i
SKRIPSI
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN
HARGA DIRI REMAJA
(Studi di MTs Darul Ulum kelas VII dan VIII Ranupakis Klakah Lumajang)
FENI ROFIKA NURDIYANA EKA WIJAYA
13.321.0231
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
ii
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN
HARGA DIRI REMAJA
(Studi di MTs Darul Ulum kelas VII dan VIII Ranupakis Klakah Lumajang)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada
Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang
FENI ROFIKA NURDIYANA EKA WIJAYA
133210231
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
iii
iv
v
vi
MOTTO
JANGAN TAKUT GAGAL KARENA PROSES TIDAK AKAN PERNAH
MENGHIANATI HASIL
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan beribu-ribu nikmat
dan hidayah di setiap detik hidup dan langkahku, tempatku berlindung, berdoa dan
memohon segala sesuatu. Dengan segala kerendahan hati kepersembahkan karya
tulis ini untuk :
1. Kedua orang tuaku Bapak Abd Rofiq dan Ibu Nur Rocmah yang telah
senantiasa mendukung dan mendo’akan aku sehingga bisa menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini dengan lancar.
2. Terimakasih kepada Adikku tersayang Alfitri Novita yang selalu memberi
semangat.
3. Terimakasih kepada selaku Pembimbing utama Inayatur
Rosyidah.,S.Kep.Ns.,M.Kep dan selaku pembimbing kedua Iva Milia
HR.,S.Kep.Ns.,M.kep terima kasih telah bersabar membimbing saya
hingga dapat terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
4. Terimakasih kepada Bapak Kepala Sekolah MTs Darul Ulum dan seluruh
staff yang telah membantu
5. Terima Kasih buat teman-teman seperjuangan, M Rois Assidiq, Virda
Riski, Septian Armanda, Yulia Andani yang selalu ada setiap senang
maupun susah canda tawa sudah jadi kehidupan kita sehari-hari sudah
seperti keluarga sendiri.
viii
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Lumajang, 04 juni 1993, peneliti merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Abdul rofiq dan Ibu Nur
Rochmah
Pada tahun 2006 peneliti lulus dari SD NEGERI 01 TEKUNG, pada tahun
2009 peneliti lulus dari SMPN 01 TEKUNG Lumajang, pada tahun 2012 peneliti
lulus dari SMAN YOSOWILANGUN ,Dan pada tahun 2013 peneliti lulus seleksi
masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur Reguler. Peneliti
memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada
di STIKes “ICMe” Jombang.
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.
Jombang, juli 2017
Feni Rofika New
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Remaja (Studi Di MTs Darul
Ulum Ranupakis Kabupaten Lumajang) ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan Skripsi penelitian ini penulis telah banyak mendapat
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat H. Bambang Tutuko S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H. selaku ketua
STIKes ICMe Jombang, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku
Kaprodi S1 Keperawatan, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku
pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis
sehingga terselesaikannya Skripsi ini, Ibu Iva Milia HR., S.Kep.Ns.,M.Kep.
selaku pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya
demi terselesaikannya Skripsi penelitian ini, Kepala Sekolah MTs Darul Ulum
Ranupakis Klakah yang telah memberikan ijin penelitian. Kedua orang tua yang
selalu memberi dukungan baik moril maupun materil selama menempuh
pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
hingga terselesaikannya Skripsi ini, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam
penyusunan Skripsi ini, dan teman-teman yang ikut serta memberikan saran dan
kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi penelitian
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan Skripsi penelitian ini dan semoga Skripsi penelitian ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya,
Amin.
Jombang, Juli 2017
Feni Rofika New
13.321.0093
x
ABSTRAK
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN HARGA
DIRI REMAJA
(Studi di MTs Darul Ulum kelas VII dan VIII Ranupakis Klakah Lumajang)
Oleh:
FENI ROFIKA NURDIYANA EKA WIJAYA
Harga diri merupakan dimensi evaluatif global mengenai diri sendiri.
Individu mendapatkatkan nilai harga dirinya melalui persepsi yang diperoleh dari
persepsi diri sendiri dan orang lain. Bagi remaja merokok dapat menjadi salah satu
cara untuk mengurangi perasaan negatif yang remaja rasakan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku merokok dengan harga diri
remaja di MTs Darul Ulum Ranupakis Kec. Klakah Kab. Lumajang.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional, populasinya adalah seluruh siswa laki-
laki kelas VII dan VIII di MTs Darul Ulum Ranupakis Kec. Klakah Kab.
Lumajang sejumlah 51 remaja dengan jumlah sampel 45 orang dengan
menggunakan teknik propotional random sampling. Alat ukur dengan kuesioner
dengan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating. Variabel Independen
yaitu perilaku merokok dan variabel dependen yaitu harga diri remaja. Analisa
data menggunakan uji Chi-square dengan nilai Alpha (0,05).
