Download - Karya Ilmiah Penelitian
-
Laporan Hasil Penelitian
PENYAJIAN GENDING MALANGAN
GROUP PADEPOKAN SENI MANGUN DARMO KABUPATEN MALANG
Oleh :
1. SABAR 2. SUWARMIN
SEKOLAH TINGGI KESENIAN WILWATIKTA ( STKW ) SURABAYA
2010
-
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN
I. JudulPenelitian
II. Peneliti : 1. Nama
NIP/NIK JenisKelamin Pangkat/Golongan Jabatan Fakultas/Jurusan Alamat Kantor
2. Nama NIP Jenis Kelamin Pangkat/Golongan Jabatan Fakultas/Jurusan Alamat Kantor
III. Lama Penelitian
IV. Biaya
: ::::::: ::::::: : :
Penyajian Gending Malangan Group Padepokan Mangun Darmo Kabupaten Malang Sabar, M.Sn. 8056009 Laki-Laki Penata Muda/III a Ketua Jurusan Karawitan Seni Karawitan STKWS Jl. Klampis Anom II Surabaya Drs. Suwarmin, M.Sn. 130368287 Laki-laki Penata/II b Dosen Seni Karawitan Seni Karawitan STKWS Jl. Klampis Anom II Surabaya 4 bulan Rp 3.000.000,-
Mengetahui : Kepala LP2M STKW Surabaya Trinil Windrowati, M.Sn. NIP 196605191993022001
Surabaya, 3 Mei 2010 Peneliti, Sabar, M.Sn. Drs. Suwarmin, M.Sn. NIP 130 368 287
-
KATA PENGANTAR
Malang merupakan bagian dari wilayah etnis Jawa Timur yang memiliki
bentuk serta karakter tersendiri dalam seni dan budayanya. Secara umum cirri-ciri
ini disebut dengan istilah etnis Malangan artinya berbagai bentuk seni budaya
yang menggambarkan gaya atau cengkok Malangan. Istilah ini muncul karena
keakraban para pendukungnya dan rasa konsistensi dari pelaku seni budaya
daerah Malang.
Satu hal yang perlu diperhatikan dan dikaji adalah seni karawitan yaitu
gaya Malang yang cukup berkembang dan memiliki nilai lokal jenius yang tinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut penulis yang sekaligus aktivis dari seniman yang
berada dalam lingkungan akademisi (STKW Surabaya) merasa memiliki tanggung
jawab dan panggilan nurani untuk melakukan pendokumentasian karawitan Gaya
Malangan khususnya pada penyajian Karawitan Malangan yang dilakukan oleh
Grup Padepokan Mangun Darmo yang berada di wilayah kabupaten Malang.
Semoga hasil penulisan ini dapat bermanfaat atau sebagai bahan apresiasi
tersendiri bagi para pecinta seni tradisi khususnya seniman karawitan ataupun
kepada seluruh pembaca.
Penulis
-
DAFTAR ISI
A. Budaya Malangan. .
B. Kesenian Malang
Topeng Malangan Wayang Kulit Malangan Tandak atau Tayub.. Ludruk
C. Karawitan Malangan
Menuju sebuah pemahaman Karawitan dalam konteks sosial masyarakatnya.. Instrumentarium. Sistem laras dan patet... Garap gending
D. Lampiran
Notasi gending gending gaya Malangan
1
3
6
7
9
12
13
15
17
22
33
-
ABSTRAK
Karawitan Malangan merupakan salah satu materi mata kuliah praktek dalam kurikulum pada jurusan Karawitan STK Wilwatikta Surabaya. Hal tersebut dikarenakan budaya karawitan gaya Malang merupakan bagian atau sub kultur dari berbagai budaya etnik yang berada di Jawa Timur. Dalam rangka pengembangan materi karawitan Malang yang sudah ada, perlu adanya penelitian yang mendalam tentang keberadaan dan perkembangannya. Penelitian karawitan Malangan ini mengambil obyek di Padepokan Seni Mangunan Darmo yang beralamat di Desa Tulus Besar Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Padepokan Seni Mangun Darmo adalah salah satu padepokan seni yang menjadi tempat kegiatan seni Malang meliputiTopeng Malang, Wayang Purwa Malangan, Macapat, Jaranan, Tari dan Karawitan.
Penelitian ini dengan sasaran penyajian gending Malangan yang dilakukan oleh group padepokan Seni Mangun Darmo. Dalam penyajian gending akan didapatkan pula informasisertaberbagai data tentang karawitan gaya Malangan meliputi : system laras, system patet, perangkat, instrumentariumnya, garap ricikan, beberapa klasifikasi bentuk gending serta berbagai fungsi karawitan dengan pertunjukan yang lain. Dari data yang didapatkan dalam penelitian di lapangan, dalam karawitan Malangan terdapat satu system berbagai unsure karawitan yang mempunyai ciri-ciri yang spesifik. Salah satu unsur yang spesifik yang mudah dikenal dalam karawitan Malangan adalah system laras yang digunakan adalah laras pelog. Hal tersebut terdapat dalam karawitan iringan berbagai seni pertunjukkan yang tumbuh dan berkembang sebagai budaya masyarakat Malangan.
Selain informasi data yang bersifat tekstual dalam bentuk teknik seperti tersebut di atas juga berbagai informasi yang bersifat kontekstual yaitu hubungan timbal balik antara karawitan, seniman, serta hubungan sosial masyrakatnya. Berbagai informasi serta data yang didapat dalam penelitin penyajian gending Malangan oleh Group Padepokan Mangun Darmo ini sangat berguna dalam pengembangan kurikulum di jurusan Karawitan STK Wilwatikta Surabaya khusunya, serta masyarakat pemerhati seni budaya karawitan pada umumnya.
-
KARAWITAN MALANGAN
A. Budaya Malangan
Yang dimaksud dengan Budaya Malangan disini lebih mengarah pada seni
budaya yang dimiliki sebagai warisan dari generasi sebelumnya, hidup dan
berkembang pada masyarakat Malang. Dengan kata lain bisa disebut juga seni budaya
tradisi Malangan. Istilah seni, seni budaya, dan budaya sering dipakai dalam
pengertian yang sama yaitu kesenian atau seni pertunjukkan. Jadi budaya Malangan
secara lebih spesifik yaitu kesenian atau seni pertunjukkan tradisi masyarakat Malang
sebagai citra seni budaya masyarakat Malang.
Melihat dan memahami wilayah Malang dari segi wilayah politis berbeda
dengan wilayah budaya. Malang sebgai wilayah politik merupakan semua wilayah
Kabupaten dan Kota Malang dengan batas batas sebelah Utara Kabupaten Pasuruan,
Timur Kabupaten Lumajang, Selatan Samudra Indonesia dan Barat Kabupaten Kediri.
Malang sebagai wilayah budaya bersifat hiterogin majemuk dan beragam. Hal tersebut
karena penduduk Malang yang majemuk dan beragam secara etnik maupun adanya
pengaruh budaya dari luar. Pemahaman ini penting dan perlu mendapat perhatian
untuk menghindari adanya pengertian bahwa semua kesenian yang hidup dan
berkembang di wilayah Malang merupakan kesenian Malangan.
Secara budaya wilayah Malang (Kabupaten Malang) secara sederhana dibagi
menjadi 3 wilayah yaitu Malang Selatan (Malang Kidul), Malang Utara (Malang Lor),
dan Malang bagian Barat (Malang Kulon). Malang Selatan dan Malang Utara dibatasi
oleh sungai Lesti sehingga masyarakat setempat lebih akrab dengan sebutan wong dul
1
-
kali dan wong lor kali. Sedangkan Malang Barat meliputi wilayah Barat sungai
Brantas. Malang bagian Selatan penduduknya mayoritas berasal dari Yogyakarta,
sehingga budayanya mencerminkan budaya asalnya. Tata cara kehidupan sehari-hari,
kesenian yang dikembangkan maupun tutur bahasanya bergaya Yogyakarta atau
Mataraman. Wilayah Malang bagian barat yang berbatasan dengan Kabupaten Blitar
dan Kabupaten Kediri budayanya terpengaruh budaya Jawa Tengahan.
Masyarakat Malang asli atau dengan sebutan bahasa prokemnya arema
(kependekan dari kata Arek Malang) atau kera ngalam (mendiami wilayah sebelah
utara sungai lesti atau dul kali). Masyarakat ini yang juga disebut wong Malang cekek,
dengan mudah dikenali melalui logat tutur bahasanya yang khas. Penggunaan istilah
arek untuk menyebut anak laki laki, merupakan ikon yang mudh dikenali bgi
masyarakat suroboyo, mojokerto dan malang (yang disebut denagn salah kaprah
budaya Jawa Timuran). Wilayah segitiga Jawatimuran ini pernah diungkapkan juga
oleh R. Anderson Suton (1991), Sal Murgianto dan Munardi (1979). Wilayah
masyarakat Malangan tersebut meliputi Kecamatan Tumpang, Pakisaji, Kepanjen,
Gunung Kawi, Sumber Pucung, dan sekitarnya (suryanto 2002)
B. Kesenian Malangan
Berbagai bentuk kesenian yang hidup dan berkembang sebagai warisan leluhur
dan menjadi ekspresi budaya masyarakat Malangan. Kesenian yang menonjol
meliputi: Wayang Topeng, Wayang Kulit Purwa Malangan, Ludruk, Tandak atau
Tayub, Macapat Malangan, Karawitan, dan berbagai kesenian lain yang melekat dan
menjadi bagian dari berbagai upacara adat dan ritual masyarakat. Jenis kesenian
2
-
tersebut terdapat hampir di semua wilayah di Jawa namun yang terdapat di wilayah
Malang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sebagai gaya Malangan.
1. Topeng Malang
Istilah topeng bisa bermakna pertunjukkan topeng seperti dalam kalimat
Pak nanggap mantra nanggap topeng atau Pak Mantri duwe gawe Topengan.
Bisa juga berarti bendnya seperti dalam kalimat Mbah Karimun ahli gawe Topeng.
Beberapa sebutan untuk pertunjukan topeng ini seperti Wayang Topeng karena
wayangnya memakai Topeng. Topeng Dalang karena pertunjukkannya pimpinan dan
dialognya dilakukan oleh seorang Dalang. Sebutan Topeng Malangan sudah akrab
bagi masyarakat seni. Hal tersebut karena pertunjukan Topeng Malangan berbeda
dengan pertunjukan Topeng yang sekarang masih aktif seperti Topeng Dalang
di Madura.
Topeng Malangan merupakan sebuah seni pertunjukan tradisi multi media
sangat menarik untuk dikaji. Secara tekstual, pertunjukan wayang orang yang
memakai topeng, dialognya dilakukan oleh seorang dalang kecuali tokoh abdi atau
ponokawan (Demang Mones, Sonto dan Jarodheh) yang bisa dialog langsung dan
memakai topeng tanpa dagu. Pemanggungannya sangat luwes menyesuaikan keadaan
setempat. Bisa di dalam rumah, pendapa, halaman, tanah lapang dengan menggunakan
panggung (stage) semua bisa. Repertoar lakon atau cerita yang dipergelarkan sekitar
siklus panji ini berbeda dengan topeng dalang Madura yang menggunakan cerita
Mahabarata dan Ramayana.
3
-
Dalam pertunjukan topeng Malangan kaya akan ragam gerak tari dan
mempunyai tata koreografi yang khas. Tokoh gagah, gecul, putra alus, putri alus,
pernes. Masing-masing mempunyai kekayaan ragamnya sendiri. Keragaman tata
busana masing masing tokoh, jenis, bentuk serta akselerasi warna menjadi kekayaan
seni pertunjukan topeng Malangan. Karawitan tata iringan pertunjukan mempunyai
khasana tersendiri yang meliputi, gamelan laras pelog, repertoar serta klasifikasi
gending yang beragam, vokal dalang khas gaya Malangan.
