HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STRESS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEPO-LEPO
KOTA KENDARI TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
PEBRIANI PONGMANDA P00312017129
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN KENDARI
2018
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STRESS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEPO-LEPO
KOTA KENDARI TAHUN 2018
Diajukan Oleh:
PEBRIANI PONGMANDA P00312017129
Telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian skripsi dihadapan Tim
Penguji Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan.
Kendari, Agustus2018
Pembimbing I Pembimbing II
Hendra Yulita, SKM, MPH Yustiari, SST, M.Kes Nip. 19710720199832001 Nip. 198011172007012016
Mengetahui Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
Sultina Sarita, SKM,M.Kes Nip. 196806021992032003
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan denga sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STRESS DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LEPO-LEPOKOTA KENDARI TAHUN 2018
Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjan Terapan
Kebidanan pada program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari, sejauh yang saya ketahui skripsi ini bukan merupakan
tiruan atau Duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari maupun di perguruan tinggi atau
instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Kendari, Agustus 2018
Pebriani Pongmanda
Nim.P00312017129
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsiyang berjudul “hubungan status gizi
dan stress dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang
membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih
sebesar-besarnya terutama kepada IbuHendra Yulita, SKM, MPHselaku
Pembimbing I dan Ibu Yustiari, SST, M.Kesselaku Pembimbing II yang
telah banyak membimbing sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kendari.
3. Bapak dr. Sukardi Yunus, Sp. An., M.Kes selaku Kepala Rumah Sakit
Bhayangkara Kota Kendari.
4. Ibu Askrening, SKM, M.Kesselaku penguji 1, Ibu Siti Aisa, AM.Keb,
S.Pd, M.Pd selaku penguji 2, Ibu Hasmia Naningsi, SST, M.Kebselaku
penguji 3 dalam skripsi ini.
vii
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
6. Seluruh teman-teman D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta sebagai bahan
pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.
Kendari, Agustus 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................... iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v
KATA PENGANTAR......................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................... x
ABSTRACT....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 8
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 11
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 11
B. Landasan Teori.......................................................................... 38
C. Kerangka Teori.......................................................................... 40
D. Kerangka Konsep...................................................................... 41
E. Hipotesis Penelitian.................................................................. 41
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 42
A. Jenis Penelitian......................................................................... 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 43
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 43
D. Variabel Penelitian..................................................................... 43
E. Definisi Operasional.................................................................. 43
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 44
ix
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 45
H. Alur Penelitian........................................................................... 45
I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 48
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 48
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 55
C. Pembahasan ............................................................................ 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 66
A. Kesimpulan .............................................................................. 66
B. Saran ....................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 67
LAMPIRAN
x
ABSTRAK
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STRESS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEPO-LEPO
KOTA KENDARI TAHUN 2018
Pebriani Pongmanda1 Hendra Yulita
2 Yustiari
2
Latar belakang: Kehamilandanpersalinanmerupakanperistiwa alamiah, namun, terkadang sakit atau problem yang diderita wanita hamilsemasa hamilmemerlukan perhatian medis.Masalah dapatberupa komplikasiyang berkembang akibatdampak langsung kehamilan.Masalah-masalah yang sering terjadi dalam kehamilan antara laininfeksivagina, tekanandarahtinggi,perdarahan vagina dan menggandung lebih darisatujanin. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan stress dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018. Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu hamil di Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari yang berjumlah 37 ibu hamil. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner tentang kejadian hipertensi dalam kehamilan, status gizi dan stress. Analisis data mengunakan uji chi square. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Dari 37 ibu, jumlah kejadian hipertensi dalam kehamilan sebanyak 16 orang (43,2%). Dari 37 ibu, status gizi ibu hamil terbanyak adalah status gizi baik sebanyak 23 orang (62,2%). Dari 37 responden, ibu hamil lebih banyak yang tidak mengalami stress sebanyak 23 orang (62,2%). Ada hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018 (p=0,007; X
2=7,290). Ada hubungan stress dengan kejadian
hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018 (p=0,014; X
2=8,560).
Kata kunci : hipertensi dalam kehamilan, status gizi, stress
1 Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari
2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
xi
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF NUTRITION AND STRESS STATUS WITH HYPERTENSION IN PREGNANT WOMEN IN THE LEPO-LEPO HEALTH CENTER WORKING AREA
KENDARI CITY OF 2018
Pebriani Pongmanda1 Hendra Yulita2 Yustiari 2 Background: Pregnancy and childbirth are natural events, however, sometimes illness or problems suffered by pregnant women during pregnancy require medical attention. Problems can be complications that develop due to the direct impact of pregnancy. Problems that often occur in pregnancy include vaginal infections, high blood pressure, vaginal bleeding and containing more than one fetus. Objective: This study aims to determine the relationship of nutritional status and stress with the incidence of hypertension in pregnant women in the working area of the Lepo-Lepo Health Center in Kendari City in 2018. Research Method: The research design used was cross sectional. The study sample was pregnant women in the lepo-Lepo health center in Kendari City, totaling 37 pregnant women. Data collection instruments in the form of questionnaires about the incidence of hypertension in pregnancy, nutritional status and stress. Data analysis using chi square test. Results: The results of the study showed that of the 37 mothers, the number of hypertension in pregnancy was 16 people (43.2%). Of the 37 mothers, the nutritional status of most pregnant women was good nutritional status as many as 23 people (62.2%). Of the 37 respondents, more pregnant women did not experience stress as many as 23 people (62.2%). There is a relationship between nutritional status and the incidence of hypertension in pregnant women in the working area of the Lepo-Lepo Health Center in Kendari City in 2018 . There is a relationship of stress with the incidence of hypertension in pregnant women in the work area of Lepo-Lepo Health Center in Kendari City in 2018 (p = 0.014; X2 = 8.560). Keywords: hypertension in pregnancy, nutritional status, stress 1 Student of D-IV Midwifery Study Program, Poltekkes Kendari 2 Lecturers of the Department of Midwifery, Poltekkes Kendari
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa alamiah, namun,
terkadang sakit atau problem yang diderita wanita hamil semasa hamil
memerlukan perhatian medis. Masalah dapat berupa komplikasi yang
berkembang akibat dampak langsung kehamilan. Masalah-masalah yang
sering terjadi dalam kehamilan antara lain infeksi vagina, tekanan darah
tinggi, perdarahan vagina dan menggandung lebih dari satu janin (Tiran,
2017). Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil.
Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar
15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan
komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah
kesehatan utama bagi kesehatan wanita, karena merupakan penyebab
terbesar kematian ibu dan bayi. World Health Organization (WHO)
memperkirakan 585.000 perempuan meninggal akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan, sekitar satu perempuan meninggal setiap
menitnya (Estina dkk, 2015). Penyebab terjadi kematian ibu adalah
perdarahan postpartum, preeklampsia/eklampsia dan infeksi (WHO,
2015). Angka kejadiannya lebih banyak terjadi dinegara berkembang
dibanding negara maju. Hal ini karena dinegara maju perawatan
kehamilannya lebih baik.
2
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil survey
demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan
adanya peningkatan AKI dari tahun sebelumnya 2007. AKI Indonesia
pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup meningkat
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama yang
menyumbang angka kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan sebanyak
32%, hipertensi dalam kehamilan 25%, infeksi 5%, partus lama 5%,
penyebab lain 1%. Penyebab lain-lain yaitu 32% cukup besar, termasuk
didalamnya penyebab penyakit non obstetric (BKKBN, 2013).
Preeklampsia merupakan suatu kondisi medis dimana timbul
peningkatan tekanan darah, edema dan proteinuria selama kehamilan
(Lalage, 2015). Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2013).
Peningkatan tekanan darah selama kehamilan merupakan salah satu jenis
penyakit yang perlu diwaspadai dimana keadaan ini bisa membahayakan
ibu hamil karena pada beberapa kasus preeklamsi dengan komplikasi
merupakan penyebab utama kematian pada ibu hamil (Lalage, 2015).
Tekanan darah merupakan dorongan pembuluh darah terhadap
dinding pembuluh darah. Beberapa perubahan terjadi dalam sirkulasi
selama kehamilan sebagai dampak pengaruh hormonal, meningkatnya
berat badan dan adanya jaringan-jaringan ekstra yang diperlukan bagi
janin untuk tumbuh dan berkembang. Tekanan darah akan turun selama
24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi penurunan dalam perifer
3
vaskuler resistence yang disebabkan oleh peregangan otot halus oleh
progesterone. Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10 mmHg dan
diastolik pada 10-15 mmHg. Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit
demi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum aterm. Aliran
darah meningkat dengan cepat seiring dengan pembesaran uterus dan
ukuran konseptus meningkat lebih cepat. Akibatnya lebih banyak oksigen
diambil dari darah uterus selama masa kehamilan lanjut (Tiran,2017).
Tekanan darah tinggi dapat menurunkan aliran darah ke plasenta,
yang akan mempengaruhi persediaan oksigen dan nutrisi dari bayi. Hal ini
dapat memperlambat pertumbuhan bayi dan meningkatkan resiko saat
melahirkan. Tekanan darah tinggi juga dapat meningkatkan risiko
kerusakan tiba-tiba dari plasenta, dimana plasenta akan terpisah dari
uterus sebelum waktunya (Lalage, 2015). Hipertensi dalam kehamilan
merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga
penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia
mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup
tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh
perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medik dan
sistem rujukan yang belum sempurna (Prawirohardjo, 2013).
Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai risiko tinggi untuk
komplikasi yang berat seperti penyakit jantung, penyakit pembuluh darah
otak, ataupun gagal organ hingga kematian. Terhadap janin, hipertensi
mengakibatkan risiko perkembangan janin dalam rahim yang terlambat,
4
kelahiran sebelum waktunya, dan kematian janin dalam rahim (Lalage,
2015). Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3
bulan pasca persalian atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia
tetapi tanpa proteinuria (Prawirohardjo, 2013).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi
wanita hamil yang mengalami hipertensi sekitar 35-55% serta semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. WHO
menyatakan pula bahwa 20% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan dan diantaranya disebabkan
oleh pola makan dan kurangnya waktu istirahat, bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi.
Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan di dunia sebesar
30,4% (WHO, 2015). Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan di
Indonesia sangat bervariasi. Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan di
beberapa rumah sakit di Indonesia, di antaranya di RS Cipto
Mangunkusumo mencapai 12,2%, di RS Kariadi Semarang kejadian v
sebesar 3,1%, di Jawa Barat angka kejadian preeklamsi periode 1996–
1997 berkisar 0,5–12,1% (Boejang, 2015). Angka kejadian hipertensi
dalam kehamilan di Propinsi Sulawesi Tenggara tidak ada jumlah kejadian
hipertensi dalam kehamilan, namun berdasarkan profil Sulawesi Tenggara
bahwa jumlah kematian ibu sebanyak 84 kematian dimana penyebab
utama kematian adalah keracunan kehamilan dan infeksi. Hal ini
5
diperburuk dengan status gizi yang buruk, persalinan muda, paritas tinggi
dan anemia (Dinkes Sultra, 2017).
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:
primigravida, primipaternitas, hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa,
kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar, umur
yang ekstrim, riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia, penyakit-
penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, status gizi,
kecemasan, obesitas (Prawirohardjo, 2013).
Ibu hamil dengan gizi kurang berisiko mengalami gangguan
metabolisme seperti resistensi insulin, diabetes, hipertensi dan
dislipidemia (Kramer, 2013), serta meningkatkan risiko aterosklerosis dan
kardiovaskular pada keturunannya (Wegierek, 2014; Zhang et al, 2013).
Oleh karena itu ibu hamil harus memperhatikan asupan gizi seimbang
saat mulai kehamilan khususnya makanan tinggi protein atau purin seperti
daging, ikan, hati, limpa dan kacang-kacangan. Ibu hamil dengan status
gizi kurang menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga dapat terjadi
hemokonsentrasi dan sirkulasi darah kejaringan terlambat. Akibatnya
konsumsi oksigen dan makanan kejaringan berkurang sehingga akan
menimbulkan kerusakan jaringan salah satunya plasenta sehingga dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi plasenta yang berisiko mengakibatkan
terjadinya hipertensi (Hidayati, 2013).
6
Selain itu perubahan psikologis pada ibu hamil yang berisiko
untuk terjadinya hipertensi dalah kehamilan salah satunya yaitu stress.
Stress pada ibu hamil berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan bayi
yang akan dilahirkannya, persiapan biaya yang dibutuhkan saat
persalinan, dan perawatan bayi yang akan dilahirkan. Ketakutan pada
ibu hamil meliputi ketakutan akan kematian setelah melahirkan (Hati,
2013). Menurut Tobing (2007) dalam Qodriyah (2013), ibu hamil yang
mengalami stress dapat mengakibatkan tekanan darahnya naik.
Menurut jurnal penelitian yang dilakukan oleh Rajamuda (2016)
yang berjudul “faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
pada ibu hamil di poli klinik Obsetri Ginekologi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
V.L Ratumbuysang kota Manado” didapatkan kejadian hipertensi ibu hamil
pada umur <20 tahun 117 orang (56,5%), status gizi kurang berisiko 109
(52,7%), dan pada riwayat hipertensi (preeklamsi-eklamsi) 115 orang
(55,6 %). Hasil bivariat yaitu terdapat hubungan antara umur dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil (p=0,002), terdapat hubungan antara
pola makan berisiko dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan
nilai p=0,000 dan terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai p=0,002 (p<0,005)
(Rajamuda, 2014).
Hasil penelitian Taslim (2016) menyatakan bahwa ada hubungan
stres dengan hipertensi selama kehamilan grade 2. Tingginya kejadian
hipertensi dalam kehamilan mempunyai kaitan erat dengan angka
7
kesakitan dan kematian pada janin, dan masih banyaknya faktor risiko
serta belum sempurnanya pengelolaan menyebabkan prognosa yang
buruk baik ibu maupun janinnya.
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari merupakan salah satu
puskesmas yang mengalami peningkatan jumlah ibu hamil. Jumlah ibu
hamil pada tahun 2015 sebanyak 159 ibu hamil, pada tahun 2016 jumlah
ibu hamil meningkat menjadi 289 ibu, sedangkan pada tahun 2017 jumlah
ibu hamil sebanyak 369 ibu. Jumlah ibu hamil yang mengalami hipertensi
dalam kehamilan pada tahun 2015 sebanyak 36 orang (22,64%), tahun
2016 sebanyak 67 orang (23,18%) dan tahun 2017 sebanyak 105 orang
(28,45%) (Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari, 2018).
Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan status gizi dan stress dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo
Kota Kendari Tahun 2018.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian
adalah hubungan status gizi dan stress dengan kejadian hipertensi
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari
Tahun 2018 ?
8
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dan stress dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018..
b. Mengidentifikasi status gizi ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018.
c. Mengidentifikasi stress ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018.
d. Menganalisis hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota
Kendari Tahun 2018.
e. Menganalisis hubungan stress dengan kejadian hipertensi
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota
Kendari Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Ibu Hamil
Untuk menambah wawasan ibu hamil tentang hipertensi dalam
kehamilan.
9
2. Manfaat Bagi Puskesmas
Dapat dijadikan sebagai masukan, sebagai bahan evaluasi,
program penyuluhan bagi puskesmas untuk lebih meningkatkan
program pelayanan kesehatan pada ibu hamil dalam upaya
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Jumaiza dkk (2018), dengan judul
penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil Trimester III”. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Jumaiza adalah variabel bebas
penelitian. Variabel bebas pada penelitian ini adalah status gizi dan
stress sedangkan penelitian Jumaiza adalah usia, faktor keturunan,
berat badan, paritas, graviditas.
2. Penelitian Radjamuda dan Montolalu (2014) yang berjudul “Faktor-
Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Ibu Hamil Di Poli Klinik Obs-Gin Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Kota Manado”. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Radjamuda dan Montolalu adalah variabel bebas
penelitian. Variabel bebas penelitian ini adalah status gizi dan
10
stress sedangkan penelitian Radjamuda dan Montolalu adalah
umur, paritas, riwayat hipertensi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Hipertensi Dalam Kehamilan
a. Definisi Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg (Boyce dkk, 2011).
b. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan.
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure
Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2000 yang digunakan sebagai acuan
klasifikasi di Indonesia, hipertensi dalam kehamilan dapat
diklasifikasikan menjadi:
1) Hipertensi Kronik
2) Preeklampsia-eklampsia
3) Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
4) Hipertensi gestasional
c. Diagnosis Hipertensi dalam Kehamilan
1) Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum
umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama
kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
12
2) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.
3) Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan
kejang-kejang atau koma.
4) Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia
atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5) Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria (Prawirohardjo, 2013).
d. Faktor Risiko Hipertensi dalam Kehamilan
Dari berbagai macam faktor risiko terjadinya hipertensi
dalam kehamilan, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1) Primigravida
2) Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan
ganda, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3) Umur yang ekstrim.
4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia
dan eklampsia
5) Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
13
6) Obesitas
7) Pola makan salah
8) Stress (Prawirohardjo, 2013)
e. Patofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan
Banyak teori yang dikemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, yaitu:
1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas,
terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis,
yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga
terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki
jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks
menjadi hambur dan memudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi
lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran
darah pada daerah utero plasenta.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi
sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan
jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis
menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis
tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, dan
14
terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran
darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta. Dampaknya akan menimbulkan perubahan
pada hipertensi dalam kehamilan (Prawirohardjo, 2013).
Adanya disfungsi endotel ditandai dengan meningginya
kadar fibronektin, faktor Von Willebrand, t-PA dan PAI-1 yang
merupakan marker dari sel-sel endotel. Patogenesis plasenta
yang terjadi pada preeklampsia dapat dijumpai sebagai
berikut:
a. Terjadi plasentasi yang tidak sempurna sehingga plasenta
tertanam dangkal dan arteri spiralis tidak semua mengalami
dilatasi.
b. Aliran darah ke plasenta kurang, terjadi infark plasenta yang
luas.
c. Plasenta mengalami hipoksia sehingga pertumbuhan janin
terhambat.
d. Deposisi fibrin pada pembuluh darah plasenta,
menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Tanjung,
2014).
2. Teori Iskemia Plasenta dan pembentukan radikal bebas
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan. Salah satu oksidan penting yang
dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat
15
toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh
darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi
peroksida lemak, Peroksida lemak selain akan merusak sel,
juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel. Produksi
oksidan dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi
dengan produksi anti oksidan (Prawirohardjo, 2013).
3. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa
kadar oksidan khususnya peroksida lemak meningkat,
sedangkan antioksidan, misal vitamin E pada hipertensi dalam
kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar
oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak
sebagai oksidan yang sangat toksis ini akan beredar di seluruh
tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel
endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh peroksida lemak karena letaknya langsung
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan
terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi
peroksida lemak (Prawirohardjo, 2013).
16
4. Disfungsi sel endotel
a) Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu
fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu
menurunnya produksi prostasiklin yang merupakan
vasodilator kuat.
b) Agregasi sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan untuk menutup tempat-tempat
dilapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan yang merupakan suatu
vasokonstriktor kuat.
c) Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus.
d) Peningkatan permeabilitas kapilar
e) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor
f) Peningkatan faktor koagulasi
(Prawirohardjo, 2013)
5. Teori Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin
a) Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
multigravida.
b) Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai
risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami sebelumnya.
17
c) Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan
ialah makin lama periode ini, makin kecil terjadinya hipertensi
dalam kehamilan. (Prawirohardjo, 2013).
