IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERPIMPIN DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SINGARAJA
Oleh
Ni Ketut Rapi
AbstrakTujuan penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada siklus I adalah 65 termasuk kualifikasi cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah kognitif adalah 66 termasuk kualifikasi cukup. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah afektif pada siklus I adalah 73 termasuk kualifikasi cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah afektif adalah 74 termasuk kualifikasi cukup. Nilai rata-rata hasil belajar dalam ranah psikomotor pada siklus I adalah 70 termasuk dalam kualifikasi cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor adalah 77 termasuk dalam kualifikasi baik. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan yakni untuk semua ranah nilai rata-rata siswa berkategori baik, model pembelajaran inkuiri terpimpin belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dan afektif.Temuan tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 63 termasuk dalam kategori cukup aktif, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 72 termasuk kategori aktif. Ini berarti model pembelajaran inkuiri terpimpin dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Fisika. Hal ini terjadi karena model pembelajaran inkuiri terpimpin memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja seperti ilmuwan, sehingga rasa ingin tahu siswa semakin berkembang dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan proses IPA. Dengan kata lain, melalui model pembelajaran inkuiri terpimpin pembelajaran berpusat pada siswa. Hasil analisis respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin menunjukkan bahwa, pada siklus I, nilai rata-rata respon siswa adalah 70 termasuk dalam kualifikasi positif dan pada siklus II dengan nilai rata-rata 73 juga termasuk kualifikasi positif. Kata-kata kunci: inkuiri, hasil belajar, aktivitas, dan respon
IMPLEMENTING THE GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL IN PHYSICS TEACHING TO INCEASE LEARNING ACHIEVEMENT OF THE TENTH GRADE
STUDENTS OF SMA NEGERI 2 SINGARAJA
ByNi Ketut Rapi
AbstractThe aims of this study were to increase the student’ achievement, to find out the
students’ activity in learning and to find out the students’ response towards guided inquiry learning model.
1
The average score of the students in the cognitive domain in cycle I was 65 or sufficient and that of cycle II was 66 or guided inquiry learning model. The average score of the students in the affective domain in cycle I was 73 or sufficient and that of cycle II was 74 or sufficient. The average score of the students in the psychomotor domain was 73 or positive and that of cycle II was 73 or positive. On the basis of the criteria that were used in this study, i.e, that all the averages scores should fall into category””good” in all of the domains, the guided inquiry learning model had not been effective in increasing the students’ achievement in cognitive and affective domains. The finding about the students’ activity in learning showed there was an increase from cycle I to cycle II. In cycle I the average score was 65 or fairly active and that in cycle II was 72 or active.This meant that the guided inquiry learning model could increase the students’ activity in learning physics. This occurred since the guided inquiry learning model provided the students the opportunity to work as scientists, so that their curiosity could develop and provide them the opportunity to use science prosess skill, in other words, through the guided inquiry learning model the learning focused on the students. The result of analysis on the students’ response to the guided inquiry learning model showed that in cycle I the students’ average score was 70 or positive and in cycle II it was 73 or positive. Key words: inquiry, learning achievement, activity, and response.
1. PendahuluanDewasa ini peradaban manusia sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bersumber pada
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran Fisika
diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum.
Kualitas proses pembelajaran Fisika dewasa ini dapat dilihat dari kegiatan
pembelajaran yang kurang bervariasi, sedangkan kualitas produk pembelajaran Fisika salah
satunya dapat dilihat dari perolehan NUAN Fisika SMA yang dari tahun ke tahun masih
berkategori rendah dan nilai raport dalam mata pelajaran Fisika juga relatif masih rendah.
Khusus pada SMA Negeri 2 Singaraja, rata-rata NUAN pada mata pelajaran Fisika tahun
pelajaran 2002/2003 adalah 6,84 ( tertinggi 8,15 dan terrendah 6,30). Untuk tahun pelajaran
2003/2004, rata-rata NUAN dalam mata pelajaran Fisika 6,63 ( tertinggi 8,95 dan terrendah
5,58). Demikian pula untuk tahun pelajaran 2004/2005. Rata-rata nilai ujian siswa dalam mata
pelajaran Fisika 6,01 ( tertinggi 9,15 dan terrendah 4,28) (Arsip TU SMA Negeri 2 Singaraja).
