Download - Ketuban Pecah Dini
![Page 1: Ketuban Pecah Dini](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082603/548779c2b4af9f354a8b483b/html5/thumbnails/1.jpg)
KETUBAN PECAH DINI
A. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban tanpa diikuti tanda-
tanda inpartu dalam jangka waktu 1 jam atau lebih. Keadaan ini bisa terjadi pada
kehamilan aterm ataupun preterm.1,2
B. Etiologi
Sampai saat ini penyebab pasti dari KPD masih belum diketahui. Menurut
Taylor dkk, KPD ini ternyata berhubungan dengan :
Adanya hipermotilitas rahim yang terjadi lama sebelum pecahnya ketuban
Kelainan ketuban
Infeksi
Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi: sosioekonomi yang
rendah, merokok, PMS, konisasi serviks sebelumnya1,3
C. Diagnosis
Kadang-kadang sulit bagi kita untuk menentukan apakah ketuban sudah
pecah atau belum, apalagi bila pembukaan belum ada atau masih kecil, cara
menentukannya adalah :
Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambut
lanuga atau bila telah terinfeksi maka tercium bau
Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang ada air ketuban keluar dari
jalan kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah
Gunakan kertas lakmus
Bila menjadi biru (basa) → air ketuban
Bila menjadi merah (asam) → urine
Pemeriksaan histopatologi air ketuban
Aborization dan sitologi air ketuban: tampak kristalisasi air ketuban dalam
bentuk daun pakis
Ultrasonografi1
1
![Page 2: Ketuban Pecah Dini](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082603/548779c2b4af9f354a8b483b/html5/thumbnails/2.jpg)
Kriteria yang dipakai untuk mendiagnosa bahwa telah terjadi KPD yaitu :
Umur kehamilan > 20 minggu
Keluar cairan jernih dari vagina
Pemeriksaan inspekulo :
Terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum
Kertas lakmus akan jadi biru
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu USG untuk membantu dalam
menentukan usia kehamilan letak janin, berat janin, letak plasenta, gradasi
plasenta serta jumlah air ketuban.4,5
D. Komplikasi
Ada beberapa faktor penyulit yang sering timbul baik pada ibu maupun
pada janin:
Pengaruh pada janin yaitu janin mungkin sudah terkena infeksi walaupun ibu
belum menunjukkan gejala-gejala infeksi, karena infeksi intrauterine lebih
dahulu terjadi sebelum gejala pada ibu dirasakan. Ini dapat meningkatkan
mortalitas dan morbiditas perinatal.
Pengaruh pada ibu yaitu karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi
intrapartus, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Dapat juga terjadi
partus lama, infeksi nifas dan atonia uteri. Hal-hal ini akan meningkatkan
angka kematian dan angka mortbiditas pada ibu1
E. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas ibu maupun bayinya.9
Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan,
selama masih ada beberapa masalah yang belum terjawab. Kasus KPD yang
cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah
sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi
chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif
harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi Respiratory Distress Syndrom (RDS),
dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu
2
![Page 3: Ketuban Pecah Dini](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082603/548779c2b4af9f354a8b483b/html5/thumbnails/3.jpg)
pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan
memperjelek prognosis janin.6,7
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur
kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko
yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah Respiratory
Distress Syndrom (RDS) dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada
kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang
optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya
paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin
merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada
kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama
pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten.5,7,8,9
Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD
yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu.
1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu)
Beberpa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD
keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian
infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin
muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. 16
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan
dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan
dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit
ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan,6 dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya
sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian
3
![Page 4: Ketuban Pecah Dini](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082603/548779c2b4af9f354a8b483b/html5/thumbnails/4.jpg)
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan
pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah
terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam.6,7
Beberapa penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera
diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi
inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD
dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus
tindakan dapat dikurangi.14
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi
yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi
semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan
bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan
pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.5
2. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian
antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi7,16
Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi
trendelenberg,16, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah
terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-
obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda proses
persalinan.6
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid
pada pnderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan
paru,5,10,12 jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut
muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa
memandang umur kehamilan
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung
dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-
komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-komplikasi yang dapat
4
![Page 5: Ketuban Pecah Dini](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082603/548779c2b4af9f354a8b483b/html5/thumbnails/5.jpg)
terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan
juga mungkin terjadi intoksikasi.6,8
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan
bedan sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan
bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin
tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat
janin, partus tak maju, dll 14
Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.
Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan
pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap
kemungkinan infeksi intrauterin.8,13,14
Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari,
pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan
denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan
selanjutnya stiap 6 jam.8,12
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan
secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS.8 The National Institutes of Health
(NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD
pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri
atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason
4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.14
5
![Page 6: Ketuban Pecah Dini](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082603/548779c2b4af9f354a8b483b/html5/thumbnails/6.jpg)
F. Prognosis
Prognosis dari KPD tergantung dari cara penatalaksanaan dan komplikasi
yang mungkin timbul, umur kehamilan serta lamanya ketuban pecah.
6
![Page 7: Ketuban Pecah Dini](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082603/548779c2b4af9f354a8b483b/html5/thumbnails/7.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Moctar N. Sinospis Obstetri. Edisi kedua. Jilid 1. Penerbit Buku Kedokteran ECG 1998: 255-58.
2. http://www.geocities.com/yosemite/rapids/1744/cklobpt11.html
3. Mercer B. Preterm Premature Rupture of The Membranes The Amercian College of Obstetricians and Gynecologist, Ohio, Januari 2003.
4. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Bagian I. 109-111
5. Saifuddin AB. Ketuban Pecah Dini. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi, Bagian I, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1991: 39-40.
6. Smith .J.F., Premature Rupture of Membranes, http://www.chclibrary.org/micromed/00061770.html, 2001.
7. Bruce.E., Premature Rupture of Membrane (PROM), http://www.compleatmother.com/prom.htm, 2002
8. Yancey .M.K., Prelabor Rupture of Membrane at Term : Inducce or Wait?, medscape General Medicine 1 (1), 1999
9. Anonim, Premature Rupture of Membrane, http://www.medem.com/medlb/article_detaillb_for_printer.cfm?article_ID=zzzcoCHLUJC&sub_cat=2005, 2002.
10. Anonim, Premature Rupture of Membrane, http://www.mcevoy.demon.co.uk/medicine/ObsGyn/Obstetric/labour/PROM.html, 2002
11. Parry.S, Strauss.J.F, Premature Rupture of the Fetal Membrane dalam The New England Jurnal of medicine, Volume 338:663-670, March, 1998
12. Hacker.N.F., Moor J.George, Ketuban Pecah Dini dalam Esensial Obstetri dan Ginekologi, edisi 2, Hipokrates, Jakarta, 2001, hal : 304 – 306
13. Komite Medik RSUP DR.Sardjito, Ketuban Pecah Dini dalam Standar Pelayanan medis RSUP DR. Sardjito, Buku I, Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1999, hal : 32 – 33.
7
![Page 8: Ketuban Pecah Dini](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082603/548779c2b4af9f354a8b483b/html5/thumbnails/8.jpg)
14. Phupong.V., Prelabour Rupture of Memnranes in Journal of Pediatric, Obstetric and Gynaecology, Nov/Dec, 2003, Hal : 25 – 31
15. Manuaba.I.B.G., Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan KB, EGC, Jakarta, 2001, hal : 221 – 225.
8