Download - KEAMANAN DAN KESELAMATAN TRANSPORTASI LAUT DIDASARKAN KEPADA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL
1
KEAMANAN DAN KESELAMATAN TRANSPORTASI LAUTDIDASARKAN KEPADA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL
Sub Topik
KESELAMATAN PELAUT PERIKANAN DAN NELAYAN TERKAIT DOKUMEN IDENTITAS PELAUT
Oleh
Direktur Jenderal Perhubungan LautDEPARTEMEN PERHUBUNGAN
JAKARTA, 7 OKTOBER 2009
2
Sistematika1. PENDAHULUAN
2. POSISI INDONESIA
3. KETERKAITAN ANTAR INSTRUMEN INTERNASIONAL
4. KM. 30 TAHUN 2008 TENTANG “DOKUMEN IDENTITAS PELAUT”
5. PENUTUP
3
FISHERYSTANDARDS
ILO C-185, 2003 (Revised), ILO C-188,and ILO R-199
The STCW-F 1995, Torremolinos SFV 77/93 and Protocol 1993,
London Convention 72 Protocol 96
1. PENDAHULUAN
UN FAOILO/IMO/FAOUNCLOS & UNIA 1995 Voluntary Guidelines, Code of Conduct for
Responsible Fishing 1995 & Compliance
Agreement 1993
Code of Safety of Fishing Vessel
Usaha perikanan melibatkan banyak organisasi internasional sehingga diatur dengan banyak instrumen internasional.
4
2. POSISI INDONESIA
Kompetensi awak kapal
Keselamatan awak kapal, kapal dan lingkungan
Alat tangkap
Kesejahteraan awak kapalConservation &
management of straddling & high migratory fish stocks
Conservation & management by FV on the
high seas
FOKUS UU NO. 17 / 2008 TERKAIT AWAK KAPAL
5
3. KETERKAITAN ANTAR INSTRUMEN INTERNASIONAL UNCLOS Article 91 (Certificate of Nationality), Article 116 (Hak dan
kewajiban penangkapan ikan di laut lepas), Article 118 (Kerjasama antar negara dalam konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam hayati di laut lepas).
STCW-F 1995 mengatur training & certification awak kapal penangkap ikan dengan panjang > 24 m atau bermesin > 750 kW, namun mengharuskan pencatatan pengalaman berlayar untuk kapal di atas 12 m (GT 60).
FAO/ILO/IMCO Voluntary Guidelines for the Design, Construction and Equipment of Small Fishing Vessels – Chapter 7 & 8 : khususnya panjang kapal = 12 m sd <17 m dan 17 m sd < 24 m;
ILO C.188 Work in Fishing Sector – Article 9 dan 10 (Training) serta Article 13 & 14 (Minimum Safe Manning );
Torremolinos SFV and Protocol Consolidated 1995 - Regulation VIII/3 dan VIII/4 (Drill & Training), dan skema panjang kapal = > 24 m sd < 45 m (Training), > 45 m (Radio Com), 24 m sd 60 m dan > 60 m (Fire Safety), 24 m sd < 75 m dan > 75 m (SCRB).
6
4. KM. 30 TAHUN 2008 TENTANG “DOKUMEN IDENTITAS PELAUT”
Ketentuan UU No.17 Tahun 2008 tentang “Pelayaran” :
UU No. 17 Tahun 2008 tentang “Pelayaran” pasal 117 (2) : Kelaiklautan kapal antara lain terpenuhinya persyaratan “pengawakan kapal” dan “kesejahteraan awak kapal”.
UU No. 17 Tahun 2008 pasal 145 : Setiap orang dilarang mempekerjakan seseorang di kapal dalam jabatan apapun tanpa disijil dan tanpa memiliki kompetensi dan keterampilan serta dokumen pelaut yang dipersyaratkan.
UU No. 17 Tahun 2008 pasal 151 (1) : Setiap awak kapal berhak mendapatkan kesejahteraan; pasal 151 (2) : Kesejahteraan kerja dinyatakan dalam perjanjian kerja.
7
4. KM 30 TAHUN 2008
Pertimbangan KM 30 Tahun 2008 :
Selain memperhatikan UU No. 17 Tahun 2008 tentang “Pelayaran”, KUHD Buku II, dan UU No. 1 Tahun 2008 tentang Pengesahan Konvesi ILO No. 185 tentang Dokumen Identitas Pelaut, juga ditujukan untuk melindungi keselamatan, hak dan kesejahteraan awak kapal / nelayan. Namun apakah yang terjadi? :
Peraturan perundang-undangan ini dianggap menjadi beban masyarakat.
Peraturan diinterpretasikan secara berbeda oleh berbagai instansi yang menegakkan hukum di laut sehingga DEPHUB dianggap tidak/kurang berkoordinasi dengan instansi terkait (DKP).
Artinya, peraturan (instrumen kebijakan publik) yang baik, belum tentu diterima dengan baik oleh masyarakat.
8
4. KM 30 TAHUN 2008
Padahal :
Peraturan telah mempertimbangkan keadaan nelayan / pelaut perikanan (click Lampiran )
Konvensi ILO No. 188 menuntut adanya Perjanjian Kerja Laut (PKL), jam istirahat minimum 10 jam / hari namun 77 jam / minggu, dan gaji awak kapal perikanan dibayar tiap bulan atau pembayaran teratur lainnya (other regular payment) sungguh pun di Indonesia masih berdasarkan bagi hasil dan berazas kekeluargaan.
Ada sekitar 6000 pelaut perikanan Indonesia yang bekerja di Japan Tuna Federation dan ribuan lainnya pada perusahaan Korea Selatan, Taiwan, Spanyol, dll yang perlu perlindungan.
9
Indonesia merupakan anggota IMO Council – Kategori C dan berada dalam IMO White List untuk implementasi STCW 1978 as amended. Artinya, Indonesia harus ikut menegakkan instrumen internasional guna mencapai Goal of IMO.
5. PENUTUP
Hal yang perlu dipertimbangkan :1.Apakah instrumen internasional yang mengatur perikanan akan diratifikasi / disahkan atau tidak?
2.Mengingat kondisi masyarakat nelayan kita, apakah need analysis dan risk assessment untuk ratifikasi telah dimulai (bahan Naskah Akademik)?
3.Dirjen Hubla menerbitkan Surat Edaran tentang “Dispensasi Buku Pelaut dan Penyijilan bagi Pelaut Kapal Perikanan” yang berlaku sampai 31 Desember 2009 sehingga mulai 1 Januari 2010 semua pihak perlu memikirkan keselamatan dan perlindungan kesejahteraan pelaut perikanan dan nelayan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10
Terima kasihatas perhatiannya