II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan Mangrove
Kata mangrove berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang komunitas tumbuhannya
di daerah pasang surut dan sepanjang garis pantai yang dipengaruhi oleh kondisi
pasang surut air laut. Habitat mangrove berada di sepanjang pantai terlindung
yang berlumpur, bebas dari angin yang kencang, dan arus. Mangrove juga dapat
tumbuh di atas pantai berpasir dan berkarang, terumbu karang dan di pulau-pulau
kecil ( Departeman Kehutanan, 2011).
Ekosistem hutan mangrove muncul pada daerah yang terjadi pelumpuran dan
akumulasi bahan-bahan organik pada daerah yang terlindung dari arus/gelombang
air laut (Tjandra dan Siagian, 2011). Tjandra dan Siagian (2011) juga
menambahkan kondisi ekosistem mangrove tergolong ekstrim, kurangnya aerasi
tanah kadar garam/salinitas yang tinggi, serta mengalami daur penggenangan
akibat pasang surut air laut. Menurut Noor, dkk. (2006) vegetasi hutan mangrove
secara khas dapat memperlihatkan adanya suatu pola zonasi. Hal ini ada
kaitannya dengan kondisi salinitas yang sangat mempengaruhi komposisi
mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang
berbeda-beda, beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari
8
penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya
mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya.
Mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif. Beberapa manfaat
mangrove dapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung,
diantaranya yaitu: kayu bakar, kertas obat-obatan, serta perikanan. Mengingat
keberagaman manfaat mangrove, maka tingkat dan laju perekonomian pedesaan
yang berada di kawasan pesisir seringkali bergantung pada habitat mangrove.
Sebagai contoh, perikanan pantai yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan
mangrove, merupakan produk yang secara tidak langsung mempengaruhi taraf
hidup dan perekonomian masyarakat lokal (Kustanti, 2011).
Mangrove mempunyai peranan penting dalam melindungi daerah pesisir dan
pantai dari angin dan gelombang laut termasuk badai. Tegakan mangrove dapat
melindungi pemukiman, bangunan, dan lahan lahan pertanian dari angin kencang
atau intrusi air laut. Mangrove juga memainkan peran penting dalam melindungi
pesisir dari hempasan badai (Noor Y.R., M. Khazali., I N.N. Suryadiputra., 2006).
Hilangnya sumberdaya hutan mangrove di dunia saat ini terus mengalami
peningkatan yang disebabkan oleh adanya pemanfaatan tidak berkelanjutan dan
peralihan peruntukan lahan (Noor, dkk., 2006). Hal yang sama juga terjadi di
Indonesia. Luas wilayah hutan mangrove mencapai 2. 236. 984,38 ha dan ± 50%
telah mengalami kerusakan (Kementerian Kehutanan, 2011). Diduga kegiatan
pembangunan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap menurunnya luasan
mangrove di Indonesia adalah pengambilan kayu untuk kepentingan komersial
serta peralihan peruntukan untuk tambak dan areal pertanian (Noor, dkk., 2006).
9
Pertumbuhan penduduk yang tinggi di wilayah selama ini yang disertai dengan
peningkatan aktivitas pembangunan seperti pembangunan pemukiman, pertanian
dan perikanan terutama pembangunan lahan untuk untuk pertambakan udang,
pembangunan jaringan irigasi, pembangunan pelabuhan laut telah banyak menyita
luasan hutan mangrove serta eksploitasi secara berlebihan (Abubakar, 2009).
Faktor utama yang mendorong perubahan peruntukan lahan adalah jumlah
penduduk yang semakin meningkat sehingga mendorong mereka untuk merubah
lahan. Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memberikan
pengaruh yang besar pada perubahan peruntukan lahan. Perubahan lahan juga
dapat disebabkan adanya kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan disuatu wilayah. Selain itu, pembangunan fasilitas sosial dan
ekonomi seperti pembangunan pabrik juga membutuhkan lahan yang besar
walaupun tidak diiringi dengan adanya pertumbuhan penduduk disuatu wilayah.
Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan penggunaan
lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi yang ada di masing-
masing daerah (Trison dan Hero, 2011).
Kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam di Indonesia, hutan mangrove
memiliki ekosistem yang unik dan berperan penting bagi keberlangsungan hidup
manusia, baik dari segi ekologi, ekonomi, dan sosial. Keberhasilan pengelolaan
hutan mangrove sangat ditentukan oleh bagaimanan cara mengelola hutan
mangrove agar setiap status hutan mangrove dapat berfungsi secara optimal dan
lestari (Kustanti, 2011).
10
Hutan mangrove berada di antara daratan dan lautan, keberadaan hutan tersebut
mengindikasikan adanya berbagai kepentingan selain kehutanan. Lautan yang
sangat luas merupakan potensi perikanan dan pertanian di wilayah daratan
merupakan faktor yang semestinya juga diperhatikan dalam perencanaan
pengelolaan hutan mangrove secara lestari. Karena itu, pengelolaan hutan
mangrove beserta ekosistemnya harus memperhatikan berbagai macam aspek
seperti bioekologi, sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik (Kustanti, 2011). Contoh
dari aspek sosial salah satunya yaitu modal sosial yang dimiliki oleh pengelola
mangrove.
B. Modal Sosial
Sebagai salah satu elemen yang terkandung dalam masyarakat sipil, modal sosial
menunjuk pada nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian
besar anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan
keberlangsungan komunitas masyarakat. Berikut beberapa definisi tentang modal
sosial seperti yang di jelaskan dalam Modul Pemberdayaan Masyarakat Adat,
Institute For Research and Empowerment (Hermawanti dan Rinandri, 2003).
Modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust (kepercayaan) antara anggota
masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya. Modal sosial didefinisikan
sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-norma
(norms), dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada sebuah
kolaborasi sosial (koordinasi dan kooperasi) untuk kepentingan bersama. Hal ini
juga mengandung pengertian bahwa diperlukan adanya suatu social networks
11
(networks of civic engagement) ikatan/jaringan sosial yang ada dalam masyarakat,
dan norma yang mendorong produktivitas komunitas. Bahkan lebih jauh, Putnam
melonggarkan pemaknaan asosiasi horisontal, tidak hanya yang memberi hasil
pendapatan yang diharapkan melainkan juga hasil tambahan (Putnam, 1995).
Modal sosial didefinisikan berangkat dari pengertian bahwa suatu komunitas
dapat bertahan dengan sebuah subtansi penting dari modal sosial, dimana modal
ini mempunyai komponen penting yaitu keterlibatan aktif dalam pengembangan
jaringan sosial, norma-norma yang sudah terinternalisasi dan kepercayaan sosial
(Putnam, 1995).
Modal sosial mempunyai tiga pilar utama yaitu;
1. Trust (kepercayaan)
Trust atau kepercayaan bagi sebagian analis sosial disebut sebagai bagian tak
terpisahkan dari modal sosial dalam pembangunan yang menjadi “ruh” dari modal
sosial (Dharmawan, 2002). Kepercayaan terbagi dalam tiga klasisfikasi aras,
yaitu:
a. Kepercayaan pada aras individu dimana kepercayaan merupakan bagian dari
moralitas dan adab yang selalu melekat pada karakter setiap individu.
Kepercayaan pada aras ini terbentuk bila seorang dapat memenuhi harapan
orang lain sesuai janji (promise keeping) sesuai yang telah di sepakati. Hal ini
menunjukan adanya nilai mengemban amanah.
b. Kepercayaan pada aras kelompok dan kelembagaan yang menjadi karakter
moral kelompok dan institusi. Kepercayaan pada aras ini termasuk regulasi
dan beragam bentuk agreed institutional agreement yang digunakan dalam
rangka menjaga amanah di tingkat group sosial secara efektif.
12
c. Kepercayaan pada sistem yang abstrak seperti ideologi dan religi yang
membantu setiap individu dalam mengoperasionalisasikan kepercayaan
dalam hubungan bermasyarakat. Modal sosial mencakup kepercayaan sosial
yang memfasilitasi adanya koordinasi dan komunikasi. Kordinasi dan
komunikasi yang terjalin ini akan mempengaruhi terhadap tindakan kolektif
yang dilakukan dalam rangka mencapai keuntungan kolektif juga menilai
bahwa “trust” ini dapat mengurangi adanya intensif dalam memanfaatkan
kesempatan dan kelangsungan setiap transaksi dan hubungan sosial dalam
masyarakat dimungkinkan dan ditentukan oleh terpeliharanya “trust” atau
kepercayaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan sosial tersebut
(Coleman, 1988).
