-
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI
ASI (air susu ibu) adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca
melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang
terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih, antibodi, hormon, faktor-
faktor pertumbuhan, dan enzim (Roesli, 2005).
Di dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010,
Departemen Kesehatan sudah mengadopsi pemberian ASI secara eksklusif, seperti
rekomendasi dari WHO (World Health Organisation) dan UNICEF (United
Nations Childrens Fund), sebagai salah satu program perbaikan gizi bayi dan
anak balita. Sasaran program yang ingin dicapai adalah meningkatkan sekurang-
kurangnya 80% dari ibu menyusui dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya. Pemerintah telah menetapkan agar bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir
hingga umur 6 bulan tanpa diberi cairan atau makanan dan minuman lain selain
ASI (Hermina dan Afriansyah, 2010).
2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
a. Pengaruh Isapan Bayi
Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada tiap payudara
terdapat sekitar 20 lobus (lobe), dan setiap lobus memiliki sistem saluran (duct
system). Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang berakhir
pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, disebut alveoli. Saluran
melebar menjadi penyimpanan susu dan bertemu pada puting susu (Chumbley,
2004).
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama
kehamilan, terjadilah perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan
jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan,
bahkan kadang-kadang mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan
-
9
pada hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Pada waktu
bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI
keluar pada saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula (Purwanti, 2004). Dua
refleks tersebut adalah:
1. Refleks prolaktin
Esterogen dan progesteron ada dalam jumlah besar selama kehamilan, berturut-
turut merangsang sistem duktus dan alveolus payudara. Hal ini menyebabkan
proliferasi dan diferensiasi glandula mammae dan produksi kolostrum yang
menyerupai serum, jernih dan encer mulai bulan ketiga kehamilan. Kolostrum
terus disekresikan hingga kehamilan cukup bulan. Namun, kadar estrogen yang
tinggi selama kehamilan menghambat pengikatan prolaktin dalam jaringan
payudara, sehingga air susu tidak dihasilkan. Setelah melahirkan, kadar
esterogen, progesteron dan hCS (human chorionic somatomammotropin) turun
secara tajam dan prolaktin merangsang alveoli payurdara untuk memproduksi air
susu (Benson dan Pernoll, 2008).
Dengan isapan bayi pada puting dan areola payudara, maka terjadi dua refleks
sekaligus, yaitu refleks untuk mengeluarkan ASI dan refleks untuk mengeluarkan
prolaktin. Isapan bayi menimbulkan rangsangan refleks pengeluaran prolaktin
yang mana pengeluaran prolaktin ini dikendalikan oleh neuro hipothalamo
dopaminergik yang mengeluarkan rangsangannya menuju lobus anterior hipofisis.
Dopamin sebenarnya menghambat pengeluaran prolaktin, tetapi isapan bayi dapat
mengatasi hambatan sehingga pengeluaran prolaktin tetap berlanjut. Isapan bayi
dengan cepat dapat meningkatkan konsentrasi prolaktin dengan puncaknya
tercapai dalam waktu 20-40 menit. Isapan terus-menerus akan menjamin
pembentukan ASI yang berkelanjutan (Manuaba et al., 2007).
-
10
Gambar 2.1. Jalan serabut saraf sensori ketika terjadi refleks prolaktin (Manuaba
et al., 2007)
2. Refleks let down
Pengisapan juga merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior
melalui refleks neural payudara ke hipofisis. Selain efeknya terhadap otot polos
uterus, oksitosin merangsang mioepitel alveolus untuk berkontraksi sehingga
menyebabkan pengeluaran air susu ke sinus-sinus pengumpul utama yang bertemu
di puting susu. Keadaan ini disebut pengeluaran susu atau refleks let down.
Ketegangan dan keletihan menghambat refleks ini, tetapi tangisan bayi dan
kegiatan menyusui akan merangsang refleks ini (Benson dan Pernoll, 2008).
PUTING SUSU
DIRANGSANG saat mengisap ASI
Sel Alveoli payudara
Sekresi dopamin melalui
sistem portal berkurang
Hipofisis Anterior
Menambah sekresinya
Masuknya rangsangan melaui sensor
somatosensori, mengatur aktivitas
neuron dalam Hipotalamus
-
11
Gambar 2.2. Jalan serabut saraf sensori ketika refleks oksitosin (Manuaba et al.,
2007)
Pemberian ASI pertama harus dimulai di ruang persalinan. Ibu dan bayi harus
diselimuti agar tetap hangat. Biarkan ibu mendekap bayinya dan bayi akan segera
mengisap payudara ibu karena ini adalah saat terbaik bagi bayi untuk belajar
mengisap. Pada usia 20-30 menit, refleks isap bayi sangat kuat. Isapan pertama
merangsang produksi oksitosin yang membantu menghentikan pendarahan setelah
persalinan (Roesli, 2005).
