Download - ilmu negara
A. BENTUK NEGARA
Pemikiran Plato
Menurut Plato negara ideal menganut prinsip yang mementingkan kebajikan.
Kebajikan menurut Plato adalah pengetahuan. Apapun yang dilakukan atas nama
Negara harus dengan tujuan untuk mencapai kebajikan, atas dasar itulah kemudian
Plato memandang perlunya kehidupan bernegara.
Negara ideal menurut Plato juga didasarkan pada prinsip-prinsip larangan
atas kepemilikan pribadi, baik dalam bentuk uang atau harta, keluarga, anak dan istri
inilah yang disebut nihilism. Dengan adanya hak atas kepemilikan menurut filsuf ini
akan tercipta kecemburuan dan kesenjangan sosial yang menyebabkan semua
orang untuk menumpuk kekayaannya , yang mengakibatkan kompetisi yang tidak
sehat. Anak yang baru lahir tidak boleh dikasuh oleh ibu yang melahirkan tapi itu
dipelihara oleh Negara, sehinga seorang anak tidak tahu ibu dan bapaknya,
diharapkanakan menjadi manusia yang unggul, yang tidak terikat oleh ikatan
keluarga dan hanya memiliki loyalitas mati terhadap negara.
Ada tuduhan yang mengatakanbahwa Plato adalah anti demokrasi, adalah
argumentasi ini membenarkan tuduhan itu. Mengapa Plato menjadi anti demokrasi,
pemikiran Plato tidakterlepasdalamkontekssosio-hostoriskehancuran Athena.
Di Negara demokrasisetiap orang berhak dan memiliki kebebasan dalam
melakukan apa yang dikehendakinya, tanpa ada kontrol yang ketat dari negara,
karena adanya kebebasan setiap orang berhak dalam mengkritik orang lain, terlepas
apakah yang di kritik tersebut rakyat atau negara. Bila kekuatan saling mengkritik
tanpa adanya control pemerintah, maka akan menimbulkan kekacauan sosial.
Plato membedakan mengenai bentuk Negara menjadi dua bagian, yaitu:
1. The ideal form atau bentuk cita
Yaitu bentuk Negara cita yang berusaha mencapai dan menyelenggrakan
kesempurnaan, goodangood life serta kepentingan umum, berdasarkan
keadilan. Keadilan itu memerintah dan harus menjelma di dalam negara.
a. Monarki
Istilah ini berasal dari perkataan mono(s) artinya satu, dan archien atau
cratia artinya memerintah. Jadi suatu pemerintahan yang di pegang
dan dipimpin oleh satu orang biasanya merupakan kerajaan.
1
b. Aristokrasi
Istilah ini berasal dari perkataan aristoi artinya cerdik pandai, golongan
ningrat (pada waktu itu yang cerdik pandai adalah golongan ningrat
yang jumlahnya kecil-elite), geestelijkbesten dan archienataucratia
(ein) artinya memerintah. Jadi suatu pemerintahan yang dipegang dan
dipimpin oleh sejumlah kecil pada cerdik pandai.
c. Demokrasi
Istilah ini berasal dari perkataan demos artinya rakyat dan cratia (ein)
artinya memerintah. Jadi suatu pemerintahan yang dipegang dan
dipimpin oleh rakyat.
2. The corruption form (the degenerate form) atau bentuk pemerosotan
Yaitu bentuk negara yang merupakan kebalikan dan bentuk Negara cita. Jadi
merupakan bentuk Negara cita yang merosot. Pemerosotan ini disebabkan
pemerintah tiada melakukan keadilandan kepentingan umum, selalu ada
kesewenang-wenangan tindakan.
a. Tirani
Yaitu merupakan bentuk pemerosotan dari monarki. Pemerintahan
dipegang dan dipimpin oleh seorang tiran dan kekuasaan itu
dipusatkan di tangannya sendiri dan memerintah dengan tangan besi
demi kepentingannya sendiri.
b. Oligarkhi
Yaitu merupakan bentuk pemerosotan dari aristokrasi. Pemerintahan
dipegang dan dipimpin oleh segolongan kecil (oligos= kecil, sedikit)
yang memerintah demi kepentingan golongannya itu sendiri.
c. Mobokrasi
Yaitu merupakan bentuk pemerosotan dari demokrasi. Pemerintahan
dipegang dan dipimpin oleh rakyat yang tidak tahu apa-apa, tidak
terdidik, pemerintahan dari gepeupel (the rule of the mob) atau
ochlocrate (oklosartinya orang biadab tanpa pendidikan atau rakyat
hina, cratein atau crateia artinya memerintah)
2
Pemikiran Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato di akademi, dikenal sebagai pemikir emperis-
realis berbeda dengan Plato yang berfikir utopis dan idealis. Bisa jadi pemikiran
Aristoteles adalah bentuk protes terhadap pemikiran dan gagasan Plato.
Negara ideal menurut Plato adalah city state, negara yang tidak terlalu luas
dan tidak terlalu kecil, Negara luasakan sulit untuk menjaganya, sementara negara
yang terlalu kecil akan sulit untuk dipertahankan karena mudah dikuasai. Menurut
Aristoteles, Negara adalah lembaga politik yang paling berdaulat, bukan berarti
lembaga ini tidak memiliki batasan kekuasaan. Tujuan terbentuknya Negara adalah
untuk kesejahteraan seluruh penduduk atau rakyat bukan kesejahteraan individu.
