1
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD Dr. M. YUNUS
BENGKULU TAHUN 2012
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MenyelesaikanProgram Pendidikan DIII Keperawatan
Disusun Oleh :
RINA FEBRIYANINIM : 20091048
AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULUPROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2012
2
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD Dr. M. YUNUS
BENGKULU TAHUN 2012
OLEH
R INA FEBRIYANI NIM : 20091048
Telah diuji dan Dipertahankan Di Hadapan Tim PengujiKarya Tulis Ilmiah AKKES Sapta Bakti Bengkulu
Pada tanggal 06 September 2012Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Resdi Budaya, S.kep Hj. Djusmalinar, SKM, M.Kes
Penguji I Penguji II
Ns.Fourni Ardiansyah S. K ep Elinofia, S.Kp, M M
Bengkulu, 06 September 2012
Mengetahui,Direktur AKKES Sapta Bakti Bengkulu
Hj. Djusmalinar, SKM, M.KesNIDN : 02-0106-5502
3
RINGKASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD Dr. M. YUNUS
BENGKULU TAHUN 2012
Prodi/Jurusan Keperawatan Tahun 2012.Rina Febriyani, Ns. Resdi Budaya, S.Kep, Hj. Djusmalinar, SKM, M.Kes.
Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, salah-satunya yaitu daerah Bengkulu. Data yang di peroleh dari Rekam Medik RSUD Dr. M. YUNUS Bengkulu terlihat mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2009 (1.276 penderita), pada tahun 2010 (1.325 penderita), Sedangkan pada tahun 2011 (1.356 penderita), di mana kasus malaria menduduki peringkat ke 1 dari 10 penyakit terbesar di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2011. Ditinjau dari kejadian penyakit malaria maka perawat mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan keperawatan yang meliputi peningkatan derajat kesehatan klien, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien dan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk memperoleh gambaran dan informasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan kasus malaria dengan menggunakan metode deskriptif yang berupa studi kasus. Penyakit malaria ini memerlukan perawatan yang teliti dan observasi yang cermat terhadap semua kemungkinan yang mungkin akan terjadi salah satunya anemia yang merupakan akibat dari penyakit malaria. Menurut teori, masalah yang ditemukan pada pasien dengan penyakit malaria adalah : perubahan perfusi jaringan, aktual/resiko tinggi gangguan elektrolit, hipertermi, aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri dan ketidak nyamanan, gangguan aktivitas, resiko penularan penyakit. Diagnosa keperawatan yang tidak diangkat yaitu : Diagnosa resiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, diaforesis, karena tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan cairan yang berat pada Ny.Y. Setelah itu perawat menyusun intervensi yang disesuaikan dengan tinjauan teori menurut Muttaqin (2011), Kemudian rencana-rencana tersebut penulis implementasikan pada klien dan keluarga. Pada evaluasi dari 6 diagnosa keperawatn yang telah disusun sesuai dengan masalah utama, selama melakukan lima hari perawatan pada Ny.Y dimana hasil akhir dari evaluasi didapatkan bahwa semua masalah yang ada dapat teratasi. Pasien dengan penyakit malaria harus mendapatkan perawatan secara teliti dan memerlukan observasi yang cermat, karena penyakit malaria ini bila tidak segera diatasi dengan cepat dan tanggap dapat menyebabkan komplikasi yang lebih berat.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, MalariaDaftar Pustaka: (2006-2011)
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis hanturkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kenikmatan dan kasih sayang-Nya
kepada penulis sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan dengan
baik dan lancar.
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Sapta Bakti
Bengkulu dengan judul ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN
KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD DR. M YUNUS BENGKULU
TAHUN 2012”.
Dalam penuulisan Karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan baik moril maupun spiritual dan juga saran dari berbagai pihak yang
sangat bermanfaat bagi penulis, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih antara lain kepada yang terhormat :
1. Ibu Hj. Djusmalinar, SKM, M.Kes selaku Direktur Sapta Bakti Bengkulu
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengukuti
pendidikan di Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu.
2. Ketua program studi keperawatan ibu Ns. Siti Nurhadini, s.Kep, MPH. Ibu
Ns. Indaryani, S.Kep selaku ketua pelaksana ujian Karya Tulis Ilmiah dan
seluruh dosen dan staf pengajar Akkes Sapta Bakti Bengkulu yang telah
membantu saya untuk mendapatkan fasilitas dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah.
5
3. Bapak Dr. Zulman Zuri Amran selaku Direktur RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu yang mana telah memberikan bantuan berupa data dan izin
kepada saya dalam melaksanakan penelitian di wilayah kerja yang Bapak
pimpin.
4. Ns. Resdi Budaya, S.Kep selaku dosen pembimbingg 1 (satu) dan Hj.
Djusmalinar, SKM, M.Kes sebagai pembimbing II(dua) dengan kesibukan
beliau masih bersedia memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing saya secara telaten dan penuh kesabaran dalam meyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ns.Fourni Ardiansyah S.Kep selaku dosen penguji 1 (satu) dan Elinofia,
S.Kp, MM selaku dosen penguji 2 (dua) atas kesediaanya menguji dan
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Andi Afrizal S.Kep selaku kepala ruangan beserta seluruh staf perawat di
ruangan Melati RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
7. Kepada pasien Ibu Yurneli beserta keluarga.
8. Teman-teman seperjuangan di Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu.
9. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan, motivasi, cinta,
dan do’anya yang hampir seluruh waktunya untuk kesuksesan pendidikan
saya. Juga kepada kakak dan adik saya yang telah memberikan dukungan
semangat kepada saya. Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan
terimakasih yang tak dapat saya uraikan dengan kata-kata.
10. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6
Kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya dan
membalas kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang setimpal. Akhirnya
semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua khusunya bagi
perkembangan dunia keperawatan.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memenuhi tujuan yang diharapkan,
maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Peneliti berharap Karya
Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi peneliti maupun bagi pembaca sekalian, semoga
Allah SWT, melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Amiiin.
Bengkulu, 15 agustus 2012
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
RINGKASAN.............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH............................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang.......................................................................... 1B. Tujuan Penulisan....................................................................... 7C. Manfaat Penulisan..................................................................... 8D. Metode Penulisan...................................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORITISA. Konsep Teori Penyakit.............................................................. 9
1. Pengertian............................................................................. 92. Anatomi Fisiologi................................................................. 93. Etiologi................................................................................. 154. Manifestasi Klinis................................................................ 185. Patofisiologi......................................................................... 216. Komplikasi........................................................................... 257. Pemeriksaan Diagnostik...................................................... 268. Penatalaksanaan.................................................................... 28
B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan.......................................... 31
BAB III TINJAUAN KASUSA. Pengkajian Keperawatan........................................................... 52B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 67C. Intervensi Keperawatan............................................................. 68D. Implementasi Keperawatan....................................................... 76E. Evaluasi..................................................................................... 101
BAB IV PEMBAHASANA. Pengkajian Keperawatan........................................................... 106B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 110C. Intervensi Keperawatan............................................................. 115D. Implementasi Keperawatan....................................................... 115
8
E. Evaluasi..................................................................................... 116
BAB V PENUTUPA. Kesimpulan .............................................................................. 117B. Saran.......................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 121
LAMPIRAN.................................................................................................
9
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Manifestasi klinis infeksi plasmodium....................... 19
Tabel 2.2 Analisa Data................................................................ 37
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan.............................................. 41
Tabel 3.1 Data penunjang........................................................... 57
Tabel 3.2 Penatalaksanaan Medis............................................... 58
Tabel 3.3 Kebiasaan Sehari-hari................................................. 59
Tabel 3.4 Analisa Data................................................................ 61
Tabel 3.5 Intevensi Keperawatan................................................ 65
Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan......................................... 73
Tabel 3.7 Evaluasi....................................................................... 99
10
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Morfologi stadium-stadium plasmodium vivax di
dalam darah................................................................. 9
Gambar 2.2 Limpa dan hati........................................................... 14
Gambar 2.3 Tanda-tanda nyamuk malaria bila hinggap/
menggigit letak kepala lebih rendah dibanding
badannya (menungging)............................................. 16
Gambar 2.4 Sedian darah tepi sedian hapus tipis pada
masing-masing parasit
plasmodium........................................ 17
Gambar 2.5 Siklus hidup plasmodium penyebab malaria.............. 21
11
DAFTAR SIGKATAN/ISTILAH
MDGS : Millenium Development Goals
HIV : Human Immunodeficiency Virus
AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome
BAPPENAS RI : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
WHO : World Health Organisation
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
API : Annual Parasite Incidence
CFR : Case Fatality Rate
P. : Plasmodium
USG : Ultra Sono Grafi
SGPT : Serum Glutamic Piruvic Transaminase
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
DDR : Dikke Droppel
Hb : Haemoglobin
TTV : Tanda-tanda vital
TD : Tekanan darah
BB : Berat badan
TB : Tinggi badan
GGA : Gagal Ginjal Akut
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
CTZ : Chemoreseceptor trigger zone
5HT3 : 5-hydroxytriptamine
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 : Satuan Acara Penyuluhan Malaria
Lampiran 2 : Lembar surat izin pengambilan data dan studi kasus KTI dari
AKKES Sapta Bakti Bengkulu.
Lampiran 3 : Lembar surat permohonan izin melakukan penelitian dari
Kepala Bidang Pendidikan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Lampiran 4 : Lembar surat permohonan izin mengambil data awal penelitian
dari Rekam Medik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Lampiran 5 : Lembar surat permohonan izin melakukan penelitian dari
Kepala Bidang Keperawatan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Lampiran 6 : Lembar surat permohonan izin melakukan penelitian dari
Kepala IRNA RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Lampiran 7 : Lembar surat pemohonan izin dari Kepala Ruangan Melati.
Lampiran 8 : Lembar surat keterangan selesai penelitian dari RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu.
Lampiran 9 : Lembar konsultasi bimbingan KTI.
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deklarasi Millenium Development Goals merupakan kesepakatan
para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang persatuan
bangsa-bangsa di New York pada bulan september 2000 menegaskan
kepedulian utama masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai
Tujuan Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015. Terdapat delapan (8) tujuan pembangunan Millenium Development
Goals pada tahun 2015 yaitu : Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,
Mencapai pendidikan dasar untuk semua, Mendorong kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan
penyakit menular lainya, Memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan
membangun kemitraan global untuk pembangunan. Tujuan Millenium
Development Goals (MDGs) adalah menempatkan manusia sebagai fokus
utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang
tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat (BAPPENAS, 2011).
Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh
ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas, dimana pembangunan
sektor kesehatan merupakan salah satu unsur penentu. Untuk mendapatkan
sumber daya manusia yang berkualitas, masyarakat harus bebas dari
berbagai penyakit, termasuk penyakit malaria (Kepmenkes RI, 2009).
1
14
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus plasmodium yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk
jenis anopheles betina, penyakit ini dapat menyerang segala ras, usia, dan
jenis kelamin (Irianto, 2011). Menurut Safar Rosdiana (2009) dikenal
empat spesies dari genus plasmodium yang hidup sebagai penyebab
penyakit malaria pada manusia yaitu : Plasmodium falcifarum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Berbeda
dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat disembuhkan
meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit.
Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat
tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup (Sembel, 2009).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41%
populasi dunia dapat terinfeksi malaria. Setiap tahun terdapat 300 – 500
juta penderita mengalami penyakit serius dan sekurang-kurangnya 1-2,7
juta diantaranya meninggal karena malaria (S embel, 2009).
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu
bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung dapat
menyebabkan demam, anemia, splenomegali, dan dapat menurunkan
produktivitas kerja. Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan
daerah endemik infeksi malaria, Indonesia bagian timur seperti Papua,
Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa
daerah di Sumatra seperti Lampung, Bengkulu, Riau. Daerah di Jawa dan
15
Bali pun walaupun endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai
letupan kasus malaria, dan tentu saja hal ini disebabkan mudahnya
transportasi untuk mobilisasi penduduk, sehingga sering menyebabkan
timbulnya malaria import (Harijanto, 2011).
Tujuan pengendalian malaria didaerah-daerah yang endemik malaria
adalah menurunkan serendah-rendahnya dampak malaria terhadap
kesehatan masyarakat dengan menggunakan semua sumber daya yang
tersedia. Pengendalian dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan
mengendalikan nyamuk anopheles yang menjadi vektor penyakit.
Seseorang seharusnya menghindari dari gigitan nyamuk dengan
menggunakan pakaian lengkap (tangan dan kaki tertutup), tidur ditempat
tidur yang memakai kelambu, memakai obat penolak nyamuk,
menghindari untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang rawan malaria.
Pengendalian nyamuk secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan
insektisida, yaitu penyemprotan dalam rumah dan sekitar rumah untuk
membunuh nyamuk dewasa atau membunuh jentik-jentik nyamuk dengan
larvasida atau menebar ikan pemakan jentik nyamuk. Pengendalian secara
sanitasi yaitu membersihkan sarang-sarang pembiakan nyamuk (Sembel,
2009).
Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan
Menteri Kesehatan RI No 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan
pengendalian malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu
pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau tercakup guna
16
terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari penularan
malaria sampai tahun 2030 (Kemenkes RI, 2011).
Annual Parasite Incidence (API) Nasional menunjukan penurunan
dari tahun 2008-2009 yaitu 2,47 per 1.000 penduduk menjadi 1,85 per
1.000 penduduk. Sesuai Target Rencana Strategis Kementrian Kesehatan
tahun 2010-2014 malaria merupakan salah satu penyakit yang ditargetkan
untuk menurunkan angka kesakitanya dari 2 menjadi 1 per 1.000
penduduk, sehingga masih harus dilakukan upaya efektif untuk
menurunkan angka kesakitan 0,85 per 1.000 penduduk dalam waktu 4
tahun, agar target Rencana Strategis Kesehatan tahun 2015 tercapai
(Kemenkes RI, 2011).
Angka kesakitan penyakit malaria di ukur dengan menggunakan
malaria klinis dalam bentuk Angka Kesakitan Annual Positive Incidence
(API ), artinya indikator ini menyatakan kesakitan berdasarkan gejala
klinis bukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Angka kesakitan
malaria dalam bentuk API di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebesar
14,2 per 1000 penduduk, sedangkan Case Fatality Rate (CFR)nya adalah
0,01, untuk angka kesakitan (API) tersebut mengalami kenaikan dari tahun
2009 yang hanya 10,18 per 1000 penduduk. Jumlah penderita malaria
tanpa pemeriksaan sediaan darah di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010
sebanyak 32.463 penderita, sedangkan dengan pemeriksaan sediaan darah
sebanyak 24.419 penderita (Profil Dinkes Propinsi Bengkulu, 2011).
17
Kota Bengkulu merupakan daerah endemis malaria, Tahun 2010
jumlah penderita malaria tanpa pemeriksaan sedian darah sebanyak 16,929
orang dan penderita dengan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 7,335
orang. Sedangkan angka kesakitan malaria di ukur dengan Annual Positive
Incidence (API), di ketahui angka kesakitan positif malaria di kota
Bengkulu adalah 23,8 per 1000 penduduk. Angka ini lebih tinggi dari
Angka Kesakitan Propinsi dan Nasional yaitu 16 per 1000 penduduk.
Sesuai target Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010-1014
target Indonesia Sehat 2015 sebesar 1 per 1000 penduduk, dalam hal ini
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu akan terus memprioritaskan program
pemberatasan penyakit menular khususnya pemberantasan penyakit
malaria diberbagi sektor (Profil Dinkes Kota Bengkulu, 2011).
Tingginya angka kesakitan malaria, tidak terlepas dari keadaan
geografis Kota Bengkulu yang berawa-rawa dan daerah pinggir pantai.
Tempat ini merupakan tempat perindukan nyamuk anopheles penyebar
penyakit malaria. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk
menurunkan angka kesakitan malaria adalah pembagian kelambu gratis
bagi keluarga yang memiliki anak balita dan ibu hamil, peningkatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan penyuluhan kesehatan
khususnya tentang penyakit malaria seperti pola prilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), dan cara pencegahan dari gigitan nyamuk (Profil DinKes
Kota Bengkulu, 2011).
18
Berdasarkan data yang di peroleh dari data rekam medik RSUD Dr.
