Download - Jurnal Tesis Imam Gunawan (0611610038)
PENENTUAN STRATEGI PEMBANGUNANSISTEM KNOWLEDGE SHARING BERBASIS WEB
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DOSENStudi Kasus : STMIK JAYANUSA PADANG
Oleh : Imam Gunawan, S. Kom, M. Kom(Dosen Tetap STMIK Jayanusa Padang/
Alumnus Program Magister Komputer Universitas Budi Luhur Jakarta)
November 2008
ABSTRAK
Knowledge Sharing (berbagi Knowledge) adalah salah satu pilar dari pembentukan Knowledge Management dan merupakan penopang Learning Organization. Dengan adanya Knowledge Sharing akan terjadi percepatan pada Transfer Knowledge. Knowledge Sharing merupakan usaha untuk meningkatkan knowledge yang berguna dalam organisasi. Penerapan Knowledge Sharing dengan sebuah sistem berbasiskan web, diharapkan dapat menjadi solusi dari kebutuhan organisasi akan Learning Organization.
Pada saat ini Kampus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Jayanusa Padang sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berbasis Teknologi Informasi di Sumatera Barat, belum menerapkan Knowledge Sharing, terutama Knowledge Sharing para staf pengajar (dosen). Tidak adanya infrastruktur, kebijaksanaan, budaya dan behaviour para dosen untuk melaksanakan Knowledge Sharing berbasis Web, menyebabkan knowledge yang dimiliki oleh para dosen baik knowledge yang didapat dari penelitian, pelatihan maupun pendidikan formal, tidak dapat di-sharing dengan baik.
Keadaan di atas menyebabkan lambatnya Knowledge Transfer, baik di antara dosen sendiri maupun dosen dengan mahasiswa, serta hilangnya Knowledge. Sehinga dosen maupun mahasiswa di lingkungan STMIK Jayanusa lambat dalam penyerapan knowledge maupun teknologi terbaru. Penelitian tesis ini menganalisis Knowledge Sharing berbasis Web untuk meningkatkan kualitas dosen di STMIK Jayanusa Padang, dengan memperhatikan faktor-faktor pendukung yang ada.
Metode Focus Group Discussion (FGD) digunakan sebagai metodologi pengumpulan data, untuk melakukan analisis data penulis menggunakan SWOT analisis. Focus Group Discussion sendiri merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan yang ada pada individu mengenai persepsi tentang suatu hal. Dan SWOT analisis adalah metode analisa yang akan menghasilkan suatu strategi pemecahan masalah dari faktor-faktor yang ada, meliputi faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) serta fakor eksternal (Kesempatan dan Ancaman).
1
Hasil FGD dan analisis SWOT tersebut diharapkan akan memberikan berbagai faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang guna peningkatan kualitas dosennya.
Proses penelitian ini akan dilaksanakan di Kampus STMIK Jayanusa Padang selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Juni 2008 sampai dengan Agustus 2008.
Kata kunci : Knowledge Management, Transfer Knowledge, Knowledge Sharing berbasis Web, Focus Group Discussion, Analisis SWOT.
1.1. Latar BelakangTeknologi informasi dan telekomunikasi adalah salah satu industri yang
paling cepat berkembang dan ekspansinya menimbulkan perubahan yang sangat besar dalam berbagai sektor kehidupan, salah satunya pada sektor Pendidikan. Terlebih lagi setelah Internet (Web) berkembang dengan pesatnya di Indonesia. Teknologi Informasi khususnya internet dan telekomunikasi telah banyak membantu dunia pendidikan ke arah pendidikan yang lebih modern sehingga kualitas lulusan yang dihasilkan lebih baik dan berkualiatas. Teknologi Informasi ini juga akan terus berlangsung untuk tahun-tahun mendatang.
Indrajit ([INDR 2000],24) mengemukakan bahwa Sistem Informasi adalah kebutuhan bagi setiap organisasi, dan teknologi informasi dapat diartikan sebagai jawaban atas kebutuhan dari organisasi untuk dapat mengolah data dan komunikasi.
Perkembangan teknologi informasi khususnya internet di Indonesia yang sangat pesat perlu diimbangi dengan penyiapan sumber daya manusia yang handal, untuk mengantisipasi persaingan global yang sudah semakin dekat, serta untuk meningkatkan taraf dan kualitas bangsa kita. Salah satu ciri khusus dari bidang ilmu teknologi informasi adalah fokus perhatian bidang ilmu tersebut yang lebih bersifat aplikatif. Bidang ilmu teknologi informasi lebih mengarah pada pengelolaan data dan informasi dalam sebuah enterprise (organisasi atau organisasi kerja lainnya), dengan pemanfaatan teknologi komputer dan komunikasi data serta lebih menekankan pada teknik pemanfaatan perangkat-perangkat yang ada untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja. Dalam perkembangannya sejalan dengan paradigma ekonomi baru, maka teknologi informasi menjadi senjata yang handal dalam meningkatkan komunikasi dan interaksi perusahaan (enterprise) dengan stakeholder-nya.
Kebutuhan akan tenaga ahli dan spesialis di bidang teknologi informasi, sangat dirasakan oleh organisasi-organisasi untuk mampu tetap bertahan dan berkembang dalam tingkat perubahan lingkungan sosial, politik, dan ekonomi yang demikian cepat. Kebutuhan akan tenaga ahli teknologi informasi, merupakan hal mendesak mengingat peranan teknologi informasi yang semakin besar, terutama dalam dunia usaha. Karena dunia usaha kini mulai menerapkan sistem bisnis terintegrasi mulai dari proses produksi hingga sampai ke konsumen. Dalam upaya pengintegrasian berbagai departemen dalam sebuah organisasi dibutuhkan tenaga ahli teknologi informasi.
2
Tenaga-tenaga ahli di bidang teknologi informasi dihasilkan oleh sekolah-sekolah yang berbasis Teknologi Informasi. Sekolah-sekolah ini bertanggung jawab untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang berorientasi dan berdedikasi penuh di bidang Teknologi Informasi. Dan hal ini akan bisa terlaksana jika sekolah-sekolah tersebut mengintegrasikan Teknololgi Informasi terhadap semua bidang dalam organisasinya, salah satunya adalah dengan meningkatkan kuliatas dosen. Sehingga dosen-dosen ini dapat mengarahkan, membimbing dan membina mahasiswa-mahasiswanya menjadi sumber daya manusia yang handal dan berdedikasi tinggi di bidang Teknologi Informasi.
Kondisi kebutuhan yang mendesak ini menyebabkan perlu adanya perubahan paradigma dari resource-based system menjadi mengandalkan knowledge-based system. Kedua konsep ini sangat bertolak belakang, dimana konsep pertama bertumpu pada keunggulan sumber daya alam lokasi dan kondisi geografis. Konsep kedua berdasarkan pada Knowledge dan teknologi serta pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi. Untuk memudahkan pengembangan sumber daya manusia diperlukan kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan knowledge yang dimiliki. Pengelolaan knowledge (Knowledge Management) tersebut pada akhirnya dapat menjadi dukungan yang handal bagi organisasi untuk meningkatkan daya saing.
Salah satu Pengelolaan Knowledge (Knowledge Management) yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dosen adalah Knowledge Sharing. Knowledge sharing dapat di terapkan dalam organisasi sehingga akan mencipakan iklim yang positif di dalam organisasi yang pada akhirnnya dapat meningkatkan kualitas dosen. Jika kualiatas dosen meningkat maka dengan sendirinya kualiatas mahasiswapun akan meningkat.
Namun kenyataan di atas belum diterapkan disemua institusi pendidikan, salah satu contoh di STMIK Jayanusa Padang tempat penulis melakukan penelitian. Di STMIK Jayanusa Padang transfer knowledge tidak berjalan dengan baik, ini diakibatkan tidak adanya fasilitas untuk para dosen melakukan knowledge sharing. Padahal dosen-dosen di STMIK Jayanusa padang sering dikirim untuk belajar, pelatihan, kursus dan melaksanakan penelitian, namun knowledge dari semua kegiatan diatas hanya untuk konsumsi pribadi, tidak untuk di share dengan dosen lain, maupun mahasiswa. Maka hal ini menyebabkan lambatnya transfer knowledge di institusi ini.
1.2. Masalah Penelitian 1.2.1. Identifikasi Masalah
Pada saat ini Kampus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Jayanusa Padang sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berbasis Teknologi Informasi di Sumatera Barat, belum menerapkan Knowledge Sharing, terutama Knowledge Sharing para staf pengajar (dosen). Tidak adanya infrastruktur, kebijaksanaan, budaya dan behaviour para dosen untuk melaksanakan Knowledge Sharing berbasis Web, menyebabkan knowledge yang dimiliki oleh para dosen baik knowledge yang didapat dari penelitian, pelatihan maupun pendidikan formal, tidak dapat di-sharing dengan baik.
3
Keadaan di atas menyebabkan lambatnya Knowledge Transfer, baik di antara dosen sendiri maupun dosen dengan mahasiswa. Sehinga dosen maupun mahasiswa di lingkungan STMIK Jayanusa lambat dalam penyerapan knowledge maupun teknologi terbaru.
1.2.2 Batasan MasalahUntuk dapat menyelesaikan penelitian tepat waktu dan dengan sumber
daya yang terbatas, maka permasalahan yang akan dibahas harus dibatasi. Batasan masalah tersebut adalah:
1. Penelitian dilakukan pada STMIK Jayanusa Padang, tempat dimana penulis sebagai staf pengajar (dosen) dan diberi kesempatan untuk melakukan penelitian.
2. Pembahasan tesis hanya akan membahas Analisis Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang guna meningkatkan Kualitas Dosen.
Diharapkan dengan ruang lingkup yang ada, pembaca bisa mengetahui seberapa batasan yang ada dan sejauh mana tesis dibuat.
1.2.3. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang maka permasalahan yang ada di STMIK
Jayanusa Padang yang berkaitan dengan Knowledge Sharing berbasis Web dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Strategi-strategi apakah yang harus dilaksanakan untuk pembangunan sistem Knowledge Sharing berbasis Web pada STMIK Jayanusa Padang ?.