Beberapa paguyuban topeng Malangan pada sekitar tahun 70an banyak tersebar
di wilayah masyarakat Malangan tersebut di atas. Namun sekarang tinggal beberapa
yang masih aktif seperti Padepokan Mangun Darmo di Kecamatan Tumpang pimpinan
Ki Sholeh Adipramono yang didukung beberapa tokoh di sekitarnya seperti di Desa
Jabung dan Glagah Dowo yang dulu terdapat banyak ahli pembuat dan pemain
Topeng. Paguyuban Topeng Asmorobngun di Desa Kedung Monggo kecamatan
Pakisaji pimpinan Ki Karimun sekarang masih aktif sebagai dalang, pelatih tari topeng
dan pemahat topeng. Beliau merupakan nara sumber sepuh yang mumpuni yang
sekarang masih aktif mengukir topeng.
Untuk kajian secara kontekstual yaitu tentang saling hubungan topeng
Malangan aspek sejarah, bagaimana latar belakang kesejarahan adalah keterkaitan
dengan kerajaan yang pernah berdiri di Singosari Malang atau yang lain. Dari segi
sosial, pertunjukan topeng serasa masih terkait dengan adat-istiadat masyarakat,
misalnya dengan hajatan keluarga, nadir, bersih desa, dan lain-lain. Hubungan
pertunjukan topeng dengan sistem kepercayaan masyarakat terasa sangat kental. Hal
4
-
ini tersebut terdapat pada syair vokal dalang yang berisi semacam mantra, berbeda
dengan vokal pedalangan wayang purwa Jawa Tengahan.
Beberapa tokoh wayang topeng maupun dalang topeng menjadi tokoh spiritual
(wong tuwo) di lingkungannya. Banyak tamu yang berkunjung kepada Ki Karimun
seorang dalang topeng, penari topeng, guru tari topeng, pemahat topeng untuk
berbagai keperluan, salah satunya adalah yang terkait dengan spiritual. Ada
kepercayaan dalam masyarakat topeng, untuk bisa menari topeng dengan baik selain
menguasai teknik tari, perlu mendalami spiritual tertentu.
Hubungan dengan aspek ekonomi di mana para pemain yang melakukan
pertunjukan untuk mengisi waktu longgar tanpa memikirkan bayaran, namun sekarang
pemain lebih professional dengan imbalan tertentu, mungkinkah menjadi sumber
kehidupan, ini menjadi pertanyaan umum bagi seniman pertunjukan. Pemahat topeng
senior satu satunya yang sekarang masih aktif adalah Ki Karimun di desa Kedung
Monggo Pakisaji. Beberapa anak buah serta murid topeng belajar memahat topeng.
Berbagai tamu datang dari berbagai negara ke Kedung Monggo untuk mencari topeng
khas Malang, utamanya karya Ki Karimun dengan harga relatif tinggi. Orang membeli
topeng selain untuk kebutuhan tari juga untuk koleksi benda benda seni. Pemahat
pemula diarahkan membuat topeng-topeng mini untuk souvenir yang lebih bersifat
ekonomis.
Demikian juga tentang jawaban mengapa sekarang beberapa paguyuban
Topeng di berbagai tempat di malang sudah tidak aktif bahkan cenderung
ke kepunahan, apakah sudah tidak konstek dengan perkembangan masyarakat Malang
5
-
sekarang. Untuk kajian ini tentu memerlukan keterlibatan berbagai pihak dengan
pendekatan multi disiplin. Saat ini masih dipercaya adanya cerita yang berkembang
di sekitar desa Kedungmonggo Pakisaji, bila saat upacara adat bersih desa tidak
mengadakan pagelaran topeng, akan ada anak gadis kesurupan dan menari-nari minta
diadakan pagelaran topeng.
2. Wayang Kulit Malangan
Wayang kulit atau wayang purwa gaya Malangan mempunyai gagrag tersendiri
dibandingkan dengan wayang kulit purwa yang hidup dan berkembang di daerah lain
di Indonesia. Meskipun ceritanya atau lakon yang dipergelarkan menggunakan cerita
Mahabarata dan Ramayana namun pertunjukan wayang kulit purwa gagrag Malangan
dapat dikatakan banyak dipengaruhi oleh pertunjukan wayang topeng. Hal tersebut
terdapat antara lain pada iringannya ada kecendrungan menggunakan gamelan laras
pelog. Gending-gending yang digunakan juga gending-gending yang terdapat pada
pertunjukan wayang topeng. Pengendang pertunjukan wayang Topeng dengan mudah
mengikuti pertunjukan wayang kulit Malangan karena selain gending-gendingnya
gending wayang Topeng, ragam gerak tarian wayangnya juga sama dengan gerak tari
pada pertunjukan Topeng. Wilayah pengembangan wayang kulit Malangan meliputi
wilayah Kecamatan Tumpang, Pakisaji, Kepanjen, Sumber Pucung, hingga sekitar
Gunung Kawi. Dalang-dalang wayang kulit Malangan banyak berasal dari daerah-
daerah tersebut. Dalang wayang kulit Malangan tidak sendirinya bisa mendalang gaya
lain seperti gagrag Surakarta meskipun ceritanya sama. Vokal pendalangan serta gerak
tari atau sabet wayang kulit Malangan lebih dekat pada pertunjukan Topeng.
6
-
Bagaimana dua seni pertunjukan ini terdapat kesamaan, dan masih sederet pertanyaan
yang memerlukan jawaban dari berbagai kegiatan penelitian. Sebagai informasi awal,
buku tentang wayang kulit Malangan yaitu buku berjudul Wayang Malangan yang
ditulis oleh Suyanto, S.Kar., MA. yang dikeluarkan oleh penerbit Citra Etnika
Surakarta tahun 2002. Buku kedua merupakan Naskah Pekeliran Wayang Kulit
Gagrag Malangan dengan lakon Sesaji Rajasoya yang ditulis oleh Ki Soleh Adi
Pramono dikeluarkan oleh penerbit UM Press Malang bekerja sama dengan Padepokan
Seni Mangun Dharma Kemulan-Tumpang-Malang tahun 2004.
3. Tandak atau Tayub
Kesenian Tanduk atau Tayub hidup subur pada masyarakat Malang utamanya
daerah pedesaan. Kaset maupun VCD rekaman Tandakan banyak dijumpai pada
penjual kaset dan VCD di pinggir-pinggir jalan di kota Kabupaten hingga kota
Kecamatan. Terutama rekaman produksi Joyoboyo Record Malang yang banyak
memproduksi rekaman seni tradisi. Orang yang punya hajatan lebih banyak nanggap
Tandakan dibanding dengan wayang kulit maupun Topeng. Pertunjukan Tandakan
lebih merupakan tarian pergaulan yang bersifat komunal karena melibatkan penonton
sebagai pelaku. Istilah tandak merupakan sebutan bagi penari putri yang dalam
pertunjukan dihadapkan dengan penari putra sebagai pengibing. Ragam gerak tarian
putri tandaknya cenderung bersifat improfisasi, namun seorang tandak pasti menguasai
dasar-dasar gerak tari tertentu seperti tari Ngremo atau Gambyong. Tarian putra
pengibing secara sederhana terdapat pola-pola gerak sesuai dengan suasana gending.
Dalam satu kali pertunjukan sering kali mendatangkan 2 hingga 4 tandak, bahkan
7
-
kadang-kadang bagi orang yang mampu bisa lebih. Untuk mengawali pertunjukan
tandakan, biasanya semua tandak menyajikan tarian Ngremo secara bersama-sama
sebagai pembukaan pertunjukan. Sajian Ngremo sendiri sekarang sudah mengalami
perkembangan menjadi Ngremo Tembel. Istilah tembel berasal dari bahasa Jawa yang
berarti menutup dengan kain yang dijait pada pakain yang sobek. Pelaksanaannya
di mana tamu bisa memberi tip uang tertentu dengan mengajukan permintaan gending-
gending atau lagu yang disenangi.
Kadang kala pemberian tip atau uang tembelan dilakukan secara demonstratif,
yaitu dijepit dengan temiti dan ditaruh pada tempat yang mudah dilihat orang misalnya
di dada. Kalau orang yang minta lagu banyak, ini bisa berlangsung hingga beberapa
jam. Inilah salah satu yang membedakan tandakan gaya Malangan dengan tandakan
di daerah lain, yang menggunakan tari Gambyong sebgai pembukaan tandang atau
tayuban. Seorang tanduk biasanya memiliki pakaian untuk Ngremo sendiri dengan
kualitas bagus dan aksesoris yang bagus pula yang sesuai dengan seleranya.
Tarian Ngremo sudah menjadi tarian identitas Surabaya dan sekitarnya
(Malang, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto). Selain untuk tarian pembukaan Tandakan juga
untuk pembukaan pertunjukan Wayang Purwa Malangan, Mojokerto, Suroboyo, dan
sekitarnya, dan Ludruk. Seorang tandak biasanya juga bisa ngidhung dan sinden
utamanya untuk gending-gending dan lagu-lagu yang sering digunakan dalam
tandakan. Beberapa tokoh tandak Malangan yang senior merupakan narasumber yang
baik. Nama Sri Utami merupakan salah satu senior penari Ngremo yang mempunyai
gaya yang khas. Ngremo gaya Sri Utami ini yang mempengaruhi gaya penari Ngremo
dilingkungannya, sehingga dapat dikatakan sebagai representatif tari Ngremo gaya
8
-
Malangan. Tentang gending-gending tandakan dapat dikatakan merupakan genre
tersendiri karena mempunyai struktur garap tersendiri disesuaikan menurut kebutuhan
penari dan karakter gendingnya. Gending Tayub lebih variatif, karena sangat mudah
untuk mengadopsi lagu-lagu apa saja dan dari mana saja disajikan atau digarap dalam
pertunjukan tandakan. Dari lagu pop, ndangdut, hingga lagu-lagu daerah bisa
diadaptasi dalam pertunjukan Tayub. Gamelan yang digunakan kalau dulu cukup
dengan gamelan slendro, namun sekarang kalau tidak menggunakan gamelan Slendro
dan Pelog dianggap kurang lengkap. Bahkan akhir-akhir ini ditambah lagi dengan
drum, simbal, dan key board. Demikian juga gending-gending tayub atau tandakan
gaya Malangan mempunyai khasanah tersendiri di banding dengan gending-gending
untuk seni pertunjukan yang lain. Masyarakat pecinta tayub secara arisan, di mana
mereka saling bertemu untuk menikmati langen tayub.
4. Ludruk
Seni pertunjukan Ludruk merupakan salah satu seni pertunjukan yang dimiliki
oleh masyarakat budaya daerah segi tiga Jawa Timuran, Surabaya- Mojokerto-
Malang. Pertunjukan Ludruk sangat akrab dan paling disenangi masyarakat Jawa
Timuran, karena bahasa yang digunakan dialek Jawa Timuran. Cerita-cerita atau lakon
yang dipentaskan adalah legenda dan atau mitos yang berkembang dalam masyarakat
meliputi cerita kepahlawanan, percintaan, hingga cerita yang berbau sejarah. Cerita
kepahlawanan yang populer yaitu Sakerah, Branjang Kawat, dan cerita tentang
pendekar dari perguruan yang dikaitkan dengan daerah setempat. Cerita tentang
percintaan yang populer yaitu Sampai Ing Tai yang diadopsi dari cerita Cina. Cerita
9
-
yang berbau sejarah misalnya terjadinya kota Banyuwangi.
