Transcript
Page 1: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN

MASALAH YANG TERKAIT DENGAN FISIKA DALAM

KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA PESERTA DIDIK

SMA AKSARA BAJENG

SKRIPSI

OLEH

ANDI DARNA RAHAYU

10539 1108 13

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JANUARI 2018

Page 2: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

i

KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN

MASALAH YANG TERKAIT DENGAN FISIKA DALAM

KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA PESERTA DIDIK

SMA AKSARA BAJENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

ANDI DARNA RAHAYU

10539 1108 13

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JANUARI 2018

Page 3: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

ii

Page 4: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

iii

Page 5: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

iv

Page 6: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

v

Page 7: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (diri sesuatu urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya Tuhanmulah engkau berharap.”(Qs. Al-Insyirah : 6-8)

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.

“...Jadilah seperti batu karang di lautan yang tetap kokoh diterjang ombak, walaupun demikian air laut tetap masuk kedalam pori-porinya…”.

Kupersembahkan skripsi ini untuk: Ibuku, dalam usia yang tak terbaca waktu

Saudara-saudaraku yang menjelma segala mimpi dan cita Keluarga yang tak hentinya memberi dukungan

Seluruh makhluk hidup yang telah tercuri ilmunya Almamaterku tercinta

Page 8: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

vii

ABSTRAK

Andi Darna Rahayu. 2018. Kemampuan Berpikir Induktif dalam Menyelesaikan

Masalah yang Terkait dengan Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari pada Peserta

Didik SMA Aksara Bajeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhmmadiyah Makssar. pembimbing I Agus

Martawijaya dan pembimbing II Ma’ruf.

Penelitan ini adalah penelitian Ex Post Facto yang bersifat deskriptif yang

bertujuan mendeskripsikan kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan

masalah sehari-hari tang terkait dengan fisika pada peserta didik SMA Aksara

Bajeng. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Aksara

Bajeng. Untuk mengetahui seberapa besarkah kemampuan berpikir induktif

peserta didik dalam menyelesaikan masalah fisika dapat dilihat dari hasil tes

kemapuan terhadap masalah yang diberikan. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah data mengenai kemampuan berpikir induktif

dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan fisika dalam kehidupan

sehari-hari. Data yang terkumpul diinterpretasikan untuk memperoleh gambaran

secara kuantitatif. Hasil penelitian tentang kemampuan berpikir induktif dalam

menyelesaikan masalah yang terkait dengan fisika dalam kehidupan sehari-hari

pada peserta didik SMA Aksara berada pada kategori rendah.

Kata kunci: Penelitian Ex Post Facto bersifat deskrpitif, kemampuan berpikir induktif.

Page 9: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada tempatnya yang pertama dan utama dihati ini, penulis panjatkan puji

dan rasa syukur kepada ilahi robbi Allah Swt. Kemudian, shalawat serta salam-

Nya, mudah-mudahan terlimpah curah ke pangkuan baginda Rasulullah Saw,

beserta keluarganya, sahabatnya, serta umatnya yang turut dengan ajarannya.

Amin.

Berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Kemampuan Berpikir Induktif dalam Menyelesaikan

Masalah yang Terkait dengan Fisika dalam Kehidupan Sehari-Hari pada

Peserta Didik SMA Aksara Bajeng” yang disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Fisika Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar

sekaligus dengan harapan akan dapat memberikan kontribusi positif bagi

perkembangan dunia pengajaran secara khusus dan dunia pengajaran secara

umum.

Penghargaan dan ucapan terimakasih terkhusus ku persembahkan kepada

ibunda Nuraeni dan saudaraku Andi Erna A.Ma yang menginjeksikan segala

idealisme, prinsip, edukasi dan kasih sayang berlimpah dengan wajah datar

menyimpan kegelisahan ataukah perjuangan yang tidak pernah penulis ketahui,

namun tenang temaram dengan penuh kesabaran dan pengertian luar biasa, yang

tiada pernah hentinya memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat serta

Page 10: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

ix

pengorbanan yang tak tergantikan hingga penulis selalu kuat menjalani setiap

rintangan yang ada di depan.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis

banyak mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setulusnya kepada

Ayahanda Dr. Muh. Agus Martawijaya M.Pd selaku pembimbing I dan

Ayahanda Ma’ruf, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia

meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan,

saran dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta

memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini

maupun selama menempuh kuliah. Semoga Allah SWT memberikan

perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang

telah dicurahkan kepada penulis selama ini.

Begitu pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada; Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

menyetujui dan menerima skripsi penulis. Nurlina, S.Si., M.Pd.,selaku Ketua

Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Ma’ruf,

S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan selama

kuliah sehingga proses penyelesaian studi. Bapak dan Ibu dosen Jurusan

Page 11: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

x

Pendidikan Fisika yang telah memberikan banyak ilmu dan berbagi pengalaman

selama penulis menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Fisika Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Buat Keluarga-keluargaku Syahiruddin S.Pd,.M.Pd, Ernawati S.Pd,

Syahrul Suriani, dan Tasman, yang selalu memberi motivasi dan dukungan

kepada penulis demi terselesainya skripsi ini serta terima kasih atas bantuan dan

perhatiannya.

Buat orang-orang terkasih, Saenal, St. Amrina, Nurhayati Husain,

Nurhayati Haris, Darmawati, Komalasari, Khaerunnisa, Rismawati, dan

Salmawati Serta sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unismuh Makassar khususnya angkatan 2013

kelas A .

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala SMA

Aksara Bajeng dan seluruh Guru serta Staf yang telah memberikan waktu dan

kesempatan membantu penulis dalam proses pengumpulan data untuk penyusunan

skripsi ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kita memohon semoga berkat dan

rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada kita

dan semoga niat baik, suci serta usaha yang sungguh-sungguh mendapat ridho

disisi-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin

Makassar, Februari 2018

Penulis

Page 12: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iii

SURATPERNYATAAN .................................................................................. iv

SURATPERJANJIAN ...................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB II KINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ......................... 7

A. Tinjauan Pustaka................................................................................ 7

1. Pembelajaran fisika di SMA ......................................................... 7

2. Berpikir Induktif (generalisasi) Dalam Fisika Dan

Penegumpilanya ........................................................................... 13

a. Generalisasi Dalam Fisika .................................................... 15

B. Kerangka Pikir .................................................................................. 21

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 22

A. Jenis Penilitian .................................................................................. 22

B. Subjek Penelitian ............................................................................ 22

Page 13: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

xii

C. Variabel Penelitian ........................................................................... 23

D. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 23

E. Prosedur Penelitian ........................................................................... 23

F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 25

G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 26

B. Pembahasan ...................................................................................... 25

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 32

B. Saran ............................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33

LAMPIRAN- LAMPIRAN

BIODATA

Page 14: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Alur Kerangka Pikir……………………………………………….. 21

4.1 Skor dan frekuensi kemampuan mengumpulkan informasi……….. 26

Page 15: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

JUDUL LAMPIRAN Halaman

LAMPIRAN 1 : Nama-Nama Peserta Didik Kelas X1 SMA Aksara Bajeng

Gowa ...................................................................................... 34

LAMPIRAN 2 : Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Induktif ................ …... 36

LAMPIRAN 3 : Skor Hasil Kemampuan Peserta Didik ............................ …… 38

LAMPIRAN 4 : Skor dan Frekuensi Hasil Kemampuan Peserta Didik ..... .. …. 40

LAMPIRAN 5 : Dokumentasi Penelitian .................................................... …….41

