Download - Isi Laporan IBP Unsoed
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberian nama atau nomenklatur bahan pakan ternak sangat penting,
yaitu untuk menghindari kesamaan antara jenis bahan pakan ternak yang satu
dengan yang lainnya dan bermaksud untuk mengoreksi ketidaktepatan dalam
praktek pemberian nama bahan-bahan pakan. Penamaan tersebut meliputi
keterangan tentang proses yang dikerjakan oleh perusahaan atau pabrik pakan
ternak yang memuat tanggung jawab kualitas. Nama bahan pakan tersebut
biasanya nama Internasional. Bahan pakan sangatlah beragam, oleh karena itu
bahan pakan memiliki nomenklatur yang berbeda-beda.
Bahan pakan merupakan bahan yang dapat dimakan, dicerna, dan
digunakan oleh ternak. Hijauan merupakan salah satu sumber yang sangat penting
bagi ternak, zat-zat gizi atau sebagian besar terdapat pada hijauan, oleh karena itu
pemberian hijauan pada ternak lebih banyak dibandingkan pakan lain seperti
konsentrat. Tetapi pemberian pakan pada ternak dapat dilakukan dengan
memberikan jenis pakn maupun campuran seperti konsentrat blok.
Menganalisa suatu bahan pakan tentu saja diperlukan separangkat alat-
alat kimia. Kita harus mengetahui cara-cara pokok dalam perlakuan umum yang
sering dijumpai dalam laboratorium antara lain mengenal alat-alat dan cara
penggunaannya, agar memperoleh hasil analisa yang benar, sehingga tidak terjadi
kesalahan analisa yang tidak diinginkan. Pengenalan alat dilakukan agar nantinya
dapat mendukung acara praktikum seperti analisis fisik, analisis kadar air, analisis
kadar abu, analisis lemak kasar, analisis protein kasar, analisis serat kasar, analisis
FFA dan gross energi.
Metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas pakan adalah uji
fisik, kimia, maupun uji mikroskopis. Sudut tumpukan adalah sudut yang
dibentuk oleh pakan yang diarahkan pada dinding datar, tujuannya untuk
mengetahui sudut yang dibentuk oleh pakan. Uji fisik lainnya adalah daya
ambang, semakin berat maka semakin cepat bahan pakan yang menempuh jarak
tertentu. Luas permukaan spesifik (LPS) digunakan untuk mengetahui luas
2
permukaan tertentu pula, sedangkan berat jenis merupakan perbandingan antara
berat bahan dengan ruang yang ditempati oleh bahan tersebut.
Sejak awal abad ke-19 para sarjana Jerman telah merintis menganalisa
bahan makanan, antara lain oleh thaer pada tahun 1809. Hennberg dan Stohman
(1860) yang berasal dari Weende (nama kota di Jerman Timur) kemudian
menyempurnakan metode Thaer. Akhirnya metode ini dikenal dengan nama
Analisis Weende (Weende Proksimat Analisis). Proksimat berasal dari proximus
(latin) yang berati yang terdekat. Dinamakan demikian karena metode ini
merupakan metode terdekat dalam menggambarkan komposisi zat gizi dari suatu
bahan pakan. Metode ini sangat begitu populer sampai sekarang, begitu
populernya sehingga dalam penulisan karya ilmiah dari hasil-hasil penelitian
tersebut sering disebut sebagai analisis proksimat.
Asam lemak bebas atau disebut FFA ditentukan sebagai kandungan asam
lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Lemak dalam tubuh
terbentuk dari glukosa yang dihasilkan dari penghancuran karbohidrat dalam alat
pencernaan : gula, pati, serat kasar. Ketiganya akan mengubah glukosa menjadi
lemak dalam jaringan tubuh. Fungsinya sebagai sumber energi dan pelarut
vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.
Energi total atau gross energy makanan adalah jumlah energi kimia
dalam makanan. Energi ini ditentukan dengan mengubah energi kimia menjadi
energi panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan. Konversinya dijalankan
dengan membakar sampel pakan dengan mengukur panas yang terjadi. Panas ini
diketahui sebagai energi total atau panas pembakaran dari makanan.
1.2. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada tanggal 19-21 November 2012 di
Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Jenderal Soedirman.
3
II. TUJUAN DAN MANFAAT
2.1. Tujuan
1. Mengetahui bentuk dan fungsi berbagai macam alat dalam melakukan
analisis suatu bahan pakan;
2. Mengetahui berbagai macam hijauan dan pakan jadi berdasarkan
spesifikasinya;
3. Mengenali bahan – bahan pakan yang digunakan sebagai bahan pakan;
4. Mengetahui kandungan protein kasar, lemak kasar, kadar air, kadar abu,
asam lemak bebas dan BETN suatu bahan pakan;
5. Mengenali berbagai jenis tanaman kacang – kacangan dan jenis tanaman
ramban ;
6. Mengetahui sifat fisik bahan pakan;
7. Mengetahui prosedur dan manfaat analisis proksimat, uji FFA dan
pengukuran gross energy.
2.2. Manfaat
1. Dapat mengetahui bahan-bahan pakan baik hijaun maupun konsentrat;
2. Dapat mengetahui bahan pakan dan kandungan nutriennya ;
3. Dapat mengetahui tatanama bahan pakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
4. Dapat mengetahui alat-alat analisis proksimat dan fungsi dari alat tersebut;
5. Dapat menganalisis proksimat terhadap bahan pakan;
6. Mengetahui prosedur dan manfaat analisis proksimat, uji FFA dan
pengukuran gross energy.
4
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
Nomenklatur merupakan proses pemberian nama atau menanam suatu
bahan pakan baik hijauan maupun lainnya berdasarkan ciri-ciri, asal , bagian yang
merupakan karakteristik bahan pakan tersebut. Tujuan dari nomenklatur adalah
untuk mempermudah dalam penggunaan bahan pakan dan membedakan antara
bahan pakan yang satu dengan yang lain (Sutardi, 2003).
Bahan pakan ternak sebagian besar terdiri dari produk pertumbuhan
tanaman, hanya sebagian kecil terdiri dari bahan hewani. Berbagai macam produk
pertumbuhan tanaman dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrient untuk
menunjang kehidupan ternak. Berbagai bagian tanaman mulai dari akar sampai
sisa hasil panen sering digunakan sebagai bahan pakan ternak. Umumnya ternak
sangat tergantung dengan produk pertumbuhan tanaman (Winarno, 1984).
Ketetapan hasil analisis kimia sangat tergantung pada mutu bahan kimia
dan peralatan yang digunakan, disamping itu pengertian tentang dasar analisa
yang digunakan serta kecermatan dan ketelitian kerja. Hasil analisa yang
diperoleh dengan mengetahui cara-cara pokok dalam perlakuan sering dijumpai
dalam laboratorium dan cara penggunaannya. Sebagian besar alat yang digunakan
untuk analisa kimia dan tahap persiapan sampai tahap pengukuran terbuat dari
gelas, porselin, besi dan karet.
Alat-alat sangat penting dalam melakukan percobaan, selain itu alat-alat
yang dibutuhkan dalam menganalisa bahan makanan. Alat-alat yang dimaksud
adalah alat-alat laboratorium sebagai pendukung pada praktikum agar diperoleh
hasil analisa yang benar (Prakasi,1983).
3.2.Uji Fisik Bahan Pakan
Bahan pakan yang diberikan kepada ternak sangat berpengaruh terhadap
pencernaan bahan pakan secara spesifik makanan diadakan uji fisik. Uji ini untuk
mencegah penggunaan bahan pakan yang berbahaya bagi ternak. Bahan pakan
mempunyai sifat fisik yaitu sudut tumpukan, berat jenis, daya ambang,
5
hidroskofis, luas permukaaan spesifik, kerapatan tumpukan dan kerapatan
pemadatan tumpukan (Khalil, 1997).
Uji mikroskopis merupakan uji bahan pakan yang menggunakan alat
yaitu mikroskopis. Bahan-bahan pakan tersebut terlihat dibawah mikroskop
mengenai bentuk partikel bahan. Gambar dengan melihat teksturnya (Tillman,
1986).
Pengujian bahan pakan secara fisik dan mikroskopik sangat bermanfaat
dalam penyusunan ransum. Hal ini dikarenakan bahan pakan sendiri sangat
dipengaruhi oleh ukuran partikel, jumlah partikel, bentuk partikel, densitas,
kemampuan elektrolisis, sifat hidroskopis dan florvabillitas (Sutardi, 2003).
Sudut tumpukan merupakan sudut yang dibentuk oleh bahan pakan yang
diarahkan pada bidang datar. Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan
bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukan dimana semakin tinggi sudut
tumpukan kebebasan bergerak suatu partikel semakin berkurang ( Khalil, 1997 ).