Ciri khas lain dalam pertunjukan Ludruk adalah adanya travesit, yaitu tokoh
perempuan yang dimainkan laki-laki. Cara berbusana, merias diri, gerak-gerik,
lenggak-lenggok dalam menari, keluwesannya sulit dibedakan dengan perempuan
sungguhan. Kalau menyayikan lagu, warna suaranya juga seperti wanita. Secara
ekstrim dapat dikatakan bahwa travesit identik dengan Ludruk. Kehidupan travesit
dalam dunia Ludruk membangun komunitas sekaligus budayanya sendiri yang khas.
Pertunjukan Ludruk yang tokoh wanitanya dilakukan oleh wanita sesungguhnya
adalah Ludruk RRI Surabaya dan group-group lawak. Apakah sekedar sebagai daya
tarik penonton atau ada sesuatu yang lain. Bagaimanapun hal ini merupakan suatu
kasus yang menarik untuk dikaji. Pertunjukan Ludruk selain ditanggap orang hajatan,
juga dilaksanakan secara pertunjukan keliling dari kota yang satu ke kota yang lain
oleh group Ludruk tertentu. Tempat pergelaran yang disebut tobong yang bisa
dipindah setiap saat.Iringan Ludruk menggunakan gamelan Slendro saja. Dalam
perkembangannya ditambah pula dengan instrument musik barat seperti simbal dan
bass-drum. Gending yang populer adalah Jula-juli atau Surabayan atau Pangkur
Surabaya. Disebut Pangkur Surabaya karena sepopuler gending Pangkur Jawa
Tengahan. Vokal Ludruk yang terkenal adalah kidhungan, untuk kidhungan ini
Malangan mempunyai gaya lagu yang berbeda dari daerah lain.
Pertunjukan Ludruk sudah lama dikenal, hidup dan berkembang dalam
masyarakat Malang. Di desa Pagelaran Malang Selatan pada tahun 1948 telah berdiri
sebuah group Ludruk yang terkenal yaitu Ludruk Tresna Warga yang dipimpin Pak
Yasimo, yang dibintangi oleh sri panggung Markasan dari desa Sawahan, Gondang
10
-
Legi. Mulai sekitar tahun 1970-an bermunculan organisasi Ludruk di wilayah
Kabupaten Malang. Hampir setiap wilayah Kecamatan mempunyai organisasi Ludruk
baik yang masih amatir maupun yang sudah terkenal. Namun sebaliknya mulai tahun
1980-an makin menurun samapi sekarang sudah semakin langka dan tinggal beberapa
group yang masih bertahan (lihat Supriyanto:1992)
Meskipun masyarakat Malang merasa memiliki pertunjukan Ludruk yang
dianggap sesuai dengan budayanya, yang terwakili dalam bahasanya, namun untuk
menyebut Ludruk gaya Malangan masih perlu penelitian yang cermat dan mendalam.
Hal tersebut karena penyebaran Ludruk meliputi wilayah segi-tiga budaya Jawa
Timuran, Surabaya, Mojokerto (hingga Jombang), dan Malang. Wacana yang
berkembang sampai sekarang menyebutkan perkembangan Ludruk berasal dari
pertunjukan Besutan, Lerok, dari Jombang. Di beberapa masyarakat wilayah Malang
menyebut pertunjukan Ludruk dengan istilah Lerok. Pertunjukan Ludruk selaulu
diawali dengan penampilan tari Ngremo, dan tarian juga untuk mengawali pertunjukan
lain seperti wayang kulit dan tandakan. Sedangkan tari Ngremo masing-masing daerah
mengalami perkembangan sendiri-sendiri. Di Jombang gaya Bolet, Surabaya gaya
Munali Fatah, dan Malang Sri Utami. Ini merupakan fenomena yang menarik untuk
dikaji, bagaimana interelasi masing-masing yaitu antara perkembangan gaya tari
Mgremo dengan seni pertunjukan di Jawa Timur.
11
-
C. Karawitan Malangan
1. Menuju Sebuah Pemahaman
Istilah Karawitan sudah menjadi kosa kata Indonesia berasal dari bahasa
Jawa ka-rawit-an secara umum berarti suatu karya manusia yang mempunyai nilai
kehalusan (kesenian). Istilah Karawitan mulai dikenal sekitar tahun 1928 pada
Pasinaon Karawitan di Musium Radyapustaka Surakarta. Pada tahun 1950
di Surakarta didirikan Konservatori Karawitan Indonesia sebuah sekolah yang
mempelajari seni tradisi meliputi seni tari, seni pedalangan, dan karawitan (gamelan
dan tetembangan). Selanjutnya diganti menjadi Sekolah Menengah Karawitan
Indonesia. Di beberapa kota besar (Surakarta, Yogyakarta, Denpasar, Bandung, Ujung
Pandang, dan Padang Panjang) juga mendirikan sekolah seni tradisi dengan
menggunakan nama yang sama Karawitan. Demikian juga untuk pendidikan tinggi
ASKI (Akademi Seni Karawitan Indonesia) di Surakarta tahun 1960, yang sekarang
menjadi STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia).
Secara lebih khusus istilah Karawitan berarti musik tradisi Indonesia utamanya
yang menggunakan peralatan gamelan dan atau vokal yang mempunyai sistem tangga
nada Slendro dan Pelog. Karena istilah Karawitan berasal dari bahasa Jawa dan alat
gamelan juga banyak terdapat di Jawa dan Bali sehingga istilah karawitan lebih
populer di Jawa dan Bali. Beberapa alat musik di luar Jawa dan Bali mempunyai nama
menurut daerahnya masing-masing seperti Gondang Sembilan musik Batak,
Talempong musik melayu, Sasando musik Timor, Tifa musik Irian dan masih banyak
lagi. Istilah Karawitan sudah menjadi bagian dari wacana musik dunia. Hal tersebut
karena pertama, karawitan sebagai music tradisi Indonesia hidup dan berkembang
12
-
di dalam kraton dan diluar kraton sudah relatif banyak dikaji oleh peneliti-peneliti
manca Negara khususnya Amerika, Jerman, Perancis, dan Belanda. Kedua, karawitan
(music karawitan) sudah banyak diajarkan diberbagai universitas di Amerika sebagai
mata kuliah dalam kajian musik dunia. Dengan demikian Karawitan Malangan di
sini diartikan sebagai musik tradisi yang berbentuk baik vokal maupun instrumental
yang hidup dan berkembang sebagai warisan secara turun temurun dari generasi ke
generasi masyarakat Malang. Pendapat Soleh Pramono Adi seorang tokoh seni trdisi
di Tumpang, yang pernah dikutip Suton (1991) menyebutnya dengan Karawitan Jawa
Timuran gaya Malangan. Secara umum terdapat garis besar kesamaan gaya Jawa
Timuran, namun terdapat ciri-ciri khusus sebagai gaya Malangan. Ciri-ciri tersebut
meliputi gaya musikal, instrumentasi dan orkestrasi, istilah-istilah, fungsi, dan
sebagainya. Berbagai jenis musik vokal juga bagian dari karawitan, seperti macapat
gaya Malangan, vokal dalang topeng, sinden, kidungan, yang mempunyai ciri-ciri
yang khas Malangan. Tokoh-tokoh karawitan Malangan sekarang semakin
langka, sedang generasi muda sebagai generasi penerus juga semakin jauh. Hal
tersebut kalau tidak ada langkah-langkah yang konkrit dari berbagai kalangan yang
terkait, niscaya Karawitan Malangan yang kaya akan nilai tradisi ini akan mengalami
kepunahan. Di sisi lain seni Karawitan Malang sebagai budaya bangsa mempunyai hak
hidup berkembang berdampingan dengan aspek budaya yang lain.
2. Karawitan Dalam Konteks Sosial Masyarakatnya.
Keberadaan Karawitan bisa berdiri sendiri dan bisa terkait dengan seni
pertunjukan yang lain. Karawitan berdiri sendiri sebagai seni pertunjukan dapat
13
-
dinikmati sendiri, untuk kebutuhan ini lebih banyak digantikan dengan kaset rekaman
yang mudah dan murah. Pertunjukan Karawitan mandiri dapat digunakan sebagai
sarana ritual seperti dalam perhalatan atau orang punya hajatan. Kehadiran karawitan
dalam sebuah perhelatan bagi masyarakat yang masih mempertahankan tradisi akan
memberi suasana yang sakral, tentram, damai, akrab, meriah dan sebagainya.
Gending-gending yang disajikan juga mempunyai makna yang beragam, seperti rasa
syukur, doa keselamatan, permohonan rejeki, bersuka ria dan sebagainya. Di
beberapa daerah hampir setiap menyelenggarakan pertunjukan selalu diawali dengan
menyajikan gending pendayangan yang berarti sebuah doa juga merupakan
penghormatan kepada leluhur atau cikal-bakal.
Dalam perkembangan akhir-akhir ini, untuk gending-gending klenengan
masyarakat lebih dipengaruhi oleh gending-gending Jawa Tengahan. Gamelan yang
dipergunakan lebih disukai Slendro-Pelog. Untuk gending-gending hiburan yang
bersifat riang banyak terpengaruh gending-gending baru campursari dan dangdut yang
sekarang sudah merakyat. Di beberapa daerah di Malang Karawitan juga digunakan
untuk prosesi atau arak-arakan manten atau manten sunat untuk memberi suasana
sakral sekaligus meriah. Untuk keperluan ini tentu menggunakan perangkat yang
sesuai dengan kebutuhan sederhana dan praktis.
Karawitan dalam fungsi iringan suatu pertunjukan di Malang, di atas sudah
disinggung terutama untuk Tandakan atau Tayub, Ludruk, Wayang Kulit Purwa, dan
Wayang Topeng. Gamelan yang digunakan untuk Tandakan cenderung Slendro-Pelog,
Ludruk gamelan Slendro, Wayang Kulit cenderung gamelan Pelog kadang-kadang
ditambah Slendro, sedangkan Wayang Topeng menggunakan gamelan Pelog.
14
-
Penggunaan serta garap gending disesuaikan dengan kebutuhan alur cerita serta
berubah karena mengandung kebenaran.
3. Instrumentarium
Perangkat alat karawitan yang secara umum disebut gamelan memiliki
instrumentasi (ricikan) hampir sama di Jawa. Penggolongan gamelan ada dua cara
yaitu menurut bahannya dan menurut system nadanya. Penggolongan menurut
bahannya ada tiga pokok gamelan yaitu gamelan perunggu, gamelan kuningan, dan
gamelan besi (tosan). Gamelan perunggu terbuat dari campuran tembaga dan timah
dengan perbandingan 10:3 dengan proses pengerjaan yang lebih rumit, sehingga harga
pun lebih mahal dari yang lain. Gamelan kuno banyak dari bahan ini. Gamelan dari
bahan kuningan dan besi proses pembuatannya lebih sederhana, harganya lebih murah.
Penggolongan ricikan gamelan biasanya dilakukan berdasarkan bentuk,
karakter, fungsi dan cara membunyikan ricikan. Menurut bentuknya terdiri dari ricikan
bentuk pencon (ricikan pencong) meliputi Bonang, Kethuk-Kempyang, Kenong dan
Kempul-Gong dan ricikan yang berbentuk bilah (wilahan) meliputi jenis Saron,
Slentern, dan Gender. Ricikan menurut karakternya ada ricikan ngarep (Rebab,
Kendang, dan Gender) mempunyai teknik garap yang rumit dan sulit perlu orang yang
mempunyai kemampuan tinggi. Ricikan yang lain digolongkan ricikan mburi secara
teknik lebih mudah.
