![Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/1.jpg)
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kacang hijau
Kacang hijau merupakan suku (famili) Leguminosae dan merupakan
tanaman pangan semusim berupa semak yang tumbuh tegak berumur pendek (60
hari) dengan ketinggian 30-110 cm (Rukmana, 1997). Tanaman kacang hijau
disebut juga mungbean, green gram atau golden gram (Somaatmadja, 1993 dalam
Bariza, 2010).
Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau memiliki klasifikasi
botani sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicetyledonae
Ordo : Rosales
Keluarga : Leguminosae (Fabaceae)
Genus : Vigna
Jenis : Vigna radiata
Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Buah kacang
hijau berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm setiap polong berisi 6-16
biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak
runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi
kecoklatan atau kehitaman (Rukmana, 1997). Biji kacang hijau berbentuk bulat.
kulitnya hijau berbiji putih. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan dengan biji
kacang tanah atau kacang kedelai yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5-0,8 mg
6
![Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/2.jpg)
7
(Purwono dan Hartono, 2012). Trustinah (1993 dalam Muafifah 2006)
menambahkan buah atau polong kacang hijau dibedakan menjadi tiga yaitu
pendek berukuran (12,0-13,5 cm), sedang berukuran (15,2-16,8 cm) dan panjang
berukuran (18,5-20,0 cm).
Benih kacang hijau merupakan benih ortodoks, yaitu jenis benih yang
tahan terhadap pengeringan sampai kadar air 5% dan dapat disimpan pada suhu
rendah. Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan
suhu (Hasanah, 2002). Menurut Kuswanto (1996) salah satu faktor yang
mempengaruhi benih dalam penyimpanan adalah kadar air. Kadar air benih yang
tinggi pada benih ortodoks dapat menyebabkan terjadinya penurunan viabilitas
benih, begitu juga sebaliknya kadar air benih terlalu rendah dibawah 5% dapat
menyebabkan penurunan waktu perkecambahan benih, benih menjadi keras,
sehingga pada waktu dikecambahkan air tidak dapat berimbibisi ke dalam benih
dan dapat menyebabkan kematian embrio.
Biji kacang hijau merupakan biji dikotil yaitu biji berkeping dua dan
memiliki tipe perkecambahan epigeal. Campbell dkk. (2000) mengatakan tipe
perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang
sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Kotiledon
dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Organ pertama yang
muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan
tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang
dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah
mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama
![Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/3.jpg)
8
kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah
habis digunakan oleh embrio. Biji kacang hijau sering dibuat kecambah atau taoge
(Purwono dan Hartono, 2012).
Benih kacang hijau merupakan biji tanaman kacang hijau yang tumbuh
menjadi tanaman muda. Selanjutnya tanaman muda tersebut menjadi dewasa yang
menghasilkan bunga dan berbuah. Untuk menghasilkan tanaman kacang hijau
dengan produksi maksimal, salah satunya dibutuhkan benih bermutu tinggi. Benih
bermutu (berkualitas) merupakan syarat mutlak untuk menghasilkan tanaman
kacang hijau yang tumbuh subur dan menghasilkan buah maksimal (Purwono dan
Hartono, 2012).
B. Mutu Benih
Menurut UU RI No. 12 Tahun 1992 tentang sistem Budidaya Tanaman,
Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman.
Menurut Kartasapoetra, (2003) benih bermutu ialah benih yang telah dinyatakan
sebagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul dengan daya
tumbuh lebih dari 80 %.
Input dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih.
Penggunaan benih bermutu memiliki fungsi agronomis yang menentukan
keberhasilan dalam pertanaman. Penggunaan benih yang tidak bermutu dan tidak
jelas asal-usulnya dapat menyebabkan kerugian secara langsung bagi petani baik
dari segi biaya maupun waktu. Kesalahan dalam penggunaan bahan tanam akan
![Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/4.jpg)
9
menyebakan kerugian jangka panjang. Penggunaan benih bermutu merupakan
salah satu kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu memberikan hasil
yang memuaskan (Situmorang, 2010 dalam Samuel dkk., 2012)
Saenong dkk (2006) menyatakan bahwa mutu benih mencangkup tiga
aspek, yaitu: (a) mutu genetis, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan
berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat
kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak
hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman; (b) mutu
fisiologis, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi
daya berkecambah atau daya tumbuh dan vigor benih; (c) mutu fisik, yaitu aspek
mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi
ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan
kadar air .
