IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH INDRAGIRI HILIR NOMOR 2
TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT MAGHRIB MENGAJI
(STUDI DI KECAMATAN SUNGAI BATANG KABUPATEN INDRAGIRI
HILIR PROVINSI RIAU)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam ilmu pemerintahan
Pada Fakultas Syar‟ah
Oleh
MUHAMMAD IDRIS BAHDI
NIM. SIP.162389
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI‟AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1441 H/2020 M
x
xi
xii
xiii
MOTTO
ث نا أبو داود أن بأنا شعبة أخبن علقمة بن مرثد قال ث نا ممو دبن حد حدان ث عن أب عبد الرحن عن عسمان بن عف عت سعد بن عب يدة يد س
ركم من ت علم القرآن وعلمه أن رسول الله عليه وسلم قال خي Artinya : “Telah bercerita kepada kami Mahmud ibn Ghailan, Abu Dawud
memberitahukan bahwa Syu‟bah telah bercerita bahwa „Alqamah ibn
Marsadin berkata; aku mendengar Sa‟dah ibn „Ubaidah bercerita dari
Abi Abdurrahman dari „Usman ibn „Affan bahwa Rasulullah Saw
berkata:”Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempelajari
Alquran dan mengajarkannya.”(H.R Tirmidzi)
xiv
PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirahim…
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
{Q.S Al-Insyirah 94: 6, 7}
Alhamdulillahirobbil’alamin..
Tiada kata yang pantas terucap dari lisan ini kecuali bersyukur atas rahmat dan
karunia Allah SWT. Dialah Allah maha mengetahui, maha pengasih lagi maha
penyayang. Dialah yang menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.
DijadikanNya aku manusia yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan
bersabar menjalani kehidupan ini. Aku berharap, pernjapaian ku ini menjadi
langkah awal untuk mewujudkan mimpi-mimpiKu.
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kalian yang teramat aku sayangi,
Ambok ku Baharuddin dan emmakku Nadira. Terimakasih yang tiada hentinya
atas keikhlasan do‟a dan kerja kerasmu serta semangat yang engkau tularkan, dan
nasehat yang engkau berikan, hingga aku kuat menghadapi semua rintangan yang
ada di hadapanku.
Serta kakaku Rosdiana Bahdi. Terimakasih untuk dorongan, dukungan dan
do‟anya hingga saat ini. Tetaplah menjadi kakak yang membawa makanan kecil
untuk adiknya. Buatlah orang tua kita bangga. Kalian semua adalah tempat aku
kembali.
Sahabat-sahabatku program studi ilmu pemerintahan angkatan 2016 terkhusus
lokal IP F yang memberi warna-warni selama duduk dibangku kuliah, tidak dapat
aku sebutkan satu persatu. Terimakasih “tanpa kalian aku bukanlah apa-apa aku
senang bisa berdiskusi dengan mu kawan, yang membuat hari-hari semasa kuliah
menjadi berarti”.
Ingatkan aku dikala aku lupa, tegur sapa jika nanti kita bersua, ingatlah kita
pernah sama, baik suka maupun duka.
Semoga Allah SWT membalas jasa budi baik kalian dikemudian hari dan
memberikan kemudahan dalam segala hal dan dicatat sebagai amal jariyah.
Aamiiinn…
xv
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana implementasi
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat
Maghrib Mengaji di Kecamatan Sungai Batang telah di lakasanakan
disemua desa khusunya di Desa Benteng Utara, Mugomulyo, dan Desa
Benteng Barat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah
metode penelitan kualitatif yaitu bertujuan menggambarkan sesuatu apa
adanya (deskriptif kualitatif) dan jenis penelitan yang digunakan adalah
penelitian lapangan (field reseach). Adapun Sasaran peraturan daerah
tersebut adalah seluruh masyarakat yang beragama Islam baik laki-laki
maupun perempuan dari usia anak-anak, remaja, dewasa sampai orang tua.
Dari hasil penelitian dapat dikategorikan implementasi peraturan daerah
belum berhasil karena tidak tercapainya tujuan dan sasaran yang
diinginkan Kebanyakan yang ikut meramaikan Maghrib mengaji hanyalah
anak-anak sedangkan masyarakat dengan usia dewasa dan orang tua hanya
memotivasi anaknya untuk pergi mengaji. Ada beberapa faktor yang
mendukung pengimplementasian peraturan tersebut yakni: 1. Faktor
pemerintah, 2. Faktor tenaga pengajar, 3. Faktor materi (pembiayaan), 4.
Faktor fasilitas. Selain faktor pendukung ada juga juga faktor
pengahambat dalam pengimplemnetasian peraturan daerah tersebut yaitu:
1. Masalah ketersediaan listrik, 2. Tenaga pengajar yang belum pernah
mendapatkan pelatihan, 3. Kemauan anak dan kekhawatiran orang tua jika
dilaksanakan pada waktu malam hari, 4. Kesulitan mengatur waktu
kegiatan, 5. Masalah kejelasan insentif, 6. Pemerataan fasilitas dan yang
terkhir 7. Tidak pernahnya dilaksanakan pengawasan oleh pemerintah
daerah.
Kata Kunci : Implementasi, Masyarakat, Peraturan Daerah Nomor 2
Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib
Mengaji, pemerintah.
xvi
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alahamdulillah Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN
2016 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT MAGHRIB MENGAJI
STUDI DI KECAMATAN SUNGAI BATANG KABUPATEN INDRAGIRI
HILIR PROVINSI RIAU”. Shalawat serta salam kami haturkan kepada nabi
Muhammad Saw, karena berkat perjuangan beliau kita dapat merasakan indahnya
hidup seperti saat ini.
Adapun skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi persyaratan
dalam rangka memperoleh gelar sarjana Stara Satu (S.1) dalam Ilmu
Pemerintahan Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin
Jambi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kekurangan
sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehubungan dengan keterbatasan
yang dimiliki oleh penulis. Walaupun demikian penulis telah berusaha
semaksimal mungkin agar inti dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca di kemudian hari.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat :
xvii
1. Bapak Prof Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA, Ph. D selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
2. Bapak Dr. Sayuti Una S. Ag. MH selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
3. Bapak Agus Salim, S.Th, I, MA., m.ir.,Ph.D selaku Wakil Dekan 1 bidang
Akademik Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH selaku Wakil Dekan II bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Syari‟ah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
5. Bapak Dr. H. Ishaq, SH.,M.Hum selaku Pembantu Dekan III bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
6. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP.,M.SI selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
7. Bapak Yudi Armansyah, M.Hum selaku sekertaris jurusan Ilmu Pemerintahan
fakultas syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
8. Ibu Tri Endah Karya L. S.IP., M.IP selaku pembimbing akademik yang telah
banyak membantu segala urusan yang ada dijurusan.
9. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S. Ag., MA selaku Pembimbing Skripsi 1, yang
selama ini telah membantu segala urusan yang ada dijurusan dan banyak
membantu penulis dalam rangka memberikan arahan, petunjuk dalam
penyusunan skripsi.
xviii
10. Bapak H. M. Zaki, S. Ag., M, Ag selaku Pembimbing Skripsi 2 Fakultas
Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yang selama ini telah
membantu segala urusan yang ada dijurusan dan banyak membantu penulis
dalam rangka memberikan arahan, petunjuk dalam penyusunan skripsi.
11. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan dan karyawati
Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
12. Semua pihak yang ikut serta membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis skripsi ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih
sederhana dan jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan data dan
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis..untuk itu penulis menghargai kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak terhadap skripsi ini.
Akhirnya penulis berharapa semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya untuk mahasiswa dan seluruh yang
membaca skripsi ini.
xix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ............................................ ii
PERSETUAN PEMBIMBING .............................................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................ iv
MOTTO ................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Batasan Masalah ................................................................................. 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 6
E. Kerangka Teori ................................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 13
BAB II METODE PENULISAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 16
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................ 16
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 17
D. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 18
E. Teknik Analis Data ............................................................................ 20
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 21
G. Jadwal Penelitian ................................................................................ 22
BAB III GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
A. Aspek Geografis ................................................................................. 24
B. Aspek Pemerintahan ........................................................................... 25
C. Komposisi Kepegawaian Serta Sarana dan Prasarana ....................... 27
D. Kondisi Masyarakat dan Mata Pencaharian ....................................... 31
xx
E. Visi dan Misi Kecamatan Sungai Batang ........................................... 38
F. Profil Desa Benteng Utara, Desa Mugomulyo, Desa Benteng Barat .. 39
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji di Kecamatan Sungai
Batang sebagai langkah Implementasi Peraturan Daerah Indragiri
Hilir Nomor 2 Tahun 2016 ................................................................. 43
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam implementasi Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat
Maghrib Mengaji di Kecamatan Sungai Batang. ............................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 81
B. Saran ................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Jadwal Penelitian ................................................................... 23
Tabel 3.1 : Jumlah Kelurahan dan Desa Kecamatan Sungai Batang ...... 25
Tabel 3.2 : Masa Bakti Pemerintah Sungai Batang ................................. 27
Tabel 3.3 : Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan Jeni
Kelamin ................................................................................. 28
Tabel 3.4 : Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ................................................................ 28
Tabel 3.5 : Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan
Golongan Ruang .................................................................... 28
Tabel 3.6 : Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan
Jabatan Struktur ..................................................................... 29
Tabel 3.7 : Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan
Agama .................................................................................... 29
Tabel 3.8 : Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan
Kelompok Umur .................................................................... 30
Tabel 3.9 : Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan Masa
Kerja ...................................................................................... 30
Tabel 3.10 : Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan
Lokasi Kerja .......................................................................... 30
Tabel 3.11 : Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan Diklat
Penjenjangan .......................................................................... 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam bagi umatnya adalah agama Allah yang bersifat universal, untuk
segala waktu dan tempat. Ia diturunkan sebagai rahmat dan petunjuk bagi
umat manusia dalam kehidupan1. Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT,
kepada Nabi Muhammad saw, melalui Malaikat Jibril as untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Al-Qur‟an berarti bacaan
nama-nama lain dari kitab suci ini adalah Al-Furqon (pembeda), Adz-zikir
(peringatan) tapi yang paling terkenal adalah Al-Qur‟an.
Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab, sehingga bahasa Arab
menjadi bahasa peraturan umat Islam sedunia. Al-Qur‟an terdiri dari 30 (tiga
puluh) juz dan 114 (seratus empat belas) surat, setiap surat masing-masing
diberi nama, yaitu satu atau lebih nama untuk setiap surat.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, para sahabat baik kaum Anshar
(Madinah) sepakat memilih Abu Bakar menjadi Khalifah (kepala negara).
Para masa pemerintahan beliau banyak para penghafal Al-Qur‟an yang gugur
karena peperangan. Umar bin Khatab khawatir, karena itu mengusulkan agar
Al-Qur‟an dikumpulkan setiap kepingan dan heleinya itu. Di waktu
pemerintahan Khalifa Usman bin Affan Al-Qur‟an kemudian dibukukan oleh
sebuah tim yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit, karena beliau memang
terkenal sebagai sekretaris Nabi Muhammad SAW yang setia, semasa Nabi
1Zulfikar Ahmad dkk, Agama Dan Budaya Local Revalitas Adat Dan Budaya Di Bumi
Langkah Serentak Limbai Seayun, (Jambi, CV. Bonanza Jambi, 2009), hlm 42-43.
2
hidup. Anggota tim lain adalah Abdullah bin Zubair, Sa‟id bin Ash dan
Abdur Rahman bin Harits bin Hisyam.2
Membaca Al-Qur‟an atau mengaji merupakah salah satu aktivitas
ibadah yang sangat lekat dengan masyarakat muslim Indonesia sejak mula
berkembangnya Islam. Sejumlah rumah ibadah seperti Surau, Mushalla,
Langar, Masjid, dan lain -lain senantiasa diramaikan dengan kegiatan
mengaji khususnya diwaktu, sore usai shalat Ashar maupun ba‟da Maghrib.
Bagi kaum muslim di Indonesia mengaji tak ubahnya menjadi Lembaga
Pendidikan keagamaan bagi semua anak didik.3
Indragiri Hilir, “Kabupaten Indragiri Hilir sebagai daerah yang berjuluk
kota IBADAH (Indah, Bersih, Aman, Damai dan Harmonis) merupakan
potret kampung yang didalamnya memiliki kekhususan masyarakat yang
agamis dan ta‟at menjalankan perintah agama dalam beribadah,” jelas Idrus,
Kasi Bimas Islam Kabapaten Indragiri Hilir. Ia juga menerangkan bahwa
pada masa pemerintahan Muhammad Wardan sebagai Bupati Indragiri Hilir,
pun telah dicanangkan program unggulan dibidang agama Islam yakni
Maghrib Mengaji.4
Bupati Inhil melakukan rapat bersama tokoh masyarakat dan tokoh
agama di aula Kantor Bupati Inhil. Rapat pembahasan rancangan Peraturan
daerah tentang Gerakan Masyarakat Maghrib mengaji tersebut, diikuti Wakil
2 Inu kencana syafiie, Al-Qur’an Dan Ilmu Administrasi Negara, (Jakarta, PT. Rineka
Cipta, 2004), hlm 1-8. 3 Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2013 tentang
Pedoman Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji. hlm 4. 4 https://riau.kemenag.go.id/berita382737/program-maghrib-mengaji-telah-diatur-
dalam-perda, akses 3 september 2019.
3
Bupati Inhil Rosman Malomo, Sekdakab Inhil Alimuddin Rm beserta seluruh
Pejabat Pemkab Inhil dan Camat serta Satpol PP. Dalam pembahasan
rancanngan Perda tersebut umumnya mendapatkan tanggapan positif dari
kalangan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Tembilahan.
Haji Nawawi salah seorang tokoh agama mengatakan, sebelum
menjalankka perda perlu diantisipasi berbagai macam hambatannya, seperti
saat ini sedang marak permainan playstation, meja biliyar dan warung
internet. Wardan menambahkan, untuk kesuksesan dan kelancaran program
ini bagi iman dan guru mengaji di Masjid akan diberikan honor insentif.5
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir menyatakan pengajuan
Rancangan Peraturan Daerah Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji dalam
upaya menghidupkan dan menumbuhkan kembali tradisi religi dikalangan
Indragiri Hilir. “Pengajuan Ranperda ini merupakan salah satu kearifan lokal
adalah Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji yang diajukan dalam rangka
menjawab harapan dan keinginan untuk menghidupkan dan menumbuhkan
kembali sebuah tradisi dikalangan masyarakat kita,” ungkap Rudiansyah.
Menurutnya, Rancangan Peraturan Daerah ini merupakan langkah awal
sebagai upaya untuk meningkatkan peran serta pemerintah, dalam
menumbuhkan kembali tradisi memakmurkan dan menghidupkan Mushalla
dan Masjid dengan mengaji bersama atau melakukan pendalaman hafalan
serta pemahaman Al-Qur‟an.“peraturan daerah ini sangat strategis dan tepat
dilahirkan, mengingat maraknya tayangan yang menggoda anak-anak dan
5https://www.riautelvisi.com/berita-bupati-bahas-perda-maghrib-mengaji-dengan-
masyarakat.html, akses 3 september 2019.
4
para remaja untuk tidak beranjak dari depan televisi,” sebutnya. Belum lagi
pengaruh dari artis dan aktor di media televisi yang mencerminkan gaya
hidup yang jauh dari nilai-nilai ke-Islaman, seperti LGBT.6
Setelah pengajuan Rancangan Peraturan Daerah Gerakan Masyarakat
Maghrib Mengaji, dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016
tentang Gerakan Masyarakat Magrib Mengaji yang ditetapkan pada tanggal
14 Maret 2016. Bupati Kabupaten Indragiri Hilir H. Muhammad Wardan
melakukan peninjauan terkait program maghrib mengaji di Masjid Yayasan
Amal Bhakti Pancasila (YAMP), sabtu (29/4/17). “kegiatan maghrib mengaji
disini terlaksana dengan baik, terutama ustad dan ustazahnya yang
melakukan kegiatan berdasarkan pola dan metode, ada cara yang memang
sudah bagus namun perlu efektif lagi hingga nantinya sampai ke cerup desa,”
ucapnya.
