Download - kimia
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG DIDIRIKANNYA INDUSTRI
Semenjak berabad-abad lamanya manusia selalu mencari cara untuk dapat meningkatkan
cita rasa makanan. Cita rasa makanan bisa bertambah dengan penambahan unsur-unsur bumbu,
baik yang bersifat buatan maupun alami. Rahasia pengembangan cita rasa tersebut menurun dari
generasi ke generasi sehingga muncul makanan-makanan khas dengan merek tertentu yang
bertahan lama. Monosodium glutamat dikenal sebagai bahan tambahan untuk pembangkit cita
rasa. Istilah pembangkit cita rasa (flavor enhancer/flavor potentiator) digunakan untuk bahan-
bahan yang dapat meningkatkan rasa enak yang tidak diinginkan dari suatu makanan. Sedangkan
bahan pembangkit itu sendiri tidak atau sedikit mempunyai cita rasa. Secara alamiah asam
glutamat ditemukan dalam protein hanya sebagai L-asam glutamate yang identik dengan asam
glutamat buatan pabrik.
Monosodium glutamat (MSG) Ajinomoto pertama kali dipasarkan di Jepang pada 1909,
yang ditemukan dan dipatenkan oleh Kikunae Ikeda. Menurut Ikeda, MSG adalah penyumbang
rasa Umami untuk makanan yang penting bagi asupan nutrisi. Pendapatnya ini telah dibuktikan
lewat berbagai penelitian yang berkredibilitas baik dan diakui oleh badan-badan kesehatan
dunia.
Proses pembuatan MSG dalam skala industri berkembang pesat setelah penemuan bakteri
Corynebacterium glutamicum oleh Konoshita. Kemudian pada tahun 1962 Okumura di Jepang
menemukan Erevibacterium flavum dan Bacterium laktofermentum yang kini banyak digunakan.
Pemakaian Monosodium Glutamat (MSG) sebagai penambah rasa alami di dunia dapat
menumbuhkan perbandingan yang fenomenal. Pada tahun 1962-1972, pemakaian dunia
mencapai tingkat 3 kali pada 440 juta pounds. Tuntutan pertumbuhan mengharapkan untuk terus
menerus pada perbandingan 6-8% per tahun, jadi di tahun 1980 pemakaiannya diperkirakan
mendekati 700 juta pounds (318.000 metrik ton). Setelah ditemukan metode fermentasi produksi
monosodium glutamat semakin berkembang dengan kenaikan 4,8% per tahun, diperkirakan pada
tahun 2009 ada 13,6 milyar. Produksi monosodium glutamat dunia pada tahun 2010 mencapai
2.100.000 metrik ton.
Industri asam glutamat di Indonesia kebanyakan dibuat dari fermentasi molasses dan dari
hidrolisis gluten jagung dan gandum. Asam glutamat digunakan untuk bahan baku monosodium
1
glutamat (MSG), dimana monosodium glutamat digunakan sebagai bumbu masak atau penyedap
rasa.
Di Jepang, Korea, Hongkong, dan Taiwan kebutuhan asam glutamat sebagai bahan baku
monosodium glutamat semakin meningkat.
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka perlu didirikan pabrik monosodium
glutamat dengan alasan sebagai berikut :
1. Bahan baku molasses jumlahnya melimpah yang merupakan produk samping dari pabrik
gula, molasses sebagian besar berasal dari PG.Gunung Madu Platations yang tiap harinya
menghasilkan molasses sebanyak 629,31 metrik ton/hari sehingga persediaannya
melimpah dan mudah dijangkau tempatnya.
2. Banyaknya industri makanan yang ada di Indonesia menjadikan kebutuhan monosodium
glutamat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri selalu meningkat.
3. Dapat memberikan keuntungan karena kapasitas perancangan masuk dalam kapasitas
pabrik yang telah ada sebagian secara ekonomi menguntungkan.
4. Membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat
B. TUJUAN PENDIRIAN PABRIK
Adapun tujuan dari pendirian pabrik adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi kebutuhan MSG dalam negeri
2. Mengurangi impor MSG
3. Mendorong pertumbuhan produsen MSG
4. Membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat disekitar industri
5. Jenis MSG yang diproduksi yaitu Ajinomoto.
2
BAB II
PRARANCANGAN PABRIK
A. TEORI
Monosodium glutamat (MSG) adalah garam natrium (sodium) dari asam glutamat, suatu
asam amino yang terdapat dalam semua jenis protein. Monosodium glutamat dikenal sebagai
bahan tambahan untuk pembangkit cita rasa. Istilah pembangkit cita rasa (flavor enhancer/flavor
potentiator) digunakan untuk bahanbahan yang dapat meningkatkan rasa enak yang tidak
diinginkan dari suatu makanan. Sedangkan bahan pembangkit itu sendiri tidak atau sedikit
mempunyai cita rasa.
Glutamat diproduksi melalui fermentasi, suatu proses yang digunakan untuk membuat bir,
cuka, kecap kedelai dan yogurt. Prosesnya dimulai dengan bahan alami seperti tetes gula
(molasses) dari gula tebu atau gula bit dan pati singkong atau biji-bijian.
Secara alamiah asam glutamat ditemukan dalam protein hanya sebagai L-asam glutamat
yang identik dengan asam glutamat buatan pabrik. Hanya saja asam glutamat buatan pabrik
sudah ditambah dengan unsur tambahan. Di dalam asam amino L-asam glutamat ditemukan
dalam kombinasi yang seimbang.
Karakteristik Monosodium Glutamat
Asam glutamat, asam bebas dari MSG, adalah unsur pokok dari protein yang terdapat pada
bermacam-macam sayuran daging, sea food, dan air susu ibu. Asam glutamat digolongkan pada
asam amino non essensial karena tubuh manusia sendiri dapat menghasilkan asam glutamat.
Asam glutamat terdiri dari 5 atom karbon dengan 2 gugus karboksil yang pada salah satu
karbonnya berkaitan dengan NH2 yang menjadi ciri pada asam amino. Struktur kimia MSG
sebenarnya tidak banyak berbeda dengan asam glutamat hanya pada salah satu gugus karboksil
yang mengandung hidrogen diganti dengan natrium.
Asam glutamat dan MSG mempunyai sifat kimia yang sama, yaitu berbentuk tepung
kristal berwarna putih yang mudah larut dalam air dan tidak berbau. Prosentase unsur pokok
yang terkandung dalam MSG dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Unsur Pokok Prosentase (%)Glutamat 78,2
Na 12,2H2O 9,6
3
B. PROSES PENGOLAHAN/DIAGRAM ALIR
Di dalam industri pabrik asam glutamat dalam proses pembuatanya terdiri dari tiga proses,
yaitu:
Proses hidrolisis
Proses sintesis
Proses fermentasi
1. Proses hidrolisis
Proses ini merupakan proses hidrolisis protein dengan asam sulfat, yang diperoleh dari
kacang-kacangan, jagung atau padi-padian. Bahan baku biji jagung yang sudah digiling terlebih
dahulu kemudian dimasak dengan menggunakan steam dengan menambah SO2 untuk dijadikan
larutan gluten yang mengandung 70% protein. Selanjutnya dilakukan pemisahan antara filtrat
(gluten) dengan ampas jagung (pati, serat, abu, dan minyak) menggunakan filter press. Setelah
itu, gluten tersebut dihirolisis pada suhu 110oC dan tekanan 1 atm dengan penambahan H2SO4,
sehingga terurai menjadi asam amino.
Reaksi hidrolisis :
C5H7NO3 H2OC5H9NO4
Hasil dari hidrolisis didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH. Sebelumnya NaOH padat
dilarutkan dengan air pada mixer dan diumpankan menuju netralizer.
Reaksi penetralan :
H2SO4 2NaOH Na 2SO4 2H2OKemudian dilakukan pemisahan filtrat antara filtrat dan endapan Na2SO4 dengan
menggunakan rotary drum vacuum filter pertama. Filtrat hasil penyaringan dipekatkan dalam
evaporator triple effect forward feed yang dilengkapi dengan barometric condensor. Kemudian
produk yang telah dipekatkan, diumpankan menuju Kristalizer untuk mengkristalkan asam
glutamat, leusin dan tyrosin. Setelah asam glutamat, leusin dan tyrosin dikristalkan ditambahkan
HCl sebanyak 30% berat untuk menetralkan larutan yang mengandung sodium hidroksida.
