Download - Interaksi Obat Choirul Umam 122210101046
Tugas Farmakologi
INTERAKSI OBAT
1. Interaksi Farmakokinetik
a. Jenis Interaksi
Interaksi farmakokinetik kombinasi obat Parasetamol dan Fenilpropanol
Hidroklorida sebagai komponen obat flu
b. Metode Penelitian
Bahan baku parasetamol dan fenilpropanolamin hidroklorida dilakukan pengujian
klinik terhadap enam orang sukarelawan yang meliputi pengujian terhadap SGOT
dan SGPT, kadar kreatinin serum, kadar gula darah, dan darah rutin dengan
metode three way crossover
Sukarelawa
n
Periode I Periode II Periode III
1-2 Parasetamol
500 mg
Kombinasi
Parasetamol 500
mg dan PPA HCl
50 mg
Fenilpropanolamin
HCL 50 mg
3-4 Fenilpropanolamin
HCL 50 mg
Parasetamol
500 mg
Kombinasi
Parasetamol 500
mg dan PPA HCl
50 mg
5-6 Kombinasi
Parasetamol 500 mg
dan PPA HCl 50 mg
Fenilpropanolamin
HCL 50 mg
Parasetamol
500 mg
c. Hasil Penelitian
Hasil penetapan parameter farmakokinetik dari kedua obat baik tunggal maupun
kombinasi menunjukkan nilai tetapan absorpsi (ka) tidak berbeda secara
bermakna, artinya pemberian secara bersamaan (kombinasi) antara parasetamol
dan fenilpropanolamin hidroklorida tidak mempengaruhi kecepatan absorpsi
masing-masing obat yang diberikan secara tunggal.
Hasil Uji t-student Pasangan Sepadan terhadap Pemberian Parasetamol 500 mg
(Tunggal) dengan Pemberian Parasetamol 500 mg dan Fenilpropanolamin
Hidroklorida 50 mg (Kombinasi) secara Oral
Hasil Uji t-student Pasangan Sepadan terhadap Pemberian Fenilpropanolamin
Hidroklorida 50 mg (Tunggal) dengan Pemberian Fenilpropanolamin
Hidroklorida 50 mg dan Parasetamol 500 mg (Kombinasi) secara Oral
Perbedaan waktu paruh eliminasi dari seluruh tubuh (t½β) untuk parasetamol
antara pemberian tunggal dan kombinasi, tidak bermakna secara statistik dengan
metode uji t-student pasangan sepadan pada aras keberartian (p) 0,05. Akan tetapi
untuk nilai t½β dari fenilpropanolamin hidroklorida berbeda secara bermakna
antara nilai t½β fenilpropanolamin hidroklorida yang diberikan secara tunggal
(rata-rata 6,99 jam) dan yang diberikan secara kombinasi dengan pemberian
parasetamol (rata-rata 10,60 jam). Dengan demikian pemberian secara bersamaan
antara parasetamol dosis 500 mg dan fenilpropanolamin hidroklorida dosis 50 mg,
mempengaruhi waktu paruh eliminasi fenilpropanolamin hidroklorida yakni
menjadi lebih lama, sedangkan pada parasetamol tidak berpengaruh.
Oleh karena itu pemberian secara bersamaan (kombinasi tetap) dari parasetamol
dan fenilpropanolamin hidroklorida berpengaruh terhadap nilai-nilai parameter
atau profil farmakokinetik dari masing-masing obat tersebut. Sehingga diperlukan
adanya pengkajian lebih lanjut untuk menentukan frekuensi pemakaian dan dosis
dari kedua obat tersebut apabila diberikan sebagai kombinasi tetap, sebagaimana
terdapat dalam obat flu atau obat batuk yang banyak beredar di Indonesia.
d. Kesimpulan
Pemberian kombinasi parasetamol dosis 500 mg dan fenilpropanolamin
hidroklorida dosis 50 mg secara oral pada enam orang sukarelawan
mempengaruhi profil farmakokinetik masing-masing obat yang diberikan secara
tersendiri/tunggal. Pada profil farmakokinetik parasetamol yang diberikan secara
kombinasi dengan fenilpropanolamin HCl menunjukkan nilai kadar puncak
(Cmaks) dan Luas Area di bawah Kurva (AUC0-∞) lebih kecil dari pada nilai
Cmaks dan AUC0-∞ dari parasetamol yang diberikan secara tersendiri/ tunggal.
