Download - Jenis Nepenthes Di Tabalong
42
ABSTRAK
VARIASI JENIS NEPENTHES BERDASARKAN HABITAT DIKABUPATEN TABALONG
Oleh : Mahrudin
Nepenthes tergolong tumbuhan karnivora yang dapat memakan hewanterutama kelompok serangga. Keberadaan Nepenthes biasanya spesifikterutama pada tanah atau habitat tertentu, termasuk tumbuhan merambatdi tanah, ranting-ranting pohon, berumah dua. Pertumbuhan Nepenthesmerambat dan menempel pada pohon, memiliki sebuah alat berupakantung yang merupakan perubahan bentuk dari ujung daun yangmemiliki fungsi menjadi perangkap serangga Selain itu, memerlukankelembapan tinggi, sehingga biasanya senang dekat air, hutan gambut,atau padang savana. Hal ini menyebabkan munculnya variasi Nepenthespada habitat yang berbeda-beda. Nepenthes tersebar dari dataran rendahrendah sampai daratan tinggi (0 – 700 mdpl), bahkan pada ketinggian1000 m.dpl. Pada Kabupaten Tabalong berdasarkan survey ditemukanada lima habitat yang dapat ditumbuhi Nepenthes yaitu hutan kerangas,semak belukar, rawa, kebun karet dan tanah merah. Adapun tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui variasi jenis Nepenthes diKabupaten Tabalong berdasarkan habitat. Penelitian ini bersifat eksploratifdengan teknik observasi, yaitu terjun langsung ke lapangan untukmelakukan pengamatan dan pengambilan sampel untuk mengetahuivariasi jenis Nepenthes pada 5 habitat dengan metode transek secarateratur berjarak pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tanta, MurungPudak dan Jaro pada Kabupaten Tanjung. Berdasarkan hasil penelitianditemukan Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa untuk jenisNepenthes yang ditemukan di Kabupaten Tabalong ditemukan 10 jenisyang tersebar pada lima habitat berbeda yaitu Nepenthes mirabilis, N.gracillis, N. adnata, N. reinwardtiana, N. gracillis x N. mirabilis, N.rafflesiana, N. reinwardtiana x gracillis, N. benstonei, N. bicalcarata, danN. stenophylla. Keberadaan pada habitat semak, kebun karet, rawa dankerangas ada 8 jenis, sedangkan untuk habitat tanah merah ada 6 jenis.
Kunci : Nepenthes, Habitat, Kabupaten Tabalong
43
PENDAHULUANTumbuhan yang ada di alam sangatlah beragam jenisnya yang
tumbuh dalam suatu area atau wilayah. Keragaman tumbuhan ini
berdasarkan atas habitat yang dihuninya, baik pada daratan maupun
perairan. Keberadaan tumbuhan yang hidup dalam suatu habitat
kecendrungan ada saling keterkaitan satu sama lainnya, dan juga
berhubungan dengan lingkungan yang ditempatinya. Keterkaitan ini dapat
dipelajari dengan menganalisis vegetasi yang tumbuh di suatu wilayah
dengan mengdeskripsikan jenis-jenis yang terdapat di dalamnya
berdasarkan habitat yang ditempatinya.
Tumbuhan yang ada di alam sering kita kenal manfaatnya terutama
bagi kehidupan manusia, baik dalam menunjang keperluan hidup
masyarakat maupun dalam hal menambah nilai ekonomi, sehingga
tumbuhan tersebut sering diburu atau dieksploitasi. Adanya eksploitasi
besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestarian bagi tumbuhan
tersebut, akan dapat menyebabkan menghilangkan jenis tumbuhan
ataupun dapat mengurangi jumlah keberadaannya di alam.
Vegetasi yang ada di alam sangat beragam dari tumbuhan tingkat
rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi, yang hidup pada habitat yang
berbeda-beda. Salah satu jenis tumbuhan yang cukup unik dan tergolong
memiliki kekhasan adalah Nepenthes. Nepenthes adalah merupakan
salah satu tumbuhan tergolong karnivora, dimana dapat memakan hewan
terutama hewan kelompok serangga. Keberadaan hidup tumbuhan ini
sekarang memang tergolong spesifik pada tanah tertentu atau habitat
tertentu. Nepenthes termasuk dalam golongan tumbuhan liana
(merambat) di tanah ataupun di ranting-ranting pohon, berumah dua, serta
bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Hidup di
tanah (terrestrial), ada juga yang menempel pada batang atau ranting
pohon lain (epifit). Nepenthes memiliki sebuah alat berupa kantung yang
merupakan perubahan bentuk dari ujung daun yang memiliki fungsi
44
menjadi perangkap serangga atau binatang kecil lainnya. (Alamendah,
2007).
Kehidupan Nepenthes memang dapat dilihat spesifik, baik dilihat
dari faktor abiotik dan edafik tanah dan habitatnya. Selain itu, tanaman
Nepenthes butuh kelembapan tinggi, karena Nepenthes senang dekat air,
hutan gambut, atau padang savana. "Nepenthes juga senang suhu yang
bervariasi (Azwar et al, 2006). Menurut Mansur (2006) Nepenthes
memiliki habitat yang spesifik, dilihat faktor lingkungan abiotik dan edafik
tanah. Hal inilah yang menyebabkan munculnya variasi Nepenthes pada
habitat yang berbeda-beda. Adapun habitat Nepenthes tersebut antara
lain; hutan hujan tropik, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan
kerangas, gunung kapur, padang savana dan danau. Sedangkan menurut
Karjono et al. (2006) Nepenthes tersebar dari dataran rendah rendah
samapi daratan tinggi (0 – 700 mdpl), bahkan ada yang hidup pada
ketinggian 1000 mdpl. Habitat tumbuhnya dapat berupa hutan kerangas,
semak belukar, padang ilalang, hutan gambut dan bahkan ada yang
tumbuh pada hutan-hutan primer. Demikian juga menurut Azwar et al.