Wardan menyebutkan, program Maghrib mengaji sudah dicanangkan
sejak 2014, sekarang sudah tahun 2016, sudah berjalan tiga tahun dan
memang perlu dilakukan evaluasi. Ia mengharapkan metode seperti ini harus
dikembangkan di Masjid-Masjid yang ada dikecamatan, di desa, sehingga
menjadikan kesan bagi anak-anak yang mengikuti program ini.
Jadi, perlu kita lakukan evaluasi sehingga kita mendapatkan satu pola
yang memang efektif dan anak-anak belajar Al-Qur‟an dapat merasakan
seperti sambal bermain. Ketika mereka sedang rebut, ada metodenya supaya
diam, supaya bisa serius, dan ketika mereka jenuh juga ada metode yang bisa
6http://riauterkini.com/usaha.php/kabinhil.php?arr=104690&judul=Pembkab%20Inhil:%2
0Ranperda%20Gemar%20Mengaji%20Upaya%20Menghidupkan%20Tradisi%20Mendalami%20
Kandungan%20Al-Qur%27an, akses 3 September 2019.
5
dilakukan sehingga mereka sambal mereka sambal merasa nyaman. Ucap
Wardan. Kita akan terus evaluasi, dan saya mengharapkan ada pelatihan
terhadap guru sehingga ada keseragaman dan ada metode ketika daerah-
daerah untuk mengembangkan hafalan, tajwid, dan yang lainnya. Ujar
Wardan.7
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan peneliatian yang terkait dengan judul IMPLEMENTASI
PERATURAN DAERAH INDRAGIRI HILIR NOMOR 2 TAHUN 2016
TENTANG GERAKAN MASYARAKAT MAGHRIB MENGAJI
(STUDI DI KECAMATAN SUNGAI BATANG KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka muncul beberapa
pertanyaan yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini. beberapa
permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Indragiri Hilir Nomor 2
Tahun 2016 tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji di Kecamatan
Sungai Batang?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2016 di Kecamatan Sungai Batang?
7https://riau.antaranews.com/berita90026/bupati-inhil-tinjau-pelaksanaan-program-
maghrib-mengaji, akses 3 September 2019.
6
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian skripsi ini diperlukan agar tidak
terjadi peluasan pada pokok pembahasan dalam penulisan skripsi maka
penulis akan membatasi penelitian yang mendalam pada hal-hal yang
berkaitan implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan Sungai Batang
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dan kegunan penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui impelemntasi program pemerintah Kabupaten
Indragiri Hilir atas program gerakan masyarakat maghrib mengaji.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam
pelaksanaan program gerakan masyarakat maghrib mengaji di
Kecamatan Sungai Batang
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai sumbangsih pengetahuan kepada mahasiswa (peneliti)
terhadap implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016
tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji.
b. Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pemerintah Kabupaten
Indragiri Hilir, lembaga-lembaga dan pihak-pihak yang terkait dalam
meningkatkan sumber daya manusia melalui program masyarakat
7
Maghrib mengaji. Hal ini sejalan dengan tujuan peraturan daerah ini
yaitu, membangkitkan kembali budaya mengaji di lingkungan
masyarakat, dan memperkuat nilai-nilai Al-Qur‟an sebagai tuntunan
kehidupan masyarakat, dan mempersiapkan generasi yang
memahami tentang nilai-nilai pokok ajaran agama Islam dan
memiliki karakter keagamaan yang kuat, dan mewujudkan
masyarakat dalam suasana Indah, Bersih, Aman, Damai dan
Harmonis, untuk di masa mendatang
c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana strata
1 (S1) pada fakultas syari‟ah di Universitas Islam Negeri Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan
dan cara menggunakan teori itu dalam menjawab pertanyaan penelitian.8
Agar penelitian ini lebih terarah dan tepat sasaran, maka peneliti menggap
perlu menggunakan kerangka teori sebagai landasan berfikir guna
mendapatkan konsep yang benar dan tepat dalam penyusunan skripsi ini
sebagai berikut:
1. Implementasi Kebijakan Publik
Menurut Daniel A. mazmanian dan paul sabiter dalam
solichin Abdul Wahab bahwa implementasi adalah pelaksanaan
keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang,
8 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan skripsi, (Jambi: Syari‟ah Press, 2014), hlm 25.
8
namun dapat pula berbentuk peraturan pemerintah atau keputusan
badan peradilan lainnya.9 Menurut Hinggis, implementasi sebagai
rangkuman dari berbagai kegiatan yang di dalamnya sumber daya
manusia yang di dalamnya menggunakan sumber daya yang lain
untuk mencapai sasaran strategi, implementasi yang muncul harus
menjadi perhatian dan perlu dianalisis agar implementasi kebijakan
dapat berjalan dengan baik efektif dan efisien.10
Menurut William N. Dun kebijakan dalam bahasa inggris
adalah police, yang berarti menangani masalah-masalah publik
atau administrasi pemerintahan.11
Adapun kebijakan menurut
Mustopodidjaja adalah suatu keputusan yang dimaksud untuk
mengatasi suatu permasalah tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu, yang dilaksanakan oleh instansi yang berwenang dalam
rangka penyelenggaran pemerintah negara dan pembangunan.12
a. Indikator berhasilnya kebijakan.
Suatu kebijakan dapat dinyatakan efektif atau berhasil
apabila implementasi kebijakan publik tersebut memberi
manfaat bagi kebaikan atau perbaikan para pihak yang
menjadi sasaran implementasi. Menurut Hogwood dan Gunn,
9 Sahya Anggara, Ilmu Administrasi Negara (Kajian Konsep Teori Dan Fakta Dalam
Upaya Menciptakan Good Government), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm 532. 10
HAW. Wijaya, Penyelenggaran Otonomi Di Indonesia, Dalam Rangka Sosialisasi Uu
No. 32 Tahun 2004 Tengtang Pemerintah Daerah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) hlm.
24 11
William N, Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, (Yokyakarta,
Gadjah Mada University Press, 1999) hlm 51. 12
Hanif Nukholis, Teori Dan Praktek Pemerintah Dan Otonomi Daerah (Jakarta: PT.
Grasindo 2005) hlm 263.
9
untuk dapat mengimplemtasikan kebijaksanaan negara secara
sempurna (perfeck implemtation) maka diperlukan beberapa
persyaratan tertentu. 13
Daniel Mazmanian dan Paul A. Subatier yang disebut A Frame Work
For Implementation Analysis (Krangka Analisis Implementasi). kedua ahli ini
berpendapat bahwa peran penting dalam analisis implementasi kebijaksanaan
negara ialah mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi
tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi.
Variabel-variabel yang dimaksud dapat diklasikan menjadi 3 (tiga)
kategori besar, yaitu:
1) Mudah tidaknya masalah yang akan digarap dan dikendalikan.
2) Kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara
tepat proses implementasinya, dan
3) Pengaruh langsung pelbagai variabel politik terhadap
keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam
keputusan kebijaksanaan tersebut.14
Marilee S Grindle, mengidentifikasikan ada 2 (dua) hal yang sangat
menentukan keberhasilan dari implementasi yaitu Isi Kebijakan,dan Konteks
dari implementasi itu sendiri yang secara terperinci diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Content Of Policy
13
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Keimplentasi
Kebijaksanaan Negara, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm 21. 14
Ibid, hlm 81.
10
a) Intersts Affected (Kepentingan siapa yang terlibat)
b) Type Of Benefits (macam-macam manfaat)
c) Extent Of Change Envisioned (Sejauh mana perubahan akan
diwujudkan)
d) Program Implementors (Siapa yang menjadi implementor
agensi)
e) Recources Committed (Sumber daya yang disediakan)
2. Context Of Implementation
a) Power, Interest, And Strategy Of Actors Involved
(Kekuasaan, kepentingann, dan stategi para aktor yang
terlibat).
b) Institutions and regime Characteristics (Karakteristik
lembaga dan rejim)
c) Compliace and responsiveness, (Sesuai dengan kaedah dan
tingkat responsif)
Dari apa yang disampaikan oleh Grindle, dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan dari implementasi sebuah kebijaksanaan ditentukan oleh banyak
hal, terutama yang menyangkut kepentingann-kepentingan yang terlibat
didalamnya.15
a. Indikator kegagalan dalam implementasi kebijakan.
15
Syaukani, HR dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, (Yokyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002). hlm 296- 297.
11
Tidak semua kebijakan publik dapat dapat
diimplementasikan secara efektif, dan bahkan ada yang gagal
mencapai tujuan dan sasaran yang optimal. Dalam hal ini
kegagalan implementasi kebijakan publik ini. Guun dan Hogwood
membagi pengertian kegagalan kebijakan dalam dua kategori, yaitu
non impelementation dan unsuccessful implementation.
Kekurang efektifan implementasi kebijakan publik juga disebabkan
karena kurangnya peran para actor pelaksana (dan badan-badan
pemerintahan) dan imlementasi kebijakan publik. Disamping itu juga
sebabkan masih lemahnya peran para actor tersebut dalam menyebarluaskan
kebijakan-kebijakan baru kepada warga masyarakat.
Sebab-musabab yang mungkin timbul dan menjadi dasar dari kegagalan
implementasi suatu kebijakan publik tentunya berbeda satu sama lainnya,
akan tetapi yang jelas hal itu berkaitan erat dengan beberapa aspek isi dari
kebijakan yang harus diimplementasikan, tingkat informasi dari para pelaku
yang terlibat dalam implementasinya, banyaknya dukungan yang
diimplementasinya, dan pada akhirnya pembagian dari potensi-potensi yang
ada.
Dengan pandangan yang demikian itum maka dengan sendirinya perlu
dipertimbangkan berbagai factor yang menentukan keberhasilan
implementasinya. Hal ini dapat dipelajari dengan memahami model-model
implementasi kebijakan publik mempunyai komponen-komponen tertentu
yang diformulasikan secara sistematik, dan menunjukkan adanya beberapa
12
faktor yang menentukan keberhasilan atau efektivitas implementasi
kebijakan.
2. Pemerintahan Daerah
a. Pengertian Pemeritahan Daerah
Pemerintah daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggaran pemerintahan daerah. pemerintah daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.16
pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.17
Gubernur, Bupati,
dan Wali kota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.18
Pemerintah
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintahan pusat.
b. Peraturan Daerah
Mengenai peraturan daerah (Perda) ini, sejalan dengan agenda
desentralisasi dan otonomi daerah yang makin luas. Dari segi
pembuatannya, sudah semestinya Peraturan Daerah ini, baik Perda
ditingkat provinsi maupun Perda tingkat kabupaten atau kota, dapat
dilihat setara dengan undang-undang dalam arti sama-sama
16
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 18 ayat (2). 17
Ibid. Pasal 18 ayat (3). 18
Ibid. Pasal 18 ayat (4-5).
13
merupakan produk lembaga legislatif. Namun demikian, dari segi
isinya sudah seharusnya , kedudukan peraturan yang mengatur materi
dalam ruang lingkup daerah berlaku yang lebih sempit dianggap
mempunyai kedudukan lebih rendah dibandingkan peraturan dengan
ruang lingkup wilayah yang berlaku lebih luas. Oleh karena itu,
sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan , peraturna
yang lebih rendah itu tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang
derajatnya lebih tinggi.19
c. Gerakan Masyarkat Maghrib Mengaji
Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji selanjutnya disebut
Gemmar Mengaji adalah bentuk kegiatan masyarakat, yang beragama
Islam dari seluruh kalangan usia anak-anak, remaja, dewasa samapai
orang tua. di mana kegiatan ini mempelajari, membaca dan membaca
dan memahami Al-Qur‟an pada waktu Maghrib baik di Masjid,
Musholla, Langgar dan surau atau rumah masing-masing.20
F. Tinjauan Pustaka
Diantara langkah penting peneliti dalam memulai aktivitas
penelitiannya adalah melakukan tinjauan pustaka atau penelusuran penelitian
terdahulu yang memiliki kaitan lansung atau tidak lansung dengan
permasalahan penelitian yang diangkat. apakah sudah ada yang pernah
meneliti atau belum maka, harus ada bahan perbandingan, sebagai bentuk
infentarisasi terhadap karya-karya tulis ilmiah sebelumnya, baik dalam tema
19
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Idonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2011), hlm 288-289. 20
Peraturan Daerah,Nomor 2 Tahun 2016 tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji
14
yang sama maupun dalam tema yang searah. adapun hasil penelitian yang
sudah dan peneliti anggap ada kemiripan didalamnya, yaitu:
Pertama: Penelitian dilakukan oleh Muhammad Reza Khirullah tentang
Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji di Kabupaten Kampar. Penelitian ini
berorientasi pada evaluasi dari kebijakan (Peraturan Daerah) tersebut, dengan
mengmukakan pendapat dari Dunn yaitu kriteria evaluasi, efektivitas,
efesiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas, dan ketetapan serta
hambatan-hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan yang
diharapkan.21
Kedua: Penelitian dilakukan oleh Asmara Dewi Astuti tentang
Impelementasi Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan Reteh. Penelitian ini
berorientasi pada Implementasi dari peraturan bupati tersebut, mengenai
bagaimana sosialisasi sautu peraturan, bagaimana implementasi peraturan
serta bagaimana partisipasi masyarakat di Kecamatan Reteh.22
Adapun penelitian dengan judul Implementasi Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan
Sungai Batang Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau, ini disatu sisi sama,
terutama dari sisi judul yang dikaji yaitu tentang implementasi dari suatu
kebijakan. Namun terdapat perbedaan dari segi lokasi, tshun peraturan dan
21
Muhammad Reza Khairullah, Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013
Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kabupaten Kampar, Di Akses Dari
https://media.neliti.com/media/publications/209282-evaluasi-peraturan-daerah-nomor-2-tahun.pdf 22
Asmara Dewi Astuti Tentang Impelementasi Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2014
tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan Reteh.
15
fokus penulis disini mencoba melakukan penelitian dengan berorientasi
terhadap, bagaimana implementasi program tersebut dan faktor pendukung
dan penghambat dalam penerapan program gerakan masyarakat maghrib
mengaji ini.
16
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sungai Batang, Kabupaten
Indragiri Hilir, Provinsi Riau, tepatnya ditiga, yaitu Desa Benteng Utara,
Desa Mugomulyo, dan Desa Benteng Barat. Pemilihanan ketiga desa
didasarkan pada beberapa alasan, yaitu Desa Benteng Utara dengan notabene
terdekat dengan kota kecamatan, peneliti ingin mengetahui semangat
pengimplementasian peraturan daerah tersebut. kemudian, Desa Mugomulyo
merupakan kawasan pesantren dengan penduduk yang terbilang agamis.
Selanjutnya Desa Benteng Barat, pada saat peneliti melakukan penelitian
desa belum dialiri listrik. Dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di desa ini untuk mengetahui pengimplementasian peraturan
daerah tersebut di tengah keterbatasan fasilitas yang ada.
Mengingat dan menimbang segala kekurangan yang ada pada peneliti,
baik secara waktu, tenaga, dan materil maka waktu penelitian ini dilakukan
dari Oktober Sampai 1 Januari 2020.
B. Jenis dan Pendekatan penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan
jenis penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode
dalam penelitian yang digunakan penulis terkait dengan permasalahan yang
diangkat, maka penelitan ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang
17
implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan Sungai Batang.
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis data
Jenis data merupakan jenis-jenis sumber yang diperoleh oleh peneliti
pada subjek penelitinya.23
a. Data primer
Data primer atau sumber primer adalah data yang didapatkan
dari studi lapangan, berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang
di amati dan atau diwawancarai merupakan sumber data utama.