Menurut fungsi musikalnya ricikan gamelan ada dua yaitu yang berperan
memainkan irama (kendang dan Kethuk-Kempyang) dan yang lain memainkan lagu.
Penggolongan menurut cara membunyikan dipukul (tabuh), digesek, dipetik, dan
15
-
ditiup. Berbagai penggolongan tersebut masyarakat jarang yang memperhatikan,
kebanyakan hanya mengenal nama-nama ricikan saja. Di wilayah Malang, dalam
berbagai keperluan karawitan baik untuk wayang topeng, wayang purwa, ludruk,
maupun tandakan sangat jarang menggunakan ricikan ngarep rebab dan gender.
Mengapa demikian, perlu kajian lebih lanjut.
Penggunaan ricikan tersebut menurut kebutuhan dalam bentuk perangkat-
perangkat atau orkestrasi tertentu. Misalnya perangkat untuk klenengan, iringan
ludruk, topeng, tandakan, wayang kulit masing-masing berbeda. Namun secara garis
besar perangkat gamelan gaya Malangan cenderung menggunakan gamelan laras
Pelog.
Nama instrument atau ricikan
NO Nama Ricikan Bentuk Fungsi Cara
Membunyikan
1 Rebab Kawat Pamurba Yatmaka gesek
2 Gender Barung Wilah Pamurba Lagu Tabuh
3 Genger Penerus Wilah Penerusan/Lagu Tabuh
4 Kendang Ageng Tebokan Pamurba Irama Tabuh
5 Kendang Ciblon Tebokan Pamurba Irama Tabuh
6 Ketipung Tebokan Pamurba Irama Tabuh
7 Kendang Gedungan
Tebokan Pamurba Irama Tabuh *)
8 Bonang Babok Pencon Pamangku Lagu Tabuh *)
9 Bonang Penerus Pencon Penerusan Tabuh *)
10 Slentem Wilah Balungan Lagu Tabuh *)
11 Saron Demung Wilah Balungan Lagu Tabuh *)
12 Saron Barung Wilah Balungan Lagu Tabuh *)
13 Saron Penerus Wilah Penerusan Tabuh *)
14 Ponggang Pencon Seleh Lagu Tabuh *)
15 Kenong Pencon Seleh Lagu Tabuh *)
16 Kethuk Kempyang Pencon Pemangku Irama Tabuh *)
16
-
17 Gambang Wilah Isen isen Lagu Tabuh *)
18 Siter Kawat Isen isen Lagu Petik
19 Suling Bambu Isen isen Lagu Tiup
20 Kempul Gong Pencon Seleh Lagu Tabuh *)
Dalam ricikan tersebut merupakan perangkat lengkap yang biasa disebut
gamelan ageng. Tidak banyak yang memiliki perangkat lengkap seperti ini,
kemungkinan hanya di RRI Surabaya. Perangkat yang terdapat dalam masyarakat
Jawa Timur dan Malang pada umumnya merupakan ricikan yang diberi tanda*
di atas.
4. Sistem laras dan patet
Laras yang dominan digunakan pada karawitan Malangan baik gamelan
maupun vokal adalah laras Pelog. Asumsi tersebut mengacu pada iringan pertunjukan
topeng dan wayang kulit purwa gaya Malangan sebagai seni pertunjukan khas
Malangan. Sedangkan iringan pertunjukan ludruk yang menggunakan laras slendro
dan tayub atau tandakan juga sering menggunakan laras slendro.
Pada karawitan Malangan, nama-nama nada mempunyai istilah sendiri yang
berbeda dengan yang berlaku di Jawa Tengah. Dalam penulisan gending menggunakan
notasi atau tanda serta cara membacanya seperti yang digunakan dalam pembelajaran
di sekolah yaitu sistem notasi kepatihan, yang menggunakan tanda angka seperti di
bawah ini.
17
-
Nama Tanda Nada dan Cara Membacanya
NO Tanda Baca Nama Malangan Nama Jawa Tengah
1 1 Ji Gede/Sorog Penunggul
2 2 Ro Tenggok Gulu
3 3 Lu Nyura Dada
4 4 Pat Pelog Pelog
5 5 Mo Limo Limo
6 6 Nem Barang Nem
7 7 Pi Pethit Barang
Urutan nama nada yang berbeda dengan yang ada di Jawa Tengah: Gede/Sorog,
Tenggok, Nyura, Pelog, Limo, Barang dan Petit sangat mungkin mempunyai makna
tertentu secara kontekstual dengan budaya masyarakat Malangan. Istilah-istilah nama
nada tersebut sekarang sudah jarang dikenal oleh masyarakat Malang, karena ada
kecenderungan lebih melihat ke Jawatengahan.
Susunan Nada pada Saron
1 2 3 4 5 6 7
Terdapat unsur-unsur sebagai indikator adanya system patet pada karawitan
gaya Malangan ini meskipun istilah patet jarang dikenal secara umum. Istilah yang
menunjukkan adanya suatu system pathet yaitu: Wolu Ageng, Wolu Alit ( Wolu
Miring), Sanga, Sanga Miring atau Serang. Kasdu (Alm) seorang tokoh pengrawit dari
desa Kedung Monggo Pakisaji pernah mengatakan bahwa dulu susunan nada Bonang
berbeda dengan sekarang. Susunan yang sekarang ini sudah mengikuti susunan
Jawatengahan.
18
-
Susunan nada pada Bonang berubah-ubah menurut pathet gending yang akan
disajikan. Dengan kata lain setiap pathet mempunyai susunan nada yang berbeda. Hal
tersebut sangat terasa pada pertunjuksn Wayang topeng maupun Wayang Purwa.
Untuk menjaga agar suara dalang selalu tepat sesuai dengan pathetnya selalu
diperdengarkan ada-ada oleh Saron Demung atau glendengan oleh rincian Bonang
tiap-tiap pathet berbeda.
Susunan nada Bonang baik Bonang Babok maupun Bonang Penerus pada
karawitan Malangan masa dulu sebagai berikut:
a. Pathet Wolu Gede/Ageng:
7 5 4 2 1 6 3
7 1 2 6 4 5 3
b. Pathet Wolu Alit/Miring:
4 6 5 3 2 7 1
1 2 3 7 5 6 4
c. Pathet Sanga:
4 6 5 3 2 1 7
7 2 3 1 5 6 4
d. Pathet Sanga Miring/Serang:
4 6 5 3 2 7 1
1 2 3 7 5 6 4
Susunan nada Bonang yang sekarang banyak digunakan lebih mengacu pada
susunan bonang Jawatengahan, ada dua yaitu untuk pathet nem dan barang sbb:
19
-
4 6 5 3 2 1 7
7 1 2 3 5 6 4
4 6 5 3 2 7 1
1 7 2 3 5 6 4
Adha-adha untuk Dhalang
Adha-adha untuk dhalang yaitu membunyikan lagu atau nada-nada tertentu
yang biasanya dilakukan oleh ricikan Demung. Lagu atau nada-nada tersebut
digunakan untuk memandu Dhalang agar dalam mengawali vokalnya tetap berada
dalam wilayah pathet tertentu. Lagu tersebut selalu dibunyikan pada selesainya
penyajian gending.
Dialog wayang atau Janturan di mana biasanya dhalang akan mermbawakan
lagu vokal, Adha-adha masing-masing pathet sebagai berikut:
Adha-adha Gemung:
a. Pathet Sepuluh
b. Pathet Wolu Gede
c. Pathet Wong Cilik
d. Pathet Sanga
e. Pathet Sanga Miring
f. Pathet Serang
:
:
:
:
:
:
5 1
5 1
6 2
6 2
7 3
7 - 3
20
-
Nada Adha-adha tersebut menunjukan nada dasar dan kempyung bawah nada
dominan masing-masing pathet sebagai akord dasar. Pathet sepuluh dan Pathet Wolu
gede, nada dasarnya (5) dan nada dominan (1), Pathet Wolu Cilik dan Pathet Sanga
nada dasar (6) dan nada dominan (2), serta Pathet Sanga Miring dan Pathet Serang
nada dasar (7) dan nada dominan (3). Apakah demikian halnya, perlu penelitian lebih
lanjut, karena faktor untuk menemukan pathet tidak hanya nada adha-adha saja.
Glendengan Glendengan yaitu sepotong lagu yang dilakukan oleh Bonang Babok untuk
memberi tanda dan suasana pathet tertentu. Ada dua glendengan yaitu untuk pathet
Wolu dan Pathet Sanga sebagai berikut:
a. Glendengan Pathet Wolu:
. . . 2 2 1 6 5 2 5 5 5 32 3 1 1 1 Atau 6 3 6 53 5 3 21 2 16 5 5 52 5 3 1 1 1
b. Glendengan Pathet Sanga: 6 6 36 53 5 . 2 2 7 3 2 7 2 . . 7 6 5 . 5 52 6 5 3 5 5 52 2 2
Keberadaan sistem pathet pada karawitan Malangan lebih mudah diamati dalam
stuktur iringan Wayang topeng maupun Wayang Purwa Malangan. Dalam pertunjukan
Wayang semalam, gending maupun vokal yang disajikan secara berurutan dari Pathet
Sepuluh, Pathet Wolu, Pathet Sanga, dan Pathet Serang. Tetapi untuk sajian dalam
klenengan, iringan Ludruk, maupun Tandakan atau Tayub ketat seperti dalam iringan
Wayang. Pathet dalam Karawitan Jawatimuran maupun Malangan sangat berbeda
21
-
dengan Karawaitan Jawatengahan yaitu Pathet nem, Pathet Sanga, dan Pathet Manyura
untuk laras Slendro, Pathet lima, Pathet Nem, dan pathet Barang untuk laras Pelog.
Unsur-unsur yang dapat dijadikan acuan menentukan adanya system Pathet
antara lain meliputi tata letak nada-nada pada masing-masing ricikan, Adha-adha
saron Demung untuk Dhalang, Glendengan, lagu vokal dhalang, garap gending serta
istilah-istilah sebagai indikator. Dari indikator tersebut di atas dalam Karawitan
Malangan terdapat empat Pathet pokok terdiri enam wilayah yaitu Pathet sepuluh,
Pathet Wolu (Wolu Gede dan Wolu Alit), Pathet Sanga (Sanga dan Sanga Miring)
dan Pathet serang. Nada-nada dominan masing-masing pathet terdapat pada adha-
adha dan glendengan. Lebih lanjut bisa menganalisis gending-gending maupun vokal
dalang untuk masing-masing Pathet. Ini masih merupakan penemuan awal masih perlu
kajian yang mendalam untuk mendapatkan analis data yang lebih lengkap dan rinci
bagaimana modus masing-masing.