2. Bagaimana membangun Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas dosen di lingkungan STMIK Jayanusa Padang ?.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :1. Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang akan mempengaruhi penerapan
Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang.2. Membangun Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang
dalam peranannya untuk meningkatkan kualitas dosen.
1.3.2 Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah penelitian ini akan dapat membantu
organisasi-organisasi yang ingin menerapkan Knowledge Sharing berbasis Web di organisasinya.
4
2.1. Tinjauan Pustaka2.1. 1. Paradigma Baru Pendidikan Tinggi Indonesia
Di dalam rancangan undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional selalu menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan secara terarah dan berkesinambungan. Dan pada satu dekade terakhir muncul paradigma baru di dalam sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi yang terdiri dari kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi.
Untuk menghadapi perubahan yang terjadi baik di dalam maupun diluar sistem, dibutuhkan penanganan yang lebih mendalam mengenai rencana pengembangan pada institusi pendidikan tinggi. Perencanaan pengembangan Learning Organization Perguruan tinggi dimulai dari : [dikti.org]
1. Identifikasi proses bisnis di perguruan tinggi; 2. Pembobotan proses bisnis menurut tingkat kepentingan; 3. Identifikasi root cause beserta alternatif solusi; 4. Pembobotan root cause dan altematif solusi menurut tingkat pengaruh
yang dimiliki; 5. Penyusunan formulasi perencanaan pengembangan, dan; 6. Optimasi formulasi perencanaan pengembangan dengan melihat pada
constraints yang terdapat pada institusi pendidikan tinggi.
Core (Inti) bisnis institusi pendidikan tinggi adalah proses belajar mengajar, sehingga perbaikan yang diberikan pada proses belajar mengajar akan memberikan kontribusi yang sangat besar pada perbaikan kualitas perguruan tinggi. Mekanisme evaluasi di dalam penyusunan kurikulum merupakan akar permasalahan terbesar pada proses penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi, urutan kedua yang menjadi akar permasalahan adalah kualitas Dosen atau Pengajar.
2.1.2. Tinjauan Teoritis KnowledgeKnowledge dalam hal ini tidak diterjemahkan, karena pengertian
knowledge itu sendiri masih diperdebatkan. Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence knowledge didefinisikan sebagai berikut: “Knowledge merupakan gabungan dari pengalaman, nilai, informasi kontektual, intuisi dan pandangan pakar dan mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi. Di organisasi knowledge sering terkait tidak saja pada dokumen atau tempat penyimpanan barang berharga, tetapi juga pada rutinitas, proses, praktek dan norma organisasi.” ([DAVE 1998],56).
Berdasarkan definisi tersebut diatas, knowledge menjadi sangat penting dengan alasan sebagai berikut:
a. Knowledge adalah aset institusi, yang menentukan jenis tenaga kerja, informasi, ketrampilan dan struktur organisasi yang diperlukan.
b. Knowledge dan pengalaman organisasi merupakan sumber daya yang berkelanjutan (sustainable resources) dari keuntungan daya saing
5
kompetitif (competitive advantages) dibandingkan dengan produk andalan dan teknologi tercanggih yang dimiliki.
c. Knowledge dan pengalaman mampu menciptakan, mengkomunikasikan dan mengaplikasikan Knowledge mengenai semua hal terkait untuk mencapai tujuan bisnis.
Knowledge dibagi menjadi dua jenis yaitu Explicit Knowledge dan Tacit Knowledge, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Explicit KnowledgeAdalah sesuatu yang dapat diekspresikan dengan kata-kata dan angka, serta dapat disampaikan dalam bentuk ilmiah, spesifikasi, manual dan sebagainya. Knowledge jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke individu lainnya secara formal dan sistematis. Explicit knowledge juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses, metoda, cara, pola bisnis dan pengalaman desain dari suatu produksi.
b. Tacit KnowledgeAdalah knowledge dari para pakar, baik individu maupun masyarakat, serta pengalaman mereka. Tacit knowledge bersifat sangat personal dan sulit dirumuskan sehingga membuatnya sangat sulit untuk dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain. Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh, pengalaman fisik serta petunjuk praktis (rule-of-thumb) termasuk dalam jenis tacit knowledge.
Pendekatan lainnya mendefinisikan knowledge dalam 4 tingkat operasional sebagai berikut ([QUIN 1998],98):
a. Know what atau cognitive knowledgeMerupakan knowledge yang diperoleh melalui pelatihan, pembelajaran dan kualifikasi formal. Tingkat ini sangat penting bagi organisasi namun umumnya masih kurang mencukupi bagi keberhasilan komersial.
b. Know how – merupakan tingkat aplikasi praktisPada level ini apa yang telah didapat pada level I diterjemahkan dalam pelaksanaan. Pada tahap ini merupakan area dimana knowledge menambahkan nilai dalam suatu organisasi melalui kemampuan untuk menterjemahkan dan memahami knowledge yang bersifat teoritis menjadi eksekusi yang efektif.
c. Know why disebut juga system understandingMerupakan knowledge terdalam dari jaringan hubungan sebab akibat yang ada pada suatu disiplin ilmu. Level ini memungkinkan profesional untuk berpindah dari pelaksanaan kerja ke pemecahan masalah yang lebih besar dan kompleks dan menciptakan solusi bagi permasalahan yang baru.
d. Care why – tahap lanjutan dari kreativitas diri (self-motivated creativity)Merupakan level dimana inovasi radikal dapat terjadi melalui lompatan imajinatif dan pemikiran lateral.
6
Gambar II-1. Level Operasional Dari Definisi Knowledge ([DAVI 2003],34)
2.1.3. Knowledge BaseKnowledge Base adalah kumpulan dokumen yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah dari user. Dalam hal ini, dokumen harus terdiri atas hal yang teknikal seperti rilis, informasi tentang kompatibilitas, ringkasan mengenai calls yang terakhir dan solusinya, daftar tentang troubleshooting, white paper dan sebagainya.
Beberapa informasi yang dapat digunakan sebagai knowledge base ([TOUR 1998],28) :
Dokumentasi produk Masalah yang ada serta solusinya Daftar mengenai troubleshooting Informasi mengenai bugs Sertifikasi informasi Jadwal rilis Dokumentasi engineering dan spesifikasi
Fitur yang harus ada pada Knowledge base tools: Pencarian informasi Memasukkan dokumen baru Membuat perubahaan dokumen yang telah ada Dukungan pada proses maintenance
2.1.4. Pengertian Knowledge ManagementKnowledge Management adalah usaha untuk meningkatkan Knowledge
yang berguna dalam organisasi, diantaranya membiasakan budaya berkomunikasi antar personil, memberikan kesempatan untuk belajar, dan menggalakan saling berbagi knowledge. Dimana usaha ini akan menciptakan dan mempertahankan peningkatan nilai dari inti kompetensi bisnis dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Hal ini disarikan dari pendapat McInerney sebagai berikut:“Knowledge Management (KM) is an effort to increase useful knowledge within the organization. Ways to do this include encouraging communication, offering opportunities to learn, and promoting the sharing of appropriate knowledge artifacts.” ([MCIN 2002],45)
7
Pemicu Knowledge Management (The 24 Drivers of KM) yang membuat KM menjadi hal yang tidak dapat diabaikan dalam suatu bisnis dibagi menjadi 6 kelompok ([TIWA 2000],32) :
a. Knowledge-Centric Drivers:1. Kegagalan organisasi mengetahui apa yang telah mereka ketahui.2. Kebutuhan mendesak untuk distribusi knowledge yang cerdas.3. Kecepatan dan kelambatan knowledge.4. Masalah knowledge walkout dan tingkat ketergantungan yang
tinggi pada tacit knowledge.5. Kebutuhan untuk menangani kecenderungan penumpukan
knowledge (knowledge-hoarding) diantara pegawai.6. Kebutuhan akan systemic unlearning (belajar meninggalkan hal-hal
lama/usang bila sudah tidak sesuai dengan kebutuhan).b. Technology Drivers:
1. Berakhirnya peranan teknologi sebagai differentiator jangka panjang yang layak.
2. Kompresi dari siklus hidup produk dan proses.3. Kebutuhan akan rantai penghubung yang sempurna antara
knowledge, strategi bisnis dan teknologi informasi.
c. Organisational structure-based Drivers:1. Konvergensi fungsional.2. Munculnya struktur organisasi project-centric.3. Tantangan yang muncul akibat deregulasi.4. Ketidakmampuan organisasi untuk mengimbangi perubahan
kompetitif akibat globalisasi.5. Konvergensi pendukung dan jasa layanan.
d. Personnel Drivers:1. Konvergensi fungsional yang sangat luas.2. Kebutuhan untuk mendukung kolaborasi cross-functional yang
efektif.3. Mobilitas dan fluidititas tim.4. Kebutuhan untuk menghadapi ekspektasi korporasi yang
kompleks.e. Process focused Drivers:
1. Kebutuhan untuk mencegah kesalahan yang mahal dan berulang-ulang.
2. Kebutuhan untuk mencegah penemuan kembali yang tidak perlu.3. Kebutuhan untuk antisipasi prediksi yang akurat.4. Kebutuhan yang muncul akan tanggapan yang kompetitif.
f. Economic Drivers:1. Potensi untuk menciptakan kemampuan yang luar biasa melalui
knowledge.2. Permintaan untuk diferensiasi produk dan layanan yang ampuh.
8
Tabel II-1. Sumber Knowledge dalam KMS (Knowledge Management System)([TIWA 2000],38)
SourceExplicit/
CodificableTacit/Need Explication
Employee Knowledge, skill and competencies V VExperimental knowledge (level group or individual) V vTeam-based collaborative skill vInformal shared knowledge V vValues vNorms vBelief V vTask-based V vKnowledge embedded in physical systems V vHuman capital vKnowledge embedded in internal structures vKnowledge embedded in external structures V vCustomer capital V vExperiences of the employee V vCustomer relationship V v
Knowledge Management memiliki fungsi penting yang terbagi dalam 4 (empat) hal sebagai berikut ([DAVI 2003],78) :
a. Identifikasi aset kunci dari knowledge yang ada di organisasi.b. Merefleksikan apa yang organisasi tahu.c. Saling berbagi (sharing) segala knowledge kepada siapapun yang
membutuhkannya.d. Menerapkan penggunaan knowledge untuk meningkatkan kinerja
organisasi.