Untuk siswa kelas X semester genap tahun pelajaran 2004/2005, nilai rata-rata masing-masing
kelas dalam mata pelajaran Fisika adalah kelas X1 69,9; kelas X2 67,0; kelas X3 68,9; kelas X4
63,9; kalas X5 64,1; dan kelas X6 67,3.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:
2
1) Pembelajaran Fisika yang dilakukan selama ini masih didominasi metode ceramah, dan
hanya sekali-sekali diterapkan metode diskusi.
2) Dalam pembelajaran Fisika, guru selama ini kurang memperhatikan konsepsi atau
pengetahuan siswa .
3) Unjuk kerja siswa dalam mengikuti pembelajaran Fisika masih kurang yang ditandai
dengan masih kurang aktifnya siswa dalam menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh
guru, dan kurang aktif mengajukan pertanyaan.
4) Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini yaitu siswa terlebih dahulu
diberi sejumlah konsep atau prinsip, setelah itu baru siswa diberi beberapa pertanyaan atau
masalah.
5) Respon siswa terhadap model pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru kurang
positif yang ditandai dengan banyak siswa yang merasa bosan dan merasa pelajaran Fisika
sangat sulit.
Pengemasan pembelajaran di atas tidak sejalan dengan hakikat orang belajar dan
hakikat orang mengajar menurut pandangan konstruktivis. Belajar menurut kaum konstruktivis
merupakan proses aktif pebelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan
lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau
bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertian
dikembangkan (Suparno,1997:61). Mengajar berarti partisipasi dengan pebelajar dalam
membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan
mengadakan jastifikasi Betten Court (dalam Suparno, 1997 : 65).
Salah satu kemasan pembelajaran berbasis konstruktivis yang memberikan peluang
kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri adalah model pembelajaran
inkuiri terpimpin. Menurut Bruner (dalam (Winatapura,1993 :154-155) selama kegiatan
belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna
segala sesuatu yang dipelajari. Mereka perlu diberikan kesempatan berperan sebagai pemecah
masalah seperti yang dilakukan para ilmuwan, dengan cara tersebut diharapkan mereka
mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri.
Penggunaan pendekatan inkuiri memberikan kebaikan-kebaikan sebagai berikut.
Pendekatan inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Siswa memperoleh suatu kepuasan
intelektual yang datang dari dalam suatu hadiah intrinsik dan memperpanjang proses ingatan
karena siswa diberikan waktu untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi sehingga
3
akan terjadi proses belajar yang sejati. (Sund dan Trowbridge, 1973: 64-65). Lebih jauh
Trowbridge dan Bybee (1973 :210-212) menyatakan pendekatan inkuiri memberikan
kebaikan sebagai berikut. (1) Pengajaran menjadi lebih berpusat pada anak (Instruction
becomes student-centered). (2) Proses belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan
mengembangkan konsep diri pada diri siswa ( Inquiry learning builds the self-concept of the
student). (3) Tingkat pengharapan bertambah (Expectancy level increases). (4) Pendekatan
inkuiri dapat mengembangkan bakat ( Inquiry learning develops talent). (5) Pendekatan
inkuiri dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar dengan menghafal. (6) Pendekatan
inkuiri memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah (1) meningkatkan hasil belajar siswa melalui
implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin, (2) mengetahui aktivitas siswa dalam
pembelajaran melalui implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin, dan (3)
mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin. Secara rinci
manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran fisika adalah berikut ini. (1) Bagi para siswa, penelitian ini akan sangat
bermanfaat karena dapat membantu mereka dalam mengikuti pembelajaran fisika. (2)
Informasi mengenai hasil belajar fisika, aktivitas siswa, dan respon siswa terhadap
pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terpimpin, diharapkan menggugah para
pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan dalam merancang dan mengembangkan
program pembelajaran , dan model belajar yang efektif, sehingga kualitas hasil belajar siswa
dapat dioptimalkan. (3) Bagi guru, guru yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh
pengalaman dalam merancang dan mengimplementasikan teks ajar bermuatan model
pembelajaran inkuiri terpimpin.. (4) Sumber-sumber belajar fisika yang teridentifikasi dalam
penelitian ini dapat dimanfaatkan guru dalam menambah wawasan dan memperkaya program
pembelajaran fisika.