Modal sosial dalam membangun ikatan sosialnya dilandasi dengan “trust”
(kepercayaan). Sehingga modal sosial akan bermakna lebih menjadi aset sosial
yang dikuasai dan dioperasionalkan dalam sistem sosialnya. Pada akhirnya
ikatanikatan sosial yang terbentuk dari dibangunnya kepercayaan akan
membentuk jaringan ikatan sosial yang merupakan infrastruktur komunitas yang
dibentuk secara sengaja (Fukuyama, 2001)
2. Social Networking (Jaringan Sosial)
Jaringan sosial merupakan sebuah hubungan sosial yang terpola atau disebut juga
pengorganisasian sosial. Jaringan sosial juga menggambarkan jaring-jaring
hubungan antara sekumpulan orang yang saling terkait baik langsung maupun
tidak langsung. Calchoun (1994) membahas jaringan sosial, tentu saja tidak bisa
lepas dari komunikasi yang terjalin antar individu (interpersonal comunication)
13
sebagai unit analisis dan perubahan perilaku yang disebabkannya. Hal ini,
menunjukan bahwa jaringan sosial terbangun dari komunikasi antar individu yang
memfokuskan pada pertukaran informasi sebagai sebuah proses untuk mencapai
tindakan bersama, kesepakatan bersama dan pengertian bersama (Rogers &
Kinchaid, 1980).
Jaringan sosial dilihat dengan menggunakan beberapa ukuran, yaitu : (a) ikatan
informal yang dikarakteristikan dengan adanya kepercayaan dan hubungan timbal
balik yang lebih familiar dan bersifat personal seperti pada ikatan keluarga,
pertemanan, pertetanggaan; (b) ikatan yang sifatnya lebih umum, seperti ikatan
pada masyarakat setempat, masyarakat umum, masyarakat dalam kesatuan
kewarganegaraan. Ikatan ini dikarakteristikan dengan adannya kepercayaan dan
hubungan timbal balik yang sifatnya umum; dan (c) ikatan kelembagaan yang
dikaraktersitikan dengan adanya kepercayaan dalam kelembagaan yang ada.
Misalnya, pada ikatan dalam sistem kelembagaan dan hubungan keluasan (Stone
dan Hughes, 2002)
Ukuran lain yang berkaitan dengan jaringan sosial dalam modal sosial adalah
karaktersistik jaringan sosial (network characteristics) yang terdiri dari tiga
karaktersitik yaitu; bentuk dan luas (size and extensiveness), kerapatan dan
ketertutupan (density and closure) dan keragaman (diversity). Karakteristik
bentuk dan luas misalnya mengenai jumlah hubungan informal yang terdapat
dalam sebuah interaksi sosial, jumlah tetangga mengetahui hubungan pribadi
seseorang dalam sebuah sistem sosial dan jumlah kontak kerja. Sedangkan
kerapatan dan ketertutupan sebuah jaringan sosial dapat dilihat misalnya dengan
14
seberapa besar sesama anggota keluarga saling mengetahui teman-teman dekatnya,
diantara teman saling mengetahui satu sama lainnya, masyarakat setempat saling
mengetahui satu sama lainnya. Sedangkan untuk keragaman, jaringan sosial
dikaraktersitikan misalnya dari keragaman etnik teman, dari perbedaan pendidikan
dalam sebuah group atau dari pencampuran budaya dalam wilayah setempat
(Stone dan Hughes, 2002).
Coleman (1998) sebagai salah seorang penggagas konsep modal sosial melihat
bahwa jaringan (networks) dalam modal sosial merupakan konsekuensi yang telah
ada ketika kepercayaan diterapkan secara meluas dan didalamnya terdapat
hubungan timbal balik yang terjalin dalam masyarakat dengan adanya harapan-
harapan dalam masyarakat.
