Download - Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
1/54
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
2/54
Media Informasi Air Minum danPenyehatan Lingkungan
Diterbitkan oleh:
Kelompok Kerja Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan
Penasihat/Pelindung:
Direktur Jenderal Tata Perkotaan dan
Perdesaan, DEPKIMPRASWIL
Penanggung Jawab:
Direktur Permukiman dan Perumahan,
BAPPENAS
Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi,
DEPKES
Direktur Perkotaan dan Perdesaan
Wilayah Timur, DEPKIMPRASWIL
Direktur Bina Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI
Direktur Penataan Ruang dan
Lingkungan Hidup, DEPDAGRI
Pemimpin Redaksi:
Oswar Mungkasa
Dewan Redaksi:
Hartoyo, Johan Susmono,
Indar Parawansa, Poedjastanto
Redaktur Pelaksana:
Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,
Essy Asiah, Mujiyanto
Desain/Ilustrasi:
Rudi Kosasih
Produksi:
Machrudin
Sirkulasi/Distribusi:
Anggie Rifki
Alamat Redaksi:
Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.
Telp. (021) 31904113e-mail: [email protected]
Redaksi menerima kiriman
tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan
dengan air minum dan penyehatan
lingkungan dan belum pernah
dipublikasikan. Panjang naskah tak
dibatasi. Sertakan identitas diri.
Redaksi berhak mengeditnya.
Silahkan kirim ke alamat di atas.
z cover : RUDI KOSASIH
Dari Redaksi 1
Suara Anda 2
Laporan Utama
Kisruh TPA Bantar Gebang Mencuat 3
Banjir Landa Wilayah Indonesia 4
Meminta Pertanggungjawaban Pemerintah 5
Masyarakat Kekurangan Air Bersih 6
Mencari Sumber Air Alternatif 7
Air Minum Isi Ulang Jadi Sorotan 8
Air Comberan dan Kubangan pun Dikonsumsi 9
Gejolak di TPST Bojong 10
Telur yang akan Menetas 11
2004, Tahun Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat 13
Sekilas Kegiatan WASPOLA 2004 15
Program Penyediaan Air dan sanitasi Perdesaan (ProAir) di NTT 17
WSLIC 2 18
CWSH 18
Seputar WASPOLA
Pelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL Nopember 2004 19
Peningkatan Kapasitas Kelompok Kerja AMPL Daerah 21
Konsinyasi Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL 21
Lokakarya Kajian Pelaksanaan Diseminassi Kebijakan Nasional
Pembangunan AMPL 21
Lokakarya Penyedia Air Skala Kecil 21
Seputar AMPL
Lokakarya Proyek CWSH 22
Penyusunan RPP tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum dan Sanitasi 22
Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat 23
Presentasi Kandidat Pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah 23
Lokakarya Konsolidasi Project Management Report WSLIC 2 24
Peresmian Proyek WSLIC 2 di Kabupaten Lumajang 24
Reportase
Bila Dolbun Dipermalukan 25
Wawancara
''Infrastruktur Sebagai Pemersatu Bangsa'' 29
WawasanKualitas Manusia Indonesia dan Pembangunan Prasarana Sanitasi 31
Institusi RT-RW Sebagai Koordinator Pengelolaan AMPL Berbasis Masyarakat 34
Strategi Peningkatan Kesadaran Masyarakat 38
Sekali Lagi tentang Privatisasi 42
Permasalahan AMPL di Kabupaten Lombok Barat 46
Data
Peringkat Cakupan Layanan Sanitasi Per Kabupaten/Kota Tahun 2002 47
Info Buku 49
Info Situs 50
Pustaka AMPL 51
Agenda 52
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
3/54
P
embaca, tanpa terasa waktu
terus berlalu. Kini kita
memasuki penghujung ta-
hun 2004. Biasanya, banyak orang
menggunakan masa akhir tahun
Masehi ini untuk membuat laporan
tahunan sekaligus membuat evalu-
asi sejauh mana berbagai kegiatan
pada tahun ini berlangsung. Apa-
kah sukses, setengah sukses, atau
gagal.
Percik kali ini pun tampil agak
beda dari biasanya. Kami ingin
mengajak para pembaca melihat
kembali berbagai peristiwa yangterjadi pada tahun ini menyangkut
air minum dan penyehatan ling-
kungan (AMPL) secara umum dan
kegiatan kelompok kerja AMPL
pada khususnya. Kami berharap
akan ada perubahan pada tahun
mendatang berkaitan dengan hal
tersebut. Tentu perubahan yang
lebih baik. Jangan sampai setiap
peristiwa yang terjadi pada kurun
waktu yang sama pada tahun iniberulang pada tahun mendatang.
Kalau seperti ini, kita termasuk
orang-orang yang celaka.
Pembaca, potret peristiwa seta-
hun ini kami muat secara khusus
dalam laporan utama. Namanya
kaleidoskop AMPL 2004. Selain
itu, kami ingin menyajikan sejauh
mana perjalanan Kebijakan Na-
sional Pembangunan AMPL berba-
sis masyarakat pada tahun ini dan
bagaimana perkembangan penyu-
sunan Kebijakan Nasional Pem-
bangunan AMPL berbasis lembaga.
Kedua kebijakan ini merupakan hal
vital bagi bidang AMPL karena
selama kemerdekaan, kita tak me-
miliki kebijakan nasional soal ini.
Kami juga ingin melihat sekilas
sejauh mana proyek-proyek AMPL
yakni ProAir, WSLIC 2, dan CWSH
berjalan selama setahun.
Tak lupa, Percik mengadakan
wawancara dengan Suyono Dikun,
Deputi Sarana dan Prasarana,
Bappenas, perihal infrastruktur Indo-
nesia. Kita tahu, persoalan AMPL
pun terkait dengan kondisi infra-
struktur yang ada. Lebih dari itu, Ja-nuari 2005 Indonesia menyeleng-
garakan Infrastructure Summit.
Tentu kita ingin tahu apa yang bisa
diperoleh Indonesia dengan adanya
penyelenggaraan acara tersebut.
Yang agak lain dari biasanya
adalah reportase. Rubrik tersebut
pada edisi ini berisikan laporan
kunjungan rombongan Kelompok
Kerja AMPL ke Bangladesh dan In-
dia. Bahasanya agak lain dari bia-
sanya, termasuk panjangnya. Kami
berharap, dengan membaca repor-
tase kali ini, pembaca paling tidak
bisa merasakan denyut perjalanan
tersebut.
Kami juga memuat hasil lombakarya tulis ilmiah mulai edisi ini.
Selain itu, tulisan yang layak muat
dan sangat bermanfaat bagi para
pembaca, meskipun tidak menjadi
juara, rencananya akan dimuat
pula pada edisi-edisi berikutnya.
A RI RE DA KS ID
Segenap Redaksi Majalah Percik mengucapkanSelamat Hari Natal
dan Tahun Baru 2005
FOTO:FANYWEDAHUDITAMA
1PercikDesember 2004
Pokja AMPL sedang mengadakan rapat rutin
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
4/54
Percik Harus Berlanjut
Kami sangat setuju dan mendukung
isi Jurnal Percik, terutama masalah-
masalah yang berkaitan dengan penge-
tahuan dan macam-macam teknologi
serta kebijakan di bidang Air Minum
(Bersih) dan Penyehatan Lingkungan.
Percik dapat kami gunakan sebagai refe-
rensi dalam rangka penyediaan, pengem-
bangan, dan pengelolaan prasarana dan
sarana di bidang AMPL di Kabupaten
Malang yang saat ini membutuhkan per-
hatian khusus.
Permasalahan AMPL di Kabupaten
Malang yang perlu mendapat pena-
nganan lebih serius tersebut adalah
pemerataan penyediaan air bersih di
perkotaan dan perdesaan (masih banyakdaerah rawan air bersih), teknis dan
manajemen pengelolaan persampahan
(teknologi, terbatasnya prasarana dan
sarana serta pemberdayaan masyarakat
di bidang persampahan), penanganan air
limbah domestik, serta penanganan
drainase perkotaan, lebih-lebih di Ka-
bupaten Malang banyak terdapat 'Aset
Nasional' seperti Bendungan Sutami dan
Selorejo yang harus dijaga kualitasnya
sebagai reservoar air baku untuk air
bersih dari pencemaran akibat pengelo-
laan sampah dan air limbah domestikyang kurang baik.
Pada dasarnya Dinas Permukiman
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Malang sangat mengharapkan terbitnya
Jurnal Percik untuk edisi-edisi selanjut-
nya. Di lain waktu kami akan berpartisi-
pasi memberikan masukan tulisan yang
berkaitan dengan kondisi pengelolaan
AMPL di Kabupaten Malang.
Ir. Didik Budi Muljono, MT.
Kepala Dinas Permukiman Kebersihan
dan Pertamanan Kabupaten Malang
Informasi CLTS
Setelah membaca Percik edisi Okto-
ber 2004 halaman 40 tentang pemaparan
konsep Community Led Total Sanitation
(CLTS), kami tertarik dengan isinya yang
sangat baik dan berguna bagi kami di
Subdin Penyehatan Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Palembang guna menun-
jang Indonesia Sehat 2010. Untuk itu
kami membutuhkan informasi tentang
konsep tersebut secara lengkap dan ala-
mat Bapak Kamal Kar.
Dr. Hj. Gema Asiani, M.Kes
Kasubdin Penyehatan Lingkungan
Kota Palembang
Konsep CLTS telah diterapkan di
beberapa negara antara lain Bangla-
desh dan India. Kami memiliki salinan
buku yang menjelaskan mengenai kon-
sep CLTS secara detil. Kami segera me-
ngirimkan salinannya kepada Ibu. Se-
dangkan Dr. Kamal Krishna Kar dapat
dihubungi melalui Email:[email protected],kamalda@mail-
city.com, [email protected],
Cakupan LayananPDAM Kota Palopo
Kami menyambut baik kehadiran
Majalah Percik sebagai wahana interaksi
antarpelaku di bidang air minum dan
penyehatan lingkungan sehingga terben-
tuk jaringan informasi yang relevan dan
up to date.Sebagai masukan, kami informasikan
bahwa jumlah pelanggan aktif PDAM
Kota Palopo melalui sambungan rumah
(SR) per 31 Desember 2004 mencapai
11.773 SR dengan rata-rata enam jiwa per
SR, sehingga total jiwa yang dilayani
melalui sambungan tersebut sebesar
70.638 orang. Sedangkan pelayanan air
minum non-SR terdiri atas 13 MCK, 13
hidran umum, 7 kran umum, dan 5 termi-
nal air yang masing-masing melayani
rata-rata 50 jiwa sehingga total pela-
yanan air melalui SR mencapai 1.950
orang. Bila dikalkulasikan antara yang SR
dan non-SR maka total jiwa yang ter-
layani sebanyak 72.588 jiwa.
Saat ini penduduk Kota Palopo
berjumlah 106.813 jiwa. Dengan demi-
kian maka persentase cakupan pelayanan
air minum PDAM Kota Palopo per 31
Desember 2004 terhadap total jumlah
penduduk mencapai 67,96 persen atau
dibulatkan menjadi 68 persen.
Perlu kami informasikan bahwa
secara de facto, PDAM Kabupaten Luwu
yang berada di wilayah Palopo telah
beralih status menjadi PDAM Kota
Palopo sebagai konsekuensi berlakunya
UU No. 11 Tahun 2002 tanggal 10 April
2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Mamasa dan Kota Palopo di Propinsi
Sulawesi Selatan.
Drs. H. Andi Nurlan Basalan, MM
Direktur PDAM Kota Palopo
UA RA A ND A S
2 PercikDesember 2004
RedaksiPercik mengucapkan teri-ma kasih kepada pihak-pihak yangtelah mengirimkan surat kepada kami.
