RINGKASAN
KEMAMPUAN JERUK NIPIS DALAM MENGHILANGKAN KADAR Pb, Cd
KUPANG BERAS (Corbula faba)
Indasah
Kupang merupakan produk perikanan yang bergizi, namun di sisi lain kupang juga telah tercemar
Pb dan Cd yang membahayakan manusia hal ini karena Kupang beras hidup di muara sungai. Kupang
beras mampu bertahan hidup di tempat berlumpur atau sedimen dan mempunyai mobilitas rendah,
maka kemungkinan terjadinya pencemaran khususnya oleh Pb dan Cd pada kupang di muara sungai
tentunya tidak dapat dihindari.
Kadar Pb dan Cd pada kupang yang tinggi mempengaruhi kesehatan. Pb menyebabkan anemia
dan defisiensi hemoglobin, disfungsi ginjal dan kerusakan otak (neuropathy). Cd dapat memotivasi
demineralisasi tulang, meningkatkan kerapuhan tulang dan risiko fraktur, menyebabkan timbulnya
anemia dan hipertensi, pada testis menyebabkan hyperplasia yang merupakan permulaan terjadinya
kanker ( Hadisoegondo, 1990). untuk itu perlu dilakukan upaya menurunkan kadar Pb dan Cd pada
kupang sehingga aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk
menurunkan logam berat berbahaya dalam kupang. Salah satu upaya tersebut adalah dengan
menggunakan pengikat logam (chelating agent) antara lain kandungan asam polikarboksilat yang ada
dalam jeruk nipis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penambahan jeruk nipis dalam upaya
menurukan kadar Pb dan Cd dalam daging kupang beras (Corbula faba). Dari penelitian ini diharapkan
dapat ditemukan perlakuan yang paling baik dalam upaya penurunan kadar Pb dan Cd dengan
pemberian jeruk nipis dengan cara mudah , sederhana dan efektif sehingga dapat disosialisasikan
kepada masyarakat umum khususnya penjual lontong kupang sehingga dampak pemaparan logam
berat Pb dan Cd dapat hindari.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sesungguhnya (True Experimental).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan yaitu
penambahan jeruk nipis 79 gram, 238 gram , 396 gram dan dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tanpa perlakuan (kontrol) kadar rata-rata Pb 1,281
mg/kg (ppm), Cd 1,254 mg/kg (ppm), Jika dikaitkan dengan ketentuan FAO/WHO yang menyatakan
bahwa kadar logam berat yang diperbolehkan dalam tubuh hewan laut yang dapat dikonsumsi manusia
untuk Pb tidak lebih dari 1ppm dan untuk Cd tidak lebih dari 0,1 ppm. Surat Keputusan Direktur Jendral
Pengawas Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VI/99 tentang batas maksimum cemaran logam dalam
makanan menyatakan bahwa kadar yang diperbolehkan untuk Cd 1 mg/l sedangkan untuk Pb 2 mg/l,
menurut SNI kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Pb 2 mg/kg Berdasarkan hal tersebut di atas
berarti kupang beras dari Sidoarjo telah tercemar logam berat Pb dan Cd. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa kupang beras dari Sidoarjo telah tercemar logam berat
Pb dan Cd (Arbai, 1999 ; Handajani, 2000 ; Handajani, 2001 ; Sutanto, 2002). Batas intake Pb
berdasarkan ketentuan ADI (Acceptable Daily Intake) 200 – 300 ug/hari, untuk Cd 25 – 60 ug/hari. Kadar
Pb kupang beras 1,281 mg/kg , dengan demikian kupang beras yang boleh dikonsumsi manusia yaitu
156 – 234 gram/hari. Kadar Cd kupang beras 1,254 mg/kg, dengan demikian kupang beras yang boleh
dikonsumsi manusia adalah 19,9 – 47,8 gram/hari. Berdasarkan ketentuan ADI menunjukkan bahwa
kadar Cd pada makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi manusia lebih rendah daripada kadar Pb,
maka batas intake kupang beras yang boleh dikonsumsi oleh masyarakat adalah berdasarkan kadar Cd
yang ada pada kupang beras yaitu 19,9 – 47,8 gram/hari, sehingga masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya
apabila mengkonsumsi daging kupang beras dalam sehari maksimum yang diperbolehkan sebesar 19,9 –
47,8 gram/hari. Hal ini untuk menghindari adanya efek negatif logam berat dalam tubuh manusia
khususnya yang mengkonsumsi daging kupang beras.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan jeruk nipis terjadi penurunan Pb
sebesar 94,6% - 98,4 %, penurunan Cd sebesar 97,7 % – 98,6 %, penurunan Fe sebesar 39,6 % – 45,2 %,
penurunan Zn sebesar 81,5 % – 83,2 %, penurunan protein sebesar 23,2 % - 28,7 %. Penambahan jeruk
nipis yang paling baik digunakan dalam upaya menurunkan kadar logam berat Pb, Cd dengan penurunan
minimal Fe, Zn dan protein yaitu dengan jumlah 79 gram
SUMMARY
LIME FRUIT (Citrus aurantifolia) TO DECREASE ON THE CONTENT OF Pb, Cd, OF “KUPANG BERAS
“(Corbula Faba)
Kupang is nutritious fishery product, but on the other side hand it also been contaminated by
Pb and Cd which has been endangering human being becouse Kupang beras lives in river estuary.
Kupang beras lives in cluster in water territorial near river estuary, Kupang beras can live in muddy place
or sediment it has low mobility so that is why the possibility of contamination especially by Pb and Cd on
Kupang beras in river estuary cannot be avoided.
High content of Pb and Cd in Kupang beras influences health. Pb causes haemoglobin
deficiencies and anaemia, kidney disfunction and brain damage ( neuropathy). Cd can motivate bone
demineralisation, increase bone brittleness and bone fracture risk, cause anaemia and hypertension, at
testis, Cd causes hyperplasia which is the beginning of cancer (Hadisoegondo, 1990). Therefore,it is
necessary to decrease the content of Pb and Cd in Kupang so that it is safe to be consumed. Therefore,
efforts to decrease dangerous heavy metal is needed to do. One of the efforts is by using chelating
agent, such as the content of polycarbocilat in lime.
The objective of this research is to study the use lime fruit to decrease the content of Pb and Cd
as much as possible of kupang beras (Corbula faba). From this research, it is hoped to find the best
treatment to decrease the content of Pb and Cd contents of kupang beras by using lime in an easy,
simple and effective way so that it caube socialized to the public especially to kupang lontong seller in
order to avoid the effect of Pb and Cd heavy metals.
The research is True Experimental and used is Completely Randomized Design with 3
treatments, namely, the addition of 26.6 % citric acid, 79 gram, 238 gram and 396 gram lime fruit and
compared with controlled treatment.
The data obtained from the research finding show that without treatment (control) the average
content of Pb is 1.281 ppm, Cd is 1.254 ppm, If it is related to the regulation FAO/WHO with says that
the content of heavy metal allowed in fisheries product that can be consumed by human being for Pb is
not more than 1 ppm and for Cd is not more than 0.1 ppm The decree of director general of food and
medicine supervision no. 03725/B/SK/VI/99 about maximum limit of metal waste in food states that the
content allowed for Cd is 1 mg/l whereas for Pb is 2 mg/l, based on SNI the allowed maximum content
for Pb is 2 mg/kg. Based one the abone statement, it means that Kupang beras in Sidoarjo has been
contaminated by Pb and Cd heavy metals. This fact is inaccordauce with former researches reporting
that kupang beras in Sidoarjo has bee contaminated by Pb and Cd heavy metals (Arbai, 1999 ;
Handajani, 2000; Handajani 2001; Stanto , 2002). Intake limit for Pb based on the regulation of ADI (
Acceptable Daily Intake) is 200 - 300 µg/day, for Cd is 25 – 60 µg/day. Pb content in Kupang beras is
1,281 mg/kg , it means that Kupang beras allowed to be consumed by human being that is 156 - 234
gram/day. Cd content in kupang beras is 1.254 mg/kg, it means that kupang beras allowed to be
consumed by human being is 19.9 – 47.8 gram/day. This limitation is due to avoid the negative effect of
heavy metal on human body especially those who consume flesh of kupang beras.