LAMPIRAN 6: Persuratan

Page 16: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks kurikulum 2013 di Indonesia, terdapat empat kompetensi

inti yang harus dikembangkan pada peserta didik jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan menengah, yaitu: (1) Kompetensi inti sikap spiritual; (2) Kompetensi

inti sikap social; (3) Kompetensi inti pengetahuan; dan (4) Kompetensi inti

keterampilan. Keempat kompetensi ini harus menyatu kait pada diri peserta didik

sebagai gambaran kualitas tujuan pendidikan yang mereka capai, khususnya

dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Berkenaan dengan pemecahan

masalah, Ausubel (1963:153) menyatakan bahwa problem-solving ability as the

primary goal of education. Dengan perkataan lain kemampuan memecahkan

masalah merupakan tujuan utama pendidikan. Pernyataan ini sejalan dengan

bunyi pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yakni sebagai berikut.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabak dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada tuhan

yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pasal di atas, isyarat mengenai pentingnya kemampuan memecahkan

masalah bagi peserta didik terdapat pada kata “…kreatif…”. Kreatif mengandung

makna pelbagai kemampuan berpikir, salah satu diantaranya adalah kemampuan

berpikir induktif dan deduktif. Dalam pemecahan masalah secara ilmiah proses

berpikir induktif dan proses berpikir deduktif tidak dapat dipisahkan. Kafie (1989:

1

Page 17: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

2

63) mengibaratkan antara induksi dan deduksi bagaikan air dengan tebing yang

saling mendukung. Disaat induksi mengakhiri tugasnya deduksi muncul, dan

disaat deduksi mengakhiri tugasnya muncul induksi. Dengan perkataan lain

deduksi membutuhkan induksi untuk membuktikan dirinya.

Pandangan filosofis Jamaluddin Kafei di atas mengisyaratkan bahwa

dalam pemecahan masalah secara ilmiah melibatkan proses berpikir deduksi dan

induksi untuk menemukan solusi terhadap suatu masalah, baik masalah yang

sederhana maupun masalah yang kompleks, termasuk masalah fisika dalam

kehidupan sehari-hari. Implikasi dari pernyataan ini adalah proses pembelajaran

fisika, khususnya pada satuan pendidikan SMA/MA dan SMK/MAK hendaknya

menstimulasi tumbuh dan berkembangnya kemampuan berpikir induktif dan

deduktif pada peserta didik. Implikasi ini didukung oleh Permendikbud RI N0. 24

tahun 2016 tentang Kompotensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada

Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Pada Kompetensi Dasar Pengetahuan mata pelajaran fisika di SMA

terdapat sejumlah bunyi rumusan kompetensi yang mengisyaratkan pentingnya

kemampuan berpikir induktif bagi peserta didik dalam pembelajaran fisika guna

mencapai setiap Kompetensi Dasar tersebut. Kompetensi Dasar yang

dimaksudkan adalah dengan menggunakan kata kerja “…menganalisis…”.

Menurut Bloom, dkk (1987:146) bahwa terdapat tiga jenis analisis yaitu: (1)

analysis of elements (analisis unsur-unsur terhadap suatu objek); (2) analysis of

relationships (analisis hubungan-hubungan terhadap suatu objek dengan objek

lainnya); (3) analysis of organizational principles (analisis prinsip-prinsip

Page 18: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

3

keteraturan terhadap suatu objek). Ketiga jenis analisis tersebut membutuhkan

kemampuan berpikir induktif maupun deduktif bagi seseorang untuk mencapai

tujuannya, khususnya dalam melakukan kerja ilmiah (penelitian atau penyelidikan

dalam pembelajaran fisika).

Tanpa mengesampingkan proses berpikir deduktif, dalam pembelajaran

fisika menurut kurikulum 2013 proses berpikir cenderung lebih banyak

menggunakan proses berpikir induktif bagi peserta didik dalam membangun

pengetahuan atau konsep (Dahar 1989:81). Dengan demikian pendidik mata

pelajaran fisika di SMA, harus mampu mewujudkan situasi dan kondisi setiap

pembelajaran yang diterapkan sehingga kemampuan berpikir induktif peserta

didik dapat berkembang. Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan berpikir

induktif banyak dibutuhkan karena berfungsi bagi seseorang dalam melakukan

penarikan kesimpulan yang bersifat umum dengan berdasar pada fakta-fakta yang

bersifat khusus. Salah satu pertanyaan yang dapat dimunculkan adalah bagaimana

kualitas kasimpulan-kesimpulan yang sering ditampilkan oleh masyarakat sebagai

hasil dari proses berpikir induktif yang dilakukan?

Page 19: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

4

Berkenaan pertanyaan di atas, berikut ini dikemukakan sejumlah fakta-

fakta yang diperoleh dari pengalaman pribadi penulis, sebagai berikut:

1. Jastifikasi seseorang terhadap orang lain hanya melihat dari luarnya

tanpa melihat dalamya.

2. Mengimformasikan barita-berita yang tidak sesuai dengan apa yang

terjadi.

3. Menyimpulkan sesuatu tanpa ada pembuktian yang terlihat oleh orang

tersebut.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari fakta-fakta di atas adalah “cacat

induktif” khususnya “generalisasi” masih sering terjadi dikalangan masyarakat.

Bagaimana halnya dengan peserta didik SMA yang telah mengikuti serangkaian

pembelajaran fisika? Pertanyaan ini akan dijawab oleh penulis suatu jenis

penelitian, dan cukup beralasan apabila penelitian tersebut dilakukan melalui

penelitian dengan membatasi diri maka dilakukan studi pendahuluan di kabupaten

pada beberapa SMA di Kabupaten Gowa.

Selama studi pendahuluan ini berlangsung, penulis berusaha menemukan

dimensi-dimensi “siri’ na pace” yang erat kaitannya dengan kemampuan berpikir

induktif. Untuk maksud tersebut, penulis melakukan survei terhadap visi dan misi

setiap SMA. Dari survei tersebut penulis menemukan visi SMA Aksara Bajeng

yang menyatakan unggul dalam prestasi, jujur, kreatif, dan inovatif yang

berdasarkan imtek dan imtaq dengan menjunjung tinggi nilai-nilai karakter bangsa

serta berwawasan lingkungan dan global. Misi SMA Aksara Bajeng yaitu: (1)

Page 20: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

5

melakukan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap peserta

didik berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang di miliki; (2)

menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga

sekolah; (3) mendorong dan membantu setiap peseta didik untuk mengenali

potensi dirinya sehingga dapat di kembangkan secara optimal; (4) menumbuhkan

penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga

menjadi sumber nilai dan kearifan dalam bertindak; dan (5) menerapkan

manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok

kepentingan yang terkait dengan sekolah.

Berdasarkan visi diatas yaitu unggul dalam prestasi, jujur, kreatif, dan

inovatif yang berdasarkan imtek dan imtaq dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

karakter bangsa serta berwawasan lingkungan dan global. pada visi terdapat kata

“jujur” lempu’ termasuk salah satu pilar “siri’ na pace” yang bermakna jujur

dalam segala aspek kehidupan, salah satu diantaranya adalah jujur dalam menarik

kesimpulan-kesimpulan terhadap fakta-fakta fisika, karena dalam menyimpulkan

fakta-fakta fisika diperlukan kejujuran.