(2006) kantong semar hidup di tempat-tempat terbuka atau agak
terlindung di habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban
udara yang cukup tinggi. Tanaman ini bisa hidup di hutan hujan tropik
dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas,
gunung kapur, dan padang savana.
Pemanfaatan Nepenthes sekarang ini kebanyakan sebagai
tanaman hias yang harganya cukup tinggi. Selain itu, pada beberapa
daerah, Nepenthes juga dapat digunakan sebagai obat-obatan, serta juga
sebagai perangkap serangga rumah. Demikian juga pada masyarakat
Kabupaten Tabalong, Nepenthes banyak digunakan sebagai tanaman
hias, yang dapat menanbah nilai ekonomi masyarakat.
Menurut Handoyo (2006) Nepenthes kebanyakan digunakan
sebagai tanaman hias yang harganya cukup tinggi, terutama yang
memiliki corak kantong yang menarik. Selain itu juga air dalam kantong
45
Nepenthes yang masih tertutup dapat berguna untuk persalinan, serta
dapat menyembuhkan obat sakit mata, batuk dan maag.
Pemanfaatan Nepenthes yang semakian banyak dikenal
masyarakat, menyebabkan Nepenthes banyak dieksploitasi. Eksploitasi
Nepenthes oleh masyarakat awam dapat menimbulkan suatu ancaman
bagi keberadaan dan kelangsungan hidup Nepenthes di alam. Masyarakat
pada umumnya hanya mengambil saja tumbuhan ini dan jarang untuk
menanam kembali, untuk menjaga kelestarian akan berbagai jenis
Nepenthes, terutama jenis-jenis yang telah langka. Demikian juga yang
terjadi pada masyarakat Tabalong pada umumnya. Mereka mencari
Nepenthes yang ada di hutan, kemudian dijual untuk menambah
ekonominya, tanpa adanya pembibitan kembali.
Hasil wawancara dan survei yang dilakukan didapatkan informasi
bahwa mereka hanya mengambilnya di hutan atau semak belukar,
kemudian mereka memindahkankan Nepenthes pada suatu wadah untuk
dijual-belikan. Mereka berpendapat bahwa tidak ada usaha untuk
melestarikannya, dengan cara penanaman kembali, karena nilainya cukup
tinggi. Hal inilah yang dapat menyebabkan kelangkaan pada Nepenthes
yang hidup secara alami. Ancaman yang terjadi pada Nepenthes karena
adanya eksploitasi besar-besaran oleh masyarakat awam dapat
mengakibatkan hilangnya jenis-jenis yang dianggap langka, serta adanya
pembukaan lahan pertanian atau perkebunan oleh masyarakat, dapat
mengganggu kehidupan Nepenthes. Kegiatan ini umumnya dilakukan
masyarakat yang berada didataran tinggi, yang pekerjaannya bercocok
tanam, atau membuka lahan atau hutan. Mereka akan membabat hutan
tanpa menghiraukan adanya tanaman yang harus dilindungi.
Mengingat daerah Kalimantan yang kebanyakan rawa dan lahan
gambut, akan sangat menarik apabila ada penelusuran Nepenthes yang
hidup di daerah ini. Hal tersebut karena keunikan yang dimiliki Nepenthes
yang dapat hidup di lahan yang memang kurang unsur hara. Menurut
Mansur (2006) salah satu karakteristik Nepenthes adalah mampu tumbuh
46
pada lahan yang kritis atau lahan yang kurang unsur hara, misalnya rawa
gambut. Kabupaten Tabalong adalah salah satu kabupetan di Kalimantan
Selatan, yang berjarak sekitar 250 Km dari ibukota provinsi. Daerah ini
merupakan salah satu daerah yang memiliki pegunungan dan dataran
tinggi yang cukup luas. Habitat yang ada di daerah ini, sangat beragam,
baik pertanian, perkebunan, semak belukar, hutan kerangas, gunung
kapur, dan juga hutan pegunungan, yang banyak memiliki keragaman
flora dan fauna yang cukup banyak, dan ada juga flora yang khas,
diantaranya adalah tumbuhan Nepenthes. Berdasarkan hasil survei
diketahui bahwa keragaman jenis Nepenthes yang ada tersebar dari
dataran rendah di daerah ini sampai pada dataran tinggi dan pegunungan.
Sehingga untuk memperkaya pengetahuan tentang Nepenthes yang ada
di Kalimantan Selatan, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Variasi Jenis Nepenthes di Kabupaten Tabalong BerdasarkanHabitat”.Berdasarkan uraian di atas dirumuskan suatu masalah yaitu Variasi Jenis
Nepenthes Apa saja yang terdapat di Kabupaten Tabalong. Sedangkan
untuk tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Variasi Jenis Nepenthes
Apa saja yang terdapat di Kabupaten Tabalong
METODE PENELITIANPenelitian ini bersifat eksploratif dengan teknik observasi, yaitu
terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan dan
pengambilan sampel untuk mengetahui variasi jenis Nepenthes pada 5
habitat pengamatan dengan metode transek dengan penentuan titik
sampel secara teratur berjarak pada setiap daerah pengamatan, serta
mengukur semua faktor edafik tanah pada tiap jenis kanton semar yang
ditemukan di setiap daaerah pengamatan.
Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tanta
yaitu Desa Dahur luar dan Dahur dalam untuk habitat tanah merah,
Kecamatan Murung Pudak yaitu Desa Kambang Kuning (habitat
47
kerangas) dan Mabuun (habitat semak) dan Kecamatan Jaro yaitu Desa
Namun (habitat rawa air tawar) dan Muang (habitat kebun karet). Waktu
yang digunakan dalam penelitian ini selama 8 bulan yaitu dari bulan
Desember 2010 – Juli 2011.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Alat penukur
Kondisi fisik lingkungan (Anemometer, Luxmeter, Hygrometer, Soil tester,
Altimeter, dan Termometer) dan untuk pengujian tanah dilakukan dengan
alat Spectrofotometer.
Prosedur PenelitianProsedur penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:
1) Observasi daerah penelitian yang meliputi 3 daerah yang terdapat
Nepenthes, dimana ditemukan 5 (lima) habitat yaitu semak, kebun
karet, rawa air tawar, kerangas dan tanah merah.
2) Menetapkan daerah penelitian seluas 1 ha (100 m x 100 m) pada tiap
habitat pengamatan. Penetapan kawasan ini didasarkan atas
keberadaan Nepenthes.
3) Menetapkan 10 titik garis transek di tiap habitat pengamatan secara
teratur berjarak 5 meter antar kuadran, dengan ukuran memanjang 5 m
x 100 m. (lampiran 5)
4) Melakukan pengamatan pada tiap titik garis transek dengan cara
jelajah.
5) Mengambil sampel tiap jenis Nepenthes yang ditemukan pada tiap titik
pengamatan pada masing-masing daerah.
6) Mentabulasi data yang didapatkan.
7) Melakukan identifikasi jenis yang ditemukan dengan melakukan
pertelaan jenis. (lampiran 6). Untuk penentuan nama spesies, sampel
herbarium di kirim ke herbarium Samboja.
8) Mengukur parameter lingkungan pada lokasi penelitian, suhu udara,
kelembaban tanah, pH tanah, intensitas cahaya, ketinggian tempat dan
juga mengamati tekstur dan struktur tanah, serta mengambil sampel
48
tanah antara lain N, P, K, dan Ca. Kemudian sampel tanah diserahkan
ke Balitra Banjarbaru untuk dilakukan pengujian unsur yang diinginkan.
9) Menganalisis data yang didapatkan.
Analisis DataUntuk Data hasil pengamatan dilakukan analisis terutaman penentuan
jenis dan variasi menggunakan teknik identifikasi menggunakan pustaka,
yaitu Handoyo & Moloedyn (2006), Mansur (2000), Sujayanto et al.
(2006) dan Sumber- sumber internet (website).
HASIL PENELITIANBerdasarkan hasil penelitian didapatkan beberapa jenis Nepenthes yang
tersebar di kelima daerah pengamatan yakni sema, kebun karet, rawa,
kerangas dan tanah merah dapat dilihat tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Jenis-jenis Nepenthes yang ditemukan pada daerah penelitian.No Nama Spesies Terdapat pada daerah
Semak Kebun
Karet
Rawa
Air tawar
Kerangas Tanah
merah
1 Nepenthes mirabilis ** √ √ √ √ √
2 Nepenthes gracilis ** √ √ √ √
3 Nepenthes bicalcarata √ √ √
4 Nepenthes reinwardtiana ** √ √ √ √ √
5 Nepenthes gracillis x N. mirabilis
*
√ √ √ √ √
6 Nepenthes rafflesiana √ √ √ √ √
7 Nepenthes stenophylla √ √
8 Nepenthes reinwardtiana x N. √ √ √
49
gracillis *
9 Nepenthes adnata √
10 Nepenthes benstonei ** √ √ √ √ √
Jumlah 8 8 8 8 6
Keterangan = * hybrid
** memiliki pertumbuhan sebatang
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa untuk jenis Nepenthes
yang ditemukan di Kabupaten Tabalong pada lima habitat yang berbeda
adalah sebagai berikut pada daerah semak ada 8 jenis yaitu Nepenthes
mirabilis, N. gracillis, N. adnata, N. reinwardtiana, N. gracillis x N. mirabilis,
N. rafflesiana, N. reinwardtiana x gracillis, dan N. benstonei; daerah rawa
yaitu Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. bicalcarata, N. reinwardtiana, N.
gracillis x N. mirabilis, N. rafflesiana, N. reinwardtiana x N. gracillis, dan N.
benstonei; pada daerah kebun karet dan rawa air tawar ditemukan ada 8
jenis yaitu Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. bicalcarata, N.
reinwardtiana, N. gracillis x N. mirabilis, N. rafflesiana, N. reinwardtiana x
N. gracillis, dan N. benstonei ; pada daerah kerangas ada 8 jenis yaitu
Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. bicalcarata, N. reinwardtiana, N.
gracillis x N. mirabilis, N. rafflesiana, N. stenophylla, dan N. benstonei; dan
pada daerah tanah merah ada 6 jenis yaitu Nepenthes mirabilis, N.
reinwardtiana, N. gracillis x mirabilis, N. rafflesiana, N. stenophylla, dan N.
benstonei.