Berat jenis merupakan perbandingan antara berat bahan pakan dengan
volume ruang yang ditempati. Peranan berat jenis adalah berpengaruh terhadap
besarnya kerapatan tumpukan (spesifik density), penentuan daya ambang,
bersama ukuran partikel berpengaruh terhadap homogenitas dan stabilitas
pencampuran. Berpengaruh terhadap kecapatan dalam penangkaran (Khalil,
1997).
Daya ambang merupakan jarak yang dapat ditempuh oleh suatu partikel
bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah selama jangka waktu tertentu. Daya
ambang berperan terhadap efisiensi pemindahan atau pengangkutan yang
menggunakan alat penghisap (pneumatio conveyor), pengisian silo menggunakan
gaya gravitasi jika suatu bahan punya daya ambang berbeda akan terjadi
pemisahan partikel (Khalil, 1997).
Menurut Sutardi (2003), luas permukaan spesifik merupakan bahan pakan
pada suatu berat tertentu mempunyai luas permukaan tertentu pula. Khalil (1997),
luas permukaan spesifik adalah luas permukaan bahan pakan pada berat tertentu.
Peran luas permukaan spesifik untuk mengetahui tingkat kehalusan dan bahan
pakan tanpa diketahui distribusi ukuran kompos partikel secara keseluruhan.
6
3.3. Analisis Proksimat
Makanan menyangkut berbagai aktifitas kimiawi dan fisiologi yang
mengubah zat-zat makanan menjadi zat-zat tubuh. Makanan ternak berisi zat
makanan dan zat gizi pada makanan ternak yang berbeda-beda. Menurut porsinya
masing-masing zat tersebut dapat diketahui melalui suatu analisa proksimat
(Anggorodi, 1986).
Nilai gizi pada bahan pakan dapat diketahui dengan cara analisis bahan
kimia dan uji fisik. Contoh analisis kimia yang paling terkenal adalah analisis
kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar untuk memperoleh
hasil analisis yang benar maka haruslah kita mengetahui cara-cara pokok dalam
laboratorium, meliputi alat-alat yang digunakan, cara menggunakannya dan bahan
kimia.
Analisis kimia yang paling terkenal adalah Analisis Proksimat. Metode
ini merupakan metode terdekat dalam menggambarkan komposisi dari zat gizi
dari suatu bahan pakan. Analisis proksimat membagi bahan pakan menjadi 10 zat
gizi, lima zat gizi diperoleh dari selisihnya. Analisis Proksimat kimia bahan pakan
ternak diharapkan merupakan pendugaan yang paling mendekati nilai biologisnya
(Tillman,1986).
3.3.1. Analisis Kadar Air dan Bahan Kering
Menyatakan bahwa banyaknya air yang terkandung dalam bahan pakan
diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan atau dikeringkan pada suhu
105ºC, oleh karena itu terjadi penguapan air maka ukuran berat dari bahan
makanan tersebut menjadi berkurang. Bahan pakan dipanaskan hingga ukuran
beratnya tetap.Ukuran berat sebelum dipanaskan dikurangi sesudahnya adalah
ukuran berat air (Anggorodi, 1985).
7
3.3.2. Analisis Kadar Abu dan Bahan Organik
Penetapan kadar abu memiliki prinsip bahwa suatu bahan pakan bila
dipanaskan pada suhu 600ºC, maka semua zat organiknya akan teroksidasi
menjadi CO2H2O dan gas-gas lain akhirnya yang tertinggal adalah zat organik
(Rahardjo, 2004).
Zat-zat mineral sebagai suatu golongan dalam bahan pakan atau jaringan
hewan ditentukan dengan membakar zat organik, dan kemudian menimbang
sisanya yang disebut abu. Penentuan demikian menjelaskan mengenai zat khusus
yang terdapat pada bahan pakan, dan abunya dapat mengandung karbon yang
berasal dari zat organik sebagai karbonat bila terdapat terlalu banyak zat mineral
pembentuk bara. Abu hasil pembakaran dapat digunakan sebagai titik tolak untuk
determinasi prosentase zat tertentu yang terdapat dalam bahan pakan (Anggorodi,
1986).
3.3.3. Analisis Lemak Kasar
Dalam analisis ini diperhitungkan banyaknya zat yang larut dalam basa
atau asam didalam kondisi tertentu. Analisis kimia untuk mengetahui asam lemak
bebas pada bahan pakan dilakukan dengan prosedur AOAC (Tillman, 1994).
Lemak merupakan sekelompok zat yang tidak larut air tetapi larut dalam
eter, kloroform, dan benzena. Anggorodi (1990) menyatakan, ditinjau dari sudut
jumlahnya maka lemak merupakan bagian yang penting dari golongan zat dalam
tubuh hewan dan pakan, dimana lemak mengandung hydrogen dan karbon serta
oksigen juga asam stearat (C57H110O6). Lemak kasar merupakan campuran
beberapa senyawa (lemak, minyak, lilin, asam organic, pigmen sterol, vitamin
ADEK) yang larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum ether, pethroleum
benzen dan lainnya) ( Raharjo, 2004 ).
8
3.3.4. Analisis Protein Kasar
Protein merupakan zat organik yang mengandung karbon, hydrogen,
nitrogen, oksigen, sulfur serta fosfor. Zat tersebut merupakan zat pakan utama.
Yang mengandung nitrogen, protein adalah essensial bagi kehidupan karena zat
tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup (Anggorodi,1979).
3.3.5. Analisis Serat Kasar
Menurut Tillman (1998), serat kasar merupakan salah satu nutrien yang
terdiri dari selulosa, hemi selulosa lignin dan glirisida. Komponen yang lain
berfungsi sebagai pelindung dan bangunan tumbuh-tumbuhan. Anggorodi (1986)
menyatakan bahwa, serat kasar merupakan yang tidak dapat larut dalam H2SO4
0,3 N dan didalam NaOH 1,5 N yang berturut-turut dimasak selama 30 menit.
3.4.Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
FFA (Free Fatty Acid) atau asam lemak bebas adalah asam lemak yang
tidak bergabung dengan gliserol lemak yang kadar asam lemak bebasnya tinggi
akibat hidrolisis tidak berarti rendah nilai gizinya. Asam lemak bebas tidak
menurunkan fungsi antioksidasi karena antioksidasi tersebut melindungi lemak
sama halnya seperti melindungi asam-asamnya (Anggorodi, 1986).
Asam lemak hanya terdapat pada lemak saja. Lemak yang padat pada
suhu kamar terdiri dari asam lemak jenuh. Lemak dan minyak secara praktis dapat
menunjukan adanya FFA pada bahan yang sudah di ekstrasi dari bahan pakan
tertentu sebagian besar asam lemak bebas mempunyai gugus kalori dan sebuah
ikatan alfatik (Anggorodi, 1979).
Kebanyakan asam lemak punya satu gugus karboksil dan sebuah ikatan
alifatik atau rantai karbon tidak bercabang. Rantai karbon dalam rantainya
mungkin jernih atau jenuh yang berakibat adanya suatu ikatan rangkap. Penetapan
asam lemak bebas berprinsip bahwa lemak bebas yang terdapat paling banyak
pada minyak tertentu (Tillman, 1986).
9
3.5. Analisis Energi Bruto (Gross Energy)
Energy bruto adalah banyaknya (panas diukur dalam sel) yang lepas
kalau suatu zat oksidasi secara sempurna dalam suatu bom kalorimeter yang
mengandung 25,30 dalam atm oksigen. Bom kalorimeter digunakan untuk
menentukan energy total dalam sampel makanan (Tillman, 1986).
Beratnya nilai energy bahan pakan tidak sama tergantung dari macam
nutrient zat bahan yang diujui menurut Anggorodi (1986) energy bruto bahan
pakan ditentukan dengan membakar jumlah bahan sehingga diperoleh hasil
oksidasiyang berupa monodioksida air dan gaslainnya, untuk itu digunakan bomb
kalorimeter untuk mengukur panas yang timbul dari permukaan.
Energy total (gross energy) makanan adalah jumlah energy kimia yang ada
dalam makanan dengan mengubah energy kimia menjadi energy panas dan diukur
jumlah panas yang dihasilkan. Panas ini diketahui sebagai sumber energy total
atau panas pembakaran dari makanan, bomb kalorimeter digunakan untuk
menetukan energy total dan sampel makanan dipijarkan dengan aliran listrik.
Panas yang dihasilkan dihitung dengan memakai kenaikan tmperatur air dan berat
serta panas spesifik dari alat bomb dan air. Metode ini dipakai untuk nilai energy
total dan produk eksteori (Tillman, 1986).
Raharjo (2004) menyatakan, bila suatu nutrien organic dibakar sempurna
sehingga menghasilkan oksida (CO2, H2, gas dan oksida lainnya) maka panas yang
dihasilkan disebut energi bruto. Besarnya energi bruto dari nutrien atau bahan
pakan dapat menentukan digunakan atau tidaknya dalam penggunaan bomb
kalorimeter. Besarnya nilai energi bahan pakan tidak sama tergantung dari macam
nutrien dari bahan pakan.
