Download - Keselamatan Penerbangan
Keselamatan Penerbangan
BAB I
Pengertian Keselamatan PenerbanganKeselamatan Penerbangan yaitu suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum
lainnya.
VISI:
"TERWUJUDNYA PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI
UDARA YANG ANDAL, BERDAYA SAING DAN MEMBERIKAN NILAI
TAMBAH”.
MISI:
a. Memenuhi standar keamanan, keselamatan penerbangan dan pelayanan;
menyediakan sarana, prasarana dan jaringan transportasi udara yang andal, optimal
dan terintegrasi;
b. Mewujudkan iklim usaha dan transportasi udara yang kompetitif dan berkelanjutan
(sustainable);
c. Mewujudkan kelembagaan yang efektif dan efisien.
“a combination of measures, human and material resoursces that are
intended to safeguard civil aviation against acts of unlawful interference”.
(reff.annex 17-security)
“Gabungan sumber daya manusia dan materil yang digunakan untuk
melindungi penerbangan sipil dari tindakan gangguan melawan hukum.
“suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari
tindakan melawan hokum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia
fasilitas dan procedure”
Keselamatan merupakan prioritas utama dalam dunia penerbangan, tidak ada
kompromi dan toleransi. Pemerintah berkomitmen bahwa "Safety is Number One"
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992.
Penyelenggaraan transportasi udara tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan
ekonomi masyarakat pengguna jasa transportasi udara yang dilayani dan juga
kecenderungan perkembangan ekonomi global. Sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi nasional yang semakin membaik, peran Pemerintah yang semula sebagai
penyedia jasa dan pelaku kegiatan ekonomi, akan berubah peran menjadi sebagai
regulator.
Sebagai regulator, Pemerintah hanya bertugas menerbitkan berbagai aturan,
melaksanakan sertifikasi dan pengawasan guna menjamin terselenggaranya
transportasi udara yang memenuhi standar keselamatan penerbangan.
Pemerintah telah mempunyai Program Nasional Keamanan Penerbangan
Sipil (National Civil Aviation Security Programme) yang bertujuan untuk
keamanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan dan keberlanjutan
penerbangan sipil di Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap
penumpang, awak pesawat udara, pesawat udara, para petugas di darat dan
masyarakat, dan instalasi di kawasan bandar udara dari tindakan melawan hukum.
Pemerintah memandang perlunya paradigma baru bahwa keselamatan
penerbangan merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Perusahaan
Penerbangan dan Masyarakat pengguna jasa.
Sebagai langkah konkrit ke depan sesuai dengan ketentuan ICAO yang baru,
Pemerintah telah memberlakukan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety
Management System/ SMS) di bidang penerbangan.
Sistem Manajemen Keselamatan (SMS) adalah suatu sistem monitoring
yang berupa tim atau organisasi di dalam suatu perusahaan penerbangan yang
memiliki tugas dan tanggung jawab yang memonitor kinerja keselamatan dari
perawatan dan pengoperasian serta memprediksi suatu bahaya, menganalisa resiko
dan melakukan tindakan pengurangan resiko tersebut dengan membahas perihal
keselamatan secara berkala yang dipimpin oleh Presiden Direktur Perusahaan
Penerbangan sebagai pemegang komitmen safety.
Pemerintah melakukan revisi Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Keselamatan Penerbangan/CASR untuk memasukkan persyaratan Sistem
Manajemen Keselamatan berupa tanggung jawab keselamatan oleh Presiden
Direktur, sistem mengidentifikasi bahaya, menganalisa resiko dan tindaklanjut
mengurangi resiko, kewajiban melakukan evaluasi keselamatan secara berkala,
indikator keselamatan, internal evaluasi, emergency response plan yang dituangkan
dalam safety manual airline.
Perusahaan penerbangan menyiapkan safety manual sesuai dengan
persyaratan CASR dan dilaksanakan secara konsisten serta menentukan komitmen
keselamatan (safety) kepada Pemerintah dengan menetapkan safety target yang
dapat diterima (acceptable safety).