Komponen kritis knowledge yang dibutuhkan dalam pelaksanaan strategi KM yang berhasil adalah sebagai berikut ([DAVI 2003],80) :
a. Sumber dan aliran knowledge yang tepat bagi organisasi.b. Teknologi yang tepat untuk menyimpan dan mengkomunikasikan
knowledge tersebut.c. Budaya kerja yang tepat sehingga pekerja termotivasi untuk
memanfaatkan knowledge tersebut.
Tabel II-2. Penjabaran Komponen Kritis KM Yang Berhasil ([TIWA 2000],45)Komponen Tujuan Fokus
Informasi dan knowledge
Input bagi KM. Sumber dan aliran knowledge
Apa yang kita perlu ketahui?
Teknologi Mekanisme untuk penyimpanan dan komunikasi dari knowledge
Bagaimana mempertahankan apa yang kita tahu
9
Budaya Struktur yang memotivasi staff untuk berbagi knowledge, dan untuk mengintegrasikan knowledge yang ada dengan pekerjaan mereka
Bagaimana memotivasi staff untuk saling membagi apa yang mereka tahu dan menggunakan apa yang telah diketahui semua pihak
Dari tabel diatas terdapat masalah yang timbul yaitu ketiga komponen tersebut merupakan entitas yang terpisah (discrete). Kondisi ini menyebabkan kesuksesan KM hanya dapat terjadi pada perpotongan (intersection) dari ketiganya. Hal ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar II-2. Knowledge Management Yang Sukses ([DAVI 2003],82)
Cara untuk memahami komponen KM diatas adalah melalui ide kembar tentang knowledge stocks dan knowledge flows. Kedua pemahaman ini merupakan dimensi penting dari Knowledge Management yang sukses. Dimensi ini muncul dari pendekatan stock and flow terhadap KM yang memberikan karakteristik sebagai berikut ([DAVI 2003],90) :
a. Knowledge stocks – merupakan hal yang telah diketahui.Dimensi ini dapat berada dalam database atau pustaka organisasi, tersebar di seluruh organisasi dalam berbagai bentuk, atau dalam masing-masing individu pegawai. Fokus dari pendekatan ini adalah pada elemen/komponen dari strategi KM.
b. Knowledge flowsDalam tujuan membuat knowledge bermanfaat, sangat penting untuk meyakinkan bahwa knowledge yang ada dimanapun dalam sebuah organisasi dapat tersedia kemanapun ia diperlukan. Fokus dari pendekatan ini adalah pada tujuan dari strategi KM.
Gambar II-3. Pemetaan Hubungan Komponen Dan Dimensi KM( [DAVI 2003],90)
2.1.5. Transfer Knowledge
10
Kecenderungan yang muncul dalam organisasi adalah bahwa kegiatan berbagi knowledge yang terjadi bersifat lokal dan terpisah. Umumnya seseorang akan bertanya pada pihak yang paling mudah ditemui atau yang sudah dikenal baik daripada mencari pihak yang paling tepat. Maka dibutuhkan pembentukan hal-hal berikut untuk memperbaiki kegiatan saling berbagi dan transfer knowledge:
1. Knowledge map, memetakan dimana knowledge berada pada organisasi, rincian tentang siapa mengetahui apa dan berada dimana.
2. Talk space, menyediakan tempat yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pegawai untuk berbicara dengan yang lain dalam suasana informal.
3. Smart office layout, merancang ruang kerja yang dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan yang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
4. Dedicated Knowledge – Sharing event, mengadakan kegiatan “knowledge fair” atau forum untuk saling berbagi knowledge. Memberikan kesempatan bagi pegawai yang tidak pernah bertemu dalam kegiatan kerja sehari-hari untuk saling bertukar. Dalam hal ini struktur yang tidak terlalu ketat paling baik dalam konteks knowledge sharing, sehingga peserta dapat menentukan cara masing-masing dalam memenuhi kebutuhannya.
5. Common language. Faktor utama keberhasilan kegiatan transfer knowledge adalah memiliki “bahasa umum” dalam berkomunikasi dengan seluruh pegawai dalam suatu organisasi. Kegiatan ini dimulai dengan membentuk daftar kata dan pembendaharaannya, kemudian diterjemahkan dalam bahasa yang dimengerti bersama.
6. Knowledge leader, menentukan pihak yang dapat menggunakan sumber daya, menguasai logika dari knowlege-sharing, memonitor partisipasi pegawai dan menjadi contoh dari sikap saling berbagi.
7. A change in culture. Menciptakan budaya dimana pegawai sangat ingin membagi knowledge yang mereka miliki. Hal ini merupakan tantangan mengingat sifat dasar dari saling berbagi adalah sukarela. Cara termudah adalah dengan menghilangkan penghalang dari kegiatan penyebaran knowledge.
8. Room for tension, disebut juga fusion, creative abrasion atau creative tension. Menyatukan pegawai dari bagian yang berbeda untuk bersama-sama menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini dibutuhkan karena pembelajaran dan solusi inovatif kerap terjadi saat seseorang dikondisikan untuk meluaskan pemikiran mereka dalam cara yang baru.
2.1.6. Knowledge SharingKnowledge Sharing (berbagi Knowledge) adalah salah satu pilar dari
pembentukan Knowledge Management dan merupakan fondasi Learning Organization. Dengan adanya Knowledge Sharing akan terjadi percepatan pada Transfer Knowledge.
Terdapat 3 macam faktor kunci dalam proses Knowledge Sharing dan sangat mempengaruhi tercapainya tujuan yaitu :
11
1. Pelaku (people), mengingat berbagi Knowledge merupakan suatu interaksi sosial. Ada beberapa hal yang termasuk dalam kondisi sosial ini antara lain : a. Kepedulian, merupakan dasar bagi pelaku untuk berperan dalam proses
berbagi Knowledge. b. Penilaian, dapat menimbulkan rangsangan pelaku untuk mendukung
transfer Knowledge dan keahlian. c. Kewenangan, memberikan semangat berkreasi dalam bertukar Knowledge.d. Kepercayaan, adalah keyakinan terhadap kehandalan perilaku seseorang
sepanjang waktu dan merupakan prasyarat guna berbagi ide, informasi dan Knowledge.
e. Eksplorasi kemampuan, mampu memberi rangsangan berbagi Knowledge sebab menimbulkan kreasi keahlian baru dan transfer Knowledge.
f. Kelompok Knowledge, menyusun dan menjaga sebuah program pembuatan dan pendistribusian Knowledge dan mengontrol kualitas dan integritas komponen Knowledge.
2. Organisasi (organization), dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai maka kondisi kelompok sangat menentukan terhadap proses berbagi Knowledge, yang antara lain terdiri dari :
a. Organisasi pembelajaran, guna meningkatkan adaptasi dan efisiensi selama waktu perubahan.
b. Organisasi berstruktur organik, agar mampu menghadapi perubahan lingkungan luar secara fleksibel.
c. Kekurangan, membantu proses aktivitas bagi pekerja secara reflektif, menyusun kerangka isu dan belajar kemampuan baru.
d. Sistem yang terintegrasi ke dalam proses kerja harian, langkah berbagi Knowledge akan sangat efektif apabila menjadi bagian yang otomatis dalam kehidupan organisasi.
e. Metrics, merupakan prinsip bagi keterlibatan pelaku dalam berbagi Knowledge maka akan kembali pada Knowledge.
f. Pelopor Knowledge, merupakan bagian top manajemen yang mengerti langkah yang harus dilakukan guna menjalankan proses berbagi Knowledge.
g. Iklim keterbukaan, mempengaruhi tingkah laku pelaku untuk mendapatkan pemikiran terbuka bagi keasingan dan ketidaknyamanan dan keberanian untuk berkspermen dan berinovasi.
h. Komunitas, merupakan sebuah mekanisme dan wadah bagi bertukarnya pengalaman, ide, pendangan dan pemikiran antar pelaku.
i. Kolaborasi, merupakan bentuk kerjasama bersama dalam hal aktivitas, proses, pengembangan produk dan tanggung jawab di mana dapat memunculkan Knowledge baru yang lebih efektif.
j. Dialog, adalah kebebasan arus berpikir dalam kelompok yang dapat memberikan pencerahan baik secara vertikal dan horisontal komunikasi sehingga memberikan konteks berbagi dan atmosfir bagi proses berbagi Knowledge.
12
3. Teknologi (technology), merupakan sebuah interface (fasilitator) utama guna menunjang bagi kelancaran proses berbagi Knowledge. Yang termasuk dalam kondisi ini adalah kemungkinan kondisi : a. Penyimpanan Knowledge, yang tersusun secara terstruktur berdasakan
sebuah tata cara pengklasifikasian (taksonomi) guna memudahkan pengelompokan, pensortiran, visualisasi, pencarian, publikasi, manipulasi, perbaikan dan navigasi.
b. Peta alur (Road Map) Knowledge, merupakan panduan direktori atau petunjuk kepada sumber-sumber Knowledge internal dan eksternal organisasi baik tacit dan eksplisit yang juga melibatkan expertise dan link-link dokumen. Peta alur juga memberikan proses online learning yang interaktif secara multimedia.
c. Platform kolaboratif, adalah teknologi komunikasi dan informasi secara fungsionalitas elektronis bagi grup atau timkerja guna berinteraksi, berdebat, berdialog, berkreativitas, berinovasi dan berbagi yang tidak dibatasi oleh tempat dan waktu. ([PUJO 2008],20)
2.1.7. Internet Internet adalah jaringan terbesar yang menghubungkan jutaan komputer
yang tersebar di seluruh dunia. Siapa saja dapat terhubung pada internet sepanjang memiliki alamat IP (Internet Protocol) ([KADIR 2003],45).
Koneksi Jutaan komputer pada jaringan internet ditangani dengan menggunakan protokol TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol). Protokol ini mensyaratkan bahwa setiap komputer di dalam jaringan internet harus memiliki identitas yang unik, yang dinamakan dengan nomor atau alamat IP.
Dengan internet, tersedia banyak sumber daya yang menjadi kekuatan internet sebagai media komunikasi-informasi, yaitu email, World Wide Web (WWW), Telnet, Gopher dan sebagainya.
