027 ,037 ,000 ,014 ,859 ,860 ,073 ,000 ,090 ,006 ,221 ,767 ,695 ,000 ,299 ,179 ,00
0
,291 ,506 ,657 ,599 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q3
Pearson
Correlation
,092 ,017 1 ,128 ,147* -,007 ,114 -,011 ,549** ,058 ,221*
*
,062 ,080 -,009 ,090 -,022 ,155* ,082 ,063 ,090 -,092 -,002 ,076 ,064 -
,00
3
-,013 ,048 ,048 -,022 ,390**
Sig. (2-tailed) ,214 ,817 ,083 ,047 ,926 ,123 ,885 ,000 ,431 ,003 ,406 ,280 ,906 ,225 ,767 ,035 ,271 ,397 ,224 ,215 ,973 ,305 ,392 ,97
1
,859 ,517 ,515 ,763 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q4
Pearson
Correlation
-,093 ,008 ,128 1 ,100 -,124 ,301** ,149* ,151* ,038 ,090 ,087 -,040 ,090 -,028 ,030 ,283** ,018 ,285** ,064 -,071 ,045 ,310*
*
,015 ,05
8
,131 ,047 ,276** -,129 ,327**
Sig. (2-tailed) ,211 ,910 ,083 ,177 ,093 ,000 ,044 ,041 ,605 ,223 ,240 ,594 ,224 ,710 ,684 ,000 ,809 ,000 ,385 ,338 ,540 ,000 ,842 ,43
4
,076 ,527 ,000 ,081 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q5
Pearson
Correlation
,118 ,262** ,147* ,100 1 ,023 ,132 ,033 ,110 ,170* ,419*
*
,191** ,153* ,124 -,039 ,017 ,170* ,073 ,037 ,021 -
,151*
,233** ,183* ,039 ,00
2
,037 ,053 -,036 ,071 ,407**
Sig. (2-tailed) ,111 ,000 ,047 ,177 ,758 ,074 ,659 ,138 ,021 ,000 ,009 ,038 ,094 ,599 ,816 ,021 ,324 ,620 ,779 ,041 ,001 ,013 ,604 ,97
6
,620 ,476 ,624 ,337 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q6
Pearson
Correlation
,165* ,112 -,007 -,124 ,023 1 ,126 -,020 -,031 ,017 ,123 ,113 ,022 -,142 ,107 ,116 ,078 ,122 -,050 -,078 ,057 ,023 ,098 ,039 ,04
8
-,047 ,125 -,083 -,101 ,217**
Sig. (2-tailed) ,025 ,130 ,926 ,093 ,758 ,088 ,789 ,679 ,814 ,096 ,126 ,770 ,054 ,147 ,116 ,290 ,098 ,503 ,293 ,443 ,753 ,187 ,595 ,51
7
,523 ,090 ,262 ,173 ,003
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q7
Pearson
Correlation
-,004 ,149* ,114 ,301** ,132 ,126 1 ,116 ,140 ,182* ,140 ,165* ,209** ,012 -,075 ,087 ,291** ,113 ,150* ,131 ,039 ,140 ,298*
*
-,011 -
,01
6
,060 -,048 ,206** -,079 ,440**
Sig. (2-tailed) ,958 ,043 ,123 ,000 ,074 ,088 ,116 ,058 ,013 ,057 ,025 ,005 ,875 ,311 ,239 ,000 ,126 ,042 ,077 ,595 ,057 ,000 ,880 ,83
2
,417 ,516 ,005 ,287 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q8
Pearson
Correlation
-,033 ,073 -,011 ,149* ,033 -,020 ,116 1 -,135 -,080 ,003 -,057 ,037 -,087 -,106 -
,161*
,025 -,096 ,155* ,225** ,089 -,064 ,146* -,138 ,07
5
,087 ,048 ,210** ,016 ,193**
Sig. (2-tailed) ,658 ,326 ,885 ,044 ,659 ,789 ,116 ,068 ,280 ,973 ,443 ,615 ,241 ,152 ,029 ,739 ,195 ,035 ,002 ,231 ,386 ,049 ,062 ,31