Sumber data utama dicatat melalui catatan penulisan atau perekaman
video / audio pengambilan foto, atau film.24
Dalam penelitian ini,
penulis memperoleh data melalui penelitian lansung pada objek yang
akan diteliti dilapangan, yang berkaitan dengan skripsi penulis
mengenai Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016
Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan Sungai
Batang.
b. Data skrunder
Data skunder atau sumber skunder merupakan sumber yang
tidak lansung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
23
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm 119. 24
Leci J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offiset, 2004), hlm 157.
18
lewat orang lain atau lewat dokumen, sumber buku dan majalah
ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.25
c. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber obyek dari
mana data itu diperoleh. Sumber data dalam jenis penelitian kualitatif
ini adalah data yang diperoleh Camat Sungai Batang, dari Kepala
Desa, sekretaris desa, tenaga pengajar maghrib mengaji, orang tua
murid, serta masyarakat yang berada dilingkungan Kecamatan Sungai
Batang.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen Pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. Dalam penelitian ini, untuk
memperoleh data, Peneliti memulai penelitian dengan mewawancarai
Camat Sungai Batang, dan masing-masing perangkat desa di setiap
desa. Selain melalui wawancara peneliti juga melakukan observasi dan
mengumpulakan dokumentasi, dengan tujuan mencari dan menggali
informasi yang lebih akurat terkait dengan implementasi peraturan
daerah semenjak pemerintah daerah mengeluarkan peraturan ini pada
tahun 2016.
1. Observasi
Ilmu pengetahuan mulai dengan observasi dan selalu harus
kembali pada observasi untuk mengetahui kebenaran ilmu itu. 26
25
Ibid, hlm 159.
19
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan
dan ingatan.27
Dalam hal ini penelitian ini, peneliti melakukan
observasi (pengamatan) secara lansung di lapangan untuk
mengetahui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan Sungai
Batang.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila ingin melakukan studi pengetahuan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal yang dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan
secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan
melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon. Penulis menggunakan teknik wawancara terstruktur,
wawancara tersetruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi yang akan diperoleh.28
Peneliti lansung
terjun ke lapangan, dengan cara menanyakan terhadap informan
26 S. Nasution, Metode Reseach, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm 106.
27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm 145.
28 Ibid, hlm 137-138.
20
mengenai Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016
Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan
Sungai Batang.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan pristiwa yang sudah berlaku.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan
harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain.29
Metode ini untuk
memperoleh data tentang keadaan, kegiatan yang berkaitan dengan
penelitian. Teknik pengumpulan data ini merupakan teknik
pendukung dari teknik pengumpulan data observasi dan
wawancara. Teknik dokementasi ini meperoleh data mengenai
Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan Sungai
Batang.
E. Teknik Analisi Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, catatan
lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, memilah mana
29
Ibid, hlm 146.
21
yang perting yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.30
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitan ini yaitu
mereduksi data yang diperoleh dari hasil wawancara. Data-data
wawancara yang telah rekam kemudian dideskripsikan dengan
tujuan memudahkan peneliti memilih data-data yang sesuai untuk
dianalis. Data-data ini berhubungan dengan faktor pendukung serta
penghambat dalam pengimplementasia peraturan daerah nomor 2
tahun 2016 tentang gerakan masyarakat maghrib mengaji.
F. Sistematika penulisan
Untuk mengetahui isi skripsi ini secata umum, dapat dilihat
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan : Bab ini menguraikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangka teori, metodologi serta serta sistamatika penulisan. Bab ini
merupakan permasalahan yang merupakan landasan berfikir bagi bab-
bab selanjutnya.
Bab II. Metode Penelitian : Bab ini dibahas tempat dann waktu
penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, ,
instrumen pengumpulan data, analisis data, sistematika penulisan, dan
jadwal penelitian.
30
Lexi J.Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm 280.
22
Bab III. Gambaran umum lokasi penelitian yang penulis lakukan
yaitu : Implementasi Peraturan Daerah Indragiri Hilir Nomor 2 Tahun
2016 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Studi Di
Kecamatan Sungai Batang Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau).
Bab IV. Pembahasan : Dalam bab ini berisi tentang pembahasan
hasil Implementasi Peraturan Daerah Indragiri Hilir Nomor 2 Tahun
2016 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Studi Di
Kecamatan Sungai Batang Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau).
Bab V. Penutup : Merupakan bab terkhir sekaligus menjadi
penutup dalam skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dan hasil
penelitian serta saran-saran tekait dengan Implementasi Peraturan
Daerah Indragiri Hilir Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji (Studi Di Kecamatan Sungai Batang
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.
G. Jadwal penelitian.
Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian dilapangan,
penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel
penelitian.
23
Tabel. 1
Jadwal penelitian
No Kegiatan
Bulan Ke, Tahun 2018-2020
Dessem
ber 2018
Feberua
ri 2019
Agustus
2019
Septemb
er 2019
Oktoebe
r 2019
Desemb
er 2019
Maret
2020
1 Pengajuan
Judul
√
2 Pembuatan
proposal √ √ √ √
3
Perbaikan
Proposal
Dan
Seminar
√ √
4 Surat Izin
Riset √
5 Pengumpul
an Data √ √ √
6
Pengolahan
Dan
Analisis
Data
√ √ √
7 Penulisan
Skripsi √ √ √ √
8
Bimbingan
Dan
Perbaikan
√ √ √ √ √
9
agenda
ujian
Skripsi
√ √
10
Perbaikan
Dan
Penjilidan
√ √
24
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Aspek Geografis
1. Sejarah Kecamatan Sungai Batang
Kecamatan Sungai Batang adalah salah satu kecamatan
termuda di Kabupaten Indragiri Hilir dengan nomor kode
administrasi wilayah 14.04.20 yang merupakan pemekaran dari
wilayah utara Kecamatan Reteh. Kecamatan Sungai Batang
terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir
Nomor 16 Tahun 2005 tanggal 19 Maret 2005 tentang Pembentukan
Kecamatan Concong, Kecamatan Kempas dan Kecamatan Sungai
Batang. Pembentukan Kecamatan Sungai Batang
defenitif/diresmikan oleh Bupati Indragiri Hilir di Benteng pada
tanggal 19 Juli 2006.
Diawal terbentuknya Kecamatan Sungai Batang terdiri dari 6
(enam) desa yaitu, Benteng, Benteng Utara, Pasenggerahan, Kuala
Sungai Batang, Kuala Patah Parang dan Benteng Barat. Kemudian
pada tahun 2011, Kecamatan Sungai Batang berkembang menjadi 1
Kelurahan dan 7 Desa yaitu :
25
Tabel 3.1
Jumlah Kelurahan Dan Desa Kecamatan Sungai Batang
Kode Adm.
Wilayah Nama Kelurahan / Desa Asal Pemekaran
1 2 3
4 14.04.20.1001
14.04.20.2002
14.04.20.2003
14.04.20.2004
14.04.20.2005
14.04.20.2006
14.04.20.2007
14.04.20.2008
Kelurahan Benteng
Desa Benteng Utara
Desa Pasenggerahan
Desa Kuala Sungai Batang
Desa Kuala Patah Parang
Desa Benteng Barat
Desa Pandan Sari
Desa Mugomulyo
Desa Benteng
Desa Benteng
-
-
Desa Kuala Patah Parang
Desa Benteng
Desa Kuala Patah Parang
Desa Benteng Barat Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
2. Letak Geografis
Kecamatan Sungai Batang berada pada titik koordinat Garis
Bujur 1030
21‟ 385” dan Garis Lintang 00
68‟ 075” dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Enok dan
Kecamatan Tanah Merah
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Reteh
c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Reteh
B. Aspek Pemerintahan
Kecamatan Sungai Batang teridiri dari beberapa unsur diantaranya:
1. Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Pemerintahan Kecamatan Sungai Batang merupakan salah
satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kecamatan di Kabupaten
Indragri Hilir.31
2. Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan :
31
Dokumen Kantor Camat Sungai Batang, Tahun 2018
26
a) Camat Sungai Batang;
b) Kepala Kepolisian Sektor Sungai Batang; dan
c) Komandan Rayon Militer 07.
3. Instansi Vertikal :
a) Kepolisian Sektor Sungai Batang;
b) Komando Rayon Militer 07; dan
c) Kantor Urusan Agama (KUA)
4. Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Kordinator Wilayah (Korwil)
diantaranya :
a) Korwil Dinas Pendidikan;
b) UPT Puskesmas Benteng;
c) UPT Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
d) Korwil Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan
(TPHP);
e) Korwil Dinas Ketahanan Pangan (DKP);
f) Korwil Dinas Perkebunan;
g) Korwil Pekerjaan Umum;
h) Korwil Badan Pendapatan Daerah;
i) Korwil Perhubungan;
j) Perpustakaan dan Kearsipan.
5. BUMN
a) PT. PLN (Persero) Sub Rayon Benteng.
6. BUMD
a) PDAM Unit Kecamatan Sungai Batang.
27
7. ORMAS
a) Majelis Ulama Indonsia (MUI) Kecamatan Sungai Batang;
b) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) Kecamatan
Sungai Batang;
c) Masyarakat Peduli Lingkungan (MPL) Kecamatan Sungai
Batang;
d) Tim Penggerak PKK Kecamatan Sungai Batang; dll.
Adapun nama-nama Camat yang pernah/sedang menjabat di Kecamatan
Sungai Batang adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 2
Masa Bakti Pemerintah Kecamatan Sungai Batang
NO N A M A MASA BAKTI
1 H. ABDUL RASYID, S.Sos 2006 s/d 2009
2 MOHD. RAPI, S.Pd 2009 s/d 2013
3 NAWAWI, S.Sos, M.Si 2013 s/d 2017
4 HARDIANSYAH, AMP 2017 s/d Sekarang
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
C. Komposisi Kepegawaian serta Sarana dan Prasarana
1. Komposisi Kepegawaian32
Jumlah Pegawai Kantor Camat Sungai Batang sebanyak 24
orang Pegawai yang terdiri 14 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 10
Tenaga Honorer/Kontrak.
Gambaran kompetensi aparat Kantor Camat Sungai Batang
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dapat diuraikan
32
Dokumen Kantor Camat Sungai Batang, Tahun 2018
28
berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pangkat, serta
pendidikan dan pelatihan struktural.
Tabel 3.3
Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan Jenis Kelamin
Status kepegawaian Laki-Laki Perempuan Jumlah
Pegawai Negeri Sipil 11 3 14
Tenaga Honor/kontrak 6 4 10
Jumlah 17 7 24
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
Tabel 3.4
Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
Tabel 3.5
Pegawai Kantor Camat Sungai Batang Berdasarkan Pangkat /
Golongan Ruang
NO Kepangkatan/Golongan Jumlah PNS
1 Pembina Tk. I IV/b -
2 Pembina IV/a 3
3 Penata Tk. I III/d 1
4 Penata III/c -
5 Penata Muda Tk. I III/b 2
6 Penata Muda III/a 3
Status
Kepegawaian
Pendidikan
Strata
3
Strata
2
Strat
a 1
Diploma
3 SLTA
SLT
P
S
D
Pegawai
Negeri Sipil - 2 3 2 7 - -
Tenaga
Honor/Kontra
k
- - 4 3 3 - -
Jumlah 0 2 7 5 10 0 0
29
7 Pengatur Tk I II/d -
8 Pengatur II/c 2
9 Pengatur Muda Tk. I II/b 1
10 Pengatur Muda II/a 2
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
Tabel 3.6
Pegawai Kantor Camat Sungai Batang berdasarkan Jabatan Struktur
No Jabatan Struktural Jumlah PNS
1 Eselon III.a 1
2 Eselon III.b 1
3 Eselon III.b 2
4 Eselon IV.b 2
5 Non Eselon 8
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
Tabel 3.7
Pegawai Kantor Camat Sungai Batang berdasarkan Agama
Agama Jumlah PNS Jumlah Honor
Islam 14 10
Katolik - -
Protestan - -
Hindu - -
Budha - -
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
Tabel 3.8
Pegawai Kantor Camat Sungai Batang berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur Jumlah PNS Jumlah Honor
20 – 30 Tahun - 8
31 – 40 Tahun 5 2
41 – 50 Tahun 3 -
51 – 60 Tahun 6 -
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
30
Tabel 3.9
Pegawai Kantor Camat Sungai Batang berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Jumlah PNS Jumlah Honor
0 – 10 Tahun 9 10
11 – 20 Tahun - -
21 – 30 Tahun 1 -
Lebih Dari 30 Tahun 4 -
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
Tabel 3.10
Pegawai Kantor Camat Sungai Batang berdasarkan Lokasi Kerja
Lokasi Kerja (Kecamatan) Jumlah PNS Jumlah Honor
Sungai Batang 14 10
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
Tabel 3.11
Pegawai Kantor Camat Sungai Batang berdasarkan Diklat
Penjenjangan
Diklat Penjenjangan Jumlah PNS
ADUM / PIM IV 2
SPAMA / PIM III 1
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
D. Kondisi Masyarakat Dan Mata Percaharian
Jumlah penduduk Kecamatan Sungai Batang Per 31 Desember
2018 sebanyak 11.938 jiwa dengan rincian sebagai berikut:
NO KELURAHAN/DESA
JUMLAH
PENDUDUK JUMLA
H KK
LINGKUP
WILAYAH LUAS
(KM²)
KEPADAT
AN Per
KM² LK PR Jumla
h RT
R
W
DUS
UN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1
2
3
Benteng
Benteng Utara
Desa Pasenggerahan
1.397
702
1.171
1.419
718
1.067
2.816
1.420
2.238
782
374
598
26
13
12
12
6
6
-
3
5
35,75
23,20
36,25
78,77
61,21
61,74
31
4
5
6
7
8
Desa Kuala Sungai
Batang
Desa Kuala Patah
Parang
Desa Benteng Barat
Desa Pandan Sari
Desa Mugomulyo
271
898
483
443
769
263
901
427
394
628
534
1.799
910
837
1.397
138
425
206
238
318
6
13
14
14
10
5
6
5
5
3
3
4
3
4
3
11,08
42,15
21,90
42,56
13,00
48,19
42,68
41,55
19,67
107,46
J U M L A H 6.134 5.817 11.95
1 3.079
10
8 48 25 225,89 52,91
Sumber : Kantor Camat Sungai Batang
1. Agama
Penduduk Kecamatan Sungai Batang yang beragama Islam
mencapai 100%, dengan jumlah tempat ibadah sebagai berikut:33
NO DESA/KELURAHAN MESJID MUSHALLAH /
SURAU JUMLAH
1
2
3
4
5
6
7
8
Kelurahan Benteng
Desa Benteng Utara
Desa Pasenggerahan
Desa Kuala Sungai Batang
Desa Kuala Patah Parang
Desa Benteng Barat
Desa Pandan Sari
Desa Mugomulyo
1
1
3
3
1
2
4
1
10
2
5
-
2
4
1
10
11
3
8
3
3
6
5
11
JUMLAH 16 34 50
33
Dokumen Kantor Camat Sungai Batang, Tahun 2018
32
2. Pendidikan
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber
Daya Manusianya (SDM) dan yang menjadi tolak ukur adalah kulitas
dan kuantitas pendidikan itu sendiri. Kondisi objektif menunjukkan
bahwa perkembangan pendidikan di Kecamatan Sungai Batang mesih
menghadapi berbagai kendala antara lain fasilitas pendidikan yang
masih sangat minim bahkan masih jauh dari tarap standar nasional
seperti laboratorium bahasa, komputer dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selain itu kualitas dan kuantitas serta pendistribusian guru masih
terasa sangat kurang dimana matarantai yang memutuskan jarak
antara kecamatan dan kabupaten harus di sambung yaitu ketersediaan
sarana dan prasaran (Infrastruktur) yang memadai antara kabupaten
dan kecamatan sehingga kecamatan tidak terisolir, yang pada
akhirnya orang kota berbonndong-bondong ke desa.