Selain itu bayi juga akan mendapatkan kolostrum yang sangat bermanfaat
baginya. Jam-jam pertama adalah saat terpenting menjalin ikatan antara ibu dan
anak. Menyusui segera setelah melahirkan akan membuat ibu mencintai dan
merawat bayinya. Ibu akan lebih mudah menyusui untuk jangka waktu yang lama.
Bila terjadi keterlambatan, walaupun hanya beberapa jam, proses menyusui
menjadi lebih sering gagal. Pemberian ASI pertama bagi bayi tidak dimaksudkan
untuk pemberian makan awal, tetapi lebih pada pengenalan (Roesli, 2005).
b. Gizi pada Masa Menysui
Menurut Krisnatuti & Hastoro (2000) menyatakan selama menyusui, tambahan
energi yang diperlukan oleh ibu bertujuan untuk meningkatkan produksi. Untuk
menghasilkan ASI yang berkualitas maka ibu yang menyusui dianjurkan
mengkonsumsi makanan yang mengandung energi dan zat-zat gizi lengkap.
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak
-
12
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Dalam tubuh masih terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila
sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar
pembuat air susu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap produksi ASI.
Zat-zat gizi yang harus menjadi asupan ibu setiap hari adalah sebagai berikut
(Krisnatuti & Hastoro,2000):
1) Kalori
Kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri atas 60-70 persen karbohidrat,
10-20 persen protein, dan 20-30 persen lemak. Kalori ini didapat dari
makanan yang dikonsumsi ibu dalam sehari. Di masa menyusui, kebutuhan
ini bertambah sebanyak 500 kalori dari keadaan normal. Jadi, bila ibu biasa
makan sehari 3 kali, maka sekarang harus jadi 4 kali.
2) Protein
Kebutuhan protein ibu dalam keadaan normal biasanya sekitar 40
gram/hari. Selama menyusui, untuk 6 bulan pertama kebutuhannya harus
ditingkatkan sebesar 16 gram dan 6 bulan kedua sebanyak 12 gram dan
pada tahun kedua sebesar 11 gram.
3) Lemak
Kebutuhan lemak tetap harus memenuhi proporsi kebutuhan kalori sehari hari
ibu yaitu sekitar 20-30 persen. Untuk bisa menghasilkan ASI berkualitas
dibutuhkan zat-zat lemak tak jenuh ganda. Lemak ini dibutuhkan bayi untuk
perkembangan otak dan retina mata. Asam lemak tak jenuh ganda dalam ASI
akan terbentuk bila ibu mengkonsumsi bahan makanan seperti minyak jagung
atau minyak biji kapas dan ikan seperti salmon yang mengandung asam lemak
tak jenuh.
4) Mineral
Saat menyusui ibu dianjurkan menambah asupan kalsium sebanyak 400
mg/hari. Sumber kalsium banyak terdapat pada susu, yoghurt, keju, dan aneka
ikan laut. Pada saat menyusui ibu mengeluarkan zat besi sebanyak 0,3
-
13
mg/Kkal/hari dalam bentuk ASI. Maka ibu menyusui memerlukan tambahan
zat gi besi sekitar 2 mg/hari. Simber zat besi dapat diperoleh dari bahan
makanan seperti hati, sumsum tulang, telur, dan sayuran berwarna hijau tua.
5) Vitamin
Ada dua macam vitamin, yaitu vitamin larut dalam lemak dan larut dalam air.
Keduanya dibutuhkan untuk memenuhi standar kualitas ASI. Yang larut dalam
lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Sementara dari jenis vitamin yang larut
dalam air, yang paling banyak dibutuhkan adalah vitamin C. Selain itu, ibu
juga membutuhkan berbagai vitamin B, seperti vitamin B6 dan vitamin B12.
Vitamin B6 banyak terdapat antara lain pada sayuran berwarna hijau tua dan
daging.
6) Minum sedikitnya 8 gelas cairan (susu, air, kaldu atau sup, dan sari buah)
c. Penggunaan Obat-obatan Saat Menyusui
Beberapa obat-obatan yang kontraindikasi selama menyusui dan efeknya terhadap
bayi dapat dilihat pada tabel berikut (Mantuli, 2014):
Tabel 2.1 Daftar obat-obatan yang kontraindikasi selama menyusui
OBAT / GOL.OBAT EFEK PADA BAYI
Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat
menyebabkan iritasi, dan pola tidur yang
jelek
Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek
sitotoksik obat pada bayi belum
diketahui
Bromokriptin Menekan laktasi
Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi
karena CNS stimulan dan intoksikasi
Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah,
diare, dan kejang telah dilaporkan
Etanol Kontraindikasi masih kontroversial,
intake yang tinggi pada ibu dapat
menyebabkan bayi yang disusui : sedasi,
diaforesis, deep sleep,
lemah,menghambat pertumbuhan
danberat badan abnormal. Paparan yang
kronik juga menimbulkan keterlambatan
perkembangan psikomotor.