3. Social Norms (Norma – Norma Sosial)
Norma masyarakat merupakan elemen penting untuk menjaga agar hubungan
sosial dalam suatu sistem sosial (masyarakat) dapat terlaksana sesuai dengan yang
diharapkan (Soekanto, 1982). Ide bahwa norma sosial merupakan salah satu
komponen dari modal sosial berawal dari pendapat Homans (1961) dan Nee
(1998) dalam Darmawan (2001) yang menyebutkan bahwa norma sosial
merupakan sebuah pertanda moral, khususnya sebuah pertanda dalam mendukung
keberadaan trust dan kepercayaan antar individu. Modal sosial dibentuk dari
norma-norma informal berupa aturan-aturan yang sengaja dibuat untuk
mendukung terjadinya kerjasama diantara dua atau lebih individu. Norma-norma
yang membentuk modal sosial dapat bervariasi dari hubungan timbal balik antara
dua teman sampai pada hubungan kompleks dan kemudian terelaborasi menjadi
15
doktrin. Selain terbentuk oleh aturan-aturan tertulis misalnya dalam organisasi
sosial, dalam menjalin kerjasama dalam sebuah interaksi sosial juga terkait
dengan nilai-nilai tradisional. Nilai-nilai yang dimaksud misalnya kejujuran,
sikap menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban, ikatan timbal balik dan yang
lainnya. Nilai-nilai sosial seperti ini sebenarnya merupakan aturan tidak tertulis
dalam sebuah sistem sosial yang mengatur masyarakat untuk berperilaku dalam
interaksinya dengan orang lain (Fukuyama, 2001)
Norma sebagai elemen penting modal sosial karena sebuah asosiasi sosial
(organisasi sosial) di dalamnya mengandung norma-norma berupa aturan-aturan
informal dan nilai-nilai yang memfasilitasi adanya kordinasi diantara anggota
dalam sebuah sistem sosial. Hal ini menurutnya memungkinkan adanya tindakan
– tindakan kerjasama untuk memudahkan kerjasama untuk memudahkan
pekerjaan guna mencapai keuntungan kolektif yang dirasakan bersama (Coleman,
1988).
Selanjutnya ada beberapa karakteristik dari modal sosial yang diungkapkan
(Coleman,1988), yaitu :
a. Adanya kewajiban dan harapan, ini dimaksudkan bahwa dalam modal sosial
yang dibangun dari kepercayaan, jaringan dan norma sosial masing-masing
individu mempunyai kewajiban dan harapan dalam melakukan tindakan
sosialnya.
b. Adanya informasi potensial yang terjalin melalui hubungan sosial yang
sifatnya informal yang dapat menyimpan dan menyampaikan informasi.
c. Norma-norma dan sanksi yang efektif
16
d. Hubungan kekuasaan
e. Kesamaan organisasi sosial, organisasi sosial terbentuk dari tujuan yang
spesifik dimana terjadi proses pencapaian tujuan dan didalamnya terdapat
mekanisme organisasi yang cukup luas skalanya dalam uasha pencapaian
tujuannya.
f. Kesengajaan dalam membentuk organisasi. Hal ini terkait khususnya pada
usaha untuk mengurangi biaya-biaya transaksi sosial.
Modal sosial terkadang merupakan sesuatu yang sangat tidak riil dan tampaknya
sangat susah untuk sekedar dibayangkan. “Mahluk apakah modal sosial itu?”
Berwujud apakah dia sehingga banyak membuat orang terinspirasi oleh
pentingnya kehadiran modal sosial sebagai pendukung pemberdayaan masyarakat,
pendukung demokrasi termasuk sebagai salah satu pilar penting dalam
pengembangan good governance yang dewasa ini banyak diperbincangkan
masyarakat kita. Berikut ini adalah wujud nyata dari modal sosial seperti yang di
konsepsikan oleh Institute for Research an Empowerment (Hermawanti dan
Rinandri , 2003):
1. Hubungan Sosial
Merupakan suatu bentuk komunikasi bersama lewat hidup berdampingan sebagai
interaksi antar individu. Ini diperlukan sebab interaksi antar individu membuka
kemungkinan campur tangan dan kepedulian individu terhadap individu yang lain.
Bentuk ini mempunyai nilai positif karena masyarakat mempunyai keadilan sosial
di lingkungannnya.
17
2. Adat dan Nilai Budaya Lokal
Ada banyak adat dan kultur yang masih terpelihara erat dalam lingkungan kita,
budaya tersebut kita akui tidak semua bersifat demokratis, ada juga budaya-
budaya dalam masyarakat yang terkadang sangat feodal bahkan sangat tidak
demokratis. Namun dalam perjalanan sejarah masyarakat kita, banyak sekali nilai
dan budaya lokal yang bisa kita junjung tinggi sebagai suatu modal yang
menjunjung tinggi kebersamaan, kerjasama dan hubungan sosial dalam
masyarakat.
