Laporan Tahunan Sementara tahun 2015 Page 1
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi
yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf hidup, dan
kemandirian petani peternak, serta dalam rangka pencapaian kecukupan pangan
dengan usaha yang terus menerus melalui penerapan agribisnis yang terpadu.
Pendekatan pembangunan peternakan di Bali tetap mengacu kepada
pengembangan peternakan rakyat agar menjadi usaha pokok dengan skala usaha
ekonomis, serta pengembangan perusahaan peternakan/ swasta yang mempunyai
keberpihakan kepada, Peternakan rakyat menjadi mitra usaha dengan
mensinergikan setiap sub sistem dalam satu manajemen agribisnis yang
terintegrasi secara vertikal. Salah satu misi penting dalam pengembangan
Peternakan secara optimal dan menerapkan teknologi tepat spesifik lokasi yang
mampu berdaya saing dan berkelanjutan dengan pemberdayaan masyarakat
menuju wiraswasta yang maju dan sejahtera.
Secara keseluruhan kondisi peternakan Bali menunjukan kontribusi yang
cukup berarti dalam pembangunan ekonomi di Bali karena didukung oleh lahan
yang sangat subur dan potensil, SDM yang relatif mudah dididik, dukungan
Perguruan Tinggi dan lembaga Litbang yang berskala nasional yang banyak
berada di Bali serta posisi daerah yang dekat kepada pasar/daerah pemasaran,
terutama Pulau Jawa dan konsumsi di Bali sendiri yang jumlah penduduknya cukup
banyak. Melihat berbagai peluang, potensi dan permasalahan pada sektor
peternakan di Bali tersebut di atas, maka melalui perubahan fokus peran
pemerintah dan penentu kebijakan menjadi agen perubahan akan memberikan
atmosfir yang lebih akomodatif bagi para stake holders peternakan untuk lebih
berkiprah dalam pembangunan peternakan di Bali, menunjang tercapainya Visi dan
Misi Bali. Tuntutan perubahan pembangunan memerlukan perubahan sikap dan
birokrasi peternakan untuk lebih menjadi.fasilitator pembangunan dan pelayan
masyarakat dan merubah masyarakat dan swasta untuk lebih partisipatif dalam
pembangunan peternakan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 3
Namun demikian pembangunan peternakan yang dilaksanakan oleh
masyarakat dan swasta selama ini dirasakan belum menunjukkan kinerja yang
optimal. Skala usaha peternakan yang dilakukan oleh peternakan rakyat belum
mencapai skala ekonomi, berdasarkan jumlah pemilikan maupun sistem
pemeliharaan. Pengembangan Kawasan juga belum optimal baik untuk
pengembangan Bali Selatan, lahan-lahan kritis dan Kawasan Sentra Produksi
Peternakan yang belum, optimal. Salah satu hal yang cukup mengganggu
pengembangan peternakan di Bali adalah munculnya wabah penyakit Flu Burung
(Avian Influenza) yang sangat mempengaruhi industri perunggasan maupun pola
konsumsi masyarakat, serta gangguan penyakit zoonosis lainnya Brucellosis dan
Rabies. Pengembangan dan Peningkatan teknologi dalam rangka peningkatan
PSK (Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan) peternak belum berkembang dengan
optimal dan belum sepenuhnya mampu mengakses permodalan, teknologi, potensi
serta pasar yang tersedia.
Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkan produksi
peternakan. Untuk mengetahui hasil kegiatan Program Pembangunan Peternakan,
di Provinsi Bali Tahun 2015, maka kami telah mencoba menuangkannya dalam
bentuk Laporan Tahunan ini yang isinya berupa hasil-hasil yang telah dicapai dan
perbandingan dengan hasil tahun sebelumnya.
1.2 Geografis
Provinsi Bali dengan luas wilayah 5.636,66 Km² merupakan daerah yang
pertaniannya sangat intensif, dimana petani juga sebagai peternak. Disamping itu
di Bali juga sudah ada perusahaan-perusahaan bidang peternakan baik itu
budidaya maupun industri peternakan. Provinsi Bali yang terdiri dari 8 (delapan)
Kabupaten dan satu Kota dengan 57 Kecamatan berpenduduk tahun 2015:
3.890.757 jiwa. Berdasarkan Bali dalam angka tahun 2015 penggunaan tanah di
daerah Bali adalah sebagai berikut; lahan pertanian 355.399 Ha, atau telah terjadi
peningkatan sebesar 0,04% dari tahun sebelumnya 355.271 Ha, sedangkan lahan
bukan pertanian mencapai 208.267 Ha atau terjadi penurunan 0,06% dari tahun
sebelumnya 208.395 Ha. Walaupun Provinsi Bali tidak begitu luas dibanding
dengan pulau-pulau di wilayah Nusantara ini namun daerah Bali mempunyai
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 4
potensi yang cukup besar dalam mengembangkan peternakan disamping itu
bidang peternakan merupakan salah satu penunjang sektor pariwisata yang
merupakan sektor andalan dalam pemasukan devisa daerah Bali.
Ternak merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki fungsi
sosial budaya dan ekonomi yang cukup penting bagi masyarakat Bali. Ternak dan
hasil ternak dibutuhkan hampir setiap hari dalam penyelenggaraan kehidupan
ekonomi dan sosial budaya masyarakat Bali. Berdasarkan Data Peternakan tahun
2015 populasi ternak di Provinsi Bali adalah sebagai berikut; sapi potong (Bali)
538.073 ekor, sapi perah 0 ekor, kuda 252 ekor, kerbau 1.673 ekor, babi 795.104
ekor, kambing 64.467 ekor, domba 0 ekor, ayam buras 4.008.017 ekor, ayam ras
petelur 5.164.403 ekor, ayam ras pedaging 10.125.842 ekor, itik 659.581 eko,
Kelinci 6.733 ekor, Puyuh 18.227 ekor, Merpati 82.688 ekor Itik Manila 52.249
ekor. Pada tahun yang sama tercatat total produksi daging terdiri dari daging sapi
6.207,61ton, daging kerbau 24,53 ton, daging babi 123.425,78 ton, daging
kambing/domba 1.689,09 ton. daging ayam buras 4.648,66 ton, daging ayam ras
petelur afkir 2.432,48 ton, daging ayam ras pedaging 59.202,47 ton dan daging itik
351,66 ton serta produksi telur 43.671,91 ton dan susu 0 ton.
1.3 Potensi Peternakan di Provinsi Bali
Penggunaan lahan di Provinsi Bali terdiri dari lahan sawah 81.165 Ha dan
tanah bukan sawah 274.403 Ha. Terdiri dari , tegal/kebun 123.741 Ha, Ladang 0
Ha, Perkebunan 121.061 Ha, hutan rakyat 24.549 Ha, Tambak /Kolam 4.558Ha,
Padang penggembalaan 0 Ha. Dari luas lahan tersebut yang dapat dimanfaatkan
paling besar untuk pengembangan usaha peternakan adalah tanah kering dan
tanah perkebunan.
Potensi sumber daya peternakan di Provinsi Bali cukup besar, namun
pemanfaatannya masih sangat terbatas.
1.4 Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Bali pada tahun 2012 sebesar 4.035.000 jiwa
secara rinci jumlah penduduk per Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 5
- Kota Denpasar : 833.900 Jiwa
- Kabupaten Badung : 579.200 Jiwa
- Kabupaten Gianyar : 484.600 Jiwa
- Kabupaten Klungkung : 174.400 Jiwa
- Kabupaten Bangli : 220.200 Jiwa
- Kabupaten Karangasem : 408.100 Jiwa
- Kabupaten Jembrana : 268.000 Jiwa
- Kabupaten Tabanan : 430.900 Jiwa
- KabupatenBuleleng : 638.700 jiwa
Data Bali membangun tahun 2013.
1.5 Organisasi dan Tata Kerja
1.5.1. Dasar Pembentukan
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dan ditindakianjuti dengan
Peraturan Gubemur Bali Nomor 75 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.
1.5.2. Kedudukan
a. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah unsur pelaksana Pemerintah
Daerah Provinsi Bali
b. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dipimpin oleh Kepala Dinas
yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur..
1.5.3. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan :
1. Tugas Pokok
a. Merumuskan kebijakan operasional di bidang Peternakan yang merupakan
sebagian kewenangan desentralisasi Provinsi serta kewenangan yang
dilimpahkan kepada Gubernur berdasarkan azas dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
2. Fungsi
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang peternakan dan kesehatan hewan;
b. Pengelolaan dan fasilitasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 6
c. Pelaksanaan pelayanan umum dan pemberian rekomendasi di bidang
peternakan dan kesehatan hewan.
d. Pembinaan pelaksanaan tugas bidang peternakan dan kesehatan hewan.
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan
f. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah;
1.5.4. Struktur Organisasi
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Dinas;
b. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas;
c. merumuskan kebijakan umum Dinas serta menyelenggarakan administrasi
berdasarkan keuangan;
d. menditribusikan tugas kepada bawahan
e. menilai prestasi kerja bawahan;
f.menyediakan dukungan kerjasama antar Kabupaten /Kota;
g. melakukan pengendalian terhadap pelayanan umum dan perizinan;
h. membina bawahan dalam pencapaian Program Dinas;
i. mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan;
j. melaksanakan pembinanan umum dan.pembinaan teknis;
k. melaksanakan sitem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan ; dan
m. melaporkan hasil peleksanaan tugas kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah.
Sekretariat
Pasal 3
1. Sekretaris mempunyari tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja kesekretariatan;
b. mengkordinasikan program kerja masing-masing sub bagian
c. mengkoordinasikan para Kepala Sub Bagian;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada kepala Sub Bagian dan bawahan;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 7
f. melakukan Koordinasi dengan para Kepala Bidang dan Kepala UPT;
g. menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan berdasarkan rencana kerja yang
telah disusun;
h. melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan urusan umum dan
kepegawian, penyusunan program dan keuangan;
i. menghimpun dan menyusun rencana anggaran dan program pembangunan
bidang Peternakan dan kesehatan hewan;
j. rnengumpulkan dan menyusun laporan keuangan Sekretariat dan bidang;
k. melaksanakan sistem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan; dan
m. melaporakan hasil peklaksanaan tugas kepada Dinas.
Sub Bagian
Pasal 4
(1). Kepala Sub Bagian Kepegawian mempunyai tugas:
a. mempunyai rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan urusan kepegawaian;
e. menyiapkan bahan telaahaan dasn analisis organisasi dan ketatalaksanaan
Dinas;
f. melaksanakan sistim pengendalian intern;
g. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan ; dan
h. melaporkan hasil peleksanaan tugas kepada Sekretaris;
(2). Kepala Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan penatausahaan keuangan;
e. melaksanakan pengurusan gaji pegawai dan tunjangan lainnya;
f. melaksanakan kontrol keuangan;
g. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan;
h. menghimpun bahan dan data program rencana kerja dan anggaran Dinas;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 8
i. menggkoordinasikan penyusunan anggaran/pembiayaan pembangunan
peternakan dan kesehatan hewan;
j. melakukan monitoring pelaksanaan anggaran;
k. melaksanakan sistim pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
m. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris;
(3). Kepala Sub Bagian Umum mempunyai tugas;
a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. mengelola, memelihara dan mendistribusikan barang bergerak dan/atau tidak
bergerak serta menyiapkan usulan penghapusannya;
e. memelihara, menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan kantor
serta melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan Dinas;
f. mengelola urusan surat menyurat;
g. menghimpun peraturan perundang-undangan yang berlaku;
h. melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan keprotokolan;
i. melaksanakan sistim pengendalian intern:
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris;
Bidang Pengkajian dan Pengembangan
Pasal 5
2. Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Bidang;
b. mengkoordinasikan program kerja masing-masing seksi;
c. mengkoordinasikan para kepala seksi;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada kepala seksi dan bawahan;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 9
f. melaksanakan pembinaan dan pengawasan manajemen pcngumpulan,
pengolahan, analisis penyajian dan pelayanan data komoditas peternakan dan
sumber daya strategis lintas kabupaten/kota;
g. mengkoordinir pelaksanaan pengkajian dan pengembangan program-program
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan;
h. mengkoodinir penyusunan rencana strategis Dina (RENSTRA), indikator kinerja
Utama (IKU) Dinas;
i. menghimpun bahan dan penyusunan laporan akuntabilitas instansi pemerintah
(LAKIP);
j. mengkoordinir pelaksanaan monitoring dan evaluasi dan pelaporan kegiatan
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan;
k. melaksanakan sitem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
m. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala dinas,
pasal 6
(1). Kepala Seksi Data dan Pengkajian mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. mengumpulkan mengolah dan menyajikan data bidang peternakan dan
kesehatan hewan;
e. melakukan pengkajian program dan kegiatan pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan;
f. menyusun indikator kinerja utma (IKU) Dinas;
g. melaksanakan sistim pengendalian intern;
h. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan; dan
i. melaporkan hasil peleksanaan tugas kepada kepala bidang.
(2). Kepala Seksi Pengembangan mempunyai tugas:
a. memnyusun rencana dan program kerja Seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 10
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan rencana kerja pengembangan sub
sektor Peternakan dan Kesehatan hewan;;
e. melakukan pengembangan program-program pebangunan Peternakan dan
kesehatan hewan;
f. merumuskan kebijakan teknis pengembangan komoditi peternakan dan kesehatan
hewan Wilayah Provinsi;
g. menyusun rencana strategis dinas (RENSTRA);
i. melaksanakan sistim pengendalian intern;
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bidang.
(2) Kepala Seksi Evaluasi dan pelaporan mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan Dinas secara periodik;
e. mengkompulir laporan-laporan dari Sekretariat dan Bidang menjadi bahan laporan
Dinas;
f. mengkompulir penyusunan laporan kegiatan Dinas;
g. penyusunan laporan dengan sistim informasi monitoring dan evaluasi (SIMONEV);
h. mengkoordinasikan pelaksanaan Sistem Pengendalianj Intern (SPI);
i. menyusun Laporan Kinerja Instansi (LAKIP) setiap Tahun;
j. menyiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pertanggungjawaban;
k. menyiapkan bahan tindak lanjut hasil pemeriksaan ekternal;
l. melaksanakan sistim pengendalian intern;
m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
n. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala bidang.
Bidang Kesehatan Hewan
Pasal 7
3. Kepala Bidang Kesehatan Hewan mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Bidang;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 11
b. Mengkoordinasikan progran kerja masing-masing Seksi;
c. Mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
d. Menilai prestasi kerja bawahan;
e. Membimbing dan memberi petunjuk kepada kepala Seksi dan bawahan;
f. Pembinaan dan pengawasan penerapan norma standar teknis pelayanan
kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat veteriner dan kesejatraan hewan
wilayah Provinsi;
g. Peramalan wabah penyakit hewan menular dan pembinaan pembuatan peta
penyakit hewan menular Wilayah Provinsi;
h. Pembinaan terhadap pelaksanaan pengamatan, pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan penyakit hewan menular wilayah Provinsi;
i. Menyiapkan petunjuk teknis terhadap penutupan dan pembukaan kembali penyakit
hewan menular wilayah Provinsi;
j. Pembinaan dan pengawasan lalu lintas hewan dan bahan asal hewan terhadap
masuknya penyakit esotik wilayah Provinsi;
k. pembinaan dan pengawasan terhadap peredaran obat hewan, penerapan standar
teknis RPH/RPU dan penerapan kesejahteraan hewan;
l. melaksanakan sistim pengendalian intern;
m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
n. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala bidang.
Pasal 8
(1). Kepala Seksi Pengamatan, Pencegahan, dan Pembrantasan Penyakit Hewan
mempunyai tugas:
a. menyusun rencana kerja Seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pembinaan, pengamatan pencegahan pengendalian dan
pembrantasan penyakit hewan wilayah provinsi;
e. pembuatan peta situasi penyebaran penyakit hewan menular wilayah provinsi;
f. melaksanakan peramalan dan penanggulangan wabah penyakit hewan menular
wilayah provinsi;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 12
g. melaksanakan identifikasi dan inventarisasi kebutuhan obat hewan dalam
penanggulangan penyakit hewan menular wilayah provinsi;
h. melaksanakan sistim pengendalian intern;
i. melaksanakan tugas kedinasan Lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
j. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala bidang.
(2). Kepala Seksi Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pembinaan, pengawasan pengendalian dan penyidikan penyakit
hewan zoonosis dan food bone disease wilayah provinsi;
e. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan penerapan higiene dan sanitasi
terhadap unit usaha produk pangan asal hewan serta pemberian sertifikat nomor
kontrol veteriner (NKV) eilayah provinsi;
f. melaksanakan pembinaan, pengawasan penerapan standar teknis rumah potong
hewan (RPH) dan rumah potong unggas (RPU) serta penerapan kesejahteraan
hewan wilayah provinsi;
g. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pemotongan ternak
betina produktif wilayah provinsi;
h. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pemantauan peredaran produk
pangan asal hewan dan produk hewan non pangan wilayah provinsi;
i. memberikan rekomendasi teknis eksport dan import (antar pulau dan antar
negara) serta instalasi karantina hewan sementara terhadap produk hewan
pangan dan produk hewan non pangan;
j. melaknakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.
(3). Kepala Seksi Pengawasan obat dan Lalu Lintas Hewan mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 13
d. melaksanakan pembinaan, pengawasan peredaran dan standar mutu obat hewan
wilayah provinsi
e. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan penerapan persyaratan izin usaha
distributor obat hewan wilayah provinsi;
f. melaksanakan pembinaa, pengawasan dan pemantauan terhadap lalu lintas
hewan/ternak/satwa wilayah provinsi;
g. memberikan rekomendasi teknis lalu lintas hewan, obat hewan dan instalasi
karantina hewan sementara (IKHS) wilayah provinsi;
h. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan sertifikasi medik verteriner
(Poskeswan, Dokter Hewan Praktek, Klinik Hewan, umah Sakit Hewan, Pet Shop
serta usaha dibidang kesehatan hewan lainnya) wilayah provinsi;
i. melaksanakan pembinaan standar teknis medik veteriner wilayah provinsi;
j. melaksanakan sistim mengendalian Intern;
k. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
l. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.
Bidang Produksi
Pasal 9
4. Kepala Bidang Produksi mempunyai tugas:
a. mempunyai rencana dan program Kerja Bidang;
b. mengkoordinasikan orugram kerja masing-masing Seksi;
c. mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan bawahan;
f. melaksanakan penerapan dan pengawasan kebijakan pembibitan ternak;
g. melaksanakan penerapan dan pengawasan kebijakan pengembangan teknologi
peternakan;
h. melaksanakan penerapan dan pengawasan kebijakan alsin peternakan serta
pengawasan standar mutu alsin peternakan wilayah Provinsi;
i. melaksanakan penerapan kebijakan pengawasan mutu pakan ternak serta
labelisasi dan sertifikasi mutu pakan ternak;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 14
j. melaksanakan penerapan dan pengawasan kebijakan dan pedoman penyebaran
dan pengembangan ternak wilayah Provinsi;
k. melaksanakan sistem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
m. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Dinas.
Pasal 10
(1). Kepala Seksi Perbibitan Ternak mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pembinaan dan pengawasan standar perbibitan ternak,
pengawasan produk ternak bibit serta pelestarian ternak bibit murni dan
unggul/plasma nutfah peternakan wilayah Provinsi;
e. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan sertifikasi produk bibit ternak
wilayah Provinsi;
f. Melaksanakan pemantauan dan penmgawasan penerapan standar tehnis
mutu bibit ternak wilayah Provinsi;
g. Melaksanakan pembinaaan mutu genetik dengan rekayasa tehnologi tepat
guna wilayah provinsi;
h. Pembinaan penetapan pedoman lalu lintas ternak bibit wilayah provinsi;
i. Menyusun standar teknis penetapan sertipikasi tenaga ahli perbibitan wilayah
provinsi;
j. Melaksanakan pembinaan sumber bibit ternak dan pengawasan breeding
replacement serta pengawasan penjaringan bibit ternak dikawasan produksi
peternakan wilayah provinsi;
k. Melaksanakan pendataan dan pengaturan kawasan-kawasan sumber bibit dan
plasma nutfah wilayah provinsi;
l. Melaksanakan penerapan dan kawasan pelaksanaan dan pengembangan
ternak wilayah provinsi;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 15
m. Melaksanakan monitoring dan pengawasan penyebaran ternak pemerintah
wilayah provinsi;
n. Melaksanakan sistem pengendalian intern;
o. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
p. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.
(2). Kepala Seksi Pakan Ternak mempunyai tugas:
a. menyusun rencana program kerja Seks;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menerapkan kebijakan pakan ternak wilayah provinsi;
e. bimbingan produksi paka ternak dan bahan baku pakan ternak wilayah
provinsi;
f. penerapan standar mutu pakan ternak wilayah provinsi;
g. melaksanakan penerapan sertifikasi ternak wilayah provinsi;
h. labelisasi dan sertifikasi mutu pakan ternak;
i. pengawas mutu pakan dan bahan baku pakan wilayah provinsi;
j. pengadaan, perbanyakan dan penyaluran benih hijauan pakan wilayah
provinsi;
k. melaksanakan sistem pengendalian intern;
l. melaksanakan tugas kedinasan ysng diberikan oleh atasan; dan
m. melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada kepala bidang.
(3). Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Peternakan Mempunyai Tugas:
a. menyusun rencana program kerja Seksi;
b. meberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan kebijakan alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan
wilayah provinsi;
e. penentuan, identifikasi dan inventarisasi kebutuhan alat dan mesin
peternakan dan kesehatan hewan wilayah provinsi;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 16
f. menerapkan standar mutu alat dan mesin peternakan dan kesehatan
hewan wilayah provinsi;
g. pembinaan dan pengawasan standar alat dan mesin peternakan dan
kesehatan hewan wilayah provinsi;
h. penerapan standar dukungan rekayasa teknologi peternakan dan
keseheatan hewan wilayah provinsi;
i. pembinaan dan pengawasan rekayasa dan pemeliharaan alat dan mesin
peternakan dan kesehatan hewan wilayah provinsi;
j. pembinaan kerjasama teknologi bidang peternakan dan kesehatan hewan
wilayah provinsi;
k. bimbingan pemanfaatan dan pengelolaan lahan, air dan pupuk organik;
l. pemantauan dan evaluasi pengembangan teknologi oftimalisasi
pengelolaan pemanfaatan lahan dan air untuk usaha peternakan;
m. melaksanakan sistem pengendalian intern;
n. melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan; dan
o. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala bidang.
Bidang Usaha Tani Ternak dan Pemasaran
Pasal 11
Kepala Bidang Usaha Tani Ternak dan Pemasaran mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Bidang;
b. mengkoordinasikan program kerja masing-masing Seksi;
c. mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan bawahan;
f. pembinaan dan pengawasan penyaluran program kredit bersubsidi wilayah
provinsi;
g. pengawasan penerapan pedoman kerjasama kemitraan usaha peternakan
wilayah provinsi;
h. pengawasan penerapan teknologi panen, pasca panen dan pengolahan hasil
peternakan wilayah provinsi;
i. evaluasi pelaksanaan UKL-UPL peternakan wilayah provinsi;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 17
j. pemantauan, pembinaan analisis usaha tani dan pemasaran hasil peternakan;
k. pengawasan, penerapan standar teknis kelembagaan usaha tani ternak;
l. evaluasi dan inventarisasi data jumlah kelompok tani ternak wilayah provinsi;
m. melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis mengenai mutu dan
standarisasi hasil peternakan;
n. membuat pedoman teknis mengenai mutu dan standarisasi hasil peternakan;
o. monitoring dan evaluasi terhadap penerapan standarisasi hasil peternakan;
p. melaksanakam sistem pengendalian intern;
q. melaksanakan tugas kedinasan lain yang ditugaskan oleh atasan; dan
r. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas.
Pasal 12
(1). Kepala Seksi Sumber daya dan Pembiayaan mempunyai tugas:
a. memnyusun rencana dan program keja Seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan monitoring dan pemantauan investasi atau permodalan,
ketenaga kerjaan dan perkreditan;
e. melaksanakan pernbinaan, penyaluran dan pemanfaatan kredit program
wilayah Provinsi;
f. melaksanakan pembinaan dan monitoring penerapan pedoman kerjasama
kemitraan usaha peternakan wilayah Provinsi;
g. melaksanakan pembinaan pelaksanaan UKL-UPL peternakan;
h. melaksanakan, monitoring dan pengawasan UKL-UPL wilayah Provinsi;
i. melaksanakan sistem pengendalian intern;
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepa Kepala Bidang.
(2). Kepala seksi Bimbingan Usaha dan Pemasaran mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 18
d. memberikan syarat-syarat mendirikan usaha peternakan dan pengawasan
usaha peternakan;
e. menghimpun dan menginformasikan data harga ternak dan hasil peternakan
serta melaksanakan bimbingan analisis usaha tani dan pemasaran basil
peternakan;
f. menghimpun data ternak yang datang dan laku di pasar-pasar hewan Se-Bali;
g. melaksanakan promosi dan pameran hasil peternakan;
h. melaksanakan pembinanaa kelembagaan usaha tani ternak dan manajemen
usaha tani ternak wilayah provinsi;
i. melaksanakan pembinaan kelembagaan usaha tani ternak dan manajemen
usaha tani ternak wilayah provinsi;
j. mengkoordinir pelaksanaan kegiatan lomba kelompok tani ternak wilayah
provinsi;
k. monitoring dan evaluasi data jumlah kelompok tani ternak wilayah provinsi;
l. melaksanakan sistem pengendalian intern;
m. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
n. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.
(3). Kepala Seksi Mutu dan Standarisasi Hasil mempunyai tugas:
a. menyusun rencana dan program kerja seksi;
b. memberi petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pedoman teknis mengenai mutu dan standarisasi hasil
peternakan;
e. melaksanakan pedoman teknis mengenai mutu dan standarisasi hasil
peternakan;
f. melaksanakan bimbingan, pembinaan dan pengawasan penerapan teknologi
panen, pasca panen dan pengolahan hasil peternakan;
g. melaksanakan bimbingan perhitungan perkiraan kehilangan hasil budidaya
peternakan wilayah provinsi;
h. monitoring dan evaluasi terhadap penerapan standarisasi hasil peternakan;
i. melakasanakan sitem pengendalian intern;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 19
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Unit Pelaksana Teknis Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD)
Pasal 13
1. Tugas Pokok dan Fungsi UPT BIBD
1) Kepala UPT mempunyai tugas :
a. Menyusun Rencana Kerja dan Program Kerja UPT
b. Mengkoordinasikan program kerja Sub Bagian dan Seksi
c. Mengkoordinasikan Kepala Sub bagian dan eksi
d. Menilai Prestasi kerja bawahan
e. Membimbing dan member petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi
f. Melakukan koordinasi dengan Sekretaris dan Kepala Bidang
g. Mengkoordinir pelaksanaan program Inseminasi Buatan untuk meningkatkan mutu
genetic ternak
h. Mengkoordinir produksi dan distribusi semen dan pelaksanaan Inseminasi Buatan
i. Melaksanakan pengawasan produksi dan semen, distribusi semen, dan
pelaksanaan Inseminasi Buatan
j. Melaksanakan monitoring, mengevaluasi dan merumuskan hasil pelaksanaan
Inseminasi Buatan di UPT
k. Menyiapkan sumberdaya dan kelembagaan pelaksanaan Inseminasi Buatan
l. Melaksanakan system pengendalian intern
m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya
n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
a. Menyusun rencana dan program kerja UPT
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan
c. Menilai prestasi kerja bawahan
d. Mengelola urusan surat menyurat
e. Membuat, menghimpun dan memelihara administrasi umum dn kepegawaian
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 20
f. Mengelola, memelihara, dan mendistribusikan barang
g. Memelihara gedung , perlengkapan kantor, dan sarana prasarana kantor
h. Mengadakan buku-buku dan bahan bacaan untuk perpustakaan
i. Melaksanakan system pengendalian intern
j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT
3. Kepala Seksi Produksi dan Distribusi Semen
a. Menyusun rencana dan program kerja seksi
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan
c. Menilai prestasi kerja bawahan
d. Memelihara dan merawat ternak yang dimiliki serta lingkungannya
e. Merawat dan memelihara pejantan sebagai sumber produksi semen
f. Melakukan penampungan semen ternak dan memrosesnya menjadi semen cair
maupun semen beku yang siap untuk digunakan
g.Melakukan produksi dan distribusi semen untuk pelaksanaan inseminasi buatan
h. Menyimpan dan merawat semen hasil produksi
i. Melakukan monitoring dan evaluasi kualitas semen
j. melakukan pengawasan terhadap distribusi dan penggunaan semen
k. Mengolah, menanam, dan merawat kebun hijauan untuk kebutuhan pakan ternak
yang dimiliki
l. Melaksanakan evaluasi dan peremajaan pejantan ternak yang digunakan untuk
sumber produksi semen
m. Merancang kebutuhan dan produksi semen
n. Menyediakan , menggunakan dan pemeliharaan sarana, peralatan dan bahan yang
diperlukan untuk memproduksi semen
o. melaksanakan system pengendalian intern
p. Melaksanakan tugas kedinasan lainnyayang ditugaskan oleh atasandan
q. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT.
4.Kepala Seksi Sumberdaya dan Kelembagaan
a. Menyusun rencana dan program kerja seksi
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 21
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan
c. Menilai prestasi bawahan
d. Menyiapkan dan membina sumberdaya manusia untuk pelaksanaan inseminasi
buatan
e. Menyiapkan Unit lokasi untuk pelaksanaan inseminasi bauatn
f. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan kelembagaan untuk pelaksanaan
inseminasi buatan
g. Menyiapkan sarana dan prsarana yang diperlukan untuk pelayanan inseminasi
bauatn
h. Melakukan pendataan dan penyelamatan terhadap hasil-hasil ternak bibit yang
bermutu
i. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan inseminasi buatan
j. Melaksanakan system pengendalian intern
k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
l. Malaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT
UNIT PELAKSANA TEKNIS LABORATORIUM KESEHATAN HEWAN
Pasal 16
Kepala UPT mempunyai tugas :
a. menyusun rencana dan program kerja UPT;
b. mengkoordinasikan program kerja Kepala Sub Bagian dan Seksi;
c. mengkoordinasikan Kepala Sub Bagian dan Seksi;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan Seksi;
f. melakukan koordinasi dengan sekretaris dan para Kepala Bidang;
g. merumuskan hasil penyidikan, pencatatan dan pemetaan penyakit hewan;
h. mengkoordinir pelayanan penanggulangan penyakit hewan;
i. mengkoordinir pengujian laboratorium dan sertifikasi hasil pemeriksaan;
j. melaksanakan sistem pengendalian intern;
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 22
Pasal 17
(1). Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas :
a. menyusun rencana dan program kerja UPT;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. mengelola urusan surat menyurat;
e. membuat, menghimpun dan memelihara administrasi umum dan kepegawaian;
f. mengeliola, memelihara dan mendistribusikan barang;
g. memelihara gedung, perlengkapan kantor dan sarana prasarana kantor;
h. mengadakan buku-buku dan bahan bacaan untuk perpustakaan;
i. melaksanakan sistem pengendalian intern;
j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
k. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT;
Pasal 18
(2). Kepala Seksi Epidemiologi dan Pelayana Lapangan mempunyai tugas :
a. menyusun rencana dan program seksi;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan penyidikan, pencatatan dan pemetaan penyakit hewan;
e. memberikan pelayanan penanggulangan penyakit hewan;
f. melaksanakan sistem pengendalian intern;
g. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
h. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT;
(3). Kepala Seksi Pengujian dan Pemeriksaan Laboratorium mepunyai tugas :
a. menyusun rencana dan program kerja seksi;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. melaksanakan pengujian laboratorium dan sertifikasi hasil pemeriksaan;
e. melaksanakan sistem pengendalian intern;
f. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
g. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 23
BAB II
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN
2.1 Visi
Sejalan dengan Pola Dasar Pembangunan Provinsi Bali, maka ditetapkan Visi
Dinas Peternakan Provinsi Bali yaitu “Terwujudnya Peternakan Yang Maju,
Tangguh, Berwawasan Agribisnsis Berbasis sumber Daya Lokal Menuju Bali
Mandara Jilid II”. Melalui visi tersebut, diharapkan Bali mampu menyediakan produk
primer peternakan dan olahan yang sehat dan berkesinambungan dan terjangkau
oleh daya beli masyarakat dengan memperhahatikan efisiensi dan kelangsungan
usaha mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, sampai kepada
pengolahan harus ramah lingkungan, yang dilandasi kesinambungan, keselarasan,
kelestarian dan optimalisasi penggunaan lahan pemanfaatan limbah peternakan
serta pengendalian organisme pengganggu bagi kesehatan hewan maupun
kesehatan manusia.
Guna mewujudkan visi tersebut di atas maka Misi Dinas Peternakan
dirumuskan sebagai berikut:
2.2. Misi
Dalam Misi 3 RPJMD Provinsi Bali yaitu mewujudkan Bali yang
sejahtera dan sukerta lahir bhatin, maka berdasarkan misi tersebut serta untuk
mewujudkan visi, ditetapkan misi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali yaitu :
1. Meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan
2. Meningkatkan populasi ternak dan produksi peternakan
3. Meningkatkan penumbuhan kelembagaan kelompok usaha pengolahan dan
pemasaran hasil perternakan serta jaminan keamanan pangan hewani yang
ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal).
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 24
2.3 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
2.3.1 Tujuan
Berpijak dan mengacu pada visi dan misi serta identifikasi isu-isu
stretegis dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, tujuan
yang akan dicapai dalam kurun waktu 2013 – 2018 adalah terwujudnya
penurunan tingkat kesakitan ternak dan peningkatan populasi ternak serta
penumbuhan kelompok/usaha pengolahan dan pemasaran hasil ternak.
2.3.2 Sasaran
Dengan ditetapkan tujuan maka pembangunan peternakan di Provinsi Bali
perlu diarahkan untuk pencapaian sasaran strategis adalah sebagai berikut :
Sasaran I : Penurunan tingkat kesakitan ternak dengan indikator kinerja :
1. Persentase tingkat kesakitan ternak (sapi, babi, kambing, unggas(flu
burung), anjing (rabies)).
Sasaran II : Meningkatkan populasi ternak dengan indikator kinerja :
1. Jumlah populasi ternak (ekor) : sapi, babi, kambing, ayam buras, ayam
ras petelur, ayam ras pedaging, itik
2. Jumlah pengeluaran sapi potong (ekor)
3. Jumlah pemotongan sapi potong (ekor)
Sasaran III : Penumbuhan kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran
hasil ternak dengan indikator :
1. Jumlah kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran hasil ternak (
klp )
Adapun sasaran kuantitatif yang akan dicapai dalam kurun waktu 2013-2018
adalah sebagai berikut :
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 25
I. Penurunan Tingkat Kesakitan Ternak
NO JENIS
TERNAK
PROYEKSI PERSENTASE TINGKAT KESAKITAN TERNAK
2014 2015 2016 2017 2018
1. Sapi 1 % 0,8% 0,6% 0,5% 0,5%
1 Babi 4% 3,5% 3% 3% 3%
2 Kambing 3% 2,8% 2,6% 2,5% 2,5%
3 Unggas (Flu Burung) 15% 14% 12% 10% 10%
4 Rabies 0,24% 0,4% 0,4% 0% 0%
2.2 JUMLAH PENGELUARAN SAPI POTONG
NO KOMODITI PROYEKSI PENGELUARAN TERNAK (EKOR)
2014 2015 2016 2017 2018
1 Sapi Potong
47.790 52.095 54.884 60.707 63.748
II. Peningkatan Populasi Ternak 2.1 JUMLAH POPULASI TERNAK
NO
JENIS TERNAK
PROYEKSI POPULASI (EKOR) PERTUMBUHAN
(%) 2014 2015 2016 2017 2018
1 Sapi Potong
492.108
506.477 521.267
536.488
552.153 2,92
2 Babi
869.836
879.665 889.606
899.658
909.824 1,13
3 Kambing
71.018
71.905
72.804
73.714
74.636 1,25
4 Ayam Buras
4.142.070
4.168.165 4.194.424
4.220.849
4.247.440 0,63
5 Ayam Ras Petelur
4.394.723
4.433.836 4.473.297
4.513.110
4.553.276 0,89
6 Ayam Ras Pedaging
7.231.051
7.284.560 7.338.466
7.392.771
7.447.477 0,74
7 Itik
704.739
717.354 730.194
743.265
756.569 1,79
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 26
2.3 JUMLAH PEMOTONGAN SAPI POTONG
NO KOMODI
TI
PROYEKSI PEMOTONGAN (EKOR) PERTUMBUHAN (%) 2014 2015 2016 2017 2018
1 Sapi Potong
41.645
42.003
42.364
42.728
43.096 0,86
Penumbuhan Kelompok / Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak
NO Uraian Proyeksi penumbuhan kelompok(klp)
2014 2015 2016 2017 2018
1.
Jumlah Kelompok / Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak
9 9 9 9 9
2.4. Strategi dan Kebijakan
2.4.1. Strategi
Untuk meraih visi dan melaksanakan misi serta mencapai tujuan dan
sasaran maka pilihan strategi pembangunan peternakan adalah :
1. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular
strategis dan zoonosis.
2. Optimalisasi potensi peternakan melalui pemanfaatan IPTEK dan sumber
daya alam lokal berdasarkan pengembangan wilayah / kawasan dan
komoditas ternak unggulan.
3. Penumbuhan kelembagaan dan kemitraan yang lebih luas dan saling
menguntungkan serta pengembangan teknologi tepat guna yang ramah
lingkungan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 27
2.4.2. Kebijakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan.
Pencegahan, pengamatan dan penyidikan, pemberantasan dan
pengobatan, pengujian serta pembinaan dan pengawasan penyakit
hewan menular strategis dan zoonosis.
2. Peningkatan populasi dan produksi ternak melalui :
a. Intensifikasi, diversifikasi budidaya dan simantri
b. Penyuluhan dan pelatihan teknologi tepat guna.
c. Pengendalian pengeluaran dan pemasukan ternak.
d. Pengendalian pemotongan hewan betina produktif.
e. Pengembangan kawasan peternakan.
f. Pengembangan pakan ternak yang berkualitas.
g. Peningkatan sarana dan prasarana peternakan
3. Penumbuhan kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran hasil ternak
melalui :
a. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan
b. Pengembangan pengolahan hasil peternakan
c. Pengawasan kemitraan usaha peternakan
d. Peningkatan, penyediaan pasca panen yag Aman Sehat Utuh dan
Halal (ASUH)
e. Pengembangan pemasaran ternak dan produksi hasil ternak
Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka dilakukan dengan berorientasi
pada pembangunan peternakan, dengan paradigma baru yaitu usaha tani agribisnis
melalui pendekatan kewilayahan dan landasan baru yaitu efisiensi, produktivitas dan
sustainability (berkelanjutan) serta usaha peningkatan produksi melalui usaha-usaha
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi usaha. Oleh karena itu proses
tranformasi dan system usaha tani tradisional ke system usaha tani agribisnis harus
menjadi perhatian utama dalam pembangunan peternakan, sebagai industry
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 28
biologis. Pendekatan agribisnis yaitu pendekatan yang menyeluruh sebagai suastu
system mulai dari pra produksi, budidaya, pasca produksi dan pemasaran. Dalam
pendekatan sistem agribisnis peternakan, variable lahan merupakan salah satu
factor produksi pembatas sekaligus sumber daya penentu kelayakan teknis usaha
peternakan.
2.5. Strategi dan Arah Kebijakan
2.5.1.Strategi:
Untuk meraih visi dan melaksanakan misi serta mencapai tujuan dan sasaran
maka pilihan strategi pembangunan peternakan adalah:
a. Optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan serta perlindungan sumber
daya alami lokal
b. Pengembangan wilayah berdasarkan komoditas ternak unggulan
c. Pengembangan kelembagaan petani ternak
d. Pengembangan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan
e. Pengembangan kemitraan yang lebih luas dan saling menguntungkan
f. Peningkatan kualitas SDM petugas dan petani ternak.
g. Sosialisasi dan promosi Peternakan.
h. Participate Planning (Perencanaan pembangunan yang mengikutsertakan
partisipasi stake holder).
2.5.2. Arah Kebijakan
1. Kebijakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
1. Kebijakan Umum
Memberdayakan kegiatan di hulu, memperkuat dihilir guna menciptakan
nilai tambah dan daya saing usaha peternakan yaitu:
(1) Pengembangan Produksi berupa Daging dan Telur melalui:
- Konsolidasi dan peningkatan usaha peternakan rakyat kearah
usaha tani komersial, orientasi pasar, berwawasan lingkungan
melalui pendekatan agribisnis.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 29
- Pemantapan agribisnis dan agroindustri melalui pengembangan
kawasan usaha peternakan dengan penerapan pola kemitraan
yang rasional.
(2) Pasca Panen dan Pemasaran dilaksanakan dengan perbaikan tata
niaga dan pemasaran melalui:
- Perbaikan sarana dan prasarana.
- Pemantapan dan peningkatan aktifitas serta peran kelembagaan
(peternakan dan koperasi) dalam pemasaran.
- Mengembangkan berbagai pola kemitraan.
(3) Pelestarian dan Pengembangan Sumber Daya Genetik
- Pengembangan mutu sapi Bali melalui kegiatan IB.
- Introduksi jenis ternak unggul (selain sapi) untuk peningkatan
mutu genetik ternak yang sudah ada maupun sebagai ternak
yang akan dikembangkan.
(4) Pengembangan Sumber Daya Manusia diarahkan pada peningkatan
kemampuan penguasaan IPTEK dan menejemen usaha tani.
(5) Pengembangan teknologi diarahkan pada rekayasa teknologi tepat
guna terapan baik yang merupakan hasil temuan ilmuwan maupun
ciptaan peternak.
(6) Pengembangan kelembagaan dilaksanakan melalui:
- Pengembangan kemampuan dan peranan kelompok tani ternak
yang ada.
- Menciptakan wadah kerja sama antar kelompok tani komoditas
sejenis dalam wadah koperasi.
(7) Pengembangan wilayah diarahkan untuk:
- Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
- Mengatasi kesenjangan antar golongan.
- Mengentaskan kemiskinan.
- Menciptakan usaha iklim yang sehat.
- Pengembangan wilayah dilakukan dengan mengoptimalkan
pengembangan wilayah sesuai dengan potensi yang ada.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 30
(8) Keterpaduan sub sektor, program dan wilayah dengan
mengupayakan koordinasi dan keterpaduan antar sub sektor dan
sektor dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan serta
perpaduan antar “button up” dan “top down” planning.
(9) Pengembangan peranan swasta dan swadaya masyarakat.
(10) Pengembangan permodalan dan investasi diarahkan pada
pemupukan modal sendiri, kredit dan kemitraan.
(11) Pengembangan sistem informasi untuk mendukung penetapan
kebijaksanaan lebih lanjut dan merangsang investasi.
(12) Peningkatan sarana dan prasarana kerja khususnya untuk
pelaksanaan di lapangan.
2. Kebijakan Teknis
Untuk menjabarkan kebijakan tersebut dalam bentuk operasional teknis
di lapangan, maka perlu ditetapkan kebijakan teknis yang meliputi:
(1) Pengembangan Sistem Pembinaan Bibit
- Perbibitan pedesaan.
- Perbibitan swasta dengan dorongan investasi dan pembinaan
teknis.
(2) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan.
- Pencegahan, pengamatan dan penyidikan, pemberantasan dan
pengobatan serta pembinaan dan pengawasan.
(3) Pembinaan Produksi dan Budidaya Ternak.
- Intensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi.
- Pengembangan peranan catur sarana pembinaan (kelompok
tani, KUD, penjualan sarana produksi dan industri pasca panen).
- Penyuluhan dan pelatihan ternak.
- Pengendalian pengeluaran dan pemasukan ternak.
- Pengendalian pemotongan hewan betina produktif.
- Pengembangan kawasan produksi.
- Pengembangan hijauan pakan ternak.
- Pengolahan limbah dan bahan baku lokal untuk pakan ternak.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 31
(4) Penyebaran dan Pengembangan Ternak.
- Distribusi dan redistribusi ternak Pemerintah.
(5) Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Peternakan.
- Pengembangan kawasan usaha peternakan.
- Pengembangan pranata sosial kelembagaan ekonomi pedesaan.
- Menumbuh kembangkan budaya industri dan budaya kualitas
dalam rangka pengembangan agribisnis dan agroindustri.
- Pengembangan pola kemitraan.
- Pengembangan sarana dan prasarana pemasaran.
(6) Manajemen Pembangunan Peternakan.
- Meningkatkan SDM aparat Pembina.
- Mengikut sertakan swadaya masyarakat dan swasta.
2.5.1. Program dan Kegiatan
Program pembangunan peternakan di Provinsi Bali mengacu pada
kebijakan pembangunan peternakan secara nasional dan terlebih lagi mengacu
pada Rencana Strategis (RENSTRA) Bali. Arahnya adalah pada dua fokus
yaitu mengembangkan sistem ketahanan pangan dan mengembangkan sistem
agribisnis.
Program Program Pembangunan Peternakan yaitu:
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
4. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.
5. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.
Berdasarkan program yang telah ditetapkan selajutnya dijabarkan dalam
bentuk kegiatan yang dituangkan dalam bentuk Rencana Kerja (RENJA)
seperti matrik dibawah ini:
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 32
Tabel. I Matrik Program/Kegiatan Pembangunan Peternakan
Dana Dokumen Penggunaan Anggaran (DPA) tahun 2015.
No.
Program Kegiatan
A. 1
2.
3.
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI BALI PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN. PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT TERNAK
1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat 2. Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber
Daya Air dan Listrik 3. Penyediaan jasa Kebersihan kantor 4. Penyediaan Alat2 Tulis kantor 5. Penyediaan barang Cetakan 6. Penyediaan Komponen instalasi Listrik/
penerangan bangunan Kantor 7. Penyediaan Peralatan dan
Perlengkapan kantor 8. Penyediaan bahan bacaan dan
peraturan Perundang-undangan 9. Penyediaan makanan dan minuman 10. Rapat2 koordinasi keluar dan dalam
Daerah 11. Upacara Keagamaan 12. Pengelolaan Kepegawaian 1. Pengadaan Perlengkapan Gedung
kantor 2. Pemeliharaan rutin/berkala gedung
Kantor 3. Pemeliharaan rutin/berkala Kendaraan
Dinas 4. Pemeliharaan rutin/berkala
Perlengkapan Gedung kantor 5. Pemeliharaan Rutin/berkala peralatan
Gedung Kantor 6. Rehabilitasi sedang/berat Gedung
Kantor
1. Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit menular Ternak
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 33
No.
Program Kegiatan
4.
5.
B.
1
PENINGKATAN PRODUKSI HASIL PETERNAKAN PENINGKATAN PEMASARAN HASIL PRODUKSI PETERNAKAN UPT LABORA TORIUM KESEHATAN HEWAN PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN.
1.Pengawasan dan Perbibitan Ternak 2. Pembinaan dan Pengawasan Mutu
Produk Pangan dan Non Pangan 3. Pengawasan dan Pengembangan
Pakan 4. Pembinaan, Penyediaan,
Pengembangan sarana dan Prasarana Peternakan
5. Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Ternak.
6. Pengawasan Obat dan Lalulintas Hewan
7. Pemberdayaan Kelompok tani ternak berorientasi abribisnis
8. Pembinaan, Monitoring dan Sosialisasi Perkreditan
1. Pembinaan, Pengawasan Produk
pangan asal hewan dan produk hewan non pangan
2. Pembinaan dan Pengawasan penerapan teknologi penen, pasca panen dan pengolahan hasil.
3. Monitoring Harga Pasar. 4. Pembinaan, Monitoring dan Temu
Usaha Kemitraan 1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat 2. Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber
Daya Air dan Listrik 3. Penyediaan jasa Kebersihan kantor 4. Penyediaan Alat2 Tulis kantor 5. Penyediaan barang Cetakan 6. Penyediaan Komponen instalasi Listrik/
penerangan bangunan Kantor 7. Penyediaan bahan bacaan dan
peraturan Perundang-undangan 8. Penyediaan makanan dan minuman 9. Rapat2 koordinasi keluar dan dalam
Daerah 10. Upacara Keagamaan 11. Penyediaan jasa pengamanan kantor
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 34
No.
Program Kegiatan
2
3
C.
1
2.
3.
PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT TERNAK BALAI INSEMINASI BUATAN DAERAH (BIBD) PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN. PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR PENINGKATAN PRODUKSI HASIL PETERNAKAN
1. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas.
2. Pengadaan Perlengkapan Gedung kantor
3. Pemeliharaan Rutin/berkala peralatan Gedung Kantor
1. Pemeriksaan, pengujian, identifikasi dan
pemetaan kasus penyakit hewan dan bahan asal hewan /bahan asal hewan
1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat 2. Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber
Daya Air dan Listrik 3. Penyediaan jasa Kebersihan kantor 4. Penyediaan Alat2 Tulis kantor 5. Penyediaan barang Cetakan 6. Penyediaan Komponen instalasi Listrik/
penerangan bangunan Kantor 7. Penyediaan bahan bacaan dan
peraturan Perundang-undangan 8. Penyediaan makanan dan minuman 9. Rapat2 koordinasi keluar dan dalam
Daerah 10Upacara Keagamaan 1.Pembangunan/rehabilitasi UPT Balai
Inseminasi Buatan Daerah 2.Pemeliharaan rutin/berkala gedung
Kantor 3.Pemeliharaan rutin/berkala Kendaraan
Dinas 4.Pemeliharaan Rutin/berkala peralatan
Gedung Kantor
1. Produksi dan Distribusi semen 2. Pengembangan Pelayanan teknologi
Inseminasi Buatan (IB)
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 35
Tabel. II Matrik Program/Kegiatan Pembangunan Peternakan
Dana Dekon APBN (DIPA) Ditjenak (06), (07) dan (08) tahun 2015.