The research findings show that by adding lime there is decrease of Pb by 94.6 – 98.4 %, a
decrease of Cd by 97.7 – 98.6 %,. The best addition of lime used to decrease the content of Pb and Cd
heavy metals is 79 gram
Keywords : Corbula faba ; Pb, Cd, Fe, Zn and protein ; acetic acid, citric acid and lime fruit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu jenis produk perikanan yang disukai masyarakat adalah makanan laut kelompok
shellfish antara lain kerang termasuk didalamnya kupang, tiram, remis, kijing, udang, lobster, rajungan,
kepiting karena makanan laut kelompok shellfish ini lezat, gurih dan mudah dijumpai di kaki lima
berlabel sea food (makanan laut). Kupang merupakan sumber bahan makanan yang banyak dikonsumsi
masyarakat. Ada dua jenis kupang yang biasa ditangkap oleh penangkap kupang yaitu kupang putih
(Corbula faba) dan kupang merah (Masculista senhausia). Jenis kupang putih/kupang beras merupakan
jenis kupang yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat (Purwati, 2001). Kupang merupakan
makanan tradisional yang khas. Kupang banyak digemari penduduk Surabaya, Sidoarjo, Bangil dan
Pasuruan sebagai hidangan yang dikenal dengan sebutan lontong kupang.
Habitat kupang beras ada di laut tepatnya di daerah perairan estuaria dekat muara sungai.
Kupang hidup bergerombol di dasar perairan berupa lumpur atau lumpur bercampur pasir
(Purwati, 2001). Laut merupakan tempat bermuaranya semua sungai, baik sungai kecil maupun
sungai besar, dengan demikian laut akan menjadi tempat berkumpulnya zat zat pencemar yang
dibawa oleh aliran sungai-sungai tersebut. Banyak pabrik (industri) yang membuang limbah
industrinya ke sungai tanpa proses pengolahan limbah terlebih dahulu dan limbah hasil kegiatan
rumah tangga yang dibuang ke sungai. Limbah-limbah ini akan terbawa ke laut oleh aliran
sungai yang nantinya akan mencemari laut (Yanney,1990). Salah satu zat pencemar yang paling
berbahaya adalah logam berat, karena logam berat umumnya bersifat toksik (racun) dan
kebanyakan di air dalam bentuk ion. Beberapa logam berat yang sering berada di perairan
bermacam-macam jenisnya, ada logam esensial (yang dibutuhkan) antara lain Zn, Fe dan ada
logam berat non esensial (yang tidak dibutuhkan) di antaranya Pb dan Cd. Di Jawa Timur
populasi kupang banyak di muara sungai Kepitingan Sidoarjo, Kenjeran, Bangil dan pantai
Kraton Pasuruan (Purwati, 2001).
Kupang merupakan salah satu hewan laut yang dapat mengakumulasi logam berat yang
ada di lingkungannya, karena kupang mempunyai sifat hidup yang menetap, lambat untuk
menghindarkan diri dari pencemaran dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap bahan
pencemar (Darmono, 2001). Kupang dan jenis moluska lainnya menyerap logam berat melalui
tiga cara yaitu dari bentuk terlarut dalam air, terserap dalam lapisan lendir yang melingkupi
tubuhnya dan melalui rantai makanan. Semakin tinggi kadar logam berat dalam perairan makin
besar pula kadar logam berat di dalam tubuhnya. Di dalam tubuh, logam-logam berat yang
sifatnya mirip dengan nutrien mengalami metabolisme dan sebagian dideposit di tempat-tempat
tertentu (Handajani et al., 2000). Kupang yang mengandung logam berat, berbahaya bagi
kehidupan. Apabila kupang tersebut dikonsumsi manusia, maka akan mengakibatkan
terakumulasinya logam berat dalam tubuh yang bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Di antara
logam berat yang berbahaya bagi kesehatan adalah Pb (timbal/timah hitam) dan Cd (Cadmium).
Hasil penelitian tentang kandungan logam berat pada organisme laut telah banyak dilakukan
antara lain :Pikir (1991) yang melaporkan bahwa di Kenjeran Surabaya kadar Pb dalam kupang 28,842
ppm, Cd 8,171 ppm, Fe 205,92 ppm dan Zn 91,04 ppm, sedangkan kadar Pb kerang 3,1 ppm – 9,64 ppm,
Cd kerang 0,136 ppm – 1,2 ppm. Arbai (1999) melaporkan di Sidoarjo kadar Pb kupang beras 0,202 ppm
kupang tawon 0,25 ppm, Cd kupang beras 0,136 ppm. Handajani (2000) melaporkan kadar Pb kupang
beras di Surabaya 1,1084 ppm, kupang tawon 1,0143 ppm, Pb kupang beras di Sidoarjo 2,4795 ppm,
kupang tawon 5,6794 ppm, Pb kupang beras di Pasuruan 1,5543 ppm, kupang tawon 2,9031 ppm.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pencemaran di perairan Sidoarjo paling tinggi dibanding
Surabaya dan Pasuruan. Handajani et al. (2001) melaporkan bahwa di Sidoarjo kadar Pb pada kupang
beras mentah 3,1902 ppm dan pada kupang beras masak 2,8903 ppm. Sutanto Haris (2002) melaporkan
bahwa kadar Pb pada kupang beras di Pasuruan 2,98 – 3,38 ppm. Kurnianta Jimmy (2002) melaporkan
bahwa kadar Cd pada kupang beras di Pasuruan 2,64 ppm. Purwanto (2000) melaporkan bahwa
kandungan Hg kupang beras mentah di Sidorajo sebesar 1,796 ppm, kupang rebus 0 ppm, kaldu kupang
0,016 ppm, petis kupang 0,025 ppm, kerupuk kupang 0,01 ppm sedangkan dalam kupang saji ditambah
petis dan kaldu terdapat Hg 0,318 ppm. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kadar logam
berat dalam kupang telah melampaui ambang batas kandungan logam berat yang dianjurkan oleh
FAO/WHO dimana dalam hewan laut yang boleh dikonsumsi manusia maksimal untuk Cd sebesar 0,1
ppm dan Pb 1 ppm. Menurut ketentuan ADI (Acceptable-Daily-Intake) batas toleransi pemasukan Cd
dalam tubuh 25 – 60 ug/hari dan untuk Pb 200 – 300 ug/hari (Hamilton, 1980) . Menurut ketentuan SNI
kandungan Pb yang diperbolehkan maksimum 2 mg/kg.
Pb (timbal/timah hitam) bersifat toksik karena menimbulkan gejala anemia, defisiensi
hemoglobin, gangguan ginjal, kemunduran mental pada anak-anak, gangguan jiwa, kerusakan pada hati
dan gangguan susunan saraf (Hadisoegondo, 1990).
Cadmium bersifat racun dan karsinogenik, menyebabkan deformasi tulang, akumulasi cadmium
menyebabkan terjadi anemia dan hipertensi. Terjadinya anemia oleh karena penurunan hormon
erythropoitien yang berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah, hipertensi sekunder akibat
kerusakan ginjal. Deposit pada testis akan menyebabkan testis menjadi atrofi, dan terjadi kerusakan sel-
sel leydig yang menyebabkan hyperplasia yang merupakan permulaan terjadinya kanker (Darmono,
2001).