Selain visi misi tersebut, SMA Aksara Bajeng juga memiliki keunikan

yang lain, khususnya di Keles XI IPA. Keunikan yang di maksud adalah kelas

tersebut adalah kelas yang dikategorika sedang di SMA Aksara Bajeng. Kelas ini

sedang melalui beberapa pertimbangan yang mendasarinya yaitu Peserta Didik

memiliki kemampuan berpikir induktif terkait kehidupan sosialnya,

Pertanyaannya bagaimanakah kemampuan berpikir induktif peserta Didik dalam

menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika. Oleh karena itu,

Page 21: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

6

peneliti bermaksud untuk meneliti di sekolah SMA Aksara Bajeng dengan

judul“Kemampaun Berpikir Induktif Dalam Menyelesaikan Masalah Sehari-Hari

Yang Terkait Dengan Fisika Pada Peserta Didik SMA Aksara Bajeng”.

B. Rumusan Masalah.

Dalam penelitian ini, diungkapkan besarnya kemampuan berpikir induktif

dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika Peserta Didik

SMA Aksara Bajeng. untuk mengungkapkannya seberapa besarkah kemampuan

berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan

fisika Peserta Didik SMA Aksara Bajeng?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir induktif

dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika Peserta Didik

SMA Aksara

D. Manfaat Penelitian

Besar kemungkinan bahwa manfaat penelitian dapat meneningkat

kemampuan masing-masing secara penuh dan meningkatkan mutu pembelajaran

peserta didik.

Page 22: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Fisika di SMA

Dalam Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehubungan dengan itu

Martawijaya (2014) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang menitik

beratkan pada kegiatan yang direncanakan oleh pendidik untuk dialami oleh

peserta didik dengan mengoptimalkan pemanfaatan pelbagai sumber belajar pada

lingkungan belajar. Dengan demikian, pembelajaran fisika dapat diartikan sebagai

salah satu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan

mengoptimalkan pelbagai sumber belajar fisika dalam menyelidiki konsep, fakta,

prinsip yang berkaitan dengan fenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Sama halnya dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran lain yang

menerapkan kurikulum 2013, pembelajaran fisika bertujuan untuk tercapainya 4

(empat) Kompetensi Inti yaitu: (1) Kompetensi Inti sikap spiritual; (2)

Kompetensi inti sikap sosial; (3) Kmpetensi inti pengetahuan; dan (4) Kompetensi

inti keterampilan. Untuk mencapai keempat kompetensi ini pihak penentu

kebijakan pendidikan nasional Indonesia lebih banyak menekankan pentingnya

pembelajaran saintifik untuk diterapkan pada setiap pembelajaran, termasuk

pembelajaran fisika di SMA dengan tetap berpedoman pada Permendikbud RI

7

Page 23: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

8

Nomor 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah,

serta standar pendidikan nasional lainya yang berlaku di Indonesia. Bagaimana

kemampuan berpikir induktif dapat dikembangkan dalam pembelajaran fisika

yang berorientasi pada pembelajaran saintifik?

Pada bagian di atas telah dikemukakan bahwa pembelajaran fisika

hendaknya berorientasi pada pembelajaran saintifik. Menurut Daryanto (2014:59)

Bahwa pembelajaran saintifik terdiri atas 5 (lima) aktifitas belajar yang

diharapkan yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4)

menalar; dan (5)mengkomunikasi. Bagaimana peranan aktifitasbelajar ini dalam

menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berpikir induktif pada peserta

didik, terutama dalam membangun jenis-jenis pengetahuan digariskanoleh

kurikulum 2013 (pengetahuan konseptual, pengetahuan procedural dan

pengetahuan metakognisi). Kelima aktifitas belajar tersebut diuraikan sebagai

berikut:

a. Mengamati

Kegiatan mengamatidalam pembelajaran sebagaimana telah dikemukakan

dalam Permendikbud Nomor 81a, bahwa hendaknya pendidik membuka secara

luas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan

pengamatan, yaitu:(1) melihat; (2) membaca; dan (3) mendengar. Hal ini dapat

dimaknai bahwa proses pengamatan hendaknya melibatkan seluruh indra untuk

memperoleh suatu maknamengenai apa yang diamati. Sejalan dengan itu,Sani

(2015 :55) menyatakan bahwa pengamatan yang dilakukan tidak terlepas dari

keterampilan-keterampilan lain, seperti melakukan pengolompokan dan

Page 24: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

9

perbandingan terhadap fakta-fakta yangakan diamati. Dimana pada proses

mengelompokkan dan membandingkan tidak lain membutuhkan kemampuan

induktif untuk merumuskan keputusan sebagai hasil dari pengamatanyang

bermakna. Contohnya, melakukan pengamatan terhadap sejumlah benda (12 buah

kelereng kecil, 12 buah kelereng besar, 12 buah kayu balok, 12 buah besi, 12 buah

paku, 12 buah karet bang, 12 buah karet nilon, 12 buah uang logam) kemudian

melalui proses pengolompokkan dan perbandingan diperoleh simpulan salah

satunya semua benda dalam kotak adalah benda padat.

b. Menanya

Kegiatan menanya dalam pembelajaran sebagaimana yang tertulis dalam

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah mengajukan pertanyaan mengenai

informasi yang tidak dipahami tentang apa yang diamati (pertanyaan yang bersifat

fakta-fakta yang ada). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini

adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan

pertanyaan-pertayaanterhadap suatu fakta yang diamati. Dalam hal ini menanya

merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang sedang diamati, baik terkait fakta, konsep maupun

prosedural yang terdapat pada objek yang diamati. Setelah melakukan

pengamatanterhadap objekmuncullahpertanyaan-pertanyaan dasar ataupun

pertanyaan lanjut yang memicu proses berpikir induktif peserta didik.

Pertanyaan dasar yang mungkin muncul terkait dengan fakta yang tampak

oleh indra, seperti: (1) Apakah kelereng berbentuk bulat? (2) Apakah kayu

memiliki panjang yang sama? (3) Apakah kelereng tembus cahaya? (4) Apakah

Page 25: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

10

besi memiliki panjang yang sama? (5) Apakah kertas berwarna putih? dan (6)

Apakah keret bersifat padat?

Pertanyaan, lanjut yang mungkin muncul terkait dengan konsep yang

tampak oleh indra, seperti: (1) Apakah semua karet memiliki elastisitas yang

sama? (2) Apakah karet setelah digantungi beban memiliki panjang yang sama?

(3) Apakah kertas bisa mengapung didalam air? (4) Apakah kelereng bisa

dipantulkan? (5) Apakah kelereng bisa tembus cahaya? (6) Apakah besi memiliki

massa yang sama (7) Apakah kayu memiliki massa yang sama? (8) Apakah kertas

biasa tembus cahaya? (9) Apakah paku menagalami tekanan? dan (10) Apakah

kertas bersifat plastis?

Kemudian, pertanyaan lanjut yang terkait dengan prosedur yang tampak

pada indra, seperti: (1) Bagaimanakah cara menentukanbesarnya gaya apung

benda? (2) Bagaimanakah cara menentukan beratnya suatu kelereng? (3)

Bagaimana cara menentukan beratnya suatu besi? (4) Bagaimana cara

menentukan besarnya tekanan pada paku? (5) Bagaimana cara menentukan

memontum kelereng sebelum tumbukan dan setelah tumbukan? Dan (6) Bgaiman

cara menentukan tumbukan jenis lenting sebagian dan lenting sempurna pada

kelereng?

Page 26: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

11

c. Mengumpulkan Informasi.