Adapun deskripsi jenis-jenis yang ditemukan adalah sebagai berikut :
1) Nepenthes mirabilis
Deskripsi jenis ini adalah memiliki Kantong bagian bawah
berbentuk oval dan bagian atas bentuk pinggang berwarna hijau dengan
bercak merah ke bagian atas kantong, panjang mencapai 20 cm dengan
diamter 4 cm. Warna tutup kantong hijau dengan garis merah bentuk oval,
juga terdapat bercak keunguan. Tumbuh pada semak, kebun karet, rawa,
50
kerangas dan tanah merah. Jenis tanah berwarna kecoklatan, tanah putih
bercampur pasir atau bercampur batuan.
2) Nepenthes gracillis
Deskripsi jenis ini adalah memiliki kantong bagian bawah berbentuk
oval dan bagian atas bentuk silender berwarna hijau dengan bercak
merah ke bagian atas kantong, panjang mencapai 11 cm dengan diameter
3 cm. Warna tutup kantong hijau, berbentuk bundar. Tumbuh pada semak,
kebun karet, rawa, dan kerangas. Jenis tanah berwarna kecoklatan, tanah
gembur, gambut bercampur pasir, berwarna coklat, tanah putih.
3) Nepenthes bicalcarata
Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah
berbentuk tempayan berwana hijau dengan bercak merah dan bagian
atas memanjang berwarna hijau dengan bercak-bercak merah mengecil
ke bagian atas kantong, panjang mencapai 22 cm dengan diamter 12 cm.
Warna tutup kantong hijau bercak merah. Tumbuh pada kebun karet,
rawa, dan kerangas. Jenis tanah gembur berwarna kecoklatan, tanah
putih bercampur pasir.
4) Nepenthes reinwardtiana
Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah
berbentuk oval berwana hijau dan bagian atas memanjang berwarna
hijau, panjang mencapai 12 cm dengan diamter 4 cm. Bagian dalam
kanntong berwarna hijau. Warna tutup kantong hijau. Tumbuh pada
semak, kebun karet, rawa, tanah merah dan kerangas. Jenis tanah
gembur berwarna kecoklatan, tanah putih bercampur pasir.
5) Nepenthes gracillis x N. mirabilis
Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah
berbentuk oval berwana merah maron, berbentuk oval, panjang mencapai
15 cm dengan diamter 4 cm. Warna tutup kantong merah bercakhitam.
Tumbuh pada kebun karet, rawa, kerangas dan tanah merah. Jenis tanah
gembur, gambut, berpasir, dan tanah merah berwarna kecoklatan dan
merah, tanah putih bercampur pasir.
51
6) Nepenthes rafflesiana
Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah
berbentuk oval berwana merah maron dan bagian atas bentuk bulat
berwarna merah, panjang mencapai 16 cm dengan diamter 5 cm. Warna
tutup kantong merah bercak hitam. Tumbuh pada kebun karet, rawa,
kerangas dan tanah merah. Jenis tanah gambut, berpasir dan tanah
merah berwarna kecoklatan, tanah putih bercampur pasir.
7) Nepenthes adnata
Berdasarkan pengamatan jenis memiliki Kantong bagian bawah
berbentuk oval berwana merah bercak hitam dan bagian atas corong
berwarna kemerahan, panjang mencapai 12 cm dengan diamter 3 cm.
Warna tutup kantong merah. Tumbuh pada semak, kebun karet dan rawa,
jenis tanah gembur, gambut berpasir, berwarna kecoklatan.
8) Nepenthes stenophylla
Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah
berbentuk silender berwana hijau dengan bercak merah dan bagian atas
memanjang berwarna hijau dengan bercak-bercak merah, panjang
mencapai 12 cm dengan diamter 5cm. Warna tutup kantong hijau bercak
merah. Tumbuh pada kerangas dan tanah merah. Jenis tanah gambut,
berwarna kecoklatan dan putih, tanah putih bercampur pasir.
9) N. reinwardtiana x N. gracillis
Berdasarkan pengamatan jenis memiliki kantong bagian bawah
berbentuk oval berwana hijau tua dan bagian atas memanjang berwarna
hijau bentuk panjang, panjang mencapai 19 cm dengan diamter 6 cm.
Warna tutup kantong hijau. Tumbuh pada kebun karet, rawa, dan semak.
Jenis tanah gembur, gambut dan serasah, berwarna kecoklatan.
10) Nepenthes benstonei
Berdasarkan pengamatan didapatkan ciri-ciri jenis ini memiliki
kantong bagian bawah berbentuk silender dan bagian atas memanjang
berwarna hijau dengan garis-garis merah ke bagian atas kantong, panjang
mencapai 11 cm dengan diamter 4 cm. Warna tutup kantong hijau dengan
52
garis merah bentuk bulat, pada bagian dalam berwarna hijau dengan
bercak merah. Tumbuh pada semak, kebun karet, rawa, kerangas dan
tanah merah. Jenis tanah gembur berwarna kecoklatan, tanah putih
bercampur pasir.