M. YUNUS Bengkulu dari tahun 2009 tercatat kasus malaria sebanyak
1.276 penderita, pada tahun 2010 jumlah kasus malaria 1.325 penderita,
Sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 1.356 penderita, di mana kasus
malaria menduduki peringkat ke 1 dari 10 penyakit terbesar di Ruang
Rawat Inap RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2011. Dari data di
atas terlihat adanya peningkatan kasus malaria setiap tahunnya. Di ruang
Rawat Inap Melati dan Kenanga RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada
tahun 2011 malaria merupakan penyakit dengan jumlah penderita
terbanyak dimana kasus malaria menduduki peringkat ke 1 dari 10
penyakit terbesar yang ada diruang Melati dan Kenangan, tercatat kasus
malaria diruang melati pada tahun 2011 sebanyak 300 penderita (Medical
Record, 2012).
Di tinjau dari tingginya angka kejadian serta komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit malaria maka perawat mempunyai peranan
penting dalam memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan serta pengalaman biologi, psikologi, sosiologi, spiritual yang
komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik sakit maupun sehat yang meliputi peningkatan derajat
kesehatan klien, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan klien dan menggunakan pendekatan proses keperawatan
(Praptianingsih, 2006). Semua itu dapat di berikan dalam bentuk asuhan
19
keperawatan. Asuhan keperawatan di laksanakan mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, sampai evaluasi yang
mana kita dapat memberikan bantuan kepada klien dalam memenuhi
kebutuhanya, mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut, mengatasi
respon penyakit yang di deritanya sehingga masalah klien dapat dikurangi
ataupun teratasi.
Berdasarkan uraian diatas maka Penulis berkeinginan, melakukan
studi kasus bagaimana menerapkan “Asuhan Keperawatan pada Nn.Y
dengan malaria di Ruang Rawat Inap Melati di RSUD Dr. M Yunus
Bengkulu”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh informasi dan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan
klien dengan kasus Malaria di Ruang Rawat Inap Melati di RSUD Dr. M
Yunus Bengkulu Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori Malaria.
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus Malaria.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan kasus
Malaria.
d. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan kasus
Malaria.
20
e. Mampu melakukan tindakan keperawatan / implementasi pada pasien
dengan kasus Malaria.
f. Mampu melakukan evaluasi proses keperawatan pada pasien dengan
kasus Malaria.
g. Mampu menganalisa kesenjangan maupun kesamaan antara teori
dengan aplikasi asuhan keperawatan pada klienn dengan Malaria.
h. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien dengan kasus Malaria .
C. Manfaat Penulisan
1. RSUD Dr. M Yunus Bengkulu
Hasil studi kasus ini dapat memberikan masukan bagi para tenaga
kesehatan khususnya perawat dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan pada pasien.
2. Institusi pendidikan/Akademik
Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lingkungan akademik
khususnya prodi DIII Keperawatan tentang asuhan keperawatan pada
kasus malaria.
3. Peneliti selanjutnya
Informasi yang di dapat dari penulis ini berguna sebagai bahan literatur
atau referensi dalam melakukan studi kasus selanjutnya.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
22
BAB 11
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Teori Penyakit
1. Pengertian
Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang
disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke
manusia melalui air liur nyamuk (Handayani wiwik, 2008).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya
bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto, 2009).
Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan
oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 : Morfologi stadium-stadium plasmodium vivax didalam darah.
Sumber: (
9
23
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/60/Plasmodium_vivax.jpg).
Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada
dalam ruang vascular, karena peranannya sebagai media komunikasi antar
sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya
membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbon dioksida dari
jaringan keparu-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrient dari
saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormone dan materi-
materi pembekuan darah (Tarwoto, 2008).
a. Karakteristik darah (Tarwoto, 2008)
1) Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibanding
dengan darah arteri.
2) Viskositas
Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu
sekitar 1.048 sampai 1.066.
3) pH
pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral
7.00).
4) Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,
atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
24
5) Komposisi
a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian
besar terdiri dari air (92%), 7% protein, 1% nutrien, hasil
metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor
pembekuan dan garam-garaman organic. Protein-protein
dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin,
alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma globulin),
fibrinogen, protombine dan protein esensien untuk koagulasi.
Serum albumin dan gamma globulin sangat penting untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma
globulin juga mengandung antibody (immunoglobulin)
seperti IgM, IgG, IgA, IgD dan IgE untuk mempertahankan
tubuh terhadap mikroorganisme.
b) Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%,
terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red
blood cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau
white blood cell (WBC), dan trombosit platelet. Sel darah
merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%)
sedangkan sel darah putih dan trombosit 1% . sel darah putih
terdiri dari basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.
b. Struktur sel darah
1) Sel darah merah
25
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter
sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian
tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang
sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen,
karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel.
Sel darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin
(terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan
globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa
dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 –
phosphate dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira
95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat
oksigen dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan
metabolisme. Kadar normal hemoglobin tergantung usia dan jenis
kelamin. Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang
terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah pada
laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M
Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin pada sel darah
merah 32g/dl.
2) Sel darah putih
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-
10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang
bergranulosit dan yang agranulosit.
3) Trombosit
26
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan
diameter 2-5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti
banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada
keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL
darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-
kira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang
penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh
darah serta memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak.
Trombosit diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80%
beredar disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa
sebagai cadangan.
c. Hemopoisis (hematopoisis)
Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah.
Organ-organ yang penting dalam hemopoisis adalah:
1) Limpa
Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung.
Tersusun atas 3 tipe jaringan yaitu white pulp, red pulp dan
marginal pulp, yang semua berperan dalam keseimbangan
pembentukan dan pemecahan sel darah. Selama pembentukan
darah, limpa menghancurkan sel darah merah yang sudah tua
dengan cara memfagosit, membantu metabolisme besi dengan
cara memecah hemoglobin.
2) Hati
27
Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis, terutama
jika produksi sel darah merah dalam susum tulang tidak normal.
Hati merupakan tempat utama produksi dari faktor pembekuan
darah dan protrombin, menghasilkan empedu, mengaktifkan
vitamin k .
Gambar 2.2 : Limpa dan hati
d. Fungsi darah
1) Transport internal
Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi
metabolisme.
a) Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh
hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma, kemudian
terjadi pertukaran gas di paru-paru.
28
b) Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian
dibawa dalam plasma kehati dan jaringan-jaringan lain yang
digunakan untuk metabolisme.
c) Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar
melalui ginjal.
d) Mempertahankan air, elektrolit dan keseimbangan asam basa
dan juga berperan dalam hemoestasis.
e) Regulasi metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya
mempunyai efek dalam mengaktivitas metabolisme sel,
dibawa dalam plasma.
2) Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan
fungsi dari sel darah putih.
3) Proteksi terhadap cedera dan perdarahan
Proteksi terdahap respon peradangan local terhadap cedera
jaringan. Pencegahan perdarahan merupakan fungsi dari
trombosit karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada
dalam plasma.
4) Mempertahankam temperatur tubuh
Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil
metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas
(Tarwoto, 2008).
3. Etiologi
29
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada
manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami
pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual
terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina (Harijanto, 2009).
Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang
mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai
hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif.
Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi
medik, yaitu : Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna)
menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan penyakit malaria
berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium vivax penyebab malaria
tertiana benigna. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.
Plasmodium ovale (malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali
dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat (Muslim, 2009).
Gambar 2.3 : Tanda-tanda nyamuk malaria bila hinggap/menggigit letak kepala lebih rendah dibanding badannya (menungging).
30
Terdapat empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu
Plasmodium falcifarum, yang paling banyak menimbulkan kematian,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Ciri
khas morfologi plasmodium pada hapusan darah adalah sebagai berikut :
Plasmodium falcifarum : gametosit berbentuk pisang; Plasmodium vivax :
trofozoit berbentuk amuboid dengan sel darah merah yang terinfeksi
membesar ukurannya; Plasmodium ovale : sel darah merah yang terinfeksi
bentuknya tidak teratur dan bergerigi; Plasmodium malariae : trofozoit
dewasa berbentuk pita (band-form) (Soedarto, 2009).
31
Gambar 2.4 : Sedian darah tepi sedian hapus tipis pada masing-masing parasit plasmodium.
Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti
orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena
kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal.
Metode penularan lainya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi
32
pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak
steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui tranfusi darah.
Disebutkan dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi
siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit
yang memerlukan siklus hati (Widoyono, 2008).
4. Manifestasi klinis
Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia
dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing
plasmodium (tabel 1). Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya
demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit kepala, merasa dingin di
punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia (hilang nafsu
makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin.
Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax dan ovale,
sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae keluhan prodromal tidak
jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal
secara berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil,
penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada
saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas :
penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa
jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat :
penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa
33
sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax,
pada plasmodium falcifarum menggigil dapat berlangsung berat ataupun
tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada plasmodium
falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada
plasmodium malariae.
Tabel 2.1 Manifestasi klinis infeksi plasmodium
Plasmodium Masa inkubasi
(hari)
Tipe panas (jam)
Relaps Recrudensi
Manifestasi klinis
Falcifarum 12 (9-14) 24,36,48 - + Gejala gastrointestinal , hemolisis, anemia, ikterus, splenomegali, hepatomegali, hemoglobinuria, algid malaria, gejala serebral, edema paru, hipoglikemia, gangguan kehamilan, kematian
Vivax 13(12-17) 48 + - Gejala gastrointestinal, gangguan kehamilan, anemia, splenomegali.
Ovale 17(16-18) 48 + - Gejala gastrointestinal, anemia, splenomegali.
Malariae 28(18-40) 72 - + Gejala gastrointestinal, Sindroma nefrotik, splenomegali, anemia jarang terjadi.
Keterangan :
34
Masa inkubasi : Masa antara masuknya sporozoit ke dalam tubuh
hospes sampai timbulnya gejala demam.
Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia
yang lebih lama dari waktu diantara serangan
periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode
yang lama dari masa latent (sampai lima tahun),
biasanya karena infeksi tidak sembuh atau oleh
bentuk luar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau
ovale (plasmodium berdiam dalam hati : hipnozoit).
Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan
mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari
dingin/menggigil, panas dan berkeringat. Serangan
paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung
dari perbanyakan parasit dan keadaan immunitas
penderita.
Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia
selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi
diantara dua keadaaan paroksimal.
Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia
dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan
primer. Recrudescense dapat terjadi berupa
berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari
serangan primer (Harijanto, 2009).
35
5) Patofisiologi
Gambar 2.5 : Siklus hidup plasmodium penyebab malaria.
Parasit malaria dalam siklus hidupnya membutuhkan dua hospes.
Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi sporozoit ke
dalam tubuh manusia1. Sporozoit menginfeksi sel hati2, berkembang biak
menjadi skizon3. Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit (p. Vivax, dan
p.ovale memiliki stadium dorman4. (hipnozoit) berdiam dalam hati dan
dapat kambuh kembali untuk menginvasi kembali dalam darah beberapa
minggu atau satu tahun kemudian) sesudah memperbanyak diri dalam hati
ini (exo-erythrocytic schizogony)A. Selanjutnya parasit memasuki
36
perkembang biakan secara aseksual dalam eritrosit (erythrocytic
schizogony)B. Merozoit mengifeksi sel darah merah4. Stadium ring,
trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan menghasilkan
merozoit5. Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual
erythrocytic (gametosit)6. Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala
klinis penyakit ini. Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina
(makrogametosit), masuk nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles melalui
darah yang terhisap7. Dalam tubuh nyamuk, parasit memperbanyak diri
dengan cara sporogonic cycleC. Di dalam tubuh nyamuk, mikrogamet
melakukan penetrasi ke makrogamet untuk menghailkan zigot8. Zigot
bergerak dan memanjang (ookinet)9. Keluar dari dinding lambung nyamuk
untuk berkembang menjadi ookista10. Ookista tumbuh, matang dan
mengeluarkan sporozoit11. Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar
liur nyamuk. Sporozoit siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan
kembali melangsungkan siklus hidupnya1 (Muslim, 2009).
37
WOC : Siklus pada nyamuk anoph eles betina dan pada manusia
Orang sakit malaria
Digigit nyamuk anopheles
Parasit masuk ke lambung nyamuk
Makro dan mikro gametosit membentuk zigot
Ookinet menembus dinding nyamuk
Membentuk ookista yang kemudian pecah
Sporozoit dilepaskan
Menyebar keseluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk
Nyamuk mengigit orang sehat
Sporozoit menuju hati
Sporozoit matang menjadi skizon
Skizon pecah
Melepaskan merozoit
Sebagian tetap dihati meneruskan sebagian masuk ke aliran darah danSiklus eksoeritrosit menginfeksi eritrosit
Trofozoit muda
Trofozoi tua
Skizon pecah
Merozoit memasuki eritrosit baru
Siklus terjadinya berulang ke eritrosit baru
Malaria
Sumber : Widoyono, 2009Zulkoni akhsin, 2010Harijanto, 2009
Resiko terjadi penularan penyakit
Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual erythrocytic (mikro dan makro gametosit)
38
WOC : siklus pada manusia sampai menimbulkan tanda dan gejala
Malaria
Induksi sitolisi sel darah merah
Pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah
Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi darah , penekanan proses hematopoiesis, dan
peningkatan pembersihan sel darah merah di limpa
Plasmodium mencapai jaringan serebral Anemia dan hipovolemi
Sumbatan kapiler pembuluh darah otak Respon musculoskeletal
anemia Oedema serebri Kelemahan fisik umum, malaise
penurunan aliran darah Anoksia otak
Respons imflamasi sistemik
Sirkulasi endoksin pada hipotalamus Mialgia, artralgia Diaforesis poli uri
Perubahan regulasi temp
Muncul demam
P. mencapai sirkulasi saluran cerna
Pelepasan serotonin 5HT3 ke dalam usus halus
Saraf vagus menyampaikan rangsangan ke CTZ, syaraf eferen dan kortek serebral
Pusat Muntah (Postrema medula oblongata)
Mual, muntah, anoreksia
Intake nutrisi tidak adekuat
Sumber : Muttaqin, 2011
Gangguan aktivitas sehari- hari
Penurunan perfusi jaringan
Nyeri dan ketidaknyamanan
Hipertermi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Aktual/Resiko tinggi Gangguan elektrolit (hiponatremi, Hipokalemi)
39
6. Komplikasi
Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria sebagai berikut :
a. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan
kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan bardasarkan Skala
Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa
GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale
≤3, atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak
disebabkan oleh penyakit lain.
b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan
hitung parasit >10.000/uL. Bila anemia hipokromik mikrositik, harus
dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau
hemoglobinopati lainnya.
c. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1
mL/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin
darah meningkat >3 mg%).
d. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).
e. Hipoglikemia : gula darah <40 mg%.
f. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg, disertai
keringat dingin.
g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau
disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
40
h. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia.
i. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
j. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan
karena obat antimalaria pada seseorang dengan defisiensi Glukosa-6-
Posfat Dehidrogenase) (Widoyono, 2008).
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut
teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan
darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya
parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat
jenis plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P.
malariae, P. ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan
parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi-
kuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung
parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan rincian sebagai
berikut:
(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
41
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)
Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr
tebal adalah menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr
tipis, penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit.
b. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)
Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah
dengan cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes
ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat
diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.
c. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan
sensitivitasnya dapat ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit yang dapat dideteksi sangat sedikit dapat
mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat
dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental
dan belum untuk pemeriksaan rutin.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum
penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT) serta
pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah terjadi
42
pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi
(Widoyono, 2008).
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).
2) Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari
apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan yang
tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut.
Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5%
untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina.
Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium), dipertimbangkan
pemberian NaCl bila diperlukan.
3) Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak.
Diit lunak yang diberikan mengandung protein, energy dan zat
gizi lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah
dicerna , rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.
43
4) Eliminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan
eliminasi tapi pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK
yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.
5) Aktifitas dan istirahat
Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas
yang dibatasi, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.
6) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.
7) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres
alcohol dan air es) dan bila pasien menggigil berikan selimut.
b. Penatalaksanaan non medis
1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.