2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan ini terdiri dari dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari
tahapan-tahapan, yaitu : 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan tidakan, 3) tahap
observasi, 4) evaluasi, dan 5) tahap refleksi.
Tahapan-tahapan siklus penelitian dijelaskan sebagai berikut:
4
1) Tahap perencanaan
(1) Bersama-sama dengan guru menganalisis konsep-konsep yang berkaitan dengan topik
kinematika dan dinamika
(2) Bersama-sama dengan guru merancang penelusuran pengetahuan awal siswa tentang
konsep-konsep kinematika dan dinamika
(3) Bersama-sama dengan guru merancang program pembelajaran dengan model
pembelajaran inkuiri terpimpin
(4) Bersama-sama dengan guru mengembangkan instrumen penelitian berupa tes hasil belajar
fisika, lembar observasi, kuesioner, dan LKS
(5) Bersama-sama dengan guru menyiapkan alat dan bahan
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan meliputi:
(1) Guru pengajar fisika mengadakan pra-test sebelum melaksanakan pembelajaran
(2) Guru melaksanakan pembelajaran di kelas dengan model pembelajaran inkuiri terpimpin.
Contoh implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin seperti tabel 01.
Tabel 01
A. Fase berhadapan dengan masalahKegiatan Guru Kegiatan Siswa
1.Mengemukakan pertanyaan/masalah yang dapat memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya seperti:
a.Apakah karakteristik gerak lurus beraturan (GLB)
b.Bagaimanakah bentuk grafik perpindahan terhadap waktu pada GLB
c.Bagaimanakah formula dari GLB d. Bagaimanakah bentuk grafik
kecepatan versus waktu pada GLB
1. Menyimak atau berusaha memahami masalah yang dihadapi
B. Fase pengumpulan data pengujianKegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Meminta siswa berusaha untuk mengumpulkan data informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan masalah yang mereka hadapi.
2. Menyiapkan informasi yang dibutuhkan
1. Bertanya kepada guru untuk menggali informasi
2. Melakukan diskusi kelompok untuk merumuskan hipotesis
3. Menyampaikan hipotesis
5
siswa.3. Menjawab pertanyaan siswa4. Meminta siswa untuk membuat
hipotesis5. Menetapkan hipotesis dari jawaban
siswa untuk dikaji lebih lanjutC. Fase pengumpulan data dalam eksperimen
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa1. Meminta siswa untuk menyiapkan
alat/bahan untuk percobaan GLB sesuai dengan alat/bahan yang tertera pada LKS
2. Meminta siswa untuk merancang dan melakukan eksperimen GLB.
3. Membimbing proses eksperimen dengan cara menjawab pertanyaan siswa dan mengarahkan siswa untuk menguji hipotesis melalui pertanyaan-pertanyaan penuntun.
1. Menyiapkan alat/bahan secara berkelompok
2. Secara berkelompok melakukan eksperimen GLB
3. Bertanya seputar masalah dan proses eksperimen yang dilakukan
4. Menjawab pertanyaan guru5. Melalui diskusi kelompok,
menganalisis data untuk membuat kesimpulan
D. Fase Formulasi penjelasanKegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Melalui diskusi kelas guru meminta siswa untuk mengemukakan kesimpulan yang mereka peroleh
2. Meminta siswa membandingkan hasil yang mereka peroleh dan memberikan tanggapan terhadap kesimpulan kelompok siswa yang lain.
3. Mengarahkan diskusi dengan cara mengklarifikasi kesimpulan yang salah dan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk membimbing siswa pada pemecahan masalah yang terarah.
1. Menyampaikan hasil eksperimen dan kesimpulan di depan kelas.
2. Memberikan tanggapan terhadap kesimpulan kelompok siswa yang lain.
3. Menjawab pertanyaan guru berdasarkan hasil eksperimen.
4. Menanyakan ha-hal yang dianggap belum jelas.
E. Analisis proses inkuiriKegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Meminta siswa untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka melalui menganalisis grafik perpindahan terhadap waktu
2. Melakukan evaluasi
1. Secara individu siswa menganalisis perpindahan terhadap waktu
2. Mengerjakan soal-soal fisika terkait dengan konsep yang sudah dipelajari
3) Tahap observasi
Observasi pada penelitian ini mencakup keterampilan guru dalam implementasi
program pembelajaran, keterampilan siswa dalam proses pembelajaran, dan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh 2 orang peneliti secara bergilir.
