Download - Interpretive structural modeling
Interpretive Structural Modeling Interpretive Structural Modeling ( ISM) ( ISM)
File : Format = pptFile : Format = ppt
Source : azies-site.blogspot.comSource : azies-site.blogspot.com
Link Download: slidshare.net/azies.ITLink Download: slidshare.net/azies.IT
Email: Email: [email protected]
Facebook: www.facebook.com/Azies.ITFacebook: www.facebook.com/Azies.IT
Studi tentang:Studi tentang:Sistem yang kompleks :Sistem yang kompleks :
Sistem Pengembangan AgroindustriSistem Pengembangan Agroindustri Konservasi EnergyKonservasi Energy Sistem Pembangunan Yang BerkelanjutanSistem Pembangunan Yang Berkelanjutan dlldll
Memerlukan suatu pemahaman yang utuh tentang sistem yang dikaji Memerlukan suatu pemahaman yang utuh tentang sistem yang dikaji (seringkali dilakukan secara intuitif)(seringkali dilakukan secara intuitif)
Interpretive Structural Modeling Interpretive Structural Modeling ( ISM)( ISM)
Metodologi untuk menggambarkan Struktur dari Sistem Yang Dikaji.
Identifikasi seperti apa Struktur yg ada di dalam suatu Sistem merupakan kontribusi yg besar utk “menangani” sistem secara efektif dan
memberikan sumbangan yg berarti dalam proses pengambilan keputusan
StrukturStruktur : : Menggambarkan pengaturan dari elemen-elemen dan Menggambarkan pengaturan dari elemen-elemen dan
hubungan antar elemen dalam membentuk suatu hubungan antar elemen dalam membentuk suatu sistem.sistem.
Suatu struktur belum tentu memberikan penjelasan Suatu struktur belum tentu memberikan penjelasan tentang objek yang terikat didalam sistem atau tentang objek yang terikat didalam sistem atau memberikan penjelasan tentang sistem yang dikaji.memberikan penjelasan tentang sistem yang dikaji.
Interpretive Structural ModelInterpretive Structural Model: : berkenaan dengan interpretasi berkenaan dengan interpretasi dari hubungan antar elemen dari suatu sistem yang didasarkan atas dari hubungan antar elemen dari suatu sistem yang didasarkan atas hubungan kontekstualhubungan kontekstual tertentu. tertentu.
Interpretive Structural Modeling (ISM)Interpretive Structural Modeling (ISM): : as a process that transform unclear, poorly articulated mental as a process that transform unclear, poorly articulated mental
models of system models of system into into visible, well-defined models useful for many visible, well-defined models useful for many purpose.purpose.
Dikembangkan pertama kali oleh J.N., Warfield (1971).Dikembangkan pertama kali oleh J.N., Warfield (1971). Berkembang:Berkembang:
Flexible ISMFlexible ISM Fuzzy Structural Modeling.Fuzzy Structural Modeling.
Is a computer-assisted technique to help individuals and groups Is a computer-assisted technique to help individuals and groups understand and communicate effectively about complex systemsunderstand and communicate effectively about complex systems
Aplikasi ISMAplikasi ISM
Strukturisasi Perencanaan Program Strukturisasi Perencanaan Program Pendidikan TinggiPendidikan Tinggi
Strukturisasi Rencana Program Strukturisasi Rencana Program Conservasi Enersi pada Industri SemenConservasi Enersi pada Industri Semen
Strukturisasi Managemen Limbah.Strukturisasi Managemen Limbah.Strukturisasi Kualitas Sistem InformasiStrukturisasi Kualitas Sistem Informasi dlldll
Hubungan KontekstualHubungan Kontekstual
Jenis Hub. Kontekstual:Jenis Hub. Kontekstual: PengaruhPengaruh Membantu Membantu KontribusiKontribusi KepentinganKepentingan MendorongMendorong
Sifat Hub. Kontekstual:Sifat Hub. Kontekstual: Reflexive, Irreflexive, Reflexive, Irreflexive,
Mesoreflexive.Mesoreflexive. Symmetric, Symmetric,
Assymmetric, Assymmetric, MesosymerricMesosymerric
Transitive, Intransitive, Transitive, Intransitive, Mesotransitive.Mesotransitive.