3. Etnis
Penduduk asil Kecamatan Sungai Batang adalah suku melayu
dengan sistem kekerabatan yang bersifat parental dan mayoritas
beragama Islam, hal tersebut terlihat dengan datang dan menetapnya
suku-suku lain dari daerah asalnya ke daerah ini yang merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yang
berlangsung terus menerus dan diikuti dengan pembauran atau
33
asimilasi antara suku melayu dengan suku-suku pendatang tersebut
seperti bugis, jawa, banjar dan suku lainnya.34
4. Ekonomi/Profesi
1) Pertanian
Tujuan pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan
peternakan Kecematan Sungai Batang sejalan dengan tujuan
pembangunan pertanian Kabupaten Indragiri Hilir yaitu :
a) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani.
b) Memenuhi kebutuhan pangan.
c) Menciptakan lapangan kerja.
d) Menciptakan keseimbangan antara pemanfaatan dan
kelestarian sumber daya alam.
e) Menumbuhkan agribisnis berskala ekonomi melalui
pengembangan sentra produksi.
f) Meningkatkan mutu gizi melalui penganekaragaman jenis
pangan.
Sasaran dari pembangunan tanaman pangan, hortikultura
dan peternakan di Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebagai
berikut :
a) Terwujudnya ketersediaan bahan baku pangan asal
pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
Indragiri Hilir.
34
Dokumen Kantor Camat Sungai Batang, Tahun 2018
34
b) Terwujudnya usaha agribisnis yang tangguh dengan
menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan
berdaya saing.
c) Tersedianya infrastruktur di bidang pertanian yang
fungsional dengan sumberdaya manusia yang tangguh dan
profesional didalam melestarikan sumberdaya pertanian
dan lingkungan hidup.
Disamping itu petani di Kecamatan Sungai Batang juga
mempunyai kendala yang perlu mendapat perhatian baik oleh
Pemerintah atau Investor, yaitu masih banyak lahan tidur yang
masih belum dimanfaatkan oleh petani disebabkan kurangnya
modal dalam mengelolah lahan yang ada, lahan yang subur ini
sangat besar dampaknya bila dikelolah dengan baik dikarenakan
dapat membantu perekonomian masyarakat dan membuka
lapanga pekerjaan. Masyarakat khususnya para petani sangat
mengharapkan bantuan dari pemerintah baik dalam bentuk dana,
pelatihan keterampilan bantuan pengadaan alat prapanen, panen
maupun paska panen berbasis tekhnologi spesipik lokasi.
2) Perkebunan
Perkebunan yang ada dikecamatan Kecamatan Sungai
Batang seperti tanaman Kelapa, sawit, Jagung, pinang dan Jeruk
tetapi mayoritas masyarakat banyak memanfaatkan lahan
mereka dengan menanam Kelapa. Kalapa adalah salah satu
35
tanaman yang sangat digandrungi oleh petani karena hasil yang
sangat menguntungkan disamping itu pula usia tanaman ini
mencapai puluhan tahun dalam hasil panen sedangkan panen
dilakukan setiap 4 atau 6 bulan sekali.
Sama dengan pertanian, perkebunan juga memiliki
kendala dari segi pemahaman berkebun dalam hal ini petani
sangat mengharapkan adanya pelatihan-pelatihan yang dapat
menambah wawasan mereka dalam hal penaggulangan hama
dan penyakit serta bantuan untuk mengelolah lahan-lahan yang
masih kosong dan belum dimanfaatkan oleh pekebun. Pekebun
juga tak hanya mengaharapkan bantuan dari pemerintah
setempat namun mereka juga mengharapkan adanya Investor
yang berinvestasi di bidang pengolahan kelapa sawit dan
pinang, sehingga harga-harga hasil prkebunan dapat lebih baik.
Masalah terbesar yang dihadapi oleh pekebun maupun petani
dewasa ini adalah intrusi air asin yang masuk kedalam areal
perkebunan/pertanian sehingga perlu ditanggulangi dengan
melakukan perbaikan saluran perairan, normalisasi parit
(kanalisasi) dan pembangunan tanggul pengaman. 35
3) Perikanan dan Peternakan
Peternakan yang ada di Kecamatan Sungai Batang, salah
satu contoh adalah Desa Mugomulyo banyak masyarakat
35
Dokumen Kantor Camat Sungai Batang, Tahun 2018
36
berprofesi sebagai peternak baik itu Kambing maupun Sapi.
Desa Kuala Patah Parang dan Desa Kuala Sungai Batang adalah
sentera perikanan tangkap dan pembudidaya tambak. Disamping
itu Desa Kuala Patah Parang memiliki potensi besar di bidang
perikanan tangkap yang wilayahnya berada di pesisir timur yang
berhadapan langsung Kawasan Zona Ekonomi Eklusive (ZEE)
4) Perdagangan
Perdagangan atau juga sering disebut jual beli adalah
suatu proses transaksi yang telah disetujui oleh semua pihak
dengan suatu ketentuan. Perdagangan di Kecamatan Sungai
Batang berkembang cukup pesat dimana terdapat pasar yang
berada di pusat kota Kecamatan, dengan ini pusat transaksi
terjadi dengan seketika dipasar tersebut. Pasar Kecamatan
Sungai Batang telah berdiri sejak kecamatan ini masih berada
dalam wilayah Kecamatan Reteh otomatis pasar ini sudah
berkembang dengan seiringnya perubahan Kecamatan Sungai
Batang. Pasar Benteng sangat bermanfaat diantaranya
mekarnya suatu daerah dengan adanya suatu aktivitas
perekonomian, mekarnya daerah tersebut dapat dilihat dengan
banyaknya pertokoan, kios-kios, rumah makan. Dengan
didukung pelabuhan sandar tambat, bongkar muat, akses jalan
darat dan fasilitas penunjang lainnya.
37
5) Usaha Kecil dan Menengah
Usaha Rumah Tangga yang terdapat di Kecamatan
Sungai Batang banyak diantaranya pembuatan arang tempurung
kelapa, penjahit pakaian atau tekstil, pembuatan Kue serta Home
industri lainnya. Desa Kuala Patah Parang misalnya memiliki
potensi besar dibidang Home Industri Pembuatan Kerupuk
Udang dan Kerupuk Ikan. Usaha-usaha ini sangat mendukung
perkonomian masyarakat karena dapat menyerap tenaga kerja
yang relative banyak sehingga bisa membantu jalannya aktivitas
perekonomian yang mandiri. Kualitas usaha tersebut cukup
meyakinkan karena sudah banyak pendatang dari luar daerah
yang membeli hasil kerajinan maupun usaha lainnya. Disamping
itu usaha rumah tangga ini juga mempunyai kendala dari segi
permodalan untuk itu pengrajin maupun pengusaha kecil ini
mengharapkan kepada pemerintah setempat untuk dapat
memberikan bantuan dana serta pemasaran hasil usaha sehingga
tercapainya masyarakat yang makmur. 36
6) Perdagangan
Perdagangan atau juga sering disebut jual beli adalah
suatu proses transaksi yang telah disetujui oleh semua pihak
dengan suatu ketentuan. Perdagangan di Kecamatan Sungai
Batang berkembang cukup pesat dimana terdapat pasar yang
36
Dokumen Kantor Camat Sungai Batang, Tahun 2018
38
berada di pusat kota Kecamatan, dengan ini pusat transaksi
terjadi dengan seketika dipasar tersebut. Pasar Kecamatan
Sungai Batang telah berdiri sejak kecamatan ini masih berada
dalam wilayah Kecamatan Reteh otomatis pasar ini sudah
berkembang dengan seiringnya perubahan Kecamatan Sungai
Batang. Pasar Benteng sangat bermanfaat diantaranya
mekarnya suatu daerah dengan adanya suatu aktivitas
perekonomian, mekarnya daerah tersebut dapat dilihat dengan
banyaknya pertokoan, kios-kios, rumah makan. Dengan
didukung pelabuhan sandar tambat, bongkar muat, akses jalan
darat dan fasilitas penunjang lainnya.
E. Visi dan Misi Pemerintahan Kecamatan Sungai Batang
1. Visi
Terwujudnya Kecamatan Sungai Batang yang agamis
didukung oleh infrastruktur dan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas menuju masyarakat damai, tertib, adil makmur dan
sejahtera.
2. Misi
Meningkatkan kemampuan aparatur Pemerintah Kecamatan
Sungai Batang secara optimal.
39
F. Profil Desa Banteng Utara, Desa Mugomulyo dan Desa Banteng
Barat.
1. Desa Banteng Utara
Desa Banteng Utara terletak di Kecamatan Sungai Batang
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Desa Banteng Utara
mempunyai luas wilayah 23.20 Km2
dengan jumlah penduduk 1.407
jiwa atau 371 KK. Sebagian besar tingkat kehidupan dan sumber daya
manusi berprofesi sebagai wiraswasta, pedagang, petani sawah dan
lain-lain.37
LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH :
a. Luas Wilayah : 23.20 Km2
b. Batas Wilayah :
1) Sebelah Utara = Kecamatan Enok
2) Sebelah Selatan = Kelurahan Benteng
3) Sebelah Berat = Kelurahan Banteng
4) Sebelah Timur = Desa Pasengrahan
JUMLAH PENDUDUK : 1.407 JIWA
1. Laki-laki : 670 Jiwa
2. Perempuan : 717 Jiwa
JUMLAH RATA-RATA TINGKAT PENDIDIKAN
1. Belum Sekolah : 317 Jiwa
2. Tidak Sekolah : 143 Jiwa
37
Dokumen Kantor Camat Sungai Batang, Tahun 2018
40
3. Tidak Tamat SD : 143 Jiwa
4. SD : 358 Jiwa
5. SLTP : 216 Jiwa
6. SLTA : 190 Jiwa
7. Perguruan Tinggi : 40 Jiwa
JUMLAH SARANA IBADAH
1. Masjid : 1 Unit
2. Mushollah/Surau : 2 Unit
2. Desa Mugomulyo
Desa mugomulyo terletak di Kecamatan Sungai Batang
Kabupaten Indragiri Hilir profinsi Riau. Desa mugomulyo memiliki
luas wilayah 13,5 Km2 dengan jumlah penduduk 1.396 Jiwa atau 318
KK. Sebagian besar tingkat kehidupan dan sumber daya manusi
berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), wiraswasta, pedagang,
petani sawah dan lain-lain.
LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH
a. Luas wilayah : 13.5 Km2
b. Batas wilayah :
a) Sebelah Utara = Keluran Pusaran Kecamatan Enok
b) Sebelah Selatan = Desa Seberang Pulau Kijang
Kecamatan Reteh
c) Sebelah barat = Desa Banteng Barat
d) Sebelah timur = Kelurahan Benteng
41
JUMLAH PENDUDUK : 1.396 Jiwa
1) Laki-laki : 773 Jiwa
2) Perempuan : 623 Jiwa
JUMLAH RATA-RATA PENDIDIKAN
1. Tidak tamat SD : 178 Jiwa
2. SD : 250 Jiwa
3. SLTP : 282 Jiwa
4. SLTA : 623 Jiwa
5. Perguruan Tinggi : 66 Jiwa
JUMLAH SARANA IBADAH
1. Masjid : 1 Unit
2. Musholla/Surau : 10 Unit
3. Desa Benteng Barat
Desa Banteng Barat terletak di Kecamatan Sungai Batang
Kabupaten Indragiri Hilir profinsi Riau. Desa Banteng Barat memiliki
luas wilayah 22.28 Km dengan jumlah penduduk 913 Jiwa atau 200
KK. Sebagian besar tingkat kehidupan dan sumber daya manusia
berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), polri, wiraswasta,
pedagang, petani sawah dan lain-lain.
LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH
1. Luas wilayah : 22.28 Km
2. Batas wilayah :
42
a) Sebelah Utara = Keluran Pusaran 7 Kecamatan Enok
b) Sebelah Selatan = Desa Seberang Pulau Kijang Kecamatan
Reteh
c) Sebelah Barat = Desa Mekar Sari Kecamatan Reteh
e) Sebelah Timur = Desa Mugo Mulyo
JUMLAH PENDUDUK : 913 Jiwa
1. Laki-laki : 471 Jiwa
2. Perempuan : 422 Jiwa
JUMLAH RATA-RATA PENDIDIKAN
1. Tidak tamat SD : 462 Jiwa
2. SD : 270 Jiwa
3. SLTP : 136 Jiwa
4. SLTA : 45 Jiwa
5. Perguruan Tinggi : 7 Jiwa
JUMLAH SARANA IBADAH
1. Masjid : 2 Unit
2. Musholla/Surau : 5 Unit
43
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIIL PENELITIAN
A. Implementasi Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji di Kecamatan
Sungai Batang sebagai langkah Implementasi Peraturan Daerah
Indragiri Hilir Nomor 2 Tahun 2016.
Pendidikan Al-Qur‟an merupakan bagian dari upaya untuk mewujukan
sumber daya manusia yang cerdas, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Pendidikan Al-Qur‟an menjamin anak didik untuk mampu
menghadapi tantangan perubahan lokal, nasional dan global. Dalam kontek
visi dan misi, pembentukan peraturan daerah ini dimaksudkan untuk
tercapainya visi Kebupaten Indragiri Hilir yaitu Indragiri Hilir yang Berjaya
dan Gemilang Tahun 2025.
Walaupun Kabupaten Indragiri Hilir memiliki tingkat heterogenitas,
tetapi telah melebur dalam satu nilai kultural yang dijunjung secara bersama
yakni melayu. Masyarakat melayu yang dahulunya menjunjung tinggi nilai
Islam perlu dipertahankan oleh generasi penerusnya melalui pendidikan Al-
Qur‟an. Pendidikan Al-Qur‟an merupakan bagian pendidikan agama bagi
anak didik untuk lebih meningkatkan kecerdasan, keimanan , dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan pendidikan Al-Qur‟an
dilakukan mulai pada tingkat dasar sampai dengan menengah yang perlu
dilaksanakan di setiap kecamatan se-Kabupaten Indragiri Hilir. Akibatnya,
anak didik khusunya yang beragama Islam dapat membaca dengan fasih,
44
menulis, dan menghafal dengan benar, serta memahami dan menghayati isi
kandungan Al-Qur‟an.
Wilayah Kecamatan Sungai Batang sendiri terdiri dari 7 (tujuh) desa
dan 1 (satu) kelurahan. Dari 8 (delapan) wilayah yang ada di Sungai Batang
dapat dipastikan semuanya melaksanakan maghrib mengaji. Seperti yang
dijelaskan oleh Bapak Hardiansyah selaku Camat Sungai Batang, sebagai
berikut:
“Semua desa melaksanakan, kalo semua desa saya pastikan
melaksanakan. Tapi kalo di dalam desa mungkin tidak semua
lingkungan RT RW melaksanakan karena bisa saja RT ini bergabung
dengan RT ini, tapi semua desa melaksanakan. Apalagi yang tidak
melaksanakan maghrib mengaji berarti tidak dimanfaatkan
dananya.”38
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa seluruh desa telah
melaksanakan kegiatan Maghrib mengaji.
Dalam mengimplementasikan Peratuan Daerah Nomor 2 Tahun 2016
Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji. Camat Sungai Batang
menjelaskan bahwa pengimplementasiannya berfariasi, tetapi secara umum
membaik. Hasil wawancara penulis dengan Bapak Hardiansyah, selaku
Camat di Kecamatan Sungai Batang. beliau mengatakan:
“Itu berfariasi sebernanya ya, ada desa semangat gitu ya ada satu
tempat maghrib mengajinya menurun karena guru ngajinya pindah.
tapi kalau secara umum membaik gitu, artinya ada kualitas-kualitas
yang saya lihat muncul dipermukaan misalnya kita di sini motivasi
38
Wawancara, dengan bapak Hardiansyah selaku camat sungai batang, tanggal 4
Desember 2019.