3. Toleransi
Toleransi atau menghargai pendapat orang lain merupakan salah satu kewajiban
moral yang harus dilakukan oleh setiap orang ketika ia berada atau hidup bersama
orang lain. Sikap ini juga yang pada akhirnya dijadikan sebagai salah satu prinsip
demokrasi. Toleransi bukan berarti tidak boleh berbeda, toleransi juga bukan
berarti diam tidak berpendapat. Namun toleransi bermakna sebagai penghargaan
terhadap orang lain, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara
serta menyadari bahwa pada dasarnya setiap orang mempunyai kepentingan yang
berbeda.
4. Kesediaan untuk Mendengar
Dalam belajar berdemokrasi kita sangat tidak asing dengan upaya seperti
menghormati pendapat orang lain, toleransi dan lain-lain. Namun ada satu hal
yang hampir terlupakan yaitu tentang “kesediaan mendengar pendapat orang lain”.
Begitu juga dalam bernegara, kearifan mendengar suara rakyat merupakan salah
satu bentuk toleransi dan penghargaan negara terhadap masyarakat. Apa yang
18
berkembang di dalam masyarakat sebagai suara rakyat haruslah ditampung,
disimak dan dipahami untuk mengkaji ulang kebijakan–kebijakannya. Kekuasaan
yang tidak mampu lagi mendengar suara anggotanya adalah kekuasaan yang tidak
lagi inspiratif, dan tidak menjalankan kedaulatan rakyat. Kekuasaan seperti ini
haruslah direformasi.
5. Kejujuran
Merupakan salah satu hal pokok dari suatu keterbukaan atau transparansi. Dalam
masyarakat kita hal ini sudah ada, dan ini sangat mendukung perkembangan
masyarakat ke arah yang lebih demokratis karena sistem sosial seperti ini akan
mensuramkan titik-titik korupsi dan manipulasi di kalangan masyarakat adat
sendiri.
6. Kearifan Lokal dan Pengetahuan Lokal
Merupakan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat sebagai pendukung
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Penghargaan terhadap nilai lokal ini
memunculkan kebersamaan antar anggota masyarakat yang akan diturunkan
kepada generasi berikutnya.
7. Jaringan Sosial dan Kepemimpinan Sosial
Jaringan sosial terbentuk berdasarkan kepentingan atau ketertarikan individu
secara prinsip atau pemikiran. Sementara itu kepemimpinan sosial terbentuk dari
kesamaan visi, hubungan personal atau keagamaan. Seluruh kepemimpinan sosial
muncul dari proses demokrasi. Dalam demokrasi yang dominan adalah adu
konsep rasional dan gagasan terhadap suatu kemajuan.
19
8. Kepercayaan
Merupakan hubungan sosial yang dibangun atas dasar rasa percaya dan rasa
memiliki bersama.
9. Kebersamaan dan Kesetiaan
Perasaan ikut memiliki dan perasaan menjadi bagian dari sebuah komunitas.
10. Tanggungjawab Sosial
Merupakan rasa empati masyarakat terhadap perkembangan lingkungan
masyarakat dan berusaha untuk selalu meningkatkan ke arah kemajuan.
11. Partisipasi Masyarakat
Kesadaran dalam diri seseorang untuk ikut terlibat dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan diri dan lingkungannya.
12. Kemandirian
Keikutsertaan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan yang ada dalam
masyarakat dan keterlibatan mereka dalam institusi yang ada dilingkungannya
sebagai rasa empati dan rasa kebersamaan yang mereka miliki bersama.
Modal sosial dapat menjadi penting keberadaanya dalam masyarakat dalam
strategi bertahan dan berkembanganya ketika telah disadari peran dan fungsinya,
berikut ini adalah beberapa fungsi dan peran modal sosial yang telah di teliti oleh
Institut for Research and Empowerment (Hermawanti dan Rinandri, 2003),
sebagai berikut;
1. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.
2. Membangun partisipasi masyarakat .
20
3. Penyeimbang hubungan sosial dalam masyarakat .
4. Sebagai pilar demokrasi.
5. Agar masyarakat mempunyai bargaining position (posisi tawar) dengan
pemerintah.
6. Membangkitkan keswadayaan dan keswasembadaan ekonomi.
7. Sebagai bagian dari mekanisme manajemen konflik.
8. Menyelesaikan konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat.
9. Memelihara dan membangun integrasi sosial dalam masyarakat yang rawan
konflik.