2
,239 ,518 ,004 ,825 ,009
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q9
Pearson
Correlation
,037 ,163* ,549** ,151* ,110 -,031 ,140 -,135 1 ,100 ,240*
*
,216** ,032 -,004 ,187* ,204** ,109 ,104 ,028 ,159* -,091 ,072 ,068 ,139 -
,00
7
-,158* -,049 ,007 -,074 ,389**
Sig. (2-tailed) ,620 ,027 ,000 ,041 ,138 ,679 ,058 ,068 ,177 ,001 ,003 ,667 ,952 ,011 ,006 ,140 ,161 ,710 ,031 ,220 ,330 ,359 ,060 ,92
6
,032 ,512 ,926 ,319 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q10
Pearson
Correlation
-,053 ,154* ,058 ,038 ,170* ,017 ,182* -,080 ,100 1 ,159* ,037 ,018 -
,166*
-,023 ,060 -,010 ,025 ,008 ,029 ,107 ,071 -,072 -,066 ,02
8
-,127 ,035 ,084 -,012 ,202**
Sig. (2-tailed) ,476 ,037 ,431 ,605 ,021 ,814 ,013 ,280 ,177 ,031 ,616 ,813 ,025 ,759 ,421 ,890 ,739 ,909 ,694 ,150 ,336 ,334 ,373 ,70
9
,086 ,639 ,258 ,870 ,006
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q11
Pearson
Correlation
,092 ,360** ,221** ,090 ,419** ,123 ,140 ,003 ,240** ,159* 1 ,374** ,141 -,032 ,279** ,101 ,311** ,247** -,011 -,013 -,026 ,210** ,218*
*
,088 ,06
7
,021 ,074 -,037 ,109 ,537**
Sig. (2-tailed) ,213 ,000 ,003 ,223 ,000 ,096 ,057 ,973 ,001 ,031 ,000 ,057 ,670 ,000 ,173 ,000 ,001 ,878 ,859 ,725 ,004 ,003 ,233 ,36
6
,776 ,320 ,618 ,140 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q12
Pearson
Correlation
,055 ,181* ,062 ,087 ,191** ,113 ,165* -,057 ,216** ,037 ,374*
*
1 ,160* ,183* ,099 ,230** ,161* ,101 ,076 -,030 ,101 ,172* ,195*
*
,128 ,21
7**
,064 -,054 ,026 -,029 ,430**
Sig. (2-tailed) ,458 ,014 ,406 ,240 ,009 ,126 ,025 ,443 ,003 ,616 ,000 ,030 ,013 ,183 ,002 ,029 ,172 ,303 ,684 ,174 ,020 ,008 ,084 ,00
3
,385 ,467 ,723 ,693 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q13
Pearson
Correlation
,096 -,013 ,080 -,040 ,153* ,022 ,209** ,037 ,032 ,018 ,141 ,160* 1 -,034 -,026 -,117 ,268** ,053 ,258** ,065 ,043 ,164* ,247*
*
-,021 -
,00
4
,187* ,030 ,068 -,031 ,322**
Sig. (2-tailed) ,193 ,859 ,280 ,594 ,038 ,770 ,005 ,615 ,667 ,813 ,057 ,030 ,646 ,723 ,115 ,000 ,474 ,000 ,382 ,558 ,026 ,001 ,782 ,95
2
,011 ,686 ,356 ,680 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q14
Pearson
Correlation
-,067 -,013 -,009 ,090 ,124 -,142 ,012 -,087 -,004 -,166* -,032 ,183* -,034 1 ,146* ,093 ,045 -,046 ,016 -,073 -,041 ,105 ,105 ,168* ,10
9
,113 ,011 ,060 -,006 ,157*
Sig. (2-tailed) ,363 ,860 ,906 ,224 ,094 ,054 ,875 ,241 ,952 ,025 ,670 ,013 ,646 ,047 ,209 ,547 ,537 ,833 ,324 ,578 ,157 ,157 ,023 ,13
9
,127 ,879 ,416 ,938 ,033