2.1.8. WebWeb adalah suatu sistem di internet yang memungkinkan siapapun agar
bisa menyediakan informasi. Dengan menggunakan teknologi tersebut, informasi dapat diakses selama 24 jam dalam satu hari dan dikelola oleh mesin. Untuk mengakses informasi yang disediakan Web ini, diperlukan berbagai perangkat lunak, yang disebut dengan Web browser.[total.or.id]
World Wide Web mendapat perhatian publik yang sangat besar yang tidak dapat disamai oleh aplikasi internet lainnya. Pada tahun 1995, www menggantikan FTP sebagai aplikasi internet yang bertanggungjawab atas sebagian besar lalu lintas internet. Web telah menjadi sedemikian terkenalnya sehingga kadang dicampuradukkan dengan istilah internet itu sendiri meskipun pengertian “di Web” dan “di Internet” sebenarnya tidaklah sama.
Web adalah sistem pengiriman dokumen tersebar yang berjalan di internet. Web dikembangkan di CERN (European Center for Nuclear Research), suatu
13
lembaga bagi penelitian fisika energi tinggi di Geneva, Swiss. Tujuan semula dari lembaga ini adalah untuk membantu para fisikawan di berbagai lokasi yang berbeda dalam bekerja sama dan berbagi material penelitian.
Web dengan cepat berkembang ke luar lingkup masyarakat fisika energi tinggi. Pada tahun 1993, terdapat 130 server Web di internet. Setahun kemudian jumlahnya meningkat menjadi 2.738, dan pada bulan Juni 1995 terdapat 23.500 server Web.
Sekarang ini Web telah memiliki pemirsa dalam jumlah yang sangat besar di luar lingkup akademis : kurang lebih 30% dari server Web yang tengah beroperasi saat ini berada di komputer dalam domain komersial, dan di sebagian industri, di mana keberadaaan perusahaan Web sama pentingnya dengan memiliki telpon atau faks bagi tujuan komunikasi bisnis. Web sekarang telah menjadi media yang sangat penting bagi periklanan dan alamat Web sekarang sudah umum dijumpai pada majalah, surat kabar, dan iklan televisi. [imamwardany.com]
Beberapa keuntungan menggunakan Web :
1. Menghemat waktu, karena web bisa diakses dengan cepat dan Real Time
2. Menghemat biaya, dengan web data disimpan dalam server yang berkapasitas besar, sehingga dapat menurunkann cost penyimpanan data.
3. Pengaksesan data tidak mengenal jarak dan waktu, asalkan ada jaringan internet, web bisa diakses kapan saja dan dimana saja.
2.1.9. Knowledge Sharing Berbasis Web
Web sebagai salah satu fasilitas di internet yang mungkinkan pemakianya untuk mengupload, maupun mendownload data baik berupa text, suara, gambar, film, serta dapat diakses tanpa ada batas waktu dan tempat merupakan salah satu alternatif terbaik untuk dijadikan sebagai alat atau fasilitas didalam mengembangkan Knowledge Sharing.
Dengan Knowledge Sharing berbasis Web maka Knowledge dapat diupload ataupun didownload oleh penggunanya dengan efektif dan efesien. Dan hal ini yang akan menyebabkan percepatan transfer knowledge dalam sebuah organisasi. Dengan adanya percepatan dalam transfer knowledge tersebut maka akan mendorong organisasi tersebut ke arah yang lebih baik.
2.1.10. Focus Group DiscussionFocus Group Discussion (FGD) adalah metode penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui kecenderungan yang ada pada individu mengenai persepsi individu itu tentang suatu hal ([HOED 1995],12). Menurut Littosseliti, Focus Group Discussion adalah kelompok kecil yang terstuktur dengan partisipan yang
14
telah dipilih, dengan dipandu moderator. Focus Group Discussion ini disusun untuk tujuan menggali topik yang spesifik, pandangan dan pengalaman individu, melalui interaksi kelompok ([LITO 2003],18).
Focus Group Discussion sebagai salah satu bentuk penelitian kualitatif, merupakan wawancara kelompok yang ditekankan pada interaksi dan perilaku yang muncul dalam kelompok, ketika kelompok itu disodorkan suatu topik atau isu tertentu sesuai dengan kepentingan penelitian.
Tujuan Focus Group Discussion adalah untuk memperoleh persepsi dan sikap mengenai isu yang didiskusikan. Diskusi berlangsung secara terbuka, sehingga setiap individu yang terlibat dapat mengekspresikan pendapatnya dengan bebas dan terbuka. Alasan penulis memilih metode Focus Group Discussion adalah agar memperoleh informasi yang akurat mengenai persepsi pegawai Divisi Teknologi Informasi mengenai penerapan Knowledge Management.
Focus Group Discussion atau FGD memiliki lima karakteristik yang berkaitan dengan unsur-unsur kelompok diskusi sebagai berikut: a. Jumlah peserta Focus Group Discussion sebaiknya empat sampai dengan dua
belas orang. Bila jumlah peserta kurang dari empat orang dikhawatirkan anggota kelompok cepat memperoleh giliran berbicara dan tidak terjadi penggalian ide. Situasi ini akan mengurangi keragaman dan terjadi kekuasaan ide. Jumlah peserta lebih dari dua belas mengakibatkan diskusi akan sulit dikendalikan, karena peserta terlalu banyak pandangan/ide atau bosan menunggu giliran berbicara.
b. Peserta mempunyai karakteristik yang homogen. Homogenitas menjadi salah satu dasar pemilihannya. Peserta diskusi dipilih karena mempunyai persamaan pengalaman, profesi, gender, usia, status dan sebagainya. Disamping itu peserta mempunyai kepentingan dengan permasalahan yang akan dibahas.
c. Informasi yang diambil dalam diskusi bukan yang bersifat konsensus atau rekomendasi untuk mengambil keputusan. Melainkan informasi mengenai sikap, persepsi dan perasaan peserta yang berkaitan dengan topik diskusi yang diperlukan penulis.
d. Data yang dihasilkan adalah data kualitatif yang dapat memberikan gambaran dan pemahaman atas sikap, persepsi dan perasaan peserta. Hasil ini akan diperoleh melalui pertanyaan terbuka yang memungkinkan peserta merespon dengan cara mereka sendiri. Disini peneliti dapat berperan sebagai moderator, pendengar, pengamat dan akhirnya menganalisis secara induktif.
e. Pertanyaan diajukan dengan cara yang mudah dimengerti oleh peserta, spontan, logis, dengan menekankan pemahaman atas proses berpikir dari peserta atas topik yang didiskusikan.
Focus Group Discussion (FGD) mempunyai keunggulan dan kelemahan sebagai berikut ([KRUE 1998],38):a. Kelebihan yang dimiliki dari Focus Group Discussion (FGD):
1. Focus Group Discussion merupakan salah satu prosedur penelitian berorientasi sosial dengan menempatkan manusia pada posisi dan situasi yang sesungguhnya. Dalam diskusi pendapat peserta saling
15
mempengaruhi dan dapat membuat keputusan setelah mendengar peserta lain serta berinteraksi secara dinamis.
2. Bentuk diskusi memberikan keleluasaan bagi pemandu untuk menggali pendapat peserta yang lebih mendalam dan luas. Fleksibilitas ini dapat menggali hal-hal yang tidak dapat dilakukan dalam wawancara terstruktur.
3. Memiliki validitas tatap muka yang tinggi dan mudah dilakukan dengan biaya yang tidak terlalu besar.
4. Hasil Focus Group Discussion dapat diperoleh dengan cepat. Pemandu yang memiliki keterampilan baik dapat melaksanakan 3-4 kelompok diskusi, menganalisis hasil Focus Group Discussion dan menyiapkan laporan dengan segera (kurang dari satu minggu).
5. Focus Group Discussion memungkinkan peneliti meningkatkan ukuran-ukuran dan jumlah sampel tanpa meningkatkan kebutuhan waktu untuk wawancara.
b. Focus Group Discussion (FGD) mempunyai kelemahan diantaranya:1. Peneliti mempunyai kontrol yang kurang dalam wawancara Focus Group
Discussion dibandingkan dengan wawancara perorangan. Karena pada saat berlangsungnya FGD harus membagi konsentrasi kepada seluruh peserta. Para peserta FGD dapat saling mempengaruhi, akibatnya peserta dapat mempengaruhi pembicaraan dan menimbulkan pembicaraan yang kurang relevan dengan topik yang dibahas.
2. Data yang masuk lebih sulit dianalisis karena diskusi dikondisikan seperti lingkungan sosial. Seluruh komentar peserta harus dihubungkan dengan topik diskusi saat itu, sehingga perlu hati-hati dalam mengomentari atau mengambil kesimpulan.
3. FGD memerlukan pemandu yang terampil dengan kemampuan dapat membuka dan menutup sesi tanya jawab, memilih waktu jeda dan perpindahan satu topik ke topik lain.
4. Setiap kelompok dalam FGD memiliki karakteristik yang berbeda, misalnya kelompok pasif yang membosankan atau kelompok yang terlalu aktif yang mendominasi seluruh pembicaraan atau diskusi.
5. Kesulitan dalam menyusun waktu pelaksanaan diskusi dan diskusi harus diadakan dalam kondisi yang kondusif, sehingga diskusi menghasilkan point-point kesimpulan yang baik.
16
2.1.11. Analisis SWOT SWOT adalah singkatan dari Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan
(Weaknesses) internal organisasi serta Peluang (Opportinities) dan Ancaman (Threats) dalam lingkungan yang dihadapi organisasi. Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. ([PEAR 1997],16)Poses perencanaan strategis (SWOT) melalui 3 tahap :
1. Tahap pengumpulan data 2. Tahap analisis3. Tahap pengambilan keputusan
Pada tahap pengumpulan data, data dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :1. Data Eksternal (didapat dari luar institusi)2. Data Internal (didapat dari dalam institusi)
Dari data di atas dibuatlah matrik faktor strategis :1. EFAS (External Factors Analysis Summary)2. IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
Didalam EFAS terdiri dari :1. Opportunities (peluang)2. Threats (Ancaman)
Didalam IFAS terdiri dari :1. Strengths (kekuatan)2. Weakneses (kelamahan)
Penjelasan dari masing-masing komponen SWOT adalah sebagai berikut : ([PEAR 1997],22)
a. Strength (Kekuatan)Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh organisasi. Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive competence) yang memberikan keunggulan komparatif bagi organisasi di pasar.
b. Weaknes (Kelemahan)Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif organisasi.
c. Opportunity (Peluang)Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan organisasi. Trend penting merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang sebelumnya terabaikan, perubahan situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan dengan pihak luar dapat memberikan peluang bagi organisasi.
d. Threath (Ancaman)Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar bisnis,
17
perubahan teknologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan organisasi.