Interpretasi dan Sintesa
Sistem Yg Dikaji
Property Logical ConditionReflexive An element always relates to itselfIrreflexive An element cannot relate to itselfMesoreflexive An element may or may not relate to itself
Symmetric If Si relates to Sj, Sj relate to Si
Asymmetric If Si relates to Sj, Sj cannot relate to Si
Mesosymmetric If Si relates to Sj, Sj may or may not relate to Si
Transitive For all ordered pairs where Si relate to Sj, and Sj
relate to Sk, then Si relate to SkIntransitive For all ordered pairs where Si relate to Sj, and Sj
relate to Sk, then Si cannot relate to SkMesotransitive For all ordered pairs where Si relate to Sj, and Sj
relate to Sk, then Si may or maynot relate to Sk
Nama ElemenNama Elemen Hubungan KontekstualHubungan Kontekstual
Kebutuhan Kebutuhan sub-elemen kebutuhan yang satu mendukung sub-elemen kebutuhan yang satu mendukung terpenuhinya sub-elemen kebutuhan yang terpenuhinya sub-elemen kebutuhan yang lain lain
Kendala/Masalah Kendala/Masalah sub-elemen kendala yang satu menyebabkan sub-elemen kendala yang satu menyebabkan sub-elemen kendala yang lain sub-elemen kendala yang lain
PerubahanPerubahan sub-elemen perubahan yang satu sub-elemen perubahan yang satu menyebabkan atau mendorong sub-elemen menyebabkan atau mendorong sub-elemen perubahan yang lain.perubahan yang lain.
TujuanTujuan sub-elemen tujuan yang satu memberikan sub-elemen tujuan yang satu memberikan kontribusi tercapainya sub-elemen tujuan kontribusi tercapainya sub-elemen tujuan yang lain. yang lain.
Indikator/Ukuran Indikator/Ukuran sub-elemen indikator pencapaian tujuan sub-elemen indikator pencapaian tujuan pengembangan yang satu memberikan pengembangan yang satu memberikan kontribusi terhadap sub-elemen indikator kontribusi terhadap sub-elemen indikator yang lain.yang lain.
KegiatanKegiatan sub-elemen kegiatan pengembangan yang satu sub-elemen kegiatan pengembangan yang satu mendukung sub-elemen kegiatan yang lain.mendukung sub-elemen kegiatan yang lain.
Pelaku Pelaku sub-elemen pelaku yang satu dalam sub-elemen pelaku yang satu dalam pengembangan perlu mendapat dukungan pengembangan perlu mendapat dukungan sub-elemen pelaku yang lain.sub-elemen pelaku yang lain.
Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri
1. Meningkatkan pendapatan petani atsiri (t-1)2. Meningkatkan pendapatan usaha industri ekstraksi (t-2)3. Meningkatkan produktivitas industri ekstraksi (t-3)4. Meningkatkan nilai tambah bahan / produk minyak atsiri (t-4).5. Meningkatkan posisi tawar usaha industri ekstraksi (t-5).6. Meningkatkan kualitas produk minyak atsiri (t-6).7. Meningkatkan lapangan kerja (t-7).8. Meningkatkan akses dan kemudahan permodalan usaha (t-8).9. Meningkatkan pendapatan daerah (t-9).10.Meningkatkan jaminan pasokan bagi industri hilir m. atsiri (t-10).11.Meningkatkan jumlah dan nilai ekspor minyak atsiri (t-11).12.Meningkatkan iklim usaha dan investasi industri m.atsiri (t-12).