6
1. Keterampilan guru mengimplementasikan program pembelajaran diobservasi dengan
pedoman observasi berupa APKG yang dimodifikasi dari APKG IKIP Negeri Singaraja.
2. Hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor dalam proses pembelajaran diobservasi dengan
pedoman observasi yang dikonstruksi oleh team peneliti. Observasi dilakukan dengan
memberi tanda rumput pada skor dengan rentang skor 1 sampai 5.
3. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diobservasi dengan pedoman observasi yang
dikonstruksi oleh tim peneliti.
4) Tahap Evaluasi
Evaluasi pada penelitian ini mencakup evaluasi siklus, evaluasi hasil belajar, aktivitas
siswa, dan respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin.
Evaluasi terhadap hasil belajar siswa meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Hasil belajar dalam ranah kognitif dievaluasi pada setiap akhir pembelajaran dan pada setiap
akhir siklus dengan menggunakan tes objektif. Hasil belajar dalam ranah afektif dievaluasi
pada setiap akhir siklus dengan menggunakan angket. Hasil belajar dalam ranah psikomotor
dievaluasi pada setiap akhir siklus dan dijaring dengan menggunakan lembar observasi.
Aktivitas siswa dijaring melalui observasi dengan menggunakan pedoman observasi.
Penskoran menggunakan skala Likert 1 sampai 5. Skor aktivitas siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor siswa untuk masing-masing aspek.
Respon siswa terhadap model pembelajaran yang diimplementasikan dijaring dengan
menggunakan angket pada akhir siklus. Penskoran menggunakan skala Likert 1 sampai 5.
Skor respon siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor siswa untuk masing-masing
pernyataan.
5) Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi siklus yang dilakukan selama siklus
pembelajaran berlangsung, untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan pada siklus
berikutnya, dilakukan refleksi siklus menggunakan hasil-hasil diskusi yang dilakukan bersama
tim peneliti.
7
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II meliputi (1) hasil belajar fisika (2) aktivitas
siswa dalam pembelajaran, dan (3) respon siswa terhadap model pembelajaran yang
diimplementasikan. Hasil belajar siswa meliputi tiga ranah, yakni: ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor.
Hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada siklus I berkaitan dengan pokok
bahasan kinematika. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa
dalam ranah kognitif adalah 65 termasuk kategori cukup, nilai rata-rata hasil belajar siswa
dalam ranah afektif adalah 73 termasuk kategori cukup, dan nilai rata-rata hasil belajar siswa
dalam ranah psikomotor adalah 69 termasuk kategori cukup. Berdasarkan kriteria yang
ditetapkan, penelitian ini belum berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah
kognitif, afektif maupun dalam ranah psikomotor. Hasil pengukuran aktivitas siswa dalam
pembelajaran pada siklus I dengan nilai rata-rata 63, termasuk dalam kualifikasi cukup aktif.
Ini berarti melalui model pembelajaran inkuiri terpimpin pembelajaran sudah lebih berpusat
pada siswa meskipun belum optimal. Hasil pengukuran respon siswa terhadap model
pembelajaran inkuiri terpimpin, mempunyai nilai rata-rata 70 dan berkualifikasi positif. Hal
ini menunjukkan siswa merasa senang dan termotivasi dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi tentang pelaksanaan pembelajaran melalui implementasi
model pembelajaran inkuiri terpimpin diperoleh temuan berikut ini. (1) Pelaksanaan
implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin belum optimal. (2) Siswa belum terbiasa
melakukan kegiatan labolatorium. (3) Sebagian besar siswa belum terampil menggunakan
alat-alat lab. (4) Siswa belum dapat mengikuti petunjuk praktikum dengan baik. (5) Siswa
kurang terbiasa mengemukakan pendapat. (6) Siswa belum mampu membuat kesimpulan. (7)
Peranan guru masih cukup dominan dalam memberikan bimbingan dalam percobaan.(8) Siswa
cukup termotivasi dalam pembelajaran.(9) Waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan
perencanaan. (10) Siswa masih kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat.