Gambar II-4. Proses Pengambilan Keputusan Strategis
Berdasarkan hasil analisis SWOT, terdapat empat alternatif strategi yang tersedia yaitu strategi SO, WO, ST,dan WT. Matriks SWOT digambarkan sebagai berikut : ([ RANG 2005],19)
Tabel II-3. Format Matriks SWOT
EFAS/EksternalIFAS/Internal
OpportunityTreaths
Strength SO strategies ST strategies
WeaknessWO strategies WT strategies
Keterangan Matriks SWOT tersebut sebagai berikut :- SO strategies: ini merupakan situasi yang menguntungkan. Organisasi
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented stategy).
- ST strategies: dalam situasi ini organisasi menghadapi berbagai ancaman, tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
- WO strategies: dalam situasi ini organisasi menghadapi peluang pengembangan yang besar, tetapi juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi pada situasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat membangun keadaan yang lebih baik.
- WT strategies: ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, sehingga orgsnisasi harus menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Analisa Lingkungan
Eksternal
Analisa Budaya Manajemen Organisasi
Analisa Lingkungan
Internal
PemilihanFaktor
Strategis
Analisa FaktorStrategis SWOT
PemilihanFaktor
Strategis
Evaluasi Misi, Tujuan dan Kebijakan
Evaluasi Kinerja Saat
Ini
Evaluasi dan Review Misi, Tujuan dan Kebijakan
Pilih Alternatif Terbaik sebagai
Solusi
Implementasi Strategi
Evaluasi, Monitoring, dan
Controling
18
Gambar II-5. Matrik Analisis SWOT
2.2. Tinjauan Obyek Penelitian2.2.1. Sejarah STMIK Jayanusa Padang
Pada awalnya STMIK Jayanusa adalah sebuah lembaga pendidikan keahlian 1 tahun yang berdiri pada tahun 1993, dengan nama Andalas Institusi Manajemen (AIM) Padang. Lembaga ini beorientasi Teknologi Informasi (Komputer), didirikan oleh putra daerah yang bernama Irwan Kinun, SE, Akt, M. Kom. Seiring dengan perkembangan lembaga ini, maka pada tahun 1997 lembaga ini melakukan ekspansi dengan mendirikan Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Jayanusa Padang. Dan pada tahun 2002 lembaga ini mendirikan Sekolah Tinggi Manejemen Informatika dan Komputer (STMIK) Jayanusa Padang.
O
T
S W
Ciptakan Strategi Yang Menggunakan
Kekuatan untuk Memanfaatkan
Peluang
Ciptakan Strategi Yang Menggunakan
Kekuatan untuk Mengatasi Ancaman
Ciptakan Strategi Yang
Meminimalkan Kelemahan
untuk Meraih Peluang
Ciptakan Strategi Yang
Meminimalkan Kelemahan untuk Lolos
dari Ancaman
FaktorInternal
Eksternal
19
Dari tahun ke tahun lembaga ini terus melakukan perkembangan baik dari segi Infrastruktur maupun Sumber Daya Manusianya. Oleh karena itu lembaga ini banyak diminati oleh para lulusan SMA yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di bidang Teknologi Informasi.
2.2.2. Visi dan Misi STMIK Jayanusa PadangSTMIK Jayanusa Padang Memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :
Visi : STMIK Jayanusa Padang di targetkan menjadi perguruan tinggi dengan Program studi Sistem Informasi dan Sistem Komputer yang terkemuka di Indonesia baik dari segi kualitas lulusan, maupun sarana dan prasarananya.
Misi :1. Membina mahasiswa menjadi manusia yang mandiri dengan arti
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta memiliki akhlaq yang mulia dan siap pakai.
2. Menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan profesional, yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, khususnya bidang Sistem Informatika serta dapat diandalkan.
2.2.3. Sumber Daya Manusia STMIK Jayanusa Padang bernaung dibawah Yayasan Bina Manajemen
Informatika (YBMI), dipimpin oleh seorang Ketua yang dibantu oleh tiga orang Pembantu Ketua (PK), yaitu PK I, PK II, PK III. Untuk Operasional Akademik STMIK Jayanusa memiliki 22 orang karyawan administrasi. Untuk kegiatan pembelajaran STMIK Jayanusa memiliki 12 Dosen Tetap dan 54 Dosen Tidak Tetap.
2.2.4 Infrastruktur Web STMIK Jayanusa PadangSTMIK Jayanusa Padang sebagai salah satu Institusi Pendidikan yang
berorientasi Teknologi Informasi, sudah memiliki fasiltas Web, dengan url www.jayanusa.ac.id. Namun Web ini baru dijadikan sebagai media Promosi serta Penyampaian Informasi Kampus, dimana informasi yang disampaikan masih terbatas. Web ini belum dimanfaatkan sebagai media untuk Transfer Knowledge ataupun Knowledge Sharing, baik diantara para Dosen maupun para Mahasiswa.
Selain itu, STMIK Jayanusa juga memiliki fasiltas Wi-Fi (Hot Spot Area) dilingkungan Kampus, yang memungkinkan Dosen maupun Mahasiswa dengan leluasa mengakses Internet di lingkungan Kampus.
20
2.3. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar II.7. Kerangka Konseptual Penelitian
Penjelasan :Langkah pertama penelitian ini dimulai dengan menyusun Quisioner
untuk dilaksanakan pada Focus Group Discussion (FGD), dari FGD akan didapatkan faktor-faktor apa sajakah yang akan mempengaruhi penentuan strategi pembagunan Knowledge Sharing berbasis Web untuk meningkatkan kualitas dosen di STMIK Jayanusa Padang (Meliputi Faktor Internal dan Eksternal). Setelah itu akan dilaksanakan Analisis SWOT. Dari analisis SWOT akan dihasilkan Strategi untuk pembangunan Knowledge Sharing berbasis Web untuk meningkatkan kualitas dosen di STMIK Jayanusa Padang. Starategi hasil analisis SWOT akan di diskusikan kembali dalam forum FGD. Output dari Penelitian ini adalah Penentuan Knowledge Sharing Berbasis Web untuk meningkatkan kualitas dosen di STMIK Jayanusa Padang.
2.4. Hipotesis Dugaan sementara dari penelitian ini adalah :Diduga dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang akan mempengaruhi
penentuan strategi pembangunan Knowledge Sharing berbasis Web pada STMIK Jayanusa Padang, akan dapat ditentukan strategi pembangunan Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang, guna meningkatkan kualitas dosen di lingkungan STMIK Jayanusa Padang.
FGD
Faktor-faktorInternal(S, W)
SWOT
Penentuan Strategi
PembangunanKnowledge
Sharing Berbasis Web
Faktor-faktorEksternal
( O, T)
FGD
22
3.1. Waktu PenelitianPenelitian dilakukan mulai minggu pertama Juni 2008 sampai dengan
minggu Akhir Agustus 2008.
3.2. Metodologi PenelitianPenelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan menyajikan
rangkuman hasil survey dalam bentuk tabulasi dan transkrip. Dengan metode ini akan dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya Knowledge Sharing berbasis Web untuk meningkatkan kualitas dosen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan questioner dan wawancara terhadap narasumber dan mengadakan Focus Group Discussion (FGD).
3.3. Focus Group DiscussionJumlah peserta Focus Group Discussion (FGD) secara tipikal berkisar
antara enam dan delapan partisipan, tetapi ukuran itu dapat pada rentang empat sampai dengan dua belas tergantung pada tujuan penelitian ([LITO 2003],26). Menurut Krueger jumlah peserta Focus Group Discussion adalah empat sampai dengan enam orang merupakan jumlah yang ideal, karena kelompok tersebut akan lebih akrab, perekrutan lebih mudah dan lebih nyaman. Selain itu hal yang perlu diperhatikan dalam Focus Group Discussion adalah khalayak sasaran harus homogen. ([KRUE 1998],33).
Untuk penelitian ini, penulis menilai kesamaan lingkup kerja dan tingkat pendidikan responden yang sudah memenuhi unsur homogenitas.
23
3.4. Analisis SWOTAnalisis SWOT disusun menjadi tabel Strategi IFAS dan EFAS sebagai
berikut: Strategi Strengths-Opportunities (SO), Strategi Strengths-Threats (ST), Strategi Weaknesses-Opportunities (WO), Strategi Weaknesses-Threats (WT).
Strategi SO disebut juga Strategi Pengembangan, menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang.
Strategi ST disebut juga Strategi Penguatan, menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Strategi WO disebut juga Stategi Damage Control, menggunakan keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan.
Strategi WT disebut juga Strategi Investasi, menghasilkan strategi untuk meminimalisasi kelemahan dan menghindari ancaman.
3.5. Jadwal Penyusunan TesisAdapun jadwal penyusunan Tesis yang penulis coba susun sebagai
berikut:
KegiatanJun '
08Jul' 08
Agt' 08
Pencarian dan Pemilihan Obyek Penelitian XX Studi di Instansi/Organisasi Obyek Penelitian XX Perumusan Masalah Penelitian XX Penentuan Topik dan Pembimbing Tesis XXX
Pengumpulan Bahan Literatur/Referensi XXXX
Penyerahan Formulir Pendaftaran Penulisan Tesis XPenyusunan Kerangka/Landasan Pemikiran XXXPenyusunan Metodologi/Desain Penelitian XXPenyusunan Naskah Proposal Tesis XXXPenyerahan Formulir Pendaftaran Sidang Proposal Tesis
XXXX
24
4.1. Pelaksanaan Focus Group DiscussionKegiatan Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan di Ruang Rapat
STMIK Jayanusa Padang sebanyak 2 kali. Pada tanggal 20 Agustus 2008, jam 09.00 – 11.00 dilaksanakan presentasi tentang Knowledge Sharing berbasis Web dan pembagian serta pengisian questioner dan pada tanggal 23 Agustus 2008 jam 09.00-10.00 dilaksanakan diskusi tentang penentuan Knowledge Sharing berbasis Web dari strategi-strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT. Dihadiri oleh 5 orang peserta dari dosen senior, unsur pimpinan dan web administrator.