Sub-Elemen Tujuan Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri
Strukturisasi PengembanganStrukturisasi Pengembangan
Analisis Hubungan Kontekstual
antar Elemen Perubahan/Tujuan, Kebutuhan,
Dan Kendala
MetodeInterpretive Structural Modellng
Struktur Hirarki ElemenElemen Kunci Pengelompokan Elemen
Tahapan/Langkah ISMTahapan/Langkah ISM
Penentuan Elemen dan Sub-elemen dari Sistem &
Jenis hubungan Kontekstual
Tujuan dan Output dari
Kajian
Mental Process
Studi PustakaDiskusi
Brain StormingSurvey Pakar
Penentuan Tingkat Hubungan Kontekstual
antar Elemen/Sub-elemen
Expert survey/Kuesioner
Structured Self-Interaction Matrix (SSIM)
Transformasi SSIM keReachability Matrix (RM)
RMTransitive
?
Modifikasi SSIM
Reachability Matrix (RM)
SSIM Revised
Ya
X
structural information of a mental model
Sub-Elemen Kendala ke- i yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian
1.
Ke
tida
kpa
stia
n n
ilai t
uka
r m
ata
ua
ng
2.
Le
ma
hn
ya k
oo
rdin
asi
pira
nti
keb
ijaka
n p
em
erin
tah
(ca
da
ng
an
de
visa
, su
ku b
un
ga
, fis
kal d
an
de
reg
ula
si)
3.
Ke
terg
an
tun
ga
n y
an
g t
ing
gi t
erh
ad
ap
pin
jam
an
lua
r n
eg
eri
da
lam
an
gg
ara
n r
utin
da
n p
em
ba
ng
un
an
ne
ga
ra
4.
Tin
gg
inya
be
ba
n b
iaya
re
kap
italis
asi
pe
rba
nka
n
5.
Pe
ne
rima
an
su
mb
er
pe
mb
iaya
an
da
lam
ne
ge
ri
yan
g b
elu
m o
ptim
al
6.
Ke
pa
stia
n p
en
eg
aka
n h
uku
m
7.
Pe
ng
aw
asa
n d
an
pro
ses
au
dit
8.
Ke
ma
mp
ua
n p
ela
ku e
kon
om
i un
tuk
me
mp
erh
itun
gka
n r
esi
ko
9.
Re
nd
ah
nya
ga
ji p
eg
aw
ai n
eg
eri
sip
il (P
NS
)
10
. A
sim
etr
i in
form
asi
11
. K
eru
saka
n li
ng
kun
ga
n d
an
me
lua
snya
lah
an
krit
is
1. Ketidakpastian nilai tukar mata uang
2. Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah (cadangan devisa,suku bunga, fiskal dan deregulasi)
3. Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman luar negeri dalamanggaran rutin dan pembangunan negara
4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan
5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri yang belum optimal
6. Kepastian penegakan hukum
7. Pengawasan dan proses audit
8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk memperhitungkan resiko
9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)
10. Asimetri informasi
11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis
2. Matrik Hubungan Kontekstual (Tingkat Pengaruh/Penyebab) antar Sub-Elemen Kendala yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian Nasional
Sub-Elemen Kendala ke- j yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian
Hubungan Kontekstual (contextual relationship)
– V : kendala (1) mempengaruhi kendala (2), tetapi tidak sebaliknya.
– A : kendala (2) mempengaruhi kendala (1), tetapi tidak sebaliknya.
– X : kendala (1) dan kendala (2) saling mempengaruhi .
– O : kendala (1) dan kendala (2) tidak saling mempengaruhi.
• V: eij = 1; eij = 0
• A: eij = 0; eij = 1
• X: eij = 1; eij = 1
• O: eij = 0; eij = 0
Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai
Sub-Elemen Tujuan ke- i T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
T1 X V V A O X X V V A
T2 X V O V A X X A O
T3 X X X O A X V V
T4 X V V O A A V
T5 X X V X O O
T6 X V V O X
T7 X V V O
T8 X V X
T9 X V
T10 X
Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai
Sub-Elemen Tujuan ke- i T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
T1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
T2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
T3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1
T4 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
T5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0
T6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1
T7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0
T8 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
T9 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
T10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1
SSIM (Structural Self- Interaction Matrix)
RM (Reachability Matrix)
RM: Binary matrix bujur sangkar yg bersifat:
Reflexive dan
Transitive.
