Download - Kasus 5-Parotitis
BAB 1
STATUS PASIEN
I. PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur :Tn.S/ Laki-laki
b. Umur : 38tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Bangsa : Indonesia
f. Pekerjaan : Buruh bangunan
g. Pendidikan : Tamat SMP sederajat
h. Alamat :RT 25 Simpang IV Sipin
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
a. Status Perkawinan : Sudah menikah
b. Jumlah Anak : 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Menengah kebawah
d. Kondisi Rumah :
Rumah pasien merupakan rumah semi permanen dengan panjang 6 meter
dan lebar 4 meter yang dibangun dari batu permanent, berlantai semen, dan
hanya memiliki 1 ventilasi dibagian depan rumah (<10% luas lantai).
Memiliki 1 ruang tamu sekaligus dijadikan ruang keluarga, kamar tidur
sebanyak 2 kamar,1 ruangan dapur yang terbuat dari kayu dan papa
permanent yang ditutupi dengan plastik dan beberapa seng rumah, serta
ruang makan, 1 kamar mandi dengan WC jongkok yang limbahnya langsung
mengalir ke got. Sumber air bersih dari air PDAM yang digunakan untuk
mandi dan mencuci, sedangkan untuk memasak
1
dan minum menggunakan air galon. Sumber listrik dari PLN. Sampah
keluarga dibuang di tempat pembuangan sampah.
Tampak depan rumah Kamar tidur
e. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan :
Sekitar rumah tidak memiliki halaman rumah yang begitu luas,
pasien tinggal dikawasan padat penduduk. Dimana disisi sebelah kanan dari
rumah pasien dibagian belakan terdapat sebuah kandang ayam.halaman depan
rumah tidak begitu bersih, got tempat mengalir nya sampah dan limbah
rumah tangga terdapat dibagian belakang rumah pasien. Pasien dan keluarga
memiliki kebiasaan mengkonsumsi air isi ulang yang jarang untuk dimasak
duluan, minum sirup dan minum air es diluar rumah mengingat pekerjaan
pasien adalah sebagai buruh serabutan. Saat bekerja dan keluar rumah pasien
tidak menggunakan masker.
3. Aspek Psikologis di Keluarga :
Pasien merupakan seorang suami dan ayah dari 2 orang anak, pasien
bekerja sebagai buruh serabutan yang tidak tetap pekerjaan, biasanya pasien
2
bekerja sebagai kuli bangunan, menjual ikan asin dipasar angso duo,
terkadang juga mengojek disekitar rumah. Anak pertama pasien berusia 10
tahun, sedangkan anak kedua nya berusia 6 tahun. Istri pasien seorang ibu
rumah tangga, yang terkadang sehari-hari bekerja sebagai buruh pengupas
buah pinang. Hubungan pasien dengan istri dan kedua anaknya cukup
harmonis.
4. Riwayat Penyakit Dahulu atau Penyakit Keluarga
a. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengeluhkan keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat alergi disangkal.
Riwayat imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela) belum pernah.
b. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien, yaitu
anak bungsu pasien.
5. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Anamnesis :
Keluhan Utama : Nyeri pada leher sebelah kiri sejak 3 hari
sebelum datang ke puskesmas.
Perjalanan Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Simpang IV Sipin dengan
keluhan leher sebalah kiri bengkak sejak 3 hari yang lalu yang
semakin hari semakin membesar. Keluhan disertai nyeri dan tegang
dibagian leher yang bengkak, sehingga pasien merasakan sakit saat
membuka mulut dan mengganggu saat hendak makan. 2 hari
3
sebelumnya ada riwayat diurut namun keesokan harinya bengkak
semakin besar. Demam (+) 1 hari yang lalu tidak begitu tinggi pada
malam hari, nyeri menelan (+), menggigil (-), keringat dingin pada
malam hari (-), Batuk (-), pilek (-), keluhan di tenggorokan (-),
keluhan di gigi dan gusi (-), riwayat trauma bagian leher (-). 1 hari
sebelumnya anak pasien juga mengeluhkan hal yang sama seperti
pasien, namun bengkak tidak begitu besar.