Kupang merupakan produk perikanan yang bergizi, namun di sisi lain kupang juga telah tercemar
logam berat yang membahayakan manusia, untuk itu perlu dilakukan upaya menurunkan kandungan
logam berat yang tidak dibutuhkan (Pb dan Cd) pada kupang sehingga aman untuk dikonsumsi oleh
manusia.
Untuk itu perlu dilakukan upaya lain untuk menurunkan logam berat dalam kupang. Salah satu
upaya tersebut adalah dengan menggunakan pengikat logam (chelating agent) antara lain asam
trikarboksilat yang ada dalam jeruk nipis.
Jeruk nipis lokal mengandung bahan kimia yang paling banyak yaitu asam sitrat 5,56 gram dan
asam askorbat 2,7 gram setiap 100 gram jeruk nipis, di mana zat kimia tersebut mempunyai kemampuan
mengikat logam (BPPT, 2002). Dengan kandungan bahan kimia yang terdapat dalam jeruk nipis
terutama kandungan sitratnya yang tinggi diduga dapat menurunkan bahkan menghilangkan kandungan
logam berat dalam makanan khususnya kupang beras. Selain itu jeruk nipis banyak digunakan
masyarakat baik sebagai bumbu masakan maupun sebagai obat, sehingga penggunaan jeruk nipis dalam
penurunan logam berat mudah diterapkan dalam masyarakat. Jeruk nipis tersedia sepanjang tahun,
kualitas jeruk nipis diketahui dari warna, kejernihan dan tekstur kulit semakin tipis semakin banyak
kandungan airnya bukan ukuran buahnya (Heinerman John, 1999).
Pengikat logam (chelating agent) dalam hal ini jeruk nipis dengan berbagai konsentrasi maka
dapat ditentukan perlakuan yang paling baik dalam upaya menurunkan kadar Pb, Cd untuk diterapkan
pada masyarakat khususnya penjual lontong kupang.
Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan
1. Apakah penambahan jeruk nipis dengan konsentrasi yang berbeda pada daging kupang beras
(Corbula faba) mampu menurunkan kadar Pb dan Cd?
2. Pada konsentrasi berapa penambahan jeruk nipis yang mampu menurunkan kadar Pb dan Cd
yang paling banyak ?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan mengetahui pengaruh penambahan jeruk nipis dengan
konsentrasi yang berbeda dalam menurunkan kadar Pb dan Cd kupang beras (Corbula faba).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat ditemukan perlakuan yang paling baik dalam upaya penurunan
kadar Pb, Cd g kupang beras dengan menggunakan jeruk nipis dengan cara mudah , sederhana
dan efektif sehingga dapat disosialisasikan kepada masyarakat umum khususnya penjual lontong
kupang sehingga dampak pemaparan logam berat Pb dan Cd dapat hindari.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Skema Kerangka Konseptual
Pb, Cd
Limbah industri,
domestik dan pertanian
Pb,Cd
Sungai
Sungai
Pb,Cd
Estuari
Estuaria
Pb,Cd terikat protein
menjadi senyawa
metallothionein
Kupang beras
Perlakuan pada
daging kupang
Jeruk nipis
238 gram
Jeruk nipis
79 gram
Jeruk nipis
396 gram
Pb,Cd,Fe,Zn,
protein
Pb,Cd turun / hilang
Garam Pb, Cd sitrat
dan ascorbat
Garam Pb, Cd sitrat
dan ascorbat
Garam Pb, Cd sitrat
dan ascorbat
3.3 HIPOTESIS
Jeruk nipis mampu menurunkan kadar Pb dan Cd kupang beras,
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sesungguhnya (True Experimental), dalam
rancangan ini harus memenuhi tiga prinsip yaitu randomisasi, replikasi dan adanya kelompok/perlakuan
kontrol atau banding ( Zainuddin, 1999). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap. Rancangan ini diasumsikan bahwa populasi ”homogen” artinya semua karakteristik antar unit
populasi sama, sehingga pengukuran awal tidak dilakukan, oleh karena dianggap sama untuk semua
kelompok, karena berasal dari satu populasi yang sama (Zainuddin, 1999). Rancangan ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
K Pb, Cd
JNR Pb, Cd
R JNS Pb, Cd
JNT Pb, Cd
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini ingin mengetahui efek penambahan pengikat
logam (chelating agent), diukur kadar Pb,Cd dari kupang beras. Penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Secara random (R) kelompokkan kupang beras menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (K) dan
kelompok perlakuan/test.
2. Kepada kelompok perlakuan diberikan penambahan pengikat logam(chelating agent) dalam hal ini
jeruk nipis dengan berbagai konsentrasi (79 gram,238 gram, 396 gram) sedangkan kelompok kontrol
diberikan penambahan aquades.
3. Setelah jangka waktu 1 jam diukur kadar Pb, Cd baik dari kelompok kontrol maupun dari kelompok
perlakuan.
Keterangan :
R : Randomisasi
K : Daging kupang beras direndam dengan aquades selama 1 jam
JNR : Daging kupang beras direndam dengan jeruk nipis 79 gram selama 1 jam
JNS : Daging kupang beras direndam dengan jeruk nipis 238 gram selama 1 jam
JNT : Daging kupang beras direndam dengan jeruk nipis 396 gram selama 1 jam
4.2 Unit Eksperimen dan Replikasi
Unit eksperimen yang digunakan adalah kupang beras (Corbula faba) yang ditangkap
pencari kupang yang diambil dari perairan estuari Sidoarjo oleh karena berdasarkan penelitian
Handajani (2000) kupang dari daerah Sidoarjo mengandung logam Pb paling tinggi. Selain itu
kupang beras (Corbula faba) banyak dikonsumsi oleh masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya.
Jumlah ulangan untuk setiap perlakuan menurut Steel dan Torrie (1981) sebagai berikut :
2 (Z α/2 + Zβ)2 σ
2
r ≥ -----------------------------
δ2
Penelitian Sari (2005) diketahui bahwa asam asetat mampu menurunkan logam berat Cd
pada kerang dengan data sebagai berikut :
Varians sebelum perendaman: 0,604
Varians sesudah perendaman 1 jam : 0,124
Z α/2 = 1,96 σ2
= 0,124
Zβ = 0,84 δ2
= 0,48
2 (1,96 + 0,84)2 0,124
r ≥ ------------------------------------- = 3,92
0,48
Dengan demikian jumlah ulangan dalam penelitian ini adalah 4 kali
4.3 Variabel penelitian
Terdapat 2 (dua ) variabel dalam penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
Jeruk nipis 79 gram, 238 gram, 396 gram
2. Variabel tergantung : Pb, Cd
4.4.Definisi Operasional
1. Kadar Pb adalah banyaknya Pb dalam daging kupang yang diukur dengan Atomic Absorption
Spectrophotometer(SSA), dengan satuan ppm (mg/kg)
2. Kadar Cd adalah banyaknya Cd dalam daging kupang yang diukur dengan Atomic Absorption
Spectrophotometer(SSA), dengan satuan ppm (mg/kg)
3. Penurunan kadar Pb, Cd adalah selisih antara kontrol dikurangi rata-rata kadar Pb, Cd pada
masing –masing perlakuan dibagi dengan kontrol dan dikalikan 100 %.