• V: eij = 1; eij = 0• A: eij = 0; eij = 1• X: eij = 1; eij = 1• O: eij = 0; eij = 0
X
Penentuan Level Setiap Elemen/
Sub-elemen
Perhitungan Driver – Dependency
Matrix ELemen/Sub-elemen
Perhitungan Rank Driver Power
ELemen/Sub-elemen
Struktur HirarkiElemen/sub-elemen
Kelompok Elemen/sub-elemen
Berdasarkan Driver Power &
Level dependency
Elemen/sub-elemenKunci
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 Driv
er P
ower
Ran
ks
T1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 1T2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 5 3T3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 6 2T4 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 2T5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 6 2T6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 1T7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 6 2T8 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 1T9 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 4 4T10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 4 4Dependency 5 7 7 4 6 5 5 8 5 6Ranks 4 2 2 5 3 4 4 1 4 3
T8
T3T2
T10T5
T6T1 T9T7
T4
Level -1
Level -2
Level -3
Level -4
Level -5
Struktur Hirarki Hubungan Antar Sub-Elemen Tujuan
ELEMEN KUNCI
t1;t2;t3;t4;t5;t7;t8;t10,t11
Elemen Kebutuhan untuk Renovasi Perekonomian
1. Kinerja ekonomi makro dengan komposisi yang tepat
2. Peningkatan pengembangan dan kinerja sektor riil berbasis sumberdaya nusantara
3. Restrukturisasi sektor moneter/finansial
4. Peran serta Masyarakat
5. Aksesibilitas dan alokasi sumber daya ekonomi yang adil
6. Penggunaan dan penerapan teknologi tepat sasaran
7. Kelembagaan pemerintah dan kepemimpinan nasional yang handal
8. Effektifitas hukum dan peradilan ekonomi
9. Pengembangan prasarana pembangunan/infrastruktur
10. Kelestarian lingkungan hidup dalam pembengunan berkelanjutan
11. Perluasan lapangan kerja
S4S3 S11
S1
S2
Elemen Kendala Renovasi Perekonomian
1. Ketidakpastian nilai tukar mata uang
2. Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah (cadangan devisa, suku bunga, fiskal dan deregulasi)
3. Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman luar negeri dalam anggaran rutin dan pembangunan negara
4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan
5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri yang belum optimal
6. Kepastian penegakan hukum
7. Pengawasan dan proses audit
8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk memperhitungkan resiko
9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)
10. Asimetri informasi
11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis
S11S9
S1
S1 S1S2 S8 S10
Kebutuhan:
1. Pengembangan Kelembagaan Usaha
2. Pembinaan Pelaku Usaha
Kendala:
Usaha Tani yang tersebar dan skala yang kecil.
SistemPengembanganIndustri Minyak
Atsiri
Perubahan:
1. Sub-elemen Proksi:
• Teknologi dan skala usaha budidaya
• Ketersediaan dan Mutu Bahan Baku
• Perluasan Pasar Ekspor
2. Teknologi Ekstraksi
3. Iklim Usaha
Kegiatan:
Pengembangan dan Aplikasi paket Teknologi Usaha Tani
Indikator:
1. Meningkatnya produk yg diserap pasar
2. Meningkatnya rendemen ekstraksi
3. Meningkatnya kemudahan memperoleh modal usaha.
Pelaku:
• Petani Atsiri
• Pengusaha Ekstraksi
• Industri Hilir Atsiri
TUJUAN:
1. Meningkatnya iklim usaha dan Investasi
2. Meningkatnya akses dan kemudahan dalam permodalan usaha:
Sub-Elemen Kunci pada setiap Elemen Sistem
AnalisisAnalisis PengembanganPengembangan KemitraanKemitraan
*) Strukturisasi Pengembangan*) Faktor Penentu Pengembangan
*) Alternatif Model Pengembangan
• Aspek Perubahan yg diinginkan/tujuan yang ingin dicapai• Aspek Kebutuhan stakeholder yang ingin dipenuhi.• Aspek Kendala yg dihadapi dlm pengembangan kemitraan
Strukturisasi PengembanganStrukturisasi Pengembangan
Penjaringan data/informasi:• Survey lapang & Focused Group Discussion
Elemen Perubahan yg diinginkan /tujuan yg dicapai
• Meningkatnya nilai harga jual Bokar di tingkat petani (T-1)• Posisi tawar antara Petani dan Industri Karer Remah yang lebih seimbang (T-2)• Transaksi antara Petani dan Industri Karet Remah yang lebih mudah dan murah (T-3),• Komitmen yang lebih baik terhadap kesepakatan yang terjalin dalam program kemitraan (T-4),• Kemitraan berlangsung lebih langgeng (T-5),• Kemitraan yang lebih mandiri (T-6)• Meningkatnya volume transaksi Bokar antara Petani dan Industri Karet Remah (T-7), dan • Meningkatnya mutu Bokar (T-8).