No.
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
A.
1.
2.
3.
PROGRAM PEMENUHAN PANGAN ASAL TERNAK DAN AGRIBISNIS PETERNAKAN RAKYAT Peningkatan produksi ternak Peningkatan produksi pakan ternak Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis
1.Bimbingan teknis budidaya ternak
potong 2.Pengadaan N2 Cair 3.Penguatan Manajemen Inseminasi
Buatan 4.Penguatan kelembagaan peternak 5.Pembinaan SMD 6.Supply Demand ternak potong 7.Koordinasi dan Pembinaan Budidaya
Ternak 8.Pendampingan pengembangan sapi
indukan dan non sapi
1.Pengembangan Kapasitas SDM Bidang Pakan
2.Pengawasan Mutu dan Keamanan Pakan/Bahan Pakan
3.Pengawasan Peredaran Imbuhan/Pelengkap Pakan
4.Koordinasi dan Bimbingan Teknis Pakan
1.Pengendalian dan penanggulangan Rabies
2.Biosekuriti Perunggasan 3.Penanggulangan gangguan reproduksi
pada sapi/kerbau. 4.Pengendalian dan Penanggulangan
penyakit parasiter. 5.Pengamatan Penyakit Hewan
(Penambahan Target Anggaran) 6.Pembinaan dan Koordinasi Kesehatan
Hewan 7.Unit Respon Cepat PHMS
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 36
No.
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
4.
5.
6.
Peningkatan kwantitas dan kualitas benih dan bibit Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing. Dukungan Manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Peternakan
8. Operasional pelayanan kesehatan hewan di Puskeswan
9. Operasional Pengujian Veteriner di Lab. Veteriner Daerah
1. Pembinaan penguatan sapi/kerbau
betina bunting 2. Peningkatan Penerapan Teknologi
Perbibitan. 3. Pengawalan dan Koordinasi Perbibitan
di Daerah 4. Pengawasan Mutu Benih/ Bibit Ternak 5. Supply Demand Bibit Ternak 6. Pengembangan Kelembagaan
Perbibitan Ternak 7. Koordinasi Teknis
1. Pembentukan dan Pelaksanaan Tim
Koordinasi pengawasan (APBN-P). 2. Peerapan Penjaminan PAH ASUH di
RPH 3. Fasilitasi Unit Usaha dalam proses
sertifikasi ASUH 4. Fasilitasi pemenuhan persyaratan
hygiene dan sanitasi unit usaha ekspor 5. Monitoring dan survelance Recidu dan
Cemaran Mikroba 6. Pengembangan Kapasitas SDM Bidang
Kesmavet 7. Fasilitasi Akreditasi Lab Kesmavet 8. Peningkatan Kapasitas SDM Pengawas
Kesmavet 9. Koordinasi Teknis Pengawasan
Kesmavet 10. Pemutahiran Data Pemotongan 11. Peningkatan Kesadaran Masyarakat
dalam pencegahan penularan Zoonosis 1. Perumusan kebijakan perencanaan
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan.
2. Evaluasi pelaksanaan kebijakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan (Tambahan APBN-P).
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 37
No.
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
3. Pengelolaan dan pelaporan keuangan serta penatausahaan barang milik negara.
B.
1.
2.
3.
4
5.
6.
PROGRAM PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Pengelolaan Air irigasi untuk Pertanian Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian Pengelolaan system penyediaan dan pengawasan alat mesin pertanian Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Prasarana dan sarana Pertanian. Fasilitasi pupuk dan pestisida Pelayanan pembiayaan pertanian dan pengembangan usaha agribisnis perdesaan (PUAP)
1. Layanan Perkantoran.
1. Layanan Perkantoran
1. Layanan Perkantoran
1. Layanan Perkantoran.
1. Layanan Perkantoran
1. Layanan Perkantoran
C.
1.
2.
3.
4.
PROGRAM PENINGKATAN NILAI TAMBAH, DAYA SAING, INDUSTRI HILIR, PEMASARAN DAN EKSPOR HASIL PERTANIAN. Pengembangan mutu dan Standarisasi Pengembangan Pemasaran Momestik Pengembangan Usaha dan Investasi Pengembangan pengolahan hasil pertanian
1. Pengembangan informasi pasar. 2. Laporan kegiatan dan pembinaan.
1. Pengembangan Kemitraan dan
Kewirausahaan.
o. Laporan Kegiatan dan Pembinaan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 38
No.
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
Matrik Program/Kegiatan Pembangunan Peternakan Dana TP APBN Ditjenak (06), (07) dan (08) tahun 2015.
A.
1.
2.
3.
PROGRAM PEMENUHAN PANGAN ASAL TERNAK DAN AGRIBISNIS PETERNAKAN RAKYAT Peningkatan Produksi Ternak Peningkatan produksi pakan ternak Peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit
1. Pengembangan Budidaya Sapi Potong 2. Penyediaan sarana dan peralatan IB 3. Pengembangan Budidaya
KambingAPBN-P 4. Pengembangan Budidaya Kambing
Perah APBN-P. 5. Pengembangan Budidaya Babi. 1. Pengembangan integrasi ternak
tanaman pangan. 2. Penanaman dan Pengembangan
Tanaman Pakan Ternak berkualitas (APBN-P).
3. Pengembangan lumbung pakan (LP) ruminansia.
4. Revitalisasi UPP/PPSK 5. Penguatan pakan sapi potong
penggemukan
1. Penguatan sapi/kerbau betina bunting 2. Penguatan pembibitan kambing di
Kabupaten/Kota terpilih 3. Fasilitasi Operasional Perbibitan di
UPTD 4. Perangkat pengolah data dan
komunikasi.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 39
No.
Program/Kegiatan Sub Kegiatan
4.
5.
Penjaminan Produk Hewan Yang Asuh dan Berdaya Saing Dukungan Manajemen dan Dukungan teknis lainnya
1. Kendaraan bermotor. 1. Perumusan kebijakan perencanaan
pembangunan peternakan dan kesehatan hewn
B. 1. 2.
PROGRAM PENINGKATAN NILAI TAMBAH, DAYA SAING, INDUSTRI HILIR, PEMASARAN DAN EKSPOR HASIL PERTANIAN. Pengembangan pemasaran domestic Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Dukungan Manajemen dan dukungan teknis lainnya Dijen PPHP
1. Fasilitasi Agroindustri Daging 2. Pengembangan Limbah Ternak
1. Administrasi tugas pembantuan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 40
BAB III SEKRETARIAT
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Mengacu pada Perencanaan Srategi (RENSTRA) Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali yang mengacu pada rencana lima tahunan (2013-
2018) yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program
kegiatan sub sector peternakan dan kesehatan hewan provinsi bali dimana
perencanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan di harapkan mampu
memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan daerah serta dapat
memberikan keuntungan bagi pelaku usaha peternakan serta kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan.
Visi : terwujudnya peternakan yang maju, tangguh, berwawasan agribisnis berbasis
sumber daya local menuju bali mandara jilid II.
Untuk mewujudkan visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut :
a. Meningkatkan populasi ternak dan produksi peternakan
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya genetik bibit ternak
c. Meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan
d. Meningkatkan jaminan keamanan pangan hewani yang ASUH (Aman, Sehat,
Utuh dan Halal)
e. Menciptakan lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja
f. Memberdayakan SDM peternakan dan mengembangkan teknologi, bioteknologi
lebih besar, memanfaatkan dan melestarikan sumber daya dan pendukung
peternakan, meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan hewan yang
ASUH
1.2. Kebijakan Program dan Kegiatan
Kebijakan program pembangunan peternakan di provinsi bali tetap mengacu pada kebijakan pembangunan peternakan secara nasional dan terlebih lagi mengacu pada RENSTRA provinsi bali yang meliputi : kebijakan umum yaitu memberdayakan kegiatan di hulu, memperkuat di hilir menciptakan nilai tambah dan daya saing usaha peternakan, sedangkan kebijakan teknis yaitu untuk menjabarkan kebijakan dalam bentuk operasional teknis di lapangan.
Rencana program dan kegiatan dinas peternakan dari kesehatan hewan provinsi bali untuk tahun 2013-2018 dalam rangka pembangunan peternakan ke depan akan terus berkelanjutan dan di prioritaskan sesuai dengan peran pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) provinsi bali tahun 2013-2018 serta sesuai dengan Misi provinsi bali yaitu mewujudkan bali yang sejahtera dan sukerta lahir dan bathin yang mencakup bidang peternakan dengan 5 program yang akan dilaksanakan antara lain : program pelayanan administrasi perkantoran,
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 41
program peningkatan sarana prasarana aparatur, program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, program peningkatan produksi hasil peternakan dan program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan.
Dalam rangka mendukung tercapainya pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan peternakan di provinsi bali tersebut untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan maka sangat diperlukan bagian kesekretariatan dalam pengelolaan rumah tangga kedinasan yang meliputi urusan kepegawaian, urusan keuangan dan penyusunan program dan urusan umum yang telah ditetapkan dalam perda no. 4 tahun 2011Pergub bali No. 75 tahun 2011.
II. PROGRAM DAN KEGIATAN
KESEKRETARIATAN
2.1 Administrasi kepegawaian Mengacu pada peraturan daerah provinsi bali nomor 4 tahun 2011 tentang
organisasi dan tata kerja perangkat daerah serta peraturan Gubernur Bali nomor 75 tahun 2011 tentang rincian tugas sekretariat terdiri dari : Sekretaris, (Sub Bagian Kepegawaian , Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program dan Sub Bagian umum)
2.1.1 Jumlah pegawai
Dalam pengelolaan kepegawaian pada dinas peternakan dan kesehatan hewan provinsi Bali yang terdiri dari sekretaris, 4 (empat) bidang (bidang jibang, bidang produksi, bidang kesehatan hewan dan bidang usaha tani) dan 2 (dua) UPT (UPT Laboratorian Kesehatan hewan, dan UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah BIBD). Pada tahun 2015 jumlah pegawai sebanyak 105 org terdiri dari : Dinas 75 orang, UPT Lab 10 orang, UPT BIBD 20 orang. Berdasarkan pendidikan terdiri dari : S2= 13 orang, S1= 53 orang, dll= 2 orang, SLTA= 42 orang, SLTP= 0 orang, SD= 0.sedangkan berdasarkan pangkat dan golongan : Gol IV = 22 orang, Gol III = 62 orang, Gol II= 21 orang, Gol I =0 orang.
2.1.2 Mutasi pegawai
Dalam tahun 2015 jumlah pegawai yang mengalami mutasi sebanyak 12 orang yaitu keluar 5 orang , masuk 3 orang serta CPNS sebanyak 4 Orang, masing –masing atas :
Pegawai Masuk :
1. Ir. Agus Suryawan,M.Si
2. Ni Made Dwi Pritaningsih.STP
3. A.A Istri Inten wiradewi,SPT,M.Si
Pegawai Keluar
1. Drh. I Gst Putri Jayaningsih,M.si
2. Luh Gede Sukasani
3. Manik Rijati
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 42
4. I Kt Sedeng
5. I Wyn Sukayasa
CPNS Masuk
1. Ni Putu Desy Darmiani,SE
2. Rahman Rahmadlan S , SPT
3. I Putu Adi Sena, SPT
4. Drh I Wayan Eka Dharma Putra
2.1.3 Penerimaan Penghargaan Dalam tahun 2015 jumlah pegawai yang mendapatkan penghargaan
atau satya lencana karya satya sebanyak 10 orang yaitu (karya satya XXX tahun = 2 orang, karya satya XX tahun= 6 orang, karya satya X tahun = 2). Masing-masing terdiri dari : Satya Lencana Karya Satya XXX tahun sebagai berikut : 1. Sang Putu Artha
2. Desak Komang Ekartika Iriani
Satya Lencana Karya Satya XX tahun sebagai berikut : 1. Drh. Bagus Ngurah Agung
2. Drh. Nyoman Suetra
3. I Nyoman Sudiana
4. I Made Wata
5. Ni Wayan Aspini
6. Drh. I Made Candra
Satya Lencana Karya Satya X tahun sebagai berikut: 1. Ir. I Ketut Arya Utama,M.si
2. Ni Luh Artini, SP
2.1.4. Dukungan Anggaran Pengelolaan kegiatan kepegawaian tahun 2015 termasuk dalam
program pelayanan administrasi perantoran mendapat dukungan anggaran sebesar Rp.79.517.000,- meliputi:
Belanja alat tulis kantor (ATK) sebesar Rp.2.167.000,-
Belanja Cetak dan Penggandaan (Foto Copy) sebesar Rp.39.760.950,-
Belanja Makanan dan minuman ( rapat rapat dinas) sebesar
Rp.1.400.000,-
Belanja perjalanan dinas dalam daerah sebesar Rp.9.400.000,-
Belanja perjalanan dinas luar daerah sebesar Rp.13.689.050,-
Realisasi keuangan pelaksanaan kegiatan pengelolaan kepegawaian sampai dengan 31 Desember 2015 adalah Rp.48.034.600 (60,41%) dan Realisasi fisik sebesar (61,00%) , sehingga dana/anggaran yang tidak terserap (siap mati) sebesar Rp.31.482.400,- dan dikembalikan ke kas daerah. Dana tersebut meupakan efisiensi dari belanja ATK sebesar Rp.217.000,- , belanja cetak dan penggandaan sebesar Rp.250.000,- serta
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 43
dana yang tidak bisa diserap berupa belanja fotocopy sebesar Rp.17.326.350,-
2.2. Administrasi Keuangan Anggaran dinas peternakan dan kesehatan hewan provinsi bali dalam
tahun 2015 bersumber dari APBD dan APBN berdasarkan surat pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran tahun 2015, Nomor 918/33/DPA/2015 tanggal 2 januari 2015, dengan jumlah dana sebagai berikut :
a. Pendapatan derah langsung : Rp. 638.050.000,-
b. Belanja daerah :
- Belanja tidak langsung : 13.839.795.364,-
- Belanja langsung : 17.165.835.260,-
Selanjutnya berdasarkan surat pengesahan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2015,No 918/70/DPPA/2015 tanggal 28 September 2015 diperoleh dana:
a. Pendapatan daerah :
- Sebelum perubahan : Rp. 638.050.000,-
- Setelah perubahan : Rp. 534.400.000,-
Bertambah / berkurang
b. Belanja Daerah :
- Belanja tidak langsung :
Sebelum perubahan : Rp. 13.893.795.364,-
Setelah perubahan : Rp. 13.747.509.724,-
Bertambah / berkurang c. Belanja langsung :
Sebelum perubahan : Rp. 17.165.835.260,-
Setelah perubahan : Rp. 16.637.548.090,-
Bertambah / berkurang
2.2.1 Pendapatan asli daerah : Tahun 2015 dinas peternakan dan kesehatan hewan provinsi Bali memiliki potensi pendapatan asli daerah (PAD) bersumber dari : a. Retribusi penjualan produksi usaha daerah.
Retribusi penjualan produksi usaha daerah yang dikelola oleh UPT
Balai Inseminasi Usaha Daerah (BIBD) berupa:
Semen beku sapi dalam daerah : 300.000.000,-
( 75.000 dosis)
- Realisasi 82.212 dosis ( Rp. 328.848.000,-)
Semen beku sapi luar daerah : Rp. 37.500.000,-
(7.500 dosis )
- Realisai 16.369 dosis ( Rp. 81.845.000,- )
Semen babi cair : 120.000.000,- ( 10.000 dosis )
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 44
- Realisasi 157.863 dosis ( Rp. 151.890.000,- )
Babi bibit : Rp. 60.000.000,- ( 200 ekor )
- Realisasi 206 ekor ( Rp. 61.800.000,- )
Sapi bibit jantan : Rp.4.500.000,- ( 1 ekor )
- Realisasi 2 ekor ( Rp. 13.700.000,- )
Babi induk (Apkir) : Rp 1.910.000,- ( 2 ekor )
- Realisasi 2 ekor ( Rp. 1.910.000,- )
Babi pejantan (afkir) : Rp.3.400.000,- ( 2 ekor )
- Realisasi 2 ekor ( Rp. 3.450.000,-)
Sapi induk afkir Rp.7.500.000,- (2 ekor)
- Realisasi 3 ekor (Rp.11.895.000)
Target PAD yang ditetapkan tahun 2015 sebanyak Rp. 534.400.000, dan realisasi sebesar Rp. 655.365.000,- (122,64%), sehingga capaian realisasi sudah melebihi 100% .
2.2.2.Anggaran APBN Belanja daerah dinas peternakan dan kesehatan hewan provinsi bali
tahun 2015 selain bersumber dari APBD juga bersumber dari APBN (Pemerintah Pusat ), khususnya dari kementrian pertanian yang terdiri dari : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (DITJENAK), Diretorat Jendral Pengolahan Hasil Pertanian (PPHP) dan Direktorat Jendral Prasarana Dan Sarana Peternakan (PSP) yang dilaksanakan melalui program masing-masing yaitu : Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan penyediaan pangan hewani yang asuh, Program Peningkatan Nilai Tambah Daya Saing, Indutri Hilir, Pemasaran dan Eksport Hasil Pertanian dan program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian.
Dana Ditjenak dengan nilai Rp.25.739.233.000,- yang terdiri dari dana Dekonsentrasi (DK) sebesar Rp.9.411.753.000,- realisasi Rp 7.614.345.193,- (80,90%) sedangkan dana tugas pembantuan (TP) sebesar Rp.16.327.480.000,- realisasi sebesar Rp.10.096.046.470,- (61,83%).
Dana PPHP dengan nilai Rp.2.265.675.000,- yang terdiri dari dana Dekon sebesar Rp. 700.675.000 realisasi sebesar Rp. 534.118.350,- (76,23%). Dana TP sebesar Rp. 1.565.000.000,- realisasi sebesar Rp. 1.394.965.660,- (89,14%).
Dana PSP dengan nilai Rp.400.000.000,- yang terdiri dari dana DK sebesar Rp. 400.000.000 realisasi sebesar Rp. 368.362.290,-(92,09%).
Adapun besaran anggaran yang dikelola di Sekretariat dari masing-masing direktorat sebagai berikut : a. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (satker 06) :
Terdiri dari dana dekonsentrasi (DK) sebesar Rp..305.580.000,- dengan realisasi sebesar Rp.273.432.500,- (89.47 %), sedangkan fisik telah mencapai 100%, terdapat sisa dana sebesar Rp32.167.500,-
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 45
merupakan efisiensi belanja perjalanan luar daerah dan pengembalian honorarium satuan kerja ( staf keuangan) dan (honorarium output keuangan) disetorkan ke kas Negara.
b. Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (satket
07). Terdiri dari dana dekon sebesar Rp.125.000.000, dengan realisasi
sebesar Rp.88.918.000 (73,53%), sedangkan sisa anggaran sebesar
Rp.33.082.000, terdiri dari efisiensi sebagai berikut:
Perencanaan program dan pembinaan
- 524111 ( belanja perjalanan biasa) sebesar Rp.900.000,-
- 524114 ( belanja perjalanan dinas paket meeting dalam kota)
sebesar Rp.1.000.000,-
- 524119 ( belanja perjalanan dinas paket meteting luar kota) sebesar
Rp.30.000.000,-
Pelaporan SAI
- 524119 ( belanja perjalanan paket meeting luar kota ) sebesar
Rp.1.182.000,-
c. Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Peternakan (satker 08)
Terdiri dari dana dekon sebesar Rp.141.190.000, dengan realisasi sebesar Rp.137.852.690 (97.64%), sedangkan anggaran sebanyak Rp.3.337.310,- merupakan efisiensi dari belanja barang penunjang kegiatan dekonsentrasi untuk diserahkan kepada pemerintah daerah (526111) berupa pengadaan laptop dan printer sebesar Rp.2.000,- ,524111 ( belanja perjalanan biasa) Rp.390.000,- dan 524119 ( Belanja perjalanan dinas peket meeting luar kota) Rp.2.945.310,-
2.3. Administrasi umum Administrasi umum pada sekretariat dinas peternakan dan kesehatan
provinsi bali meliputi pengelolaan surat menyurat, pengelolaan perpustakaan, pengelolaan aset, pengelolaan rumah tangga dinas, pengelolaan kebutuhan peraturan perundangan, pengelolaan kehumasan dan keprotokolan.
2.3.1. Pengelolaan surat menyurat Pengelolaan surat menyurat pada sub bagian umum ditangani oleh
2 (dua) orang termasuk pengiriman surat. Adapun rinciannya meliputi : a. Pengelolaan surat keluar dengan tahapan :
Memberi nomor pada surat keluar
Menulis jenis surat pada kartu kendali
Mendistribusikan surat-surat masuk yang sudah didisposisi
Meminta tanda terima kepada yang menerima surat
Menyimpan tanda terima surat
b. Pengelolaan surat masuk dengan tahapan :
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 46
Memeriksa surat yang diterima oleh pengirim surat
Mengembalikan surat yang tidak sesuai tujuan kepada
pengirim
Memilah surat berdasarkan sifatnya
Mencatat surat yang diterima dalam buku agenda sesuai nomor
urutnya
Memberikan lembar disposisi setiap surat yang masuk
Menyampaikan surat-surat yang diterima kepada atasan untuk
didisposisi lebih lanjut
c. Pengiriman surat
Pengiriman surat melalui tahapan :
Mengumpulkan surat-surat yang akan dikirim dengan memilah
surat berdasarkan sifatnya dan mencatat surat yang akan dikirim
dalam buku ekspedisi
Mengirim surat sesuai tujuan yang diminta dengan memastikan
surat-surat tidak ada yang tercecer, dan meminta tanda terima
pada yang menerima surat.
Selama tahun 2015 telah dikelola surat masuk sebanyak 5.301 surat keluar sebanyak 21.753 dan mendistribusikan surat ke bidang-bidang / UPT sebanyak 13.464.
2.3.2. Pengelolaan perpustakaan
Perpustakaan dinas peternakan dan kesehatan hewan provinsi bali memiliki buku-buku yang bersifat teknis peternakan dan kesehatan hewan, pengetahuan umum, jurnal, majalah, tesis, skripsi, kumpulan peraturan dan sebagainya. Ruang perpustakaan bellum memenuhi untuk kenyamanan membaca, karena ruangan yang tersedia sangat terbatas, sempit dan belum ada tempat duduk yang representative sebagai ruang perpustakaan Minat baca dari para karyawan masih kurang karena selain waktu yang ada habis untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin kedinasan, sedangkan pengunjung dari luar hanya beberapa saja terutama dari siswa PKL dan mahasiswa KKN. Petugas pengelola perpustakaan secara khusus belum ada sehingga daftar buku perpustakaan belum tersusun dengan baik sehingga kedepan sangat diperlukan adanya ruangan dan fasilitas lainnya yang memadai untuk ruang perpustakaan sehingga dapat meningkatkan minat baca dalam rangka meningkatkan wawasan para karyawan di selang waktu istirahat atau sebagai referensi dalam penulisan untuk pelayanan publik.
2.3.3.Pengelolaan Aset
Petugas pengelolaan aset pada dinas peternakan dan kesehatan hewan provinsi bali sebanyak 5 orang, sumber aset berasal dari APBD, APBN (Ditjen PKH), (Ditjen PPHP), dan (Ditjen PSP). Pengelolaan aset mengacu pada peraturan pemerintah nomor 6 tahun 2006 tentang
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 47
pengelolaan barang milik Negara / daerah dan peraturan Mentri dalam negeri nomor 17, tahun 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah, serta Pergub Nomor 30 tahun 2012 tentang sistem dan prosedurpengelolaan barang milik daerah. Sedangkan peraturan mentri keuangan nomor 98 / PMK.06/ 2013 tentang pengelolaan barang millik Negara yang berasal dari dana dekonsentrasi dan tugan pembantuan sebelum anggaran tahun 2011 yang mengtur BMN, Dekon, dan TP. Proses pengelolaan aset yang dilakukan sebagai berikut : a. Pengelolaan barang milik Negara/ daerah
Pengadaan barang diseluruh bidang, secretariat dilakukaan
pemeriksaan oleh tim panitia penerima hasil pekerjaan yang
melibatkan pengurus barang dan selanjutnya dibuat berita acara
pemeriksaan barang
Menerima/ menolak barang dengan mengacu pada spesifikasi barang
yang diadakan
Barang yang sudah sesuai dilakukan penerimaan oleh pengelola
pengurus barang da selanjutnya di bukukan dalam buku inventaris
barang
Dilakukan penomeran atau regristrasi barang
Pencatatan dalam karti inventaris barang (KIB)
Pencatatan dalam kartu inventaris ruangan (KIR)
Membuat laporan bulanan dan triwulan dan semesteran baik secara
manual oleh pengelola barang dan dalam aplikasi oleh operator
SIMAK-BMN / SIPKD BMD
Pendistribusian barang dengan berita acara
b. Penghapusan barang
Proses penghapusan barang meliputi :
Inventarisasi barang yang akan dihapuskan
Melaksanakan inventarisasi penilaian (IP)
Pembuatan SK penghapusan
Mengeluarkan barang dari daftar inventarisasi
Pelaksanaan pelelangan
c. Memindahtangankan/ Hibah :
Pembuatan daftar barang yang akan dihibahan
Check fisik dan dokumen barang
Membuat surat persyaratan kesediaan menghibahkan
Membuat surat persyaratan kesediaan menerima hibah
Membuat surat tanggung jawab mutlak atas proses penghibahan
Membuat berita acara hibah
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 48
Pengeluaran barang dari daftar inventaris secara manual maupun
aplikasi
Pengelolaan barang APBN tahun 2015 telah dilakukan pencatatan pada buku inventaris dan pada SIMAK BMN serta telah dilakukan Rekon dengan KPKNL Denpasar.
Untuk aset satker inaktif telah dilakukan usulan penghibahan dari pusat yang selanjutnya akan dimasukkan dalam aset daerah dan di pinjempakaikan kepada kabupaten/kota.
Sedangkan bagi barang APBN yang berasal dari rekening 5262 dan 5261 yaitu yang harus diserahkan kepada pemerintah daerah telah dilakukan proses administrasinya dalam rangka memasukkan dalam aset daerah
2.3.4. Pengelolaan Rumah Tangga Dinas
Urusan pengelolaan rumah tangga dinas meliputi :
Pelayanan kebersihan kantor yang dilaksanakan melalui jasa cleaning
service oleh pihak ketiga yaitu KPN Nandini
Urusan keamanan kantor yang dilakukan oleh 2 (dua) orang satpam dan 2
(dua)penjaga malam, sedangkan khusus untuk posko rabies dilakukan
piket jaga bergilir oleh petugas dari bidang, secretariat dan UPT lingkup
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali secara bergilir.
Urusan penerangan listrik, komusikasi (telepon dan internet), jumlah daya
listrik tahun 2015 ada dua macam meteran biasa, masing – masing
dengan daya 23.000 watt dan 33.000 watt..
Urusan kendaraan dinas dan pengaturan perjalanan dinas : Kendaraan
dinas terdiri dari 11 unit kendaraan roda 4 dan 10 Unit kendaraan roda 2
seluruhnya sudah dikelola dengan baik dan masih layak dipakai.
Urusan lain lain yang bersifat kerumahtanggaan : urusan ini dilakukan
secara insidentil.
2.3.5.Peraturan Perundangan Urusan peraturan perundangan meliputi :
1. Menghimpun produk hukum yang diperoleh dari instansi terkait dan
Pemerintah Daerah.
2. Mengan Kehumasankoordinir atas usulan prolegda : utuk tahun 2015 tidak
ada.
2.3.6.Pengelola Kehumasan dan Keprotokolan
Urusan keprotokolan meliputi : 1. Pengaturan kegiatan kepala dinas , dalam hal ini dibantu oleh dua orang
staf yang skaligus merangkap sebagai operator telpon.
2. Pengaturan ruang rapat dan sou nd sistemnya dilakukan satu orang
petugas yang sebelumnya para bidang harus menyampaikan surat
undangan ke bagian Umum untuk pemesanan ruang rapat.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 49
3. Pengaturan tamu yang akan berkunjung ke lapangan terkait peninjauan
program kegiatan pembangunan peternakan di provinsi bali berkoordinasi
dengan bidang dan UPT teknis terkait lingkup dinas peternakan provinsi
bali dan Dinas yang menangani fungsi peternakan Kab/kota lokasi tujuan
kunjungan.
2.3.7 Dukungan Anggaran
Dukungan Anggaran dalam melaksanakan Administrasi umum
melalui APBD tahun 2015 meliputi 2 (dua) program dan 14 Kegiatan yaitu :
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dengan 10 (Sepuluh)
kegiatan dukungan anggaran sebesar Rp.814.783.000,- dengan
realisasi sebesar Rp.643.151.909,- (95,18%). Sisa anggaran sebesar
Rp.171.631.091,- disetorkan ke kas daerah, sisa anggaran tersebut
merupakan efesiensi belanja jasa komonikasi sumber daya listrik dan
listrik sebesar Rp.78.164.796,- , efisiensi belanja jasa cleaning service
sebesar Rp.375.295,-,efisiensi belanja rapat-rapat koordinasi dan
konsultasi ke luar daerah sebesar Rp.51.736.000,- , efisiensi
penyediaan ATK sebesar Rp.1.750.000,- , efisiensi belanja surat kabar
sebesar Rp.300.000,- serta sisa anggaran yang tidak bisa dimanfaatkan
berupa belanja dekorasi sebesar Rp.1.500.000,-, belanja makan dan
minum tamu sebesar Rp.6.475.000,-.
2. Pada program peningkatan sarana prasarana aparatur APBD murni
(Induk) tahun 2015 dengan jumlah dan sebesar Rp.1.249.976..020,- ,
dengan realisasi sebesar Rp.1.241.411.060 (99,83%), sisa anggaran
sebesar Rp.8.564.960,- merupakan efesiensi dari pengadaan
perlengkapan gedung kantor sebesar Rp.6475.500 dan anggaran yang
tidak dapat dimanfaatkan sebesar Rp.2.953.920, berupa belanja iuran
kesehatan dan iuran ketenagakerjaan karena baru terbayarkan mulai
bulan maret 2015, sisa anggaran tersebut disetorkan ke kas daerah.
III. KESIMPILAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengelolaan program dan kegiatan disekretariat dalam tahun 2015 telah
berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. 2. Dalam pelaksanaan pengelolaan anggaran disekretariat baik yang
bersumber dari APBD dan APBN dalam tahun 2015 belum bisa terserap 100% sesuai dengan yang direncanakan hal ini disebabkan karena terdapat efisiensi dari belanja perjalanan dinas luar daerah/paket
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 50
meeting luar kota dan terhadap sisa dana tersebut dikembalikan ke kas Daerah/Negara.
3. Untuk menilai Kinerja pegawai dalam tahun 2015 telah memakai
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang didahului dengan adanya kontrak
kerja di awal tahun berjalan dan dievaluasi/dinilai pada akhir tahun
bersangkutan,SKP ini sebagai pengganti DP3 pada tahun sebelumnya.
4. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ( SPIP) di
lingkungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali telah
dilaksanakan sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Nomor :
524/066/Sekret/Disnakkeswan tanggal 5 Januari 2015 tentang
Pembentukan dan Susunan Keanggotaan Satuan Tugas ( Satgas )
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada lingkup Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali yang telah dirubah menjadi Surat
Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali nomor : 800/9586/Disnakkeswan tanggal 29 Juni 2015 tentang
Perubahan atas Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali
Nomor : 524/066/secret/Disnakkeswan tentang Pembentukan dan
Susunan Keanggotaan Satuan Tugas (Satgas) Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah pada Lingkup Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali. Dalam pelaksanaannya mengacu pada Rencana
Kerja yang telah ditetapkan.
3.2 SARAN
1. Perlu dilakukan pembinaan pegawai secara berkelanjutan sehingga
kinerja pegawai terus membaik.
2. Dalam pengelolaan program dan kegiatan kesekretariatan Dinas sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dan merupakan kegiatan
kerumahtanggaan dinas dalam rangka mendukung kinerja dinas
diperlukan dukungan anggaran yang cukup dan penyediaan SDM yang
memadai sesuai kompetensi bidang yang dibutuhkan
3 Dengan seringnya terjadi mutasi pegawai sangat berdampak
menghambat kelancaran pelaksanaan program dan kegiatan dinas baik
secara teknis maupun secara umum kedinasan karena harus menunggu
pengusulan atau pergantian pegawai yang bersangkutan.
4. Terbatasnya sarana terutama kendaraan dinas operasional roda 4 yang
berkondisi baik dalam pelaksanaan kegiatan lapangan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 51
5 Diperlukan kecermatan dalam perencanaan pengelolaan anggaran sehingga dapat terserap dan termanfaatkan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan
6 Diperlukan pengelola pelaksanaan SPIP di lingkungan di lingkungan
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali setiap tahunnya.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 52
BAB IV
BIDANG PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam rangka pembangunan good governance, kebijakan pemerintah
adalah ingin menjalankan pemerintahan yang berorientasi pada hasil (result
oriented government). Pemerintahan yang berorientasi pada hasil pertama-
tama akan fokus pada upaya untuk menghasilkan output dan outcome yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Selanjutnya pembangunan ditujukan untuk meningkatkan harkat dan
martabat serta memperkuat jati diri kepribadian masyarakat dalam pendekatan
lokal, nasional dan global yang meliputi kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dalam perencanaan pembangunan daerah Provinsi Bali
memperhatikan keseimbangan berbagai aspek dalam satu kesatuan wilayah
pembangunan ekonomi, hukum, sosial, budaya, politik pemerintahan dan
lingkungan hidup untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dengan
diikuti oleh penyelenggaraan pemerintah yang akuntabel (good governance).
Dalam pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi Bali, Sub sektor peternakan
mempunyai fungsi yang cukup strategis dibidang perekonomian daerah Bali,
serta memposisikan sektor pertanian dalam arti luas, termasuk sub sektor
peternakan sebagai penggerak pembangunan daerah. Berkaitan dengan hal
tersebut, optimalisasi peran sub sektor peternakan ditempuh melalui kebijakan
pengembangan komoditi unggulan dengan memanfaatkan potensi peningkatan
produksi, potensi peningkatan produktivitas, potensi peningkatan mutu dan
potensi pemasaran. Hal ini dimaksudkan untuk turut mendorong pertumbuhan
dan pemberdayaan ekonomi rakyat, melalui penyediaan bahan baku industri
dalam negeri, penyediaan devisa, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 53
pendapatan petani serta menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup.
Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan di Provinsi Bali
mempunyai fungsi yang cukup strategis dibidang perekonomian, mengingat
sector pertanian dalam arti luas sebagai penggerak pembangunan daerah.
Berkaitan dengan hal tersebut , optimalisasi peran sub sector peternakan dan
kesehatan hewan ditempuh melalui kebijakan pengembangan komoditi
unggulan dengan memanfaatkan potensi peningkatan produksi , produktifitas,
mutu dan potensi pemasaran . Hal ini dimaksudkan untuk turut mendorong
pertumbuhan dan pemberdayaan ekonomi rakyat melalui penyediaan bahan
baku industry dalam negeri, penyediaan devisa , penyerapan tenaga kerja,
meningkatkan pendapatan petani serta menjaga kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup. Dengan fungsi yang sangat luas tersebut selayaknyalah
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan melalui lembaga kelompok
tani ternak kita pertahankan dan kembangkan baik di hulu maupun di hilir.
Untuk lebih meningkatkan peranan Sub Sektor peternakan dan
kesehatan hewan dibidang pendapatan petani maka prioritas pembangunan sub
sektor peternakan dan kesehatan hewan diarahkan pada peningkatan
produktivitas, kualitas, nilai tambah dan daya saing, perbaikan sistem
pemasaran dan pemantapan pembinaan kelompok tani ternak dalam rangka
pengembangan sistem usaha agribisnis. Dalam upaya mengembangkan sub
sektor perternakan dan kesehatan hewan dimana upaya yang dilakukan melalui
pendekatan pengembangan kawasan yang berbasis komoditas andalan
unggulan dengan melibatkan langsung peran aktif kelompok tani ternak.
1.2 . Organisasi dan Tata Kerja.
Dengan terjadinya pergeseran paradigma daerah mengenai penyelenggaraan
otonomi daerah, maka susunan organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan yang baru yaitu berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 04
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 54
Tahun 2011 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah, dan selanjutnya diperbaharui dengan Peraturan Gubernur
No.75 Tahun 2011.
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang akuntabel diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas
dan terukur sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan Kebijakan Teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan.
b. Pengelolaan dan fasilitas dibidang peternakan dan kesehatan hewan.
c.Pelaksanaan pelayanan umum dan pemberian rekomendasi di bidang
peternakan dan kesehatan hewan.
d.Pembinaan pelaksanaan tugas bidang peternakan dan kesehatan
hewan.
e.Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan
f. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali didukung oleh 7 unit eselon III yaitu : (1).
Sekretariat, (2). Bidang Jibang, (3). Bidang Produksi, (4). Bidang Keswan, (5)
Bidang UT dan (6). UPT BIBD, (7). UPT Laboratorium Kesehatan Hewan.
1.3. Sumberdaya Manusia.
Sumber Daya Manusia Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali :
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali sebanyak 105 org, yang tersebar di Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali 75 orang, dan UPT Balai Inseminasi Buatan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 55
(BIBD) Baturiti 19 Orang, serta UPT Laboratorium Kesehatan Hewan 7 Orang.
Jika dilihat jenjang pendidikannya terdiri dari S2 13 Orang, S1 53 Orang,
Sarjana Muda/D3 sebanyak 2 Orang, SLTA sebanyak 42 Orang, SLTP
sebanyak. 0 dan SD sebanyak 0 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2014
dengan jumlah pegawai 113 Orang, maka jumlah pegawai pada tahun 2015
mengalami penurunan 8 orang atau 10.37 %. Perubahan jumlah pegawai pada
tahun 2015 selain disebabkan karena adanya pegawai yang pensiun, meninggal
dan mutasi, juga disebabkan adanya penambahan CPNS pada tahun 2015
sebanyak 4 orang. Secara rinci jumlah pegawai Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali berdasarkan pendidikan terakhir disampaikan
pada lampiran 1 dan 2.
1.4. Dukungan Anggaran
Pagu anggaran satker (06) Dana Dekonsentrasi Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun 2015 awalnya sebesar Rp.
7.859.053.000,- namun terjadi penambahan secara Nasional sebesar Rp.
1.552.700.000,-, sehingga total anggaran menjadi Rp. 9.411.753.000,-
Anggaran tersebut dialokasikan pada enam kegiatan pokok yaitu (1).
Peningkatan Produksi Ternak sebesar Rp. 1.639.850.000,-.(2). Peningkatan
kuantitas dan kualitas bibit dan benih sebesar Rp 697.770.000,- (3) Peningkatan
produksi pakan ternak Rp 143.473.000,- (4) Pengendalian dan penanggulangan
penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis sebesar Rp
4.692.420.000,- (5). Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal serta
pemenuhan persyaratan produk non pangan sebesar Rp.1.575.960.000,- (6).
Dukungan Manajemen dan dukungan teknis lainnya sebesar Rp. 662.280.000,-
Pagu anggaran satker (06) Tugas Pembantuan (TP) tahun 2015 Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun 2015 awalnya sebesar
Rp. 7.151.800.000.,- namun terjadi penambahan secara Nasional sebesar Rp.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 56
9.175.680.000, sehingga total anggaran menjadi Rp. 16.327.480.000,-
Anggaran tersebut dialokasikan pada enam kegiatan pokok yaitu (1).
Peningkatan Produksi Ternak dengan Mengoftimalkan sumberdaya lokal
sebesar Rp. 9.146.280.000,-.(2). Peningkatan produksi pakan ternak sebesar
Rp 5.108.200.000,- (3). Peningkatan kuantitas dan kualitas bibit dan benih
sebesar Rp 1.576.500.000,- (4) Penjaminan Produk Hewan yang asuh dan
berdaya saing sebesar Rp.400.000.000,- (5). Dukungan Manajemen dan
dukungan teknis lainnya sebesar Rp. 96.500.000,-
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis ( Renstra).
Dalam melaksanakan visi dan misinya pada tahun 2015, Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali, telah mengacu pada Rencana Strategis SKPD
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun 2013 – 2018.
Visi
“Terwujudnya Peternakan Yang Maju, Tangguh, Berwawasan Agribisnsis
Berbasis sumber Daya Lokal Menuju Bali Mandara Jilid II”.
Misi
Dalam Misi 3 RPJMD Provinsi Bali yaitu mewujudkan Bali yang sejahtera dan
sukerta lahir bhatin, maka berdasarkan misi tersebut serta untuk mewujudkan
visi, ditetapkan misi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali yaitu
:
4. . Meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan hewan
5. . Meningkatkan populasi ternak dan produksi peternakan
6. . Meningkatkan penumbuhan kelembagaan kelompok usaha pengolahan dan
pemasaran hasil perternakan serta jaminan keamanan pangan hewani yang
ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal).
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 57
Tujuan
Berpijak dan mengacu pada visi dan misi serta identifikasi isu-isu stretegis
dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, tujuan yang akan
dicapai dalam kurun waktu 2013 – 2018 adalah perumusan kebijakan dan
standarisasi teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis
sumberdaya local dalam rangka :
1). Meningkatkan produksi ternak dan produk peternakan dan kesehatan hewan
yang berdaya saing.
2). Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis.
3). Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.
Tujuan tersebut menunjukan bahwa peranan Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis
untuk dapat mendongkrak pembangunan peternakan dan kesehatan hewan
yang ada dimasyarakat. Termasuk didalamnya para peternak, kelompok
peternak, pengusaha swasta, akademisi, dan unsure perbankan.
Sasaran
Sasaran utama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
adalah memfasilitasi meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging,
telur dan susu), meningkatnya kontribusi ternak dalam penyediaan pangan
hewani, meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak dan
tersedianya daging sapi/kerbau.Dengan ditetapkan tujuan maka
pembangunan peternakan di Provinsi Bali perlu diarahkan untuk pencapaian
sasaran strategis adalah sebagai berikut :
Sasaran I : Penurunan tingkat kesakitan ternak dengan indikator kinerja :
2. Persentase tingkat kesakitan ternak (sapi, babi, kambing, unggas(flu
burung), anjing (rabies)).
Sasaran II : Meningkatkan populasi ternak dengan indikator kinerja :
4. Jumlah populasi ternak (ekor) : sapi, babi, kambing, ayam buras, ayam
ras petelur, ayam ras pedaging, itik
5. Jumlah pengeluaran sapi potong (ekor)
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 58
6. Jumlah pemotongan sapi potong (ekor)
Sasaran III : Penumbuhan kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran
hasil ternak dengan indikator :
1. Jumlah kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran hasil ternak (
klp )
Adapun sasaran kuantitatif yang akan dicapai dalam kurun waktu 2013-
2018 adalah sebagai berikut :
I. Penurunan Tingkat Kesakitan Ternak
NO JENIS TERNAK
PROYEKSI PERSENTASE TINGKAT KESAKITAN TERNAK
2014 2015 2016 2017 2018
1. Sapi 1 % 0,8% 0,6% 0,5% 0,5%
1 Babi 4% 3,5% 3% 3% 3%
2 Kambing 3% 2,8% 2,6% 2,5% 2,5%
3 Unggas (Flu Burung) 15,0% 2,0% 1,5% 0,10% 0,5%
4 Babi 0,24% 0,15% 0,10% 0,05% 0,025%
II. Peningkatan Populasi Ternak
2.1 JUMLAH POPULASI TERNAK
NO JENIS TERNAK
PROYEKSI POPULASI (EKOR) PERTUMBUHAN
(%) 2014 2015 2016 2017 2018
1 Sapi Potong
492.108
506.477
521.267
536.488
552.153 2,92
2 Babi
869.836
879.665
889.606
899.658
909.824 1,13
3 Kambing
71.018
71.905
72.804
73.714
74.636 1,25
4 Ayam Buras
4.142.070
4.168.165
4.194.424
4.220.849
4.247.440 0,63
5 Ayam Ras Petelur
4.394.723
4.433.836
4.473.297
4.513.110
4.553.276 0,89
6 Ayam Ras Pedaging
7.231.051
7.284.560
7.338.466
7.392.771
7.447.477 0,74
7 Itik
704.739
717.354
730.194
743.265
756.569 1,79
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 59
2.2 JUMLAH PENGELUARAN SAPI POTONG
NO KOMODITI PROYEKSI PENGELUARAN TERNAK (EKOR)
2014 2015 2016 2017 2018
1 Sapi Potong
47.790 52.095 54.884 60.707 63.748
2.3 JUMLAH PEMOTONGAN SAPI POTONG
NO KOMODITI
PROYEKSI PEMOTONGAN (EKOR) PERTUMBUHAN
(%) 2014 2015 2016 2017 2018
1 Sapi Potong
41.645
42.003
42.364
42.728
43.096 0,86
Penumbuhan Kelompok / Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak
NO Uraian
Proyeksi penumbuhan kelompok(klp)
2014 2015 2016 2017 2018
1.
Jumlah Kelompok / Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak
9 9 9 9 9
Strategi dan Kebijakan
Strategi
Untuk meraih visi dan melaksanakan misi serta mencapai tujuan dan
sasaran maka pilihan strategi pembangunan peternakan adalah :
4. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular
strategis dan zoonosis.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 60
5. Optimalisasi potensi peternakan melalui pemanfaatan IPTEK dan
sumber daya alam lokal berdasarkan pengembangan wilayah /
kawasan dan komoditas ternak unggulan.
6. Penumbuhan kelembagaan dan kemitraan yang lebih luas dan saling
menguntungkan serta pengembangan teknologi tepat guna yang ramah
lingkungan.
Kebijakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
1. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan.
Pencegahan, pengamatan dan penyidikan, pemberantasan dan
pengobatan, pengujian serta pembinaan dan pengawasan penyakit
hewan menular strategis dan zoonosis.
4. Peningkatan populasi dan produksi ternak melalui :
a. Intensifikasi, diversifikasi budidaya dan simantri
b. Penyuluhan dan pelatihan teknologi tepat guna.
c. Pengendalian pengeluaran dan pemasukan ternak.
d. Pengendalian pemotongan hewan betina produktif.
e. Pengembangan kawasan peternakan.
f. Pengembangan pakan ternak yang berkualitas.
g. Peningkatan sarana dan prasarana peternakan
5. Penumbuhan kelompok / usaha pengolahan dan pemasaran hasil ternak
melalui :
a. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan
b. Pengembangan pengolahan hasil peternakan
c. Pengawasan kemitraan usaha peternakan
d. Peningkatan, penyediaan pasca panen yag Aman Sehat Utuh dan
Halal (ASUH)
e. Pengembangan pemasaran ternak dan produksi hasil ternak
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 61
Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka dilakukan dengan berorientasi
pada pembangunan peternakan, dengan paradigma baru yaitu usaha tani
agribisnis melalui pendekatan kewilayahan dan landasan baru yaitu efisiensi,
produktivitas dan sustainability (berkelanjutan) serta usaha peningkatan produksi
melalui usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi usaha. Oleh
karena itu proses tranformasi dan system usaha tani tradisional ke system usaha
tani agribisnis harus menjadi perhatian utama dalam pembangunan peternakan,
sebagai industry biologis. Pendekatan agribisnis yaitu pendekatan yang
menyeluruh sebagai suastu system mulai dari pra produksi, budidaya, pasca
produksi dan pemasaran. Dalam pendekatan sistem agribisnis peternakan,
variable lahan merupakan salah satu factor produksi pembatas sekaligus sumber
daya penentu kelayakan teknis usaha peternakan.
Strategi dan Arah Kebijakan
Strategi:
Untuk meraih visi dan melaksanakan misi serta mencapai tujuan dan
sasaran maka pilihan strategi pembangunan peternakan adalah:
i. Optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan serta perlindungan
sumber daya alami lokal
j. Pengembangan wilayah berdasarkan komoditas ternak unggulan
k. Pengembangan kelembagaan petani ternak
l. Pengembangan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan
m. Pengembangan kemitraan yang lebih luas dan saling menguntungkan
n. Peningkatan kualitas SDM petugas dan petani ternak.
o. Sosialisasi dan promosi Peternakan.
p. Participate Planning (Perencanaan pembangunan yang
mengikutsertakan partisipasi stake holder).
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 62
Arah Kebijakan
12. Kebijakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
1. Kebijakan Umum
Memberdayakan kegiatan di hulu, memperkuat dihilir guna
menciptakan nilai tambah dan daya saing usaha peternakan yaitu:
(13) Pengembangan Produksi berupa Daging dan Telur
melalui:
- Konsolidasi dan peningkatan usaha peternakan rakyat kearah
usaha tani komersial, orientasi pasar, berwawasan lingkungan
melalui pendekatan agribisnis.
- Pemantapan agribisnis dan agroindustri melalui
pengembangan kawasan usaha peternakan dengan
penerapan pola kemitraan yang rasional.
(14) Pasca Panen dan Pemasaran dilaksanakan dengan
perbaikan tata niaga dan pemasaran melalui:
- Perbaikan sarana dan prasarana.
- Pemantapan dan peningkatan aktifitas serta peran
kelembagaan (peternakan dan koperasi) dalam pemasaran.
- Mengembangkan berbagai pola kemitraan.
(15) Pelestarian dan Pengembangan Sumber Daya Genetik
- Pengembangan mutu sapi Bali melalui kegiatan IB.
- Introduksi jenis ternak unggul (selain sapi) untuk peningkatan
mutu genetik ternak yang sudah ada maupun sebagai ternak
yang akan dikembangkan.
(16) Pengembangan Sumber Daya Manusia diarahkan pada
peningkatan kemampuan penguasaan IPTEK dan menejemen
usaha tani.
(17) Pengembangan teknologi diarahkan pada rekayasa
teknologi tepat guna terapan baik yang merupakan hasil temuan
ilmuwan maupun ciptaan peternak.