Sebelum diskusi dan pembagian questioner dilaksanakan, penulis menyampaikan sebuah presentasi tentang Knowledge Sharing berbasis Web.
Tabel IV-1. Profil peserta Focus Group DiscussionKodeResponden
NamaResponden
Jabatan Lama bergabung di
STMIK Jayanusa
Pendidikan
R1 Irwan Kinun, SE, Akt, M. Kom Ketua Yayasan 6 Tahun S2R2 M. Arifin, MM Ketua STMIK
Jayanusa6 Tahun S2
R3 Renita Astri, S. Kom, M.Sc Dosen/PK I 4 Tahun S2R4 Yuli Fitria Kamal, MM Dosen 4 Tahun S2R5 Isnardi, S. Kom Dosen/Web
Administrator6 Tahun S1
Setelah presentasi dilaksanakan, penulis membagikan questioner kepada
para peserta.
25
4.2. Analisa SWOT Hasil Questioner Focus Group DiscussionDalam melaksanakan analisis SWOT penelitian ini, ada beberapa
penyesuaian yang penulis lakukan dalam pembentukan model analisnya, yaitu menggunakan teknik pemanfaatan analisis SWOT tanpa skala industri dan pembanding : ([ISKA 2003],65)1. Pembobotan menggunakan Skala 1 (sangat penting) hingga 0 (tidak penting),
akan tetapi penentuan nilai skala untuk masing-masing situasi total berjumlah 1 dengan cara :a. Diurutkan faktor situasi berdasarkan skala prioritas (SP), tertinggi
nilainya 16 dari 4x4, urutan 2 nilainya 3x4 = 12 dan terendah 4 dari 1 x 4, lalu dikalikan dengan konstanta (K) nilai tertinggi yaitu 4.
b. Masing-masing nilai situasi tersebut dibagi dengan total nilai SP x K2. Peringkat menggunakan skala 1 (rendah) – 4 (tinggi) untuk kekuatan dan
peluang. Sedangkan skala 4 (rendah) – 1 (tinggi) untuk kelemahan dan ancaman. Karena tidak ada pembanding, maka nilai skala ditentukan berdasarkan prioritas dari masing-masing situasi (misalnya skala 4 untuk peluang yang paling utama).
3. Nilai tertinggi untuk Bobot x Peringkat adalah 1-2 (kuat) dan terendah adalah 0-1 (lemah)
Berdasarkan nilai peringkat dan pembobotan yang kemudian dikalikan akan diperoleh hasil kombinasi antara beberapa situasi sebagi berikut :
1. (Kekuatan, Kesempatan atau S.O), artinya STMIK Jayanusa Padang menentukan strategi berdasarkan kombinasi kekuatan dan kesempatan yang bisa memanfaatkan kekuatan untuk menggunakan peluang sebaik-baiknya.
2. (Kelemahan, Kesempatan atau W.O), artinya STMIK Jayanusa Padang harus membuat strategi bagaimana meminimalkan kelemahan yang selalu muncul dalam organisasi dengan memanfaatkan peluang yang mengutuntungkan.
3. (Kekuatan, Ancaman atau S.T), artinya STMIK Jayanusa Padang bisa memanfaatkan kekuatan untuk mengantisipasi ancaman.
4. (Kelamahan, Ancaman atau WT), artinya STMIK Jayanusa Padang harus meminimalkan kelamahan dan menghindari ancaman.
Tabel IV-2. Sintesa Faktor-faktor Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa Padang
Faktor-faktor Strategi Internal SP K SP X K BobotKekuatan (S) :
1. Tersedianya Infrastruktur untuk membangun Knowledge Sharing berbasis Web
2. Tersedianya tenaga ahli di bidang web3. Institusi sering mengirim dosen untuk belajar,
pelatihan, pertemuan dan penelitian
3
14
4
44
12
416
12/40 = 0.3
4/40 = 0.116/40 = 0.4
26
4. Knowledge Sharing berbasis Web dapat di integrasikan pada Web STMIK Jayanusa yang sudah ada
2 4 8 8/40 = 0.2
Total SP X K 40 1.0Kelemahan (W) :
1. Tidak adanya aturan dari pimpinan untuk melaksanakan Knowledge Sharing
2. Tidak semua dosen bisa mengoperasikan sistem berbasis web
3. Tidak semua dosen faham dengan Knowledge Sharing
4. Web Jayanusa belum dilengkap dengan Web Sequrity yang baik/handal
4
2
3
1
4
4
4
4
16
8
12
4
16/40 = 0.4
8/40 = 0.2
12/40 = 0.3
4/40 = 0.1
Total SP X K 40 1.0
Tabel IV-3. Sintesa Faktor-faktor Kesempatan (Opportunity) dan Ancaman (Threath) Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa Padang
Faktor-faktor Strategi Eksternal SP K SP X K BobotKesempatan (O) :
1. Knowledge Sharing berbasis Web akan menyebabkan percepatan Transfer Knowledge dari luar kampus
2. Adanya dana dari pemerintah untuk pengembangan infrastruktur
3. Teknologi Web yang terus berkembang akan menyebabkan Knowledge Sharing berbasis Web juga akan terus berkembang kearah yang lebih baik
4. Dengan Knowledge Sharing berbasis Web akan terjadi transfer knowledge dengan dosen-dosen lain di luar kampus
4
1
2
3
4
4
4
4
16
4
8
12
16/40 = 0.4
4/40 = 0.1
8/40 = 0.2
12/40 = 0.3
Total SP X K 40 1.0Threath (T) :
1. Pihak-pihak eksternal yang akan merusak Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa
2. Tenaga ahli Web institusi direkrut oleh institusi lain
3
2
4
4
12
8
12/40 = 0.3
8/40 = 0.2
27
3. Budaya dan Sifat dari orang yang tidak ingin melaksanakan Knowledge Sharing berbasis Web karena rasa persaingan
4. Terputusnya koneksi internet yang menyebabkan tidak bisa telaksananya Knowledge Sharing berbasis Web
4
1
4
4
16
4
16/40 = 0.4
4/40 = 0.1
Total SP X K 40 1.0
Tabel IV-3. Faktor-faktor Strategik Internal (IFAS)Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Peringkat Bobot X
PeringkatKekuatan (S) :
1. Tersedianya Infrastruktur untuk membangun Knowledge Sharing berbasis Web
2. Tersedianya tenaga ahli di bidang web3. Institusi sering mengirim dosen untuk
belajar, pelatihan, pertemuan dan penelitian
4. Knowledge Sharing berbasis Web dapat di integrasikan pada Web STMIK Jayanusa yang sudah ada
0.3
0.10.4
0.2
2
13
4
0.6
0.11.2
0.8
Total SP X KKelemahan (W) :
1. Tidak adanya aturan dari pimpinan untuk melaksanakan Knowledge Sharing
2. Tidak semua dosen bisa mengoperasikan sistem berbasis web
3. Tidak semua dosen faham dengan Knowledge Sharing
4. Web Jayanusa belum dilengkap dengan Web Sequrity yang baik/handal
0.4
0.2
0.3
0.1
3
2
2
4
1.2
0.4
0.6
0.4
28
Tabel IV-5. Faktor-faktor Strategik Eksternal (EFAS)Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Peringkat Bobot X
PeringkatKesempatan (O) :
1. Knowledge Sharing berbasis Web akan menyebabkan percepatan Transfer Knowledge dari luar kampus
2. Adanya dana dari pemerintah untuk pengembangan infrastruktur
3. Teknologi Web yang terus berkembang akan menyebabkan Knowledge Sharing berbasis Web juga akan terus berkembang kearah yang lebih baik
4. Dengan Knowledge Sharing berbasis Web akan terjadi transfer knowledge dengan dosen-dosen lain di luar kampus
0.4
0.1
0.2
0.3
4
4
3
3
1.6
0.4
0.6
0.9
Total SP X KThreath (T) :
1. Pihak-pihak eksternal yang akan merusak Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa
2. Tenaga ahli Web institusi direkrut oleh institusi lain
3. Budaya dan Sifat dari orang yang tidak ingin melaksanakan Knowledge Sharing berbasis Web karena rasa persaingan
4. Terputusnya koneksi internet yang menyebabkan tidak bisa telaksananya Knowledge Sharing berbasis Web
0.3
0.2
0.4
0.1
2
3
4
4
0.6
0.6
1.6
0.1
29
Berdasarkan tabel IFAS dan EFAS diatas maka dapat dibuat Matriks SWOT yang terdiri atas 4 kuadran (9 sel) seperti di bawah ini :
Tabel IV-6. Tabel IFAS dan EFAS Knowledge Sharing Berbasis Web STMIK Jayanusa Padang
IFAS
EFAS
Kekuatan (S) :1. Tersedianya Infrastruktur untuk
membangun Knowledge Sharing berbasis Web
2. Tersedianya tenaga ahli di bidang web
3. Institusi sering mengirim dosen untuk belajar, pelatihan, pertemuan dan penelitian
4. Knowledge Sharing berbasis Web dapat di integrasikan pada Web STMIK Jayanusa yang sudah ada
Kelemahan (W) :1. Tidak adanya aturan dari pimpinan
untuk melaksanakan Knowledge Sharing
2. Tidak semua dosen bisa mengoperasikan sistem berbasis web
3. Tidak semua dosen faham dengan Knowledge Sharing
4. Web Jayanusa belum dilengkap dengan Web Sequrity yang baik/handal
Kesempatan (O) :1. Knowledge Sharing berbasis
Web akan menyebabkan percepatan Transfer Knowledge dari luar kampus
2. Adanya dana dari pemerintah untuk pengembangan infrastruktur
3. Teknologi Web yang terus berkembang akan menyebabkan Knowledge Sharing berbasis Web juga akan terus berkembang kearah yang lebih baik
4. Dengan Knowledge Sharing berbasis Web akan terjadi transfer knowledge dengan dosen-dosen lain di luar kampus
Strategi (SO)
1. (0.6, 1.6)(lemah, kuat)
2. (0.1, 0.4)(lemah,lemah)
3. (1.2, 0.6)(kuat, lemah)
4. (0.8, 0.9)(lemah,lemah)
Strategi (WO)
1. (1.2, 1.6)(kuat, kuat)2. (0.4, 0.4)
(lemah,lemah)3. (0.6, 0.6)(kuat, lemah)
4. (0.4, 0.9)(lemah,lemah)
Threath (T) :1. Pihak-pihak eksternal yang
akan merusak Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa
2. Tenaga ahli Web institusi direkrut oleh institusi lain
3. Budaya dan Sifat dari orang yang tidak ingin melaksanakan Knowledge Sharing berbasis Web karena rasa persaingan
4. Terputusnya koneksi internet yang menyebabkan tidak bisa telaksananya Knowledge Sharing berbasis Web
Strategi (ST)
1. (0.6, 0.6)(lemah, lemah)
2. (0.1, 0.6)(lemah,lemah)3. (1.2, 1.6)(kuat, kuat)4. (0.8, 0.1)
(lemah,lemah)
Strategi (WT)
1. (1.2, 0.6)(kuat, lemah)2. (0.4, 0.6)
(lemah,lemah)3. (0.6, 1.6)(lemah, kuat)4. (0.4, 0.1)
(lemah,lemah)
30
Berdasarkan matrik SWOT diatas maka analisa strategik untuk no. 1 bagi semua situasi (SO, WO, ST, dan WT) adalah sebagai berikut :1. Karena ketersediaan infrastruktur untuk membangun Knowledge Sharing
berbasis Web masih agak lemah, namun Knowledge Sharing berbasis Web memiliki kesempatan yang kuat untuk menyebabkan percepatan Transfer Knowledge dari luar kampus, maka informasi ini mengharuskan STMIK Jayanusa Padang untuk segera mempersiapkan infrastruktur untuk membangun Knowledge Sharing berbasis Web kearah yang lebih baik.