Kontrol – Kadar
Penurunan Kadar = ----------------------- X 100 %
Kontrol
4.5. Prosedur penelitian
Sampel kupang beras diperoleh dari Desa Balongdowo, Sidoarjo sebagai pusat pengumpul
kupang beras yang diambil dari perairan estuaria Sidoarjo. Kupang beras dicuci, kemudian direbus
dengan suhu 100oC selama 2 jam, untuk memisahkan cangkang dan dagingnya. Daging kupang beras
kemudian dibawa ke Laboratorium untuk ditimbang masing masing 100 gram sebanyak perlakuan yaitu
3+ 1 kontrol dengan ulangan 4 kali sehingga diperlukan daging kupang 2 kg. Kemudian masing masing
diletakkan dalam baskom/tempat plastik dan dilakukan perendaman jeruk nipis dengan konsentrasi 79
gram jeruk nipis diambil airnya dan ditambahkan aquades sampai 100 ml, 238 gram jeruk nipis diambil
airnya tanpa ditambahkan aquades dan 396 gram jeruk nipis diambil airnya tanpa ditambahkan
aquades, semua bahan direndam dalam larutan jeruk nipis dengan berbagai konsentrasi selama 1 jam.
Setelah 1 jam, kupang beras dicuci dengan aquades kemudian dilakukan pengukuran kadar Pb, Cd pada
daging kupang.
.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5
5.8 Rata-rata dan Penurunan Kadar Pb, Cd Daging Kupang Beras Akibat Penambahan jeruk nipis.
Hasil analisis rata-rata kadar Pb, Cd akibat penambahan jeruk nipis disajikan pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17 Rata-rata Kadar Pb, Cd daging
kupang beras akibat penambahan jeruk nipis.
Jeruk Nipis Kadar Pb
(mg/kg)
( x ± SD)
Kadar Cd
(mg/kg)
( x ± SD)
K 1,28 ± 0,03 1,25 ± 0,02
JNR(79g) 0,069±0,015 0,029±0,004
Keterangan :
K = Kontrol
JNR = Jeruk Nipis Rendah
JNS = Jeruk Nipis Sedang
JNT = Jeruk Nipis Tinggi
Melihat tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan penambahan jeruk nipis rata-rata kadar Pb
dan Cd terendah terjadi pada pemberian jeruk nipis 396 gram Penurunan kadar Pb, Cd dibandingkan
dengan kontrol akibat perlakuan jeruk nipis dibandingkan dengan kontrol dapat dilihat pada Tabel 5.18
Tabel 5.18 Penurunan kadar Pb, Cd akibat
penambahan jeruk nipis dibandingkan dengan kontrol.
JNS(238g) 0,057±0,013 0,024±0,004
JNT(396g) 0,020±0,006 0,018±0,005
Jeruk Nipis Penurunan
Pb (%)
Penurunan
Cd (%)
JNR(79g) 94,6 97,7
JNS(238g) 95,6 98,1
Melihat tabel di atas dapat dijelaskan pengaruh pemberian jeruk nipis terhadap penurunan
kadar Pb dan Cd tertinggi terjadi pada perlakuan jeruk nipis 396 g
5.9 Perbedaan Kadar Pb, Cd Daging Kupang Beras Akibat Penambahan Jeruk Nipis.
Perbedaan kadar Pb, Cd akibat penambahan asam asetat secara serentak dapat diketahui
dengan uji MANOVA. Hasil Uji Manova dapat dilihat adanya perbedaan kadar Pb akibat penambahan
jeruk nipis dengan F = 82,629 dengan p = 0,000 (p<0,05).
Perbedaan kadar Pb, Cd akibat penambahan jeruk nipis secara terpisah dapat diketahui dengan
uji Anova, sehingga diketahui logam berat apa yang kadarnya pada daging kupang beras dipengaruhi
oleh penambahan jeruk nipis.
5.9.1 Perbedaan Kadar Pb daging kupang beras akibat penambahan jeruk nipis.
Uji Levene,s menunjukkan data kadar Pb memenuhi asumsi homogenitas dengan nilai p = 0,133
(p > α) artinya variansinya homogen, sehingga dapat digunakan uji Anova. Hasil uji anova dapat
diketahui bahwa jumlah jeruk nipis berpengaruh terhadap kadar Pb daging kupang beras. Hal ini dapat
JNT(396g) 98,4 98,6
dilihat dari nilai F = 5748,509 dan p = 0,000 (p < 0,05). Uji perbandingan berganda (Multiple
Comparation) untuk mengetahui perbedaan kadar Pb akibat penambahan jeruk nipis dengan jumlah
yang berbeda digunakan uji beda HSD dapat di lihat pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19. Uji beda pengaruh kadar jeruk nipis terhadap kadar Pb
Pb
Tukey HSD
JERUK NIPIS N
Subset
1 2 3
KADAR TINGGI 4 .02025
KADAR SEDANG 4 .05725
KADAR RENDAH 4 .06975
KONTROL 4 1.28125
Sig. 1.000 .704 1.000
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:
1. Terdapat perbedaan yang significant kadar Pb antara kontrol dengan kelompok yang
mendapat penambahan jeruk nipis 79 g, 238 g dan 396 g
2. Tidak terdapat perbedaan yang significant kadar Pb antara kelompok yang mendapat
penambahan jeruk nipis 79 g dengan kelompok yang mendapat pemberian jeruk nipis 238 g.
3. Terdapat perbedaan yang significant kadar Pb antara kelompok yang mendapat
penambahan jeruk nipis 396 g dengan kelompok yang mendapat pemberian jeruk nipis 79 g
dan 238 g.
5.9.2 Perbedaan Kadar Cd daging kupang beras akibat penambahan jeruk nipis.
.
Uji Levene,s menunjukkan data kadar Cd memenuhi asumsi homogenitas dengan nilai p-volue =
0,050 > α artinya variansinya homogen, sehingga dapat digunakan uji Anova. Hasil uji anova dapat
diketahui bahwa jumlah jeruk nipis berpengaruh terhadap kadar Cd daging kupang beras. Hal ini dapat
dilihat dari nilai F = 12425,590 dan p = 0,000 (p < 0,05). Uji perbandingan berganda (Multiple
Comparation) untuk mengetahui perbedaan kadar Cd akibat penambahan jeruk nipis dengan jumlah
yang berbeda digunakan uji beda HSD, diperoleh hasil sebagai berikut .
Tabel 5.20. Uji beda pengaruh kadar jeruk nipis terhadap kadar Cd
Cd
Tukey HSD
JERUK NIPIS N
Subset
1 2
KADAR TINGGI 4 .01775
KADAR SEDANG 4 .02350
KADAR RENDAH 4 .02850
KONTROL 4 1.25350
Sig. .535 1.000
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:
1. Terdapat perbedaan yang significant kadar Cd antara kontrol dengan kelompok yang
mendapat penambahan jeruk nipis 79 g, 238 g dan 396 g
2. Tidak terdapat perbedaan yang significant kadar Cd antara kelompok yang mendapat
penambahan jeruk nipis 79 g , 238 g dan 396 g.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Kadar logam berat pada kupang beras.
Hasil penelitian diperoleh kadar rata-rata sebagai berikut : Pb 1,281 ppm, Cd 1,254 ppm.
FAO/WHO menyatakan bahwa kandungan logam berat yang diperbolehkan dalam tubuh hewan laut
yang dapat dikonsumsi manusia untuk Pb tidak lebih dari 1 ppm dan untuk Cd tidak lebih dari 0,1 ppm.