Bayi dari ibu alkoholik menyebabkan
-
14
risiko yang potensial hipoprotombin
berat,perdarahan, dan pseudo cushing
sindrome. AAP mengklasifikasikan
compatible (dapat diterima), tapi harus
dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu
review menyarankan untuk menunggu 1-
2 hari setelah minum sebelum menyusui
Immunosupresan Potensial menekan sistem imun
Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-
rata 40 % dari konsentrasi serum plasma
ibu menyebabkan reaksi toksik yang
potensial, kontraindikasi
Asam lisergat dietilamida (LSD) Kemungkinan diereksikan dalam ASI
Mariyuana Diekskresikan dalam ASI
Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi
kontraindikasi karena potensial terjadi
diare berat pada bayi
Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial,
absorpsi melalui perokok pasif lebih
tinggi dari pada melalui ASI. Merokok
secara umum tidak direkomendasikan
selama menyusui, menurunkan produksi
ASI
Pensiklidin Potensial bersifat halusionogenik
Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya
mencukupi
Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi
d. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Menurut Riksani (2012) produksi air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa
tertekan, ketakutan, sakit, pengunjung yang tidak simpatik dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan mengakibatkan ibu gagal dalam menyusui
bayinya karena kondisi ini dapat menghambat pengeluaran hormon oksitosin
sehingga mencegah masuknya air susu ke dalam pembuluh payudara. Dalam
kasus ini, meskipun air susu dihasilkan, bayi akan mendapatkan sedikit ASI
sehingga bayi menangis karena lapar dan keadaan ini akan semakin menambah
kecemasan dan menimbulkan ketakutan pada ibu.
Ketentraman jiwa dan pikiran ibu juga dipengaruhi oleh dukungan dari
keluarga, suami dan petugas kesehatan. Dengan adanya dukungan dari keluarga
-
15
dapat mengurangi kecemasan ibu. Keluarga dapat menyediakan makanan dan
minuman tambahan yang bergizi bagi ibu menyusui untuk mendukung produksi
ASI dan menjaga kesehatan ibu. Suami dapat memberikan motivasi dan rasa
bangga karena ibu dapat memberikan ASI, pemilihan tempat pemeriksaan
kehamilan, persalinan dan imunisasi. Suami juga dapat memberikan dukungan
dengan cara terlibat dalam berbagai kegiatan pengasuhan bayi. Dengan dukungan
ibu akan semakin percaya diri dalam memberikan ASI (Riksani, 2012).
Sedangkan petugas kesehatan dapat memberikan dukungan pada ibu dengan
cara berkomunikasi, memberikan saran, dorongan dan penyuluhan untuk
memfasilitasi kemampuan ibu dalam memberikan ASI. Petugas kesehatan juga
dapatmemastikan bahwa posisi bayi menyusu sudah benar. Petugas juga dapat
memberikan dukungan dengan mengobservasi dan menyelesaikan masalah yang
ada berkaitan dengan pemberian ASI (Welford, 2009).
2.1.2 Stadium ASI
Menurut Purwanti (2004), ASI dibagi menjadi tiga stadium, yaitu:
a. Stadium I
ASI Stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat. Warna
kuning keemasan kolostrum disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-
sel hidup.
Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi
bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan protein dalam kolostrum
lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis
protein globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat
sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit
kolostrum.
Kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah dibanding ASI matur.
Ini disebabkan oleh aktivitas bayi pada tiga hari pertama masih sedikit dan tidak
terlalu banyak memerlukan kalori. Total kalori dalam kolostrum hanya 58 kal/100
ml kolostrum.
-
16
b. Stadium II
ASI Stadium II adalah ASI peralihan, yang diproduksi pada hari ke-4 sampai
hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang
makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan
pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi
terhadap lingkungan. Pada masa ini, perlu ditingkatkan kandungan protein dan
kalsium dalam makanan ibu.
c. Stadium III
ASI Stadium III adalah ASI matur, yang diproduksi dari hari ke-10 sampai
seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai
dikenalkan degan makanan lain selain ASI.