2. Tidak adanya aturan dari pimpinan untuk melaksanakan Knowledge Sharing bagi para dosen menjadi faktor kuat kelemahan STMIK Jayanusa dalam membangun Knowledge Sharing berbasis Web, sedangkan Knowledge Sharing berbasis Web memiliki kesempatan yang kuat untuk menyebabkan percepatan Transfer Knowledge dari luar kampus, maka STMIK Jayanusa Padang harus membuat aturan yang jelas untuk para dosen dalam melaksanakan Knowledge Sharing (misalnya membuat aturan bahwa setiap dosen yang melakukan Penelitian, hasil penelitiannya harus di presentasikan di depan dosen lain dan diupload ke Web Jayanusa).
3. Meskipun ancaman dari pihak-pihak eksternal yang akan merusak Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa lemah/kecil, namun dikarenakan ketersediaan infrastruktur untuk membangun Knowledge Sharing berbasis Web masih agak lemah juga, maka STMIK Jayanusa harus menambah infrastruktur Knowledge Sharing berbasis Web nya untuk mengantisipasi ancaman ini dikemudian hari, karena walaupun lemah ancaman tetap ada.
4. Tidak adanya aturan dari pimpinan untuk melaksanakan Knowledge Sharing bagi para dosen tidak akan berpengaruh terhadap keamanan Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa Padang. Karena ancaman dari luar pun lemah. Namun demikian untuk mengantisipasi ancaman dari luar maka Web Jayanusa harus dilengkapi dengan sistem keamanan yang handal.
Analisa strategik untuk no. 2 bagi semua situasi (SO, WO, ST, dan WT) adalah sebagai berikut :1. Ketersediaan tenaga ahli di bidang web untuk membangun Knowledge
Sharing berbasis Web sudah ada tapi masih sedikit/lemah, walaupun demikian dengan adanya dana dari pemerintah untuk pengembangan infrastruktur, maka STMIK Jayanusa harus dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk membangun Knowledge Sharing berbasis Web.
2. Tidak semua dosen STMIK Jayanusa Padang bisa mengoperasikan sistem berbasis web, hal ini walaupun lemah tetap menjadi kelemahan yang harus di antisipasi, misalnya dengan memberikan pelatihan pengoperasian sistem berbasis Web. Dana pelatihan bisa didapat dari dari pemerintah.
3. Ketersediaan tenaga ahli di bidang web di STMIK Jayanusa Padang masih sedikit, namun hal ini tidak begitu menjadi ancaman karena kemungkinan Tenaga ahli Web institusi direkrut oleh institusi lain juga kecil/lemah. Tetapi walupun demikian ada baiknya STMIK Jayanusa Padang menambah tenaga ahli di bidang Web, sehingga walaupun ancaman yang lemah tadi terjadi,
31
tidak akan berpengaruh tehadap Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang.
4. Tidak semua dosen bisa mengoperasikan sistem berbasis web, Tenaga ahli Web institusi direkrut oleh institusi lain. Walapun kedua hal ini sifatnya lemah, namun kedua hal diatas merupakan kelemahan dan ancaman yang harus diantisipasi sejak dini oleh STMIK Jayanusa Padang. Misalnya dengan Pelatihan bagi para dosen untuk menggunakan sistem berbasis Web, dan menambah tenaga ahli di bidang Web.
Analisa strategik untuk no. 3 bagi semua situasi (SO, WO, ST, dan WT) adalah sebagai berikut :1. STMIK Jayanusa Padang sering mengirim dosen untuk belajar, pelatihan,
pertemuan dan penelitian, ini merupakan kekuatan yang harus terus dipertahankan, terlebih lagi dengan teknologi Web yang terus berkembang akan menyebabkan Knowledge Sharing berbasis Web juga akan terus berkembang kearah yang lebih baik, sehingga Knowledge dosen STMIK Jayanusa Padang bisa di share kepada dosen-dosen yang lain.
2. Tidak semua dosen STMIK Jayanusa Padang faham dengan Knowledge Sharing, ini merupakan kelemahan yang kuat, yang akan menyebabkan Knowledge Sharing berbasis Web tidak akan berjalan seperti yang diharapkan, namun dengan perkembangan teknologi Web akan menyebabkan Knowledge Sharing berbasis Web juga akan terus berkembang kearah yang lebih baik dan dengan sendirinya pemahaman dosen terhadap knowledge sharing pun akan semakin baik. Oleh karena itu STMIK Jayanusa Padang harus terus mengikuti perkembangan Web.
3. STMIK Jayanusa Padang sering mengirim dosen untuk belajar, pelatihan, pertemuan dan melakukan penelitian, namun karena adanya budaya dan sifat dari orang yang tidak ingin melaksanakan Knowledge Sharing berbasis Web karena rasa persaingan, maka knowledge para dosen yang dihasilkan dari belajar, pelatihan, pertemuan dan melakukan penelitian diatas tidak akan tershare kepada dosen-dosen yang lain. Untuk mengantisipasi hal ini maka STMIK Jayanusa Padang haru membuat aturan jelas tentang Knowledge Sharing, memberikan hukuman bagi para dosen yang tidak mau malaksanakan Knowledge Sharing, dan membangun infrastruktur untuk Knowledge Sharing tersebut, contohnya Knowledge Sharing berbasis Web.
4. Tidak semua dosen faham dengan Knowledge Sharing, serta adanya budaya dan sifat dari orang yang tidak ingin melaksanakan Knowledge Sharing berbasis Web karena rasa persaingan, kedua hal ini akan menyebakan tidak terlaksananya Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang. Oleh karena itu STMIK Jayanusa Padang harus melakukan pelatihan tentang Knowledge Sharing kepada dosen-dosen yang tidak faham dengan Knowledge Sharing sehingga akan menghilangkan budaya serta sifat diatas dari para dosen di lingkungan STMIK Jayanusa Padang.
32
Analisa strategik untuk no. 4 bagi semua situasi (SO, WO, ST, dan WT) adalah sebagai berikut :1. Knowledge Sharing berbasis Web yang akan dibangun dapat di integrasikan
pada Web STMIK Jayanusa yang sudah ada sehingga akan memudahkan dalam pembangunannya, dan dengan Knowledge Sharing berbasis Web yang dibangun akan ada kesempatan terjadinya transfer knowledge dengan dosen-dosen lain di luar kampus. Hal ini bisa terjadi apabila Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa Padang di integrasikan juga dengan web-web sejenis, serta dibuat akses bagi dosen-dosen diluar kampus STMIK Jayanusa Padang untuk memanfaatkan Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa Padang.
2. Web Jayanusa belum dilengkap dengan Web Sequrity yang baik/handal, serta ada kesempatan dengan Knowledge Sharing berbasis Web akan terjadi transfer knowledge dengan dosen-dosen lain di luar kampus. Indikasi ini menujukan bahwa ketika Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa Padang bisa diakses oleh dosen-dosen lain dari luar kampus, maka Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa Padang akan memungkinkan di rusak oleh orang luar. Untuk mengantisifasi hal ini maka Web Jayanusa harus dilengkapi dengan web sequrity yang handal.
3. Knowledge Sharing berbasis Web dapat di integrasikan pada Web STMIK Jayanusa yang sudah ada, namun terputusnya koneksi internet akan menyebabkan tidak bisa telaksananya Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang. Hal ini bisa diantisipasi dengan cara STMIK Jayanusa tidak hanya berlangganan internet kepada satu ISP (Internet Service Provider) saja, tetapi harus ada cadangan ISP lain. Sehingga apabila koneksi dengan ISP yang satu terputus, bisa menggunakan ISP yang lain.
4. Tidak ada kaitan antara Web Jayanusa yang belum dilengkap dengan Web Sequrity yang baik/handal, dengan terputusnya koneksi internet yang menyebabkan tidak bisa telaksananya Knowledge Sharing berbasis Web. Namun kedua hal diatas adalah Kelemahan serta Ancaman yang harus segera diantisipasi oleh STMIK Jayanusa Padang. Cara mengatasinya adalah dengan memasang Web Sequrity yang baik/handal pada Web STMIK Jayanusa padang, serat berlangganan internet kepada lebih dari 1 ISP.
4.3. HasilBerdasarkan hasil Focus Group Discussion dan pemetaan SWOT dapat
dirumuskan strategi-strategi yang perlu diperhatikan untuk membangun Knowledge Sharing berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas dosen.