10
IV. MATERI DAN CARA KERJA
4.1. Materi
4.1.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
Bahan pakan hijauan yang digunakan dalam praktikum ini adalah rumput
gajah, rumput raja, rumput benggala, setaria ancep, setaria lampung, kaliandra,
lamtoro, turi, daun dadap, daun gamal, daun waru, murbei, daun nangka, daun
singkong, daun pisang, dan jerami.
Bahan pakan konsentrat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
bungkil kedelai, bungkil kelapa, limbah roti, tepung cangkang ayam petelur,
tepung darah sapi, premix, tepung ikan, tepung kulit udang, tepung kerang, tepung
udang, tepung tulang dan sirip ikan, phospat alam, biji jagung merah, bekatul,
pollard, onggok, tepung jagung, limbah soun, tepung kepala udang, mollases,
tepung cangkang keong, CuSO4, millet, tepung kedelai, kapur, feed aditif dan
tepung tulang ayam.
Alat - alat yang digunakan untuk mendukung acara praktikum ini adalah
oven, bomb kalorimeter, destruktor, destilator, kompor listrik, kondensor,
waterbath, buret, tanur, desikator, timbangan analitik, erlenmeyer, labu didih,
soxhlet, cawan porselin, becker glass, gelas ukur, labu kjedhal, cawan petri,
timbangan Ohaus, timbangan analog, bucket, pemanas air, pipet ukur, pipet
seukuran dan pipet tetes.
4.1.2. Uji Fisik
Pada praktikum uji fisik dibagi menjadi 4 acara yaitu, mengukur sudut
tumpukan, berat jenis (density), daya ambang, dan luas permukaan spesifik (LPS)
bahan pakan. Bahan yang digunakan adalah bahan pakan dari jenis konsentrat
yaitu dedak sebanyak 1 gram, sedangkan alat - alat yang digunakan untuk sudut
tumpukan adalah : mistar siku - siku, corong besi, besi penyangga dan timbangan
analitik. Berat jenis (density) : gelas ukur 100 ml dan timbangan analitik. Daya
ambang : Stopwatch, nampan, dan timbangan analitik. Luas permukaan spesifik :
kertas milimeter blok, spidol atau bolpoint, dan timbangan analitik.
11
4.1.3. Analisis Proksimat
4.1.3.1. Analisis Kadar Air
Bahan yang digunakan dalam analisis kadar air adalah sampel yaitu
bekatul sebanyak 2 gram. Alat - alat yang digunakan adalah cawan porselin,
desikator, oven, timbangan analitik dan tang penjepit.
4.1.3.2. Analisis Kadar Abu
Bahan yang digunakan dalam analisis kadar abu adalah sampel yaitu
bekatul sebanyak 2 gram. Alat - alat yang digunakan adalah cawan porselin,
desikator, tang penjepit, dan timbangan analitik.
4.1.3.3. Analisis Lemak Kasar
Bahan yang digunakan dalam analisis lemak kasar adalah sampel yaitu
bekatul sebanyak 1 gram. Alat - alat digunakan adalah, alat ekstraksi berupa
soxhlet, erlenmeyar, alat pendingin, oven, timbangan analitik, waterbath dan
desikator.
4.1.3.4. Analisis Protein Kasar
Bahan - bahan yang digunakan dalam analisis protein kasar adalah
sampel yaitu bekatul sebanyak 0,1 gram, H2SO4 pekat, katalisator, NaOH 40%
HCL 0,1 N, asam borat 2-3%. Alat - alat yang digunakan adalah labu kjedhal,
alat penyulingan, erlenmeyer 125 ml, mikro biuret, pipet 10 ml, kompor listrik,
dan timbangan.
4.1.3.5. Analisis Serat Kasar
Bahan - bahan yang digunakan dalam analisis serat kasar adalah sampel
yaitu dedak sebanyak 1 gram, H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, aceton dan aquades.
Alat - alat yang digunakan adalah labu erlenmeyer, cawan porselin, kertas saring
whatman, corong, pendingin tegak, desikator, oven, tanur, tang penjepit, dan
kompor listrik.
12
4.1.4. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
Bahan yang digunakan dalam analisis kadar asam lemak bebas (FFA)
adalah sampel yaitu bekatul sebanyak 7,05 gram. Alat - alat yang digunakan
adalah erlenmeyer, biuret, pipet, timbangan analitik dan kertas whatman.
4.1.5. Analisis Kadar Energi Bruto (Gross Energy)
Bahan - bahan yang digunakan dalam analisis kadar energi total (Gross
Energy) adalah sampel yaitu bekatul sebanyak 0,5 gram dan asam benzoat
(kalori=6320/gr). Alat - alat yang digunakan adalah bomb kalorimeter, ignition
wire 12 cm, tabung oksigen dan tangki air.
4.2. Cara Kerja
4.2.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
4.2.1.1. Nomenklatur Hijauan dan Bahan Pakan Konsentrat.
a. Hijauan dan konsentrat disiapkan.
b. Hijauan digolongkan berdasarkan jenisnya (ramban, limbah pertanian dan
legume).
c. Nama lokal dan nama ilmiah dicatat.
d. Hijauan dan konsentrat difoto.
e. Cetak hasil pengamatan.
f. Buat tabel.
4.2.1.2. Pengenalan Alat
a. Alat - alat laboratorium disiapkan.
b. Alat - alat di amati.
c. Hasil pengamatan dicatat.
d. Cara kerja dan penggunaannya dipahami dan alat difoto.
13
4.2.2. Uji Fisik
4.2.2.1. Sudut Tumpukan (Angle of Response)
a. Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam pengukuran.
b. Pasang corong pada besi penyangga.
c. Timbang bahan yang akan diukur sebanyak 200 gr.
d. Tuangkan bahan melalui corong.
e. Ukur diameter (curahan) bahan.
f. Ukur tinggi (curahan) bahan.
g. Hitung.
4.2.2.2. Berat Jenis (Density)
a. Timbang helas ukur yang sudah dibersihkan dan dikeringkan (x).
b. Siapkan bahan pakan yang akan diuji.
c. Masukkan bahan pakan (dedak) kedalam gelas ukur sampai volume 100 ml.
d. Timbang bahan pakan (y).
e. Hitung.
4.2.2.3. Daya Ambang
a. Timbang + 1 gram bahan pakan (dedak).
b. Siapkan nampan dan stopwatch.
c. Jatuhkan bahan dengan ketinggian (1 meter) dan catat waktu yang ditempuh
bahan jatuh pada nampan.
d. Hitung.
4.2.2.4. Luas Permukaan Spesifik (LPS)
a. Timbang + 1 gram bahan pakan (dedak).
b. Letakkan bahan pada kertas milimeter blok hingga membentuk luasan tertentu
(cm2).
c. Hitung.
14
4.2.3. Analisis Proksimat
4.2.3.1. Analisis Kadar Air
a. Timbang cawan.
b. Timbang sampel 2 gram.
c. Oven minimal 8 jam didesikator
d. Hitung.
4.2.3.2. Analisis Kadar Abu
a. Hasil kadar air ditanur.
b. Oven 4-12 jam, didesikator
c. Timbang.
d. Hitung.
4.2.3.3. Analisis Lemak Kasar
a. Timbang sampel 1 gram.
b. Bungkus dengan whatman.
c. Ikat dengan benang.
d. Oven 14 jam.
e. Masukkan ke desikator.
f. Timbang.
g. Ekstraksi dengan soxhlet.
h. Ditambah dengan petroleum benzena sampai kering.
i. Dikeluarkan dan diangin - anginkan.
j. Di oven 14 jam.
k. Masukkan ke desikator selama 15 - 60 menit.
l. Ditimbang.
m. Dihitung.
15
4.2.3.4. Analisis Protein Kasar
Destruksi
a. Timbang sampel 0,1 gram.
b. Masukkan kedalam labu kjedhal.
c. Tambah H2SO4 1,5 ml + katalisator.
d. Destruksi sampai bening.
Destilasi
a. Siapkan alat destilator.
b. Hasil destruksi dituangkan ke corong.
c. Cuci dengan aquades.
d. Tambah NaOH 0,3 N 10 ml.
e. Cuci dengan aquades.
f. Masukkan asam butirat 2-3% 10 ml sebanyak 2 tetes.
g. Tunggu sampai 60 ml.
Titrasi
a. Titrasi dengan HCl 0,1 N.
b. Warna berubah dari putih menjadi kemerah - merahan.
c. Hitung.
4.2.3.5. Analisis Kadar Serat Kasar
a. Timbang + 1 gram sampel.
b. Refluk 30 menit dengan 50 ml H2SO4.
c. Tambah 25 ml NaOH.
d. Direfluk 30 menit.
e. Cuci dengan 50 ml H2O panas.
f. Cuci dengan 50 ml H2SO4 0,3 N.
g. Cuci dengan 50 ml H2O panas.
h. Cuci dengan 25 ml aceton.
i. Cawan + kertas saring dioven pada suhu 1050C selama 3 jam.
j. Masukkan kedesikator.
k. Timbang.