2.1.3 Kandungan ASI
ASI mengandung zat-zat protektif bagi bayi (Lawrence 2005), yaitu:
a. Laktobasilus bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan
asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam
sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang
sering menyebabkan diare pada bayi. Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam
usus bayi yang mendapat ASI.
b. Laktoferin
Laktoferin atau sering juga disebut sebagai laktotransferin adalah transferin
yang diisolasi dari susu. Laktoferin adalah protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Laktoferin bermanfaat
untuk menghambat pertumbuhan E.coli dan jamur kandida. Laktotransferin
bersifat antimikroba karena mengandung asam amino glikoprotein-703 yang
mempunyai kemampuan sangat tinggi dalam mengikat Fe dari mikroba. Mikroba
yang kekurangan besi ini pembelahannya akan terhambat sehingga berhenti
memperbanyak diri (Maheswari, et al., 2007).
-
17
c. Lisozim
Lisozim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara
dapat melisiskan dinding sel bakteri gram positif yang ada pada mukosa usus,
sehingga enzym ini dapat melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada
susu sapi.
d. Antibodi
ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin yaitu secretory IgA
(SIgA). SIgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan
berbagai virus pada saluran pencernaan.
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu
menyusui dengan jumlah berkisar antara 450-1200 ml dengan rerata antara 750-
850 ml per hari. Selain zat protektif, ASI juga memiliki komposisi lainnya,
berikut komposisi ASI menurut IDAI (2008):
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu
sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali
lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula, namun
demikian angka kejadian diare karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi
laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI disebabkan karena
penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula.
Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya
meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).
Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
b. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri
dari protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein
whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah
protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang
-
18
mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta
laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu
sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein
yang potensial menyebabkan alergi.
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari
profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam
amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah
asam amino taurin, asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di
dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak
karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak
yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur,
karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik
yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding
dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping
itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini
mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,
merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan
besi dan daya tahan tubuh.
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan
otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil
lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega
3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan
dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai
panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA)
yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata. Susu sapi
tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir terhadap semua
susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat bahwa sumber
-
19
DHA dan ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya tidak sebaik
yang terdapat dalam ASI.
Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang,
tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi. ASI
mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi
yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi
asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan
jantung dan pembuluh darah.
d. Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang
diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar
karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam
kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang
mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
e. Vitamin
1) Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor
pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu
formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan,
walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir
perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.
2) Vitamin D
ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan
karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan
vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif
ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan
mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.
3) Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah
merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah
-
20
(anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E yang tinggi
terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal, yakni pada ASI stadium II.
4) Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. ASI tidak saja
mengandung vitamin A dalam jumlah tinggi, tetapi juga bahan bakunya, yaitu
beta karoten. Hal ini menjelaskan bahwa bayi yang mendapat ASI mempunyai
tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.
f. Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu.
Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah
diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi.
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai
fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan
pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi
tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar
fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis
lemak diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan
kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang
mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah
serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang lebih
kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat
susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih
mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula.
Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat
yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini
dapat diatasi.
Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak
membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang
-
21
disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis enterophatica
dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar
zinc ASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi
kandungan mineral zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat
penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu
formula berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi
kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.
2.1.4 Cara Pemberian ASI yang Baik
a. Posisi Menyusui
Menurut saryono (2008), ada 3 macam posisi menyusui yang benar:
1) Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini
membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar
kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala
badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya.
2) Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki
payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya
atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi
dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu.
3) Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan
caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari
pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas.
-
22
Gambar 2.3. Posisi-posisi dalam menyusui (Saryono, 2008)
b. Langkah-langkah Menyusui
Menyusui bayi dengan benar harus memperhatikan tahap-tahap dalam
pelaksanaannya (Wulansari dan Wijayanti, 2009):
1) Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan puting susu sebelum menyusu
sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting
2) Pegang payudara dengan ibu jari diatas 4 jari dibawah (C hold) atau telunjuk
diatas 3 jari dibawah (C Scissor hold)
3) Hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan
4) Sentuh pipi / bibir bayi untuk merangsang refleks menghisap
5) Tunggu sampai mulut terbuka lebar dan lidah menjulur keluar
6) Dekatkanlah bayi ke ibu dan arahkan putting susu ke atas menyusuri langit-
langit mulut bayi dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat
penampungan yang terletak di bawah areola mamnae. Setelah bayi menghisap
ASI dengan perlahan-lahan namun kuat, payudara tidak perlu disangga lagi.
7) Untuk melepaskan isapan , setelah bayi selesai menyusu atau payudara telah
terasa kosong, yaitu dengan cara memasukkan jari kelingking ibu kemulut bayi
-
23
melalui sudut mulut bayi/dagu bayi ditekan kebawah (terbaik jika bayi
melepaskan putting susu sendiri).