6. Teori Adaptasi Kardiovaskular
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya
refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi
peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor.
Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat
peka terhadap bahan vasopresor. Peningkatan kepekaan pada
kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah
dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini
dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan (Prawirohardjo, 2013).
7. Teori Genetik
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami
pereeklampsia, maka 26% anak perempuannya akan mengalami
preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu
mengalami preeklampsia (Prawirohardjo, 2013).
8. Teori Defisiensi Gizi
Konsumsi minyak ikan dapat mengurangi risiko preeklampsia dan
beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa defisiensi kalsium
18
mengakibatkan risiko terjadinya preeklampsia/eklampsia
(Prawirohardjo, 2013).
9. Teori Stimulus Inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di
dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya
proses inflamasi. Disfungsi endotel pada preeklampsia akibat
produksi debris trofoblas plasenta berlebihan tersebut diatas,
mengakibatkan aktifitas leukosit yang tinggi pada sirkulasi ibu.
Peristiwa ini disebut sebagai kekacauan adaptasi dari proses
inflamasi intravaskular pada kehamilan yang biasanya
berlangsung normal dan menyeluruh (Prawirohardjo, 2013).
Kebanyakan penelitian melaporkan terjadi kenaikan kadar TNF-
alpha pada PE dan IUGR. TNF-alpha dan IL-1 meningkatkan
pembentukan trombin, platelet- activating factor (PAF), faktor
VIII related anitgen, PAI-1, permeabilitas endotel, ekspresi ICAM-
1, VCAM-1, meningkatkan aktivitas sintetase NO, dan kadar
berbagai prostaglandin. Pada waktu yang sama terjadi
penurunan aktivitas sintetase NO dari endotel. Apakah TNF-
alpha meningkat setelah tanda-tanda klinis preeklampsia
dijumpai atau peningkatan hanya terjadi pada IUGR masih dalam
perdebatan. Produksi IL-6 dalam desidua dan trofoblas
dirangsang oleh peningkatan TNF-alpha dan IL-1. IL-6 yang
meninggi pada preeklampsia menyebabkan reaksi akut pada
19
preeklampsi dengan karakteristik kadar yang meningkat dari
ceruloplasmin, alpha1 antitripsin, dan haptoglobin,
hipoalbuminemia, dan menurunnya kadar transferin dalam
plasma. IL-6 menyebabkan permeabilitas sel endotel meningkat,
merangsang sintesis platelet derived growth factor (PDGF),
gangguan produksi prostasiklin. Radikal bebas oksigen
merangsang pembentukan IL-6. Disfungsi endotel menyebabkan
terjadinya produksi protein permukaan sel yang diperantai oleh
sitokin. Molekul adhesi dari endotel antara lain E-selektin, VCAM-
1 dan ICAM-1. ICAM-1 dan VCAM-1 diproduksi oleh berbagai
jaringan sedangkan E-selectin hanya diproduksi oleh endotel.
Interaksi abnormal endotel- leukosit terjadi pada sirkulasi
maternal preeklampsia (Tanjung, 2014).
2. Status Gizi Ibu Hamil
Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari
nutriture seorang individu dalam suatu variabel. Status gizi adalah
ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa, 2012), sedangkan menurut Almatsier (2011) menyatakan
status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat- zat gizi. Dibedakan gizi baik, kurang dan buruk.
20
Status gizi ibu hamil dapat diketahui melalui mengukur tinggi
badan, penambahan berat badan, ketebalan jaringan lemak bawah
kulit serta lingkar lengan atas.
a). Tinggi Badan
Tinggi badan selain ditentukan oleh faktor genetis, juga
ditentukan oleh status gizi sewaktu masa kanak-kanak. Keadaan
ini dapat diartikan bahwa gangguan gizi sewaktu masa kanak-
kanak pengaruhnya sangat jauh, yaitu sampai produk
kehamilannya (Almatsier, 2011). Pengukuran tinggi badan
ibu hamil sedapat mungkin dilaksanakan pada masa awal
kehamilan untuk menghindari kesalahan akibat perubahan
postur tubuh. Perubahan postur tubuh dapat mengurangi ukuran
tinggi badan sepanjang 1 cm Ibu yang mempunyai tinggi badan
<143 cm akan melahirkan bayi yang lebih kecil dibandingkan ibu
yang mempunyai tinggi badan normal (Paath, 2015).
b). Penambahan Berat Badan Ibu Hamil
Berat badan ibu hamil merupakan parameter yang penting
selama kunjungan antenatal. Bila berat badan ibu pada
kunjungan antenatal pertama < 47 kg kemungkinan melahirkan
bayi berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah 1,73 kali lebih besar
bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berat badannya >47
kg (Bobak, 2015).
21
Peningkatan berat badan pada ibu hamil, bertambahnya
berat badan normal perminggu untuk ibu hamil adalah 0,35 kg,
sedangkan untuk berat badan dengan kenaikan 0,90 kg/minggu
atau 2,75 kg perbulan semenjak trimester pertama akan
mempengaruhi sirkulasi didalam tubuh sehingga mencetuskan
kejadian hipertensi dalam kehamilan, dapat diketahui pada usia
kehamilan 20 minggu terutama untuk kehamilan anak pertama
atau kehamilan lebih dari tiga kali (Saifuddin, 2012).
Penambahan berat badan (BB) selama hamil idealnya
berbeda-beda setiap orangnya, tergantung berapa berat badan
sebelum hamil. Walaupun ada yang berpendapat bahwa
kenaikan BB ibu hamil sebaiknya sekitar 10-16 kg selama hamil.
Untuk menghitung seberapa BB ideal Anda bertambah selama
hamil, kita bisa menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT).
Rumus IMT adalah:
Nilai IMT = Berat Badan Sebelum Hamil
Tinggi badan (m2)
3. Stress Ibu Hamil
a. Pengertian Stres
Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan
sebagai “stres”. Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada
sebuah kondisi seseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan
dan atau waktu yang membuatnya sulit memfungsikan secara
22
efektif semua wilayah kehidupan. Keadaan ini dapat mengakibatkan
munculnya cukup banyak gejala, seperti depresi, kelelahan kronis,
mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas kerja yang rendah
(Richards, 2015). Hawari (dalam Yusuf, 2014) berpendapat bahwa
istilah stres tidak dapat dipisahkan dari distress dan depresi, karena
satu sama lainnya saling terkait. Stres merupakan reaksi fisik
terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan apabila
fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan
depresi merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang
dialaminya. Dalam banyak hal manusia akan cukup cepat untuk pulih
kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stres. Manusia
mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk
dipakai dan diisi kembali bilamana perlu.
Sarafino (2014) mendefinisikan stres adalah kondisi yang
disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal
dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan
sosial dari seseorang. Stres adalah tekanan internal maupun eksternal
serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and
eksternal pressure and other troublesome condition in life). Ardani
(2015) mendefinisikan stress merupakan suatu keadaan tertekan
baik itu secara fisik maupun psikologis.
23
Menurut Richard (2015) stres adalah suatu proses yang menilai
suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun
membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level
fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stres dapat saja positif (misalnya merencanakan
perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu
didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressful event) atau
tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu
terhadapnya. Compas (dalam Preece, 2011) berpendapat bahwa stres
adalah suatu konsep yang mengancam dan konsep tersebut
terbentuk dari perspektif lingkungan dan pendekatan yang
ditransaksikan. Baum (dalam Yusuf, 2004) mendefinisikan stres
sebagai pengalaman emosional yang negatif yang disertai dengan
perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang
diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau
mengakomodasikan dampak-dampaknya.
Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2015) stres adalah
suatu perasaan yang dialami apabila seseorang menerima tekanan.
Tekanan atau tuntutan yang diterima mungkin datang dalam
bentuk mengekalkan jalinan perhubungan, memenuhi harapan
keluarga dan untuk pencapaian akademik. Lazarus dan Folkman
(dalam Evanjeli, 2012) yang menjelaskan stres sebagai kondisi
individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi stres terjadi karena
24
ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi individu dan
kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut. Individu
membutuhkan energi yang cukup untuk menghadapi situasi stres agar
tidak mengganggu kesejahteraannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres
adalah suatu peristiwa atau pengalaman yang negatif sebagai
sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu
yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang.
2. Aspek-Aspek Stres
Pada saat seseorang mengalami stres ada dua aspek utama
dari dampak yang ditimbulkan akibat stres yang terjadi, yaitu aspek
fisik dan aspek psikologis (Sarafino, 2015) yaitu :
a. Aspek fisik
Berdampak pada menurunnya kondisi seseorang pada saat stres
sehingga orang tersebut mengalami sakit pada organ tubuhnya,
seperti sakit kepala, gangguan pencernaan.
b. Aspek psikologis
Terdiri dari gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku.
Masing-masing gejala tersebut mempengaruhi kondisi psikologis
seseorang dan membuat kondisi psikologisnya menjadi negatif,
seperti menurunnya daya ingat, merasa sedih dan menunda
pekerjaan. Hal ini dipengaruhi oleh berat atau ringannya stres.
25
Berat atau ringannya stres yang dialami seseorang dapat dilihat
dari dalam dan luar diri mereka yang menjalani kegiatan akademik
di kampus. Berdasarkan teori yang diuraikan diatas maka dapat
didimpulkan aspek- aspek stres terdiri dari aspek fisik dan aspek
psikologis, aspek-aspek tersebut dijadikan sebagai indikator alat
ukur skala sters akademik.
