Download - Karya Tulis Perbankan Syariah
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
1/35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah cukup lama umat Islam Indonesia, demikian juga belahan dunia Islam (muslim
world) lainnya, menginginkan sistem perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip
syariah (Islamic economic system) untuk dapat di terapkan dalam segenap aspek kehidupan
bisnis dan transaksi umat.
Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam
jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank
konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari
apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau
profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).
Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi yang relatif baru
menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus mencari dasar
bagi penerap-an dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar
akuntansi bank dan lembaga keuangan konvensional seperti telah dikenal selama ini.
Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses bank Islam dalam melayani masyarakat
di sekitarnya sehingga, seperti lazim-nya, harus dapat menyajikan informasi yang cukup,
dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah
Islam.Penyajian informasi semacam itu penting bagi proses pem-buatan keputusan ekonomi
oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan bank Islam. Lebih dari itu, akan memiliki
dampak positif terhadap distribusi sumber-sumber ekonomi untuk kepentingan masyarakat.
Hal ini karena prinsip-prinsip syariah Islam memberi-kan keseimbangan antara kepentingan
individu dan masyarakat.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
2/35
2
Investasi merupakan dasar aktivitas ekonomi pada suatu masyarakat. Tetapi tidak setiap
individu mampu menginvestasikan tabungannya secara langsung. Karenanya, bank Islam
memainkan peran penting dengan bertindak sebagai sarana untuk menarik tabungan para
individu dan menginvestasikan tabungan-tabungan ini untuk kepentingan individu dan
masyarakat.
Islam secara jelas mendorong investasi dan perputaran dana. Ketika Islam mewajibkan
zakat, ia mengharuskan bahwa harta harus diinvestasikan. Jika tidak, akan habis oleh zakat
pada periode tertentu. Diriwayatkan bahwa Nabi berkata:
"Perdagangkanlah harta anak yatim itu jika tidak ingin habis termakan zakat." (H.R.
Thabrani)
Hadits ini menjelaskan, bahwa sekalipun anak yatim itu masih kecil, tetapi kalau harta
warisannya memenuhi nishab, maka wajib dipenuhi zakatnya. Untuk itu, wali yatim wajib
mengeluarkan atas nama si Yatim (kaya) yang berada dalam perwaliannya. Bila si wali
mendiamkan saja harta tersebut, maka setiap tahun akan terpotong zakat. Oleh karena itu,
Rasulullah r menghimbau untuk memutarkan-nya dengan baik dan feasible, sehingga
diharapkan ada keuntungan. Jika terdapat keuntungan, maka zakatnya tidak lagi dari asal
pokok tetapi dari penambahan keuntungan. Dengan demikian, harta anak yatim bertambah
dan tidak berkurang.
Tetapi, untuk mendorong individu menginvestasikan dananya melalui bank Islam, perludisadari bahwa individu-individu itu harus terlebih dahulu percaya bahwa bank Islam mampu
merealisasikan tujuan-tujuan investasinya. Ketiadaan kepercayaan pada ke-mampuan bank
Islam untuk berinvestasi secara efisien dan penuh kepatuhan kepada syariah Islam,
menyebabkan banyak individu yang menahan diri untuk berinvestasi melalui bank Islam.
Salah satu prasyarat pengembangan kepercayaan itu adalah ketersediaan informasi yang
meyakinkan nasabah terhadap kemam-puan bank Islam dalam mencapai tujuannya. Di antara
sumber-sumber informasi yang penting adalah laporan keuangan dari bank Islam yang
disiapkan sesuai dengan standar yang dapat diterapkan pada bank Islam.
Untuk mengembangkan standar tersebut, penting untuk mendefinisikan tujuan dan
konsep akuntansi keuangan bank Islam terlebih dahulu. Dalam hal, ini tidak ada salahnya
untuk mulai mengembangkannya dari standar akuntansi keuangan bank yang ada, tentu saja
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
3/35
3
dengan berbagai perubahan dan modifikasi. Syarat-nya, standar yang telah ada tersebut tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah Islam.
Sekarang, saatnya kita membuktikan bahwa dengan sistem perbankan syariah kita dapat
menghilangkan wabah negative spread keuntungan minus dari dunia perbankan.
Tulisan ini dibuat dengan tujuan utama untuk memberi pengantar bagi sejarah
perkembangan Bank Islam di Indonesia dengan pembahasan pokok menyangkut
perkembangan teoritis, kelembagaan dan hukum positif mengenai Perbankan Islam. Namun
mengingat perbankan Islam bukan merupakan fenomena khas Indonesia serta
perkembangannya tidak mungkin terjadi tanpa pengaruh dunia luar, maka bab sebelumnya
akan membahas perkembangan perbankan Islam secara umum di luar Indonesia dan secara
internasional.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
4/35
4
B. Rumusan MasalahDari latar belakang penulisan karya tulis ini, penulis mengindentifikasikan masalah
sebagai berikut :
a. Apa pengertian bank syariah?b. Apa dasar-dasar hukum bank syariah?c. Bagaimana sejarah awal kelahiran bank syariah?d. Bagaimana perkembangan bank syariah di berbagai Negara dan di Indonesia?e. Apa perbedaan bank syariah dengan bank konvensional serta bagaimana perbandingan
antara keduanya?
f. Bagaimana menabung di bank syariah?g. Bagaimana aspek akuntansi dalam perbankan islam?
C. TujuanDari rumusan masalah penulisan karya tulis ini,penulis memaparkan tujuan dari
penulisan karya tulis ini adalah,sebagai berikut:
a. Mengetaui apa itu pengertian bank syariah.b. Mengetahui apa dasar-dasar hukum bank syariah.c. Mengetahui sejarah awal kelahiran bank syariah.d. Mengetahui perkembangan bank syariah di berbagai Negara dan di Indonesia.e. Mengetahui perbedaan bank syariah dengan bank konvensional serta perbandingan antara
keduanya.
f. Mengetahui bagaimana menabung di bank syariah.g. Mengetahui aspek akuntansi dalam perbankan islam.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
5/35
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Bank SyariahBank Syariah terdiri atas dua kata , yaitu Bank dan Syariah. Kata bank bermakna suatu
lembaga keungan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak
yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank
syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank
dan pihak lain untuk penyimpangan dana atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan
lainnya sesuai dengan hukum Islam.
Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi bank syariah. Bank Syariah adalah suatu
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana
dengan yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan
hukum Islam. Selain itu, bank syariah biasa disebutIslamic banking atau interest fee
banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan
sistem bunga (riba ),spekulasi(maisir),dan ketidakpastian atau ketidakjelasan ( gharar ).
Bank Syariah berarti bank yang tata cara operasionalnya didasari dengan tata cara Islam
yang mengacu kepada ketentuan Al-Quran dan Al Hadist.
b. Dasar Hukum Bank SyariahBank syariah secara yuridis normative dan yuridis empiris diakui keberadaannya di
negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis normatif tercatat dalam peraturan
perundangundangan di Indonesia, diantaranya, UndangUndang No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan, UndangUndang No. 10 tentang Perubahan atas UndangUndang No.7
Tahun 1998 tentang Perbankan, UndangUndang No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan atasUndangUndang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, UndangUndang No. 3
Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UndangUndang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama.
Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan syariah tumbuh dan
berkembang pada umumnya di seluruh Ibu kota provinsi dan Kabupaten di Indonesia, bahkan
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
6/35
6
beberapa bank konvensional dan lembaga keungan lainnya membuka unit usaha syariah
(bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan semacamnya). Pengakuan secara
yuridis dimaksud, memberi peluang tumbuh dan berkembang secara luas kegiatan
usaha perbankan syariah,termasuk memberi kesempatan kepada bank umum
(konvensional) untuk membuka kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.Kebiasaandan/atau tradisi hukum di Indonesia dalam membuat
rancangan undang-undang di zaman orde Lama dan di awal orde baru tidak pernah
terdengar kata syariah. Kata syariah itu baru muncul ketika rancangan undang-
undang perbankan diusulkan menjadi undang-udang di zaman akhir orde baru dan di
awal zaman reformasi. Hal ini menunjukkan bahwa pihak eksekutif dan legislative
memahami aspirasi penduduk Indonesia yang mayoritas muslim sehingga menyiapkan
perangkat hukum yang berkaitan dengan persoalan hukum perbankan dan produk-
produknya.Hukum perbankan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah baru hadir pada
tahun 1992 di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat berdiri tahun
1992 sampai 1998 masih menjadi pemain tunggal dalam dunia perbankan yang
menggunakan prinsip syariah dan ditambah 78 BPR Syariah di Indonesia.
c. Awal Kelahiran Perbankan SyariahSejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan
reinaissance islam modern : neorevivalis dan modernis. tujuan utama dari pendirian lembaga
keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslim untuk
menadasari segenap aspek kehidupan ekonomi berlandaskan Al-qur'an dan As-sunnah.
Penerapan sistem keuangan profit n loss sharing pertama kali tercatat di Pakistan dan
Malaysia pada tahun 1960-an. Upaya ini merupakan upaya mengelola dana Jemaah haji
secara non-konvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa
Mit Ghamr apada tahun 1963 di Kairo, Mesir.
Sejak bermula dari 2 rintisan awal yang sederhana itu, Bank Islam tumbuh dengan sangat
pesat. Sesuai dengan analisis Prof. Khursid Ahmad dan laporan Internasional Association of
Islamis Bank, hingga akhir tahun 1999 tercatat lebih dari dua ratus lembaga keuangan islam
yang beroprasi di seluruh dunia, baik di negaranegara berpenduduk muslim, maupun di
Eropa, Australia maupun di Amerika.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
7/35
7
Banyak nama besar lembaga keuangan bertaraf Internasional seperti Citibank, Jardine
Flemming, ANZ, Chase-Chemical Bank, Goldman Sach, dan lain-lain telah membuka
cabang dan subsidiories yang berdasarkan syariah.
1) Mit Ghamr BankRintisan perbankan syariah mulai berkembang di Mesir pada dekade 1960-an dan
beroprasi sebagai rural-social Bank (Bila di Indonesia semacam lembaga keuangan unit
desa) di sepanjang delta Sungai Nil. Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank binaan
Prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut hanya beroprasi di Pedesaan Mesir dan berskala kecil,
namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan
sistem financial dan ekonomi islam.
2) Islamic Development BankPada sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara Organisasi Konferensi Islam di
Karachi, Pakistan pada Desember 1970. Mesir mengajukan sebuah proposal untuk
mendirikan bank Syariah. Proposal tersebut disebut Studi Tentang Pendirian bank Islam
Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (Internasional Islamic Bank for
Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam (Federation of
Islamic Bank), dikaji para ahli dari delapan belas negara islam.Proposal tersebut antara
lain mengusulkan :
Mengatur transaksi komersial antara Negara Islam.
Mengatur institusi pembangunan dan investasi. Merusmuskan masalah transfer, kriling, serta settlement antar bank sentral di Negara
Islam sebagai langkah awal menuju terbentuknya sistem ekonomi islam yang terpadu.
Membantu mendirikan institusi sejenis bank sentral syraiah di negara islam. Mendukung upaya-upaya bank sentral di negara islam dalam hal pelaksanaan
kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan kerangka kerja islam.
Mengatur administrasi dan mendayagunakan dana zakat. Mengatur kelebihan liquiditas bank-bank sentarl negara islam.
3) Islamic Research and Training InstitudeIDB (Islamic Development Bank) juga membantu mendirikan bank-bank islam di
berbagai negara. Untuk pengembangan sistem ekonomi syariah. Istitusi ini membangun
sebuah institusi riset dan pelatihan un tuk pengembangan penelitian dan pelatihan
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
8/35
8
ekonomi islam, baik dalam bidang perbankan maupun keuangan. Secara umum lembaga
ini disingkat IRTI (Islamic research and Training Institute).
d. Perkembangan bank-bank syariah di berbagai Negara1. Pakistan
Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal juli 1979,
sistim bunga dihapuskan dari operasional tiga institusi, yaitu: National Investment (unit
trust), House Building Finance (pembiayaan sektor perumahan) dan mutual fund of the
investment corporation of Pakistan (kerjasama investasi). Pada tahun 1979-80,
pemerintah mensosialisasikan skema pinjaman tanpa bunga kepada petani dan nelayan.
Pada tahun 1981, seiring diberlakukannya undang-undang perusahaan
mudharabah dan murabahah , mulailah beroperasi 7000 cabang bank komersial nasional
diseluruh Pakistan dengan mengunakan sistim bagi hasil. Pada awal tahun 1985, seluruh
sistim perbankan pakistan dikonversi dengan sistim yang baru, yaitu sistim perbankan
syariah.
2. MesirBank syariah pertama yang didirikan di Mesir adalah Faisal Islamic Bank. Bank
ini mulai beroperasi pada bulan Maret 1978, dan berhasil membukukan hasil
mengesankan dengan total asset sekitar 2 milyar dolar AS pada 1986 dan tingkat
keuntungan sekitar 106 juta dolar AS. Selain Faisal Islamic Bank for Investment danDevelopment yang beroperasi dengan mengunakan instrument keuangan Islam dan
menyediakan jaringan yang luas. Bank ini beroperasi, baik sebagai bank investasi
(investment Bank), bank perdagangan (merchant bank), maupun bank komersial
(commercial bank).
3. SiprusFaisal Islamic Bank of Kibris (siprus) mulai beroperasi pada maret 1983 dan
mendirikan Faisal Islamic Investment Corporation yang memiliki 2 cabang di Siprus dan
1 cabang di Istanbul. Dalam sepuluh bulan awal beroperasinya, bank tersebut telah
melakukan pembiayaan dengan skema murabahah senilai sekitar TL 450 juta (TL atau
Turkey Lira, mata uang Turki).
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
9/35
9
Bank ini juga melakukan pembiayaan dengan skema musyarakah dan
mudharabah, dengan tingkat keuntungan yang bersaing dengan bank non syariah.
Kehadiran bank Islam di Siprus telah mengerakan masyarakat untuk menabung, bank ini
beroperasi dengan mendatangi desa-desa, pabrik dan sekolah dengan mengunakan kantor
kas (mobil) keliling untuk mengumpulkan tabungan masyarakat. Selain kegiatan-kegiatan
diatas, mereka juga mengelola dana-dana lainnya seperti al qardhul hasan dan zakat.
4. KuwaitKuwait Finance House didirikan pada tahun 1977 dan sejak awal beroperasi
dengan sistim tanpa bunga. Institusi ini memiliki 8 cabang di Kuwait, dan telah
menunjukkan perkembangan yang cepat. Selama 2 tahun saja, yaitu 19801982, dana
masyarakat yang terkumpul meningkat dari sekitar KD 149 juta menjadi KD 474 juta.