8) Setelah menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting
9) Menyendawakan bayi, dengan cara menngendong bayi tegak pada bahu ibu
dan menepuk punggung bayi pelan-pelan hal ini bertujuan untuk mengeluarkan
udara dari lambung supaya bayi tidak gumoh
2.1.5 Manfaat Pemberian ASI
Pemberian ASI dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni aspek gizi, imunologi,
psikologi, kecerdasan, neurologis, ekonomi dan penunda kehamilan (Depkes RI,
2001).
a. Aspek Gizi.
Manfaat Kolostrum
1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
2) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada
hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
3) Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi
pada hari-hari pertama kelahiran.
4) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama
berwarna hitam kehijauan.
Komposisi ASI
1) ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam
ASI tersebut.
2) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
3) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara
Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dengan Casein
-
24
merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI
mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan
protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
1) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses
maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi
taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
2) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak
tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI
sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari
substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam
linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
b. Aspek Imunologik
1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
2) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.
Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli
dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
3) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan.
4) Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
daripada susu sapi.
5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT)
antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT)
antibodi jaringan payudara ibu.
-
25
6) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora
usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
c. Aspek Psikologik
1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan
produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi
ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon
terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
2) Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi
tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi
karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi
akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan
mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam
rahim.
d. Aspek Kecerdasan
1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ
point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia
3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan
bayi yang tidak diberi ASI.
e. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan
bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
f. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
-
26
g. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum
dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
2.1.6 ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain, baik berupa susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Rinaningsih,
2007). Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini
sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI
bersama-sama dengan makanan setelah bayi berumur 6 bulan (Rousli, 2005). Pada
tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi
tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi
terbaru UNICEF bersama WHO dan banyak Negara lainnya adalah menetapkan
jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Rousli, 2005).
2.1.7 Risiko non-ASI Eksklusif
Tampak semakin jelas bahwa pemberian ASI eksklusif membawa keuntungan
yang secara signifikan melebihi pemberian ASI campuran (dengan susu formula).
Ada beberapa contoh yang ditemukan di seluruh dunia (Gibney, 2008):
1) Anak-anak yang mendapatkan makanan pralakteal di Gambia memiliki
kemungkinan 3,38 kali lebih besar untuk meninggal dunia
2) Mortalitas bayi di Peru berkaitan dengan pemberian ASI campuran dan
keadaan tidak pernah mendapat ASI
3) Sebanyak 13,9% dari semua kematian bayi di Amerika Latin dapat dicegah
dengan pemberian ASI eksklusif dan presentase ini dapat diterjemahkan
menjadi 52.000 kematian yang dapat dicegah di daerah tersebut
-
27
2.1.8 Kondisi Tidak Dimungkinkannya Pemberian ASI Eksklusif
Ada beberapa kondisi ibu maupun kondisi bayi yang tidak memungkinkan
untuk pemberian ASI (Roesli, 2008).
a. Kondisi Pada Ibu.
Kontra indikasi pada ibu antara lain: yang pertama, ibu dengan fungsi kardio
respiratorik yang tidak baik, penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan untuk
sementara tidak menyusu sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien
jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk menyusu. Penilaian akan hal ini
harus dilakukan dengan hati-hati. Jika penyakit jantungnya tergolong berat, tak
dianjurkan memberi ASI. Mekanisme oksitosin dapat merangsang otot polos.
Sementara organ jantung bekerja dibawah pengaruh otot polos. Jadi, menyusu
dapat memunculkan kontraksi hingga kerja jantung jadi lebih keras, akibatnya
bisa timbul gagal jantung.
Kedua, ibu dengan eklamsia dan pre-eklamsia berat. Keadaan ibu biasanya
tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk mengatasi penyakit. Biasanya
menyebabkan kesadaran menurun sehingga ibu belum sadar betul. Tidak
diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Sebaiknya pemberian ASI
dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula darahnya. Konsultasikan pada
dokter mengenai boleh-tidaknya pemberian ASI pada bayi dengan
mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan yang dikonsumsi.
Ketiga, ibu dengan penyakit infeksi akut dan aktif. Tuberkulosis paru yang
aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak, agar tak menyebarkan kuman
ke bayi selama menyusu, ibu harus menggunakan masker. Tentu saja ibu harus
menjalani pengobatan secara tuntas. Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan
tidak akan mampu menyusu. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi
apakah dibenarkan menyusu atau tidak. Ibu yang positif mengidap AIDS belum
tentu bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu yang mengidap AIDS, sama
sekali tak boleh memberi ASI pada bayi.
Keempat, ibu dengan karsinoma payudara, harus dicegah jangan sampai
ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusu,
ditakutkan adanya sel - sel karsinoma yang terminum si bayi. Kalau semasa
-
28
menyusu ibu ternyata harus menjalani pengobatan kanker, disarankan
menghentikan pemberian ASI. Obat-obatan antikanker yang dikonsumsi, bersifat
sitostatik yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-obatan ini sampai terserap
ASI lalu diminumkan ke bayi, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel
bayi.