Negara yang baik menurut Plato adalah negara yang dapat mencapai tujuan-tujuan
negara. Sementara negara yang tidak dapat melaksanakan tujuan-tujuan tersebut
maka adalah Negara gagal.
Idealnya menurut Aristoteles monarki sebagai negara ideal, karena iadi
perintah oleh seoarang filsuf, arif dan bijaksana. Kekuasaan untuk kesejahteraan
rakyat. Tapi Aristoteles menyadari system monarki nyaris tak mungkin ada dalam
realitas, ia hanya gagasan yang lahir bersifat normative yang sangat sukar
diwujudkan dalam dunia emperis. Oleh karena itu demokrasi menurut Aristoteles
dari tiga bentuk Negara itu yang bias diwujudkan dalam kenyataan. Berbeda dengan
Plato tidak bersifat realistic ketimbang Aristoteles .
Pandangan kedua tokoh ini tentang Negara berbeda sekali, Negara ideal
menurut Plato adalah city state, negara yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil,
Negara luasakan sulit untuk menjaganya, sementara negara yang terlalu kecil akan
sulit untuk dipertahankan karena mudah dikuasai.
B. TUJUAN NEGARA
1. Tujuan Negara menurut Jacobsen dan Lipman
Tujuan negara dari jacobsen dan lipman ialah pemeliharaan ketertiban,
memajukan kesejahteraan individu, kesejahteraan umum dan mempertinggi
moralitas.
3
2. Tujuan Negara menurut J. Barents
J.Barents membagi tujuan negara menjadi dua yaitu tujuan negara
yang sebenarnya dan tujuan negara yang tidak sebenarnya.
Tujuan negara yang sebenarnya (eigenlijke staatsdoel)
a) Pemeliharaan keamanan dan ketertiban
Pemeliharaan keamanan dan ketertiban adalah tujuan negara yang
asli dan utama. Tetapi tujuan negara bukan hanya semata-mata
memelihara keamanan dan ketertiban saja karena jika hanya itu, maka
negara tersebut hanya merupakan alat penertib belaka yang bersifat
negatif. Maka dari itu di perlukan perluasan lagi yaitu penyelenggara
kepentingan-kepentingan umum.
b) Penyelenggaraan kepentingan-kepentingan umum atau fungsi
kesejahteraan umum
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa penyelenggaraan
kepentingan-kepentingan umum atau fungsi kesejahteraan umum ini
merupakan perluasan dari fungsi keamanan dan ketertiban akan tetapi
dengan perbedaan bahwa negara kesejahteraan adalah negara yang
positif, yang secara aktif menjamin kepentingan umum.
Tujuan negara yang tidak sebenarnya (oneigenlijke staatsdoel)
Pertahanan diri dari kelas yang berkuasa untuk tetap berada dalam
kedudukannya. Tujuan ini sulit diterima sebagai tujuan, tetapi sejarah telah
membuktikan bahwa setiap negara selalu terlibat adanya bagian apparatur
negara yang tidak berkerja untuk tujuan negara yang sebenarnya, tetapi
untuk mempertahankan diri dari kelas yang berkuasa atau jabatan.
3. Tujuan Negara menurut Prof. James Wilford Garner
Prof. James Wilford Garner mengatakan bahwa negara mempunyai
tiga tujuan yaitu:
a. Tujuan negara yang asli atau utama atau langsung
4
Tujuan negara yang asli atau utama atau langsung ialah pemeliharaan
perdamaian, ketertiban, keamanan dan keadilan. Tujuan ini
mengutamakan kebahagian individu.
b. Tujuan negara yang sekunder
Tujuan negara yang sekunder ialah kesejahteraan warganegara,
negara harus memelihara kepentingan bersama dan membantu kemajuan
nasional. Tujuan ini mengutamakan kebahagiaan individu.
c. Tujuan negara dalam bidang peradaban atau theorie des kulturzweckes
Tujuan ini merupakan tujuan yang terakhir dan termulia dari negara.
Tujuan ini berhasrat memajukan peradaban dan menginginkan kemajuan
negara.
4. Tujuan Negara Menurut Charles E. Merriam
Tujuan-tujuan negara menurut Prof. Merriam:
a. Keamanan ekstern
Keamanan ekstern dimaksudkan seluruh tugas-tugas perlindungan
negara terhadap serangan-serangan dari luar terhadap kelompok sendiri.
b. Ketertiban intern
Dengan tertib dimaksudkan sistem dalam mana dapat diadakan
perkiraan-perkiraan yang layang tentang apa yang akan dilakukan dalam
bidang sosial dan siapa yang akan melakukannya. Dalam masyarakat
yang tertib terdapat pembagian kerja dan tanggung jawab atas
pelaksanaan peraturan-peraturan pada segenap fungsionaris negara.
c. Keadilan
Keadilan terwujud dalam sistem di mana terdapat saling pengertian
dan prosedur-prosedur yang memberikan kepada setiap orang apa yang
telah disetujui dan telah dianggap patut.
d. Kesejahteraan umum
Menurut Prof. Merriam pengertian kesejahteraan ini meliputi
keamanan, ketertiban, keadilan, dan kebebasan. Tetapi lebih dari pada itu,
kesejahteraan meliputi juga tugas-tugas preventif, seperti pencegahan
ancaman-ancaman bahaya alam sperti kelaparan, banjir, kebakaran dan
lain-lain.
e. Kebebasan
5
Kebebasan merupakan tujuan negara yang essensiil. Yang
dimaksudkan dengan kebebasan ialah kesempatan mengembangkan
dengan bebas hasrat-hasrat individu akan ekspresi kepribadiannya yang
harus disesuaikan dengan gagasan kemakmuran umum.