Pada akhir tahun 1985, total aset mencapai KD 803 juta dan tingkat keuntungan
bersih mencapai KD 17 juta.
5. BahrainMassaf Faisal al Islami Bahrain mulai beroperasi pada Desember 1982. Akhir
1985, total asset telah mencapai 677 juta dolar AS dengan keuntungan sebesar 2,6 juta
dolar.
6. Uni Emirat ArabDubai Islamic Bank merupakan salah satu pelopor bank syariah. Didirikan pada
tahun 1975 investasinya meliputi bidang perumahan. Proyek-proyek industri, dan
aktivitas komersial. Selama beberapa tahun, para nasabahnya telah menerima keuntungan
yang lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional.
7. MalaysiaLembaga keuangan syariah di Malaysia telah muncul sejak 1969 dan telah
berevolusi sebagai komponen yang viable dan kompetitif dari sistim keuangan secara
keseluruhan. Strategi yang diambil, dengan dukungan penuh dari pemerintah, adalah
mengembangkan sistim keuangan Islam yang menyeluruh yang beroperasi berdampingan
dengan sistim konvensional, terutama infrastruktur perbankan syariah, assuransi syariah,
dan pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) syariah. Intradependency dari
komponen struktural ini menciptakan enabling environment bagi sistim keuangan untuk
beroperasi secara efisien.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
10/35
10
Kesimpulannya, dalam mengembangkan sistim keuangan syariah, pemerintah
Malaysia menempuh pragmatic and gradual approach, mengembangkan sistim yang
menyeluruh, dan memberikan komitment yang kuat untuk memastikan keberhasilannya.
Sistim keuangan Islam harus didukung oleh enabling infrastruktur keuangan Islam
dalam bentuk pengembangan institusional, kerangka regulasi, dan kerangka legal dan
syariah.
8. IranPerkembangan bank syariah di Iran di mulai sejak Januari 1984 berdasarkan
ketentuan /undang-undang yang disetujui pemerintah pada bulan agustus 1983. sebelum
undang-undang tersebut dikeluarkan sebenarnya telah terjadi transaksi sebesar lebih dari
100 milyar rial yang diadministrasikan sesuai dengan sistim syariah. Hingga bulan
oktober 1983, sebanyak 20.000 karyawan bank di Iran telah mengikuti pelatihan sistim
perbankan syariAH.
9. TurkiBaru pada tahun 1984, pemerintah Turki memberikan izin kepada Daar al Maal al
Islami (DMI) untuk mendirikan bank yang beroperasi berdasarkan bagi hasil. Hal ini
karena menurut ketentuan Bank sentral Turki, bank syariah diatur dalam satu yurisdiksi
khusus. Setelah DMI berdiri, pada bulan desember 1984 didirikan pula Faisal Finance
Institution dan mulai beroperasi pada bulan april 1985. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Latar Belakang Bank SyariahBerkembangnya bank-bank syariahdi negara-negara Islam berpengaruh ke
Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar
ekononii Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah
Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, AM. Saefuddin, M. Arnim Azis,
dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkan. Di
antaranya adalah Baitut TamwilSalman, Bandung, yang sempat tumbuh
mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni
Koperasi Ridho Gusti.
Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru
dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
11/35
11
Agustus 1990 menyclenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua,
Bogor, Jawa Barat Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25
Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk
mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan
MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait.
PT.Bank Muamalat Indonesia (BMI)Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut
diatas.Akte pendirian PT Bank Muammalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1
November 1991.Pada saat penandatanganan akte pendirian ini terkumpul komitmen
pembelian saham sebanyak Rp.84 miliar.
Pada tanggal 3 November 1991,dalam acara silaturahmi Presiden di Istana
Bogor,dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar
Rp.106.126.382.000,00. Dengan modal awal tersebut, pada tanggal 1 mei 1992, Bank
Muammalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999, Bank Muammalat
indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di
Jakarta,Bandung,semarang,Surabaya,Balikpapan dan Makasar.
Namun yang perlu diketahui pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia,
keberadaan Bank Syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dari tatananIndustri Perbankan Nasional. Landasan hukum operasi yang menggunakan sistem
syariah ini hanya dikatagorikan sebagai Bankdengan Sistem Bagi Hasil karena
tidak terdapat landasan hukum Syariah secara rinci serta jenis-jenis usaha yang
diperbolehkan bank. Hal ini sangat jelas tercermin dari UU No. 7 Tahun 1992 yang
menyimpulkan bahwa pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan
hanya sepintas dan merupakan sisipan belaka.
Era reformasi dan perbankan syariahPada Era Reformasi dengan disetujuinya UU No. 10 Tahun 1998 perkembangan
Perbankan Syariah mulai membaik pasalnya dalam UU tersebut diatur secara rinci
landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh Bank Syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
12/35
12
arahan bagi Bank Konvensional untuk membuka cabang Syariah atau bahkan
mengkonversi diri secara total menjadi Bank Syariah.
Hal tersebut ternyata direspon secara antusias oleh masyarakat perbankan.
Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi
stafnya. Sebagian Bank Konvensional tersebut ingin mengembangkan institusinya
dalam membuka divisi atau cabang Syariah. Sebagian lainnya bahkan berencana
mengkonversi diri sepenuhnya menjadi Bank Syariah. Hal demikian diantisipasi oleh
Bank Indonesia dengan mengadakan Pelatihan Perbankan Syariah bagi para pejabat
Bank Indonesia dari seluruh bagian perbankan, terutama aparat yang berkaitan
langsung seperti DPNP (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan), Kredit,
Pengawasan, Akuntansi, Riset, dan Moneter.
a) Bank Umum SyariahPelopor kedua Bank Syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri
(BSM). Bank Syariah Mandiri merupakan Bank milik pemerintah pertama yang
melandaskan operasional pada Prinsip Syariah. Secara struktural, BSM berasal
dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan di lingkungan
Bank Mandiri yang kemudian dikonversikan menjadi Bank Syariah secara utuh.
Dalam rangka melancarkan proses konversi menjadi Bank Syariah BSM menjalin
kerjasama dengan Tazkia Institute terutama dalam bidang pelatihan danpendampingan konversi.
Sebagai salah satu Bank yang dimiliki oleh Bank Mandiri yang memiliki
aset ratusan triliun dan networking yang sangat luas, Bank Syariah Mandiri
memiliki beberapa keunggulan komparatif dibandingkan pendahulunya.
Demikian juga perkembangan politik terakhir di Aceh menjadi blessing in
disguise bagi Bank Syariah Mandiri. Hal ini karena Bank Syariah Mandiri
menyerahkan seluruh cabang Bank Mandiri yang ada di Aceh kepada Bank
Syariah Mandiri untuk dikelola secara Sistem Syariah. Hal ini jelas akan
meningkatkan secara pesat aset Bank Syariah Mandiri dari posisi pada akhir tahun
1999 sejumlah Rp 400 miliar menjadi di atas 2 hingga 3 triliun. Perkembangan ini
diikuti pula dengan peningkatan jumlah cabang Bank Syariah Mandiri dari 8
cabang menjadi 20 cabang.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
13/35
13
b) Cabang Syariah dari Bank KonvensionalSetelah terbentuknya Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah
Mandiri dan antusias masyarakat terhadap adanya Bank yang memakai Sistem
Islam. Maka berbagai Bank Konvensional lainnya mengikuti jejak untuk
membuka cabang Bank Syariah di institusinya. Dibawah ini adalah data pada
November tahun 2000 yang menjelaskan peningkatan perkembangan Bank
Syariah di Indonesia,diantaranya:
1) Bank IFI membuka cabang Syariah pada 28 Juni 1999.2) Bank Niaga (akan membuka cabang syariah)3) Bank BNI telah membuka 5 cabang Syariah.4) Bank BTN akan membuka cabang Bank Syariah.5) Bank Mega akan mengkonversi satu anak Bank Konvensionalnya menjadi
Bank Syariah.