BAB II
Program Keselamatan Nasionala. Peraturan keselamatan penerbangan;
Terkait dengan keamanan dan keselamatan penerbangan di Indonesia,
Pemerintah telah menetapkan peraturan perundang-undangan antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan;
b. PP Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;
c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2002 tentang Civil Aviation
Safety Regulation (CASR) part 135;
d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun 2002 tentang Civil Aviation
Safety Regulation (CASR) part 121;
e. Peraturan Menteri Perhubungan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan
keamanan penerbangan;
f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang berkaitan dengan
keselamatan dan keamanan penerbangan.
Peraturan keselamatan juga meliputi :
a. Airspace Utilization
b. Aircraft Operation
c. Airport Development
b. Sasaran keselamatan penerbangan;
a) Target kinerja keselamatan penerbangan,
b) Indikator kinerja keselamatan penerbangan, dan
c) Pengukuran pencapaian keselamatan penerbangan
c. Sistem pelaporan keselamatan penerbangan;
d. Analisis data dan pertukaran informasi keselamatan penerbangan (safety data
analysis and exchange);
e. Kegiatan investigasi kecelakaan dan kejadian Penerbangan (accident and incident
investigation);
f. Promosi keselamatan penerbangan (safety promotion);
g. Pengawasan keselamatan penerbangan (safety Oversight); dan
a. Audit;
b. Inspeksi;
c. Pengamatan (surveillance);
d. Pemantauan (monitoring).
Pengawasan Keselamatan Perhubungan dilaksanakan oleh suatu unit
pelaksana tersendiri dan yang kemudian menyampaikan hasilnya ke menteri
perhubungan, setelah mendapatkan hasil laporan tersebut, menteri melakukan
tindakan perbaikan dan penegasan hukum. Tindakan hukum ini dapat berupa
sanksi administratife yaitu berupa peringatan, pembekuan ijin, pencabutan ijin
operasi, dan yang kedua adalah sanksi pidana.
Adapun Undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan pengawasan
keselatan penerbangan ada dalam PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 568 TAHUN 2011 TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN KESELAMATAN
PENERBANGAN UNTUK INSPEKTUR NAVIGASI PENERBANGAN
h. Penegakan hukum keselamatan penerbangan (law enforcement).
a. Tata cara penegakan hukum;
b. Penyiapan personel yang berwenang mengawasi penerapan aturan di bidang
keselamatan penerbangan;
c. Pendidikan masyarakat dan penyedia jasa penerbangan serta para penegak hukum;
dan
d. Penindakan.
Alat dan prosedur yang digunakan untuk menjaga
keselamatan pada saat penerbanganSabuk Pengaman atau Safety Belt
Di sini para penumpang diharapkan dapat mengenakan, mengunci, dan membuka
sabuk pengaman dengan baik dan benar. Terdapat dua macam sabuk pengaman,
satu untuk orang tua dan anak-anak, dan untuk bayi. Demi keselamatan anda,
diharapkan untuk selalu mengenakan sabuk pengaman sewaktu anda duduk dan
sewaktu lampu tanda kenakan sabuk pengaman dinyalakan.
Masker Oksigen atau Oxygen Mask
Disini akan diinformasikan jika tekanan di dalam kabin atau cabin altitude
lebih dari batasan yang telah ditentukan maka masker oksigen akan keluar secara
otomatis dari atas tempat duduk anda. Apa yang perlu anda segera lakukan adalah
menarik masker oksigen tersebut secepatnya dan langsung memakainya terlebih
dahulu sebelum memakaikannya kepada orang lain (bisa bayi, teman, keluarga,
dan lainnya). Mengapa anda diharuskan untuk memakai terlebih dahulu? Logika
sederhana jika kita yang kehilangan oksigen dan lalu pingsan, belum tentu atau kita
tidak akan dapat menolong orang lainnya terutama anak-anak. Setelah memasang
masker oksigen, langkah selanjutnya pastikan sabuk pengaman anda telah
terpasang dengan baik, langkah terakhir adalah bernafas seperti biasa.