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q15
Pearson
Correlation
,017 ,132 ,090 -,028 -,039 ,107 -,075 -,106 ,187* -,023 ,279*
*
,099 -,026 ,146* 1 ,348** ,034 ,226** ,020 ,032 ,088 ,100 ,096 ,319** ,18
3*
-,069 -,178* -,008 ,039 ,286**
Sig. (2-tailed) ,820 ,073 ,225 ,710 ,599 ,147 ,311 ,152 ,011 ,759 ,000 ,183 ,723 ,047 ,000 ,647 ,002 ,786 ,666 ,237 ,179 ,196 ,000 ,01
3
,349 ,016 ,913 ,597 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q16
Pearson
Correlation
-,023 ,289** -,022 ,030 ,017 ,116 ,087 -,161* ,204** ,060 ,101 ,230** -,117 ,093 ,348** 1 ,060 ,223** -,060 -,095 -,028 ,279** -,056 ,459** ,20
7**
-,138 -
,222**
-,007 ,036 ,252**
Sig. (2-tailed) ,755 ,000 ,767 ,684 ,816 ,116 ,239 ,029 ,006 ,421 ,173 ,002 ,115 ,209 ,000 ,418 ,002 ,415 ,201 ,708 ,000 ,447 ,000 ,00
5
,061 ,002 ,930 ,626 ,001
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q17
Pearson
Correlation
,068 ,125 ,155* ,283** ,170* ,078 ,291** ,025 ,109 -,010 ,311*
*
,161* ,268** ,045 ,034 ,060 1 ,389** ,227** ,128 ,052 ,138 ,380*
*
,050 ,04
1
,246** ,042 ,220** -,054 ,535**
Sig. (2-tailed) ,362 ,090 ,035 ,000 ,021 ,290 ,000 ,739 ,140 ,890 ,000 ,029 ,000 ,547 ,647 ,418 ,000 ,002 ,083 ,484 ,062 ,000 ,500 ,57
8
,001 ,570 ,003 ,464 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q18
Pearson
Correlation
,074 ,201** ,082 ,018 ,073 ,122 ,113 -,096 ,104 ,025 ,247*
*
,101 ,053 -,046 ,226** ,223** ,389** 1 ,024 -,038 ,005 ,262** ,177* ,218** ,06
4
-,082 -,076 ,027 -,095 ,330**
Sig. (2-tailed) ,317 ,006 ,271 ,809 ,324 ,098 ,126 ,195 ,161 ,739 ,001 ,172 ,474 ,537 ,002 ,002 ,000 ,747 ,609 ,945 ,000 ,016 ,003 ,39
0
,267 ,308 ,713 ,201 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q19
Pearson
Correlation
,013 -,091 ,063 ,285** ,037 -,050 ,150* ,155* ,028 ,008 -,011 ,076 ,258** ,016 ,020 -,060 ,227** ,024 1 ,280** ,118 ,047 ,375*
*
,004 ,05
6
,316** -,041 ,234** -,077 ,360**
Sig. (2-tailed) ,857 ,221 ,397 ,000 ,620 ,503 ,042 ,035 ,710 ,909 ,878 ,303 ,000 ,833 ,786 ,415 ,002 ,747 ,000 ,110 ,525 ,000 ,954 ,45
3
,000 ,579 ,001 ,297 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q20
Pearson
Correlation
-
,191*
*
-,022 ,090 ,064 ,021 -,078 ,131 ,225** ,159* ,029 -,013 -,030 ,065 -,073 ,032 -,095 ,128 -,038 ,280** 1 -,022 -,060 ,214*
*
-,061 -
,03
7
,189* -,071 ,192** ,058 ,235**
Sig. (2-tailed) ,010 ,767 ,224 ,385 ,779 ,293 ,077 ,002 ,031 ,694 ,859 ,684 ,382 ,324 ,666 ,201 ,083 ,609 ,000 ,768 ,417 ,004 ,412 ,61
7
,010 ,341 ,009 ,436 ,001
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q21 Pearson