6) Bank BRI telah membuka cabang Syariah.7) Bank BUKOPIN telah melakukan konversi menjadi Bank Syariah di cabang
Aceh.
8) BPD JABAR telah membuka cabang Syariah di Bandung.9) BPD Aceh tengah menyiapkan SDM untuk konversi cabang Syariah.
e. Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensionalDalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama
dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan,
syarat-syarat umum untuk memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan
keuangan dan sebagainya. Disamping itu, antara bank syariah dan bank konvensional
memiliki perbedaan yang sangat prinsipil, yakni menyangkut akad-akad yang ditetapkan,
aspek legalitas, struktur organisasi, bidang usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.
1. Akad dan aspek legalitasDi dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekwensi duniawi dan
ukrawi, karena akad yang dilakukan berdasarkan ketentuan syariat Islam. Di dalam
perbankan syariah, apabila pihak-pihak yang melakukan akad atau transaksi melanggar
kesepakatan / perjanjian yang telah disepakati dan ditandatangani, maka konsekwensi
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
14/35
14
hukum yang akan diterima tidak hanya ketika hidup di dunia saja tetapi juga kelak di hari
kiamat. Semua hal dan pihak-pihak, baik barang, jasa maupun pelaku-pelaku yang
terlibat dalam setiap akad transaksi perbankan syariah harus memenuhi ketentuan-
ketentuan syariah sebagai berikut:
a) Rukun: penjual, pembeli, barang, harga, akad (ijab-qabul / transaksi).
b) Syarat-syarat: Barang dan jasa harus halal. Karena itu segala bentuk akad / transaksi atas barang
dan jasa yang haram menjadi batal / haram demi syariah.
Harga barang dan jasa harus jelas. Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya
transportasi.
Barang yang menjadi obyek transaksi harus sepenuhnya dalam kepemilikan yangsah. Tidak diperbolehkan oleh syariah melakukan akad / transaksi jual beli ata s
barang atau sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai, seperti yang terjadi padatransaksi short sale di pasar modal.
2. Lembaga Penyelesaian SengketaBerbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat
perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak
menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan
hukum syariah. Lembaga yang mengatur hukum berdasar prinsip syariah di Indonesia
dikenal dengan nama Badan Arrbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang didirikan
secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. StrukturOrganisasiBank syariah diperkenankan untuk memiliki struktur organisasi yang sama
dengan bank konvensional, misalnya adanya dewan komisaris dan direksi. Namun, di sisi
lain terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara struktur organisasi yang dimiliki
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
15/35
15
bank syariah dan bank konvensional. Perbedaan yang mendasar itu adalah bahwa di
dalam struktur organisasi perbankan syariah harus ada Dewan Pengawas Syariah. Dewan
Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada
setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektifitas pendapat atau opini yang dikemukakan
oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan
Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota
Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional
(DSN). Struktur organisasi tersebut terbagi atas:
1) Dewan Pengawas Syariah (DPS)Fungsi utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah
mengawasi jalannya operasional bank syariah sehari-hari agar selalu sesuai dengan
petunjuk dan ketentuan-ketentuan syariat Islam. Hal ini, karena akad / transaksi yang
berlaku di dalam sistem perbankan syariah sangat berbeda dengan akad / transaksi
yang berlaku di dalam perbankan konvensional. Dalam kaitan ini, dalam sistem
perbankan syariah diperlukan garis-garis panduan (guidelines) yang berbeda pula
dengan sistem perbankan konvensional. Garis panduan ini disusun dan ditetapkan
oleh Dewan Syariah Nasional.
Dalam pada itu, Dewan Pengawas Syariah (DPS) harus membuat pernyataan
secara berkala (biasanya setiap tahun) bahwa bank syariah yang diawasi telahberjalan sesuai atau tidak sesuai dengan syariat Islam. Pernyataan DPS ini
disampaikan dalam buku laporan tahunan (annual raport) bank yang bersangkutan.
Tugas lain Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah meneliti dan membuat
rekomendasi atas produk baru bank syariah yang diawasinya. Dengan demikian, DPS
bertindak sebagai penyaring pertama atas produk yang telah diteliti dan difatwakan
oleh Dewan Syariah Nasional.
2) Dewan Syariah Nasional (DSN)Dewan Syariah Nasional (DSN) dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil
rekomendasi dari Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan Juli tahun yang sama.
Lembaga ini merupakan lembaga otonomi di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan dipimpin oleh Ketua Umum MUI dan seorang sekertaris (ex-officio). Kegiatan
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
16/35
16
sehari-hari Dewan Syariah Nasional (DSN) ini dijalankan oleh Badan Pelaksana
Harian dengan seorang ketua dan sekertaris serta beberapa anggota.
Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-produk
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariat Islam. Dewan ini bukan hanya
mengawasi perbankan syariah, tetapi juga mengawasi lembaga-lembaga keuangan
syariah lain, seperti asuransi, reksadana, modal ventura dan sebagainya. Untuk
keperluan pengawasan tersebut, Dewan Syariah Nasional membuat garis panduan
produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Garis panduan ini
menjadi dasar pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah yang terdapat di setiap
lembaga-lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar acuan dalam pengembangan
produk-produknya.
Selain itu, Dewan Syariah Nasional bertugas memberikan rekomendasi kepada
para ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu
lembaga keuangan syariah tertentu. Dewan Syariah Nasional dapat memberikan
teguran kepada lembaga keuangan syariah yang dipandang telah menyimpang dari
garis panduan perbankan syariah dan petunjuk syariat Islam. Hal ini dilakukan
setelah menerima dan mendapat laporan dari Dewan Pengawas Syariah lembaga
keuangan atau perbankan syariah yang bersangkutan. Jika lembaga keuangan atau
perbankan syariah tersebut tidak mengindahkan teguran yang diberikan, DewanSyariah Nasional dapat mengusulkan kepada otoritas yang berwenang, seperti Bank
Indonesia dan Departemen Keuangan, untuk memberikan saksi hukum yang berlaku
agar lembaga keuangan atau perbankan syariah tersebut tidak melakukan tindakan-
tindakan yang lebih jauh dari ketentuan dan petunjuk syariah.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Perbankan Syariah.Di dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari
ketentuan dan petunjuk syariah. Karena itu, bank syariah tidak diperkenankan
membiayai bisnis dan usaha yang diharamkan oleh syariah. Lembaga keuangan syariah
dan perbankan syariah tidak akan memperhatikan permohonan pembiayaan dari suatu
usaha atau bisnis sebelum mendapatkan kejelasan dan kepastian akan beberapa hal pokok
sebagai berikut:
1) Apakah obyek pembiayaan itu halah atau haram?