Surat Keputusan Direktur Jendral Pengawas Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VI/99 tentang batas
maksimum cemaran logam dalam makanan menyatakan bahwa kadar yang diperbolehkan untuk Cd 1
mg/l sedangkan untuk Pb 2 mg/l. Sedangkan menurut SNI kadar maksimum yang diperbolehkan untuk
Pb 2 mg/kg, dan untuk Zn 100 mg/kg. Berdasarkan hal tersebut di atas berarti kupang beras dari
Sidoarjo telah tercemar logam berat Pb dan Cd. Hal yang sama pernah dilakukan oleh Arbai (1999) ;
Handajani (2000) ; Handajani (2001) dan Sutanto (2002), (periksa Tabel 2.6, hal 38). Tingginya
kandungan logam berat Pb dan Cd dalam kupang beras karena sifat kupang yang mobilitasnya rendah
dan menetap dalam suatu habitat tertentu yaitu di sedimen atau dasar laut, sehingga kupang beras bisa
digunakan sebagai bioindikator pencemaran di suatu perairan. Melalui rantai makanan logam berat
yang ada di air dapat masuk ke dalam tubuh kupang beras karena kupang beras merupakan hewan
“filter feeder”. Semakin besar kadar logam berat di dalam lingkungan dan semakin lama kupang beras
berada di tempat tersebut maka semakin besar kadar logam berat di dalam tubuh kupang beras. Kupang
beras menyerap logam berat melalui tiga cara, yaitu dari bentuk terlarut dalam air, terserap dalam
lapisan lendir yang meliputi tubuhnya dan melalui rantai makanan.
Kupang mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat sampai batas yang tidak
menyebabkan efek racun pada dirinya sendiri dikarenakan organisme tersebut memiliki protein pengikat
logam (metallothionein) yaitu protein yang terlibat dalam regulasi logam esensial dan sebagai agen
detoksifikasi logam non esensial (Roesijadi, 1992). Metallothionein menyimpan logam berat di jaringan
hati dan ginjal. Metallothionein mempunyai dua fungsi yaitu sebagai protein yang terikat dalam regulasi
ion logam esensial dan agen detoksifikasi logam non essensial yang kadarnya berlebihan dalam tubuh
(Engel dan Roesijadi, 1987). Adanya peran metallothionein ini menyebabkan banyak organisme yang
mampu mengakumulasi logam berat jika mereka hidup di perairan yang tercemar logam berat. Namun
bila kadar logam berat terlalu tinggi dapat mengganggu homeostatis fungsi metallothionein dan
akhirnya dapat meracuni organisme tersebut (Roesijadi, 1992). Dengan adanya logam dalam tubuh
organisme hal ini akan berpengaruh terhadap protein antara lain menghambat aktivitas enzim,
konfigurasi protein tidak fungsi, mengikat residu negatif gas fosfolipid dan residu protein (Darmono,
1995).
Batas intake Pb berdasarkan ketentuan ADI (Acceptable Daily Intake) 200 – 300 µg/hari, untuk
Cd 25 – 60 µg/hari. Kadar Pb kupang beras 1,281 mg/kg , dengan demikian kupang beras yang boleh
dikonsumsi manusia yaitu 156 – 234 gram/hari. Kadar Cd kupang beras 1,254 mg/kg, dengan demikian
kupang beras yang boleh dikonsumsi manuasia adalah 19,9 – 47,8 mg/kg. Berdasarkan ketentuan ADI
menunjukkan bahwa kadar Cd pada makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi manusia lebih
rendah daripada kadar Pb, hal ini menunjukkan bahwa logam berat Cd lebih berbahaya daripada logam
berat Pb. Berdasarkan hal tersebut maka batas intake kupang beras yang boleh dikonsumsi oleh
masyarakat adalah berdasarkan kadar Cd yang ada pada kupang beras yaitu 19,9 – 47,8 mg/hari,
sehingga masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya apabila mengkonsumsi daging kupang beras dalam sehari
maksimum yang diperbolehkan sebesar 19,9 – 47,8 mg/hari. Hal ini untuk menghindari adanya efek
negatif logam berat dalam tubuh manusia khususnya yang mengkonsumsi daging kupang beras.
6
6.6.1 Perbedaan kadar Pb akibat penambahan jeruk nipis
Pb dengan valensi +2 dan +4 mempunyai, mempunyai konfigurasi elektron (n) s2 (n) p2. Jeruk
nipis mengandung Asam sitrat adalah asam trikarboksilat dimana tiap molekulnya mengandung gugus
karboksil dan satu gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon, sehingga. asam sitrat dapat
membentuk senyawa kompleks yang mantap, yang mana asam sitrat mempunyai 4 pasang elektron
bebas pada molekulnya yaitu pada gugus karboksilat yang dapat diberikan pada ion logam sehingga
menyebabkan terbentuknya ion kompleks yang dengan mudah larut dalam air (Rivai, 1995). Asam sitrat
secara simultan mengkoordinasi keempat tempat pada sebuah atom logam (Pb) dengan empat bilangan
koordinasi yang merupakan kompleks yang mantap (Saeni, 1989). Asam ascorbat mengandung satu
gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon, yang mana asam ascorbat mempunyai satu pasang
elektron bebas pada molekulnya yang dapat diberikan pada atom logam sehingga menyebabkan
terbentuknya ikatan Pb- asam ascorbat. Asam amino yang terdiri dari lysin dan triptofan masing-masing
mengandung satu gugus karboksil yang terikat pada atom karbon, yang mana lysin dan triptofan masing-
masing mempunyai satu pasang elektron bebas pada molekulnya yang dapat diberikan pada atom
logam sehingga menyebabkan terbentuknya ikatan Pb – lysin dan Pb-triptofan.
Dalam tubuh kupang Pb terikat dalam protein atau peptida membentuk senyawa
metallothionein, dengan adanya asam sitrat, asam ascorbat dan asam amino (lysin dan triptofan maka
Pb akan terlepas dan berikatan dengan ion OH- dan COOH- yang ada pada asam sitrat, asam ascorbat
dan asam amino (triptofan dan lysin) membentuk senyawa Pb sitrat, Pb ascorbat, Pb lysin dan Pb
triptofan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kadar Pb daging kupang
beras antara penambahan jeruk nipis 79 gram dengan 238 gram dan 396 gram. Hal ini menunjukkan
bahwa jeruk nipis dengan jumlah 79 gram memberikan pengaruh yang berbeda dalam menurunkan
kadar Pb terhadap penambahan jeruk nipis dengan jumlah 238 gram dan 396 gram. Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara penambahan jeruk nipis 238 gram dengan 396 gram. Penurunan Pb
akibat perlakuan jeruk nipis berkisar antara 94,6 – 98,4 %.
6.6.2 Perbedaan kadar Cd akibat penambahan jeruk nipis
Logam cadmium mempunyai valensi +2 atau mempunyai muatan +2.Dalam system biologi
makhluk hidup, logam ini tergolong logam nonesensial dan tidak diregulasi, sehingga bila dalam tubuh
makhluk hidup terdapat cadmium dalam konsentrasi melebihi ambang batas, maka akan bersifat sangat
toksik dan teratogenik terhadap sel maupun jaringan tubuh, dapat menyebabkan kematian sel,
kerusakan fungsi reproduksi dan penghambatan beberapa aktivitas enxim (Darmono, 2001).
Jeruk nipis mengandung Asam sitrat yang mempunyai 4 pasang elektron bebas pada molekulnya
yaitu pada gugus karboksilat yang dapat diberikan pada ion logam sehingga menyebabkan terbentuknya
ion kompleks yang dengan mudah larut dalam air (Rivai, 1995). Asam sitrat secara simultan
mengkoordinasi keempat tempat pada sebuah atom logam (Cd) dengan empat bilangan koordinasi yang
merupakan kompleks yang mantap (Saeni, 1989). Asam ascorbat mengandung satu gugus hidroksil yang
terikat pada atom karbon, yang mana asam ascorbat mempunyai satu pasang elektron bebas pada
molekulnya yang dapat diberikan pada atom logam sehingga menyebabkan terbentuknya ikatan Cd -
asam ascorbat. Asam amino yang terdiri dari lysin dan triptofan masing-masing mengandung satu gugus
karboksil yang terikat pada atom karbon, yang mana lysin dan triptofan masing-masing mempunyai satu
pasang elektron bebas pada molekulnya yang dapat diberikan pada atom logam sehingga menyebabkan
terbentuknya ikatan Cd – lysin dan Cd-triptofan.