Di antaranya: Bappeda Kab. BatangHari, Jurusan Planologi UniversitasTrisakti, Walikota Metro, JurusanPerencanaan Wilayah & Kota FakultasTeknik UNDIP, DPRD Nusa TenggaraTimur, Pusat Informasi dan PelayananMasyarakat Dep. Kelautan dan Per-ikanan, Jurusan Planologi FakultasTeknik Univ. Tarumanagara, JurusanTeknik Lingkungan ITS, Setda Kab.Aceh Barat, DPRD Kab. Pasaman Barat,Bappeda Kota Palembang, DPRD Prop.Sumatera Selatan, dan DPRD Kab. AcehUtara.
z Pada Percik edisi Juni 2004,halaman muka tertulis ''Sanitation ismore importance than independence'',seharusnya ''Sanitation is more impor-tant than independence''.
z Pada Percik edisi Oktober 2004,halaman 45 tertulis ''Seminar NasionalSosialisasi UU No. 8 Tahun 2004'',seharusnya ''Seminar Nasional Sosi-alisasi UU No. 7 Tahun 2004''.
z Pada Percik edisi Oktober 2004,halaman 5 (laporan utama) tertulis,''Pada saat ini kebijakan nasional pem-
bangunan air minum berbasis lembagayang merupakan payung kebijakan pe-ngelolaan PDAM masih dalam tarafpenyelesaian bahkan menjadi salah satubagian dari program 100 hari KabinetIndonesia Bersatu.'' Seharusnya tan-pa ''bahkan menjadi salah satu bagiandari program 100 hari Kabinet Indo-nesia Bersatu.''
RALAT
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
5/54
Awal 2004 menjadi awal per-
masalahan TPA Bantar Gebang.
Pemerintah Propinsi DKI Ja-
karta, yang sejak 1999 mengelola TPA se-
luas lebih dari 100 hektar itu, terpaksa
harus rela menyerahkan pengelolaan itu
kepada pemerintah kota Bekasi. Ini terja-
di karena secara sepihak Wakil Walikota
Bekasi Mochtar Muhamad meminta
Pemprop. DKI membayar retribusi sebe-
sar Rp. 85 ribu per ton sampah yang
dibuang ke TPA tersebut setelah kontrak
kedua pemerintah daerah berakhir
Desember 2003. Permintaan ini jelas takbisa diterima DKI karena telah menyalahi
nota kesepakatan sebelumnya yang
menyatakan bahwa retribusi sampah
untuk setiap tonnya hanya Rp. 50
ribu/ton.
Di luar itu, warga di tiga desa di seki-
tar TPA yakni Desa Sumur Batu, Cikiwul,
dan Ciketing menuntut kompensasi atas
keberadaan TPA tersebut di sekitar desa
mereka. Tuntutan warga ini jelas mere-
potkan pemkot Bekasi, sekaligus
Pemprop. DKI Jakarta. Warga sempat
memblokir jalan di sekitar TPA. Aki-batnya, truk-truk sampah tak berani
masuk TPA. Warga mau membuka jalan
jika pemkot Bekasi membayar kompen-
sasi. Mau tidak mau pemkot akhirnya
setuju. Pemkot menjanjikan kompensasi
Rp. 50 ribu/bulan kepada 12 ribu keluar-
ga yang tinggal di sekitar lokasi TPA. Dan
ini, memang terbukti. Sayangnya hanya
sekali. Setelah itu, pemblokiran kembali
terjadi lagi dengan tuntutan agar biaya
kompensasi dibayarkan sesuai janji.
Kemelut itu jelas menyulitkan
Pemprop. DKI Jakarta. Sementara TPA
Bantar Gebang ditutup, DKI Jakarta
belum memiliki penggantinya. Tak he-
ran, begitu TPA itu tutup selama bebera-
pa hari saja, sampah menggunung di
mana-mana. Para pemulung di TPA pun
mulai mengeluh terhadap pencaharian
mereka. Beberapa di antara mereka me-
milih pindah mencari 'lahan' sampah ba-
ru seperti ke Cilincing. Warga Bekasi
sendiri menginginkan 'perang' antara
Pemkot Bekasi dan Pemprop. DKI Jakar-
ta berakhir damai dan mereka meminta
penyelesaian persoalan pokoknya yakni
pencemaran lingkungan yang diatasi.
Perdamaian pun datang. PemkotBekasi melalui walikota Akhmad Zurfaih
mempersialakan DKI Jakarta kembali
mengoperasikan TPA Bantar Gebang.
Kebijakan walikota ini bertentangan de-
ngan wakilnya. Tapi bukan berarti niat
walikota berjalan mulus. Giliran DPRD
Bekasi angkat suara. Mereka menilai
Pemkot Bekasi menyimpang soal kebi-
jakan TPA Bantar Gebang pasca
berakhirnya kontrak kerja sama Bekasi-
DKI. Walhasil, persoalan TPA ini tak
kunjung usai dalam waktu sebulan.
z z z
Selain menghadapi masalah sampah,
warga DKI Jakarta dikejutkan dengan
naiknya tarif air minum sebesar 30
persen tepat pada 1 Januari 2004. Ke-
naikan tarif ini dimaksudkan untuk me-
nutup defisit mitra kerja PAM Jaya sebe-
sar Rp. 990 milyar dan kewajiban PD
PAM Jaya membayar utang ke pemerin-
tah pusat sebesar Rp. 1,7 trilyun.
Kenaikan itu tentu membuat para
pelanggan PAM keberatan. Mereka meni-
lai layanan yang diterima selama ini tak
sesuai harapan. Misalnya airnya bau,
debitnya sangat kecil, dan air tidak lan-
car. Sebagian warga menilai kenaikanini tidak transparan dan tidak masuk
akal karena untuk menutupi kerugian.
Tapi ya itu, tak pernah kenaikan itu bisa
dihentikan. (MJ)
A P O RA N UT A MAL
z
z
z
z
z
z
z
z
Indeks Berita AMPL
Kisruh TPA Bantar Gebang Mencuat
z Januari z
Sungai Cisedane Tercemar, PDAM Ta-
ngerang Bisa Berhenti Beroperasi (16/1)
Warga Jakarta Minta Tangki Air Minum
Diperbanyak (27/1)
BPPT dan Pusri Akan Bangun Pengolah
Sampah di Jakarta (13/1)
Tangerang Jajaki Pembangkit ListrikTenaga Sampah (24/1)
Kondisi Jakarta dalam Tahap Sia-
ga Satu (6/1)
Menkimpraswil: DKI agar Siapkan
Sistem Peringatan Dini Banjir (2/1)
Waduk di Gadog untuk Cegah Banjir
Jakarta (3/1)
Ciliwung Meluap, Jakarta Banjir (20/1).
FOTO: MERCYCORPS.OR.ID
Ka le idoskop
3PercikDesember 2004
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
6/54
Di awal Februari 2004, Badan
Meteorologi dan Geofisika
memperingatkan masyarakat
Indonesia akan datangnya badai tropis
tingkat III yang terbentuk di selatan Pu-
lau Jawa. Badai itu bisa memicu hujan
lebat dan merata di wilayah Indonesia.
Saat itu BMG memperkirakan Februari
merupakan puncak musim penghujan.
Perkiraan itu tepat. Banjir melanda
hampir seluruh wilayah Indonesia mulai
Februari, dan Maret. Banjir bandang
menerjang sebagian Pulau Jawa. Selainmerusak infrastruktur, banjir di Jawa
Timur menyebabkan tiga orang tewas
dan satu orang hilang. Banjir ini melanda
tujuh wilayah di Jawa Timur. Di
Kabupaten Mojokerto, banjir lumpur
melanda bagian selatan daerah ini.
Ketinggian lumpur mencapai 1-1,5 meter.
Banjir lumpur ini merupakan pertama
kali dalam 100 tahun terakhir di daerah
tersebut. Kerugian di Jawa Timur
diperkirakan sebesar Rp. 300 milyar.
Sedangkan di Jawa Tengah banjir
mengakibatkan jalur yang menghubung-kan Semarang-Purwodadi di Kab. Gro-
bogan terputus. Ratusan rumah di enam
desa di Grobogan terendam menim-
bulkan pengungsian.
Di pantai utara Jawa Barat, banjir
menghambat arus lalu lintas utama pulau
Jawa tersebut. Banjir terbentang mulai
dari Pamanukan (Subang) di bagian
barat hingga Krangkeng (Indramayu) di
bagian timur. Di Indramayu kerugian
diperkirakan mencapai Rp. 1,7 milyar
karena lahan seluas 10.665 hektar teran-
cam tanam ulang.
Seperti biasa, Jakarta pun mengalami
nasib serupa. Ratusan penduduk di
sejumlah lokasi harus rela mencari tem-
pat berteduh sementara. Kemacetan total
terjadi di 29 titik. Tangerang dan Bekasi
pun tak jauh beda kondisinya. Kondisi di
wilayah ini hampir bersamaan dengan
wabah nyamuk demam berdarah.
Di Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan, ribuan warga terpaksa me-
ngungsi karena sebagian besar wilayah
tersebut terendam banjir. Di Kabupaten
Manggarai, NTT, tiga orang tewas dan
enam lainnya hilang. Banjir juga terjadi
di Donggala, Sulawesi Tengah menye-
babkan dua orang tewas. Sumatera,
Sulawesi, pun tak luput dilanda banjir.
Pemerintah dinilai lemah dalam
mengatasi banjir. Ini terbukti banjir
selalu berulang setiap tahun. Langkah-langkah antisipasi nyaris tidak pernah
terdengar, sementara penanganan pasca
banjir terkesan lamban. Padahal telah
banyak pihak yang memberikan masukan
kepada pemerintah tentang antisipasi
banjir.
z z z
Di tengah melimpahnya air bah,
Pemkot Batu dan Pemkot Malang, justru
kekurangan air bersih. Kedua pemerintah
daerah terpaksa menyewa puluhan unit
truk tangki guna mengatasi krisis air
bersih karena distribusi air bersih merekaterganggu banjir. Sebanyak 4.200
pelanggan air PAM Batu terpaksa men-
cari air dalam jerigen, sedangkan di Kota
Malang ada 7.000 pelanggan kesulitan
mendapatkan pasokan.
Sementara itu, pada bulan ini PDAM
Tasikmalaya menaikkan tarif sebesar 50
persen. Kenaikan ini tak hanya me-
nyangkut tarif dasar tapi juga klasifikasi
tarif terhadap tarif rumah tangga yang
telah berubah fungsi. Alasan kenaikan,
biaya operasional dan harga-harga
barang keperluan PDAM meningkat.
Kontan kenaikan itu mengundang reaksi
wakil rakyat. Mereka keberatan dengan
kenaikan itu mengingat PDAM tersebut
masih untung, kendati kecil.
Di Ungaran, PDAM setempat tak
mampu lagi menanggung beban biaya
operasi dan utangnya. Tunggakan PDAM
ini sejak 1994 mencapai Rp. 33,8 milyar.
Untuk mengatasi hal itu PDAM Ungaran
menggandeng PT Sara Tirta Ungaran
(STU) untuk mengelola sumber air di
Ngembar, Kecamatan Jambu. Bentuk
kerja samanya adalah PT STU memba-
ngun dan mengelola alih milik dengan
masa konsesi 27 tahun. Apabila masa
konsesi habis maka semua asset kembali
menjadi miliki PDAM Ungaran. Investasi
baru ini besarnya Rp. 29,244 milyar ter-
diri atas Rp. 23,4 milyar untuk memba-
ngun instalasi pengeolahan air minumdan sisanya untuk membangun instalasi
di sumber air.