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
17/35
17
2) Apakah proyek yang akan dibiayai itu menimbulkan madharat atau tidak?3) Apakah proyek yang akan didanai berkaitan dengan perbuatan zina / asusila lainnya?4) Apakah proyek itu berkaitan dengan perjudian?5) Apakah proyek yang akan dibiyai itu berkaitan dengan pembuatan senjata ilegal?6) Apakah proyek itu dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung atau tidak
langsung?
5. Lingkungan Kerja Dan Corporate CultureSebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan
syariah. Dalam hal etika misalnya sifat amanah dan shiddiq harus melandasi setiap
karyawan sehingga tercermin integritas eksekutuf muslim yang baik. Disamping itu
karyawan bank syariah harus skillful dan profesional dan mampu melakukan tugas-tugas
teamwork.
Selain itu, cara perpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan
cerminan bahwa mereka bekerja dalam lembaga keuangan yang membawa nama besar
Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula
dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
18/35
18
Perbandingan Antara Bank Syariah Dan Bank KonvensionalPerbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam tabel
berikut.
Bank Syariah Bank KonvesionalMelakukan investasi-investasi yang
halal saja.
Investasi yang halal dan haram.
Berdasarkan prinsip bagi hasil
Besarnya disepakati pada waktu
akad dengan berpedoman kepada
kemungkinan untung rugi.
Besar rasio didasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh
Rasio tidak berubah selama akad
masih berlaku
Kerugian ditanggung bersama
Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan keuntungan
Eksistensi tidak ada yang
meragukan keabsahan bagi hasil.
Memakai perangkat bunga
Besarnya disepakati pada waktu
akad dengan asumsi akan selalu
untung
Besarny presentase didasarkan
pada jumlah modal yang dipinjamkan
Bunga dapat mengambang dan
besarnya naik turun
Pembayaran bunga besarnya tetap
tanpa pertimbangan untung rugi
Jumlah bunga tidak meningkat
sekalipun keuntungan meningkat
Eksistensi bunga diragukan
Berorientasi pada keuntungan (profit
oriented) dan kemakmuran dan
kebahagian dunia akhirat
Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan.
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kreditur-debitur.
Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa Dewan
Pengawas Syariah
Tidak terdapat dewan sejenis
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
19/35
19
f. Menabung di Bank SyariahMenabung adalah tindakan yag dianjurkan oleh Islam, karena dengan menabung berarti
seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang
sekaligus untuk mnghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Al-Quran terdapat ayat-
ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan
hari esok secara lebih baik.
1. Al-Quran
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(an-Ni saa`: 9)
Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan
anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu
segala macam buah-buahan, Kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia
mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil.Maka kebun itu ditiup angin keras yang
mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada kamu supaya kamu memikirkannya.
(al-Baqarah: 266)
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
20/35
20
Kedua ayat tersebut memerintahkan kita untuk bersiap-siap dan mengantisipasi
masa depan keturunan, baik secara rohani maupun secara ekonomi harus dipikirkan
langkah-langkah perencanaannya. Salah satunya adalah dengan menabung.
2. Al-HadistDalam hadist Nabi saw. banyak disebutkan tentang sikap hemat ini. Nabi saw.
memuji sikap hemat sebagai suatu sikap yang diwariskan oleh para nabi sebelumnya,
seperti yang dikatakan beliau,
Sikap yang baik, penuh kasih sayang, dan berlaku hemat adalah sebagian dari dua
puluh empat bagian kenabian.(HR Tirmidzi)
Dalam hadist lain, Nabi saw. berkata bahwa berlaku hemat (ekonomis) adalah hal
yang diperlukan untuk menjaga kehidupan.
Berlaku hemat adalah setengah dari penghidupan.(HR Baihaqi)
Hadist lain menunjukkan bahwa berlaku hemat merupakan cermin dari tingkat
pendidikan seseorang, seperti yang dikatakan oleh Nabi saw.,
Termasuk dari kefaqihan seseorang adalah berhematnya dalam penghidupan.(HR
Ahmad)
Nabi saw. bahkan mengajarkan sikap hemat ini sebagai kiat untuk mengantisipasi
kekurangan yang dialami oleh seseorang pada suatu waktu. Sabda beliau,
Tidak akan kekurangan bagi orang yang berlaku hemat.(HR Ahmad)
Memilih Antara Wadiah Dan MudharabahBerdasarkan Undang- undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan tabungan
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainya yang
dipersamakan dengan itu.Adapun tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan prinsip- prinsip syariah.Seseorang yang ingin menabung di Bank Syariah
dapat memilih antara akad al- wadiah atau al mudharabah. Jenis peoduknya antara lain :
1) Giro.Pada umumnya bank syariah menggunakan akad al- wadiah pada rekening giro.
Dalam fiqih muamalah, wadiah dibagi menjadi 2 macam: wadiah yad al- amanah
yaitu akad titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan (bank) tidak wajib
mengganti jika terjadi kerusakan. Biasanya diterapkan bank pada titipan murni. Dalam
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
21/35
21
hal ini bank hanya bertanggung jawab atas kondisi barang (uang) yang dititpkan.
Adapun wadiah yad adh- dhamanah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi
penerima titipan bertanggung jawab atas nilai bukan fisik dari uang yang dititipkan.
Bank syariah menggunkan akad ini untuk rekening giro. Karena sifatnya sebagai
titipan yang bisa diambil sewaktu- waktu, pada prinsipnya giro berdasarkan wadiah ini
tidak mendapatkan keuntungan, bahkan seharusnya nasabah membayar kepada bank
karena ia telah menugasnya untuk menyimpan supaya aman. Tidak menutup
kemungkinan bank dapat memberikan semacam bonus kepada para pemegang giro.
Bonus ini tidak boleh diperjanjikan dimuka karena jika dilakukan akan sama dengan
bunga.
2) Tabungan.Bank syariah menerapkan dua akad dalam tabungan, yaitu wadiah dan
mudharabah. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan
akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat
sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadiah, bank
syariah menggunakan akad wadiah yad adh- dhamanah.Dalam hal ini nasabah
bertindak sebagai penitip yang memberikan kepada bank syariah untuk menggunakan
atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak
sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan ataumemanfaatkan dana atau barang tersebut. Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung
jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikanya kapan saja
pemiliknya menghendaki. Disisi lain bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan
dari hasil pengunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut. Nasabah penitip dan
bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan keuntungan harta tersebut.
Namun demikian bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta
titipan selama tidak disyaratkan dimuka yang merupakan kebijakan bank syariah
semata yang bersifat sukarela.Tabungan mudharabahadalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan akad mudharabah. Diamana bank syariah bertindak sebagai mudharib
(pengelola dana) sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana).
Mudharabah mempunyai 2 bentuk yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayyadah. Perbedaan keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
22/35
22
diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola harta. Mudharabah mutlaqah
yaitu mudharabah yang sifatnya mutlak dimana shahib al-mal tidak menetapkan syarat-
syarat tertentu kepada si mudharib. Sedangkan mudharabah muqayyadah yaitu shahib
al-mal boleh menetapkan syarat- syarat tertentu guna menyelamatkan modalnya dari
resiko kerugian yang syarat- syarat tersebut harus dipenuhi oleh si mudharib, apabila
mudharib melanggarnya ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.
Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip- prinsip sebagai
berikut. Pertama, keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara shohibul
mal dan mudharib. Kedua, adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan
pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana
itu diperlukan waktu yang cukup.