Tambahan: masker oksigen juga akan keluar secara otomatis jika terjadi
dekompresi atau decompression yaitu kehilangan tekanan udara secara tiba-tiba
yang dapat disebabkan dua hal secara umum, perlahan (mungkin berupa lubang
kecil atau kegagalan alat pengatur tekanan udara) dan cepat(ada lubang besar
seperti pintu yang lepas dan lain-lain).
Baju Pelampung atau Life Vest
Di sini akan diinformasikan di mana lokasi baju pelampung anda, biasanya
terletak di bawah tempat duduk anda dan mudah diambil, bagaimana cara
menggunakan dan mengikatnya, dan bagaimana cara mengembungkannya. Fitur
yang ada pada baju pelampung umumnya terdiri dari pipa tiup untuk menambah
udara pada baju pelampung, lampu yang akan menyala secara otomatis jika
terendam di dalam air dan juga peluit yang berguna untuk menarik perhatian.
Tambahan: anda (baik orang dewasa dan anak-anak) diharapkan untuk tidak
mengembungkan baju pelampung di dalam kabin pesawat dan hanya boleh
dikembungkan di ujung pintu sebelum melompat keluar. Mengapa? Logika
sederhana, jika semua panik dan mengembungkan baju pelampung di dalam kabin,
apa yang anda dapat pikirkan terjadi, anda akan susah untuk keluar dari dalam
pesawat dan akan berujung pada kegagalan evakuasi.
Lalu, baju pelampung pada bayi mungkin akan sedikit berbeda cara
penggunaannya dikarenakan ukuran bayi juga, tetapi fitur yang ada akan tetap
sama dengan baju pelampung pada orang dewasa.
Kartu Keselamatan atau Safety Information Card or Safety Leaflet
Kartu keselamatan terletak di kantung kursi di hadapan anda dan dapat membantu
dalam pemahaman bilamana memerlukan tambahan informasi atau ada yang
terlewatkan pada saat demo sedang berlangsung. Kartu ini juga bisa membuat anda
ingat dengan demo yang sudah diberikan sebelumnya.
Jalur Pintu Evakuasi, dan Rakit Keselamatan
Di sini akan diinformasikan bagaimana cara keluar dari pesawat, pintu mana saja
yang dapat digunakan, lokasi rakit keselamatan, dan juga bagaimana jika terdapat
asap di dalam kabin, yaitu dengan membungkuk dan mengikuti lampu yang ada di
lantai yang mengarah keluar dari pesawat. Setelah semua informasi keselamatan
diberikan maka ada baiknya juga jika kita sebagai penumpang untuk mengetahui
tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk mendukungnya, berikut diantaranya:
Tempat meletakkan barang bawaan
1. Meletakkan barang bawaan di ruang penyimpanan di atas atau di bawah tempat
duduk di hadapan anda. Mengapa? Dikarenakan jika sewaktu-waktu terjadi
evakuasi maka barang bawaan anda tidak akan menghalangi jalur evakuasi.
2. Menegakkan sandaran kursi saat lepas landas dan sesaat sebelum mendarat.
Mengapa? Tindakan ini dapat dilihat dari beberapa fase. Pada saat lepas landas dan
akan mendarat, jika posisi kursi telalu miring maka kemungkinan kita akan
terlepas dari kursi kita sendiri bukanlah tidak mungkin. Pada saat terjadinya
evakuasi, maka kursi yang miring dapat memperlambat dalam proses.
3. Melipat meja yang terbuka pada saat lepas landas, mendarat, dan jika tidak
digunakan pada saat penerbangan. Mengapa? Seperti penjelasan pada nomor dua,
meja yang terbuka dapat memperlambat proses evakuasi.