4.1 Pengukuran Parameter Lingkungan pada Daerah PengamatanKehidupan suatu tumbuhan di alam, tidak akan dapat dipisahkan
dari faktor lingkungan sekitarnya, baik fiisik dan kimia. Adapun hasil
pengukuran faktor fisik dan daerah penelitian dapat dilihat dari tabel
dibawah ini :
Tabel 6. Hasil pengukuran parameter lingkungan di tiap daerah
pengamatanNo Parameter lingkungan Hasil pengukuran pada habitat (kisaran)
dan satuanya Semak Kebun karet Rawa Kerangas Tanah merah
1 Suhu udara (oC) 29 – 33 29 - 31 30 - 33 29 – 33 29 -32
2 Kelembaban udara (%) 72 – 86 78 – 92 70 - 82 74 – 86 78 -86
3 Kelembaban tanah (%) 45 – 70 45 - 75 45 - 98 40 – 65 45 – 65
4 pH tanah 6,0 – 6,6 6,2 – 6,8 6,4 – 6,8 6,2 – 6,6 6,2 – 6,8
5 Intensitas cahaya
(K.Lux)
4,08 – 11,21 4,46 – 9,13 9,23 – 11,36 4,98 – 10,63 6,45 – 10,61
6 Kecepatan angin (m/s) 0,42 – 0,87 0,36 – 1,23 0,41 – 1,14 0,38 – 0,94 0,36 -1,04
7 Ketinggian tempat
(mdpl)
60 120 110 60 20
8 Jenis tanah Tanah
Litosol
Tanah litosol Tanah
lumpur
Tanah
gembur
berbatu
Liat berbatu
53
9 Warna tanah kecoklatan Coklat
kemerahan
kecoklatan Kecoklatan
berbatu putih
Merah
berpasir
10 Unsur tanah :
N total (%) 0,336 0,467 0,315 0,210 0,098
P totral
(mg/100mgP2O5)
49,194 171,233 86,346 27,264 16,839
K total (mg/100gr K2O) 31,350 39,930 21,567 17,020 5,190
C organik (%) 1,98 2,77 2,07 0,920 0,320
Na (C mol(+)/kg 0,136 0,200 0,184 0,132 0,152
Ca (C mol(+)/kg 17,467 21,175 17,913 7,747 1,154
Aldd (C mol(+)/kg 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 2,600
11 Tektur tanah :
Pasir 9,09 15,04 11,09 20,71 25,18
Debu 48,17 38,18 37,25 62,80 10,68
Liat 42,74 46,78 42,12 16,49 64,16
Desa Mabu’un Muang Namun K.kuning Dahur
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan didapatkan bahwa untuk
jenis yang ditemukan ada 10 jenis Nepenthes yang tersebar di lima
daerah pengamatan, Keberadaan Nepenthes ternyata tersebar hampir
merata di semua daerah pengamatan, hal tersebut ditunjukkan dengan
ditemukannya sebagian besar spesies ada yang dapat tumbuh di semua
daerah pengamatan, misalnya Nepenthes mirabilis, Nepenthes
reinwardtiana, Nepenthes benstonei, Nepenthes rafflesiana dan
Nepenthes gracillis x N. mirabilis yang ditemukan tumbuh pada semua
daerah pengamatan. Hal tersebut disebabkan kondisi lingkungan yang
54
sesuai di semua daerah pengamatan tidak jauh berbeda antara semua
daerah pengamatan, terutama faktor fisik baik suhu udara yang masih
tergolong optimal, kelembaban udara dan kelembaban tanah yang cukup,
dan ketinggian tempat semua daerah pengamatan yang masih termasuk
dalam dataran rendah yang memang masih cocok bagi pertumbuhan jenis
ini.
Menurut Mansur (2006) menjelaskan bahwa untuk jenis Nepenthes
mirabilis, Nepenthes reinwardtiana, Nepenthes benstonei, dan Nepenthes
rafflesiana, dapat tumbuh pada dataran rendah dari 0 – 1500 mdpl. selain
itu juga jenis-jenis tersebut, dapat tumbuh baik pada penyinaran matahari
yang tidak penuh yaitu dengan penaungan 55% sampai 65%. Disamping
itu juga kelembaban udara yang baik bagi pertumbuhan kantong jenis
minimal 70%.
Hal tersebut sesuai dengan pengamatan dimana untuk penyinaran
sinar matahari tidak penuh karena masih ada naungan dan juga
kelembaban udara yang tergolong cukup lembab, dan habitat tumbuhnya
masih tergolong dalam dataran rendah yaitu dari 20 – 120 m.dpl. Selain
itu juga ada sebagian kecil yang hanya di temukan di daerah tertentu atau
menempati daerah yang spesifik, misalnya Nepenthes gracilis yang tidak
ditemukan pada daerah tanah merah. Hal tersebut diduga karena faktor
habitat spesies ini tidak bisa tumbuh pada daerah yang berbatu dengan
tanah yang kurang subur, di mana dari pengukuran dapat dilihat bahwa
untuk kandungan unsur kimia tanah pada daerah tanah merah lebih
rendah dibandingkan dengan daerah lainnya. Selain itu juga disebabkan
karena daerah ini yang agak kering, oleh karena kebanyakan tekstur
tanahnya yang banya mengandung pasir dan batuan.