Kelima, ibu dengan gangguan psikologi. Keadaan jiwa si ibu tidak dapat
dikontrol bila menderita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang pada
bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada
bayinya.
Keenam, ibu dengan gangguan hormon. Bila ibu menyusu mengalami
gangguan hormon dan sedang menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat-
obatan hormon, sebaiknya pemberian ASI dihentikan. Dikhawatirkan obat yang
menekan kelenjar tiroid ini akan masuk ke ASI lalu membuat kelenjar tiroid bayi
jadi terganggu.
Ketujuh, ibu dengan hepatitis. Bila ibu terkena hepatitis selama hamil, biasanya
kelak begitu bayi lahir akan ada pemeriksaan khusus yang ditangani dokter anak.
Bayi akan diberi antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak
terkena penyakit yang sama. Sedangkan untuk ibunya akan ada pemeriksaan
laboratorium tertentu berdasarkan hasil konsultasi dokter penyakit dalam. Dari
hasil pemeriksaan tersebut baru bisa ditentukan, boleh-tidaknya ibu memberi ASI.
Bila hepatitisnya tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI
karena dikhawatirkan bisa menularkan pada si bayi.
b. Kondisi Pada Bayi
Kontra indikasi pada bayi, antara lain: pertama, bayi kejang. Kejang - kejang
pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan untuk
menyusu. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusu. Kesadaran
bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusu.
Kedua, bayi yang sakit berat. Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau
penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tidak memungkinkan untuk
menyusu, namun setelah keadaan membaik tentu dapat disusui. Misalnya bayi
-
29
dengan kelainan lahir dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (Very Low Birth
Weight) . Refleks menghisap dan refleks lain pada BBLR belum baik sehingga
tidak memungkinkan untuk menyusu.
Ketiga, bayi dengan cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu untuk
menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si
bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis,
palatoskisis bahkan labiopalatoskisis masih memungkinkan untuk menyusu.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
2.2.1 Faktor Umur
Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Arini, 2012). Dalam
kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan
menyusui yaitu 20-35 tahun. Umur yang sesuai, sangat baik dan sangat
mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, sementara umur yang kurang dari 20
tahun dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam
menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35
tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh
berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan
juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas
(BKKBN, 2007).
2.2.2 Faktor Tingkat Pendidikan
Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(Hasbullah, 2005). Dalam Tirtarahardja (2005), jenjang atau tingkat pendidikan
adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan
-
30
tingkat perkembangan peserta didik serta kelulusan dan kedalaman bahan
pengajaran (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5).
Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan orang
atau keluarga dalam masyarakat. Pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam
pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi serta turut
menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
2.2.3 Faktor Status Pekerjaan
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan
maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan,
paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu (Pusdalisbang,
2012). Bekerja menuntut ibu untuk meninggalkan bayinya pada usia dini dalam
jangka waktu yang cukup lama setiap harinya, lama waktu pisah dengan bayi
memiliki pengaruh negatif terhadap kelangsungan pemberian ASI. Kenaikan
tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja serta cuti yang kurang memadai
bagi para ibu yang bekerja menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan
lamanya menyusui (Indrawati dan Aenti, 2012).
Masa cuti bagi ibu hamil dan menyusui di Indonesia berkisar antara 1-3 bulan.
Ibu yang sudah habis masa cuti dan harus kembali bekerja tetap dapat
memberikan ASI eksklusif bagi bayi yang disayanginya. Meskipun tidak ada
kontak secara langsung dengan bayi saat ditinggal bekerja, kontak secara psikis
melalui pemberian ASI tetap dapat dilakukan. Alternatif cara yang bisa ditempuh
adalah dengan pemberian ASI perah (ASIP) (Susanti, 2011). Pemerahan ASI
memerlukan beberapa peralatan yang biasa disiapkan, yaitu alat memerah manual
atau elektrik, botol kaca/plastik penyimpan ASIP yang diberi penanda tanggal,
freezer untuk tempat menyimpan ASIP di rumah, cooler bag dan ice gel atau
termos es berisi es batu untuk penyimpanan ASIP selama di kantor dan perjalanan
(Swandari, 2012).
-
31
Memerah ASI dapat dilakukan dengan tangan dan pompa. Memerah ASI
dengan menggunakan tangan lebih dianjurkan karena lebih sederhana dan efektif.
Sebelum diperah, sebaiknya terlebih dahulu payudara dipijat lembut dengan
menggunakan 3 jari tengah. Arah pijatan memutar ke tengah dan menyisir dari
pangkal menuju puting. Setelah itu cuci kedua tangan dan atur posisi senyaman
mungkin. Penampung ASI yang sudah disterilkan diletakkan di bawah payudara
yang diperas. Tangan ditempatkan di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola.
Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tangan ditekan ke arah
dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar
jari tetap di tepi areola, jangan sampai bergeser ke puting. Kemudian diulangi
secara teratur untuk memulai aliran susu. Jari diputar secara perlahan di sekeliling
payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Tindakan yang sama diulangi
pada sisi payudara yang lain, dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu
pemerasan. Kemudian diulangi pada payudara pertama lagi, dan selanjutnya pada
payudara kedua, demikian seterusnya (Susanti, 2011).
ASIP memiliki masa kadaluwarsa yang tergantung pada tempat penyimpanan.
Jika Ibu rajin memerah, Ibu dapat mempunyai stok ASIP untuk 1-2 bulan. Buatlah
stok dalam kemasan sekali minum, misal 60 ml agar ASIP yang tersisa tidak
terbuang sia-sia. Berikut ini panduan ketahanan ASIP pada beberapa keadaan
(Swandari, 2012):
a. Suhu ruang (sekitar 25oC) : sekitar 6-8 jam
b. Cooler bag/termos es (suhu 15-4oC) : 24 jam
c. Refrigerator (kulkas bawah) (suhu 0-4oC) : 5 hari
d. Freezer pada kulkas berpintu satu (suhu -15oC) : 2 minggu
e. Freezer pada kulkas berpintu dua (suhu -18oC) : 3-4 bulan
f. Freezer khusus / freezer untuk es krim (suhu -20oC) : 6-12 bulan
2.2.4 Faktor Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
(BKKBN, 2006). Menurut Pranoto (2007), paritas dapat dibedakan menjadi
primipara, multipara dan grandemultipara. Primipara adalah wanita yang telah
-
32
melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney,
2006). Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari
satu kali (Prawirohardjo, 2009). Grandemultipara adalah wanita yang telah
melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam
kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).
Paritas dalam menyusui adalah pengalaman pemberian ASI eksklusif,
menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga,
serta pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk
menyusui atau tidak. Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan
mengalami masalah ketika menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu
cara-cara yang sebenarnya dan apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui
yang kurang baik yang dialami orang lain, hal ini memungkinkan ibu ragu untuk
memberikan ASI pada bayinya (Arini, 2012).
2.2.5 Faktor Tingkat Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
antara lain (Notoatmodjo, 2007):
a. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
-
33
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar obyek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut dengan benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk dapat menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
d. Analisis (analisis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
e. Sintetis (synthesis)
Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintetis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluating)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
3. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain adalah
(Notoatmodjo, 2003):
-
34
a. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,
sedangkan ekonomi dapat dikaitkan dengan pendidikan, jika ekonomi seseorang
tersebut baik, biasanya tingkat pendidikannya tinggi sehingga mempengaruhi
pengetahuan.
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Apabila
seseorang memiliki pendidikan yang tinggi, maka ia akan mudah menyesuaikan
dengan hal-hal yang baru.
c. Lingkungan
Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap cara
pandang seseorang. Lingkungan pergaulan sangat mendukung tingkat
pengetahuan seseorang dan sangat percaya dengan orang lain.
d. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena
informasi yang baru akan dipilih sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.
e. Sumber Informasi
Sumber merupakan tingkat pengetahuan dimana baik atau tidaknya
pengetahuan tergantung kepada masing-masing individu dalam memahami dan
menerima informasi yang diterima.
4. Indikator Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, ada beberapa indikator yang
dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi (Notoatmodjo, 2007):
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit,
gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari
pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit
-
35
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatan,
pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras,
narkoba, dan lain sebagainya
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih, cara
pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan rumah
yang sehat dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2007).
6. Tingkat Pengetahuan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting dalam
kesuksesan proses menyusui. Thaib et al dalam Abdullah et al. (2004)
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, status kerja ibu dan jumlah
anak dalam keluarga berpengaruh positif pada frekuensi dan pola pemberian ASI.
Menurut penelitian Amalia (2011) persentase ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan memberikan ASI eksklusif sebesar 49,1%. Sedangkan
yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, hanya memberikan ASI eksklusif
sebesar 3,8%. Hal ini masih memungkinkan bahwa dengan peningkatan
pengetahuan ibu-ibu dan calon ibu bayi melalui peningkatan informasi seputar
ASI dan manfaatnya dapat meningkatkan presentasi pemberian ASI eksklusif di
masa datang.
2.2.6 Faktor Dukungan Keluarga
1. Pengertian
Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada
orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2007) menyatakan
bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
-
36
darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan
interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing serta menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang di rekat oleh ikatan darah, perkawinan atau adopsi serta tinggal
bersama.