Reaksi : NaOHHClNaClH2OProduk akan dipisahkan dengan centrifuge, sehingga padatan asam glutamat dengan liquor
yang berupa air dan NaCl akan terpisah. Padatan asam glutamat yang masih mengandung sedikit
air dikeringkan dengan menggunakan rotary dryer untuk mendapatkan produk asam glutamat
kering.
2. Proses sintesis
4
Proses sintesis dapat mengubah acrylonitrile menjadi cyanopropianaldehide yang terdiri
dari hidroformitasi olefin dengan hidrogen dan karbon monoksida pada temperatur sedang dan
tekanan tinggi. Reaksi : NCCHCH 2 COH2NCCH2CH2CHOSetelah itu dengan menggunakan reaksi steeker, cyanopropianaldehide direaksikan dengan
amina sianida yang diperoleh dari pembakaran partial methane dan ammonia sehingga
dihasilkan amino glutarrodinitrite.
Reaksi : NCCH2CH2 NH4CNNCCH2CH2CH(NH2)CNH2OHidrolisis amino glutaronitrite dengan menambah NaOH sehingga dihasilkan asam
glutamat, yang selanjutnya dikristalkan dengan cara menetralkan larutan alkali dan merecyecle
larutan asam glutamat yang mengandung asam sulfat pada titik isolektrik dengan pH 3,2 dari
asam amino tersebut. Selanjutnya dilakukan optical resolution, yaitu proses pemutaran
campuran nomer-nomer optical dari asam glutamat yang menggandung leburan recemic dari
asam glutamat pada konsentrasi tertentu, sehingga kristal L dan D akan keluar secara bergantian
dengan masing masing isomer aktifnya. Selanjutnya di centrifuge dan dikeringkan sehingga
diperoleh asam glutamat.
3. Proses fermentasi
Secara umum tahapan pembuatan MSG dengan menggunakan proses fermentasi adalah
sebagai berikut:
Seeding
Tangki seeding ini mirip tangki fermentor tapi lebih kecil volumenya. Di tangki ini bakteri
tersebut dibiarkan berkembangbiak dengan baik, dilengkapi dengan penganduk, alat pendingin,
pemasukan udara dan lain-lain.
Fermentasi
Setelah dari tangki seeding, bakteri tersebut dipindahkan ke tangki fermentor. Di tangki ini
mulailah proses fermentasi yang sebenarnya berjalan. Pengawasan proses merupakan pekerjaan
yang sangat penting. Pengaturan pH dengan pemberian NH3, pemberian udara, jumlah gula,
jumlah bakteri harus selalu diamati.
Pengambilan asam glutamat
Setelah fermentasi selesai ± 30-40 jam cairan hasil fermentasi yaitu TB (Thin Broth)
dipekatkan untuk mengurangi kadar airnya kemudianditambahkan HCl untuk mencapai titik
isoelektrik pada pH ± 3,2.
Netralisasi atau refining, pada tahapan ini dilakukan pencampuran NaOH.
Kristalisasi asam glutamat.
5
Tahap lanjutan pereaksian asam glutamat dengan NaOH sehingga terbentuk
monosodium glutamat liquor.
Decolorisasi atau penjernihan warna menggunakan karbon aktif.
Kristalisasi monosodium glutamat, menghasilkan kristal monosodium glutamat yang
masih mengandung liquor.
Pengeringan kristal monosodium glutamat dengan menggunakan Rotary dryer
sehingga didapatkan kristal Monosodium glutamat yang mempunyai kemurnian
tinggi ± 99,7 %.
DIAGRAM PROSES PEMBUATAN MSG
Pembuatan Media Fase I : Fase II:
Bactosoytone Pertumbuhan/ pembiakan Fermentasi
Oleh Difco bakteri B. Lactofermentum pembuatan MSG
Bactosoytone
digunakan
sebagai
medium padat Bakteri
diambil
untuk
fermentasi
MSG Dimurnikan
dan dikristalisasi
6
Protein Kedelai
Hidrolisis Enzimatik oleh Porcine
Bactosoytone
Bakteri ditumbuhkan/ dibiakkan dalam
media padat Bactosoytone
1. Bakteri di biakkan di Media Cair Starter
2. Bakteri kemudian dipindahkan ke Media Cair Produksi, yang berisi molasesMolase + bakteri
Asam Glutamat
1. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes-gula (molases) oleh bakteri
Brevibacterium lactofermentum. Dalam proses fermentasi ini, pertama-tama akan
dihasilkan Asam Glutamat. Asam Glutamat yang terjadi dari proses fermentasi ini,
kemudian ditambah soda (Sodium Carbonate), sehingga akan terbentuk Monosodium
Glutamat (MSG). MSG yang terjadi ini, kemudian dimurnikan dan dikristalisasi,
sehingga merupakan serbuk kristal-murni, yang siap di jual di pasar.