3) Deposito.Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito. Seperti dalam
tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul maal dan bank
selaku mudharib. Penerapan mudhrabah terhadap deposito dikarenakan kesesuaian
yang terdapat diantara keduanya. Misalnya akad mudhrabah mensyaratkan adanya
tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana itu bisa diputarkan.
Tenggang waktu itu merupakan salah satu sifat deposito bahkan dalam deposito
terdapat pengaturan waktu, seperti 30 hari, 90 hari dan seterusnya Perbedaan Antara Menabung di Bank Syariah dan di Bank Konvensional
Sepintas,secara teknis fisik, menabung di bank syariah dengan yang berlaku di bank
konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena baik bank syariah maupun bank
konvensional di haruskan mengikuti aturan teknis perbankan secara umum.Akan tetapi,
jika diamati secara mendalam, terdapat perbedaan besar di antara keduanya.
Perbedaan pertamaterletak pada akad. Pada bank syariah,semua transaksi harus
berdasarkan akad yang di benarkan oleh syariah.Dengan demikian, semua transaksi itu
harus mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah syariah.pada
bank konvensional, transaksi pembukaan rekening, baik giro, tabungan, maupun deposito,
berdasarkan perjanjian titipan, namun perjanjian titipan ini tidak mengikuti prinsip
manapun dalam muaamalah syariah, misalnya wadiah. karena, salah satu penyimpangan
diantaranya menjanjikan imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap uang yang disetor.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
23/35
23
Perbedaan kedua terdapat pada imbalan yang di berikan. Pada bank konvensional
menggunakan konsep biaya(cost concept)untuk menghitung keuntungan.Artinya,bunga
yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan ongkos yang harus dibayar
olah bank.Karena itu,bank harus menjual kepada nasabah lainnya(peminjam) dengan
biaya(bunga) yang lebih tinggi.perbedaan keduanya disebut spread.jika bunga yang
dibebankan kepada yang dibebanan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang harus di
bayar kepada nasabah penabung,bank mendapatkan spreadpostif. Jika bunga yang
diterimadari si peminjam lebih rendah,terjadi spreadnegatif bagi bank.Bank harus menetup-
nya dengan keuntungan yang dimiliki sebelumnya.Jika tidaj ada,ia harus
menanggulanginya dengan modal.Bank syariah menggunakan profit sharing,artinya dana
yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan.keuntungan yang didapatkan dari
pembiayaan tersebut dibagi dua,untuk bank dan untuk nasabah,berdasarkan perjanjian
pembagian keuntungan dimuka(biasanya terdapat dalam formulir pembukaan rekening
yang berdasarkan mudhorobah).
Perbedaan ketigaadalah sasaran kredit/pembiayaan.Para penabung di bank
konvensional tidak sadar bahwa uang yang ditabungnya diputarkan kepada semua bisnis,
tanpa memandang halal-haram bisnistersebut.bahkan sering terjadi dana tersebut
digunakan untuk membiayai proyek-proyek grup oerusahaan tersebut.celakanya,kredit itu
diberikan tanpa memandang apakah jumlahnya melebihi batas maksimum pemberiankredit(BMPK)ataukah tidak.Akibatnya,ketika krisis datang dan kredi-kreit itu bermasalah,
bank sulit mendapatkan pengembalian dana darinya. Adapun dalam bank
syariah,penyaluran dana simpanan dari masyarakat dibatasi oleh dua prinsip dasar,yaitu
prinsip syariah dan prinsip keuntungan.Artinya, pembiayaan yang mau diberikan diberikan
harus mengikuti kriteria-kriteria syariah,disamping pertimbangan-pertimbangan
keuntungan.Misalnya, pembiayaan-pembiayaan (kredit) harus kepada bisnis yang
halal,tidak bolehkepada perusahaan atau bisnis yang memproduksi makanan atau minuman
yang diharamkan,perjudian,pornografi,dan bisnis lain yang tidak esuai dengan
syariah.karena itu,menabung di bank syariah relatif lebih aman ditinjau dari perspektip
islam karena akan mendapatkan keuntunganyang didapat daribisnis yang halal.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
24/35
24
Perbedaan Antaramelakukan pinjaman/kredit di Bank Syariah dan di bankkonvensional.
Perbedaan tersebut terletak pada bunga.dalam bank konvensional terdapat bunga
terhadap modal yang di pinjamkan,sedangkan dalam bank syariah tidak demikian.tetapi,
risiko pinjaman yang di berikan bank syariah sangat tinggi terhadap bank itu sendiri karna
ia dianggap pemmbiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.
g. Aspek Akuntansi Dalam Perbankan Islam (Accounting Aspect) Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institution
Langkah pengembangan standar akuntansi keuangan bank Islam dimulai pada
tahun 1987. Sedikitnya lima volume telah terkumpul dan tersimpan di perpustakaan
Islamic Research and Training Institute, Islamic Development Bank (IDB).
Studi itu telah mendorong pembentukan Acounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (Organisasi Akuntansi Keuangan untuk Bank dan
Lembaga Keuangan Islam) yang didaftarkan sebagai organisasi nirlaba di Bahrain pada
tahun 1411 H (1991). Sejak didirikan, organisasi ini terus mengembang-kan standar
keuangan melalui pertemuan periodik Komite Pelaksana untuk Perencanaan dan Tindak
Lanjut.
Pendekatan dan Fungsi1. Pendekatan yang digunakan:
a) Mengidentifikasi konsep akuntansi yang telah dikembang-kan sebelumnyadengan prinsip Islam tentang ketepatan dan keadilan. Sangat dimungkinkan
seseorang akan menentang penerapan konsep-konsep itu, misalnya yang berkaitan
dengan definisi karakteristik informasi akuntansi yang bermanfaat seperti
relevansi dan realibilitas.
b) Mengidentifikasi konsep yang digunakan dalam akuntansi keuangan konvensionaltetapi tidak sesuai dengan syariah Islam. Konsep semacam itu ditolak atau
dimodifikasi secukupnya untuk mematuhi syariah supaya membuatnya
bermanfaat. Contoh dari konsep ini adalah nilai waktu dari uang (time value of
money) sebagai sifat pengukuran.
c) Mengembangkan konsep-konsep yang mendefinisikan aspek-aspek tertentu dariakuntansi untuk bank Islam yang tersendiri (unik) kepada cara bertransaksi bisnis
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
25/35
25
yang Islami. Contohnya, konsep yang dikembangkan berdasarkan hukum-hukum
yang mendefinisikan risiko dan balasan yang dikaitkan dengan transaksi bisnis,
serta terjadinya biaya dan perolehan keuntungan.
2. Fungsi Bank-bank IslamBank-bank Islam dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan
pemisahan antara hal yang temporal (kedu-niaan) dan keagamaan. Prinsip ini
mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan.
Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi tran-saksi bisnis pun harus
sesuai dengan ajaran syariah. Sebagai contoh dalam hal ini adalah aspek yang paling
terkemuka dari ajaran Islam mengenai muamalah, yaitu pelarangan riba dan persepsi
uang sebagai alat tukar dan alat melepaskan kewajiban. Uang bukanlah komoditas.
Dengan demikian, uang tidak me-miliki nilai waktu, kecuali nilai barang yang ditukar
melalui penggunaan uang sesuai dengan syariah.
Sebagai konsekuensi dari prinsip ini maka bank Islam dioperasikan atas dasar
konsep bagi untung dan bagi risiko yang sesuai dengan salah satu kaidah Islam, yaitu
"keuntungan adalah bagi pihak yang menanggung risiko." Bank Islam menolak bunga
sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi.