(18) Pengembangan kelembagaan dilaksanakan melalui:
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 63
- Pengembangan kemampuan dan peranan kelompok tani
ternak yang ada.
- Menciptakan wadah kerja sama antar kelompok tani
komoditas sejenis dalam wadah koperasi.
(19) Pengembangan wilayah diarahkan untuk:
- Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
- Mengatasi kesenjangan antar golongan.
- Mengentaskan kemiskinan.
- Menciptakan usaha iklim yang sehat.
- Pengembangan wilayah dilakukan dengan mengoptimalkan
pengembangan wilayah sesuai dengan potensi yang ada.
(20) Keterpaduan sub sektor, program dan wilayah dengan
mengupayakan koordinasi dan keterpaduan antar sub sektor dan
sektor dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan serta
perpaduan antar “button up” dan “top down” planning.
(21) Pengembangan peranan swasta dan swadaya
masyarakat.
(22) Pengembangan permodalan dan investasi diarahkan pada
pemupukan modal sendiri, kredit dan kemitraan.
(23) Pengembangan sistem informasi untuk mendukung
penetapan kebijaksanaan lebih lanjut dan merangsang investasi.
(24) Peningkatan sarana dan prasarana kerja khususnya untuk
pelaksanaan di lapangan.
2. Kebijakan Teknis
Untuk menjabarkan kebijakan tersebut dalam bentuk operasional
teknis di lapangan, maka perlu ditetapkan kebijakan teknis yang
meliputi:
(7) Pengembangan Sistem Pembinaan Bibit
- Perbibitan pedesaan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 64
- Perbibitan swasta dengan dorongan investasi dan pembinaan
teknis.
(8) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan.
- Pencegahan, pengamatan dan penyidikan, pemberantasan
dan pengobatan serta pembinaan dan pengawasan.
(9) Pembinaan Produksi dan Budidaya Ternak.
- Intensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi.
- Pengembangan peranan catur sarana pembinaan (kelompok
tani, KUD, penjualan sarana produksi dan industri pasca
panen).
- Penyuluhan dan pelatihan ternak.
- Pengendalian pengeluaran dan pemasukan ternak.
- Pengendalian pemotongan hewan betina produktif.
- Pengembangan kawasan produksi.
- Pengembangan hijauan pakan ternak.
- Pengolahan limbah dan bahan baku lokal untuk pakan ternak.
(10) Penyebaran dan Pengembangan Ternak.
- Distribusi dan redistribusi ternak Pemerintah.
(11) Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Peternakan.
- Pengembangan kawasan usaha peternakan.
- Pengembangan pranata sosial kelembagaan ekonomi
pedesaan.
- Menumbuh kembangkan budaya industri dan budaya kualitas
dalam rangka pengembangan agribisnis dan agroindustri.
- Pengembangan pola kemitraan.
- Pengembangan sarana dan prasarana pemasaran.
(12) Manajemen Pembangunan Peternakan.
- Meningkatkan SDM aparat Pembina.
- Mengikut sertakan swadaya masyarakat dan swasta.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 65
Program dan Kegiatan
Program pembangunan peternakan di Provinsi Bali mengacu pada
kebijakan pembangunan peternakan secara nasional dan terlebih lagi
mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Bali. Arahnya adalah pada
dua fokus yaitu mengembangkan sistem ketahanan pangan dan
mengembangkan sistem agribisnis.
Program Program Pembangunan Peternakan yaitu:
1. Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan
Rakyat
2. Program Peningkatan Produksi Pakan Ternak
3. Program Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular
Strategis dan Penyakit Zoonosis
4. Program Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit
5. Program Penjaminan Produk Hewan yang Asuh dan Berdaya Saing
6. Program Dukungan Manajemen dan Dukungan dan Dukungan Teknis
Lainnya.
2.2. Indikator Kinerja Utama ( IKU).
Sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali Nomor : 524/068/Disnakkeswan, tanggal 05 Januari 2015 tentang
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali 2013 – 2018 Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 66
No Sasaran Indikator Kinerja Utama
1 Penurunan Tingkat Kesakitan
Ternak
Persentase tingkat kesakitan ternak (%)
2 Meningkatkan Populasi Ternak 1. Jumlah populasi ternak (ekor)
2. Jumlah pemotongan ternak sapi
(ekor)
3. Jumlah pengeluaran ternak sapi
potong (ekor)
3 Penumbuhan Kelompok /
usaha pengolahan dan
pemasaran hasil ternak
Jumlah kelompok / usaha pengolahan
dan pemasaran hasil ternak (klp)
2.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT).
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali tahun 2015 memuat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
satu tahun guna mencapai sasaran program yang ditetapkan, RKT ini
merupakan turunan dari Rencana Strategi (Renstra) Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali yang berjangka waktu satu tahun. Pada tahun
2015 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali melaksanakan
enam belas kegiatan sebagai bagian dalam pencapaian Program Pencegahan
dan Penanggulangan Penyakit Ternak, Program Peningkatan Produksi Hasil
Peternakan dan Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.
RKT Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun 2015 tersaji
pada lampiran 1.
Sasaran strategis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali tahun
2015 adalah :
Meningkatkan Populasi Ternak dengan indikator kinerja .
1). Jumlah populasi ekor
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 67
- Ternak sapi potong 506.477 (ekor).
- Sapi Perah 148 (ekor).
- Kerbau 2.000 (ekor).
- Ayam Pedaging 13.394.436 (ekor).
- Ayam ras petelur 5.605.702 (ekor)
- Ayam lokal 4.166.165 (ekor).
- itik 717.354 (ekor).
2). Jumlah produksi daging (Ton).
- Sapi potong 9.050 ton.
- Kerbau 16 ton.
- Ayam pedaging 13.197 ton.
- Ayam petelur 3.037 ton.
- Ayam lokal 4.704 ton
- Itik 392 ton.
3). Jumlah produksi telur (Ton).
- Ayam petelur 79,065 ton.
- Ayam lokal 3.076 ton.
- Itik 4.421,01 ton.
2.4. Perjanjian Kinerja.
Perjanjian kinerja (PK) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
tahun 2015 dengan Direktur jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2015 disusun setelah DIPA
DiREKTORAT Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan diterima pada bulan
Januari 2015 yang ditanda tangani oleh Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan dan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bali pada bulan Maret 2015 berupa ” outcome” yang terdiri dari tiga sasaran
strategis yaitu :
1). 1). Jumlah populasi ekor
- Ternak sapi potong 506.477 (ekor).
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 68
- Sapi Perah 148 (ekor).
- Kerbau 2.000 (ekor).
- Ayam Pedaging 13.394.436 (ekor).
- Ayam ras petelur 5.605.702 (ekor)
- Ayam lokal 4.166.165 (ekor).
- itik 717.354 (ekor).
2). Jumlah produksi daging (Ton).
- Sapi potong 9.050 ton.
- Kerbau 16 ton.
- Ayam pedaging 13.197 ton.
- Ayam petelur 3.037 ton.
- Ayam lokal 4.704 ton
- Itik 392 ton.
3). Jumlah produksi telur (Ton).
- Ayam petelur 79,065 ton.
- Ayam lokal 3.076 ton.
- Itik 4.421,01 ton.
4). Meningkatkan produksi susu dengan indikator kinerja.
- Jumlah susu 137 ton.
III. AKUNTABILITAS KINERJA
a. Kreteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian sasaran
Dalam rangka akuntabilitas kinerja, Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali melaksanakan penilaian kinerja dengan mengacu pada
Penetapan Kinerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Tahun
2014 yang telah ditetapkan . Pemilaian dilakukan melalui kegiatan evaluasi dan
pengumpulan data kinerja yang dinilai menggunakan estándar nilai peringkat kinerja
sesuai tabel 3. Pengumpulan data kinerja hasilnya akan memberikan gambaran
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 69
keberhasilan dan kegagalan dalam pencapain tujuan dan sasaran. Dari hasil
pengumpulan data selanjutnya dilakukan kategorisasi kinerja (penentuan posisi)
sesuai dengan tingkat capaian kinerja.
Tabel 3 : Skala Nilai Peringkat Kinerja *)
No. Interval Nilai Realisasi
Kinerja
Kriteria Penilaian
Realisasi Kinerja Kode
1 91 ≤ 100 Sangat Baik Hijau Tua
2. 76 ≤ 90 Tinggi Hijau Muda
3. 66 ≤ 75 Sedang Kuning Tua
4. 51 ≤ 65 Rendah Kuning Muda
5. ≤ 50 Sangat Rendah Merah
*) Berdasarkan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010
Pengukuran target kinerja dilakukan terhadap sasaran strategis yang telah
ditetapkan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dilakukan
dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja. Indikator
kinerja sebagai ukuran keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali beserta target dan capaian
realisasinya dirinci sebagai berikut :
b. Pencapaian Sasaran Strategis.
Capaian Sasaran Strategis PK tahun 2015.
Berdasarkan perjanjian kinerja tahun 2015 antara Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kepala Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali bulan Maret 2015 yaitu target Kinerja populasi
dan Produksi ternak.
Tabel 2. Indikator Kinerja Utama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali tahun 2015.
Sasaran
Indikator
2015
Persentase Target Realisasi
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 70
(%)
Meningkatkan
Populasi
Ternak
1. Jumlah populasi
ternak (ekor)
Sapi potong
Sapi Perah
Kerbau
Ayam buras
Ayam ras petelur
Ayam ras
Pedaging
Itik
506.477
148
2.000
4.166.165
5.605.702
13.394.436
717.354
538.073
0
1.673
4.008.017
5.164.403
10.125.842
659.581
106,23
0
83.65
96.20
92.12
75.59
91.94
Meningkatkan
Produksi
Daging
Jumlah produksi
daging ( Ton ).
- Sapi
- Kerbau
- Ayam
- Itik
9.050
16
21.028
392
7.336
11,93
20.952
245
81.06
74.56
99.63
62.50
Meningkatkan
Produksi
Telur
Jumlah produksi
telur ( Ton ).
- Ayam petelur/Ras
- Ayam lokal/Buras
- Itik
79.065*
3.076
4.202
36.704*
3.116
4.421
46.42
101.30
105.21
Meningkatkan
produksi susu
Jumlah produksi
susu ( Ton ).
137 0 0
Keterangan : * Produksi telur ayam ras 36.704 ton dengan perhitungan : - Ayam betina produktif 52% dari populasi 5.164.403 ekor = 2.685.489 ekor. - Produksi yang bertelur 77,00% X 2.685.489 ekor = 2.067.826 ekor - Produksi telur:
2.067.826 ekor X 284 butir/th = 587.262.584 butir ( 1 Kg telur = 16 butir) = 36.704 Ton.
c. Evaluasi dan analisis Capaian Kinerja
Capaian Populasi Ternak (ekor).
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 71
Meningkatkan Populai dan Produksi ternak dengan indikator kinerja :
1). Jumlah Populasi.
- Ternak sapi potong 538.073 ekor 106,23 % dengan capaian kinerja sangat
baik.
- Sapi perah 148 ekor 0% dengan capaian kinerja sangat rendah.
- Kerbau 1.673 ekor 83.65% dengan capaian kinerja tinggi.
- Ayam buras 4.008.017 ekor 96.20% dengan capaian kinerja sangat baik
- Ayam petelur 5.164.403 ekor 92.12% dengan capaian kinerja sangat baik.
- Ayam pedaging 10.125.842 ekor 75.59% dengan capaian kinerja sedang.
- Itik 659.581 ekor 91.94% dengan capaian kinerja sangat baik.
2). Jumlah Produksi daging (karkas, Ton).
- Kerbau 11.93 (ton) 74.56% dengan capaian kinerja sedang
- Ayam 20.952 (ton) 99.63% dengan capaian kinerja sangat baik
- Itik 245 (ton) 62.50% dengan capaian kinerja rendah.
3) Jumlah Produksi telur (ton).
- Ayam petelur/ras 36.228 (ton) 45.82% dengan capaian kinerja sangat rendah.
- Ayam lokal/buras 3.116 (ton) 101,30% dengan capaian kinerja sangat baik.
- Itik 4,421 (ton) 105,21% dengan capaian kinerja sangat baik.
4). Jumlah Produksi susu (ton).
- Sapi perah 137 (ton) 0 %. dengan capaian kinerja sangat rendah.
d. Akuntabilitas Keuangan
3.4.1. Allokasi Anggaran
Anggaran dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2015 antara Kepala Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dengan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan satker (06) adalah sebagai berikut :
- 1782 Peningkatan Produksi ternak Rp. 11.106.130.000,- dalam perjalanan
mengalami pemotongan anggaran menjadi Rp. 1.639.850.000,- realisasi Rp.
836.999.675,- (54,00%) dengan capaian kinerja rendah.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 72
- 1783 Peningkatan Produksi Pakan Ternak Rp. 5.451.673.000,- dalam
perjalanan mengalami pemotongan anggaran menjadi Rp. 143.473.000,-
realisasi Rp. 111.428.200,- (77,66) dengan capaian kinerja tinggi.
- 1784 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis
dan Penyakit Zoonosis Rp. 4.692.420.000,- realisasi Rp. 4.362.082.750,- (
92,96%) dengan capaian kinerja sangat baik.
- 1785 Peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit Rp. 3.703.070.000,-
dalam perjalanan mengalami pemotongan anggaran menjadi Rp.
697.770.000,- realisasi Rp. 513.155.800,- ( 73,54%) dengan capaian kinerja
sedang.
- 1786 Penjaminan Produk Hewan yang ASUH dan Berdaya Saing Rp.
1.975.960.000,- dalam perjalanan mengalami pemotongan anggaran menjadi
Rp. 1.575.960.000,- realisasi Rp. 1.180.366.568,- (74,90%) dengan capaian
kinerja sedang.
- 1787 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Rp. 823.780.000,-
dalam perjalanan mengalami pemotongan anggaran menjadi Rp.
662.280.000,- realisasi Rp. 560.312.200,- (84,60%) dengan capaian kinerja
tinggi.
Permasalahan :
Permasalahan yang dihadapi dalam rangka pembangunan di sub sektor peternakan
dan kesehatan hewan adalah :
a. Pengembangan Budidaya Kambing di Kabupaten Tabanan dan Kabupaten
Jembrana di kembalikan karena Kabupaten tidak bersedia mengeluarkan
rekomendasi kelompok penerima kegiatan.
b. Pengembangan Budidaya Babi di Kota Denpasar tidak dapat berjalan karena
Kabupaten/Kota tidak bersedia mengeluarkan rekomendasi kelompok penerima
kegiatan.
c. Penguatan Pembibitan kambing di Kabupaten/Kota terpilih di Kabupaten
Karangasem yaitu kambing Gembrong sejumlah 45 ekor dengan nilai Rp.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 73
270.000.000,- dikembalikankarena jumlah populasi kambing gembrong yang tersisa
hanya 12 ekor
d. Ketersediaan pakan terbatas, harga pakan terus meningkat.
e. Kurangnya ketersediaan air untuk lahan peternakan didaerah kering
f. Masih adanya Penyakit Hewan Menular Strategis(PHMS) seperti Rabies.
Solusi dan upaya tindak lanjut :
a. Kepala Dinas Kabupaten/Kota agar dalam mengeluarkan rekomendasi selalu
berpegangan pada aturan sehingga tidak ada keraguan dalam penentuan
kelompok.( keluarnya UU No. 23 tahun 2014) dimana kelompok harus berbadan
Hukum).
b. Membuat perda pengeluaran sapi potong
c. Membangun infrastruktur penyediaan air ( cubang dan embung)
d. Membuat pabrik pakan mini sesuai potensi
e. Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi untuk
berpartisifasi dalam kegiatan vaksinasi Rabies, dan pengawasan lalu lintas yang
ketat tentang masuknya Anjing dan Unggas Ke Provinsi Bali.
IV. PENUTUP
Peningkatan Sistem Akuntabilitas Kinerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam mendorong
terwujudnya penguatan akuntabilitas dan peningkatan kinerja seperti yang
diamanatkan dalam instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 dan Keputusan
Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional
yang diselaraskan dengan tugas Pokok dan Fungsi Ditjen PKH Hasilnya dituangkan
dalam bentuk Laporan Kinerja yang merupakan wujud pertanggungjawaban oleh
Dinas peternakan dan Keseehatan Hewan Provinsi Bali kepada Ditjen Peternakan
dan Kesehatan Hewan dan masyarakat.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 74
Keberhasilan yang telah dicapai dalam pembangunan peternakan dan kesehatan
hewan tahun 2015 tidak terlepas dari dukungan seluruh kegiatan yang ada di
Lingkup Dinas Peternakan Kabupaten/Kota baik dukungan secara langsung maupun
tidak langsung.
Disamping dukungan yang berasal dari internal, Kinerja Pembangunan Peternakan
dan Kesehatan Hewan 2015 juga tidak terlepas dari dukungan seluruh stakeholders
pembangunan peternakan, maka tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa suksesnya
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan terletak pada komitmen dan kerja
keras bersama, baik pemerintah, swasta, masyarakat, organisasi kemasyarakatan,
perguruan tinggi dan peternak.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 75
BAB V PRODUKSI
I. PENDAHULUAN :
Dua mandat utama yang diemban sub-sektor peternakan dalam pembangunan
adalah menjamin ketersediaan pangan asal hewan untuk kurang lebih 237,6 juta
penduduk dan mensejahterakan kurang lebih 12,6 juta keluarga petani peternak. Kinerja
bidang peternakan hingga saat ini belum sepenuhnya dapat mewujudkan mandat
tersebut. Kondisi ini dapat dilihat masih adanya kesenjangan yang cukup tinggi antara
kemampuan produksi dan konsumsi, sehingga masih memerlukan impor ternak guna
pemenuhan konsumsi yang cukup besar.
Permintaan produk asal hewan cenderung meningkat setiap tahun, seiring
dengan membaiknya tingkat kesejahteraan dan pengetahuan masyarakat. Kondisi
meningkatnya kesejahteraan masyarakat, berimplikasi pula pada perubahan gaya hidup
termasuk dalam pola makan. Perubahan pola makan masyarakat, memposisikan
betapa pentingnya nilai gizi asupan yang dikonsusmsi. Secara garis besar, bahan
pangan yang berasal dari usaha peternakan terdiri atas daging, susu dan telur.
Ditjennak (2009) melaporkan bahwa, konsumsi terhadap produk peternakan Dalam
Negeri berupa daging (6,48 kg/kapita/tahun); susu (2,5 kg/kapita/tahun) dan telur (5,61
kg/kapita/tahun). Sementara standard nasional konsumsi terhadap daging ( 10,3
kg/kapita/tahun); susu (7,2 kg/kapita/tahun) dan telur (6,5 kg/kapita/tahun). Ini berarti
masih terdapat kesenjangan yang signifikan terhadap produktivitas usaha peternakan
khususnya daging dan susu dalam rangka mewujudkan ketersediaan pangan asal
hewan, yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia dengan Nawacita.
Fenomena yang kurang kundusif ini merupakan peluang sekaligus tantangan
untuk mengembangkan usaha peternakan. Peluang pasar yang cukup terbuka belum
sepenuhnya dapat mendorong perkembangan usaha peternakan. Kendala yang
menghambat berkembangnya usaha peternakan disebabkan skala usaha dan
penguasaan modal relatif kecil serta tingkat kemampuan SDM relatif rendah karena
didominasi oleh usaha peternakan rakyat. Akibatnya, produktivitas ternak yang dikelola
menjadi relatif rendah. Walaupun demikian, laju pertumbuhan di sektor pertanian
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 76
termasuk peternakan mencapai 3,97 % dari PDB tahun 2012 sebesar ,23 % dibanding
tahun 2011 (Berita Statistik No.14/02/Th.XVI, 5 Februari 2013).
Keberhasilan dalam usaha budidaya peternakan, selain bergantung pada pakan
dan tata-laksana (termasuk kesehatan hewan, sarana-prasarana dan pasar), juga
sangat dipengaruhi oleh faktor bibit. Bibit mempunyai peranan penting dan strategis
karena merupakan salah satu mata rantai dalam mendukung peningkatan produktivitas
hasil peternakan. Sebagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas,
maka bibit yang diproduksi dan diedarkan harus dapat dipantau dan dijamin mutunya
secara berkesinambungan.
Dalam mengejawantahkan tupoksi Bidang Produksi di Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali, maka kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan
kegiatan untuk pemenuhan dan penyediaan pakan ternak, prasarana sarana peternakan
dan perbibitan ternak. Total dana yang dialokasikan untuk melaksanakan kegiatan yang
terkait dengan tupoksi Bidang Produksi tahun 2015 sebesar Rp 16.768.320.390,-(Enam
Belas Milyar Tujuh Ratus Enam Puluh Delapan Juta Tiga Ratus Dua Puluh Ribu Tiga
Ratus Sembilan Puluh Rupiah), terdiri atas APBN Rp 15.554.748.000,- (Lima Belas
Milyar Lima Ratus Lima Puluh Empat Juta Tujuh Ratus Empat Puluh Delapan Ribu
Rupiah) dan APBD Provinsi Bali Rp 1.213.572.390,- (Satu Milyar Dua Ratus Tiga Belas
Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Dua Ribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Rupiah). Upaya-
upaya yang dilaksanakan dimaksudkan agar produktivitas dan populasi ternak semakin
meningkat yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan pendapatan peternak,
dan pada gilirannyameningkatkan kesejahteraan peternak.
5.1 Kegiatan Pakan Ternak
Kegiatan pakan ternak tahun 2015 pendanaannya bersumber dari APBN dan APBD
Provinsi Bali dengan total dana sebesar Rp 5.489.505.000,- (Lima Milyar Empat Ratus
Delapan Puluh Sembilan Juta Lima Ratus Lima Ribu Rupiah) yang terdiri atas APBN Rp
5.248.260.000,- (Lima Milyar Dua Ratus Empat Puluh Delapan Juta Dua Ratus Enam
Puluh Ribu Rupiah) dan APBD Provinsi Bali Rp 241.245.000,- (Dua Ratus Empat Puluh
Satu Juta Dua Ratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah). Kegiatan yang dilaksnakan pada
intinya terkait dengan upaya pemenuhan pakan ternak yang memenuhi standar mutu
dan berbasis bahan pakan lokal. Oleh karenanya perlu dupayakan bimtek pakan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 77
sehingga peternak mampu menyediakan pakan ternak yang berkualitas bagi kebutuhan
ternaknya.
5.1.1 Kegiatan Pakan Ternak APBN
5.1.1.1 Pengawasan Mutu Pakan dan Bahan Pakan
Pakan merupakan faktor yang strategis dalam usaha peternakan dan
sangat berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak serta akan
mempengaruhi kualitas hasil ternak seperti daging, telur dan susu. Saat ini banyak
sekali jenis bahan baku pakan yang dipakai sebagai penyusun formula pakan, selain itu
juga banyak jenis pakan yang beredar di pasaran. Pakan yang beredar perlu dilakukan
pengawasan sebaik-baiknya sehingga konsumen pakan dapat terlindungi dari kerugian
akibat mutu pakan yang tidak memenuhi persyaratan.
Disamping pakan yang diproduksi oleh pabrikan, saat ini para kelompok sudah
mulai membuat pakan dengan menggunakan bahan baku pakan lokal sehingga perlu
perlu dilakukan pembinaan terhadap mutu pakan yang dibuatnya. Adanya pengawasan
mutu pakan yang baik akan dapat mencegah terjadinya kerugian bahkan sebaliknya
akan memberikan keuntungan ekonomis yang signifikan baik bagi pemerintah, produsen
maupun konsumen dalam hal ini peternak.
Pelaksanaan kegiatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pakan /Bahan Pakan
dimaksudkan untuk melindungi para komsumen pakan ternak agar terhindar dari
pemalsuan produk pakan yang tidak sesuai dengan label pakan yang tertera yang
sesuai dengan SNI. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah berkurangnya masalah
– masalah pemalsuan dan penurunan mutu pakan yang beredar di masyarakat melalui
peningkatan kinerja pengawasan mutu pakan
Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1)
Berkurangnya pemalsuan pakan yang beredar di 9 Kabupaten/Kota; (2) Terwujudnya
pengujian sampel pakan 55 sampel dan (3) Terwujudnya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petugas yang menangani kegiatan pakan/wastukan. Ruang lingkup
kegiatan pengawasan mutu dan keamanan pakan meliputi : (1) Sosialisasi Jabatan
fungsional Pengawas Mutu Pakan 1 kegiatan; (2) Pengujian sampel Pakan 55 sampel;
(3) Pengawasan mutu dan keamanan pakan dan (4) Pelaporan 1 Laporan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 78
Kegiatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pakan Tahun 2015 bertujuan
untuk mengurangi permasalahan pemalsuan dan penurunan mutu pakan yang beredar
di masyarakat melalui peningkatan kinerja pengawasan mutu pakan. Dengan
anggaran sebesar Rp 57.010..000,- realisasi fisik 95,97 % dan Keuangan 75.46% (
Rp.42.019.000,- ). Terdapat efisiensi sebesar Rp 14.991.000,- . yang antara lain
disebabkan karena adanya efisiensi dan biaya sewa ruangan , biaya transport panita
yang tidak dimanfaatkan karena penyelenggaraan pertemuan dilaksanakan di ruang
rapat Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.
5.1.1.2 Revitalisasi UPP dan PPSK
Kondisi lapangan menunjukkan bahwa perkembangan usaha ternak
ruminansia khususnya ternak sapi baik pembibitan maupun penggemukan, menuntut
adanya penyediaan pakan yang berkualitas, harga terjangkau dan tersedia sepanjang
tahun. Dalam upaya pengembangan pakan , pemerintah telah memfasilitasi kelompok
dengan unit-unit pengolahan pakan dan Pabrik Pakan skala kecil namun belum bisa
operasional secara maksimal yang, disebabkan karena, adanya peralatan yang rusak
dan minimnya permodalan.
Bertitik tolak dari hal di atas dan mengingat pentingnya peranan pakan dalam
usaha budidaya ternak ruminansia serta tingginya potensi dan keragaman bahan pakan
, maka untuk mengoptimalkan kinerja UPP dan PPSK diperlukan adanya revitasisasi
terhadap UPP ataupun PPSK. Adapun maksud kegiatan revitalisasi UPP dan PPSK
adalah agar Unit Pengolah Pakan dan Pabrik Pakan yang difasilitasi oleh pemerintah
dapat berjalan secara optimal dalam upaya penyediaan pakan ternak yang berkualitas
dan tersedia sepanjang tahun. Sementara tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah :
(1) Menambah /memperbaiki peralatan dan mesin yang dibutuhkan kelompok dalam
upaya meningkatkan kinerjaUPP dan PPSK; (2) Meningkatkan ketrampilan peternak
dalam pembuatan pakan olahan secara mandiri dan (3) Meningkatkan penyediaan
pakan hijauan dan atau pakan olahan dengan pemanfaatan hasil samping pertanian dan
limbah agroindustri sebagai pakan ternak ruminansia.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Revitalisasi UPP dan PPSK
adalah : (1) Meningkatnya kinerja UPP/PPSK; (2) Meningkatnya ketrampilan peternak
dalam pembuatan pakan olahan secara mandiri;dan (3) Meningkatnya penyediaan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 79
pakan hijauan dan atau pakan olahan dengan pemanfaatan hasil samping pertanian dan
limbah agroindustri sebagai pakan ternak ruminansia. Sementara Ruang Lingkup
Pelaksanaan kegiatan Revitalisasi UPP dan PPSK meliputi : (1) Pengadaan Pakan
Ternak (dedak) 2500 kg; (2) Pembelian peralatan dan mesin berupa mesin penepung
sebanyak 4 unit; (3) Perbaikan Peralatan dan Mesin 4 unit; (4) Perbaikan Peralatan dan
Mesin 4 unit; (5) ATK Komputer supplies 4 paket dan (6) Operasionak Kabupaten 4
paket
Kegiatan Revitalisasi UPP dan PPSK Tahun 2015 bertujuan untuk
meningkatkan kinerja UPP dan PPSK dalam upaya penyediaan pakan hijauan dan atau
pakan olahan dengan pemanfaatan hasil samping pertanian dan limbah agroindustri
sebagai pakan ternak ruminansia. Kegiatan Revitalisasi UPP dan PPSK dialokasikan
untuk 4 (empat ) kelompok namun yang ditetapkan hanya 2 kelompok yaitu Kelompok
Tani ternak Satwa Murti ST AMP Banjar Antap Delod Sema Desa Antap Kecamatan
Selemadeg Kabupaten Tabanan dan Kelompok Tani ternak Buwana Sari Banjar Lipah
Desa Petang Kecamatan Petang Kabupaten Badung.. Pelaksana kegiatan telah
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali Nomor 524/2317/Disnak Keswan tanggal 6 Maret 2015.
Dari total anggaran Rp. 200.000.000,-, realisasi fisik mencapai 50,20 % dan
keuangan 36,93 % atau Rp. 73.858.000,- serta efisiensi sebesar Rp 26.142.000,- pada
Belanja Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, dan Honor kegiatan. Hal
ini antara lain disebabkan karena adanya harga lebih rendah dibandingkan pagu
Belanja Bahan, Belanja Peralatan dan Mesin, dan kegiatan yang dikembalikan untuk 2
kelompok dengan nilai Rp.100.000.000,-
5.1.1.3 Bimbingan Teknis Manajemen dan Teknologi Pakan
Dalam upaya pengembangan usaha peternakan khususnya
peternakan sapi peternak sering dihadapkan pada permasalahan dalam penyediaan
pakan ternak terutama pada saat musim kemarau. Hal ini terjadi disaat musim kemarau
hijauan makanan ternak tidak dapat tumbuh dengan baik sehingga penyediaan hijauan
makanan ternak sangat berkurang. Sebaliknya dimusim hujan ketersediaan hijauan
makanan ternak sangat berlimpah, disamping itu semakin tingginya alih fungsi lahan
untuk pemukiman menyebabkan lahan untuk tanaman pakan ternak semakin sempit
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 80
sehingga diperlukan adanya upaya penyediaan pakan alternatif dengan memanfaatkan
limbah pertanian seperti (jerami padi, jagung dan kacang – kacangan) ataupun limbah
perkebunan seperti kulit kopi dan kulit buah kakao yang ketersediaanya cukup besar
dipetani. Limbah pertanian dan perkebunan tersebut mempunyai kandungan serat kasar
yang tinggi, sehingga diperlukan sentuhan teknologi untuk meningkatkan nilai gizi dan
daya cernanya
Sehubungan dengan hal tersebut Kegiatan Peningkatan Produksi Pakan
Ternak dilakukan melalui Bimbingan Teknis Manajemen dan Teknologi Pakan berbasis
bahan pakan lokal untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dan
kelompok dalam pengolahan pakan ternak. Adapaun maksud pelaksanaan kegiatan
Bimbingan Teknis Manajemen dan Teknologi Pakan adalah untuk melakukan
pendampingan terhadap unit-unit pengolah paka. Sementara tujuannya adalah : (1)
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas yang dan kelompok-kelompok
pengolah pakan ternak dan (2) Meningkatnya efisiensi usaha peternakan dengan
aplikasi manajemen dan aplikasi teknologi pakan
Sasaran yang hendak dicapai dari pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis
Manajemen dan Teknologi Pakan adalah terwujudnya peningkatan keterampilan
petugas dan kelompok dalam menajemen dan teknologi pengolahan pakan 20 orang.
Sementara ruang lingkup kegiatan Bimbingan Teknis Manajemen dan Teknologi Pakan
meliputi : (1) Belanja Bahan terdiri dari : (a) Alat Tulis Kantor 1 paket Rp. 1.450.000 ;
(b) Seminar Kit 30 buah Rp.4.500.000; (c) Penggandaan 5.000 lembar Rp. 1.000.000;
(d) Brosur pengolahan Pakan 3.000 lembar Rp. 9.000.000; (e) Spanduk 1 buah Rp.
300,000; (f) Dokumentasi 1 paket Rp.300.000; (2) Laporan 6 buah Rp. 450.000; (3)
Bimbingan Teknis Manajemen dan Teknologi Pakan 20 OH dan (4) Pencetakan Brosur
Pengolahan Pakan 3000 lembar
Bimbingan Teknis Manajemen dan Tekonologi Pakan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan para peternak, kelompok peternak, koperasi, dalam
pengolahan pakan ternak yang memenuhi standar kebutuhan ternak baik kuantitas
maupun kualitasnya dengan harga murah. Dengan anggaran yang sebesar Rp
33.900.000- yang dialokasikan untuk Belanja Bahan, Belanja Jasa Profesi dan Belanja
perjalanan Dinas Paket meeting Dalam Kota, dengan realisasi fisik 100 % dan
Keuangan 74,63 % ( Rp. 25.300.000,-)
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 81
5.1.1.4 Penanaman dan Pengembangan Tanaman Pakan Ternak
Berkualitas
Pakan ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu
pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pada umumnya dalam ransum pakan
ditambahkan dengan vitamin dan mineral sebagai suplemen (tambahan) pakan untuk
meningkatkan mutu pakan agar produksi ternak dapat meningkat. Pakan hijauan
merupakan sumber pakan utama ternak ruminansia yang berasal dari rumput-rumputan
dan leguminosa.
Kebutuhan pakan konsentrat ternak ruminansia , dipenuhi dari pabrik pakan
skala besar dan dari pabrik-pabrik pakan skala kecil milik kelompok peternak sapi
potong. Sementara itu kebutuhan pakan hijauan pada umumnya dipenuhi sendiri oleh
para peternak dengan menanam tanaman pakan di pematang sawah dan pada lahan
yang tidak produktif serta memanfaatkan limbah pertanian , agroindustri dan limbah
perkebunan.
Hijauan pakan ternak dan hasil samping atau limbah tanaman pertanian dan
perkebunan dapat dihasilkan atau diproduksi dari lahan persawahan, ladang palawija,
lahan perkebunan dan lahan hutan yang dimanfaatkan untuk penanaman HPT. Lahan
tanaman pangan merupakan sumber penghasil hijauan terbesar dibandingkan dengan
lahan lainnya. Dari lahan tanaman pangan dapat dihasilkan berbagai jenis HPT seperti
rumput lapangan, legume, dan limbah pertanian.
Isu yang berkembang saat ini adalah semakin menurunnya pertambahan bobot
badan harian ( PPBH) sapi potong akibat dari pemberian pakan yang kurang baik dari
segi kuantitas ( jumlah ) maupun kualitasnya. Pemberian konsentrat untuk peningkatan
kualitas pakan terkendala dengan harga yang semakin mahal dan keterbatasan
pemberian karena bila konsentrat diberikan terlalu banyak dapat menyebabkan asidosis
rumen. Oleh karena itu diperlukan pemberian hijauan pakan yang berkualitas. Untuk
menjamin ketersediaan hijauan pakan yang berkualitas dilaksanakan gerakan
penanaman tanaman pakan ternak berkualitas.
Adapun maksud dilaksanakannya kegiatan Penanaman dan Pengembangan
Tanaman Pakan Ternak Berkualitas adalah melakukan gerakan penanaman tanaman
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 82
pakan ternak berkualitas dalam rangka mengakomodir kebutuhan pakan terutama
kebutuhan hijauan pakan ternak berkualitas. Sementara tujuannya adalah : (1)
Meningkatkan ketersediaan tanaman pakan ternak ( TPT) berkualitas dikelompok dan
(2) meningkatkan produktivitas ternak ruminansia pada lokasi kegiatan melalui
pemanfaatan hijauan pakan ternak yang berkualitas.
Hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1) meningkatnya
ketersediaan tanaman pakan ternak ( TPT) berkualitas dikelompok dan (2)
meningkatnya produktivitas ternak ruminansia pada lokasi kegiatan melalui pemanfaatan
hijauan pakan ternak yang berkualitas. Ruang lingkup kegiatan Penanaman dan
Pengembangan Tanaman Pakan Ternak Berkualitas meliputi : (1) Penanaman bibit
rumput gajah sebanyak 200.000 stek; (2) Penanaman bibit bunut sebanyak 64.500
stek; (3) Penanaman bibit gamal sebanyak 70.500 stek; (4) Penanaman Bibit Lamtoro
sebanyak 3000 stek; (5) Pemupukan untuk tanaman HPT sebanyak 42.000 kg dan
(6) Operasional pengolahan lahan, penanaman dan pemupukan
Kegiatan Penanaman dan Pengembangan Tanaman Pakan Ternak Berkualitas
( Gerbang Patas) Tahun 2015 bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan tanaman
pakan ternak berkualitas dan meningkatkan produktivitas ternak ruminansia pada lokasi
kegiatan melalui pemanfaatan hijauan pakan ternak yang berkualitas . Kegiatan
Gerbang Patas dengan total anggaran Rp. 1.075.400.000,- ( Satu Miliar Tujuh Puluh
Lima Juta Empat Ratus Ribu Rupiah ) yang terdiri dari anggaran APBN Induk Rp.
240.000.000,- dan APBN Perubahan Rp. 835.400.000,- Anggaran induk dialokasikan di
4 ( empat ) kelompok yaitu di Kabupaten Buleleng. 2 kelompok , di Kabupaten
Jembrana 1 kelompok dan Kabupaten Klungkung 1 kelompok., sedangkan anggaran
perubahan dialokasikan di 13 Kelompok di kawasan pembibitan di Nusa Penida namun
yang ditetapkan hanya 12 kelompok , karena 1 kelompok yang diusulkan sudah pernak
mendapat kegiatan yang sama ditahun sebelumnya. Kelompok Pelaksana Kegiatan
telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali Nomor 524/11606/Disnak Keswan tanggal 4 Agustus 2015, dan
nomor 524/ 10739/Disnak Kewswan tanggal 22 Juli 2015 Dari total anggaran
1.075.400.000,- (Satu Miliar Tujuh Puluh Lima Juta Empat Ratus Ribu Rupiah) Realisasi
Fisik mencapai 92.83 % dan keuangan 65.85.% atau Rp. 708.201.000,- (Tujuh Ratus
Delapan Juta Dua Ratus Satu Ribu Rupiah ) , terdapat efisiensi sebesar Rp
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 83
367.199.000,- pada Belanja Bahan, Belanja Gedung/Bangunan Untuk Diserahkan
Kepada Masyarakat/Pemda dan Belanja Perjalanan yang tidak dimanfaatkan oleh
Kabupaten.
5.1.1.5 Pengembangan Integrasi Ternak Ruminansia
Pembangunan peternakan memiliki arti yang sangat strategis dan
mempunyai peranan sangat penting dalam struktur perekonomian karena pembangunan
peternakan berperan dalam peningkatan fungsi ternak antara lain sebagai sumber
penghasilan petani, penyerapan tenaga kerja, penghasil protein hewani dan penghasil
pupuk organik.
Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan
mendorong meningkatnya permintaan dan konsumsi komoditas – komoditas pertanian
tertentu, tidak saja meningkat secara kuantitas tetapi juga meningkat tuntutan kualitas.
Oleh karena itu salah satu kebijakan yang ditempuh adalah melakukan pengembangan
usaha pertanian secara terintegrasi melalui sistem agribisnis dengan harapan disamping
untuk meningkatkan produksi dan produktivitas juga untuk meningkatkan pendapatan
serta kesejahteraan para petani peternak.
Untuk mendukung kebijakan ini perlu dikembangkan “Sistem Integrasi Ternak
Ruminansia dengan Komoditi Lain“ dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan sumberdaya pertanian, perkebunan, hortikultura dan tanaman pangan serta
memanfaatkan limbah pertanian sebagai sumber pakan ternak dan limbah ternak
(kotoran ternak) sebagai sumber pupuk organik melalui aplikasi teknologi tepatguna.
Sejalan dengan itu pengembangan peternakan dalam kebijakan
operasionalnya dilaksanakan untuk mengembangkan usahatani ternak yang mengarah
pada usahatani terpadu yang berskala ekonomi baik dalam tipe usaha sambilan,
cabang usaha dan usaha pokok dengan mengoptimalkan sumberdaya pembangunan
peternakan (ternak, peternak, kelembagaan, pakan, lahan, teknologi dan permodalan)
sesuai dengan potensi dan lokal spesifik.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, untuk mendukung pengembangan
peternakan khususnya ternak ruminansia yang berintegrasi dengan komoditi lain, maka
perlu dilakukan pembinaan yang mendorong pengembangan usaha serta memperluas
cakupan kegiatan integrasi dengan komoditas perkebunan, tanaman pangan dan lain-
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 84
lain yang secara teknis dapat saling bersinergi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Untuk tahun 2015 Provinsi Bali mendapat alokasi kegiatan Integrasi
Tanaman Ruminansia dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk
5 ( lima ) kelompok, yang dialokasikan di Kabupaten Buleleng , Tabanan, Badung,
dengan total anggaran sebesar Rp. 1.020.000.000,- ( Satu Miliar Dua Puluh Juta
Rupiah )
Adapun maksud pelaksanaan kegiatan Pengembangan Integrasi Ternak
Ruminansia adalah sebagai pendukung tercapainya Program Swasembada Daging
Sapi dan Pangan yang ASUH. Sementara tujuannya adalah : (1) Meningkatkan
produktifitas usahatani tanaman pangan atau hortikultura melalui pemanfaatan ternak
sapi; (2) Meningkatkan pemanfatan limbah pertanian, perkebunan atau hortikultura untuk
pakan ternak; (3) Mengembalikan kesuburan tanah melalui pemanfaatan pupuk
kandang.dan (4) Meningkatkan pendapatan keluarga petani pelaksana kegiatan
integrasi ternak sapi/kambing dalam usaha tani tanaman.
Hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Integrasi
Ternak Ruminansia diantaranya adalah : (1) Meningkatnya produktivitas usaha tani
tanaman perkebunan, tanaman pangan atau hortikultura melalui pemanfaatan ternak
ruminansia; (2) Meningkatnya pemanfaatan sisa hasil tanaman perkebunan, tanaman
untuk pakan ternak ruminansia; (3) Meningkatnya pemanfaatan pupuk kandang dalam
usaha taninya sehingga dapat mengembalikan kesuburan tanah dan (4) Meningkatnya
pengetahuan dan kemampuan praktis keluarga dalam pengelolaan secara optimum
ternak yang diintegrasikan dalam usaha tani. Ruang Lingkup Kegiatan Pengembangan
Integrasi Ruminansia meliputi: (1) Pengadaan bibit HPT berupa bibit rumput 12.000
.stek, bibit gamal 6720 stek; (2) Pengadaan Alsin berupa chopper 3 unit; (3) Pengadaan
ternak sapi 78 ekor; (4) Pembutan gudang pakan 3 unit dan (5) Pembuatan Kandang
koloni 3 unit.
Kegiatan Pengembangan Integrasi Ternak – Tanaman Pangan Tahun 2015
bertujuan untuk meningkatkan Meningkatkan produktifitas usahatani tanaman pangan
atau hortikultura melalui pemanfaatan ternak sapi dan meningkatkan pemanfatan limbah
pertanian, perkebunan atau hortikultura untuk pakan ternak. Kegiatan Pengembangan
Integrasi Ruminansia dialokasikan di 3 ( tiga ) Kabupaten yaitu Kabupaten Tabanan,
Badung dan Buleleng. Dalam pelaksanaanya terjadi realokasi kegiatan dari Kabupaten
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 85
Karangasem ke Kabupaten Buleleng, hal ini disebabkan karena dalam penetapan
kelompok calon pelaksana, Kabupaten Karangasem tidak siap memberikan
rekomendasi, sehinga kegiatan dilapangan pelaksanaannya menjadi agak terlambat
dibandingkan dengan jadwal yang telah ditentukan. Dari total anggaran Rp.
1.020.000.000,- ( Satu Miliar Dua Puluh Juta Rupiah ) Realisasi Fisik mencapai 100 %
dan keuangan 89.60% atau Rp. 916.608.000,- (Sembilan Ratus Sembilan Juta Delapan
Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah ) , terdapat efisiensi sebesar Rp103.392.000,- pada
Belanja Bahan, Belanja Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, dan
Belanja Barang Fisik Lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya harga lebih rendah
dibandingkan pagu Belanja Bahan, Belanja Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung dan
Bangunan, dan Belanja Barang Fisik Lainnya.
5.1.1.6 Penguatan Pakan Sapi Potong Penggemukan
Salah satu program utama yang sudah dicanangkan oleh Kementerian
Pertanian dalah program pencapaian swasembada daging sapi/kerbau, tahun 2014
(PSDSK- 2014) yang merupakan tekad bersama dalam upaya mewujudkan ketahanan
pangan asal ternak berbasis sumberdaya lokal. Dengan mempertimbangkan beberapa
hal, terutama sudah semakin tipisnya gap antara permintaan daging sapi dengan
ketersediaannya di dalam negeri, maka program PSDSK akan dilanjutkan sampai tahun
2015 (PSDSK- 2015). Pencapaian target swassembada merupakan dambaan seluruh
masyarakat, agar kita tidak lagi tergantung kepada impor daging dan sapi bakalan,
sehingga Indonesia menjadi negara berdaulat pangan asal ternak. Upaya pencapaian
target swasembada daging sapi akan dilakukan dengan peningkatan populasi dan
peningkatan produktifitas ternak. Pola pemeliharaan sapi masih dilakukan secara
tradisional oleh peternak dengan skala usaha kecil (pemilikan 2-3 ekor/keluarga). Hasil
survey karkas yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan menunjukkan bahwa 85% ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak
tersebut ada dalam kondisi sedang dan kurus; sekitar 30 % berumur tua; dan bobot
potong 50 kg di bawah potensi
Berdasarkan atas paparan diatas, Pemerintah mempertimbangkan untuk
melakukan beberapa upaya tambahan agar sapi yang akan dipotong dapat mencapai
berat yang optimal melalui kegiatan penguatan pakan sapi potong penggemukan yang
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 86
diberikan selama satu siklus penggemukan. Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ini
adalah : (1) Meningkatkan penyediaan pakan yang berkualitas pada ternak sapi potong
penggemukan.dan (2) Meningkatkan produktivitas ternak melalui penguatan pakan yang
sesuai dengan standar dan kebutuhan hidup ternak.
Sasaran dari kegiatan penguatan pakan sapi potong penggemukan adalah: (1)
Meningkatnya penyediaan pakan berkualitas pada ternak sapi potong penggemukan
sejumlah .500 ekor dan (2) Meningkatnya produktivitas ternak melalui penyediaan
penguatan pakan sesuai dengan standar dan kebutuhan ternak pada 10 kelompok
ternak sapi potong penggemukan. Keluaran yang diharapkan meliputi : (1) Tersedianya
pakan sapi potong penggemukan sejumlah 330.000 Kg untuk 500 ekor di 10 Kelompok
dan (2) Adanya peningkatan rata-rata pertambahan bobot badan hidup sebanyak 0,6 –
0,8 kg/ek/hari. Sementara Ruang Lingkup Kegiatan Penguatan Pakan Sapi Potong
Penggemukan meliputi : (1) Pengadaan Pakan Konsentrat 330.000 kg; (2) Pengadaan
bibit Rumput 161.000 stek; (3) Pengadaan bibit gama/ 39450 stek; (4) Pengadaan pupuk
organic 40.000 kg; (5) Belanja Barang Non Operasional Lainnya; (6) Pengadaan
Timbangan Digital 10 unit; (7) Pengadaan chopper 10 unit dan (8) Workshop 1 kegiatan
Kegiatan Penguatan Pakan Sapi Potong Penggemukan tahun 2015 bertujuan
untuk meningkatkan penyediaan pakan yang berkualitas pada ternak sapi potong
penggemukan yang sesuai dengan standar dan kebutuhan hidup ternak. Kegiatan
Penguatan Pakan Sapi Potong Penggemukan dialokasikan di 10 kelompok di 3 ( tiga )
Kabupaten yaitu Kabupaten Tabanan 4 kelompok , Badung 4 kelompok dan Bangli 2
kelompok. Dalam pelaksanaanya terjadi realokasi kegiatan dari Kabupaten Karangasem
ke Kabupaten Badung, hal ini disebabkan karena dalam penetapan kelompok calon
pelaksana, Kabupaten Karangasem tidak siap memberikan rekomendasi, sehingga
kegiatan dilapangan pelaksanaannya menjadi agak terlambat dibandingkan dengan
jadwal yang telah ditentukan. Dari total anggaran Rp. 2.612.500.000,- ( Dua Miliar
Enam Ratus Dua Belas Juta Lima Ratus Rupiah ) Realisasi Fisik mencapai 99.29 %
dan keuangan 87.26 % (Rp. 2.279.791.000,-) (Dua Miliar Dua Ratus Enam Puluh Dua
Juta Empat Ratus Tujuh Puluh Sembilan Ribu Rupiah ), terdapat sisa anggaran sebesar
Rp 332.710.000,- . Sisa anggaran tersebut merupakan efisiensi pada Belanja Bahan,
Belanja Peralatan dan Mesin dan Hal ini disebabkan karena adanya harga lebih
rendah dibandingkan pagu.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 87
5.1.1.7 Pengawasan Peredaran Imbuhan/Pelengkap Pakan
Pakan merupakan faktor terpenting untuk menunjang budidaya ternak
karena berimbas pada peningkatan bobot badan ternak dan performa ternak yang
diinginkan. Peningkatan populasi, produksi daging, susu dan telur sebagai hasil ternak
sangat tergantung dari penyediaan pakan yang baik dan berkualitas. Pakan yang baik
dan berkualitas harus memenuhi persyaratan mutu yang mencakup aspek keamanan
pakan, aspek kesehatan ternak, aspek keamanan pangan dan aspek ekonomi.
