II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Variabel modal, umur, curahan jam kerja, pengalaman, harga jual dan
hasil tangkapan mendapatkan hasil uji F dengan selang kepercayaan 95%
menyatakan bahwa semua variabel bebas yang meliputi modal, umur, curahan
jam kerja, pengalaman kerja, hasil tangkapan dan harga berpengaruh nyata
terhadap pendapatan nelayan desa Klampis tahun 2014. Nilai R2 pada penelitian
ini adalah sebesar 0,811453 yang berarti bahwa semua variabel bebas
mempengaruhi pendapatan nelayan desa Klampis tahun 2014 sebesar 81,14%,
sedangkan sisanya sebesar 18,86% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
termasuk didalam model penelitian. Sedangkan variabel curahan jam kerja,
pengalaman nelayan, harga dan hasil tangkapan pada tingkat kepercayaan 95%
secara parsial signifikan mempengaruhi pendapatan nelayan desa Klampis 2014
(Jamal, 2014).
Variabel pendapatan melaut yang diteliti meliputi umur nelayan, nilai aset
kapal dan alat tangkap, daya mesin kapal, curahan kerja melaut, dan
pengalaman melaut. Variabel pengeluaran rumah tangga nelayan meliputi
pendapatan melaut, pendapatan non melaut, jumlah anggota keluarga, dan
pendidikan. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa variabel jumlah
kapal, pengalaman melaut, dan daya mesin kapal berpengaruh nyata terhadap
pendapatan melaut secara statistik. Apabila variabel-variabel tersebut
ditingkatkan maka akan berdampak terjadi peningkatan terhadap pendapatan
nelayan. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pengeluaran rumah tangga
nelayan yaitu pendapatan melaut, pendapatan non melaut, jumlah keluarga dan
pendidikan nelayan (Primyastanto, 2013).
7
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi modal kerja, tenaga
kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut, hasil penelitian ini didapatkan
bahwa dari hasil estimasi nilai F-statistik yang diperoleh sebesar 3,1236 yang
lebih besar dari F0,05 (5,94) = 2.30; ini berarti bahwa modal kerja, jumlah tenaga
kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut secara bersama-sama
mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat dengan tingkat
kepercayaan 95%. Berdasarkan uji t-statistik, diketahui bahwa variabel yang
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan nelayan di kabupaten
langkat yaitu modal kerja dan tenaga kerja. Sedangkan variabel pengalaman dan
jarak tempuh malaut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan
nelayan di kabupaten langkat. Hasil estimasi dari koefisien regresi modal kerja
adalah 0,293 yang artinya bahwa setiap penambahan 10 tenaga kerja maka
pendapatan nelayan dapat meningkatkan sebesar 2,58% (Sujarno, 2008).
2.2. Teori Produksi
Menurut Sudarman (2001), menyatakan bahwa teori produksi yaitu teori
yang mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan berbagai macam input
pada tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.
Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien
dengan sumberdaya yang ada. Sumberdaya yang digunakan dalam produksi,
diklasifikasi oleh Doll dan Orazem (1984) menjadi sumberdaya tetap dan
sumberdaya variabel. Suatu sumberdaya disebut sebagai sumberdaya tetap, jika
kuantitasnya tidak berubah selama periode produksi tersebut dan suatu
sumberdaya disebut sumberdaya variabel, jika kuantitasnya berubah pada
permulaan atau selam periode produksi. Sumberdaya tetap dan variabel adalah
digunakan untuk mengklasifikasikan panjangnya periode produksi sebagai
berikut: (1) jangka sangat pendek, yakni periode waktu begitu singkat sehingga
8
semua sumberdaya adalah tetap, (2) jangka pendek, yakni periode waktu
sedemikian panjang yang setidaknya ada satu sumberdaya dapat bervariasi
sedangkan sumberdaya lain adalah tetap, dan (3) jangka panjang, yakni periode
waktu begitu panjang sehingga semua sumberdaya dapat bervariasi.