A P O RA N UT A MAL
4 PercikDesember 2004
Banjir Landa Wilayah Indonesia
z Februari-Maret-April z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
Indeks Berita AMPL
Senyum Pencari Nafkah TPABantar Gebang (2/2)TPA Cipayung Jadi Proyek Per-contohan TPA se-Jabotabek (3/2)Lahan Pembuangan Akhir SampahCemari Tambak (9/2)TPS Cilincing Terbukti CemariLingkungan (10/2)
BPPT Tawarkan Lima AspekTangani Sampah (16/2)Denda Buang SampahRp. 5 Juta (26/2)Proyek Optimalisasi Kali BanjirKanal Barat Selesai April (18/2)Jalan Pantura Situbondo TertutupLumpur dan Batu (16/2)31 Kelurahan di Yogya Rawan ban-jir dan Longsor (5/2)Suplai Air Baku Anjlok62 persen (5/4)Tercemar SPBU, 5 Tahun Langgan-an Air Mineral (11/4)Pemprop. Jabar Serahkan Penge-
lolaan dan Aset Air Bersih kePDAM (13/4)Usulan Kenaikan Tarif PDAM(Tegal) sebesar Hampri 100 persen(20/4)Air PAM di Bangka Barat SudahLama Tercemar (27/4)Ratusan Warga Bojong Unjuk Rasake Mabes Polri (9/3).
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
7/54
Menyusul banjir di berbagai
wilayah di Indonesia,
masyarakat mulai menilai
kinerja pemerintah dalam menangani
kasus ini. Umumnya mereka berpen-
dapat pemerintah kurang mengantisi-
pasi banjir yang terjadi dan akibat
yang ditimbulkannya. Akibatnya, kor-
ban baik harta maupun jiwa terus saja
muncul dan jumlahnya tak sedikit.
Pemerintah daerah seperti DKI Ja-
karta, misalnya, tak mampu lagi
menangani banjir ini. Pemda DKImeminta pemerintah pusat turun
gunung untuk ikut menyelesaikannya.
Ini karena persoalan banjir bukan
semata-mata persoalan propinsi tapi
lintas daerah.
Bupati Indramayu Irianto Syafiuddin
meminta bantuan pemerintah propinsi
dan pusat dalam mengatasi sedimentasi
di wilayah tersebut. Tingkat sedimentasi
di Indramayu tertinggi di Jawa Barat
karena wilayah ini merupakan hulu dari
sungai-sungai yang membawa lumpur
dari arah Tasikmalaya, Garut, Sumedang,Subang, Majelengka, dan Kuningan.
Di Bekasi, warga Babelan meminta
Kali Rawasasak segera dinormalisasi oleh
pemerintah. Kali tersebut mengalami
pendangkalan dan ditumbuhi beragam
tanaman air sehingga kali tak mampu lagi
menampung air hujan.
Di Kota Bogor, jalan-jalan banyak
yang rusak karena buruknya drainase.
Karena itu, beberapa pihak mengusulkan
agar jalan-jalan di kota hujan tersebut tak
lagi dilapisi aspal tetapi dibeton. Selain
itu warga meminta drainase perlu ditata
dengan baik mengingat curah hujan di
kota tersebut sangat tinggi. Warga juga
mengharapkan pemerintah daerah mem-
benahi tata laksana sampah dan peda-
gang kaki lima. Mereka berharap kota
wisata itu bisa bersih dan sehat.
Di Padang, warga menyesalkan
kerusakan lingkungan yang terjadi di
wilayah tersebut. Beberapa kawasan yang
dulunya tak pernah banjir, saat itu ikut
merasakan musibah. Warga menilai
pemerintah kota kurang peduli terhadap
banjir dan persoalan lingkungan serta
tata ruang kota.
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nabil Makariem menyatakan sembilansitu yang telah berubah fungsi dari 198
situ (alam dan buatan) yang tersebar di
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi harus dikembalikan kepada kon-
disi semula. Menurutnya, mengemba-
likan konservasi situ di kawasan ini
merupakan upaya mencegah banjir
khususnya di daerah resapan dan kan-
tung-kantung air. Selain itu ia juga pri-
hatin terhadap kerusakan 134 situ (68
persen). Hanya 42 situ (20 persen) yang
dinyatakan baik dan dua situ dinyatakan
hilang.
Apa yang dikatakan Nabiel memang
benar. Waduk Rawa Badung di Jati-
negara, Jakarta Timur misalnya, fung-
sinya sebagai penampung air juga sebagai
penampung sampah. Permukaan waduk
dipernuhi sampah seperti plastik-plastik,
dedaunan kering, botol, kaleng-kaleng
bekas, dan lainnya. Kondisi ini
sangat mengganggu warga sekitar
waduk. Mereka mengharapkan
pemerintah bisa memagar waduk
tersebut.
z z z
Sementara itu warga Kota
Bogor dikejutkan dengan naiknya
tarif air minum PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor sebesar 150
persen. Kenaikan itu didasarkan
atas naiknya tarif dasar listrik
(TDL) sebesar 60 persen dan BBMsebesar 50 persen serta UMR
setempat. Kenaikan yang mulai
berlaku pada bulan Juni itu jelas
membuat masyarakat keberatan.
Mereka menilai kenaikan itu terlalu ting-
gi dan tidak sesuai dengan pelayanan
PDAM kepada para pelanggannya. Tapi
ya itu..wus-wus, suara rakyat nyaris tak
terdengar. (MJ)
A P O RA N UT A MAL
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
Indeks Berita AMPL
Meminta Pertanggungjawaban Pemerintah
z Mei z
Pemkot Bekasi Dinilai Ingkar Janji,Warga Tutup TPA Bantar Gebang (6/5)
Sampah TPA Leuwigajah untuk Listrik
(8/5)
Kontainer Ganti Fungsi TPS Liar (10/5)
Guru Mengancam Mogok Mengajar
Karena Sampah (31/5)
Warga Konsumsi Air Tak Layak (14/5)
PDAM Bogor Naikkan Tarif 150 Persen
(21/5)
Tiap Tahun Penurunan Debit Air di
NTB Tinggi (26/5)
Seminar 'Budaya Air' (19/5)
Pipa Air Minum pun Digantung di
Pohon (13/5)
Perlu Aturan Realokasi Penggunaan Air(5/5)
Pusat Diminta Bantu Atasi Soal Banjir
(14/5)
Debit Air Sungai Citandui Turun
Drastis (8/5)
Sungai di Jakarta WC Terpanjang di
Dunia (5/5).
FOTO: DEPKES
5PercikDesember 2004
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
8/54
Setelah dilanda banjir di sejumlah
daerah, Indonesia kembali mene-
rima 'hukum alam' akibat keru-
sakan lingkungan: kekeringan. Kondisi
ini tidak hanya menyengsarakan rakyat
sebagai individu karena sulitnya mereka
memperoleh air bersih, tapi juga penye-
dia air bersih yakni PDAM. Perusahaan
milik daerah mulai mengeluh sulitnya
memperoleh air baku.
Sungai-sungai di Kalimantan Barat
menyusut airnya secara drastis. Keda-
laman air yang semula sekitar 3 meter
berubah menjadi 1 meter. Bahkan dibeberapa badan sungai, warga dengan
leluasa menyeberanginya dengan ber-
jalan kaki. Kondisi itu jelas mengganggu
pasokan air baku di beberapa PDAM
seperti PDAM Sanggau, Landak, dan
Pontianak. Warga setempat terpaksa
harus membeli air minum Rp. 70 ribu per
tangki isi 4 ribu liter. Warga yang lain
membeli eceran seharga Rp. 1.000 per
jerigen. Yang menyedihkan, sebagian
warga lain yang tak mampu membeli air,
terpaksa mengambil air dari sungai pada
malam hari untuk diendapkan dan digu-nakan keesokannya. Bahkan ada yang
langsung menggunakannya dari sungai.
Di Banjarmasin, PDAM setempat pun
mengalami kekurangan pasokan. Salah
satu intake bahan bakunya yang berkapa-
sitas 500 liter per detik tak bisa dipergu-
nakan lagi. Selain karena kekeringan,
kondisi ini akibat intrusi air laut yang
sudah di atas ambang normal. Sulitnya
air bersih ini menimbulkan dampak
buruk bagi warga. Penyakit diare mulai
menyerang warga di sekitar sungai.
Mereka yang terserang umumnya masya-
rakat miskin yang tinggal di permukiman
padat.
Di Serang, Banten, sekitar 10 ribu
pelanggan PDAM setempat tak bisa
menikmati air bersih. Direktur PDAM
setempat menyatakan pasokan itu ter-
henti karena pipa induk air PDAM di
Taman sari, Kecamatan Baros, ditutup
warga karena persoalan ganti rugi yang
tak kunjung usai.
Di Gunung Kidul, Yogyakarta, pemda
setempat membagi air bersih kepada
warga dengan prioritas warga kurang
mampu. Sebanyak 11 kecamatan di kabu-
paten ini kesulitan air bersih akibat ke-
keringan. Di Kulonprogo, delapan dari 12
kecamatan yang ada mengalami keke-
ringan. Bahkan empat kecamatan sudah
selama hampir dua bulan tak menikmatiair bersih sama sekali.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS) Pemali Jatrun Prop.
Jateng Sutrisno mengatakan sebanyak
428.687 hektar lahan hutan di 16 kabu-
paten/kota di wilayahnya dalam kondisi
kritis dan harus mendapatkan perhatian
serius karena dapat menimbulkan ben-
cana. Dari jumlah tersebut 238.170 di
antaranya berada di luar kawasan hutan.
Sementara itu di Nusa Tenggara
Timur, pemerintah daerah setempat
menghentikan pasokan air ke barak-
barak penampungan warga eks Timor
Timur. Pemda beralasan mereka tak
memiliki lagi dana operasional untuk itu.
Warga eks pengungsi menanggapinya
dengan keras. Mereka menyatakan
pemerintah telah memperlakukan mere-
ka tidak lagi sebagai manusia karena
telah menghentikan distribusi air minum
ke kamp mereka.
Selain di daerah, krisis air mengan-
cam ibukota Jakarta. Ini adalah bencana
tahunan bagi ibukota. Krisis ini akibat
curah hujan yang turun di Jakarta tidak
bisa kembali menjadi air tanah karena
berkurangnya daerah resapan air.
Sedangkan kondisi air tanahnya sendiri
yang tersisa dalam kualitas yang buruk.
Hasil pengamatan terhadap sumur warga
di lima wilayah Jakarta menunjukkan
bahwa 90 persen air tanah telah tercemar
bakteri coli yang berasal dari tinja. Bilakeadaan ini tak segera diubah, menurut
Japan Indonesia Cooperation Agency
(JICA), Jakarta akan mengalami keku-
rangan air parah pada tahun 2010.
A P O RA N UT A MAL
6 PercikDesember 2004
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
Indeks Berita AMPL
Masyarakat Kekurangan Air Bersih
z Juni-Juli z
Tarif PDAM Indramayu Naik 66
Persen (30/6)
Sungai Siak Tercemar Limbah,
PDAM Disarankan Tidak Mengolah
Air Baku (3/7)
Warga 116 Desa di Demak Kesulitan
Air Bersih (8/7)Dinilai Cacat Hukum, 16 LSM Gugat
UU SDA ke MK (14/7)
Resapan Air Laut Sudah ke Tengah
Kota (20/7)
Blue Oasis City Dibangun di Kawasan
Resapan Air (28/7)
PK UU SDA Diajukan ke MK (29/7)
Proportional Water Sharing, Untuk
Mencegah Absolut Sumber Mata
Air (22/7)
Perpanjangan TPA Bantar Gebang
Disetujui (10/6)
Warga Tetap Tolak Bojong sebagai
Tempat Pembuangan Sampah Orang
Jakarta (23/7)TPST Bojong Dijamin Tidak Cemari
Lingkungan (29/7)
Situ di Bekasi Terus Menyusut (8/6)
Rp. 100 Milyar Bebaskan Lahan BKT
(24/6)
Sungai Mookervaart Riwayatmu Kini
(28/7).