Keempat aspek tersebut penting untuk dipenuhi karena akan berpengaruh
terhadap kesehatan ternak, penyediaan pangan hasil ternak dan keamanan konsumen
dalam mengkonsumsi pangan hasil ternak serta efisiensi biaya agar dihasilkan pakan
yang bernilai ekonomis. Keamanan pakan harus dimulai dari pengawasan keamanan
pada bahan pakan, termasuk imbuhan pakan dan pelengkap pakan yang dicampur
dalam pakan. Penambahan imbuhan/pelengkap pakan kedalam pakan telah terbukti
dapat memeperbaiki efisiensi pakan yang tentunya harus didukung dengan
pengetahuan tentang kualitas pakan termasuk kualitas imbuhan /pelengkap pakan dan
formulasi pakan. dapat karena, dan berpengaruh langsung terhadap performance,
produksi dan produktivitas ternak. Sehubungan dengan hal diatas maka perlu dilakukan
pengawasan terhadap peredaran imbuhan/tambahan pakan di masyarakat untuk
mengurangi kerugian peternak yang diakibatkan penggunaan imbuhan/pelengkap pakan
yang salah
- Maksud kegiatan Bimbingan Teknis Manajemen dan Teknologi Pakan adalah :
(1) Melakukan Pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan imbuhan
pakan/pelengkap pakan yang oleh peternak dan (2) Mensosialisasikan
kebijakan/peraturan pengguna-an imbuhan dan pelengkap pakan. Tujuan pengawasan
dan peredaran pakan adalah mencegah terjadinya penyimpangan penggunaan
imbuhan dan pelengkap pakan di lapangan. Sementara hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1) Diperolehnya data jenis imbuhan dan pelengkap
pakan yang beredar dan digunakan di masyarakat dan (2) Meningkatnya kualitas dan
keamanan pakan yang beredar di lapangan. Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan ini
adalah : (1) Pengadaan ATK 1 paket; (2) Pertemuan sosialisasi Peraturan Penggunaan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 88
Imbuhan/Pelengkap Pakan 1 Kegiatan; (3) Pengawasan penggunaan FA/FS
dan (4) Pelaporan 1 Laporan
Kegiatan Pengawasan Peredaran Imbuhan/Pelengkap Pakan Tahun 2015
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan penggunaan imbuhan dan
pelengkap pakan di masyarakat . Dengan anggaran sebesar Rp 24.550.000,- ( Dua
Puluh Empat Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah ), realisasi fisik 100 % dan
Keuangan 98,58 % atau Rp.24.202.000,- ( Dua Puluh Empat Juta Dua Ratus Dua
Ribu Rupiah ), terdapat efisiensi sebesar Rp 348.000,-
5.1.1.8 Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia
Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khusunya
dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Dari aspek ekonomi biaya pakan
memberikan kontribusi hingga 70 % dari seluruh biaya produksi, sedangkan dari aspek
teknis, kualitas pakan akan sangat berpengaruh kepada tingkat produksi ternak (daging,
telur dan susu). Selama ini sebagian besar hijauan pakan yang diberikan kepada ternak
berupa rumput lokal atau rumput alam yang berasal dari tempat –tempat seperti
pematang sawah, pinggir jalan, saluran irigasi atau perkebunan karena lahan khusus
untuk penanaman hijauan pakan ternak semakin lama semakin menyempit karena alih
fungsi lahan.
Dengan semakin terbatasnya lahan untuk menanam hijauan pakan ternak
perlu dilakukan langkah-langkah peningkatan penyediaan pakan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan antara. lain melalui pemanfaatan limbah atau hasil samping
pertanian/perkebunan secara optimal. Keuntungan dari pemanfaatan limbah pertanian
dan agroindustri adalah berupa efisiensi penggunaan lahan, efisiensi tenaga karja dan
komponen produksi lainnya, mengurangi ketergantungan sumberdaya dari luar,
meningkatkan pendapatan petani peternak.
Pakan yang dihasilkan dari pengolahan limbah pertanian dan agroindustri
merupakan pakan berkualitas yang tidak dapat sekaligus habis untuk memenuhi
kebutuhan kelompok, sehingga perlu disediakan tempat penyimpanan atau lumbung
pakan
Adapun maksud kegiatan pengembangan lumbung pakan ruminansia untuk
tersedianya pakan ruminansia sepanjang tahun dan berkualitas sebagai pendukung
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 89
untuk tercapainya Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau secara berkelanjutan.
Sementara tujuannya adalah : (1) Meningkatkan penyediaan pakan hijauan dan atau
pakan olahan dengan pemanfaatan hasil samping pertanian dan limbah agroindustri
sebagai pakan ternak ruminansia; (2) Meningkatkan ketrampilan peternak dalam
pembuatan pakan olahan secara mandiri dan (3) Menyediakan tempat penyimpanan
pakan pada kelompok ternak ruminansia agar pakan yang disimpan tidak tercampur
dengan barang lain yang dapat menimbulkan kontaminasi sehingga dapat menurunkan
kualitasnya.
Sasaran pelaksanaan kegiatan pengembangan lumbung pakan ruminansia
adalah : (1) Meningkatnya aplikasi teknologi pengolahan dan pengawetan pakan;
(2) Meningkatnya aplikasi teknologi pengolahan dan pengawetan pakan dan (3)
Meningkatnya aplikasi teknologi pengolahan dan pengawetan pakan. Ruang lingkup
kegiatannya meliputi : (1) Meningkatnya aplikasi teknologi pengolahan dan pengawetan
pakan; (2) Pengadaan chopper 1 unit; (3) Pengadaan motor roda tiga 1 unit; (4)
Pengadaan pengepres jerami 1 unit; (5) Pengadaan gerobak dorong 2 unit dan (6)
Pengadaan gerobak dorong 2 unit
Kegiatan Pengembangan Lumbung Pakan Ruminansia Tahun 2015 bertujuan
untuk menyediakan tempat penyimpanan pakan pada kelompok tani ternak ruminansia
agar pakan yang disimpan tidak tercampur dengan barang lain yang dapat menimbulkan
kontaminasi sehingga dapat menurunkan kualitasnya. Kegiatan Pengembangan
Lumbung Pakan Ruminansia dilaksanakan oleh Kelompok Tani Ternak Mekar Sari
Banjar Tegeh Desa Dalung Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung . Pelaksana
kegiatan telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali Nomor 524/2316/Disnak Keswan tanggal 6 Maret
2015.
Dari total anggaran Rp. 200.300.000,- ( Dua Ratus Juta Tiga Ratus Ribu
Rupiah ), rRealisasi fisik mencapai 100 % dan keuangan 94.88 % atau Rp.
190.042.000,- (Seratus Sembilan Puluh Juta empat Puluh Dua Ribu Rupiah ) , terdapat
efisiensi sebesar Rp10.258.000,- pada Belanja Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung
dan Bangunan, dan Honor kegiatan. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya
harga lebih rendah dibandingkan pagu pada Belanja Bahan, Belanja Peralatan dan
Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 90
5.1.1.9 Koordinasi Teknis
Pakan merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam
menentukan tingkat produksi dan produktivitas ternak dimana biaya produksi dalam
usaha peternakan 70% adalah biaya pakan. Untuk menentukan ketersediaan pakan
perlu pemanfaatan sumber bahan pakan lokal (hasil pertanian atau dari limbah
pertanian). Ketersediaan bahan baik yang diproduksi ataupun yang diedarkan dan
diperdagangkan harus tetap terjaga mutunya sesuai dengan Standard Teknis Nasional
Indonesia (SNI) persyaratan teknis minimal yang ditetapkan. Sebagian besar bahan
pakan dan pakan ternak didatangkan dari luar daerah yang cendrung mengalami
kenaikan hargadari hari ke hari. Penyediaan pakan terutama pakan unggas merupakan
pengguna dari produksi yang dihasilkan oleh sub sektor lain seperti tanaman pangan,
perkebunan dan perikanan, oleh karenanya diperlukan adanya koordinasi yang
harmonis untuk mendukung pengembangan pakan.
Adapun maksud dilaksanakannya kegiatan Koordinasi Teknis ini adalah untuk
melakukan koordinasi kegiatan pengembangan pakan di daerah agar sesuai dengan
arah kebijakan pengembangan bidang pakan nasional sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Strategis Direktorat Pakan. Sementara tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah
adanya komunikasi aktif daerah-pusat dan atau daerah-instansi teknis terkait lainnya
untuk memperlancar kegiatan.
Sasaran pelaksanaan kegiatan Koordinasi Teknis adalah Terlaksananya
koordinasi kegiatan pengembangan pakan di daerah agar sesuai dengan arah kebijakan
pengembangan bidang pakan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Rencana
Strategis Direktorat Pakan. Ruang lingkup kegiatan koordinasi meliputi : (1) Pengadaan
ATK 1 paket; (2) Pertemuan 1 kegiatan dan (3) Pembinaan dan koordinasi24 OH
Kegiatan Koordinasi teknis pakan Tahun 2015 bertujuan untuk
mengkoordinasikan kegiatan pengembangan pakan di daerah agar sesuai dengan arah
kebijakan pengembangan bidang pakan nasional sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Strategis Direktorat Pakan. Dengan anggaran sebesar Rp 24.600..000,- ( Dua
Puluh Empat Juta Enam Ratus Ribu Rupiah ) realisasi fisik 100 % dan Keuangan
75.86 % ( Rp.18.907.000,- ). Terdapat efisiensi sebesar Rp
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 91
5.693.000,- . yang antara lain disebabkan karena adanya efisiensi pada perjalanan
dinas luar daerah yang sebagian biaya ditanggung panitia penyelenggara
5.1.2 Kegiatan Pakan Ternak APBD Provinsi Bali
5.1.2.1 Pengawasan dan Pengembangan Pakan
Program pembangunan peternakan di Provinsi Bali bertujuan untuk
meningkatkan populasi dan produksi ternak melalui pengembangan sumberdaya
peternakan yang ada dengan kegiatan berupa ; Pengembangan Sistim Usaha Pertanian
Terintegrasi, Penyebaran Bibit Sapi, Pengembangan Pembibitan sapi, Penyelamatan
Sapi Betina Produktif dan Pengembangan unggas lokal dipedesaan. Kesemua hal
tersebut guna terciptanya lapangan pekerjaan dan kegiatan ekonomi produktip
dipedesaan, sehingga diharapkan dapat meningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat, tersedianya protein hewani untuk masyarakat dan pada akhirnya dapat
meningkatkan derajat kesehatan dan kecerdasan masyarakat.
Dalam upaya pengembangan peternakan tersebut diatas perlu didukung
dengan penyediaan hijaun pakan yang berkualitas dalam jumlah yang mencukupi dan
harga terjangkau oleh peternak. Pakan adalah salah satu sarana produksi yang sangat
penting dan merupakan komponen terbesar dalam usaha budidaya ternak, dan
berpengaruh langsung terhadap performance, produksi dan produktivitas ternak.
Berdasarkan atas paparan diatas, maka Kegiatan Pengawasan dan
Pengembangan Pakan Tahun 2015 dilaksanakan melalui praktek pengolahan pakan
dengan memanfaatkan bahan baku dari hasil samping pertanian dan perkebunan, serta
penyebaran bibit hijauan pakan ternak sebanyak 13175 stum di 17 kelompok pada
lokasi lahan kering yang tersebar di Kabupaten Buleleng, Gianyar, Klungkung dan Bangli
pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan terutama pada saat
musim kemarau. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1) Meningkatkan keterdiaan
hijauan pakan ternak terutama pada saat musim kemarau; (2.) Mengembangkan
teknologi pengolahan pakan berbasis hasil samping pertanian dan perkebunan serta
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan; dan (3) Mengawasi dan memonitor
pengembangan pakan dan teknologi peternakan. Sementara Sasaran yang ingin
dicapai adalah : (1) Terlaksananya praktek pengolahan pakan di 22 kelompok simantri
di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota dan (2). Terlaksananya Penyebaran bibit hijauan pakan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 92
ternak 13175 stum di 3 kelompok tani ternak di Kabupaten Buleleng, Klungkung,
Gianyar dan Bangli.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Pengawasan dan
Pengembangan Pakan adalah : (1). Adanya pengolahan pakan berbasis hasil
samping pertanian dan perkebunan; (2). Tersebarnya bibit hijauan pakan ternak
.13175 stum pada lahan kering di Kabupaten Buleleng, Klungkung, Gianyar dan
Bangli serta tersedianya Hijauan Pakan Ternak terutama pada saat musim
kemarau dan (3) Peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Sementara
Ruang Lingkup kegiatannya adalah : (1) Pengadaan alat tulis Kantor 1 (satu)
tahun; (2) Bimbingan pengolahan pakan 22 kelompok; (3) Penyebaran Bibit
Hijauan Pakan Ternak 13175 stum; (4) Pengawasan peredaran pakan ternak di 9
Kabupaten/Kota dan (5) Monitoring dan evaluasi kegiatan pakan di 9 Kab/Kota
Dari total anggaran kegiatan Pengawasan dan Pengembangan Pakan Tahun
2015 sebesar Rp. 241.245.000,- (Dua Ratus Empat Puluh Satu Juta Dua Ratus Empat
Puluh Lima Ribu Rupiah ), sampai dengan akhir Desember 2015 telah terealisasi fisik
mencapai 100 % dan keuangan sebesar 84,56 % ( Rp. 203.996.950,-) dengan sisa
anggaran sebesar Rp. 37.248.550,- yang merupakan efisiensi yang terdiri dari Belanja
Pakai Habis, Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah dan Belanja Hibah Barang Aset
Tetap Lainnya.
5.2 Kegiatan Prasarana dan Sarana Peternakan
Kegiatan Prasarana Sarana Peternakan tahun 2015 pendanaannya bersumber dari
APBN dan APBD Provinsi Bali dengan total dana sebesar Rp 1.514.877.390,- (Satu
Milyar Lima Ratus Empat Belas Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh Tujuh Ribu Tiga Ratus
Sembilan Puluh Rupiah) yang terdiri atas APBN Rp 1.000.000.000,- (Satu Milyar
Rupiah) dan APBD Provinsi Bali Rp 514.877.390,- (Lima Ratus Empat Belas Juta
Delapan Ratus Tujuh Puluh Tujuh Ribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Rupiah). Kegiatan
yang dilaksanakan pada intinya terkait dengan upaya pemenuhan dan penyediaan
prasarana sarana untuk pengembangan usaha peternakan. Dengan tersedianya
prasarana sarana peternakan, diharapakan produktivitas ternak dan usaha peternakan
akan semakin meningkat yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan pendapatan
peternak.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 93
5.2.1 Kegiatan Sarana-Prasarana Peternakan APBN
5.2.1.1 Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana
Pertanian
Pembangunan Peternakan memegang peranan penting dan
merupakan bagian integral sebagai pendukung pembangunan pertanian secara
keseluruhan. Kebijaksanaan pembangunan pertanian meliputi sistem pengembangan
ketahanan pangan, sistem pengembangan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan
petani. Hal ini mengisyaratkan bahwa produk pertanian umumnya dan peternakan
khususnya yang dihasilkan harus memenuhi syarat, kuantitas, kualitas dan kontinuitas
sehingga memiliki daya saing dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau.
Peningkatan produktivitas, produksi dan produk komoditi peternakan yang dihasilkan
seperti produk daging perlu mendapat perhatian yang serius untuk dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Kontribusi dan dukungan Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) dalam
menunjang pembangunan peternakan di Provinsi Bali, memegang peranan yang sangat
penting dan mutlak diperlukan dalam rangka program swasembada daging sapi dan
kerbau. Hal tersebut terutama dalam pemantapan pengelolaan air irigasi, perluasan
areal dan pengelolaan lahan, serta dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya.
Pola pendekatan yang digunakan dalam rangka pembangunan Prasarana
dan Sarana Pertanian saat ini diarahkan sekaligus sebagai katup pengaman untuk
mengatasi masalah tenaga kerja di pedesaan. Untuk itu peran dan partisipasi
peternak/kelompok ternak sebagai pelaksana kegiatan di lapangan diarahkan agar lebih
maksimal. Dengan demikian diharapkan peternaki/kelompok ternak sebagai pelaku
utama sepenuhnya dapat memanfaatkan anggaran yang dialokasikan.
Bertitik tolak dari hal tersebut maka program Penyediaan dan pengembangan
Prasarana dan Sarana Pertanian untuk mendukung pembangunan peternakan di
Provinsi Bali sangatlah mutlak diperlukan dalam upaya-upaya mendukung program
swasembada daging. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan provinsi Bali pada tahun 2015, yang bersumber dari APBN telah
dialokasikan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian melalui Dana
Dekonsentrasi.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 94
Tujuan Kegiatan Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana
Pertanian adalah : (1) Memberikan acuan dan panduan administrasi serta
pertanggungjawaban keuangan pada setiap tahapan kegiatan; (2) Mengupayakan
terciptanya tertib administrasi keuangan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan di
lapangan.dan (3) Peningkatan kemampuan SDM petani dan petugas yang menangani
kegiatan PSP kabupaten tentang program/dalam pembinaan kegiatan teknis PSP.
Sementara sasaran yang ingin dicapai adalah : (1) Terwujudnya panduan administrasi;
(2) Meningkatnya Pembinaan Pengembangan sumber Air, yang efektif dan
berkelanjutan dan meningkatnya partisipasi stake holder dalam kegiatan perluasan dan
pengelolaan lahan perternakan; (3) Terwujudnya pengelolaan sistem penyediaan dan
pengawasan alat mesin pertanian mendukung peternakan dan (4) Terbinanya
pengelolaan pupuk dan pestisida mendukung peternakan .
Pagu Anggaran Dekonsentrasi Kegiatan Penyediaan dan Pengembangan
Prasarana dan sarana Pertanian Provinsi Bali yang dialokasikan pada Satker Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi Bali ( 08) sebesar Rp 400.000.000,- (Empat
Ratus Juta Rupiah), dengan pelaksana Sekretariat ,Bidang Produksi, Bidang Jibang ,
Bidang Usaha Tani dan Seluruh Kabupaten/ kota yang diberikan untuk operasional
kegiatan dalam rangka monitoring dan pembinaan kelompok. Realisasi fisik mencapai
95,33 % sedangkan Keuangan mencapai 92,09 % atau Rp 368.360.000,- (Tiga Ratus
Enam Puluh Delapan Juta Tiga Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah).
5.2.1.2 Fasilitasi Pengolahan Biogas Limbah Ternak
Kegiatan peternakan yang terdiri dari budidaya, perbibitan
pemerahan, pemotongan dan pengolahan hasil dalam prosesnya akan menghasilkan
produk utama dan limbah sebagai ekses negative dari kegiatan tersebut. Limbah yang
dihasilkan dari kegiatan peternakan sangat beragam dan tergantung dari jenis kegiatan,
jenis ternak, pakan dan air yang digunakan dan proses yang dijalankan.
Limbah kotoran ternak sering menimbulkan masalah lingkungan yang
mengganggu kenyamanan hidup masyarakat di sekitar lokasi peternakan. Gangguan
tersebut berupa bau, yang tidak sedap. Bau yang tidak sedap dari kotoran ternak
ditimbulkan oleh gas dalam kotoran tersebut terutama gas amoniak (NH3) dan gas
hydrogen Sulfida (H2S). Kedua gas tersebut akan mengganggu kesehatan ternak dan
peternakannya. Pada manusia kedua gas tersebut dapat menyebabkan gangguan pada
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 95
saluran pernafasan. Selain kedua gas tersebut kotoran ternak juga mengeluarkan
beberapa jenis gas yang dinamai gas rumah kaca, diantaranya gas methan (CH4), gas
asam arang (CO2) dan N2O. Gas tersebut mempunyai andil pada terjadinya efek rumah
kaca yakni pemanasan global atau peningkatan suhu bumi. Oleh sebab itu limbah
kotoran perlu mendapat penanganan yang semestinya, sehingga tidak akan
menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat. Dan akan
lebih baik lagi apabila hasil dari penanganan kedua gas – gas tersebut dapat bermanfaat
untuk keperluan hidup manusia, untuk energy alternatif
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui Ditjen PPHP berupaya
memberikan stimulant dan pembinaan melalui kebijakan fasilitasi bantuan sarana
pengelolaan limbah, dan pembinaan berupa bimbingan teknis pengolahan kompos dan
biogas diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kelompok untuk menghasilkan
biogas dan kompos guna memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan
petani peternak, melaui pengolahan pupuk organic
Adapun tujuan dari kegiatan Fasilitasi Pengolahan Biogas Limbah Ternak
adalah : (1) Peningkatan nilai tambah terhadap limbah kotoran ternak yang
dihasilkan; (2) Peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian (limbah) dan (3)
Peningkatan upaya pengelolaan limbah terhadap pencemaran lingkungan. Sementara
sasarannya adalah Gapoktan kelompok tani ternak sebanyak 3 (tiga) kelompok yang
tersebar di Kabupaten Tabanan, Gianyar dan Buleleng.
Indikator Kinerja dari kegiatan Fasilitasi Pengolahan Biogas Limbah Ternak
adalah :
1. Masukan (input) :
Dana yang dialokasikan untuk kegiatan Pengembangan Limbah Ternak (Biogas)
di Kabupaten Tabanan , Gianyar dan Karangasem senilai Rp. 600.000.000
(Enam Ratus Juta Rupiah).dengan masing – masing kabupaten sebesar Rp.
200.000.000,- ( Dua ratus juta rupiah)
2. Keluaran (Output)
a) Beroperasinya sarana pengembangan pengolahan kotoran ternak (biogas)
b) Terselenggaranya bimbingan teknis pengolahan limbah ternak (biogas).
3. Hasil (outcome)
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 96
a) Berkembangnya unit pengolahan limbah hasil peternakan berupa biogas dan
pupuk organik
b) Peningkatan pengetahuan petani ternak tentang pengolahan limbah ternak
(biogas)
4. Manfaat (Benefit)
a) Meningkatnya produksi pengolahan limbah (dari kotoran ternak) hasil
peternakan untuk dimanfaatkan sebagai biogas.
b) Anggota kelompok dapat memanfaatkan gas untuk kepentingan penerangan
dan memasak
c) Meningkatnya upaya pengelolaan lingkungan agar bebas dari cemaran
limbah hasil ternak.
d) Tersedianya energy alternative yang ramah lingkungan
5. Dampak (impact)
Meningkatnya nilai tambah dan daya saing produk hasil peternakan khususnya
limbah sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Dari alokasi dana yang disediakan sebanyak Rp 600.000.000,-, hasil
pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Pengolahan Biogas Limbah Ternak adalah realisasi
fisiknya 100 % dan realisasi keuangannya 97,94 % (Rp 587.664.260,-)
5.2.2 Kegiatan Sarana-Prasarana Peternakan APBD Provinsi Bali
5.2.2.1 Pembinaan Penyediaan Pengembangan Sarana dan Prasarana
Peternakan
Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan memiliki peran
strategis dalam perekonomian nasional, selaras dengan tujuan pembangunan pertanian.
Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Maka dari
itu, pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian
harus tetap ditingkatkan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan.
Sebagai bagian dari program pembangunan Peternakan di Provinsi Bali,
bidang produksi mempunyai peranan penting sebagai pendorong untuk majunya
pembangunan peternakan dalam peningkatan populasi, produksi dan produktifitas
ternak melalui penerapan teknologi dan pembinaan dalam penyediaan sarana dan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 97
prasarana peternakan yang memadai, diharapkan dengan tersedianya sarana dan
prasarana tersebut akan dapat menurunkan biaya produksi, meningkatkan angka
kelahiran ternak dan menekan angka kematian ternak akibat penyakit.Hal ini
merupakan penjabaran dari upaya pengembangan dan pemanfaatan sarana dan
prasarana serta teknologi peternakan
Selain itu kegiatan Pembinaan penyediaan pengembangan sarana dan
prasarana peternakan tahun 2015 melalui anggaran APBD tahun 2015 diharapkan akan
dapat meningkatkan potensi sumber daya peternakan yang ada dengan peningkatan
sumber daya tersebut pada akhirnya bermuara pada peningkatan populasi, produksi dan
produktivitas ternak, ketersediaan pangan asal hewan yang berkualitas, tersedianya
lapangan pekerjaan bagi masyarkat, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi
kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan Penyediaan dan pengembangan
Prasarana dan Sarana Pertanian adalah : (1) Memberikan peluang pekerjaan dan
tambahan pendapatan bagi masyarakat utamanya kelompok- kelompok ternak yang
tersebar di Bali; (2) Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi sumberdaya alam
yang ada sehingga terjadi peningkatan populasi ,produksi dan produktivitas ternak dan
(3) Meningkatkan motivasi para peternak dalam kegiatan beternak. Adapun hasil
yang diharapkan dari kegiatan Pembinaan Penyediaan sarana dan prasarana
peternakan adalah: (1) Terwujudnya masyarakat peternak yang maju, mandiri dan
tangguh; (2) Tersedianya sarana dan prasarana peternakan berupa APPO dan Chopper
mendukung kegiatan peternakan dalam meningkatkan populasi, produksi dan
produktivitas ternak di Provinsi Bali dan (3) Tertatanya teknologi peternakan dalam
pengembangan usaha peternakan yang sesuai dengan agroekosistem dan spesifikasi
lokasi.
Ruang lingkup dari kegiatan Pembinaan Penyediaan Pengembangan sarana
dan prasarana peternakan Tahun 2015 adalah : .(1). Pengadaan APPO ( alat
pengolah pupuk organik) sebanyak 7 Unit yang diberikan pada gapoktan/kelompok
berprestasi yang mengajukan kegiatan dalam rangka mengolah kotoran sapi menjadi
pupuk organik yang dapat meningkatkan penambahan pendapatan peternak, dengan
spesifikasi APPO yang telah ditentukan; (2). Pengadaan Chopper sebanyak 16 unit
yang diberikan pada gapoktan/kelompok berprestasi yang mengajukan kegiatan untuk
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 98
mempermudah dan mempercepat pemotongan rumput ( sebagai pencacah) dengan
spesifikasi yang telah ditentukan; (3). Melakukan survey harga terhadap alsin ( APPO)
dan Chopper; (4). Menyusun harga perkiraan sendiri ( HPS) yang didasari hasil survey
harga; (5). Membuat rancangan kontrak pengadaan; (6). Spesifikasi teknis alsin yang
akan diadakan dan rancangan kontrak untuk diajukan ke Unit Layanan Pengadaan (
ULP) dan selanjutnya di proses di ULP mulai dari pengumuman lelang sampai dengan
penetapan pemenang lelang dan (7). Alsin diserahkan ke kelompok penerima kegiatan
sesuai dengan Keputusan Gubernur Bali setelah diperiksa oleh Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan.
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Penyediaan Pengembangan Sarana dan
Prasarana Peternakan tahun 2015 dapat dilaksanakan dengan baik , tepat waktu dan
sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan ( Juklak), yang telah disusun dan ketentuan yang
berlaku. Dari total anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan Induk yang telah direvisi,
mengalami perubahan penurunan anggaran dengan hasil revisi : Rp. 514.877.390,- (
Lima ratus empat belas juta delapan ratus tujuh puluh tujuh ribu tiga ratus sembilan
puluh rupiah). Realisasi fisik telah mencapai prosentase 100 % dan realisasi
keuangan senilai Rp.507.550.440 ,- (98.58 % .)
5.3 Kegiatan Perbibitan Ternak
Kegiatan perbibitan ternak tahun 2015 pendanaannya bersumber dari APBN dan
APBD Provinsi Bali dengan total dana sebesar Rp 9.763.938.000,- (Sembilan Milyar
Tujuh Ratus Enam Puluh Tiga Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh Delapan Ribu Rupiah),
terdiri atas APBN Rp 9.306.488.000,- (Sembilan Milyar Tiga Ratus
Enam Juta Empat Ratus Delapan Puluh Delapan Ribu Rupiah) dan APBD Provinsi Bali
Rp 457.450.000,- (Empat Ratus Lima Puluh Tujuh Juta Empat Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Kegiatan yang dilaksnakan pada hakekatnya terkait dengan upaya untuk
menghasilkan bibit ternak yang memenuhi standar mutu mulai dari proses produksi bibit
ternak hingga peredarannya. Oleh karenanya perlu dupayakan budidaya
pengembangan peternakan yang berorientasi pada good farming practices dan
perbibitan ternak yang mengacu pada good breeding practices. Dengan upaya-upaya
yang dilaksanakan diharapkan produktivitas dan populasi ternak semakin meningkat dan
pada akhirnya bermuara pada peningkatan pendapatan peternak.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 99
5.3.1 Kegiatan Perbibitan Ternak APBN
5.3.1.1 Penguatan Sapi / Kerbau Betina Bunting
Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan
Rakyat merupakan salah satu Program Utama Kementerian Pertanian dan menjadi
Program Nasional periode 2015 – 2019. Salah satu langkah operasional dari program
tersebut adalah Penguatan Sapi / Kerbau Betina Bunting Tahun 2015, yang sangat
penting untuk melaksanakan amanat Permentan No. 35 Tahun 2011 tentang
Pengendalian Betina Produktif.
Penguatan Sapi / Kerbau Betina Bunting Tahun 2015 merupakan salah satu
kegiatan dalam mendukung pencapaian Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan
Agribisnis Peternakan Rakyat Tahun 2015. Kegiatan ini dimulai pada tahun 2010 dalam
bentuk kegiatan penyelamatan sapi betina produktif melalui dana Bantuan Sosial
(Bansos). Tahun Anggaran 2011 dilanjutkan dengan kegiatan Insentif dan
Penyelamatan Sapi/Kerbau Betina Produktif (IPBP), dan pada tahun 2012 dialokasikan
kembali kegiatan Pengendalian Sapi/Kerbau Betina Produktif (PBP). Kegiatan PBP ini
merupakan salah satu upaya dalam melaksanakan amanat Permentan Nomor
35/permentan/OT.140/7/2011 tentang Pengendalian Ternak Ruminansia Betina
Produktif.
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan IPBP tahun 2012 dan hasil monitoring
PBP tahun 2013 s.d 2014 menunjukan bahwa kegiatan penguatan memberikan dampak
yang positif bagi peternak sehingga memotivasi peternak untuk membuntingkan
ternaknya kembali sehingga dapat memperpendek jarak antar kelahiran (calving interval)
yang akhirnya dapat meningkatkan populasi ternaknya.
Pada tahun 2015, kegiatan PBP ini ditekankan pada kegiatan Penguatan
Sapi/Kerbau Betina Bunting diutamakan pada ternak sapi/kerbau asli/lokal dan
dikawinkan dengan rumpun sejenis. Pemberian bantuan sosial kegiatan
penguatan/insentif ini dilakukan oleh kelompok peternak terseleksi dengan mekanisme
bantuan sosial dan memenuhi kriteria lokasi, kriteria kelompok, tata cara seleksi
kelompok dan seleksi.
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Penguatan Sapi / Kerbau Betina
Bunting adalah : (1) Memotifasi para peternak untuk membuntingkan ternaknya; (2)
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 100
Memperpendek jarak kelahiran dan menunda penjualan sapi betina produktif dan (3)
Menumbuhkan kelompok sebagai calon kelompok pembibitan sapi. Sementara sasaran
yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1) Meningkatkan populasi
ternak sapi dengan adanya kelahiran sebanyak 1000 ekor dan (2) Tertundanya/ tidak
adanya penjualan ternak sapi sebanyak 1000 ekor. Dari anggaran yang disediakan,
capaian Realisasi Kegiatan Penguatan Sapi Betina Bunting Tahun 2015 adalah :
Realisasi fisik 100 % dengan relasasi keuangan 100 % ( Rp. 600.000.000,-).
5.3.1.2 Pengembangan Budidaya Sapi Potong (APBN-P Kelompok Pemenang Lomba dan Kelompok Mandiri) Tahun 2015
Untuk mendukung terlaksananya Program Pemenuhan Pangan Asal
Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, perlu terus ditingkatkan kemampuan
penyediaan sapi bakalan dari dalam negeri, agar dapat mendukung penyediaan daging
sapi/kerbau dari dalam negeri, mengimbangi trend peningkatan konsumsi daging.
Dengan demikian perlu optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia agar dapat
mendorong berkembangnya usaha peternakan sapi potong rakyat, sehingga terjadi
peningkatan populasi, produksi dan produktivitas sapi potong.
Dalam rangka mendukung dan tumbuh berkembangnya usaha peternakan
sapi potong rakyat tersebut. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali mengalokasikan Kegiatan
Pengembangan Kawasan Sapi Potong dan Pengembangan Budidaya Sapi Potong dari
Tahun 2013 - 2015. Usaha budidaya sapi potong yang dilaksanakan melalui pendekatan
kelompok tersebut, diharapkan dapat meningkatkan populasi, produksi dan produkfivitas
sapi potong. Disamping itu fasilitasi tersebut juga diharapkan dapat mendukung
terlaksananya proses pemberdayaan peternak, yang dapat mempercepat peningkatan,
pendapatan dan kesejahteraan, serta terjadi proses monetisasi dan penyerapan tenaga
kerja di pedesaan.
Tujuan dan sasaran Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong dapat
tercapai secara efektif dan efisien serta pelaksanaannya sesuai peraturan dan ketentuan
yang berlaku, maka perlu ditingkatkan koordinasi antara Provinsi, Kabupaten,
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 101
Kecamatan dan Kelompok Penerima Kegiatan. Disamping itu perlu juga dilakukan
optimalisasi peran pendampingan termasuk peningkatan kompentensi dan dedikasi para
petugas lapangan, sehingga kegiatan tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang
maksimal bagi masyarakat.. Dalam rangka mendukung pengembangan Budidaya Sapi
Potong di Provinsi Bali, strategi yang dilakukan antara lain melalui pengembangan
usaha yang berorientasi agribisnis yang diprioritaskan pada industri pembibitan,
pembesaran dan penggemukan, sebagai upaya mendukung Program Pemenuhan
Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat.
Untuk mendukung tumbuh kembangnya usaha Budidaya
ternak sapi potong, sejalan dengan upaya memberdayakan masyarakat, pada tahun
2015 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali mendapat fasilitas dana
APBN-P melalui MAK Belanja Barang fisik lainnya yang diserahkan kepada masyarakat
sebanyak 6 kelompok yang tersebar di Kabupaten Buleleng (2 Kelompok Pemenang
Lomba dan 4 Kelompok Mandiri).
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong
(APBN-P Kelompok Pemenang Lomba dan Kelompok Mandiri) adalah : (1) Tercapainya
Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat dan (2)
Tumbuhnya kelompok Kawasan sapi potong di Provinsi Bali. Sementara sasarannya
adalah terlaksananya Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan dan ketentuan yang berlaku dalam pencapaian Program
Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat.
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten
Buleleng (APBN-P Kelompok Pemenang Lomba dan Kelompok Mandiri) Tahun 2015
dialokasikan di 6 kelompok di Kabupaten Buleleng dengan jumlah pagu anggaran
sebesar Rp. 3.403.280.000 (Tiga Milyar Empat Ratus Tiga Juta Dua Ratus Delapan
Puluh Ribu Rupiah). Dari total anggaran Rp. 3.403.280.000 (Tiga Milyar Empat
Ratus Tiga Juta Dua Ratus Delapan Puluh Ribu Rupiah) sampai dengan 31 Desember
2015 anggaran Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong (APBN-P Kelompok
Pemenang Lomba) Di Kabupaten Buleleng dengan Jumlah Anggaran Sebesar Rp.
1.178.780.000,- dan anggaran Kegiatatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong
(APBN-P Kelompok Mandiri) di Kabupaten Buleleng dengan Jumlah Anggaran sebesar
Rp. 2.224.500.000,-. Capaian dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 102
Sapi Potong Kab. Buleleng (APBN-P Kelompok Pemenang Lomba) di Kabupaten
Buleleng adalah : Realisasi fisik ( 85,55 %); Realisasi keuangan : 67,01 % (Rp.
789.942.948,-) dan Sisa dana : Rp. 388.837.052,-. Sementara capaian pelaksanaan
kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong Kab. Buleleng (APBN-P Kelompok
Mandiri) di Kabupaten Buleleng adalah : Realisasi fisik (86,51 %); Realisasi keuangan :
67,41% (Rp. 1.499.569.896,-) dan Sisa dana Rp. 7264.930.104,-
5.3.1.3 Pengawasan Mutu Benih / Bibit Ternak dan Operasional SKLB
Benih/bibit merupakan salah satu sarana produksi yang memiliki
peran penting dan strategis dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas
ternak sehingga perlu diusahakan agar bibit yang diproduksi dan diedarkan tetap
terjamin mutunya sesuai standar atau persyaratan teknis minimal (PTM).
Sesuai amanah Undang-Undang No 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan Bab IV pasal 13 ayat (4) Setiap benih atau bibit yang beredar wajib
memiliki sertifikat layak benih atau bibit yang memenuhi keterangan mengenai silsilah
dan cirri-ciri keunggulan tertentu dan ayat (5), Setifikat layak benih atau bibit
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Benih atau
Bibit yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Menteri.
Kondisi saat ini di masyarakat, menunjukkan belum semua pelaku usaha
dapat memenuhi persyaratan untuk mensertifikasikan produknya ke LSPro. Hal ini
disebabkan belum semua pelaku usaha melaksanakan proses produksi mengacu pada
Good Breeding Practices (GBP) dengan sistem manajemen mutu sesuai ISO
9001:2008. Sedangkan di pihak lain, kebutuhan masyarakat akan bibit yang sesuai
standar semakin meningkat. Langkah-langkah yang diperlukan adalah dengan
mengupayakan penerbitan Surat Keterangan Layak Bibit Ternak (SKLB). Surat
keterangan tersebut diterbitkan setelah menilai kesesuaian produk bibit ternak terhadap
standar (SNI/PTM/Standar Daerah) yang telah ada. Diharapkan surat keterangan
tersebut dapat menjadi awal bagi proses sertifikasi, setelah melalui pembinaan terhadap
pelaku usaha ke arah pembibitan secara terus menerus.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas dan dalam upaya meningkatkan
koordinasi, daya guna dan hasil guna pengawasan mutu benih/bibit tersebut maka
dipandang perlu melakukan pengawasan benih/bibit ternak di daerah dan operasional
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 103
penerbitan SKLB. Adapun tujuannya agar bibit yang diproduksi dan diedarkan
terjamin mutunya sesuai standar/persyaratan teknis minimal yang telah ditetapkan,
sehingga dapat memberikan perlindungan kepada konsumen dari benih/bibit yang tidak
memenuhi standar atau PTM.
Lokasi Pengawasan dan operasional SKLB adalah di tingkat produsen baik
pemerintah; swasta/koperasi dan masyarakat. Sementara obyek Pengawasan dan
operasional SKLB adalah : (1) Mutu benih/bibit sesuai standar atau persyaratan teknis
minimal; (2) Pelaksanaan prinsip-prinsip perbibitan sesuai pedoman pembibitan ternak
yang Baik dan (3) Penerbitan SKLB.
Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan Mutu Benih / Bibit Ternak dan
Operasional SKLB tahun 2015 dilaksanakan di 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Badung
dan Kabupaten Buleleng dengan jumlah pagu anggaran sebesar Rp. 43.400.000 (Empat
Puluh Tiga Juta Empat Ratus Ribu Rupiah). Dari total anggaran Rp. 43.400.000 (Empat
Puluh Tiga Juta Empat Ratus Ribu Rupiah) sampai dengan 31 Desember 2015 realisasi
fisik mencapai 54,26 % dengan realisasi keuangan Rp. 11.850.000
(27,30%). Target fisik tidak tercapai karena ada kegiatan yang tidak dilaksanakan antara
lain : (1) Diklat peningkatan dan fungsional Bibit Ternak 1 OP; (2) Pertemuan nasional
fungsional bibit ternak 1 Op; (3) Perjalanan Dinas Biasa dan (4) Penerbitan SKLB
(5,265). Realisasi keuangan tidak tercapai karena : (1) Perjalanan luar daerah tidak
dilaksanakan sebesar 2 OP Rp. 10.400.000,-; (2) Cetak formulir SKLB Rp. 2.500.000,-;
(3) Penerbitan SKLB tidak dikerjakan karena yang bisa diukur hanya 34 ekor yang
masuk kriteria bibit (SKLB) dan (5) Uang saku peserta tidak digunakan sebesar
Rp.5.000.000,- karena pertemuanya di gabung dengan koordinasi perbibitan.
5.3.1.4 Pengembangan Budidaya Sapi Potong
Populasi sapi potong di Indonesia berdasarkan hasil PSPK yang
dilaksanakan BPS tahun 2014 terus bertambah dan tersebar di beberapa pulau antara
lain Pulau Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara. Sebagian besar dari jumlah populasi sapi
potong tersebut berasal dari ternak sapi yang secara tradisional dengan kepemilikan 1-3
ekor, sehingga produksi dan produktivitasnya masih rendah. Oleh karena itu, perlu
adanya upaya bagaimana produksi dan produktivitas tersebut dapat terus ditingkatkan.
Seyogyanya, kita harus mampu memanfaatkan keberadaan sumberdaya ternak potong
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 104
lokal yang ada seperti sapi Bali, sebagai tulang punggung penyediaan daging,
disamping harus dapat melakukan upaya pelestariannya. Potensi yang ada tersebut
perlu terus digali keunggulan jenisnya, sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan dan diharapkan semakin mampu menunjukkan keunggulannya. Dalam
rangka mendukung pengembangan Kawasan sapi potong di Provinsi Bali, strategi yang
dilakukan antara lain melalui pengembangan usaha yang berorientasi agribisnis yang
diprioritaskan pada industri pembibitan, pembesaran dan penggemukan, sebagai upaya
mendukung Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan
Rakyat.
Untuk mendukung tumbuh kembangnya usaha Kawasan ternak sapi potong,
sejalan dengan upaya memberdayakan masyarakat, pada tahun 2015 Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali mendapat fasilitas dana APBN melalui MAK Belanja
Barang fisik lainnya yang diserahkan kepada masyarakat sebanyak 2 kelompok yang
tersebar 2 kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng dan Gianyar. Adapun tujuan
pelaksanaan kiegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong adalah : (1) Tercapainya
Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat dan (2)
Tumbuhnya kelompok Kawasan sapi potong di Provinsi Bali. Sementara Sasaran yang
ingin dicapai dalam Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong di Provinsi Bali
yaitu terlaksananya Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan dan ketentuan yang berlaku dalam pencapaian Program
Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat.
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong tahun 2015
dialokasikan di 2 kelompok di 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng dan Kabupaten
Gianyar dengan jumlah pagu anggaran sebesar Rp.625.000.000 (enam ratus dua puluh
lima juta rupiah). Dari total anggaran Rp.625.000.000 (enam ratus dua puluh lima juta
rupiah) sampai dengan 31 Desember 2015 realisasi fisik mencapai 100 % dengan
realisasi keuangan Rp. 600.150.000,- (96,02 %).
5.3.1.5 Pengembangan Budidaya Babi
Usaha peternakan babi adalah salah satu usaha peternakan yang
mendapat perhatian khusus di Kalangan masyarakat Bali, Pemerintah untuk usaha
peternakan ini sebagai salah satu usaha yang mendukung Program swasembada
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 105
pangan yang berkelanjutan, yang merupakan salah satu program untuk memperkecil
import daging yang selama ini diiakukan secara rutin. Untuk mendukung kegiatan
tersebut salah satu kegiatan yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dialokasikan ke Provinsi Bali adalah
pengembangan Budidaya APBN-P dengan sub kegiatan adalah : Pengembangan
Budidaya Babi yang implementasinya ada di 4 (empat) Kabupaten yaitu Tabanan,
Badung, Gianyar, dan Bangli.
Kegiatan Budidaya Babi di pemukiman penduduk yang semakin intensif akan
menimbulkan permasalahan yang komplek terhadap lingkungan hidup. Permasalahan
yang paling sering dijumpai adaalah kotoran dan urine yang menyebabkan bau yang
kursang sedap dilingkungan sekitar.
Kesulitan pembuangan limbah ternak menimbulkan masalah bagi masyarakat
maupun ternaknya seperti penyakit ternak yang ditimbulkanya yang berakibat
menimbulkan kerugian pada peternak-peternak. Permasalahan lingkungan tersebut
sebagian besar disebabkan oleh limbah organic yang tisdak terurai dengan baik,
sehingga menimbulkan masalah-masalah lingkungan seperti bau, gas beracun, hama
penyakit dan masalah lingkungan lainya.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dalam rangka pengembangan
budidaya ternak babi diuapayakan dilakukan secara ramah lingkungan sekaligus untuk
memenuhi permintaan pasar, baik di dalam negeri maupun untuk tujuan pasar ekspor
dipandang perlu dilakukan pengembangan kawasan peternakan babi yang ramah
lingkungan.
Adapun tujuan dari kegiatan Budidaya Babi APBN-P Tahun 2015 di Provinsi
Bali sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui keberadaan potensi babi yang tersebar
dikawasan -kawasan pngembangan babi dalam rangka penataan kawasan peternakan,
dan mendukung terwujudnya rencana swasembada daging berkelanjutan; (2)
Meningkatkan kegiatan usaha bersama dalam kehidupan di masyarakat; (3)
Memberikan peluang pekerjaan dan tambahan pendapatan bagi masyarakat; (4)
Memperkuat modal usaha peternakan babi yang berwawasan agribisnis; (5)
Meningkatkan kerjasama dan kemandirian kelompok dan (6) Meningkatkan populasi dan
produksi usaha peternakan babi. Sementara sasaran pelaksanaan kegiatan ini adalah
Kelompok- kelompok peternak babi yang ada di dalam suatu kawasan. Hasil, keluaran,
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 106
manfaat dan dampak kegiatan ini adalah : (1) Hasil: Meningkatnya populasi, produksi
dan produktifitas ternak babi di Provinsi Bali; (2) Keluaran : Terealisasinya
pengembangan potensi ternak babi di Provinsi dalam rangka mendukung terwujudnya
Program Swasembada Daging 2015; (3) Dampak: Terbentuknya kawasan peternakan
babi yang berwawasan agribisnis dan (4) Manfaat: Meningkatkan pendapatan petani.
Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Babi APBN-P Tahun 2015 yang ada di
Kabupaten Badung, Bangli, Tabanan dan Gianyar, dengan dana TP. Satker Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali sebesar : Rp. 3,530,500,000 (Tiga
miliar lima ratus tiga puluh juta lima ratus ribu rupiah), telah berjalan sesuai dengan
sasaran dan rencana. Dari paket yang telah diolokasikan untuk pengembangan
Budidaya babi tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan seperti bantuan kandang ,
pengadaan pakan babi, bahan dan alat biosukurity, dan peralatan kandang. Hal ini
disebabkan karena ada rasa kekwatiran pengadaan ternak babi yang telah dilakukan
proses lelang di ULP provinsi mengalami tiga kali tender, namun akhirnya bisa di ada
pemenang tender sehingga pengadaan babi bisa diadakan dalam waktu yang sangat
singkat. Sedangkan kegiatan lainnya tidak dapat dilaksanakan mengingat waktu yang
tersedia sangat singkat dan bila dipaksakan akan bertentangan dengan hukum.
Dari total anggaran Rp. 3,530,500,000 (Tiga miliar lima ratus tiga puluh juta
lima ratus ribu rupiah), sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 realisasi fisik
mencapai 53,50% dan keuangan Rp. 1.197.680.500 (33,92%). dan Sisa Dana : Rp.
2,332,819,500,-. Kegiatan Pengembangan Budidaya Babi APBN-P Tahun 2015 penuh
dengan kendala terutama dalam hal Surat Rekomendasi dari Kepala Dinas Kabupaten
yang memproleh lokasi kegiatan ini dengan terbitnya UU No. 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah dimana Kelompok yang memproleh bantuan Sosial/Hibah harus
berbadan hukum Indonesia, sehingga kegiatan ini cukup lama tidak dialokasikan. Secara
terperinci pelaksanaan dari masing - masing kegiatan serta realisasinya adalah sebagai
berikut :
(1) Pengembangan Budidaya Babi di Kab. Badung
1782.127.300 Pengembangan Budidaya Babi di Kab. Badung dengan jumlah
anggaran sebesar Rp. 950,800,000 dengan Realisasi fisik sebesar 63,05% dan
realisasi keuangan sebesar 40,36 % yaitu Rp. 383.738.500 dengan Sisa
anggaran sebesar Rp. 567.061.500.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 107
(2) Pengembangan Budidaya di Kota Denpasar
1782.127.301 Pengembangan Budidaya Babi di Kota Denpasar
Rp.572,200,000 dengan realisasi fisik 0,14 % dan realisasi keuangan sebesar
0.00% sehingga anggaran yang harus di kembalikan adalah Rp. 572,200,000.
(3) Pengembangan Budidaya Babi di Kab. Gianyar
1782.127.302 Pengembangan Budidaya Babi di Kabupaten Gianyar
Rp.574,000,000 dengan realisasi fisik sebesar 64,48 % dan realisasi keuangan
Rp. 233,582,000 (40.69%) dengan sisa anggaran sebesar Rp.340,418,000.
(4) Pengembangan Budidaya Babi di Kabupaten Bangli
1782.127.303 Pengembangan Budidaya Babi di Kab. Bangli Rp.574,000,000
dengan realisasi fisik sebesar 64,26 % dan realisasi keuangan Rp.233,674,000
(40,71%) sehingga sisa dana yang dikembalikan sebesar Rp.340,326,000
(5) Pengembangan Budidaya Babi di Kabupaten Tabanan
1782.127.304 Pengembangan Budidaya Babi di Kab. Tabanan Rp.859,500,000
dengan realisasi fisik 63.92 % dan realisasi keuangan Rp.346,686,000
(40.34%) sehingga sisa dana yang dikembalikan sebesar Rp. 512,814,000
5.3.1.6 Bimbingan Teknis Ternak Potong
Populasi sapi potong di Indonesia berdasarkan hasii PSPK yang
dilaksanakan BPS tahun 2014 berjumlah lebih dari 14,7 juta ekor yang tersebar di pulau
Jawa, Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara. Sebagian besar dari jumlah populasi sapi
potong tersebut berasal dari ternak sapi yang secara tradisional dengan kepemilikan 1-3
ekor, sehingga produksi dan produktivitasnya masih rendah. Oleh karena itu, perlu
adanya upaya bagaimana produksi dan produktivitas tersebut dapat terus ditingkatkan.