Correlation
,070 ,029 -,092 -,071 -,151* ,057 ,039 ,089 -,091 ,107 -,026 ,101 ,043 -,041 ,088 -,028 ,052 ,005 ,118 -,022 1 -,006 ,134 ,033 ,15
2*
,044 -,059 ,142 ,036 ,210**
Sig. (2-tailed) ,342 ,695 ,215 ,338 ,041 ,443 ,595 ,231 ,220 ,150 ,725 ,174 ,558 ,578 ,237 ,708 ,484 ,945 ,110 ,768 ,939 ,070 ,661 ,04
0
,557 ,425 ,055 ,631 ,004
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q22
Pearson
Correlation
,087 ,296** -,002 ,045 ,233** ,023 ,140 -,064 ,072 ,071 ,210*
*
,172* ,164* ,105 ,100 ,279** ,138 ,262** ,047 -,060 -,006 1 ,266*
*
,285** ,19
5**
,156* -,107 ,064 ,044 ,409**
Sig. (2-tailed) ,242 ,000 ,973 ,540 ,001 ,753 ,057 ,386 ,330 ,336 ,004 ,020 ,026 ,157 ,179 ,000 ,062 ,000 ,525 ,417 ,939 ,000 ,000 ,00
8
,035 ,148 ,385 ,556 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q23
Pearson
Correlation
,032 ,077 ,076 ,310** ,183* ,098 ,298** ,146* ,068 -,072 ,218*
*
,195** ,247** ,105 ,096 -,056 ,380** ,177* ,375** ,214** ,134 ,266** 1 ,185* ,14
6*
,436** -,011 ,338** -,082 ,578**
Sig. (2-tailed) ,666 ,299 ,305 ,000 ,013 ,187 ,000 ,049 ,359 ,334 ,003 ,008 ,001 ,157 ,196 ,447 ,000 ,016 ,000 ,004 ,070 ,000 ,012 ,04
9
,000 ,886 ,000 ,271 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q24
Pearson
Correlation
-,045 ,100 ,064 ,015 ,039 ,039 -,011 -,138 ,139 -,066 ,088 ,128 -,021 ,168* ,319** ,459** ,050 ,218** ,004 -,061 ,033 ,285** ,185* 1 ,14
8*
,024 -,127 ,051 -,060 ,254**
Sig. (2-tailed) ,547 ,179 ,392 ,842 ,604 ,595 ,880 ,062 ,060 ,373 ,233 ,084 ,782 ,023 ,000 ,000 ,500 ,003 ,954 ,412 ,661 ,000 ,012 ,04
5
,744 ,086 ,493 ,418 ,001
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q25
Pearson
Correlation
,029 ,285** -,003 ,058 ,002 ,048 -,016 ,075 -,007 ,028 ,067 ,217** -,004 ,109 ,183* ,207** ,041 ,064 ,056 -,037 ,152* ,195** ,146* ,148* 1 ,270** -,026 ,094 ,024 ,335**
Sig. (2-tailed) ,693 ,000 ,971 ,434 ,976 ,517 ,832 ,312 ,926 ,709 ,366 ,003 ,952 ,139 ,013 ,005 ,578 ,390 ,453 ,617 ,040 ,008 ,049 ,045 ,000 ,728 ,205 ,749 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q26
Pearson
Correlation
-,054 ,078 -,013 ,131 ,037 -,047 ,060 ,087 -,158* -,127 ,021 ,064 ,187* ,113 -,069 -,138 ,246** -,082 ,316** ,189* ,044 ,156* ,436*
*
,024 ,27
0**
1 ,230** ,282** ,069 ,338**
Sig. (2-tailed) ,464 ,291 ,859 ,076 ,620 ,523 ,417 ,239 ,032 ,086 ,776 ,385 ,011 ,127 ,349 ,061 ,001 ,267 ,000 ,010 ,557 ,035 ,000 ,744 ,00
0
,002 ,000 ,349 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q27
Pearson
Correlation