6. Riwayat Imunisasi
BCG : - Campak : -
Polio : - Hepatitis : -
DPT : - Kesan : imunisasi tidak lengkap
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
IMT : BB 54 kg,TB: 16019,2(berat badan kurang)
Tanda vital :TD 110/60 mmHg, nadi 79 x/i, RR 20 x/i, suhu 37,4ºC
Kepala : Normocepal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek
cahaya +/+, reflek kornea +/+
Telinga : Nyeri tekan (-), bengkak (-)
Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorok : Tonsil sulit dinilai, hiperemis(-)
Leher :Teraba massa di regio submandibula sinistra, batas
sulit dinilai, nyeri tekan (+), perabaan hangat, warna lebih eritem
4
dibandingkan kulit sekitarnya, mobilitas (-). Regio submandibularis
dextra tidak ditemukan kelainan.
Thorak :
Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Perkusi Sonor
Batas paru-hepar:ICS VI
kanan
Sonor
Auskultasi Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-)
Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak
kuat angkat.
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : Linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi Datar, jaringan parut (-), bekas operasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
5
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Ektremitas : Akral hangat, edema -/-
8. Diagnosis Kerja : Parotitis Akut Unilateral Sinistra(ICD D50.8 )
9. Diagnosis Banding :
Limfadenitis (ICD D 53.2)
10. Anjuran Pemeriksaan:
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan serologi
Amilase serum
Neutralization test
11. Prognosa:
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
12. Manajemen
a. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya
adalah akibat virus ataupun bakteri dan akan sembuh sendiri dengan
daya tahan tubuh yang baik.
- Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat menular, bisa melalui percikan
ludah, kontak langsung dengan penderita parotitis lain, muntahan dan
urin, dijelaskan bahwa pasien tidak boleh membuang ludah
sembarangan, dan membuang muntahan seenaknya.
6
- Menggunakan masker untuk mencegah penularan ke orang lain.
b. Preventif :
- Jangan sering mengkonsumsi makanan yang tidak terjamin
kebersihannya seperti jajanan di pinggir jalan atau makanan diluar
rumah.
- Jangan menggunakan alat makan secara bersamaan-sama dengan
penderita parotitis.
- Menggunakan masker untuk menutupi hidung dan mulut saat
beraktivitas diluar rumah.
- Sebagai pencegahan sebelum terkena penyakit ini, dapat dilakukan
vaksin MMR (Mumps, Morbili, Rubela).
- Jangan suka membeli minuman ataupun air isi ulang diluar sana,
lebih baik untuk memasak sendiri air yang akan dikonsumsi oleh
keluarga
- Jangan suka begadang pada malam hari
- Jangan bekerja terlalu berat
- Jangan lupa untuk menjaga kebersihan dan kesehatan mulut dengan
cara rajin kontrol kesehatan gigi di puskesmas terdekat minimal 6
bulan sekali, untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
c. Kuratif :
- Non Farmakologi :
Istirahat yang cukup selama fase demam dengan tidur kurang
lebih 8 jam sehari dimulai dari jam 9 malam, hindari
begadang..
Konsumsi makanan yang lunak dan cairan yang cukup.
Konsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayur-sayuran dan
tinggi protein seperti telur, tahu, tempe, daging, dll.
7
Kompres dengan menggunakan air hangat pada area yang
bengkak sebanyak 4-6kali sehari selama 30 menit untuk
mengurangi nyeri ataupun bengkak pada leher.
Olahraga untuk menjaga stamina agar tetap sehat minimal 2
kali dalam seminggu.
- Farmakologi :
Paracetamol tab 500 mg
Amoxicilin tab 500mg
Dexamethason tab 0,5mg
Vit C Tab
-Obat tradisional
Resep 1
• 30 gr kayu manis, 25 gr daun dewa, pegagan 20 gr, sambiloto 15 gr,jahe
merah 10 gr. cuci bersih semua bahan. Kemudian masukkan dalam panci
enamel/kuali tanah. Tambahkan takaran 3 gelas air. Rebus jadikan 1/2 nya.
Saring airnya. Minum pagi dan malam hari selama 7 hari.
Resep 2
• 1 buah kayu manis sebesar ibu jari, 15 gram jahe merah, 5 gram biji pala, 5
butir kapulaga, dan 4 lembar daun cocor bebek direbus semua bahan dengan
600 cc air hingga airnya tersisa 300 cc. Setelah itu, air rebusan disaring dan
diminum.
d. Rehabilitatif
Istirahat yang cukup dan berkulitas.