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan

bertanya, kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi

dari pelbagai sumber melalui berbagai cara. Dalam Permendikbud Nomor 81a

Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, untuk mengamati suatu objek

pengamatan.Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap

teliti, jujur, sopan, dan menghargai pendapat orang lain.Menurut Sani (2014: 62)

bahwa mengumpulkan informasi dan mengumpulkan data dapat melalui berbagai

sumber, dimana proses mengumpulkan informasi sangat dibutuhkan dalam

kemampuan berpikir induktif sehingga hasil yang diperoleh menjadi bermakna.

Contohnya setelah proses menanya, dikumpulkan sejumlah informasi dari

berbagai sumber melalui berbagai cara untuk menemukan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan. Dalam proses pengumpulan informasi, dibutuhkan olah

pikir untuk menginduksi informasi tersebut menjadi sebuah jawaban yang

bermakna

d. Mengasosiasikan atau menalar

Kegiatan mengasosiasi atau menalarpembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah proses

informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan eksperimen maupun hasil

dari kegiatan menagamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolaan

informasi yang dikumpulkan yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman

Page 27: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

12

sampai kepada pengolaan informasi yang bersifat mencari solusi dari pelbagai

sumber.

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi

dengan informasi lainya.Adapun kompotensi yang diharapkan adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta berpikir deduktif

dalam menarik kesimpulan. Dalam kerangka proses pembelajaran menalar dengan

pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan

bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pelaku aktif yang merujuk pada

teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menurut teori asosiasi, proses

pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi lansung antara

pendidik dan peserta didik .

Seperti telah dijelaskan bahwa ada 2(dua) carayang gunakan dalam

menalar yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif

merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari fenomena-fenomena

yang bersifat umum ke yang khusus. Sedangkan penalaran deduktif merupakan

cara menalar dengan menarik kesimpulan dari yang khusus ke yang umum.

Tanpa mengesampingkan proses berpikir deduktif, dalam pembelajaran ini

lebih berfokus pada berpikir induktif yang ada hubungannya dengan sebab-akibat

diambil dari satu atau beberapa fakta yang lain. Contohnya: pada masalah fisika

dalam kehidupan sehari-hari, pada benda plastik, jika dibakar, botol plastic akan

meleleh, jika dibakar, tas plastik akan meleleh, jika dibakar, cangkir plastik akan

meleleh. Kesimpulan jika dibakar, benda yang terbuat dari plastik akan meleleh.

Page 28: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

13

Dari contoh diatas seseorang mampu menarik kesimpulan tentang kemampuan

peserta didik dalam berfikir induktif.

d. Mengkomunikasikan.

Kegiatan mengkomunikasikan dalam pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah

menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara

lisan, tertulis, atau media lainya. Adapun kompotensi yang diharapkan kegaiatan

ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir

sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat, jelas dan mengembangkan

kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Sehubungan hal tersebut pendekatan saintifik pendidik diharapkan

memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang

telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau

menceritakan apa yang telah ditemukan dalam kegaitan mencari informasi,

mengasosiasikan dan menentukan dalam menginduksikan suatu objek.

2. Berpikir Induktif (generalisasi) dalam fisika dan Pengumpulanya.

Menurut Suryabrata (2013: 54) dinyatakan dari beberapa arti dari berpikir

adalah kelansungan tanggapan-tanggapan dimana subjek yang berpikir pasif. Kata

“berpikir pasif” pada pengertian ini dapat dimaknai sebagai (berpikir kritis, kreatif

dan komprehensif). Dalam konteks pembelajaran termasuk pembelaran

fisika proses berpikir sangat erat kaitanya dengan induktif, dimana

induktif adalah proses penalaran yang berawal dari kasus khusus ke

kesimpulan yang umum, Wisudawati (2015 :140).

Page 29: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

14

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Qs Al Baqarah Ayat 44 yang

berbunyi:

Artinya:” Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu

melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab

(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”( Qs Al Baqarah Ayat 44)

Kemudian Qs AN NISA:82 yang berbunyi:

Artinya:”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al

Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang

banyak di dalamnya.”

Kedua ayat tersebut memberi isyarat bahwa kata “berpikir” adalah suatu

kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari

aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang

disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga

melibatkan perasaan dan kehendak manusia.

a. Generelisasi dalam fisika

Sejak era 1980an, anatomi IPA terdiri atas 4 (empat) yaitu: (1) proses; (2)

produk; (3) sikap; dan (4) teknologi (Cain dan Evans dalam Martawijaya, 2014:

Page 30: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

15

42). Berikut ini dapat dikemukakan mengenai pemaknaan anatomi IPA (termasuk

fisika).

Produk IPA terdiri atas fakta, prosedur, dan konsep (prinsip, asas, hukum,

teori). Produk tersebut melahirkan 3 (tiga) jenis pengetahuan dalam IPA, yaitu: (1)

pengetahuan faktual; (2) pengetahuan konseptual; dan (3) pengetahuan prosedural.

Sehubungan dengan itu Anderson (2011: 18) menambahkan satu jenis

pengetahuan, yaitu pengetahuan metakognisi. Dalam Pengetahuan ini sangatlah

dibutuhkan untuk mewujudkan “teknologi” sebagai salah satu anatomi IPA.

Jenis-jenis pengetahuan yang tercakup dalam IPA, khususnya dalam fisika

dibangun kemampuan berpikir induktif (generalisasi).Berkenaan dengan

penelitian ini, berikut dikemukakan mengenai kemampuan berpikir induktif

(generalisasi) yang membangun pengetahuan faktual dalam fisika.

Bertitik tolak dari pengertian fisika yang menyatakan bahwa fisika adalah

sebuah ilmu pengetahuan yang di dalamnya mempelajari tentang fenomena alam

atau gejala alam dan seluruh interaksi yang terjadi di dalamnya. Untuk

mempelajari fenomena alam atau gejala alam tersebut, fisika menggunakan proses

dimulai dari pengamatan, pengukuran, analisis, dan lain sebagainya.

1) Pengetahuan faktual

Menurut Anderson (2011: 67), pengetahuan faktual meliputi elemen-

elemen dasar yang digunakan oleh ilmuwan dalam mengembangkan disiplin ilmu

mereka. Dalam disiplin ilmu fisika, elemen-elemen dasar yang dimaksudkan oleh

Anderson dapat diartikan sebagai fakta-fakta fisika yang terdapat pada suatu

objek.Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi keempat) fakta adalah

Page 31: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

16

sesuatu yang benar-benar ada.Berdasarkan pengertian ini, suatu objek dalam fisika

dapat diungkapkan faktanya sesuai dengan besaran-besaran fisika yang

dimilikinya.Dengan demikian, keluasan pengetahuan mengenai fakta pada suatu

objek fisika dapat berbeda oleh sejumlah orang.

Perbedaan keluasan pengetahuan faktual suatu objek fisika yang diperoleh

seseorang ditentukan oleh keingintahuan terhadap kesimpulan-kesimpulan fisika

yang terdapat pada objek tersebut dalam menggunakan alat ukur dan pengamatan.

Ketebalan sebuah kelereng yang diukur oleh seseorang akan di induktifkan

sehingga didapatkan kesimpulan-kesimpulan mengenai fakta tentang tebalnya

kelereng, apabila diukur dengan menggunakan jangka sorong, dan mikrometer

sekrup. Perbedaan juga dapat terjadi pada beberapa orang yang menggunakan alat

ukur yang sama. Terjadinya perbedaan-perbedaan ini dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Terjadinya suatu perbedaan penarikan kesimpulan-kesimpulan mengenai

hasil pengukuran jangka sorong, dan mikrometer sekrup disebabkan oleh tingkat

ketelitian berbeda, cara pemahamanya juga berbeda. Dimisalkan hasil kesimpulan

dari kelereng bahwa semua kelereng didalam kotak memiliki massa jenis yang

sama setelah dilakukan pengamatan pertama, jika dilakukan pengamatan kedua

maka hasil yang diperoleh dari kesimpulanya tesebut, bahwa kelereng terbuat dari

kaca/marmer. Dari pengamatan ini Kemungkinan terjadinya perbedaan ini

disebabkan oleh: (1) kurang pemahaman tentang pembelajaran fisika masa lalu (2)

faktor lingkungan yang tidak mendukung; (3) tidak terbiasa dalam mengambil

kesimpulan-kesimpulan; dan (4) tidak mampu berpikir tingkat tinggi.