Berdasarkan temuan yang diperoleh pada siklus I yang menyangkut hasil belajar fisika
yang belum mencapai kriteria yang ditetapkan, aktivitas siswa dalam pembelajaran belum
optimal, respon siswa terhadap model pembelajaran yang diimplementasikan baru mencapai
kategori positif, dan kekurangan-kekurangan dalam perencanaan dan implementasi model
pembelajaran, dilakukan refleksi untuk dipergunakan sebagai dasar perencanaan dan
8
implementasi pembelajaran pada siklus berikutnya. Hal-hal yang perlu dilakukan, antara lain:
(1) mengoptimalkan perencanaan dan implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin, (2)
memberi penekanan-penekanan pada saat penanaman konsep, (3) merancang LKS yang lebih
sederhana sehingga siswa lebih dapat memahami, (4) meningkatkan peranan siswa dalam
pembelajaran, dan (5) merencanakan waktu dengan lebih baik.
Hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada siklus II ini berkaitan dengan pokok
bahasan dinamika. Berdasarkan hasil analisis data, nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam
ranah kognitif adalah 66 termasuk kategori cukup, nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam
ranah afektif adalah 74 termasuk kategori cukup, dan nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam
ranah psikomotor adalah 77 termasuk kategori baik. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
penelitian ini sudah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor, tetapi
belum berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dan afektif. Hasil
pengukuran aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus II dengan nilai rata-rata 72
termasuk dalam kualifikasi aktif. Ini berarti melalui model pembelajaran inkuiri terpimpin
aktivitas siswa dapat dioptimalkan.Hasil pengukuran respon siswa terhadap model
pembelajaran inkuiri terpimpin mempunyai rata-rata 73 termasuk dalam kualifikasi positif.
Hal ini menunjukkan siswa merasa senang dan termotivasi dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi tentang pelaksanaan pembelajaran melalui implementasi
model pembelajaran inkuiri terpimpin diperoleh temuanberikut ini. (1) Sebagian besar siswa
sudah terpola dalam pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terpimpin (2) Siswa
mulai terbiasa melakukan kegiatan labolatorium (3) Sebagian siswa sudah terampil
menggunakan alat (4) Sebagian besar siswa sudah dapat mengikuti petunjuk praktikum
dengan baik (5) Sebagian siswa mulai terbiasa mengemukakan pendapat (6) Peranan guru
relatif berkurang dalam memberikan bimbingan dalam percobaan. (7) Siswa cukup termotivasi
dalam pembelajaran.
Berdasarkan temuan yang diperoleh pada siklus II, hasil belajar dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran sudah mengalami peningkatan. Akan tetapi, hasil yang diperoleh belum
optimal. Untuk itu, tampaknya perencanaan dan implementasi model pembelajaran masih
perlu dioptimalkan lagi. Respon siswa terhadap pembelajaran sudah termasuk dalam
kualifikasi positif. Namun, masih bisa ditingkatkan lagi sehingga tercapai hasil yang paling
optimal.
9
3.2 Pembahasan
Hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang berkaitan dengan konsep kinematika
dan dinamika ditunjukkan dengan nilai rata-rata. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa
dalam ranah kognitif adalah 65 termasuk kualifikasi cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-
rata siswa adalah 66 termasuk kualifikasi cukup. Hasil belajar siswa dalam ranah afektif
ditunjukkan dengan nilai rata-rata. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah
afektif adalah 73 termasuk kualifikasi cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil
belajar siswa dalam ranah afektif adalah 74 termasuk kualifikasi cukup. Hasil belajar siswa
dalam ranah psikomotor ditunjukkan dengan nilai rata-rata. Pada siklus I nilai rata-rata hasil
belajar siswa dalam ranah psikomotor adalah 69 termasuk kualifikasi cukup, sedangkan pada
siklus II nilai rata-rata siswa adalah 77 termasuk kategori baik.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, yakni untuk semua ranah nilai rata-rata siswa
berkategori baik, model pembelajaran inkuiri terpimpin belum mampu meningkatkan hasil
belajar siswa dalam ranah kognitif dan afektif. Padahal, model pembelajaran inkuiri terpimpin
memiliki beberapa kelebihan. Model pembelajaran inkuiri terpimpin, di samping memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri, juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengaitkan konsep-konsep yang sudah dipahami dengan
konsep-konsep yang akan dipelajari sehingga terjadi proses belajar bermakna. Model
pembelajaran inkuiri terpimpin memberikan model pembelajaran yang sedemikian rupa,
sehingga para siswa mampu mengemukakan gagasan yang sudah mereka miliki dan menguji
serta mendiskusikan gagasan tersebut secara terbuka. Hal ini akan membantu siswa untuk
membangun konsep secara konstruktif, sehingga dapat mengurangi miskonsepsi pada diri
siswa dan meningkatkan konsepsi ilmiah, yang akhirnya akan memberi kontribusi pada
peningkatan hasil belajar siswa. Belum tercapainya kriteria yang ditetapkan disebabkan oleh
beberapa kendala yang ditemukan di lapangan.Kendala itu, di antaranya: (1) jumlah set alat
yang terbatas, sehingga lebih banyak pembelajaran menggunakan metode demontrasi yang
semestinya dilakukan dengan metode eksperimen; (2) siswa terbiasa hanya sebagai pendengar
pasif, cukup sulit untuk mengubah biar menjadi subjek yang aktif; (3) siswa yang dijadikan
subjek penelitian termasuk kategori siswa yang kurang berprestasi; dan (4) sering terjadi
kekurangan waktu pada saat implementasi program pembelajaran.