Kontrol ulang di tempat pelayanan kesehatan terdekat jika nyeri atau
demam semakin memberat.
8
Kompress area yang bengkak dengan air hangat secara rutin yaitu 3-4
kali sehari untuk mengurangi pembengkakan yang dirasakan.
RESEP
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN
RESEP PUSKESMAS
dr. Wiwik Selviana
SIP: No. 437/SIK/2012
Jalan Buton RT. 36 Payolebar
28 November 2015
R/ Paracetamol tab 500 mg No.X
S3dd tab 1
R/ Amoxicilin tab 500 mg No.X
S3dd tab 1
R/ Vit.C Tab No.V
S1dd tab 1
Pro : Tn S (38tahun)
Alamat : RT 25 simpang IV Sipin
9
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN
RESEP ILMIAH 1
dr. Wiwik Selviana
SIP: No. 437/SIK/2012
Jalan Buton RT. 36 Payolebar
28 November 2015
R/ Paracetamol tab 500 mg No.X
S3dd tab 1
R/ Dexamethason 0,5mg tab No.X
S3dd tab 1
Pro : Tn S (38tahun)
Alamat : RT 25 simpang IV Sipin
10
11
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBIPUSESMAS SIMPANG IV SIPIN
RESEP PUSKESMASdr. Wiwik Selviana
SIP: No. 437/SIK/2012Jalan Buton RT. 36 telanaipura
08 Desember 2015
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X
S3dd tab 1
R/ Vit C tab No. V
S1dd tab 1
Pro : Tn. S (38 tahun)
Alamat : RT 25 simpang IV sipin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Saliva
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu
kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri
dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis.
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Saliva
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak
secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus
mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung
zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis
shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi
anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus
otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2
permanen rahang atas.
12
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar
kedua setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula.
Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang
terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat
dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak
paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape),
terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-
masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk
massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis,
kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar
lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar
lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan
ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran
posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan
margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mucus.
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir.
Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni
mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari
palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama
dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan
glossopalatinal.
2.2 Parotitis
2.2.1 Definisi
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit
menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang
13
menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang
sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian
bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara
endemik atau epidemik. Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak
dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).
Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar
ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan
penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis
(buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ
lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular
penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-
obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh.1-5
2.2.2 Klasifikasi Parotitis
a. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia
antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya
anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.
b. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan
dan pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-
bedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia
lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya
gangguan dehidrasi.
14
2.2.3 Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles,
dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 –
300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin,
otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal
genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae.
Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan
perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup
memfiksasi, yaitu antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari
nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.4-8
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat
bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada
suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30
detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi
pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local
dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang
berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah
kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus
masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel
mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari
ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.
Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari
sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24
jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan
menghilang.
2.2.4 Patofisiologi
15
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab
parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
Percikan ludah
Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
Muntahan
Urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya
kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps
pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG
secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak
penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel
traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran
darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang
kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot.
Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang
mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan
sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari
saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat
degenerasi dan nekrosis jaringan5-8
2.2.5 Tanda dan Gejala
Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondongan mengalami gejala: demam
(suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan
nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya
disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
16
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua
kelenjar mengalami pembengkakan.
Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula)
dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil baliq adakalanya
terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran
darah.6-8
2.2.6 Penatalaksanaan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited
(sembuh/hilang sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu.
Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu
pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat,
sialagog seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena
mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan
oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi,
maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai. Berikut tatalaksana yang
sesuai dengan kasus yang diderita:
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum
cukup baik).
Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup.
Kompres panas dingin bergantian.
Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu:
17
o Metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari.
o Parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
o Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin
berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka
namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum
tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai
“salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.
2. Penderita rawat inap
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi.
Diet lunak, cair dan TKTP
Analgetik-antipiretik
Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi.3-8
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya
leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun.
Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis
relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear
tingkat sedang.
b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2
minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.
18
c. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk
menunjukan adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:
1. Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset
cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer
spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.
2. Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk
biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi
hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi
dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum
adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas
tetapi tidak praktis dan tidak mahal.