Page 32: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

17

Berkenaan dengan penelitian ini, kemampuan berpikir induktif

(generalisasi) peserta didik diawali dengan pemberian contoh oleh peneliti.

Peneliti memperlihatkan boks yang berisi benda-benda kepada peserta didik

disertai dengan beberapa pernyataan, salah satu di antaranya yaitu: (1) kotak ini

berisi 12 buah kelereng kecil dan besar, sehingga penerikan kesimpulanya bahwa

tidak semua kelereng besar tembus cahaya, akan tetapi semua kelereng kecil

tembus cahaya, semua kelereng kecil memiliki massa jenis yang sama massa; (2)

kotak ini berisi 12 buah karet bang dan karet nilon sehingga penariakan

kesimpulanya bahwa dalam kotak tersebut hanya karet yang bersifat elastis. Selain

itu, juga disampaikan bahwa masih banyak penarikankesimpulan-kesimpulan lain

yang dapat diinformasikan didalam kotak, termasuk kesimpulan tentang berapa

cm kerenggangan keret tersebut.

Selanjutnya, peserta didik diperlihatkan sebuah kotak yang berisi benda-

benda padat. Benda tersebut diaamti, kemudian diminta peserta didik kedepan dua

orang untuk mengumpulkan kesimpulan-kesimpulan khusus sebanyak-banyaknya

dalam waktu 15.Kesimpulan yang diharapkan dari benda ini adalah: (1) semua

benda dalam boks adalah benda padat; (2) dari barbagi benda dalam boks hanya

80 % yang tenggelam didalam air, 20 % mengapung dalam air; (3) tidak semua

kelereng besar tembus cahaya, akan tetapi semua kelereng kecil tembus cahaya;

(4) hanya karet gelang dan keret bang yang bersifat elastis; (5) semua besi yang

dalam boks memiliki panjang sama;(6) semua kayu dalam boks memiliki panjang

yang sama; (7) Semua kelereng besar memiliki massa jenis yang; (8) semua

kelereng kecil memiliki massa jenis yang sama; (9) dari semua benda dalam boks

Page 33: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

18

88 % yang bersifat plastis dan 15 % yang bersifat elastis; (10) semua besi dalam

boks memiliki massa jenis yang sama; (11) semua kayu dalam boks memiliki

massa jenis yang sama; (12) semua kertas dalam boks tidak tembus cahaya; (13)

semua kelereng dalam boks setelah dilakukan percobaan, ternyata jumlah

momentum kelereng sebelum tumbukan sama denagn jumlah memuntum kedua

kelereng setelah tumbukan; (14) sebuah benda dalam boks tidak mengalami

tumbukan jenis lenting sebagian; (15) dari berbagai benda didalam boks 90 %

tidak mengalami tekanan dan 10 % yang mengalami tekanan.

Berkenaan dengan tugas yang diberikan, setiap kesimpulan peserta didik

sudah ditentukan oleh peneliti.Dengan demikian, kemampuan peserta didik dalam

berpikir induktif (generalisai) pada benda tersebut dapat diketahui.Dalam fisika

dikenal kemampuan atau daya yang didefinisikan sebagai besarnya usaha yang

dilakukan dalam satuan waktu. Jadi, kemampuan peserta didik dapat dilihat dari

banyaknya kesimpulan khusus yang benar mengenai benda didalam kotak yang

akan diamati.

Dalam hasil tersebut disampaikan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir induktif peserta didik sebagai hasil belajar dengan tujuan

mengembangkan kemapuan berpikir secara jujur dan teliti serta dibutuhkan

beberapa perilaku berkarakter sehingga diperoleh kemampun berpikir induktif

yang benar, yaitu berpikir induktif yang sesuai adanya objek tersebut, bukan apa

adanya (Martawijaya, 2014: 112). Hal ini berarti, bahwa berpikir induktif yang

benar manakala sesuai dengan kesimpulan yang sebenarnya (yang sudah

divalidasi).

Page 34: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

19

Dalam konteks pendidikan karakter terdiri atas dua jenis yaitu kejujuran

ilmiah dan kejujuran akademik.Kejujuran ilmiah berkenaan dengan kejujuran

dalam menyimpulkan data sedangkan kejujuran akademik berkenaan dengan

plagiat dalam mempublikasikan karya ilmiah (Koellhoffer, 2009: 30).Oleh karena

peserta didik yangberasal dari wilayah Gowa Propensi Sulawesi Selatan pada

wilayah ini terdapat sebuah Sekolah Menegah Atas (SMA), yaitu SMA Aksara

Bajeng. Wilayah ini dihuni oleh etnis dominan Makassar, maka perilaku

berkarakter yang dimaksudkan adalah yang berada pada bingkai Siri’na Pacce.

Berpangkal pada filosofi hidup masyarakat Makassar yang menyatakan

siri’na Pacce yang bermakna “mereka menjunjung tinggi nilai malu (siri’) dan

nilai solidaritas (pacce). Siri’ na pacce berdiri atas empat pilar kehidupan (1)

jujur (lempu’); (2) cerdas (acca); (3) berani (warani); dan (4) Berserah diri pada

Allah SWT (mappesona ri DewataE). Dengan demikian, perilaku berkarakter

peserta didik harus selalu berorientasi kepada keempat pilar siri' na pacce.

Keempat pilar tersebut diatas sangat dibutuhkan dalam proses berpikir

induktif. Kehidupan yang berorientasi pada siri' na paccepeserta didik dalam

perilaku berakrakter pentingnya diciptakan sikap jujur,dalam berinduksi dipelukan

sikap jujur dal mengambil kesimpulan khusus, diaman kejujuran adalah perbuatan

dimana kita menempatkan sesuatu pada tempatnya, artinya mengatakan sesuatu

sesuai adanya, bukan apa adanya objek (Martawijaya, 2014: 112) bukan

menyampaikan atau mengatakan dengan kondisi yang berbeda antara pernyataan

dan kenyataannya. Misalnya ketika kita melakukan pengukuran pada suatu objek

dan melaporkan data yang salah, maka jelaslah bahwa kita telah berbohong atau

Page 35: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

20

tidak mengatakan apa yang sesuai dengan kenyataannya. Sehingga dalamberpikir

induktif , peserta didik hendaknya menyimpulkan benda fisika sesuai dengan

adanya objek tersebut, Agar kesimpulan fisika yang terkumpul bernilai baik dan

benar.

Selain itu juga dalam hal kejujujan untuk mengambil sebuah kesimpulan

harus sesuai dengan faktanya, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan proses

berpikir induksi yang sebenarnya, adapun dalam mengambil kesimpulan yang

benar harus cedas dalam berilmu, berani dalam menentukan fakta-fakta yang ada

krena kebanyakan dilihat dari realita sekarang kebanyakan di Indonesia yang

salah dalam berinduksi, mereka melihat hanya dari bingkai benda tersebut bukan

dari isi bingkainya, sehingga masih banyak yang perlu dibenahi agar didalaam

kehidupan sehari-hari tidak salah dalam berinduksi “cacat induksi”.