10
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 63 termasuk dalam kategori cukup aktif,
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 72 termasuk kategori aktif. Ini
berarti model pembelajaran inkuiri terpimpin dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran Fisika. Hal ini terjadi karena model pembelajaran inkuiri terpimpin memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja seperti ilmuwan, sehingga rasa ingin tahu siswa
semakin berkembang dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan proses IPA. Dengan kata lain, melalui model pembelajaran inkuiri terpimpin,
pembelajaran berpusat pada siswa.
Hasil analisis respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin,
menunjukkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata respon siswa adalah 70 termasuk dalam
klasifikasi positif dan pada siklus II dengan nilai rata-rata 73 juga termasuk klasifikasi positif.
Secara terbuka siswa menyatakan model pembelajaran ini tetap digunakan pada pembelajaran
topik yang lain karena dengan implementasi model pembelajaran inkuri terpimpin siswa dapat
kesempatan untuk menyampaikan pendapat, siswa mempunyai kesempatan untuk mengaitkan
konsepsi awal mereka dengan informasi baru, beberapa konsep bisa ditemukan olah siswa, dan
siswa diberikan kesempatan sebagai ilmuwan muda.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan dalam penelitian ini, maka dapat
ditarik simpulan sebagai berikut:
1) Implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin dalam pembelajaran fisika dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor. Pada siklus I nilai rata-rata
hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor adalah 69 termasuk kualifikasi cukup,
sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 77 termasuk kualifikasi
baik.
2) Implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin dalam pembelajaran fisika dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas
siswa adalah 63 termasuk dalam kualifikasi cukup aktif, sedangkan pada siklus II nilai
rata-rata aktivitas siswa 72 termasuk dalam kualifikasi aktif.
11
3) Respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin, baik pada siklus I maupun
siklus II termasuk kategori positif.
4.2 Saran-saran
Berdasarkan temuan-temuan dan pembahasan hasil penelitian ini, dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran fisika yang tertuang dalam kurikulum, dapat diajukan saran
sebagai berikut.
Para guru fisika di SMA yang menemukan permasalahan seperti yang dikemukakan
dalam penelitian ini diharapkan mencoba mengimplementasikan model pembelajaran inkuiri
terpimpin sebagai alternatif pembelajaran Fisika, untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan sekaligus untuk meningkatkan respon siswa terhadap
pembelajaran Fisika.
4.3 Rekomendasi
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, maka dapat diberikan refleksi untuk
dipergunakan sebagai dasar perencanaan dan implementasi pembelajaran pada proses
pembelajaran berikutnya. Hal-hal yang perlu dilakukan, antara lain: (1) mengoptimalkan lagi
perencanaan dan implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin (2) memberikan
penekanan-penekanan pada saat penanaman konsep, (3) merancang LKS yang lebih sederhana
sehingga siswa lebih dapat memahami, dan (4) meningkatkan peranan siswa dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Sund & Trowbridge, 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company.
Trowbridge & Bybee, 1990. Becoming a Secondary School Science Teacher. Ohio: Merrill Publishing Company.