3. Complement – Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah
respon antibody terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi
parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak
dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian
menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap
ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun
menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul
cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala,
hilang dalam 6 sampai 12 minggu.
d. Pemeriksaan Virologi
19
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi
virus dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor
serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi
dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang
diberi serum hiperimun.5-8
2.2.8 Diagnosis banding
a.Carsinoma faring
b. Limfeadenoma
c. Limfadenitis
2.2.9 Komplikasi
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi
fasial, obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna,
dan disfungsi nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan
meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan
nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2
minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus
dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi
terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau
pengobatan yang kurang dini menurut Nelson (2000):
a. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang
kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi
(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-
anak.
b. Ketulian
20
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.
c. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang
terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen
Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam
tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan
sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila
testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai
parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14
hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan
merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi.
Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang
terjadi.
d. Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku
kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti
ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
e. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita
wanita pasca pubertas.
f. Pankreatitis
21
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam
waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai
sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai
dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda
adanya pankreatitis akibat mumps.
g. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan
viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak
belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah
parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna
tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
h. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus
dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
i. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat
terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari
miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat
disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
j. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.
22
Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang
sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya
parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut.
Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
k. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya
bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala
bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan
penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia,
keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari;
skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.1-6
2.2.9 Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri.
Prognosis parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta
jarang berlanjut menjadi kronis. Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.5-8
2.2.10Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara
imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
1. Pasif : Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.
2. Aktif.
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis
epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck,sharp
and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin
ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi
23
virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat
diberikan bersama vaksin campak danrubella. Pemberian vaksinasi dengan
virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna
dalam antibodi “mumps”padaindividu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan
telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.Proteksi yang baik sekurang-
kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap
morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan
serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi
maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap
komponenvaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan;
limfoma;sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit;
sedangmendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah
infeksi bila diberikansetelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi
penggunaan vaksin“Mumps” dalam situasi ini.4-
BAB III
ANALISIS KASUS
a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:
Rumah pasien merupakan rumah semi permanen dengan panjang 6 meter dan
lebar 4 meter yang dibangun dari batu permanent, berlantai semen, dan hanya
memiliki 1 ventilasi dibagian depan rumah (<10% luas lantai). Memiliki 1
ruang tamu sekaligus dijadikan ruang keluarga, kamar tidur sebanyak 2
kamar,1 ruangan dapur yang terbuat dari kayu dan papa permanent yang
ditutupi dengan plastik dan beberapa seng rumah, lantai dapur terbuat dari
tanah liat dan terlihat kotor dan kurang terjaga kebersihan nya, serta ruang
makan, 1 kamar mandi dengan WC jongkok yang limbahnya langsung
mengalir ke got, lantai kamar mandi sudah terbuat dari semen, lantainya tidak
licin serta cukup terjaga kebersihan nya. Sumber air bersih dari air PDAM
24
yang digunakan untuk mandi dan mencuci, sedangkan untuk memasak dan
minum menggunakan air gallon, istri pasien sangat jarang memasak air
minum sendiri.Sumber listrik dari PLN. Sampah keluarga dibuang di tempat
pembuangan sampah.Keadaan rumah yang kurang bersih dan terkesan kotor
dapat berpengaruh pada kesehatan.Hal ini sangat memungkinkan untuk
terkena paparan virus penyakit ataupun bakteri. Maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan keadaan
rumah dan lingkungan sekitar.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga:
Parotitisyaitu penyakit yang ditandai dengan peradangan pada kelenjar
parotis dan gampang untuk menular pada orang lain, bisa melalui percikan
ludah, kontak langsung dengan penderita parotitis lain, muntahan dan urin.
Pasien sendiri sering kali minum dengan gelas yang sama bersama anggota
keluarga yang lain, hal ini dapat membuat penularan penyakit. Istri pasien
juga jarang memasak air minum sendiri dan lebih sering mengkonsumsi air
galon isi ulang, dimana kita ketahui bahwa air galon isi ulang tidak terjamin
kebersihan dan keamanan nya. Air galon kemungkinan tidak dimasak dengan
suhu yang panas sehingga mikroba ataupun mikrobakteria akan banyak
terkandung dalam air minum tersebut. Keadaan rumah yang tidak bersih serta
lingkungan rumah yang kotor dan dekat dari kandang ternak, dapat
menimbulkan penyebaran bakteri ataupun virus lebih gampang. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien
dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.