Dari konteks di atas dalam mengambil sebuah keputusan yang ada perlu

dengan pembuktian yang susai dengan fakta-fakta yang erat kaitanya dalam

kehidupan sehari-hari. Berserah diri pada Allah dalam mengambil sebuah

keputusan, yang ada sebagai contoh pembuktian dan dalam menjadikan pedoman

untuk menyadarkan masyarakat sehinggah tidak salah dalam menjastis seseorng

yang sesuai adanya, terkhusus pada peserta didik dalam pembelajran

fisika,Kesemuanya ini adalah berkaitan erat dalam budaya Makassar yaitu siri’ na

pace,

Page 36: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

21

B. Kerangka Berpikir

Dalam melaksanakan penelitian inikerangka pikir yang mengarah pada

penelitian ini adalah berikut ini :

Gambar. 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Proses

1. Mencermati contoh-contoh kemampuan berpikir induktif yang di

simpulkan oleh peneliti

2. Mengamati benda-benda dalam boks kemudian menyimpulkanya.

3. Menerapkan perilaku berkarakter (teliti, juju, hati-hati,

displin, dan tanggung jawab.

Output

Peserta didik berusaha mengetahui kesimpulan-kesimpulan fiska pada

berbagai jenis benda yang ada dalam boks.

Outcome

Dapat beradaptasi dan berkompetisi pada era 2045

Input

1. Berada pada kelas unggulan

2. Hasil belajar fisika berada pada kategori tinggi

3. Mengenal alat-alat ukur

4. Materi objek fisika sudah dipelajari

5. Berasal dari budaya siri’ na pacce

Page 37: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yaitu penelitian ex-post facto kerena peniliti tidak

melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi meneliti efek dari suatu

perlakuan yang telah terjadi secara alami (Baharuddin, 1985: 32). Dalam hal ini,

perlakuan yang telah terjadi secara alami adalah pembelajran fisika yang telah

dialami oleh subjek penelitian.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016:117) yang dimaksud dengan populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian ini, populasi penelitian ini adalah

peserta didik kelas X1 SMA Aksara Bajeng yang menyatakan suka mata pelajaran

fisika. Dari 22 peserta didik kelas X1 SMA Aksara Bajeng 21 peserta didik yang

menyatakan suka mata pelajaran fisika. Dengan demikian, subjek populasi

penelitian ini sebanyak 21 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2016:118) yang dimaksud dengan sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk

keperluan penelitian ini, subjek sampel ditentukan dengan menggunakan teknik

22

Page 38: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

23

sampel jenuh. Teknik ini dilakukan dengan alasan bahwa ukuran populasi relatif

kecil. Dengan demikian, subjek sampel sebanyak 21 orang.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah “kemampuan

berpikir induktif”. Variabel ini adalah efek dari pembelajaran fisika yang dialami

subjek penelitian sejak mereka pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan

menengah yang didalami selama ini.

D. Definisi Operasional Variabel

Kemampuan berpikir induktif adalah skor yang diperoleh peserta didik

dalam menuliskan kemampuan berpikir induktif terhadap suatu objek fisika yang

telah dikumpulkan selama 10 menit. Indikator kempuan berpikir induktif yang

diharapkan adalah kesimpulan-kesimpulan fisika yang terdapat pada objek fisika

yang menjadi sasaran penelitian.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksakan melalui prosedur berupa tahapan penelitian yakni

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan pemanatapan proposal

berdasarkan saran, arahan, dan petunjuk dari tim pembimbing. Terdapat

beberapa hal yang menjadi inti pada tahap ini, yaitu: (1) mengumpulakan

sumber-sumber (kepustakaan) yang mendukung penelitian seperti jurnal,

buku, artikel dan hasil-hasil penelitian yang relevan. (2) menetapkan objek

fisika yang memuat sejumlah informasi tentang kemapuan berpikir

Page 39: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

24

induktif dan layak dikumpulkan oleh peserta didik kelas X1 SMA karena

materinya sudah dipelajari dijenjang pendidikan dasar dan selama mereka

di jenjang pendidikan menengah. (3) Peneliti mengumpulkan objek-objek

dari berbagai benda kemudian menyimpulkanya. (4) memvalidasi

kesimpulan-kesimpulan fisika pada objek fisika yang diperoleh peneliti

kepada dua validator; dan (5) menvalidasi instrument penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti yaitu: (1) membagi peserta serta didik dalam dua kolompok yang

yang setiap kelompok terdiri atas 10 orang. (2) memanggil peserta didik satu

persatu untuk mengamati boks yang disediakan benda-benda kemudian

menarik kesimpulan dari benda-benda yang sesuai adanya.(3) menugaskan

kepada setiap peserta didik untuk mengumpulkan ksimpulan-kesimpulan

fisika yang ada dalam boks (setiap benda dalam boks dapat disimpulkan dari

berbagai-berbagai benda); (4) mengumpulkan kesimpulkan-kesimpulan

terhadap objek fisika yang telah diamati oleh peserta didik; (5) menganalisis

data yang terkumpul pada penelitian ini terhadap objek fisika yang telah

ditugaskan kepada subjek peneliti.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman pengskorang

kemampuan berpikir induktif yang dikumpulkan oleh subjek penelitian

berdasarkan objek fisika yang ditugaskan kepadanya. Adapun kriteria pengskoran

pada pedoman ini yaitu: (1) Pedoman ini memuat skor tertinggi 15; (2) setiap

Page 40: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

25

kesimpulan yang benar diberi skor 1; (3) skor terendah yang mungkin dicapai oleh

subjek penelitian adalah 0 (jika tidak sesuai dengan kesimpulan-kesimpulan yang

disediakan oleh peneliti)

G. Tehnik Analisis Data

Pada bagian sebelumnya dikemukakan bahwa subjek sampel penelitian ini

adalah seluruh subjek populasi sehingga data yang terkumpul dalam penelitian ini

dianalisis secara deskriptif. Adapun tehnik yang digunakan mengikuti prosedur

yaitu: (1) melakukan pengskoran terhadap hasil kerja subjek penelitian. Pada

prosedur ini diperoleh skor terendah sampai skor tertinggi yang dicapai oleh

subjek penelitian; (2) melakukan tabulasi skor yang diperoleh subjek penelitian,

pada prosedur ini disajikan frekuensi skor yang dicapai oleh subjek penelitian; dan

(3) melakukan penyajian data subjek penelitian. Pada prosedur ini data hasil

tabulasi disajikan dalam bentuk diagram lingkarang.

Page 41: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Skoring dan tabulasi kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan

masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika pada peserta didik kelas XI SMA

Aksara Bajeng tahun ajaran 2017/2018 dapat dilihat bagian lampiran Selanjutnya,

hasil penelitian ini disajikan melalui diagram lingkarang dibawah ini.

Gambar 4.1.Skor dan Frekuensi Kemampuan Berpikir Induktif Peserta

Didik

B. Pembahasan

Melalui penelitian ini, telah diperoleh deskripsi yang menggambarkan

kemampuan berpikir induktif peserta didik kelas X1 SMA Aksara Bajeng pada

tahun ajaran 2017/2018 dimana kelas X1 tersebut adalah kelas yang boleh

dikatakan kelas yang termasuk kategori sedang. Bagi penulis, hasil penelitian ini

26

Page 42: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

27

sangat rendah. Alasan yang pertama adalah tidak ada peserta didik yang

menyimpulkan suatu benda yang sesuai kedua adalah kebanyakan kesimpulan

yang diperoleh hanya terarah pada sifat-sifat fisikanya.. Alasan ketiga adalah

kemampuan yang diharapkan hanya berorientasi pada pengetahuan faktual

(kesimpulan-kesimpulan yang terdapat pada benda-benda fisika).