4. Menurunkan sandaran tangan. Mengapa? Sandaran tangan sangat membantu pada
saat terjadi goncangan yang secara tiba-tiba dan bersifat keras. Seperti turbulensi
atau
5. Membuka penutup jendela pada saat lepas landas dan mendarat.
6. Menon-aktifkan alat-alat elektronik seperti MP3, laptop, CD, handphone,dan lain-
lainnya. Selain dikarenakan akan memancarkan sinyal yang dapat mengganggu
alat-alat navigasi di dalam kokpit, jika ada tanda dan sinyal evakuasi, dapat
dipastikan anda tidak dapat mendengar dengan jelas.Tambahan: anda dapat
menggunakan alat-alat tersebut setelah lepas landas dan lampu tanda kenakan
sabuk pengaman dipadamkan. Jika menggunakan handphone, dapat
menggunakannya dalam flight mode dan harus di non-aktifkan kembali pada saat
akan mendarat. Pastinya anda juga tidak diharapkan untuk merokok selama
penerbangan. Jika tertangkap, maka ada sanksi atau hukumannya.
Jika terbang pada malam hari atau pagi hari dan masih gelap, pada beberapa
maskapai ada yang menggelapkan lampu kabin atau bahkan memadamkan
semuanya. Hal ini berhubungan dengan adaptasi mata terhadap gelap terang.
Kesimpulan: Hal-hal yang kita sebagai penumpang mungkin merepotkan atau
berlebihan terhadap perlakuan yang didapat percayalah, bahwa keselamatan dalam
penerbangan merupakan syarat dan alasan utama. Penting bagi kita untuk tahu,
menaati, dan mendukung upaya keamanan dan keselamatan bagi kita sendiri dan
sesama.
Personel Penerbangan yang terkait dengan keselamatan :
a. Personel Pesawat Udara, yaitu personel yang terkait dengan pengoperasian
pesawat udara.
b. Personel Navigasi Penerbangan, yaitu personel yang terkait dengan pelaksanaan
pengoperasian ndan pemeliharaan fasilitas Navigasi Penerbangan.
c. Personel Bandar Udara, yaitu personel yang terkait dengan pelaksanaan
pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas Bandar Udara.
Ketiga personel tersebut harus memiliki lisensi yang sah dan sertifikasi yang masih
berlaku.
Ada 3 unsur yang memberikan kontribusi pada keselamatan
penerbangan
1. Pesawat terbang itu sendiri, bagaimana peswat terbang itu di desain, dan dirawat.
2. Sistem Penerbangan Negara, airport, jalur lalu lintas udara, dan air traffic controls.
3. Airlines flight operations yang berkaitan dengan pengendalian dan pengoperasian
pesawat di airlines.
Dengan demikian tanggung jawab regulator penerbangan suatu negara
adalah memastikan keselamatan penerbangan pada tingkat yang tertinggi pada
ketiga unsur tersebut. Itulah sebabnya ketika terjadi kecelakaan beruntun awal
2007 lalu, FAA menjatuhkan penilaiannya kepada regulator atau otoritas
penerbangan Indonesia, bukan kepada maskapai penerbangannya.
Keselamatan dalam sebuah penerbangan sipil sangatlah tergantung pula
pada keamanan dari Bandar udara yang memberangkatkan pesawat tersebut.
Mengingat banyaknya ancaman dari tindakan gangguan melawan hokum baik saat
pesawat di darat maupun di udara. Juga instalansi pendukung lainnya di sebuah
Bandar udara.
Dengan menimbang berbagai alasan tersebut,maka organisasi penerbangan
dunia yang termasuk di dalam PBB yang di sebut ICAO mengeluarkan beberapa
aturan untuk menjaga keamanan serta keselamatan sebuah penerbangan juga
bandar udara sipil dari tindakan melawan hukum.Pada pembentukan dari ICAO
tersebut pada tahun 1944 di Chicago lahir beberapa lampiran/ Annex dari Annex 1
s/d Annex 18.Dimana keamanan sendiri diatur dalam Annex 17 dan Annex 18.