KARIKATUR:RUDI KOSASIH
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
9/54
Kekeringan yang melanda
Indonesia mau tak mau
mendorong semua pi-
hak mencari alternatif sumber-
sumber air atau cara untuk men-
jaga agar air yang ada bisa diper-
tahankan. Pemerintah melalui
Menteri Riset dan Teknologi
(Menristek) Hatta Rajasa mene-
gaskan tekadnya untuk mencari
sumber air untuk memenuhi
kebutuhan air bersih. Salah satu
contoh berupa pembuatan wa-
duk bawah tanah di Goa Bribin,Gunung Kidul. Pemompaan air
bawah tanah dari Goa Bribin itu akan
mampu memenuhi kebutuhan air bersih
bagi 175 ribu warga Gunung Kidul.
Pengeboran air bawah tanah juga
dilakukan di Dusun Duwet Desa Suci,
sekitar 40 km selatan ibukota Wonogiri,
Jawa Tengah. Pengeboran air sedalam
160 meter ini mampu memenuhi kebu-
tuhan air bagi 500 keluarga di desa terse-
but. Dengan adanya sumur itu, warga tak
lagi perlu berjalan 7 km ke ibukota keca-
matan untuk membeli air atau menunggutruk tangki air di jalan raya yang jaraknya
1 km dari kampung mereka.
Upaya mencari sumber air baru juga
dilakukan melalui lomba. Peneliti dari
Badan Pengkajian dan Penerapan Tek-
nologi (BPPT), Arie Herlambang, berhasil
memenangkan lomba Inovasi Teknologi
2004. Ia berhasil mengalahkan tujuh finalis
lainnya dengan temuan berjudul 'Aplikasi
Teknologi Pengolah Air Asin di Lahan
Gambut Menjadi Air Minum'. Temuan ini
tidak sekadar teori tapi telah diterapkan di
kawasan transmigrasi Kalimantan Tengah
yang mengalami kelangkaan air. Secara
umum, pengolah air ini terdiri atas proses
filterisasi yang jauh lebih panjang dari
perusahaan air minum di perkotaan, dan
dikombinasikan dengan unit desalinasi.
Sistem pengolah seharga 350 juta ini
mampu menghasilkan 170 galon air siap
minum dalam delapan jam operasional.
Warga membeli air olahan itu seharga Rp.
3.000-5.000 per galon.
Sementara itu, untuk mencegah pen-
dangkalan sungai, pencemaran, dan ban-
jir, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso me-
minta warganya untuk tidak membuang
sampah ke 13 sungai yang melintas di Ja-
karta. Selain itu, pemda DKI juga akan
memindahkan rumah-rumah yang ada di
bantaran sungai. Pemda menjanjikan
warganya yang tinggal di areal tersebutdan memiliki KTP DKI, rumah susun de-
ngan harga murah. Semuanya untuk me-
nyukseskan program transportasi sungai
dan wisata air di Jakarta. Salah satu sun-
gai yang kondisinya sudah mulai bagus
adalah Kali Angke. Hanya saja, yang men-
jadi PR pemda DKI yaitu mengubah
warna air dari hitam menjadi jernih.
Sedangkan untuk mencegah banjir,
pemerintah bertekad untuk meram-
pungkan proyek Banjir Kanal Timur
(BKT) pada 2007. Proyek ini telah men-
galokasikan dana sebesar Rp. 1,938 tri-
liun untuk pembangunan konstruksi.
Proses yang masih alot adalah pembe-
basan lahan, mengingat lahan cukup luas
yakni 263 hektar dan menjadi milik
masyarakat. Dengan adanya BKT debit air
di Jakarta diharapkan dapat dikendalikan
dan mengurangi daerah rawan genangan
di 13 kawasan. BKT juga mencakup
pembangunan tiga lokasi.
Di Sumedang, pemerintah akan
mengkaji ulang desain pembangunan
bendungan dan waduk Jatigede di
wilayah tersebut. Departemen Per-
mukiman dan Prasarana Wilayah akan
menurunkan elevasi permukaan
waduk dari desain semula sehingga
wilayah genangan waduk dapat diku-
rangi. Perubahan ini akan mengurangi
volume air yang dapat ditampung
waduk sekal igus mengurangi luas
areal pelayanan waduk tersebut.z z z
Benih-benih ancaman warga untuk
menutup Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST) mulai muncul. Warga
dari enam di desa di Kecamatan Kelapa-
nunggal meminta DPRD Kabupaten Bo-
gor mencabut SK Bupati Bogor tentang
pemberian izin lokasi TPST Bojong. Per-
usahaan pengelola TPTS PT. Wira Guna
Sejahtera meyakinkan bahwa semua per-
alatan dan mesin pengolah sampah aman
bagi lingkungan. (MJ)
Indeks Berita AMPL
A P O RA N UT A MA
Mencari Sumber Air Alternatif
L
z Agustus z
Pencarian Sumber Air Terus Dila-kukan (3/8)Tidak Mampu Atasi Keluhan Pe-langgan, Palyja Terancam Terke-na Sanksi (3/8)Sumur Bor Atasi Kesulitan AirBersih (5/8)Empat Kabupaten di BanyumasKekeringan (10/8)Pengolah Air Lahan Gambut Me-nangkan Lomba Inovasi (20/8)Merdeka Ya Merdeka, Kurang Air
Ya Kurang Air (23/8)Debit Air di Tiga Danau Surut,Ribuan Warga Cirebon TerancamKekeringan (24/8)Tiga SDN Tercemar Sampah Be-lum Dipindah (2/8)DKI Tetap Operasikan TPST Bo-
jong (10/8)Kelola Sampah Mandiri, TidakMustahil (31/8).
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
KARIKATUR:RUDI KOSASIH
7PercikDesember 2004
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
10/54
Ketidakmampuan PDAM mela-
yani kebutuhan masyarakat akan
air minum mendorong lahirnya
bisnis air minum isi ulang. 'Perusahaan'
skala rumah tangga ini berdiri di sudut-
sudut jalan di Jakarta. Mereka menjual
air minum dengan harga terbilang
murah. Rp. 2.500 per galon. Harga ini
jauh lebih murah dibandingkan harga air
minum kemasan bermerek yang bisa
mencapai dua kali lipat. Kemunculan
depot air minum isi ulang tentu
mengkhawatirkan perusahaan-perusa-haan bermerek. Selain itu, sebagian
masyarakat pun ada yang kurang yakin
dengan tingkat higienisitas air isi ulang
tersebut.
Di media massa muncul pemberitaan
bahwa sebagian depot air minum isi
ulang mengandung e-coli dan bisa me-
nimbulkan penyakit ginjal bila dikon-
sumsi dalam waktu lama. Jelas ini mem-
buat resah para pengusaha kecil tersebut.
Melalui asosiasi pengusaha, pemasok,
dan distribusi air minum isi ulang
(Apdamindo), mereka membantah per-nyataan itu yang dianggap terlalu tenden-
sius dan menimbulkan fitnah. Mereka
meminta pihak-pihak yang mengelu-
arkan pernyataan itu melakukan klari-
fikasi karena kalau tidak maka bisnis air
minum isi ulang akan terancam.
Para pengusaha kecil ini mengakui
bahwa pengusaha air minum isi ulang
masih harus dibina dan diberikan penyu-
luhan pentingnya higienitas. Karenanya
mereka perlu dibantu, bukan malah
dimatikan dengan menggiring opini ma-
syarakat ke arah yang negatif.
Pemda DKI Jakarta mengeluarkan SK
Gubernur No 13 Tahun 2004 tentang ser-
tifikat laik sehat bagi depo air minum
(DAM). Sertifikat ini mengatur prosedur
pemberian, rekomendasi perizinan, dan
pengawasan terhadap bisnis air minum
isi ulang. Sertifikat ini merupakan salah
satu prasyarat untuk mendapatkan izin
operasional dari Depperindag. SK itu
juga memberikan sanksi kepada peng-
usaha yang melanggar dari mulai
peringatan tertulis sampai pencabutan
izin operasi. Apdamindo menyambut
baik adanya SK tersebut. Mereka menya-
takan adanya SK itu bisa memberikan
jaminan kepada masyarakat dan peng-
usaha.z z z
PDAM Tirta Kerta Raharja Tangerang
menjanjikan pasokan air bersih bagi
warga di wilayah yang kekurangan air
bersih. Pihaknya telah menyiapkan enam
tangki air berkapasitas 5.000 liter. Ber-
dasarkan data, ada 25 desa yang meng-
alami kesulitan air bersih. Namun tidak
ada satupun pengurus RT/RW setempat
yang mengajukan permintaan air bersih.
Langkah serupa dilakukan PDAM
Indramayu. Untuk mengatasi kesulitan
air, PDAM membagikan air bersih gratis
ke desa-desa atas permintaan kuwu
(kepala desa) dengan menggunakan dela-
pan truk tangki. Desa tinggal memba-
ngun tempat penampungan air bersih.
Tiap desa dipasok air sebanyak empat
truk tangki berkapasitas masing-masing
4 ribu liter.
Di beberapa daerah lain kekeringan
masih terjadi. Akibatnya, masyarakat
sulit memperoleh air bersih. Kejadian ini
bisa dilihat di Kalimantan, sebagian Ja-
wa, dan Nusa Tenggara.
Sementara itu Kota Medan dan seki-
tarnya dilanda banjir besar. Hujan terus
menerus turun selama beberapa hari.
Ratusan rumah terendam. Banjir besar
ini selain karena hujan juga akibat banjir
kiriman dari daerah di sekitarnya.
z z z
Kasus Bantar Gebang mencuat kem-bali setelah perjanjian kerja sama antara
Pemda DKI dan Bekasi ditandatangani
pada pertengahan Juli lalu. Pasalnya,
TPA itu seperti ditelantarkan. Air limbah
dari gunungan sampah meluap ke salur-
an sampai ke permukiman warga. Per-
usahaan yang ditunjuk sepertinya belum
melaksanakan tugasnya. Pemda Bekasi
meminta Pemda DKI membereskan
pengurusan TPA tersebut. (MJ)
A P O RA N UT A MAL
8 PercikDesember 2004
Air Minum Isi Ulang Jadi Sorotan
z September z
Indeks Berita AMPL
Investasi Mitra PDAM Terbatas(1/9)Tarif PAM Jaya Naik OtomatisSetiap 6 Bulan (1/9)Cekungan Bandung Krisis AirAkibat Perubahan Lahan (3/9)PAM Banjarmasin AndalkanTabuk (21/9)Harga Air Bersih Rp. 2.000 perJerigen (24/9)Warga Tepi Mahakam KesulitanAir Bersih (30/9)Sumber Air Bulak SindonBerpotensi Dibisniskan (30/9)
DKI Belum Serahkan Pengelo-laan TPA (7/9)2005, TPA Cikundul TakBerfungsi (14/9)Penolakan Atas TPST BojongDitunggangi LSM dengan Teror(16/9)Banjir Melanda Sumut, RatusanRumah Terendam (21/9).
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
KARIKATUR:RUDI KOSASIH
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
11/54
Kemarau panjang yang melanda
wilayah Indonesia menyisakan
kepedihan bagi warga. Krisis air
bersih terjadi di beberapa tempat.
Bahkan masyarakat di Wanareja, Garut
terpaksa mengkonsumsi air comberan.
Belakangan diketahui bahwa air tersebut
mengandung bakteri dalam kadar yang
tinggi. Air tak layak minum, kendati
dimasak sekalipun. Air hanya cocok
untuk mencuci tangan.Dinas kesehatan setempat pun sudah
memperingatkan warga. Namun apa hen-
dak dikata, pasokan air bersih tak kun-
jung tiba. Satu-satunya jalan, warga di-
minta untuk melakukan kaporitisasi ter-
lebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Sedangkan Pemda Garut membantu alat
penyaringan air comberan buatan ITB
senilai 40 juta dengan kontrak selama
dua bulan. Sebenarnya di wilayah terse-
but ada sumber air Cigaruhguy. Tapi
karena ada hukum adat, sumber air itu
hanya boleh dikonsumsi oleh dua kam-pung saja. Sembilan kampung lainnya
hanya gigit jari.