Subjek penelitian diharapkan dapat mengungkapkan 15 Kesimpulan-

kesimpulan mengenai objek fisika yang ditugaskan kepadanya. Kesimpulan-

kesimpulan tersebut sangat beralasan untuk diungkapkan karena sudah dipelajari

sejak mereka di pendidikan dasar sampai kepada pendidikan menengah yang

dijalani hingga saat ini.

Pertama peneliti mentargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda-

benda tersebut.Semua benda dalam kotak adalah benda padat, kesimpulan seperti

ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta

penelitian ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik dalam mengamati benda

tersebut tidak dilihat dari penarikan kesimpulanya tetapi dia hanya berdasar pada

sifat benda tersebut; (2) Peserta didik dalam mengamati dia tidak menyimpulkan

keseluruhan benda tetapi menyimpulkan satu persatu dari benda didalam; (3)

materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya dalam

menentukkan sifat-sifat benda yaitu padat cair dan gas; (4) Peserta didik tidak bisa

membedakan benda yang bersifat padat dan cair; dan (5) peserta didik tidak

memperhatikan pada saat pendidik mengajar.

Kedua, peneliti mentargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda-

benda tersebut. Dari berbagai benda didalam kotak hanya 80 % yang tenggelam

Page 43: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

28

dalam air, 20 % mengapung dalam air, kesimpulan seperti ini yang peniliti

gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian ini

mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik melihat satu persatu benda tersebut; (2)

Pesarta didik tidak mendalami pelajar tentang tekanan (3) peserta didik tidak

terampil dalam praktikum (3) materi pembelajaran fisika selama ini tidak

bermakna; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada saat pendidik

mengajar.

Ketiga, peneliti mentargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda-

benda tersebut. Tidak semua kelereng besar tembus cahaya, akan tetapi semua

kelereng kecil tembus cahaya, semua kelereng memiliki massa jenis yang sama

dan semua kelereng dalam kotak setelah dilakukan percobaan ternyata jumlah

momentum kelereng sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum kedua

kelereng setelah tumbukan. kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk

menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian ini mengindikasikan bahwa:

(1) Peserta didik melihat satu persatu benda tersebut; (2) Pesarta didik tidak

mengamati bentuk kelereng tersebut (3) peserta didik setelah diperlihatkan objek,

hanya digunakan untuk bermain (4) materi pembelajaran fisika selama ini tidak

bermakna; dan karena peserta didik tidak meminta alat untuk mengukur massanya

(5) peserta didik tidak terampil dalam menggunakan alat; dan (6) memperhatikan

pada saat pendidik mengajar.

Keempat, Peneliti mengtargetkan subjek mampu menarik kesimpulan

benda-benda tersebut. Hanya karet gelang dan karet bang yang bersifat elastis,

kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di

Page 44: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

29

validasi. Fakta penelitian ini mengindikasikan bahwa: (1) Dalam mengamati

elastisitas, tidak ada yang benar peserta didik induksi pada karet dengan melihat

pertambahan beban: (2) tidak melakukan pengukuran massa dengan neraca ohauss

di laboratorium; (3) peserta didik tidak pernah menggunakan neraca ohauss; (3)

materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya pada

pengukuran massa; (4) selama pengamatan kelereng pada peserta didik tidak ada

satupun yang meminta alat untuk mengukur ketelebalannya; dan (5) peserta didik

tidak memperhatikan pada saat pendidik mengajar.

Kelima, Peneliti mengtargetkan subjek mampu menarik kesimpulan

benda-benda tersebut. Semua besi yang dalam kotak memiliki panjang sama,dan

semua besi dalam kotak memiliki massa jenis yang sama. kesimpulan seperti ini

yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian

ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik tidak mengamati besi tersebut; (2)

Peserta didik tidak melakukan pengukuran massa dengan neraca ohauss di

laboratorium; (3) peserta didik tidak pernah menggunakan neraca ohauss; (3)

materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya pada

pengukuran massa; (4) selama pengamatan besi peserta didik tidak meminta alat

untuk mengukur ketelebalannya; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada

saat pendidik mengajar.

Keenam, Peneliti mengtargetkan subjek mampu menarik kesimpulan

benda-benda tersebut. Semua kayu dalam kotak memiliki panjang sama,dan

semua kayu dalam kotak memiliki massa jenis yang sama. kesimpulan seperti ini

yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian

Page 45: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

30

ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik tidak mengamati kayu tersebut; (2)

Peserta didik tidak melakukan pengukuran massa dengan neraca ohauss di

laboratorium; (3) peserta didik tidak pernah menggunakan neraca ohauss; (3)

materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya pada

pengukuran massa; (4) selama pengamatan kayu peserta didik tidak meminta alat

untuk mengukur ketelebalannya; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada

saat pendidik mengajar.

Dari skor dan frekuensi hasil penelitian ini sangat memprihatinkan, karena

Alasan pertama tidak ada peserta didik yang mencapai hasil skor 15. Alasan kedua

adalah ada 7 orang peserta didik yang memperoleh skor nol (semua kesimpulna-

kesimpulan tidak sesui yang diharapkan). Alasan ketiga adalah ada 13 peserta

didik yang memperoleh skor 1 karena, peserta didik hanya menulis sifat-sifat

fisikanya bukan kesimpulan-kesimpulan bendanya. Alasan keempat adalah hanya

1 orang yang memperoleh skor 2 karena, peserta didik menuliskan kesimpulan

benda sesui yang diharapkan.

Berkenaan dengan hasil penelitian ini, peneliti melakukan beberapa

penelusuran lanjutan kepada peserta didik dengan jalan meminta peserta didik

berpikir induktif apa saja yang yang dapat disimpulkan dalam kotak, tersebut.

Berdasarkan hasil penelusuran lanjutan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa

peserta didik mengetahui alat ukur yang digunakan. Beberapa peserta didik

mengetahui kesimpulan yang ada, akan tetapi peserta didik kurang menyimak dan

mengamati tentang kesimpulan;kesimpulan suatu benda didalam kotak. Selain itu,

peserta didik tidak diberi kebebasan untuk meminjam alat ukur di sekolah untuk

Page 46: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

31

diguanakan dalam mengukur benda-benda yang akan diukur. Misalnya akan

dilakukan pengukuran massa suatu benda didalam kotak seperti, kelereng, kayu,

besi, paku, uang logam

Page 47: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

32

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari

yang terkait dengan fisika peserta didik kelas XI SMA Aksara Bajeng sangat

rendah. Hal ini disebabkan jawaban dari masalah yang diberikan oleh peserta

didik tidak memenuhi kriteria yang diharapkan.

A. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dikemukakan saran:

1. Kepada pendidik fisika SMA karena kemampuan berpikir induktif fisika

peserta didik sangat rendah, dalam penyajian pembelajaran dibarengi dengan

pemberian materi dan pelaksanaan praktikum yang berkaitan dengan

fenomena-fenomena fisika di daerah sekitar peserta didik.