Annex 17 mengatur tentang tata cara pengamanan penerbangan sipil dari tindakan
gangguan melawan hukum.Dan Annex 18 sendiri mengatur tata cara pengangkutan
bahan dan/atau barang berbahaya yang diangkut menggunakan pesawat udara
sipil.Di negara kita sendiri mengacu pula terhadap aturan aturan tersebut yang di
atur pula di berbagai Undang Undang mulai dari UU No2 thn 1976,UU No 1 thn
2009 yg merupakan revisi dari UU No.15 thn 1992 yang mengatur tentang
Penerbangan.Yang di dalamnya mengatur tentang penerbangan sipil di dalam
negeri,mulai dari standar keamanan dan keselamatan sebuah pesawat
terbang,standar keamanan dan keselamatan sebuah bandar udara sipil,serta tentang
tata cara pemeriksaan keamanan di dalam sebuah bandar udara sipil.Penerapan
Undang Undang tersebut di perjelas pula dengan berbagai aturan aturan lain seperti
Peraturan Presiden ( PP No.3 thn 2001 ), Keputusan Menteri Perhubungan Udara (
KM.09 thn 2010 ), juga dengan beberapa Surat Keputusan Dirjen HubUd antara
lain seperti SKEP/2765/VIII/2010 tentang tata cara pemeriksaan keamanan,
SKEP/100/VII/2003,serta SKEP/43/III/2007 yang mengatur tentang Liquid
Aerosol dan Gel.
Hanya ada dua kategori dalam standar keselamatan penerbangan global,
yaitu kategori 1 pass ( lulus ), dan kategori 2 failure ( tidak lulus ). Bila regulator
atau otoritas penerbangan suatu Negara tidak kompeten, maka seluruh maskapai
penerbangan di negara itu pun praktis tidak terjamin keamanannya. Akan tetapi
sebaliknya, jika regulator negara itu lulus atau masuk kategori 1, tapi ditemukan
adanya pelanggaran berat pada salah satu atau beberapa airlines di negara tersebut,
maka yang terkena sanksi hanya maskapai yang melanggar tersebut, seperti terjadi
dengan PIA Pakistan Airlines. Kasus seperti PIA ini mudah dan cepat dapat
diselesaikan karena ini murni kesalahan dari maskapai tersebut yang tidak
ditemukan di maskapai lainnya.
Sistem Manajemen keselamatan Penyedia Jasa Penerbangan :
A. Kebijakan dan sasaran keselamatan;
B. Manajemen risiko keselamatan;
C. Jaminan keselamatan; dan
D. Promosi keselamatan.
Budaya Keselamatan Penerbangan
Menetapkan kebijakan dan program budaya tindakan keselamatan, keterbukaan,
komunikasi, serta penilaian dan penghargaan terhadap tindakan keselamatan
penerbangan.
Titik – titik rawan dari pengoperasian penerbangan
a. Air crew
Semua crew yang bekerja di dalam suatu penerbangan harus mempunyai surat ijin
atau lisensi keahlian, tujuannya agar dia mengetahui barang atau hal apa saja yang
harus di lakukan agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.
b. Gate check
Tidak semua orang dapat masuk ke dalam bandara atau terminal, karena Setiap
orang yang masuk harus ada boarding pass
c. Catering
Didalam pengiriman catering ke dalam pesawat juga merupakan cela dimana
terdapat terjadinya kriminal, bisa saja catering yang di berikan kepada penumpang
di beri obat yang membuat penumpang sakit bahkan meningal.
d. Cargo and mail
Kiriman yang akan di muat kedalam cargo bisa saja berisi bahan berbahaya yang
menyebabkan ledakan yang cukup besar.
e. Refueling
Merupakan titik rawan yang dapat terjadi kriminal, karena di dalam pengisian fuel
bisa saja ada celah atau orang yang tidak bertanggung jawab memasukan berupa
zat atau cairan yang dapat meledakan pesawat.
f. Checked baggage
Bagasi yang disimpan di dalam kargo, bisa saja berisi bahan-bahan berbahaya.