2. Sebelum bakteri Brevibacterium lactofermentum digunakan untuk proses fermentasi
pembuatan MSG, maka harus diperbanyak terlebih dahulu (dalam istilah mikrobiologi:
dibiakkan atau dikultur) dalam suatu media yang disebut Bactosoytone. Proses ini
dikenal sebagai proses pembiakan bakteri. Setelah bakteri itu tumbuh dan berbiak, maka
kemudian bakteri tersebut diambil untuk digunakan sebagai agen-biologik pada proses
fermentasi membuat MSG.
3. Bactosoytone sebagai media pertumbuhan bakteri, dibuat dengan cara hidrolisis-
enzimatik dari protein kedelai (Soyprotein). Dalam bahasa yang sederhana, protein-
kedelai dipecah dengan bantuan enzim sehingga menghasilkan peptida rantai pendek
(pepton) yang dinamakan Bactosoytone itu. Enzim yang dipakai pada proses hidrolisis ini
disebut Porcine, dan enzim inilah yang diisolasi dari pankreas-babi.
4. Enzim Porcine yang digunakan dalam proses pembuatan media Bactosoytone, hanya
berfungsi sebagai katalis, artinya enzim tersebut hanya mempengaruhi kecepatan reaksi
hidrolisis dari protein kedelai menjadi Bactosoytone, tanpa ikut masuk ke dalam struktur
molekul Bactosoytone itu. Jadi Bactosoytone yang diproduksi dari proses hidrolisis-
enzimatik itu, jelas bebas dari unsur-unsur babi, selain karena produk Bactosoytone yang
terjadi itu mengalami proses “clarification” sebelum dipakai sebagai media pertumbuhan,
juga karena memang unsur enzim Porcine ini tidak masuk dalam struktur molekul
Bactosoytone, karena Porcine hanya sebagai katalis saja .
5. Proses clarification yang dimaksud adalah pemisahan enzim Porcine dari Bactosoytone
yang terjadi. Proses ini dilakukan dengan cara pemanasan 160oF selama sekurang-
kurangnya 5 jam, kemudian dilakukan filtrasi, untuk memisahkan enzim Porcine dari
produk Bactosoytone-nya. Filtrat yang sudah bersih ini kemudian diuapkan, dan
Bactosoytone yang terjadi diambil.
6. Proses pembuatan Media Bactosoytone ini merupakan proses yang terpisah sama sekali
dengan proses pembuatan MSG. Media Bactosoytone merupakan suatu media
pertumbuhan bakteri, dan dijual di pasar, tidak saja untuk bakteri pembuat MSG, tetapi
7
juga untuk bakteri-bakteri lainnya yang digunakan untuk keperluan pembuatan produk
biotek-industri lainnya.
7. Catatan: nama Bactosoytone merupakan nama dagang, yang dapat diurai sebagai berikut:
Bacto adalah nama dagang dari Pabrik pembuatnya (Difco Co); Soy dari asal kata
soybean: kedelai, tone, singkatan dari peptone; jadi Bactosoyton artinya pepton kedelai
yang dibuat oleh pabrik Difco.
8. Setelah bakteri tersebut ditumbuhkan pada Media bactosoytone, kemudian dipindahkan
ke Media Cair Starter. Media ini sama sekali tidak mengandung bactosoytone. Pada
Media Cair Starter ini bakteri berbiak dan tumbuh secara cepat.
9. Kemudian, bakteri yang telah berbiak ini dimasukkan ke Media Cair Produksi, dimana
bakteri ini mulai memproduksi asam glutamat; yang kemudian diubah menjadi MSG.
Media Cair Produksi ini juga tidak mengandung bactosoytone.
10. Perlu dijelaskan disini bahwa bakteri penghasil MSG adalah Brevibacterium
lactofermentum atau Corynebacterium glutamicum, adalah bakteri yang hidup dan
berkembang pada media air. Jadi bakteri itu termasuk aqueous microorganisms.
11. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal POM di Jakarta menunjukkan
bahwa: Bactosoytone tidak terkontaminasi (tidak tercampur) dengan Lemak babi (data
Analisis Gas Chromatography); Protein babi (data Analisis HPLC), maupun DNA-babi
(data Analisis PCR). MSG tidak terkontaminasi (tidak tercampur) dengan: Lemak babi
(data Analisis Gas Chromatography); Protein babi (data Analisis HPLC), maupun DNA
babi (data Analisis PCR).
12. Hasil Analisis yang dilakukan di Jepang (Kyoto University) juga menunjukkan bahwa
baik MSG maupun Bactosoytone tidak terkontaminasi oleh enzim babi.
C. FAKTOR – FAKTOR PENENTU PENDIRIAN PABRIK/LOKASI PABRIK
Pemilihan lokasi pada sebuah pabrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
untuk keberhasilan dan kelangsungan pabrik tersebut. Lokasi pabrik monosodium glutamat
direncanakan akan dibangun di Lampung Tengah propinsi Lampung. Pada dasarnya terdapat dua
faktor yang menentukan lokasi pabrik, yaitu :
1. Faktor utama dalam pemilihan lokasi antara lain:
a. Bahan baku
Sumber bahan baku adalah salah satu faktor terpenting dalam pemilihan lokasi pabrik
sebab sumber bahan baku yang dekat dengan lokasi pabrik dapat memperkecil biaya transportasi
atau pengangkutan bahan. Untuk bahan baku utama pabrik monosodium glutamat yang berupa
8
molasses diperoleh dari PG Gunung Madu Plantation Lampung yang memproduksi molasses
dengan kapasitas 70 hingga 80 metrik ton. Sebagai cadangan, bahan baku juga bisa diperoleh
dari berbagai pabrik gula yang ada di Pulau Jawa.
b. Transportasi
Pengaruh transportasi terhadap lokasi pabrik meliputi pengangkutan bahan baku, bahan
bakar, bahan pendukung dan produk yang dihasilkan. Untuk mempermudah pengangkutan bahan
baku, bahan pendukung dan produk yang dihasilkan maka lokasi pabrik harus berada di daerah
yang mudah dijangkau oleh kendaraan-kendaraan besar, misalnya dekat dengan badan utama
jalan raya yang menghubungkan kota-kota besar, dekat dengan jalur kereta api dan pelabuhan
sehingga tidak perlu untuk membuat jalan khusus. Di Propinsi Lampung dilalui jalur darat
berupa jalan raya dan jalur laut berupa pelabuhan Bakauheni yang dapat menghubungakan antar
pulau untuk keperluan pemasaran produk monosodium glutamat.
c. Pemasaran
Monosodium glutamat banyak dibutuhkan sebagai bahan tambahan pada makanan. Lokasi
Lampung terdapat pelabuhan Bakauheni yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi penyeberangan
untuk mensuplai monosodium glutamat untuk kebutuhan dalam dan luar negeri.
d. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi pabrik. Lokasi
pabrik diusahakan berada pada daerah yang masyarakatnya mempunyai latar pendidikan yang
cukup maju sehingga bisa memperoleh tenaga kerja di sekitar lokasi pabrik dan dapat
meminimalkan upah tenaga kerja. Di Lampung sudah terdapat berbagai institusi pendidikan
yang telah mencetak tenaga kerja terdidik. Sehingga tenaga kerja dapat direkrut dari wilayah
Lampung dan daerah sekitarnya.
e. Utilitas
Fasilitas utilitas meliputi penyediaan air, bahan bakar, dan listrik. Kebutuhan listrik dapat
dipenuhi dengan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Untuk sarana penyediaan air
dapat diperoleh dari air sungai. Di provinsi Lampung banyak terdapat sungai, seperti Way
Seputih dan Way Sekampung. Sedangkan bahan bakar industri berupa minyak bumi dapat
dipasok dari Dumai yang terdapat tambang minyak bumi.
2. Faktor pandukung dalam pemilihan lokasi pabrik, antara lain:
a. Harga tanah dan gedung
Lampung bukan daerah metropolis, sehingga harga tanah dan bangunan masih dapat
dijangkau.