Menurut Budiono (2002), setiap proses produksi mempunyai landasan
teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi
menggambarkan laju sumberdaya ditransformasikan menjadi produk. Ada
banyak hubungan input output dalam pertanian karena laju input
ditranformasikan menjadi output akan bervariasi diantara jenis, tanah, binatang,
teknologi, jumlah curahan hujan, dan seterusnya. Secara simbolik, fungsi
produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Output
X1,X2,X3,...,Xn = input berbeda yang ambil bagian dalam produksi Y
2.3. Budidaya Perikanan
Budidaya perikanan didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk
memproduksi biota (Organisme) akuatik secara terkontrol dalam rangka
mendapatkan keuntungan (profit). Definisi budidaya perikanan lainya adalah
campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan produktifitas
perairan. Istilah lain dari budidaya perikanan adalah akuakultur, perikanan
budidaya, budidaya ikan, dan budidaya perairan. Ruang lingkup budidaya
perikanan berdasarkan spasial mencakup kawasan sejak pegunungan hingga
laut dalam, berdasarkan sumber air yang dimanfaatkan mencakup budidaya air
tawar, budidaya air payau dan budidaya air laut, berdasarkan pada kegiatan
Y = ƒ(X1, X2, X3,...,XN)
9
mencakup pengadaan sarana dan prasarana produksi, proses produksi hingga
pemanenan, serta penanganan pascapanen dan pemasaran (Effendi, 2004).
2.3.1. Jenis-jenis Budidaya Air Tawar
a. Budidaya Kolam
Budidaya kolam adalah suatu kegiatan budidaya di suatu tempat yang
sengaja dibuat oleh manusia dengan kapasitas air dan luas yang terbatas. Kolam
bisa terbuat dari kolam tanah, kolam semen, kolam beton, kolam terpal, maupun
kolam bak fiber. Pembuatan kolam harus memerhatikan lingkungan budidaya,
topografi tanah, sumber air, keamanan dari predator, dan luas lahan budidaya.
Kolam biasanya menggunakan air tawar yang mempunyai salinitas rendah
hingga mencapai salinitas 0 ppm. Ikan yang dibudidayakan di kolam : Ikan lele
(Clarias sp), Gurame (Osphronemus gouramy), Nila (Oreochromis niloticus),
Patin (Pangasius pangasius), dan Bawal (Nastiti, 2014).
b. Budidaya Keramba
Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu
teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan
danau dan waduk. Agar dapat melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang
menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai dengan
persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada dasarnya terdiri dari
dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring. Kerangka berfungsi sebagai
tempat pemasangan kantong jaring dan tempat berjalan orang pada waktu
memberi pakan dan saat panen. Kantong jaring merupakan tempat pemeliharaan
ikan yang akan dibudidayakan. Dengan memperhitungkan konstruksi wadah
secara baik dan benar akan diperoleh suatu wadah budidaya ikan yang
mempunyai masa pakai yang lama. Dalam mendesain konstruksi wadah
budidaya ikan disesuaikan dengan lokasi yang dipilih untuk membuat budidaya
10
ikan dijaring terapung. Budidaya ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk
komoditas ikan air tawar dan ikan air laut. Sebelum membuat konstruksi wadah
karamba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis
dan teknis benar. Sama seperti wadah budidaya ikan kolam dan akuarium
persyaratan secara teknis dan sosial ekonomis dalam memilih lahan yang akan
digunakan untuk melakukan budidaya ikan harus diperhatikan (Nasution, 2003).
c. Budidaya tambak
Budidaya tambak merupakan kolam buatan, biasanya di daerah pantai,
yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).
Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta
kerang. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau
air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang.
Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat
untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara
umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu,
walaupun sebenamya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan di
tambak misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan
sebagainya. Tetapi tambak lebih dominan digunakan untuk kegiatan budidaya
udang windu. Udang windu (Penaeus monodon) merupakan produk perikanan
yang memiliki nilai ekonomis tinggi berorientasi eksport (Kuri, 2009).
2.4. Perikanan Tangkap
Perikanan menurut Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009, perikanan
merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu bisnis
perikanan. Kemudian perikanan tangkap menurut Undang-Undang tersebut,
11
dijelaskan bahwa perikanan tangkap adalah suatu kegiatan ekonomi dalam
bidang penangkapan dan pengumpulan binatang dan tanaman air secara bebas
baik di laut maupun di perairan umum. Pada perikanan tangkap kegiatan
menangkap binatang atau tanaman air air tersebut sangat terbuka bagi siapa
saja karena sumberdayanya bersifat open access, dimana semua orang dapat
memanfaatkan sumberdaya alam tersebut tanpa harus memilikinya. Perikanan
tangkap merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengeksploitasi
sumberdaya hayati perairan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia melalui
kegiatan menangkap dan mengumpulkan. Menurut Monintja (1989) dalam Triana
(2010), komponen utama kegiatan perikanan tangkap adalah unit penangkapan
yang terdiri dari :
1. Kapal
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Kapal
Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan
dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Modal yang dikeluarkan untuk
pembelian kapal merupakan modal terbesar pada usaha penangkapan ikan.