3) Menggunakan pembasmi serangga.
4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat
tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi
tidak menyebar lebih jauh.
6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan
memberantas sarang nyamuk.
7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian
yang bergantungan serta genangan air.
44
8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau
menebarkan ikan pemakan jentik.
9) Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa
sepanjang pantai (Irianto, 2011)
c. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit
malaria terhadap obat malaria, maka obat malaria dibagi lima
golongan, yaitu :
1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamin dapat
membasmi parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya
parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.
2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmi
parasit daur eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium
vivax dan ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi
ini bagi anti relaps.
3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan
penyakit akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai
penyembuhan klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium.
Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit stadium
seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida
darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin,
sedangkan yang efeknya terbatas adalah proguanil dan
pirimetamin.
45
4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual,
termasuk stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga
mempengaruhi perkembangan parasit malaria dalam nyamuk
Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat
sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk keempat
spesies, sedang kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah
gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale dan malariae.
5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam
darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk
Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan
disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil.
Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan memenuhi
standar untuk program pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes.
Adalah klorokuin, S-P, kina, primakuin dan beberapa antibiotika yang
beredar diindonesia. Obat baru halofantrin, artemisin (qinghaosu) dan
derivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater, pironaridin, atovakuan,
yinghausu (arteflen) (Safar Rosdiana, 2009).
B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan
terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada
reaksi dan respons unik individu pada suatu kelompok atau perorangan
terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik, aktual, maupun
46
potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan
yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga
kebutuhan dasar klien dapat teratasi. Proses keperawatan terdiri dari lima
tahap, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi (Deswani, 2009).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan
landasan proses keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang
cermat guna mengenal masalah klien seperti mengumpulkan semua
informasi yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat ini, data objektif
dan subjektif dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau budaya.
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian (Deswani, 2009).
Pengkajian :
a. Identitas pasien
Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat
serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh
seorang yang tinggal di daerah atau lingkungan endemic malaria.
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji :
demam yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit
47
kepala,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan
tulang, berkeringat.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien
pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat
malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah
endemik.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami
penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam
keluarga.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus
menerus, sering juga muntah darah.
b) Pola eliminasi
BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti
teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak
keluar air kencing sama sekali.
BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.
48
c) Pola istirahat dan tidur
Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan
istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual,
muntah dan demam menggigil.
d) Pola aktivitas
Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau
kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien
mengalami mual, muntah dan nyeri kepala.
e) Personal hygiene
Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria
masih cukup baik dan bersih.
c. Pemeriksaan Fisik
(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
1) Keadaan umum
Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan
kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot.
2) Tanda-tanda vital
Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan
darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas
meningkat.
49
3) Pemeriksaan fisik
a) Pernapasan
Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada
simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas
luka.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak,
ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
Perkusi : Resonan.
b) Pencernaan
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen
simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak
pembesaran hepar atau limfa.
Perkusi : Timpani
c) Penglihatan
Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
d) Pengecapan : Mulut terasa pahit
e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran
f) Kardiovaskuler
Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.
50
Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan
jantung.
Perkusi : Redup pada bagian jantung.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.
g) Perkemihan : volume air kencing berkurang, warna seperti
teh.
h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
j) Intergument : Warna ikterik / kekuningan / tampak pucat.
d. Riwayat Psikologis dan Spiritual
1) Psikologi
Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di
alami, cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari
orang - orang terdekat pasien.
2) Spiritual
Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan
sejauh mana kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan
pasien.
e. Pemeriksaan penunjang
1) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa
2) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati
dan limpa.
51
3) Laboratorium
a) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000
mm3)
b) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria
berat (n : 150.000-400.000 sel/mm3)
c) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)
d) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)
e) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).
f. Analisa data
Tabel 2.2 Analisa DataNo Data focus Masalah
1 Ds : Klien mengeluh kepala terasa pusingDo :
TTV : Tensi darah hipotensi, nadi cepat Terdapat sianosis Akral dingin Kulit pucat Klien tampak gelisah Hb dibawah normal Conjungtiva anemis Mukosa bibir tampak kering Hasil pemeriksaan DDR (+)
Perubahan perfusi jaringan
2 Ds : klien mengatakan bahwa klien tidak nafsu makan dan perutnya mual,dan pernah muntah >1xDo :
Porsi makan yang dihabiskan terlihat hanya 3 sendok makan
Keadaan umum tampak lemah BB klien di bawah normal/biasanya Tinggi badan tidak seimbang dengan BB Klien tampak pucat Mukosa bibir tampakk kering
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3 Ds : Klien mengatakan merasa mual, dan Aktual/resiko tinggi
52
muntah > 3x, tidak ada keinginan untuk minum.Do :
TTV : TD : hipotensi, nadi : takikardi, suhu >380C.
Tugor kulit tidak elastis Haluaran urin tidak adekuat Intake dan output tidak seimbang Membran mukosa kering
gangguan elektrolit
4 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa panas, panas yang dirasakan hilang timbul.Do :
Pada palpasi klien teraba panas Suhu >370C Hasil pemerikasaan DDR (+) Klien tampak gelisah Mukosa bibir tampak kering
Hipertermi
5 Ds : klien mengatakan tubuhnya terasa lemasDo :
Klien tampak lemah Aktivitas klien hanya ditempat tidur Semua kebutuhan klien dibantu oleh
keluarga dan perawat Kekuatan otot
<4444 <4444<4444 <4444
Gangguan aktifitas
6 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa nyeri pada persendian tulang dan juga otot, tubuh terasa pegal-pegal.Do :
Klien tampak meringis kesakitan Klien tampak gelisah Sakala nyeri (1-5)= <2
Nyeri dan ketidaknyamanan
7 Ds : klien dan keluarga mengatakan tidak tahu tentang apa penyakit malaria dan cara penularan penyakit malaria.Do :
Keluarga dan klien tidak menjawab ketika ditanya tentang cara penularan penyakit malaria dan hanya mengelengkan kepala.
Keluarga dan klien tidak mengetahui cara pencegahan malaria.
Resiko penularan penyakit malaria.
53
Keluarga bertanya tentang apa penyakit yang di derita keluarganya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam
medik, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (Deswani, 2009).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari
tanda dan gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
2. Aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,
mual/muntah.
3. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis
osmotik, diaforesis.
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia.
54
7. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan
pola hidup.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang
diharapkan (Deswani, 2009)
Terhadap perencanaan meliputi :
a. Menentukan proritas masalah
Menentukan prioritas masalah menurut maslow memberikan
kerangka kerja yang berguna dalam menentukan masalah prioritas,
dengan prioritas utama diberikan pada kebutuhan fisik diikuti oleh
kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah. Tahap prioritas masalah
menurut maslow adalah meliputi : kebutuhan fisiologi, kebutuhan
rasa aman dan kenyamanan, kebutuhan cinta dan mencintai,
kebutuhan harga diri, dman kebutuhan pencapaian tujuan pribadi
(Deswani, 2009)
Prioritas keperawatan untuk pasien dengan diagnosa malaria
dapat meliputi :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen
dan nutrient dalam tubuh.
55
2. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan
diuresis osmotik, diaforesis.
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
4. Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,
mual/muntah.
5. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons
inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
6. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan
dan pola hidup.
b. Menetapkan intervensi keperawatan
1) Menetapkan tujuan
Tujuan keperawatan ditulis berdasarkan pada standar
perawatan dan merupakan tujuan dalam mengatasi masalah klien.
2) Menetapkan kriteria hasil
Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang di terapkan
pada standar, maka dibuatlah kriteria hasil. Kriteria hasil
ditegakkan untuk masing-masing masalah klien sesuai dengan
rencana tindakan yang disusun (Doengoes, 2000).
56
Adapun perencanaan keperawatan yang dapat diisusun pada
klien dengan malaria menurut Muttaqin (2011) ialah :
Tabel 2.3 Intervensi KeperawatanNo Diagnosa
keperawatnTujuan dan kriteria hasil
Intervensi Rasional
1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
Tujuan : setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24jam tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran dan dapat mempertahankan cardiac output secara adekuat guna meningkatkan perfusi jaringan.
Kriteria hasil : Tanda-
tanda vital normal
Klien tidak mengeluh pusing
Klien tidak gelisah
Tidak terdapat sianosis
Kulit segar Hemoglobi
n normal Akral
hangat Conjungtiva
ananemis Mukosa
1.Memeriksa tanda-tanda vital.
2.Catat adanya keluhan pusing.
3.Kurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respons valsava/ aktivitas.
4.Tingkatkan tirah baring.
1. Memantau perkembangan tekanan darah dan perubahan pada tekanan nadi. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang menyerang darah.
2. Keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan suplai darah ke jaringan otak.
3. Respons valsava akan meningkatkan beban jantung sehingga akan menurunkan curah jantung ke otak.
4. Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
57
bibir tampak lembab
Hasil pemeriksaan DDR (-)
5.Observasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran pasien yang menunjukan penurunan perfusi otak (gelisah, confuse/bingung, apatis, somnolen).
6.Kolaborasi Pemberian transfusi darah PRC (packed red cells).
5. Bukti aktual terhadap penurunan aliran darah ke jaringan serebral adalah adanya perubahan respons sensori dan penurunan tingkat kesadaran pada fase akut. Adanya kegagalan harus dilakukan monitoring ketat.
6. Jalur yang paten penting untuk pemenuhan lisis darah sebagai intervensi kedaruratan.
2 Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, diaforesis.
Tujuan : setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24jam tidak terjadi hiponatremi dan hipokalemi atau kondisi hiponatremi dan hipokalemi.
Kriteria hasil : TTV dalam
batas normal Turgor kulit
elastis Haluaran urin
1. Ukur/ catat haluaran urine dan catat intake-output pasien.
2. Observasi tanda–tanda vital.
3. Palpasi denyut nadi perifer.
1. Penurunan haluaran urin akan menyebabkan hipovolemi.
2. Hipotensi, takikardi atau demam dapat menunjukan respon terhadap atau efek kehilangan cairan
3. Denyut yang lemah mudah hilang dan dapat menyebabkan hipovolemi.
58
adekuat Intake dan
output seimbang
Membran mukosa lembab
Klien tidak mengeluh mual dan muntah
4. Anjur klien banyak minum lebih kurang 2000-3000 cc/hari.
5. Observasi turgor kulit dan membran mukosa.
6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
7. Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi seperti antipiretik, antiemetik, dan elektrolit.
4. Dengan banyak minum dapat menggantikan cairan yang hilang.
5. Menunjukan kehilangan cairan/ dehidrasi.
6. Mencegah terjadinya kekurangan cairan dan elektrolit serta menggantikan cairan tubuh yang hilang.
7. Antipiretik: mengontrol demam, menurunkan kehilangan cairan tidak terlihat. Anti emetik: untuk mengurangi mual dan muntah. Elektrolit: menggantikan elektrolit yang hilang.
3 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24jam terjadi penurunan suhu tubuh dan panas tidak
1.Evaluasi TTV pada setiap pergantiann sif atau setiap ada keluhan dari klien.
1. Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum klien sehingga dapat dilakukan penanganan dan perawatan
59
hipotalamus. berulang.
Kriteria hasil : Pada palpasi
tubuh teraba tidak panas
Suhu tubuh normal
Mukosa bibir lembab
DDR (-) Klien tidak
gelisah Klien
mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
Klien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
2.Anjurkan klien untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.
3.Anjurkan memberikan selimut bila menggigil.
4.Beri kompres dengan air hangat - hangat kuku pada aksila, lipat paha, dan temporal bila terjadi panas.
5.Berikan klien banyak minum 2000-3000 cc/hari.
6.Kolaborasi untuk pemberian cairan infus.
secara cepat dan tepat.
2. Dengan baju yang tipis dan menyerap keringat diharapkan klien tidak gerah dan panas tubuh akan turun.
3. Pemberian selimut digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan pada saat demam dan menggigil sebagai respon sekunder dari hipertermi.
4. Terjadi vasodilatasi pembuluh darah, sehingga terjadi penguapan (evaporasi).
5. Dengan banyak minum dapat menggantikan cairan yang hilang.
6. Pemberian cairan infus dapat mencegah terjadinya kekurangan cairan serta untuk mengganti
60
7.Kolaborasi untuk pemberian antipiretik, anti malaria, dan antii biotik.
8.Atur lingkungan yang konduksif.
cairang tubuh yang hilang.
7. Anti piretik dapat merangsang hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh, pemberian anti malaria dapat membunuh parasit/plasmodium penyebab malaria, antibiotik untuk mengatasi infeksi.
8. Kondisi ruang kamar yang tidak panas, tidak bising, dan sedikit pengunjung memberi efektivitas terhadap proses penyembuhan.
4 Aktual/ Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 5x24jam klien dapat mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Berat badan
klien normal
1. Kaji pengetahuan klien tentang intake nutrisi.
1. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi klien. Perawat mengunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi individu klien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan
61
seimbang dengan tinggi badan
Klien mampu menghabiskan porsi makan yang disajikan
Keadaan umum klien membaik
Mual, muntah berkurang
Mukosa bibir tampak lembab
2.Anjurkan klien agar makan makanan dalam keadaan hangat.
3.Anjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering
4.Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
5.Kolaborasi pemberian obat anti emetik.
6.Monitor perkembangan berat badan.
tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan klien secara efisien dan efektif.
2. Untuk mengurangi perasaan pahit pada lidah.
3. Untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung sehingga tidak terjadi mual dan muntah.
4. Dapat meningkatkkan masukan makanan klien.
5. Anti emetik dapat mengurangi mual dan muntah.
6. Penimbangan berat badan dilakukan sebagai evaluasi terhadap intervensi yang diberikan.
62
5 Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24jam terjadi penurunan keluhan nyeri dan ketidaknyamanan.
Kriteria hasil : Secara
subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
Skala nyeri 0-1 (1-4). Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
Klien tidak gelisah
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
2. Lakukan manajemen nyeri keperawatan
Istirahatkan klien pada saat nyeri muncul.
Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.
Manajemen lingkungan, Lingkungan yang tenang, batasi pengunjung, istirahatkan
1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
2.
Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia spina.
Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu
63
klien.
3. Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri.
meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan.menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer.
3. Pengetahuan mengenai hal yang akan di rasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
6 Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam 5x24jam klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan.
Kriteria hasil : Klien mampu
melakukan aktivitas sendiri
Badan klien
1. Observasi respons klien terhadap aktivitas.
2.Awasi tanda – tanda vital selama dan sesudah aktivitas.
3.Tingkatkan tirah baring.
1. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2. Agar mengetahui perubahan kelemahan dan kekuatan pada pasien.
3. Tirah baring meningkatkan istirahat dan
64
tidak lemah lagi dan kekuatan otot membaik
Tanda-tanda vital dalam batas normal
4.Atur posisi pasien senyaman mungkin
5.Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari bila perlu.
6. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.
ketenangan klien serta menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
4. Agar klien bisa beristirahat dan memulihkan kesehatan.
5. Membantu klien bila perlu, untuk meninggkatkan kepercayaan diri bila klien dapat melakukan aktivitas sendiri.
6. Membangun hubungan yang kooperatif antara perawat dan keluaraga.
7 Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 3x24jam penularan penyakit malaria tidak terjadi.
Kriteria hasil : Klien dan
keluarga dapat menjelaskan kembali apa itu penyakit malaria dan cara
1. Beri penjelasan tentang apa itu penyakit malaria, cara penularan penyakit malaria dan pencegahanya.
2. Anjurkan keluarga dan klien untuk memelihara dan meningkatkan kebersihan diri dan lingkunganya.
1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali dan menentukan pencegahan penyakit malaria secara dini.
2. Dengan lingkungan yang bersih dan nyaman nyamuk tidak akan berkembang biak.
65
penularan penyakit malaria.
Klien dan Keluarga dapat menyebutkan cara pencegahan malaria.