Strukturisasi PengembanganStrukturisasi Pengembangan
Penjaringan data/informasi:• Survey lapang & Focused Group Discussion
Elemen Kebutuhan Stakeholder
• Diperolehnya harga Bokar yang lebih wajar (N-1),• Transparansi dan informasi harga yang lebih baik (N-2),• Proses transaksi yang lebih “fair”, transparan, dan sederhana (N-3),• Biaya transaksi yang labih murah (N-4),• Volume transaksi yang cukup signifikan bagi kebutuhan pabrik (N-5),• Mutu Bokar yang lebih baik dan terjamin dengan harga yang sesuai mutu (N-6), • Diperolehnya bantuan kredit untuk kebutuhan Saprodi yang lebih mudah (N-7),• Diperolehnya jaminan pasokan dan pasar Bokar yang lebih pasti (N-8).
Strukturisasi PengembanganStrukturisasi Pengembangan
Penjaringan data/informasi:• Survey lapang & Focused Group Discussion
Elemen Kendala Pengembangan
• Lemahnya Kelembagaan Petani Karet (K-1),• Keengganan Industri Karet Remah untuk bermitra (K-2),• Ketergantungan petani yang tinggi kepada Pedagang Pengumpul (K-3),• Industri Karet Remah lebih suka bertransaksi dengan pedagang (K-4),• Volume transaksi dengan petani mitra yang rendah (K-5),• Toleransi Industri Karet Remah dalam menerima Bokar dengan mutu yang beragam/rendah (K-6),• Apresiasi harga terhadap mutu Bokar yang lebih baik (K-7),• Proses dan mekanisme penetapan mutu Bokar (K-8).
T-5 T-6 T-7
T-1 T-2 T-3 T-4 T-8
Level-1
Level-2
Struktur Hirarki Elemen Tujuan
N-5 N-8
N-1 N-2 N-3 N-4 N-6
Level-1
Level-2
Struktur Hirarki Elemen Kebutuhan
N-7
K-2 K-3 K-4 K-5 K-6
K-1
K-7 K-8
Struktur Hirarki Elemen Kendala
Level-3
Strukturisasi Strukturisasi PengembanganPengembangan
No. Aspek Elemen Kunci / Elemen Dgn "Driver Power" yg tinggi
1 Perubahan / Tujuan yang diinginkan.
T-1: Meningkatnya nilai harga jual Bokar di tingkat petani,
T-2: Posisi tawar antara Petani dan Industri Karer Remah yang lebih seimbang
T-3. Transaksi antara Petani dan Industri Karet Remah yang lebih mudah dan murah.
T-4: Komitmen yang lebih baik terhadap kesepakatan yang terjalin dalam program kemitraan
T-8:. Meningkatnya mutu Bokar
2 Kebutuhan N-8: Diperolehnya bantuan kredit untuk kebutuhan Saprodi yang lebih mudah
N-1: Diperolehnya harga Bokar yg lebih wajar
N-2: Transparansi dan informasi harga yg lebih baik
N-3: Proses transaksi yg lebih "fair", transparan, dan sederhana
N-4: Biaya transaksi yg lebih murah
N-6: Mutu Bokar yg lebih baik dan terjamin dg harga yg sesuai mutu
3 Kendala
K-1:Lemahnya kelembagaan petani Bokar.