2. Kepada sekolah hendaknya melengkapi alat-alat laboraturium di sekolah.

3. Kepada peneliti yang lain untuk melajutkan dan mengembangkan penelitian ini

harus dengan variabel yang lebih banyak dan populasi yang banyak pula

sehingga hasil yang diperoleh lebih kepada peningkatan kemampuan berpikir

induktif peserta didik dalam menyelesaikan masalah fisika yang terkait dengan

kehidupan sehari-hari.

32

Page 48: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

33

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daryanto, 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Gava Media

Kafie Jamaluddin. 1989. Berpikir Apa dan Bagaimana. Jakarta: Indah.

Mannahao, Mustari Idris. 2010. The Secret of Siri’na Pesse’. Makassar: Anggota

IKAPI (Ikatan Penerbit Indonseia)

Martawijaya, M. Agus. 2014. Disertasi Model Pembelajaran Fisika Kearifan

Lokal Untuk Meningkatkan Karakter dan Ketuntasan Belajar Peserta

Didik SMP Di Pulau Barrang Lompo. Universitas Negeri Makassar.

Martawijaya, M. Agus. 2016. Permendikbud Tahun 2016. Universitas Negeri

Makassar

Ridwan A, Sani. 2015. Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum

2013. Jakarta: Bumi Aksara

Scott, George M. 2004. Prinsi-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Syamsuri Sukri dkk . 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar. Unismuh

Makassar.

Wisudawati, Widi, Astuti dan Sulistyowati Eka. 2015. Metodologi Pembelajran

IPA. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Page 49: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

34

LAMPIRAN A

Nama-Nama Siswa Kelas X1 SMA Aksara

Bajeng

Instrumen Penelitian

Skor Hasil Kemampuan Berpikir Induktif

Peserta Didik Kelas X1 SMA Aksara Bajeng

Skor Dan Frekuensi Hasil Kemampuan

Berpikir Induktif Peserta Didik Kelas X1 SMA

Aksara Bajeng

Dokementasi Kegiatan SMA Aksara Bajeng

Page 50: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

35

LAMPIRAN 1

NAMA-NAMA SISWA KELAS XI SMA AKSARA BAJENG YANG

MENJADI SUBJEK PENELITIAN

NO NAMA

1 Abd.Rasmad

2 Erina Ermawati

3 Jumira

4 Krisnanto Edi P

5 Muh.Fadly

6 Muh.Rias

7 Muh.Fahri

8 Muh Takbir

9 Nur Andira

10 Nurul Fatimah

11 Nur Fadilah

12 Nur Afni

13 Nur Akiki Aulia P

14 Putri Natasya

15 Muh Yusril

16 Rahmawati

17 Rifatul Mahmuda

18 Rina Islamiah

19 Ronni Alamsyah

20 Rahmi

21 Muh.Ridwan Alif

Page 51: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

36

LAMPIRAN 2

Tabel Penelitian

Kumpulan Benda

No.

Simpulan oleh Peneliti

Penilaian Validator Saran dan

Komentar

4 3 2 1

Keterangan :

Kelereng kecil

Kelereng Besar

Kayu

1. Semua benda dalam boks adalah

benda padat.

2. Dari berbagai benda di dalam boks

hanya 80 % yang tenggelam di dalam

air, 20% mengapung dalam air.

3. Tidak semua kelereng besar tembus

cahaya,akan tetapi semua kelereng

kecil tembus cahaya.

4. Hanya karet gelang dan karet bang

yang bersifat elastis.

5. Semua besi yang dalam boks

memiliki panjang sama.

6. Semua kayu dalam boks memiliki

panjang yang sama

7. Semua kelereng besar memiliki

massa jenis yang sama

8. Semua kelereng kecil memiliki

massa jenis yang sama

9. Dari semua benda dalam boks 88%

yang bersifat plastis dan 15% bersifat

elastis.

10. Semua besi dalam boks memiliki

massa jenis yang sama.

11. Semua kayu dalam boks memiliki

massa jenis yang sama

Page 52: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

37

Besi

Paku

Karet Bang

Karet Nilon

Uang logam

12. Semua kertas dalam boks tidak tembus cahaya.

13. Semua kelereng dalam boks setelah

di lakukan percobaan,ternyata jumlah

momentum kelereng sebelum

tumbukan sama dengan jumlah

momentum kedua kelereng setelah

tumbukan.

14. Semua benda dalam boks tidak

mengalami tumbukan jenis lenting

sebagian

15. Dari berbagai benda di dalam boks

90% tidak mengalami tekanan dan

10% yang mengalami tekanan

Page 53: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

38

LAMPIRAN 3

SKOR HASIL KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF PESERTA DIDIK

KELAS X1 SMA AKSARA BAJENG

NO NAMA SKOR

1 Abd.Rasmad

2 Erina Ermawati 0

3 Jumira 1

4 Krisnanto Edi P 2

5 Muh.Fadly 1

6 Muh.Rias 0

7 Muh.Fahri 1

8 Muh Takbir 0

9 Nur Andira 1

10 Nurul Fatimah 1

11 Nur Fadilah 1

12 Nur Afni 0

13 Nur Akiki Aulia P 1

14 Putri Natasya 0

15 Muh Yusril 1

16 Rahmawati 1

17 Rifatul Mahmuda 1

18 Rina Islamiah 1

19 Ronni Alamsyah 1

20 Rahmi 0

21 Muh.Ridwan Alif 1

Page 54: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

39

LAMPIRAN 4

SKOR DAN FREKUESI HASIL KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF

PESERTA DIDIK KELAS X1 SMA AKSARA BAJENG

No Skor Frekuensi

1 0 7

2 1 13

3 2 1

Jumlah 21

Page 55: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

40

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI KEGIATAN

SMA AKSARA BAJENG

A. KEGIATAN TES KEMAMPUAN

B. KEGIATAN TES KEMAMPUAN

Page 56: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

41

C. KEGIATAN TES KEMAMPUAN

D. KEGIATAN TES KEMAMPUAN

Page 57: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

42

LAMPIRAN B

Permohonan Judul Skripsi

Persetujuan Judul

Berita Acara Ujian Proposal

Surat Keterangan Perbaikan Ujian

Proposal

Surat Keterangan Validitas

Surat Permohonan Izin Penelitian

Surat Keterangan Penelitian Di Sekolah

Kartu Control Penelitian

Kartu Control Skripsi

Page 58: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

45

Page 59: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

46

Page 60: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

47

Page 61: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

48

Page 62: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

49

Page 63: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

50

Page 64: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

51

Page 65: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

52

Page 66: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

53

Page 67: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

54

Page 68: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

55

Page 69: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

56

Page 70: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

57

Page 71: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

58

Page 72: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

59

Page 73: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

60

Page 74: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

61

Page 75: KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …

62

BIODATA

Andi Darna Rahayu, Lahir di Salu-Salu, pada

tanggal 30 Juni 1995. Anak kedua dari dua bersaudara

pasangan Andi Lala dan Nuraeni. Memulai jenjang

pendidikan pada tahun 2002 di SD Negeri 141 Salu-Salu dan

tamat tahun 2007. Lalu melanjutkan pendidikan ke tingkat

SMP Negeri 1 Bontotiro dan tamat pada tahun 2010. Penulis tercatat sebagai

siswa SMA Negeri 1 Bontolempangan pada tahun 2010 dan tamat pada tahun

2013. Selanjutnya, penulis memilih program studi pendidikan Fisika bukan

sekedar karena ketertarikan semata, namun lebih dari itu penulis berharap dengan

menjadi tenaga pendidik, penulis dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan

pendidikan di Indonesia serta ilmu yang disampaikan dapat memberikan manfaat

bagi generasi-generasi penerus bangsa.


Top Related