Dalam tubuh kupang Cd terikat dalam protein atau peptida membentuk senyawa
metallothionein, dengan adanya asam sitrat, asam ascorbat dan asam amino (lysin dan triptofan maka
Cd akan terlepas dan berikatan dengan ion OH- dan COOH yang ada pada asam sitrat, asam ascorbat
dan asam amino (triptofan dan lysin) membentuk senyawa Cd sitrat, Cd ascorbat, Cd lysin dan Cd
triptofan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar Cd daging
kupang beras antara berbagai perlakuan jeruk nipis 79 gram, 238 gram dan 396 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi tidak mempengaruhi kadar Cd dalam daging kupang beras.
Penurunan Cd akibat perlakuan jeruk nipis berkisar antara 97,7 – 98,6 %.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan
1. Jeruk nip[is mampu merukunkan kadar Pb dan Cd kupang beras
2. Jeruk nipis 396 gram yang paling banyak menurunkan kadar Pb dan Cd
Saran.
1. Hasil penelitian ini dapat ditemukan upaya penurunan kadar Pb, Cd dengan cara mudah,
sederhana dan efektif yaitu dengan menggunakan asam asetat pada kupang beras direndam
selama 1 jam, maka disarankan untuk penjual lontong kupang khususnya dan masyarakat pada
umumnya sebelum memasak kupang beras sebaiknya direndam jeruk nipis 79 gram per 100 g
kupang beras karena dengan 79 gram jeruk nipis sudah mampu menurunkan kadar logam berat
jika dirasakan tidak mengganggu selera konsumen.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan chelating agent dalam upaya
menurukan logam berat berbahaya yang lain (Cr, Cu, Co dan sebagainya), maupun pengaruhnya
terhadap zat gizi yang lain (Fe, Zn, Protein, asam amino, asam lemak, vitamin dan sebagainya).
3. Dalam penelitian ini belum diuji organoleptik, untuk itu perlu dilakukan uji organoleptik
sehingga diharapkan diperoleh cita rasa yang diinginkan sesuai selera konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Agustono, 1995. Deteksi Logam Berat Pada Ikan Yang Tertangkap Dari Beberapa Sungai di Kota
Surabaya, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, Surabaya, Hal 1-2, 7-
8.
Amsyari F., 1986. Prinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Jakarta. Ghalia Indonesia
Anderson K. and Scott R.,(1981). Fundamental of Industrial Toxicologi, Michigan,Ann Arbor Science.
AOAC (Official Methods of Analysis), 1995, Agricultural Chemicals Contaminantes, Official Methods of
Analysis of AOAC Internasional, Washington D.C.
Arbai A.,1999, Peluang Makanan Tradisional Sebagai Makanan Fungsional, Prosiding seminar nasional
makanan tradisional. Pusat Kajian Makanan Tradisional UNAIR. Surabaya.
.
Arbai A., 1999, Komponen Zat Gizi Dalam Makanan dan Peranannya Untuk Menunjang
SDMYyang Berkualitas. Gramik, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya hal 10-
13.
Arbai A., Budiono, 1999. Kupang Sumber Fe dan Cu Sebagai Alternatif Penanggulangan Anemia.
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Unair, Surabaya.
Arbai A., 2000, Pengaruh Diet Kupang Dan Diet Ikan Terhadap Status Gizi Dan Kadar Hemoglobin
Ttikus Dengan Keadaan Anemia, Lembaga Penelitian UNAIR, Surabaya.
Bajuri, 2003 Perbedaan Kadar Pb Dalam Kupang Dengan Jenis Kupang Awung (Mytilus viridis) Dan
KupangJjawa (Masculita Senhausia) UNAIR, Surabaya.
Balai Pusat Statistik, 2003. Sidoarjo Dalam Angka
BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan), 1998. Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri,
Kobal dan Timbal Pada Ikan Dan Kerang Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan, laporan
penelitian, BTKL Surabaya dengan Bapedal Jawa Timur, Hal 6, 11-16.
Bender H., and Arnold A., 1997, Vitamin C (Ascorbic acid) in Nutrition a Reference Hand Book New York
, Oxford University Press P.316-372.
Boaden PJS., 1985, An Introduction to Coastal Ecology, Chapman & Hall, New York
BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), 2002, Jeruk Nipis, Tanaman Obat Indonesia,Jakarta.
BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), 2005, Minyak Kulit Jeruk, Teknologi tepat guna
Menteri Negara Riset dan
Teknologi, Jakarta.
Broto MF., 1997. Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri, Cuprum Dan Timbal Pada Ikan Dan Kerang
Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan,Surabaya, hlm
80-81.
Brotowidjoyo M., 1989, Zoologi Dasar, Erlangga, Jakarta
BTKL (Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan), 1998.Analisa Kandungan Logam Berat Merkuri, Kuprum
dan Timbal Pada Ikan dan Kerang serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan, Laporan
Penelitian, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dati I Propinsi Jawa Timur, Surabaya hal
1-32.
Budiono, Arbai A., HandajaniU., 2000. Analisis Kandungan Logam Berat Hg Dalam Kupang Dan Berbagai
Produk Olahannya Dari Perairan Estuary Sidoarjo. Jurnal makanan Tradisional. Malang
Budiono, Arbai A., 2003, Upaya Menurunkan Kadar Logam Berat Berbahaya Dengan
Mempertahankan Kandungan Gizi Dalam Kupang, Jurnal Makanan Tradisional Indonesia Vol
5 No 3 hal 1-5 ISSN 1410-8968
Canli MSR., 1997, The Induction of Metallothionein In Tissues of The Norway Lobster Nephros.
Norvegices Following Exposure. To cadmium, Copper and Zinc. The Relathionship Between
Metallothionein and The Metals. Environ Pollut : 956 : 343.
Choo PS., 1979 Menternak Siput Sudu/Kupang, Kuala Lumpur Percetakan Semenanjung Malaysia.
Crawford D., 1995 Review Proposed Role For a Combination of Citric Acid and Ascorbic Acid in
Production of Dietary Iron Overload, A Fundamental Cause of Disease, Biochem and Molec
Med 54 1 – 11.
Connell G., penterjemah Koestoer Yanti, 1995, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran, UI, Jakarta.
Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, Universitas Indonesia press,Jakarta, Hal
24-27.
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi
Senyawa Logam Jakarta Penerbit Universitas Indonesia (UI Press)
Davis L., Corn W., 1994, Methyl Mercury Poisoning Longterm Clinical, Radiological, Toxicological and
Pathological Studies of an Affected Family, American Neurological Association, New York.
Dean, 1985, Louge,s Hand Book Chemistry.
Departemen Kesehatan, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV hal 588, 583
Dinas Lingkungan Hidup dan Prtambangan Energi Kabupaten Sidoarjo, 2003, Audit kali Porong dengan
kegiatan Penelitian/Kajian Dispersi Polutan Di Derah Estuarin Di Kabupaten Sidoarjo, ITS,
Surabaya
Dinas Perikanan,1999,Dinas Perikanan Daerah Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka, hal 21.
Effendi H., 2003. Telaah Kualitas Air, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Hal 11, 179-182, 191, 195-197.
Engel DW., Roesijadi G., 1987, Metallothionein a Monitoring Tool In Vernberg.W B,
Calabrese,A,Thuyrberg, F.P. Verberg F.J, Pollution physiology of Estuarine Organism, University of
South Carolina Press. Columbia 421-438.
Evaraarts JN., Boom JP., Fisher CV., Rozak H., Samanta, 1989, Copper, Zinc and Cadmium in Benthic
Organisms From The Java Sea ad Estuarine ad Coastral Areas Around East Java, Netherdands.