5. Garap Gending
Yang dimaksud dengan Garap Gending di sini penyajian sebuah gending
hingga dapat didengar oleh penonton atau pendengar. Sebuah gending digarap
disajikan melalui garap racikan yaitu teknik garap racikan. Masing-masing gending
mempunyai bentuk, karakter, dan fungsi sendiri-sendiri sehingga memerlukan
pendekatan garap yang berbeda-beda. Suatu misal Gending Samirah untuk keperluan
Klenengan, untuk iringan Wayangan, dan untuk tandakan masing-masing memerlukan
garap yang berbeda. Tetapi perbedaan Gending Malang dan Gending Suroboyo-an,
22
-
meskipun gendingnya sama. Gending Malangan cenderung menggunakan balungan
mlaku. Sebagai contoh Gending Samirah Malangan dan Suroboyo-an:
Gending Samirah
Malangan Suroboyo-an
Buka . 56 5 . 6 . 3 . 6 . (2)
3 1 3 2 1 6 1 5 1 6 1 5 5 2 5 3
5 2 5 3 6 1 6 5 6 1 6 5 3 1 3 2
Buka : 6 3 6 5 1 6 5 3 2 5 3 (2)
. 3 . 2 . 1 . 6 . 1 . 6 . 5 . 3
. 5 . 3 . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . (2)
Dalam garap gending setiap racikan mempunyai garap teknik sendiri-sendiri
sesuai dengan fungsi dan karakternya racikan. Di bawah ini transkripsi beberapa
teknik garap ricikan yang dapat digunakan sebagai dasar pengetahuan dan acuan awal
dalam praktek garap gending. Perlu disampaikan di sini bahwa traskripsi atau notasi
garap racikan yang diambil dari salah satu nara sumber atau diangkat dari beberapa
nara sumber yang digeneralisasi, bukan dianggap suatu nara sumber yang paling benar
dan paling baik. Hal tersebut dikarenakan beberapa permasalahan, pertama ada
kecenderungan transkripsi sudah melalui penyederhanaan dari sumbernya. Kedua
transkripsi lebih diperuntukan bagi yang baru berlajar dan belum memiliki
keterampilan yang melakukan teknik rumit dan cepat.
Ketiga, untuk menghindari generalisasi atau pola yang seragam, semua sama,
yang akhirnya akan mematikan daya interprestasi dan kreatifitas seniman penggarap.
Dalam garap gending masing-masing seniman dituntut kreatif untuk
menginterprestasikan rasa gending sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya.
23
-
Dengan demikian yang gilirannya nanti akan muncul gaya individu yang jati diri
seniman. Di sini yang disebut kesenian itu berkembang baik secara kwantitas maupun
kualitas.
Secara umum ciri khas garap gending Jawatimuran dan Malangan terdapat pada
garap racikan Kendang, Bonang Babok, Bonang Penerus, Saron Penerus (Peking),
Slenthem dan Kempul. Ada dua pendekatan garap racikan menurut bentuk gending
yang pertama garap Gending Klenengan dan Gagahan, kedua yaitu bentuk Ayak
meliputi Krucilan, Ayak Kempul Kerep, Ayak Kempul Arang, Grebeg. Masing-
masing garap racikan akan dibahas berikut ini.
a. Teknik Garap Kendang
Teknik Garap Kendangan ada macam yaitu Kendangan Penanggulan,
Kendangan Gedugan bem dan Kendangan Gambyak. Masing-masing jenis
kendangan tersebut merupakan khas Jawatimuran termasuk Malangan,
mempunyai karakter dan fungsi masing-masing. Jenis Kendang yang menjadi
ciri khas Jawatimuran dan Malangan adalah kendang Gedungan, sehingga
sering disebut kendang Jawatimuran. Untuk gending Klenengan dan iringan
tari termasuk ludruk, topeng, dan tayub menggunakan kendang Gedungan ini.
Kendang Penanggulan merupakan teknik kendang yang menggunakan dua
kendang, kendang Ageng dan kendang Ketipung. Teknik kendangan ini
digunakan untuk gending-gending Giro atau gagahan. Gending Giro dan
Gagahan merupakan gending instrumental tanpa sinden, karakter gending
secara umum cenderung gagah. Teknik Kendangan Gedugan dan gambyak
24
-
menggunakan kendang gedug bem (Jawatimuran) untuk gending klenengan
dan untuk iringan tarian. Teknik kendang mempunyai pola-pola sekaran sesuai
dengan bentuk gending dan jenis tariannya. Nama sekaran kendang sering
menggunakan nama ragam tariannya, seperti sekaran kendangan iket,
kendangan gedrug, kendangan labas, kendangan ayam alas dan sebagainya.
b. Teknik Tabuhan Bonang Babok
Tabuhan Bonang Babok Jawatimuran disebut mancer yaitu memukul
berdasarkan nada ding atau nada diatas dong pada tiap ding. Namun dalam
pelaksanaannya terdapat variasi. Kadang-kadang nada ding dipukul tiga kali
(kecil, besar, kecil) dan nada dongnya digembyang sbb:
Contoh:
Balungan : 1 6 3 2 6 5 3 2
BB a) 1 . 1 . 3 . 3 . 6 . 6 . 3 . 3 .
b) 1 1 1 6 3 3 3 2 6 6 6 5 3 3 3 2
Teknik Tabuhan Bonang Babok Malangan terdapat aksen penekanan pada akhir
gatra yang menyerupai sekaran karawitan Jawatengahan, berikut teknik Bonang
Babok yang mengambil contoh gending Gunung Sari:
Notasi Gending Gunung Sari :
25
-
Buka : 5 2 5 3 . 5 . 7 . 5 . (6)
A // . 5 . 7 . 5 . 6 . 5 . 7 . 5 . 3
. 5 . 2 . 5 . 3 . 5 . 7 . 5 . (6) //
B. // 2 3 2 7 3 2 7 6 2 3 2 7 5 6 3 3
7 6 7 2 5 6 5 3 2 3 2 7 3 2 7 (6)
Teknik Bonang Babok sbb :
Bulungan : 2 3 2 7 3 2 7 6
BB a) : 2 . 2 . 27 77 2 7 3 . 3 . 76 66 7 6
b) : 2 . 2 . 2 3 2 7 3 . 3 .3 56 73 276
Bulungan : 7 6 7 2 5 6 5 3
BB a) : 7 . 7 . 72 22 7 2 5 . 5 . 53 33 5 3
b) : 7 . 7 .6 76 52 32 2 5 . 5 .6 76 53 53 .
Penggunaan teknik Bonangan, dengan cara melihat nada dong akhir gatra dan
disesuaikan sekaran di atas, misalnya jatuh (7), (2), (3), atau (6). Sedangkan
penggunaan yang mana yang dipakai apakah yang (a) atau (b), disesuaikan
dengan suasana yang di kehendaki. Ada kalanya suatu gending mempunyai
26
-
teknik garap yang khusus. Setelah mengetahui dan mencoba dengan teknik
tersebut, ada baiknya mencoba sendiri sekaran lagu yang baru.
c. Teknik Garap Ricikan Bonang Penerus
Teknik tabuhan Bonang Penerus pada karawitan Jawatimuran dan atau
Malangan pada dasarnya sama. Tabuhan Bonang Penerus yaitu Gembyang
berdasarkan nada dong ageng pada tiap sela-sela ding-dong. Banyaknya dan
cepatnya pukulan sesuai dengan garap irama gending. Menurut iramanya ada
tiga cepat (irama lancaran dan tanggung) tabuhan lamba, irama sedang (irama
dadi) tabuhan rangkep dan irama lambat (irama wilet) dengan tabuhan nikeli
sebagai berikut:
Balungan : 2 3 2 7 3 2 7 6
BP Lamba : 3 . 3 . 3 . 3 . 7 . 7 . 7 . 2 . 2 . 2 . 2 . 6 . 6 . 6 . 6 .
Untuk irama yang lebih lambat merupakan kelipatan dari tabuhan lamba. Kalau
tabuhan lamba memukul empat kali, sedang delapan kali, dan lambat memukul
enam belas kali sesuai dengan iramanya.
d. Teknik Tabuhan Saron Penerus
Tabuhan Saron Penerus Jawatimuran termasuk Malangan yaitu memukul nada
ding tiga kali, dong sekali untuk irama lamba. Ada kalanya dong tidak dipukul,
27
-
jadi hanya memukul ding saja tiga kali. Untuk irama yang lebih lambat
memukul kelipatan dari pukulan lamba sebagai berikut:
Contoh tabuhan Bonang Penerus:
Balungan : 2 3 2 7 3 2 7 6
Peking (lamba): 2 2 2 3 2 2 2 7 3 3 3 2 7 7 7 6
Atau 2 2 2 . 2 2 2 . 3 3 3 . 7 7 7 .
Pekin (rangkep: 2 2 2 . 2 2 2 3 2 2 2 . 2 2 2 7 3 3 3 . 3 3 3 2 7 7 7 . 7 7 7 6
Atau : 2 2 2 . 2 2 2 . 2 2 2 . 2 2 2 . 3 3 3 . 3 3 3 . 7 7 7 . 7 7 7 .
Untuk irama lebih lambat, ditabuh kelipatannya.
e. Tehnik tabuhan Slenthem
Tehnik tabuhan Slenthem karawitan Jawatimuran juga pada Malangan menggunakan
Gemakan yaitu memukul nada dong dan kadang-kadang mbalung yaitu memukul
sesuai dengan notasi gending.
Contoh tabuhan Gemakan:
Balungan : 2 3 2 7 3 2 7 6
Slenthem Gemakan : 3 . 3 . 3 . 3. 7 . 7 . 7 . 7. 2 . 2 . 2 . 2 . 6 . 6 . 6 . 6 .
Berapa kali jumlah pukulan tergantung cepat lambatnya irama penyajian gending.
Adakalanya Slenthem ditabuh mbalung yaitu memukul sesuai dengan notasi yang ada.
28
-
f. Tehnik Tabuhan Kempul, Kenong dan Gong
Tehnik tabuhan Kempul, Kenong dan Gong biasanya dicantumkan dalam notasi dalam
bentuk simbol atau huruf tertentu. Misalnya hurup P untuk Kempul, N atau ^ kenong,
dan G atau lingkaran (..) untuk Gong. Terdapat dua kelompok besar bentuk gending
yaitu gending yang terdiri dua kenong (Jawa: disebut Ketawang) dan empat kenongan
disebut Ladrang.
Contoh:
Gending Lirkantu
Buka 1 6 5 3 - 6 - 5 - 3 - (2)
t P t N // - 3 - 5 - 3 - 2 - 5 - 6 - 5 - 3 t P t N 2 1 6 5 6 1 2 3 - 6 - 5 - 3 - (2) //
Pola tersebut berlaku untuk empat kenongan, hanya gongnya terdapat pada kenong ke
empat. Pola kempul seperti ini berbeda dengan pola kempul karawitan Jawatengahan, di
mana kempul pertama tidak ditabuh atau kosong dengan alasan pada kempul pertama
gaung gong masih terdengar, sehingga kempul tidak perlu ditabuh.
g. Garap Jenis Gending Ayak
Semua garap ricikan tersebut di atas tidak berlaku untuk gending jenis Ayak seperti
Ayak Kempul Arang, Ayak Kempul Kerep, Krucilan, Grebeg yang mempunyai pola
garap tersendiri. Masing-masing pathet mempunyai sendiri-sendiri seperti Ayak Wolu,
Ayak Sepuluh, Ayak Sanga, Ayak Sanga Miring dan sebagainya, namun demikian
secara garap untuk jenis yang sama mempunyai tehnik yang sama pula.
29
-
Contoh gending Ayak Sanga Kempul Arang:
Buka Kendang: 3 5 3 2 1 3 5 3 (2)
P P P PN P P P PN // - 5 - 2 - 5 - 2 3 5 6 5 3 6 5 3 - 6 - 3 - 6 - 3 2 1 2 1 2 3 2 1 - 4 - 1 - 4 - 1 3 5 6 5 3 2 1 6 1 2 1 3 1 2 1 6 2 1 6 5 3 6 5 3 - 6 - 3 - 6 - 3 2 1 2 3 6 5 3 2 Suwuk: - 6 6 6 - 6 6 6 3 5 6 3 5 2 1 (6)
h. Tehnik garap ricikan gending Ayak
Gending-gending jenis Ayak mempunyai pendekatan garap tersendiri, berbeda dengan
garap pada gending tersebut di atas.
1). Saron
Tabuhan Saron dalam balungan/notasi nibani menggunakan tehnik imbal, dan dalam
notasi/balungan mlaku menggunakan tehnik kinthilan yang dilakukan oleh Saron 1 dan
2. Tehnik kinthilan yaitu Saron 1 menabuh notasi nyacah (2 pukulan tiap not) dan Saron
2 mengikuti.