Strategi-strategi yang perlu diperhatikan oleh STMIK Jayanusa Padang adalah :1. Mempersiapkan infrastruktur untuk membangun Knowledge Sharing berbasis
Web.2. Mengintegrasikan Knowledge Sharing berbasis Web pada Web STMIK
Jayanusa Padang yang sudah ada.
33
3. Membuat aturan yang jelas bagi para dosen untuk melaksanakan Knowledge Sharing berbasis Web.
4. Melengkapi Web STMIK Jayanusa dengan Web Security yang handal.5. Menambah tenaga ahli di bidang Web.6. Memanfaatkan dana dari pemerintah untuk pengembangan Web STMIK
Jayanusa Padang.7. Memberikan pelatihan kepada para dosen tentang Knowledge Sharing
berbasis Web.8. Memberikan pengertian kepada para dosen bahwa budaya tidak mau
membagi Knowledge karena adanya persaingan, hanya akan menyebabkan terhambatnya Transfer Knowledge dan hilangnya Knowledge dari STMIK Jayanusa Padang.
Langkah selanjutnya, Strategi-strategi diatas kembali didiskusikan dalam
Focus Group Discussion untuk penentuan pembangunan Knowledge Sharing Berbasis Web di STMIK Jayanusa Padang. Hasilnya, semua peserta FGD setuju dengan strategi-strategi hasil analisis SWOT diatas dan sepakat bahwa STMIK Jayanusa Padang akan membangun Knowledge Sharing berbasis Web. Sehingga dengan adanya Knowledge Sharing berbasis Web maka akan terjadi percepatan Transfer Knowledge antar dosen dan meminimalisasi hilangnya Knowledge. Yang mana hal ini akan meningkatkan kualitas dari dosen dilingkungan STMIK Jayanusa Padang.
Didalam Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa Padang akan terdapat fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
1. Upload dan Download Bahan Kuliah2. Upload dan Download Hasil Penelitian Dosen3. Upload dan Download Hasil Pelatihan, Pengalaman4. Forum Diskusi Dosen
34
Gambar 4-1. Prototype Folder Knowledge Sharing Berbasis Web STMIK Jayanusa Padang
Folder Knowledge Sharing Dosen
35
5.1. Kesimpulan Pada penelitian ini didapat kesimpulan bahwa dengan memperhatikan
strategi-strategi pembangun Knowledge Sharing berbasis Web dari hasil FGD dan pemetaan SWOT, STMIK Jayanusa Padang dapat membangun Knowledge Sharing berbasis Web sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas dosen di lingkungan STMIK Jayanusa Padang.
Hal ini terjadi karena dengan adanya Knowledge Sharing berbasis Web maka akan terjadi percepatan Transfer Knowledge diantara dosen dan meminimalisasi hilangnya Knowledge di STMIK Jayanusa Padang.
5.2. SaranDengan berbagai manfaat yang ada dari pembangunan Knowledge Sharing
berbasis Web (seperti yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya) serta dengan infrastruktur yang ada, maka STMIK Jayanusa disarankan untuk segera membangun Knowledge Sharing berbasis Web, dengan memperhatikan strategi-strategi pembangunan sebagai berikut :1. Mempersiapkan infrastruktur untuk membangun Knowledge Sharing berbasis
Web.2. Mengintegrasikan Knowledge Sharing berbasis Web pada Web STMIK
Jayanusa Padang yang sudah ada. 3. Membuat aturan yang jelas bagi para dosen untuk melaksanakan Knowledge
Sharing berbasis Web.4. Melengkapi Web STMIK Jayanusa dengan Web Security yang handal.5. Menambah tenaga ahli di bidang Web.6. Memanfaatkan dana dari pemerintah untuk pengembangan Web STMIK
Jayanusa Padang.7. Memberikan pelatihan kepada para dosen tentang Knowledge Sharing
berbasis Web.8. Memberikan pengertian kepada para dosen bahwa budaya tidak mau
membagi Knowledge karena adanya persaingan, hanya akan menyebabkan terhambatnya Transfer Knowledge dan hilangnya Knowledge dari STMIK Jayanusa Padang.
Selain itu juga disarankan agar Knowledge Sharing berbasis Web STMIK Jayanusa Padang di masa yang akan datang harus dapat di akses oleh dosen-dosen lain dari luar kampus. Sehingga Transfer Knowledge tidak hanya terjadi di lingkungan Internal kampus STMIK Jayanusa Padang saja tetapi juga dengan dosen-dosen di luar kampus.
KNOWLEDGE SHARINGDOSEN
Upload dan Download Bahan Kuliah
Upload dan Download Hasil Penelitian Dosen
Upload dan Download Hasil Pelatihan,
Upload dan Download Pengalaman
Forum Diskusi Dosen
Home
Gambar 4-2. Prototype Knowledge Sharing Berbasis Web STMIK Jayanusa
36
DAFTAR PUSTAKA
[CZEC 1998] Czegel, Barbara. Running an Effective Helpdesk, 2nd
edition. John Wiley&Sons, Illinois, 1998. [CZEC 1999] Czegel, Barbara. Helpdesk Practioner Handbook. John
Wiley&Sons, Illinois, 1999.
[DAVE 1998] Davenport, Thomas, H., dan Laurence Prusak. Working Knowledge: How Organizations Manage What They Know. Harvard Business School Press, Boston, 1998.
[DAVI 2003] Davidson, Carl dan Philip Voss. Knowledge Management, An Introduction To Creating Competitive Advantage From Intellectual Capital. Vision Book, New Delhi, 2003.
[HEND 2008] Hendro, Makassar, Knowledge Sharing dalam Komunitas, www. pdii.lipi.go.id, 30 Mei 2008
[INDR 2000] Indrajit, R.E. Pengantar Konsep Dasar: Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Elexmedia Komputindo, Jakarta, 2000.
[ISKA 2005] Iskandar, Putong, Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri, Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 2, Jilid 8, Fak. Ekonomi UBINUS, 2003
[KADIR 2003] Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta, 2003
[KROG 2000] Von Krogh, George, Kazuo Ichiyo dan Ikujiro Nokana. Enabling Knowledge Creation. Oxford University Press, Inc, New York, 2000.
[KRUE 1998] Kruger, Richard A, Focus Group A Practical Guide For Applied Research. Sage Publication, Inc. New Bury Park, California, 1998
[LITO 2003] Litosseliti, L. Using Focus Group In Research. Continuum, London, 2003
[MACK 2001] Mack, R. Transition Study Results: End-User Support. Gartner Group, Minnesota, 2001.
[MCIN 2002] McInerney, Claire. Knowledge Management and the dynamic nature of knowledge. Journal Of The American
37
Society For Information Science And Technology. Vol. 53, Issue 12 (Oktober 2002) Hal: 1009-1018, 2002.
[PUJO 2008] Pujowidodo, Knowledge Sharing Factor, www.ccitonline.com, 19 April 2008
[QUIN 1998] Quinn, James, B., Philip Anderson dan Sydney Finkelstein. Managing Professional Intellect: Making The Most Of The Best In Harvard Business Review On Knowledge Management. Harvard Business School Publishing, 1998.
[RANG 2005] Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia, Jakarta, 2005
[TIWA 2000] Tiwana, Amrit. The Knowledge Management Toolkit. Prentice Hall PTR. Upper Saddle River, NJ 07456, 2000.
[TOUR 1998] Tourniaire, Francoise dan Richard Farrel. The Art Of Software Support: Design and Operation of Support Center and Helpdesk. USA: Prentice-Hall PTR, New Jersey, 1998.
38
DAFTAR PUSTAKA
[CZEC 1998] Czegel, Barbara. Running an Effective Helpdesk, 2nd
edition. John Wiley&Sons, Illinois, 1998. [CZEC 1999] Czegel, Barbara. Helpdesk Practioner Handbook. John
Wiley&Sons, Illinois, 1999.
[DAVE 1998] Davenport, Thomas, H., dan Laurence Prusak. Working Knowledge: How Organizations Manage What They Know. Harvard Business School Press, Boston, 1998.
[DAVI 2003] Davidson, Carl dan Philip Voss. Knowledge Management, An Introduction To Creating Competitive Advantage From Intellectual Capital. Vision Book, New Delhi, 2003.
[HEND 2008] Hendro, Makassar, Knowledge Sharing dalam Komunitas, www. pdii.lipi.go.id, 30 Mei 2008
[INDR 2000] Indrajit, R.E. Pengantar Konsep Dasar: Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Elexmedia Komputindo, Jakarta, 2000.
[ISKA 2005] Iskandar, Putong, Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri, Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 2, Jilid 8, Fak. Ekonomi UBINUS, 2003
[KADIR 2003] Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta, 2003
[KROG 2000] Von Krogh, George, Kazuo Ichiyo dan Ikujiro Nokana. Enabling Knowledge Creation. Oxford University Press, Inc, New York, 2000.
[KRUE 1998] Kruger, Richard A, Focus Group A Practical Guide For Applied Research. Sage Publication, Inc. New Bury Park, California, 1998
[LITO 2003] Litosseliti, L. Using Focus Group In Research. Continuum, London, 2003
[MACK 2001] Mack, R. Transition Study Results: End-User Support. Gartner Group, Minnesota, 2001.
[MCIN 2002] McInerney, Claire. Knowledge Management and the dynamic nature of knowledge. Journal Of The American
39
Society For Information Science And Technology. Vol. 53, Issue 12 (Oktober 2002) Hal: 1009-1018, 2002.
[PUJO 2008] Pujowidodo, Knowledge Sharing Factor, www.ccitonline.com, 19 April 2008
[QUIN 1998] Quinn, James, B., Philip Anderson dan Sydney Finkelstein. Managing Professional Intellect: Making The Most Of The Best In Harvard Business Review On Knowledge Management. Harvard Business School Publishing, 1998.
[RANG 2005] Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia, Jakarta, 2005
[TIWA 2000] Tiwana, Amrit. The Knowledge Management Toolkit. Prentice Hall PTR. Upper Saddle River, NJ 07456, 2000.
[TOUR 1998] Tourniaire, Francoise dan Richard Farrel. The Art Of Software Support: Design and Operation of Support Center and Helpdesk. USA: Prentice-Hall PTR, New Jersey, 1998.
40