3. Faktor-Faktor Stres
Setiap teori yang berbeda memiliki konsepsi atau sudut
pandang yang berbeda dalam melihat penyebab dari berbagai
gangguan fisik yang berkaitan dengan stres. Di bawah ini akan
dijelaskan beberapa sudut pandang tersebut.
a. Sudut pandang psikodinamik
Sudut pandang psikodinamik mendasarkan dirinya pada
asumsi bahwa gangguan tersebut muncul sebagai akibat dari
emosi yang direpres. Hal-hal yang direpres akan menentukan
organ tubuh mana yang terkena penyakit. Sebagai contoh,
apabila seseorang merepres kemarahan, maka berdasarkan
pandangan ini kondisi tersebut dapat memunculkan essensial
hypertension.
b. Sudut pandang biologis
Salah satu sudut pandang biologis adalah somatic
weakness model. Model ini memiliki asumsi bahwa hubungan
antara stres dan gangguan psikofisiologis terkait dengan
26
lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis seperti misalnya
genetik ataupun penyakit yang sebelumnya pernah diderita
membuat suatu organ tertentu menjadi lebih lemah daripada
organ lainnya, hingga akhirnya rentan dan mudah mengalami
kerusakan ketika individu tersebut dalam kondisi tertekan dan
tidak fit .
c. Sudut pandang kognitif dan perilaku
Sudut pandang kognitif menekankan pada bagaimana
individu mempersepsi dan bereaksi terhadap ancaman dari luar.
Seluruh persepsi individu dapat menstimulasi aktivitas sistem
simpatetik dan pengeluaran hormon stres. Munculnya emosi
yang negatif seperti perasaan cemas, kecewa dan sebagainya
dapat membuat sistem ini tidak berjalan dengan berjalan lancar
dan pada suatu titik tertentu akhirnya memunculkan penyakit.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa bagaimana seseorang
mengatasi kemarahannya ternyata berhubungan dengan
penyakit tekanan darah tinggi (Fausiah dan Widury, 2015). Stres
bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu dapat
berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Dalam hal
hambatan, ada beberapa macam hambatan yang biasanya
dihadapi oleh individu seperti
1) Hambatan fisik : kemiskinan, kekurangan gizi, bencana
alam dan sebagainya.
27
2) Hambatan sosial: kondisi perekonomian yang tidak
bagus, persaingan hidup yang keras, perubahan tidak pasti
dalam berbagai aspek kehidupan. Hal-hal tersebut
mempersempit kesempatan individu untuk meraih kehidupan
yang layak sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada
diri seseorang.
3) Hambatan pribadi : keterbatasan-keterbatasan pribadi
individu dalam bentuk cacat fisik atau penampilan fisik
yang kurang menarik bisa menjadi pemicu frustasi dan stres
pada individu.
Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan
yang ingin dicapai, yang ingin dicapai, yang terjadi secara
berbenturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stres.
Seringkali individu mengalami dilema saat diharuskan memilih
diantara alternatif yang ada apalagi bila hal tersebut menyangkut
kehidupan di masa depan. Konflik bisa menjadi pemicu
timbulnya stress atau setidaknya membuat individu
mengalami ketegangan yang berkepanjangan yang akan
mengalami kesulitan untuk mengatasinya. Yusuf (2014) faktor
pemicu stres itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok berikut :
1) Stressor fisik-biologik, seperti: penyakit yang sulit
disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah
28
satu anggota tubuh, wajah yang tidak cantik atau ganteng,
dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal (seperti : terlalu
kecil, kurus, pendek, atau gemuk).
2) Stressor psikologik, seperti: negative thinking atau berburuk
sangka, frustrasi (kekecewaan karena gagal memperoleh
sesuatu yang diinginkan), hasud (iri hati atau dendam), sikap
permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan
keinginan yang di luar kemampuan.
3) Stressor Sosial, seperti iklim kehidupan keluarga : hubungan
antar anggota keluarga yang tidak harmonis (broken
home), perceraian, suami atau istri selingkuh, suami atau
istri meninggal, anak yang nakal (suka melawan kepada
orang tua, sering membolos dari sekolah, mengkonsumsi
minuman keras, dan menyalahgunakan obat-obatan
terlarang) sikap dan perlakuan orang tua yang keras, salah
seorang anggota mengidap gangguan jiwa dan tingkat
ekonomi keluarga yang rendah, lalu ada faktor pekerjaan :
kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran, kena PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja), perselisihan dengan atasan,
jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan
kemampuan dan penghasilan tidak sesuai dengan tuntutan
kebutuhan sehari-hari, kemudian yang terakhir ada iklim
lingkungan: maraknya kriminalitas (pencurian, perampokan
29
dan pembunuhan), tawuran antar kelompok (pelajar,
mahasiswa, atau warga masyarakat), harga kebutuhan
pokok yang mahal, kurang tersedia fasilitas air bersih yang
memadai, kemarau panjang, udara yang sangat panas
atau dingin, suara bising, polusi udara, lingkungan
yang kotor (bau sampah dimana-mana), atau kondisi
perumahan yang buruk, kemacetan lalu lintas bertempat
tinggal di daerah banjir atau rentan longsor, dan kehidupan
politik dan ekonomi yang tidak stabil. Ada dua macam stres
yang dihadapi oleh individu yaitu :
a) Stres yang ego-envolved : stres yang tidak sampai
mengancam kebutuhan dasar atau dengan kata lain
disebut dengan stres kecil- kecilan.
b) Stres yang ego-involved : stres yang mengancam
kebutuhan dasar serta integritas kepribadian seseorang.
Stres semacam ego involved membutuhkan penanganan
yang benar dan tepat dengan melakukan reaksi
penyesuaian agar tidak hancur karenanya. Kemampuan
individu dalam bertahan terhadap stres sehingga tidak
membuat kepribadiannya “berantakan” disebut dengan
tingkat toleransi terhadap stres. Setiap individu memiliki
tingkat toleransi yang berbeda antara satu individu
dengan individu lainnya. Individu dengan
30
kepribadian yang lemah bila dihadapkan pada stres
yang kecil-kecil sekalipun akan menimbulkan perilaku
abnormal. Berbeda dengan individu yang berkepribadian
kuat, meskipun dihadapkan pada stres yang ego envolved
kemungkinan besar akan mampu mengatasi kondisinya
(Ardani, 2013).
Menurut Greenwood III dan Greenwood Jr (dalam Yusuf,
2014) faktor- faktor yang mengganggu kestabilan (stres)
organisme berasal dari dalam maupun luar. Faktor yang
berasal dari dalam diri organisme adalah
a) Faktor Biologis, stressor biologis meliputi faktor-faktor
genetik, pengalaman hidup, ritme biologis, tidur,
makanan, postur tubuh, kelelahan, penyakit.
b) Faktor Psikologis, stressor psikologis meliputi faktor
persepsi, perasaan dan emosi, situasi, pengalaman
hidup, keputusan hidup, perilaku dan melarikan diri.
c) Faktor Lingkungan (luar individu), stressor lingkungan ini
meliputi lingkungan fisik, biotik dan sosial.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi stres seseorang dilihat dari tiga sudut
pandang yaitu sudut pandang psikodinamik, sudut pandang biologis
dan sudut pandang kognitif dan perilaku, kemudian ada faktor
tambahan berupa hambatan-hambatan yang dialami individu seperti
31
hambatan fisik, sosial dan pribadi. Menurut Lumongga (dalam
Sukoco, 2014) jenis stres tersebut dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu : distress dan eustress. Distress merupakan jenis stres negatif
yang sifatnya mengganggu individu yang mengalaminya, sedangkan
eustress adalah jenis stres yang sifatnya positif atau membangun.
Individu yang mengalami stres memiliki beberapa gejala atau
gambaran yang dapat diamati secara subjektif maupun objektif.
Hardjana (dalam Sukoco, 2014) menjelaskan bahwa individu yang
mengalami stres memiliki gejala sebagai berikut :
1) Gejala Fisikal, gejala stres yang berkaitan dengan kondisi dan
fungsi fisik atau tubuh dari seseorang.
2) Gejala Emosional, gejala stres yang berkaitan dengan keadaan
psikis dan mental seseorang.
3) Gejala Intelektual, gejala stres yang berkaitan dengan pola pikir
seseorang.
4) Gejala Interpersonal, gejala stres yang mempengaruhi
hubungan dengan orang lain, baik di dalam maupun di luar
rumah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan gejala-gejala
individu yang mengalami stres memiliki gejala fisikal, gejala
emosional, gejala intelektual dan gejala interpersonal yang dapat
mempengaruhi seseorang. Stres tersebut bisa di lihat dari dua sudut,
yang pertama dari sudut biologis berupa gejala fisik yang
32
menyangkut organ tubuh manusia dengan proses stres itu sendiri.
Stres yang terjadi dipengaruhi oleh stressor kemudian di terima oleh
reseptor yang mengirim pesan ke otak. Stressor tersebut kemudian
di terima oleh otak khususnya otak bagian depan yang
mengakibatkan bekerjanya kelenjar di dalam organ tubuh dan
otak. Organ tubuh dan otak saling bekerja sama untuk
menerjemahkan proses stres yang pada akhirnya akan
mempengaruhi sistem fungsi kerja tubuh bisa berupa sakit kepala,
tidur tidak teratur, nafsu makan menurun, mudah lelah atau
kehilangan daya energi, otot dan urat tegang pada leher dan bahu,
sakit perut, telapak tangan berkeringat dan jantung berdebar.
Kemudian sudut yang kedua berupa gejala psikis yang
menyangkut keadaan mental, emosi dan pola pikir seseorang yang
ditunjukkan dengan susah berkonsentrasi, daya ingat menurun
atau mudah lupa, produktivitas atau prestasi kerja menurun,
sering merasa jenuh, gelisah, cemas, frustrasi, mudah marah dan
mudah tersinggung. Jika kedua sudut tersebut digabungkan maka
akan membentuk suatu keterkaitan bahwa baik fisik maupun psikis
saling mempengaruhi satu sama lain saat proses stres terjadi.
