Download - Kasus Accalaide Melawan Sega
KASUS ETIKA DAN BISNIS
KASUS ACCOLADE MELAWAN SEGA
Oleh:
Muhammad Syafiq
Nurrezki Utami
Rizki Wahyu S.H
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2013
KASUS ACCOLADE MELAWAN SEGA
Accolade Inc, adalah sebuah perusahaan perangkat lunak kecil di San Jose, California,
yang menjadi makmur dengan membuat dan memasarkan cartridge game-game yang bisa
dimainkan di console game Sega. Game paling populer dari perusahaan ini adalah “Ishido:
The Way of Stones” yang bisa di masukkan dalam console Sega dan dimainkan. Sega tidak
memeberikan lisensi kepada Accolade untuk melakukan hal ini, dan Sega tidak memperoleh
bagian apa-apa dari penjualan game-game Accolade.
Pada awal tahun 1990-an, Sega memasarkan sebuah console game baru bernama
“Genesis”, dan para teknisi adari Accolade menemukan bahwa game-game mereka tidak lagi
bisa dimainkan di console baru tersebut karena Sega menyisipkan kode-kode rahasia dan
peralatan pengamanan ke dalam console Genesis agar game-game buatan perusahaan lain
tidak bisa dimainkan, kecuali game buatan Sega.
Untuk mengatasi masalah ini, para teknisi Accolade melakukan reverse engineering
atas console Sega yang baru itu serta beberapa cartridge game-nya. Reverse engineering
adalah proses menganalisis sebuah produk untuk mengetahui bagaimana produk tersebut
dibuat dan bagaimana dasar kerjanya. Pertama Accolade membuka beberapa console Sega
untuk memperlajari maknisme pengamanannya. Lalu, Accolade membuka dan mempelajari
(dekompilasi) beberapa cartridge Sega.
Untuk memahami proses tersebut, kita perlu memahami bahwa perangkat lunak yang
dipakai untuk membuat suatu game diproduksi dalam dua langkah. Pertama, para teknisi
menulis program untuk game tersebut dengan menggunakan bahasa perangkat lunak yang
dapat dengan mudah dipahami oleh para teknisi yang mengenali bahasa tersebut, yang terdiri
dari serangkaian perintah yang dapat dipahami, misalnya “GOTO line 5”. Versi program ini
disebut source code. Kedua, setelah menulis source code, mereka memasukkannya ke dalam
komputer yang selanjutnya menyusun kode-kode tersebut dan menerjemahkannya ke dalam
bahsa mesin yang terdiri dari sederetan angka 0 dan 1 (00011011001111001010). Meskipun
kode ini hampir tidak bisa dipahami sama sekali oleh manusia, namun deretan angka 0 dan 1
ini merupakan kode-kode yang dapat dibaca komputer dan memberikan perintah dasar untuk
mengoperasikan game.
Cartridge game (dan juga semua program komputer) yang dijual di toko-toko terdiri
dari kode-kode semacam itu. Dekompilasi adalah sebuah usaha untuk membalikkan kedua
proses yang digunakan dalam pembuatan program yang seseungguhnaya. Secara garis besar,
kode kompilasi atau kode bahasa mesin yang memebentuk sebuah perankat lunak
dimasukkan ke dalam komputer untuk menerjemahkan bahsa mesin (deretan angka 0 dan 1)
ke dalam bahsa source code aslinya (seperti perinta GOTO line 5) yang bisa dipahami oleh
para teknisi. Mereka selanjutnya memelajari source code untuk menemukan bagaiman acara
kerjanya dan bagaimana perakitannya. Proses dekompilasi semacam ini tidak selalu akurat,
dan kadang para teknisi harus bekerja keras untuk mengetahui dengan t epat bagaimana
source code yang sesungguhnya. Banyak teknisi yang menganggap bahwa reverse
engineering semacam ini, khususnya dekompilasi, adalah tindakan yang tidak etis.
Namun para teknis Accolade berhasil memperoleh informasi yang mereka inginkan,
dan dengan informasi ini mereka bisa membuat game-game yang dapat dimainkan pada
console Genesis Sega. Namun Sega langsung menuntut Accolade dengan menyatakan bahwa
Accolade telah melanggar hak cipta yang dimilikinya. Awalnya pengadilan distrik di San
Fransisco mengabulkan tuntutan Sega dan memerintahkan Accolade untuk menarik semua
game mereka dari pasar.