16
l. Masukkan ke tanur 600oC selama 2 jam, sampai putih.
m. Dinginkan sampai suhu 1200C.
n. Masukkan ke desikator selama 1 jam.
o. Timbang.
p. Hitung.
4.2.4. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
a. Timbang sampel 7,05 gram.
b. Masukkan erlenmeyer + alkohol 96% 50 ml.
c. Direfluk dengan pemanas air.
d. Dihitung 15 menit setelah mendidih.
e. Disaring, diambil supernatannya 10 ml.
f. Masukkan erlenmeyer + pp 1-2 tetes.
g. Dititrasi denagn NaOH 0,1 N 1-2 tetes.
h. Titrasi selesai ketika berwarna pink.
i. Hitung.
4.2.5. Analisis Kadar Energi Bruto (Gross Energy)
a. Sampel ditimbang (0,5 gram).
b. Bucket diisi dengan aquades.
c. Dimasukkan kedalam bomb kalorimeter.
d. Diisi dengan O2 (oksigen).
e. Dimasukkan kedalam bucket.
f. Temperatur dicatat.
g. Dikeluarkan, dicuci dengan aquades.
h. Air cucian diukur lalu diambil 10 ml.
i. Air cucian dititrasi dengan Na2CO3 0,0725 N dan ditambah methyl orange.
j. Hitung.
17
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
5.1.1. Nomenklatur Hijauan
No Nama induk Gambar Jenis Bagian Defoliasi Sumber & Grade
1Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)
Graminae Aerial
45 hr musim hujan
60 hr musim kemarau
- Serat kasar
-protein kasar
- karbohidrat 7-9%
2Rumput Gajah
(Pennistum purpureum)
Graminae Aerial
45 hr musim hujan
60 hr musim kemarau
- Serat kasar
- karbohidrat
- Serat kasar 7-9%
3Staria Ancep
(Setaria splendida)Graminae Aerial
40 Hari musim hujan
- Karbohidrat
- Serat kasar
SK = 14-19%
PK = 10%
4Kaliandra (Caliandra callotirtus)
Leguminosa Daun Dewasa
- serat
- Protein
- PK 12-15%
5Daun Singkong
(Manihot utilisima)Limbah
pertanianDaun Dewasa
- serat
- Protein
- PK 3-5%
18
6Daun Nangka (Arthocarpus
integra)Ramban Daun Dewasa
- serat
- Protein
- PK 5%
7Gamal (Glisirida
maculata)Leguminosa Daun Dewasa
- serat
- Protein
- PK 12-15%
8 Lamtoro (Leucaena glauca)
Leguminosa Daun Dewasa
- serat
- Protein
- PK 12-15%
9Setaria Lampung
(Setaria splendida)Graminae
Aerial diatas
permukaan tanah
Dewasa 45-60 hari
- serat
- Protein
- PK 10%
10Jagung
(Zea mays)Limbah Aerial 3 Bulan
- serat
- Karbohidrat
- SK 10-12%
11Daun Rami
(Boehmeria nivea)Limbah
pertanianAerial Dewasa - Energi
12Daun Pisang (Musa
paradisiata)Limbah
pertanianDaun Dewasa
- serat
- Protein
- PK 3-4%
19
13Daun Waru
(Hibiscus tiliateus)Ramban Daun Dewasa
- serat
- Protein
- PK 3-5%
14 Rumput Benggala (Pennicum maximum)
Graminae Aerial Dewasa
- Karbohidrat
- Serat kasar
- SK = 10-13%
15 Padi (Oryza sativa) Graminae Aerial Dewasa - Karbohidrat
16Daun Turi (Sesbania
glandiflora) Ramban Daun Dewasa
Protein
SK = 34,3%
17 Murbei (Morus indica.L)
Ramban Daun DewasaEnergi
SK = 10-13%
Hartadi (1990) menyatakan bahwa bahan makanan ternak adalah suatu
bahan yang dapat dimakan oleh hewan yang mengandung energi dan zat gizi (atau
keduanya) di dalam makanan tersebut, sedangkan Sutardi (2002) menyatakan
pengertian bahan pakan yang lebih lengkap yaitu segala sesuatu yang dapat
dimakan hewan (ternak) yang mengandung unsur gizi dan atau energi, yang
tercerna sebagian atau seluruhnya dengan tanpa mengganggu kesehatan hewan
yang bersangkutan.
20
Ciri-ciri bahan pakan dibedakan dan dipisahkan mengkhususkan dari
kualitas-kualitas bahan makanan yang dihubungkan dengan perbedaan nilai
gizinya. Praktikum nomenklatur ini, kami mengklasifikasikan pemberian
tatanama ke dalam 6 kelompok, yaitu berdasar asal, bagian, proses, tingkat
kedewasaan, defoliasi, dan grade. Hal ini berbeda dengan apa yang dikemukakan
oleh Hartadi (1990). Beliau mengelompokan pemberian tatanama Internasional
berdasar 6 faset, yaitu :
1) Asal mula (origin)
Meliputi nama ilmiah (genus, spesies, varietas) ; nama umum (jenis, bangsa
atau macam, strain) ; dan rumus kimia yang tepat.
2) Bagian (part)
Diberikan kepada ternak sebagaimana proses yang dialami.
3) Proses-proses dan perlakuan-perlakuan
Banyak prosessing digunakan dalam penyiapan bahan makanan ternak yang
secara nyata mengbah nilai gizi dari bahan-bahan tersebut. Jadi, penjelasan dari
asal dan bagian harus diikuti dengan keterangan tentang perbedaan metode
perlakuan (prosessing), seperti pengawetan, pemissahan, pengurangan ukuran
dan perlakuan-perlakuan panas.
4) Tingkat kedewasaan
Adalah faktor penting yang memepengaruhi nilai gizi silase, hijauan dan
beberapa produk hewan ternak. Karena kesukaran-kesukaran yang timbul
dalam mementukan tingkat kedewasaan dari tanaman-tanaman yang berbungan
dengan tidak bergantung musim, maka lama masa tumbuh dari tanaman
digunakan sebagai “tingkat kedewasaan”.
5) Pemotongan (Khusus untuk hijauan)
Beberapa tanaman hijauan dipotong dan dipanen beberapa kali dalam satu
tahun. Setiap potongan mempunyai kandungan zat gizi yang khusus maupun
ciri-ciri fisiknya.
21
6) Grade (garansi pabrik)
Beberapa bahan makanan yang diperagangkan dan bahan makanan ternak
diberi grade resmi berdasarkan komposisi dari kualitas karakteristiknya.
(Hartadi, 1990)
Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau tatanama. Cara
pemberian nama itu melibatkan asas-sasa yang diatur oleh peraturanperaturan
yang dibuat dan disyahkan oleh Kongres Botani sedunia. Peraturan-peraturan
tersebut secara formal dibuat pada Kode Internasional Tatanama Tumbhan
(International Code of Botanical Nomenclature). Tujuan utama sistem ini adalah
menciptakan satu nama untuk setiap takson (Rideng, 1989). Selanjutnya Rifai
(1973) menyatakan bahwa kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan cara
yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi
atau menolak pemakaian anma-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau
keraguan-keraguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam
ilmu pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-
nama yang tidak perlu.
Pakan hijaun memiliki sumber protein dan energi yang tinggi terutama
untuk jenis pakan leguminosa mengandung protein yang tinggi yang baik untuk
pencernaan, sehingga tidak mengakibatkan serat kasarnya tinggi. Pemberian
pakan berbasis daun-daunan leguminosa masih memunculkan kekhawatiran,
terutama dalam hal pemenuhan mikroba rumen atau ternak akan energi siap pakan
(Available energy) dan nitrogen bukan protein (NPN). Hampir 85% mikroba
rumen dapat memanfaatnkan NPN untuk sintesis protein tubuhnya. Maka dari itu,
bahan pakan konsentrat jenis urea sebagai sumber NPN sangat dibutuhkan.
Mineral di dalam pakan konsentrat mampu meningkatkan populasi bakteri,
protein mikroba di dalam rumen kecernaan BK, dan nutrien ransum (Putra,1999).
Salah satu bahan yang diamati adalah kaliandra (Caliandra calotirsus) yaitu
tanaman leguminosa pencegah erosi diduga akan mampu menjadi pakan andalan
dalam jangka panjang . Tanaman tersebut banyak tumbuh di hampir sebagian
daerah pegunungan sebagai hasil gerakan reboisasi pada tahun 70-an sampai saat
ini pemanfaatannya sebagai pakan ternak belum optimum. Kaliandra adalah
22
leguminosa pohon yang banyak dimanfaatkan sebagai pengendali erosi dan
tanaman. Kandungan nutrisi kaliandra cukup potensial sebagai pakan terutama
sebagai pakan sumber protein yaitu mengandung 20 - 25% (Djaja, 2002).