K-2: Keengganan Industri Karet remah untuk bermitra
K-3: Ketergantungan petani yg tinggi kpd pedagang pengumpul
K-4: Industri lebih suka bertransaksi dengan pedagang
K-5: Volume transaksi dgn petani yg rendah
K-6: Toleransi Industri dlm menerima Bokar dgn mutu yg beragam /rendah
K-7: Apresiasi harga thd mutu Bokar
K-8: Proses dan penetapan mutu Bokar.
Analisis Hubungan Kontekstual
antar Elemen Perubahan/Tujuan, Kebutuhan,
Dan Kendala
MetodeInterpretive Structural Modellng
Struktur Hirarki ElemenElemen Kunci Pengelompokan Elemen
Faktor-faktor Pengembangan
Analisis Tingkat Kepentingan Faktor
Dgn Analytical Hierarchy Process
Faktor Penentu Pengembangan
Bobot kepentingan Faktor Penentu Pengembangan Kemitraan
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
No.Faktor
Bob
ot
1.1. 5.2. 7.2. 1.3. 3.0. 6.1. 8.2. 5.1. 6.2. 4.2. 8.1. 6.3.
2.1. 7.1. 2.2. 4.3. 4.1. 1.2.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.1.
5.2.
7.2.
1.3.
3.0.
6.1.
8.2.
5.1.
6.2.
4.2.
8.1.
6.3.
2.1.
7.1.
2.2.
4.3.
4.1.
1.2.
Bobot Agregat Kumulatif
Aspek/ Faktor Aspek/ Faktor
KelembagaanKelembagaan 1.1. Lembaga Ekonomi petani Bokar yg kuat 1.1. Lembaga Ekonomi petani Bokar yg kuat (1)(1)
1.2. Keberadaan dan peran Lembaga 1.2. Keberadaan dan peran Lembaga Mediator/PembinaMediator/Pembina
1.3. Kesetaraan Posisi (4)1.3. Kesetaraan Posisi (4)
Yuridis FormalYuridis Formal 2.1. Perjanjian tertulis ttg hak dan kewajiban2.1. Perjanjian tertulis ttg hak dan kewajiban
2.2. Kesepakatan tidak tertulis2.2. Kesepakatan tidak tertulis
Volume TransaksiVolume Transaksi 3.0. Volume transaksi yang ekonomis (5)3.0. Volume transaksi yang ekonomis (5)
Mekanisme Mekanisme TransaksiTransaksi
4.1. Proses transaksi yg mudah dan murah4.1. Proses transaksi yg mudah dan murah
4.2. Jaminan pasar dan pasokan (10)4.2. Jaminan pasar dan pasokan (10)
4.3. Sistem pembayaran yang cepat dan 4.3. Sistem pembayaran yang cepat dan sederhanasederhana
Aspek/ Faktor Aspek/ Faktor
Mutu Bokar:Mutu Bokar: 5.1. Mutu (standar mutu) bokar yang 5.1. Mutu (standar mutu) bokar yang ditransaksikan (8)ditransaksikan (8)
5.2. Insentif harga terhadap mutu (2)5.2. Insentif harga terhadap mutu (2)
Transparansi/Transparansi/AksessibilitasAksessibilitas
6.1. Transparansi Penetapn 6.1. Transparansi Penetapn Mutu/KKK (6)Mutu/KKK (6)
6.2. Transparansi Penetapan Harga 6.2. Transparansi Penetapan Harga (9)(9)
6.3. Aksessibilitas Informasi Harga6.3. Aksessibilitas Informasi Harga
Kelembagaan Kelembagaan Tataniaga Tataniaga AlternatifAlternatif
7.1. Pedagang Pengumpul7.1. Pedagang Pengumpul
7.2. Pasar Lelang (3)7.2. Pasar Lelang (3)
PembinaanPembinaan 8.1. Pembinaan bagi Lembaga 8.1. Pembinaan bagi Lembaga Ekonomi Petani Bokar (11)Ekonomi Petani Bokar (11)
8.2. Dukungan bantuan /kredit 8.2. Dukungan bantuan /kredit permodalan dan Saprodi (7)permodalan dan Saprodi (7)