Keterkaitan stres yang di alami mahasiswa terkait dengan
akademiknya yaitu karena adanya tuntutan- tuntutan yang harus
dipenuhi oleh mahasiswa tersebut. Tuntutan itu bisa berupa
tugas yang harus dikerjakan dan dikumpulkan secara bersamaan,
33
praktikum, pencarian referensi, kuliah tambahan, pembuatan
laporan yang sudah terjadwal atau deadline.
4. Tahapan Stres
Rumiani (2016) menyebutkan bahwa stres terjadi melalui tahapan :
a) Tahap 1 : stres pada tahap ini justru dapat membuat
seseorang lebih bersemangat, penglihatan lebih tajam,
peningkatan energi, rasa puas dan senang, muncul rasa gugup tapi
mudah diatasi.
b) Tahap 2 : menunjukkan keletihan, otot tegang, gangguan
pencernaan.
c) Tahap 3 : menunjukkan gejala seperti tegang, sulit tidur, badan
terasa lesu dan lemas.
d) Tahap 4 dan 5 : pada tahap ini seseorang akan tidak mampu
menanggapi situasi dan konsentrasi menurun dan mengalami
insomnia.
e) Tahap 6 : gejala yang muncul detak jantung meningkat, gemetar
sehingga dapat pula mengakibatkan pingsan.Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan tahapan stres terbagi menjadi 6 tahapan
yang tingkatan gejalanya berbeda-beda di setiap tahapan.
5. Strategi Menghadapi Stres
Menurut Ardani (2013) ada dua strategi yang bisa
digunakan untuk menghadapi stres, yaitu :
a. Strategi menghadapi stres dalam perilaku.
34
1. Memecahkan persoalan secara tenang.
Yaitu mengevaluasi kekecewaan atau stres dengan
cermat kemudian menentukan langkah yang tepat untuk
diambil, setelah itu mempersiapkan segala upaya dan daya
serta menurunkan kemungkinan bahaya.
2. Agresi.
Stres sering berpuncak pada kemarahan atau agresi.
Sebenarnya agresi jarang terjadi namun apabila hal itu
hanyalah berupa respon penyesuaian diri. Contohnya adalah
mencari kambing hitam, menyalahkan pihak lain dan kemudian
melampiaskan agresinya kepada sasaran itu.
3. Regresi
Yaitu kondisi ketika seseorang yang menghadapi stres
kembali lagi kepada perilaku yang mundur atau kembali ke
masa yang lebih muda (memberikan respons seperti orang
dengan usia yang lebih muda).
4. Menarik diri.
Merupakan respon yang paling umum dalam mengambil
sikap. Bila seseorang menarik diri maka dia memilih untuk
tidak mengambil tindakan apapun. Respon ini biasanya
disertai dengan depresi dan sikap apatis.
35
5. Mengelak.
Seorang yang mengalami stres terlalu lama, kuat dan
terus menerus maka ia akan cenderung mengelak. Contoh
mengelak adalah mereka melakukan perilaku tertentu secara
berulang-ulang. Hal ini sebagai pengelakkan diri dari
masalah demi mengalahkan perhatian. Dalam usaha
mengelakkan diri, orang Amerika biasanya menggunakan
alkohol, obat penenang, heroin dan obat-obatan dari
bahan kimia lainnya.
b. Strategi menghadapi stres secara kognitif
1. Represi
Adalah upaya untuk menyingkirkan frustasi, stres dan
semua yang menimbulkan kecemasan.
2. Menyangkal kenyataan
Menyangkal kenyataan mengandung unsur penipuan diri.
Bila seseorang menyangkal kenyataan maka ia menganggap
tidak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan
maksud untuk melindungi dirinya sendiri.
3. Fantasi
Dengan berfantasi orang sering merasa dirinya mencapai
tujuan dan dapat menghindarkan dari frustasi dan stres.
Orang yang sering melamun kadang- kadang menemukan
bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada
36
kenyataan yang sesungguhnya. Bila fantasi dilakukan secara
sedang-sedang dan dalam pengendalian kesadaran yang baik,
maka frustasi menjadi cara yang sehat untuk mengatasi stres.
4. Rasionalisasi
Rasionalisasi ini dimaksudkan segala usaha seseorang
untuk mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk
membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk.
Rasionalisasi juga bisa muncul ketika seseorang menipu
dirinya sendiri dengan pura-pura menganggapnya buruk adalah
baik atau sebaliknya.
5. Intelektualisasi
Seseorang yang menggunakan taktik ini maka yang
menjadi masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan
sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan
secara emosional. Dengan intelektualisasi seseorang
setidaknya dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya
tidak menyenangkan bagi dirinya dan memberikan kesempatan
pada dirinya untuk meninjau permasalahan secara subjektif.
6. Pembentukan reaksi
Seseorang dikatakan berhasil menggunakan metode ini
bila dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan
sesungguhnya baik represi atau supresi dan menampilkan
wajah yang berlawanan dengan kenyataan yang dihadapi.
37
7. Proyeksi
Seseorang yang menggunakan teknik ini biasanya sangat
cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi orang lain yang tidak
ia sukai dengan sesuatu yang dia perhatikan itu akan
diperbesar-perbesarnya lagi. Teknik ini mungkin dapat
digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus
menghadapi kenyataan akan keburukan dirinya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ada dua strategi
menghadapi stres, yaitu strategi menghadapi stres dalam
perilaku yang terdiri dari memecahkan persoalan secara
tenang, agresi, regresi, menarik diri dan mengelak. Sedangkan
strategi yang kedua adalah strategi menghadapi stres secara
kognitifyang terdiri dari represi, menyangkal kenyataan, fantasi,
rasionalisasi, intelektualisasi, pembentukan reaksi dan proyeksi.
38
B. Landasan Teori
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Boyce dkk,
2011). Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:
primigravida, primipaternitas, hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa,
kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar, umur
yang ekstrim, riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia, penyakit-
penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, status gizi,
kecemasan, obesitas (Prawirohardjo, 2013).
Ibu hamil dengan gizi kurang berisiko mengalami gangguan
metabolisme seperti resistensi insulin, diabetes, hipertensi dan
dislipidemia (Kramer, 2013), serta meningkatkan risiko aterosklerosis dan
kardiovaskular pada keturunannya (Wegierek, 2014; Zhang et al, 2013).
Oleh karena itu ibu hamil harus memperhatikan asupan gizi seimbang saat
mulai kehamilan khususnya makanan tinggi protein atau purin seperti
daging, ikan, hati, limpa dan kacang-kacangan. Ibu hamil dengan status
gizi kurang menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga dapat terjadi
hemokonsentrasi dan sirkulasi darah kejaringan terlambat. Akibatnya
konsumsi oksigen dan makanan kejaringan berkurang sehingga akan
menimbulkan kerusakan jaringan salah satunya plasenta sehingga dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi plasenta yang berisiko mengakibatkan
terjadinya hipertensi (Hidayati, 2013).
39
Selain itu perubahan psikologis pada ibu hamil yang berisiko untuk
terjadinya hipertensi dalah kehamilan salah satunya yaitu stress. Stress
pada ibu hamil berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan bayi yang
akan dilahirkannya, persiapan biaya yang dibutuhkan saat persalinan,
dan perawatan bayi yang akan dilahirkan. Ketakutan pada ibu hamil
meliputi ketakutan akan kematian setelah melahirkan (Hati, 2013).
Menurut Tobing (2007) dalam Qodriyah (2013), ibu hamil yang
mengalami kecemasan dapat mengakibatkan tekanan darahnya naik.
40
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian hubungan pola makan dan stress
dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018 dimodifikasi Prawirohardjo (2013); Boyce dkk (2011); Nuryani (2012); Romauli (2014); Qodriyah (2013); Taslim (2016).
1. Primigravida 2. Hiperplasentosis, seperti
molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur yang ekstrim. 4. Riwayat keluarga yang pernah
mengalami preeklampsia dan eklampsia
5. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas 7. Status Gizi 8. Stress
Dysfungsi endotel vaskular
Hipertensi Pada Ibu Hamil
41
D. Kerangka Konsep
Keterangan: Variabel bebas : status gizi dan stress Variabel terikat : hipertensi pada ibu hamil
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian hubungan status gizi dan stress dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018
E. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun
2018.
2. Ada hubungan stress dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018.
Status gizi
hipertensi pada ibu hamil
Stress
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah observasional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan status gizi dan stress dengan kejadian
hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota
Kendari Tahun 2018. Rancangan penelitian menggunakan cross
sectional (belah lintang) karena data penelitian (variabel independen dan
variabel dependen) dilakukan pengukuran pada waktu yang
sama/sesaat. Berdasarkan pengolahan data yang digunakan,
penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif (Notoatmodjo, 2012)
v
Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional
Ibu hamil
Hipertensi
Status Gizi a. Baik b. Kurang
Stress ibu a. Stress b. Tidak cemas
Hipertensi Tidak Hipertensi
Tidak Hipertensi
43
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas lepo-Lepo Kota
Kendari pada bulan Juli tahun 2018.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di
Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari bulan Mei 2018 yang
berjumlah 37 ibu hamil.
2. Sampel dalam penelitian adalah ibu hamil di Puskesmas lepo-Lepo
Kota Kendari yang berjumlah 37 ibu hamil. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik total sampiling. Adapun kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
1) Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan.
b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
1) Ibu yang menderita penyakit berat dan infeksi.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu hipertensi pada ibu hamil
2. Variabel bebas (independent) yaitu status gizi, stress ibu.
E. Definisi Operasional
1. Hipertensi pada ibu hamil adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg. Skala ukur adalah nominal.
44
Kriteria objektif
a. Hipertensi
b. Tidak hipertensi
(Boyce dkk, 2011)
2. Status gizi ibu hamil adalah gambaran terpenuhinya kebutuhan gizi
ibu hamil yang diukur dengan menggunakan pita LILA sesuai
status ibu. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Gizi baik: jika ukuran LILA ≥ 23,5 cm
b. Gizi kurang: jika ukuran LILA < 23,5 cm
(Supariasa, 2012)
3. Stress ibu adalah kondisi dimana suatu tekanan atau sesuatu
yang terasa menekan dalam diri individu yang dirasakan oleh ibu.