Seyogyanya, kita harus mampu memanfaatkan keberadaan sumberdaya ternak potong
lokal yang ada seperti sapi Bali, sebagai tulang punggung penyediaan daging,
disamping harus dapat melakukan upaya pelestariannya. Potensi yang ada tersebut
perlu terus digali keunggulan jenisnya, sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan dan diharapkan semakin mampu menunjukkan keunggulannya. Dalam
rangka mendukung pengembangan budidaya sapi potong, strategi yang dilakukan
antara lain melalui pengembangan usaha yang berorientasi agribisnis yang
diprioritaskan pada industri pembibitan, pembesaran dan penggemukan, sebagai upaya
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 108
mendukung Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan.
Bimbingan Teknis Ternak Potong merupakan upaya yang dilakukan guna
meningkatkan SDM Kelompok Tani Ternak Penerima bantuan kegiatan Pengembangan
Budidaya Sapi Potong Tahun 2015. Kegiatan Bimbingan Teknis Ternak Potong Tahun
2015 bersumber dari Dana Dekonsentrasi APBN Satker Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali. Diharapkan Bimbingan Teknis Ternak Potong Tahun
2015 dapat bermanfaat bagi Kelompok Tani Ternak dalam membudidayakan ternak
potong.
Maksud Pelaksanaan Bimbingan Teknis ini adalah: (1) Menambah Wawasan
SDM Kelompok Tani Ternak Penerima Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong
Tahun 2015 dan (2) Memberikan Pemantapan Pelaksanaan Kegiatan kepada Kelompok
Tani Ternak Penerima Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong Tahun 2015.
Adapun tujuannya untuk Meningkatkan populasi ternak dan produksi daging melalui
pendekatan Usaha Pembiakan dan Penggemukan; Tunda Potong (di luar Pulau Bali)
dan Penguatan Modal Usaha Kelompok (Kredit
. Kegiatan Bimbingan Teknis dilaksanakan di Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali Jln. WR. Supratman No. 71 Denpasar pada tanggal 20 Agustus
2015. Kegiatan Bintek ini dihadiri oleh Peserta yang terdiri dari 2 Kelompok Penerima
Bantuan Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong Dana APBN Induk Tahun
2015 (Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Gianyar) dan 6 Kelompok Penerima Bantuan
Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong di Kabupaten Buleleng Dana APBN-P
Tahun 2015 (Kelompok Pemenang Lomba dan Kelompok Mandiri). Selain itu Kegiatan
ini dihadiri pula oleh Petugas Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali
sebagai Narasumber Materi Teknologi Pakan Ternak Pengembangan Sapi Potong
Tahun 2015 dalam menerapkan konsep-konsep budidaya ternak. . Pelaksanaan
Kegiatan Bimbingan Teknis Ternak Potong Tahun 2015 telah berjalan dengan baik.
Kegiatan Bintek ini diikuti oleh Kelompok Penerima Bantuan Kegiatan Pengembangan
Budidaya Sapi Potong Tahun 2015 di Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Gianyar.
Diharapkan kedepannya Bimbingan Teknis ini dapat dilanjutkan ke kelompok yang lain
dan bermanfaat bagi Kelompok Tani Ternak Penerima Bantuan Kegiatan. Dari dana
yang disediakan Rp 35.800.000,-, capaian realisasi fisik 100 % dan keuangan adalah
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 109
72,75 % (26.045.000,-)
5.3.1.7 Penguatan Pembibitan Kambing di Kabupaten Terpilih
Peningkatan produktivitas ternak Kambing akan bersifat permanen
apabila diawali dengan pemanfaatan ternak kambing yang mempunyai keunggulan
genetik (kualifikasi bibit) sesuai sifat yang diinginkan dan pemberian lingkungan yang
sesuai. Oleh karena itu diperlukan program pembibitan tanpa menguras SDG kambing
dan domba yang sudah dilestarikan. Untuk tujuan tersebut pembibitan yang
dilaksanakan adalah pembibitan dalam satu rumpun atau dikenal sebagai pembibitan
ternak murni.
Kambing merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi terhadap
bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap
berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan Kambing mempunyai prospek yang baik
karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, juga memiliki
peluang sebagai komoditas ekspor. Untuk mendukung pengembangan Kambing
nasional di masa yang akan datang, jumlah dan mutu bibit merupakan faktor produksi
yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan program pembangunan
peternakan.
Pembibitan Kambing saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang
berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya,
lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis.
Kebijakan pengembangan usaha pembibitan Kambing diarahkan pada suatu wilayah,
baik wilayah khusus maupun terintegrasi dengan komoditas lainnya serta terkonsentrasi
di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan dan pengawasannya.
Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta
memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 48/2011 tentang Sumber Daya Genetik dan Perbibitan
Ternak). Persyaratan bibit yang diedarkan wajib memiliki sertifikat layak bibit yang
memuat keterangan mengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulannya, yang dikeluarkan oleh
lembaga sertifikasi produk (benih dan/atau bibit ternak). Karena sudah ada pengertian
“bibit” dan persyaratan peredarannya yang baku dan mempunyai kekuatan hukum, untuk
selanjutnya seluruh masyarakat agar menyamakan persepsi tentang istilah bibit. Hal ini
dikarenakan masih banyak khalayak yang menyatakan bahwa bibit adalah ternak yang
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 110
dapat digunakan untuk perkembangbiakan (induk dan jantan dewasa) tanpa melihat
keunggulan genetiknya. Upaya untuk mendapatkan ternak dengan kualifikasi bibit dapat
dilakukan melalui pemuliaan. Pengertian pemuliaan adalah rangkaian kegiatan untuk
mengubah komposisi genetik pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau galur
guna mencapai tujuan tertentu. Cara untuk mengubah komposisi genetik dapat
dilakukan dengan melakukan seleksi dan pengaturan perkawinan. Pengaturan
perkawinan dapat dilakukan dalam rumpun murni (within breed) atau antar
rumpun/persilangan (between breed). Untuk mempertahankan kemurnian dan
menghindari penurunan mutu genetik kambing asli/ lokal, pelaku pembibitan harus
menerapkan prinsip-prinsip pembibitan sesuai dengan Pedoman Pembibitan Kambing
yang Baik (Good Breeding Practice/GBP). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menerapkan prinsip-prinsip pembibitan antara lain : sarana, manajemen pemeliharaan,
produksi bibit (perkawinan, recording, seleksi, replacement dan sertifikasi). Dalam
rangka mendukung Penguatan Pembibitan Kambing di Kabupaten Terpilih, strategi yang
dilakukan antara lain melalui pembibitan dan pelestarian ternak kambing sebagai upaya
mendukung Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan
Rakyat.
Untuk mendukung tumbuh kembangnya Pelestarian Kambing Gembrong di
Provinsi Bali, sejalan dengan upaya memberdayakan masyarakat, pada tahun 2015
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali mendapat fasilitas dana APBN
melalui MAK Belanja Barang fisik lainnya yang diserahkan kepada masyarakat sebanyak
1 kelompok yang tersebar di Kabupaten Karangasem. Adapun tujuan pelaksanaan
kegiatan ini adalah : (1) Tercapainya program pemenuhan Pangan Asal Ternak dan
Agribisnis Peternakan Rakyat; (2) Tumbuhnya kelompok Pembibitan Kambing di
Provinsi Bali; (3) Memfasilitasi sarana pelestarian kambing gembrong; (4)
Meningkatkan pengetahuan/keterampilan (kompetensi) SDM.; (5) Membentuk dan
menguatkan kelompok peternak sebagai kelompok pelestarian kambing gembrong dan
(6) Menumbuhkan dan menstimulasi peternak secara individu maupun kelompok
peternak dalam menerapkan pemurnian dan pelestarian serta menerapkan prinsip-
prinsip pembibitan.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing di
Kabupaten Terpilih adalah : (1) Termanfaatkannya sarana pelestarian dan pembibitan.;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 111
(2) Pengetahuan / keterampilan petugas dan peternak dibidang pelestarian meningkat;
(3) Terbentuknya calon dan kelompok pelestarian kambing gembrong; (4) Diterapkannya
pemurnian dan pelestarian sertan menerapkan prinsip-prinsip pembibitan oleh peternak
baik secara individu maupun kelompok; (5) Tersedianya kambing gembrong secara
berkelanjutan dan (6) Terbentuknya wilayah sumber kambing gembrong di Provinsi Bali.
Sasaran yang ingin dicapai dalam Kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing di
Kabupaten Terpilih yaitu terlaksananya Kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing di
Kabupaten Terpilih. Sementara sasaran jangka pendeknya adalah : (1) -Tersedianya
sarana pelestarian dan pembibitan dan (2) Terlaksananya penerapan prinsip-prinsip
pembibitan di kelompok peternak rumpun Kambing Gembrong di Kabupaten
Karangasem. Sasaran jangka Menengahnya adalah Terbentuknya kelompok ternak
rumpun Kambing Gembrong di Kabupaten Karangasem dan Sasaran jangka panjangnya
adalah : (1) Terbentuknya wilayah sumber rumpun Kambing Gembrong di Kabupaten
Karangasem dan (2) Terlaksananya pengelolaan wilayah sumber kambing gembrong
secara berkelanjutan.
Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing di Kabupaten Terpilih
Tahun 2015 dialokasikan di 1 kelompok di Kabupaten Karangasem dengan jumlah pagu
anggaran sebesar Rp. 780.000.000 (Tujuh Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah). Dari
total anggaran Rp. 780.000.000 (Tujuh Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah) sampai
dengan 31 Desember 2015 realisasi fisik mencapai 100 % dengan realisasi keuangan
Rp. 247.536.481,- (31,74%).
5.3.1.8 Pengembangan Budidaya Kambing Perah di Kabupaten Buleleng
Pengembangan Budidaya Kambing Perah di Kabupaten Buleleng
merupakan salah satu kegiatan yang mendukung Program Pemenuhan Pangan Asal
Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, merupakan salah satu program untuk
memperkecil import daging yang selama ini dilakukan secara rutin. Implementasi dari
kegiatan tersebut salah satunya adalah pengembangan budidaya ternak kambing perah
dengan anggaran dari Direktorat Budidaya Ternak yang pelaksanaannya berlokasi di
Kabupaten Buleleng sebanyak 2 kelompok yaitu Kelompok Tani Mekar Sari Desa Pucak
Sari, Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng dan Kelompok Tani Ternak Sari
Ramban Desa Bongancina, Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Kegiatan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 112
Pengembangan ternak kambing difokuskan pada Kambing Peranakan Etawah (PE)
untuk kambing jantan dan betina.
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1) Untuk mengetahui
keberadaan ternak kambing yang tersebar di Bali dalam rangka penataan kawasan
peternakan kambing; (2) Meningkatkan populasi dan produksi ternak kambing dan (3)
Meningkatkan kemampuan peternak / kelompok dalam mengembangkan usaha
peternakan kambing. Sementara sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah : (1)
Kelompok peternak kambing di kawasan peternakan dan (2) Ternak kambing yang ada
baik Peranakan Etawah maupun yang lainnya
Hasil yang ingin dicapai adalah : (1) Meningkatkan populasi, produksi dan
produktivitas kambing di Provinsi Bali; (2) Tumbuh dan berkembangnya kelompok usaha
peternakan kambing dan (3) Meningkatkan pendapatan peternakan kambng.
Sementara keluarannya adalah Teranalisanya data potensi kambing di Provinsi Bali.
Manfaat pelaksanaan kegiatannya adalah Meningkatnya kwalitas/mutu kambing melalui
pengembangan dan budidaya ternak kambing dengan Dampak kegiatan yang
diharapkan adalah Berkembangnya usaha peternakan kambing melalui kawasan-
kawasan peternakan kambing. Ruang Lingkup Kegiatan Pengembangan Budidaya
Kambing Perah di Kabupaten Buleleng dengan Dana Tugas Pembantuan (TP). Provinsi
sebesar : Rp. 212.500.000 (Dua ratus dua belas juta lima ratus ribu rupiah), yang
teralokasi di 2 Kelompok antara lain Kelompok Tani Ternak Mekar Sari Desa Pucak Sari
Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng dan Kelompok Tani Ternak Sari Ramban
Desa Bongancina Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng.
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing Perah di
Kabupaten Buleleng Dana TP Provinsi sebesar : Rp. 212.500.000 (Dua Ratus Dua Belas
Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) dialokasikan kepada 2 kelompok dapat berjalan sesuai
dengan sasaran dan rencana yang telah ditetapkan. Dari total anggaran yang tertuang
dalam DIPA sebesar Rp. 212.500.000 (Dua Ratus Dua Belas Juta Lima Ratus Ribu
Rupiah) sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 realisasi fisik mencapai 100% dan
keuangan 95.95 % atau Rp. 203.900.000 (dua ratus tiga juta sembilan ratus ribu
rupiah) dan sisa dana Rp. 8.600.000,- (Efisiensi).
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 113
5.3.1.9 Workshop Supply Demand Bibit Ternak
Salah satu Program Unggulan Kementerian Pertanian RI adalah
Program Pemenuhan Pangan asal hewan dan Agribisnis Peternakan Rakyat telah
dirancang sebagai Program Nasioanal Periode 2015-2019. Sasaran utama yang ingin
dicapai adalah meningkatnya produktivitas dan populasi ternak sapi.Salah satu langkah
operasional dari program tersebut adalah melaksanakan kegiatan "Penguatan
Pembibitan Sapi Bali".Khusus untuk Provinsi Bali, kegiatan tersebut difokuskan pada
ternak rumpun Sapi Bali. Kegiatan ini sangat penting dan strategis dilaksanakan
mengingat saat ini permintaan akan bibit Sapi Bali dari luar Pulau Bali sangat tinggi dan
ketersediaan daging secara nasional masih tergantungan terhadap impor. Daging sapi
merupakan salahsatubahan pangan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat.Permintaan daging sapi setiap tahun cenderung mengalami
peningkatan.Meningkatnya kebutuhan daging sapi terkait semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap asupan gizi yang seimbang, pertambahan penduduk
dan meningkatnya daya beli masyarakat.Menurut proyeksi Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatam Hewan, kebutuhan daging sapi tahun 2015 mencapai 600
ribu ton, sementara pasokan daging sapi lokal baru mencapai sekitar 316 ribu ton.Ini
berarti bahwa, terdapat kesenjangan sekitar 46 % dari kebutuhan nasional yang dipasok
dari daging sapi impor maupun ex sapi bakalan impor.
Belum seimbanganya antara Supply-demand daging sapi nasional akan
memberi peluang akan masuknya produk-produk impor. Dalam rangka meningkatkan
ketersediaan daging sapi nasional, berbagai terobosan telah diupayakan untuk
memberdayakan rumpun-rumpun sapi lokal (termasuk Sapi Bali) agar mutunya semakin
meningkat dan memilki daya saing. Muara akhir dari pemberdayaan sapi lokal tersebut
adalah meningkatnya populasi, produksi, dan produktivitas.Sapi Bali merupakan plasma
nutfah sapi asli Indonesia secara komparatif mempunyai keunggulan dibandingkan
bangsa sapi lainya. Keunggulan tersebut diantaranya adaptif dan responsive terhadap
lingkungan termasuk dalam pemanfaatan pakan yang kurang berkualitas, subur serta
mempunyai presentase karkas relatif tinggi dengan kadar lemak yang rendah. Walaupun
demikian, Sapi Bali juga memiliki kelemahan diantaranya berat badanya relatif kecil dan
rentan terhadap penyakit tertentu seperti jembrana diseases (JD).Kelemahan ini ini
merupakan tantangan untuk diatasi sehingga Sapi Bali dapat bersaing di pasaran.Upaya
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 114
yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan tersebut diantaranya adalah
menlaksanakan program pemuliabiakan secara terarah, berkesinambungan dan
terintergrited serta menggunakan biosecurity secara ketat.Daya pikat Sapi Bali sangat
toleran dan produktif, memposisikan plasma asli Indonesia ini sebagai ternak primadona
nasional. Tingginya minat berbagai pihak untuk memelihara Sapi Bali merupakan
peluang pasar yang sangat besar namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukan
bahwa, minat peternak lebih tertarik memelihara sapi jantan untuk penggemukan
dibandingkan dengan kegiatan pembibitan, padahal kalau dicermati pembibitan ternak
merupakan bagain hulu yang akan memberikan efek domino terhadap kegiatan hilir
mulai dari kegiatan on-farm hingga kegiatan pasca panen.
Sebagai daerah pelestarian dan pemurnian Sapi Bali, rendahnya terhadap
kegiatan pembibitan akan memberikan efek yang kurang kondusif bagi pengembangan
Sapi Bali karena dapat menurunkan daya saing. Rendahnya semangat petani
mengusahakan kegiatan pembibitan disebabkan karena ketidak adanya reward terhadap
produk bibit ternak yang selalu dihargai dibawah produk kegiatan pengemukan sehingga
pembibitan ternak kehilangan daya pikat.
Dalam rangka memperkuat kegiatan pembibitan Sapi Bali dan meningkatkan
minat petani untuk mengusahakan kegiatan pembibitan yang selama ini sangat rendah
dan secara ekonomis bibit ternak belum memberikan dampak positif, maka untuk
mengatasi hal tersebut Pemerintah Provinsi Bali telah mengupayakan beberapa
terobosan antara lain :
1. Melaksanakan Kegiatan Penguatan Pengembangan Pembibitan Sapi Bali di Nusa Penida
2. Memberikan insentif kepada sapi betina bunting minimal 5 bulan.
3. Penyelamatan sapi betina produktif.
4. Pengembangan indukan Sapi Bali.
5. Pembentukan sentra/kawasan/ usaha perbibitan di pedesaan.
6. Pembinaan secara continue dengan pendekatan kelompok untuk mendorong penumbuhan, penguatan kelembagaan dan SDM kelompok.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 115
7. Meningkatkan nilai tawar/ jual produk perbibitan dengan menerbitkan peraturan Gubernur Bali No 46 Tahun 2011 Tentang Tatacara Pengeluaran Bibit Sapi Bali.
Terkait dengan hal tersebut terutama point ke-7, maka dipandang perlu untuk
menerbitkan Surat Keputusan Gubernur Bali tentang Alokasi dan Harga Dasar Bibit Sapi
Bali. Berdasarkan atas paparan diatas, maka diadakanlah Workshop Supply Demand
Bibit Ternak.
Workshop Supply Dimand Bibit Ternak Ternak Potong Tahun 2015,
diselenggarakan selama satu hari tanggal 29 September 2015, dilaksanakan di Hotel
Grand Mirah Boutiqe, Jl. Kaliakah, no. 1, Denpasar. Adapun maksud dan tujuannya
adalah : (1) Mengetahui secara pasti potensi ketersediaan dan kebutuhan sapi bali di
Kabupaten dan Provinsi; (2) Merencanakan upaya-upaya pemecahan dan kebutuhan
sapi bali; (3) Menetapkan alokasi dan harga dasar bibit sapi bali tahun 2015 dan (4)
Menetapkan prosedur pengeluaran bibit sapi bali. Jumlah peserta adalah sebanyak 30
orang yang terdiri dari : Pengurus Asosiasi Peternak Sapi Bali (AKSA Bali) 9
orang; Petugas Provinsi (4 orang); Petugas Kabupaten/Kota (9 orang); Pedagang antar
pulau (6 orang); Badan Penanaman Modal (1 orang) dan Karantina Hewan (1 orang).
Materi Workshop Supply Dimand Bibit Ternak Ternak Potong Tahun 2015 meliputi : (1)
Ketersediaan Bibit Sapi Bali; (2) Analisa Potensi Bibit Sapi Bali; (3) Tatacara
Pengeluaran Bibit Sapi Bali dan (4) Tatacara Pengeluaran dan Prosedur Pengeluaran
Bibit Sapi Bali.
Dana yang disediakan untuk melaksanakan kegiatan Workshop Supply Demand
Bibit Ternak adalah Rp 26.500.000,-. Dari hasil pelaksanaan kegiatan Workshop
Supply Demand Bibit Ternak, capaian realisasi fisiknya adalah 100 %; realisasi
keuangannya 81,26 % atau Rp 21.535.000,-.
5.3.1.10 Workshop Budidaya Sapi Potong APBN-P Tahun 2015
Populasi sapi potong di Provinsi Bali tahun 205 adalah berjumlah
529.523 ekor yang terdiri dari dari anak jantan 59.813 ekor, jantan muda 76.534 ekor,
jatan dewasa 74.635 ekor, anak betina 62.149 ekor, betina muda 74.009 ekor dan betina
dewasa 182.383 ekor yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota dan di kabupaten buleleng
merupakan urutan ke dua setelah karangasem populasi yang paling besar di Pulau bali.
sapi potong tersebut berasal dari ternak sapi yang dipeleihara secara tradisional dengan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 116
kepemilikan 1-3 ekor, sehingga produksi dan produktivitasnya masih rendah. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya bagaimana produksi dan produktivitas tersebut dapat
terus ditingkatkan. Seyogyanya, kita harus mampu memanfaatkan keberadaan
sumberdaya ternak potong lokal yang ada seperti sapi Bali, sebagai tulang punggung
penyediaan daging, disamping harus dapat melakukan upaya pelestariannya. Potensi
yang ada tersebut perlu terus digali keunggulan jenisnya, sehingga dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan dan diharapkan semakin mampu menunjukkan keunggulannya.
Dalam rangka mendukung pengembangan budidaya sapi potong, strategi yang
dilakukan antara lain melalui pengembangan usaha yang berorientasi agribisnis yang
diprioritaskan pada industri pembibitan, pembesaran dan penggemukan, sebagai upaya
mendukung Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan.
Workshop Budidaya sapi Potong APBN-P tahun 2015 merupakan upaya yang dilakukan
guna meningkatkan SDM Kelompok Tani Ternak Penerima bantuan kegiatan
Pengembangan Budidaya Sapi Potong Tahun 2015. Kegiatan Workshop Budidaya Sapi
Potong APBN-P Tahun 2015 bersumber dari Dana Tugas Pembantuan APBN Satker
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali. Diharapkan Workshop Budidaya
Sapi Potong APBN-P Tahun 2015 dapat bermanfaat bagi Kelompok Tani Ternak dalam
membudidayakan ternak potong.
Maksud pelaksanaan kegiatan Workshop Budidaya Sapi Potong APBN-P
Tahun 2015 adalah : (1) Menambah Wawasan SDM Kelompok Tani Ternak Penerima
Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong APBN-P Tahun 2015 dan (2)
Memberikan Pemantapan Pelaksanaan Kegiatan kepada Kelompok Tani Ternak
Penerima Kegiatan Pengembangan Budidaya Sapi Potong APBN-P Tahun 2015.
Sementara tujuannya adalah : (1) Mengetahui secara pasti potensi ketersediaan dan
kebutuhan sapi di bupaten dan Provinsi dan (2) Mendukung Program Pemerintah
dalam rangka pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan
rakyatMendorong Berkembangnya usaha peternakan sapi potong rakyat, populasi,
produksi dan mempercepat dan penyerapan tenaga kerja. Pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 20 Nopember 2015 bertempat di Aula Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng Jl, Mohamad Yani, No. 99, Singaraja.
Adapun peserta worshop sebanyak 50 orang terdiri dari : Pengurus kelompok dan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 117
anggota kelompok penerima kegiatan Budidaya sapi potong APBN-P tahun 2015
(Kelompok Mandiri dan Pemenang lomba sebanyak 40 orang dan petugas teknis
kabupeten buleleng sebanyak 6 orang serta petugas kecamatan grokgak 2 orang dan
petugas kecamatan Kubutambahan 2 orang. Materi yang disampaikan pada kegiatan
workshop antara lain : (1) Kebijakan Pengembnagan Sapi potong pada daerah kawasan
Peternakan di Provinsi Bali; (2) Tata Laksana Pengembangan Budidaya Sapi Potong
dan permasalahannya; (3) Tatacara Pembuatan laporan budidaya sapi potong dan (4)
Pemanfatan bahan baku pakan lokal dan Teknologi Pakan Ternak.
Dana yang disediakan untuk melaksanakan kegiatan Workshop Budidaya
Sapi Potong APBN-P Tahun 2015 adalah Rp 49.508.000,-. Dari hasil pelaksanaan
kegiatan Workshop Budidaya Sapi Potong APBN-P Tahun 2015, capaian realisasi
fisiknya adalah 100 %; realisasi keuangannya 49,88 % atau Rp 24.695.000,-.
5.3.2 Kegiatan Perbibitan Ternak APBD Provinsi Bali
5.3.2.1 Pengawasan dan Perbibitan Ternak
Beternak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat Bali. Orientasi beternak masyarakat Bali bukan saja terkait dengan ekonomi
semata, tetapi juga berhubungan dengan aktivitas sosial. Komoditi jenis ternak yang
diusahakan masyarakat Bali adalah Sapi, Babi, Kambing dan Unggas. Pada Tahun 2014
Populasi Ternak Sapi di Provinsi Bali sebanyak 553.582 ekor, Ternak Babi 922.739 ekor,
Ternak Kambing 68.457 ekor dan Ternak Itik 630.895 ekor (Informasi Data Dinas
Peternakan dan Kesehatan Provinsi Bali).
Sebagai ternak sapi potong asli Indonesia, Sapi Bali telah tersebar mulai dari
Provinsi NAD hingga Provinsi Papua, yang populasinya mencapai 30 % dari Provinsi
Bali. Yang pada akhir tahun 2011 populasinya sebanyak 637.473 ekor. Pesatnya
perkembangan sapi potong lokal ini menunjukan bahwa, sapi Bali secara komparatif
memiliki keunggulan dan layak dikembang - biakan. Akibatnya, pennintaan terhadap
bibit Sapi Bali betina dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan termasuk
permintaan dari luar Bali. Begitu pula permintaan terhadap ternak bakalan untuk tujuan
potong. Hal ini menjadi penyebab utama penurunan populasi sapi Bali hingga -13,50 %
per tahunnya.
Dalam kaitannya dengan tingginya permintaan Sapi Bali baik dalam bentuk bibit
betina maupun untuk tujuan potong, maka Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen untuk
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 118
melestarikan kemurniannya (Peraturan Gubernur No. 45 tahun 2004). Hal ini
dimaksudkan agar dalam memanfaatkan Sapi Bali, populasinya tetap terjaga dan
produktivitasnya dapat ditingkatkan.
Kondisi yang kondusif ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi
pelestarian dan pengembangan Sapi Bali di Bali termasuk pengembangan usaha
peternakan babi, kambing dan ayam. Oleh karena itu segala daya perlu diupayakan
untuk menggairahkan usaha peternakan Sapi Bali, babi, kambing, dan ayam diantaranya
dengan menyalurkan bantuan ternak kepada kelompok tani yang ada di Kabupaten /
Kota se Bali. Sementara upaya teknis yang dilakukan meliputi perbaikan mutu genetik
melalui pengintroduksian pejantan yang bermutu dengan teknologi IB. Perbaikan
tatalaksana budidaya, pengembangan pakan, peningkatan derajat kesehatan ternak,
serta penyediaan bibit yang memadai dan berkualitas Dari paparan di atas terkait
dengan obsesi untuk mengembangkan usaha pembibitan Sapi, Babi dam Kambing,
maka Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali melalui Bidang Produksi
melaksanakan kegiatan Pengawasan dan Perbibitan Ternak. Kegiatan Pengawasan dan
Perbibitan Ternak ini terlaksana dengan sumber dana berasal dari Dokumen
pelaksanaan Anggaran satuan Kerja perangkat Daerah (DPA-SKPD) Tahun 2015
Nomor : 918/ 70 /DPPA/2015 Tanggal 28 Septemberi 2015. Fokus Kegiatan yang
dilaksanakan meliputi pengadaan Ayam Ras Pullet 2.500 ekor, Pakan Ayam Ras 250
sak dan Kandang Ayam Ras 50 unit untuk Rumah Tangga Miskin (RTM)yang telah
memperoleh bedah rumah pada Desa Gerbang Sadu sebanyak 50 RTM), yaitu di desa
Pejarakan 22 RTM, di desa Musi 8 RTM Kecamatan Grokgak Kabupaten Buleleng dan
di desa Tianyar , Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem sebanyak 20 RTM. Kegiatan
ini diadakan untuk mendukung Program Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Gerbang
Sadu di Kabupaten Buleleng, dan Karangasem dan Pembinaan kepada kelompok-
kelompok pembibitan dipedesaan.
Adapun Tujuan Kegiatan Pengawasan dan Perbibitan Ternak adalah : (1)
Membina peternak dan kelompok pembibitan ternak dalam rangka peningkatan
populasi dan produksi ternak; (2) Peningkatan pendapatan dan lapangan kerja bagi
petani ternak; (3) Sebagai daerah penghasil bibit sapi Bali serta menjaga kemurnian sapi
Bali sebagai plasma nutfah lokal yang mempunyai produksi dan produktivitas yang tinggi
dan (4) Memberdayakan RTM untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
dengan penyebaran bibit Ayam ras Pullet. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 119
kegiatan ini adalah : (1) Terbentuknya Sentra Kawasan sumber bibit; (2) Terjaganya
Pelestarian Sapi Bali sebagai Plasma Nutfah Lokal yang mempunyai Produktivitas
yang tinggi; (3) Berkembangnya kelembangan Pembibitan dan tersediaan Sumber
Energi dan Pupuk Organik serta tersedianya pangan hewani asal ternak; (4) Terjadinya
penurunnya angka kemiskinan dan pengangguran di Provinsi Bali dan (5) Adanya
Peningkatan Pendapatan dan Kesejahtraan Rumah Tangga Miskin..
Peningkatan Produksi Hasil Peternakan yang dijabarkan dalam bentuk
kegiatan Pengawasan dan Perbibitan Teraak yang tertuang dalam Keputusan Gubernur
Bali Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) No : 918/70/DPPA/2015 Tanggal 28
September 2015. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Tahun 2015
dengan Anggaran Belanja Operasional dan Pemeliharaan (BOP) sebesar Rp.
457.450.000.- ( Empat Ratus Lima Puluh Tujuh Juta Empat Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah) sampai dengan 31 Desember 2015 Realisasi Fisik mencapai 97,36 % dengan
realisasi Keuangan Rp.395.028.600,- (86,35 %)
Dari pemaparan diatas, kinerja Bidang Produksi tahun 2015 dalam mengelola
anggaran yang dialokasikan (APBN dan APBD Provinsi Bali) sebesar Rp
16.768.320.390,-,adalah rata-rata realisasi fisik kegiatannya 96,65 % dengan realisasi
keuangan 68,92 % (Rp 11.556.433.075,-). . Secara rinci hasil pelaksanaan kegiatannya
adalah sebagi berikut :
A. APBN
Total Pagu Rp 15.554.748.000,- capaian realisasi fisik 94,18.% dengan realisasi
keuangan 67,18 % atau Rp 10.449.857.085, terdiri atas :
1. Kegiatan Pakan Ternak
Total Pagu Rp 5.248.260.000,-,capaian realisasi fisik 93,15 % dengan realisasi
keuangan 81,38 % atau Rp 4.270.928.000,-
2. Kegiatan Prasarana Sarana Peternakan
Total Pagu Rp 1.000.000.000,- capaia realisasi fisik 100 % dengan realisasi
keuangan 95,60 % atau Rp 956.024.260,-,
3. Kegiatan Perbibitan Ternak
Total Pagu Rp 9.306.488.000, capaian realisasi fisik 89,38 % dengan realisasi
keuangan 56,12 % atau Rp 5.222.904.825,-.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 120
B. APBD Provinsi Bali
Total Pagu Rp 1.213.572.390,- capaian realisasi fisik 99,12.% dengan realisasi
keuangan 91,18 % atau Rp 1.106.575.990,-, terdiri atas :
1. Kegiatan Pakan Ternak
Total Pagu Rp 241.245.000,-,capaian realisasi fisik 100 % dengan realisasi
keuangan 84,56 % atau Rp 203.996.950,-
2. Kegiatan Prasarana Sarana Peternakan
Total Pagu Rp 514.877.390,- capaian realisasi fisik 100 % dengan realisasi
keuangan 98,58 % atau Rp 507.550.440,-,
3. Kegiatan Perbibitan Ternak
Total Pagu Rp 497.450.000, capaian realisasi fisik 97,36 % dengan realisasi
keuangan 86,35 % atau Rp 395.028.600,-.
5.4 Masalah dan Pemecahan Masalah
5.4.1 Masalah
Permasalahan yang dihadapi dan menjadi kendala dalam melaksanakan
kegiatan di Bidang Produksi diantaranya adalah ;
1. Tidak adanya Surat Rekomendasi dari Kepala Dinas yang menangani fungsi
Peternakan Kabupaten yang memproleh alokasi kegiatan akibat terbitnya UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Kelompok yang
memproleh bantuan Sosial/Hibah harus berbadan hukum Indonesia, sehingga
kegiatannya cukup lama tidak dialokasikan.
2. Adanya beberapa kegiatan mengalami proses gagal tender sehingga proses
tender diulang yang mengakibatkan waktu yang tersedia untuk melaksanakan
kegiatan menjadi pendek. Akibatnya ada beberapa kegiatan tidak dapat
direalisasikan karena volumenya cukup besar dan waktu pelaksanaannya tidak
mencukupi.
5.4.2 Pemecahan Masalah Upaya yang perlu dilakukan kedepan sebagai tindak-lanjut perbaikan terhadap
masalah dan kendalan yang dihadapi adalah :
1. Bersama Kabupaten/Kota melaksanakan sosialisasi tentang UU Nomor 23
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 121
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah kepada kelompok-kelompok ternak
dan menyarankan agar Kelompok Tani Ternak segera mengurus badan hukum
kelompoknya.
2. Sebagai langkah antisipasi mengupayakan segera proses pelaksanaan tender
dapat dilaksanakan pada akhir triwulan I atau awal triwulan II, agar tersedia
waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
5.4.3 Saran
Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan yang telah diterima
oleh Kelompok Tani Ternak, diwajibkan agar kelompok tersebut membuat laporan
secara berkelanjutan dan berjenjang sehingga mudah mengetahui perkembangan ternak
yang telah diterima oleh kelompok.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 122
BAB VI
USAHA TANI
I. PENDAHULUAN
Sasaran yang hendak dicapai dalam bidang ekonomi dengan pelaksanaan
pembangunan jangka panjang adalah suatu struktur ekonomi yang seimbang dimana
kemampuan dan kekuatan industri yang maju didukung oleh kemampuan pertanian yang
tangguh. Struktur yang seimbang itu tentunya dapat dicapai melalui tahapan
Pembangunan Ekonomi masih dititik beratkan pada sektor pertanian yang mendukung
industri. Dalam rangka pemenuhan terhadap kebutuhan protein hewani, pemerintah
akan terus mengernbangkan usaha peternakan tradisional kearah komersial melalui
pembinaan teknis dan permodalan sehingga pendapatan petani ternak dapat
ditingkatkan.
Khusus untuk usaha peternakan telah mengalami kemajuan dengan adanya
usaha peternakan yang mengarah ke komersial khususnya pada usaha peternakan
ayam ras dan babi. Ada beberapa Kabupaten di Provinsi Bali yang usaha peternakannya
telah berkembang dengan baik. Dalam mengelola usahanya, petani dituntut
mengembangkan konsep berwawasan agribisnis dalam usaha taninya yang menyangkut
antara lain:
a) Mampu meningkatkan sumber daya (alam, modal dan teknologi)
b) Mampu menangkal gejolak (teknis maupun ekonomis)
c) Stuktur produksi yang mampu memenuhi tuntutan pasar
d) Mampu berperan bagi pembangunan baik secara nasional maupun regional.
Untuk mewujudkan peternakan yang maju dan mandiri, salah satu upaya yang
dilaksanakan Pemerintah melalui pengembangan pola kemitraan usaha peternakan
yang nantinya mampu mengarah ke komersial.
Upaya untuk menciptakan iklim usaha peternakan yang baik harus terus menerus
dilaksanakan sehingga dapat memberikan motivasi bagi usaha-usaha dibidang
peternakan. Usaha tersebut dapat diupayakan dengan memperluas informasi yang
menyangkut potensi peternakan, mempermudah prosedur pelayanan perijinan yang
diperlukan di dalam pengembangan usaha peternakan serta jaringan kemitraan usaha
peternakan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 123
6.1. Pelayanan Usaha
Upaya untuk menciptakan iklim usaha yang baik harus terus menerus
dilaksanakan sehingga dapat memberikan motivasi bagi usaha-usaha dibidang
peternakan itu sendiri. Usaha tersebut dapat diupayakan dengan memperluas
informasi yang menyangkut potensi peternakan dan perikanan, mempermudah
prosedur pelayanan perijinan yang diperlukan di dalam pengembangan usaha
peternakan serta jaringan kemitraan usaha peternakan dan perikanan.
6.1.1.Kelembagaan Usaha
Pembangunan Kelembagaan petani peternak yang tangguh serta peningkatan
Usaha dan Industri Peternakan adalah salah satu strategi yang ditempuh untuk
mewujudkan salah satu misi pembangunan peternakan (Pengembangan SDM yang
Tangguh dan Mandiri). Dalam kaitannnya dengan pembangunan kelembagaan ini
peran dan fungsi kelompok tani ternak harus diberdayakan secara maksimal.
Sampai saat ini di Provinsi Bali terdapat 3.769 (tiga ribu tujuh ratus enam puluh
sembilan) kelompok tani ternak yang tersebar diseluruh Bali dengan
mengusahakan beragam komoditas peternakan. Tidak sedikit dari kelompok-
kelompok tersebut berprestasi baik di Tingkat Provinsi maupun Nasional. Kelompok
Tani Ternak pemenang lomba Tingkat Nasional untuk tahun 2015 yaitu Kelompok
Tani Ternak Sapi Potong Satwa Murti – ST. AMP, Banjar Dinas Antap Delod Sema,
Desa Antap, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan sebagai Juara V Lomba
Kelompok Tani Ternak Sapi Potong dan Kelompok Tani Ternak Ayam Buras Sato
Nadi, Banjar Jehem Kaja, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli
sebagai Juara IV Lomba Kelompok Tani Ternak Ayam Buras. Dalam upaya
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan anggota serta menumbuhkembangkan
perekonornian desa maka pembentukan koperasi adalah menjadi alternatif pilihan
yang menjamin dan menjanjikan. Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan salah satu
wadah kegiatan perekonomian desa yang bergerak dibidang peternakan dalam
rangka untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis Lembaga
Mandiri yang Mengakar (LM3), merupakan upaya peningkatan kemampuan
sumberdaya manusia pengelola usaha agribisnis LM3, optimalisasi potensi
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 124
agribisnis yang tersedia di LM3, penguatan kapasitas kelembagaan LM3 dan
penguatan modal usaha agribisnis LM3. Dengan pemberdayaan tersebut
diharapkan LM3 dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya secara mandiri
dan berkelanjutan serta dapat berperan secara oftimal sebagai agen pembangunan
bagi masyarakat sekitarnya. Proses pemberdayaan LM3 dilakukan dengan
menumbuhkan kesadaran LM3 serta meningkatkan semangat dan kapasitasnya
untuk mengembangkan usaha agribisnis LM3 agar dapat lebih berperan dalam
pembangunan masyarakat, baik dalam aspek moral-spiritual, sosial, maupun
ekonomi. Mengingat proses pemberdayaan memerlukan waktu yang cukup panjang,
maka kegiatan pemberdayaan perlu dirancang secara sistematis dengan strategi
yang tepat agar memperoleh hasil yang maksimal.
Jumlah LM3 di Provinsi Bali dari tahun 2006 sampai dengan 2012 sebanyak
118 dengan komoditas sapi potong, kambing dan babi, dengan perincian sebagai
berikut tahun 2006 telah dipilih sebanyak 1 LM3 dengan komoditas ternak
Kambing, tahun 2007 telah dipilih sebanyak 14 LM3 dengan babi dan sapi potong,
tahun 2008 telah dipilih sebanyak 51 LM3 dengan komoditas sapi potong, tahun
2009 telah dipilih sebanyak 18 LM3 dengan komoditas sapi potong, tahun 2010
telah dipilih sebanyak 16 LM3 dengan komoditas Kambing dan Sapi Potong, tahun
2011 telah dipilih sebanyak 12 LM3 dengan komoditas Sapi Potong dan Kambing
dan tahun 2012 telah dipilih sebanyak 6 LM3 dengan komoditas Babi dan Sapi
Potong. Untuk tahun 2013 dan 2014 sudah tidak mendapatkan lagi dana untuk LM3
pilihan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian RI.
Dalam kaitannya untuk menyediakan pangan asal ternak yang cukup ditinjau
dari segi kwalitas, kwantitas, distribusi dan harga yang terjangkau maka cara yang
ditempuh adalah dengan mengembangkan usaha agribisnis Peternakan berbasis
agroinput, teknologi, kelembagaan kelompok tani ternak dan tenaga kerja yang
cukup di sentra-sentra ternak.
Dalam upaya mengawal program tersebut diatas, Direktorat Jenderal
Peternakan Kementerian Pertanian membuat terobosan program / kegiatan untuk
memacu tumbuhnya usahawan muda dibidang peternakan yang berbasis pedesaan
degan membuka lowongan pekerjaan/ kegiatan berupa Sarjana Membangun Desa (
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 125
SMD ) dengan merekrut para Sarjana Peternakan / Dokter Hewan yang punya jiwa
wirausaha dan punya komitmen untuk memajukan perekonomian pedesaan
khususnya dibidang peternakan. Khusus untuk Provinsi Bali dari tahun 2008
sampai tahun 2012 mendapat 36 kelompok Program Sarjana Membangun Desa
(SMD) dengan perincian tahun 2008 sebanyak 7 kelompok, tahun 2009 sebanyak 8
kelompok, tahun 2010 sebanyak 11 kelompok, tahun 2011 sebanyak 3 kelompok
dan tahun 2012 sebanyak 7 kelompok dengan total dana Rp 10.059.250,-. Mulai
tahun 2013 sudah tidak mendapatkan lagi dana untuk perekrutan SMD dari
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI.
6.1.2.Permodalan
Salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan produksi peternakan
di Provinsi Bali adalah terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani ternak. Oleh
karenanya dalam rangka membantu petani mengembangkan usahanya dilakukan
dengan pola kemitraan usaha yang saling menguntungkan kedua belah pihak baik
dari bank sebagai pemberi kredit maupun berupa modal yang ditawarkan oleh
pengusaha-pengusaha yang bergerak di sub sektor peternakan.
Kemitraan usaha agribisnis dengan ditunjang oleh lembaga terkait merupakan
salah satu instrument kerjasama yang mengacu kepada terciptanya suasana
keseimbangan, keselarasan dan keterampilan yang didasari saling percaya
mempercayai antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra. Dalam
memberdayakan kelompok mitra dalam pembangunan pertanian yang berorientasi
agribisnis khususnya di bidang agribisnis komoditas unggulan memerlukan
pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh pengusaha
besar/menengah/BUMN. Pembinaan kemitraan bertujuan untuk mewujudkan sinergi
kemitraan yang dapat menciptakan suatu hubungan yang saling membutuhkan,
saling menguntungkan, dan saling memperkuat.
Kemitraan yang dilaksanakan di Sub Sektor peternakan adalah usaha babi
penggemukan dan pembibitan, usaha ayam ras pedaging maupun petelor serta
penggemukan sapi jantan dengan rnelibatkan petani-petani ternak. Pelaksanaannya
di Provinsi Bali dimulai tahun 1997 hingga sekarang.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 126
Dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan sektor peternakan di
Provinsi Bali, peranan strategis sektor peternakan belum mampu mendorong
partisipasi masyarakat dan swasta antara lain karena manajemen pembangunan
pertanian belum mampu menjawab berbagai permasalahan aktual dalam
pemanfaatan peluang ekonomi yang dapat membawa perubahan dan dinamisasi
kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta
dihadapkan pada berbagai kendala, untuk itu dalam rangka pemberdayaan
masyarakat tidak saja memerlukan pendekatan teknis seperti yang telah diterapkan
selama ini, tetapi juga pendekatan sosial budaya yang mampu merangsang
perubahan sikap, prilaku dan pola kerja.
Untuk mendukung proses perubahan tersebut, maka peran pemerintah yang
dapat dilakukan antara lain penerapan berbagai pola pemberdayaan masyarakat
pelaku pembangunan peternakan. Pola pemberdayaan dilakukan guna mengatasi
masalah utama di tingkat usaha tani ternak yaitu keterbatasan modal petani ternak,
rendahnya penguasaan teknologi serta sumber daya manusia dan kelembagaan
petani ternak. Salah satu cara mengatasi kebutuhan modal bagi pelaku usaha,
pemerintah baik lembaga keuangan perbankan maupun lembaga keuangan non
perbankan telah menyalurkan beberapa skim kredit yang dapat dimanfaatkan untuk
usaha agribisnis termasuk sub sektor peternakan antara lain : Kredit Ketahanan
Pangan dan Energi ( KKP-E) pada tahun 2015 realisasi plafon kredit sebesar Rp.
419.731.064.000,- dengan nasabah sebanyak 3.145 nasabah, baik kelompok
maupun anggota kelompok. Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp.
35.380.150.000,- dengan 3.191 nasabah, melalui perorangan. Kredit Usaha
Pembibitan Sapi (KUPS) sampai dengan tahun 2014 Provinsi Bali sudah terealisasi
sebesar Rp. 60.124.740.575,- untuk 108 debitur. Untuk KUPS sudah berakhir per 31
Desember 2014, sehingga pada tahun 2015 tidak ada realisasi. Tetapi pelunasan
KUPS masih sampai dengan tahun 2020. Untuk pengelolaan Dana Penguatan
Modal Usaha Kelompok yang bekerjasama antara Pemerintah Provinsi Bali dengan
PT. Bank Pembangunan Daerah Bali yang disebut dengan Dana Penguatan Modal
Usaha Kelompok (PMUK) dengan total plafon kredit sebesar Rp. 10.000.000.000,-
sudah realisasi sebanyak Rp. 16.196.000.000,- dari 194 kelompok.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 127
Peranan swasta sangat diperlukan juga dalam pembangunan khusunya
pengembangan peternakan. Melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility)
yang merupakan sebuah program yang mengimplementasikan tanggung jawab
sosial sebuah perusahaan terhadap lingkungannya, khususnya di tempat mereka
melakukan kegiatan usahanya, yang sudah menjadi sebuah etika bisnis, sehingga
sebuah perusahaan yang ingin melakukan kegiatan usahanya secara
berkesinambungan harus mau dan mampu melakukan program – program CSR
dengan sebaik – baiknya, berupa kontribusi perusahaan dalam pembangunan
berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pada tahun 2015, dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah
terealisasi adalah dana CSR dari PT. Charoen Phokphand Indonesia sebesar Rp.
37.500.000,-, yang dipergunakan untuk pembuatan kandang babi bagi Rumah
Tangga Miskin (RTM) yang telah memanfaatkan simpan pinjam di BUMDes untuk
memelihara ternak babi. Dana CSR tersebut dialokasikan untuk 15 (lima belas) RTM
yang memelihara ternak babi di daerah Gerbang Sadu, yaitu di Desa Titab,
Kecamatan busungbiu, Kabupaten Buleleng.