3. Anjurkan klien dan keluarga untuk membasmi sarang nyamuk atau tempat berkembang biak nyamuk.
3. Akan mencegah terjadi penularan.
66
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. RM : 568642
Ruangan : Melati
Tanggal masuk : 17-juni-2012
Tanggal pengkajian : 18-juni-2012, pukul 10.00 WIB
Diagnosa medis : Malaria
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Ny.Y
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA/FARMASI
Agama : Islam
Alamat : Perumnas Jl. Jeruk 7 no 50 Lingkar Timur
Bengkulu
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.H
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
52
67
Alamat : Perumnas Jl. Jeruk 7 no 50 Lingkar Timur
Bengkulu
Hubungan dengan Keluarga : Suami
3. Keluhan utama
a. Riwayat kesehatan Sekarang :
Klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu pada tanggal 17 juni 2012 pukul 10.00 WIB dengan
keluhan demam dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, keluhan
menggigil baru dirasakan sejak kemarin (16 juni 2012 ),
merasa mual, muntah satu kali, tubuh terasa panas, sering
berkeringat, kepala pusing, seluruh tubuh dirasakan sakit dan
pegal-pegal. Tiga hari yang lalu klien sudah minum obat yang
di beli di warung yaitu paracetamol guna menurunkan panas
tetapi tidak ada perubahan. Tanda tanda vital : TD : 120/80
mmHg, Nadi : 86 x/menit, Pernafasan : 22 x/menit, Suhu :
380C, Berat badan : 49 kg, Tinggi badan : 155 cm.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 juni 2012
pukul 10.00 WIB, keadaan umum klien masih tampak lemah,
mukosa bibir terlihat kering, conjungtiva anemis, klien
mengeluh terasa nyeri pada daerah persendian tulang dan juga
otot, skala nyeri 3 (1-5), tubuh terasa pegal-pegal, merasa
mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit, tidak ada nafsu
makan, sakit kepala, panas pada tubuh sering dirasakan hilang
68
timbul dan sering berkeringat, keluhan menggigil sudah
berkurang tidak seperti pada saat pertama masuk. Klien juga
mengeluh bahwa hasil labornya haemoglobin rendah yaitu 7,5
gr/dl menurut saran dokter untuk tranfusi darah 3 kantong,
untuk menormalkan Hb. Klien tampak pucat, akral teraba
dingin, ekstremitas atas terpasang infus dan sedang dilakukan
transfusi. Tanda vital : TD :110/70 mmHg, Nadi : 90 X/menit,
Pernafasan : 22 x/menit, Suhu : 370C.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Sebelumnya klien pernah mengalami demam seperti
sekarang ini dengan diagnosa yang sama yaitu Malaria pada
dua tahun yang lalu dan dirawat selama 3 hari di ruang Melati
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Riwayat operasi caesaria : 1
(satu) kali karena melahiran kembar pada tahun 2003.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Dalam keluarga Ny.Y terdapat keluarga yang pernah
mengalami penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan
anak kedua.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
69
Suhu : 370C
Pernapasan : 22 x/menit
Pemeriksaan head to toe :
a. Kepala : (pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi,
Auskultasi)
Rambut :
Inspeksi : Distribusi rambut merata, warna rambut hitam,
kulit kepala terlihat bersih, terlihat banyak
rambut yang gugur pada bantal tempat tidur
klien.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mata :
Inspeksi : Fungsi penglihatan kurang klien menggunakan
kacamatan, letak simentris, sklera anikterik,
conjungtiva anemis, sekret tidak ada, pupil
isokor, reflek cahaya positif.
Telinga :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran cairan
serumen, tidak ada penumpukan serumen, tidak
ada gangguan pendengaran.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
70
Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, klien mampu membedakan
bau-bauan, mukosa kering, benjolan tidak ada,
polip tidak ada, tidak ada tanda-tanda
peradangan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Mulut :
Inspeksi : Mukosa bibir terlihat kering, lidah terlihat kotor,
tidak ada lesi, tidak ada stomatitis, lidah terasa
pahit, tidak ada karies.
b. Leher :
Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
c. Thorak :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan atau bekas luka
operasi, tidak ada alat bantu pernafasan.
Auskultasi : Irama jantung teratur, bunyi jantung 1 normal,
bunyi jantung II normal, bunyi nafas vesikuler,
tidak ada wheezing, tidak ada ronchi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Redup, resonan pada lapang paru.
71
d. Abdomen :
Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, terdapat bekas
luka operasi.
Auskultasi : Bising usus 12 x/menit.
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), tidak ada pembesaran
hepar atau limpa.
Perkusi : Timpani.
e. Ekstermitas :
Atas : Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri
terpasang infus dan sedang transfusi darah.
Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang
menggerakan kakinya karena masih merasa lemah.
Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah :
4444 4444
4444 4444
5. Data Psikologi :
Saat dikaji ekspresi wajah klien terlihat cemas terhadap penyakit
yang dialami, dan klien berharap cepat sembuh.
73
6. Data Sosial Ekonomi :
Klien adalah seorang wanita karier yang bekerja di balai POM
dikarenakan klien sedang sakit perkerjaan klien jadi terganggu dan
klien tidak dapat masuk kerja. Klien mengatakan kebiasaan sehari-
hari klien sebelum tidur klien menggunakan obat seprot nyamuk,
klien tidur tidak menggunakan kelambu, klien mengatakan pada
ventilasi rumah tidak terpasang kawat kasa, klien juga tidak
memiliki kandang ternak, klien tinggal pada wilayah pemukiman
yang padat, tidak terdapat genangan air pada sekitar rumah klien,
namun hanya terdapat selokan didepan rumah namun telah ditutup
dengan semen dan hanya terbuka sedikit, klien mengatakan keadaan
sekitar lingkungan rumahnya kurang bersih karena klien sibuk
dengan pekerjaan dan mengurus anak-anaknya sehingga tidak terlalu
memperhatikan keadaan rumah.
7. Data Spiritual :
Kepercayaan yang dianut klien adalah agama islam, klien rajin
beribadah sewaktu dirumah namun selama dirumah sakit klien tidak
melakukan ibadah seperti : sholat dikarenakan fisiknya lemah. Bagi
klien sakit yang dideritanya adalah cobaan yang diberikan oleh
ALLAH SWT dan pasti akan ada hikmahnya di kemudian hari.
74
8. Data penunjang : tanggal 17 juni 2012, pukul 10.30 WIB.
Tabel 3.1 Data Penunjang
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi :HemaktokritHaemoglobinLeokositTrombosit
L 23L 7,5
H 17,4320.000
%Gr/dl
10^3/µlSel/mmµ3
40 – 5412.0 – 16.04.0 – 10.0
150.000 – 400.000
Malaria/DDR :Plasmodium vivax (+) Positif (-) Negatif
Kimia klinik :Ureum serumKreatinin serum
29.00.6
Mg/dlMg/dl
20 -400.5 -1.2
Glukosa sewaktu :Glukosa sewaktu H 167 Mg/dl 70 – 120
9. Penatalaksanaan Medis :
Tabel 3.2 Penatalaksanaan MedisTerapi tanggal 17 juni 2012 Terapi tanggal 18 juni 2012
Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitOndan sentron 1 x 1Ranitidin 2 x 1Cefotaxime 2 x 1
Obat oral :Paracetamol 3 x 1Dexanta sirup 3 x 1Neorodex 2 x 1Vometa 3 x 1Omeparazole 1 x 1Malarex (4) – 4 – 2
Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitTransfusi 1 kPre transfusi : NaCl Dexamethasone DhipinehidramineCefotaxime 2 x 1
Obat oral :Malarex (4) – (4) – 2Dexanta sirup 3x1Vometa 3x1Neorodex 2 x 1Omeparazole 1 x 1Paracetamol 3 x 1
75
Terapi tanggal 19 juni 2012 Terapi tanggal 20 juni 2012
Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitTransfusi 1 kPre transfusi : NaCl Dexamethasone DhipinehidramineCefotaxime 2 x 1
Obat oral :Malarex (4) – (4) – (2)Dexanta sirup 3x1Vometa 3x1Neorodex 2 x 1Omeparazole 1 x 1Paracetaamol 3 x 1
Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitTransfusi 1 kPre transfusi : NaCl Dexamethasone DhipinehidramineCefotaxime 2 x 1
Obat oral :Clobazam untuk malam 1 x 1Neorodex 2 x 1Omeparazole 1 x 1Donperidon 3 x 1Dexanta sirup 3x1Paracetamol 3x1
Terapi tanggal 21 juni 2012 Terapi tanggal 22 juni 2012
Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitCefotaxime 2 x 1
Obat oral :Clobazam 1 x 1Neorodex 2 x 1Omeparazole 1 x 1Donperidon 3 x 1Scopamin 3 x 1
Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitCefotaxime 2 x 1
Obat oral :Clobazam 1x1Neorodex 2x1Omeparazole 1x1Donperidon 3x1Scopamin 3x1Paracetamol 3x1
76
10. Kebiasaan sehari – hari
Tabel 3.3 Kebiasaan sehari-hariKebiasaan Dirumah Dirumah sakit
Nutrisi :
A. Makan
- Pola makan
- Porsi
- Jenis makanan
- Pantangan
- Kesulitan
B. Minum
Jenis
Frekuensi
Kesulitan
3x sehari
1 porsi
Nasi, lauk, sayur, dan
buah
Tidak ada
Tidak ada
Air putih, sirup, dan teh
1750 cc – 2000 cc /hari
Tidak ada
3 x sehari
3 sendok makan
Bubur, nasi, buah, susu,
sayur
Makanan yg pedas
Mual, nyeri pada uluh
hati, lidah terasa pahit
Air putih, susu
1500 – 1750 cc / hari
Mual
Eliminasi :
Pola BAB
Konsistensi
Bau
Warna
Kesulitan
Pola BAK
Frekuensi
Warna
Kesulitan
1 x sehari
Lembek
Khas
Kuning
Tidak ada
4 – 5 x sehari
Kuning
Tidak ada
1x sehari
Lembek
Khas
Kuning
Tidak ada
3 -4 x sehari
Kuning
Tidak ada
Personal Hygiene
Mandi 2 x sehari 2 x (dilap oleh ibu
dengan air hangat).
77
Istirahat / tidur :
Frekuensi
Kesulitan
6 – 8 jam / hari
Tidak ada
4-6 jam / hari
Tubuh sering terasa
panas ketika malam
hari, sering berkeringat,
nyeri pada sendi tulang
dan otot, tubuh terasa
pegal-pegal sehingga
tidur menjadi
terganggu.
Pola aktivitas Klien dapat melakukan
aktivitas sendiri seperti
mandi, makan dan
aktivitas lainya.
Klien mengatakan
tubuhnya lemah.
Aktivitas klien seperti
makan, minum,
personal hygiene dan
eliminasi dibantu oleh
keluarga dan perawat.
11. Status nutrisi
BB : 49 kg
TB : 155 cm
IMT : Indeks Masa Tubuh
IMT :
:
:
: 20.4 (Normal)
BB Kg TB2 (m)
49 kg(1,55 m)2
49 kg 2.4025 m
78
Ket : <20 : Underweight
20 -25 : Normal
25 – 30 : overweight
>30 : obesitas
12. Analisa Data
Tabel 3.4 Analisa DataNo Data focus Interprestasi data Masalah
1 Ds : Klien mengeluh kepalanya terasa pusing.
Do : Keadaan umum :
Lemah TTV :
Tensi darah : 110/70 mmHgNadi : 90 x/menitPernafasan : 22 x/menitSuhu : 370C
Akral dingin Kulit pucat Klien tambak gelisah Hb : 7,5 Gr/dl Conjungtiva anemis Mukosa bibir tampak
kering Hasil pemeriksaan
DDR (+)
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi
meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan
sel darah di limpa
Anemia dan hipovolemi(penurunan aliran darah)
Plasmodim mencapai jaringan serebral
Sumbatan kapiler pembuluh darah otak
oedema serebri
anoksia otak
Penurunan perfusi jaringan
Perubahan perfusi jaringan
2 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa panas, panas yang dirasakan hilang timbul, dan paling sering muncul ketika malam hari.
Do : Tubuh klien teraba
panas
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi
meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan
sel darah di limpa
Hipertermi
79
Suhu 380C Hasil pemerikasaan
DDR (+) Klien tampak gelisah Mukosa bibir tampak
kering
Respons imflamasi sistemik
Peningkatan sirkulasi endoktoksin pada
hipotalamus
Perubahan regulasitemperatur
Muncul demam
Hipertermi3 Ds : Klien mengatakan
bahwa klien tidak nafsu makan dan perutnya terasa mual,dan pernah muntah 1x, lidah terasa pahit dan uluh hati terasa nyeri.
Do : Porsi makan yang
dihabiskan terlihat hanya 3 sendok makan
Keadaan umum tampak lemah
BB : 49 kg Tinggi badan : 155 cm Klien tampak pucat Mukosa bibir tampak
kering
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi
meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan
sel darah di limpa
Respon intestinalP. mencapai sirkulasi
saluran cerna
Pelepasan serotonin 5HT3 ke dalam usus halus
Saraf vagus menyampaikan
rangsangan ke CTZ, syaraf eferen dan kortek
serebral
Pusat Muntah (Postrema medula oblongata)
Mual, muntah, anoreksia
Intake nutrisi tidak adekuat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
80
4 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa nyeri pada persendian danjuga otot tubuh terasa pegal- pegal.Do : Klien tampak meringis
kesakitan Klien taampak gelisah Skala nyeri 3 (1-5)
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi
meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan
sel darah di limpa
Respons imflamasi sistemik
Mialgia, artralgia
Nyeri dan ketidaknyamanan
5 Ds : Klien mengatakan tubuhnya terasa lemas.
Do : Klien tampak lemah Aktivitas klien hanya
ditempat tidur Semua kebutuhan klien
dibantu oleh keluarga dan perawat
Kekuatan otot
4444 44444444 4444
Invasi parasit malaria
Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi
meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan sel darah di limpa, intake
yang kurang
Anemia dan hipovolemi, kekurangan energi
Respon muskuloskeletal
Kelemahan fisik umum, malaise
Gangguan aktivitas sehari-hari
Gangguan aktifitas
6 Ds : Klien dan keluarga mengatakan tidak tahu tentang penyakit malaria dan cara penularan penyakit malaria.
Do : Keluarga dan klien
tidak menjawab ketika ditanya tentang cara penularan penyakit
Invasi parasit malaria
Kurang informasi tentang cara penularan penyakit
malaria
Resiko penularan penyakit
Resiko penularan penyakit malaria.
81
malaria dan cara pencegahanya, keluarga dan klien hanya mengelengkan kepala.
Keluarga bertanya tentang apa penyakit yang di derita keluarganya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak dekuat : anorexia,
mual/muntah.
d. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia.
e. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan
pola hidup.
82
C. Intervensi KeperawatanTabel 3.5 Intervensi Keperawatan
No
Tanggal Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional Paraf
1 18 juni 2012
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
Tujuan : setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24 jam tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran dan dapat mempertahankan cardiac output secara adekuat guna meningkatkan perfusi jaringan.
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital
normal Klien tidak mengeluh
pusing Klien tidak gelisah Tidak terdapat
sianosis Kulit segar Hemoglobin normal Akral hangat Conjungtiva ananemis Mukosa bibir tampak
1. Memeriksa tanda-tanda vital.
2. Catat adanya keluhan pusing.
3. Kurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respons valsava/ aktivitas.
4. Tingkatkan tirah baring.
1. Memantau perkembangan tekanan darah dan perubahan pada tekanan nadi. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang menyerang darah.
2. Keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan suplai darah ke jaringan otak.
3. Respons valsava akan meningkatkan beban jantung sehingga akan menurunkan curah jantung ke otak.
4. Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
Rina f
83
lembab Hasil pemeriksaan
DDR (-)5. Observasi perubahan
sensori dan tingkat kesadaran pasien yang menunjukan penurunan perfusi otak (gelisah, confuse/bingung, apatis, somnolen).
6. Kolaborasi Pemberian transfusi darah PRC (packed red cells).
5. Bukti aktual terhadap penurunan aliran darah ke jaringan serebral adalah adanya perubahan respons sensori dan penurunan tingkat kesadaran pada fase akut. Adanya kegagalan harus dilakukan monitoring ketat.
6. Jalur yang paten penting untuk pemenuhan lisis darah sebagai intervensi kedaruratan.
2 18 juni 2012
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24 jam terjadi penurunan suhu tubuh dan panas tidak berulang.