10. Memulihkan masyarakat akibat konflik, yaitu guna menciptakan dan
memfasilitasi proses rekonsiliasi dalam masyarakat pasca konflik.
11. Mencegah disintegrasi sosial yang mungkin lahir karena potensi konflik sosial
tidak dikelola secara optimal sehingga meletus menjadi konflik kekerasan.
12. Modal sosial yang berasal dari hubungan antar individu dan kelompok bisa
menghasilkan trust, norma pertukaran.
13. Engagement sehingga dapat berfungsi menjadi perekat sosial yang mampu
mencegah konflik kekerasan.
Berdasarkan pengertian dari Jones dan Woolcock (2007) modal sosial dalam
merupakan norma dan hubungan sosial yang telah dipahami bersama oleh
kelompok masyarakat yang dapat memperkuat jaringan sosial, terjalinnya
kerjasama yang saling menguntungkan, menumbuhkan kepedulian dan solidaritas
yang tinggi dan dapat mendorong tingkat kepercayaan antara sesama masyarakat
dalam rangka mencapai tujuan yang sama.
21
Dari berbagai pengertian, unsur, dan wujud modal sosial tersebut maka pada
penelitian ini modal sosial kelompok diukur dari aksi kolektif kelompok.
C. Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada
setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari
dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak
terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara
berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan yang
merangsang (Putri, 2011).
Aspek perkembangan individu memiliki dua fakta yang menonjol. Fakta tersebut
yaitu, semua diri manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan didalam pola
perkembangannya, dan di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang
membentuk warisan manusia, secara biologis dan sosial, setiap individu
mempunyai kecenderungan berbeda. Makna “perbedaan” dan “perbedaan
individual” menurut Putri (2011) yang mengutip Lindgren menyangkut variasi
yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Adapun bidang-
bidang dari perbedaannya menurut Putri (2011) yakni:
22
a. Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi
tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia
menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk
suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk
menjadi miliknya.
b. Perbedaan kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam
kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda.
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan
buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna,
logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat dipengaruhi oleh faktor
kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).
c. Perbedaan kecakapan motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan
untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh
syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
d. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat
memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu
untuk menguasai bahan.
23
e. Perbedaan bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan
pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala
lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak
ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
f. Perbedaan kesiapan belajar
Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio
cultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak
pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama
dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.
Variabel-variabel suatu kondisi kerja yang akan mempengaruhi motivasi kerja
dari individu yang bekerja di dalam lingkungan kerjanya. Beberapa faktor yang
dapat menimbulkan karakteristik situasi kerja/organisai menurut Suswati (2012)
antara lain adalah: Peraturan personalia, pengaturan imbalan, kultur organisasi
dan sebagainya. Kebijakan ini mempengaruhi motivasi anggota yang besar dan
keinginannya untuk tetap bergabung dengan organisasi apabila terjadi motivasi
yang positif. Akan tetapi apabila justru terjadi motivasi yang negatif atau yang
sering disebut demotivasi, maka anggota justru akan meninggalkan organisasi
(Suswati, 2012).
Berdasarkan Marwoto (2012) yang mengutip Lawang menyatakan bahwa modal
sosial tertambat pada modal manusia (human capital) yang menekankan pada
keahlian yang dimiliki oleh individu, dimana semakin tinggi modal manusia yang
dimiliki semakin besar peluang untuk membentuk modal sosialnya. dalam
24
pengelolaan hutan rakyat sangat berhubungan dengan faktor internal masing-
masing individu petani. Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh karakteristik
individu. Karakteristik individu adalah ciri-ciri atau sifat-sifat pribadi yang
dimiliki seseorang yang diwujudkan dalam pola pikir, sikap dan tindakannya
terhadap lingkungan. Karakteristik individu merupakan bagian dari pribadi dan
melekat pada diri seseorang.
Faktor-faktor modal manusia berupa karakteristik individu menurut Marwoto
(2012) meliputi:
a. Umur
Umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan harus
terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga
terdapat keragaman tindakannya berdasarkan usia yang dimiliki. Kemampuan
mental tumbuh lebih cepat pada masa anak-anak sampai dengan pubertas, dan
agak lambat sampai awal dua puluhan, dan merosot perlahan-lahan sampai tahun-
tahun terakhir.