Sedangkan pada profil farmakokinetik fenilpropanolamin HCl yang diberikan
secara kombinasi dengan parasetamol juga menunjukkan nilai Cmaks dan AUC 0-
∞ yang lebih kecil serta nilai waktu paruh eliminasi dari tubuh (t½β, ) yang lebih
besar dari pada nilai Cmaks, AUC 0-∞, dan t½β dari fenilpropanolamin HCl yang
diberikan secara tersendiri/tunggal
2. Interaksi farmakodinamika
a. Jenis Interaksi
Interaksi farmakodinamika obat antihipertensi antara furosemid dan kaptropil
b. Metode penelitian
Sumber data pada penelitian ini adalah data pengobatan pada rekam medis pasien
hemodialisis yang mendapat obat antihipertensi di bangsal hemodialisis Rumah
Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode 2010 dengan data
yang diperoleh dianalisis dan disajikan secara diskriptif untuk mengetahui jumlah
pasien, pola pengobatan antihipertensi, jumlah pasien hemodialisis yang
mengalami kejadian interaksi obat antihipertensi, dan kajian interaksi obat
antihipertensi berdasarkan onset, severity, dan signifikansi.
c. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan jenis obat yang sering berinteraksi dengan obat lain
pada pasien hemodialisis di bangsal rawat inap RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta adalah furosemid dan kaptopril.
menunjukkan bahwa obat yang paling sering berinteraksi dengan obat lain yaitu
furosemid dan kaptopril. Hal tersebut dikarenakan furosemid merupakan diuretik
yang menjadi terapi utama untuk pasien gagal ginjal dan merupakan obat yang
memerlukan kontrol dosis yang tepat sehingga dengan penggunaan dosis yang
tidak tepat dapat mempengaruhi kerja obat. Sedangkan kaptopril adalah obat
antihipertensi first line untuk gagal ginjal karena kaptopril terdialisis oleh proses
hemodialisis sehingga monitoring perlu pada penggunaan kaptopril pertama kali
pada dosis inisial.
d. Kesimpulan
Mekanisme interaksi terbanyak yaitu farmakodinamik 37 kasus (62,71%) dari
total 59 kejadian yang mengalami interaksi obat dengan obat antihipertensi yang
sering berinteraksi pada pasien hemodialisis di bangsal rawat inap RSU PKU
Muhammadiyah pada periode tahun 2010 yaitu furosemid dan kaptopril.
3. Interaksi obat-herbal
a. Jenis Interaksi
Interaksi efek analgesika kombinasi perasan buah mengkudu dengan Parasetamol
b. Metode Penelitian
Studi eksperimental dengan pendekatan posttest-only with control group design.
Penelitian ini terdiri dari 6 kelompok perlakuan, dan setiap kelompok terdiri dari 5
ekor mencit.
Masing-masing kelompok diberi perlakuan sebagai berikut:
I : Aquadest 0,5 ml (kontrol negatif)
II : Mengkudu 0,042 mg/g BB (kontrol positif)
III : Parasetamol 0,065 mg/g BB (kontrol positif)
IV : Parasetamol (0,01625 mg/g BB) + Perasan buah mengkudu (0,042 mg/g BB)
V : Parasetamol (0,0325 mg/g BB) + Perasan buah mengkudu (0,042 mg/g BB)
VI : Parasetamol (0,065 mg/g BB) + Perasan buah mengkudu (0,042 mg/g BB)
c. Hasil Penelitian
Diperoleh data rata-rata waktu reaksi nyeri mencit dalam 5 kali
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata waktu reaksi nyeri yang paling
lama adalah kelompok perlakuan VI yaitu 11,74 detik, dan yang memiliki rata-
rata waktu reaksi nyeri paling singkat adalah kelompok perlakuan I yaitu 5,36
detik. Pada kelompok perlakuan II rerata waktu reaksi nyeri lebih lama
dibandingkan dengan kelompok perlakuan I (8,02 detik > 5,28 detik). Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian perasan buah mengkudu secara tunggal memiliki
efek analgesik pada mencit.
d. Kesimpulan
Kombinasi antara berbagai parasetamol dengan perasan buah mengkudu memiliki
efek analgesik yang lebih baik dibanding perlakuan perasan buah mengkudu
secara tunggal pada mencit.
4. Interaksi obat-makanan
a. Jenis interaksi
Pengaruh jus buah alpukat dalam mencegah peningkatan kadar BUN dan serum
Kreatinin tikus wistar yang diberi parasetamol dosis toksik
b. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan membagi sampel dalam kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan melalui randomisas
c. Hasil Penelitian
Berdasarkan kedua tabel tersebut diketahui rata-rata kadar BUN dan serum
kreatinin pada kelompok perlakuan terbesar yaitu 25,33 mg/dl dan 1,217 mg/dl
pada pemberian jus buah alpukat 0,5 g/kgBB dan rata-rata kadar BUN dan serum
kreatinin terkecil pada pemberian jus buah alpukat 4,5 g/kgBB. Selain itu, dapat
dilihat bahwa terjadi penurunan kadar BUN dan serum kreatinin seiring dengan
meningkatnya dosis jus buah alpukat.
d. Kesimpulan
Pemberian jus buah alpukat dapat mencegah peningkatan kadat BUN dan serum
kreatinin akibat pemberian parasetamol dosis toksik dan dosis optimal jus buah
alpukat dalam menurunkan kadar BUN adalah 1,5 g/kgBB/hari, sedangkan dosis
optimal jus buah alpukat dalam menurunkan kadar serum kreatinin adalah 0,5
g/kgBB/hari