Kriteria hasil : Pada palpasi tubuh
teraba tidak panas Suhu tubuh normal Mukosa bibir lembab
1. Evaluasi TTV pada setiap pergantian sif atau setiap ada keluhan dari klien.
2.Anjurkan klien untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.
1. Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum klien sehingga dapat dilakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.
2. Dengan baju yang tipis dan menyerap keringat diharapkan klien tidak gerah dan panas tubuh akan turun.
Rina f
84
DDR (-) Klien tidak gelisah Klien mampu
menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
Klien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
3.Anjurkan memberikan selimut bila menggigil.
4.Beri kompres dengan air hangat - hangat kuku pada aksila, lipat paha, dan temporal bila terjadi panas.
5.Berikan klien banyak minum 2000-3000 cc/hari.
6.Kolaborasi untuk pemberian cairan infus.
7.Kolaborasi untuk pemberian antipiretik, anti malaria, dan anti
3. Pemberian selimut digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan pada saat demam dan menggigil sebagai respon sekunder dari hipertermi.
4. Terjadi vasodilatasi pembuluh darah, sehingga terjadi penguapan (evaporasi).
5. Dengan banyak minum dapat menggantikan cairan yang hilang.
6. Pemberian cairan infus dapat mencegah terjadinya kekurangan cairan serta untuk mengganti cairang tubuh yang hilang.
7. Anti piretik dapat merangsang hipotalamus untuk menurunkan suhu
85
biotik.
8.Atur lingkungan yang konduksif.
tubuh, pemberian anti malaria dapat membunuh parasit/plasmodium penyebab malaria, antibiotik untuk mengatasi infeksi.
8. Kondisi ruang kamar yang tidak panas, tidak bising, dan sedikit pengunjung memberi efektivitas terhadap proses penyembuhan.
3 18 juni 2012
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 5x24 jam klien dapat mempertahan kan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Berat badan klien
normal seimbang dengan tinggi badan
Klien mampu menghabiskan porsi makan yang disajikan
1. Kaji pengetahuan klien tentang intake nutrisi.
1. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi klien. Perawat mengunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi individu klien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan klien secara efisien dan efektif.
Rina f
86
Keadaan umum klien membaik
Mual, muntah berkurang
Mukosa bibir tampak lembab
2.Anjurkan klien agar makan makanan dalam keadaan hangat.
3.Anjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering
4.Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
5.Kolaborasi pemberian obat anti emetik.
6.Monitor perkembangan berat badan.
2. Untuk mengurangi perasaan pahit pada lidah.
3. Untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung sehingga tidak terjadi mual dan muntah.
4. Dapat meningkatkkan masukan makanan klien.
5. Anti emetik dapat mengurangi mual dan muntah.
6. Penimbangan berat badan dilakukan sebagai evaluasi terhadap intervensi yang diberikan.
4 18 juni 2012
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24 jam terjadi penurunan
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainya telah menunjukan keefektifan Rina f
87
dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
keluhan nyeri dan ketidaknyamanan.
Kriteria hasil : Secara subjektif
melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
Skala nyeri 0-1 (1-4). Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
Klien tidak gelisah
noninvasif.
2. Lakukan manajemen nyeri keperawatan
Istirahatkan klien pada saat nyeri muncul.
Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.
Manajemen lingkungan, Lingkungan yang tenang, batasi pengunjung, istirahatkan klien.
dalam mengurangi nyeri.
2.
Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia spina.
Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan menurunkan kebutuhan
88
3. Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri.
oksigen jaringan perifer.
3. Pengetahuan mengenai hal yang akan di rasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
5 18 juni 2012
Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam 5x24 jam klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuanya.
Kriteria hasil : Klien mampu
melakukan aktivitas sendiri
Badan klien tidak lemah lagi dan kekuatan otot membaik
Tanda-tanda vital dalam batas normal
1. Observasi respons klien terhadap aktivitas.
2.Awasi tanda – tanda vital selama dan sesudah aktivitas.
3.Tingkatkan tirah baring.
4.Atur posisi pasien
1. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2. Agar mengetahui perubahan kelemahan dan kekuatan pada pasien.
3. Tirah baring meningkatkan istirahat dan ketenangan klien serta menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
4. Agar klien bisa beristirahat
Rina f
89
senyaman mungkin5.Berikan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari bila perlu.
6. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.
dan memulihkan kesehatan.5. Membantu klien bila perlu,
untuk meninggkatkan kepercayaan diri bila klien dapat melakukan aktivitas sendiri.
6. Membangun hubungan yang kooperatif antara perawat dan keluaraga.
6 20 juni 2012
Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 3x24 jam penularan penyakit malaria tidak terjadi.
Kriteria hasil : Klien dan keluarga
dapat menjelaskan kembali apa itu penyakit malaria dan cara penularan penyakit malaria.
Klien dan Keluarga dapat menyebutkan cara pencegahan
1. Beri penjelasan tentang apa itu penyakit malaria, cara penularan penyakit malaria dan pencegahanya.
2. Anjurkan keluarga dan klien untuk memelihara dan meningkatkan kebersihan diri dan lingkunganya.
3. Anjurkan klien dan keluarga untuk membasmi sarang nyamuk atau tempat berkembang biak
1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali dan menentukan pencegahan penyakit malaria secara dini.
2. Dengan lingkungan yang bersih dan nyaman nyamuk tidak akan berkembang biak.
3. Akan mencegah terjadi penularan.
Rina f
90
malaria. nyamuk.D. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.6 Implementasi KeperawatanNo
Tanggal/ Jam
Diagnosa keperawatan
Implementasi Respon hasil Paraf
18/06/201210.00 WIB
- Perkenalan kepada pasien dan kluarga pasien (informed consent), memperkenalkan nama : Rina Febriyani, dari AKKES Sapta Bakti Bengkulu yang sedang melakukan study kasus tentang malaria, dan meminta ibu/ Ny.Y sebagai klien dalam pengambilan kasus, untuk dilakukan perawatan selama ibu dirawat dirumah sakit dr. M. Yunus Bengkulu diruang melati.
- Melakukan pengkajian atau pengumpulan data.
- Klien dan keluarga menerima kedatangan perawat dan ikut memperkenalkan diri dan bersedian untuk dilakukan perawatan. Selama berada dirumah sakit. Klien memperkenalkan nama bahwa nama klien adalah Ny.Y.
- Klien memberi semua informasi yang dibutuhkan.
Rina f
1 18/06/201211.00 WIB
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk
1. Memeriksa tanda-tanda vital dan menanyakan keluhan klien.
1. TTV :TD : 110/70 mmHgNadi : 90 x/menitRR : 22 x/menitSuhu : 37 0CKlien mengatakan tubuhnya sering merasakan panas dan berkeringat. Malam tadi tubuh klien terasa panas
Rina f
91
pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
2. Menanyakan adanya keluhan pusing.
3. Menyarankan kepada klien untuk mengurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respon valsava/aktivitas.
4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tirah baring.
5. Observasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran pasien yang menunjukan penurunan perfusi otak (gelisah, confuse/bingung, apatis, somnolen).
6. Memantau tetesan transfusi darah. (Pemberian transfusi darah PRC (packed red cells).
klien menjadi susah untuk tidur, seluruh tubuh dirasakan pegal-pegal dan terasa nyeri pada persendian dan otot skala nyeri 3 (1-5).
2. Klien mengeluh kepalanya terasa pusing.
3. Klien mau mendengarkan anjuran perawat dan klien hanya beristirahat ditempat tidur.
4. Klien mau mendengarkan anjuran perawat dan klien tidur dengan satu bantal.
5. Klien tampak gelisah.
6. Transfusi darah telah diberikan. Pada pukul 10.00 WIB. Sebelum tranfusi darah terlebih dahulu diberikan, NaCl, dexamethasone, Dhipinehidramine. Dengan tetesan 30 gtt/menit. Transfusi darah PRC habis pukul 13.00 WIB langsung
92
ganti dengan NaCL dengan tetesan 20 gtt/menit.
2 18/06/201211.30 WIB
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
2. Menganjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat bila tubuh terasa panas.
3. Menganjurkan klien untuk menggunakan selimut bila tiba-tiba tubuh menjadi dingin dan menggigil.
4. Menganjurkan klien untuk melakukan kompres air hangat bila tubuh terasa panas.
5. Menganjurkan klien untuk banyak minum 2000-3000cc/hari / 9 gelas/hari.
6. Melaksanakan pemberian cairan infus.
7. Melaksanakan pemberian obat antipiretik, anti malaria, dan anti biotik
2. Klien mengatakan iya bila tubuhnya terasa panas klien akan menggunkan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
3. Klien mengatakan iya bila tubuh kedinginan atau menggigil klien akan menggunakan selimut.
4. Klien mengatakan iya klien akan melakukan kompres dengan air hangat bila tubuhnya nanti terasa panas.
5. Klien mengatakan iya klien akan banyak-banyak minum
6. Cairan infus telah di berikan berdasarkan terapi yaitu RL dan D5% dengan tetesan 20 gtt/menit.
7. Klien mengatakan klien akan meminum obatnya tepat waktu sesuai instruksi yang telah diberikan obat klien pada hari ini yaitu
Rina f
93
malarex 4-(4)-2, paracetamol 3x1, cefotaxime 2x1.
3 18/06/201212.00 WIB
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.
1. Mengkaji pengetahuan klien tentang intake nutrisi.
2. Menganjurkan klien agar makan makanan dalam keadaan hangat.
3. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.
4. Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
1. Klien mengatakan makanan yang sehat terdiri dari empat sehat lima sempurna, yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air yang cukup. Minum sebanyak 8 gelas/hari, makan secara teratur 3x/hari. Klien membeli makanan tambahan yang dibeli diluar seperti buah, roti dan khasiat sari kurma (untuk menyembuhkan anemia) yang dialami Ny.Y.
2. Klien langsung memakan makanan yang telah diantar oleh ahli gizi (makan siang).
3. Klien terlihat hanya menghabiskan 3 sendok makan. mual (+), muntah (-), lidah terasa pahit nyeri pada uluh hati.
4. Klien mengatakan selera makan bubur ayam. Dan sudah diberikan oleh keluarga namun klien hanya
Rina f
94
5. Melaksanakan pemberian obat anti emetik.
6. Memonitor perkembangan berat badan klien.
makan 2 sendok. Dengan alasan keluhan yang sama lidah terasa pahit, nyeri pada uluh hati, mual (+), muntah (-).
5. Klien sudah meminum obat sesuai dengan instruksi dokter. Vometa 3x1 PO untuk mengurangi mual, omeparazole untuk menghambat produksi asam lambung 1x1, dexanta sirup 3x1 untuk menetralkan asam lambung. Neorodex sebagai multivitamin B1, B6 dan B12 pemberian 2x1 PO.
6. Berat badan klien 49 kg.
4 18/06/201213.15 WIB
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
1. Menjelaskan dan membantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
2. Mengajarkan teknik manajemen nyeri keperawatan, dengan menganjurkan klien beristirahat bila merasakan nyeri, mengajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul, dan
1. Klien mau untuk melakukan saran perawat dengan meredakan nyeri secara alami tanpa dengan menggunakan obat pereda nyeri.
2. Klien mengerti dan paham cara meredakan nyeri yaitu dengan beristirahat saat nyeri muncul, menarik nafas dalam pada saat terasa nyeri, dan mengatur
Rina f
95
mengatur kenyamanan dan lingkungan klien seperti membatasi pengunjung untuk tidak terlalu ramai demi kenyamanan klien.
3. Meningkatkan pengetahuan klien tentang sebab-sebab nyeri mengapa Ny.Y bisa terasa sakit pada sendi dan tulang, dan juga pada otot, seluruh tubuh terasa pegal-pegal itu semua karena penyakit yang Ny.y alami yaitu malaria keluhan tersebut merupakan respon dari proses penyakit malaria.
kenyamanan tubuh dan lingkungan.
3. Ny.Y mengerti dengan apa penyakit yang di alaminya tubuhnya terasa sakit dan pegal-pegal disebabkan parasit malaria yang terdapat dalam tubuhnya sehingga menimbulkan gejala.
5 18/06/201213.30 WIB
Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
1. Mengobservasi respons klien terhadap aktivitas.
2. Mengawasi tanda-tanda vital selama dan sesudah aktivitas.
1. Klien mengatakan apabila dibawa duduk/ berdiri seperti ingin kekamar mandi kepala terasa pusing. Jadi klien hanya berbaring ditempat tidur.
2. Klien mengatakan apabila setelah di bawa duduk atau beraktivitas seperti kekamar mandi denyut jantung berdebar-debar cepat dan kuat. Namun sebaliknya bila di bawa tiduran atau istirahat denyut jantung normal.
Rina f
96
3. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tirah baring.
4. Mengatur posisi klien senyaman mungkin.
5. Memberikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari bila perlu.
6. Memberitahukan keluarga untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan klien dan memberikan bantuan dalam aktivitas klien.
3. Klien mau menerima saran perawat klien tidur untuk beristirahat.
4. Klien tidur dengan satu bantal, dan menggunakan selimut.
5. Membantu klien saat klien mau kekamar mandi.
6. Keluarga menerima saran perawat, setiap kebutuhan dan aktivitas klien di bantu oleh keluarga seperti membantu mengantar klien untuk kekamar mandi, membantu untuk menyuapi makanan, membantu memenuhi kebutuhan kebersihan tubuh klien seperti mengelap tubuh klien.
2 19/06/201208.30 WIB
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada
1. Memeriksa tanda-tanda vital dan menanyakan keluhan klien.
1. TTV :TD : 110/70Nadi : 84 x/menitRR : 20 x/menitSuhu : 380CMukosa bibir tampak kering, conjungtiva anemis.Klien mengeluh malam tadi tidur
Rina f
97
hipotalamus.
2. Menganjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.
3. Menganjurkan klien untuk menggunakan selimut bila tubuh tiba-tiba terasa dingin/menggigil.
4. Menganjurkan keluarga untuk memberi kompres air hangat pada aksila, lipat paha, dan temporal pada klien agar panas klien turun.
5. Menganjurkan klien banyak minum
pukul 24.00WIB dan terbangun jam 03.00WIB pagi klien terbangun karena tubuh berkeringat sampai baju klien basah, sendi dan otot terasa sakit skalanyeri 3(1-5), tubuh terassa pegal dan tubuh terasa panas, dan dianjurkan oleh perawat untuk melakukan kompres air hangat dan meminum paracetamol namun panas tubuh tidak kunjung turun .
2. Klien mengganti pakaian dengan dibantu keluarga menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
3. Klien mengangguk tanda menyetujui dan menerima saran perawat bila tubuh menggigil gunakan selimut.
4. Keluarga ikut berpartisipasi dalam perawatan klien dan memberikan kompres pada daerah yang di anjurkan.
5. Klien menerima saran perawat dan
98
2000-3000 cc/hari.
6. Melaksanakan pemberian cairan infus.
7. Melaksanakan pemberian antipiretik, anti malaria dan anti biotik.
8. Mengatur lingkungan yang kondusif.
akan banyak minum. Keluarga meletakan air minum yang diisikan kedalam botol dan diletakan disamping tubuh klien. Bila sewaktu-waktu klien ingin minum mudah untuk dijangkau.
6. Cairan infus sudah diberikan yaitu RL dengan tetesan 20 gtt/menit.
7. Klien telah melakukan minum obat sesuai dengan terapi yang diberikan yaitu meminum paracetamol 3x1 sebagai anti piretik PO, malarex 4-4-(2) PO sebagai anti malaria, cefotaxime vial IV diberikan 2x1 oleh perawat pada pukul 18.00-06.00 sebagai anti biotik.
8. Mengantikan laken dan sarung bantal klien, menghidupkan kipas angin, membatasi pengunjung. Dan menganjurkan keluarga untuk mengganti kompres dengan yang hangat kembali bila sudah terasa dingin.
99
4 19/06/201209.00 WIB
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
1. Menganjurkan klien untuk meredakan nyeri pada sendi dan otot, pegal-pegal pada tubuh dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dengan melakukan pemijatan/masase.
2. Menganjurkan klien untuk memperagakan teknik manajemen nyeri keperawatan yang telah diajarkan, untuk beristirahat bila nyeri muncul, teknik relaksasi pernafasan dalam.