Contoh tehik kinthilan:
Balungan : 2 1 2 3 6 5 3 2
Saron 1 : 2-2- 1-1- 2-2- 3-3- 6-6- 5-5- 3-3- 2-2-
Saron 2 : -2-2 -1-1 -2-2 -3-3 -6-6 -5-5 -3-3 -2-2
Sedangkan tehnik untuk imbal ada dua macam yaitu imbal searah dan imbal dua arah.
Contoh tehnik imbal searah jatuh nada 2:
Balungan : - 5 - 2 - 5 - 2
Saron 1 : - 2 - 2 - 5 - 2 - 5 - 2 - 5 - 2 - 5 - 2 - 5 - 2 - 5 - 2 - 5 - 2
Saron 2 : 3 - 3 - 6 - 3 - 6 - 3 - 6 - 3 - 6 - 3 - 6 - 3 - 6 - 3 - 6 3 -
30
-
Contoh tehnik imbal dua arah jatuh nada 2:
Balungan : - 5 - 2 - 5 - 2
Saron 1 : - 5 - 5 - 2 - 5 - 2 - 2 - 5 - 2 - 5 - 5 - 2 - 5 - 2 - 2 - 5 - 2
Saron 2 : 6 - 6 - 3 - 6 - 3 - 3 - 6 - 3 - 6 - 6 - 3 - 6 - 3 -3 - 6 - 3 -
2) Demung
Tehnik menabuh Demung berdasarkan nada dong besar gatra genap pada tiap dong,
namun kadang-kadang pada balungan mlaku Demung ikut mbalung. Dalam praktik
suara Demung kedengaran imbal dengan suara Bonang Babok.
Contoh:
Balungan : - 5 - 2 - 5 - 2
Demung : - 2 - 2 - 2 - 2
3). Bonang Babok
Tehnik tabuhan Bonang Babok berdasarkan dua nada di atas atau di bawah nada dong
besar gatra genap.
Contoh:
Balungan : - 5 - 2 - 5 - 2
Bonang babok : - 5 3 - - 5 3 - atau
- 6 1 - - 6 1 -
4). Saron Penerus/Peking
Tehnik tabuhan Saron Penerus menabuh berdasarkan nada dong besar pada tiap sabetan
atau balungan. Dalam praktik terdengar dua kali pukulan Saron Penerus.
Contoh:
31
-
Balungan : - 5 - 2 - 5 - 2
Saron Penerus : 2 2 2 2 2 2 2 2
5). Bonang Penerus
Tehnik tabuhan Bonang Penerus merupakan kelipatan atau dua kali tabuhan Bonang
Barong yang tentunya lebih cepat.
Contoh:
BL : - 5 - 2 - 5 - 2
BP : - 5 3 - - 5 3 - - 5 3 - - 5 3 -
6). Kenong, Kempul dan Gong
Dalam contoh notasi gending Ayak di atas sudah tertera tanda di mana letak kempul,
kenong dan gong. Kenong ditabuh pada tiap dong besar gatra genap berlaku untuk
kempul kerep maupun kempul arang. Tabuhan kempul untuk Ayak kempul arang jatuh
pada tiap dong, tapi untuk Ayak kempul kerep jatuh pada tiap sabetan. Tabuhan gong
jatuh pada tiap buka dan suwuk saja, tetapi kadang-kadang gong juga ditabuh pada saat
pukulan atau kendangan dalan adegan perang untuk memberi tekanan rasa mantap
adegan.
32
-
Lampiran:
NOTASI GENDHING-GENDHING GAYA MALANG Padepokan Mangun Dharma, desa Tulus Besar,
Kec. Tumpang, Kabupaten Malang
Giro Endro Pl. Wolu
Buka : 2 3 1 2 . 6 . 7 . 6 . ng5 A. _ . 2 . 3 . 5 . p6 . 2 . 3 . 6 . n5 . 2 . 3 . 1 . 2 . 6 . 7 . 6 . g5
_
B. _ . 3 . p6 . 3 . n5 . 3 . p2 . 3 . ng5 _
C. _ 7 3 7 p6 7 3 7 n5 7 3 7 p2 7 3 7 gn5 _
D. _ 6 7 5 3 6 7 5 p6 2 7 5 3 6 7 6 n5 6 7 5 3 6 7 3 2 6 7 5 6 2 7 6 g5 _
E. _ j7k567 . . . 7 . 2 . 7 . . . 7 . p6
. 7 . . . 7 . 2 . 7 . . . 7 . n5 . 7 . . . 7 . 3 . 7 . . . 7 . p2 . 7 . . . 7 . 6 . 7 . . . 7 . gn5 _
F. _ . 7 . 5 . 7 . 2 . 7 . 2 . 7 . p6 . 7 . 6 . 7 . 2 . 7 . 2 . 7 . n5 . 7 . 5 . 7 . 3 . 7 . 3 . 7 . p2 . 7 . 2 . 7 . 6 . 7 . 6 . 7 . gn5 _
Catatan;
Pada giro ini biasanya di sajikan pula Giro Gula Ganjur yang terletak setelah sajian B. Namun rekaman ini sengaja di pisahkan. Giro Gula Ganjur sebagai berikut :
33
-
_ . 6 . 5 . 6 . 5 . 6 . 5 . 6 . g5 _
Giro Puteran Pl. Wolu Miring
Buka : . 7 . 5 . 7 . 5 2 7 6 gn5 A. _ . 7 . p5 . 7 . n5 . 7 . p5 2 7 6
ng5 . 7 . 5 . 7 . 5 . 7 . 5 2 7 6 g5 _
B. _ 2 3 5 6 5 3 2 7 6 5 6 7 2 7 6 g5
2 3 5 6 5 3 2 7 6 5 6 7 2 7 6 g5 _
C. _ 2 7 5 2 7 5 2 7 5 2 7 5 2 7 6 g5 2 7 5 2 7 5 2 7 5 2 7 5 2 7 6 g5 _
D. _ j7k567 . . . 7 . 6 . 7 . . . 7 . p2 . 7 . . . 7 . 6 . 7 . . . 7 . n5 . 7 . . . 7 . 6 . 7 . . . 7 . p2 . 7 . . . 7 . 6 . 7 . . . 7 . n5 . 6 . . . 6 . 3 . 6 . . . 6 . p2 . 6 . . . 6 . 3 . 6 . . . 6 . n2 . . . . 5 6 5 3 . . . . 5 6 7 p2 . . . . 5 6 5 3 . 2 . 7 . 6 . gn5 _ Jalannya Sajian : A B diulang-ulang, bila seseg dilanjutkan ke C dan berikutnya B C disajikan berulang-ulang dan irama dadi masuk ke : D berikut suwuk.
Sapujagat Pl. Wolu Miring
34
-
Buka: . 6 2 3 5 6 3 5 7 6 5 3 6 5 3 g2 A. _ 6 7 2 p6 7 2 3 n2 6 7 2 p3 5 6 3
n5 7 6 2 3 5 6 3 5 7 6 5 3 6 5 3 g2 _
B. _ 5 3 2 p3 5 6 7 n6 7 6 5 p3 2 3 5 n6 7 6 5 3 2 3 5 6 3 5 6 7 6 5 3 g2 _
C. _ . . . 7 . . . p3 . . . 7 . . . n2 . . . 7 . . . 3 . . . 7 . . . 5 . . . 7 . . . 6 . . . 7 . . . 6 . . . 7 . . . 3 . . . 7 . . . g2 _
D. _ 5 2 5 p3 5 3 5 n2 5 2 5 p7 5 7 6 n5 6 5 3 6 3 6 3 5 6 5 6 3 6 5 3 g2 _ Jalannya Sajian:
A-B masing-masing 2 rambahan diulang-ulang dengan tempo tangguang, masuk ke-C
dengan irama dadi bonang ngracik, dan seseg ke-D suwuk.
Bango Mati Pl. Wolu
Buka : . . 4 5 4 5 6 3 6 5 3 2 1 3 2 g1
A. _ 3 2 1 6 5 6 1 p2 7 5 7 6 5 4 6 n5
2 4 5 6 1 2 1 6 1 6 5 4 2 5 4 2 5 4 6 1 . . . . 3 2 1 6 5 6 1 2 4 . 4 . 4 5 6 3 6 5 3 2 1 3 2 g1 _
B. _ . 5 . 6 . 1 . p6 . 5 . 4 . 2 . n1 . 5 . 6 . 1 . 6 . 5 . 4 . 2 . 1 . 5 . 6 . 1 . 6 . 5 . 4 . 2 . 1 . 4 . 5 . 4 . 2 . 6 . 5 . 6 . g1 _
C. _ . . . 5 6 4 5 6 . . . 1 3 2 1 p6 . . . 5 4 6 5 4 6 5 4 2 1 3 2 n1 . . . 5 6 4 5 6 . . . 1 3 2 1 p6 . . . 5 4 6 5 4 6 5 4 2 1 3 2 n1 . . . 5 6 4 5 6 . . . 1 3 2 1 p6
35
-
. . . 5 4 6 5 4 6 5 4 2 1 3 2 n1 . . . 4 5 2 4 5 1 6 5 4 2 5 4 p2 . . . 6 4 5 6 5 . . 5 6 1 3 2 gn1 _
Giro Gula Ganjur Pl. Wolu
Buka Kendang : . . . . . . . g5
_ . 6 . p5 . 6 . n5 . 6 . p5 . 6 . ng5 _
Giro Cowekan Pl. Serang
Buka: 3 5 6 7 . 3 . 2 . 7 . g6
_ p3 n5 p6 n7 p2 n3 p2 gn7 p2 n7 p6 n5 p3 n7 p6 gn5
3 5 6 7 5 3 5 g6 7 6 5 3 6 5 3 g7
3 5 7 6 3 2 7 g6 3 5 7 6 3 2 7 g6 _
Giro Pepe Wohe Pl. Wolu Miring
Buka : . 6 7 2 7 6 5 3 . 6 7 2 6 5 3 g2
_ . p. . n. 6 p6 5 n6 2 p3 5 n2 3 p5 6 ng5
. . . . 6 6 5 6 2 3 5 2 3 5 6 g5
. 6 7 2 7 6 5 3 . 6 7 2 6 5 3 g2 _
Giro Gagak Ngarak Pl
Buka : 2 2 3 5 2 2 3 5 6 3 2 7 6 5 7 g6
36
-
A. _ 3 5 6 p5 3 2 7 n6 3 5 6 p5 3 2 7 n6 3 5 6 5 3 2 7 6 7 2 3 5 6 5 3 g2 _
B. _ 7 6 7 2 3 5 3 2 7 6 7 2 3 5 3 2 7 6 7 2 3 5 3 2 5 5 2 3 5 6 7 g6 _
C. _ 2 2 3 5 2 2 3 5 2 2 3 5 2 2 3 5 2 2 3 5 2 2 3 5 6 7 2 7 6 5 7 g6 _
Balungan Isen irama II :
B. _ . . 7 6 5 6 7 p2 3 2 3 5 6 5 3 n2
. . 7 6 5 6 7 2 3 2 3 5 6 5 3 2
. . 7 6 5 6 7 2 3 2 3 5 6 5 3 2
. 5 . 5 . 2 . 3 . 5 . 6 . 7 . g6 _
C. _ 7 2 . . 3 5 3 p5 7 6 2 . 3 5 3 n5
7 6 2 . 3 5 3 5 7 6 2 . 3 5 3 5
7 6 2 . 3 5 3 5 7 6 2 . 3 5 3 5
. 6 . 7 . 2 . 7 . 6 . 5 . 7 . g6 _
Rete-Rete Pl. Serang
Buka: 6 7 2 7 . 3 . 2 . 7 . g6
_ 5 p6 7 n2 7 p6 5 n2 . p7 . n6 . p3 . ng2
. 3 5 6 5 3 2 7 . 3 . 2 . 7 . g6 _
Slukatan Pl. (gd. Penutup)
Buka: . . . 6 . 6 . 6 3 5 3 g6
_ 3 p5 3 n6 3 p5 3 n6 3 p5 3 n6 3 p5 6 ng7
6 5 6 7 6 5 6 7 6 5 6 7 6 5 3 g2
37
-
3 5 3 2 5 6 5 3 5 6 5 3 6 5 3 g2
3 5 3 2 5 6 5 3 5 6 5 3 6 5 3 g2
7 5 7 6 7 5 7 6 7 5 7 6 3 5 3 g6 _
Slukatan Pl. (gd. Penutup)
Buka: . 2 . 7 . 2 . 7 . 5 . g6
_ . p7 . n6 . p2 . n7 . p2 . n7 . p5 . gn6
. 7 . 6 . 3 . 5 . 6 . 5 . 3 . g2
. 3 . 2 . 5 . 3 . 5 . 3 . 5 . g2
. 5 . 2 . 5 . 3 . 5 . 3 . 5 . g6 _
Lambang Pl. Wolu (bedayan)
Buka: 5 6 1 6 . 2 . 1 . 6 . gn5
_ 2 1 2 p6 1 5 3 n2
. 6 . 3 . 6 . 5
. 2 . j36 j53 j21 j32 1
5 6 1 6 2 1 6 g5 _
Stambulan Pl. Sepuluh
Buka : 4 5 7 6 4 5 7 6 5 3 1 g2
_ . . . . 3 1 3 p2 . . 4 5 4 6 2 n1
2 3 . . 3 1 2 3 . . 4 5 4 6 5 4
2 2 . . 2 4 5 6 . 7 6 5 4 5 6 7
. . . . 4 5 7 6 4 5 7 6 5 3 1 g2 _
Catatan :
38
-
Konon gendhing ini digunakan mengiringi stambul, sejenis teater rakyat bernama
Stambul, menggunakan pola iringan pencak silat. Sekarang Jatiguwi biasa disajikan
sebagai giro sore.