Menurut Sujayanto (2006) Nepenthes gracillis, bisa tumbuh di
tempat-tempat terbuka ataupun terlindung, dengan berbagai jenis tanah
antara lain; tanah berpasir, tanah gambut, dan tumbuh di dataran rendah
dengan ketinggian antara 0 – 700 m.dpl. Sedangkan menurut Handoyo
55
(2006) menyatakan bahwa jenis Nepenthes gracillis banyak tumbuh di
wilayah hutan yang basah.
Jenis Nepenthes stenophylla termasuk jenis yang lebih mudah
tumbuh pada daerah kerangas, dimana habitat kerangas yang dominan
tanahnya bercampur dengan pasir atau batuan putih ataupun tanah yang
bercampur dengan batuan, dimana untuk daerah kerangas lebih dominan
struktur tanah yang berpasir atau berbatu, (pada desa Dahur untuk
kerangas dengan tanah merah dan desa Kambang kuning untuk daerah
kerangas berpasir putih). Menurut Sujayanto et all (2006) jenis Nepenthes
ini memang sering ditemukan di dataran rendah dengan ketinggian 400
m.dpl, dan akhir-akhir ini penelitian dari LIPI Bogor,menemukan jenis ini di
Hulu Sungai Barito dengan habitat kerangas. Menurut Mansur (2006)
Nepenthes stenophylla memang memiliki habitat kerangas yang
merupakan daerah yang berbatu atau berpasir, Nepenthes adnata
merupakan jenis Nepenthes yang tumbuh pada dataran rendah sampai
menengah, dan dapat tumbuh di dataran rendah dengan kondisi
habitatnya sesuai dengan alam pegunungan, dimana juga lebih
menyenangi spagnum sebagai media tumbuh.
Berdasarkan pengamatan untuk jenis Nepenthes adnata, hanya
ditemukan pada desa semak (desa Ma’buun) dengan ketinggian 60 mdpl,
dengan tektur tanah yang gembur kecoklatan, hal ini disebabkan karena
tanah tersebut merupakan tanah subur hasil dari lapukan serasah yang
tinggi dari tumbuhan semak. Kandungan unsur tanah cukup tinggi
terutama, N, P, K, Ca dan Na. Sehingga unusr-unsur pendukung
pertumbuhannya cukup tersedia. Biasanya kandungan unsur tanah ini
mencirikan tanah pegunungan yang cukup subur karena banyak
mengandung humus dengan kondisi yang lembab.
Adanya hal tersebut di atas menandakan bahwa kehidupan
Nepenthes tersebut ada yang cocok di semua tempat pengamatan dan
ada pula yang hanya dapat hidup didaerah tertenu saja. Hal demikian
56
disebabkan oleh karena Nepenthes mempunyai kemampuan adaptasi
hidup yang spesifik dibandingkan dengan tumbuhan lain, serta antar
Nepenthes lain. Adanya perbedaan tersebut juga disebabkan karena
kondisi habitat yang memang beda antar jenis lainnya
Keadaan ini didukung oleh habitat yang sesuai serta keadaan
lingkungan yang sesuai, sehingga dapat tumbuh baik dan terdapat
menyebar hampir merata di daerah pengamatan. Kondisi pendukung
hidup tumbuhan, selain kespesifikan tumbuh pada habitat yang sesuai,
juga didukung faktor lingkungan yang baik. Sebagai contoh yang
mendominasi dataran rendah diantaranya adalah N. mirabilis, N. rafflesia,
dan N. reinwardtiana, dimana jenis-jenis ini memang cocok tumbuh pada
dataran rendah, yang memang dalam kondisi habitat tanah yang gembur
dan juga tanah yang berbatu atau berpasir, sehingga jenis-jenis ini
tumbuh dengan baik dan mendominasi di daerah pengamatan. Selain itu
juga habitat tumbuhnya pada daerah kerangas misalnya Nepenthes
stenophylla.
Menurut Mansur (2006) menyatakan bahwa Nepenthes rafflesia,
habitatnya tumbuhnya pada tempat-tempat terbuka atau terlindung, yang
basah atau kering seperti hutan rawa gambut dan hutan kerangas dan
Nepenthes reinwardtiana habitat berbagai tanah kapur, tanah granit, tanah
berpasir dan tanah gambut, ditempat-tempat terbuka maupun terlindung.
Umumnya baik pada daerah dataran rendah. Demikian juga dengan
Nepenthes stenophylla di Borneo, sering ditemukan pada habitat
kerangas. Sedangkan untuk Nepenthes adnata biasanya hidup ditempat-
tempat terlindung dengan kelembaban udara cukup tinggi, pada substrat
lumut dan berbatu pasir
Menurut Mansur (2006) jenis-jenis yang banyak tumbuh pada
dataran rendah diantaranya adalah N. mirabilis, N. rafflesia, dan N.
reinwardtiana yang ditemukan pada daerah pegunungan, dan sampai
tanah berbatu. Sedangkan untuk Nepenthes stenophylla walaupun biasa
57
tumbuh pada dataran rendah terutama daerah kerangas, yang ditemukan
di wilayah Hulu Sungai Barito Utara.
Menurut Karjono (2006) menyatakan bahwa jenis Nepenthes
benstonei memang dapat tumbuh pada dataran rendah sampai
menengah, akan tetapi habitat aslinya ada di ketinggian 400 – 600 m.dpl,
dan adaptif dalam berbagai media tumbuh, namun media yang
diinginkannya adalah “spagnum moss”.