,051 -,049 ,048 ,047 ,053 ,125 -,048 ,048 -,049 ,035 ,074 -,054 ,030 ,011 -
,178*
-
,222**
,042 -,076 -,041 -,071 -,059 -,107 -,011 -,127 -
,02
6
,230** 1 -,005 ,015 ,068
Sig. (2-tailed) ,495 ,506 ,517 ,527 ,476 ,090 ,516 ,518 ,512 ,639 ,320 ,467 ,686 ,879 ,016 ,002 ,570 ,308 ,579 ,341 ,425 ,148 ,886 ,086 ,72
8
,002 ,942 ,841 ,357
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q28
Pearson
Correlation
-,033 ,033 ,048 ,276** -,036 -,083 ,206** ,210** ,007 ,084 -,037 ,026 ,068 ,060 -,008 -,007 ,220** ,027 ,234** ,192** ,142 ,064 ,338*
*
,051 ,09
4
,282** -,005 1 -,067 ,360**
Sig. (2-tailed) ,658 ,657 ,515 ,000 ,624 ,262 ,005 ,004 ,926 ,258 ,618 ,723 ,356 ,416 ,913 ,930 ,003 ,713 ,001 ,009 ,055 ,385 ,000 ,493 ,20
5
,000 ,942 ,369 ,000
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
Q29
Pearson
Correlation
-,044 -,039 -,022 -,129 ,071 -,101 -,079 ,016 -,074 -,012 ,109 -,029 -,031 -,006 ,039 ,036 -,054 -,095 -,077 ,058 ,036 ,044 -,082 -,060 ,02
4
,069 ,015 -,067 1 ,080
Sig. (2-tailed) ,550 ,599 ,763 ,081 ,337 ,173 ,287 ,825 ,319 ,870 ,140 ,693 ,680 ,938 ,597 ,626 ,464 ,201 ,297 ,436 ,631 ,556 ,271 ,418 ,74
9
,349 ,841 ,369 ,283
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
total_
skor
Pearson
Correlation
,210*
*
,410** ,390** ,327** ,407** ,217** ,440** ,193** ,389** ,202** ,537*
*
,430** ,322** ,157* ,286** ,252** ,535** ,330** ,360** ,235** ,210** ,409** ,578*
*
,254** ,33
5**
,338** ,068 ,360** ,080 1
Sig. (2-tailed) ,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,003 ,000 ,009 ,000 ,006 ,000 ,000 ,000 ,033 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,001 ,004 ,000 ,000 ,001 ,00
0
,000 ,357 ,000 ,283
N 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 184 18
4
184 184 184 184 184
KUESIONER
Kinerja Pelayanan Publik Bagian Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Dalam
Menangani Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kepolisian Resort Serang
1. Identitas Responden
No. Responden : (............................) di isi oleh peneliti.
1. Umur : .................................................................................
2. Jenis Kelamin : 1. Lak – Laki 2. Perempuan
3. Alamat : 1.Walantaka 3. Serang
2. Curug 4. Cipocok
4. Tahun Kehilangan : .................................................................................
II. Petunjuk Menjawab
1. Mohon dengan hormat untuk menjawab semua pertanyaan sesuai
dengan pendapat Bapak/ibu/Sdr, dengan memberi tanda (√) pada kotak
jawaban yang dianggap sesuai.