Yang dapat menyebabkan kerusakan kepada cargo lainnya.
g. Ground staff
Ground staff yang bekerja di lapangan, antara lain cargo, teknik baik penumpang
maupun staff harus juga di waspadai atau dicegah dengan suatu alat ex-ray,
WTMD( walk through metal detector ), dan HHMD ( hand held metal detector )
h. Passenger and carry on baggage
1) Penumpang, awak pesawat udara dan bagasi harus diperiksa sebelum memasuki
daerah steril dan sisi udara
2) Penumpang harus melapor pada Perusahaan angkutan udara
3) Nama dalam tiket harus sama dengan identitas penumpang
4) Penumpang transit dan transfer dilakukan pemeriksaan
5) Kabandara atau Adbandara dapat melakukan pemeriksaan di dalam pesawat udara
6) Batas waktu check-in 30 menit sebelum jadwal keberangkatan
7) Daerah check-in merupakan daerah terbatas yang harus dijaga petugas
Jalur yang menghubungkan daerah chek-in dengan sisi udara harus dilengkapi
pintu dan dikunci saat tidak dipergunakan :
- Pintu lalu lintas petugas harus dijaga petugas sekuriti dan dikunci apabila tidak
dipergunakan
- Petugas lain turut mengawasi dibawah koordinasi petugas sekuriti bandara
- Perusahaan angkutan udara dapat menolak mengangkut penumpang yang dapat
membahayakan keselamatan penerbangan
- Bagasi harus diperiksa sebelum diserahkan di tempat check-in (KM 14/1989 Ps. 3)
- Bagasi harus dilengkapi identitas pemilik(KM14/1989 Ps.4)
- Bagasi yang ditolak dengan alasan keamanan penerbangan tidak dibenarkan untuk
diangkut(KM 14/1989 Ps.5)
- Senjata api, senjata tajam serta benda lain yang dapat dipakai sebagai alat untuk
mengancam atau memaksakan kehendak dilarang dimasukkan atau ditempatkan di
dalam kabin pesawat udara (KM14 Ps. 6)
- Kargo dan kiriman pos harus diperiksa sebelum dimasukkan ke gudang atau
pesawat udara (KM 14/1989 Ps.7)
- Pemeriksaan pos perlu memperhatikan kelancaran pengirimannya (KM 14/1989
Ps. 7 ayat 2
- Pemeriksaan pengangkutan barang-barang berbahaya harus memperhatikan
ketentuan yang berlaku (KM 14/1989 Ps.8)
h. Airport service personels
Contohnya petugas cleaning service yang berada di airport dapat di curigakan, dan
harus dilakukan pemeriksaan kepada semua airport service personels
mengantisipasi ada yang teroris yang menyamar menjadi cleaning service yang
dapat menyebabkan keadaan sekitar berbahaya.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Udara
Nomor : SKEP / 100 / XI / 1985 tentang Peraturan Tata Tertib Bandar Udara,
siapapun dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengganggu ketertiban umum,
keamanan dan keselamatan penerbangan di Bandar Udara, yang berupa:
1. Permainan layang – layang.
2. Perjudian dalam bentuk apapun.
3. Perbuatan tidak susila.
4. Mabuk atau pemakaian bahan narkotika.
5. Gangguan dalam bentuk apapun termasuk jual beli tiket secara tidak sah /
liar ( calo ).
6. Penggembalaan ternak.
7. Berjalan atau melintasi Bandar Udara selain dijalan, jalur atau bagian jalur lalu
lintas yang telah ditentukan ataupun Unsur – unsur pengamanan adalah:
1. Peralatan pengamanan adalah barang / alat yang digunakan untuk mengamankan
sesuatu.
2. Petugas pengamanan adalah personil bandar udara atau personil pesawat udara
yang bersertifikat dan bertugas untuk melakukan pengamanan penerbangan sipil
Tugas unit pengamanan / petugas pengamanan bandar udara : Unit pengamanan
bandar udara memiliki tugas untuk memelihara, melindungi dan mengamankan
manusia dan material secara fisik dari segala bentuk ancaman keamanan yang
ditimbulkan oleh manusia dan barang di daerah lingkungan kerja bandar udara.
Fungsi unit pengamanan / petugas pengamanan bandar udara :
Mengawasi dan mengendalikan ketertiban dan keteraturan pergerakan penumpang
dan barang yang masuk / keluar gedung terminal penumpang dan terminal kargo.
Bekerjasama dengan pertugas pengamanan perusahaan angkutan udara dan
perusahaan pelayanan darat ( ground handling agent ) dalam melaksanakan
pemeriksaan penumpang, bagasi, kargo dan pos sebelum dimuat / dibongkar ke /
dari pesawat udara.