Selain itu juga bagi jenis-jenis Nepenthes yang hibrid, memiliki
kemampuan tumbuh yang terbatas karena disebabkan sifat yang
diinginkan lebih spesifek akibat dari gabungan sifat gen yang dibawa
masing-masing individu. Jenis Nepenthes hibrid Nepenthes reinwartiana
x mirabilis juga merupakan jenis yang memiliki NP terendah di daerah
rawa dan Nepenthes gracillis x N. mirabilis pada daerah kerangas. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan hidupnya yang memang hasil dari
persilangan alami, menyebabkan pertumbuhan terhambat, karena
masing-masing jenis Nepenthes membawa sifat yang berlainan, sehingga
untuk tumbuh baik memang memerlukan suatu kondisi yang sesuai dari
sifat-sifat yang dibawanya.
Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa untuk jenis Nepenthes
yang terdapat di daerah cukup bervariasi jenisnya dan memiliki jumlah
banyak. Hal ini disebabkan keadaan lingkungan habitat yang sesuai
dengan pertumbuhan Nepenthes, terutama faktor lingkungan dan juga
didukung oleh zat atau unsur pertumbuhan sangat sesuai dengan syarat
tumbuh Nepenthes. Adapun faktor lingkungan yang sesuai terutama faktor
fisik yaitu suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Berdasarkan
pengukuran faktor suhu udara berkisar antara 29 oC – 33 oC, kelembaban
udara berada di atas 70%, dan intensitas cahaya tidak terlalu tinggi
karena masih terdapat naungan. Adanya faktor tersebut sangat
mendukung bagi pertumbuhan Nepenthes terutama dalam pembentukan
kantong. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansur (2006) Nepenthes 23 oC
58
– 31 oC, kelembaban udara berada di atas 70%, serta intensitas cahaya
yang tidak terlalu tinggi terutama bagi Nepenthes dataran tinggi. Selain itu
juga unsur kimia tanah yang cukup tersedia, dapat menunjang bagi
pertumbuhan tanaman terutama Nepenthes.
Menurut Karjono (2006) menjelaskan bahwa kelembaban sangat
penting kantong semar. Tanpa kelembaban yang memadai, minimal 70%,
maka kantongnya tidak muncul. Jadi, jika Nepenthes tidak berkantong,
arah dugaan pertama adalah kelembaban. Ketinggian tempat sangat
berkaitan dengan suhu lingkungan. Nepenthes dataran rendah biasanya
hidup pada suhu udara 20oC – 35oC, sedang dataran tinggi menghendaki
kisaran suhu udara 10 oC – 30 oC.
Sedangkan untuk hasil pengukuran unsure pada daerah penelitian
yaitu untuk habitat rawa, selain terdiri dari jenis tanah dan tekstur tanah
yang termasuk jenis tanah subur dan lempung, juga ketersediaan unsur
hara yang cukup tinggi dibandingkan dengan daerah tanah merah. Unsur
hara tanah pada daerah rawa adalah sebagai berikut; N total (0,315), P
total (86,346), K total (21,567), C organik (2,07), tekstur tanah pasir
(11,09), debu (37,25) dan liat (42,12). Sedangkan pada daerah tanah
merah N total (0,098), P total (16,839), K total (5,190), C organik (0,320),
tekstur tanah pasir (25,18), debu (10,68) dan liat (64,16) (tabel 6). Dengan
demikian jelas bahwa unsur kimia tanah pada daerah tanah termasuk
tanah podzolik yang memang agak kering. Menurut Mansur (2006)
umumnya Nepenthes yang hidup teresterial di dataran rendah tumbuh di
tempat-tempat yang berair atau dekat sumber air, seperti yang ditemukan
di hutan-hutan rawa gambut. Selain itu juga menurut Karjono (2006) hutan
gambut, hutan hujan tropis dan daerah rawa merupakan tempat tumbuh
Nepenthes yang sudah pasti lembab, dan juga daerah kerangas.
Faktor lingkungan fisik yang mendukung pertumbuhan di semua
daerah pengamatan yang tidak jauh beda, dan masih dalam toleransi
yang sesuai, menyebabkan jenis Nepenthes yang tumbuh pada masing-
masing daerah memiliki variasi jenis yang tidak jauh beda, walaupun ada
59
juga yang tumbuh memang spesifik. Faktor tersebut antara lain suhu
udara, kelembaban udara dan tanah, pH tanah, serta intensitas cahaya.
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa untuk jenis tanah
adalah habitat kebun karet dan rawa termasuk tanah gembur yang
berwarna kecoklatan, karena mengandung serasah, dan tekstur tanah,
yaitu baik kandungan debu, liat dan pasir, selain itu juga untuk unsur
yang terkandung dalam tanah tidak jauh beda.
Hasil pengukuran didapatkan bahwa unsur hara tanah pada daerah
rawa adalah sebagai berikut; N total (0,315), P total (86,346), K total
(21,567), C organik (2,07), tekstur tanah pasir (11,09), debu (37,25) dan
liat (42,12). Sedangkan pada habitat kebun karet N-total (0,467), P total
(171,233), K total (39,93), C organik (2,77), tekstur tanah pasir (15,04),
debu (38,18) dan liat (46,78) (tabel 6). Dengan demikian jelas bahwa
unsur kimia tanah dan tekstur tanah tidak jauh beda, sehingga Nepenthes
yang tumbuh di kedua habitat tersebut, memiliki kesamaan jenis yang
besar.