Journal of Sea Research 23 (4) : 415-426.
Fardiaz S., 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Hal 19-21, 25-27,49-58.
Freieberg L., Gunnar FN., Velimer B., (1974) Hand Book Antoxicology of Couse In Caustal Pollution
Control Vol III, Denmark Terapeutic, 6 th New York, The mac Milan publishing company inc.
Gaman PM, Sherington KB., 1994, Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi,
Edisi kedua, Gadjah Mada University Press, Yokyakarta.
Gaspersz V.,1995.Teknik Analisa Dalam Penelitian Percobaan, Tarsito, Bandung.
Grosh W., Belitz HD., 1987, Food Chemestry, Berlin : Spinger - Verlog p 175-178
Gofur A., 2002, Pengaruh Pemberian Tepung Kupang (Musculita senhausia) Dalam Pakan Terhadap
Produktivitas Dan Kandungan Logam Berat Dalam Daging DanTtelur Itik Mojosari, Disertasi,
Pascasarjana, Unair, Surabaya.
Hadisoegondo SW., 1990. Pencemaran Air Oleh Bahan Kimia Dan Hubungannya Dengan Kesehatan.
Bul.Dirjen Pom Depkes RI,12 (2) : 10-14.
Hallberg LB., Sand FA., 1994, Iron, Zinc and Othertrace Elements In (Garrow and James Eds), Human
Nutrition , New York – Churchill Living Stone P 174-724.
Hanafi, 1996, Metabolisme Besi, seminar epidemiologi diagnostic dan pengendalian anemia TDRC Unair,
RSUD Dr.Soetomo, Surabaya.
Handajani U., 2000. Analisis Kandungan Logam Berat Berbahaya Merkuri,Cadmium dan Timbal Dalam
Kupang Pada Perairan Estuari Pantai Kenjeran Surabaya, Sungai Kepetingan Sidoarjo dan
Pantai Kraton Pasuruan LEMLIT UNAIR, Surabaya
Handajani U., Budiono, 2001, Pengaruh Pemberian Arang Kayu Tradisional Terhadap
Kandungan Logam Berat Hg dan Pb Dalam Kaldu Kupang. LEMLIT UNAIR, Surabaya
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode Dan Cara Perhitungannya,
Majalah Ilmu Kefarmasian vol 1 N0 3 117 – 135, Departemen
Farmasi FMIPA- UI
Harper HA., Rodwell VW., Mayer PA., 1980, Biokimia (Review of Physiological Chemestry).
Diterjemahkan Dr.Martin Muliawan, penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Herlambang A., 1995, Pengaruh Logam Berat Terhadap Lingkungan, Majalah Kesehatan Masyarakat,
tahun XXIII, No 1, Jakarta, hal. 29-34
Hidayat, 1999, Seng (Zinc) Esensial Bagi Kesehatan, Majalah Ilmu Fakultas Kedokteran Trisakti 18 (1) 19-26
Hirchborn H., 1992, Helping Yourself to Health from the Sea. P.20 - 22
Hutagalung, 1991, Logam Berat Dalam Lingkungan Laut, Pewarta Oseana, Jakarta.
Ilyas J., 1990, Pengaruh Pencemaran Merkuri Terhadap Kesehatan, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XIX,No.2,
Jakarta, hal. 90-92
Imaduddin, Keman S., 2000, Kemampuan Larutan Asam Asetat 25 % Terhadap Penurunan Kandungan Logam Berat Pb Dalam
Daging Ikan Bandeng (Chanos-chanos Forsk), Forum Ilmu Kesehatan Masyarakat Th XIX No. 18 hal 33-39,
Surabaya.
Indrayanto, 1994, Metode Validasi Pada Analisis Kimia. Prosiding Pendidikan
Berkelanjutan Apoteker. No 7 , Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Surabaya.
Joseph FH. RolpheA., Ronald LT., William CB., 1998, Multivariate Data Analysis Fifth Edition, Prentice
Hall, Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
Kashiko, 2002, Kamus Biologi Surabaya Kashiko Press
Kirk RE., Othmer DF., 1967. Encyclopedia of Chemical Technology, 2nd
Ed.Vol.5
Kementrian Lingkungan Hidup, 2003. The Study of Model Environmental Monitoring in East Java
Province, laporan penelitian, KLH dan JICA, Sidoarjo, Hal 18 – 20.
Krisno BM., 2001, Dasar-dasar Ilmu Gizi, Universitas Muhammadiyah, Malang
Kudori A., (1995). Tinjauan Umum Pengolahan Kupang (Musculita senhausia, Corbula faba) di Desa
Balongdowo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Program Studi Pengolahan
Hasil Perikanan – Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Ladd P C., Frank B., 1961, Comparative Animal Physiology, Sounders Company, Philadelphia, London
Lare D C., 2002, Medicnie Man, A Journal Of The Borderlands.
Lembaga Penelitian 2003. Studi Analisa Biota Sungai dan Kandungan Logam Berat Dalam Jaringan
Tubuh Ikan Di Wilayah Kali Porong, Lemlit Universitas Airlangga Surabaya, Laporan
Penelitian, Surabaya, Hal 21-23.
Lembaga Penelitian, 2003. Studi Analisa Lumpur dan Kandungan Logam Berat di Wilayah Kali Porong,
Lemlit Universitas Airlangga Surabaya, Laporan penelitian, Surabaya.
Lynch S R., 1997, Interaction of Iron With Other Nutrients, Nutr.Rev.55.4 : 102-110.
Martindale N., 1977. The Extra Pharmacopoeia 1977, Wade, A (Ed) The Pharmaceutical Press, London,
p, 739 - 740
Mc.Nally R.,1996 Drug Information For the Health Care Professional, United States Pharmacopetal
Convention. Taunton Massachusett.
Miller JM., Chrowter JB., 2000. Analytical Chemistry in GMP Environment.
Canada : John Willey & Sons.Inc.
Min BD., 1992, Encyclopedia of Food Science and technology. Vol 11 E-H. Canada : John Wiey and Sons
Inc P 828-829
Moore JH.,1989.Biological Aspects Of The Relation Ships Between Dictary Cholesterol, Blood Cholesterol
and Ischaemic heart disease. In egg quality Current problems and recent advances, well R..
Belyaviur CG (Ed). Butterwoths : Poultry Science Symposium pp.27 – 53
Muhartoyo JD., 1986. Tinjauan Literature Analisa Air. Bahan Logam Berat Beracun. Pusat Dokumentasi
Ilmiah Indonesia, Jakarta hlm.4-5
Muhlisan,1999, Temu Temuan Dan Empon- Empon Budidaya dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Murray R K. Daryk K G., Peter A M., Victor W R., 1995. Biokimia Harper. Alih Bahasa : Andry Hartono.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Nasoetion A. dan Karyadi D, 1998, Pengetahuan Gizi Mutakhir. Mineral. Gramedia. Jakarta, hal.
169 -187
Nuryana F., 2002. Kandungan Logam Berat Pb Dalam Kerang Bulu (Anadara antigua) dan Kerang
Darah (Anadara granosa) Yang Ditangkap Di Perairan Pantai Kenjeran Surabaya, Universitas
Negeri Malang, Hal 7-11, 18-21.
Palar, 1997. Pencemaran dan Toksokologi Logam Berat, Penerbit Rinieka Cipta, Hal 74-93.
Peraturan Pemerintah Nomor 82, 2001, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
Jakarta.