Skala ukur adalah ordinal. Kriteria objektif:
a. Tidak stress jika nilai < 15
b. stres ringan jika nilai 15-18
c. stres sedang jika nilai 19-25
d. stres berat jika nilai 26-33
e. stres sangat berat jika nilai >33
(Rumiani, 2016)
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner
mengenai hipertensi pada ibu hamil, status gizi, stress ibu.
45
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
mengenai hipertensi pada ibu hamil, status gizi, stress ibu. Hipertensi
pada ibu hamil diukur dengan menggunakan tensimeter. Status gizi
diukur menggunakan pita LILA. stress ibu diukur menggunakan
kuesioner tentang stress.
H. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 5 : Alur penelitian
I. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Ibu hamil
Sampel Ibu hamil berjumlah 37 orang
Pengumpulan data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
46
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
b. Analisis data
1. Univariat
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan
uraikan dalam bentuk table dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
f : variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
K: konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai
Kxn
fX =
47
2. Bivariat
Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent
variable dan dependent variable. Uji statistik yang digunakan
adalah Chi-Square. Adapun rumus yang digunakan untuk
Chi-Square adalah :
X2 =( )fe
fefo∑ −2
Keterangan :
Σ : Jumlah
X2 : Statistik Shi-Square hitung
fo : Nilai frekuensi yang diobservasi
fe : Nilai frekuensi yang diharapkan
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada
hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p
value > 0,05 atau X2 hitung ≥ X2 tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel
maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada
hubungan.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Geografi
a) Wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo terdiri dari 4 kelurahan
(Lepo-lepo, Wundudopi, Baruga, Watubangga) yang
merupakan wilayah Kecamatan Baruga.
b) Luas wilayah kerja : 13.130 Ha
c) Batas – batas wilayah :
� Sebelah Utara : Kecamatan Wua-wua dan Kecamatan
Kadia
� Sebelah Timur : Kecamatan Poasia
� Sebelah Selatan : Kecamatan Konda ( Kab.Konsel )
� Sebelah Barat : Kecamatan Ranomeeto (Kab.Konsel)
dan
Kecamatan Mandonga Kota Kendari.
d) Keadaan Alam : 80 % dataran dan 20 % Perbukitan.
e) Prasarana Transportasi : ± 85 % jalan aspal dan ± 15 % jalan
berbatu dan tanah.
2. Kependudukan/Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo
pada tahun 2017 sebanyak 23211 jiwa yang tersebar di 4 kelurahan
49
(Lepo-lepo, Wundudopi, Baruga, Watubangga). Distribusi penduduk
per kelurahan disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1 Distribusi Penduduk Per Kelurahan Tahun 2017
No. Nama Kelurahan Jumlah KK Jumlah Jiwa
1. Lepo - Lepo 1184 5102 2. Wundudopi 802 3751 3. Baruga 2018 8940 4. Watubangga 1521 5418
JUMLAH 5525 23211
Berdasarkan tabel di atas,terlihat bahwa jumlah penduduk
terbanyak di Kelurahan Baruga yaitu 8940 jiwa dari 2018 KK dan
yang paling sedikit di Kelurahan Wundudopi yaitu 3751 jiwa yang
terhimpun dalam 802 KK.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk
meningkatkan sumber daya manusia. Di Wilayah Puskesmas
Lepo-lepo jumlah sarana pendidikan terbagi: Taman Kanak-
kanak (TK) berjumlah 18 sekolah, Sekolah Dasar (SD)
berjumlah 12 sekolah, SMP berjumlah 6 sekolah dan SMA
berjumlah 6 sekolah. Sedangkan Perguruan Tinggi ada 2 yaitu
STAIN dan UNSULTRA. Data lebih lengkap terlihat pada tabel
jumlah sarana Pendidikan di wilayah Puskesmas Lepo-lepo
tahun 2017.
50
b. Agama
Perkembangan pembangunan dibidang spiritual dapat
dilihat dari banyanyaknya sarana peribadatan masing-masing
agama. Menurut data statistic tahun 2017 Penduduk
Kecamatan Baruga sebagian besar menganut agama Islam.
Jumlah sarana ibadah dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2 Sarana Tempat Ibadah di Wilayah Puskesmas Lepo-lepo
Tahun 2017
No
Kelurahan
Jenis Sarana Masjid Gereja
1. Lepo-lepo 8 1 2. Wundudopi 9 1 3. Baruga 14 2 4. Watubangga 10 0
Jumlah 41 4
4. Keadaan Lingkungan
a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan
beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan social
sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara
produktif. Syarat-syarat rumah sehat antara lain : memiliki
sarana air bersih, memiliki jamban yang sehat, memiki tempat
pembuangan sampah yang tertutup, ada sarana pembuangan
air limbah yang sehat, ventilasi dan jendela yang cukup, atap
lantai dan dinding kedap air serta kepadatan hunian rumah
sesuai dengan luas rumah.
51
Dari data yang terkumpul menunjukkan bahwa jumlah
rumah yang diperiksa sebanyak 4944 dan rumah yang sehat
sebanyak 4670 (92,2%). Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa sebagian besar rumah yang ada di wilayah Puskesmas
Lepo-lepo kondisinya sudah cukup memenuhi syarat-syarat
kesehatan/mempunyai fasilitas sanitasi kesehatan sesuai criteria
rumah sehat.
b. Akses Terhadap Air Bersih
Air merupakan sumber dari kehidupan manusia.
Kebutuhan manusia akan air sangatlah komplek antara lain
untuk minum, masak, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Air
yang tidak sehat dapat menjadi perantara penyakit, oleh karena
itu air harus memenuhi syarat-syarat kesehatan agar tidak
mengganggu kesehatan manusia antara lain tidak berbau, tidak
berasa dan tidak berwarna, selain itu air juga tidak
terkontaminasi oleh bakteri pathogen serta tidak mengandung
zat-zat kimia yang berbahaya dalam jumlah yang melebihi
ambang batas yang ditentukan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, masyarakat di
wilayah Puskesmas Lepo-lepo mengakses air dari berbagai
sumber yaitu penduduk yang menggunakan sumur gali
terlindung sebanyak 5.041 jiwa, sumur bor sebanyak 14236 jiwa
dan PDAM sebanyak 504 jiwa.
52
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
sebagian besar masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air
yaitu menggunakan sumur bor. Banyaknya masyarakat memakai
sumur bor dikarenakan dalam pembuatan sumur bor tidak perlu
lokasi yang luas serta air yang dihasilkan banyak dan lebih
jernih, selain itu 1 sumur bor juga dapat memenuhi kebutuhan air
untuk beberapa keluarga. Akan tetapi rata-rata air sumur bor
mengandung kapur yang tinggi, oleh karena itu dalam
mengkonsumsi air untuk minum atau untuk memasak yang lain
sebaiknya memakai air yang telah direbus dahulu untuk
mengurangi kandungan kapur yang terdapat dalam air tersebut.
c. Ketersediaan Jamban
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan
untuk membuang kotoran/tinja manusia. Jamban keluarga yang
sehat harus memenuhi syarat antara lain : tidak mencemari
sumber air minum, tertutup ( leher angsa ) tidak berbau, mudah
dibersihkan, aman digunakan, ada pelindung yang kedap air,
penerangan dan ventilasi cukup, bebas serangga dan tikus serta
tersedia air bersih.
Pada tahun 2017 jumlah KK yang mempunyai jamban
yang sehat di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo sebanyak
4878 (86,57%). Ada beberapa KK yang belum mempunyai
jamban sehat hal ini disebabkan karena mereka menganggap
53
jamban belum merupakan suatu kebutuhan, selain itu juga masih
luas pekarangan rumah dan kebun mereka sehingga mereka
memanfaatkan kebun untuk membuang kotoran (buang air
besar).
d. Keadaan Perilaku Masyarakat
1) Jaminan Kesehatan Pra Bayar
Dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pembiayaan kesehatan sudah sejak lama
dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan
kesehatan bagi masyarakat. Saat ini berkembang berbagai
cara pembiayaan kesehatan antara lain Jamkesda, Kartu
Indonesia Sehat, BPJS Ketenagakerjaan yang merupakan
transformasi dari program Jamsostek serta BPJS Kesehatan
yang merupakan peleburan dari Askes dan Jamkesmas.
Untuk masyarakat wilayah kota Kendari diberi pelayanan
gratis untuk berobat di rawat jalan dengan menunjukkan
kartu identitas diri (KTP/SIM).
Pada tahun 2016 jumlah peserta BPJS (mandiri, PNS,
ketenagakerjaan, Jamkesda, KIS) adalah sebanyak 19085
peserta. Jumlah besaran kapitasi adalah Rp. 6000,- per
kepala. Jumlah peserta BPJS tersebut bukan hanya berasal
dari wilayah Puskesmas Lepo-lepo saja tapi juga berasal dari
wilayah Pusksmas lain tetapi mereka lebih memilih
54
Puskesmas Lepo-lepo karena alasan lebih mudah dijangkau
dan dekat dengan jalan raya.