45
misalnya MTQ tinggi. kita memang tidak juara umum gitukan tapi
semua yang dipertandingkan itu kita dapat piala walaupun juara
harapan empat tapi kita betul-betul orang Benteng tidak orang luar
kita ambil itu salah satu motivasi Maghrib mengaji itu jadi yang
pandai belajar.”39
Tidak sampai disitu saja, Bapak Hardiansyah kembali melanjutkan,
beliau mengatakan:
“Melihat di masyarakat itu timbul ada semacam ini yaa perubahan
struktur tingkat kepedulian kepada anak-anak mengenai agama itu
semakin baik karena ada fasilitas maghrib mengaji. Kalau dulu tak
ada sebutan maghrib mengaji kalau ngaji-ngajilah kalau sekarang
tidakkan, sekarang mangapa karena ada maghrib mengaji dan ini
dituangkan dalam suatu perda kemudian ada anjuran dari pemerintah
menindak lanjuti peraturan ini. Jadi, ada semacam beban moral dan
tanggung jawab sampai kapasitas terendah yang ini ketua RT RW.
Malu ketua RT RW kalau ditempatnya tak ada maghrib mengaji.”40
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa implementasi
peraturan daerah di Kecamatan Sungai Batang secara umum membaik. Hal
ini dilihat dengan timbulnya perubahan dan tingkat kepedulian masyarakat
terutama anak-anak mengenai pelajaran agama. Di samping itu, sebagaimana
yang dijelaskan oleh Bapak Hardiansyah selaku Camat Sungai Batang, bukan
hanya pemerintah kecamatan saja yang seharusnya tetapi sampai ketingkat
terendah. Gerakan Masyarakat Maghrib mengaji ini merupakan anjuran yang
ditindak lanjuti dengan peratutan dan juga merupakan tanggung jawab RT
RW. Mereka akan malu jika ditempatnya tidak melaksanakan maghrib
mengaji karena ini merupakan upaya mermeningkatkan kualitas sumber daya
39
Wawancara, dengan Bapak Hardiansyah selaku camat sungai batang, tanggal 4
Desember 2019. 40
Wawancara, dengan bapak Hardiansyah selaku camat sungai batang, tanggal 4
Desember 2019.
46
manusia yang ada di Kecamatan Sungai Batang. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya di antara siswa/i yang mengikuti maghrib mengaji mampu
berprestasi dan mewakili kecamatannya dalam perlombaan MTQ di tingkat
Kebupaten Indragiri Hilir.
Akan tetapi, peneliti mendapatkan kebuntuan data terkait dengan
jumlah Masjid, Mushalla, Guru dan Siswa/I yang ikut dalam kegiatan
Maghrib mengaji di Kecamatan Sungai Batang. Hal ini disebabkan karena
tidak semua kepala desa melaporkan jumlah Masjid, mushalla, tenaga
pengajar dan siswa, sebagaimana yang dijelaskan Bapak Hardiansyah selaku
Camat Sungai Batang. Karena tidak adanya data atau jumlah yang pasti maka
peneliti menangkap ada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana harusnya.
Hardiansyah selaku camat sungai batang, menjelaskan :
“Kalo itu kami tak bisa punya data lengkap tu, sebab tak semua
kepala melaporkan semua mushalla melaksanakan maghrib mengaji.
Jumlahnya ada desa yang melaporkan ada yang tidak, yang jelas
semua mushalla itu melaksanakan maghrib mengaji itu laporan dari
masing-masing desa. Berapa yang ikut maghrib mengaji ini sifatnya
komulatif gitu ya, malam ini mungkin bisa 12 (dua belas) malam
besok mungkin bisa 30 (tiga puluh) tergantung anak tu mau pergi atau
tidak. Tapi itu menjadi catatan kami, kemaren sudah menjadi catatann
supaya masing-masing desa menyampaikan, jadi kita akan revisi lagi
mekanismenya. Saya tidak berani nyampaikan sekian-sekian karena
tidak semua kepala desa nyampaikan laporan”.41
41
Wawancara, dengan Bapak Hardiansyah selaku Camat Sungai Batang, tanggal 4
Desember 2019.
47
Dari uraian Bapak Hardiansyah di atas dapat diketahui bahwa jumlah
Masjid dan mushalla yang mengikuti Maghrib mengaji belum diketahui
dengan pasti. Akan tetapi semua desa telah mengimplementasian peraturan
daerah tersebut sudah merata disemua desa.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti semua desa yang ada di
Kecamatan Sungai Batang. Akan tetapi peneliti memfokuskan penelitian
implementasi peraturan daerah tersebut di Kecamatan Sungai Batang, pada
tiga desa, yaitu;
1. Desa Benteng Utara
2. Desa Mugomulyo
3. Desa Benteng Barat
Untuk mengetahui pengimplementasian peraturan daerah tersebut di
Desa Benteng Utara sudah dilaksananakan sesuai dengan peraturan daerah
yang berlaku, peneliti wawancarai perangkat Desa Benteng Utara yaitu Ibu
Hanifah, selaku Sekretaris Desa Benteng Utara.
“Sesuai dengan peratuan pemerintah kebupaten Indragiri hilir nomor
2 tahun 2016 tentang gerakan maghrib mengaji itu sudah kami
laksanakan dari tahun 2016 sampai dengan sekarang.”42
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan Ibu Hanifa selaku
Sekretaris Desa Benteng Utara, yang dalam hal ini mewakili Pemerintah
Desa Benteng Utara menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan
42
Wawancara, dengan Ibu Hanifah sebagai sekretaris Desa Benteng Utara, tanggal 7
Oktober 2019.
48
Maghrib mengaji di Desa Benteng Utara, memang sudah ada dan berjalan,
mulai sejak peraturan daerah itu ditetapkan pada tahun 2016.
Selain itu, di Desa Mugomulyo sedikit berbeda dengan Desa Benteng
Utara dalam mengimplementasikan peraturan daerah ini. Perbedaan ini
disebabkan karena pemerintah Desa Mugomulyo bekerja sama dengan pihak
Yayasan Pondok Pesantren Al-Huda. Kerja sama ini tentu tidak lepas dari
berbagai pertimbangan dan kondisi masyarakat setempat salah satunya
dikarenakan lokasi pondok pesantren yang terbilang cukup besar dan luas
sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Sufyan selaku Kepala Urusan
Pemerintah Desa Mugomulyo
“Untuk program kegiatan maghrib mengaji yang diadakan di
Kabupaten Indragiri Hilir yang bertempat di Desa Mugo Mulyo
sejak mulai tahun 2016 (dua ribu enam belas) sampai 2019 (dua
ribu Sembilan belas) untuk pelaksanaanya di desa mugo mulyo
untuk program maghrib mengaji ini digabungkan dengan yayasan
Pondok Pesantren Al-Huda mugo mulyo yang disana program
pelaksanaannya sudah tergabung dengan kegiatan yang dekat
dilaksanakan oleh Madrasah Qur‟an yang ada di yayasan pondok
pesantren al-huda mugo mulyo yang disitu terbagi menjadi empat
kelompok maghrib mengaji di pondok pesantren baik itu pondok
pesantren putri dan putra di yayasan pondok pesantren al-huda
mugo mulyo yang disitu melibatkan anak-anak pelajar dari tingkat
Madrasah Ibtidaiyah sampai kejenjang tsanawiyah dan aliyah.”43
Wilayah pondok pesantren yang luas ini juga membewa pengaruh
positif yang lain bagi masyarakat sekitarnya. Salah satunya adalah
lingkungan masyarakat menjadi religius. Selain karena disebabkan
43
Wawancara, dengan Bapak Sofyan sebagai KAUR Pemerintahan Desa Mugo Mulyo,
tanggal 8 Oktober 2019.
49
luasnya wilayah pondok pesantren, masyarakat Desa Mugomulyo yang
religius juga disebabkan karena budaya atau adat istiadat yang selalu
mendahulukan agama telah mendarah daging dan tetap dipegang teguh
oleh masyarakat Mugomulyo hingga saat ini. Hal ini tercermin dari
pendidikan agama yang dimulai sejak anak-anak hingga remaja
sebagaimana yang dijelaskan Ibu Binti Kurimah selaku orang tua dari
salah seorang santri atau siswi maghrib mengaji, belaiu mengatakan:
“Ya bagus lah, kan kalo ada anak tidak ada program itu paling anak
nonton tv dan belajar. Kalo disini program ini memang sudah ada
sejak dulu sudah lama berpuluh-puluh tahun memang sudah ada,
dan orang sinikan anu ya religius ya. Jadi memang anak itu
walaupun tidak ada program maghrib mengaji itu pokoknya setelah
maghrib itu yaa harus gitu hampir semuanya gitu sudah menjadi
adat dan wajib lah, anak itu sudah ngaji di rumah baru setelah ngaji
baru pelajaran sekolah sudah itu, sudah mendarah daging lah bagi
anak-anak sini kan disini daerah pesantren.”44
Di Lingkungan wilayah pondok pesanten sendiri para santri banyak
disebukkan dengan kegiatan-kegiatan mulai dari pagi sampai sore.
Kegiantan yang dilaksananakan di pondok pesantren itu bermacam-
macam seperti mengaji Al-Qur‟an dan Fiqh dan lain-lain.
“Misalnya jam 7 (tujuh) sudah berangkat balek jam 2 (dua) baru
balek kadang ada kursus dan lain-lain. Kadang itu belak hanya
setengah jam saja sampai setengah 5 (lima), kadang setelah Ashar
itu juga ada pengajian lagi kadang ada ziarah kubur atau acara apa.
Kadang anak yang jauh itu nggak balik lagi kalo yang agak dekat
balek lagi. Sebelum maghrib itu berangkat lagi ke pondok baliknya
jam 6 (enam) pagi. Belajarnya ya kitab-kitab, tajwid, fiqh, akhlak
itu. Disini tu pengajiannya itu nggak harus setelah maghrib, jadi
44
Wawancaa dengan Ibu Binti Kurimah, selaku orang tua siswa maghrib mengaji di Desa
Mugomulyo, tanggal 4 Desember 2019.
50
waktu maghrib itu sudah waktu untuk istirahat, jadi ngajinya
dipindah ke siang artinya siangnya itu dari pagi samape sore full
ngaji.”45
Namun yang sangat disayangkan adalah eksistensi maghrib
mengaji di Desa Mugomulyo kalah pamor dari banyaknya kesibukan
siswa/i yang ada di pondok pesantren. Akibatnya Maghrib mengaji
disana kurang berjalan sebagaimana mestinya. Kesibukan mereka
mengaji pondok pada waktu siang berdampak pada kebanyakan dari
siswa siswi menggunakan waktu Maghribnya untuk beristirahat. Selain
itu, waktu Maghrib, mereka gunakan untuk belajar pelajaran sekolah di
rumah masing yang dibantu oleh orang tua mereka sendiri. Meskipun
demikian bukan berarti tidak dilaksanakan kegiatan mengaji, hanya saja
waktu pelaksanaanya yang berbeda.
Selanjutnya implementasi peraturan daerah di Desa Benteng Barat
mengalami perkembangan dari tahun ketahun sebagaimana yang
dijelaskan Bapak Badrun ketika ditanya bagaimana implementasi
kegiatan ini, beliau mengatakan:
“Alhamdulillahkan maghrib mengaji di Benteng Barat terus
berjalan, dan ada perubahannya tahun ke tahun dari sementajak di
adakan. Ini kan bagus ya, untuk anak-anak terbantu dengan adanya
maghrib mengaji.”46
45
Wawancaa dengan Ibu Binti Kurimah, selaku orang tua siswa maghrib mengaji di Desa
Mugomulyo, tanggal 4 Desember 2019. 46
Wawancara, dengan Bapak Badrun sebagai Bendahara Desa Benteng Barat, tanggal 8
Oktober 2019.
51
Dari uraian di atas dapat diketahui kegiatan Maghrib mengaji di
Desa Benteng Barat mengalami perkembangan dari tahun ketahun.
Perkembangan dapat dilihat dari penambahan jumlah Masjid, mushalla
yang melaksanakan Maghrib mengaji. Jumlah Masjid, mushalla pada
tahun 2016 (dua ribu enam belas) itu berjumlah 7 (tujuh) orang, dan
bertambah 2 (dua) orang tenga pengajar Maghrib mengaji pada tahun
2017 (dua ribu tujuh belas). Jadi, jumlah tenaga pengajar untuk tahun
2017 (dua ribu tujuh belas) yaitu 9 (Sembilan) orang, jumlah ini
bertahan sampai dengan 2018 (dua ribu delapan belas). Setelah itu baru
kemudian pada tahun 2019 (dua ribu sembilan belas) ada penambahan 1
(satu) mushalla yang ada di Parit Kaddas 1 dan jumlah tenaga pengajar
Maghrib mengaji secara otomatis juga mengalami penambahan menjadi
10 (sepuluh) orang tenaga pengajar. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ibu
Mardiana sebagai Sekretaris Desa Benteng Barat sebagai berikut:
“Kalo untuk tahun 2016 (dua ribu enam belas) mushalla ada 4
(empat) masjid 2 (dua), dulu 2016 (dua ribu enama belas) guru
maghrib mengaji 7 (tujuh) kemudian ditahun 2017 (dua ribu tujuh
belas) dan 2018 (dua ribu delapan belas) ada penambahan 2 (dua),
di 2019 (dua ribu sembilan belas) penambahan lagi 1 (satu). Jadi
untuk tahun 2019 (dua ribu sembilan belas) ini total guru maghrib
mengaji ada 10 (sepuluh).”47
47
Wawancaa dengan Ibu Mardiana, sebagai Pjs Sekretari Desa Benteng Barat , tanggal 5
Desember 2019.
52
Perkembangan dan kemajuan seperti ini yang seharusnya
terjadinya disetiap desa yang melaksanakan maghrib mengaji. Perubahan
selalu ada dan mengarah kepada keberhasilan.
Tidak dapat dipungkiri tegaknya peraturan daerah ini bersamaan
dengan cita-cita dan harapan besar dengan karena program/kegiatan ini
nantinya mampu memberi pengaruh terhadap kehidupan sosial
masyarakat yang beragama Islam.
Dari sisi lain dengan tegaknya peraturan ini diharapkan dapat
menjadi payung hukum bagi program kegiatan Maghrib mengaji itu
sendiri, dan memberi kejelasan kewajiban dan hak pengajar, dan bagi
orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ini, agar kebijakan tepat
sasaran.
1. Respon Masyarakat dengan Adanya Gerakan Maghrib Mengaji.
Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antar
manusia. Robert M. Mclver mengatakan: “masyarakat adalah suatu system
hubungan-hubungan yang ditata (society means a system ordered
relation)”. Masyarakat dapat menunjuk pada masyarakat kecil, misalnya,
masyarakat kelompok etnis batak di Sumatra Utara atau masyarakat yang
lebih luas nation state seperti masyarakat Indonesia. Dalam masyarakat
53
seperti ini anggota masyarakat dapat berintraksi satu sama lain karena
faktor budaya dan faktor agama, dan/atau etnis.48
Tanggapan masyarakat terhadap gerakan maghrib mengaji sangat
mendukung. Hal ini dapat dibuktikan dari tanggapan masyarakat Desa
Benteng Utara seperti yang disampaikan oleh Ibuk Siti Jannah beliau
mengatakan.