2. Sumber-sumber Dukungan Keluarga
Nursalam, dkk. (2009) menyatakan individu yang termasuk dalam memberikan
dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga,
teman, tim kesehatan, atasan dan konselor. Dukungan sosial keluarga dapat
berupa dukungan internal dan eksternal. Dukungan sosial keluarga internal seperti
dari suami/ayah, istri/ibu, atau dukungan saudara kandung. Dukungan sosial
eksternal adalah dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan
kerja sosial keluarga).
3. Jenis Dukungan Sosial Keluarga
Ada 4 dukungan sosial keluarga (Nursalam, 2009), yaitu:
a. Dukungan instrumental
Merupakan dukungan yang nyata dan dalam bentuk materi dan waktu yang
bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membutuhkan orang lain
untuk memenuhinya. Suami harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya
jika istri memerlukan bantuan.
Depkes (2002) dalam Nursalam (2009) menyatakan, dukungan instrumental
adalah bantuan yang diberikan secara langsung, misalnya menyediakan fasilitas
yang dibutuhkan, memberi pinjaman uang kepada orang yang menbutuhkan,
menolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak mempunyai
pekerjaan serta bantuan yang lain. Dukungan instrumental adalah tingkah laku
yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya materi atau
tenaga.
b. Dukungan Informasional
Dukungan informasional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan
pemberian informasi dan nasehat. Dukungan informasi yaitu memberikan
penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu yang berhubungan dengan masalah
-
37
yang dihadapi oleh individu. Dukungan ini mencakup pemberian nasihat, saran,
pengetahuan dan informasi serta petunjuk (Nursalam, 2009).
c. Dukungan penilaian/penghargaan
Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat
atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan
gagasan atau perasaan seseorang dan perbandingan positif antara orang tersebut
dengan orang lain yang bertujuan meningkatkan penghargaan diri orang tersebut
(Nursalam, 2009).
d. Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan rasa
tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada anggota keluarga, baik pada
anak maupun orang tua. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati,
kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (Nursalam, 2009).
4. Dukungan Keluarga terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya pemberian ASI
Eksklusif kepada bayi. Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat
sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Dukungan keluarga adalah
dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6
bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang
seimbang kepada ibu (Sudiharto, 2007).
Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan
semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan terus untuk menyusui.
Dalam hal ini dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya.
Keluarga dapat menguatkan motivasi ibu agar menjaga komitmen dengan ASI,
tidak mudah tergoda dengan susu formula atau makanan lainnya. Keluarga juga
harus membantu secara teknis seperti mengantar kontrol ke dokter atau bidan,
menyediakan makanan bergizi, hingga memijit ibu yang biasanya cepat lelah.
Seorang ibu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga akan lebih mudah
dipengaruhi untuk beralih ke susu formula. (Budiasih,2008).
Peran keluarga pada program ASI Eksklusif mencakup menciptakan suasana
nyaman bagi istri sehingga kondisi psikis mereka sehat. Peningkatan peran
-
38
keluarga berupa perhatian kepada istri sangat dibutuhkan dalam suatu proses
produksi ASI yaitu reflex oxitocin. Pikiran ibu yang positif akan merangsang
kontraksi otot sekeliling kelenjar susu (mammary alveoli) hingga mengalirkan
ASI ke sinus lactiferous dan kemudian dihisap oleh bayi (Roesli, 2005).
-
39
2.3 Kerangka Teori
Gambar 2.4. Kerangka Teori
Efek ASI non-
Eksklusif
Pengertian
Faktor yang
Mempengaruhi
Pemberian
Manfaat:
- Aspek Gizi - Aspek
Imunologik
- Aspek Psikologik - AspekKecerdasan - Aspek Neurologis - Aspek ekonomis - Aspek Penundaan
Kehamilan
ASI Eksklusif
- Kondisi Pada
Ibu
- Kondisi Pada
Bayi
Kandungan ASI
Karakteristik
Internal
Eksternal
Usia
Timgkat Pendidikan
Status Pekerjaan
Paritas
Tingkat Pengetahuan
Dukungan Keluarga
Faktor yang Tidak
Memungkinkan
Pemberian
-
40
2.4 Kerangka Konsep
Keterangan:
Gambar 2.5. Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara karakteristik, tingkat pengetahuan dan dukungan
keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara Tahun 2014
2. Tingkat pengetahuan adalah variabel yang paling berhubungan terhadap
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu Kecamatan
Pontianak Utara Tahun 2014
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Firmansyah &
Mahmudah (2012)
Yanti (2012)
Dukungan Keluarga Simbolon (2011)
Pemberian ASI Eksklusif
Pekerjaan
TingkatPendidikan
Tingkat Pengetahuan
Usia
Paritas