Di Martapura, Kalimantan Selatan,
warga di Kecamatan Gambut yang tinggal
di tepi handil-handil (parit buatan khas
Kalsel) telah empat bulan mengkonsumsi
air kubangan untuk keperluan sehari-
hari. Kubangan-kubangan itu dibuat
warga di sekitar handil sedalam 2 meter.
Tiap kubangan menghasilkan air bebera-
pa ember. Airnya berwarna kekuningan
dan keruh. Beberapa kubangan ada yang
terletak di tepi kakus dan menimbulkan
bau yang tidak sedap. Air kuning ini dien-
dapkan dan disaring untuk kemudian
dipergunakan.
Di Serang, Banten, puluhan warga di
Kelurahan Sukawana dan Trondol ter-
serang diare. Penyakit ini menyerang
warga gara-gara mereka mengkonsumsi
air dari Kali Bedeng yang berfungsi seba-
gai MCK (mandi, cuci, kakus) dan tempat
mandi ternak.
Krisis air juga terjadi di Kupang,
ibukota NTT. Sebanyak 550 ribu warga
tak memperoleh air bersih. Sumur-sumur
warga mengering. Sumber air Oepura,
salah satu sumber air terbesar di kota itu
yang selama ini dipergunakan oleh
PDAM Kota Kupang untuk menyuplai air
bagi warga juga mengering. Masyarakatantre air terlihat di beberapa sudut kota
untuk memperoleh air sebanyak 1 jerigen
berkapasitas 5 liter. Kondisi ini semakin
diperparah dengan rusaknya jaringan
pipa PDAM setempat.
Nasib serupa dialami warga Cirebon.
Hanya saja kondisinya lebih baik. Warga
masih bisa menikmati kucuran air
kendati harus bergiliran. Ini adalah
langkah PDAM setempat untuk membagi
air agar semua warga kebagian.
Pergiliran air juga terjadi di Su-
medang, Jawa Barat. Sumber air Cipan-teneun Cimalaka sebagai sumber air baku
PDAM setempat mulai menyusut. Beda-
nya dengan Cirebon, tidak semua pelang-
gan PDAM bisa menikmati kocoran air.
Sebagian harus gigit jari karena air tak
menetes kecuali suara angin dari ujung
kran. Kondisi seperti ini mengharuskan
PDAM setempat mendrop air dengan
truk tangki.
Di Cimahi, masyarakat Kelurahan
Cibeber Kecamatan Cimahi Selatan me-
nuntut Pemkot Cimahi segera menutup
dan menghentikan eksploitasi air Danau
Ciseupan yang diperjualbelikan oleh
kelompok tertentu kepada industri-
industri. Tuntutan ini muncul menyusul
terjadinya kekeringan di kawasan Ci-
beber dan sekitarnya. Air sumur
menyusut dan permukaan air danau
turun 2-3 meter.
Tak jauh dari Cimahi, warga di
kawasan Jl. Braga, Kota Bandung mem-
protes pembangunan Braga City Walk
(BCW). Warga menilai proyek itu telah
menimbulkan gangguan terhadap ling-
kungan. Mereka mulai mengeluhkan
sumber air mereka yang berkurang.
Sebelumnya perusahaan yang memba-
ngun proyek itu menjanjikan kompensasi
berupa pembangunan jaringan air ke
warga. Tapi janji tetap janji, tak ada re-alisasi.
Di Jakarta, pengelola air bersih PT.
Palyja mengeluhkan adanya defisit air
baku. Pasokan yang seharusnya 6,2 meter
kubik per detik kini hanya ada 5,2 meter
kubik per detik. Padahal rata-rata kebu-
tuhan air baku 5,4 meter kubik per detik.
Selain pasokan kurang, perusahaan mitra
PAM Jaya itu mengeluhkan kualitas air
baku. Air terlalu keruh. (MJ)
A P O RA N UT A MAL
9 PercikDesember 2004
Air Comberan dan Kubangan pun
Dikonsumsi
z Oktober z
Indeks Berita AMPL
Krisis Air di Kupang BelumTeratasi (4/10)Untuk Mengairi Lahan Pertani-an, Pipa PDAM Kuningan Dije-bol Masyarakat (7/10)Empat Bulan Ribuan Warga diGambut Bergantung Air Ku-bangan (9/10)Hasil Penelitian Sucofindo, AirPDAM Surabaya Layak Minum(11/10)Proyek Wisata Terpadu AncamKonservasi Air (13/10)Debit Air Baku PDAM Turun
200 Liter Per Detik (25/10)Warga Sukabumi Selatan Menje-rit Kekurangan Air (25/10)Warga Bekasi Utara Minta Dibu-atkan Sumur (27/10)Warga Wanaraja Masih Kon-sumsi Air Comberan (27/10)Tercemar, Air Sungai Musi TidakLayak Konsumsi (29/10).
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
12/54
Akhir Nopember 2004 merupakan
puncak kasus Tempat Peng-
olahan Sampat Terpadu (TPST)
Bojong, Kecamatan Kelapanunggal, Ka-
bupaten Bogor. Warga sekitar berunjuk
rasa yang berbuntut bentrokan antara
pengunjuk rasa dan aparat kepolisian
dari Polres Bogor. Lima warga tertembak
dan lainnya ada yang melarikan diri alias
menghilang.
Aksi warga di sekitar ini sebenarnya
telah berlangsung berkali-kali. Sempat
muncul isu ada yang menunggangi aksi-
aksi mereka. Namun yang jelas di per-mukaan, warga beralasan kehadiran
TPST akan berdampak buruk terhadap
lingkungan dan dianggap pembangunan
TPST itu menyalahi rencana umum tata
ruang (RUTR) di kawasan tersebut yang
diperuntukkan bagi permukiman.
Setiap kali akan ada ujicoba, warga
selalu menghadang truk-truk yang akan
masuk. Bahkan warga sempat mengusir
Kapolres Bogor yang sedang melakukan
sosialisasi. Mereka juga menebang po-
hon di sepanjang jalan menuju ke lokasi
tersebut dan memblokir jalan denganmaterial-material berat. Puncak ben-
trokan tanggal 22 Nopember menjelang
tengah hari. Massa menyerang TPST
Bojong dan merusak serta membakar
aset milik PT Wira Guna Sejahtera (pen-
gelola TPST).
Menteri Negara Lingkungan Hidup
yang baru Rachmat Witoelar dapat
memahami kekhawatiran masyarakat di
sekitar lokasi mengenai dampak negatif
keberadaan TPST tersebut. Namun ia
juga menyayangkan tindakan masyarakat
yang menyebabkan kerusakan karena
sebenarnya masih terbuka peluang untuk
bernegosiasi. Menurutnya, seharusnya
sosialisasi dilakukan lebih intensif kepa-
da masyarakat.
Akibat kejadian itu beberapa pihak
meminta TPST Bojong ditutup semen-
tara. Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso
menegaskan TPST itu akan tetap ber-
operasi, hanya saja menunggu kondisi
yang kondusif.
Pusat Penelitian Leingkungan Hidup
Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat (PPLH-LPPM) IPB melihat
kasus Bojong sebagai sebuah gunung es
dalam masalah pengelolaan sampah di
Indonesia. Persoalan itu berakar pada
masalah mendasar bahwa pengelolaan
sampah di DKI Jakarta, dan kota-kota
besar lainnya masih bertumpu pada pa-
radigma lama. Paradigma baru dalam pe-
ngelolaan sampah yakni membangunkebijakan dan praktek-praktek pengolah-
an sampah yang mencerminkan peng-
olahan sampah berbasis komunitas yang
melibatkan seluruh partisipasi masya-
rakat, pengusaha, dan pemulung.
Kasus Bojong ini ini seakan menya-
darkan pihak-pihak terkait dengan sam-
pah untuk menyuarakan idenya. Bebe-
rapa kalangan mengusulkan agar sampah
Jakarta yang jumlahnya 6 ribu ton per
hari dibuat kompos. Ada juga yang
berpendapat agar insinerator dibangun
di masing-masing wilayah agar tak terlalumembebani TPA. Ada juga yang bersi-
kukuh dengan penerapan teknologi cang-
gih mengingat keterbatasan lahan yang
ada. Mana yang benar? Masing-masing
memiliki argumentasi. Yang pasti untuk
skala Indonesia, ide-idenya belum ada
yang terbukti 100 persen tepat. Karena-
nya, saat ini perlu pemikiran yang men-
dalam untuk mencari pemecahan yang
tepat. Jangan sampai kasus Bojong itu
terulang kembali dan jatuh korban.
Sementara itu wilayah seperti Tange-
rang dengan tegas menolak rencana DKI
untuk membuang sampahnya ke daerah
tersebut. Seperti diketahui, DKI sendiri
tak lagi memiliki lahan untuk areal pem-
buangan sampah. Kasus ini pun menya-
darkan bahwa persoalan sampah memer-
lukan kerja sama lintas wilayah dengan
perhitungan yang matang dan saling
menguntungkan, termasuk pula mengun-
tungkan rakyat di sekitar areal yang akan
menjadi lokasi pembuangan sampah.
Dan yang lebih penting, analisa mengenai
dampak lingkungan tak boleh diabaikan.
Kalau tidak, rakyat yang akan menjadi
korban.
Akhir tahun 2004 ini juga diwarnai
dengan hujan deras yang mengguyur
beberapa wilayah di Tanah Air. Drainase
yang buruk menyebabkan banyak daerah
mulai kebanjiran kendati tidak dalam
jangka waktu lama. Jakarta pun telah
bersiap diri untuk menghadapi kondisiitu termasuk upaya mencegah penyakit
diare yang biasa terjadi pada musim
hujan. Tapi karena pembangunan drai-
nase yang buruk, beberapa jalan tampak
rusak tergerus air hujan.
A P O RA N UT A MAL
10 PercikDesember 2004
Gejolak di TPST Bojong
z Nopember-Desember z
Indeks Berita AMPL
Distamben Jabar MembangunSumur Artesis di Leulosa (1/11)Sumber Air Minum Jangan dariSungai yang Tercemar (5/11)Krisis Air Bersih Ancam Jakarta
(22/11)PDAM Harus Beri KompensasiSelama Air Tidak Mengalir(23/11)Tarif Otomatis Air Bersih akanDikaji Ulang (29/11)Warga Dukung KeberadaanTPST Bojong (1/11)Sampah Untuk Kompos (4/11)Investor Incar Pengelolaan Sam-pah Surabaya (9/11)Sampah Bertumpuk di Tepi Ja-lan DKI Jakarta dan Tangerang(18/11)Rusuh di TPST Bojong, Lima
Pengunjuk Rasa Tertembak(23/11)Kanal Masih Jadi TempatSampah (21/11)Pemkot Jaktim Takut Pembe-basan Lahan BKT Diambil Alih(10/11)Waspadai Penyakit di MusimHujan (12/11).
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
z
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
13/54
Kebijakan Nasional Pembangunan
Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (AMPL) menggu-
nakan dua pendekatan yakni berbasis
masyarakat dan berbasis lembaga.
Kebijakan berbasis masyarakat memasu-
ki tahap implementasi pada tahun 2004.
Saudara kandungnya, kebijakan berbasis
lembaga kini masih dalam tahap peng-
godogan. Awal tahun 2005, kebijakan itu
sudah jadi dan siap untuk didisemi-
nasikan.
Bila menengok proses penyusunannya,
kebijakan pembangunan berbasis lembagaini lebih cepat dari proses penyusunan
kebijakan AMPL berbasis masyarakat.
Lokakarya mengenai draft kebijakan ini
berlangsung pada September 2004 dan
proses penulisan diselesaikan pada akhir
Desember ini. Keberadaan kebijakan ini
merupakan momentum yang penting,
karena diharapkan akan memberikan kon-
sistensi dan kepastian bagi pelaksanaan
pembangunan AMPL secara menyeluruh.