c. Hubungan diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar:
25
Parotitis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
yang mengenai kelenjar ludah.Perilaku kesehatan pasien yang buruk dapat
membuat pasien tertular penyakit ini, seperti kebiasaan mencuci tangan tanpa
sabun saat sebelum makan, tidak menggunakan masker saat berada diluar
rumah padahal pasien bekerja diarea yang banyak debu dan polusi, makan
tidak teratur dan suka mengkonsumsi makanan diluar yang tidak terjamin
kebersihan nya, sangat riskan untuk terinfeksi bakteri ataupun virus, ditambah
lagi nutrisi makanan yang tidak terpenuhi akan membuat tubuh menjadi lemah
dan gampang untuk terpapar penyakit. Semua ini dapat menyebabkan daya
tahan tubuh menurun. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
penyakit yang diderita pasien dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.
d. Analisis kemungkinan faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien:
Parotitis adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi
oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah. Dalam hal ini
faktor penyebab yang mungkin berperan adalah daya tahan tubuh yang
menurun, dapat dikarenakan oleh tidak teraturnya makan dan suka
mengkonsumsi makanan diluar, perilaku kesehatan yang buruk seperti
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan tanpa sabun, keadaan rumah dan
sekitar rumah yang tidak bersih dan terpapar polusi, tidak menggunakan
masker saat bekerja. Hal ini dapat menyebabkan mudahnya tertular virus
penyakit.
e. Analisis untuk mengurangi paparan:
Karena keluhan yang timbul disebabkan oleh daya tahan tubuh yang menurun
dan faktor lingkungan yang kurang bersih, sehingga dapat disarankan untuk makan
dengan teratur yaitu 3 kali sehari disaat pagi, siang dan malam dengan kandungan
26
nutrisi yang cukup seperti harus mengandung karbohidrat berupa nasi, lauk pauk,
sayur-sayuran atau sesekali bisa diimbangi dengan makan buah-buahan seperti jeruk,
menjaga kebersihan lingkungan rumah dengan cara 3 kali dalam seminggu
membersihkan halaman rumah dan got pembuangan limbah, melakukan perlindungan
diri jika sedang bekerja diluar rumah dengan menggunakan masker karena pasien
bekerja sebagai buruh bangunan,serta kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir sebelum dan sesudah makan, dan tidak menggunakan alat-alat makan
secara bersamaan, serta mencuci alat-alat makan dengan bersih menggunakan
sabun.Saat batuk biasakan untuk tutup mulut dengan menggunakan sapu tangan, tidak
membuang ludah atau dahak disembarang tempat, serta menjaga kebersihan dan
kesehatan mulut dengan tidak menggunakan sikat gigi yang sama antar setiap
anggota keluarga lain nya.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Isselbacher, dkk. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC; 1992:2
2. Maldonado Y. Mumps. Dalam Behrman RE, Kliegman RM. Jenson HB.
Penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: WB Saunders
Company; 200. H.954-5
3. Gershon AA. Mumps. Dalam: Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL, Penyunting.
Krugmans infectious disease of children. Philadelphia. Mosby; 2004.h 391-9
4. Niizuma T, Terada K, Kosaka Y, Daimon Y, Inoue M, Ogita S, dkk. Elevated
Serum C- reactive protein in mumps orchitis. Infect Dis J 2004; 23;296-6
5. Erwanto. 2011. Penatalaksanaan Mumps. Diunduh dari :
http://www.jacinetwork.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=73:gondongan-
mumps&catid=45:immunization-vaccination&Itemid=70 (21 September
2015)
6. Jones. Parotitis rekuren pada Anak. Diunduh dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1988676/pdf/archdisch01408-
0024.pdf (21 September 2015)
7. Adam A. Rosenberg, David W. Kaplan, Gerald B. Merenstein, Mumps
(Epidemic Parotitis) dalam hand book of pediatric, Edisi XVI, Colorado,
1991, hal 442-4
8. Suprohaita, Arif M, Wardani. Parotitis epidemika dalam kapita selekta
kedokteran, Edisi III jilid II, media Aesculapius FKUI, Jakarta 2000. Hal 418-
19
28
Parotitis Bersama pasien
29
Tampak depan halaman rumah Tampak samping kanan