Gd. Gambir Sawit Pl. Wolu
Buka Kendang : b o t o p oi ti o (dk)
g5
. 4 . 7 . 4 . p2 . 4 . 7 . 4 . n5
4 2 4 3 4 2 6 7 2 7 6 5 3 6 5 3
. . . 4 . . . 7 . . . 4 . . . g5
_ 1 6 5 4 2 4 5 p6 1 6 5 4 2 5 4 n2
. . . 4 . . . 7 . . . 4 . . . 5
. 2 . 3 . 2 . 7 2 7 6 5 3 6 5 3
. . . 4 . . . 7 . . . 4 . . . g5 _
Jalan-Jalan Pl.
Buka: . . . 2 2 3 5 6 7 6 7 2 7 6 7 g5
_ . 6 . 5 7 6 5 3 . 6 . 5 . 3 . 2
. 3 . 2 . 3 . 6 . 3 . 2 . 6 . g5 _
Catatan :
39
-
Gendhing Jalan-Jalan disajikan dengan disertai vokal kidungan, syair kidungan bisa
mengambil dhendang atau lainnya. Contoh sajian kidungan :
6 6 6 6 3 5 6 6 A - pa a - pa ku - lu - pan - mu 7 7 6 z6c3 3 6 7 z@x c6 z6x c5 5 Ko lop ma - ni - sah di kra - wu kla - pa 7 7 6 6 5 5 5 z5x c3 3 A - pa a - pa pen - ja - lu - kan - mu 6 6 6 5 5 5 z5x c3 z3x c2 2
Klam - bi ci - tah se - wek - e sa - la
Kalongking Pl Sanga
Buka : 3 5 3 2 . 1 . 6 . 1 . g2
_ 2 2 2 1 . 2 . p. . 6 . 6 . 6 . n6
. 3 . 5 . 6 . 1 . 3 . 2 . 1 . 6
. 3 . 5 . 6 . 3 . 6 . 5 . 3 . 2
. 3 . 5 . 3 . 2 . 1 . 6 . 1 . g2 _
Orang-Aring Pl. Serang
Buka:. 2 2 2 2 3 5 6 . 7 5 3 6 5 3 g2
_ . 3 2 7 2 3 2 p. 6 5 6 7 6 5 6 n.
6 5 6 7 6 5 6 . 3 5 3 7 3 5 3 .
3 5 3 7 3 5 3 . 3 5 3 7 3 5 3 .
2 2 2 . 2 3 5 6 . 7 5 3 6 5 3 g2 _
40
-
Paculoke Pl. Sanga
Buka:2 2 2 2 1 3 2 1 5 6 5 3 2 3 5 g6
_ 5 6 . . 2 3 5 p6 5 6 . . 2 3 5 n6
5 6 5 6 5 6 1 2 3 2 3 2 3 2 1 6
1 6 1 6 5 6 1 2 3 2 3 2 3 2 1 6
2 2 2 2 1 3 2 1 5 6 5 3 2 3 5 g6 _
Pacul Gowang Pl.
Buka:. 2 2 . 2 3 5 6 . 2 . 1 2 1 2 g3
_ 2 1 3 p2 3 1 2 n6
2 1 3 2 5 6 5 3
2 1 3 2 3 1 2 6
3 2 3 2 5 3 5 6
2 3 5 6 3 1 2 g3 _
Usul Pl. Sanga
Buka: 5 6 5 3 . 6 . 5 . 3 . g2
_ . 1 . 1 . 3 . p3 . 1 . 1 . 2 . n2
. 1 . 1 . 3 . 3 . 1 . 1 . 6 . 6
2 1 2 j13 j26 j53 j56 1 . 3 . 2 . 6 . 5
2 3 5 j62 j16 j53 j65 3 . 6 . 5 . 3 . g2 _
Gondhang-Gandhung Pl. Wolu
41
-
Buka:2 3 5 6 2 3 5 6 . 3 . 2 5 3 2 g1
_ . 3 j12 3 . 1 . p6 . . 3 2 3 1 3 n2
. 3 j12 3 . 1 . 6 2 1 6 5 3 6 5 3
2 3 5 6 2 3 5 6 . 3 . 2 5 3 2 g1 _
Gd. Iringan Tandhakan Bedayan Pl.
Buka:1 3 1 6 2 1 6 5 6 3 2 1 3 6 5 g3 A. _ 1 2 1 3 1 2 1 6 3 5 6 1 6 5 4 5
6 2 6 2 3 1 2 3 j55 j.2 j35 j62 j36 j52 j65 g3 _
B. _ . 1 3 2 3 1 2 3 . . 1 2 3 2 1 6 2 1 6 5 3 5 6 2 6 5 4 5 4 2 4 5 . 6 2 . 6 5 3 2 . 3 2 1 6 1 2 3 . 5 5 . 2 3 5 6 2 3 6 5 3 6 5 g3 _
Iringan Tari Beskalan Putri Pl.
Buka: . . j56 1 5 2 5 6 . 2 . 1 . 6 . g5 A. _ . p6 . n5 . p3 . n2 . p6 . n5 . p2
. ng1 . 2 . 1 . 2 . 6 . 2 . 1 . 6 . g5 _
B. _ . 6 . 2 . 3 . 5 . 6 . 1 . 2 . g3 . 5 . 6 . 1 . 6 . 2 . 1 . 6 . g5 _
C. _ 2 1 6 5 3 1 3 2 5 6 5 3 2 6 2 g1 6 5 6 1 3 2 1 6 4 5 6 1 2 1 6 g5 _
D. _ 2 1 6 5 2 1 6 5 2 1 5 6 1 2 3 g2 3 1 2 3 5 6 5 3 5 6 7 6 5 4 2 g1 5 4 2 1 5 4 2 1 5 4 1 2 4 5 6 g5 6 4 5 6 7 6 5 6 5 4 2 4 2 1 6 g5 _
E. _ 2 1 6 5 2 1 6 5 2 1 6 5 3 2 1 g6 3 2 1 6 3 2 1 6 3 2 1 6 2 1 6 g5 _
F. _ . 6 . . . 6 . 5 . 6 . . . 6 . g5 _
42
-
Iringan Tari Beskalan Lanang Pl. Buka : 6 3 5 6 . 2 . 7 3 2 7 gn6 A. _ 5 2 3 p5 3 7 2 n3 5 6 7 p2 3 2 7
gn6 _
B. _ . 7 . p6 . 5 . n3 . 7 . p6 . 3 . n2 . 3 . 2 . 3 . 7 . 3 . 2 . 7 . g6 _
C. _ 5 2 3 5 3 7 2 3 5 6 7 2 3 2 7 g6 _
D. _ 2 3 2 6 5 3 2 3 5 6 7 6 5 3 7 2 6 7 6 2 6 3 2 7 5 6 7 2 3 2 7 g6 _
E. _ 3 2 7 6 3 2 7 6 3 2 7 6 3 5 6 7 2 3 2 7 2 3 2 7 2 3 2 7 3 2 7 g6 _
F. _ . 2 . 6 . 2 . 6 . 2 . 6 . 3 . 7 . 3 . 7 . 3 . 7 . 3 . 7 . 2 . g6 _
G. _ 2 6 2 6 2 6 3 7 3 7 3 7 3 7 2 g6 _
Dendeng Malang Pl. Wolu Buka:. 5 5 . 2 3 5 6 3 6 3 2 1 2 3 gnn5 _ . . . . 1 2 3 5 1 6 5 3 1 2 3 5 . . . . 1 6 5 3 5 3 2 1 5 6 1 2 . . . . 5 3 2 1 3 2 1 6 3 5 6 1 . . . . 2 3 5 6 3 6 3 2 1 2 3 g5 _ Contoh pola gerongan dendang : _ . . . . j.1 2 3 5 j.z1x c6 5 3 j.z1x c2 3 5
Sor pe - ni ras ndu - wu - re pa - ku - pon . . . . ! 6 5 z3x x x x x.x x c2 . j.1 j.2 3 jz5c3 2
Pa - ku - po - ne o mahe do ro
. . . . 5 3 j.2 1 3 2 1 . j64 zj5c6 j.! !
A wak mlarat digawe la kon
. 5 5 . z2x x x4x x xj5c6 6 . . . j.z3x x x xj.c1 2 zj3c5 g5 _ Ka pan ba - ya bi sa mul ya
43
-
Contoh cakepan parikan :
Kali mati kena ditembung
Jajakana watese dhadha
Pedhote tali kena disambung
Pedhote tresna ketok nang mata
Air angak di tuwung biru
Burung gugur mati tergantung
Kalo ingat riwayatmu dulu
Merasa hancur hati dan jantung
Kecik-kecik isine sawo
Ngunduh langsap napa wadhahe
Becik-becik boten diwawuh
Nderek tanglet napa salahe
Kocak-kacik banyu sak sewur
Kaya-kaya ra bisa kutah
Becik-becik manjing sedulur
Kaya-kaya ra bisa pisah
Omah gentheng saponana
Mbok menawa ana carane
Abot entheng lakonana
Mbok menawa dadi jodone
44
-
Jati Ngarang Pl. Serang
Buka: 5 6 2 7 6 5 3 6 7 5 3 gn2
_ . 5 2 3 5 5 3 p5 3 2 7 6 7 2 3 n5
. . 7 2 3 2 7 6 . . 7 2 3 2 6 5
. 6 2 7 5 6 2 7 6 5 3 6 7 5 3 g2 _
Menyeng-Menyeng Pl. Sanga
Buka;. 5 . 3 . 5 . 3 2 1 2 6 2 1 3 gn2
_ . . . . 3 2 1 p6 . . 1 2 1 3 1 n2
. . . . 1 6 5 3 . . 6 1 2 1 6 5
. . . . 3 5 6 3 . 2 . 3 . 5 . 6
. 5 . 3 . 5 . 3 2 1 2 6 2 1 3 g2 _
Randu Kintir Pl. Serang
Buka Kendang :
_ . 2 3 5 . 6 7 p. 7 6 7 5 3 2 3 n5
. 6 . 5 3 5 6 7 . 3 . 2 . 7 . 6
. 2 6 7 6 2 6 . 6 2 6 7 6 5 2 3
. 5 . 3 5 2 3 5 . 3 . 2 7 6 7 2
. 3 . 2 6 7 2 3 5 3 2 7 6 5 7 6
. 3 6 7 6 5 2 3 2 3 5 6 7 2 5 g3 _
45
-
Gandharia Gandhung Pl.