1. Keluarga langsung memberikan bantuan kepada klien dengan melakukan pemijatan pada tubuh klien dan kompres air hangat masih dilanjutkan.
2. Klien menerima saran perawat dan langsung memperagakan.
Rina f
3 19/06/201209.15 WIB
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.
2. Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat.
3. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.
4. Mendiskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
5. Melaksanakan pemberian obat anti emetik.
2. Keluarga langsung memberikan klien makan, menyuapi klien.
3. Klien terlihat hanya menghabiskan 4 sendok makan, klien mengeluh merasa tidak enak diperut, merasa mual, lidah terasa pahit, dan tersa nyeri pada uluh hati.
4. Klien mengatakan tidak berselera makan.
5. Klien telah meminum obat sesuai dengan terapi yang di berikan yaitu : vometa 3x1 untuk
Rina f
100
mengurangi mual, omeparazole 1x1 PO untuk menghabat produksi asam lambung, dexanta sirup 3x1 sebagai penetral asam lambung, neorodex 2x1 PO sebagai multivitamin B1, B6, B12.
5 19/06/201211.00 WIB
Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
1. Mengobservasi respons klien terhadap aktivitas.
2. Membantu klien untuk meningkatkan tirah baring, untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur klien.
3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
4. Memberikan bantuan kepada klien dalam aktivitas sehari-hari.
5. Memberitahu keluarga untuk membantu memenuhi keperluan dan aktivitas klien.
1. Klien mengatakan apabila diibawa duduk ataupun berdiri kepala terasa pusing.
2. Klien mau mendengarkan saran perawat dan klien tidur dengan 1 bantal.
3. Merapikan tempat tidur klien, menghidupkan kipas angin.
4. Slalu mengontrol keadaan klien dan membantu klien bila klien meminta pertolongan.
5. Keluaga siap membantu setiap aktivitas klien.
Rina f
1 19/06/201212.00 WIB
Perubahan perfusi jaringan berhubungan
1. Memeriksa tanda-tanda vital kliendan menanyakan keluhan pasien.
1. TTV :TD : 110/70 mmHgNadi : 90 x/menit
101
dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
2. Mencatat adanya keluhan pusing.
3. Menganjurkan klien untuk banyak-banyak beristirahat dan kurangi aktivitas.
4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tirah baring dan banyak-banyak beristirahat.
5. Mengobservasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran klien.
6. Melaksanakan pemberian transfusi darah PRC.
RR : 20 x/menitSuhu : 370C
Klien mengatakan setelah dilakukan kompres dan meminum paracetamol panas pada tubuh dirasakan turun.
2. Klien mengeluh kepalanya terasa pusing apalagi bila dibawa berdiri atau duduk.
3. Klien menerima saran perawat dan klien hanya berbaring ditempat tidur untuk beristirahat.
4. Klien menerima saran perawat klien sangat ingin untuk tidur namun susah sekali.
5. Klien tampak gelisah.
6. Transfusi darah PRC telah di berikan pada pukul 13.00 WIB, sebelum di beri transfusi terlebih dahulu telah diberikan NaCl, dexamethasone, Dhipinehidramine. Dengan tetesan transfusi 30 gtt/menit.
Rina f
102
Transfusi selesai pukul 16.00 WIB dan langsung digantikan dengan NaCL dengan 20 gtt/menit.
2 20/06/201208.30 WIB
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
1. Memeriksa tanda-tanda vital dan menanyakan keluhan klien.
2. Menganjurkan klien bila tubuh terasa panas dihari-hari berikutnya gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
1. TTV:TD : 110/70 MmhgNadi : 90 X/MenitRR : 20 X/MenitSuhu : 370CKlien mengeluh malam tadi klien susah untuk tidur klien tidur jam 1 dan terbangun jam 3 dan tidak bisa tidur lagi sampai sekarang, dikarenakan tubuh klien terasa panas, selalu berkeringat hingga pakaian yang klien gunakan lembab. tubuh klien dirasakan pegal-pegal dan terasa nyeri pada persendian dan otot skala nyeri 3 (1-5).
2. Klien setuju dengan saran perawat, dan klien mengatakan malam tadi klien telah menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat namun tetap juga tubuh terasa panas dan berkeringat hingga pakaian menjadi lembab.
Rina f
103
3. Menganjurkan klien untuk bila tubuh terasa panas lakukan kompres dengan air hangat.
4. Menganjurkan klien banyak minum 2000-3000 cc/hari atau sebanyak 9 gelas/hari.
5. Melaksanakan pemberian cairan infus.
6. Melaksanakan pemberian obat antipiretik, anti malaria, dan antibiotik.
7. Mengatur lingkungan yang konduksif.
3. Klien mengatakan malam tadi telah dikompres dengan menggunakan air hangat. Setelah beberapa jam setelah pengompresan panas dirasakan turun.
4. Klien mengatakan iya klien akan banyak-banyak minum.
5. Infus yang terpasang RL dengan tetesan 20 gtt/menit.
6. Klien mengatakan akan meminum obat yang dii berikan tepat waktu dan rutin paracetamol 3x1 PO sebagai anti piretik, cefotaxime vial IV 2x1 diberikan oleh perawat pukul 06.00 dan 18.00 sebagai anti biotik. clobazam 1x1 diminum sebelum tidur malam nanti sebagai obat penenang agar bisa tidur.
7. Merapikan tempat tidur klien, menghidupkan kipas angin, membatasi pengunjung.
104
4 20/06/201209.00 WIB
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
1. Mebantu klien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan invansif seperti melakukan masase/pemijatan pada seluruh tubuh klien atau dengan mengoleskan minyak kayu putih pada tubuh klien.
1. Klien dan kluarga mengerti dengan apa yang dikatakan perawat keluarga langsung mengoleskan minyak kayu putih pada tubuh klien dan klien meminta untuk dilakukan pengerikan. Dan kluargapun melakukan permintaan klien.
Rina f
3 20/06/201209.30 WIB
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.
2. Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat.
3. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.
4. Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
5. Melaksanakan pemberian obat
2. Keluarga langsung memberikan klien makan, klien makan masih dibantu disuapi oleh keluarga.
3. Klien terlihat dapat menghabiskan 6 sendok makan ¼ bagian dari makanan yang diberikan.
4. Klien mengatakan klien selera bubur kacang hijau, lalu meminta keluarga untuk membeli bubur kacang hijau, klien terlihat menghabiskan 4 sendok bubur kacang hijau, klien mengeluh perutnya terasa mual dan terasa nyeri pada uluh hati.
5. Klien meminum obat rutin sesuai
Rina f
105
antiemetik dan multivitamin. dengan terapi yang diberikan omeparazole 1x1 PO sebagai penghambat produksi asam lambung, dexanta sirup 3x1 PO sebagai penetral asam lambung, domperidon 3x1 PO sebagai obat anti emetik, neorodex 2x1 PO sebagai multivitamin B1, B6, B12.
5 20/06/201210.00 WIB
Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
1. Mengobservasi respon klien terhadap aktivitas.
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Memberikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari klien bila perlu.
6. Menganjurkan keluarga untuk membatu setiap aktivitas yang dibutuhkan klien.
1. Klien mengatakan klien sudah bisa duduk apabila duduk di atas tempat tidur kepala klien sudah tidak merasa pusing lagi, tapi klo dibawa berjalan seperti ke kamar mandi kepala menjadi pusing.
4. Meletakan bantal sebagai sandaran dibelakang tubuh klien agar klien dapat tahan lama untuk duduk.
5. Klien mengatakan senang mendapatkan bantuan dari perawat setiap hal yang dibutuhkan dapat minta tolong kepada perawat dan merasa diperhatikan.
6. eluarga bersedia membantu setiap aktivitas klien dan memenuhi kebutuhanya.
Rina f
106
1 20/06/201211.00 WIB
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
1. Memeriksa tanda-tanda vital klien dan keluhan klien.
2. Mencatat adanya keluhan pusing.
3. Menganjurkan klien untuk mengurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respon valsava/aktivitas.
4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tirah baring.
5. Mengobservasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran klien.
1. TTV :TD : 110/70 mmHgNadi : 82 x/menitRR : 20 x/menitSuhu : 370C
Klien mengatakan tubuhnya sudah merasa lebih enakan, nyeri terasa berkurang setelah diberi minyak kayu putih dan dikerik skala nyeri 1 (1-5).
2. Klien mengatakan apabila dibawa duduk atau tidur kepalanya tidak terasa pusing namun bila dibawa berjalan atau berdiri kepala terasa pusing.
3. Klien menerima saran dari perawat klien mengatakan akan beristirahat.
4. Klien mengatakan klien ingin sekali bisa tidur namun sulit.
5. Klien tampak gelisah.
Rina f
107
6. Melaksanakan pemberian PRC 6. Transfusi darah telah di berikan pada pukul 12.00 WIB, sebelum trasfusi diberikan terlebih dahulu diberikan NaCl, dexamethasone, Dhipinehidramine. Dengan tetesan transfusi 30 gtt/menit.Transfusi selesai pukul 14.15 WIB dan langsung digantikan dengan NaCL dengan 20 gtt/menit.
6 20/06/201213.00 WIB
Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.
1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang apa itu malaria, bagaimana cara penularan malaria, apa gejala malaria, apa akibat penyakit malaria dan bagaimana pencegahan malaria. Media yang digunakan berupa leaflet.
1. Klien dan keluarga mendengarkan penjelasan perawat tentang penyakit yang dideritanya dengan baik dan mengangguk tanda mengerti. Klien dan kluarga juga mengajukan pertanyaaan apakah penyakit malaria menular melalui semakan atau seminum dengan klien yang menderita penyakit malaria. Ketika di evaluasi klien dapat mengulang kembali materi yang telah disampaikan.
Rina f
1 21/06/201209.00 WIB
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
1. Memeriksa tanda-tanda vital. 1. TTV :TD : 110/70 mmHgNadi :80 x/menitRR : 20 x/menitSuhu : 370C
Rina f
108
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
2. Mencatat adanya keluhan pusing.
3. Menganjurkan klien untuk sedikit beraktivitas atau mengubah posisi seperti duduk jangan bebaring terus.
5. Mengobservasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran klien.
6. Memeriksa hasil Labor haemoglobin
Klien mengatakan malam tadi setelah meminum obat clobazam sebelum tidur klien bisa tidur dengan nyenyak dari jam 23.00- 05.00. Tubuh klien masih dirasakan sering berkeringat namun sudah tidak merasa panas lagi. Dan tubuh klien merasa lebih enakan dan tidak terasa sakit lagi ataupun pegal-pegal skala nyeri 0 (1-5).
2. Klien mengatakan kepalanya sudah tidak merasa pusing lagi baik duduk ataupun berdiri namun apabila berjalan ke kamar mandi masih diperlukan bantuan karena tubuh klien masih merasa lemah.
3. Klien mau mendengarkan saran perawat dan klien langsung mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk dengan bantal disandarkan dibelakang tubuh.
5. Klien tampak tenang namun lemah (composmentis).
6. Hasil labor klien pada tanggal
109
klien. 21/06/2012 yaitu 9 gr/dl. 3 21/06/2012
09.30 WIBResiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.
1. Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat.
2. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.
3. Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
4. Melaksanakan pemberian obat anti emetik.
1. Klien langsung memakan makanan yang telah disediakan oleh ahli gizi.
2. Klien terlihat menghabiskan ¾ makanan yang ada.
3. Klien mengatakan klien selera makan nasi dengan sayur santan dan ikan sambal, keluargapun memberikan makanan yang diinginkan klien, klien terlihat dapat mengahabiskan 6 sendok makan.
4. Klien mengatakan akan meminum obat yang diberika tepat waktu dan rutin obat yang tersedia untuk hari ini yaitu omeparazole 1x1 PO sebagai pengahambat produksi asam lambung, donperidon 3x1 PO sebagai anti emetik, scopamin 3x1 PO sebagai anti nyeri, neorodex 2x1 PO sebagai multivitamin B1,B6,B12, cefotaxime vial IV diberikan oleh perawat 2x1 pada pukul 06.00WIB dan 18.00 WIB sebagai antibiotik dan clobazam
Rina f
110
5. Monitor perkembangan berat badan.
diminum sebelum tidur malam nanti sebagai obat penenang.
5. Berat badan klien tetap 49 kg.
5 21/06/201210.15 WIB
Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
1. Mengobservasi respons klien terhadap aktivitas.
1. Klien mengatakan klo berjalan seperti mau kekamar mandi masih diperlukan bantuan walau sudah tidak merasa pusing lagi ketika berjalan namun tubuh masih terasa lemah .
Rina f
6 21/06/201211.00 WIB
Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.
1. Mengingatkan kembali kepada klien dan keluarga apa itu malaria, bagaimana cara penularan malaria, apa gejala malaria, apa akibat penyakit malaria dan bagaimana pencegahan malaria.
1. Klien menyebutkan malaria disebabkan oleh parasit (plasmodium) ditularkan kemanusia melalui gigitan nyamuk. Gejala malaria dapat berupa menggigil, tidak nafsu makan, tubuh terasa panas dan dapat mengakibatkan anemia karena sel darah merah hancur dirusak oleh parasit. Cara pencegahan malaria dengan menghindar dari gigitan nyamuk seperti tidur menggunakan kelambu, menggunakan obat penolak nyamuk, menggunakan pakaian tertutup bila perlu,
Rina f
111
2. Menganjurkan keluarga dan klien untuk memelihara dan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan, karena dengan lingkungan yang nyaman nyamuk tidak akan berkembang biak.
3. Mengajurkan klien untuk membasmi sarang nyamuk atau tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada disekitar rumah pada saat pulang nanti seperti menimbun genangan air, jangan terlalu banyak pakaian yang bergantungan.
memasang kawat kasa pada ventilasi dan membersihkan sarang nyamuk atau lingkungan.
2. Keluarga dan klien mengangguk tanda menyetujui saran perawat dan keluarga pun tampak membersihkan lingkungan sekitar tempat tidur klien.
3. Klien mengatakan iya ketika pulang nanti klien dan keluarga akan menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan dengan lebih baik lagi agar terhidar dari penyakit malaria atau penyakit lainya.
1 22/06/201208.30 WIB
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk
1. Memeriksa tanda-tanda vital dan menanyakan keluhan klien.
1. TTVTD :120/70 mmHgNadi : 84 x/menitRR : 20 x/menitSuhu : 370C
Klien mengatakan tubuhnya sudah merasa lebih baik sudah tidak merasa pegal-pegal lagi ataupun
Rina f
112
pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
nyeri pada sendi dan otot, kepala sudah tidak terasa pusing lagi. Tubuh sudah tidak terasa panas lagi dan berkeringat agak berkurang. Malam tadi klien nyenyak tidur klien tidur dari jam 22.00 WIB-05.00WIB.
3 22/06/201209.00 WIB
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.
2. Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat.
3. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.
4. Mendikusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
5. Melaksanakan pemberian obat anti
2. Klien langsung memakan makanan yang telah disediakan oleh ahli gizi.
3. Klien tampak menghabiskan seluruh makanan yang disajikan oleh ahli gizi. Mual (-), muntah (-)
4. Klien mengatakan klien selera makan bubur ayam, lalu keluargapun pergi membelikan bubur ayam untuk klien dan terlihat klien dapat menghabiskan semua bubur ayam yang dibeli. Klien mengatakan perutnya sudah merasa enakan sekarang sudah tidak ada rasa mual ataupun nyeri pada uluh hati.
5. Klien mengatakan akan meminum
Rina f
113
emetik.
6. Memonitor perkembangan berat badan klien.
obat yang diberika tepat waktu dan rutin obat yang tersedia untuk hari ini yaitu omeparazole 1x1 PO sebagai pengahambat produksi asam lambung, donperidon 3x1 PO sebagai anti emetik, scopamin 3x1 PO sebagai anti nyeri, neorodex 2x1 PO sebagai multivitamin B1,B6,B12, cefotaxime vial IV diberikan oleh perawat 2x1 pada pukul 06.00WIB dan 18.00 WIB sebagai antibiotik dan clobazam diminum sebelum tidur malam nanti sebagai obat penenang.