9
Direktur Umum Sekretaris Direktur Teknik
Direktur Utama
SekretarisSekretaris Sekretaris Sekretaris
Divisi General Affair/ PersonaliaDivisi KeuanganDivisi Perluasan Usaha Divisi TeknikDivisi Real EstateDivisi Mesin
Divisi Teknik Quality ControlLogistik
b. Kemungkinan perluasan pabrik
Lampung merupakan daerah yang belum padat penduduknya, daerahnya masih banyak
terdapat lahan kosong, sehingga dimungkinkan masih banyak terdapat lahan yang dapat
dimanfaatkan untuk perluasan area pabrik.
c. Tersedianya air yang cukup
Air untuk proses dalam pabrik, dapat mengguanakan air sungai. Sungai Way Seputih dan
Way Sekampung mempunyai debit yang relatif besar dalam tiap tahunnya.
d. Peraturan pemerintah daerah setempat
Peraturan Pemerintah Daerah Lampung tidak melarang untuk datangnya investor dalam
membangaun industri di wilayah Lampung.
e. Iklim
Lampung Tengah khususnya dan provinsi Lampung pada umumnya terletak pada
10435’sampai dengan 10550’Bujur Timur dan 430’sampai dengan 415Lintang Selatan
yang masih termasuk daerah katulistiwa dengan suhu rata-rata 28-30C.
f. Keadaan tanah
Keadaan tanah di Lampung relatif stabil dan berupa dataran rendah, sehingga tidak ada
kendala untuk mendirikan pabrik di Lampung.
D. SRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi dalam suatu pabrik atau perusahaan antara lain dapat digambarkan
sebagai berikut :
BAB III
10
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian dan pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar
kegiatan produksi dan operasi dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan
apabila terjadi penyimpangan tersebut dapat dikoreksi, sehingga pelaksanaan yang diharapkan
dapat tercapai. Kegiatan pengendalian dan pengawasan dilakukan dalam pelaksanaan fungsi
produk adalah pengendalian dan pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Kegiatan pengendalian dan pengawasan yang dilakukan dalam pelaksanaan fungsi
produk adalah :
1. Karyawan
SDM yang ada diberikan penjelasan serta pelatihan keterampilan yang mendukung
pekerjaan yang akan dia tekuni. Beberapa macam penghargaan dapat diberikan bagi karyawan
yang bekerja dengan baik. Seperti pengangkatan ketingkat lebih tinggi, hadiah, dan sebagainya.
2. Proses Pembuatan
Peningkatan konsumsi MSG di Indonesia, mendorong pertumbuhan produsen MSG.
Karena Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia, maka kehalalan MSG perlu ditegaskan
untuk memenuhi hak dan melindungi konsumen. Metode Haram Analitysis Critical Control
Point (HrACCP) umumnya dilakukan oleh usaha yang siap secara manajemen menjalankan
semua tahapan dalam rencana HrACCP melalui identifikasi Halal Control Point (HCP) proses
produksi MSG, terutama bahan baku yang menggunakan Bactosoytone sebagai media
pertumbuhan bakteri Brevibacterium lactofermentum. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal POM di Jakarta menunjukkan bahwa: Bactosoytone tidak terkontaminasi
(tidak tercampur) dengan Lemak babi (data Analisis Gas Chromatography); Protein babi (data
Analisis HPLC), maupun DNA-babi (data Analisis PCR). MSG tidak terkontaminasi (tidak
tercampur) dengan: Lemak babi (data Analisis Gas Chromatography); Protein babi (data
Analisis HPLC), maupun DNA babi (data Analisis PCR). Selain itu, hasil analisis yang
dilakukan di Jepang (Kyoto University) juga menunjukkan bahwa baik MSG maupun
Bactosoytone tidak terkontaminasi oleh enzim babi.
Selain dari hasil penelitian yang telah membuktikan, industri MSG masih perlu menelusuri
kehalalan bahan yang digunakan, disusun standarisasi pemilihan dan penerimaan bahan baku,
serta proses produksi untuk menunjang pelaksanaan sistem jaminan halal.