Dalam melaksanakan investasinya, bank Islam memberi keyakinan bahwa dana
mereka sendiri (equity), serta dana lain yang tersedia untuk investasi, mendatangkanpendapatan yang sesuai dengan syariah dan bermanfaat bagi masyarakat.
Bank Islam menerima dana berdasarkan kontrak mudhara-bah, yaitu salah satu
bentuk kesepakatan antara penyedia dana (pemegang rekening investasi) dan
penyedia usaha (bank). Dalam melaksanakan usaha berdasarkan mudharabah, bank
menyatakan kemauannya menerima dana untuk diinvestasikan atas nama pemiliknya,
membagi keuntungan berdasarkan per-sentase yang disepakati sebelumnya, serta
memberitahukan bahwa kerugian akan ditanggung sepenuhnya oleh penyedia dana
selama kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kelalaian atau pelanggaran
kontrak.Dalam paradigma akuntansi Islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai
berikut:
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
26/35
26
a) Manajemen InvestasiBank-bank Islam dapat melaksanakan fungsi ini ber-dasarkan kontrak
mudharabahatau kontrak perwakilan.
Menurut kontrak mudharabah, bank (dalam kapasitasnya sebagai
mudharib,yaitu pihak yang melaksanakan inves-tasi dana dari pihak lain)
menerima persentase keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam hal terjadi
kerugian, sepenuhnya menjadi risiko penyedia dana (shahibul maal), sementara
bank tidak ikut menanggungnya.
b) InvestasiBank-bank Islam menginvestasikan dana yang ditem-patkan pada dunia
usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan
alat-alat investasi yang konsisten dengan syariah. Di antara contohnya adalah
kontrak al murabahah, al mudharabah, al musyarakah, bai as salam, bai al
ishtisna, al ijarah,dan lain-lain.
Rekening investasi dapat dibagi menjadi tidak terba-tas (unrestricted
mudharabah) atau terbatas (restricted mudharabah).
Rekening investasi tidak terbatas (general investment)Pemegang rekening jenis ini memberi wewenang kepada bank Islam untuk
menginvestasikan dananya dengan cara yang dianggap paling baik danfeasible,tanpa menerapkan pembatasan jenis, waktu dan bidang usaha
investasi.
Dalam skema ini bank Islam dapat mencampurkan dana pemegang
rekening investasi dengan dananya sendiri (modal) atau dengan dana lain yang
berhak dipakai oleh bank Islam (misalnya rekening koran). Pemegang rekening
investasi dan bank Islam umumnya berpartisipasi dalam keuntungan dari dana
yang diinvestasikan.
Rekening investasi terbatas (restricted investment)Pemegang rekening jenis ini menerapkan pembatasan tertentu dalam hal
jenis, bidang, dan waktu bank meng-investasikan dananya. Lebih jauh lagi,
bank Islam dapat dibatasi dari mencampurkan dananya sendiri dengan dana
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
27/35
27
rekening investasi terbatas untuk tujuan investasi. Bahkan bisa saja ada
pembatasan lain yang diterapkan pemegang rekening investasi.
Sebagai contoh, pemegang rekening investasi dapat meminta bank Islam
untuk tidak menginvestasikan dananya dalam bidang pertanian dan peternakan.
Bisa juga pe-megang rekening investasi meminta bank Islam itu sendiri yang
melaksanakan investasi, bukan melalui pihak ketiga.
c) Jasa-Jasa KeuanganBank Islam dapat juga menawarkan berbagai jasa ke-uangan lainnya
berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan.
Contohnya garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya.
d) Jasa SosialKonsep perbankan Islam mengharuskan bank Islam me-laksanakan jasa
sosial, bisa melalui dana qardh (pinjaman kebajikan), zakat, atau dana sosial yang
sesuai dengan ajaran Islam. Lebih jauh lagi, konsep perbankan Islam juga
mengharuskan bank Islam memainkan peran dalam pengembangan sumber daya
insani dan menyumbang dana bagi pemeliharaan serta pengembangan lingkungan
hidup.
Definisi Pernyataan KeuanganSecara umum, pernyataan keuangan untuk bank Islam dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Pernyataan keuangan yang menggambarkan fungsi bank Islam sebagai investor, hakdan kewajibannya, dengan tidak memandang tujuan bank Islam itu dari masalah
investasinya, apakah ekonomi atau sosial. Mekanisme investasi yang diguna-kan
terbatas hanya kepada beberapa cara yang dibolehkan syariah. Karenanya, pernyataan
keuangan meliputi:
a) Pernyataan posisi keuanganb) Pernyataan pendapatanc) Pernyataan aliran kasd) Pernyataan laba ditahan atau pernyataan perubahan pada saham pemilik
2. Sebuah pernyataan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam investasi terbatas,yang dikelola oleh bank Islam untuk kepentingan masyarakat, baik berdasarkan kontrak
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
28/35
28
mudharabah atau kontrak perwakilan. Pernyataan semacam ini akan dirujuk sebagai
"Pernyataan Perubahan dalam Investasi Terbatas".
3. Pernyataan keuangan yang menggambarkan peran bank Islam sebagaifiduciarydaridana yang tersedia untuk jasa sosial ketika jasa semacam itu diberikan melalui dana
terpisah.
a) Pernyataan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sosial.b) Pernyataan sumber dan penggunaan dana qardh
Definisi Unsur-Unsur Dasar Pernyataan Keuangan1. Pernyataan posisi keuangan
a. AssetAsset adalah sesuatu yang mampu menimbulkan aliran kas positif atau manfaat
ekonomi lainnya, baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan asset yang lain, yang
haknya didapat oleh bank Islam sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa
lalu. Untuk bisa digambarkan sebagai sebuah asset pada pernyataan posisi keuangan
bank Islam, asset itu harus memiliki karakter tambahan berikut:
1) Dapat diukur secara keuangan dengan tingkat reliabilitas yang wajar.2) Tidak boleh dikaitkan dengan kewajiban yang tidak dapat diukur atau hak bagi
pihak lain.
3)
Bank Islam harus mendapatkan hak untuk menahan, menggunakan, ataumengelola aset itu.
b. LiabilitasLiabilitas adalah kewajiban yang berjalan untuk me-mindahkan aset,
meneruskan penggunaannya, atau menyediakan jasa bagi pihak lain di masa depan
sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Untuk bisa digambarkan
sebagai sebuah liabilitas pada pernyataan posisi keuangan bank Islam, liabilitas itu
harus memiliki karakter tambahan berikut:
1) Bank Islam harus memiliki kewajiban kepada pihak lain dan kewajiban bankIslam tidak boleh saling bergantung (reciprocal) dengan kewajiban pihak lain
kepada bank.