Proses penyusunan kebijakan dilak-
sanakan dengan membentuk tim kerja
yang terdiri dari 4 tim, yaitu:
z Tim Air Minum
z Tim Air Limbah
z Tim Persampahan
z Tim Drainase
Selain itu dibentuk juga tim lintas
sektor yang bertanggung jawab terhadap
aspek teknis, lingkungan, pembiayaan,kelembagaan, dan sosial. Tim kerja terse-
but merupakan tim inti dalam penyusun-
an kebijakan berbasis lembaga. Tim itu
bertanggung jawab dalam proses per-
baikan dokumen serta memperkaya porsi
penyehatan lingkungan agar terjadi kese-
imbangan dalam porsi pembahasan dan
penulisannya.
Sejak lokakarya September 2004 di
Bogor, kelompok kerja nasional secara
simultan mengadakan diskusi guna me-
nyempurnakan draft Kebijakan Lembaga.
Diskusi-diskusi dilakukan baik dalam tim
sektor, maupun secara pleno.
Selama masa itu pula terjadi proses
sinkronisasi kebijakan dengan produk
perencanaan lain yang telah dihasilkan
oleh Departemen PU dan Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH). Sinkronisasi
dengan Dep. PU menyangkut National
Action Plan (NAP) sektor air minum, air
limbah, dan persampahan. Sedangkan
dengan KLH berkaitan dengan kebijakan
nasional pengelolaan limbah padat.
Lokakarya I dan II berlangsung
A P O RA N UT A MA
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan Berbasis Lembaga,
Telur yang akan Menetas
L
Mengutamakan masyarakat miskin da-
lam peningkatan pelayanan AMPL (pro
poor)
Menjaga keseimbangan antara kebu-
tuhan penyelenggaraan AMPL dengan
daya dukung lingkungan (eko-ling)
Meningkatkan keterlibatan semua
pihak dalam penyelenggaraan AMPL
(all out)
Mengoptimalkan penerapan prinsip
kepengusahaan yang benar dan prinsip
pemulihan biaya dalam penyeleng-garaan AMPL (good coorporate gover-
nance)
Mengefektifkan penegakan hukum
(law enforcement)
Mengembangkan mekanisme kerja
sama antardaerah dan antarsektor
dalam penyelenggaraan AMPL (re-
gionalisasi)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kebijakan Nasional PembangunanAMPL Berbasis Lembaga Meningkatkan kualitas dan cakupan pe-
layanan dari air bersih menjadi air mi-
num secara bertahap.
Meningkatkan akses pada prasarana
dan sarana air minum dengan menguta-
makan masyarakat berpenghasilan ren-
dah dan daerah rendah akses
Memberdayakan masyarakat dalam
menentukan memanfaatan air minum
secara layak
Pengendalian konsumsi air minum
melalui instrumen peraturan dan tarif
Meningkatkan peran pemerintah, ma-syarakat, dan dunia usaha dalam pena-
nganan air baku
Menerapkan prinsip kepengusahaan
dan pemulihan biaya dalam pengelola-
an air minum dengan menjamin kebu-
tuhan dasar
Meningkatkan peluang investasi dalam
penyediaan dan pelayanan air minum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kebijakan Sektor Air Minum
FOTO:OSWAR MUNGKASA
11PercikDesember 2004
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
14/54
secara berseri dan melibatkan semua sek-
tor terkait. Draft kebijakan itu terus
diperbaharui oleh konsultan dengan
supervisi dari Sekretariat WASPOLA danarahan Pokja hingga akhirnya draft ketiga
dapat diselesaikan, yang diharapkan
merupakan drat final. Draft inilah yang
nantinya akan dibawa ke pertemuan
Central Project Committee (CPC).
Kendati sudah menyelesaikan draft
ketiga, bukan berarti kegiatan terkait de-
ngan penyusunan kebijakan tersebut sele-
sai. Terdapat beberapa kegiatan pen-
dukung yang sampai saat ini belum ter-
laksana, yaitu:
Kajian peraturan dan perundang-
undangan yang terkait dengan sektorAMPL, seperti misalnya UU SDA, RPP
Air Minum, UU Desentralisasi, UU
BUMN, dan lain-lain
Pengayaan wawasan dalam hal kebi-
jakan publik
Kegiatan tersebut belum bisa terlak-
sana juga karena padatnya agenda ke-
giatan kelompok kerja. Kegiatan pendu-
kung ini merupakan kegiatan lepas (inde-
pendent activities) yang ditujukan untukmemberikan bahan masukan dan refe-
rensi bagi tim kerja, sehingga kegiatan
tersebut masih relevan diadakan selama
proses formulasi Kebijakan Lembaga
yang sedang berjalan. Yang pasti tak lama
lagi 'Telur' Kebijakan Nasional Pem-
bangunan AMPL Berbasis Lembaga akan
'Menetas'. Tentu penyempurnaan tak
boleh diabaikan. Kita tunggu. (MJ)
A P O RA N UT A MAL
12 PercikDesember 2004
Pengurangan sampah semaksimal
mungkin dimulai dari sumbernya
Mengedepankan peran dan partisipasi
aktif masyarakat sebagai mitra dalam
pengelolaan sampah
Memperkuat Kapasitas Lembaga Pe-
ngelola Persampahan
Pengembangan Kemitraan dengan
Swasta
Meningkatkan tingkat pelayanan untukmencapai sasaran nasional secara
bertahap
Menerapkan prinsip pemulihan biaya
(cost recovery) secara bertahap
Peningkatan Efektifitas Penegakan
Hukum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kebijakan Sektor Persampahan
Mendorong keterpaduan antara pengaturan sektor air minum dan air limbah
Penyelenggaraan air limbah dilakukan untuk keperluan konservasi lingkungan
Masyarakat harus mempunyai akses pada prasarana dan sarana air limbah yang
memadai
Memprioritaskan penyediaan akses pada prasarana dan sarana air limbah untuk
masyarakat miskinPenyelenggaraan air limbah dilakukan oleh lembaga yang secara khusus ditunjuk untuk
menangani air limbah
Meningkatkan peran pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam penyeleng-
garaan air limbah
Penerapan prinsip pemulihan biaya secara bertahap dalam penyelenggaraan air lim-
bah
Mengektifkan penegakan hukum dalam mencegah pencemaran sumber air
Kebijakan Sektor Air limbah
Penangangan Drainase Dilakukan oleh
Unsur-unsur Pemerintah, Swasta, dan
Masyarakat Berdasarkan Hirarki Sis-
tem Drainase
Pengembangan Drainase Dilakukan
untuk Mendukung Keseimbangan Tata
Air
Penanganan Drainase dengan Prioritas
Daerah Padat Penduduk dan Miskin
1.
2.
3.
Kebijakan Sektor Drainase
z
z
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
FOTO:OSWAR MUNGKASA
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
15/54
Juni 2003. Kebijakan Nasional
Pembangunan Air Minum dan Pe-
nyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat lahir. Kebijakan itu disepa-
kati oleh enam eselon 1 dari lima departe-
men. Mereka yang membubuhkan tanda
tangan adalah Ir. E. Suyono Dikun, Ph.D,
IPM (Deputi Menteri Negara PPN/-
Kepala Bappenas Bidang Sarana dan
Prasarana), Prof. Dr. Umar Fahmi Ach-
madi, MPH, Ph.D (Direktur Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan, DepartemenKesehatan), Ir. Budiman Arif (Direktur
Jenderal Tata Perkotaan dan Tata
Perdesaan, Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah), Drs. Seman
Widjojo, Msi (Direktur Jenderal Bina
Pembangunan Daerah, Departemen
Dalam Negeri), Dr. Ardi Partadinata, Msi
(Direktur Jenderal Pemberdayaan Ma-
syarakat dan Desa, Departemen Dalam
Negeri), dan Dr. Machfud Siddik, MSc
(Direktur Jenderal Perimbangan Ke-
uangan Pusat dan Daerah).
Sebelum ditandatangani, kebijakanyang disusun oleh Kelompok Kerja Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan
(Pokja AMPL) ini telah melalui beberapa
langkah pengujian di lapangan. Daerah
yang dipilih untuk uji coba antara lain
Kabupaten Solok (Sumatera Barat),
Kabupaten Musi Banyuasin (Sumatera
Selatan), Kabupaten Subang (Jawa
Barat), dan Kabupaten Sumba Timur
(Nusa Tenggara Timur). Uji coba ini
membuktikan bahwa daerah bisa meneri-
ma dan mengadopsi kebijakan tersebut.
Saatnya tahun 2004 sebagai tahun
operasionalisasi kebijakan tersebut.
Namun dengan keterbatasan pemerintah
pusat, kebijakan itu tak bisa langsung
dilaksanakan di seluruh wilayah Indo-
nesia sekaligus. Perlu ada proses dan
tahapan-tahapan. Maka pada Januari
2004 diadakan lokakarya pengembangan
strategi pelaksanaan kebijakan nasional
pembangunan AMPL berbasis ma-
syarakat. Lokakarya ini menghasilkan
kriteria pemilihan daerah dan piranti
yang diperlukan. Selain itu peserta sepa-
kat untuk membuat rencana detail
kegiatan tahun 2004. Kegiatan yang di-
sepakati diarahkan pada pemasaran/pro-
mosi, advokasi, fasilitasi, konsultasi, dan
operasionalisasi kegiatan.
Pada awal 2004, Pokja AMPL menye-
barkan surat penawaran kepada peme-
rintah kabupaten/kota dan propinsi. Ada14 kabupaten dan 13 propinsi yang ter-
tarik. Pokja AMPL kemudian menyelek-
sinya berdasarkan surat minat dan ko-
mitmen daerah. Terpilihlah tujuh propin-
si yakni Propinsi Sumatera Barat, Bangka
Belitung, Banten, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat,
dan tujuh kabupaten yakni Kabupaten
Sijunjung, Bangka Selatan, Lebak, Ke-
bumen, Pangkajene, Gorontalo, dan
Lombok Barat.
Sebelum kebijakan nasional ini
benar-benar diaplikasikan di daerahtersebut berbagai persiapan pun diambil.
Salah satunya adalah menggelar loka-
karya pemahaman kebijakan nasional
dan proses fasilitasi pelaksanaan kebi-
jakan di daerah pada akhir Mei 2004.
Lokakarya ini dimaksudkan untuk mem-
berikan pemahaman kepada para fasilita-
tor yang akan diterjunkan ke daerah ten-
tang kebijakan tersebut sekaligus menyu-
sun rencana kerja rinci kegiatan fasilitasi
penerapan kebijakan nasional tersebut di
daerah. Sebelumnya para fasilitator
tersebut telah pula mengikuti orientasi
Methodology of Participatory Assess-
ment (MPA), sebuah metode pendekatan
masyarakat berdasarkan prinsip tanggap
kebutuhan. Metode ini pula yang diadop-
si dalam kebijakan nasional pembangu-
nan AMPL berbasis masyarakat.
Pertengahan Juni 2004, fasilitasi
kebijakan nasional tersebut mulai ber-
langsung di daerah. Para fasilitator mulai
ditempatkan di daerah. Di setiap propin-
si terdapat satu fasilitator yang sekaligusmenjadi fasilitator di kabupaten pada
propinsi tersebut. Jumlah fasilitator ada
tujuh orang. Mereka didukung dan diko-
ordinasikan oleh sekretariat WASPOLA
dan Kelompok Kerja AMPL di Jakarta.
Sampai dengan Juli 2004, kegiatan
yang dilaksanakan di daerah antara lain:
koordinasi persiapan pelaksanaan kebi-
jakan di daerah, dan presentasi umum
pemaparan program setiap propinsi dan
kabupaten. Kegiatan tersebut difasilitasi
oleh tujuh fasilitator yang ditempatkan di
daerah.