Buka;
. . 6 1 2 1 3 2 1 6 5 3 6 5 3 g2
_ . 5 . 6 . 5 . p3 . 1 . 2 . 1 . n6
. 2 . 1 . 6 . 5 . 3 . 2 . 5 . 3
. 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 5 . 2 . 3
. 1 . 6 . 5 . 3 . 6 . 5 . 3 . g2 _
Ayun-Ayun Pl.
Buka Kendang
_ . . . . 2 3 2 p1 . . 3 5 6 5 3 n2
. . . . 5 2 3 5 . . 2 3 2 3 5 6
. . . . 7 5 6 7 . . 6 5 3 2 3 5
. . . . 6 3 5 6 . 7 . 5 . 3 . 2
. 5 . 3 . 2 1 6 5 6 1 2 3 2 1 g6 _
Sinom Malang Pl. Wolu miring
Umpak;
_ 5 6 5 p3 2 7 2 n6 2 3 2 p7 6 5 3 ng2 _
Buka celuk . . . . p n2 5 3 2 p7 6 5 3 ng2
3 2 7 6 5 3 5 6 3 5 6 3 5 2 7 g6
3 2 7 6 3 5 3 2 6 3 5 6 7 6 3 g2
5 6 7 6 3 2 7 6 3 2 7 6 5 3 5 g6
2 7 2 3 2 7 2 6 3 2 6 3 6 5 3 g2 _
Gendhing Penutup (Mangun Darma)
Buka; . 2 . 7 . 2 . 7 . 5 . gn6
46
-
_ . p7 6 n. 3 p5 6 n7 j.7 p6 7 nj.2 j.3 p2 7 gn6
. 7 6 . 3 5 6 7 j.7 6 7 j.2 j.3 2 7 g6
3 5 . . 3 5 6 5 j.5 6 5 j.5 j.6 5 3 g2
5 6 5 3 5 6 5 2 5 6 5 3 6 5 3 g2
. 3 2 . 3 5 6 7 . 3 . 5 . 7 . g6 _
Lagu :
_ . p3 . n5 . p6 . n7 . p3 . n2 . p7 . gn6
. 3 . 5 . 6 . 7 . 3 . 2 . 7 . g6
. 3 . 5 . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . g2
. 3 . 2 . 5 . 3 . 6 . 5 . 3 . g2
. 3 . 2 . 5 . 3 . 6 . 5 . 7 . g6 _
Sendon, Pl. wolu (pola 1) 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 Ing - sun a mi wi - ti mu - ji 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 2 A nye - but as ma - ning Hyang suks - ma 2.356 6 6 6 1 2 6 1 6 5 Ing kang mu - rah ndo - nya mang - kin 5 6 1 1 1 6 5 2 2 Ing kang a - sih ing a khe - rat 6 5 3 3 2 3 2 1 6 2 Kang pi - nu - ji da - tan pe - gat, o. . . . . 2 2 2 2 2 1 61 5.23 2 1 6 Ang - gan - jar wong ka - we - las a - yun, o. . . . . 6 1 2 2 2 2 2 6 1 1 6 5 A - nga - pu - ra wong kang do - sa
47
-
Sendhon, Pl. wolu (pola 2)
1 1 1 Ywa na swah 5 5 5 5 3 5 6 6 Ka - jeng - nya as - ma - ra ja - ti 5 6 1 2 5454 2 As - ma - ra ja - ti (mbyang koming) 235 5 5 5 5 4 5 6 6 5 6 1 A - de - geng ka - yu, kas - tu - ba ja - ti 5 5 5 5 3 2 2 3 2 1 Pang pa - pat ka - li - ma pan - cer 612 2 2 2 2 2 2 5 1 6 5 2 1 6 Se - kar - i - ra tan ke - na wi - ni - lang 6 1 2 2 5 3 2 1 A - woh pu - tra kla - wan pu - tri 6 1 2 2 2 3 1 1 2 1 6 5 Ble - ge - re ja - gad se - ja - ti Catatan: Disajikan untuk pathetan gending giro, jika pada wayang kulit disajikan setelah janturan. Cuplikan sulukan dan grebeg saronan oleh Suyanto (Suyanto, S.Kar. M.A., Wayang Malangan editor utama Kundharu Saddhono, Citra Etnika Surakarta, 286-297)
Sulukan Wayang Malangan Sendhon wolu
1 5 5 5 5 5 5 5 5 O. wa - yang - ku gam - bar ma - e - san 5 6 6 6 6 6 6 6 Ko - thak - nya ka - yu cen - da - na 6 6 6 1 6 5 3 3 2 Tu - tup - i - ra ba - bu ka - wa
48
-
2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 I - se - ne nya - wa ka - la - wan suk - ma 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 Ke - prak - ku pang - ge - dug - e pra - ta - la 2 2 2 2 2 1 1 6 5 5 6 1 1 Cem - pa - la - nya wus mung - gwing as - ta 5 5 3 2 2 2 3 5 3 2 1 1 Sam - pun pe - pak sa - da - ya pam - rin - ci 2 2 2 2 5 3 2 1 6 6 Da - dya sa - li - ra tung - gal 3 3 3 3 5 3 2 1 1 Da - dya ba - yu - ning ba - dan 1 1 1 1 2 3 2 1 2 1 6.5 1 Da - dya te - guh - ing sli - ra, o
Suluk Padupan Pathet Wolu
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 6.5 5.3 A - na gan - da ma - ngam - bar se - la - nya gra - na 6 6 1 2 1 6 3 Se - la - nya, o. 3 3 3 5 3 2 2 1 1 Du - du gan - da trah a -la a - la 1 1 2 1 1 1 1.6 5 Gan - da - nya sas - mi - ta ja - ti 6 1 2 . 32 2 1 1 6 1 Sas - mi - ta wang - sit ing de - wa 5 6.165 3 2 2 2 5 5 5 5 Ja - ti tan ke - na - ning ka - mo - mor - an 5 6 6 6 2 2 1 165 6 .1 1 Ret - na bot - ing bot - ing sur - ya kan - tha 5 5 3 3.2 2 2 3 532 1 1 Ki - nu - dung - an sang Hyang Wis - nu ma - nis
49
-
2 2 2 2 2 2 2 2 Pi - na - yung - an pa - ra de - wa 2 2 5 3 2 1 1.6 6 Duh Gus - ti na - ming pa du - ka 3 3 3 3 3 3 3 3 35.32 1 1 Ku - la nyu - wun se pu - ra do - sa ning - sun 1 1 1 1 1 1 23.2 6121 6.5 Nyu - wun man - di pa - ngu - cap ing wang 6 1 2.32 2 1 1 6 1 Sas - mi - ta wang - sit ing de - wa 5 6.165 3 2 2 2 5 5 5 5 Ja - ti tan ke - na - ning ka - mo - mor - an 5 6 6 6 2 2 1 1.65 6.1 1 Ret - na bot - ing bot - ing sur - ya kan - tha 5 5 3 3 . 2 2 2 3 532 1 1 Ki - nu - dhung - an Sang Hyang Wis - nu ma - nis 2 2 2 2 2 2 2 2 Pi - na - yung - an pa - ra de - wa 2 2 5 3 2 1 1.6 6 Dhuh Gus - ti na - mung pa - du - ka 3 3 3 3 3 3 3 3 35.32 1 1 Ku - la nyu - wun se - pu - ra do - sa - ning- sun 1 1 1 1 1 1 23.2 6121 6.5 Nyu - wun man - di pa - ngu - cap ing wang
Suluk Gurisa Pathet wolu 2 2 2 2 2 2 2 2 Gu - mu - ruh sa - mar - ga mar - ga 2 3 5 2 1 1 6.12 1 Un - dang - nya wa - di - ya ba - la
50
-
6 1 2 2 2.3 2 616 5 Be - dhil - nya ka - ya ba - ron - dong 2 2 2 2 2 2 2 2 Su - rak - nya ka - ya am - puh - an 1 1 6 1 5 6165 3 3.2 Duk pi - ne - tak tam - bur - i - ra 5 6 1 2.32 6 1 6.5 5 Tam bur - nya ka - ton brang brang - an -6 16 52 32 1 (umpak: kendang dan balungan)
Suluk Sendhon Pathet sanga
1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 O ti - tis so - nya te - nga - ra - ning we - ngi 3 3 3 3 2 2 1 2 Dok - an - nyo pan pa - dha mu - ni 6 6 6 6 3 3 3 3 3 Cam - pur ma - rang su - wa - ra - ni - ra 1 1 1 1 1 2 3 1 216 Kang mbre - nge - ngong swa - ra - nya ni - ra 1 2 2.1 6 3.212 3 353 2.1 Ka ton swa - ra - nya pu - jang - ga 1 2 3 3 3 3 3 3 3 Kang ka - ton ma - nge - ja - wan - tah, o 2 2.1 1 216 3 2 2 2 Sa - mya nyu - wun pa - nga - yo - man 1 1 1 1 2 3 2.1 6 Gus - ti ing - kang ma - ha wi - kan
51
-
3 3 3 3 2 2.1 321 1 2.16123 E - mu - te pi - mung - kas i - ra, o.. 2 o.
Suluk Gurisa pathet sanga 1 2 3 2 3 3 3 Ngrang - sang - e ju - rang pa - rang 3 3 3 3 2 2 1.2 2 Cu - ring pa - rang gan - drung gan - drung 2 2 2 2 1 6 6 6 Ke - san - dhung su - ku - ning gu - nung 1 2 1321 6 5 6.5 3 Ngu - pa - ya mar - ga so - nya 3 3 3 3 2 2 1 2 Mar - ga da - lan so - nya su - wung 1 1 1 216 3 3 3.2 1 Ngu - pa - ya da - lan kang su - wung
Suluk Sandhon Miringan 1 2 3 3 3 3 5.65 3 2 3.2 2 O., cu - mlo - rot - nya lir ka - di - ya nda - ru 6 1 2 3.2 6 5 3 3 Man - co - rong ka - dya rem - bu - lan 5 6 1 1 1 1 1 1 Sa - nya - ta sang ba - gas - ka - ra 2 3 2 2 2 2.1 6 Ka - ton kang ar - sa tim - bul 6 1 2 2 2 6 63212 6 3 321 1
52
-
53
Ma - dha - ngi ja - gat - i - ra kang gu - me - lar 3 3 3 3 3 3 3 3 Bu - ngah - ing kang pa - dha u - rip 3 2 1 216 3 3 3 253 2 o, di - nu - lu pan pa - dha ka - ton
PENELITIAN MALANG SAMPULPENELITIAN MALANGAN