2) PHBS Masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
ada 4 faktor yaitu: Perilaku, Pelayanan Kesehatan,
Lingkungan dan Genetik. Dari 4 faktor tersebut factor
perilaku merupakan factor yang besar pengaruhnya terhadap
masalah kesehatan oleh karena itu diharapkan masyarakat
mampu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada tahun 2017 jumlah rumah tangga yang dilakukan
survey PHBS di wilayah Puskesmas Lepo-lepo sebanyak
3917 (76,19%) rumah. Dari 3917 Rumah Tangga yang
dipantau yang dinyatakan sehat sebanyak 3028 Rumah
Tangga (58,88%). Ada 10 indikator dalam PHBS namun
mayoritas Rumah Tangga hanya memenuhi beberapa
indicator hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan,
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan
masih kurang, antara lain masih ada yang menganggap
jamban bukan merupakan kebutuhan yang penting sehingga
mereka membuang kotorannya disembarang tempat seperti
di kali atau di kebun sehingga dapat menularkan penyakit
seperti Diare, Kecacingan dan lain-lain. Kebiasaan merokok
55
merupakan kebiasaan buruk yang sulit untuk dihilangkan,
dan sebagian rumah yang dilakukan PHBS ada penghuni
rumah yang mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
Di dalam rokok terkandung berbagai macam zat kimia
berbahaya yang tidak hanya membahayakan perokok sendiri
tapi juga orang lain yang menghisap asap rokok tersebut
oleh karena itu apabila perokok belum bisa menghentikan
kebiasaan merokoknya disarankan agar tidak merokok di
dalam rumah agar asap rokok tidak terhisap penghuni rumah
yang lain. Masih banyak kebiasaan yang dianggap sepele
namun mereka kurang menyadari bahwa kebiasaan tersebut
dapat menyebabkan sakit seperti tidak mencuci tangan
sebelum makan.
4. Hasil Penelitian
Penelitian hubungan status gizi dan stress dengan kejadian
hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota
Kendari Tahun 2018 telah dilaksanakan pada bulan pada bulan Juli 2017.
Sampel penelitian adalah ibu hamil di Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari
yang berjumlah 37 ibu hamil. Data yang telah terkumpul diolah dan
dianalisis. Hasil penelitian terdiri dari analisis univariabel dan bivariabel.
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut
56
1. Analisis Univariabel
Analisis univariabel adalah analisis tiap variabel. Analisis
univariabel dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap variabel
baik variabel terikat maupun variabel bebas yang kemudian
ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis univariabel
pada penelitian ini, yaitu analisis kejadian hipertensi, status gizi dan
stress. Hasil analisis univariabel sebagai berikut:
a. Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun
2018
Hipertensi pada ibu hamil adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik
≥90 mmHg. Hipertensi pada ibu hamil dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua yaitu hipertensi dan tidak hipertensi. Hasil penelitian
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah
Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018
Kejadian Hipertensi Frekuensi (n)
Persentase (%)
Hipertensi 16 43,2 Tidak Hipertensi 21 56,8
Total 37 100 Sumber : Data Primer
Dari 37 ibu, jumlah kejadian hipertensi dalam kehamilan
sebanyak 16 orang (43,2%).
57
b. Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018
Status gizi ibu hamil adalah gambaran terpenuhinya
kebutuhan gizi ibu hamil yang diukur dengan menggunakan pita
LILA sesuai status ibu. Status gizi ibu hamil dalam penelitian ini
dibagi menjadi dua yaitu gizi baik (LILA ≥ 23,5 cm) dan gizi kurang
(LILA < 23,5 cm). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018
Status Gizi Ibu Hamil Frekuensi (n)
Persentase (%)
Gizi baik 23 62,2 Gizi kurang 14 37,8
Total 37 100 Sumber : Data Primer
Dari 37 ibu, status gizi ibu hamil terbanyak adalah status gizi baik
sebanyak 23 orang (62,2%).
c. Distribusi Frekuensi Stress Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018
Stress ibu adalah kondisi dimana suatu tekanan atau sesuatu
yang terasa menekan dalam diri individu yang dirasakan oleh ibu. Stress
dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 yaitu tidak stres (nilai < 15), stres
ringan (nilai 15-18), stres sedang (nilai 19-25), stres berat (nilai 26-33),
stres sangat berat (nilai >33). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.
58
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Stres Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari Tahun 2018
Stres Ibu Hamil Frekuensi (n) Persentase (%)
Stres sangat berat 0 0 Stres berat 0 0
Stres sedang 3 8,1 Stres ringan 11 29,7 Tidak stress 23 62,2
Total 37 100 Sumber : Data Primer
Hasil penelitian menyatakan bahwa dari 37 responden, ibu hamil
lebih banyak yang tidak mengalami stress sebanyak 23 orang (62,2%).
2. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel dilakukan untuk menganalisis hubungan dua
variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat digunakan
Uji Kai Kuadrat atau Chi Square. Untuk melihat besarnya risiko, uji yang
digunakan adalah Odds Ratio (OR). Analisis bivariabel pada penelitian ini
yaitu analisis hubungan status gizi dan stress dengan kejadian hipertensi
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun
2018. Hasil analisis bivariabel dapat dilihat pada tabel 6 dan 7.
59
Tabel 6 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018
Status Gizi
Hipertensi Ibu Hamil X2 (p) Hipertensi Tidak Hipertensi
n % n %
Baik 6 16,2 17 45,9 7,290 (0,007) Kurang 10 27,0 4 10,8
Sumber: Data Sekunder 2015-2017 p<0,05
Hasil analisis Chi Square dan nilai OR pada tabel 6 diperoleh hasil
bahwa ada hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018
(p=0,007; X2=7,290).
Tabel 7 Hubungan Stress Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018
Stress Gizi
Hipertensi Ibu Hamil X2 (p) Hipertensi Tidak Hipertensi
n % n %
Tidak stress 6 16,2 17 45,9 8,560 (0,014) Ringan 7 18,9 4 10,8
Sedang 3 8,1 0 0 Sumber: Data Sekunder 2015-2017
p<0,05
Hasil analisis Chi Square dan nilai OR pada tabel 6 diperoleh hasil
bahwa ada hubungan stress dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018 (p=0,014;
X2=8,560).
60
C. Pembahasan
1. Hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari
Tahun 2018
Ada hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari
Tahun 2018 (p=0,007; X2=7,290). Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Rajamuda (2016) yang berjudul “faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil di poli klinik Obsetri Ginekologi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
V.L Ratumbuysang kota Manado” didapatkan kejadian hipertensi
ibu hamil pada umur <20 tahun 117 orang (56,5%), status gizi
kurang berisiko 109 (52,7%), dan pada riwayat hipertensi
(preeklamsi-eklamsi) 115 orang (55,6 %). Hasil bivariat yaitu
terdapat hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi pada
ibu hamil (p=0,002), terdapat hubungan antara pola makan
berisiko dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai
p=0,000 dan terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan
kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan nilai p=0,002 (p<0,005)
(Rajamuda, 2014). Demikian pula hasil penelitian Jumaiza dkk
(2018) menyatakan bahwa ada hubungan status gizi dengan
dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil Trimester III”.
61
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg (Boyce dkk, 2011). Terdapat banyak faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan
dalam faktor risiko sebagai berikut: primigravida, primipaternitas,
hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar, umur yang ekstrim,
riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia, penyakit-penyakit
ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, status gizi,
kecemasan, obesitas (Prawirohardjo, 2013).
Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih
dari nutriture seorang individu dalam suatu variabel. Status gizi
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk
variabel tertentu (Supariasa, 2012), sedangkan menurut Almatsier
(2011) menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat- zat gizi.
Dibedakan gizi baik, kurang dan buruk. Status gizi ibu hamil dapat
diketahui melalui mengukur tinggi badan, penambahan berat
badan, ketebalan jaringan lemak bawah kulit serta lingkar lengan
atas.
Ibu hamil dengan gizi kurang berisiko mengalami gangguan
metabolisme seperti resistensi insulin, diabetes, hipertensi dan
62
dislipidemia (Kramer, 2013), serta meningkatkan risiko
aterosklerosis dan kardiovaskular pada keturunannya (Wegierek,
2014; Zhang et al, 2013). Oleh karena itu ibu hamil harus
memperhatikan asupan gizi seimbang saat mulai kehamilan
khususnya makanan tinggi protein atau purin seperti daging, ikan,
hati, limpa dan kacang-kacangan. Ibu hamil dengan status gizi
kurang menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga dapat
terjadi hemokonsentrasi dan sirkulasi darah kejaringan terlambat.
Akibatnya konsumsi oksigen dan makanan kejaringan berkurang
sehingga akan menimbulkan kerusakan jaringan salah satunya
plasenta sehingga dapat menyebabkan terjadinya disfungsi
plasenta yang berisiko mengakibatkan terjadinya hipertensi
(Hidayati, 2013).
2. Hubungan stress dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun
2018
Ada hubungan stress dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun
2018 (p=0,014; X2=8,560). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Taslim (2016) menyatakan bahwa ada hubungan stres
dengan hipertensi selama kehamilan grade 2. Tingginya kejadian
hipertensi dalam kehamilan mempunyai kaitan erat dengan angka
kesakitan dan kematian pada janin, dan masih banyaknya
63
faktor risiko serta belum sempurnanya pengelolaan menyebabkan
prognosa yang buruk baik ibu maupun janinnya. Demikian pula
hasil penelitian Jumaiza dkk (2018) menyatakan bahwa ada
hubungan stress dengan dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu
Hamil Trimester III”.
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg (Boyce dkk, 2011). Terdapat banyak faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan
dalam faktor risiko sebagai berikut: primigravida, primipaternitas,
hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar, umur yang ekstrim,
riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia, penyakit-penyakit
ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, status gizi,
kecemasan, obesitas (Prawirohardjo, 2013).
Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan
sebagai “stres”. Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada
sebuah kondisi seseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan
dan atau waktu yang membuatnya sulit memfungsikan secara
efektif semua wilayah kehidupan. Keadaan ini dapat mengakibatkan
munculnya cukup banyak gejala, seperti depresi, kelelahan kronis,
mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas kerja yang rendah
(Richards, 2015). Hawari (dalam Yusuf, 2014) berpendapat bahwa
64
istilah stres tidak dapat dipisahkan dari distress dan depresi, karena
satu sama lainnya saling terkait. Stres merupakan reaksi fisik
terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan apabila
fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan
depresi merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang
dialaminya. Dalam banyak hal manusia akan cukup cepat untuk pulih
kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stres. Manusia
mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk
dipakai dan diisi kembali bilamana perlu.