Hasil penelitian di MTs Darul Ulum Ranupakis Kec. Klakah Kab.
Lumajang yang perilaku negatif merokok (64,4%) dan perilaku positif tidak
merokok (35,6%) dengan harga diri rendah (62,2%), dan harga diri tinggi
(37,8%). Berdasarkan uji Chi-Square p <rho α antara variabel hubungan perilaku
merokok dengan harga diri remaja didapatkan nilai p=0.001 < 0.05, hasil tersebut
kurang dari tarif signifikan yang digunakan yaitu α=0,05, sehingga ada hubungan
antara perilaku merokok dengan harga diri remaja.
Kesimpulan dari penelitian ini ada hubungan perilaku merokok dengan
harga diri remaja di MTs Darul Ulum Ranupakis Kec. Klakah Kab. Lumajang.
Kata kunci: harga diri, perilaku, merokok, remaja.
xi
ABSTRACT
RELATION of SMOKING BEHAVIOR to TEENAGERS PRIDE
(study in MTs Darul Ulum Class VII & VIII Rnupakis Klakah Lumajang)
By :
FENI ROFIKA NURDIYANA EKA WIJAYA
Pride is a global evaluative dimention about our selft. Individu gets it’s
pride by perception from it self and other people. For teenagers, smoking can be
one of many ways to reduce negative feeling that they feel. This research has a
purpose to analyze relation of smoking behavior to teenagers pride in MTs Darul
Ulum Ranupakis Kec. Klakah Kab. Lumajang.
Research design used is quantitative research by cross sectional approach,
population are all male student of class VII & VIII in MTs Darul Ulum Ranupakis
Kec. Klakah Kab. Lumajang a number of 51 student with number of proportional
random sampling technique. Date are measured by questionaire and managed by
editing, coding, scoring, tabulating, independent variable that is smoking behavior
and dependent variable is teenagers pride dan. Data analysis using chi square test
with an alpha value (0,05).
Research results at MTs Darul Ulum Ranupakis Kec. Klakah Kab.
Lumajang the negative behavior of smoking (64,4%) and positive behavior is not
smoking (35,6%) with low self esteem (62,2%), and high self esteem (37,8%).
Based on chi-square test p value = 0,001 <0,05, the result is less than significant
value used that is α-0,05, so that there is relation between smoking behavior to
teenagers pride.
The conclution of this research, there is relation between can control their
children, because patrents are first educator hen teenagerrs at home.
Keyword : Pride, Behavior, Smoking, teenagers
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
PENGESAHAN PENGUJI .......................................................................... v
MOTTO........................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR.................................................................................... xi
ABSTRAK....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
DAFTAR LAMBANG................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja ............................................................................... 6
2.2 Konsep Harga Diri .......................................................................... 12
2.3 Konsep Perilaku Merokok .............................................................. 21
2.4 Konsep Hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja ..... 37
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 32
3.2 Hipotesis .......................................................................................... 33
xiii
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ............................................................................ 34
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 34
4.3 Populasi, sampel dan sampling ........................................................ 35
4.4 Kerangka Kerja ................................................................................ 37
4.5 Identifikasi Variabel ........................................................................ 39
4.6 Definisi Operasional ........................................................................ 39
4.7 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ........................................ 41
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 44
4.9 Etika penelitian ............................................................................... 50
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil penelitian ................................................................................ 51
5.2 Pembahasan hasil penelitian ............................................................ 54
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 kesimpulan ........................................................................................ 60
6.2 saran .................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
No. Daftar Tabel Halaman
4.1. Definisi operasional...............................................................................37
5.1. Distribusi responden berdasarkan usia .................................................50
5.2 Distribusi responden berdasarkan status siswa......................................50
5.3 Distribusi responden berdasarkan jumlah rokok yang dihisap...............51
5.4 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir orang tua..........51
5.5 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan orang tua..........................51