Menurut Merriam, tidak dapatlah dikatakan bahwa salah satu atau
beberapa dari tujuan itu adalah lebih utama dari pada yang lain. Dalam
jangka panjang kelima tujuan itu akan menjadi seimbang, karena negara tidak
diperuntukkan guna pelaksanaan satu atau beberapa tujuan itu, tetapi untuk
keseluruhan tujuan-tujuan dalam hubungannya satu sama lain. Namun,
dalam jangka pendek dapatlah diberikan prioritas pada satu atau beberapa
tujuan tersebut diatas sesuai dengan rencana pelaksanaan kemakmuran
bersama.
5. Tujuan dan Tugas Negara menurut Leslie Lipson
Prof. Lipson menganalisa tujuan negara sejalan dengan pertumbuhan
alat-alat untuk mencapai tujuan itu. Menurut beliau, fungsi negara yang tertua
adalah perlindungan. Negara dibentuk karena adanya hasrat individu-individu
untuk memperoleh perlindungan dan negara terus mempertahankan untuk
memelihara tujuan itu. Perlindungan menjadi baik sebab maupun raison d’etre
daripada negara.
Namun tidak hanya sampai disitu, manusia menghendaki adanya suatu
tertib hukum yang dapat menjamin kehidupannya sehari-hari. Dengan adanya
tuntutan seperti itu, terjadilah perseran dalam tujuan negara. Perlindungan
diperluas dengan ketertiban (order). “It is order that is able to grow, after
protection has been firmly planted, and it is an order by way of life that
government seeks to nurture” demikian Prof. Lipson.
Selain perlindungan dan ketertiban, negara juga harus menyertai
keadilan dan hal tersebut menjadi dasar dari perlindungan dan ketertiban.
Menurut Prof. Lipson, demi mewujudkan perlindungan negara harus memiliki
kekuatan-kekuatan (force) untuk mengefektifkan perlindungan itu. Tanpa
kekuatan, tidak ada perlindungan. Oleh karena itu, kekuatan harus dimonopoli
6
oleh negara, karena bila tidak dimonopoli maka kekuatan yang lain yang tidak
dikuasai oleh negara akan menjadi ancaman untuk negara itu sendiri. “The
state must either monopolize the force of the community or risk surrender to
who ever can muster counter force for its overthrow. The logic of coercion
dictates monopoly”.
Kekuatan haruslah mendapatkan persetujuan rakyat, karena dengan
adanya persetujuan itu rakyat akan mentaati kekuasaan negara dengan
sukarela, tanpa paksaan. Kemudian, kekuatan selanjutnya akan menjadi
kekuasaan(power), lalu pada tahap selanjutnya setelah kekuasaan itu ditaati
maka akan menjadi kewibawaan (authority) yang mana kewibawaan
mewajibkan seluruh warga negara baik itu pengikut maupun penentang untuk
taat pada kekuasaan.
6. Tujuan dan Fungsi Negara menurut L.V Ballard
Tujuan negara terutama adalah untuk memelihara ketertiban dan
peradaban, sedangkan fungsi negara adalah untuk menciptakan syarat-syarat
dan hubungan hubungan yang memuaskan dan konstruktif bagi semua warga
negara.
7. Tujuan Negara menurut Plato
Menurut Plato, tujuan negara bukanlah untuk kebaikan individu atau
kelas tertentu melainkan untuk kebaikan dan kesejahteraan umum. Berikut
tujuan negara menurut Plato :
1) Menyelenggarakan kepentingan warga negara nya
2) Berusaha supaya warga negara nya hidup baik didasarkan atas
keadilan. Keadilan itu memerintah dan harus menjelma di dalam
negara.
Pada keseluruhan karya-karya Plato, rakyat dan kebaikan negara
tampak sebagai jurusan koisidental. Dia bisa memahami mengenai tidak
adanya situasi di mana kepentingan subyek bertentangan dengan
kepentingan negara. Dia merasa bahwa konflik hanya akan muncul dalam
7
kasus penguasa yang di sini Plato menyebutnya sebagai upaya perlindungan
yang kaku.
8. Tujuan Negara Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV, disebutkan bahwa tujuan
Negara Indonesia adalah :
1) Nasional: Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
2) Internasional : Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
Jadi tujuan negara Indonesia, yaitu untuk membentuk suatu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, yaitu suatu Negara
kesejahteraan (welfare state).
C. ASAL MULA TERBENTUKNYA NEGARA
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik
politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang
berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki
suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan
berdiri secara independent.
Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan
memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah
mendapat pengakuan dari Negara lain.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam
suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan
organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu
tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan,
yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.
8
Asal mula terjadinya negara dibagi menjadi 2 yaitu Secara Primer atau Asal
mula terjadinya negara berdasarkan pendekatan teoritis dan Secara Sekunder atau
Asal mula terjadinya negara berdasarkan fakta.