6. Berat badan klien 49 kg, tinggi badan 155 cm.
5 22/06/201210.00 WIB
Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
1. Mengobservasi respons klien terhadap aktivitas.
1. Klien mengatakan sudah bisa berjalan kekamar mandi sendiri tanpa bantuan, makan sendiri dan mengganti pakaian sendiri. Klien mengatakan tubuh klien sudah merasa lebih kuat dan tidak lemah lagi seperti kemarin. (Klien hari ini sudah boleh pulang oleh dokter dan melakukan perawatan dirumah/ rawat jalan. Karena keadaan klien
Rina f
114
sudah tampak membaik). 6 22/06/2012
11.00 WIBResiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.
1. Mengingatkan kembali kepada klien bila pulang nanti diharapkan dapat melakukan pencegahan dari gigitan nyamuk seperti yang telah diajarkan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan dan bila muncul tanda dan gejala demam diharapkan keluarga dan klien dapat menerapkan cara penatalaksaan seperti yang telah diajarkan.
1. Klien dan keluarga mengatakan iya bila pulang kerumah nanti klien dan keluarga akan lebih menjaga kesehatanya agar tidak mudah sakit. Klien akan melakukan saran perawat akan melakukan pencegahan terhadap penyakit malaria dengan menghindar dari gigitan nyamuk dan membrantas sarang nyamuk dan lebih menjaga kebersihan lingkungan. Keluarga mengatakan trimakasih telah memberi pengalaman dalam merawat nanti apabila dikemudian hari ada yang sakit insyaallah klien akan menggunakan cara-cara yang telah diajarkan.
22/06/201213.00 WIB
- Membantu meng off infus klien dan mengantar klien pulang.
- Klien tampak senang sudah bisa pulang klien diantar pulang dengan menggunakan korsi roda dan klien dan keluarga telah menebus resep obat yang telah diberikan oleh dokter untuk perawatan dirumah berupa omeparazole 1x1 PO, donperidon 3x1 PO, scopamin 3x1 PO, neorodex 2x1 PO, paracetamol
Rina f
115
3x1 PO. Dan klien sudah tahu cara meminum obat tersebut dirumah dan tujuan dari masing-masing obat karena sudah dijelaskan cara pemberianya oleh dokter.
E. EvaluasiTabel 3.7 Evaluasi
No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf1 21/06/ 2012 Perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan sakit kepala lagi.
O:- TTV :
TD : 100/70 mmHgNadi : 80 x/menitPernafasan: 20 x/menitSuhu : 370C
- Akral teraba hangat- Kulit tampak segar- Haemoglobin 9 Gr/dl- Conjungtiva ananemis
A : Masalah perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh dapat teratasi.
Rina f
116
P : Intervensi dihentikan.2 21/06/ 2012 Hipertermia berhubungan dengan
peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
S : Klien mengatakan malam tadi setelah meminum obat clobazam sebelum tidur klien bisa tidur dengan nyenyak dari jam 23.00- 05.00. Tubuh klien masih dirasakan sering berkeringat namun sudah tidak merasa panas lagi.
O :- TTV :
TD : 100/70 mmHgNadi : 80 x/menitPernafasan: 20 x/menitSuhu : 370C
- Pada palpasi tidak panas lagi- Mukosa bibir terlihat lembab
A : Masalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus dapat teratasi.
P : Intervensi dihentikan
Rina f
3 22/06/ 2012 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.
S : Klien mengatakan perutnya sudah merasa enakan sekarang sudah tidak ada rasa mual ataupun nyeri pada uluh hati.
O :- Mual (-), Muntah (-)- Keadaan umum membaik- Klien tampak menghabiskan seluruh makanan
Rina f
117
yang disajikan oleh ahli gizi.- Berat badan : 49 kg- Tinggi badan : 155 cm
A : Masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah dapa teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
4 21/06/ 2012 Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.
S : Klien mengatakan tubuhnya sudah merasa lebih enakan dan tidak terasa sakit lagi ataupun pegal-pegal, skala nyeri 0 (1-5).
O :- Keadaaan umum klien tampak baik, dan klien
tampak tenang.- Klien tidak meringis kesakitan lagi.
A : Masalah Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia, diaforesis, dapat teratasi.
P : Intervensi di hentikan.
Rina f
5 22/06/ 2012 Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
S : Klien mengatakan sudah bisa berjalan kekamar mandi sendiri tanpa bantuan, makan sendiri dan mengganti pakaian sendiri. Klien mengatakan tubuh
118
klien sudah merasa lebih kuat dan tidak lemah lagi seperti kemarin.
O :- Klien tampak dapat melakukan aktivitasnya
sendiri- Klien tampak lebih segar dan tidak terlihat lemah- Kekuatan otot
5555 5555 5555 5555
A : Masalah Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dapat teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
Rina f
6 22/06/ 2012 Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.
S : Klien dan keluarga dapat menjelaskan dengan bahasanya sendiri tentang penyakit malaria cara penularan, penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam mengatasi demam malaria dan pencegahan penyakit malaria.
O :- Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali
cara-cara penularan penyakit malaria.- Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali
tentang cara-cara pencegahan penyakit malaria.
A : Masalah Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
Rina f
119
penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup dapat teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
Catatan perkembangan pulang :
Tanggal 22 juni 2012 Ny.Y atas order dan saran dari dokter sudah diperbolehkan pulang untuk rawat jalan, keadaan umum
membaik :
TTV : TD :120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 370C
Obat yang diberikan omeparazole 1x1 PO, donperidon 3x1 PO, scopamin 3x1 PO, neorodex 2x1 PO, Paracetamol 3x1. Dan
klien sudah tahu cara meminum obat tersebut dirumah dan tujuan dari masing-masing obat karena sudah dijelaskan cara
pemberianya.
121
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. Y dengan kasus
Malaria di ruang melati RSUD Dr.M.YUNUS Bengkulu pada tahun 2012 yang
dimulai dari tanggal 18 juni 2012 sampai 22 juni 2012 ditemukan beberapa
persamaan atau kesenjangan antar teori yang ada dengan data yang di dapatkan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam
mengumpulkan data ditemukan beberapa kesenjangan dan persamaan antara
lain : pada riwayat kesehatan sekarang, pada Ny.Y ditemukan keluhan
Demam dirasakan sejak satu minggu yang lalu, tubuh menggigil merasa
kedinginan, merasa mual yang disertai dengan muntah, nyeri pada uluh hati,
lidah terasa pahit, tidak ada nafsu makan, kepala terasa pusing, tubuh terasa
panas, sering berkeringat, seluruh tubuh dirasakan sakit (nyeri pada
persendian dan juga otot) dan pegal-pegal,tubuh terasa lemah, dan klien
mengeluh hasil labor haemoglobinnya rendah yaitu 7,5 gr/dl. Keluhan yang
dialami oleh Ny.Y tersebut sama dengan manifestasi klinis yang dapat
ditimbulkan oleh malaria pada tinjauan teoritis. Akan tetapi ada beberapa
gejala pada tinjauan teoritis yaitu pembesaran limpa (splenomegali) dan
pembesaran hepar (hepatomegali) pada kasus Ny.Y tidak penulis temukan.
Menurut penulis hal ini disebabkan oleh malaria yang diderita Ny.Y belum
terlalu berat sehingga belum terjadi komplikasi lebih lanjut dimana belum
106
122
terjadi kerusakan parenkim hati yang menyebabkan hepar dan limpa
terkompensasi.
Pada riwayat kesehatan dahulu Ny.y ditemukan bahwa Ny.Y dua tahun
yang lalu pernah dirawat di RS selama tiga hari dengan alasan penyakit yang
sama yaitu malaria. Berdasarkan tinjauan toritis bahwa malaria merupakan
penyakit yang sewaktu-waktu dapat kambuh kembali di sebabkan oleh parasit
malaria yaitu plasmodium vivax dan ovale memiliki stadium dormant
(hipnozoit) berdiam dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk menginvasi
kembali kedalam darah beberapa minggu atau 1 tahun kemudian, ini sama
dengan yang dialami oleh Ny.Y yaitu penyakit malaria yang diderita
mengalami kekambuhan (Muslim, 2009).
Pada riwayat kesehatan keluarga terdapat keluarga Ny.Y yang perna
mengalami penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan anak kedua.
Berdasarkan tinjauan teoritis menurut pendapat Handayani wiwik (2008)
bahwa malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang
disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke
manusia melalui air liur nyamuk. Pada keluarga Ny.Y sepertinya sudah
terjadi penularan penyakit malaria antar keluarga sehingga terdapat keluarga
selain Ny.Y yang pernah mengalami penyakit malaria.
Pada pengkajian kebiasaan hidup sehari-hari Ny.Y pada kebutuhan
nutrisi Ny.Y selama dirumah sakit hanya makan 3sendok makan setiap
makan beda dengan selama dirumah sewaktu sehat klien dapat menghabiskan
1 porsi makan. Klien menemukan kesulitan saat makan yaitu perut terasa
123
mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit. Pada kebutuhan istirahat dan
tidur Ny.Y kurang dari kebutuhan yang seharusnya/ biasanya sebanyak 6-8
jam menjadi 4-6 jam hal tersebut dikarenakan tubuh Ny.Y sering terasa
panas, sering berkeringat, terasa nyeri pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa
pegal sehingga klien menjadi susah untuk tidur. Pada kebutuhan aktivitas
klien klien hanya berada ditempat tidur semua aktivitas klien di bantu oleh
keluarga di karenakan klien mengalami kelemahan fisik. Berdasarkan tanda
dan gejala menurut pendapat Harijanto (2009) bahwa manifestasi klinis pada
malaria serupa dengan yang dialami Ny.Y yaitu merasa mual, muntah, tidak
nafsu makan, terasa lesuh/lemah, demam yang dirasakn hilang timbul, nyeri
pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa pegal-pegal sehingga menyebabkan
terganggunya kebutuhan istirahat dan tidur Ny.Y.
Berdasarkan data sosial ekonomi yang didapatkan pada pengkajian
Ny.Y adalah seorang wanita karir yang bekerja di balai POM, dikarenakan
klien sedang sakit pekerjaan klien menjadi terganggu dan klien tidak dapat
masuk kerja. Benar menurut pendapat Harijanto (2011) bahwa malaria
merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menurunkan
produktivitas kerja.
Pada tinjauan kasus hasil laboratorium Ny.Y ditemukan beberapa
persamaan pada tinjauan teoritis seperti leukosit darah tinggi : 17.400/mm3 (N
= 4.000 – 10.000/mm3), Peningkatan jumlah leukosit ini (disebut
Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi, hemoglobin rendah (7,5
gr/dl) berdasarkan menurut pendapat zulkoni akhsin (2009) malaria dapat
124
menyebabkan anemia dikarenakan sel darah merah lisis akibat siklus hidup
parasit dan penghancuran sel darah merah baik yang terinfeksi maupun tidak
terinfeksi oleh limpa. Hemaktokrit rendah (23%) menunjukan penurunan
persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah.
Adapun kesenjangan yang ditemukan pada hasil laboratorium Ny.Y
yaitu trombosit normal (320.000 sel/mm3) ini mengalami kesenjangan dengan
yang ada pada tinjauan teori yang seharusnya pada tinjauan teori jumlah
trombosit sering menurun (N = 150.000- 400.000 sel/mm3) menurut penulis
penyakit malaria yang diderita oleh Ny.Y belum mengalami penghancuran
trombosit yang berlebihan sehingga tidak terjadi trombositopenia (jumlah
trombosit sering menurun terutama pada malaria berat). Pada pemeriksaan
ureum serum dan kreatinin serum pada Ny.Y normal yaitu ureum serum 29.0
mg/dl (N= 20-40 mg/dl) dan kreatinin serum 0.6 mg/dl (N= 0.5-1.2 mg/dl),
ini menunjukan bahwa fungsi ginjal pada Ny.Y masih baik dan Ny.Y belum
mengalami komplikasi lebih lanjut dari penyakit malaria yang diderita, yang
mana menurut widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
malaria adalah GGA (urin <400Ml/24jam, dengan kreatinin darah >3 Mg/dl).
Pada pemeriksaan glukosa sewaktu/BBS pada Ny.Y tinggi yaitu 167 mg/dl
(N=70-120 mg/dl) ini menunjukan bahwa Ny.Y hiperglikemia sedangkan
menurut widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada malaria adalah
Hipoglikemia gula darah <40mg/dl menurut penulis Ny.Y tidak mengalami
hipoglikemia disebabkan penggunaan glukosa oleh parasit belum terlalu
125
banyak sehingga tidak terjadi insufiensi insulin sehingga tidak terjadi
hipoglikemia.
B. Diagnosa keperawatan
Pada diagnosa keperawatan penulis hanya menganalisa data yang
diperoleh dari pengkajian sebelum menegakan diagnosa keperawatan. Dalam
asuhan keperawatan secara teori penulis menemukan 7 diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang
timbul menurut Muttaqin, 2011 adalah :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
2. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis
osmotik, diaforesis.
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
4. Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.
5. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia.
6. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola
hidup.
126
Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis hanya menemukan 6 diagnosa
keperawatan yang terdiri dari :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.
Penulis menegakkan diagnosa ini karena menemukan data bahwa klien
mengeluh kepalanya terasa pusing, akral teraba dingin, kulit pucat, klien
tampak gelisah, conjungtiva anemis, mukosa bibir tampak kering, Hb :
7,5 gr/dl, hasil pemeriksaan DDR (+), TTV : TD :110/70 mmHg, Nadi :
90 x/menit, pernafasan : 22 x/menit, suhu : 370C, yang bearti sel darah
merah lisis akibat siklus hidup parasit malaria yaitu plasmodium,
semakin banyak jumlah skizon yang pecah di dalam darah maka semakin
banyak jumlah merozoit yang keluar yang akan menyerang eritrosit baru
sehingga menyebabkan anemia (Zulkoni akhsin, 2009).
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data bahwa klien mengeluh
tubuhnya terasa panas, suhu : 380C, pada palpasi tubuh terasa panas,
klien tampak gelisah, mukosa bibir tampak kering dan hasil pemeriksaan
DDR (+), yang berati sudah terdapat plasmodium dalam darah yang
menyebabkan peningkatan sirkulasi endoktoksin pada hipotalamus,
sehingga terjadi perubahan regulasi temperatur pada termoregulator yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh (Muttaqin, 2011).
127
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.
Diagnosa ini ditegakakan berdasarkan data bahwa klien mengatakan
tidak nafsu makan dan perutnya terasa mual dan muntah 1x, porsi makan
yang dihabiskan terlihat hanya 3 sendok makan, keadaan umum tampak
lemah, klien tampak pucat, mukosa bibir tampak kering, BB :49 kg,
TB :155 cm, karena tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan,
dan berat badan klien masih berada dalam batas normal sesuai dengan
umur dan tinggi badan klien, penulis hanya mengangkat diagnosa ini
sebagai resiko.
Mual dan muntah yang disebabkan adaanya plasmodium yang mencapai
sirkulasi gastrointestinal bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan
penurunan berat badan karena intake nutrisi yang tidak adekuat secara
oral, sedangkan yang berada pada tubuh berkurang karena output melalui
muntah yang berlebihan (Muttaqin, 2011).
4. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia, diaforesis.
Diagnosa ini penulis tegakkan karena efek dari respons inflamasi
sistemik parasit pada tubuh menyebabkan terasa pegal-pegal, dan nyeri
pada sendi tulang dan otot (Muttaqin, 2011).
5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Diagnosa ini penulis tegakan karena efek dari proses penyakit pada
sistem muskuloskletal yang dikarenakan oleh anemia dan kurangnya
128
asupan nutrisi klien mengakibatkan kelemahan fisik sehingga klien
membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitasnya berdasarkan
tinjauan teoritis menurut Harijanto (2009) bahwa Keluhan prodromal
pada malaria salah satunya berupa kelesuhan.
6. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola
hidup.
Diagnosa ini ditegakkan karena keluarga mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakit malaria, cara penularan maupun pencegahannya.
Kurangnya pengetahuan keluarga menyebabkan ia banyak bertanya
mengenai keadaan penyakit yang diderita.