6.2. Pengolahan Hasil Peternakan, Mutu dan Standarisasi Hasil
6.2.1. Pengolahan Hasil Produk Peternakan
Secara umum pengolahan produk asal hewan yang ada di Provinsi Bali
dilakukan baik secara perorangan, kelompok maupun dalam bentuk badan
usaha menjadi produk siap saji. Adapun hasil ternak yang dapat diolah
adalah :
a. Hasil utama berupa daging, telur dan susu yang dapat diolah menjadi :
krupuk daging, sosis, nugget, bakso, telur asin/bekasem, telur lablabnyah,
es krim susu, permen susu, krupuk susu dan sabun susu.
b. Hasil sampingan dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Hasil sampingan untuk dikonsumsi berupa : kulit diolah menjadi
kerupuk kulit, kaki ayam diolah menjadi kerupuk ceker, usus, diolah
menjadi kerupuk usus.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 128
2) Hasil sampingan berupa : tulang, bulu, darah, tanduk dan kotoran
ternak. Bahan-bahan ini dapat diolah menjadi pakan ternak, barang
kerajinan dan sebagai pupuk
Adapun Kelompok yang mendapat pembinaan dan Pengawasan pengolahan
Hasil Peternakan sampai dengan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
No. Nama Kelompok Alamat Pembinaan
(Tahun)
1. Klp. Mekar Sari I Br. Taman, Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung
2012 2015
2. Klp. Mekar Sari II Br. Taman, Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung
2012 2015
3. Klp. Mekar Sari III Br. Taman, Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung
2012
4. Klp. Anyar Sari I Br. Umahanyar, Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung
2012
5. Klp. Anyar Sari II Br. Umahanyar, Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung
2012
6. Klp. Nusa Dewata Lingk. Bualu, Kel. Benoa, Kec. Kuta selatan, Kab. Badung
2012
7. Klp. Darma Asri Ds. Peninjauan, Kec. Tembuku, Kab. Bangli
2012
8. KWT. Tunas Mekar Ds. Sepang, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng
2012 2015
9 KTT. Werdhi Gopala
Ds. Pucak sari, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng
2012
10 KTT. Sastra Sari Ramban
Ds. Bongan Cina, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng
2012
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 129
11 KWT. Sri Mulya Kel. Lelateng, Kec. Negara, Kab. Jembrana
2012
12 KTT. Elang Buana Ds. Penatahan, Kec. Penebel, Kab. Tabanan
2012
13 KTT. Sidhi Karya Ds. Utu, Kec. Penebel, Kab. Tabanan
2012
14 KTT. Kerta Sari Ds. Munduk Temu, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan
2012
15 Klp. Sari Luwih Ds. Dalung, Kec. Mengwi, Kab. Badung
2012
16
Klp. Buah Karya Guna
Ds. Pucangan Kayubihi, Kec. Bangli, Kab. Bangli
2012
17 Klp. Mare Asih Ds. Sulahan, Kec. Susut, Kab. Bangli
2012
18 KTT. Satya Werdi Utama
Ds. Munduk Timpag, Kec. Kerambitan, Kab. Tabanan
2012
19 Klp. Ingin Maju Ds. Seraya barat, Kec. Karangasem, Kab. Karangasem
2012
20 Klp. Satya Darma Sesana
Ds. Manukaya, Kec. Tampaksiring, Kab. Gianyar
2012
21 Klp. Yuda Pertiwi Ds. Kedewatan, Kec. Ubud, Kab. Gianyar
2012
22 Klp. Mekar Sari Ds. Gunaksa, Kec. Dawan, Kab. Klungkung
2012
23 Klp. Satwa Rahayu Ds. Selisihan, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung
2012
24 KWT. Buana Lestari Ds. Pempatan, Kec. Rendang, Kab. Karangasem
2013
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 130
25 KWT. Ratna Sari Ds. Pempatan, Kec. Rendang, Kab. Karangasem
2013
26 KWT. Rukun Tani Ds. Telaga, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng
2013
27 Klp. Swagina Widya Adnyana
Ds. Telaga, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng
2013 2015
28 Klp. Gunung Dayuh Ds. Guwang, Kec. Sukawati, Kab. Gianyar
2013
29 KWT. Wana Lestari Ds. Taro, Kec. Tegalalang, Kab. Gianyar
2013 2015
30 Klp. Manik Sari Ds. Lepang, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung
2013
31 KTT. Mekar Sari Ds. Selisihan, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung
2013
32 KWT. Mawar Ds. Tiga, Kec. Susut, Kab. Bangli
2013
33 KWT. Tri Kembang Sari
Desa Tiga, Kec. Susut, Kab. Bangli
2013
34 Klp. Giri Marga Ayu Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung
2013
35 Klp. Gunung Mekar Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung
2013
36 KWT. Amerta Sari Ds. Angkah Pondok, Kec. Selemadeg Barat, Kab. Tabanan
2013 2015
37 KWT. Bakti Lestari Ds. Angkah Pondok, Kec. Selemadeg Barat, Kab. Tabanan
2013 2015
38 Klp. Celagi Sari Kel. Kerobokan, Kec. Denpasar Barat, Kota Denpasar
2013
39 PKK. Desa Ekasari Ds. Candi Kesuma, Kec. Melaya, Kab. Jembrana
2013
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 131
40 Klp. Tirta Kusuma I Desa Candi Kusuma, Kec. Melaya, Kab. Jembrana
2013 2015
41 Klp. Arta Sedana Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem
2013
42 Klp. Panca Sate Desa Guwang, Kec. Sukawati, Kab. Gianyar
2013
43 Klp. Gunung Mekar Desa Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung
2013
44 KWT. Bakti Lestari Desa Angkah Pondok, Kec. Selemadeg Barat, Kab. Tabanan
2013
45
KWT. Tri Kembang Sari
Desa Tiga, Kec. Susut, Kab. Bangli
2013
46 Klp. Tirta Kusuma I Desa Candi Kusuma, Kec. Melaya, Kab. Jembrana
2013 2015
47 Klp. Swagina Widya Adnyana
Desa Telaga, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng
2013 2015
48 Klp. Satwa Rahayu Desa Selisihan, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung
2013
49 KWT. Teratai Putih Br. Tengah, Ds. Nongan, Kec. Rendang, Kab. Karangasem
2014
50 KWT. Sari Nadi Desa Bengkala, Kec. Kubu Tambahan, Kab. Buleleng
2014
51 Klp. Darma Putra Br. Cengkok, Desa Baha, Kec. Mengwi, Kab. Badung
2014 2015
52 KTT. Amerta Nadi Ds. Pupuan, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan
2014
53 KTT. Satya Kencana
Br. Tebuana, Desa Taro, Kec. Tegalalang, Kab. Gianyar
2014 2015
54 Klp. Sari Murthi Dsn. Bajing, Ds. Tegak, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung
2014
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 132
55 KWT. Bina Amerta Br. Tangimenyeh, Ds. Berangbang, Kec. Negara, Kab. Jembrana
2014
56 Klp. Sumber Rejeki. Br. Cengkilung, Ds. Peguyangan Kangin, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar
2014
57 KWT. Bunga Melati Ds. Bunutin, Kec. Bangli, Kab. Bangli
2014 2015
58 KWT. Ratna Sari Br. Saren Kaler, Ds. Nongan, Kec. Rendang, Kab. Karangasem
2014
59 KWT. Kenanga Jaya
Ds. Bila, Kec. Kubu Tambahan, Kab. Buleleng
2014
60
Klp. Astiti Karya Lestari
Br. Sayan, Ds. Werdhi Buana, Kec. Mengwi, Kab. Badung
2014
61 KWT.Mekar Lestari Br. Angligan, Ds. Timpag, Kec. Kerambitan, Kab. Tabanan
2014
62 KWT. Wana Lestari Ds. Taro, Kec. Tegalalang, Kab. Gianyar
2014
63 KTT. Pucak Sari Ds. Selisihan, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung
2014 2015
64 KWT. Bina Mandiri Br. Tangimenyeh, Ds. Berambang, Kec. Negara, Kab. Jembrana
2014
65 KWT. Ratna Sari Br. Pelagan, Kelurahan Penatih, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar
2014
66 KWT. Mawar Sari Ds. Bunutin, Kec. Bangli, Kab. Bangli
2014 2015
67 Kelompok Sedana Boga
Br. Tengah, Ds. Sesetan, Kota Denpasar
2015
68 Gapokwatan Ayu Melati
Ds. Angkah, Kec. Selemadeg Barat, Kab. Tabanan
2015
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 133
69 KWT Mekar Tani Br. Pemuteran, Ds. Pempatan, Kec. Rendang, Kab. Karangasem
2015
70 Klp. Pitik Jaya Br. Rening, Desa Baluk, Kec. Negara, Kab. Jembrana
2015
71 KWT Guna Harapan
Dusun Perang sari Kelod, Desa Duda Utara, Kec. Selat, Kab. Karangasem
2015
72 Kelompok Bintang Desa Loloan Timur, Kec. Negara, Kab. Jembrana
2015
73 KWT Marga Sari Desa Marga Telu, Kec. Selemadeg, Kab. Tabanan
2015
74 Klp Bhuana Sari Boga
Br. Bhuana Sari, Kelurahan Kesiman, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar
2015
75 KWT Sumber Rejeki
Desa Sepang, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng
2015
6.2.2. Penerapan Mutu dan Standarisasi Hasil
Pembinaan Penarapan Mutu dan Standarisasi Hasil dilakukan pada
kelompok/pelaku usaha perorangan yang sudah kontinyu melakukan pengolahan
hasil peternakan, dengan tujuan agar kelompok/pelaku usaha dapat menerapkan
Sistem Jaminan Mutu pada produk olahannya. Dengan diterapkannya sistem
jaminan mutu tersebut maka diharapkan akan menghasilkan produk olahan yang
berkualitas dan tahan lama tanpa bahan pengawet atau bahan kimia lainnya.
Kelompok/Pelaku Usaha yang di berikan Bimtek Jaminan Mutu pada tahun 2012
adalah :
No. Nama Peserta Alamat
1. I Made Sanjaya Jl. Raya Sesetan Gg. Jepun No. 7, Denpasar
2. Teguh Aryanto Jl. Tukad Yeh Biu, No. 20 Denpasar
3. I Made Sendra Br. Taman, Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung.
4. Ni Made Artini Br. Taman, Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung.
5. I Dewa Made Rai Br. Timbul, Desa Pupuan, Kec. Tegalalang, Kabupaten Gianyar.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 134
6. I Nyoman Merta Br. Tebuana, Ds. Taro, Kec. Tegalalang, Kab. Gianyar.
7. Ni Wayan Suartini Br. Angkan, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung.
8. Putu Mirah Marliasuari Br. Umasalakan, Ds. Takmung, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung.
9. Nyoman Rencana Br. Tengah, Kab. Bangli.
10. I Nengah Sutama Br. Buungan, Ds. Tiga, Kab. Bangli.
11. I Gst. Ayu Anom Br. Santi, Ds. Selat, Kab. Karangasem.
12. Muhadisin Br. Kecicang Islam, Kab. Karangasem.
13 Made Suarsana Br. Pemaron, Kab. Buleleng.
14. I Wayan Sarma Br. Anggasari, Ds. Munduktemu, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan.
15. I Ketut Suarka Br. Anggasari, Ds. Munduktemu, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan.
16. I Made Ardana Putra Kabupaten Jembrana
17. Nurmubayina Ds. Lelateng, Kec. Negara, Kab. Jembrana.
18. Retno Denpasar
Kelompok/Pelaku Usaha yang di berikan Bimtek Jaminan Mutu pada tahun
2013 adalah :
No. Nama Peserta Alamat
1. I Made Yama UD. Nicepro, Jl. Nuansa Hijau Utama V Denpasar
2. I Wayan Putra Yasa UD. Dwi Boga Utama, Jl. Buana Raya No. 89 Denpasar
3. Ni Nengah Sutami KWT. Mawar, Br. Pengelumbaran Kangin, Ds. Tiga, Kec. Susut, Kab. Bangli.
4. Ni Wayan Novriani KWT. Kamboja Br. Pengelumbaran Kangin, Ds. Tiga, Kec. Susut, Kab. Bangli.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 135
5. Ni Made Artini Klp. Mekar Sari II, Br. Taman, Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, kab. Badung.
6. I Nyoman Suarjana Putra Klp. Anyar Sari I, Br. Umahanyar, Ds. Darmasaba, Kec. Abiansemal, Kab. Badung.
7. I Dewa Putu Raka Pelaku Usaha Telur Asin, Lingkungan Kelod Kauh, Abianbase, Kab. Gianyar.
8. I Made Astika Pelaku Usaha Kerupuk Babi, Jl. Mawar, Kec. Blahbatuh, Kab. Gianyar.
9. Gst. Ayu Yantarini Pelaku Usaha Abon Ayam, Dsn. Sumbul, Desa Yeh Embang Kangin, Kec. Mendoyo, Kab. Jembrana.
10. Ni Ketut Kusmiati Pelaku Usaha Krupuk Babi, Dsn. Sumbul, Desa Yeh Embang Kangin, Kec. Mendoyo, Kab. Jembrana.
11. I Wayan Selamet Klp. Swagina Widya Adnyana, Ds. Telaga, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng.
12. Heryani KWT. Rukun Tani, Desa Banyupoh, Kec. Gerogak, Kab. Buleleng.
13 I Wayan Sarma Klp. Tani Kertasari, Br. Anggasari, Dusun Munduk Temu, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan.
14. Ni Wayan Darmini Pelaku Usaha Kerupuk ceker dan kulit ayam, Desa Denbantas, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan.
15. Ni Wayan Sukani Klp. Karya Mandiri, Dsn. Tulang Nyuh, Desa Tegak, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung.
16. Wayan Widi Wirawan Pelaku Usaha Telur Asin Intan Sari, Dsn Umasalakan, Ds. Takmung, Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung.
17. Ni Kadek Ari Darmayani KTT. Asram Satya Loka Parama Sidhi, Br. Belatung, Ds. Menanga, Kec. Rendang, Kab. Karangasem.
18. I Putu Simpen Darmayasa
Klp. Mekar Nadi, Br. Tiyingan, Ds. Bebandem, Kab. Karangasem.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 136
Kelompok/Pelaku Usaha yang di berikan Bimtek Jaminan Mutu pada tahun
2014 adalah :
No. Nama Peserta Alamat
1. 2. 3. 4.
Ni Made Suarni Nyoman Polytriani Ni Ketut Sriasih Drh. Ni Made Suparmi
KWT. Ratna Sari, Br. Pelagan, Kelurahan Penatih, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar. Pelaku Usaha Krupuk Ceker ayam cap JAGO. KWT. Celagi Sari,Ds. Kerobokan, Kec. Denpasar Barat, Kota Denpasar. Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Denpasar.
5. 6. 7. 8.
Ir. I Ketut Sumartana, M.Si. I Nyoman Suma I Wayan Arka Ni Made Artini
Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung. UD. Darma Putra, Br. Cengkok, Ds. Baha, Kec. Mengwi, Kab. Badung. UD. Sari Luwih, Ds. Dalung, Kec. Mengwi, Kab. Badung. UD. Setia Boga, Ds. Blahkiuh, Kec. Abiansemal, Kab. Badung.
9. 10. 11. 12.
Ir. Ida Bagus Surya Wesnawa Ni wayan Rentini Ni Made Pikawati A.A. Nyoman Wijana
Petugas Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan. KWT. Bakti Lestari, Ds. Angkah, Kec. Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan. KWT. Kerta Sari, Anggasari Kaja, Ds. Munduk Temu,Kecamatan Pupuan, Kab. Tabanan. KTT. Nandini Asri, Br. Sangging, Ds. Kelating, Kec. Kerambitan, Kab. Tabanan.
13.
I Made Ardhana, SST.
Petugas Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jembrana
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 137
14. 15.
Pauryah Juhriah
Pelaku Usaha Krupuk Paru dan Rambak Sapi, Ds. Loloan Timur, Kec. Jembrana, Kab. Jembrana Pelaku Usaha Abon Sapi, Ds. Loloan Timur, Kec. Jembrana, Kab. Jembrana
16. 17. 18.
I Made Sudiarta Nyoman Mawini Nyoman Sukapada
Petugas Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng. KWT. Tunas Mekar, Desa Sepang, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng. Pelaku Usaha Bakso Kembang, Kec. Kubu Tambahan, Kab. Buleleng.
19. 20. 21.
Ir. A.A. Sri Inten Ni Wayan Astiani I Made Winata
Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Gianyar Pelaku Usaha Krupuk Ceker Ayam, Br. Kebon, Blahbatuh, Kab. Gianyar. Pelaku Usaha betutu ayam D’ POON Crispy, Br. Pekandelan, Ds. Abianbase, Kec. Gianyar, Kab. Gianyar.
22. 23. 24.
Ir. Kadek Sri Mulyani Jero Ketut Parwati Dw. Ayu Ketut Arini
Petugas Dinas Peternakan, Perikanan Darat, Kabupaten Bangli. KWT. Bunga Melati, Ds. Bunutin, Kec. Bangli, Kab. Bangli. KWT. Mawar Sari, Ds. Bunutin, Kec. Bangli, Kab. Bangli.
25. 26. 27.
Drh. IGA. Mirah Trimastuti Eni Kusumawati Mangku Sudiana
Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Klungkung. Kelompok Kusuma Mesari, Kelurahan Semara Pura Klod Kangin, Kab. Klungkung. Klp. Pucak Sari, Ds. Selisihan, Kec. Klungkung, Kab. Klungkung.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 138
28. 29. 30.
Dr. Luh Sri Ekawathi. Ni Kadek Ayu Kartini Salmah
Petugas Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karangasem. KWT. Sari Rahayu, Kec. Rendang, Kab. Karangasem. Pelaku Usaha krupuk ceker dan usus ayam, Lingkungan Telaga Mas, Kelurahan Karangasem, Kec. Karangasem, Kab. Karangasem.
Kelompok/Pelaku Usaha yang di berikan Bimtek Jaminan Mutu pada tahun 2015
adalah :
No NAMA PESERTA ALAMAT
1
2
3
4
Drh. Ni Made Suparmi Ni Wayan Murni Desak Ketut Rai, SE I Gede Suartama
Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Denpasar KWT Sumber Rejeki, Denpasar Pelaku Usaha Krupuk Ceker Dharma Nadi (Koky), Denpasar Kelompok Sedana Boga, Denpasar
5
6
7
8
Anak Agung Mas Parwati I Wayan Arka Ni Made Artini A.A. Mirah Dyah Witari
Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung Ketua Kelompok Mekarsari I, Kab. Badung Ketua Kelompok Mekarsari II, Kab. Badung UD. Sari Luwih, Ds. Dalung, Kab. Badung
9
10
11
Ir. I Gusti Agung Sunarjaya I Made Berata
Petugas Dinas Peternakan Kab. Tabanan CV Ayudya Pelaku Usaha Krupuk Babi
12
I Made Ardhana Putra
Petugas Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jembrana
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 139
13
14
Ardania Putra Legawa
Pelaku Usaha Bakso, Jembrana Pelaku Usaha, Jembrana
15
16
17
I Wayan Walia Ketut Suliada Kusana, ST I Wayan Wardana
Petugas Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng Site Manager Kelompok Swagina Widya Adnyana, Kab. Buleleng KWT Tunas Mekar, Desa Sepang, Buleleng
18
19
20
21
A.A. Sri Inten, SE Ni Wayan Astiani Jero Griya Astuti I Made Astika
Petugas Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Gianyar Pelaku Usaha Krupuk Ceker Ayam, Gianyar Pelaku Usaha Telor Asin, Kab. Gianyar Pelaku Usaha Krupuk Babi, Kab. Gianyar
22
23
24
Agung Dewanto Putu Eka Suprapti Ni Ketut Parwati
Petugas Dinas Peternakan dan Perikanan Darat Kabupaten Bangli KWT Mawar Sari, Kabupaten Bangli KWT Bunga Melati, Kabupaten Bangli
25
26
27
I Nyoman Mudiartha I Wayan Seregig Mangku Sudiarna
Petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Klungkung Pelaku Usaha Kabupaten Klungkung Klp Pucak Sari, Ds. Selisihan, Kabupaten Klungkung
28
29
30
Drh. Luh Sri Ekawathi Gede Edyana Gusti Ayu Ardi
Petugas Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karangasem Pelaku Usaha Telor Asin, Kab. Karangasem Pelaku Usaha Abon Ayam, Kab. Karangasem
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 140
6.3. Pemasaran
6.3.1.Pasar Hewan
Jual beli ternak baik untuk bibit maupun dipotong untuk keperluan
konsumsi lokal dan antar pulau umumnya dilakukan di Pasar Hewan. Jumlah
pasar hewan yang ada di Bali sebanyak 11 buah. Pasar Hewan Beringkit
merupakan pasar hewan terbesar di Propinsi Bali. Pasar Hewan dibuka sejak
tahun 1971 dengan luas 9.200 m² dan mampu menampung pedagang sapi
1.750 ekor dan 150 orang pedagang umum.
6.3.2.Harga Produksi Peternakan, Hasil Ternak dan Makanan Ternak
Harga sarana produksi peternakan, hasil ternak dan makanan ternak yang
berupa bibit ternak, bahan asal hewan, makanan ternak dan bahan baku dalam
tahun 2015 berfluktuasi seperti terlampir.
6.4. Masalah Dan Pemecahan
6.4.1.Masalah
Beberapa permasalahan yang dihadapi para pelaku agribisnis
peternakan di Provinsi Bali antara lain :
b. Belum adanya jaminan yang memadai terhadap daya serap hasil produksi
peternakan masyarakat disamping fluktuasi harga pasar yang tak stabil.
c. Terbatasnya kemampuan petani ternak dalam menyerap informasi
teknologi dan management usaha peternakan serta pemasarannya.
d. Terbatasnya modal usaha, belum oftimalnya sosialisasi informasi Skim
Kredit kepada Kelompok tani ternak.
e. Produk olahan hasil peternak oleh pengusaha lokal belum mampu bersaing
dengan produk luar baik menyangkut kuantitas maupun kualitasnya.
f. Sarana produksi peternakan seperti pakan ternak, bibit dan obat-obatan
jumlahnya masih terbatas serta masih didatangkan dari Pulau Jawa. Hal ini
menyebabkan semakin tingginya biaya produksi yang mengakibatkan para
petani ternak tidak menikmati hasil produksi yang memadai.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 141
6.4.2.Upaya Pemecahan
Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1. Perlu diterapkan sistem agribisnis peternakan dengan menciptakan iklim
usaha yang kondusif serta memperhatikan keseimbangan supply dan
demand sehingga ada jaminan pasar terhadap hasil produksi peternakan
serta harga yang stabil.
2. Perlu pemberdayaan terhadap kinerja para pelaku agribisnis peternakan
melalui forum temu usaha, pameran produksi peternakan dan latihan
keterampilan dan penyampaian informasi harga produksi secara berkala
melalui media cetak dan elektronik.
3. Diharapkan pemerintah dapat mengucurkan fasilitas kredit dengan suku
bunga rendah serta persyaratan yang sederhana sehingga tidak
menyulitkan petani ternak.
4. Produk olahan hasil peternak oleh pengusaha lokal perlu ditingkatkan baik
dari segi mutu, jaminan kesehatan dan kemasannya.
5. Perlu dilakukan pengembangan industri pakan ternak sehingga dapat
tersedia pakan dengan jumlah yang memadai dan harga yang lebih murah
sehingga dapat menekan biaya produksi.
Tabel. 1.
1) Pemenang Lomba Kelompok Tani Ternak Sapi Potong Tingkat Provinsi Bali Tahun 2015
No. Juara Nama Kelompok Alamat
1. I KTT. Kerti Winangun Desa Bukti, Kecamatan
Kubutambahan, Kabupaten Buleleng
2. II KTT. Amertha Sari Banjar Kesiut Kawan, Desa Kesiut,
Kecamatan Kerambitan, Kabupaten
Tabanan
3. III KTT. Satwa Wiguna Banjar Sengkaduan, Desa Taro,
Kecamatan Tegallalang, Kabupaten
Gianyar
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 142
2) Pemenang Lomba Kelompok Tani Ternak Ayam Buras Tingkat Provinsi Bali Tahun
2015
No. Juara Nama Kelompok Alamat
1. I KTT. Pitik Jaya Dusun Baluk Rening, Desa Baluk,
Kecamatan Negara, Kabupaten
Jembrana
2. II KTT. Lemba Watiti Desa Ularan, Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng
3. III KTT. Taman Giri Lestari Banjar Raketan, Desa Taman,
Kecamatan Abiansemal, Kabupaten
Badung
3) Pemenang Lomba Kelompok Tani Ternak Kambing Tingkat Provinsi Bali Tahun
2015
No. Juara Nama Kelompok Alamat
1. I KTT. Pala Sari Desa Gesing, Kecamatan Banjar,
Kabupaten Buleleng
2 II KTT. Merta Sari Banjar Mundeh Kawan, Desa
Mundeh, Kecamatan Selemadeg
Barat, Kabupaten Tabanan
3. III KTT. Mekar Jaya Banjar Dinas Pemuteran, Desa
Pempatan, Kecamatan Rendang,
Kabupaten Karangasem
Tabel. 2.
1) Pemenang Lomba Kelompok Tani Tingkat Nasional Tahun 2015
No. Komoditas Juara Nama Kelompok Alamat
1. Sapi V KTT. Satwa Murti
– ST. AMP
Banjar Dinas Antap Delod
Sema, Desa Antap,
Kecamatan Selemadeg,
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 143
Kabupaten Tabanan
2. Ayam
Buras
IV KTT. Sato Nadi Banjar Jehem Kaja, Desa
Jehem, Kecamatan
Tembuku, Kabupaten
Bangli
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 144
BAB VII
KESEHATAN HEWAN
I. PENDAHULUAN
Peranan bidang kesehatan hewan di Provinsi Bali sudah dirasakan manfaatnya
dalam upaya meningkatkan populasi dan produksi ternak, yang pada akhirnya akan
mampu meningkatkan pendapatan peternak,. kesempatan kerja serta menunjang
perbaikan iklim investasi. Melalui penerapan teknologi kesehatan hewan dapat
menurunkan biaya produksi, menekan angka kematian akibat penyakit, meningkatkan
angka kelahiran ternak, mengurangi resiko usaha serta memberikan jaminan kesehatan
dan keamanan bagi konsumen serta pengguna bahan asal hewan/hasil bahan asal
hewan.
Hal ini dapat dicapai melalui pemanfaatan teknologi kesehatan hewan guna
meningkatkan status kesehatan hewan, status kesehatan lingkungan budidaya
peternakan dan status keamanan bahan pangan asal hewan. Sasaran akhir yang ingin
dicapai dibidang kesehatan hewan ini adalah kondisi ternak di Kabupaten Badung tetap
sehat, Lingkungan budidaya peternakan tetap bersih dan bebas dari penyakit hewan
menular, serta hasil produksi ternak yang sehat dan aman dikonsumsi.
Dalam rangka lebih meningkatkan pemahaman tentang penyakit hewan beberapa
istilah yang perlu di ketahui antara lain:
a. Epidemik : ialah suatu kejadian penyakit pada suatu tempat tertentu, yang terjadi
secara tiba-tiba dengan intensitas yang sangat tinggi dan penyebaran
penyakitnya relatif cepat.
b. Endemik : Suatu kejadian penyakit pada suatu tempat tertentu, yang terjadi
dengan frekwensi yang teratur sepanjang tahun dengan intensitas yang
rendah.
c. Sporadik : ialah suatu kejadian penyakit pada suatu tempat tertentu yang terjadi
dengan frekwensi yang jarang, tidak beraturan dengan intensitas yang
rendah.
d. Kasus : ialah individu (ternak) di dalam suatu populasi yang di diagnosa.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 145
7.1. Pengamatan, Pencegahan dan Pembeantasan Penyakit Hewan
Selama tahun 2015 di Provinsi Bali dilaporkan adanya beberapa jenis
penyakit hewan menular strategis yang berdampak ekonomis, yang disebabkan
oleh virus, bakteri dan parasit (endoparasit dan ectoparasit).
Adapunjenis-jenis penyakit hewan yang dilaporkan dari wilayah kecamatan selama
tahun 2015 adalah sebagai berikut:
7.1.1.Penyakit yang Disebabkan oleh Virus
i. Penyakit Jembrana (JA)
Adalah penyakit menular startegis yang bersifat endemis di
Provinsi Bali. Selama tahun 2013 s/d Bulan Desember 2015 tidak
terdapat laporan penyakit jembrana di Provinsi Bali.
ii. Penyakit Bovine Emphemeral Fever (BEF/Demarn Tiga Hari)
Penyakit ini menyerang ternak sapi dan ditularkan rnelalui gigitan
serangga. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan kelompok Arbovirus dan
bersifat tidak menular. Ternak yang terserang menunjukkan gejala
demam secara mendadak, tiba-tiba pincang, namun biasanya sembuh
dalam beberapa hari. Jumlah kasus penyakit BEF pada tahun 2015
sebanyak 3.255 kasus.
iii. Penyakit Diarhea Ganas Sapi (Bovine Virhall Diarhea)
Penyakit BVD adalah penyakit yang menyerang sapi pada semua
umur (dan anak sapi sampai dewasa). Kasus Diarhea Ganas Sapi di
Provinsi Bali tahun 2015 terjadi sebanyak 96 kasus.
iv. Penyakit Hog Cholera (Clasical Swine Fever)
Merupakan penyakit yang menyerang babi dengan angka
kesakitan dan kematian yang tinggi, penyakit ini bersifat endemis,
kejadian penyakit ini pada tahun 2015 di Provinsi Bali dilaporkan terjadi
375 kasus dan kejadian sebanyak 72 ekor kematian.
v. Penyakit ND (Tetelo)
ND adalah penyakit menular pada unggas yang disebabkan
paramyxovirus 1, dan bersifat endemis dengan angka kesakitan dan
angka kematian yang tinggi yang menyerang pada semua umur. Kasus
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 146
penyakit ND pada tahun 2015 sebanyak 2.955 kasus ND dan kematian
812 ekor.
vi. Avian Influenza (flu unggas)
Avian influenza adalah penyakit infeksius pada unggas yang
disebabkan oleh virus strain AI tipe A yang menyerang berbagai jenis
unggas termasuk kalkun, ayam mutiara, burung puyuh, angsa dan Itik.
Pada tahun 2015 di Provinsi Bali tidak terjadi kasus positif pada ayam dan
itik, dan tidak ada korban meninggal pada manusia.
vii. Penyakit Rabies
Rabies/penyakit anjing gila adalah penyakit hewan menular,
disebabkan oleh Virus kelompok Rabdovirus dan bersifat akut serta
menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas maupun
manusia. Di Provinsi Bali kejadian penyakit rabies muncul pertama kali
pada bulan Nopember tahun 2008. Sampai saat ini jumlah Desa yang
pernah terjangkit Rabies sebanyak 680, Hasil Vaksinasi massal Rabies
tahun 2015 sebanyak 357.403 dosis ( cakupan vaksinasi sebesar 86,07%
dari estimasi populasi 411.153 ekor). Total vaksinasi dari bulan Nopember
2008 s/d 31 Desember 2015 sebanyak 2.403.151 dosis. Hasil
Eutanasia/Eliminasi selektif dan targeted tahun 2015 sebanyak 36.214
ekor total euthanasia/eliminasi dari bulan Nopember 2008 s/d 31
Desember 2015 sebanyak 245.869 ekor. Jumlah sampel positif tahun
2014 adalah 132 meningkat dibandingkan jumlah sampel positif tahun
2015 sebanyak 531.
7.1.2.Penyakit Bakterial
a. Penyakit septicaemia Epizootica (SE)
Penyakit SE atau yang sering juga disebut penyakit ngorok
disebabkan oleh kuman Pasteurella multosida merupakan penyakit
hewan menular yang bersifat sub acut sampai kronis, penyakit ini
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 147
terutama menyerang ternak sapi dan kerbau pada semua umur. Penyakit
ini menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi karena angka
mortalitasnya yang tinggi. Di Provinsi Bali kasus SE pada tahun 2015
terjadi kasus 139 kasus.
b. Penyakit Colibacillosis (White Scour)
Colibacillosis adalah penyakit hewan menular yang disebabkan
oleh kuman Escherichia colli, yang biasanya menyerang ternak babi
terutama anak babi. Selama tahun 2015 pada sapi 46 kasus dan pada
babi 14.531 kasus. kematian 1.165
7.1.3.Penyakit Parasiter
a. Ectoparasit
1. Scabies (S.C)
Penyakit Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan
oleh kelompok parasit jenis tungau. Parasit luar (ecto parasit) yang
sering menimbulkan scabies adalah dari species Sarcoptes scabii.
Penyakit yang menginfestasi kulit ini biasanya cepat menular dengan
angka morbilitas tinggi, tetapi kematian hampir tidak ada. Pada tahun
2015 terdapat kasus 210 kasus pada sapi, 9 kasus pada kerbau, 313
pada anjing, 491 pada kambing dan 6.324 pada babi.
2. Penyakit Bali Ziekte (B.Z)
Bali Ziekte merupakan penyakit kulit yang sampai saat ini
diketahui hanya menyerang sapi Bali. Beberapa peneliti menyatakan
bahwa penyakit ini disebabkan karena terjadinya peningkatan
kepekaaan individu terhadap fotosensitisasi pada ternak yang
memakan tanaman Lantana camara (krasi). Kasus Bali Ziekte pada
tahun 2015 sebanyak 199 tidak terjadi kematian.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 148
b. Protozoa
1. Penyakit Coccidiosis
Kejadian penyakit ini disebabkan oleh Eimeria Sp protozoa
saluran pencernaan yang umumnya menyerang hewan-hewan muda
terutama sapi. Pada tahun 2015 terjadi 1.015 kasus pada sapi,
dengan kematian. 16 ekor.
7.2.Pelayanan Kesehatan Hewan
Pelayanan kesehatan hewan di Provinsi Bali pelaksanaannya meliputi
pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan dimana kegiatannya adalah
pelayanan kesehatan hewan terpadu. Kebijakan Pemerintah Provinsi Bali
memprioritaskan pelayanan kesehatan hewan ditujukan kepada penyakit strategis
yang berdampak ekonomis terutama pada peternakan rakyat, sedangkan untuk
kasus-kasus penyakit strategis pada peternakan skala usaha baik ayam ras, babi
dan sapi dilakukan secara swadaya oleh peternak.
Kegiatan pelayanan kesehatan hewan dalam tahun 2015meliputi Vaksinasi
SE pada sapi, AI dan ND pada ayam, CSF pada babi, Rabies pada anjing, kucing
dan kera, sedangkan pengendalian Vektor penyakit, berupa penyemprotan
insektisida dan berupa penyemprotan desinfektan, pengendalian dan pembrantasan
Rabies, selain vaksinasi juga dilaksanankan secara aktif maupun pasif oleh tiem
aktif servis kabupaten dan kecamatan juga dilakukan pengawasan peredaran dan
penggunaan obat secara berkala.
1. Vaksinasi Rabies.
Kegiatan Vaksinasi Rabies di Provinsi Bali dilaksanakan secara massal
dan kegiatan ini dengan membentuk 110 tim dengan anggota berkisar 6 orang.
Sasaran dari vaksinasi Rabies adalah seluruh masyarakat yang memelihara
anjing, kucing dan kera (HVR), dengan dukungan dana pembelian vaksin Rabies
dari APBN dan Operasional vaksinasi rabies bersumber dari APBN dan APBD
Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 149
2. Vaksinasi SE
Kegiatan vaksinasi SE di Provinsi Bali dilaksanakan oleh tenaga medis
dan paramedis veteriner di masing-masing kecamatan dengan sasaran adalah
masyarakat petani peternak secara umum, kelompok ternak sapi dan sentra
pengembangan ternak sapi. Dukungan untuk pembelian vaksin SE tahun 2015
bersifat suadana.
3. Vaksinasi CSF (Classical Swine Fever)
Dalam upaya Pemerintah Pusat membebaskan Bali dari CSF maka
dilaksanakan kegiatan vaksinasi CSF di Provinsi Bali dilaksanakan oleh tenaga
medis dan paramedis di masing-masing kecarnatan dengan sasaran adalah
kelompok ternak babi dan sentra pengembangan ternak babi, namun pembelian
vaksin CSF tahun 2015 bersifat suadana.
4. Vaksin Jembrana
Kegiatan vaksinasi Jembrana pada sapi Bali di Provinsi Bali tahun 2015,
tidak adanya dukungan dana dari APBN, kegiatan ini ke depan akan deprogram
untuk pembebasan, karena sampai saat ini tidak ada dilaporkan kasusu.
5. Vaksin lainnya.
Kegiatan vaksinasi lainnya seperti Vaksinasi ND, Gumboro dan Vaksinasi
Pullorum bersifat suadana.
Pengawasan Obat Hewan
Pemanfaatan obat hewan dalam usaha budi daya peternakan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usaha peternakan dalam
upaya peningkatan produksi. Pada saat ini telah terdaftar depo obat hewan
yang beroperasi di Provinsi Bali. Setiap depo obat hewan diwajibkan untuk
memiliki konsultan tenaga medisveteriner (Dokter Hewan) sebagai pengawas
penggunaan obat hewan. Disamping itu secara berkala dilakukan pembinaan
dan pengawasan mutu obat hewan yang dijual oleh pedagang pengecer dan
Depo obat hewan serta Vet shop yang menjual obat hewan dan makanan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 150
ternak. pengawasan terhadap peredaran obat hewan dilakukan agar obat
hewan yang dijual terjamin mutunya dan tidak dijumpai adanya obat hewan
ilegal dan kadaluarsa yang beredar dimasyarakat.
Dalam tahun 2015 Dinas Peternakan telah mengalokasikan obat-obat
hewan kemasing-masing kecamatan yang bersumber dari dana APBN. Obat-
obatan tersebut hanya diprioritaskan pada pelayanan kesehatan hewan di
Puskeswan, peternakan rakyat dan pada pengobatan-pengobatan penyakit
strategis berdampak ekonomis serta peternakan SIMANTRI. Pemanfaatan di
lapangan sepenuhnya berada di bawah pengawasan Kabupaten dan
pemanfaatannya dilakukan secara revolving. Pengawasan Obat Hewan
dilapangan dilakukan oleh Tim Pengawasan Peredaran Obat Hewan melalui
keputusan Gubernur nomor 1068/03-N/HK/2015, tentang Pembentukan dan
Susunan Keanggotaan Tim Pembinaan Pengawasan Peredaran Obat
Hewan.
Permasalahan-permasalahan dibidang pelaksanaan kesehatan hewan
1) Peternak masih banyak menangani kesehatan hewannya sendiri, dengan
mengunakan obat-obat hewan klasifikasi obat-obat keras (daftar G)
karena kurangnya pengetahuan obat hewan.
2) Peternak masih banyak menggunakan jasa mantri hewan yang ada di
lingkungannya sehingga sering terjadi pemberian obat yang tidak sesuai
dengan dosis, karena kurangnya pengetahuan mengenai dosis obat-
obatan sehingga menimbulkan resistensi kuman sehingga menyulitkan
pembrantasan penyakit hewan yang ada.
3) Pedagang/Pengecer Obat hewan kebanyakan tidak memakai konsultan
Dokter hewan karena konsultan yang dipakai langsung dokter hewan
/konsultan dari Distributor obat atau PS yang langsung datang ke Toko
atau ke peternakan, sehingga banyak pedagang yang tidak memiliki ijin
penjualan obat hewan melainkan hanya ijin penjualan makanan ternak
dan produk peternakan lainnya.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 151
7.3. Pengawasan Lalulintas Hewan
Dalam upaya tetap mempertahan Provinsi Bali agar tetap bebas dari penyakit
hewan menular Strategis dan zoonosis dilakukan pengawasan lalulintas hewan, produk
asal hewan dan media pembawa penyakit hewan lainnya diluar wilayah kerja Karantina,
serta menjaga populasi dan kelestarian Sapi Bali yang merupakan Plasma Nuftah Pulau
Bali melalui pengaturan pengeluaran Sapi potong Antar Pulau yang dikeluaran dengan
Peraturan Gubernur Nomor : 76 Tahun 2014, tanggal 29 Desember 2014 tentang jumlah
ternak potong sapi Bali antar pulau semester pertama tahun 2015 sejumlah 21.708 ekor.
Sedangkan pada semester kedua diatur dengan Peraturan Gubernur Nomor : 37 Tahun
2015, tanggal 30 Jui 2015 tentang jumlah ternak potong sapi Bali antar pulau semester
kedua tahun 2015 sejumlah 28.945 ekor. Serta Peraturan Gubernur Nomor : 53 Tahun
2015, tanggal 30 September 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor
37 Tahun 2015 tentang jumlah ternak potong sapi Bali antar pulau semester kedua
tahun 2015. Pengawasan lalulintas dilakukan secara terpadu bekerjasama dengan
Instansi terkait melalui Tim Monitoring pengawasan lalulintas hewan/ternak/hewan
yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor : 1069/03-N/HK/2015,
tanggal 11 Maret 2015. Pencegahan penyakit hewan yang masuk dan keluar dari/ke
Provinsi Bali dapat dilakukan melalui penutupan daerah, pembatasan lalulintas hewan,
pengebalan hewan pengisolasian hewan sakit atau terduga sakit, pemusnahan bangkai,
pengeradikasian penyakit hewan dan pendepopulasian hewan.
7.3. Pengamatan Penyakit Hewan ( P2H ).
A. Latar Belakang.
Program peningkatan produksi hasil peternakan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pembangunan peternakan, dimana salah satu tujuannya
adalah memenuhi kebutuhan protein hewani serta memberikan rasa aman
kepada masyarakat yang mengkonsumsi produk hewan/ternak dari penyakit
zoonosis dan Food Borne Disease. Seperti kita ketahui bahwa hewan/ternak
maupun produknya merupakan pembawa hama penyakit hewan menular
khususnya zoonosis, sehingga pada era pasar bebas ini dimana arus lalu lintas
barang termasuk didalamnya hewan/ternak dan produk hewan sangat sulit
dibendung, hanya penyakitlah yang menjadi barrier kita dalam menolak
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 152
hewan/ternak dan produknya dari luar negeri. Sehingga melalui kegiatan
Pengamatan dan penyidikan Penyakit Hewan dan sub-sub kegiatannya
berupaya memfasilitasi penyediaan produk-produk peternakan khususnya
daging, telur, susu yang ASUH (Aman, Sehat Utuh dan Halal). Penyediaan
pangan khususnya daging yang ASUH tersebut tidak dapat dilepaskan dari salah
satu komponen agribisnis peternakan di sektor hilir yang memiliki peranan sangat
penting dalam memutus/mencegah penularan penyakit hewan menular yaitu
Rumah Potong Hewan (RPH), Rumah Potong Ayam/Unggas (RPH-U). Sehingga
dalam proses produksi daging harus menerapkan sistem pengawasan internal
atau manajemen Pengawasan kualitas yang dapat mengontrol mutu produk
daging sejak
awal proses pemotongan sampai produk tersebut beredar dimasyarakat. Adapun
proses pengawasan diawali dari pemeriksanaan ante dan post mortem,
penerapan kesrawan sebelum pemotongan serta memperhatikan
hygiene dan sanitasipada saat pemotongan terhadap sarana prasarana dan
petugas pemotongan serta dalam proses penyimpanan sampai peredaran. Pada
saat pemeriksaan ante mortem disamping memeriksa kesehatan Sapi yang akan
dipotong juga dilakukan pemeriksaan terhadap sapi betina produktif, sehingga
secara tidak langsung dapat mencegah pemotongan sekaligus menyelamatkan
sapi betina produktif sebagai sumber bibit dan sebagai plasma nutfah Indonesia.
B. Maksud dan Tujuan Kegiatan
Maksud dan tujuan dari kegiatan Pengamatan Penyakit Hewan adalah :
a. Meningkatnya kesehatan hewan/ternak/satwa dan kematian
hewan/ternak/satwa akibat penyakit zoonosis dan penyakit hewan menular
strategis dapat ditekan.
b. Penyebaran penyakit hewan menular strategis dapat dikendalikan.
c. Meningkatkan kualitas daging melalui proses pemotongan ternak yang
menerapkan aspek kesejahteraan hewan (kesrawan).
d. Menurunnya pemotongan sapi betina produktif.
e. Daging yang dihasilkan di RPH/RPU memenuhi syarat aman, sehat, utuh dan
halal (ASUH) dengan memperhatikan persyaratan teknis hygiene dan sanitasi.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 153
f. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa PAH yang dikonsumsi
adalah PAH yang ASUH.
g. Meningkatnya pengetahuan petugas RPH/RPU dalam menyiapkan daging
yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).
h. Untuk melindungi masyarakat dan mencegah terjadinya penularan penyakit
zoonosis akibat mengkonsumsi produk pangan asal hewan (PAH) yang tidak
ASUH;
C. Penerima Manfaat.
RPH-R / RPH-U dan TPH
Pasar tradisional
Unit usaha/pelaku usaha.
Unit usaha pengolahan pangan asal hewan.
Unit usaha yang mengelola gudang pendingin.
Unit usaha distributor Pangan asal hewan, Ritail, Kios daging/meat shop.
Unit usaha yang mengelola unit pendingin susu.
Unit usaha pengepul, pengemas dan pelabel telur.
Unit usaha pemotong.
Kabupaten/Kota yang menangani fungsi Peternakan
D. Hasil Yang Diharapkan
a. Tersedianya data penyakit zoonosis dan food borne disease dan penyakit
hewan menular strategis (PHMS).
b. Berkurangnya jumlah pemotongan sapi betina produktif dan meningkatnya
penerapan kesejahteraan hewan (kesrawan).
c. Memberikan kepercayaan/jaminan mutu kepada masyarakat terhadap produk
pangan asal hewan yang dihasilkan.
d. Terkendalinya penyakit zoonosis pada hewan/ternak dan produknya.
e. Diketahuinya jumlah sapi yang dipotong di RPH.
E. Rincian Kegiatan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 154
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka tujuan diatas antara lain
:
1. Pembinaan, pengamatan dan penyidikan Penyakit Hewan Menular
Strategis (PHMS).
Dengan semakin berkembangnya perdagangan bebas antar Negara
khususnya antar provinsi yang hampir tidak mengenal batas, perlu mendapat
perhatian yang serius terhadap kemungkinan penyebaran dan penularan
penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis dan eksotik disease dari hewan
ke manusia dan sebaliknya melalui hewan/ternak dan produk pangan asal
hewan dan non pangan. Beberapa penyakit zoonosis yang perlu diwaspadai
yang cenderung meningkat akhir-akhir ini di beberapa provinsi Indonesia adalah
Flu Burung bahkan yang mulai merebak adalah mewabahnya penyakit AI/Flu
Burung pada itik di beberapa provinsi di Indonesia bahkan di Provinsi Bali
kejadian mulai akhir bulan Desember 2012 yang dilaporkan di kabupaten
Buleleng. Penyakit zoonosis lain yaitu Rabies dan Anthrax serta ditemukannya
kuman salmonella pada pangan asal hewan yang menyebabkan diare,
Keracunan akibat minum susu, dsbnya. Sehungan dengan hal tersebut maka
perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap semua komponen, baik
pelaku usaha, masyarakat konsumen dan aparat/petugas tentang bahaya
penyakit Zoonosis. Dalam penetapan kebijakan teknis dibidang pemetaan
penyakit zoonosis diperlukan masukan dan pengumpulan data informasi dari
petugas Laboratorium, BBV Denpasar, petugas PDSR, petugas Dinas
yangmenangani fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota
serta instansi terkait lainnya.
2. Pembinaan dan Pengawasan terhadap lalu lintas Produk Pangan Asal
Hewan dan Produk Hewan Non Pangan.
Kegiatan ini berkoordinasi dengan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Provinsi Bali, dimana untuk melalulintaskan Produk Pangan Asal Hewan
dan Produk Hewan Non Pangan sebelum mendapat perizinan dari KPPT maka
harus ada pesetujuan teknis dari Dinas Peternakan Provinsi Bali. Hal ini terkait
dengan kewenangan dari Pemerintah Daerah untuk memproteksi wilayahnya
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 155
terhadap masuknya penyakit hewan menular khususnya penyakit Zoonosis dan
Food Born Disease. Mengingat Produk Pangan Asal Hewan dan Produk Hewan
Non Pangan merupakan pembawa hama penyakit. Adapun Produk Pangan Asal
Hewan dan Produk Hewan Non Pangan yang dilalu lintaskan antara lain :
- Daging olahan sapi
- Daging olahan babi
- Daging olahan ayam
- Chicken nugget
- Sosis
- Bakso
- Telur omega tiga
- Susu dan olahannya
3. Pembinaan dan Pengawasan terhadap Pemotongan Hewan/Ternak di
Rumah Potong Hewan (RPH)
Dalam rangka pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau tahun
2020, pemerintah memandang pemotongan sapi betina produktif sebagai
permasalahan strategis nasional yang perlu segera diatasi. Masih tingginya
pemotongan sapi betina secara nasional, berdampak pada penurunan populasi
sapi secara nasional. Oleh karena itu pemerintah Provinsi Bali sebagai salah
satu daerah produsen ternak di Indonesia yang mensuplai kebutuhan sapi
potong maupun sapi bibit untuk keperluan nasional, mengambil langkah-langkah
antisipasi dengan menetapkan kegiatan pembinaan dan pengawasan
pemotongan sapi betina produktif sebagai kegiatan yang harus dilaksanakan
secara efektif dan terprogram.
Amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 jo Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, khususnya
pada pasal 18 ayat 2 dan ayat 3 terkait dengan pelarangan pemotongan ternak
ruminansia betina produktif serta pasal 86 terkait dengan ketentuan pidana atas
pelarangan Pasal 18 ayat 2 dan ayat 3 tersebut.
Penyelamatan sapi betina produktif di Rumah potong Hewan (RPH)
merupakan langkah pertahanan terakhir dalam proses penyelamatan betina
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 156
produktif setelah langkah-langkah penyelamatan di kelompok peternak dan di
pasar hewan. Pelaksanaan penyemalatan sangat terkait erat dengan adanya
pemeriksaan ante mortem di RPH dimana setiap hewan yang akan dipotong
harus diperiksa oleh Dokter Hewan atau petugas yang ditunjuk dibawah
pengawasan Dokter Hewan maksimal 24 jam sebelum ternak dipotong.
Ketentuan sanksi dan pidana pelanggaran pemotongan ruminansia betina
produktif tersebut telah diamanatkan pada pasal 86 yaitu pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) dan paling banyak Rp. 300.000.000,-
(Tiga Ratus Juta Rupiah). Amanat Undang-Undang tersebut harus
implementasikan pelaksanaannya dengan pembinaan terhadap para pelaku
usaha terutama para jagal dan penegakan hukum.
Tahapan pelaksanaan kegiatan terdiri dari :
a. Persiapan
b. Sosialisasi
c. Pembinaan/Pengawasan
d. Tindakan/Penegakan Hukum
e. Pelaporan.
a. Persiapan.
Sebelum kegiatan pembinaan dan pengawasan pemotongan sapi betina
produktif dilaksanakan, maka dilakukan persiapan antara lain :
Mempersiapkan Tim.
Anggota Tim yang akan ikut dalam kegiatan ini terdiri dari :
- Pengarah : Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali
- Ketua : Kepala Bidang Kesehatan Hewan
- Sekretaris : Kepala Seksi Pengamatan Penyakit
Hewan
- Anggota : 1. Subdit Reskrimsus Polda Bali
2. Subdit Dirbinmas Polda Bali
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 157
3. Staf Bidang Kesehatan Hewan
4. PPNS Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Provinsi Bali
Tim yang bertugas ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Bali dan
setiap melaksanakan tugas didasarkan pada Perintah Tugas Kepala Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.
Persiapan Adminisrasi berupa surat menyurat, mempersiapkan berita acara
pengawasan, administrasi lainnya.
Pembuatan jadwal pelaksaan (untuk intern Tim).
b. Sosialisasi.
Kegiatan sosialisasi pencegahan pemotongan ternak ruminansia betina
produktif dilaksanakan bekerjasama dengan jajaran Kepolisian Daerah Bali,
Polres, Polsek sampai ke tingkat desa (Bhabinkamtibmas), Dinas yang
menangani fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota di
Seluruh Bali dengan mengundang seluruh pelaku usaha (jagal, petugas RPH,
tukang potong, petugas butcher, petugas AM/PM).
Dalam kegiatan sosialisasi disampaikan dalam bentuk tatap muka dan
tanya jawab serta dialokasikan leaflet/buklet/spanduk pelarangan pencegahan
pemotongan sapi betina produktif.
c. Pembinaan/Pengawasan.