Para pengacara Sega menyatakan bahwa pada saat Accolade berhasil melakukan
reverse engineering mareka berarti memeperbanyak source code Sega. Karena source code
ini adalah milik Sega, dan Accolade tidak memiliki hak untuk memperbanyak ataupun hak
untuk melakukan reverse engineering, berarti Accolade mencuri properti Sega. Sebagai
tambahan, game-game baru yang dijual Accolade otomatis juga berisi kode-kode rahasia
yang diperlukan agar game tersebut bisa dimainkan di konsol Genesis. Kode rahasia ini,
menurut Sega, milik dan hak ciptanya juga milik Sega, jadi tidak boleh diperbanyak
Accolade dan dimasukkan kedalam program-program game mereka.
Namun Accolade mengajukan banding atas keputusan pengadilan tersebut ke Ninth
Circuit Court of Appeals. Accolade mengklaim bahwa kode rahasia dan peralatan pengaman
yang dipakai Sega dalam konsol Genesis mereka pada dasarnya adalah standar interface
publik. Interface standard adalah mekanisme standar yang harus digunakan dalam sebuah
produk jika produk tersebut ingin bisa digunakan dalam atau bersama dengan produk lain.
(Steker, atau colokan, standar diujung kabel yang dimasukkan ke dalam stop kontak listrik di
dinding adalah contoh interface standard seperti ini). Standar interface ini tidak dapat
dimiliki oleh siapapun, namun merupakan bagian dari properti publik yang boleh digunakan
dan dibuat oleh semua orang. Para pengacara Accolade menyatakan bahwa mereka berhak
membuat duplikat source code karena kode itu hanyalah cara untuk untuk memepreoleh
akses pada interface standar dalam konsol Genesis. Accolade berhasil memasukkan salinan
kode ini dalam game-game buatan mereka karena kode itu merupakan properti publik.
Argumen Accolade akhirnya dimenangkan di pengadilan banding Ninth Circuit of Appeals,
yang dalam hal ini membatalkan keputusan pengadilan sebelumnya.
Namun banyak ahli hukum yang tidak setuju dengan keputusan ini. Mereka
menganggap bahwa argumen Accolade keliru dan bahwa Accolade memang benar-benar
mencuri properti Sega. Peralatan pengaman dan kode rahasia yang dikembangkan Sega tidak
bisa dikelompokkan dalam interface standard yang disetujui sejumlah perusahaan saat
mereka membuat produk-produk yang harus saling cocok satu sama lain. Memang benar
bahwa saat sejumlah perusahaan membuat produk-produk yang harus saling cocok satu sama
lain—misalnya ban yang harus cocok dengan mobil, steker listrik yang harus bisa masuk ke
dalam stop kontak, atau kaset yang harus bisa masuk kedalam tape—mereka perlu
mengadakan persetujuan atas interface standard yang boleh digunakan secara bebas oleh
semua orang. Namun console Genesis buatan Sega adalah produk yang menjadi milik Sega
dan Sega ingin menjadi pemasok tunggal game-game untuk Genesis. Jadi, kasus ini bukanlah
kasus dua perusahaan yang telah mencapai persetujuan atas suatu standar publik; namun
kasus dimana satu perusahaan menggunakan teknologi yang dimilikinya untuk membuat
game-game mereka. Tidak ada interface standar yang digunakan disini.
Pertanyaan
1. Analisa kasus di atas dari perspektif masing-masing teori tentang properti
pribadi seperti yang dijelaskan dalam bab ini (misalnya dari pandangan Locke
tentang teori properti, teori properti utilitarian, dan teori properti dari Marx).
Mana dari pandangan-pandangan tersebut yang paling Anda setujui dan paling
tepat untuk kasus ini?
2. Apakah Anda setuju bahwa Accolade benar-benar telah “mencuri” properti
Sega? Jelaskan jawaban Anda.
3. Menurut penilaian Anda, apakah Accolade melangah terlalu jauh dalam
berusaha menemukan Source Code program-program Sega? Apakah suatu
perusahaan berhak melakukan reverse engineering aas produk apapun?