Persiapan pelaksanaan kebijakan di
daerah didahului koordinasi dengan
pimpinan dan instansi terkait di daerah-
Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Kim-
praswil/Kimtaru, Dinas/Badan Pember-
dayaan Masyarakat-- guna memperke-
nalkan dan memperjelas rencana pro-
A P O RA N UT A MA
2004, Tahun Pelaksanaan Kebijakan NasionalPembangunan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat
L
KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN
AIR MINUM DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT
Air merupakan benda sosial dan
benda ekonomi
Pilihan yang diinformasikan sebagai
dasar dalam pendekatan tanggap
kebutuhan
Pembangunan berwawasan ling-
kungan
Pendidikan perilaku hidup bersih
dan sehat
Keberpihakan pada masyarakat
miskinPeran perempuan dalam peng-
ambilan keputusan
Akuntabilitas proses pembangunan
Peran pemerintah sebagai fasilitator
Peran aktif masyarakat
Pelayanan optimal dan tepat
sasaran
Penerapan prinsip pemulihan biaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
13PercikDesember 2004
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
16/54
gram. Secara umum semua daerah mem-
berikan dukungan positif terhadap pro-
gram dan menyiapkan prasarana kerja
fasilitator. Seluruh fasilitator berkantor di
Bappeda kabupaten kecuali di Kabupaten
Lombak Barat-berkantor di Dinas Kim-
taru (PU).
Selain dukungan di atas, pemerintah
daerah juga mengalokasikan dana untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan. Hanya
saja, bagi sebagian besar daerah, dana
tersebut belum tersedia sehingga harus
dialokasikan dalam Anggaran Belanja
Tahunan (ABT). Daerah yang telah meng-
alokasikan dana sejak awal yakni Kabupa-
ten Kebumen, Kabupaten Sijunjung, Ka-bupaten Gorontalo, Kabupaten Bangka
Selatan, dan Kabupaten Lombok Barat.
Bersamaan dengan itu fasilitator
mengidentifikasi dinas terkait dan pihak
lain yang peduli terhadap AMPL khusus-
nya dari kalangan LSM. Identifikasi itu
menghasilkan nama-nama yang diikut-
sertakan dalam TOT MPA dan Pelak-
sanaan Kebijakan yang diselenggarakan
oleh Kelompok Kerja AMPL di Cisarua,
Bogor, 13-16 Juli 2004.
Fasilitator dan pemangku kepenting-
an (stakeholder) di daerah juga mengum-pulkan data sarana air minum dan penye-
hatan lingkungan. Data tersebut menjadi
bahan pembahasan pada lokakarya dae-
rah dalam pengembangan rencana kerja
pembangunan AMPL. Semua daerah
menyadari permasalahan mengenai ke-
lengkapan data. Oleh karena itu, penyia-
pan data memerlukan waktu yang cukup.
Paparan Program di daerah
Agenda pemaparan program meliputi:
(i) gambaran umum program penyu-
sunan kebijakan; (ii) pokok-pokok kebi-
jakan nasional AMPL berbasis masya-
rakat; (iii) proses fasilitasi pelaksanaan
kebijakan di daerah; (iv) diskusi dan kla-
rifikasi; dan (v) kesepakatan rencana
kegiatan jangka pendek.
Secara umum semua daerah mem-
berikan respon positif terhadap rencana
kegiatan dan memahami keberlanjutan
AMPL sebagai isu penting yang perlu
mendapatkan penanganan. Agenda jang-
ka pendek yang disepakati antara lain
penyiapan kelompok kerja, penetapan
calon peserta yang dikirim ke TOT MPA
dan Pelaksanaan Kebijakan.
Hal lain yang perlu ditindaklanjuti
oleh fasilitator antara lain:
Adanya kesalahpahaman bahwa pro-
gram ini dilengkapi dengan proyekfisik. Pemahaman ini berdasarkan
kebiasaan bahwa setiap program yang
berasal dari pusat selalu identik de-
ngan proyek fisik.
Ketidakhadiran unsur DPRD. Padahal
mereka memegang peranan penting
dalam mendukung dan menindaklan-
juti pelaksanaan kegiatan AMPL.
Alokasi dana yang belum jelas dari
beberapa daerah seperti Jawa Tengah,
Sumatera Barat, NTB, Gorontalo, dan
Sulawesi Selatan.
Orientasi TOT MPA dan
Pelaksanaan Kebijakan
Semua daerah mengirimkan peserta,
bahkan Banten menambah satu orang
dan Gorontalo menambah dua orang.
Sebanyak dua orang dari Babel dan
Bangka Selatan tidak hadir karena alasan
kesulitan transportasi.
Secara umum, seluruh peserta antu-
sias mengikuti pelatihan. Mereka juga
telah membuat rencana kerja pelak-
sanaan kebijakan yang akan dibicarakan
lebih lanjut di daerah masing-masing.
Lokakarya di daerah
Lokakarya demi lokakarya terus
berlangsung di tujuh propinsi dan tujuh
kabupaten tersebut. Tujuannya untuk
membantu daerah dalam pengembangan
kerangka kebijakan daerah dan rencana
kerja sektor AMPL. Kegiatan yang telah
dilaksanakan mencakup:
Kaji ulang (review) kebijakan nasionalAMPL berbasis masyarakat di daerah
Identifikasi isu dan permasalahan
AMPL daerah
Kajian terhadap faktor keberlanjutan
pembangunan AMPL di daerah
Dialog-dialog kebijakan dalam rangka
menumbuhkan kepedulian berbagai
pihak terhadap upaya mengatasi per-
masalahan AMPL.
Penyusunan rencana daerah sektor
AMPL
Diseminasi kebijakan oleh propinsi
kepada semua kabupaten/kotaSampai saat ini, seluruh propinsi
dan kabupaten, lokasi fasilitasi, telah
melakukan kaji ulang pokok-pokok ke-
bijakan dengan melibatkan stakeholder
luas, melalui forum lokakarya daerah,
dan merumuskan kesamaan persepsi,
tantangan serta upaya yang perlu dilak-
sanakan daerah.
Dilakukan juga kunjungan lapangan
ke lokasi proyek yang dianggap berhasil
maupun gagal, untuk mempelajari fak-
tor penyebabnya dan mengambil pe-
lajaran (lesson learned) atasnya sebagai
suatu kajian faktor keberlanjutan. Dan
yang lebih penting, beberapa daerah
sudah mulai memikirkan untuk me-
nyusun program AMPL tahun 2005.
Akankah kebijakan ini benar-benar
teraplikasikan? Kita tunggu tahun
depan. (MJ)
A P O RA N UT A MAL
14 PercikDesember 2004
z
z
z
z
z
z
z
z
z
P
royek Penyusunan Kebijakan
dan Rencana Kegiatan AirMinum dan Penyehatan Lingkungan
(WASPOLA) dilaksanakan di bawah
koordinasi Pemerintah Indonesia,
melalui Kelompok Kerja lintas
departemen (Bappenas, Depdagri,
Depkimpraswil, Depkes, dan Depkeu)
yang diketuai oleh Bappenas,
dengan mayoritas dana hibah dari
Pemerintah Australia melaluiAusAID,
dan dukungan langsung Water and
Sanitation Program for East Asia and
the Pacific (WSP-EAP) atas nama
AusAID dan Bank Dunia.
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
17/54
P
ada tahun 2004, WASPOLA mela-
kukan berbagai kegiatan sebagai
penjabaran rencana kerja yang
telah disepakati oleh tiga pihak yaitu: Pe-
merintah Indonesia, AusAID, dan WSP-
World Bank. Kegiatan tersebut dikelom-
pokkan ke dalam empat kategori, yaitu
operasionalisasi kebijakan, perubahan
kebijakan, knowledge management, dan
manajemen proyek. Berikut ini ringkasan
kegiatan WASPOLA selama tahun 2004.
JANUARILokakarya pengembangan strategi
pelaksanaan kebijakan di daerah. Ber-
langsung tanggal 14 di Hotel Mariot Ja-karta. Dihadiri oleh 27 peserta dari Ke-
lompok Kerja (Pokja) WASPOLA, WSP-
EAP, AusAID. Lokakarya menyepakati
strategi pelaksanaan dan rencana kerja,
yang akan memberi peran kepada pro-
pinsi dalam fasilitasi di kabupaten.
FEBRUARITraining of trainer untuk lokakarya
pencapaian Millennium Development
Goals. Berlangsung tanggal 10-11 di Hotel
Sheraton Bandara Jakarta. Dihadiri oleh
22 peserta dari Pokja WASPOLA, WSP-EAP, dan Sekretariat WASPOLA. Loka-
karya ini melatih calon fasilitator untuk
penyelenggaraan lokakarya MDGs. Fasi-
litator acara ini adalah anggota Pokja ser-
ta WSP-EAP yang telah mengikuti
pelatihan serupa di Laos.
Lokakarya nasional pencapaian
Millennium Development Goals melalui
rencana tindak air minum dan penye-
hatan lingkungan. Berlangsung di Hotel
Sheraton Bandara tanggal 17-19. Dihadiri
oleh 62 peserta dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, asosiasi profesi, per-
guruan tinggi, LSM, donor, dan war-
tawan. Lokakarya ini menghasilkan ke-
samaan pandang para stakeholders ten-
tang perlunya peningkatan pemahaman
terhadap target MDG, serta upaya sinergi
dari semua stakeholder dalam mencapai
MDG.
MARETLokakarya nasional pelaksanaan Kebi-
jakan AMPL Berbasis Masyarakat (Pe-
milihan Daerah). Dilaksanakan di Hotel
Hyatt Yogyakarta tanggal 10-12 Maret
2004. Dihadiri oleh 55 peserta daerah (14
kabupaten dan 13 propinsi), 15 peserta dari
pusat, 8 orang calon fasilitator daerah, serta
sekretariat WASPOLA dan WSP-EAP. Pada
lokakarya tersebut dapat disepakati kriteria
pemilihan daerah, serta syarat-syarat yang
wajib dipenuhi oleh daerah yang berminat.
APRILKonfirmasi minat daerah dalam
pelaksanaan kebijakan. Dilakukan mela-lui komunikasi telepon dan kunjungan ke
daerah.
MEIOrientasi Methodology for Participa-
tory Assessment (MPA) untuk pemba-
ngunan air minum dan penyehatan ling-
kungan. Dilakukan tanggal 10-13 di Lido
Resort Sukabumi. Diikuti oleh 32 peser-
ta terdiri atas Kelompok Kerja WASPO-
LA, Pemerintah Kab. Sukabumi, fasilita-
tor daerah, dan WSP-EAP. Acara ini me-
rupakan acara rutin yang dilakukan tiaptahun, yang bertujuan untuk memberi-
kan pemahaman tentang MPA bagi
anggota Kelompok Kerja WASPOLA yang
baru, dan penyegaran bagi anggota lama.
Di samping itu juga untuk membekali
fasilitator yang akan bertugas di daerah
tentang metodologi partisipatif yang
menjadi alat dalam fasilitasi kebijakan.
Lokakarya pengembangan ren-
cana kerja fasilitasi pelaksanaan
Kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat
di daerah. Diselenggarakan pada tang-
gal 24-27 di Hotel Plaza Purwakarta.
Diikuti oleh 25 peserta terdiri atas
fasilitator daerah, sekretariat, serta
Kelompok Kerja WASPOLA. Lokakarya
ini menghasilkan rencana kerja rinci
kegiatan pelaksanaan kebijakan di
daerah, termasuk indikator kinerja
bagi fasilitator.
JUNIMobilisasi tim fasilitator ke daerah.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kesiapan masing-masing
daerah. Tujuh orang fasilitator ditempat-
kan di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung-
Sumatera Barat, Bangka Selatan-Bangka
Belitung, Lebak-Banten, Kebumen-Jawa
Tengah, Lombok Barat-NTB, Pangkep-
Sulawesi Selatan, dan Gorontalo-
Gorontalo. Pada bulan ini juga beberapa
daerah langsung menyelenggarakan loka-
karya/pertemuan untuk mensosialisasi-
kan kegiatan, yang dihadiri oleh Ke-
lompok Kerja WASPOLA.