“Alhamdulillah saya bersyukur anak-anak saya belajar apalagi
masalah agama itu sangat penting buat bekal di dunia dan
diakhirat. Yang biasanya anak-anaknya setelah maghrib menonton
tv main gem di hp, sekarang anak-anak bisa belajar mengaji bisa
menambah ilmu agama.”49
Selanjutnya sebagaimana yang dijelaskan Ibu Binti Kurimah
selaku masyarakat Desa Mugomulyo belaiu mengatakan:
“Ya bagus lah, kan kalo ada anak tidak ada program itu paling anak
nonton tv dan belajar. Kalo disini program ini memang sudah ada
sejak dulu sudah lama berpuluh-puluh tahun memang sudah ada,
dan orang sinikan anu ya religius ya. Jadi memang anak itu
walaupun tidak ada program maghrib mengaji itu pokoknya setelah
maghrib itu yaa harus gitu hampir semuanya gitu sudah menjadi
adat dan wajib lah, anak itu sudah ngaji di rumah baru setelah ngaji
baru pelajaran sekolah sudah itu, sudah mendarah daging lah bagi
anak-anak sini kan disini daerah pesantren.”50
Demikian juga yang sampaikan oleh salah seorang masyarakat
Desa Benteng Barat dengan adanya maghrib mengaji yaitu Bapak Sattar
beliau mengatakan:
48
Mariam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2015), hlm 46. 49
Wawancara via telepon dengan Ibu Siti Jannah sebagai masayarakat Desa Benteng
Utara, tanggal 10 februari 2020. 50
Wawancaa dengan Ibu Binti Kurimah, selaku orang tua siswa maghrib mengaji di Desa
Mugomulyo, tanggal 4 Desember 2019.
54
“Bagus, karena jadi anak-anak ada kegiatan mengaji. dari pada
cuman baring tidur, nonton tv kan. Karena ngaji ni kan penting
banyak orang yang punya sekolah tapi ngaji dak bisa.”51
Dari penjelasan diatas adapun kebanyakan respon masayarakat
terhadapat adanya kegiatan maghrib mengaji menyambut baik, dan
berharap banyak dari kegiatan ini. Dengan adanya maghrib mengaji
dianggap dapat merubah kebiasan yang dulunya menonton tv menjadi
pergi ke Masjid atau Mushalla untuk mengaji.
2. Daftar Nama-Nama Tenaga Pengajar Maghrib Mengaji.
Dalam situasi pembelajaran Al-Qur‟an, tenaga pengajar
merupakan komponen yang penting dalam meningkatkan mutu dan
kegemaran membaca Al-Qur‟an. Ini disebabkan tenaga pengajar berada
di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain,
tenaga pengajar merupakan komponen yang paling berpengaruh
terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas,
dengan demikian upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk
meningkatkan pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang
signifikan tanpa didukung oleh tenaga pengajar yang kreatif, profesional
dan berkompeten. Oleh karena itu, diperlukanlah tenaga pengajar
mengaji yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang
tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya.
51
Wawancara via telepon dengan bapak sattar sebagai masyarakat desa benteng barat,
tanggal 10 februari 2020.
55
Tanaga pengajar dalam memberikan pengajaran secara umum
sudah menggunakan metode sesuai dengan yang ada dalam peraturan
daerah, salah satunya meliputi:
a. Membaca Al-Qur‟an
b. Manulis Al-Qur‟an
c. Seni baca Al-Qur‟an
d. Metode pembelajaran lain yang sesuai dengan perkembangan
pendidikan Al-Qur‟an52
Al-Qur‟an yang mempunyai kedudukan penting bagi kehidupan
manusia, karena pengenalan al-Qur‟an mutlak diperlukan. Upaya
mengenalkan Al-Qur‟an itu bukan hanya mengetahui dari segi fisik dan
aspek sejarah semata, namun yang lebih penting adalah bagaimana umat
Islam mampu membaca, menghafal sekaligus memahami serta
mengamalkan makna yang terkandung dalam butir-butir ayat demi ayat
dari al-Qur‟an.53
Tenaga pengajarnya sendiri itu mereka mempunyai kewajiban yang
diatur dalam pasal 10, yaitu;
1. Melaksanakan tugas dengan penuh tanggunga jawab
52
Peraturan Daerah Kabupaten Idragiri Hilir Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji, Pasal 6 53 Satturi, “Implementasi Gemar Mengaji Dalam Pembinaan Baca Tulis Al-Qur‟an
Perspektif Pendidikan Islam Di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng” Tesis UIN
Alauddin Makassar 2018.
56
2. Meningkatkan kemampuan professional sesuai dengan
perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi untuk
mencapai tujuan gemar mengaji dan
3. Menjaga marwah sesuai dengan amanah yang telah diberikan
masyarkaat.54
Di bawah ini adalah daftar nama-nama tenaga pengajar Maghrib
mengaji di Desa Benteng Utara, Desa Mugomulyo, dan Desa Benteng
Barat Kecamatan Sungai Batang.
a. Desa Benteng Utara
Pada tahun 2016 (dua ribu enam belas) jumlah guru maghrib
mengaji yaitu 7 (tujuh) orang. Namun dari tahun 2017 (dua ribu tujuh
belas) sampai dengan sekarang mengalami penambahan menjadi 8
(delapan) orang tenga pengajar Maghrib mengaji.
No Nama Guru Banyak Santri Tempat/lokasi
1 H. abdul Rahman 8 orang Masjid Darurrahman
2 H. Ahmad 10 orang Masjid Darurrahman
3 Hamidah 14 orang Masjid Darurrahman
4 Patimang 15 orang Masjid Darurrahman
5 Hj. Sami 15 orang Masjid Darurrahman
6 Abd Aziz 18 orang Mushalla Nurul Huda
54
Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomo 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji Pasal 10.
57
7 Salma 35 orang Mushalla Nurul Huda
8 Rohana 6 orang Mushalla Nurul Huda
Pelaksanaan kegiatan maghrib mengaji yang ada di Desa Benteng
Utara, dengan berjumlah 8 (tujuh) orang tenaga pengajar, yang mengajar
dengan jumlah santri sebanyak 121 (setarus dua puluh satu) yang terbagi
menjadi 3 (tiga) kelompok, yang dilaksanakan pada waktu yang berbeda
maksudnya, jika 1 (satu) kelompok menggunakan masjid/mushalla
maka, 2 (dua) kelompok yang lain mengaji dirumah gurunya masing-
masing, tetapi untuk malam jum‟at diharuskan untuk seluruh kelompok
pergi mengaji di Masjid.
b. Desa Mugomulyo
No Nama jabatan Tempat keteranga
1 Romlani Guru Masjid Kelompok 1
2 Imam syafi‟i Guru
Pondok
Putra
Kelompok 2
3 Ihsan Guru
Pondok
Putri
Kelompok 3
4
Mazinatul
Muallamah
Guru
Pondok
Putri
Kelompok 4
58
c. Desa Benteng Barat
Desa Benteng Barat mengalami perkembangan dari tahun
ketahun sebagaimana yang dijelaskan Bapak Badrun ketika ditanya
bagaimana implementasi kegiatan ini, beliau mengatakan:
“Alhamdulillahkan maghrib mengaji di Benteng Barat terus
berjalan, dan ada perubahannya tahun ke tahun dari sementajak
di adakan. Ini kan bagus ya, untuk anak-anak terbantu dengan
adanya maghrib mengaji.”55
Dari uraian di atas dapat diketahui kegiatan Maghrib mengaji di
Desa Benteng Barat mengalami perkembangan dari tahun ketahun.
Perkembangan dapat dilihat dari penambahan jumlah Masjid,
mushalla yang melaksanakan Maghrib mengaji. Jumlah Masjid,
mushalla pada tahun 2016 (dua ribu enam belas) itu berjumlah 7
(tujuh) orang, dan bertambah 2 (dua) orang tenga pengajar Maghrib
mengaji pada tahun 2017 (dua ribu tujuh belas). Jadi, jumlah tenaga
pengajar untuk tahun 2017 (dua ribu tujuh belas) yaitu 9 (Sembilan)
orang, jumlah ini bertahan sampai dengan 2018 (dua ribu delapan
belas). Setelah itu baru kemudian pada tahun 2019 (dua ribu
sembilan belas) ada penambahan 1 (satu) mushalla yang ada di Parit
Kaddas 1 dan jumlah tenaga pengajar Maghrib mengaji secara
otomatis juga mengalami penambahan menjadi 10 (sepuluh) orang
tenaga pengajar.
55
Wawancara, dengan Bapak Badrun sebagai Bendahara Desa Benteng Barat, tanggal 8
Oktober 2019.
59
No Nama Jabatan Tempat Keterang
1 Hj. Siti Fatimah Guru Prt. Kaddas II Kelompok 1
2 Syarifuddin Guru Prt. Kaddas II Kelompok 2
3 Multazam Guru Prt. Kaddas II Kelompok 3
4 Raudah Guru Prt. H. Umar Kelompok 4
5 Sania Guru Prt. H. Umar Kelompok 5
6 M. Arafa Guru Prt. Baru 2 Kelompok 6
7 Ngendrek Guru Prt. H. Ambok Kelompok 7
8 Lina Mariana Guru Prt. . Kaddas II Kelompok 8
9 Hajjarah Guru Prt. H. Geddong Kelompok 9
10 Syamsuddin Guru Prt. Kaddas II Kelompok 10
60
3. Jadwal Kegiatan Maghrib Mengaji
Berikut ini adalah jadwal gerakan masyarakat maghrib mengaji di
Masjid Darurrahman Desa Benteng Utara Kecamatan Sungai Batang.
No Hari/Malam Kegiatan Tanaga pengajar
1 Senin dan
selasa
Belajar membaca Iqra dan Al-
Qur‟an Kecil untuk yang
tahapan Al-Qur‟an)
Hj. Sami
2 Rabu dan
kamis
Belajar Tajwid, Tilawah (seni
baca al-qur‟an) bagi anak-
anak yang sudah fasih
bacaannya.
Abd aziz
3 Jum‟at Membaca surah yasin dan
shalawat
Semua Guru
4 Sabtu Tadarusan Salma
Jadwal mengaji di Masjid Darur Rahman diatur oleh pemerintah
desa. Hal ini sebagaimana yang jelaskan Ibu Hanifah selaku sekretaris
Desa Benteng Utara, sebagai berikut :
“Kalo malam jum‟at itu gabung semua murid semua guru gabung
dimasjid, selainnya itu berdasarkan jadwal yang kami berikan
kepada guru maghrib mengaji, mereka kalo dak salah mereka dua
dalam seminggu turun kemasjid, masalahnya kalo nggak diberikan
61
jadwal nanti ada yang turun ada yang tidak, jadi kami haruskan
turun ke masjid.”56
Untuk mendapatkan data lapangan lebih pasti mengenai jadwal
Maghrib mengaji, peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru
maghrib mengaji yang ada di Desa Benteng Utara, yaitu Ibu Salma
sebagai berikut :
“Kan disini ada jadwal maghrib mengaji banyak gitu jadi ada dua
malam dalam seminggu misalnya ada 3 (tiga) orang guru jadi dua
malam gitu, kalo aku malam minggu sama malam jum‟at itu di
masjid. Yang malam jum‟at turun semua guru karena yasinan, kalo
malam senin itu lain gurunya anak muridnya juga lain lagi, ada
anak murid masing-masing ganti-gantian berputar dia.”57
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa jadwal mengaji sesuai
dengan jadwal yang diberikan oleh pemerintah desa. Dengna demikian,
para tenaga pengajar mengaji hanya turun ke masjid sesuai dengan
jadwal mereka masing-masing seperti yang dijelaskan oleh Ibu Salma.
Dengan begitu, jika Ibu Salma yang turun ke masjid maka tenaga
pengajar lainnya, mengaji di rumah mereka masing-masing atau dengan
kata lain setiap tenaga pengajar memiliki muridnya masing-masing.
Jika di Desa Benteng Utara jadwal mengajinya diberikan oleh
pihak pemerintah desa, akan sedikit berbeda di Desa Benteng Barat yang
pelaksanaan Maghrib mengajinya diatur oleh tenaga pengajar, mulai dari
malam senin sampai malam kamis mengaji tadarusan dan untuk malam
56
Wawancara, dengan Ibu Hanifah sebagai sekretaris Desa Benteng Utara, tanggal 7
Oktober 2019. 57
Wawancaa dengan Ibu Salma, sebagai Tenaga Pengajar Maghrib Mengaji di Desa
Benteng Utara, tanggal 4 Desember 2019.
62
jum‟at diisi dengan yasinan, sedangkan malam sabtu dan minggu
diliburkan. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Lina Mariana, sebagai
berikut :
“Jadwal mengajarnya dari malam senin sampai malam kamis,
malam jum‟at diisi yasinan. Malam sabtu dan minggu itu kami
liburkan.”58
Ibu Lina Mariana juga menambahkan :
“Awalnya saya mengaji dirumah dulu, setelah kegiatan maghrib
mengaji dari pererintah ini, deprogram dari pak Wardan ni untuk
pindah ke Mushallah. Kalo saya untuk tajwid kan masih dasar
untuk yang iqra itu kita pengenalan huruf terus tau huruf dulu dan
yang sudah baca al-qur‟an itu otomatis tajwidnya itu kita perbaiki,
kalo melagu seni itu kalo saya tidak, itu kan guru qiro‟ah ada
sendiri. Murid-murid saya dari TK sampai ke tsanawiyah kelas 3
(tiga) kalo sudah tsanawiyah itu keluarlah kan sudah pindah
sekolah”.59
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tadarusan dimulai dari
pengenalan huruf bagi yang masih iqra dan bagi yang sudah membaca Al-
Qur‟an lebih kepada perbaikan tajwid.
Dari uraian-uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa (3) tiga
desa di Kecamatan Sungai Batang telah melaksanakan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji.
58
Wawancaa dengan Ibu Lina Mariana , sebagai Tenaga Pengajar Maghrib Mengaji di
Desa Benteng Barat, tanggal 5 Desember 2019. 59
Wawancaa dengan Ibu Lina Mariana , sebagai Tenaga Pengajar Maghrib Mengaji di
Desa Benteng Barat, tanggal 5 Desember 2019.
63
4. Sasaran Maghrib Mengaji
Dalam implementasi program pemerintah Kabupaten Indragiri
Hilir melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji, pada pasal 4 kegiatan ini ditujukan untuk
seluruh kalangan masyarakat khusunya yang beragama Islam.
Akan tetapi sangat disayangkan sasaran yang dimaksud belum
maksimal. Hal ini dikarenakan sebagaimana yang disebutkan dalam
peraturan daerah, sasaran maghrib mengaji adalah seluruh masyarakat
yang beragama Islam baik laki-laki maupun perempuan dari usia anak-
anak, remaja, dewasa samapai orang tua.60
Akan tetapi, pada kenyataannya
masyarakat yang kebanyakan turut serta dalam kegiantan Maghrib mengaji
ini hanyalah kalangan anak-anak samapai dengan remaja yang
dilaksanakan Masjid, mushalla dilingkungan tempat tinggal atau dirumah
rumah, sedangkan masyarakat dewasa dan orang tua tidak turut serta
dalam mengimplementasikan peraturan daerah tersebut.
Masyarakat dewasa dan orang tua yang seharusnya juga memberi
andil dalam pelelaksaan Maghrib mengaji tetapi nyatanya tidak.
Melainkan, mereka hanya memberikan dorongan dan motivasi kepada
anak-anaknya. Padahal sudah jelas gerakan maghrib mengaji bertujuan:
1. Membangkitkan kembali budaya mengaji dilingkungan
masyarakat
60
Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji, Pasal 4.
64
2. Memperkuat pemahaman nilai-nilai Al-Qur‟an sebagai
tuntunan kehidupan masyarakat
3. Mempersiapkan generasi yang memahami tentang pokok-
pokok ajaran agama Islam dan membrantas buta aksara Al-
Qur‟an sehingga membentuk pribadi yang berakhlaqul karimah
dan memiliki karakter keagamaan yang kuat
4. Mewujudkan masyarakat dalam suasana aman, damai,
harmonis yang bermoral beretikan dan berbudaya sesuai
dengan misi daerah.61
Jika hal semacam ini terus terjadi, tidak menutup kemungkinan
tujuan dan sasaran dari kebijakan ini tidak akan pernah dicapai.