Kapal memiliki fungsi sebagai alat transportasi yang membawa hasil tangkapan
dari Fishing ground (daerah penangkapan), menuju ke pembeli utama yang
membeli langsung di laut atau membelinya di tempat pelelangan ikan, sehingga
sumberdaya ikan dapat sampai ke tangan konsumen.
2. Alat Tangkap
Menurut KKP (2011), mengelompokkan klasifikasi alat penangkapan yang
terdiri dari 9 kelompok yaitu : (1) pukat tarik (trawl), (2) pukat kantong (seine net),
12
(3) pukat cincin (purse seine), (4) jaring insang (gill net), (5) jaring angkat (lift
net), (6) pancing (hook and lines), (7) perangkap (trap), (8) alat pengumpul
rumput laut, penangkap kerang, teripang dan kepiting, (9) lain-lain.
3. Nelayan
Berdasarkan waktu dalam melakukan kegiatan penangkapan, nelayan
dapat diklasifikasikan sebagai beikut: (1) nelayan penuh, yaitu nelayan yang
seluruh waktunya digunakan dalam kegiatan penangkapan, (2) nelayan sambilan
utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan dalam kegiatan
penangkapan dan sebagian waktu yang lain digunakan untuk melakukan
pekerjaan lainnya, (3) nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian
kecil dari waktunya dilakukan untuk kegiatan penangkapan ikan (KKP, 2011).
2.5. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator yang sangat penting dalam menganalisis
pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu negara adalah pertumbuhan
ekonomi. Pada dasarnya pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
mengandung makna yang berbeda. Pembangunan ekonomi pada umumnya
didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil
perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh
sistem kelembagaan. Adapun pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan
GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih
kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan sruktur
ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).
Pertumbuhan ekonomi dicerminkan dari adanya perubahan PDB dari satu
periode ke periode berikutnya, yang merupakan salah satu petunjuk nyata
pembangunan, baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan
keberhasilan implementasi kebijakan. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi
13
diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka
panjang. Hal ini berarti, bahwa dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin
pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif
dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat
semakin meningkat (Boediono, 1992).
2.6. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nila tambah bruto
seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu
daerah yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode
tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau
non-residen (BPS Kabupaten Tulungagung, 2016).
Berdasarkan BPS Kabupaten Tulungagung (2016), Data pendapatan
nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi
perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini
antara lain adalah:
1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumberdaya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar
menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang begitu besar, juga
begitu juga sebaliknya.
2. PDRB harga konstan (rill) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun
ke tahun.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan
struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu
wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peran besar
menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.
14
4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan
PNB per satu orang penduduk
5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui
pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diperoleh dari produksi seluruh
sektor perekonomian regional berdasarkan tahun dasar 2000 yang dijabarkan
dalam 9 sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri pengolahan, sektor listik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/
konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor
jasa-jasa. Kemudian berdasarkan keterangan BPS setelah februari 2015, BPS
akan menghitung PDB berdasarkan tahun dasar 2010 yang mempunyai 17
sektor diantaranya adalah (1) pertanian, kehutanan, dan perikanan, (2)
pertambangan dan pengolahan, (3) industri pengolahan, (4) pengadaan listrik
dan gas, (5) pengadaan air, (6) konstruksi, (7) perdagangan eceran dan besar,
reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, (8) transportasi dan
pergudangan, (9) penyediaan akomodasi dan makan minum, (10) informasi dan
komunikasi, (11) jasa keuangan, (12) real estate, (13) jasa perusahaan, (14)
administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, (15) jasa
pendidikan, (16) jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan (17) jasa lainnya.