5.1..2. Nomenklatur Bahan Pakan Konsentrat
No Nama Bahan Asal Bagian Proses Sumber Grade
1Tepung Jagung
Jagung Biji jagungDikeringkan,
digiling, dihaluskan
EnergiPK < 18 %
SK > 18 %
2Pospat Alam
Batuan alam
Seluruh bagian
Dikeringkan, digiling
MineralKandungan Pospat 60%
3Tepung
IkanIkan Ikan utuh
Ikan dipotong diambil
tulangnya dikeringkan, difertilisasi
dan dikeringkan
Protein
PK = 60%
Lemak =
15,36%
Serat =
1,80%
4Limbah
RotiLimbah
RotiRoti
Digiling dan dikeringkan
Energi PK<18 %
SK >18%
5 Onggok SingkongSemua bagian
Singkong dikupas, dicuci,
digiling dan dikeringkan
Energi, karbohidrat
PK < 18 %
SK > 18 %
23
6 Kapur KapurSeluruh bagian
Digiling dan dihaluskan
PosporCA
40 %
7Tepung Kepala Udang
Udang KepalaDicuci,
dikeringkan dan digiling
Protein, kitin
SK < 18%
PK > 18 %
8
Tepung Cangkang
Telur Ayam Petelur
Ayam Petelur
CangkangDihaluskan,
diayak, dikemas
Protein
Karbohidrat 7,6% Ca 36,4 %
prot 0,12
9Tepung
Cangkang Keong
Keong Cangkang Digiling, dikeringkan,dihaluskan
MineralSk > 18% Pk < 18 %
10 PremixMineral
mikro dan makro
Mixing Dicampur EnergyPk < 18 %
Sk >18%
11
Tepung Tulang
Ikan dan Sirip
IkanTulang dan sirip ikan
Dikeringkan, disterilisasidan digiling
Protein Ca 40%
12Tepung Udang
Udang Semua bagian
Dicuci, dikeringkan dan digiling
Protein, kitinSk >18 %
Sk < 18 %
13 Bekatul Padi Kulit padiDigiling,
dikeringkan,dihaluskan
EnergiSk > 18%
Pk < 18%
24
14 Pollard GandumKulit
gandum
Digiling, dikeringkan,dihaluskan
EnergiSk > 18%
Pk < 18%
15Tepung Kulit
UdangUdang
Kulit udang
Dihancurkandikeringka
n, disterilisasi,
digiling
Kalsium Ca 38%
16Tepung
Darah SapiDarah sapi Darah sapi
Darah dibersihkan
ProteinPk > 18 %
Sk < 18 %
17 Feed AditifVit
A,D,E,KSeluruh bagian
Semua bagian
dicampur dan digiling
Vitamin A
18Tepung Tulang Ayam
AyamTulang ayam
Tulang dipisah dengan
daging lalu dioven sampai
kering baru digiling
Mineral, kalsium
Pk > 18 %
Sk < 18 %
19Tepung Kerang
KerangCangkang
kerangDigiling Mineral Ca 40%
20Tepung Kedelai
KedelaiSemua bagian
Dikeringkan, digiling
ProteinSk > 18 %
Pk < 18 %
21Bungkil Kelapa
Kelapa Ampas kelapa
DigilingProtein,
karbohidrat
Pk < 18 %
Sk > 18 %
25
22Bungkil Kedelai
KedelaiBiji
kedelaiDipanaskan,dikeringkan
ProteinSk >18 %
Pk < 18 %
23Biji Jagung
MerahJagung Biji Jagung Dipipil Energi
SK > 18 %
PK < 18 %
24 Limbah Soun
Soun Limbah soun
Dikeringkan, digiling,
dihaluskan
Energi SK > 18 %
PK < 18 %
25 Mollases Tebu Limbah tetes tebu
Digiling, diperas
Energi Cu 18
26 CuSO4 Batuan alam
Batuan alam
Dihancurkan Mineral Cu 18%
27 Millet Sorgum Biji Dikeringkan Energi SK ± 11-15%
Bahan makanan yang berasal dari hewan antara lain kaya akan zat-zat
proteinnya murni, kualitas proteinnya juga tinggi dari pada tanaman maupun sisa
bahan pabrik, oleh karena itu mudah sekali dicerna dan banyak mengandung asam
amino esensial yang diperuntukkan jasad, bahan - bahan tersebut antara lain
26
contohnya tepung darah ayam, tepung tulang, tepung sirip ikan, tepung kepala
udang, tepung ikan, tepung cangkang telur ayam petelur, dan tepung udang.
Bahan - bahan tersebut kaya akan mineral, protein, dan energi. Banyak dari bahan
tersebut diolah melalui pengolahan seperti dikeringkan dan ditumbuk (Aminudin,
1983).
5.1.3. Pengenalan Alat
No Nama Gambar Fungsi
1 Oven Untuk mengoven bahan/alat untuk memanaskan
2 Soxhlet Untuk menganalisis lemak, mengekstrasi
3 Waterbath
Sebagai alat untuk pemanas
4 Destruktor Untuk mendestruksi bahan
pakan
5 Labu Kjedhal Untuk memanaskan
27
6 Tanur
Untuk menganalisis abu pada
suhu 6000C, mengabukan
7Timbangan
Analitik Untuk menimbang bahan
8 Desikator Untuk menstabilkan suhu setelah dioven menyerap panas
9 Kondensor
Untuk menahan uap
10 Kompor Listrik Untuk memanaskan
11Bomb
KalorimeterUntuk menentukan energi bruto dari suatu nutrient atau bahan
pakan
12 Destilator Untuk destilasi
28
13 Gelas UkurUntuk mengukur cairan
14 Becker Glass Untuk menampung cairan dari gelas ukur
15 Pipet Ukur Mengukur larutan
16Timbangan
O’Haus Untuk menimbang bahan pakan
17 Erlenmeyer Untuk menampung bahan
18 Pipet Tetes Memindahkan larutan
19 Buret Tempat untuk titrasi
20 Labu Didih Mendidihkan sampel
29
21 Cawan Porselin Sebagai tempat sampel
22 Cawan Petri Untuk menaruh sampel
23 Timbangan
Analog
Menimbang sampel
24 Bucket
Untuk menganalisis gross
energy bahan pakan
25 Pemanas Air Untuk memanaskan air
26 Corong Uji sudut tumpukan
27 Pipet Seukuran
Untuk memindahkan larutan/zat
cair dalam satu ukuran volume
tertentu saja
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini jumlahnya sangat
banyak. Alat tersebut diperlukan untuk memperoleh hasil analisa yang benar
dalam suatu praktikum karena masing-masing alat mempunyai fungsi yang
berbeda-beda, untuk memperoleh hasil analisa yang benar, maka haruslah
diketahui cara-cara pokok dalam perlakuan-perlakuan umum yang sering dijumpai
30
dalam laboratorium, antara lain alat-alat labpratorium dan cara penggunaannya
(Suhadi, 1997).
Hartati (2002) menyatakan, pembagian alat laboratorium antara lain
penimbangan, pengukuran, volume cairan, melarutkan zat padat, penyaringan,
pemijaran dan pengabuan serta pengeringan. Pemeliharaan disini bukan berarti
alat disimpan dengan baik sehingga alanya selalu utuh, akan tetapi alat tetap
dipergunakan dan alat-alat tersebut tahan lama, tentunya perlu dilakukan
pengawetan sehingga alat-alat tersebut tahan lama atau awet, jadi yang dimaksud
dengan pemeliharaan atau perawatan alat-alat atau menjaga keselamatan adalah :
Menyimpan pada tempat yang aman ;
Perawtan termasuk menjaga kebersihan ;
Penyusunan, penyimpanan, alat-alat yang berbentuk se
Menghindari pengaruh luar atau lingkungan terhadap alat.
Dalam pemeliharaan alat, kita juga perlu mengetahui sifat-sifat dasar alat,
antara lain :
Zat atau bahan dasar pembuatan ;
Berat alat ;
Kepekaan alat terhadap pengaruh lingkungan ;
Pengaruh bahan kimia ;
Pengaruh alat yang satu dengan yang lain ;
Nilai atau harga dari alat ;
Bentuk dalam set .
(Anwar, 1996)
Alat-alat yang diamati dalam praktikum pengenalan alat, antara lain :
a) Gelas ukur
Adalah silinder gelas berskala untuk mengukur volume larutan atau zat cair
dengan tepat. Standar deviasinya kira-kira 1% dari volume yang sebenarnya.
Gelas ukur bermulut lebar dan bercucuk, lebar mulut sama dengan lebar
atasnya (Budimarwati, 2007).