Winatapura. 1993. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta : Universitas Terbuka Depdikbud Jakarta
12
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERPIMPIN DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SINGARAJA
Oleh
Ni Ketut Rapi
AbstrakMasalah pokok yang akan dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas ini
adalah: (1) apakah model pembelajaran inkuiri terpimpin dapat meningkatkan hasil belajar siswa?, (2) bagaimanakah aktivitas siswa dengan implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin?, dan (3) bagaimanakah respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin?. Alternatif tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah di atas adalah melalui implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin.Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa, mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada siklus I adalah 65 termasuk kualifikasi cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah kognitif adalah 66 termasuk kualifikasi cukup. Nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah afektif pada siklus I adalah 73 termasuk kualifikasi cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah afektif adalah 74 termasuk kualifikasi cukup. Nilai rata-rata hasil belajar dalam ranah psikomotor pada siklus I adalah 70 termasuk dalam kualifikasi cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor adalah 77 termasuk dalam kualifikasi baik. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan yakni untuk semua ranah nilai rata-rata siswa berkategori baik, maka model pembelajaran inkuiri terpimpin belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dan
13
afektif.Temuan tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 63 termasuk dalam kategori cukup aktif, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 72 termasuk kategori aktif. Ini berarti model pembelajaran inkuiri terpimpin dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Fisika. Hal ini terjadi melalui model pembelajaran inkuiri terpimpin memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja seperti ilmuwan, sehingga rasa ingin tahu siswa semakin berkembang dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan proses IPA, dengan kata lain melalui model pembelajaran inkuiri terpimpin pembelajaran berpusat pada siswa. Hasil analisis respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin, menunjukkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata respon siswa adalah 70 termasuk dalam kualifikasi positif dan pada siklus II dengan nilai rata-rata 73 juga termasuk kualifikasi positif. Secara terbuka siswa menyatakan model pembelajaran ini tetap digunakan pada pembelajaran topik yang lain karena dengan implementasi model pembelajaran inkuri terpimpin siswa dapat kesempatan untuk menyampaikan pendapat, siswa mempunyai kesempatan untuk mengaitkan konsepsi awal mereka dengan informasi baru, beberapa konsep bisa ditemukan olah siswa, dan siswa diberikan kesempatan sebagai ilmuwan muda.
Kata-kata kunci: inkuiri, hasil belajar, aktivitas, dan responIMPLEMENTING THE GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL IN PHYSICS
TEACHING TO INCEASE LEARNING ACHIEVEMENT OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF SMA NEGERI 2 SINGARAJA
ByNi Ketut Rapi
AbstractThe main problems whose solution was attempted through this classroom based action
research were (1) whether the guided inquiry learning model could increase the students’ learning achievement; (2) how the students’ activity was like in the implementation of the guided inquiry learning model and (3) what were the students’ response to the guided inquiry learning model. The alternative action carried out to solve the above problems took the form of an implementation of the guided inquiry learning model. The aims of this study were to increase the student’ achievement, to find out the students’ activity in learning and to find out the students’ response to guided inquiry learning model.
The average score of the students in the cognitive domain in cycle I was 65 or sufficient and that of cycle II was 66 or guided inquiry learning model. The average score of the students in the affective domain in cycle I was 73 or sufficient and that of cycle II was 74 or sufficient. The average score of the student in the psychomotor domain was 73 or positive and that of cycle II was 73 or positive. On the basis of the criteria that were used in this study, i.e, that all the averages should fall into category””good” in all of the domains, the guided inquiry learning model had not been effective in increasing the students’ achievement in cognitive and affective domains. The finding about the students’ activity in learning is that there was an increase from cycle I to cycle II. In cycle I the average score was 65 or fairly active and that in cycle II was 72 or active.This means that the guided inquiry learning model could increase the students’ activity in learning physics. This occurred since through the guided inquiry learning model provided the students the opportunity to work as scientists, so
14
that their curiosity could develop and provided them the opportunity to use science prosess skill, in other words, through the guided inquiry learning model the learning focused on the students. The result of analysis on the students’ response to the guided inquiry learning model shows that in cycle I the students’ average score was 70 or positive and in cycle II it was 73 or positive. The students frankly stated that the guided inquiry learning model should be used in learning other topics by implementing the guided inquiry learning model the students would have the opportunity to express their opinions and the students would have the opportunity to relate their prior conceptions to the new information, some conceptions could be found and they would be provided with the opportunity to work as young scientists.
Key words: inquiry, learning achievement, activity, and response.
15