Diagnosa resiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan
diuresis osmotik, diaforesis, tidak penulis angkat karena tidak ditemukan
tanda-tanda kekurangan cairan yang berat pada Ny.Y seperti turgor kulit klien
masih baik, haluaran urine adekuat, terpasang infus RL dan D5% (1:1) 20 tt/
menit, klien masih mau minum sehingga defisit volume cairan tidak terjadi.
Dari pengkajian keperawatan yang penulis lakukan penulis menemukan
diagnosa baru yang tidak ada pada tinjauan teori yaitu gangguan istirahat dan
tidur berhubungan dengan hipertermi dan nyeri pada sendi tulang dan otot,
namun diagnosa ini tidak penulis angkat karena menurut penulis klien tidak
dapat tidur disebabkan hipertermi. Sedangkan tujuan dari dilakukannya
tindakan keperawatan adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
mengatasi masalah yang menjadi prioritas agar masalah lain yang
129
ditimbulkan dapat teratasi (deswani, 2009). Jadi penulis mengangkat masalah
hipertermi dan gangguan rasa nyaman nyeri yang menjadi prioritas karena
dapat menimbulkan masalah lain pada klien yaitu kebutuhan istirahat dan
tidur menjadi terganggu.
C. Perencanaan keperawatan
Intervensi keperawatan yang penulis susun pada studi kasus telah
mengacu pada asuhan keperawatan secara teoritis dengan disesuaikan pada
prioritas masalah keperawatan yang dirumuskan. Penulis membuat intervensi
dan prioritas waktu dengan menyesuaikan pada masalah keperawatan yang
ditemukan dan sesuai dengan kemampuan yang dipunyai oleh penulis untuk
menyelesaikan/ mengatasi masalah dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Intervensi yang ada pada tinjauan teoritis menurut Muttaqin (2011) dapat
direncanakan pada kasus.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan pengolahan data dan perwujudan dari rencana
tindakan keperawatan, meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh
perawat dalam membantu klien. Dalam melakukan tindakan keperawatan
harus memperhatikan kenyamanan dan keadaan klien. Dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan pada Ny.Y dengan penyakit malaria di ruang rawat
inap melati RSUD dr. M.Yunus Bengkulu, penulis melakukanya selama lima
hari perawatan dan yang dilakukan adalah sesuai dengan perencanaan.
130
Pelaksanaan tindakan perawatan pada klien dapat dilakukan dengan
baik karena faktor yang mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
ini. Adapun faktor pendukung lain antara lain :
1. Adanya kerja sama dan kolaborasi antar tim kesehatan yang lain dan
yang paling mendukung adalah kerjasama antara penulis dan keluarga.
2. Karena adanya motivasi yang kuat dari keluarga untuk kesembuhan klien
sehingga keluarga selalu mendukung dan melaksanakan anjuran perawat.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan, yang
digunakan sebagai alat ukur berhasil atau tidaknya tindakan keperawatan
kepada klien, sesuai dengan diagnosa, tujuan dan kriteria hasil. Dari 6
diagnosa keperawatan yang telah disusun sesuai dengan masalah utama,
selama melakukan lima hari perawatan pada Ny.Y dengan penyakit malaria
sejak tanggal 18 juni 2012 sampai 22 juni 2012 dapat dikatakan berhasil,
dimana hasil akhir dari evaluasi didapatkan bahwa semua masalah yang ada
dapat teratasi pada tanggal 21 dan 22 juni 2012.
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
dari genus plasmodium yang ditularkan pada manusia melaluit gigitan
nyamuk jenis anopheles betina, penyakit ini dapat menyerang segala
ras, usia, dan jenis kelamin. Dikenal empat spesies dari genus
plasmodium yang hidup sebagai penyebab penyakit malaria pada
manusia yaitu : Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae, Plasmodium ovale. Berbeda dengan penyakit-
penyakit lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat
diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi
penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam
tubuh manusia seumur hidup. Adapun tanda dan gejala yang dapat di
timbulkan oleh malaria berupa demam periodik, anemia dan
splenomegali.
2. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.Y dengan penyakit malaria,
penulis mendapatkan data-data pengkajian meliputi : identitas pasien,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, data psikologi, data sosial
ekonomi, data spiritual, data penunjang, penatalaksanaan medis, dan
kebiasaan sehari-hari klien.
117
132
3. Setelah data-data tersebut terkumpul, penulis menganalisa data yang
telah ditemukan untuk menemukan masalah keperawatan klien,
setelah itu penulis menyusun diagnosa keperawatan untuk menunjang
proses keperawatan dan ditemukan enam diagnosa keperawatan pada
Ny.Y.
4. Berdasarkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun intervensi yang
disesuaikan dengan tinjauan teori menurut Muttaqin (2011) dengan
mempertimbangkan prosedur kebijakan dan fasilitas diruangan rawat
inap tempat klien dirawat, serta disesuaikan juga dengan kemampuan
penulis dan keadaan klien.
5. Kemudian rencana-rencana tersebut penulis implementasikan pada
klien dan keluarga, sekaligus mengevaluasi setiap respon hasil atau
kemajuan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
6. Pada evaluasi di semua tindakan keperawatan dikategorikan berhasil
karena dari enam diagnosa yang disusun sesuai masalah pada Ny.Y
menunjukan bahwa semua masalah dapat teratasi dengan baik.
7. Analisa antara konsep teori dan kasus yang telah ditemukan pada
Ny.Y yang tentunya terdapat beberapa kesenjangan dan persamaan
yang semuanya telah dibahas di bab pembahasan.
8. Dari proses keperawatan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa pada Ny.Y mengalami penyakit malaria, setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari penyakit malaria
yang di sebabkan oleh plasmodium vivax dan telah menyebabkan
133
anemia pada Ny.Y dapat teratasi begitupun dengan gejala yang lain
seperti hipertermi, nyeri pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa
pegal-pegal, merasa mual yang disertai muntah, tidak nafsu makan
dan kelesuhan sudah tidak dirasakan lagi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan alternatif
pemecahan masalah yang berupa saran-saran, yaitu untuk mencapai
asuhan keperawatan yang optimal.
1. RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas sebagai standar
praktek keperawatan yang berlaku dan dapat meningkatkan sarana dan
prasarana kesehatan yang ada di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu untuk
dapat menunjang pengobatan dan perawatan pada pasien dengan
penyakit malaria yang dirawat di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dan
dapat meningkatkan sumber daya manusia dengan banyak
mengadakan pelatihan-pelatihan ataupun seminar mengenai masalah
malaria sehingga menambah ilmu dan wawasan para perawat.
2. Institusi pendidikan/Akademik
Kepada pihak akademik diharapkan dapat lebih memperluas dalam
pemberian materi tentang malaria dan dapat menambah buku-buku
tentang Malaria edisi terbaru sehingga peneliti selanjutnya tidak
kesulitan mencari untuk referensi.
134
3. Penulis selanjutnya
Diharapkan pada penulis selanjutnya yang berminat untuk meneliti
masalah ini lebih jauh dan mendalam hendaknya untuk meneliti
masalah ini dengan menggunakan tempat yang berbeda dengan teknik
yang lain sehingga diperoleh keragaman hasil penelitian yang
berkaitan dengan penyakit malaria seperti “Hubungan prilaku
pencegahan malaria terhadap kejadian malaria”. “Faktor faktor risiko
yang mempengaruhi kejadian malaria” dengan menggunakan metode
penelitian observasional.
135
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS RI : Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Jakarta, BAPPENAS RI, 2011. http://www.lap-pemb-milenium-ind-2010.pdf 26 juli 2012 pukul 21.13 WIB.
Deswani : Proses Keperawatan dan berfikir kritis. Jakarta, Salemba Medika, 2009.
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu : Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2010. Bengkulu, Dinkes Kota Bengkulu, 2011.
Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu : Profil Kesehatan Propinsi Bengkulu 2010. Bengkulu, Dinkes Propinsi Bengkulu, 2011.
Doenges, E, Marillynn,. Marry, Frances, Moorhous, et a.l. : Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2010.
Handayani wiwik : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta, Salemba Medika, 2008.
Harijanto : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakart, Interna Publishing, 2009.
Irianto : Parasitologi Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung, Yrama Widya, 2011.
Kementrian Kesehatan RI : Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta, Kemenkes RI, 2011. http://www.BULETIN MALARIA.pdf. 24 juli 2012 pukul 16.15 WIB.
Mentri Kesehatan RI : Eliminasi malaria di Indonesia. Jakarta, Menkes RI, 2009. http://www.KEPMENKES__NO___293_THN_2009_TTG__ELIMINASI_MALARIA.pdf. 24 juli 2012 pukul 16.01 WIB.
Muslim : Parasitologi untuk keperawatan. Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2009.
Muttaqin : Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika, Jakarta, 2011.
Praptianingsih : Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan di Rumah sakit. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Safar Rosdiana : Parasitologi Kedokteran Protozoologi Helmintologi Entomologi. Bandung, Yrama Widya, 2009.
Sembel : Entomologi Kedokteran. Yogyakarta, CV ANDI OFFSET, 2009.
136
Soedarto : Pengobatan Penyakit Parasit. Jakarta, CV Sagung Seto, 2009.
Tarwoto : Keperawatan Medikal Bedah Gangguan sistem Hematologi. Jakarta, Agung Wijaya, 2008.
Widoyono : Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasanya. Jakarta, Erlangga, 2008.
Zulkoni akhsin : Parasitologi. Yogyakarta, Nuha Medika, 2009.
138
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Malaria
Sub Pokok Bahasan : Bersama Kita Berantas Malaria
Sasaran : Pasien yang menderita malaria
Hari / tanggal : Rabu, 20 juni 2012
Waktu : 13.00 – 13. 50 WIB
Tempat : Ruang melati RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan sasaran dapat memahami dan
mengerti apa itu malaria, bagaimana cara penularan malaria, apa gejala
malaria, apa akibat penyakit malaria, bagaimana pencegahan malaria.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan sasaran dapat menjelaskan kembali :
1. Apa itu malaria
2. Bagaimana cara penularan malaria
3. Apa gejala malaria
4. Apa akibat penyakit malaria
5. Bagaimana pencegahan malaria.
C. Materi
1. Apa itu malaria
2. Cara penularan malaria
139
3. Tanda dan gejala malaria
4. Akibat pnyakit malaria
5. Cara pencegahan malaria
D. Alat Bahan / Media Penyuluhan
1. Media penyuluhan :
a. Leaflet
Sumber : Departemen Kesehatan RI – Pusat Promosi Kesehatan
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Evaluasi Penyuluhan
1. Persiapan
a. Menyiapkan materi penyuluhan
b. Menyiapkan Leaflet
2. Proses
Memberi penyuluhan materi tentang malaria
3. Hasil
a. Sasaran mengetahui apa itu malaria
b. Sasaran mengetahui bagaimana cara penularan malaria
c. Sasaran mengetahui apa gejala malaria
d. Sasaran mengetahui apa akibat malaria
e. Sasaran mengetahui bagaimana mencegah malaria
140
G. Lampiran
1. Materi
2. Leaflet
H. Kegiatan / Proses Penyuluhan
No
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Media dan Alat
1 5 menit Kegiatan awal
1. Memberikan salam pembuka
dan memperkenalkan diri
2. Kontrak waktu
3. Menjelaskan cakupan materi
yang akan disampaikan
4. Menjelaskan tujuan
Menjawab salam
Memberi
pendapat
Memperhatikan
Memperhatikan
2 10
menit
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan materi tentang
malaria :
a. Apa itu malaria
b. Cara penularan malaria
c. Tanda dan gejala malaria
d. Akibat pnyakit malaria
e. Cara pencegahan malaria
2. Melakukan kegiatan evaluasi
a. Menanyakan kepada
sasaran salah satu materi
yang telah disampaikan.
b. Reinforcement positif atas
jawaban.
c. Menyimpulkan atau
Memperhatikan
Menjawab
Memperhatikan
Leaflet
141
meluruskan jawaban
3. Memberi kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya
4. Memberikan reinforcement
positif atas sasaran
5. Menjawab pertanyaan dari
sasaran
Bertanya tentang
materi yang telah
dijelaskan
Memperhatikan
3 5 menit Kegiatan Akhir
1. Melakukan evaluasi sesuai
kompetensi dasar, menanyakan
materi (kognitif), dan evaluasi
(sikap).
2. Menyimpulkan materi secara
ringkas
3. Penutup
a. Mengucapkan salam
Menjawab
Memperhatikan
Menjawab salam
Bengkulu, 20 juni 2012
Penyuluh
( Rina Febriani ) NIM : 20091048
142
MATERI
A. Apa penyakit malaria?
Penyakit malaria adalah penyakit menular, disebabkan oleh parasit dari
genus plasmodium. Terdapat empat spesies plasmodium penyebab malaria
pada manusia plasmodium falcifarum, plasmodium vivax, plasmodium
malariae dan plasmodium ovale, yang ditularkan oleh nyamuk malaria
(anopheles). Penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki
maupun perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang
dewasa.
B. Bagaimana penularan malaria?
Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria (anopheles).
Bila nyamuk anopheles menggigit orang yang sakit malaria, maka parasit
akan ikut terhisap bersama darah yang terhisap bersama darah penderita.
Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembang biak. Sesudah 7 – 14 hari
apabila nyamuk tersebut menggigit orang sehat, maka parasit akan ditularkan
kepada orang sehat tersebut. Didalam tubuh manusia parasit akan
berkembang biak, menyerang sel-sel darah merah. Dalam waktu kurang lebih
12 hari, orang tersebut akan sakit malaria.
Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti
orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak. Metode penularan lain
melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang
143
sering bertukar jarum secara tidak steril. Model penularan infeksi yang
terakhir adalah melalui transfusi darah.
C. Apa gejala malaria
1. Gejala malaria ringan
a. Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala
b. Pucat karena kurang darah
c. Kadang-kadang dimulai dengan badan terasa lemah, mual/muntah,
tidak nafsu makan
d. Gejala spesifik daerah, misalnya pada anak-anak disertai dengan
diare
2. Gejala malaria berat
a. Kejang-kejang
b. Kehilangan kesadaran (mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja,
tingkah laku berubah)
c. Kuning pada mata
d. Panas tinggi
e. Kencing warna teh tua
f. Nafas cepat
g. Muntah terus
h. Pingsan sampai koma
D. Apa akibat penyakit malaria
1. Penderita mengalami kekurangan darah (anemia) karenaa sel darah
merah hancur dirusak oleh parasit dan berakibat :
144
a. Daya tahan tubuh menurun hingga mudah terkena infeksi penyakit
lain
b. Daya kerja kurang
c. Pertumbuhan otak pada anak-anak terhambat terutama pada masa
dalam kandungan sampai usia balita
d. Anak sekolah sering tidak masuk dan sulit menangkap pelajaran
begitu juga dengan orang dewasa menjadi sering tidak masuk kerja
dan susah untuk berkonsentrasi.
2. Pada ibu hamil dapat menyebabkan :
a. Bayi lahir mati
b. Bayi lahir dengan berat badan rendah
c. Bayi anemia
d. Ibu hamil meninggal
3. Pembuluh darah otak tersumbat menyebabkan:
a. Kejang-kejang
b. Kehilangan kesadaran
c. Pingsan sampai koma
d. Menjadi hilang ingatan
e. Meninggal bila tidak segera diobati
E. Bagaiman mencegah malaria ?
1. Menghindari gigitan nyamuk :
a. Tidur memakai kelambu anti nyamuk yang tahan 2 sampai 5 tahun,
yang dapat dicuci sampai 20 kali
145
b. Pakai obat anti nyamuk
c. Pakai obat oleh anti nyamuk
d. Pasang kawat kasa di setiap ventilasi
e. Menjauhkan kandang ternak dari rumah
f. Jangan berada diluar rumah pada malam hari
g. Apabila keluar rumah sebaiknya memakai pakaian yang tertutup
(menggunakan baju lengan panjang atau memakai obat anti nyamuk
oles.
2. Pengobataan pencegahan :
Dua hari sebelum berangkat ke daeraah malaria, minum obat doksisiklin
1x1 kapsul/hari sampai dua minggu setelah keluar dari lokasi tersebut.
3. Membersihkan lingkungan
a. Membersihkan lingkungan
b. Menimbun genangan air
c. Membersihkan lumut
d. Mengalirkan air yang tergenang
4. Menebar ikan pemakan jentik
Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik :
kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.