Begitupun juga dengan hak tenaga pengajar maghrib mengaji. salah satu
haknya yaitu mendapatkan pelatihan.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam implementasi Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib
Mengaji di Kecamatan Sungai Batang.
Ada berbagai macam faktor yang mendukung dan menghambat dalam
mengimplementasikan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan Sungai Batang.
61
Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji, Pasal 3.
65
1. Faktor Pendukung
Faktor-faktor pendukung dalam berjalannya implementasi
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat
Maghrib Mengaji di Kecamatan Sungai Batang terdiri dari 5 (lima) faktor
yaitu:
a. Faktor Pemerintah
Pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan dalam
hal ini yakni pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, melalui Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib.
Terkhusus pemerintah Kecamatan Sungai Batang dengan melakukan
pertemuan dengan kepala desa dan lurah guna menyeru dan selalu
menghimbau masyarakat dan para orang tua.
“Kita selalu menekankan kepada kepala desa dan lurah itu, agar
kegiatan maghrib mengaji ini selalu dimotivasi, setiap
pertemuan bangkitkan masyarakat itu bangkitkan anak kita
mengaji ya gitu. Kemudian kita upayakan bagaimana yang
ditunjuk menjadi guru itu merasa memiliki tanggung jawab
artinya ini ibadah gitu ya, sebab kalo dihitung gajinya belum
bisa maksimal, kita juga selalu mengevaluasi mungkin turun
mendadak dan itu mungkin bukan pribadi camat Kasi-Kasi
turun dalam rangka untuk memotivasi ini guru ngajinya. Oww
saya ini dikunjungi kan gitu”.62
Dari uraian yang disampaikan oleh Bapak Hardiansyah selaku
Camat Sungai Batang dapat diketahui bahwa pemerintah Camat
62
Wawancara, dengan Bapak Hardiansyah selaku camat sungai batang, tanggal 4
Desember 2019.
66
Sungai Batang khususnya selalu mendukung dan mendorong
masyarakat mulai anak-anak hingga orang tua, selain itu tenaga yang
telah ditunjuk harus menjalankan kewajibannya. Tidak hanya itu
terkadang juga melakukan sidak dalam rangka mengevaluasi dan
memotivasi tenaga pengajar sehingga tenaga pengar merasa
diperhatikan.
b. Faktor Regulasi
Pengambilan keputusan sebagai konsep pokok dari politik
menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif
mengikat seluruh masyarakat. Keputusan-keputusan itu dapat
menyangkut tujuan masyarakat, dapat pula menyangkut kebijakan-
kebijakan untuk menjapai tujuan itu. 63
Maghrib mengaji diatur dalam sebuah regulasi atau peraturan.
Tujuan dibuatnya regulasi yakni sebagai dasar hukum kegiatan
Maghrib mengaji di Kabupaten Indragiri Hilir. Regulasi tersebut
berlaku untuk seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Indragiri
Hilir termasuk Kecamatan Sungai Batang.
Ragulasi ini tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2016 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji. Dalam
peraturan tersebut terdapat sepuluh bab. Selalin peraturan daerah
kegiatan maghrib mengaji ini juga didukung oleh surat keputusan dari
masing-masing pemerintah desa yang berisikan nama-nama tenaga
pengajar.
63
Mariam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Pt.Gramedia Pustaka Utama,
2015), hlm 19.
67
c. Faktor Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar atau guru mengaji pada kegiatan Maghrib
mengaji merupakan faktor pendukung yang sangat mendasar dari
kegiatan ini. Tenaga pengajar adalah orang yang dipilih oleh
pemerintah dan masyarakat atau mengajukan diri, guru ialah orang
yang dianggap oleh masyarakat setempat mengerti tentang ilmu-ilmu
Al-Qur‟an dan mengetahui bagaimana membaca Al-Qur‟an yang
benar, bukan hanya soal mengerti atau mengetahuinya. Di samping
itu, juga didukung adanya kemauan dari pribadi seorang tenaga
pengajar karena mungkin ada di antara masyarakat yang mengerti dan
mengetahui tentang Al-Qur‟an, tetapi tidak mau menjadi guru
maghrib mengaji.
Dari kebanyakan tenaga pengajar maghrib mangaji yang ada,
materi yang mereka ajarkan adalah memperkenalkan huruf hijaiyyah
untuk anak-anak yang masih tingkat iqra, sedangkan untuk anak-anak
yang Al-Qur‟an pelajaran mengenai tajwid dan seni baca Al-Qur‟an.
Dari segi pengangkatan atau pemilihan tenaga pengajar Maghrib
mengaji penulis melakukan wawancara dengan Bapak Badrun selaku
warga masyarkat Desa Benteng Barat yang juga merupakan perangkat
Desa Benteng Barat. Beliau mengatakan:
“istilahnya kemauan masyarakat, dorongan dari masyarakat yang
dibantu desa lagi pun itu guru-guru dari sekolah.”64
64
Wawancara, dengan Bapak Badrun sebagai Bendahara Desa Benteng Barat, tanggal 8
Oktober 2019.
68
Dari hasil wawancara, penulis menangkap bahwa tidak adanya
standar kualifikasi tertentu yang harus dimiliki calon tenaga
pengajar Maghrib mengaji. Dengan demikian dipilih selayakknya
saja misalnya, karena dulunya memang tenaga pengajar mengaji
sebelum adanya program ini, maka setelah adanya program ini
lansung dipilih menjadi tenaga pengajar Maghrib mengaji.
d. Faktor Materil (Pembiayaan)
1. Pembiayaan pelaksanaan maghrib mengaji berasal dari
a. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
Kabupaten Indragiri Hilir
b. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
2. Pembiayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dipergunakan untuk
a. Bantuan operasional masyarakat maghrib mengaji.
b. Insentif tenaga pendidik maghrib mengaji.
c. Bantuan sarana dan prasarana kegiatana masyarakat
maghrib mengaji.
d. Dan lain-lain.65
Adapun perbedaan sebelum dan sesudah adanya peraturan
daerah ini ialah dengan adanaya pemberian Insentif kepada tenaga
pengajar Maghrib mengaji. Besaran insentif yang diterima oleh
tenaga pengajar berdasarkan hasil penelitian yaitu dengan jumlah
65
Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomo 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji Pasal 16.
69
sekitar 300.000.00 (tiga ratus ribu rupiah) untuk setiap tenaga
pengajar. Jika kita jumlah untuk per 6 (enam) bulan sekali, maka
hasilnya setiap tenaga pengajar memperoleh jumlah insentif
dengan total 1.800.000.00 (satu juta delapan ratus ribu rupiah)
itulah jumlah yang diterima oleh setiap tenaga pengajar maghrib
mengaji yang ada di Kecamatan Sungai Batang.
Dari insentif yang ada tenaga pengajar dapat mengambilnya
lansung ke kantor desa sesuai dengan prosedur yang ada tenaga
pengajar hanya menanda tangani bukti daftar penerima insentif
Maghrib megaji yang ada di kantor desa dan juga kadang-kadang
pemerintah desa yang mengantarkan langsung ke rumah tenaga
pengajar seperti yang dikatakan oleh Ibu Hanifah.
“Jadi setidaknyakan adalah ibaratnya upah uang lelahnya
untuk guru maghrib mengaji itu kalau selama inikan
mereka dengan ikhlas aja gitu tanpa mengharapkan bantuan
paling kalau istilahnya tergantung muridnyalah kalau
memang muridnya mau memberi kalaupun tidak, tidak
ditetapkan.”66
Dari penjelasan Ibu Hanifah selaku Sekretaris Desa Benteng
Utara dapat diketahui bahwa dengan adanya insentif untuk tenaga
pengajar dimaksudkan sebagai ungkapan rasa terima kasih atas
dedikasi tenaga pengajar maghrib mengaji.
66
Wawancara, dengan Ibu Hanifah sebagai sekretaris Desa Benteng Utara, tanggal 7
Oktober 2019.
70
e. Faktor Fasilitas
Gerakan masyarakat Maghrib mengaji juga didukung oleh
fasilitas yang ada, seperti Al-Qur‟an, Iqra dan bangku dan lain-lain.
Fasilitas yang diterima dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
guru magrib mengaji dan muridnya.
Dari masing-masing desa fasilitasnya berbeda-beda. Seperti
desa benteng barat, pernah ada fasilitas berupa rahal sebanyak 30
(tiga puluh) unit, 9 (Sembilan) eksemplar Al-Qur‟an dan 20 (dua
puluh) eksemplar Iqra. Fasilitas yang ada didesa benteng utara
pada 2016 (dua ribu enam belas) itu ada 20 (dua puluh) eksemplar
Al-Qur‟an, 1 (satu) unit lemari yang dipergunakan untuk
menyimpan Al-Qur‟an dan 150 (seratus lima puluh) unit rehal
melalui sumber dana APBDes.
Seperti hasil wawancara penulis dengan Ibu Hanifah, beliau
megatakan:
“Kemaren ada sih kita menyediakan rehal beberapa cuman
kayaknya masih perlu ditambah lagi, kurang masih rehal
dengan pengadaan Al-Qur‟an”.67
Dari pernyataan di atas, jelas pemerintah memberikan
fasilitas yang dapat mendukung terlaksananya kegiatan Maghrib
mengaji yang ada di Desa Benteng Uatara dengan membekan Al-
Qur‟an dan rehal (meja Al-Qur‟an) yang sangat berguna walau
67
Wawancara, dengan Ibu Hanifah sebagai sekretaris Desa Benteng Utara, tanggal 7
Oktober 2019
71
fasilitas yang diberikan kurang dan masih perlu ditambah lagi.
Fasilitas seperti Al-Qur‟an dan rehal (meja Al-Qur‟an) memang
tidak diberikan setiap tahun. Berikut adalah hasil wawancara dari
Bapak Badrun, beliau mengatakan:
“Al-Qur‟an nya ada tapi tak setiap tahun, pernah, selain Al-
Qur‟an tapi tahun 2016 (dua ribu enam belas) itu kuda-kuda
meja Al-Qur‟an, dari desa.dan juga Al-Qur‟an pada tahun
2017 (dua ribu tujuh belas) atau 2018 (dua ribu delapan
belas).68
Jika insentif tenaga pengajar tidak dibayarkan pada setiap
bulannya sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan, maka
pemberian insentif yang menunggak pada bulan sebelumnya akan
dirangkap dengan bulan berikutnya. Demikian seiring dengan
pernyataan yang didapat dari Ibu Mardiana, beliau mengatakan:
“Selagi uang kas masih ada maka wajib honor harus akan
lansung bayarkan, tetapi misalnya kosong pada bulan 10
(sepuluh) baru masuk pada bulan 11 (sebelas) maka
lansung sekali dua bulan untuk pembayaran insentif
perbulan itu dari ADD sumber dananya.”69
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam penerapan Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji.
Seharusnya sebelum kebijakan ini ditetapkan, pemerintah daerah harus
68
Wawancara, dengan Bapak Badrun sebagai Bendahara Desa Benteng Barat, tanggal 8
Oktober 2019. 69
Wawancaa dengan Ibu Mardiana, sebagai Pjs Sekretaris Desa Benteng Barat , tanggal 5
Desember 2019.
72
melihat hal-hal apa yang nantinya akan menghambat pelaksanaan
peraturan daerah tersebut. Hal ini dilakukan sebagai upaya
meminimalisir kegagalan ini yang akan terjadi dari kegiatan ini.
Akibatnya kebijakan ini dapat berjalan seefektif mungkin.
Di Desa Benteng Barat yang terletak di sisi barat paling ujung
dari Kecamatan Sungai Batang dan berdampingan dengan Kecamatan
Reteh yang lebih tepatnya dengan Desa Seberang Pulau Kijang (parit
jawa). Hambatan dalam melaksanakan kegiatan Maghrib mengaji di
sana yaitu seperti yang sampaikan oleh Bapak Badrun:
“Dulu faktor penghambatnya kegiatan Maghrib mengaji itukan
lampu (listrik), jadi dulu itu maghrib mengaji kurang aktif,
masalahnya biasa. Tapikan sekarang PLN sudah masuk, tapi
hanya sebagian saja, tapi Alhamdulillah berjalan.”70
Seperti yang dijelaskan Bapak Badrun, peneliti pendapat
seharusnya pemerintah daerah sudah mempersiapkan sarana
pendukung kegiatan Maghrib mengaji ini supaya kegiatan ini dapat
berjalan lancar. Seperti yang terjadi di Desa Benteng Barat kegiatan
Maghrib mengaji di sana kurang aktif yang disebabkan masalah lampu
(listrik) yang belum tersedia. Tetapi beberapa bulan terakhir lampu
(listrik) PLN (Perusahaan Listrik Negara) itu sudah masuk walaupun
baru disebagian titik desa.
70
Wawancara, dengan Badrun sebagai Bendahara Desa Benteng Barat, tanggal 8
Oktober 2019.
73
Untuk ditingkat Kecamatan, seperti Kecamatan Sungai Batang
dan desa-desa yang masih berdekatan dengan kota Kecamatan Sungai
Batang. Seperti di Desa Benteng Utara, masalah yang dihadapi dalam
menjalankan kegiatan Maghrib mengaji, datang dari faktor internal
yaitu tenaga pengajar Maghrib mengaji itu sendiri. Hal ini berdasarkan
dengan hasil wawancara penulis dengan Ibu Hanifah, sebagai berikut :
“Kemungkinan dari SDM nya ya, karena selama inikan memang
belum pernah diadakan pelatihan secara khusus jadi apa yang
mereka ajarkan ya sepanjang pengetahuan mereka gitu, cuman
insyaallah kalo memang program ini terus berjalan muda-
mudahan kedepannya bisa kita laksanakan pelatihan Maghrib
khusus untuk guru-gurunya.”71
Dengan pernah diadakannya pelatihan dan pembinaan berakibat
kepada kualitas tanaga pengajar yang kurang mempuni. Mereka hanya
mengajarkan sepanjang pengetahuan mereka saja. Dengan demikian
sangat penting untuk diadakan pelatihan dan pembinaan tenaga pengajar,
guna menghasilkan SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas.
Dengan tenaga pengajar yang berkualitas diharapkan mampu
menemukan metode pemebelajaran yang lain sesuai dengan
perkembangan pendidikan Al-Qur‟an.
Padahal jika dilihat di pasal 11pada peraturan daerah tersebut,
setelah tenaga pengajar memenuhi kewajibannya, maka hak tenaga
pengajar seharusnya diberikan kepada mereka. Adapun hak tenaga
pengajar yaitu:
71
Wawancara, dengan Hanifah sebagai sekretaris Desa Benteng Utara, tanggal 7 Oktober
2019.
74
1. Mendapatkan pelatihan dan pengembangan pengetahuan
tentang pendidikan Al-Qur‟an
2. Memperoleh penghargaan yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah
3. Mendapatkan pembinaan dari pemerintah daerah dan/atau
kementrian agama.72
Tenaga pengajar yang dalam hal ini sebagai ujung tombak dari
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemetintah daerah Kabupaten
Indragiri Hilir, seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari pihak
pemerintah itu sendiri. Hal ini disebabkan keberhasilan dari program ini
pastinya tidak dapat dipisahkan dari dedikasi dan kerja keras mereka.
Maka dari itu, sudah sepantasnya pemerintah memperhatikah hak-hak
tenaga pengajar maghrib mengaji.
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir terkhusus Kecamatan Sungai
Batang dianjurkan untuk melakukan pelatihan, pembinaan umum
terhadap penyelenggaraan kegiatan gerakan masyarakat Maghrib
mengaji dimana pembinaan dilakukan oleh kantor Kementerian Agama
Kebuapaten Indragiri Hilir.
Kejadian yang sama juga disampaikan oleh pihak pemerintah Desa
Benteng Barat yang diwakili oleh Ibu Mardiana.