Sarafino (2014) mendefinisikan stres adalah kondisi yang
disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal
dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan
sosial dari seseorang. Stres adalah tekanan internal maupun eksternal
serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and
eksternal pressure and other troublesome condition in life). Ardani
(2015) mendefinisikan stress merupakan suatu keadaan tertekan
baik itu secara fisik maupun psikologis.
Menurut Richard (2015) stres adalah suatu proses yang menilai
suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun
membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level
fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stres dapat saja positif (misalnya merencanakan
65
perkawinan) atau negatif (contoh: kematian keluarga). Sesuatu
didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressful event) atau
tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu
terhadapnya. Compas (dalam Preece, 2011) berpendapat bahwa stres
adalah suatu konsep yang mengancam dan konsep tersebut
terbentuk dari perspektif lingkungan dan pendekatan yang
ditransaksikan. Baum (dalam Yusuf, 2004) mendefinisikan stres
sebagai pengalaman emosional yang negatif yang disertai dengan
perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang
diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau
mengakomodasikan dampak-dampaknya.
Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2015) stres adalah
suatu perasaan yang dialami apabila seseorang menerima tekanan.
Tekanan atau tuntutan yang diterima mungkin datang dalam
bentuk mengekalkan jalinan perhubungan, memenuhi harapan
keluarga dan untuk pencapaian akademik. Lazarus dan Folkman
(dalam Evanjeli, 2012) yang menjelaskan stres sebagai kondisi
individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi stres terjadi karena
ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi individu dan
kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut. Individu
membutuhkan energi yang cukup untuk menghadapi situasi stres agar
tidak mengganggu kesejahteraannya.
66
Selain itu perubahan psikologis pada ibu hamil yang berisiko
untuk terjadinya hipertensi dalah kehamilan salah satunya yaitu
stress. Stress pada ibu hamil berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan bayi yang akan dilahirkannya, persiapan biaya yang
dibutuhkan saat persalinan, dan perawatan bayi yang akan
dilahirkan. Ketakutan pada ibu hamil meliputi ketakutan akan
kematian setelah melahirkan (Hati, 2013). Menurut Tobing (2007)
dalam Qodriyah (2013), ibu hamil yang mengalami kecemasan dapat
mengakibatkan tekanan darahnya naik.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari 37 ibu, jumlah kejadian hipertensi dalam kehamilan sebanyak 16
orang (43,2%).
2. Dari 37 ibu, status gizi ibu hamil terbanyak adalah status gizi baik
sebanyak 23 orang (62,2%).
3. Dari 37 responden, ibu hamil lebih banyak yang tidak mengalami
stress sebanyak 23 orang (62,2%).
4. Ada hubungan status gizi dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun
2018 (p=0,007; X2=7,290).
5. Ada hubungan stress dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018
(p=0,014; X2=8,560).
B. Saran
1. Ibu hamil diharapkan untuk selalu menjaga kehamilannya terutama
asupan gizinya selama kehamilan.
2. Petugas kesehatan diharapakan selalu memberikan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat tentang hipertensi dalam kehamilan
serta faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi dalam
kehamilan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2011) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Umum.
Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan,
& Macro International Inc. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta.
Bennet, V. R., Brown, L. K. (2014). Miles Textbook of Midwives. Toronto: Churchill Livingstone.
Boejang, RF. (2012) Neonatus dari ibu preeklamsi dan eklamsi di
RSCM. Seminar dan lokakarya penanganan preeklamsi.
Jakarta: RSCM.
Bobak,I.M., Lowdermilk,D.L., Jensen,M.D. (2015). Buku ajar keperawatan
maternitas. Jakarta: EGC.
Dinkes Sultra (2016) Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara. Kendari: Dinkes Sultra.
Estina, Vania, C. (2015) Karakteristik Penderita Preeklamsi dan Eklamsi
yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Hawari, D, (2014) Manajemen Stress, Cemas, Depresi. Jakarta: FKUI.
Hidayati, R. ( 2013). Asuhan Keperawatan pada Kehamilan
Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Jumaiza, Indra, I., Santika, S. (2018) Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil
Trimester III. J Nutr;133(5 Suppl 2):1562S–1570S.
Kaplan, HI., Sadock, BJ., Grebb, Hack A. (2015) Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Kramer, M.S. (2013) The epidemiology of adverse pregnancy outcomes:
an overview. J Nutr;133(5 Suppl 2):1592S–1596S.
Lalage, Z., (2015) Menghadapi Kehamilan Berisisko Tinggi. Jakarta: EGC.
68
Notoatmodjo, S., (2012) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Paath, (2015) Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Prawiroharjdo, (2013) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjdo.
Puskesmas Lepo-Lepo, (2017). Profil Kesehatan Puskesmas Lepo-lepo
Tahun 2016. Ranomeeto: Puskesmas Lepo-lepo.
Radjamuda, A., Montolalu, E., (2014) Faktor-Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Poli
Klinik Obs-Gin Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Kota Manado. Journal Kesehatan Masyarakat Menado.
Supariasa, I., Bakri, B., dan Fajar, I. (2012) Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC.
Tanjung, T.M., (2014) Preeklamsia: Hubungan Perubahan Kadar Faktor Fibrinolisi Darah Ibu dengan Kadar Gas Darah Tali Pusat. Edisi 1. Medan: Pustaka Bangsa Press.
Taslim., Ningrum, Erma, W. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media.
Tiran, D. (2017). Fisiologi Kehamilan. Jakarta: EGC
Tobing, N. (2007) Cek Rutin Tensi Anda. Ayahbunda. Jakarta: PT. Aspirasi.
Wegierek, D.S (2014) Intrauterine nutrition: long-term consequences for
vascular health. International Journal of Women’s Health;6: 647–
656.
Williams. (2014). Williams Obstetrics, 21 Ed, Vol 2. Jakarta: EGC.
WHO Study Group. (2015) The hypertensive disorders of pregnancy.
WHO technical report series no 758. Geneva: World Health
Organitation.
LAMPIRAN
MASTER TABEL PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KECEMASAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LEPO-LEPO KOTA KENDARI
TAHUN 2018
N
O NAMA UMUR GPA PENDIDIKAN STATUS GIZI STRESS TD HIPERTENSI
TES DASS
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah. 1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang. 2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering. 3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.
No PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.
3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
4 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan.
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ’copot’).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
9 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir.
10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.
14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.
No PERNYATAAN 0 1 2 3
16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.
17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
19 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.
21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.
22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.
24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan.
25 Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah).
26 Saya merasa putus asa dan sedih.
27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
28 Saya merasa saya hampir panik.
29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal.
30 Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.
31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah.
34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.
35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan.
37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.
38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.
39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).
42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu.
Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.
Ibu / saudara responden
di Puskesmas Lepo - lepo
Nama saya Peb ian t i mahasiswa Program D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Kendari Jurusan Kebidanan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang
bertujuan mengetahui hubungan status gizi dan stress dengan kejadian hipertensi
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2018 Kota
Kendari, yang mana penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berpartisipasi
menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat
sukarela dan tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika ibu
bersedia, saya akan memberikan lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang
telah disediakan untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin
kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan digunakan
hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan partisipasinya
disampaikan terima kasih.
Kendari, 2018 Responden Peneliti
/////.
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STRESS DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
TAHUN 2018
No. Responden :///// Diisi oleh peneliti
Karakteristik Responden 1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan Terakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. PERGURUAN TINGGI
4. Pekerjaan :
a. PNS
b. Swasta
c. Wiraswasta
d. Tidak Bekerja
5. Hamil Ke :
6. LILA :
7. Tekanan darah :
NO NAMA STATUS GIZI STRESS HIPERTENSI
1 Ny. N KURANG RINGAN YA
2 Ny. A BAIK TIDAK TIDAK
3 Ny. N BAIK TIDAK YA
4 Ny. S KURANG TIDAK TIDAK
5 Ny.M BAIK TIDAK TIDAK
6 Ny.K KURANG RINGAN YA
7 Ny.W BAIK TIDAK TIDAK
8 Ny. S BAIK TIDAK YA
9 Ny. E KURANG TIDAK TIDAK
10 Ny. I BAIK RINGAN TIDAK
11 Ny. K BAIK TIDAK YA
12 Ny. L KURANG RINGAN TIDAK
13 Ny. A KURANG RINGAN YA
14 Ny. R BAIK TIDAK TIDAK
15 Ny. M BAIK TIDAK YA
16 Ny. L BAIK RINGAN TIDAK
17 Ny. H KURANG SEDANG YA
18 Ny. F BAIK TIDAK TIDAK
19 Ny. A BAIK RINGAN YA
20 Ny. A BAIK TIDAK TIDAK
21 Ny. O KURANG TIDAK YA
22 Ny. H BAIK TIDAK TIDAK
23 Ny. M BAIK SEDANG YA
24 Ny. S BAIK TIDAK TIDAK
25 Ny. A KURANG RINGAN YA
26 Ny. I BAIK TIDAK TIDAK
27 Ny. W BAIK TIDAK TIDAK
28 Ny. N KURANG RINGAN YA
29 Ny. D BAIK TIDAK TIDAK
30 Ny. T BAIK TIDAK TIDAK
31 Ny.A KURANG TIDAK YA
32 Ny. F BAIK TIDAK TIDAK
33 Ny. R BAIK TIDAK TIDAK
34 Ny. U KURANG RINGAN YA
35 Ny. A KURANG TIDAK TIDAK
36 Ny. B BAIK RINGAN TIDAK
37 Ny. L KURANG SEDANG YA
TAHUN 2018
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STRESS DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI
MASTER TABEL