31
b) Pipet seukuran
Adalah pipa gelas untuk memindahkan larutan atau zat cair dalam satu ukur
volume tertentu saja. Besarnya volume pipet ini bervariasi dari 1 ml sampai
100 ml. tingkat kesalahan kurang dari 0,01 ml (Budimarwati, 2007).
c) Pipet ukur
Adalah pipet yang kurang tepat dibandingkan dengan pipet seukuran dengan
tingkat kesalahan 1% (Budimarwati, 2007).
d) Labu Erlenmeyer
Adalah labu gelas atau tempat menampung larutan. Erlenmeyer ada yang
berskala dan ada yang tidak berskala, serta ada yang tertutup dan ada yang
tidak bertutup, dalam volumetrik, labu Erlenmeyer dipakai untuk menitrasi
larutan yang akan ditetapkan normalitasnya (Budimarwati, 2007).
e) Kertas whatman
Adalah kertas yang digunakan untuk mengukur kekuatan prioritas kadar abu
terutama untuk penentuan kadar abu yang harus digunakan (Budimarwati,
2007).
f) Corong
Digunakan untuk memasukkan bahan atau sampel ke dalam tempat lain yang
disesuaikan. Biasanya juga digunakan kertas saring saat dilakukan penyaringan
sebelum ditaruh kedalam corong, kertas saring dilipat dahulu kemudian setelah
dilipat baru ditaruh ke dalam corong (Sudarmadji, 1996).
g) Desikator atau silica gel
Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan bahan yang sudah dikeringkan
yang sifatnya kedap udara, kemudian di dalam desikator ditaruh zat yang bisa
menyerap uap air (silica gel) (Sudarmadji, 1996).
h) Tang penjepit
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel.
i) Destruktor
Adalah alat yang digunakan untuk mendestruksi sampel protein kasar
(Budimarwati, 2007).
32
j) Tanur
Tanur dapat mencapai suhu 1000°C.sebelum dipakai krus porselin harus
dinyalakan terlebih dahulu., setelah selesai didinginkan sampai kira-kira 100°C
lalu bahan atau sampel dapat diambil (Sudarmadji, 1996).
k) Bomb kalorimeter
Adalah alat yang digunakan dalam pembakaran, dimana bomb kalorimeter
digunakan untuk menentukan energi bruto dari suatu nutrient atau bahan
pakan.
l) Timbangan analitik
Timbangan yang digunakan untuk menimbang dengan ketelitian 0,0001.
m)Kondensor
Alat yang digunakan pada analisis lemak, yaitu untuk memanaskan sampel
sebelum dimasukkan ke dalam oven kemudian ditimbang.
n) Pipet tetes
Adalah pipet dari gelas yang digunakan untuk mengaduk larutan (Budimarwati,
2007).
o) Cawan porselin
Adalah cawan yang bercucuk dan dibuat dari porselin, dipakai untuk
penguapan atau pengeringan padatan dalam bentuk tepung.
p) Statif
Adalah tiang besi yang digunakan untuk memegang buret atau gelas lainnya.
Statif dilengkapi dengan manice dan klem.
q) Filler
Adalah alat penyedot pipet untuk larutan-larutan berbahaya.Alat ini terdiri dari
bola karet yang dilengkapi dengan tiga cabang leher berturut-turut untuk
menyedot, untuk mendorong larutan dalam pipet dan untuk mengisi dan
membuang udara.
r) Waterbath
Bagian alat pemanas air yang dipakai untuk menganalisa kadar lemak.
33
5.2. Uji Fisik Bahan Pakan
5.2.1. Sudut Tumpukan (Angle of Response)
Rumus :
Diketahui : d1 = 19 cm & t1 = 7 cm
d2 = 19 cm & t2 = 7 cm
Jawab :
tgα= 2t d
= 2.7 19= 0,74
α1 = 36,5 ° tgα= 2t
d
= 2.7 19= 0,74
α1 = 36,5 °
Maka didapatkan rata-rata = 36,5 + 36,5 2 = 36,5°
Pengukuran dilakukan dengan menjatuhkan bahan sampel melalui corong
pada bidang datar. Kertas berwarna putih digunakan sebagai alat bidang datar.
Ketinggian tumpukan bahan harus selalu berada di bawah corong, untuk
mengurangi pengaruh tekanan dan kecepatan laju aliran bahan. Pengukuran
bahan dilakukan dengan volume tertentu (100 ml) dan diarahkan perlahan pada
dinding corong dengan bantuan sendok pada posisi corong tetap sehingga
diusahakan jatuhnya bahan selalu konstan. Sudut tumpukan bahan sampel
ditentukan dengan mengukur diameter dasar (d) dan tinggi (t) tumpukan (Khalil,
1999).
Sudut tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan bidang miring
bahan yang dicurahkan membentuk garis dalam bidang horizontal. Sudut
tumpukan berfungsi untuk menentukan kemampuan mengalir suatu bahan
tgα= 2t d
34
efisiensi pada pengangkutan secara mekanik. Sudut tumpukan merupakan kriteria
kebebasan bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukan dimana semakin tinggi
tumpukan, maka kebebasan partikel untuk bergerak semakin berkurang
(Noordyansyah, 2007).
Praktikum sudut tumpukan ini, kami melakukan percobaan sebanyak dua
kali. Percoban pertama didapatkan sudut tumpukan 36,5° dan pada percobaan
kedua didapatkan sudut tumpukan yang sama yaitu 36,5°, sehingga didapat rata-
rata sudut tumpukannya adalah sebesar 36,5°. Angka yang kami dapatkan
tergolong cukup baik dn bahan sampel dapat mengalir secara efisien pada
pengangkutan secara mekanik.
5.2.2. Berat jenis (Dencity)
Rumus :
Diketahui : X1 = 119,2 gram & Y1 = 152,4 gram
X2 = 119,2 gram & Y2 = 152 gram
BJ = Berat Volume = 152,4 gram – 119,2 gram 100 ml = 33,2 gram 100 ml = 0,332 gr/ml
BJ = Berat Volume = 152 gram – 119,2 gram 100 ml = 32,8 gram 100 ml = 0,328 gr/ml
Maka didapatkan rata-rata = 0,332 + 0,3282
= 0,660 2
= 0,339 gr/ml
BJ = Berat Volume
35
Berat jenis (BJ) merupakan perbandingan antara masa bahan terhadap
volume dan memegang peranan penting di dalam berbagai proses pengolahan,
penanganan dan penyimpanan (Khalil, 1997). Berat jenis adalah perbandingan
antara berat badan dengan volume ruang yang ditempati oleh suatu bahan pakan.
Berat jenis mempengaruhi kerapatan tumpukan dengan daya ambang homogenitas
dan stabilitas kecepatan.
Praktikum berat jenis ini melakukan dua kali percobaan dengan hasil 0,332
gr/ml dan 0,328 gr/ml dengan rata-rata berat jenis 0,339 gr/ml. Peran berat jenis
suatu bahan pakan yaitu :
1) Menentukan kerapatan bahan ;
2) Berpengaruh terhadap besarnya kerapatan tumpukan ;
3) Besarnya ukuran partikel berpengaruh terhadap homogenitas dan stabilitas
pencampuran ;
4) Berpengaruh terhadap kecepatan penakaran (Sudarmaji, 1987)
5.2.3. Daya Ambang
Rumus :
Diketahui : waktu1 = 2,14 detik waktu2 = 2,11 detik ketinggian = 1 meter
DA1 = Jarak Waktu
= 1 2,14 = 0,467 m/dtk
DA2 = Jarak Waktu
= 1 2,11 = 0,473 m/dtk
Maka didapatkan rata-rata = DA1 + DA2
2 = 0,467 + 0,473 = 0,47 m/dtk
2
DA = Jarak Waktu
36
Khalil (1997) menyatakan, daya ambang merupakan jarak yang dapat
ditempuh oleh suatu partikel bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah selama
jangka waktu tertentu. Daya ambang berperan terhadap efisiensi pemindahan atau
pengangkutan yang menggunakan alat penghisap (pneumatio conveyor)
pengiasian filo menggunakan gaya gravitasi jika suatu bahan punya daya ambang
berbeda akan terjadi pemisahan partikel.
Praktikum dengan bahan dedak sebanyak 1 gr kemudian bahan dijatuhkan
dari ketinggian 1 m dan dicatat waktunya sebanyak 2 kali percobaan dengan
ketinggian yang sama. Waktu yang diperoleh pada percobaan 1 adalah 2,14 m/dtk
dan pada percobaan kedua adalah 2,11 m/dtk, sehingga diperoleh rata-rata sebesar
0,47 m/dtk.
Noordiansyah dan Achmad (2007) dalam peneletiannya, mengatakan bahwa
apabila terjadi proses pen-curahan bahan dari ketinggian tertentu, maka waktu
bahan tersebut mencapai dasar adalah lebih cepat. Daya ambang yang terlalu lama
akan menyulitkan dalam proses pencurahan bahan karena dibutuhkan waktu yang
lebih lama. Hasil yang kami dapatkan pada praktikum kali ini adalah sebanyak
0,47 m/dtk , dan angka tersebut merupakan angka yang baik karena daya
ambangnya terhitung cepat.