Berdasarkan BPS (2015) dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI) yaitu adanya pergeseran lapangan usaha dan munculnya
beberapa lapangan usaha kegiatan ekonomi yang baru, susunan struktur. KBLI
2015 mengalami beberapa perubahan, pada KBLI 2015 menyediakan klasifikasi
yang lebih rinci dan lebih lengkap pada semua tingkatan dibandingkan KBLI
2009 khususnya untuk kegiatan jasa. Perubahan struktur berupa pergeseran
15
pengelompokan suatu kegiatan dari satu klasifikasi ke klasifikasi lainnya, dan
penambahan klasifikasi baru yang disebabkan adanya perubahan-perubahan
kegiatan ekonomi yang berkembang, memungkinkan untuk membentuk kategori
yang berdiri sendiri atau digabungkan dengan kategori lain. Berikut tabel
perbedaan struktur kategori KBLI 2009 dengan KBLI 2015.
Tabel 1. Perbedaan Kegiatan Usaha Pada KBLI 2009 dengan KBLI 2015
KBLI 2009 KBLI 2015
No Kategori Judul Kategori No Kategori Judul kategori
1 A Pertanian, Kehutanan, dan perikanan
1 A Pertanian, kehutanan, dan perikanan
2 B Pertambangan dan penggalian
2 B Pertambangan dan penggalian
3 C Industri pengolahan 3 C Industri Pengolahan
4 D Pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin
4 D Pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin
5 E Pengendapan Air, pengelolaan sampah dan daur ulang pembuangan dan pembersihan limbah dan sampah
5 E Pengelolaan air, pengelolaan air limbah, pengelolaan dan daur ulang sampah, dan aktivitas remediasi
6 F Kontruksi 6 F Kontruksi
7 G Perdagangan Besar dan eceran; reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
7 G Perdagangan Besar dan eceran; reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
8 H Transportasi dan Pergudaangan
8 H pengangkutan dan Pergudaangan
9 I Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum
9 I Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum
10 J Informasi dan komunikasi
10 J Informasi dan komunikasi
16
11 K Jasa keuangan dan asuransi
11 K Aktivitas Keuangan dan Asuransi
12 L Real Estat
12 L Real Estat
13 M Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis
13 M Aktivitas provesional, ilmiah dan teknis
14 N jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, ketenagakerjaan, agen perjalanaan dan penunjang usaha lainya
14 N jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, ketenagakerjaan, agen perjalanaan dan penunjang usaha lainya
15 O Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
15 O Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
16 P Jasa pendidikan 16 P Pendidikan
17 Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
17 Q Aktivitas Kesehatan dan Kegiatan Sosial
18 R Kesenian, Hiburan dan Rekreasi
18 R Kesenian, Hiburan dan Rekreasi
19 S Kegiatan Jasa Lainya
19 S Aktivitas Jasa Lainya
20 T Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga, Kegiatan yang Menghasilkan Barang dan Jasa oleh Rumah Tangga yang Digunakan Sendiri untuk Memenuhi Kebutuhan
20 T Aktivitas rumah tangga sebagai pemberi kerja; aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri
21 U Kegiatan Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
21 U Aktivitas Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional lainya
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
17
2.7. Kerangka Berfikir
Didalam subsektor perikanan Kabupaten Tulunggagung terdapat dua
jenis perikanan yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya, dari kedua
jenis perikanan ini dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang berbeda-beda.
Didalam perikanan tangkap faktor-faktor produksi yang mempengaruhi adalah
jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), banyaknya alat tangkap yang
digunakan, banyaknya armada yang digunakan. Sedangkan didalam perikanan
budidaya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi adalah jumlah Rumah
Tangga Perikanan (RTP), luas lahan yang digunakan, dan jumlah benih yang
diproduksi.
Dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi perikanan
tangkap maupun perikanan budidaya akan di analisis menggunakan analisis
regresi linear berganda untuk menentukan faktor-faktor yang paling berpengaruh
terhadap produksi perikanan tangkap dan budidaya. Setelah mengetahui faktor-
faktor yang paling berpengaruh, selanjutnya melihat seberapa besar kontribusi
sub sektor perikanan di tulungagung terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dengan menggunakan analisis kontribusi. Dapat dilihat dalam gambar
konseptual pada gambar 1.
18
Kontribusi Sub Suktor Perikanan terhadap
PDRB Kabupaten Tulungagung
Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
RTP (X1)
Luas Lahan (X2)
Benih (X3)
RTP (X1)
Alat Tangkap (X2)
Armada (X3)
Faktor Yang Paling
Berpengaruh
Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap
PDRB
Kontribusi sub sektor perikanan
tehadap PDRB
Gambar 1. Kerangka Pemikiran