11
3. Mutu Produk
Sekarang ini, masyarakat tidak hanya melihat produk yang mereka konsumsi dari bentuk
fisik saja melainkan juga mutu atau kualitas dari suatu produk. Akibatnya bagi perusahaan atau
produsen, kualitas merupakan faktor utama yang tidak boleh diabaikan, karena hal tersebut telah
menjadi bagian yang penting dalam setiap proses produksi. Sehingga, perlu dilakukan strategi
yang dapat memberikan jaminan kualitas terhadap mutu suatu produk. Ada tiga unit dalam
proses pembuatan MSG, yaitu unit fermentasi, isolasi dan refining. MSG yang dihasilkan di
refining, kemudian di kirim ke gudang produksi untuk nantinya akan di packing sesuai dengan
order yang masuk. Tetapi dalam produksinya terkadang masih belum mencapai zero defect
(kecacatan nol), karena masih ditemui adanya cacat pada hasil proses produksinya. Cacat MSG
yang ditemukan di bagian packing antara lain cacat karena prongkol, DOP (MSG tidak
mengkristal/rapuh), MSG yang kotor, MSG berwarna hitam dan kuning serta MSG basah.
Kecacatan tersebut dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan dan juga kepuasan konsumen.
Karena bagian packing merupakan unit pengemasan produk MSG yang sangat menentukan
dalam keberhasilan industri dalam melepas produk ke pasaran. Untuk itu, perlu dilakukan
strategi yang mampu mengendalikan serta meningkatkan kualitas mutu produk dengan konsep
Six Sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve dan Control), yaitu suatu metodologi
terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha untuk mengurangi variasi
proses sekaligus mengurangi cacat produk sehingga diharapkan adanya perbaikan pada produk
yang dihasilkan.
BAB IV
KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN
12
A. Keselamatan Kerja
Pendidikan akan kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting artinya.Tujuannya antara
lain untuk melindungi kesehatan tebaga kerja, meningktakan efisiensi kerja, mencegah
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit. Berikut berbagai arah keselamatan dan kesehatan
kerja:
1. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan pencegahan sebelumnya.
2. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada ditempat kerja.
3. Mengevaluasi tingkat bahaya ditempat kerja.
4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.
Terkait keselamatan kerja, faktor penyebab berbahaya yang paling sering ditemukan
antara lain adalah:
1. Bahaya jenis kimia
Terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal, cairan non metal,
hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun yang beracun.
2. Bahaya jenis fisika
Lingkungan yang bertemperatur panas dan dingin, lingkungan yang beradiasi pengion dan
non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak normal.
3.Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek.
Pencahayaan dan penerangan yang kurang, bahaya dari pengangkutan,dan bahaya yang
ditimbulkan oleh peralatan.
B. Pencegahan Kecelakaan
Adapun cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja adalah:
1. Pengendalian teknik
Mengamatai prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan berbahaya, menggunakan
otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan ventilasi pergantian udara.
2. Pengendalian administrasi
Mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan kesehatan dan keselamatan kerja,
memakai lat pelindung, memasang tanda-tanda peringatan, membuat daftar data bahan-
bahan yang aman,melakukan pelatihan sistem penanganan darurat.
Berdasarkan UU Perlindungan Tenaga Kerja dan Kecelakaan Kerja, pemilik usaha pada
saat mulai memakai tenaga kerja, harus membantu tenaga kerjanya untuk mendaftar
keikutsertaan asuransi tenaga kerja, demi menjamin keselamatan kerja.
13
Selain itu, setelah terjadi kecelakaan kerja, pemilik usaha wajib memberikan subsidi
kecelakaan kerja. Apabila pemilik usaha tidak mendaftarkan tenaga kerjanya ikut serta asuransi
tenaga kerja sesuai dengan UU Standar Ketenagakerjaan, maka pemilik usaha akan dikenakan
denda.
Sebagai langkah untuk pencegahan kecelakaan dalam suatu pabrik dapat dilakukan hal-hal
seperti berikut:
1. Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman.
Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman menjadi ini perusahaan atau laboratorium
dalam mencegah kecelakaan kerja. Penanggung jawab keselamatan kerja merancang tugas
seemikian rupa untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya fisik. Gunakan risk assesment
atau checklist inspeksi alat untuk mengindentifikasi dan menghilangkan bahaya-bahaya yang
potensial.
2. Mengurangi tindakan karyawan yang tidak aman.
Tindakan-tindakan karyawan yang tidak aman (atau tidak sesuai prosedur kerja) dapat
dikurangi dangan berbagai aktivits/cara, yaitu:
a. Seleksi dan penempatan
b. Propaganda, kampanye atau mengenai keselamatan kerja
c. Pelatihan mengenai prosedur kerja dan keselamatan kerja serta dorongan positif
(positive reinforcement)
d. Komitmen dari manajer tingkat atas (top management).
14