5.2.4. Luas Permukaan Spesifik (LPS)
Rumus :
Diketahui : Luas1 = 56 cm2& Berat sampel1 = 1,0001 gr
Luas2 = 51,5 cm2& Berat sampel2 = 1,0002 gr
Jawab :
LPS1 = Luas Berat = 56 1,0001 = 55,94 cm2/gr
LPS = Luas Berat
37
LPS2 = Luas Berat = 51,49 1,0002 = 51,49 cm2/gr
Maka didapatkan rata-rata = LPS1 + LPS2
2 = 55,94 + 51,49
2 = 53,72 cm2/gr
Menurut Rahardjo dkk (2004), luas permukaan spesifik merupakan pakan
pada suatu berat tertentu mempunyai luas permukaan tertentu pula. Khalil (1997)
menyatakan, luas permukaan spesifik adalah luas permukaan bahan pakan pada
berat tertentu. Peran luas permukaan spesifik untuk mengetahui tingkat kehalusan
dari bahan pakan tanpa diketahui distribusi ukuran kompos partikel secara
keseluruhan.
Praktikum luas permukaan spesifik dilakukan pada kertas milimeter blok
dengan meratakan pakan yang terletak diatas kertas milimeter, membentuk luasan
tertentu. Lalu dicari luasnya, kemudian dihitung luasnya. Permukaan spesifik
dengan membagi luas tersebut dengan 1 gr sampel. Hal tersebut dilakukan sampai
dua kali pengulangan, dimana pada setiap pengulangan pada praktikum rataan
luasnya membentuk persegi atau persegi panjang dengan luasan berkisar 55,94
cm2/gr dan 51,49 cm2/gr dengan rata-rata luas permukaan spesifik adalah 53,72
cm2/gr, dengan diketahui berapa luas permukaan spesifik bahan pakan, berarti
menunjukan seberapa halus bahan pakan tersebut atau bentuk apa pakan tersebut
dalam gramnya. Bahan pakan yang mempunya luas spesifik paling besar tiap
gramnya, berarti bahan pakan tersebut berbentuk halus, sedangkan yang luas
permukaanya kecil, maka bahan pakan tersebut dalam bentuk butiran atau kristal.
38
5.3. Analisis Proksimat
5.3.1. Analisis Kadar Air
Rumus :
Diketahui : X1 = 19,7970 gr , Y1 = 2,000 , Z1 = 21,5883 gr
KA= berat cawan + berat sampel – berat setelah oven x 100% Berat sampel
= 19,7970 + 2,000 – 21,5883x 100% 2,000 = 10,435 %
BK = 100 % - Kadar Air = 100 % - 10,435 % = 89,565 %
Penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan sampel dalam
oven pada suatu 105°C - 110°C selama tiga jam atau sampai didapat berat yang
konstan selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang
diuapkan. Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan
mengandung senyawa yang mudah menguap (Volatile) menggunakan cara
destilasi dengan pelarut tertentu (Sri dan Anna, 1989).
Praktikum penetapan kadar air kali ini memperoleh hasil 10,435 %. Bagi
tubuh ternak air berfungsi sebagai :
1) Pengatur suhu tubuh (thermoregulator) ;
2) Pelarut pada proes pencernaan dan metabolisme ;
3) Median transportasi ;
4) Pembentukan sel-sel tubuh ;
5) Media pda proses fisiologi.
Menurut Tri Raharjo (2002), menyatakan bahan pakan dapat disimpan jika
bahan pakan tersebut antara lain mengandung kadar air maksimal 14%, karena
kadar air yang cukup tinggi akan merusak kandungan nutrien dari bahan pakan
yang disebabkan terdegredasi oleh bakteri.
KA = berat cawan + berat sampel – berat setelah oven x 100% Berat sampel
39
5.3.2. Analisis Kadar Abu
Rumus :
Diketahui : Z = 19,9417 gr , Sampel = 2,000
Berat cawan kosong = 19,7970 gr
Kadar Abu = Berat setelah tanur (Z) – Berat cawan kosong x100% Berat sampel (Y)
= 19,9417 – 19,7970x 100% = 7,235% 2,000
Komponen abu dalam analisis proksimat tidak memberikan makanan yang
penting karena abu tidak memiliki pembakaran sehingga tidak menghasilkan
energi. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan
perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Meskipun abu termasuk ke
dalam golongan mineral, namun bervariasi kombinasi unsur mineral dalam
bahanpakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks
untuk menentukan jumlah untuk mineral tersebut. Kadar abu suatu bahan pakan
ditentukan dengan pembakaran bahan tersebut pada suhu tinggi (500 - 600°C).
Bahan organik yang di bakar pada suhu tinggi akan terbakar dan sisanya
merupakan abu (Suparjo, 2010).
Praktikum yang dilakukan dengan menggunakan metode kering, dimana
bahan pakan (Bekatul). Pengabuan dilakukan sampai warna sampel putih seperti
abu. Hal tersebut bertujuan agar bahan organik yang terdapat dalam sampel dapat
teroksidasi semua, sama seperti pendapat dari Suparjo (2005). Hasil yang
diperoleh pada saat kami praktikum adalah sebanya 7,235%.
Menurut Anggorodi (1979), zat-zat mineral sebagai suatu golongan dalam
bahan pakan atau jaringan hewan ditentukan dengan membakar zat organik dan
kemudian menimbang sisanya yang disebut abu. Penetuan demikian menjelaskan
mengenai zat khusus yang terdapat pada bahan pakan dan abunya dapat
mengandung karbon yang berasal dari zat organik sebagai karbonat bila terlalu
banyak mineral pembentuk bara.
Kadar Abu = Berat setelah tanur (Z) – Berat cawan (X) x 100% Berat sampel (Y)
40
5.3.3. Analisis Kadar Lemak Kasar
Rumus
Diketahui : Berat sampel = 1,000 gr
Oven pertama = 1,2789 gr
Oven kedua = 1,1589
Kadar Lemak := Oven pertama – Oven kedua x 100% Berat sampel
= 1,2789gr – 1,1589 gr x 100% = 12% 1,000
Dalam analisis proksimat senyawa ekstrak ether diperoleh setelah dilakukan
ekstraksi menggunakan pelarut lemak yang biasanya menggunakan ether. Ekstrak
ether adalah zat yang mengandung senyawa yang larut dalam ether, termasuh lipid
dan zat yang tidak mengandung asam lemak. Kandungan lemak suatu bahan
pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan
dalam tabung soxhlet dengan lemak menggunakan pelarut lemak, seperti ether,
kloroform atau benzena (Suparjo, 2010).
Praktikum kadar lemak ini menghasilkan perhitungan lemak bekatul sebesar
12%. Menurut Raharjo (2004), lemak kasar merupakan campuran beberapa
senyawa (lemak, minyak, lilin, asam organik, pigmen sterol, vitamin A D E K)
yang larut dalam pelarut lemak. Penentuan lemak kasar dapat ditentukan atau
dilakukan menurut sochlet (Metode langsung dan metde tidak langsung ) dimana
metode langsung berprinsip bahwa lemak dapat diekstraksi dengan ether atau
pelarut lemak lainnya. Menurut sochlet, bila pelarutnya diupkan maka yang
tertinggal adalah lemak kasar, sedangkan metode tidak langsung berprinsip
bahwa lemak tidak dapat diekstraksi dengan ether dan pelarut lainnya. Bahan
kering yang diekstraksikan dengan diethyl ether selama beberapa jam maka bahan
yang didapat adalah lemak dan ether akan menguap (Tillman, 1986).
Kadar Lemak = oven pertaman – oven kedua x100% berat sampel
41
5.3.4. Analisis Kadar Protein Kasar
Rumus :
Diketahui : ml titran = 1,59
N HCl = 0,1
Sampel = 0,1
Protein kasar = ml titran x N HCl x 0,014 x 6,25 x100%Sampel
= 1,59 x 0,1 x 0,014 x 6,25x 100%0,1
= 13,91%
Protein kasar merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam
penentuan produktifitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan
kandungan nitrogen bahan pakan metode kjeldhal yang kemudian dikali dengan
protein 6,25. Penentuan kadar protein melalui metode kjeldahl dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu :
1) Proses destruksi (Oksidasi)
Perubahan N – protein menjadi amonium sulfat ((NH4)2 SO4)). Proses destruksi
berfungsi untuk memecah ikatan N dalam bahan pakan menjadi amonium
sulfat kecuali ikatan N = N.
2) Proses destilasi (Penyulingan)
Berfungsi untuk menguapkan dan menangkap N oleh asam sulfat dalam labu
erlenmeyer.
3) Proses titrasi
Berfungsi untuk menangkap N dengan NaOH. Titrasi dihentikan bila warna
berubabah menjadi dari biru ke hijau.