Benih bermutu ditandai dengan karakteristik yaitu memiliki daya tumbuh
yang tinggi yakni lebih dari 80%, kecepatan tumbuh (vigor) benih baik (kurang
dari 4 hari), murni atau tidak tercampur dengan varietas lain, sehat atau tidak
mengandung bibit hama atau penyakit, tidak tercampur dengan biji gulma, biji
berwarna mengilat, tidak keriput, dan bebas dari luka bekas gigitan serangga
(Rukmana, 1997).
Wirawan dan Wahyuni (2002) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu benih antara lain:
![Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/5.jpg)
10
a. faktor genetik, merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi
genetik benih. Setiap varietas memiliki identitas genetika yang berbeda.
Perbedaan tersebut diakibatkan oleh perbedaan gen yang ada dalam benih.
b. Faktor lingkungan, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap mutu benih
berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen,
maupun saat pemasaran benih.
c. Faktor kondisi fisik dan fisiologis benih, yaitu berkaitan dengan performa
benih seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat
keusangan, tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi kimia,
struktur benih, tingkat kadar air dan dormansi benih.
Mutu benih yang baik merupakan dasar bagi produktivitas pertanian yang
lebih baik. Kondisi sebelum, selama dan sesudah panen menentukan mutu benih.
Walaupun mutu benih yang dihasilkan baik, penanganan yang kurang baik akan
menyebabkan mutu langsung menurun. Salah satu masalah yang dihadapi dalam
penyediaan benih bermutu adalah penyimpanan. Penyimpanan benih kacang-
kacangan di daerah tropis lembab seperti di Indonesia dihadapkan kepada masalah
daya simpan yang rendah. Harrington (1972) mengatakan bahwa masalah yang
dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks sejalan dengan
meningkatnya kadar air benih.
C. Penyimpanan Benih
Penyimpanan benih adalah mengkondisikan benih pada suhu dan
kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan mutunya.
![Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/6.jpg)
11
Penyimpanan benih bertujuan untuk mempertahankan viabilitas benih dalam
periode simpan sepanjang mungkin sampai benih tersebut ditanam kembali
Justice dan Bass (2002). Tujuan penyimpanan benih juga untuk menjamin
ketersediaan benih bermutu bagi suatu program penanaman karena setelah
pengumpulan benih, penyemaian tidak langsung dilaksanakan karena biasanya
pada daerah dengan iklim musim penanaman pendek sangat tidak memungkinkan
untuk langsung menyemai benih. Oleh karena itu, benih perlu disimpan untuk
menunggu saat yang tepat untuk disemai.
Penurunan mutu dan kerusakan benih selama penyimpanan tidak dapat
dihentikan, akan tetapi dapat diperlambat dengan mengatur kondisi penyimpanan.
Kondisi penyimpanan sangat mempengaruhi viabilitas dan vigor benih. Menurut
Sutopo (2004), viabilitas benih dalam penyimpanan dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor luar dan faktor dalam.