Pikir S., 1991. Studi Tentang Kandungan Logam Berat Dalam Sediment Dan Dalam Kupang Di Daerah
Estuary Dekat Muara Kali Surabaya. Lembaga Penelitian, Unair, Surabaya, hlm 26
Pikir S., 1993, Sedimen Dan Kerang Sebagai Indikator Adanya Logam Berat Cd, Hg dan Pb Dalam
Pencemaran di Lingkungan Estuary. Disertasi. Pascasarjana, Unair, Surabaya.Hal 1-5,14,18-23
Prayitno, 2000. Kupang dan Produk Olahannya, Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT) Lemlit
Universitas Brawijaya, Malang, Hal 4-24.
Poedjiarti S., 1993. Penentuan Kualitatif Dan Kuantitatif Asam Amino Dalam Kupang Dengan
Penganalisa Asam Amino Otomatis. Lembaga Penelitian Unair Surabaya,hal. 5 -22
Prawirokusumo S., 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE. Yogyakarta
Purwanti A., 1989. Kajian Tentang Pemanfaatan Limbah Kepala Udang Dan Kupang Sebagai
Komposisi Ransom Murah Terhadap Performans Itik Petelor Yang Dipelihara Secara
Iintensif, FKH Unair, Surabaya.
Purwanto, Arbai A., Sardjinah A., Handajani U., Prihatini, Budiono. (2000). Aspek Kajian Keamanan
Dan Manfaat Kupang Dan Produk Olahannya, Pusat kajian makanan tradisional – madya
Unair Surabaya.
Purwanto, Sardjinah A., 2000. Profil Kandungan Asam Lemak Dalam Makanan Khas Jawa Timur,
Prosiding Seminar makanan Tradisional, Malang, 26 Februari 2000.
Purwati S., 2001. Analisa Protein Dalam Kupang, UNEJ, Jember.
Quogliano R., 1964, Chemistry, New York, Prentice Hall Englewood cliffs.
Rainbow P S., 1997a. Trace Metal Accumulation In Marine Invertebrates : Marine Biology Marine
Chemistry ? J. Mar. Biol. Ass. U.K. 77 : 195-210.
Rainbow P S., 1997b. Ecophysiology of Trace Metal Uptake In Crustaceans. Estuarine Coastal and Shelf
Science 44 : 169-175.
Rivai, 1995, Pemeriksaan Kimia, UI Press, Jakarta.
Roberts D S., Soemodihardjo W K., 1982 Shallow Water Marine Molluscs of North, Jawa Timur,
Lembaga oseanology Nasional Lipi Jakarta 101 - 138
Roesijadi , 1992. Metallothioneins in Metals Tegulation and Toxicity In Acuatic Animal, Aquat. Toxical 22.
81-114.
Saeni, 1989, Kimia Lingkungan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Tinggi, IPB,
Bogor.
Sakidja, 1989, Kimia Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, DirektoratPendidikan Tinggi,
Jakarta
Santoso S., 2002. SPSS Statistik Parametrik, PT Elek Media Komputindo, Jakarta, Hal 149- 152.
Sardjinah A., Arbai A., Purwanto, Handajani U., Budiono.1999, Kupang Sebagai Alternatif Sumber
Protein, Pusat Kajian Makanan Tradisional Madya, Unair, Surabaya.
Sari F I., Keman S., 2005, Efektifitas Larutan Asam Cuka Untuk Menurunkan Kandungan Logam Berat
Cadmium Dalam Daging Kerang Bulu, Jurnal Kesehatan Lingkungan vol 1 no. 2 hal 120-128,
Surabaya.
Schtesinger I, Arevalo M, Arredando S, Diaz M, Lonnerdal B, Stekel A, 1992. Effect of a Zinc – Fortified
Formula on Immuno Competence and Growth Of Molnurished infants. Amj Clin Nutr. 56.
Sediaoetama.A, 1996. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Dian Rakyat, Jakarta. Hal 53-84
Schmidt K., Nielsen H., 1994, Animal Physiology Adaptation and Environment, 1994, Cambridge
University Press.
SK Direktur Jendral Pengawas Obat dan Makanan Nomor 03725/B/SK/VII/89
Soegianto A. and Hamami, 2006, Trace Metal Concentrations in Shrimp and Fish Collected from Gresik
Coastal Waters, Indonesia, ScienceASIA 33 (2007) : 235-238
Soemirat J., 2003. Toksikologi Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2-3.
Soenarjo, 1989, Zoologi, IPB, Bogor.
Sondakh R., 1984, Pemeriksaan Beberapa ZatYyang Mempunyai Nilai Gizi dan Logam Berat Dalam
Kupang dari Daerah Sidoarjo dan Surabaya, Konggres Ilmiah, ISFI, Bandung.
Steel R G. and Torrie J H., 1981. Principles And Procedures of Statistic A Biometrical Approach.2.Ed.Mc
Grow Hill Book Co.Singapore. p : 90 -101
Subani W., Suwirya K., Suminarti, 1983. Penelitian Lingkungan Hidup Penelitian Kupang, Pemanfaatan
Hasil Dan Pelestarian Sumber Dayanya. Jur Penelitian BP 23 : 23-30
Sudarmaji, Azizah, 1999. Pengaruh Logam Berat Pb Dalam Kupang Terhadap Kesehatan Nelayan Di
Pantai Kenjeran Surabaya, Laporan penelitian, Lemlit Universitas Airlangga Surabaya,
Surabaya, Hal 7 – 13.
Suciu, 1992, Research on Copper Poisoning, Medicina Delavaro Vol 72, Millano, Italy
Suara Merdeka, 2003, Jeruk Nipis Cegah Gagal Ginjal, Banyumas, Jawa Tengah.
Sugiri, Nawangsari, 1989 Zoologi Avertebrata II, IPB, Bogor.
Suhardjo, Laura J H., Brady J D., Judy A D., 1996. Pangan, Gizi dan Pertanian. Universitas Indonesia, UI-
Press, Jakarta, hal 41 – 115.
Suhardjo dan Clara M K., 1999, Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Suhendrayatna, 2001, Bioremoval Logam Berat Dengan Menggunakan Microorganisme
Suatu Kajian Kepustakaan (Heavy Metal Bioremoval by Microorganisms : A. Literature
Study), Institute for Science and Technology Studies (ISTECS)-Chapter Japan.
Sunita A., 2001, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Grameddia Pustaka Utama, Jakarta. hal
78-104
Sunu P., 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001, Penerbit Gramedia, Jakarta,
Hal 173
Sutanto H., Gani A., Kuswandi B., 2002, Profil Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn)
Dalam Daging Kupang ,Universitas Jember.
United States Pharmacopeial Convention, 2003. The Official Compendia of Standards US Pharmacopeia
XXVI/NF 21. USA : United States Pharmacopeial Convention. Inc, p 2442-42.
Villaee C., Walker B., alih bahasa Sugiri, 1999, Zoologi Umum, Erlangga, Jakarta.
Warih, 1984. Pengolahan Kupang Dengan Menggunakan Air Sungai, Sumur dan PDAM, Jakarta, Hal 5-
8.
Wasserman G., Factor L., 2003, The Relianship Between Blodd Lead, Bone Lead and Child Intellegence
Wijoyo S., 1999. Studi Hukum Pencemaran Logam Berat (Pb) Pada Air Laut, Sedimen Dan Kerang Di
Pantai Kenjeran Surabaya, Laporan penelitian, Lembaga penelitian Universitas Airlangga,
Surabaya, Hal 7.
Winarno F G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan Keempat. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.hal 50 -63
World Health Organization-Expert Committee, 1980, Recomemmended Health Based Limits in
Occupational Exposure to Heavy Metals, WHO techn. Report Series No.647, Geneva,
p.102-113
World Health Organization, 1989, Environmental Aspects Environmental Health Criteria 85,
Genewa hal.11
Wulfsberg G.,1991. Principle of Descriptive Inorganic Chemistry, University Science
Books,8,298-290.
Zainuddin M., 1999, Metodologi Penelitian, Universitas Airlangga, Surabaya