Pembinaan dan pengawasan terhadap pemotongan ternak baik itu sapi,
babi dan ayam dilaksanakan di Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-
R/TPH) Rumah Potong babi (RPH-B/TPB) dan RPH-U/TPU, juga pada tempat-
tempat pemotongan sementara pada hari-hari Raya tertentu, seperti Hari Raya
Idhul Adha, Galungan dan Hari-Hari Besar Keagamaan lainnya. Pembinaan dan
pengawasan dilaksanakan pada malam hari sampai pagi (dari awal proses
pemotongan sampai selesai) untuk sapi dan babi, sedangkan terhadap unggas
dilakukan pada pagi sampai siang hari. Untuk Pengawasan di tempat-tempat
pemotongan sementara dilakukan pada pagi hingga selesai proses pemotongan.
Hal ini dilakukan agar :
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 158
- Pemeriksaan ante Mortem dan post mortem dilakukan rutin setiap hari
sebelum hewan dipotong dan dan setelah dipotong.
- Proses pemotongan dilaksanakan dengan menerapkan Higiene sanitasi,
dalam rangka menghasilkan daging hasil pemotongan memenuhi syarat
ASUH, yang bertujuan untuk menjamin ketentraman bathin masyarakat yang
mengkonsumsi daging.
- Agar proses pemotongan dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip
Kesejahteraan Hewan/Kesrawan. (Hewan tidak menderita saat dipotong dan
lain-lain ).
- Agar jagal tidak melakukan pemotongan terhadap sapi betina produktif.
Dalam kegiatan ini juga berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota khususnya
Bidang Kesmavet. Dari Hasil Sidak terhadap pemotongan sapi di RPH masih
ditemukan pemotongan sapi betina produktif. Dalam rangka mendukung
Kabupaten/Kota dalam penyedia daging ASUH maka melalui dana TP tahun
2015 telah dibantu pengadaan mobil box berpendingin untuk Rumah Potong
Hewan Kota Denpasar (RPH Pesanggaran), dan melalui dana Dekonsentrasi
juga telah dialokasi 1 unit alat AM/PM.
Kegiatan dilaksanakan pada malam hari dari jam 23.00 WITA – selesai
pemotongan. Kegiatan malam ini dilaksanakan dalam
rangka pembinaan dan pengawasan terhadap pemotongan sapi
betina produktif oleh jagal di RPH. Jika dalam pelaksanaan ditemukan ada sapi
betina produktif yang sudah dipotong, maka yang bersangkutan langsung dibina
serta menanda tangani surat pernyataan bahwa bersangkutan tidak akan
memotong sapi betina produktif, dan bila yang bersangkutan melanggar
maka bersedia dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
d. Tindakan/Penegakan Hukum.
Dalam tahun 2015 masih dilakukan kegiatan sosialisasi, pembinaan dan
pengawasan terhadap pemotongan sapi betina ptoduktif sedangkan pada tahun
2016 perlu tindakan represif (penegakan hukum) untuk memberikan efek jera
(shock theraphy) oleh PPNS dan/atau Polri terhadap pelaku pelanggaran
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 159
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan jo. Undang-Undang 41 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
terkait pemotongan ternak ruminansia betina produktif.
Ketentuan sanksi dan pidana pelanggaran pemotongan ruminansia betina
produktif tersebut telah diamanatkan pada pasal 86 yaitu pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) dan paling banyak Rp. 300.000.000,-
(Tiga Ratus Juta Rupiah). Amanat Undang-Undang tersebut harus
implementasikan pelaksanaannya dengan pembinaan terhadap para pelaku
usaha terutama para jagal dan penegakan hukum.
4. Pembinaan dan Pengawasan Praktek Higiene dan Sanitasi
Tujuan kegiatan ini adalah agar pelaku unit usaha baik itu produsen, distributor,
Ritail, RPH, TPH, RPU dan seluruh unit usaha yang bergerak dalam produk
bahan asal hewan harus menerapkan hygiene dan sanitasi dalam proses
produksi, penangannya juga peralatan dan personilnya, sehingga produk yang
dihasilkan, didistribusikan dan dijual benar-benar produk yang ASUH. Sebagai
bukti tertulis bahwa Unit Usaha telah menerapkan Higiene sanitasi adalah
didapatkannya Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Bagi Unit Usaha yang
sudah memiliki NKV, secara rutin akan dilakukan surveilans sesuai dengan level
yang didapat dalam 1 bulanan, 4 bulanan, Enam bulanan dan 1
tahun.
Level NKV menentukan distribusi produk yang diperbolehkan, baik itu untuk
distribusi lokal, antar provinsi dan untuk Eksport. Sedangkan yang belum
memiliki NKV tetap harus secara terus menerus dibina sampai Unit usaha
tersebut memiliki NKV. Dalam Tahun Anggaran 2015 Jumlah Unit Usaha yang
telah dibina sebanyak 11 unit usaha dan telah memiliki NKV sebanyak 7 unit
usaha.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 160
Kegiatan dilaksanakan di unit usaha/pelaku usaha pangan asal hewan di 9
(Sembilan) Kabupaten/Kota se–Bali dengan melalui tahapan :
a. Pembinaan/Bimbingan Sertifikasi.
- Pada tahapan pembinaan/bimbingan dilakukan identifikasi unit usaha
pangan asal hewan dengan meninjau ke lokasi unit usaha di 9
(Sembilan) Kab/Kota. Identifikasi dimaksudkan untuk mencari data unit
usaha yang belum dan telah memiliki NKV, komoditi, bangunan, sarana
dan prasarana unit usaha, higiene sanitasi, tenaga kerja/penanggung
jawab teknis, proses penanganan atau pengolahan, upaya pengelolaan
limbah dan lain-lain.
- Setelah identifikasi unit usaha pangan asal hewan dilakukan, selanjutnya
diadakan rapat persiapan sertifikasi dengan mengundang petugas di 9
(Sembilan) Kabupaten/Kota dengan menyertakan pelaku usaha di
wilayahnya.
b. Fasilitasi Sertifikasi.
- Mengunjungi unit usaha/pelaku usaha pangan asal hewan untuk membina
kearah sertifikasi NKV bagi unit usaha yang belum memiliki
NKV.
- Menilai pemenuhan persyaratan higiene sanitasi suatu unit usaha pangan
asal hewan sesuai dengan pedoman (Administrasi dan teknis) dan
menggunakan daftar penilaian (Audi Check List) dan selanjutnya
menerbitkan sertifikat NKV
- Bagi Unit usaha yang telah menerapkan higiene dan sanitasi dan telah
dinyatakan memenuhi syarat oleh Auditor maka diberikan Sertifikat NKV
sebagai bukti tertulis oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan provinsi Bali.
c. Surveilans.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 161
- Melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring, surveilans (terhadap unit
usaha yang telah memiliki NKV) serta Audit dilakukan oleh Auditor NKV
bersama–sama dengan petugas yang menangani fungsi Kesmavet di
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi dan didampingi oleh
petugas Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
- Pengawasan (surveilans) dilakukan bagi unit usaha yang telah
memiliki NKV dengan melihat penerapan higiene sanitasi, pencantuman
NKV pada produk, masa berlaku dan perubahan NKV serta Audit bagi unit
usaha yang telah siap untuk diaudit.
Daftar Perusahaan yang memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) di Provinsi Bali
PERUSAHAAN YANG BER-NKV DI PROVINSI BALI
NO. KAB/KOTA NAMA
PERUSAHAAN UNIT USAHA ALAMAT LEVEL NO/TGL
NKV
1 Tabanan
1 PT. Ciomas Adisatwa Rumah Pemotongan
Br. Dauh Yeh, Kaba-Kaba, II
RPU-5102040-09
Unggas Kaba-Kaba, Kediri, Tabanan 02 Juli 2009
2 UD. Rasmin Jaya Rumah Pemotongan Desa Dauh Pala, II
RPU-5103030-23
Unggas Kec. Tabanan 16 Januari 2012
3 PT. Epikure RPU Br. Apuan, Baturiti, Tabanan II
RPU-5102060-35
19 Maret 2015
2 Badung
1 Aerowisata Catering Jasa Boga Kuta, Badung II
ID-5103020-01
Service
2 PT. Clasic Fine Foods Distributor/Pengimpor/
Jl. Br. Pengubengan Kauh II
ID-5103030-05
Indonesia Ritel Kios Daging & No. 38 16 Maret
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 162
Kerobokan, Badung
2008
Hasil Olahan
3 PT. Lotustrad Distributor/Pengimpor/
Jl. ByPass Ngurah Rai No. 18 I
ID-5103010-12
Ritel Kios Daging & Jimbaran
6 September 2012
Hasil Olahan
4 PT. Wahana Boga Distributor/Pengimpor/
Jl. ByPass Ngurah Rai No. 18 II
ID-5103010-12
Nusantara Ritel Kios Daging & Jimbaran 31 Agustus 2009
Hasil Olahan
5 PT. Satria Pangan Sejati Tempat Pengolahan
Jl. Kediri 36 A, Kelurahan II
TPD-5103020-10
Daging Tuban, Kuta, Badung
31 Agustus 2009
6 CV. Megah Food Trading Distributor/Pengimpor/
Jl. Dewi Sri II No. 168 X, II
ID-5103020-13
Ritel Kios Daging & Kel. Kuta, Badung
16 Desember 2009
Hasil Olahan
7 PT. Lotte Shopping Distributor/Pengimpor/
Jl. Bypass Ngurah Rai II
ID-5109010-14
Indonesia Ritel Kios Daging &
No. 222X, Suwung, Denpasar
16 Desember 2009
(PT. Makro Indonesia) Hasil Olahan
8 PT. Matahari Putra Distributor/Pengimpor/
Jl. Bypass I Gst. Ngr. Rai I
KD-5103020-19
Prima Ritel Kios Daging & Simpang Siur Kuta, Bali
26 September 2011
Hasil Olahan
7 CV. Bayu Lestari Distributor/Pengimpor/
Jl. Uluwatu I No. 37 I
ID-5103010-18
Ritel Kios Daging & Kel. Jimbaran, 11 Juli
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 163
Kuta Selatan 2011 Hasil Olahan
8 PT. Sukanda Djaya Distributor/Pengimpor/
Jl. Raya I Gst. Ngr. Rai II
ID-5103020-22
Ritel Kios Daging & Tuban, Kuta
6 Desember 2011
Hasil Olahan
9 PT. Bali Kulina Utama Distributor/Pengimpor/
Jl. Raya Kampus No. 88 II
ID-5103010-08
Ritel Kios Daging & Jimbaran
6 Nopember 2012
Hasil Olahan
10 UD. Giok Emas Distributor/Chiler Jl. By Paas Ngurah Rai II
ID-5103010-29
Lingk. Bualu, Kel. Benoa,
Kuta Selatan, Badung
11 RPH-R Mambal Rumah Potong Hewan
Br. Undagi, Mambal, II
RPH-R-5103050-32
Abiansemal, Badung
7 Oktober 2013
12 PT. Bahana Gourmet Importir susu dan
Jl. Taman Giri No. 9, II
IS-5103010-37
Indonesia hasil olahan susu Br. Mumbul, Nusa Dua
07 September 2015
13 PT. Eloda Mitra Distributor makanan Jl. Muding Mundeh II/234 II
ID-5103030-38
dalam kemasan Kerobokan Kaja, Kuta Utara
14 PT. Hartanta Jaya Importir
Jl. Perum Puri Tegal Jaya II
ID-5103030-39
Food Service No. 2 Dalung, Kuta Utara
08 Oktober 2015
3 Denpasar
1 PT. Aromaduta Tempat Pemrosesan
Jl. Bypass Ngurah Rai II
TPD.A-5109010-15
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 164
Rasa
Prima Daging No. 555X, Br. Pesanggaran, 20 April 2010
Pedungan, Densel
2 UPTD. RPH Pesanggaran Pemotongan sapi dan
Jl. Raya Sesetan 23 II
RPHB-517101-27
babi Pedungan, Denpasar 1996
3 PT. Soejasch Bali Prossesing Daging
Jl. Gunung Patas No. 1 II
TPD-5109030-25
Padangsambian 13 Agustus 2012
4 PT. Canning Indonesia Prossesing Daging
Jl. Diponogoro No. 101 II
TPD-51030-17
Product (CIP) Denpasar 17 Pebruari 2011
5 UD. Bali Jaya RPU Denpasar Utara II RPU-5109031-20
28 Nopember 2011
6 PT. Alamboga Internusa Distributor/Pengimpor/
Jl. Sunia Negara No. 33 II
ID-5171010-03
Ritel Kios Daging & Suwung, Denpasar
25 Oktober 2012
Hasil Olahan
7 UD. Titiles Prossesing Daging Jl. Diponogoro Gg. VIII No. 06 III
TPD.B-5109030-16
Dauh Puri, Denpasar Barat
3 Desember 2012
8 PT. Usikada Prossesing Daging Jl. Cokroaminoto No. 209
TPD.A-517103-4
Denpasar
9 PT. Sapimas Harmonis Prossesing Daging
Jl. Mertasari No. 61
TPD.B-517103-7
Denpasar
10 UD. Sapi Bali Prossesing Daging Jl. Cokroaminoto No. 80
TPD.B-517103-10
Denpasar
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 165
11 CV. Positive Image
Distributor Forzen Food
Jl. Sekar Sari Gg. Nusa
ID-5171020-02
Indah No. 6 Sanur 2006
12 PT. Primafood Distributor Makanan Jl. Gatot Subroto No. 330 E III
ID-5171020-04
International dalam kemasan Kesiman, Denpasar 31 Mei 2007
13 UD. Budijaya Rumah Potong Unggas
Jl. A. Yani 195/215 III
RPU-5109031-20
Denpasar 28 Nopember 2011
5. Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Peredaran Produk Pangan Asal
Hewan (PAH) dan Produk Hewan Non Pangan.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran Unit usaha pangan asal hewan,
pasar tradisional, retail, supermarket, RPH/TPH dan RPU/TPU.
Adapun tujuan kegiatan ini adalah :
- Agar PAH dan Produk Hewan Non Pangan yang diproduksi, beredar dan
dijual memenuhi syarat Mutu (ASUH).
- Bahwa Produk yang diedarkan dan dijual terbebas dari penyakit Zoonosis.
- Menjamin ketentraman bathin masyarakat dalam mengkonsumsi PAH dan
Produk Hewan Non Pangan.
Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali
dan UPT Lab Keswan. Kegiatan ini meliputi pembinaan dan pemeriksaan baik
secara klinis, Laboratorium maupun uji cepat berupa test Formalin. Dari Hasil Uji
Formalin terhadap PAH (daging ayam, daging sapi dan babi) dan Produk Olahan
(Bakso ayam, sosis dan lain-lain) yang dilaksanakan di pasar tradisional seluruh
Kabupaten/Kota hasilnya Negatif, sedangkan uji kuman pada beberapa Unit
Usaha dan di pasar tradisional seluruh Bali masih ditemukan kandungan kuman
Coliform cukup tinggi. Sebagai tindak lanjut hasil pemeriksaan ini telah dilakukan
pembinaan agar meningkatkan hygiene sanitasi dalam penanganan Pangan Asal
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 166
Hewan, Produk Olahan serta peningkatan hygiene sanitasi personal dan
peralatan.
7.4.Masalah dan Pemecahan
Adapun permasalah yang dihadapi oleh bidang Kesmavet dalam
pelaksanaannya tahun 2015 adalah :
1. Sebagian besar Rumah Potong Hewan (RPH) yang ada di Bali baik bangunan,
peralatan dan sarana prasarana lainnya sebagian besar tidak memenuhi syarat.
2. SDM yang mendukung RPH (Dokter Hewan Penanggung Jawab, Keurmasteur
dan pengawas kesmavet) masih sangat kurang sehingga dalam proses
pemotongan tidak ada pengawasan.
3. Masih ditemukannya pemotongan sapi betina Produktif di RPH.
4. Sulitnya Kabupaten untuk melaporkan hasil pemotongan tepat waktu, sehingga
sampai akhir tahun anggaran belum semua data hasil pemotongan dilaporkan.
5. Sulit merubah tingkah laku/kebiasaan pedagang dipasar tradisional untuk
menerapkan hygiene sanitasi baik pada dirinya sendiri, alat yang digunakan
maupun pada produk yang dijualnya.
6. Masyarakat belum memiliki pengetahuan yang cukup dalam menilai produk
peternakan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
7. Masih adanya pemasukan bahan asal hewan (daging) tanpa dokumen ke
Provinsi Bali.
Dalam upaya pemecahan permasalahan-permasalahan diatas perlu koordinasi
antara Dinas-Dinas dan komponen pelaku peternakan sehingga ada kegiatan
secara terpadu. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan antara lain :
1. Pembinaan
Ditujukan kepada Pelaku Unit Usaha Pangan Asal Hewan dan Produk Hewan
Non Pangan, Pedagang dan konsumen yang meliputi materi pengenalan
penyakit hewan zoonosis dan Food Born Disease dan penerapan hygiene
sanitasi.
2. Sosialisasi
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 167
Khusus untuk aturan-aturan pemotongan (pelarangan pemotongan betina
produktif), penerapan Kesrawan dan lain-lain. Sosialisasi dilakukan secara tatap
muka juga melalui TV Sport.
3. Koordinasi
Khusus untuk sarana prasarana yang harus diperbaiki dan diadakan seperti RPH,
RPU serta peralatan dan sarana pendukung dilakukan koordinasi dengan
Kabupaten/Kota untuk bisa menganggarkan dari APBD II, juga mengajukan
proposal untuk didukung oleh Pemerintah Pusat.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 168
BAB VIII
UPT BALAI INSEMINASI BUATAN DAERAH (BIBD)
8.1. Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi UPT BIBD
8.1.1 Struktur Organisasi
Ka UPTBIBD
Kasubbag TU
Kasi Produksi dan Distribusi
Semen
Kasi Sumber Daya dan
Kelembagaan IB
8.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi UPT BIBD
1) Kepala UPT mempunyai tugas :
a. Menyusun Rencana Kerja dan Program Kerja UPT
b. Mengkoordinasikan program kerja Sub Bagian dan Seksi
c. Mengkoordinasikan Kepala Sub bagian dan eksi
d. Menilai Prestasi kerja bawahan
e. Membimbing dan member petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan
Kepala Seksi
f. Melakukan koordinasi dengan Sekretaris dan Kepala Bidang
g.Mengkoordinir pelaksanaan program Inseminasi Buatan untuk
meningkatkan mutu genetic ternak
h. Mengkoordinir produksi dan distribusi semen dan pelaksanaan
Inseminasi Buatan
i. Melaksanakan pengawasan produksi dan semen, distribusi semen,
dan pelaksanaan Inseminasi Buatan
j. Melaksanakan monitoring, mengevaluasi dan merumuskan hasil
pelaksanaan Inseminasi Buatan di UPT
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 169
k. Menyiapkan sumberdaya dan kelembagaan pelaksanaan Inseminasi
Buatan
l. Melaksanakan system pengendalian intern
m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya
n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
a. Menyusun rencana dan program kerja UPT
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan
c. Menilai prestasi kerja bawahan
d. Mengelola urusan surat menyurat
e. Membuat, menghimpun dan memelihara administrasi umum dn
kepegawaian
f. Mengelola, memelihara, dan mendistribusikan barang
g. Memelihara gedung , perlengkapan kantor, dan sarana prasarana
kantor
h. Mengadakan buku-buku dan bahan bacaan untuk perpustakaan
i. Melaksanakan system pengendalian intern
j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT
3. Kepala Seksi Produksi dan Distribusi Semen
a. Menyusun rencana dan program kerja seksi
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan
c. Menilai prestasi kerja bawahan
d. Memelihara dan merawat ternak yang dimiliki serta lingkungannya
e. Merawat dan memelihara pejantan sebagai sumber produksi semen
f. Melakukan penampungan semen ternak dan memrosesnya menjadi
semen cair maupun semen beku yang siap untuk digunakan
g.Melakukan produksi dan distribusi semen untuk pelaksanaan
inseminasi buatan
h. Menyimpan dan merawat semen hasil produksi
i. Melakukan monitoring dan evaluasi kualitas semen
j. melakukan pengawasan terhadap distribusi dan penggunaan semen
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 170
k. Mengolah, menanam, dan merawat kebun hijauan untuk kebutuhan
pakan ternak yang dimiliki
l. Melaksanakan evaluasi dan peremajaan pejantan ternak yang
digunakan untuk sumber produksi semen
m. Merancang kebutuhan dan produksi semen
n. Menyediakan , menggunakan dan pemeliharaan sarana, peralatan
dan bahan yang diperlukan untuk memproduksi semen
o. Melaksanakan system pengendalian intern
p. Melaksanakan tugas kedinasan lainnyayang ditugaskan oleh
atasandan
q. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT.
4.Kepala Seksi Sumberdaya dan Kelembagaan IB
a. Menyusun rencana dan program kerja seksi
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan
c. Menilai prestasi bawahan
d. Menyiapkan dan membina sumberdaya manusia untuk pelaksanaan
inseminasi buatan
e. Menyiapkan Unit lokasi untuk pelaksanaan inseminasi bauatn
f. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan kelembagaan untuk
pelaksanaan inseminasi buatan
g. Menyiapkan sarana dan prsarana yang diperlukan untuk pelayanan
inseminasi bauatn
h. Melakukan pendataan dan penyelamatan terhadap hasil-hasil ternak
bibit yang bermutu
i. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan inseminasi buatan
j. Melaksanakan system pengendalian intern
k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
l. Malaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala UPT
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 171
8.2. KEGIATAN UPT- BIBD DAN HASIL KEGIATAN
Kegiatan utama di UPT BIBD adalah Kegiatan Poduksi dan Distribusi
Semen dan beberapa kegiatan pendukung adalah kegiatan Pengembangan
Pelayanan IB dan Kegiatan Rutin yang bertujuan untuk mendukung
kelancaran seluruh kegiatan yang dialokasikan di UPT Balai Inseminasi
Buatan Daerah
8.2.1. Kegiatan Seksi Produksi dan Distibusi Semen
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Seksi Produksi dan Distribusi Semen,
yang mana seksi ini memegang peranan dalam melakukan seluruh
kegiatan yang merupakan cord bisnis dari kegiatan yang ada di UPT
BIBD. Seksi ini bertanggungjawab dalam penyediaan semen beku
sapi bali dan semen cair babi serta penyediaan bibit babi yang
berkualitas untuk disebarkan ke masyarakat. Kegiatan Seksi
Produksi dan Distribusi Semen dijabarkan dalam beberapa jenis
kegiatan antara lain:
1). Pemeliharaan Pejantan Sapi Bali (Bull).
Pemeliharaan pejantan sapi bali dilaksanakan oleh petugas
khusus yang dididik dan dilatih khusus untuk menangani
pemeliharaan pejantan sapi bali sebagai donor semen beku.
Pemeliharaan sapi pejantan harus mendapat perlakuan dan
perawatan khusus untuk mendapatkan hasil semen segar yang
memenuhi standar baik kuantitas maupun kualitas. Kegiatan
pemeliharaan pejantan donor meliputi :
- Pemberian pakan.
Pemberian pakan ternak dijadwalkan setiap hari yaitu pagi
diberikan HPT siang konsentrat dan sore HPT dengan jumlah
pemberian sesuai dengan berat badan yang diinginkan
(mendapatkan berat badan yang ideal). Berat badan sapi
pejantan donor diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu
berat karena akan mempengaruhi kemampuan saat menaiki
teaser pada saat ditampung .
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 172
- Perawatan terhadap pejantan dilakukan dengan selalu
memperhatikan kebersihan badan , bentuk kuku dan
memperhatikan kondisi umum pejantan setiap hari
- Melakukan exercise terhadap pejantan penting dilakukan
untuk menjaga stamina pejantan. Exercise dilakukan dengan
mengeluarkan pejantan dari kandang dan mengikatkan pada
line bull atau lapangan exercise minimal sekali dalam
seminggu
- Melakukan pelayanan kesehatan setiap bulan secara rutin
yang dilaksanakan bersamaan dengan penimbangan.
Pelayanan kesehatan dengan pemberian vitamin dan
pelayanan melakukan pengobatan kalua ada pejantan yang
sakit
- Melakukan pemotongan kuku untuk sapi pejantan yang
kukunya panjang. Pemotongan kuku dilakukan untuk menjaga
kuku tetap terawat dengan baik
- Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar untuk
menjaga kenyamanan ternak dimana semua itu
mempengaruhi kualitas semen segar yang dihasilkan
Nama Pejantan dan Asal Pejantan Sapi di UPT BIBD Tahun 2015
No Nama
Pejantan
Kode Asal
1 Metro 19903 Desa Taro, Tegalalang, Gianyar
2 Arikuta J 11408 Desa Tajen, Penebel Tabanan
3 Brani 10321 Desa Belantih, Kintamani, Bangli
4 Mertasari 10424 Desa Belantih , Kintamani, Bangli
5 Nitih 10525 Desa Belantih , Kintamani, Bangli
6 Arjuna 10628 BPTU Pulukan
7 Blandar 10932 Blantih, Kintamani
8 Bulba Kanta 10833 Babakan, Buleleng,
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 173
9 Buana Merta 10934 Wanagiri,Buleleng
10 Buga Manta 10935 Pegayaman, Buleleng
11 Bangkardi 11036 Pegayaman, Buleleng
12 Tamara 11237 Marga, Tabanan
13 Busanta 11238 Buleleng, Pancasari
2) Prosessing Semen Beku
Kegiatan prosessing semen beku adalah kegiatan untuk membuat
semen beku sapi bali mulai dari penampungan sampai menjadi
semen beku yang siap untuk disebarkan melalui tahapan tahapan
sesuai dengan SOP untuk menghasilkan semen beku yang
berkualitas. Tahapan pembuatan semen beku;
- Melakukan penampungan sapi pejantan. Penampungan
dilakukan oleh tenaga-tenaga yang terlatih karena kegiatan
penampungan memerlukan keterampilan dan keahlian khusus.
Petugas penampung di UPT BIBD sudah mendapat pelatihan
khusus tentang bagaimana cara penampungan sesuai dengan
standar untuk mendapatkan hasil penampungan berupa semen
segar yang berkualitas
- Melakukan prossesing semen . Prosessing semen dilakukan oleh
tenaga yang terlatih dan bertanggungjawab yang telah
mendapatkan pelatihan teknik laborant. Prosessing semen
dimulai dari evaluasi tahap pertama (evaluasi semen segar),
evaluasi setelah pengenceran, evaluasi pre freezing dan
evaluasi post thawing dengan menggunakan peralatan otomatik
dan dikerjakan sesuai standar operasional prosedur prosessing
semen beku sesuai dengan SNI. Target kinerja yang ditetapkan
dalam rencana kerja tahunan UPT Balai Inseminasi Buatan
Daerah Provinsi Bali menargetkan jumlah produksi semen beku
tahun 2015 sebanyak 100.000 dosis. Semen beku yang
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 174
dihasilkan adalah semen beku dengan kualitas yang sesuai
dengan standar SNI, dan telah diuji di Laboratorium pengujian
yang terakreditasi di BBIB Singosari malang dengan mengirim
sample sebanyak 125 sample dan di Balai Inseminiasi Buatan
Lembang bandung dengan mengirim sample sebanyak 114
sample. Hasil pengujian dari sample yang dikirim menyatakan
bahwa semen beku sapi bali yang diproduksi oleh BIBD Baturiti
layak untuk disebarkan.
Hasil produksi semen beku Sapi Bali Murni tahun 2015 sebagai
berikut :
No Nama Pejantan Jml Produksi (dss)
1 Metro 11.034
2 Arikuta J -
3 Brani 9.305
4 Mertasari 10.971
5 Nitih 6.230
6 Arjuna 9.762
7 Sahadewa 3.691
9 Blandar 7.516
10 Bulbakanta 13.215
11 Buana Merta 13.082
12 Bugamanta 7.888
13 Bangkardi 8.387
14 Tamara - *)
15 Busanta - *)
Jumlah 100.171
3. Distribusi semen
Dalam proses distribusi semen beku sapi Bali, UPT BIBD Provinsi Bali
berkerjasama dengan Koperasi Nandini untuk menyebarkan semen
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 175
beku baik untuk keperluan di dalam daerah maupun untuk keperluan
luar daerah. Pelaksanaan pendistribusian diupayakan agar memenuhi
prinsip tepat waktu artinya selalu tersedia setiap dibutuhkan di
lapangan , tepat jumlah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan di
masing-masing pemohon serta tersedianya sarana dan prasarana
yang memadai dan memenuhi persyaratan keamanan dan untuk
transportasi di lapangan. tepat jenis artinya mengatur masing-masing
pejantan yang dialokasikan ke msing-masing Kabupaten/Kota diatur
seemikian rupa sehingga pejantan berasal dari desa A tidak kembali
ke desa A dan seterusnya. Pengaturan tersebut dilakukan dalam
uapaya untuk menghindari terjadi inbreeding. Satu jenis pejantan
hanya diperbolehkan didistribusikan selama tidak lebih dari 2 (dua)
tahun secara berturut-turut di tempat yang sama. Adapun distribusi
semen seperti table berikut :
No Kabupaten/Kota Distribusi Rusak Total
1 Denpasar 2.020 0 2.020
2 Badung 6.566 0 6.566
3 Gianyar 5.897 0 5.897
4 Klungkung 7.617 0 7.617
5 Karangasem 15.667 0 15.667
6 Bangli 13.462 0 13.462
7 Buleleng 6.541 0 6.541
8 Jembrana 13.242 0 13.242
9 Tabanan 11.200 0 11.200
10 Luar Daerah 16.369 0 16.369
Jumlah Tahun 2015 98.581 0 98.581
8.2.2 Kegiatan Prosessing Semen Babi
Kegiatan prosessing semen babi adalah kegiatan untuk memproduksi
semen cair babi unggul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Bali
Pada tahun 2015 target produksi semen cair babi sebanyak 10.000
dosis. Untuk memenuhi kebutuhan semen babi dan untuk memudahkan
jangkauan pelayanan UPT BIBD melaksanakan kegiatan Prosessing
semen babi di dua unit pelayanan yaitu di UPT BIBD induk di baturiti dan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 176
di Unit Pelayanan Buruan di Bahbatuhdilaksanakan di UPT BIBD Baturiti
dan di Unit Stasiun Buruan, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar.
Maksud dari pengembangan produksi adalah untuk memperluas dan
memudahkan jangkauan pelayanan penyebaran semen cair babi untuk
wilayah Bali. Untuk melayani wilayah Bali bagian Timur seperti
Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem dipenuhi dari produksi di
lokasi Stasiun Buruan, sedangkan untuk lokasi produksi di Baturiti
adalah untuk melayani Bali Bagian Tengah dan Barat seperti Tabanan,
Badung, Denpasar, Jembrana dan Singaraja.
Jumlah Produksi Semen cair babi tahun 2015 terlihat pada
table berikut :
No Nama Pejantan Bangsa
/Ras Jml
Produksi Keterangan
1 DR Paku Aji Box 10
Duroc 121
2 DR Pit Chapet 01
Duroc Pitrin
762
3 LR Subang 01 landrace 759
4 LR Subang 02 landrace 775
5 LR Sebatu Landrace 782
6 LR Bar Hemma. JR
Landrace 165
7 LR Bar Junior Landrace 785
8 LR Sebatu JR Landrace 747
9 LR Malet Landrace 747
10 LR Bangsal Landrace 769
11 LR Martab Landrace 354
12 DR Malet 01 Duroc 337
13 DR Malet 02 Duroc 355
14 LR Kosala Landrace 1043
15 LR. BTR. BAR.BOX
Landrace 1051
16 LR Mubang Landrace 1031
17 LR Musala 01 Landrace 1077
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 177
18 LR Musala 02 Landrace 996
Jumlah 12.656 75 dss dipakai di
Baturiti
8.2.3. Kegiatan Pembibitan Ternak Babi dan Ternak Sapi
Salah satu tugas pokok dan fungsi UPT BIBD Provinsi Bali adalah
menyebarkan bibit sapi dan bibit babi unggul untuk disebarkan ke
masyarakat. Jumlah ternak yang dipelihara dan dikembangkan di UPT
BIBD awal tahun 2015 adalah sebanyak 15 ekor induk sapi bali dan 15
ekor induk babi. Selama tahun 2015 babi menghasilkan anak sebanyak
206 ekor dan sapi menghasilkan anak 4 ekor dan masih ada 2 (dua )
ekor sapi masih dalam kondisi bunting
Mutasi ternak bibit di UPT BIBD sebagai berikut :
Ternak sapi
Ternak awal : 15 ekor induk, 3 ekor anak
Jual : 2 ekor anak dan 3 induk
Lahir : 5 ekor
Mati : 1 ekor induk
Keadaan akhir : 11 ekor induk, 6 ekor anak
Ternak babi induk
Induk babi awal : 15 ekor
Jual induk afkir : 2 ekor
Anak : 206 ekor
Jual anak : 206 ekor
Beli : 3 ekor induk
Keadaan akhir induk : 16 ekor
Ternak babi jantan
Keadaan awal : 15 ekor
Jual (afkir) : 3 ekor
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 178
Beli : 3 ekor
Keadaan ternak akhir : 15 ekor
8.2.4. Pemeliharaan Hijauan Pakan Ternak
Kegiatan pemeliharaan Hijauan Pakan Ternak (HPT) yang dilaksanakan
di UPT BIBD seluas lebih kurang 3,5 Ha dipergunakan untuk pakan
ternak sapi jantan dan sapi betina yang dipeliharan di UPT BIBD. Untuk
mempermudah pemeliharaan dan perawatan kebun HPT luasan kebun
dibagi menjadi sepuluh petak dengan masing-masing luasan berbeda
sesuai dengan lokasi dan kondisi tanahnya dimana untuk pemeliharaan
masing-masing petak dijadwalkan sedemikian rupa sehingga
pemeliharaan bisa dilakukan setiap saat mulai dari pemotongan,
penggemburan, penyiangan dan penyulaman. Produksi kebun HPT
belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sapi pejantan dan sapi
betina yang dipelihara di UPT sehingga untuk mencukupi kebutuhan
pakan hijauan dipenuhi dengan menganggarkan pakan ternak melalui
anggaran APBD setiap tahunnya . Tahun 2015 anggaran untuk
pengadaan HPT sebanyak Rp. 118.579.500,- . Jenis tanaman hijauan
yang ditanam seperti rumput raja, gamal, kayu santen, kalihandra. Dan
ada beberapa legum lainnya. Pemeliharaan kebun hijauan khususnya
meliputi pembongkaran tidak dilakukan secara serempak mengingat luas
kebun yang sangat terbatas untuk menghindari turunnya jumlah produksi
secara bersamaan. Pembongkaran secara bertahap juga dimaksudkan
untuk memungkinkan produksi untuk kebutuhan pakan pada sapi di UPT
BIBD
.
8.2.4.Kegiatan Seksi Sumber Daya Kelembagaan Inseminasi Buatan.
Mendukung keberhasilan Visi dan Misi dari Dinas Peternakan dan kesehatan
Hewan Provinsi Bali, untuk tahun 2015 kegiatan Pelayanan IB di Provinsi Bali
memiliki target pelayanan sebagai berikut :
- Akseptor : 77.562 ekor
- Semen Beku : 93.874 dosis
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 179
- S/C : 1,2
Penetapan target tersebut diatas sesuai dengan target yang ditetapkan
masing-masing Kabupaten/Kota yang dihitung berdasarkan potensi dari
masing-masing Kabupaten/Kota dan dukungan sarana dan prasarana.
Tahun 2015 dukungan sarana dan prasarana yang dialokasikan ke
Kabupaten/Kota berupa berupa operasional Pelayanan IB yaitu untuk
kegiatan PKB, ATR, Recording dan N2 cair untuk distribusi semen beku
ke seluruh Kabupaten/kota serta untuk pemeliharaan semen beku di
masing-masing Kabupaten/Kota . Sarana dan prasarana tersebut lebih
banyak bersumber dari APBN tahun 2015 (06)
Tabel Pelaksanaan Alokasi PKB, ATR, N2 Cair seperti tabel berikut:
Realisasi Pelaksanaan PKB, ATR dan Distribusi N2 Cair Tahun 2015
No Kabupaten/Kota PKB ATR N2 Cair (ltr)
1 Denpasar 200 100 0
2 Badung 500 155 1090
3 Gianyar 500 150 3040
4 Klungkung 663 0 3150
5 Karangasem 900 300 4735
6 Bangli 556 150 3050
7 Buleleng 700 250 5085
8 Jembrana 350 25 3560
9 Tabanan 667 202 4905
10 Depo Prov 2570
Jumlah 5.036 1.332 31.185
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 180
Sarana dan Prasarana yang dialokasikan adalah untuk mendukung
pelaksanaan IB di masing- masing Kabupaten di Provinsi Bali. Hasil
Pelaksanaan IB dapat dilihat pada tabel Berikut :
Tabel Hasil Pelaksanaan Pelayanan IB Tahun 2015 di Provinsi Bali
No Kabupaten/Kota Jml
Akseptor Jml
Semen Ket
1 Denpasar 2.723 2.826
2 Badung 6.548 7.154
3 Gianyar 9.190 10.130
4 Klungkung 10.727 11.465
5 Karangasem 10.803 11.819
6 Bangli 8.239 8.590
7 Buleleng 9.964 10.360
8 Jembrana 2.091 2.240
9 Tabanan 8.704 9.332
Jumlah 68.989 73.916
Jumlah semen beku yang didistribusikan ke Kabupaten/Kota selama
tahun 2015 sebanyak 80.212 dosis sedangkan pelayanan yang
terlaporkan sebanyak 73.916 ini kemungkinan masih banyak inseminator
yang tidak melaporkan atau masih adanya stok semen beku di
Kabupaten/Kota. Kemungkinan lainnya adalah banyaknya kelompok
kelompok ternak pemula yang belum memanfatkan teknologi IB sebagai
cara perkawinannya di mana masih menggunakan ara kawin alam.
8.3. Kegiatan Subbag Tata Usaha
8.3.1 Subag Tata Usaha UPT BIBD melaksanakan tugas tugas rutin ketata
usahaan meliputi urusan kepegawaian, keuangan, lingkungan kerja,
sarana prasarana gedung kantor, sarana prasarana peralatan kantor
dan sarana prasarana perlengkapan kantor
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 181
- Pegawai
Jumlah Pegawai UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali
tahun 2015 sebanyak 19 (sembilan belas) orang pegawai negeri sipil
dan 10 (sepuluh) orang tenaga kontrak dan dua orang sopir.
Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan,
kepangkatan/golongan dan umur seperti pada tabel berikut :
a) Tabel Jumlah Pegawai UPT BIBD tahun 2014 berdasarkan Jenjang
Pendidikan:
No Jenjang
Pendidikan
Status Kepegawaian
Ket PNS Organik
Tenaga Kontrak
Jumlah
1 Pasca Sarjana 1 1
2 Dokter Hewan 3 3
3 Sarjana S1 3 - 3
4 Sarjana Muda - - -
5 SMA 12 12 24
6 SMP - - -
7 SD - - -
19 12 31
b) Jumlah Pegawai UPT BIBD Provinsi Bali Berdasarkan Golongan
Kepangkatan
No Jenjang
Pendidikan Golongan Kepegawaian
Ket IV III II I
1 Pasca Sarjana 1 - - -
2 Sarjana (S1) - 3 - -
3 Dokter Hewan 2 1 - -
4 Sarjana Muda - - - -
5 SMA - 6 6
6 SMP - - - -
7 SD - - - -
Jumlah 3 10 6 -
8.3.2 Surat Menyurat
Tahun 2015 arus surat masuk dan surat keluar di UPT Balai Inseminasi
Buatan Daerah Provinsi Bali sebanyak masing-masing 556 buah surat
masuk dan sebanyak 1.593 surat keluar
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 182
8.3.3 Bangunan Gedung
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di UPT Balai Inseminasi
Buatan Daerah Provinsi Bali dan untuk kenyamanan dalam penyelesaian
tugas tugas beberapa bangunan yang dimiliki UPT BIBD diantaranya :
- Gedung Kantor 2 unit yang berlokasi di Desa Pekarangan Baturiti Tabanan
dan di Stasiun Unit Buruan Kabupaten Gianyar
- Aula (ruang pertemuan ) 1 unit, berlokasi di Kantor UPT BIBD Pekarangan
Baturiti ( merupakan bangunan yang baru dibangun dengan sumber dana
dari DAK tahun 2014
- Tempat Sembahyang (Padmasana) 2 unit, berlokasi di Kantor UPT BIBD
Baturiti Tabanan dan di Stasiun Buruan Gianyar
- Kandang Ternak terdiri dari :
Kandang sapi pejantan sebanyak 3 unit dengan kapasitas untuk 18
ekor
Kandang sapi betina dengan kapasitas 22 ekor di dua lokasi
Kandang babi 2 unit berlokasi di Kantor UPT BIBD Baturiti Tabanan
dan di Stasiun Buruan Gianyar
8.3.4. Sarana Prasarana Peralatan/Perlengkapan kantor
Sarana prasarana peralatan/perlengkapan kantor milik UPT BIBD
bersumber dari dana APBD dan APBN. Beberapa peralatan/perlengkpan
kantor :
Barang Peralatan/Perlengkapan Kantor Pengadaan Tahun 2015
No Nama Barang Merk
Sumber Anggaran
Vol APBD APB
N
1 Komputer PC HP 20 WD √ 4
2 Printer Apson L 200 √ 4
3 Minitor Komputer
HP 20 WD √ 1
4 Kontainer Depo HP 20 WD √ 4
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 183
Straw
5 Kontainer Depo N2 Cair
Cryoseal √ 5
6 Fotometer SDM 6
Minitube √ 2
7 Sterilisator Alat Mermet √ 1
8 Sterilisator Vagina Buatan
Minitube √ 1
9 Mikroskop Trinokuler
Olympus √ 1
10 Layar Monitor LG √ 1
11 Tool Kit Krisbow √ 1
12 Pompa Air √ 1
13 Gerobak Dorong
√ 6
14 Papan Informasi
√ 6
15 Podium √ 1
16 Alat Pemotong Kuku (Hidrolik)
√ 1
17 Karosel √ 2
18 Dumy Saw √ 2
8.4. Pendapatan Asli Daerah
Unit Pelayanan Teknis Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali ,
merupakan Unit Pelaksanan Teknis Dinas yang mempunyai fungsi ekonomis,
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah
dimana untuk tahun 2015 target PAD yang ditargetkan untuk Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali sebanyak Rp. 534.400.000 PAD yang
ditargetkan semuanya berasal dari penjualan usaha daerah dari Kegiatan di UPT
BIBD Provinsi Bali. Upaya upaya untuk mengembangkan potensi pendapatan
terus dilakukan dengan mengoptimalkan kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Adapun realisasi Pendapatan Asli Daerah UPT. BIBD seperti disajikan dalam
tabel berikut :
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 184
TARGET DAN REALISASI PAD TAHUN 2015
No Jenis
Penerimaan Target
ekor/dosis
Realisasi
ekor/dosis
Target (Rp) Realisasi
(Rp) Keterangan
1 Hasil Ternak
a. Babi bibit b. Sapi Bibit
200 1
206 2
60,000,000 4.500.000
61,800,000 13.700.000
b. Ternak Afkir
- Sapi Induk 2 3 7.500.000 11.895.000
- Babi Pejantan
2 2 1.500.000 3.450.000
- Babi Induk
2 2 1,500,000 1.910.000
2 Semen Beku Sapi
Dalam Daerah 75.000 82.212 300.000.000 328.848.000
Luar Daerah 7,500 16,369 37.500,000 81.845,000
3 Semen cair babi 10,000 12,656 120,000,000 151,872,000
Jumlah 534.400.000 655.338.000 122.63%
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 185
8.5. Pendanaan
Kegiatan di UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali
didanai dari sumber anggaran APBD dan APBN. Adapun jumlah
dana yang dialokasikan pada UPT Balai inseminasi Buatan Daerah
Provinsi Bali adalah sebagai berikut :
Tabel Sumber Dana pada Kegiatan di UPT BIBD
No Program Kegiatan Jml Dana Realisasi
(Rp) Fisik (%)
Keuangan (%)
I APBD
1 Program pelayanan Administrasi Perkantoran
- - - - - - -
Penyediaan Jasa Surat Menyurat Penyediaan Jasa komunikasi Sumberdaya air dan listrik Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor Penyediaan Alat Tulis Kantor Penyediaan barang cetakan dan penggandaan Penyediaan Komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-
2.070
21.600
69.750
9.919
5.700
3.600
3.000
100
100
100
100
100
100
100
99,93
78,88
99,99
94,24
96,67
96,75
96,02
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 186
- - -
undangan Belanja makan dan Minum Rapat rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah dan dalam daerah Upacara keagamaan
11.100
25.984
15.000
100
87,11
100
100
72,57
100
2 Program peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
- - - -
Pembangunan/ Rehabilitasi UPT Balai inseminasi Buatan Daerah Pemeliharaan Rutin Berkala Gedung kantor Pemeliharaan rutin berkala kendaraan dinas Pemeliharaan rutin/ berkala peralatan gedung kantor
2.462.200
35.500
157.553,92
31.850
100
100
99,36
100
81,99
98,48
89,97
99,01
3 Program Peningkatan produksi hasil peternakan
- -
Produksi dan Distribusi Semen Pengembangan Pelayanan Teknologi Inseminasi Buatan
1.340.500.
33.050
99,29
98,25
97,33
88,50
Jumlah 4.228.376,92
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 187
II APBN
1 Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewan yang Aman , Sehat, Utuh dan Hala
Peningkatan Produksi Ternak dengan Pendayaguaan Sumber Daya lokal
1.065.050 78,93 78,86
TOTAL DANA APBD DAN APBN 5.293.426,92
8.5. Permasalahan dan Pemecahan Masalah
Dalam pelaksanaan kegiatan di UPT Balai Inseminasi Buatan
Daerah Provinsi Bali masih ditemui permasalahan dalam upaya
menghasilkan bibit/benih ternak yang berkualitas seperti :
1) Peremajaan induk dan pejantan babi unggul belum dilakukan
secara berkesinambungan karena keterbatasan anggaran
sehingga kualitas bibit/benih yang dihasilkan semakin menurun
2) Pelaksanaan IB di masyarakat sebagai upaya untuk
mempertahankan plasma nutfah dan mutu genetik sapi bali
masih banyak hambatan, hal ini disebabkan karena :
a. Pemahaman masyarakat tentang teknologi IB masih kurang
b. Masih adanya pejantan yang dapat dipinjam secara gratis di
masyarakat sehingga masyarakat lebih memilih
menggunakan kawin alam dibandingkan mengeluarkan
biaya untuk perkawinan sapi-sapinya
c. Beberapa peternak tidak memahami cara mendeteksi birahi
sehingga sering terlambat untuk mengawinkan ternaknya
d. Masih kurang meratanya penyebaran petugas inseminasi
buatan di lapangan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 188
Pemecahan Masalah
1). Merencanakan untuk Penganggarkan pengadaan ternak
sebagai calon pejantan sapi dan babi serta pengadaan calon
induk sapi dan babi
2). Lebih menginteksifkan pembinaan kepada inseminator
maupun peternak agar pemahaman tentang Inseminasi
Buatan dapat ditingkatkan,
3). Memperbaiki dan menata organisasi pelayanan IB di
lapangan
Penutup
Demikian Laporan Pelaksanaan ini untuk dijadikan bahan
evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan di tahun mendatang
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 189
BAB IX
UPT LABORATORIUM KESEHATAN HEWAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Kesehatan Hewan
yang berlokasi di Jln. Gurita No.6 Sesetan - Denpasar dibangun diatas
lahan dengan luas 2060 m2. UPT. Laboratorium Keswan merupakan
salah satu UPT Lingkup Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali yang dibentuk tahun 2008, sesuai dengan Perda No 2
Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja perangkat daerah
Provinsi Bali, kemudian perubahan kelembagaan sesuai dengan
Perda No.4 Tahun 2011 serta Pergub No.98 Tahun 2011 tentang
organisasi serta rincian tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis
di lingkungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.
Dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi tersebut Kepala
UPT membawahi 3 seksi (kasi) yaitu Sub Bagian Tata Usaha, Seksi
Epidemiologi dan Pelayanan Lapangan serta Seksi Pengujian dan
Pemeriksaan Laboratorium. UPT Laboratorium Keswan mempunyai
kewenangan melaksanakan pemeriksaan, penyidikan dan pengujian
penyakit hewan dan bahan asal hewan.
UPT Laboratorium Kesehatan Hewan mempunyai peranan
yang sangat penting khususnya dalam memberikan pelayanan
laboratorium dan diagnosa penyakit hewan dan bahan asal hewan
secara benar dan akurat sesuai dengan standar diagnosa
laboratorium kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner
nasional. Secara umum UPT Laboratorium Kesehatan Hewan juga
melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat dalam kegiatan
surveilans dan monitoring penyakit hewan dan bahan asal hewan.
Secara khusus UPT Laboratorium Keswan merupakan tempat yang
digunakan untuk kegiatan pemeriksaan contoh yang berasal dari
hewan maupun Bahan Asal Hewan (BAH) untuk menetapkan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 190
diagnosa. Sebagai dasar pengambilan kebijakan oleh
Pimpinan/Stakeholder. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
harus mempunyai nilai manfaat untuk kepentingan masyarakat,
jawaban pemeriksaan laboratorium diterima tepat waktu dan akurat
dengan tarif jasa pelayanan laboratorium sampai akhir 2015 masih
belum di pungut (belum ada perda yang mengatur tentang
pemungutan jasa layanan).
Sesuai Peraturan Gubernur No.98 Tahun 2011 UPT
Laboratorium Keswan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menyusun rencana program.