1. Secara Primer
Asal mula terjadinya Negara secara primer biasa disebut juga pendekatan
teoritis yang bersifat dugaan yang dianggap benar. Negara terjadi melalui
beberapa tahapan dan tidak ada hubungan dengan Negara yang telah ada
sebelumnya. Tahapan terjadinya Negara:
o Genoot Schaft (Suku).
Terdapat istilah Primus Interpares yang artinya Yang utama di antara sesama.
o Rijk/Reich (Kerajaan)
Di sini muncul kesadaran hak milik dan hak atas tanah.
o Staat
Kesadaran akan perlunya demokrasi dan kedaulatan rakyat.
o Diktatur Natie
Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pilihan rakyat yang kemudian
berkuasa secara mutlak.
2. Secara Sekunder
Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada pendekatan fakta atau
kenyataan. Terjadinya Negara/lahirnya Negara ada hubungan dengan Negara yang
telah ada sebelumnya. Terdapat beberapa macam dari asal mula terjadinya Negara
secara sekunder, yaitu: ◦Proklamasi – Pernyataan kemerdekaan dari penjajahan
bangsa lain.
o Fusi - Peleburan 2 negara atau lebih dan membentuk 1 negara.
o Aneksasi - Pencaplokan. Suatu daerah dikuasai Negara lain tanpa perlawanan.
9
o Cessie - Penyerahan. Sebuah daerah diserahkan kepada Negara lain
berdasarkan perjanjian.
o Acessie - Penarikan. Bertambahnya suatu wilayah karena proses pelumpuran
laut dalam kurun waktu yang lama dan dihuni oleh kelompok.
o Okupasi - Pendudukan. Suatu wilayah yang kosong kemudian diduduki
sekelompok bangsa sehingga berdiri Negara.
o Inovasi - Suatu Negara pecah, kemudian lenyap dan memunculkan Negara
baru di atasnya.
o Separasi - Suatu wilayah yang semula merupakan bagian dari negara tertentu,
kemudian memisahkan diri dari negara induknya dan menyatakan
kemerdekaan. Contoh: Belgia pada tahun 1839 melepaskan diri dari Belanda.
Teori Asal Usul Berdirinya Sebuah Negara
Banyak teori yang berkembang tentang asal-usul berdirinya sebuah negara.
Berikut teori asal-usul berdirinya negara :
a. Teori Ketuhanan.
Teori ini menganggap bahwa terjadinya negara memang sudah
kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Anggapan ini berawal dari determinasi
relegius, yaitu segala sesuatu terjadi ini sudah takdir Allah. Misalnya, dapat
membaca UUD 1945 atas berkat rahmat Allah dan seterusnya. Penganut
teori ini adalah Fiedrich Julius Stah, yang menyatakan bahwa negara tumbuh
secara berangsur-angsur melalui proses bertahap mulai dari keluarga
menjadi bangsa dan Negara.
b. Teori Kenyataan.
Teori menganggap bahwa negara itu timbul karena kenyataan, artinya
berdasarkan syarat-syarat tertentu yang sudah dipenuhi, misalnya adanya
pemerintahan, wilayah, penduduk, dan pengakuan dari dalam dan luar negeri.
10
c. Teori Perjanjian dan Kontrak Sosial.
Teori ini menganggap negara itu terbentuk berdasarkan perjanjian
bersama. Perjanjian ini dapat antar individu yang bersepakat mendirikan
suatu negara ataupun perjanjian antar individu yang menjakah dan yang
dijajah. . Teori ini didukung oleh ilmuwan Thomas Hobbes, John Locke, dan J.
J. Rousseau. Menurut Thomas Hobbes, kehidupan manusia sebelum
adanya negara terdapat dalam keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan
yang aman dan sejahtera, akan tetapi sebaliknya keadaan alamiah
merupakan keadaan yang kacau, tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan tanpa
ikatan-ikatan sosial antar individu di dalamnya.. Kondisi ini sering
disebut sebagai homo homini lupus (manusia satu menjadi serigala bagi
manusia lain). Berbeda dengan Hobbes yang melihat keadaan
almiah sebagai suatu keadaan yang kacau. John locke justru melihatnya
sebagai suatu keadaan yang damai, penuh komitmen, saling menolong
antara individu-individu didalam sebuah kelompok masyarakat.
Sekalipun keadaan alamiah dalam pandangan Locke merupakan
sesuatu yang ideal, ia berpendapat bahwa keadaan ideal tersebut memiliki
potensi terjadinya kekacauan lantaran tidak adanya organisasi dan pimpinan
yang mengatur kehidupan mereka. Di sini unsur pimppinan atau negara
menjadi sangat penting demi menghindari konflik antar warga negara.
Penyerahan diri warga negara untuk menjamin kondisi alamiah yang
ideal inilah yang disebut Pactum Unionis. Dalam hal ini yang membedakan
Locke dengan Hobbes, bahwa justru kehadiran adanya negara untuk
menjamin hak-hak individu. Sedangkan, menurut Rousseau keberadaan
suatu negara bersandar pada perjanjian warga negara untuk mengikatkan diri
dengan suatu pemerintah yang dilakukan melalui organisasi politik. Dengan
kata lain, ia juga sekaligus dikenal sebagai penggagas paham negara
demokrasi yang bersumberkan pada kedaulatan rakyat, yakni rakyat yang
berdaulat dan penguasa-penguasa negara hanyalah merupakan wakil-wakil
pelaksana mandat bersama.
d. Teori Penaklukan.