Jawaban
1. Locke menyatakan teorinya tentang hak alami tentang kebabasan dan hak alami
tentang properti. Locke mendefinisikan properti sebagai hasil kerja tubuh dan hasil
kerja tangannya. Dimana properti ini merupakan hak dari yang membuatnya dan tidak
ada seorangpun yang berhak atas apa yang telah dilakukannya.
Adam Smith menyatakan bahwa pasar tak tergulasi dan properti pribadi akan
menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari peraturan apapun yang diberlakukan.
Menurutnya dalam sistem ini setiap pembeli berusaha mencari apa yang mereka
inginkan dengan harga yang lebih murah.
Adapaun Marx menyatakan bahwa kapitalis hanya memberikan dua sumber
penghasilan: menjual hasil kerja dan kepemilikan atas sarana-sarana produksi
(bangunan, mesin, bahan baku). Karena pekerja tidak mampu menghasilkan apapun
tanpa akses pada sasran produksi, maka merek terpaksa menjual tenaga mereka pada
pemilik sarana produksi dan memperoleh upah. Yang akhirnya para pemilik sarana
bisa mengeksploitasi pekerja dengan mengambil surplus yang mereka hasilkan
dengan menggunakan kepemilikannya atas sara produksi.
Dari beberapa teori ditas, menurut kelompok kami, teori yang palinng cocok untuk
kasus ini adalah teori properti milik Locke. Maka jika dilihat dari teori ini, dalam
kasus ini Accolade telah melanggar hak properti Sega. Sebagaimana yang dikatakan
Locke bahwa setiap manusia memiliki hak atas propertinya. Locke mendefinisikan
properti sebagai hasil kerja tubuh dan hasil kerja tangannya. Dimana properti ini
merupakan hak dari yang membuatnya dan tidak ada seorangpun yang berhak atas apa
yang telah dilakukannya. Sedangkan dalam kasus ini Accolade sebuah perusahaan
game menggunakan console Genesis yang merupakan properti pribadi Sega untuk
memainkan game-game produksi mereka, padahal Accolade tidak memiliki izin
untuk melakukan itu, dan Sega membuat console tersebut hanya untuk memainkan
game produksi Sega saja bukan untuk “milik umum”.
2. Saya setuju bahwa Accolade telah benar-benar mencuri properti Sega. Hal ini karena
dalam kasus tersebut, Acolaide telah menggunakan console Genesis milik Sega
dengan cara melakukan reverse engineering dan meperbanyak source code milik
Sega dimana hal ini dilakukan agar Accolade bisa memainkan game-game dalam
console milik Sega, dan mendapatkan penghasilan dari game tersebut tanpa meminta
izin terlebih dahulu pada Sega. Adapun argumen Accolade yang menyatakan bahwa
source code Sega merupakan interface publik, ini keliru karena Sega tidak bermaksud
membuat Genesis untuk publik yang mengharuskan dia menyetujui standar interface,
tapi Sega bermaksud menjadi pemasok tunggal untuk game-game di konsol Genesis
mereka.
3. Sebenarnya perbuatan tersebut (menemukan source code) dan melaukakan reverse
engineering merupakan hal yang wajar-wajar saja, jika Sega mengizinkan perbuatan
tersebut. Tapi dalam kasus ini sudah jelas bahwa Accolade tidak memiliki izin untuk
melakukan hal tersebut, apalagi kode-kode yang dibuat oleh Sega merupakan kode
rahasia, yang berarti Sega tidak ingin publik memiliki atau tahu tentang kode-kode
tersebut.
Suatu perusahaan boleh-boleh saja melakukan reverse engineering tapi tidak untuk
semua produk. Perusahaan boleh melakukan hal tersebut atas produk yang mana
perusahaan telah memiliki izin untuk menggunakan produk tersebut. Misalnya saja,
ketika program komputer yang digunakan di perusahaan tersebut error, dia bisa
melakukan reverse engineering untuk mengetahui letak kesalahannya dimana, dan
apabila mereka mampu mereka akan berusaha untuk memperbaikinya sebelum
mereka mengadukan hal tersebut kepada si pemilik program.