1. Faktor dalam
a) Jenis dan sifat benih. Sangat penting diketahui apakah benih tersebut
berasal dari benih tanaman dari daerah tropis, sedang atau dingin yang
bersifat hydrophyt, mesophyt atau xerophyt: apakah termasuk ke dalam
golongan mikrobiotik, mesobiotik atau makrobiotik dan lain-lain. Semua
keterangan tersebut untuk menyesuaikan cara dan tempat penyimpanan
Sebagai contoh benih kacang hijau yang termasuk dalam golongan
mikrobiotik yang harus disimpan pada suhu 20°C dengan kadar air 11%.
b) Viabilitas awal benih. Benih-benih dengan viabilitas awal yang tinggi
lebih tahan terhadap kelembaban serta temperatur tempat penyimpanan
![Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/7.jpg)
12
yang kurang baik dibandingkan dengan benih-benih yang memiliki
viabilitas awal yang rendah.
c) Kandungan air benih. Benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki
kandungan air yang optimal, yaitu kandungan air tertentu sesuai dengan
jenis dan sifat benih dimana benih tersebut dapat disimpan lama tanpa
mengalami penurunan viabilitas benih. Sebagai contoh benih kacang hijau,
kadar air sebelum disimpan harus mencapai 11-12%.
2. Faktor Luar
a) Temperatur. Temperatur yang optimum untuk penyimpanan benih jangka
panjang adalah 0°-32°C. Temperatur berhubungan erat dengan kerja
enzim, apabila temperatur naik, maka kerja enzim juga meningkat,
sebaliknya apabila temperatur turun, maka kerja enzim juga menurun.
Kenaikan temperatur berakibat degradasi perombakan cadangan makanan
lebih giat.
b) Kelembaban. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban
udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari dalam benih
dan mempertinggi kelembaban udara di sekitar benih. Kebanyakan jenis
benih kelembaban nisbi antara 50-60% adalah cukup baik untuk
mempertahankan viabilitas benih.
c) Gas disekitar benih. Adanya gas disekitar benih dapat mempertahankan
viabilitas benih, misalnya gas CO2 yang akan mengurangi konsentrasi O2
sehingga respirasi benih dapat dihambat atau menggantikan O2 dengan gas
nitrogen. Benih sebagai suatu organisme hidup akan menggunakan O2
![Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/8.jpg)
13
yang ada dan menghasilkan CO2 sehingga konsentrasi O2 menjadi turun
sedangkan konsentrasi CO2 naik.
d) Organisme. Kegiatan organisme yang tergolong dalam hama dan penyakit
gudang dapat mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan, karena
organisme tersebut akan mengakibatkan kerusakan benih. Selain itu,
cendawan, bakteri, dan virus juga dapat menyerang benih kacang hijau di
dalam gudang penyimpanan, misalnya virus Bean common mosaic dan
Tobacco ring-spot.
D. Hama Gudang Callosobruchus chinensis
Menurut Kalshoven (1987), C. chinensis L. diklasifikasikan sebagai
berkut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Coleoptera
Family : Bruchidae
Genus : Callosobruchus
Species : Callosobruchus chinensis L
Menurut Swibawa (1991 dalam Fahrezi, 2016), C. chinensis merupakan
hama yang banyak ditemukan di gudang penyimpanan komoditas kacang hijau.
Hama kumbang kacang hijau C. chinensis memiliki ukuran tubuh yang relative
kecil dibanding dengan hama gudang lainnya. Kumbang jantan berukuran 2,4-3
![Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/9.jpg)
14
mm sengkan betina 2,76-3,49 mm. Antena jantan bertipe sisir (pectinate) dan
betina bertipe gergaji (serrate).
Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada
permukaan biji yang disimpan dan akan menetas pada suhu 24,4-700C dengan
kelembapan nisbih 67-82,6%. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau
kekuning-kuningan. Panjang telur 0,57 mm. (Endha, 2010 dalam Fahrezi, 2016).
Stadia telur berlangsung antara 4-8 hari (Sudarmo, 1991).
Gambar 1. Proses Peletakan Telur, Larva, Pupa dan Imago C. chinensis pada biji
kacang hijau (Kalshoven, 1981 dalam Nuraeni, 2015
Larva yang baru menetas akan terus menggerek dengan cara memakan
kulit telur yang menempel pada biji dan masuk ke dalam kotiledon. Larva hidup
berkembang dengan cara memakan kulit biji hingga memenuhi satu butir biji,
membentuk satu lubang keluar persis di bawah kulit biji sebagai jendela bulat
yang terlihat dari luar (Gambar 1) Bato & Sanches (1998). Masa larva
berlangsung sekitar 14 hari dan masa kepompong (pupa) 4-6 hari. Kemudian pupa
berubah menjadi imago. Beberapa hari tetap berada dalam kacang hijau, 2-3 hari
keluar dari biji dengan cara mendorong kulit biji yang digores dengan
![Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/10.jpg)
15
mandibelnya sehingga terlepas dan terbentuklah lubang. (Ayyaz dkk, 2006 dalam
Fahrezi 2016).