72
Ibid, Pasal 11.
75
“kalo pelatiahan maghrib mengaji belum ada, cuman yang ada itu
pelatihan guru tahfidz yang satu desa satu rumah. Untuk guru
maghrib mengaji belum pernah”.73
Sejauh ini pelatiahan yang menjadi hak tenaga pengajar dari tahun
2016 (dua ribu enam belas) sampai dengan sekarang itu belum pernah
diadakan. Tidak pernahnya dilaksanakan pelatihan untuk guru maghrib
mengaji baik dari pemeritah daerah Kabupaten Indragiri Hilir, dan
Kecamatan Sungai Batang.
Penulis juga mewawancarai Ibu Lina Mariana yang salah seorang
tenaga pengajar yang ada di Desa Benteng Barat, ketika ditanya apakah
ibu pernah dikumpulkan dan berikan pelatihan jawab singakat Ibu Lina
Mariana“belum ada” penulis kembali bertanya, tidak pernah sama sekali
jawab Ibu Lina Mariana dengan jelas “tidak”.
Lain halnya di Desa Mugomulyo pelatihan dan pembinaan yang
sudah dilaksanakan, tapi bukan dari pemerintah tetapi dari pihak pondok
pesantren secara otodidak oleh kepala Madrasah Qur‟an (MQ) yaitu
Bapak Multazam.
“Sampai saat ini memang pelatihan itu dilakukan secara otodidak
di desa mugo mulyo khusunya, sementara pelatihan itu yang
diharuskan dari kebupaten memang belum ada, sampai sekarang
pelatihan yang dilakukan di mugo mulyo dilakukan otodidak.
Setiap dalam satu bulan itu guru-guru yang ada di pondok
73
Wawancara dengan Ibu Mardiana, sebagai Pjs Sekretari di desa , tanggal 5 Desember
2019.
76
pesantren khusnya itu diadakan pembekalan setiap bulan diadakan
pembekalan termasuk guru maghrib mengaji”.74
Namun, pemerintah Kecamatan Sungai Batang mengatakan hal
berbeda. Hardiansyah selaku Camat Sungai Batang, pernah diadakan
pelatihan untuk tenaga pengajar Maghrib mengaji bergiliran, ungkapnya:
“2016 (dua ribu enam belas) itu 2 (dua) kali, tapi kalo 2019 (dua
ribu Sembilan belas) itu 1 (satu) kali cuman dipanggil. Tapi tidak
semua guru maghrib mengaji dipanggil bergiliran, tahun ini
misalnya dak semua, misalkan ini terpanggil yang belum nanti
tahun depan lagi karena kan ramai itu. Dalam setahun itu 2 (dua)
kali pemanggilannya itu selalunya di atas bulan agustus. Tapi kalo
sudah dipanggil tak ada lagi dipanggil.”75
Dari hasil wawancara penulis dengan Bapak Hardiansya selaku
camat sungai batang, terjadi perbedaan informasi yang penulis dapati
antara pemerintah kecamatan Sungai Batang dengan pemerintah desa
dan guru yang ada dilapangan. menurut penulis kpenapa hal ini terjadi
karena kurangnya komunikasi antara semua pihak-pihak yang terlibat
dalam hal ini, baik dari pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir,
Kecamatan Sungai Batang dengan pemerintah desa.
Tidak sampai disitu saja, Ibu Hanifah kembali menambahkan:
74
Wawancara, dengan Bapak Sofyan sebagai KAUR Pemerintahan Desa Mugo Mulyo,
tanggal 8 Oktober 2019.
75 Wawancara, dengan Bapak Hardiansyah selaku camat sungai batang, tanggal 4
Desember 2019.
77
“Terus juga, faktor kemauan anak-anak, sepertinya mereka lebih
senang dirumah kadang-kadang kan”.76
Jelas, dari wawancara di atas dapat kita pahami masalah yang
dihadapi dalam kegiatan Maghrib mengaji yang ada di Desa Benteng
Utara, berawal dari tidak terlaksananya pelatihan yang seharusnya
dilakukan oleh pemerintah daerah ataupun pemerintah kecamatan sungai
batang sendiri.
Tenaga pengajar Maghrib mengaji mempunyai hak untuk
mendapatkan pelatihan, karena itu sangat penting. Dengan pelatihan
itu juga diharapkan dapat menambah wawasan guru maghrib mengaji
tentag ilmu pengetahuan agama, serta metode-metode dalam
mengajarkan Al-Qur‟an.
Sedangkan di Desa Mugo Mulyo hambatan yang ditemui dalam
menjalankan kegiatan Maghrib mengaji ialah kesulitan dalam
mengatur waktu sebagaiman yang dikatakan oleh bapak Sofyan S.Pd,
beliau mengatakan:
“Karena ini adalah program yang besar artinya untuk pendidikan
anak usia dini sampai dianak usia remaja, karena dilingkungan
kami anak seusia itu banyak kegiatan khususnya di pondok
pesantren maka perbagian waktu disitulah yang kadang-kadang
pembelajaran nggak maksimal, artinya jika itu dilaksanakan di
ba‟da Maghrib itu waktunya sempit, sehingga ada yang di
Madrasah Ibtidaiyah itu dilaksanakan mengikuti kegiatan
Madrasah Diniyah dilakuan ba‟da Dzuhur sampai setengah
76
Wawancara, dengan Hanifah sebagai sekretaris Desa Benteng Utara, tanggal 7 Oktober
2019
78
empat sehingga waktunya agak panjang yang dilaksanakan
digedung Madrasah Ibtidaiyah rutin setiap hari senin sampai
hari kamis.”77
Bapak Sofyan juga menambahkan, ada penghambat yang lain
dalam kegiatan ini yaitu:
“Kalo dilaksanakan pada malam hari anak yang usia rendah itu
biasanya bapak ibunya itu kurang bisa mengawasi artinya, kalau
malam dia mau pergi ketempat guru mengaji itu ada
kekhawatiran.”78
Bukan hanya pelatihan tenaga pengajar, kemauan anak-anak, dan
kekhawatiran orang tua saja yang menjadi faktor pengahmabat kegiatan
ini, tetapi juga terkait dengan insentif. Tidak adanya insentif yang jelas
yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga pengajar keseluruhannya.
Tidak hanya itu, Insentif yang seharusnya diterima oleh tenaga pengajar
tidak keseluruhanya diberikan oleh pemerintah dikarenakan tidak ada
anggaran khusus dan terikat dalam pelaksanaan kebijakan ini.
Seperti yang sampaikan oleh salah satu tenaga pengajar Maghrib
mengaji yang ada di desa mugo mulyo yaitu Ibu Mazinatul Muallamah,
beliau mengatakan:
“Kalo gajinya itu dari pondok ya kadang ya lihat apanya
uangnya, endak mesti, endak setiap bulan. Endak mesti kadang
sampai sempai setahun, kadang tengah tahun kadang lima bulan
endak mesti. Mungkin setiap pertemuan atau perjam itu lima
ribu mungkin itu, kadang tiga bulan empat bulan lihat aktifnya
lah. Kadang ya tiga ratus selama tiga bulan kadang ya tak mesti.
77
Wawancara, dengan Sofyan sebagai KAUR Pemerintahan Desa Mugo Mulyo, tanggal
8 Oktober 2019 78
Wawancara, dengan Sofyan sebagai KAUR Pemerintahan Desa Mugo Mulyo, tanggal
8 Oktober 2019
79
Disini kan dipondok itu gabung sama yayasan, ya uangnya dari
yayasan lansung diberikan kalo dari desa tak ada dak pernah di
kasih”.79
Dari penyampaikan Ibu Mazinatul Muallamah dapat dipahami
bahwa tidak adanya kejelasan insentif yang terima oleh tanaga pengajar.
Bahkan insentif yang menjadi hak mereka, harus menunggu lama sampai
setahun lamanya. Insentif tenaga pengajar yang ada di Desa Mugo Mulyo
berasal dari yayasan pondok, dan juga hasil wawancara dengan informan
bahwa samapai dengan saat ini tidak ada insentif dari pemerintah Desa
Mugo Mulyo.
Pelatihan dan pembinaan pastinya juga menjadi penunjang dan
salah satu faktor pendukung demi kelanjutan program kegiatan Maghrib
mengaji ini. Penyedian fasilitas seperti Al-Qur‟an, iqra, rahal (meja Al-
Qur‟an) yang seharusnya merata di setiap desa. Pada kenyataanya,
pemerataan fasilitas tidak terjadi. Ada desa yang mendapatkan fasilitas
dan ada desa yang tidak menjdapatkan fasilitas seperti yang terjadi di Desa
Mugomulyo. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Ibu
Mazinatul Muallamah ketika ditanya mengenai pernah tidaknya menerima
fasilitas yang berkaitan dengan Maghrib mengaji belaiau mengutarakan
“Sepertinya tidak pernah” baik itu Al-Qur‟an, iqra, rehal (meja Al-Qur‟an)
“Satupun tidak pernah.” Selain fasilitas, unsur lain yang dapat mendukung
kelancaran kegiatan, apalagi hal-hal yang berkaitan dengan tenaga
pengajar mengaji itu harusnya menjadi perhatikan pemerintah.
79
Wawancaa dengan Ibu Mazinatul Muallamah, sebagai Tenaga Pengajar Maghrib
Mengaji di Desa Mugo Mulyo, tanggal 4 Desember 2019.
80
Selain faktor penghambat yang telah disebutkan sebelumnya,
faktor penghambat lainnya berkaitan dengan kurangnya pengawasan dari
pemerintah daeah. Padahal sebagaiman yang disebutkan dalam pasal 15,
ayat 1 yang berbunyi : “Pemerintah daerah melakukan pengawasan dan
penegakan peraturan daerah ini.”80
Pemerintah daerahlah yang melakukan
pengawasan di daerah-daerah. Namun, yang terjadi di lapangan tidak
demikian. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya nama-nama tenaga
pengajar yang pindah ke tempat lain bahkan sudah ada yang meninggal
dunia, tetapi masih namanya masih terlampir di surat keputusan kepala
desa.
80
Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomo 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji Pasal 15.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat
mengambil kesimpulan.
1. Implementsi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji di Kecamatan Sungai Batang telah di
lakasnakan di semua desa khusunya di Desa Benteng Utara,
Mugomulyo, dan Desa Benteng Barat.
2. Ada beberapa faktor yang mendukung dalam pengimplementasian
peraturan tersebut yakni: faktor pemeritah, faktor regulasi, faktor
tenaga pengajar, faktor materi (pembiayaan), faktor fasilitas, faktor
kesadaran masyarakat. Sedangkan faktor pengahambat
pengimplemnetasian peraturan daerah tersebut yaitu: masalah
ketersediaan listrik, tenaga pengajar yang belum pernah mendapatkan
pelatihan, kemauan anak dan kekhawatiran orang tua jika dilaksanakan
pada waktu malam hari, kesulitan mengatur waktu kegiatan, masalah
kejelasan insentif, pemerataan fasilitas dan yang terkhir tidak
pernahnya dilaksanak pengawasan oleh pemerintah daerah.
82
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapatlah kiranya penulis
memberikan saran, sebagai berikut:
1. Pemerintah lebih memaksimalkan kinerjanya, artinya pemerintah
bukan hanya sebagai pembuat aturan akan tetapi juga mampu dalam
proses pengimplementasian baik itu ditingkat kebupaten, kecamatan
hingga ke desa-desa terpelosok. Alangkah baiknya jika pemerintah
daerah bekerja sama dengan pemerintah kecamatan sungai batang
dalam memberikan pelatihan terhadap tenaga pengajar, sebab akan
mempengaruhi tingakat keberhasilan pencapaian yang ingin dicapai.
Seperti misalnya mempersiapakan fasilitas pendukung pada kegiatan
maghrib mengaji ini.
2. Dalam hal ini seharusnya antara pemerintah dan pemerintah,
masyarakat dan pemerintah hendaknya salalu bekerja sama dan
menjaga komunikasi dalam menerapkan serta pelaksanaan suatu
kebijakan yang telah dibuat.
83
Lampiran 1
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Bapak Hardisnyah selaku Camat Sungai Batang.
84
wawancara dengan Ibu Hanifa Selaku Sekretaris Desa Benteng Utara.
85
Wawancara dengan Bapak Badrun Selaku Bendahara Desa Benteng Barat.
86
Wawancara dengan Bapak Sofyan Selaku Kaur Pemerintahan Desa
Mugomulyo.
Wawancara dengan Ibu Salma Selaku Tenaga Pengajar Desa Benteng Utara.
87
Wawancara dengan Ibu Mazinatul Muallamah Selaku Tenaga Pengajar
Desa Mugomulyo.
Wawancara dengan Ibu Lina Mariana Selaku Tenaga Pengajar Desa
Benteng Barat.
88
DAFTAR PUSTAKA
A. Literature
Asmara Dewi Astuti “Impelementasi Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2014
tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kecamatan Reteh”
Skripsi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2018.
Hanif Nukholis, Teori Dan Praktek Pemerintah Dan Otonomi Daerah
(Jakarta: PT. Grasindo 2005
HAW. Wijaya, Penyelenggaran Otonomi Di Indonesia, Dalam Rangka Sosialisasi Uu
No. 32 Tahun 2004 Tengtang Pemerintah Daerah, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006
Inu kencana syafiie, Al-Qur’an Dan Ilmu Administrasi Negara, Jakarta PT.
Rineka Cipta, 2004
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Idonesia, Jakarta: Sinar
Grafika, 2011
Lecy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya Offiset, 2004
Mariam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2015
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , Bandung: Alfabeta, 2016
Sahya Anggara, Ilmu Administrasi Negara (Kajian Konsep Teori Dan Fakta
Dalam Upaya Menciptakan Good Government) Bandung: CV Pustaka
Setia, 2012
89
S. Nasution, Metode Reseach, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Satturi, “Implementasi Gemar Mengaji Dalam Pembinaan Baca Tulis Al-
Qur‟an Perspektif Pendidikan Islam Di Kecamatan Marioriwawo
Kabupaten Soppeng” Tesis UIN Alauddin Makassar 2018.
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Keimplentasi
Kebijaksanaan Negara, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004
Syaukani, HR dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yokyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan skripsi, Jambi: Syari‟ah Press, 2014
Taufiqurokhman, “Pandeglang Dalam Implementasi Kebijakan Peningkatan
Ipm,” Disertasi, Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama Jakarta Pusat
2015.
William N, Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua,
Yokyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999.
Zulfikar Ahmad Dkk, Agama Dan Budaya Local Revalitas Adat Dan Budaya
Di Bumi Langkah Serentak Limbai Seayun, Jambi: CV. Bonanza Jambi,
2009.
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
90
Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2013 tentang
Pedoman Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji.
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Gerakan Masyarakat Magrib
Mengaji
C. SUMBER LAIN-LAIN.
https://riau.kemenag.go.id/berita382737/program-maghrib-mengaji-telah-
diatur-dalam-perda, akses 3 september 2019.
https://www.riautelvisi.com/berita-bupati-bahas-perda-maghrib-mengaji-
dengan-masyarakat.html, akses 3 september 2019.
http://riauterkini.com/usaha.php/kabinhil.php?arr=104690&judul=Pembkab%
20Inhil:%20Ranperda%20Gemar%20Mengaji%20Upaya%20Menghidupkan
%20Tradisi%20Mendalami%20Kandungan%20Al-Qur%27an, akses 3
September 2019.
https://riau.antaranews.com/berita90026/bupati-inhil-tinjau-pelaksanaan-
program-maghrib-mengaji, akses 3 September 2019
Muhammad Reza Khairullah, “Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2013 Tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji Di Kabupaten Kampar,”
Akses Dari https://media.neliti.com/media/publications/209282-evaluasi-
peraturan-daerah-nomor-2-tahun.pdf
91