2. Berikut ini disajikan pertanyaan dengan empat kategori pilihan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
III. PERTANYAAN KUESIONER
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai atau mendekati dengan apa yang
Bapak/ibu/Saudara rasakan. :
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
Produktivitas
1 Sumber daya manusia penyidik di Kepolisian Resort
Serang mencukupi
2 Kualitas sumber daya manusia Sat Reskrim kompeten
3 Pelayanan yang diberikan Kepolisian Sat Reskrim
sudah sesuai yang diharapkan/inginkan
4 Kepolisian Menmberikan STPL (Surat Tanda
Penerimaan Laporan) kepaa pelapor/pengadu
5
Kepolisian mengirimkan SP2HP (Surat Pemberitahuan
Perkembangan Hasil Penelitian Laporan/Pengaduan
kepada pelapor
6 Waktu pelayanan pengaduan sudah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
7 Pemberian pelayanan keterbukaan informasi oleh
Kepolisian Sat Reskrim sudah efektif
Kualitas Layanan
8
Masyarakat dengan mudah memperoleh informasi
menganai pelayanan yang diinginkan di Kepolisian Sat
Reskrim
9
Informasi Daerah rawan pencurian kendaraan bermotor
disampaikan secara terbuka oleh kepolisian melalui
pamflet, bener, spanduk, dan media masa
10 Prosedur pengaduan di Kepolisian Sat Reskrim sudah
jelas
11
Petugas Kepolisian Sat Reskrim tidak membeda-
bedakan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat
12 Petugas Kepolisian Sat Reskrim berkompeten dalam
memberikan pelayanan
13 Prasarana ruang tunggu sudah memadai dalam
pemberian pelayanan di Kepolisian Sat Reskrim
14 Petugas Kepolisian Sat Reskrim memberikan
pelayanan yang sopan terhadap masyarakat
15 Petugas Kepolisian Sat Reskrim memberikan
pelayanan yang ramah terhadap masyarakat
Responsivitas
16 Petugas Kepolisian Sat Reskrim memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
17 Petugas Kepolisian Sat Reskrim memberikan respon
yang cepat
18 Petugas Kepolisian Sat Reskrim cepat tanggap dalam
menanggapi masyarakat
19 Petugasn Kepolisian cepat dalam membuat STPL
(Surat Tanda Penerimaan Laporan)
20
Petugas Kepolisian Sat reskrim mampu menangani
keluhan masyarakat secara teliti dan seksama sesuai
dengan komplain yang diajukan
21 Kepolisian Sat Reskrim cepat dalam menemukan
kendaraan yang di curi
22 Kepolisian Sat Reskrim memberikan kemudahan akses
pelayanan kepada masyarakat
Responsibilitas
23
Petugas Kepolisian Sat Reskrim memberikan
pelayanan sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya
24
Petugas Kepolisian Sat Reskrim memiliki kesediaan
untuk memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat
25 Petugas Kepolisian Sat Reskrim bersikap jujur dalam
memberikan pelayanan
26 Petugas Kepolisian Sat Reskrim dapat dipercaya
dalam melaksanakan tugas
Akuntabilitas
27 Petugas Kepolisian Sat Reskrim menyelesaiakan
dengan baik komplain yang diajukan masyarakat
28
Petugas Kepolisian Sat Reskrim menyediakan kotak
saran/ mekanisme pengaduan keluhan terkait dengan
pelayanan pengaduan masyarakat
29 Pelayanan yang diberikan Kepolisian Sat Reskrim baik
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Epa Enjella
Tempat, Tanggal Lahir : Serang 8 Agustus 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp. Pudar Et/Rw 02/01 Ds. Pudar Kec.
Pamarayan Kab. Serang-Banten
Kewarganegaraan : Indonesia
Tel / Hp : 085692400771
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 2000 – 2006 SD Negeri 1 Pudar
2006 - 2009 SMP Negeri 1 Jawilan
2009 - 2012SMA Negeri 1 Jawilan
Riwayat Organisasi : Anggota Himpunan Mahasiswi Ilmu
Administrasi Negara 2013