Menurut Gunawan (2008 dalam Nuraeni, 2015) Hama C.chinensis
menyerang pada bagian biji kacang hijau mulai dari merusak biji, hingga
memakannya sampai tinggal bubuknya saja (Gambar 2), akibatnya viabilitas
benih menurun serta terjadinya penyusutan bobot yang sangat tinggi hingga
kacang hijau tidak dapat lagi digunakan untuk benih. Bato dan Sanches (1998)
menambahkan bahwa serangan hama C. chinensis dapat menyebabkan
menurunnya cadangan makanan pada benih sehingga menyebabkan penurunan
mutu benih ketika dikecambahkan karena hama tersebut telah merusak kotiledon
biji. Serangan hama C.chinensis berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas biji
kacang hijau hingga mencapai 70% (Suyono, 1988 dalam Fahrezi, 2016).
Gambar 2. Kerusakan akibat serangan hama C.chinensis
Kehilangan hasil yang ditimbulkan oleh hama C.chinensis menandakan
bahwa perlu diadakan perbaikan teknik penyimpanan atau pengendalian yang
terjangkau sehingga dapat menekan kehilangan hasil kacang hijau di kalangan
![Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/11.jpg)
16
petani. Selama ini pengendalian yang dilakukan adalah dengan menggunakan
pestisida sintesis karena dapat menekan hama dalam waktu yang singkat, relatif
mudah diaplikasikan dan sudah diformulasikan dalam bentuk yang sudah siap
digunakan. Namun penggunaan pestisida sintetis yang kurang bijaksana dapat
menimbulkan efek samping seperti kematian organisme bukan sasaran, terjadinya
resistensi dan resurjensi, serta residu pestisida pada bahan yang disimpan
(Kardinan, 2001 dalam Nuraeni, 2015). Untuk itu perlu upaya untuk mencari
alternatif bahan pengendalian yang dapat menekan populasi C. chinensis tapi
mampu mengurangi efek samping dari pengendalian yang dilakukan, salah
satunya adalah dengan penggunaan biopestisida nabati.
E. Biopestisida
Biopestisida adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari bahan
hidup, terbuat dari tanaman sehingga disebut sebagai pestisida nabati. Irawati dkk
(2010) menyatakan secara umum biopestisida diartikan sebagai suatu pestisida
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan
alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di
alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia karena
residu mudah hilang. biopestisida ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik,
antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.
Suatu tanaman yang akan dijadikan bahan biopestisida harus memenuhi
beberapa kriteria, antara lain : (a) mudah dibudidayakan, (b) tanaman tahunan, (c)
![Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/12.jpg)
17
tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan, (d)
tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu tanaman, (e)
mempunyai nilai tambah, (f) mudah diproses sesuai dengan kemampuan petani.
Selain itu, tanaman yang mengandung komponen aktif seperti alkaloid, terpenoid,
kumarin, glikosida dan beberapa sterol serta minyak atsiri dapat berpotensi
sebagai pestisida (Dewi, 2007 dalam Nuraeni, 2015).
Biopestisida adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan
atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini
diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung,
ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan metabolit sekunder dari
bagian tumbuhan (Irawati dkk, 2010) Secara garis besar pembuatan pestisida
nabati dapat dilakukan dengan cara penggerusan, penumbukkan, pembakaran atau
pemerasan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu atau pasta (Kardinan,
2001 dalam Nuraeni, 2015)
Sa’diyah (2013 dalam Nuraeni 2015) menjelaskan bahwa biopestisida dapat
digunakan sebagai alternatif pengendalian serangga hama utama pada tanaman
atau pada penyimpanan benih karena memenuhi beberapa kriteria yang
diinginkan, yaitu aman, murah, mudah diterapkan petani dan efektif membunuh
hama. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai biopestisida adalah
ekstrak daun gamal.
![Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/13.jpg)
18
F. Kandungan Zat Kimia Daun Gamal
Tanaman gamal (Gliricidia sepium) adalah tumbuhan asli daerah tropis
Pantai Pasifik di Amerika Tengah. Pada tahun 1600-an penyebaran tanaman ini
terbatas pada hutan musim kering gugur daun, tetapi banyak tumbuh di dataran
rendah yang tersebar di Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan bagian utara,
Asia dan diperkirakan masuk ke Indonesia pertama kali sekitar tahun 1900
(Gambar 3) (Elevitch dan Francis, 2006).
Dalam taksonomi, menurut (Elevitch and John, 2006), tumbuhan gamal
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Faboideae
Genus : Gliricidia
Spesies : Gliricidia maculata atau Gliricidia sepium
Tanaman gamal memiliki banyak manfaat. Tanaman ini sering digunakan
sebagai pagar hidup dalam penanaman lada, vanili, dan ubi jalar. Daunnya dapat
dimanfaatkan sebagai obat-obatan, rodentisida, pestisida, dan pakan ternak,
sedangkan kayu tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai alat pertanian dan kayu
bakar (Elevitch dan Francis, 2006).
Tanaman gamal mudah tumbuh dengan cepat di daerah tropis. Di
Indoensia dikenal oleh petani terutama di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi
![Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/14.jpg)
19
digunakan untuk pupuk, kayu bakar dan pencegah erosi. Beberapa peternak
memanfaatkannya untuk makanan ternak (ruminansia) karena daunnya
mengandung lebih dari 20% protein kasar meskipun cukup toksik untuk hewan
lain, seperti kuda (Duke, 1983).
Gambar 3. Tanaman Gamal
Pada genus Gliricidia, saat ini terindentifikasi terdapat tiga spesies yaitu
Gliricidia maculate, Gliricidia sepium, dan Gliricidia brenningii. Gliricidia
maculate memiliki daun yang berbulu dan biasanya bunganya berwarna putih
pada bunga majemuk yang terjumpai. Gliricidia sepium memiliki daun yang
ukurannya lebih panjang dan lembaran daun yang seperti kertas, serta bunga yang
berwarna merah muda pada bagian ujung bunga majemuk yang menjorok keluar.
Gliricidia brenningii memiliki banyak daun-daun berukuran kecil, dan lembaran-
lembaran kecil dipangkal batang daun serta memiliki polong yang lebih panjang
dan gelap (Elevitch dan Francis, 2006).
Tanaman gamal merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan
sebagai pestisida nabati. Gamal banyak mengandung senyawa yang bersifat toksik
![Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/15.jpg)
20
seperti dikumarol, prussic acid, alkaloid, tannin, dan senyawa pengikat protein
yang juga tergolong zat anti nutrisi (Setiawati dkk., 2008).
Dikumarol merupakan hasil konversi dari kumarin yang disebabkan oleh
bakteri ketika fermentasi. Kumarin merupakan senyawa golongan flavonoid yang
diduga dapat mengiritasi kulit dan menghambat transportasi asam amino leusin.
Kemampuan daya bunuh ekstrak daun gamal disebabkan karena adanya
kandungan senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik. Salah satunya adalah
senyawa flavonoid, senyawa ini diketahui berpotensi sebagai biopestisida
(Robinson, 1995). Menurut Sinaga (2009) kandungan metabolit sekunder pada
tanaman seperti glikosida flavonoid bersifat racun perut (stomach poisoning),
yang bekerja apabila senyawa tersebut masuk dalam tubuh serangga maka akan
mengganggu organ percernaannya. Senyawa flavonoid paling banyak ditemukan
pada ekstrak air serbuk daun gamal.