Mengawasi dan memeriksa tanda pengenal / pas orang dan kendaraan yang
mempunyai hubungan ke / dari daerah steril dan kawasan sisi udara ( air side )
lainnya, terutama di sekitar pesawat udara.
Melaksanakan survey pengamanan bandar udara dan melaporkan kepada Komite
Pengamanan Bandar Udara.
Melakukan pengawasan / pengendalian / penjagaan / pengamatan / patroli di daerah
batas bandar udara ( perimeter )
Menjaga instalasi / bangunan penting seperti : VIP Room, gedung listrik, tempat
penampungan air / pompa air, fasilitas alat bantu navigasi udara ( lampu landasan,
stasiun pemancar / penerima, DVOR, NDB, ILS, Radar, dll ), fasilitas bahan bakar
minyak pesawat udara, dll.
Mengumpulkan dan meneruskan / menyebarkan informasi yang berhubungan
dengan masalah pengamanan penerbangan / bandar udara kepada yang
berkepentingan.
Melakukan penyelidikan atas kejadian – kejadian / pelanggaran yang terjadi di
bandar udara dan melaporkan kepada komandan / pimpinan satuan pengamanan
bandar udara / komite pengamanan bandar udara.
Membina hubungan yang erat dengan instansi – instansi lain yang terkait di bandar
udara ( misalnya : perusahaan angkutan udara, POLRI, Imigrasi, Bea & Cukai,
Karantina, dll)
Selalu melakukan koordinasi dengan pihak yang berwenang atas perencanaan
bandar udara sehingga semua aspek yang menyangkut pengamanan penerbangan
mendapat perhatian dalam setiap perencanaan / desain / renovasi bangunan dan
fasilitas bandar udara.
Melakukan latihan pengamanan penerbangan di bandar udara secara teratur
sedikitnya sekalli dalam setahun
Mengalihkan tanggung jawab kepada POLRI bilamana terjadi tindak kriminal di
bandar udara
Bekerjasama dan mengalihkan pengendalian bilamana terjadi peningkatan ancaman
keamanan di bandar udara kepada POLRI / TNI sesuai ketentuan
Melakukan kerjasama dengan pihak – pihak terkait dan melaksanakan tindak
penanggulangan dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan Airport Emergency
Plan.
Keselamatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
1. faktor kondisi fisik pesawat
Pesawat yang akan dioperasikan terlebih dahulu harus memenuhi standar kelaikan
pesawat udara, yaitu terpenuhinya persyaratan desain tipe pesawat udara dan dalam
aman untuk beroperasi.
Kondisi fisik suatu pesawat juga tergantung dari perawatan yang dilakukan.
Semakin baik perawatan sebuah pesawat, maka makin besar pula biaya yang harus
dikeluarkan. Maka dari itu tidak dapat dipungkiri jika suatu airline dengan high
cost, tingkat pelayanan kepada penumpang pun sangat memuaskan. Berbeda
dengan pelayanan dari airline yang low cost. Perawatan yang dilakukan juga
dilihat dari umur suatu pesawat. Pesawat dengan umur yang tua, perawatan serta
pemeriksaannya harus lebih cermat dibandingkan dengan pesawat baru. Oleh
karena itu, tidak heran apabila perawatan pesawat yang berumur tua tersebut lebih
mahal dibandingkan dengan pesawat yang baru.
2. kondisi awak pesawat,
faktor manusia juga berperan penting dalam pencapaian suatu keselamatan
penerbangan. Bukan hanya pilot pesawat, tetapi juga petugas lain, termasuk yang
bertanggung jawab dalam penanganan dan pemeriksaan penumpang pesawat.
Mereka harus menjalankan prosedur sesuai dengan UU No 1 tahun 2009 tentang
penerbangan yang didalamnya mengatur tentang tugas dan tanggungjawab pihak
bandara dalam hal keamanan dan keselamatan penerbangan.
3. infrastruktur,
Dalam hal ini, Pemerintah juga memegang peranan penting. Salah satunya dengan
memperbaiki infrastruktur penerbangan. Seperti bangunan, struktur, lampu
aerodrome, landasan pacu, kendaraan, fasilitas radar, komunikasi, situs web dan
lain-lain.