2. Mengkoordinasikan kegiatan dengan seluruh Stake holder terkait .
3. Melaksanakan teknis operasional penyidikan, pemeriksaan,
pengujian dan sertifikasi veteriner.
4. Melaksanakan investigasi, surveilans dan pelayanan
penanggulangan penyakit Veteriner.
5. Merumuskan hasil penyidikan dan pengujian dan pemetaan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud :
Memenuhi kaidah sistem pelayanan prima (mempunyai nilai
manfaat untuk kepentingan masyarakat) di dalam pengendalian
penyakit hewan dan mengetahui status keamanan, kesehatan,
keutuhan serta kehalalan bahan asal hewan yang layak dikonsumsi
serta perlindungan terhadap konsumen dan pemberdayaan peternak.
Tujuan :
1. Meningkatkan status kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner melalui pelayanan pemeriksaan dan
pengujian laboratorium.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 191
2. Mengawasi dan mencegah beredarnya produk hewan yang
mengandung unsur bahaya yang dapat mengganggu
keselamatan dan kesehatan manusia.
3. Memproleh data hasil monitoring, surveilans dan pengujian
untuk memetakan kejadian penyakit serta derajat
pencemaran pada hewan dan produk hewan.
4. Memberikan rekomendasi teknis kepada penentu/penetap
kebijakan untuk ditindaklanjuti dengan melaksanakan
pembinaan secara terus menerus dan berkelanjutan
sehingga kesehatan hewan/ternak dan Bahan Asal
Hewan/ternak dapat selalu di monitoring.
1.3. Sasaran :
Sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya
data/informasi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner
yang akurat dalam rangka :
1. Mewujudkan sumberdaya peternakan yang produktif.
2. Terkendalinya penyakit hewan menular strategis.
3. Menekan resiko masuk dan menyebarnya penyakit yang
disebabkan oleh pangan asal hewan (food borne disease).
4. Mendorong peningkatan ketersediaan pangan yang aman,
sehat, utuh dan halal (ASUH).
1.4. Keluaran Yang Diharapkan
Terujinya contoh aktif maupun pasif untuk penyakit parasit
(gastrointestinal), Brucellosis, Pullorum, AI dan Rabies pada hewan
dan cemaran mikroba, formalin, boraks, residu antibiotika dan
organoleptik & kimiawi pada bahan asal hewan dan hasil bahan asal
hewan.
1.5. Hasil Yang Diharapkan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 192
Memperoleh data/informasi hasil pemeriksaan, penyidikan dan
pengujian sebanyak 13.400 contoh (berupa jawaban laboratorium)
yang tepat waktu dan akurat sebagai bahan rekomendasi untuk
melakukan pengawasan dan pembinaan pada kelompok ternak dan
pelaku usaha bahan asal hewan.
1.6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi pengambilan contoh oleh PPC (Petugas
Pengambilan Contoh), intruksi kerja pengujian (metode pengujian) dan
intruksi kerja alat, standar hasil pengujian, hasil pengujian (jawaban),
pelaporan, pembinaan serta pengawasan.
1.7. Lokasi Pengambilan Contoh
Sasaran lokasi untuk monitoring dan surveilans serta
pemeriksaan laboratorium adalah
1. Penyakit hewan :
Pada ternak masyarakat/Simantri/kelompok ternak pemerintah.
Konservasi hewan.
Peternakan sapi perah
Farm/breder unggas.
2. Pangan Asal Hewan :
RPH-U.
Swalayan/supermarket.
Pasar tradisional.
Peternak/pengepul/penjual telur
Distributor susu segar
Tempat produksi/importir/distributor bahan asal hewan dan
hasil bahan asal hewan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 193
II. ORGANISASI
2.1. Organisasi
Berdasarkan Perda No 4 Tahun 2011, UPT. Laboratorium
Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
mempunyai kewenangan melaksanakan pengujian dan penyidikan
penyakit hewan dan produk pangan asal hewan.
Struktur Organisasi UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan adalah
sebagai berikut:
Kepala UPT mempunyai tugas:
a. Menyusun rencana dan program kerja UPT;
b. Mengkoordinasikan program kerja Kepala Sub Bagian dan Seksi;
c. Mengkoordinasikan Kepala Sub. Bagian dan Seksi;
d. Menilai prestasi kerja bawahan;
e. Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan
Seksi;
f. Melakukan koordinasi dengan sekretaris dan para kepala bidang;
g. Melaksanakan pembinaan pengawasan terhadap penerapan standar
teknis laboratorium veteriner;
h. Melaksanakan pembinaan, pengawasan terhadap pengujian
veteriner;
i. Pemetaan hasil pengujian dan menyampaikan kepada bidang teknis;
KEPALA UPT
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA
KASI PENGUJIAN DAN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
KASI EPIDEMIOLOGI DAN
PELAYANAN LAPANGAN
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 194
j. Pembinaan terhadap pelaksanaan surveilans dan investigasi penyakit
veteriner wilayah provinsi;
k. Melaksanakan sistem pengendalian intern;
l. Melaporkan hjasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas;
Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas:
a. Menyusun rencana dan program kerja UPT;
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. Menilai prestasi kerja bawahan;
d. Mengelola urusan surat menyurat;
e. Membuat, menghimpun dan memelihara administrasi umum dan
kepegawaian;
f. Mengelola, memelihara dan mendistribusikan barang;
g. Memelihara gedung, perlengkapan kantor dan sarana prasarana
kantor;
h. Mengadakan buku-buku dan bahan bacaan untuk perpustakaan;
i. Melaksanakan system pengendalian intern;
j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan;
dan
k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT
Kepala Seksi Epidemiologi dan Pelayanan lapangan mempunyai tugas:
a. Menyusun rencana dan program seksi;
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. Menilai prestasi kerja bawahan;
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 195
d. Melaksanakan penyidikan, pencatatan dan pemetaan penyakit
hewan;
e. Memberikan pelayanan penanggulangan penyakit hewan;
f. Melaksanakan sistem pengendalian intern;
g. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan;
dan
h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT;
Kepala Seksi Pengujian dan Pemeriksaan Laboratorium mempunyai tugas:
a. Menyusun rencana dan program seksi;
b. Memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. Menilai prestasi kerja bawahan;
d. Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian laboratorium terhadap
penyakit veteriner wilayah provinsi
e. Melaksanakan sertifikasi terhadap hasil pengujian penyakit veteriner
wilayah provini;
f. Melaksanakan sistem pengendalian intern;
g. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan;
dan
h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala UPT;
2.2. Administrasi Kepegawaian
Adapun tenaga di UPT Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali saat ini berjumlah :
1. 7 (tujuh) orang Pegawai Negeri Sipil Struktural dan 4 (empat) orang
Pegawai Negeri Sipil Fungsional.
2. 12 (dua belas) orang tenaga kontrak daerah yang terdiri dari:
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 196
6 (enam) orang tenaga Medik Veteriner
6 (enam) orang tenaga Paramedis.
Tabel. 2.1 Data Pegawai UPT Laboratorium Kesehatan Hewan
No Nama Pegawai/NIP Pangkat/ Gol
Jabatan Masa Kerja
Ket
1 Drh. Ni Made Sukerni 19620819 198903 2 005
Pembina Tk. I/ IV b
Ka. UPT 26 th
2 Ir. Herly Wibisono 19590121 198603 1 013
Penata Tk. I/ III d
Ka Sub.Bag TU 29 th
3 Drh. I Nyoman Suetra 19640102 199403 1 010
Pembina/ IVa
Kasi Epidemiologi
21 th
4 Drh.Ida Bagus Ngurah Agung 19660306 199403 1 011
Pembina/ IVa
Kasi Pengujian dan Pemeriksaan Laboratorium
21 th
5 Anak Agung Sri Dhamayanti 19600306 198003 2 002
Penata Muda Tk. I / III b
Staf 35 th
6 Wahyu Handokowati 19651009 198903 2 016
Penata Muda Tk. I / III b
Staf 26 th
7 A.A.A. Diah Herawati 19660312 198903 2 018
Penata Muda Tk. I / III b
Staf 26 th
Tabel.2.2 Data Pegawai Fungsional yang Diperbantukan di UPT
Laboratorium Kesehatan Hewan
No Nama Pegawai/NIP Pangkat/
Gol Jabatan
Masa Kerja
Ket
1 Drh. I Ketut Muliartha NIP. 19661231 199503 1 033
Pembina / IV a
Fungsional Pengawas Mutu Hasil Peternakan Madya
20 th
2 Drh. Yuliani Antariksaningsih NIP. 19690724 199803 2 007
Penata Tk. I/ III d
Fungsional Medik Veteriner Muda
18 th
3 Drh. Ni Wayan Asrina Penata Fungsional 4 th
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 197
Dewi NIP. 19850508 201101 2 010
Muda Tk. I/ III b
Medik Veteriner Pertama
4 Drh.I Wayan Eka Dharma Saputra NIP.19861212 201503 100 9
Penata Muda Tk. I/ III b
Fungsional Medik Veteriner Pertama
1 th
Tabel.2.3 Data Pegawai Honorer/ Tidak Tetap Dokter Hewan dan Paramedis
UPT Laboratorium Kesehatan Hewan
No Nama Status Ket
1 Drh. I Dewa Gede Kharisma Maha Putra
Dokter Hewan Keputusan Gubernur Bali No.394/03-N/HK/2015 tanggal 8 Januari 2014
2 Drh. I Gusti Ayu Dewi Aryadi Dokter Hewan
3 Drh. I Made Juliartawan Dokter Hewan
4 Drh. I Wayan Susila Adinata Dokter Hewan
5 Drh. I Gusti Made Adnyana Dokter Hewan
6 Drh. I Gusti Ayu Fitri Diastari Dokter Hewan
7 Ida Bagus Hendra Parisada Paramedis
8 I Putu Astika Paramedis
9 Eva Purnamayanti Putri Paramedis
10 Ni Putu Riza Apriliana Paramedis
11 I Gede Putra Erjana, Amd.Ak Paramedis
12 Ni Luh Gede Rahayu Arisukmawati, Amd.Ak
Paramedis
2.3. Administrasi Keuangan
UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan pada tahun 2015
anggaran belanja bersumber dari :
APBD sebesar Rp. 2.157.597.680,-
Program Peningkatan Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Ternak Rp. 1.475.497.760,- Terealisasi Fisik
(100%) dan Keuangan (90,42%) Rp. 1.334.165.771,-
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 198
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Rp. 332.199,920- Terealisasi Fisik (100%) dan Keuangan
(83,57%) Rp. 280.646.729,-
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Rp. 349.900.000,- Terealisasi Fisik (100%) dan Keuangan
(92,27%) Rp. 322.923.950,-
APBN sebesar :Rp.229.450.000,-
Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis
Peternakan Rp. 172.709.030,- Terealisasi fisik (85,80%) dan
keuangan (75,27%), sisa dana Rp. 56,740.970,-
2.4. Administrasi Umum
Dalam tahun 2015 pengelolaan surat masuk dan surat keluar
sebanyak 900 buah ( 400 surat masuk dan 500 surat keluar ).
Hasil pelayanan rumah tangga pada UPT. Laboratorium Kesehatan
Hewan tahun 2015 baik yang bersifat rutin ataupun kegiatan antara
lain :
- Terlaksananya rapat-rapat.
- Terlaksananya kebersihan dan keamanan kantor.
- Terpenuhnya pelayanan kendaraan operasional bagi pelaksanaan
kegiatan teknis maupun rutin.
- Pelayanan telepon, listrik yang memadai.
- Terlaksananya pemeliharaan barang dan kelengkapan kantor
UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 199
III.PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Sistem Pelayanan Pengujian dan Jenis Pengujian
Pelayanan Pengujian penyakit hewan dan bahan asal hewan &
hasil bahan asal hewan dilaksanakan secara terencana melalui
kegiatan pelayanan aktif di 9 Kabupaten/Kota dan pelayanan pasif.
1. Pelayanan Aktif :
Kegiatan pelayanan yang diberikan laboratorium secara aktif ke
lokasi atau pengujian langsung lapangan di kabupaten/kota sesuai
wilayah kerja laboratorium. Output dari pelayanan aktif berupa
pengambilan contoh untuk uji serologi (RBT/Rose Bengal Test,
Pullorum), Rapid AI (Avian Influenza), Parasitologi (parasit
gastrointestinal), cemaran mikroba, bahan berbahaya Formalin dan
Boraks serta organoleptik & kimiawi.
2. Pelayanan Pasif :
Kegiatan pelayanan pemeriksaan contoh yang masuk ke
laboratorium yang dikirim oleh peternak, perseorangan/perusahaan,
kiriman dinas peternakan kabupaten/kota.
3.2. Jenis pengujian yang telah dilaksanakan
Jenis Pengujian Penyakit Hewan yang telah dilaksanakan di
UPT Laboratorium Keswan antara lain :
a. Bagian Parasitologi
Melakukan penghitungan telur cacing per gram feses dengan
metoda Whitlock (sedimentasi dan apung).
Melakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap preparat natif
feses.
b. Bagian Serologi
Melakukan uji Rose Bengal Test (RBT) untuk diagnosa
Brucellosis.
Melakukan uji rapid aglutinasi untuk diagnosa Pullorum.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 200
c. Bagian Virologi
Melakukan uji rapid test untuk diagnosa AI (Avian Influenza/Flu
Burung).
Melakukan uji FAT/Rabies. Pengujiannya bekerjasama dengan
BBVet Denpasar.
Jenis pemeriksaan dan pengujian bahan asal hewan & hasil
bahan asal hewan yang dilaksanakan Bagian Kesmavet antara lain :
a. Pemeriksaan residu antibiotika (screening test). Pengujiannya
bekerjasama dengan BBVet Denpasar.
b. Pemeriksaan formalin (test cepat di lapangan).
c. Pemeriksaan boraks (test cepat di lapangan)
d. Pemeriksaan cemaran mikroba : TPC (Total Plate Count),
Salmonella sp. E.coli (MPN), Coliform (MPN) dan Staphylococus sp.
e. Pemeriksaan organoleptik dan kimiawi pada susu.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengujian
Pengujian penyakit hewan terbagi dalam 5 pengujian antara lain: uji
identifikasi telur cacing gastrointestinal (feses), uji Brucella abortus RBT
(darah/serum sapi), uji AI/rapid test (swab trachea dan kloaka), uji Rabies
FAT, uji Salmonella pullorum aglutinasi cepat (darah ayam).
Pengujian bahan asal hewan dan produk olahannya terdiri dari: uji
cemaran mikroba (TPC/Total Plate Count, E.coli, Coliform, Salmonella sp.,
Staphylococcus sp.), uji bahan kimia berbahaya (Formalin dan Boraks),
residu antibiotika, dan uji fisik dan kimiawi pada susu.
Secara ringkas uraian lengkap seperti table di bawah ini:
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 201
Tabel 1 : Lokasi, Jumlah dan Anggaran yang digunakan dalam pengambilan contoh pengujian UPT.Laboratorium Keswan Provinsi Bali:
No
Jenis Pengujian APBD APBN PASIF
Keterangan
1
Identifikasi telur cacing gastrointestinal
Simantri 758 30 0 42 simantri/klp ternak masy.
Konservasi/kebun binatang
107 0 13 5 konservasi / kebun binatang
Masyarakat umum 0 0 1
2
Brucellosis (RBT)
Simantri 550 71 0 42 simantri / klp ternak masy.
Unit usaha 91 0 0 1 peternakan sapi perah
3 Pullorum (rapid aglutination)
53.544 0 14.370 2 breeding farm dan klp PVUK
4 AI (rapid test) 123 0 0 Pasar/pengepul unggas
5 FAT/Rabies (BBVet Denpasar)
0 573 0 Kasus gigitan dan eliminasi
6 Uji fisik & kimiawi susu 1 0 42 2 unit usaha
7 Cemaran mikroba 118 150 110 31 unit usaha / distributor dan RPH
8 Formalin 243 84 0 Pasar tradisional
9 Boraks 0 8 0 Pasar tradisional
10 Residu AB (BBVet Denpasar)
0 50 0 Pasar tradisional
TOTAL CONTOH 55.535 966 14.536 71.037
Tabel 2 : Lokasi dan Jumlah Contoh Penyakit Hewan yang di Uji UPT.Laboratorium Keswan Provinsi Bali Serta Kerjasama Dengan BBVet Denpasar Tahun 2015 (Contoh Aktif maupun Pasif) :
No Lokasi
Pengambilan Contoh
Jenis dan Jumlah Contoh
Aktif
Jenis dan Jumlah Contoh
Pasif
Whitlo
ck
Uji Brucello
sis (RBT)
Uji Rapid
AI (Rapid
Uji Rabies (FAT) *
Uji Pulloru
m (Aglutin
Whitlock
Uji Pullorum (Aglutinasi cepat)
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 202
Test) asi cepat)
Feses Serum Swab kloaca
Otak Serum Darah
Feses
Serum Darah
1 Kelompok Ternak Simantri
788 621 0 0 0 1 0
2 Konservasi Hewan
107 0 0 0 0 13 0
3 Unit Usaha sapi perah 0 91 0 0
0
0 0
4 Pasar tradisional/ Pengepul
0 0 123 0 0 0 0
5 Lokasi Kejadian kasus gigitan/ eleminasi
0 0 0 573 0 0 0
6 Breeding Farm 0 0 0 0 53.544 0 14.370
Total : 70.231
Ket : Pengujian bekerjasama dengan BBVET Denpasar * Jumlah contoh rabies berdasarkan dana pengujian yang di miliki UPT. Lab Keswan Tabel 3 : Lokasi dan Jumlah Contoh Bahan Asal Hewan & Hasil Bahan Asal
Hewan yang diuji UPT. Laboratorium Keswan Tahun 2015 ( Contoh Aktif maupun Pasif ) :
No
Lokasi
Pengambilan Contoh
Jenis dan Jumlah Pengujian
Contoh Aktif Contoh Pasif
Uji residu antibio
tik
Uji Bora
ks
Uji Formalin
Uji Cemaran Mikroba
Uji Cemaran Mikroba
Uji Organol
eptik dan
Kimiawi
Daging
olahan
Daging
Daging / olahan / susu / telor
Daging / olahan / susu / telor
Susu
1 Swalayan/ Unit Usaha BAH (Importir,
0 0 0 119 110 42
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 203
Distributor, TPD)
2 RPH/Pasar Tradisional
50 8 327 150 0 0
Total : 806
Ket : Pengujian bekerjasama dengan BBVET Denpasar
Total pengujian contoh penyakit hewan dan bahan asal hewan &
hasil bahan asal hewan tahun 2015 baik contoh aktif maupun pasif sebanyak
71.037 contoh, meliputi contoh yang diuji pada UPT. Laboratorium Keswan
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dan bekerjasama
dengan BBVet Denpasar serta contoh pasif sebanyak 70.231 contoh dan
contoh Bahan Asal Hewan & hasil bahan asal hewan sebanyak 806 contoh.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian contoh penyakit hewan dan bahan
pangan asal hewan & hasil bahan asal hewan sebanyak 71.037 contoh dari
target sebesar 13.400 contoh diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pengujian Parasit Pengambilan contoh feses dilakukan untuk uji Identifikasi Telur
Cacing Gastrointestinal (parasit gastrointestinal) dengan tujuan untuk
melihat/mengetahui status kesehatan hewan/ternak dari gangguan parasit
baik terhadap ternak pemerintah yang ada dikelompok Simantri/kelompok
ternak masyarakat dan hewan/ternak konservasi. Penyakit yang disebabkan
oleh parasit cacing saluran pencernaan secara umum dapat menimbulkan
kerugian pada peternak yaitu terhambatnya pertumbuhan, turunnya berat
badan dan kadang-kadang pada kasus yang berat dapat mengakibatkan
terjadinya kematian.
Contoh aktif untuk uji identifikasi telur cacing gastrointestinal
berasal dari 42 kelompok simantri/kelompok ternak masyarakat di
kabupaten/kota se- Bali antara lain: Simantri 147/Gapoktan Sari Merta,
Simantri 395/Gapoktan Rupaka Jaya, Simantri 498/Kelompok Tani Ternak
Pangsut Mekar Sari, Simantri 406/Gapoktan Mekar Tani, Simantri
285/Gapoktan Madani, Simantri 125/Gapoktan Sawo Kabeh, Simantri
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 204
108/Gapoktan Tri Guna, Simantri 269/Gapoktan Lembu Nadi, Simantri
246/Gapoktan Sanur, Gapoktan Matahari Terbit, Gapoktan Lembu
Winangun, Simantri 482/Kelompok Tani Gadingwani, Simantri 088/Gapoktan
Taman Wijaya Kusuma, Simantri 494/Gapoktan Catur Eka Sari, Simantri
340/Gapoktan Yasa Kerti, Simantri 339/Gapoktan Dharma Winangun, UPPO
Sarwa Mupuhu, Simantri 463, Simantri 106/Sedapur Ayu, Simantri 417, Kube
Mekar Sari, Simantri 296/Pandan Wangi, Simantri 018/Tri Guna Sari,
Simantri 424, Simantri 047/Gapoktan Mahottama, Simantri 148/Gapoktan
Dukuh Pujangga, Simantri 192/Kelompok Tani Merta Sari/Gapoktan Boga
Sari, Simantri 378/Suda Pratama/Gapoktan Bumi Ayu, Simantri
098/Gapoktan Asta Amerta, Simantri 497/Kelompok Tani Ternak Amerta
Nadi, Simantri 105/Gapoktan Bulan Palapa, Kelompok Tani Ternak Panca
Sari Abadi, Simantri 075/Gapoktan Tribuana, Simantri 487/Poktan Pangkung
Saktii, Kelompok Darma Semaya, Simantri 220/Gapoktan Sangkar Ternak,
Simantri 485/Gapoktan Munduk Kemuning, Simantri 050, Gapoktan Sedana
Bakti Pertiwi, Simantri 332/Gapoktan Werdi Nandi Amertha, Simantri
061/Gapoktan Catur Tani Susila Karma dan Kelompok Ternak Lingga Sari
Amerta.
Selain dari kelompok ternak simantri/kelompok ternak masyarakat
contoh aktif untuk uji identifikasi telur cacing gastrointestinal juga berasal dari
daerah konservasi/kebun binatang yang ada di Bali diantaranya adalah: PT.
Bali Safari & Marine Park, PT. Bakas Aneka Citra Wisata Tirta, PT. Wisata
Reksa Gajah Perdana, Bali Elephant Camp/PT.Kasianan dan CV. Bali
Harmoni Bali Zoo. Untuk contoh pasif uji ini berasal dari Bali Elephant
Camp/PT. Kasianan dan perseorangan.
Hasil pengujian contoh Identifikasi Telur Cacing Gastrointestinal
(parasit gastrointestinal) pada tahun 2015 sebanyak 909 contoh dari target
250 contoh. Sebanyak 788 contoh dari kelompok ternak simantri/kelompok
ternak masyarakat, 120 contoh dari kawasan konsevasi hewan dan 1 contoh
dari masyarakat umum. Pengambilan contoh juga diikuti dengan terapi
pemberian obat cacing.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 205
Hasil pengujian yang telah dilakukan pada ternak simantri
/kelompok ternak masyarakat dan daerah konservasi/kebun binatang
menunjukkan bahwa ada beberapa kabupaten yang harus memperhatikan
tingkat infestasi cacing pada ternak di daerah tersebut. Tindakan pengobatan
dan pencegahan dengan pemberian obat cacing secara rutin dengan dosis
dan jenis yang tepat sangat diperlukan. Secara rinci kabupaten/kota yang
perlu meningkatkan perhatian terhadap infestasi cacing terhadap
ternak/hewan di daerahnya dapat dilihat seperti grafik di bawah ini.
Grafik di atas menunjukkan jumlah contoh yang diambil di masing-masing
kabupaten/kota dengan temuan telur cacing (positif) dan contoh yang negatif
telur cacing yang diperoleh dari hasil pemeriksaan. Telur cacing yang banyak
ditemukan dalam contoh yang diuji antara lain: Paramphistomum sp.,
Fasciola sp., Cooperia sp., Ostertagia sp., Haemonchus sp., Bunostomum
sp., Toxocara sp., Strongyloides sp. dan Trichuris sp.
2. Pengujian Penyakit Brucellosis
Dalam rangka mengantisipasi dan mengetahui secara dini
kemungkinan adanya kejadian penyakit Brucellosis maka kegiatan
pengambilan dan pengujian contoh darah pada ternak sapi ini dilakukan,
mengingat Provinsi Bali sampai saat ini masih bebas penyakit Brucellosis
sehingga hal tersebut perlu dipertahankan. Sasaran lokasi pengambilan dan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 206
pengujian adalah pada 42 kelompok simantri/kelompok ternak masyarakat,
juga berasal dari peternakan sapi perah (PT. Puri Purnama). Jumlah contoh
darah dari 42 kelompok ternak sapi simantri/kelompok ternak masyarakat
yang diuji pada tahun 2015 adalah 712 contoh dari target 250 contoh. Hasil
pengujiannya melalui uji RBT menunjukkan bahwa dari 712 contoh serum
darah yang diuji (621 contoh dari kelompok simantri/kelompok ternak
masyarakat dan 91 contoh dari peternakan sapi perah) hasilnya negatif
(100%) antibodi Brucella, seperti yang ditampilkan pada grafik di bawah ini.
3. Pengujian Penyakit AI/Flu Burung
Seiring dengan merebaknya penyakit AI (Avian Influenza/Flu Burung)
dan untuk menekan penyebaran virus ini salah satu yang bisa dilakukan
UPT. Laboratorium Keswan adalah pengujian terhadap penyakit AI/flu
burung dengan metode pengujian cepat (rapid test) melalui pemeriksaan
contoh swab trachea dan kloaka pada unggas yang dijual dipasar tradisional
dan pengepul unggas yang ada dikabupaten/kota di Bali. Pasar unggas
adalah salah satu tempat berisiko tinggi dalam penyebaran penyakit AI,
sehingga pengujian terhadap penyakit ini dilakukan disana dengan harapan
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan adanya virus AI ini. Contoh aktif
untuk uji AI/rapid test berasal dari pasar unggas/pengepul unggas yang ada
di kabupaten/kota se Bali, antara lain: Kabupaten Karangasem (pasar
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 207
Karangasem dan Karang Sokong), Kabupaten Bangli (Pasar Baler Bale
Agung), Kabupaten Klungkung (Pasar Galiran), Kabupaten Gianyar (Pasar
Kota Gianyar), Kabupaten Jembrana (Pasar Kota Negara dan Lelateng),
Kabupaten Tabanan (Pasar Dauh Pala, Pupuan dan Kediri), Kabupaten
Badung (Pasar Beringkit, Petang dan Mengwi), Kabupaten Buleleng (Pasar
Banyuasri dan Seririt), Kota Denpasar (Pasar Impres dan Kreneng). Jumlah
contoh yang diuji cepat (rapid test) AI sebanyak 123 contoh dengan hasil
negatif dari target 100 contoh, seperti grafik yang ditampilkan di bawah ini.
4. Pengujian Terhadap Penyakit Rabies
Kegiatan pengujian penyakit Rabies dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat paparan virus Rabies di lapangan melalui pengambilan
contoh otak/kepala anjing yang terindikasi suspect rabies. Contoh aktif untuk
uji Rabies FAT berasal dari kasus gigitan dan hasil eliminasi dari masing-
masing kabupaten/kota se Bali yang pengirimannya melalui UPT
Laboratorium Keswan untuk diuji di Balai Besar Veteriner Denpasar. Jumlah
contoh yang telah diambil dan diuji penyakit FAT berdasarkan biaya
operasional tersebut adalah 573 contoh dari target 475 contoh dan hasil
pengujian menunjukkan bahwa 50 contoh (8,7%) hasilnya positif rabies,
dengan rincian seperti tabel dan grafik di bawah ini.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 208
No
Kab/Kota
Jenis dan
Jumah Contoh
Hasil
Pemeriksaan
Keterangan
Otak/Kepala Metode FAT
+ -
1 Badung
64 0 64 Tidak didedeksi virus
Rabies
2 Bangli
104 20 84 Dideteksi virus Rabies
(20 contoh)
3 Buleleng
84 14 70 Dideteksi virus Rabies
(14 contoh)
4 Denpasar
40 2 38 Dideteksi virus Rabies
(2 contoh)
5 Gianyar
102 0 102 Tidak didedeksi virus
Rabies
6 Jembrana
48 4 44 Dideteksi virus Rabies
(4 contoh)
7 Karangasem
97 9 88 Dideteksi virus Rabies
(9 contoh)
8 Klungkung
15 1 14 Dideteksi virus Rabies
(1 contoh)
9 Tabanan
19 0 19 Tidak didedeksi virus
Rabies
Jumlah 573 50 523
5. Pengujian Salmonella pullorum
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 209
Pengujian Salmonella pullorum aglutinasi cepat (aktif dan pasif)
selama tahun 2015 dilakukan di 3 breeding farm yang ada di Bali (PT. Japfa
Comfeed Indonesia-Tabanan, PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit I-
Jembrana, PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit II Bali-Jembrana dan
kelompok binaan PVUK/Pelayanan Veteriner Unggas Komersil-Tabanan),
dengan total contoh yang diuji sebanyak 67.914 contoh dari target 11.875
contoh dengan hasil pengujian positif 30 contoh (0,04%) terhadap infeksi
kuman Salmonella pullorum, seperti yang ditampilkan pada grafik di bawah
ini :
6. Pengujian Residu Antibiotika
Residu antibiotika atau bahan-bahan lain yang tidak terdapat secara
normal dalam produk bahan asal hewan akan membahayakan kesehatan
apabila dikonsumsi. Residu adalah bahan induk atau metabolit yang
terakumulasi atau tersimpan dalam sel atau jaringan. Pemberian antibiotik
secara tidak terkontrol pada ternak, sangat berisiko sebagai penyebab
keberadaan residu antibiotik pada produk yang dihasilkan, termasuk produk
hasil olahannya. Secara umum dampak negatif residu antibiotik pada produk
hewan adalah dampak kesehatan (bahaya toksikologik, mikrobiologik, dan
imonopatologik) dan dampak ekonomi. Untuk mengantisipasi dan mencegah
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 210
hal tersebut, kegiatan monitoring dan surveilans residu antibiotika ini
dilakukan.
Pengujian residu antibiotik pada produk bahan asal hewan di gunakan
metode Screening. Pengujian residu antibiotik di laksanakan di BBVet
Denpasar. Sesuai dengan target 50 contoh daging yang di sampling di pasar
tradisional untuk diuji Residu Antibiotika/screning test (tetrasiklin, penisilin,
aminoglikosida dan makrolida) hasilnya (100%) negatif residu antibiotika,
dengan rincian seperti tabel di bawah ini.
No
Kab/Kota
Jenis dan Jumlah Contoh
Hasil Pemeriksaan
Keterangan
Daging ayam Segar
Screning Test
+ -
1 Badung 7 0 7 Negatif residu antibiotika gol. Tetrasiklin, Penisilin, Aminoglikosida dan Makrolina
2 Bangli 3 0 3 Negatif residu antibiotika gol. Tetrasiklin, Penisilin, Aminoglikosida dan Makrolina
3 Buleleng 5 0 5 Negatif residu antibiotika gol. Tetrasiklin, Penisilin, Aminoglikosida dan Makrolina
4 Denpasar 10 0 10 Negatif residu antibiotika gol. Tetrasiklin, Penisilin, Aminoglikosida dan Makrolina
5 Gianyar 5 0 5 Negatif residu antibiotika gol. Tetrasiklin, Penisilin, Aminoglikosida dan Makrolina
6 Jembrana 5 0 5 Negatif residu antibiotika gol. Tetrasiklin, Penisilin, Aminoglikosida dan Makrolina
7 Karangasem 5 0 5 Negatif residu antibiotika gol. Tetrasiklin, Penisilin, Aminoglikosida dan Makrolina
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 211
8 Klungkung 5 0 5 Negatif residu antibiotika gol. Tetrasiklin, Penisilin, Aminoglikosida dan Makrolina
9 Tabanan 5 0 5 Negatif residu antibiotika gol. Tetrasiklin, Penisilin, Aminoglikosida dan Makrolina
Jumlah 50 50
7. Pengujian Penyalahgunaan Bahan Kimia Berbahaya (Formalin dan
Boraks)
Formaldehid merupakan senyawa kimia yang salah satu kegunaanya
adalah sebagai pengawet mayat, desinfektan kandang dan lingkungan.
Formaldehid tidak boleh dan dilarang digunakan sebagai bahan pengawet
produk pangan karena sangat mengganggu kesehatan manusia. Bahaya
penggunaan formaldehid pada bahan pangan asal hewan bagi kesehatan
manusia diantaranya yaitu bila mengonsumsi dalam jangka panjang dapat
menyebabkan carcinoma (kanker) hati dan paru, gangguan darah dan
syaraf, inkoordinasi, dll.
Boraks (sinonimnya natriumbiborat, natriumpiroborat, natriumtetrabor
a) adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam
pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar. Dalam
dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih,
pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa. Boraks tidak aman
untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis berlebihan. Mengkonsumsi
makanan berboraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan
gangguan otak, hati dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks
menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang
sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah
turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Batas aman/legal
penggunaan boraks dalam makanan adalah 1 gram / 1 kg pangan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 212
Kegiatan monitoring dan surveilans bahan kimia berbahaya (formalin
dan boraks) dilakukan untuk melindungi keamanan masyarakat konsumen
dalam mengkonsumsi produk pangan asal hewan yang beredar
dimasyarakat terhadap bahaya penyimpangan penggunaan bahan kimia
berbahaya (formalin dan boraks). Pengujian Contoh untuk uji bahan kimia
berbahaya (Formalin dan Boraks) berasal dari pasar tradisional di
kabupaten/kota se Bali dengan metode tes cepat lapangan. Target uji untuk
penyimpangan penggunaan bahan kimia berbahaya dalam BAH dan produk
olahannya sebanyak 200 contoh dengan realisasi jumlah contoh yang diuji
yaitu 327 contoh untuk uji formalin dan 8 contoh untuk uji boraks, dimana
hasilnya negatif terhadap penyimpangan penggunaan bahan kimia
berbahaya (formalin dan boraks), seperti grafik di bawah ini.
Hasil Uji Boraks
Hasil Uji Formalin
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 213
8. Pengujian Cemaran Mikroba
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam bahan asal
hewan & hasil bahan asal hewan mencerminkan kualitas sanitasi dan hygine
pada proses produksi, distribusi dan transportasi produk bahan asal hewan
tersebut. Kegiatan monitoring dan surveilans pangan asal hewan ini
bertujuan untuk melindungi keamanan masyarakat konsumen dalam
mengkonsumsi bahan pangan asal hewan yang beredar dipasaran. Contoh
uji diambil dari 30 unit usaha (importir/distributor), RPH/TPH, RPU/TPA dan
swalayan untuk selanjutnya dilakukan pengujian terhadap TPC/Total Plate
Count, Coliform, E.Coli, Salmonella Sp.dan Staphylococus Sp.
Tempat pengambilan contoh aktif dan pasif untuk uji cemaran
mikroba antara lain: UD. Rasmin Jaya, PT. Aroma Duta Rasa Prima, PT.
Lotus Trading, PT. Bali Kulina, PT. Sukandajaya, CV. Bayu Lestari, PT. CIP,
UD. Dwi Boga Utama, PT. Puri Pangan Sejati, RPU Budijaya, UD. Suba
Jaya, UD. Setya Boga, UD. Titiles, PT. Satria Pangan Sejati, CV. Megah
Food Trading, PT. Classic Fine Food Indonesia, PT. Soejasch Bali, PT.
Usikada, UD. Budi, Hardy’s Gianyar, Cocomart Gianyar, Hardy’s Tabanan,
Hardy’s Singaraja, Hardy’s Negara, Sarana Ternak Jembrana, UD. Pemaron,
UD. Sari Luwih, CV. Ayudya, Made Berata, WR. Bintang,
RPH/TPH/RPU/TPU kabupaten/kota se Bali, PT. Ciomas Adisatwa, PT.
Epikure, Ery Ersad W.J., PT. Wahana Boga Nusantara, PT. Gioia Cheece
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 214
Indonesia, Margo Utomo, UD. Pilih Utama, Tiara Monang Maning, Tiara
Gatsu, Toko Soputan, Tiara Dewata, dan CV. Hartanta Jaya.
Jumlah target contoh cemaran mikroba tahun 2015 sebanyak 200
contoh dengan realisasi contoh uji cemaran mikroba sebanyak 379 contoh,
yang terdiri dari 269 contoh aktif dan 110 contoh pasif. Pengujian dilakukan
di UPT. Laboratorium Keswan dengan menggunakan metode cemaran
mikroba sesuai dengan SNI 2897, tahun 2008 dan hasil pengujiannya
berpedoman pada batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan SNI
7388, tahun 2009. Dari hasil pengujian, data menunjukkan nilai TPC/Total
Plate Count dan Coliform paling banyak yang melebihi BMCM (Batas
Maksimal Cemaran Mikroba). Sehingga bagi para pelaku usaha baik dari
hulu ke hilir perlu memperhatikan sumber air, hygienitas, sanitasi dari
peralatan dan personil, penanganan dan penyimpanan (cold storage) karena
dapat menjadi sumber kontaminasi. Selain hal tersebut proses transportasi
dan distribusi menjadi titik kritis sumber pencemaran produk.
Berikut beberapa grafik yang menggambarkan hasil pemeriksaan
cemaran mikroba antara lain:
Hasil uji Salmonella sp.
Grafik di bawah ini menunjukkan semua contoh yang diuji negatif terhadap
pertumbuhan Salmonella sp.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 215
Hasil Uji Coliform dan E.coli (MPN)
Grafik di bawah ini menunjukkan batang kuning adalah jumlah contoh yang
nilai Coliform dan E.coli melebihi nilai Batas Maksimum Cemaran Mikroba
(BMCM) dan batang coklat menunjukkan contoh yang memenuhi nilai BMCM
di masing-masing kabupaten/kota.
Hasil Uji Staphylococcus sp.
Grafik di bawah ini menunjukkan semua contoh yang diuji terhadap
Staphylococcus sp nilainya memenuhi BMCM.
Hasil uji TPC
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 216
Grafik di bawah ini menunjukkan batang biru adalah contoh yang nilai TPC
memenuhi BMCM sedangkan batang abu adalah contoh yang nilai TPC
melebihi BMCM.
9. Pengujian Organoleptik dan Kimiawi Susu Contoh pasif yang diuji organoleptik dan kimiawi di UPT.
Laboratorium Keswan tahun 2015 untuk susu segar adalah 42 contoh dan 1
contoh aktif, dari hasil pengujian contoh masih memenuhi standar yang
ditetapkan yaitu Standar Mutu Susu Segar SNI 01-3141-1998. Uji fisik dan
kimiawi pada susu, contoh susu berasal dari Margo Utomo dan PT. Wahana
Boga Nusantara. Grafik di bawah ini menunjukkan hasil uji organoleptic dan
kimiawi susu (angka reduktase, uji alcohol dan berat jenis) memenuhi nilai
SNI secara kuantitatif dan kualitatif (batang coklat).
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 217
V.PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH
5.1. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan
pengambilan dan pengujian contoh penyakit hewan dan Pangan Asal
Hewan antara lain :
Sarana dan prasarana laboratorium
- Terbatasnya kemampuan serta keterampilan SDM laboratorium
yang ada dan Program Pelatihan/Studi banding/magang berbasis
kompetensi yang mengarah pada kemampuan kecakapan petugas
dalam teknik diagnosa laboratorium.
- Masih rendahnya pemanfaatan layanan laboratorium, baik oleh
kabupaten/kota maupun masyarakat umum.
Pemeriksaan bahan asal hewan dan produk olahannya
- Pemanfaatan RPH (Rumah Potong Hewan) yang tersedia sebagai
tempat produksi daging belum maksimal sehingga berdampak
pada kualitas daging yang dihasilkan.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 218
- Banyak yang tidak menyediakan fasilitas pendingin pada
RPH/kios/pasar penjual daging yang dapat mempengaruhi kualitas
daging yang dijual sehingga program ASUH (Aman, Sehat, Utuh
dan Halal) tidak dapat dilaksanakan.
- Belum optimalnya pembinaan oleh kabupaten/kota dalam rangka
meningkatkan keamanan pangan terkait dengan cemaran mikroba
setelah ada hasil pemeriksaan dan pengujian oleh laboratorium.
Pemeriksaan penyakit hewan
- Tidak optimalnya pembinaan yang dilakukan oleh petugas setelah
hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarkan sebagai bahan binaan
terutama dalam peningkatan status kesehatan ternak terhadap
gangguan endoparasit sehingga masih adanya infestasi cacing
bahkan ada beberapa yang cenderung meningkat.
5.2. Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan masalah yang dilakukan adalah :
a. Meningkatkan kualitas SDM (kemampuan dan keterampilan SDM)
melalui pelatihan, magang dan studi banding.
b. Pemerintah kabupaten/kota diharapkan dapat melaksanakan
pembinaan terhadap pentingnya kesehatan hewan dan kesehatan
pangan asal hewan sehingga dapat membina unsur-unsur yang terkait
didalamnya sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan.
c. Mensosialisasikan kepada kabupaten/kota serta para peternak
pentingnya fungsi pemeriksaan dan pengujian laboratorium guna
mendukung peningkatan program kesehatan hewan dan kesehatan
pangan asal hewan.
d. Mempublikasikan keberadaan UPT Laboratorium Kesehatan Hewan
Provinsi Bali sehingga dapat berfungsi secara maksimal.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 219
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian penyakit hewan dan pengujian bahan asal
hewan dan produk olahannya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jumlah Keuangan dan Realisasi keuangan tahun 2014 yang
bersumber dari APBD dan APBN adalah sebagai berikut:
APBD sebesar Rp. 2.157.597.680,-
Program Peningkatan Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Ternak Rp. 1.475.497.760,- terealisasi fisik (100%)
dan Keuangan (90,42%) Rp. 1.334.165.771,-
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Rp. 332.199,920- Terealisasi fisik (100%) dan keuangan
(83,57%) Rp. 280.646.729,-
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Rp. 349.900.000,- Terealisasi fisik (100%) dan keuangan
(92,27%) Rp. 322.923.950,-
APBN sebesar :Rp.229.450.000,-
Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis
peternakan Rp. 172.709.030,- Terealisasi fisik (85,80%) dan
keuangan (75,27%), sisa dana Rp. 56,740.970,-
2. Hasil pengujian contoh Identifikasi Telur Cacing Gastrointestinal
(parasit gastrointestinal) pada tahun 2015 sebanyak 909 contoh.
Sebanyak 788 contoh dari kelompok ternak Simantri/kelompok ternak
masyarakat, 120 contoh dari kawasan konsevasi hewan dan 1 contoh
dari masyarakat umum. Hasil pengujian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa ada beberapa kabupaten yang harus
memperhatikan tingkat infestasi cacing pada ternak di daerah tersebut
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 220
3. Pengujian Brucellosis dengan mengambil contoh darah dari 42
kelompok ternak sapi simantri/kelompok ternak masyarakat yang diuji
pada tahun 2015 adalah sebanyak 621 contoh dan 91 contoh dari
peternakan sapi perah. Hasil pengujiannya melalui uji RBT
menunjukkan bahwa dari 712 contoh serum darah yang diuji hasilnya
negatif (100%) antibodi Brucella.
4. Pengujian Penyakit AI/Flu dengan mengambil contoh di seluruh pasar
tradisional di seluruh Bali Jumlah contoh yang diuji cepat sebanyak
123 contoh dengan hasil negatif.
5. Pengujian Penyakit Rabies dengan mengambil contoh yang telah
diambil dan diuji FAT sebanyak 573 contoh dan hasil pengujian
menunjukkan bahwa 50 contoh (8,7%) hasilnya positif rabies.
6. Pengujian Salmonella pullorum aglutinasi cepat (aktif dan pasif)
selama tahun 2015 dilakukan dengan total contoh yang diuji sebanyak
67.914 contoh dengan hasil pengujian positif 30 contoh (0,04%)
terhadap infeksi kuman Salmonella pullorum.
7. Pengujian residu antibiotik pada produk bahan asal hewan di gunakan
metode Screening. Pengujian residu antibiotik di laksanakan di BBVet
Denpasar. Dari 50 contoh daging yang di sampling di pasar tradisional
untuk diuji Residu Antibiotika/screning test (tetrasiklin, penisilin,
aminoglikosida dan makrolida) hasilnya (100%) negatif residu
antibiotika.
8. Pengujian Contoh untuk uji bahan kimia berbahaya (Formalin dan
Boraks) berasal dari pasar tradisional di kabupaten/kota se Bali
dengan metode tes cepat lapangan dengan jumlah contoh 327 untuk
uji formalin dan 8 untuk uji boraks, dimana hasilnya negatif terhadap
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 221
penyimpangan penggunaan bahan kimia berbahaya (formalin dan
boraks).
9. Jumlah contoh cemaran mikroba tahun 2015 sebanyak 379 contoh,
yang terdiri dari 269 contoh aktif dan 110 contoh pasif. Dari hasil
pengujian, data menunjukkan nilai TPC/Total Plate Count dan
Coliform paling banyak yang melebihi BMCM (Batas Maksimal
Cemaran Mikroba). Hasil uji TPC 159 contoh nilai melebihi BMCM,
semua contoh negatif Salmonella sp., hasil uji Coliform 170 contoh
nilai melebihi BMCM, hasil uji E.coli 1 contoh melebihi nilai BMCM dan
semua contoh untuk uji Staphylococcus sp nilai memenuhi BMCM.
10. Contoh pasif yang diuji tahun 2015 untuk susu segar adalah 42 contoh
dan 1 contoh aktif, dari hasil pengujian contoh masih memenuhi
standar yang ditetapkan yaitu Standar Mutu Susu Segar SNI 01-3141-
1998. Uji fisik dan kimiawi pada susu.
6.2.Saran
1. Peningkatan kemampuan SDM UPT Laboratorium Keswan dengan
merancang program pelatihan, magang/inhouse traning dan studi
banding yang berbasis pada kompetensi laboratorium.
2. Perbaikan managemen pemeriksaan dan pengujian laboratorium
dengan penerapan ISO/IEC 17025 : 2005 sebagai langkah perbaikan
dalam proses peningkatan status UPT Laboratorium Keswan menjadi
laboratorium terakreditasi.
3. Pengembangan laboratorium dengan penambahan sarana dan
prasarana serta dukungan dana yang cukup dalam pelaksanaan
pemeriksaan dan pengujian, sehingga dapat meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat (Public Service).
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 222
4. Basis pelayanan tidak hanya menekankan pada jumlah contoh yang
dapat diuji tetapi pada kualitas hasil pemeriksaan dan pengujian yang
dihasil
VII.PENUTUP
Demikian laporan ini di susun sebagai pertanggung jawaban UPT.
Laboratorium Kesehatan Hewan terhadap tupoksi dan alokasi anggaran
sesuai dengan DPA dan DIPA tahun 2012. Meskipun terdapat berbagai
kekurangan, laporan ini dapat dijadikan pedoman dan bahan evaluasi
dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun mendatang.
Akhirnya, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dan membantu kelancaran pelaksanan kegiatan pada
UPT. Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bali tahun 2015, semoga Ida Sang Hyang Widi/Tuhan
Yang Maha senantiasa selalu melimpahkan rahmatnya kepada kita.
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 223
KEGIATAN LABORATORIUM KESMAVET :
Pengambilan sampel di RPH
Pengambilan sampel aktif di Unit Usaha BAH
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 224
Pengujian Sampel BAH di Laboratorium Kesmavet
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 225
Test cepat penyalahgunaan bahan berbahaya (Formalin) di Pasar Tradisonal
Hasil pengujian penyalahgunaan bahan kimia berbahaya (Formalin) dengan kontrol positif
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 226
KEGIATAN LABORATORIUM SEROLOGI :
Pengambilan sampel Darah dan Uji RBPT
Pengujian RBPT (Untuk penyakit Brucellosis)
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 227
Pengujian penyakit Pullorum (Salmonella Pullorum)
KEGIATAN LABORATORIUM VIROLOGI :
Rapid Test AI (Flu Burung) di Pasar Hewan
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 228
KEGIATAN LABORATORIUM PARASITOLOGI :
Pengambilan sampel feses di unit usaha dan Simantri
Pengujian sampel feses di Laboratorium Parasit
Grafik Pemeriksaan Formaline Tahun 2014
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 229
Grafik Pemeriksaan Penyakit Bruccelosis pada Sapi APBD Tahun 2014
Pemeriksaan Daging/Olahan dan Telur terhadap Residu Antibiotika Tahun 2014
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 230
Grafik Pemeriksaan Penyakit Flu Burung /AI (Avian Influenza) APBD Tahun 2014
Grafik Pemeriksaan Otak Anjing Dengan Metode FAT Tahun 2014
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 231
Grafik Jumlah Pemeriksaan Daging/Olahan dan Telur APBN dan APBD Tahun 2014
Pemeriksaan Sampel Feses Parasit Gastrointestinal Tahun 2014
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 232
Pelaksanaan Pullorum Test di Unit Usaha APBD Tahun 2014
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 233
PETA PENGAMBILAN SAMPEL PENGUJIAN RBPT (BRUCELLOSIS) TAHAP I DAN II
APBD 2014
PETA PENGAMBILAN PENGUJIAN RESIDU ANTIBIOTIKA PADA DAGING
(SCREENING TEST)
TAHUN 2014
Laporan Tahunan Sementara Tahun 2015 Page 234
PETA PENGAMBILAN SAMPEL PENGUJIAN RAPID TEST AI/FLU BURUNG TAHAP I
DAN II APBD TAHUN 2014
PETA PENGAMBILAN SAMPEL OTAK ANJING UNTUK PENGUJIAN
PENYAKIT RABIES (FAT)
BERDASARKAN ANGGARAN APBN TAHUN 2014