Umur berkorelasi dengan tingkat penerimaan suatu inovasi atau teknologi baru.
Umur juga berkolerasi dengan produktivitas. Produktivitas akan merosot dengan
bertambahnya usia seseorang. Keterampilan individu menyangkut kecepatan,
kecekatan, kekuatan, dan kordinasi menurun seiring berjalannya waktu, dan
kurangnya rangsangan intelektual semua berkontribusi terhadap menurunnya
produktivitas.
25
b. Pendikan Formal/Nonformal
Salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar petani adalah
pendidikan. Pada hakekatnya merupakan usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di
dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan dengan
demikian merupakan proses yang dijalani seseorang untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman yang kemudian menghasilkan perubahan perilaku.
Pendidikan dalam penelitian ini dibatasi pada jumlah tahun pendidikan formal
yang telah ditempuh oleh petani. Pendidikan non formal merupakan perpaduan
dari kegiatan mengunggah minat/keinginan, menyebarkan pengetahuan,
keterampilan dan kecakapan, sehingga diharapkan terjadinya perubahan perilaku
(sikap, tindakan dan pengetahuan).
c. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan akan mempengaruhi partisipasi karena warga yang memiliki
pendapatan yang rendah akan mendapatkan kesempatan yang terbatas.
d. Tingkat Kesehatan
Kesehatan merupakan modal manusia yang menjadi fundamental untuk
membentuk kapabilitas manusia, dimana kesehatan ini merupakan inti dari
kesejahteraan.
e. Luas Lahan Usaha
Lahan merupakan sarana produksi bagi usaha, termasuk salah satu faktor produksi
dan pabrik hasil selain didapat dari hasil nelayan. Lahan adalah sumberdaya alam
fisik yang mempunyai peranan penting dalam berbagai segi kehidupan manusia.
26
Lahan usaha merupakan asset bagi masyarakat dalam menghasilkan produksi dan
sekaligus sumber kehidupan. Pada umumnya, masyarakat dengan kepemilikan
lahan usaha yang lebih luas, menempati posisi sosial lebih tinggi di lingkungan
sosialnya. Lahan merupakan manifestasi atau pencerminan dari faktor-faktor
alam yang berada di atas dan di dalam bumi yang berfungsi sebagai (1) tempat
diselenggarakan kegiatan pertanian, seperti bercocok tanam dan memelihara
ternak atau ikan, dan (2) tempat pemukiman keluarga.
f. Lama Tinggal
Tingkat lama tinggalnya individu dalam komunitas menunjukkan pengaruh yang
positif, hal ini menunjukkan bahwa tingkat migrasi penduduk yang sangat kecil.
Selaras dengan hal tersebut kesadaran kolektif yang mengikat dalam komunitas
karena kesamaan sejarah dan orientasi nilai budaya serta status sosial individu
dalam komunitasnya.
Keterkaitan RON (Resources, Organizer, Norm) swadaya masyarakat tampak
dalam pengelolaan mangrove baik oleh individu, masyarakat maupun kelompok
dalam mengelola sumber daya (resources) berupa bibit mangrove yang berasal
dari desa, lahan yang mereka tanami dan peralatan yang digunakan dengan norm
berupa kesadaran akan bahaya abrasi, potensi lokal dan potensi diri yang
diperoleh dari pengalaman sehari-hari, gotong royong dan saling bantu.
Sedangkan keterkaitan RON swadaya masyarakat dengan RON pihak lain
ditunjukkan dengan terjalinnya kerjasama antara masyarakat dan kelompok
dengan pihak luar dalam kegiatan penanaman maupun pemanfaatan (penjualan
bibit, biji atau produk lain) dengan aturan (norm) kerjasama yang dipersyaratkan
oleh pihak internal dan eksternal (Rohmawati; Salman; Hajar, 2013)
27
Hasil keterkaitan tersebut menambah sumberdaya alam, finansial, sarana dan
prasarana yang mereka miliki juga menambah kapasitas organisasi lokal
(kelompok tani) seiring dengan disertakannya mereka dalam berbagai kegiatan
pemerintah maupun LSM, dan komunitas lain. Disisi lain, dalam penegakan
aturan ketika terjadi pelanggaran (menebang mangrove), yang berfungsi adalah
sanksi kelompok, norm eksternal berupa peraturan pemerintah belum
terimplementasikan (Rohmawati, dkk., 2013)
Upaya untuk melestarikan hutan mangrove berhubungan dengan penguatan modal.