11
Teori ini menganggap bahwa negara itu timbul karena adanya
kelompok manusia mengalahkan kelompok manusia yang lain. Dengan
demikian pembentukan negara dapat terjadi karena proklamasi, peleburan
dan penguasaan atau pemberontakan. Teori ini juga disebut teori kekuatan
karena dalam teori ini kekuatan membuat hukum, dan kekuatan itu sendiri
adalah pembenaran.
e. Teori Alamiah.
Teori ini menganggap bahwa negara adalah ciptaan alam karena
manusia dianggap sebagai mahluk sosial dan sekaligus mahluk politik. Oleh
karena itu, manusia ditakdirkan untuk hidup bernegara. Jadi dalam situasi dan
kondisi setempat yang ada, negara terebetuk dengan sendirinya.
f. Teori Filosofis.
Teori Filosofis ini juga dikenal sebagai teori idealistis, teori mutlak, teori
metafisis. Teori ini bertsifat filosofis karena merupakan renungan-renungan
tentang negara dan bagaimana negara itu seharusnya ada. Bersifat idealis
karena merupakan pemikiran tentang negara sebagaimana negara itu
seharusnya ada, “Negara sebagai ide” bersifat mutlak karena melihat negara
sebagai suatu kesatuan yang omnipeten dan omnokompeten. Bersifat
metafisis karena adanya negara terlepas dari individu yang menjadi bagian
dari bangsa. Negara mempunyai atau memiliki kemauan sendiri, kepentingan
sendiri, dan nilai moral sendiri.
g. Teori Historis.
Teori ini menganggap bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat,
tetapi timbul secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
manusia. Oleh karenanya lembaga-lembaga sosial kenegaraan itu
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dari lingkungan setempat, waktu, dan
tuntutan zaman sehingga secara historis berkembang menjadi negara-negara
seperti yang kita lihat sekarang ini.
h. Teori Organis.
12
Teori ini menganggap bahwa negara sebagai manusia. Pemerintah
dianggap sebagai tulang, undang-undang dianggap sebagai syaraf, kepala
negara dianggap sebagai kepala, masyarakat dianggap sebagai daging.
Dengan demikian, negara itu dapat lahir, tumbuh, dan berkembang lalu mati.
i. Teori Patrilineal dan Matrilineal.
Teori ini menganggap bahwa negara itu timbul dari perkembangan
kelompok keluarga yang dikuasai oleh garis keturunan Ayah (Patrilineal) atau
garis keturunan Ibu (Matrilineal). Keluarga tersebut berkembang menurut
garis keturunan yang ada dan menjadi benih-benih negara sampai terbentuk
pemerintahan yang terdesentralisi.
j. Teori Kadaluwarsa.
Teori ini menganggap bahwa negara terbentuk karena memang
kekuasaan raja (diterima atau ditolak oleh rakyat) sudah kadaluwarsa
memiliki kerajaan (sudah lama memiliki kekuasaan) dan pada akhirnya
menjadi hak milik oleh karena kebiasaan. Menurut teori ini, raja bertahta
bukan karena hak-hak ketuhanan, tetapi berdasrkan kebiasaan. Laju dan
organisasinya yaitu negara kerajaan timbul karena adanya milik yang sudah
lama yang kemudian melahirkan hak milik. Raja bertahta oleh karena hak
milik itu yang didasarkan pada hukum kebiasaan.
D. UNSUR-UNSUR NEGARA
Suatu negara tidak akan terbentuk jika tidak ada unsur-unsur dari pembentuk
negara itu sendiri.Menurut Oppenheim-Lauterpacht terdapat 2 jenis unsur dalam
negara.Unsur pertama pembentuk negara atau unsur kostitutif yang didalamnya
terdapat rakyat,wilayah dan pemerintahan yang berdaulat.Unsur yang kedua adalah
unsur deklaratif yaitu pengakuan dari negara lain.
1. Rakyat
Rakyat (Inggris: people; Belanda: volk) adalah kumpulan manusia yang hidup
bersama dalam suatu masyarakat penghuni suatu negara, meskipun mereka ini
mungkin berasal dari keturunan dan memiliki kepercayaan yang berbeda. Selain
13
rakyat, penghuni negara juga disebut bangsa. Para ahli menggunakan istilah
rakyat dalam pengertian sosiologis dan bangsa dalam pengertian politis. Rakyat
adalah sekelompok manusia yang memiliki suatu kebudayaan yang sama,
misalnya memiliki kesamaan bahasa dan adat istiadat. Sedangkan bangsa –
menurut Ernest Renan – adalah sekelompok manusia yang dipersatukan oleh
kesamaan sejarah dan cita-cita. Hasrat bersatu yang didorong oleh kesamaan
sejarah dan cita-cita meningkatkan rakyat menjadi bangsa. Dengan perkataan
lain, bangsa adalah rakyat yang berkesadaran membentuk negara. Suatu
bangsa tidak selalu terbentuk dari rakyat seketurunan, sebahasa, seagama atau
adat istiadat tertentu kendati kesamaan itu besar pengaruhnya dalam proses
pembentukan bangsa. Sekadar contoh, bangsa Amerika Serikat sangat
heterogen, banyak ras, bahasa dan agama; bangsa Swiss menggunakan tiga
bahasa yang sama kuatnya; bangsa Indonesia memiliki ratusan suku, agama,
bahasa dan adat istiadat yang berbeda. Secara geopolitis, selain harus memiliki
sejarah dan cita-cita yang sama, suatu bangsa juga harus terikat oleh tanah air
yang sama.