4. serta faktor alam.
Mungkin kita yang belum tahu bahayanya burung bagi pesawat terbang dapat
melihat pada beberapa saat yang lalu ada kecelakaan pesawat yang disebabkan
oleh kawanan burung yang bertabrakan dengan pesawat yang disebut dengan bird
strike, atau bird hit, atau BASH - Bird Aircraft Strike Hazard.
Beruntung, pilotnya bisa mendaratkan pesawat ke sungai meskipun semua mesin
dalam keadaan mati, dan Semua penumpang selamat.
KENAPA BURUNG BERBAHAYA?
Ancaman yang paling utama pada kasus bird strike adalah pada pesawat jet.
Maksud pesawat jet di sini adalah pesawat turbojet ataupun jet (ramjet, dll) pada
umumnya. Tidak seperti mobil yang mesinnya tertutup rapi, pada pesawat jet,
bagian depan mesin pesawat terbuka untuk menyedot udara untuk pembakaran.
Benda-benda yang tidak diinginkan bisa tersedot dan merusak bagian dalam mesin
pesawat. Benda-benda ini disebut FOD (Foreign Object Damage).
UPAYA MENANGGULANGINYA
Untuk mengusir burung di beberapa bandar udara di luar negeri mereka
memasang perangkat pengusir burung. Cara kerjanya adalah dengan pengeras
suara yang menghasilkan suara pemangsa burung-burung yang ada di sekitar
bandar udara. Dengan suara ini diharapkan burung-burung akan menyangka ada
bahaya pemangsa di dekat mereka dan akan pergi ke tempat lain untuk
menghindari pemangsanya tersebut.
Bandar udara tanpa perangkat canggih pun melakukan pengusiran burung
dengan cara konvensional, biasanya dengan menembakkan senapan dengan suara
yang keras untuk menakut-nakuti burung. Padahal suara pesawatpun sudah cukup
keras untuk mengusir burung. Tapi karena biasanya suara pesawat terdengar
setelah pesawat lewat maka pengusiran burung harus dilakukan sebelum pesawat
lewat untuk lepas landas atau mendarat.
Cara lain untuk mengusir burung adalah dengan burung pemangsa (falcon
dll), lampu, pyrotechnics (semacam kembang api), pesawat radio-controlled,
lasers, anjing dan lain-lain.
TNO, sebuah institut penelitian di Belanda telah berhasil mengembangkan
ROBIN (Radar Observation of Bird Intensity) untuk Royal Netherlands
Airforce. ROBIN adalah hampir real-time monitoring system untuk memantau
pergerakan burung terbang. ROBIN mengenali kumpulan burung dari radar
systems yang besar. Informasi ini digunakan untuk penerbang AU Belanda
sewaktu lepas landas dan mendarat. Tabrakan pesawat militer Belanda dengan
burung berhasil dikurangi sampai 50 % dengan sistem ini. Sayangnya belum ada
sistem yang sama yang digunakan oleh sipil.
BAHAYA LAIN
Selain burung, binatang lain juga bisa membahayakan penerbangan jika
mereka ada dan dibiarkan berlalu lalang di bandar udara pada waktu pesawatlepas
landas. Pada waktu mendarat, menabrak binatang di landas pacu mungkin tidak
terlalu membahayakan, biarpun dapat membuat kerugian yang sangat besar.
Kejadian yang cukup besar pernah terjadi di Indonesia adalah sebuah pesawat
B737 yang menabrak seekor kerbau di bandar udara Aceh beberapa tahun lalu.
Selain binatang, ternyata manusia juga bisa menyebabkan FOD pada saat
pesawat terbang. Yaitu dengan menerbangkan layang-layang di sekitar jalur lepas
landas dan pendaratan pesawat. Biarpun tidak bisa terbang tinggi, layang-layang
jika dimainkan tepat di jalur pendaratan pesawat atau jalur lepas landas
mempunyai efek bahaya yang sama dengan burung pada kasus bird strike.