2) Kewajiban bank Islam harus bisa diukur secara keuangan dengan tingkatreliabilitas yang wajar.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
29/35
29
3) Kewajiban bank Islam harus bisa dipenuhi melalui pemindahan satu atau lebihaset bank Islam kepada pihak lain, meneruskan kepada pihak lain akan
penggunaan aset bank Islam untuk suatu periode, atau menyediakan jasa pihak
lain.
c. Porsi pemegang rekening investasi tak terbatasRekening investasi tak terbatas merujuk kepada dana-dana yang diterima bank
Islam dari individu-individu atau lainnya dengan dasar bahwa bank Islam akan
memiliki hak untuk menggunakan dan menginvestasikan dana-dana itu tanpa
pembatasan. Bank Islam dengan demikian juga berhak mencampurkan dana yang
diinvestasikan itu dengan modalnya sendiri. Keuntungan atau kerugian suatu
investasi usaha dibagi secara proporsional setelah bank Islam menerima bagian
keuntungan/kerugiannya sebagai mudharib.
d. Saham pemilikSaham pemilik merujuk kepada jumlah yang tersisa pa-da tanggal pernyataan
posisi keuangan dari aset bank Islam sesudah dikurangi kewajiban, porsi pemegang
rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya, serta pendapatan yang
dilarang (nonhalal), jika ada. Itu sebabnya saham pemilik terkadang dirujuk sebagai
"the owner residual interest".
2.
Pernyataan pendapatana. Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas
atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan
pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan
jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen
rekening investasi terbatas.
b. BiayaBiaya adalah penurunan kotor dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas atau
gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan
yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, atau aktivitas, termasuk
pemberian jasa.
c. Keuntungan
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
30/35
30
Keuntungan adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat dari
memegang aset yang mengalami peningkatan nilai selama periode yang dipilih oleh
pernyataan pendapatan. Keuntungan juga bisa diperoleh dari pemindahan saling
tergantung insidental yang sah dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer
yang tidak saling tergantung dengan pemegang saham, atau pemegang pemegang
rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya.
d. KerugianKerugian adalah penurunan bersih dari aset bersih seba-gai akibat dari
memegang aset yang mengalami penurunan nilai selama periode yang dipilih oleh
pernyataan pen-dapatan. Kerugian juga bisa terjadi akibat pemindahan saling
tergantung insidental yang sah dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer
yang tidak saling tergantung dengan pemegang saham, atau pemegang rekening
investasi tak terbatas dan yang setara dengannya.
e. Keuntungan pada rekening investasi tak terbatas dan yang setaranyaf. Keuntungan bersih (kerugian bersih)
3. Pernyataan perubahan dalam saham pemilik atau pernyataan laba ditahana. Pernyataan perubahan dalam saham pemilikb. Pernyataan laba ditahan
4.
Pernyataan aliran kasa. Kas dan setara kasb. Aliran kas dari transaksic. Aliran kas dari aktivitas investasid. Aliran kas dari aktivitas pembiayaan
5. Pernyataan perubahan dalam investasi terbatas dan setaranyaa. Investasi terbatasb. Simpanan dan penarikan oleh pemegang rekening investasi terbatas dan
ekuivalensinya
c. Keuntungan (kerugian) investasi sebelum bagian ke-untungan manajer investasisebagai seorang mudharib,atau kompensasi sebagai wakil (agen) investasi.
d. Bagian manajer investasi dalam keuntungan investasi terbatas sebagai seorangmudharibatau kompensasi sebagai manajer investasi
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
31/35
31
6. Pernyataan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana sosiala. Sumber dana zakat dan dana sosialb. Penggunaan dana zakat dan dana sosialc. Saldo dana zakat dan dana sosial
7. Pernyataan sumber dan penggunaan dana dalam qardha. Qardhb. Sumber dana dalam qardhc. Penggunaan dana dalam qardhd. Saldo dana dalam qardh
Asumsi-Asumsi Akuntansi1. Konsep satuan akuntansi2. Konsep keberlanjutan (going concern)3. Konsep periode4. Stabilitas daya beli satuan uang
Konsep Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi1. Definisi pengakuan dan pengukuran akuntansi2. Pengakuan akuntansi
a. Pengakuan pendapatanb. Pengakuan biayac. Pengakuan laba dan rugid. Pengakuan laba dan rugi investasi terbatas
3. Konsep pengukuran akuntansia. Konsep kesesuaian (matching)b. Sifat-sifat pengukuranc. Sifat-sifat yang harus diukurd. Nilai setara kas yang diperkirakan akan direalisasi atau dibayare. Revaluasi aset, liabilitas, dan investasi terbatas pada akhir periode akuntansif. Penerapan aset, liabilitas, dan investasi terbatasg. Sifat pengukuran alternatif kepada nilai setara kas.
Karakteristik Kualitatif serta Penyiapan dan Penyajian Informasi Akuntansi1. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
32/35
32
a. Arti karakteristik kualitatif informasi akuntansib. Relevansic. Reliabilitas Representasi keyakinan Objektivitas Netralitas
d. Dapat dibandingkane. Konsistensif. Dapat dimengerti
2. Penyiapan dan Penyajian Informasi Akuntansia. Materialitasb. Biaya informasic. Pembukaan
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
33/35
33
BAB III
PENUTUP
D. KesimpulanBank Syariah dibuat dengan tujuan utama agar umat muslim mampu
menjalankan roda ekonomi secara Islami, walaupun begitu tidak hanya orang Islam saja
yang bisa menggunakan jasa bank ini, orang non-muslim pun bisa. Produk dalam bank
syariah diciptakan berdasarkan nilai- nilai Islam yang mengandung keadilan. Hadirnya
bank syariah mengobati rasa haus masyarakat Islam di Indonesia yang menginginkan
mediator ekonomi yang berbasis Islam sehingga masyarakat bisa terhindar dari riba yang
dalam Islam termasuk dosa besar. Tetapi tidak semua bank syariah di Indonesia
100% berdasarkan pada syariah Islam.
Bank syariah di Indonesia memiliki potensi cukup besar untuk menjadi pilihan
utama dan pertama bagi nasabah dalam pilihan transaksi. Hal ini ditunjukan dengan
akselerasi pertumbuhan dan perkembangan bank syariah di Indonesia dari tahun ke tahun
terus meningkat. Untuk itu, penerapan strategi yang tepat dalam menciptakan pangsa pasar
yang lebih besar bagi perbankan syariah adalah hal yang sangat perlu dilakukan.
Fenomena perkembangan bank syariah ini harus diimbangi dengan kualitas dan
fasilitas yang memadai, seperti kinerja bank syariah sangat penting diperlukan bagi parainvestor baik itu kinerja keuangan maupun manajemen perusahaan, karena informasi kinerja
perusahaan baik itu dari kinerja keuangan dan manajemen dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan investor/nasabah dalam memilih investasi pada suatu perbankan
syariah.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi
intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh
pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan
yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
34/35
34
E. SaranBank Syariah Mandiri diharapkan bisa membenahi produk-produk yang dinilai
kurang memenuhi syariah Islam, sehingga lebih memprioritaskan kemurnian Islam
mengingat tujuan berdirinya bank syariah agar umat Islam mampu menjalankan Islam
secara kaffah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran penting dan strategis
dalam penerapan prinsip syariah di perbankan syariah. DPS bertanggungjawab untuk
memastikan semua produk dan prosedur bank syariah sesuai dengan prinsip syariah.
Peran DPS diharapkan lebih optimal dalam menjalankan pengawasan syariah
terhadap operasional Bank Syariah Mandiri. Diharapkan DPS mampu lebih teliti dalam
menelaah produk-produk yang akan dirilis oleh Bank Syariah Mandiri tersebut.
-
5/26/2018 Karya Tulis Perbankan Syariah
35/35
35
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, 2008.,Hukum Perbankan Syariah, Jakarta : Cetakan I, Sinar Grafika.
Antonio, Muhammad SyafiI, 2001, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Cetakan
I,Gema Insani.