2. Wilayah
a. Daratan
Wilayah daratan ada di permukaan bumi dalam batas-batas tertentu dan
di dalam tanah di bawah permukaan bumi. Artinya, semua kekayaan alam
yang terkandung di dalam bumi dalam batas-batas negara adalah hak
sepenuhnya negara pemilik wilayah.
b. Lautan
Lautan yang merupakan wilayah suatu negara disebut laut teritorial
negara itu, sedangkan laut di luarnya disebut laut terbuka (laut bebas,
mare liberum).
c. Udara
Wilayah udara suatu negara ada di atas wilayah daratan dan lautan
negara itu. Kekuasaan atas wilayah udara suatu negara itu pertama kali
diatur dalam Perjanjian Paris pada tahun 1919 (dimuat dalam Lembaran
Negara Hindia Belanda No.536/1928 dan No.339/1933). Perjanjian
Havana pada tahun 1928 yang dihadiri 27 negara menegaskan bahwa
setiap negara berkuasa penuh atas udara di wilayahnya. Hanya seizin dan
14
atau menurut perjanjian tertentu, pesawat terbang suatu negara boleh
melakukan penerbangan di atas negara lain. Demikian pula Persetujuan
Chicago 1944 menentukan bahwa penerbangan internasional melintasi
negara tanpa mendarat atau mendarat untuk tujuan transit dapat
dilakukan hanya seizin negara yang bersangkutan. Sedangkan
Persetujuan Internasional 1967 mengatur tentang angkasa yang tidak bisa
dimiliki oleh negara di bawahnya dengan alasan segi kemanfaatan untuk
semua negara dan tujuan perdamaian.
d. Wilayah Ekstrateritorial
Wilayah ekstrateritorial adalah tempat-tempat yang menurut hukum
internasional diakui sebagai wilayah kekuasaan suatu negara – meskipun
tempat itu berada di wilayah negara lain. Termasuk di dalamnya adalah
tempat bekerja perwakilan suatu negara, kapal-kapal laut yang berlayar di
laut terbuka di bawah suatu bendera negara tertentu. Di wilayah itu
pengibaran bendera negara yang bersangkutan diperbolehkan. Demikian
pula pemungutan suara warga negara yang sedang berada di negara lain
untuk pemilu di negara asalnya. Contoh: di atas kapal (floating island)
berbendera Indonesia berlaku kekuasaan negara dan undang-undang
NKRI.
3. Pemerintahan yang berdaulat
Organisasi negara mempunyai badan pimpinan dan badan pengurus yang
memimpin dan mengurusi negara. Badan demikian disebut pemerintah, dan
fungsinya disebut pemerintahan. Memerintah berarti menjalankan tugas
pemerintahan. Kata pemerintahan dapat diartikan luas atau sempit. Dalam arti
luas pemerintah adalah keseluruhan dari badan pengurus negara dengan segala
organisasi, segala bagian-bagian, dan segala jabatan,jabatannya yang
menjalankan tugas negara dari pusat sampai pelosok-pelosok daerah. Dalam
arti yang sempit pemerintah berarti suatu badan pimpinan terdiri dari seorang
atau beberapa orang yang mempunyai peranan pimpinan dan menentukan
dalam pelaksanaan tugas negara. Jelasnya pemerintah dalam arti ini adalah
kepala negara dengan para menteri yang kini lazim disebut kabinet.
15
Pemerintahan yang berdaulat diartikan berdaulat kedalam dan keluar, namun
secara kedalam dibatasi oleh hukum positif (artinya tidak boleh sewenang-
wenang) dan berdaulat keluar dibatasi oleh hukum internasional.
4. Pengakuan dari negara lain
Menurut Oppenheimer, pengakuan oleh negara lain terhadap berdirinya suatu
negara semata-mata merupakan syarat konstitutif untuk menjadi an international
person. Dalam kedudukan itu, keberadaan negara sebagai kenyataan fisik
(pengakuan de facto) secara formal dapat ditingkatkan kedudukannya menjadi
suatu judicial fact (pengakuan de jure).
Pengakuan de facto adalah pengakuan menurut kenyataan bahwa suatu
negara telah berdiri dan menjalankan kekuasaan sebagaimana negara berdaulat
lainnya. Sedangkan pengakuan de jure adalah pengakuan secara hukum bahwa
suatu negara telah berdiri dan diakui kedaulatannya berdasarkan hukum
internasional.
Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang bersifat deklaratif.
Pengakuan atas terbentuknya suatu negara terbagi menjadi dua, yaitu
pengakuan de facto dan pengakuan de jure.
Pengakuan de facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan (faktual,
artinya tidak menutup mata bahwa telah berdiri sebuah negara). Pengakuan de
facto bersifat sementara. Pengakuan tersebut diberikan sambil menunggu
perkembangan selanjutnya dari negara yang baru berdiri. Apabila negara
tersebut dapat menunjukkan kemampuannya dan dapat memenuhi segala hak
dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat internasional, barulah disusul
dengan pengakuan de jure. Secara de facto, Indonesia merdeka pada 17
Agustus 1945.