Dengan demikian jelas bahwa unsur kimia tanah pada daerah
tanah termasuk tanah podzolik yang memang agak kering. Sedangkan
untuk daerah kerangas tanah merah lebih dominan komposisi oleh tanah
berpasir dan tanah liat yang besar, dan komposisi debu yang rendah. Hal
ini menandakan bahwa daerah ini lebih dominan tanah berpasir atau
berbatu dengan campuran tanah merah.
PENUTUPBerdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut : Variasi Nepenthes yang ditemukan di
Kabupaten Tabalong ada 10 jenis yang tersebar di lima habitat
pengamatan, yaitu daerah kebun karet, semak, rawa, kerangas dan tanah
merah. Adapun jenis tersebut adalah sebagai berikut :
Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. adnata, N. reinwardtiana, N. gracillis x
N. mirabilis, N. rafflesiana, N. reinwardtiana x gracillis, dan N. benstonei;
60
daerah rawa yaitu Nepenthes mirabilis, N. gracillis, N. bicalcarata, N.
reinwardtiana, N. gracillis x N. mirabilis, N. rafflesiana, N. adnata, N.
reinwardtiana x N. gracillis, N. Stenophylla, dan N. benstonei.
Saran - saran1) Mengingat hasil penelitian ini hanya menemukan beberapa jenis yang
ada di KabupatenTabalong, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut
tentang komposisi, struktur dan Nilai Keterhidupan Minimum
Nepenthes ini di daerah kabupaten lain yang ada di Kalimantan
Selatan, mengingat penelitian-penelitian Nepenthes di daerah ini
belum ada yang dipublikasikan.
2) Sehubungan dengan ditemukannya 5 habitat saja yang ada di
Kabupaten Tabalong untuk Nepenthes, maka perlu adanya penelitian
lebih lanjut tentang jenis-jenis Nepenthes yang ada di Kalimantan
Selatan berdasarkan habitat yang lainnya guna mengetahui
kespesifikan tumbuh Nepenthes yang ada di daerah ini.
3) Perlu adanya penelitian tingkat molokuler untuk melanjutkan penelitian
dari jenis-jenis yang ditemukan.
4) Penelitian ini dilakukan pada musim hujan, sehingga perlu adanya
penelitian lanjutan pada musim kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Alamendah. 2007. Nepenthes Tanaman Karnivora.http://www.carnivorousplans.com.
Anonim, 2008. Tabalong dalam Atlas. BPPS Kab. Tabalong.
Azwar Fatahul, Adi Kunarso, Teten Rahman S. 2006. Nepenthes(Nepenthes sp.) di Hutan Sumatera, Tanaman Unik yang SemakinLangka. Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang.http://www.exticplantplus.com.
Brook. W, Lochran W. Trailla, Corey J.A. Bradshawb, Barry. 2007.Minimum viable population size: A meta-analysis of 30 years of
61
published estimates. www.elsevier.com/locate/biocon. BiologycalConservations Journal.
Dasuki Undang Ahmad. 1994. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat AntarUniversitas Bidang Ilmu Hayati. ITB. Bandung
Fachrul, M. F. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta
Hardjosuwarno Sunarto. 1990. Ekologi Tumbuhan (Konsep Dasar).Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta.
Handoyo F & Moloedyn S (2006), Perawatan Nepenthes. AgromediaPustaka. Jakarta.
Indrawan, M. Premark, R.B, Supriyatna, J. 2007. Biologi Konservasi. Pnyayasan Obor Indonesia. Jakarta
Karjono, Utami Kartika Putri, 2006, Nepenthes vol 5, PT Trubus Swadaya.Jakarta.
Mansur, M . 2006. Nepenthes “Kantong Semar yang Unik. PenebarSwadaya. Jakarta
Michael P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan danLaboratorium. Koester UI Press. Jakarta.
Polunin, N, 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa IlmuSerumpuNepenthes Gadjah Mada Unversity Press. Yogyakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Osunkoya Olusegun O, Siti Dayanawati Daud,and Franz L. WimmerLongevity, 2008 Lignin Content and Construction Cost of theAssimilatory Organs of Nepenthes Species. Published by OxfordUniversity Press on behalf of the Annals of Botany [email protected]
Resosoedarmo. S, Kuswoto. K, dan Apriliani, 1990. Pengantar Ekologi. PTRemaja Rosda Karya. Bandung.
Syafi’e E. S & Taufiqurrahman, 1994, Pengantar Ekologi TumbuhanFakultas MIPA ITB. Bandung.
Sujayanto, G Budi Suswanto. 2006, Tanaman Buas dan Unik. PTGramedia. Jakarta.
62
Tjitrosoepomo Gembong. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatopyhta).Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tri Handayani, Dian Latifah, Dodo, 2005, Diversity and Growth Behavior ofNepenthes (Pitcher Plant) in Tanjung Puting natinal Park, CentralKalimantan Province. Journal Biodiversity. Bogor.
Wilcock, C.C. & SWAINE, M.D. 1992 Kajian Ekologi Dan PenyebaranNepenthes Di Kalmantan. Skotlandia, Departemen Ilmu Tanaman &Tanah, University of Aberdeen
Anonim, 2006. www. greenculturesg.com/ forum/ index.php?/...a...Nepenthes reinwardtiana.