Alkaloid memiliki sifat metabolit terhadap satu atau beberapa asam amino.
Efek toksik lain bisa lebih kompleks dan berbahaya terhadap insekta, yaitu
mengganggu aktifitas tirosin yang merupakan enzim esensial untuk pengerasan
kutikula insekta (Harborne, 1982).
Tannin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang
tidak larut dalam air. Dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim
sitoplasma. Bila hewan memakannya, maka reaksi penyamaan dapat terjadi.
Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan
kita menganggap salah satu fungsi utama tannin dalam tumbuhan ialah sebagai
penolak hewan termasuk serangga (Harborne, 1987). Gejala yag diperlihatkan dari
![Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/16.jpg)
21
hewan yang mengkonsumsi tannin yang banyak adalah menurunnya laju
pertumbuhan, kehilangan berat badan dan gejala gangguan nutrisi (Howe dan
Westley, 1990 dalam Yus, 1996).
Ekstrak daun gamal yang dicampurkan dengan detergen dan minyak tanah
dapat menekan hama kutu daun kapas setelah 24 jam penyemprotan dan mampu
membunuh hama kutu daun sebesar 70% setelah 48 jam pada skala laboratorium
(Tukimin dan Rizal, 2002 dalam Nismah dkk. 2011). Hasil penelitian (Nukmal
dkk. 2009 dalam Nismah dkk., 2011) juga membuktikan bahwa ekstrak polar (air
dan etanol) daun gamal dapat menyebabkan kematian 100% pada imago hama
bisul dadap (Quadrastichus erythrinae) setelah 72 jam perlakuan pada skala
laboratorium. Ekstrak air daun gamal dengan konsentrasi terendah 2,19% dapat
mematikan 50% hama penghisap buah lada (Dasynus Piperis) setelah perlakuan
uji bioassay pada skala laboratorium (Nukmal dkk. 2010 dalam Nismah dkk.
2011).
Hasil uji toksisitas ekstrak air daun gamal oleh Nismah dkk (2011)
terhadap hama kutu putih tanaman pepaya. Diketahui bahwa nilai LC50, ekstrak
daun gamal dengan larutan air efektif dalam mematikan hama kutu putih tanaman
pepaya karena pada konsentrasi 1,32%-8,5% sudah dapat mematikan 50%
serangga uji dalam waktu 48 jam.
Dari hasil uji pendahuluan berupa uji ekstrak daun gamal kontak selama
24 jam dengan konsentrasi 10% pada jam ke 4 sudah mampu menyebabkan
kematian hama dan diketahui bahwa ekstrak daun gamal mempunyai toksisitas
kontak terhadap C. chinensisse sebesar 26,36%. Dari uji toksisitas pakan selama
![Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang hijaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/2704/3/BAB II .pdf · Bab 1 Pasal 1 ayat 4 benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081420/5cc2c66e88c993af3f8b8dc7/html5/thumbnails/17.jpg)
22
satu minggu diketahui bahwa ekstrak daun gamal dengan konsentrasi terkecil 30%
pada hari pertama sudah mampu menyebabkan kematian hama C. chinensis L
10% dan hari ke 5 mencapai 100%. Dari uji pakan diketahui bahwa ekstrak daun
gamal mempunyai toksisitas kontak terhadap C. chinensisse sebesar 82%.
Adanya kandungan bahan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati pada
bagian-bagian tanaman gamal tersebut maka potensi tanaman gamal sebagai
pengendali serangga hama termasuk hama gudang C. chinensis L. sangat besar
untuk dikembangkan sebagai biopestisida.
G. Hipotesis
1. Ekstrak daun gamal mampu mengendalikan C. chinensis dan menjaga mutu
benih kacang hijau dalam penyimpanan.
2. Konsentrasi ekstrak daun gamal 20% adalah konsentrasi terbaik untuk
mengendalikan hama C. chinensis dan mampu mempertahankan mutu benih
kacang hijau dalam penyimpanan.