Pengakuan de jure adalah pengakuan terhadap sahnya suatu negara
menurut hukum internasional. Dengan adanya pengakuan secara de jure,
negara yang baru tersebut mendapat hak-hak dan kewajiban sebagai anggota
masyarakat internasional. Hak yang dimaksud adalah dapat diperlakukan
sebagai negara yang berdaulat penuh oleh negara-negara lain. Adapun
kewajibannya adalah bertindak sebagai negara yang berusaha menyesuaikan
diri dengan tata aturan hubungan internasional. Dengan adanya pengakuan dari
negara lain, berarti negara tersebut telah diterima sebagai bagian dari negara-
16
negara di dunia yang kedudukannya sejajar dengan mereka. Selain itu,status
negara tersebut berubah menjadi subjek hukum internasional dan dapat juga
mengirimkan duta atau menerima duta dari negara lain.
PEMERINTAHAN YANG BERDAULAT
Istilah Pemerintah merupakan terjemahan dari kata asing Gorvernment (Inggris),
Gouvernement (Prancis) yang berasal dari kata Yunani κουβερμαν yang berarti
mengemudikan kapal (nahkoda). Dalam arti luas, Pemerintah adalah gabungan dari
semua badan kenegaraan (eksekutif, legislatif, yudikatif) yang berkuasa memerintah
di wilayah suatu negara. Dalam arti sempit, Pemerintah mencakup lembaga
eksekutif saja.
1. Utrecht, istilah Pemerintah meliputi pengertian yang tidak sama sebagai
berikut:
a. Pemerintah sebagai gabungan semua badan kenegaraan atau seluruh
alat perlengkapan negara adalam arti luas yang meliputi badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif.
b. Pemerintah sebagai badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa
memerintah di wilayah suatu negara (dhi. Kepala Negara).
c. Pemerintah sebagai badan eksekutif (Presiden bersama menteri-
menteri: kabinet).
Istilah kedaulatan merupakan terjemahan dari sovereignty (Inggris),
souveranete (Prancis), sovranus (Italia) yang semuanya diturunkan dari kata
supremus (Latin) yang berarti tertinggi. Kedaulatan berarti kekuasan yang
tertinggi, tidak di bawah kekuasaan lain.
Pemerintah yang berdaulat berarti pemerintah yang memegang kekuasaan
tertinggi di dalam negaranya dan tidak berada di bawah kekuasaan
pemerintah negara lain. Maka, dikatakan bahwa pemerintah yang berdaulat
itu berkuasa ke dalam dan ke luar:
a. Kekuasaan ke dalam, berarti bahwa kekuasaan pemerintah itu dihormati
dan ditaati oleh seluruh rakyat dalam negara itu;
b. Kekuasaan ke luar, berarti bahwa kekuasaan pemerintah itu dihormati dan
diakui oleh negara-negara lain.
17
2. Jean Bodin (1530-1596), seorang ahli ilmu negara asal Prancis, berpendapat
bahwa negara tanpa kekuasaan bukanlah negara. Dialah yang pertama kali
menggunakan kata kedaulatan dalam kaitannya dengan negara (aspek
internal: kedaulatan ke dalam). Kedaulatan ke dalam adalah kekuasaan
tertinggi di dalam negara untuk mengatur fungsinya. Kedaulatan ke luar
adalah kekuasaan tertinggi untuk mengatur pemerintahan serta memelihara
keutuhan wilayah dan kesatuan bangsa (yang selayaknya dihormati oleh
bangsa dan negara lain pula), hak atau wewenang mengatur diri sendiri tanpa
pengaruh dan campur tangan asing.
Sifat-sifat kedaulatan menurut Jean Bodin:
a. Permanen/ abadi, yang berarti kedaulatan tetap ada selama negara masih
berdiri.
b. Asli, yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak berasal adari kekuasaan lain
yang lebih tinggi.
c. Tidak terbagi, yang berarti bahwa kedaulatan itu merupakan satu-satunya
yang tertinggi di dalam negara.
d. Tidak terbatas, yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapa
pun, karena pembatasan berarti menghilangkan ciri kedaulatan sebagai
kekuasaan yang tertinggi.
Para ahli hukum sesudahnya menambahkan satu sifat lagi, yaitu tunggal,
yang berarti bahwa hanya negaralah pemegang kekuasaan tertinggi.
3. Grotius (Hugo de Groot) yang dianggap sebagai bapak hukum internasional
memandang kedaulatan dari aspek eksternalnya, kedaulatan ke luar, yaitu
kekuasaan mempertahankan kemerdekaan negara terhadap serangan dari
negara lain.
Macam-macam teori kedaulatan
1. Teori Kedaulatan Tuhan
Teori ini merupakan teori kedaulatan yang pertama dalam sejarah,
mengajarkan bahwa negara dan pemerintah mendapatkan kekuasaan tertinggi
18
dari Tuhan sebagai asal segala sesuatu (Causa Prima). Menurut teori ini,
kekuasaan yang berasal dari Tuhan itu diberikan kepada tokoh-tokoh negara
terpilih, yang secara kodrati ditetapkan-Nya menjadi pemimpin negara dan
berperan selaku wakil Tuhan di dunia.