JULILokakarya review rencana kerja
WASPOLA. Diselenggarakan di Hotel
Novus Puncak tanggal 6-8. Dihadiri oleh
25 peserta dari Kelompok Kerja dan
Sekretariat WASPOLA. Lokakarya ini
mengidentifikasi kegiatan yang perlu
mendapat prioritas, yang dapat ditunda,
atau kemungkinan tidak dilakukan, bah-
kan adanya usulan kegiatan baru. Ke-
giatan prioritas adalah penyelesaian Ke-
bijakan Nasional AMPL Berbasis Lem-
baga, sedangkan yang ditunda adalahstudi kasus dan ujicoba.
Lokakarya sosialisasi Kebijakan
Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di
Propinsi dan Kabupaten. Dilakukan di
seluruh propinsi dan kabupaten terpilih.
AGUSTUSIkut serta dalam pameran Nusan-
tara Water Expo yang diselenggarakan
tanggal 19-20 di Jakarta Hall Conven-
tion Center. Dalam kesempatan ini
Kelompok Kerja WASPOLA didukung
oleh Sekretariat melakukan display se-
mua produk baik cetak maupun elektro-
nik. Dalam pameran tersebut stand
WASPOLA mendapat kunjungan sekitar
200 pengunjung.
Lokakarya pemahaman Kebijakan
Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di
Propinsi dan Kabupaten. Merupakan
A P O RA N UT A MA
Sekilas Kegiatan WASPOLA 2004
L
15PercikDesember 2004
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
18/54
wahana peningkatan kepedulian stake-
holders terhadap permasalahan pemba-
ngunan AMPL yang dihadapi.
SEPTEMBERLokakarya pengembangan draft 2
Kebijakan AMPL Berbasis Lembaga.
Diselenggarakan di Hotel Salak Bogor
tanggal 1-2. Dihadiri oleh 65 peserta dari
Kelompok Kerja, pemerintah daerah,
penyedia jasa (PDAM, PDAL, PD/Dinas
Kebersihan), swasta, LSM, perguruan
tinggi, dan donor. Pertemuan tersebut
menyepakati beberapa konsensus dalam
merestrukturisasi draft yang sudah ada.
Di samping itu juga dapat teridentifikasikebijakan umum dan subsektor, serta
strategi indikatif.
Kegiatan pendalaman kebijakan
AMPL di Daerah melalui serangkaian ke-
giatan seperti studi kasus, diskusi best
practices, dan dialog. Kegiatan ini di-
selenggarakan oleh kelompok kerja
AMPL daerah di masing-masing kabupa-
ten dan propinsi.
OKTOBERPenyusunan rencana kerja WASPOLA
tahun 2005. Diselenggarakan di HotelMariott Jakarta tanggal 20-21. Dihadiri
oleh 25 orang anggota Kelompok Kerja
WASPOLA. Pertemuan tersebut meng-
hasilkan draft rencana kerja WASPOLA
yang dirinci ke dalam masing-masing
komponen kegiatan. Pada dasarnya ren-
cana kerja tahun 2005 merupakan kelan-
jutan dari kegiatan tahun 2004, akan
fokus kepada pelaksanaan Kebijakan Na-
sional AMPL Berbasis Masyarakat di dae-
rah, diseminasi, serta penyelesaian draft
Kebijakan Nasional AMPL Berbasis
Lembaga.
Koordinasi pelaku pembangunan
AMPL di Indonesia. Diselenggarakan di
Hotel Borobudur Jakarta tanggal 21 Ok-
tober dilanjutkan dengan buka bersama.
Diikuti oleh 62 peserta terdiri dari
Bappenas, Departemen PU, Departemen
Kesehatan, LSM International, asosiasi
pemerintah daerah, Perpamsi, asosiasi
DPRD, proyek terkait, media massa, dan
WSP-EAP. Dalam kesempatan tersebut
Kelompok Kerja WASPOLA mempresen-
tasikan Kebijakan Nasional AMPL Ber-
basis Masyarakat, serta mendorong untuk
melakukan kegiatan lanjutan untuk me-
ningkatkan koordinasi guna efisiensi pem-
bangunan prasarana dan sarana AMPL.
Kegiatan pendalaman kebijakan
AMPL di Daerah melalui serangkaian
kegiatan seperti studi kasus, diskusi best
practices, dan dialog. Kegiatan ini dila-
kukan di beberapa daerah kabupaten dan
propinsi yang diselenggarakan sendiri
oleh kelompok kerjanya masing-masing.
NOVEMBERKajian pelaksanaan diseminasi kebi-
jakan. Selengkapnya lihat Seputar Was-
pola
Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL
oleh Propinsi. Propinsi Sulawesi Selatan
menyelenggarakan diseminasi di tiga wila-
yah, sedangkan Propinsi Sumatera Barat,
Jawa Tengah, Bangka Belitung, dan NTB
melakukannya sekaligus di propinsi.
DESEMBERLokakarya pengembangan draft 3 Ke-
bijakan Nasional AMPL Berbasis Lem-
baga. Diselenggarakan di Hotel Sheraton
Bandara Jakarta tanggal 1-3. dihadiri oleh
35 orang peserta yang terdiri dari pemerin-
tah daerah, penyedia jasa (PDAM, PDAL,
PD/Dinas Kebersihan), swasta, LSM, dan
WSP-EAP. Pada lokakarya ini peserta
diberi pemahaman terhadap tujuan kebi-
jakan, dan beberapa terminologi yang pen-
ting serta pengayaan strategi masing-ma-sing sub sektor
Lokakarya akhir di kabupaten dan
propinsi dalam pelaksanaan Kebijakan
Nasional AMPL Berbasis Masyarakat.
Lokakarya ini mengkaji kegiatan selama
kurun waktu dampingan dari Sekretariat
WASPOLA, dan rencana tindak setelah
periode dampingan.
A P O RA N UT A MAL
16 PercikDesember 2004
Kegiatan yang TertundaTahun 2004
Mempertimbangkan padatnya jad-wal pekerjaan maka terdapat beberapa
kegiatan yang dialihkan pelaksana-
annya, yaitu:
1. Ujicoba dengan proyek KfW/GTZ.
Kegiatan ini ditunda sampai batas
waktu yang tidak ditentukan. Ujicoba
dengan UNICEF-Jawa Barat diba-
talkan karena tidak ada lagi proyek
yang relevan untuk kerjasama. Uji coba
dengan proyek WSLIC2 ditunda ke
tahun 2005 dan berubah menjadi studi
pendanaan sanitasi.
2. Studi verifikasi dan manajemen data
ditunda pelaksanaannya ke tahun
2005.
3. Pertemuan tim pengarah atau
Central Project Committeeyang dijad-
walkan Desember 2004, ditunda ke
awal tahun 2005 .
Rencana Kegiatan Tahun 2005Kegiatan WASPOLA difokuskan pa-
da diseminasi Kebijakan Nasional AMPLbaik berbasis masyarakat maupun ber-
basis lembaga. Penyebarluasan Kebijakan
Nasional AMPL mengikuti pola yang ada,
dengan menempatkan propinsi sebagai
fasilitator dalam kegiatan di kabupaten.
WASPOLA akan mengembangkan
strategi komunikasi yang dapat menja-
di payung seluruh kegiatan komunikasi
yang diselenggarakan dalam konteks
AMPL, khususnya terkait dengan
Kebijakan Nasional AMPL.
Untuk meningkatkan percepatan
adopsi kebijakan, kegiatan ujicoba
akan dilaksanakan dengan melibatkan
pihak yang relevan. Sedangkan ke-
giatan studi dilaksanakan guna men-
dapatkan pembelajaran dan input bagi
perbaikan pembangunan AMPL di
Indonesia.
Ka le idoskop
-
7/31/2019 Kaleidoskop 2004. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Desember 2004.
19/54
Tujuan dari program ini adalah
agar masyarakat mampu meng-
operasikan dan memelihara sis-
tem penyediaan air mereka sendiri.
ProAir-proyek kerjasama pemerintah
Indonesia dan Jerman--menggunakan
pendekatan yang bersifat tanggap ter-
hadap kebutuhan: kelompok-kelom-
pok masyarakat dapat meminta
dukungan dari program untuk meng-
atasi masalah-masalah yang ber-
hubungan dengan air. Tugas masya-
rakat dan tim ProAir adalah bersama-
sama menciptakan struktur pengelo-
laan yang tepat, dan menjaminpengelolaan yang berkelanjutan dari
sistem penyediaan air yang mereka
impikan. Setelah melaksanakan ana-
lisa bersama terhadap keadaan ma-
syarakat, baik secara teknis [sumber
air, daerah pelayanan, dll.] maupun
sosial-ekonomi, kemudian masyara-
kat dibantu untuk merencanakan dan
menjalankan sebuah sistem penyedia-
an air yang tepat.
Masyarakat mendapat penjelasan
mengenai beberapa pilihan untuk
tingkat pelayanan sarana air bersih[seperti kran-kran umum, sambung-
an ke rumah] dan pengaruh dari pilih-
an yang mereka ambil, khususnya
yang berkaitan dengan persyaratan
dan biaya operasional dari beberapa
tingkat pelayanan yang berbeda.
Proyek ini melibatkan masyarakat
secara luas mulai dari persiapan, suatu
hal yang tidak biasa bagi mereka. Tak
heran masyarakat merasa tak siap dan
akhirnya pelaksanaan pada tahun 2004
tertunda.
Strategi yang diterapkan ProAir:
1. Penetapan unit-unit daerah [zoning]
pelayanan dan pengelolaan.
Meskipun ukuran kebanyakan ma-
syarakat pemohon cukup kecil [500 sam-
pai 1000 orang], jumlah ini masih terlalu
besar - dalam kaitannya dengan hubung-
an saling percaya diantara mereka --kare-
na kadangkala susunan anggota ma-
syarakatnya tidak serba-sama. Oleh kare-
na itu, ProAir memperkenalkan zona-
zona dalam pra-desain sistem penyedi-
aan air. Daerah-daerah yang berukuran
lebih kecil ini biasanya terdiri dari satu
sampai dua RT yang terletak berdekatan.
Biasanya, setiap zona sudah memiliki
tokoh-tokoh masyarakat tersendiri, yang
telah menciptakan saluran komunikasi
dan akses terhadap para anggota didalam
masyarakatnya.
2. Pendirian Kelompok-kelompok Induk
Setelah masyarakat mengajukan per-
mohonan kepada ProAir, mereka memiliki
status sebagai kelompok yang berkepen-
tingan. Sayangnya kelompok ini tidak
memiliki struktur organisasi yang jelas dan
anggotanya sering berganti sehingga
menyulitkan program.
3. Demokrasi dan Transparansi
Dalam membentuk kelompok-kelom-
pok induk, ProAir menerapkan prinsip-
prinsip demokrasi dan transparansi. Para
wakil kelompok induk, termasuk perwa-
kilan dari zona-zona, telah dipilih
melalui suatu proses yang demo-
kratis. Selama berlangsungnya pe-
milihan, tingkat keikutsertaan tinggi
[sering melebihi 75% dari jumlah
penduduk]. Sekarang, kelompok-
kelompok induk juga sedang mem-
persiapkan anggaran rumah tangga,anggaran dasar, dan peraturan, agar
kelompok-kelompok tersebut dapat
berubah secara hukum menjadi
perkumpulan pemakai air dan men-
dapat kepemilikan serta tanggung-
jawab atas sistem jaringan penyedi-
aan air mereka.
Salah satu dari tantangan terbe-
rat dalam pendekatan yang dilaku-
kan oleh ProAir adalah pengumpul-
an kontribusi dana dimuka dari ma-
syarakat,