Proses penguatan jaringan, kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma sosial, naik
dalam jaringan horizontal vertikal lebih banyak dibina, dibimbing secara teknis
dan dan di damping oleh Lembaga Swadaya Masyarakat. Proses penguatan
modal sosial bukan hanya memperkuat jaringan internal, tetapi juga dengan
memperkuat jaringan eksternal, terutama dengan berbagai pihak yang memiliki
kekuatan (power) baik secara personal maupun kelembagaan (Hartoyo, Rochana,
dan Wirawan, 2012).
D. Pengukuran Modal Sosial
Besar atau kecilnya modal sosial yang melekat di dalam suatu masyarakat itu
sendiri dapat diukur, apakah masyarakat itu memiliki modal sosial yang minimum,
rendah, sedang atau tinggi. Uphoff (2000) menjelaskan kontinum modal sosial
tersebut (Tabel 1).
28
Tabel 1. Kontinum Modal Sosial
Tingkat Modal Sosial
Minimum Rendah Sedang Tinggi
Tidak
mementingkan
kesejahteraan
orang lain;
memaksimalkan
kepentingan
sendiri dengan
mengorbankan
kepentingan orang
lain
Hanya
mengutamakan
kesejahteraan
sendiri; kerjasama
terjadi sejauh bisa
menguntungkan
diri sendiri
Komitmen
terhadap upaya
bersama;
kerjasama terjadi
bila juga member
keuntungan pada
orang lain
Komitmen
terhadap
kesejahteraan
orang lain;
kerjasama tidak
terbatas pada
kemanfaatan
sendiri, tetapi juga
kebaikan bersama.
Nilai-nilai:
Hanya
menghargai
kebesaran diri
sendiri
Efisiensi
kerjasama
Efektifitas
kerjasama
Altruisme
dipandang sebagai
hal yang baik.
Isu-isu pokok:
Selfisness:
Bagaimana sifat
seperti ini bisa
dicegah agar tidak
merusak
masyarakat secara
keseluruhan
Biaya transaksi:
Bagaimana biaya
ini bisa dikurangi
untuk
meningkatkan
manfaat bersih
bagi masing-
masing orang
Tindakan kolektif:
Bagaimana
kerjasama
(penghimpunan
sumberdaya) bisa
berhasil dan
berkelanjutan
Pengorbanan diri:
Sejauh mana hal-
hal seperti
patriotism dan
pengorbanan demi
fanatisme agama
perlu dilakukan.
Strategi:
Jalan sendiri
Kerjasama taktis
Kerjasama
strategis
Bergabung atau
melarutkan
kepentingan
individu.
Kepentingan
bersama:
Tidak jadi
pertimbangan
Instrumental
Institusional
Transendental
Pilihan:
Keluar bila tidak
puas
Bersuara, berusaha
untuk
memperbaiki
syarat pertukaran
Bersuara, mencoba
memperbaiki
keseluruhan
produktivitas
Setia, menerima
apapun jika hal itu
baik untuk
kepentingan
bersama secara
keseluruhan.
29
Teori permainan:
Zero-sum :
Tapi apabila
kompetisi tanpa
adanya hambatan,
pilihan akan
menghasilkan
negative-sum
Zero-sum :
Pertukaran yang
memaksimalkan
keuntungan sendiri
bisa menghasilkan
positivesum
Positive-sum :
Ditujukan untuk
memaksimalkan
kepentingan
sendiri dan
kepentingan untuk
mendapatkan
manfaat bersama
Positive-sum :
Ditujukan untuk
memaksimalkan
kepentingan
bersama dengan
mengesampingkan
kepentingan
sendiri
Fungsi utilitas:
Independen,
penekanan
diberikan bagi
utilitas sendiri
Independen,
dengan utilitas
bagi diri sendiri
diperbesar melalui
kerjasama
Interdependen
positif, dengan
sebagian
penekanan
diberikan bagi
kemanfaatan orang
lain
Interdependen
positif, dengan
lebih banyak
penekanan
diberikan bagi
kemanfaatan
orang lain
daripada
keuntungan diri
sendiri.
Sumber : Uphoff (2000).