Teori ini umumnya dianut oleh raja-raja yang mengaku sebagai keturunan
dewa, misalnya para raja Mesir Kuno, Kaisar Jepang, Kaisar China, Raja
Belanda (Bidde Gratec Gods, kehendak Tuhan), Raja Ethiopia (Haile Selasi,
Singa penakluk dari suku Yuda pilihan Tuhan). Demikian pula dianut oleh para
raja Jawa zaman Hindu yang menganggap diri mereka sebagai penjelmaan
Dewa Wisnu. Ken Arok bahkan menganggap dirinya sebagai titisan Brahmana,
Wisnu, dan Syiwa sekaligus.Pelopor teori kedaulatan Tuhan antara lain:
Augustinus (354-430), Thomas Aquino (1215-1274), juga F. Hegel (1770-1831)
dan F.J. Stahl (1802-1861).Karena berasal dari Tuhan, maka kedaulatan negara
bersifat mutlak dan suci. Seluruh rakyat harus setia dan patuh kepada raja yang
melaksanakan kekuasaan atas nama dan untuk kemuliaan Tuhan. Menurut
Hegel, raja adalah manifestasi keberadaan Tuhan. Maka, raja/ pemerintah selalu
benar, tidak mungkin salah.
2. Teori Kedaulatan Raja
Dalam Abad Pertengahan Teori Kedaulatan Tuhan berkembang menjadi
Teori Kedaulatan Raja, yang menganggap bahwa raja bertanggung jawab
kepada dirinya sendiri. Kekuasaan raja berada di atas konstitusi. Ia bahkan tak
perlu menaati hukum moral agama, justru karena “status”-nya sebagai
representasi/ wakil Tuhan di dunia. Maka, pada masa itu kekuasaan raja berupa
tirani bagi rakyatnya.Peletak dasar utama teori ini adalah Niccolo Machiavelli
(1467-1527) melalui karyanya, Il Principe.Ia mengajarkan bahwa negara harus
dipimpin oleh seorang raja yang berkekuasaan mutlak. Sedangkan Jean Bodin
menyatakan bahwa kedaulatan negara memang dipersonifikasikan dalam
pribadi raja, namun raja tetap harus menghormati hukum kodrat, hukum
antarbangsa, dan konstitusi kerajaan (leges imperii). Di Inggris, teori ini
dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679) yang mengajarkan bahwa
kekuasaan mutlak seorang raja justru diperlukan untuk mengatur negara dan
menghindari homo homini lupus.
19
3. Teori Kedaulatan Negara
Menurut teori ini, kekuasaan tertinggi terletak pada negara. Sumber
kedaulatan adalah negara, yang merupakan lembaga tertinggi kehidupan suatu
bangsa. Kedaulatan timbul bersamaan dengan berdirinya suatu negara. Hukum
dan konstitusi lahir menurut kehendak negara, diperlukan negara, dan diabdikan
kepada kepentingan negara. Demikianlah F. Hegel mengajarkan bahwa
terjadinya negara adalah kodrat alam, menurut hukum alam dan hukum Tuhan.
Maka kebijakan dan tindakan negara tidak dapat dibatasi hukum. Ajaran Hegel
ini dianggap yang paling absolut sepanjang sejarah.Para penganut teori ini
melaksanakan pemerintahan tiran, teristimewa melalui kepala negara yang
bertindak sebagai diktator. Pengembangan teori Hegel menyebar di negara-
negara komunis.Peletak dasar teori ini antara lain: Jean Bodin (1530-1596), F.
Hegel (1770-1831), G. Jellinek (1851-1911), Paul Laband (1879-1958).
4. Teori Kedaulatan Hukum
Berdasarkan pemikiran teori ini, kekuasaan pemerintah berasal dari hukum
yang berlaku. Hukumlah (tertulis maupun tidak tertulis) yang membimbing
kekuasaan pemerintahan. Etika normatif negara yang menjadikan hukum
sebagai “panglima” mewajibkan penegakan hukum dan penyelenggara negara
dibatasi oleh hukum. Pelopor teori Kedaulatan Hukum antara lain: Hugo de
Groot, Krabbe, Immanuel Kant dan Leon Duguit.
5. Teori Kedaulatan Rakyat (Teori Demokrasi)
Teori ini menyatakan bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat.
Pemerintah harus menjalankan kehendak rakyat. Ciri-cirinya adalah: kedaulatan
tertinggi berada di tangan rakyat (teori ajaran demokrasi) dan konstitusi
harusmenjamin hak azasi manusia.
Beberapa pandangan pelopor teori kedaulatan rakyat:
a. J.J. Rousseau menyatakan bahwa kedaulatan itu perwujudan dari
kehendak umum dari suatu bangsa merdeka yang mengadakan perjanjian
masyarakat (social contract).
b. Johanes Althuisiss menyatakan bahwa setiap susunan pergaulan hidup
manusia terjadi dari perjanjian masyarakat yang tunduk kepada
kekuasaan, dan pemegang kekuasaan itu dipilih oleh rakyat.John Locke
20
menyatakan bahwa kekuasaan negara berasal dari rakyat, bukan dari
raja. Menurut dia, perjanjian masyarakat menghasilkan penyerahan hak-
hak rakyat kepada pemerintah dan pemerintah mengembalikan hak dan
kewajiban azasi kepada rakyat melalui peraturan perundang-undangan.
c. Montesquieu yang membagi kekuasaan negara menjadi: kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif (Trias Politica).
21