(Suparjo, 2010)
Protein kasar = ml titran x N HCl x 0,014 x 6,25x100%Sampel
42
Praktikum kadar protein kasar dengan sampel bekatul memiliki kadar
protein yang cukup tinggi yaitu 13,91%. Menurut Soeharsono dkk (2005),
penggunaan tepung yang dikukus dalam ransum konsentrat dapat meningkatkan
konsumsi dan kecernaan protein kasar. Meningkatnya kecernaan PK, diduga
karena adaya peningkatan populasi mikroba rumen.
5.3.5. Analisis Kadar Serat Kasar
Rumus :
Diketahui : Y = 21,9155
Z = 21,1995
a = 0,6457
Sampel (X) = 1,0007
Serat Kasar = oven pertama - oven kedua - berat kertas x100% berat sampel
= 21,9155 – 21,1995 – 0,6457 x 100% 1,0007
= 0,0702x 100% = 7,02%1,0042
Serat kasar merupakan bagian karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi
yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium
hidroksida pada kondisi yang terkontrol.
Serat kasar yang terdapat dalam pakan sebagian besar tidak dapat dicerna
oleh ternak non ruminansia namun digunakan secara luas pada ternak ruminansia.
Sebagian besar berasal dari dinding sel tanaman dan mengandung selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Redisu yang tidak terlarut disebut serat kasar. Serat
kasar merupakan ukuran yang cukup baik dalam menentukan serat dalam sampel.
Ternak ruminansia fraksi ini sangat terbatas nilai nutrisinya sehingga pengukuran
serat kasar hanya merupakan pedoman proporsional dalam pakan yang digunakan
oleh ternak (Suparjo, 2010). Serat kasar yang kami peroleh saat praktikum dengan
bahan pakan bekatul adalah 7,02 %.
Serat kasar = oven pertama - oven kedua - berat kertas x100% berat sampel
43
5.4. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
Rumus:
Diketahui : ml NaOH = 3,77 gr
N NaOH = 0,1
Berat molekul asam lemak = 277 gr
Berat sampel = 7,05 gr
FFA = ml NaOH x N NaOH x Berat molekul asam lemak x 100%Berat sampel x 1000
= 3,77 x 0,1 x 277x 100% 7,05 x 1000
= 104,43 x 100% 7,05 x 1000
= 1,48%
Asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA) termasuk ke dalam kelompok
asam lemak tidak jenuh karena FFA memiliki rantai rangkap. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Harjasasmita (2006) yang menyatakn bahwa terdapat dua
macam asam lemak yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Menghitung FFA dapat dilakukan dengan cara titrasi cairan sampel yang
dicampur 25 ml alkohol dan indikator PP. Setelah itu, cairan sampel dipanaskan
sampai alkohol mendidih selama 10 menit. FFA yang diperoleh pada saat
praktikum adalah 1,48 %. Menurut Auruma dkk (2006), titrasi asam basa
dilakukan untuk menghitung presentase konversi asam lemak bebas. Methil ether
yang terbentuk dilakukan dengan digunakan kromatografi gas spektroskopi massa
dan kromatografi gas (KG).
Terdapat dua macam pemanasan pada saat melakukan penelitian pada angka
asam lemak bebas, yaitu pemanasan secara basah (Kukus) dan pemanasan secara
kering (oven). Pemanasan secara basah (Kukus) selama 30 menit pada suhu 90°C
menghasilkan asam lemak bebas 0,017% sedangkan pada minyak yang ditambah
asam sitrat sebesar 20 ppm menghasilkan asam lemak bebas 0,664% (Enny,
2008).
FFA = ml NaOH x N NaOH x Berat molekul asam lemak x 100%Berat sampel x 1000
44
Asam lemak bebas tidak mengurangi fungsi antioksidasi. Antioksidasi
tersebut melindungi lemak sama halnya melindungi asam. Asamnya terlalu
banyak asam lemak bebas, maka akan merusak mesin karena asam lemak akan
mudah bereaksi dengan bagian-bagian yang netral (Anggorodi, 1990).
Penggunaan asam lemak jenuh jangan sampai asam lemak menyentuh benda-
benda logam yang ada.
5.5. Analisis Gross Energy (GE)
Keterangan :
ta = Suhu awal
tc1= Awal pembakaran
tc = Akhir pembakaran (suhu tertinggi)
E1= Volume air cucian x ml titrasi 10
E2 = (Panjang kawat – sisa kawat) x 2,3
E3 = Berat kertas
r1= tc1– ta 5Tb = 0,6 x (Ta = Tc)
Ta = 5 (ketepatan)
Tc = Jumlah pembakaran
Tc = ½ x kolom tc
Diketahui : Sisa kawat = 6,7 cm
SampelTa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bekatul 27,18 √ √ √ √ √ √ √ √ √
SampelTc
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bekatul 27,27 27,56 27,66 27,76 27,81 27,83 27,84 √ √ √
45
Air cucian = 59 ml
ml titrasi = 0,18 ml
Jadi , didapatkan : ta = 27,18 oc
tc1= 27,27 oc
tc = 27,84 oc
E1= 59 x 0,18 10 = 1,062 ml
E2 = (12 – 6,7) x 2,3 = 12,19 cm
E3 = 0,2262 gr r1 = 27,27– 27,26
5 = 0,002
Tb = 0,6 x (5+7) = 7,2
T = (tc – ta) – r1 x |Ta – Tb| = (27,84 – 27,26) – 0,002 x |5 – 7,2| = 0,536
Hg = (2423 x T) – (E1 – E2 – E3) BK x berat sampel = (2423 x 0,536) – (1,062 – 12,9 – 0,2262) 0,8956 x 0,5002
= 2869,347 kkal
Menurut Rajardjo (2004), bila suatu nutrien bahan organik dibakar
sempurna sehingga menghasilkan oksida, maka panas yang akan dihasilkan
disebut energi bruto, untuk menentukan besarnya eneri bruto dapat menggunakan
bomb kalorimeter. Besarnya energi bahan pakan tidak sam, tergantung dari
macam nutrien yang dikandung.
46
Analisis kimia untuk menetapkan energi bruto pada bahan pakan dengan
prosedur ADAC (1990). Praktikum dengan sampel bekatul sebanyak 0,5 gr.
Setelah bahan pakan dibakar, maka akan didapatkan abu dari sampel tersebut.
Saat pembakaran, suhu awal da suhu akhir dicatat, dimana suhu awal adalah
27,18°C dan suhu akhir 27,84°C, lalu dilakukan perhitungan, maka diperoleh
kadar energi untuk bahan pakan bekatul sebesar 2869,347 kkal/gr.
Energy total (Gross Energy) makanan adalah jumlah energi kimia yang ada
dalam makanan dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur
jumlah panas yang dihasilkan. Panas akan diketahui sebagi sumber energi total
atau panas pembakaran dari makanan. Bomb kalorimeter digunakan untuk
menentukan energi total dan sampel makanan dipijarkan dengan aliran listrik.
Panas yang dihasilkan dihitung dengan kenaikan temperatur air dan berat serta
panas spesifik dai alat bomb dan air. Metode ini dipakai untuk energi tobal
makanan dan produk ekstretori (Tillman, 1989).
47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1) Bahan pakan terbagi menjadi dua yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan terdiri
dari gramineae, leguminosa, ramban atau browse sebagai sumber serat dan
protein dan limbah pertanian.
2) Fungsi dan cara kerja dari setiap alat berbeda-beda tergantung kegunaannya,
seperti menimbang, menyaring, mengukur volume, cara penggunaan buret,
melarutkan zat padat, pengeringan, pemijaran dan pengabuan.
3) Uji fisik bahan pakan dilakukan karena bahan pakan mempunyai kondisi fisik
kimia yang berbeda sehingga dalam penaanganan pengolahan maupun
penyimpanan memerlukan perlakuan yang berbeda.
4) Analasi proksimat digunakan untuk mengukur atau analisis kadar air, kadar
abu, lemak kasar, serat kasar dan protein kasar
5) Free Fatty Acid adalah asam lemak bebas yang tidak tergabung dengan gliserol
lemak yang kadar asam lemak bebasnya tinggi akibat hidrolisis tetapi tidak
menurunkan nilai gizinya.
6) Energi bruto adalah banyaknya panas yang lepas kalau suatu zat oksidasi
sempurna dalam suatu bomb kalorimeter.
6.2. Saran
1) Praktikan harus lebih teliti dalam mengamati alat dan bahan yang telah
disediakan, teliti dalam mengukur uji fisik, analisi proksimat, FFA, dan Gross
energy, sehingga diperoleh hasil yang optimal dan tidak terjadi kesalahan saat
praktikum.
2) Hendaknya asisten ketika memberikan penjelaskan materi ataupun cara
kerjanya memberikan keterangan yang jelas sehingga praktikan tidak kesulitan
atau binggung dan kesalahan dalam mengukur dapat diminimalisir.