5.6 Distribusi responden berdasarkan sumber informasi..............................52
5.6 Distribusi responden berdasarkan perilaku merokok.............................52
5.7 Distribusi responden berdasarkan harga diri remaja..............................53
5.8 Tabulasi silang hubungan perilaku merokok dengan harga diri............53.
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Daftar Gambar Halaman
3.1 Kerangka konseptual ................................................................................ 30
4.1 Kerangka kerja ......................................................................................... 35
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal kegiatan
Lampiran 2 Surat perpustakaan
Lampiran 3 Surat pre survey data, studi pendahuluan dan penelitian
Lampiran 4 Surat balasan penelitian
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6 Lembar Pernyataan Menjadi Responden
Lampiran 7 Kisi – kisi Kuesioner
Lampiran 8 Lembar Kuesioner
Lampiran 9 Tabulasi data umum
Lampiran 10 Tabulasi data khusus
Lampiran11 Hasil uji SPSS
Lampiran 12 Lembar konsultasi
Lampiran 13 Surat pernyataan bebas plagiasi
xvii
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR LAMBANG
1. H1/Ha : hipotesis alternatif
2. % : prosentase
3. : alfa (tingkat signifikansi)
4. N : jumlah skor total
5. n : jumlah sampel
6. S : total sampel
7. > : lebih besar
8. < : lebih kecil
9. ≤ :kurang dari sama dengan
10. F :jumlah jawaban yang benar
11. X :skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi Skor-
T
12. x :mean skor kelompok
13. Sd :deviasi standar kelompok
14. ≥ :lebih besar dari
15. Rxy : Koefisien validitas item yang dicari
16. X : Skor yang di peroleh subyek dari seluruh item
17. Y : Skor total yang di peroleh subyek dari seluruh item
18. ∑X : Jumlah skor dalam distribusi X
19. ∑Y : Jumlah skor dalam distribusi
20. ∑X² : Jumlah kuadrat skor dalam distribusi X
21. ∑Y² : Jumlah kuadrat skor dalam distribusi Y
22. N : Banyaknya responden
23. rxy : Realibilitas
24. k : Jumlah butir soal
25. 2b : Varian skor setiap butir
26. 2t : Varian total
xviii
DAFTAR SINGKATAN
STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
ICMe : Insan Cendekia Medika
MTs : Madrasah Tsanawiyah
SS : Sangat sering
S : Sering
KK : Kadang-kadang
S : Selalu
TP : Tidak Pernah
J : Jarang
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harga diri merupakan dimensi evaluatif global mengenai diri sendiri.
Individu mendapatkatkan nilai harga dirinya melalui persepsi yang diperoleh dari
persepsi diri sendiri dan orang lain. Bagi remaja merokok dapat menjadi salah satu
cara untuk mengurangi perasaan negatif yang remaja rasakan (Veselka, 2009).
Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan
jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun (Santrock,
2007). Fenomena yang terjadi pada remaja banyak yang mengkonsumsi rokok,
Karena beranggapan bahwa ketika remaja merokok harga diri mereka naik, selain
itu mereka beranggapan ketika merokok dapat memberikan dampak positif seperti
pikiran merasa tenang, muncul ide-ide baru atau inspirasi baru (Cahanar &
Suhanda, 2006).
Harga diri rendah merupakan gangguan konsep diri dimana klien
menganggap dirinya selalu rendah sebanyak 5-7% dari populasi di dunia
menderita harga diri rendah. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2014, menyatakan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta
yang terdiri dari pasien harga diri rendah, diperkirakan sekitar 60% menderita
harga diri rendah di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jukarnain
(2015) di Rumah Sakit Khusus Daerah Propinsi Sulawesi Selatan, sebanyak 7,897
klien gangguan jiwa dan sebanyak 1,467 (18,6%) orang klien harga diri rendah.
Menurut Erikson (1963) dalam penelitian Akiyati (2012) menyebutkan, latar
2
belakang remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial
pada masa perkembangan remaja, yaitu masa ketika remaja sedang mencari jati
diri, Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Azkiyati, 2012) Tentang
hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang merokok di
SMK Putra Bangsa menunjukkan bahwa harga diri pada remaja dipengaruhi oleh
hasil eksplorasi yang remaja lakukan diantaranya adalah mencoba perilaku
merokok. Penelitian tersebut menunjukkan hubungan yang bermakna antara
perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang merokok. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8 April 2016 di MTs Darul
Ulum Ranupakis Klakah dengan wawancara kepada siswa didapatkan bahwa 8
dari 10 orang siswa laki-laki merokok diluar sekolah ketika pulang sekolah, siswa
beranggapan ketika mereka merokok pikiran menjadi tenang dan selain itu mereka
beranggapan agar terlihat lebih dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi lingkungan social ,hal
tersebut merupakan hasil dari proses lingkungan, penghargaan, penerimaan, dan
perlakuan orang lain kepadanya, dari proses lingkungan social mengakibatkan
remaja mempunyai keinginan untuk merokok, karena remaja yang merokok akan
mendapatkan masalah social serta kejiwaan (Ghufron, 2010). Dalam konteks
sosial, remaja yang merokok kemungkinan besar teman-temannya juga merokok
hal ini yang menyebabkan rasa ingin tahu dan mencoba untuk mengkonsumsi
rokok. Akibat dari lingkungan sosial, remaja akan merasa dikucilkan oleh teman
sebayanya dan dikucilkan dari lingkungan pergaulan jika mereka tidak merokok,
selain itu akibat dari bahaya merokok akan meningkatkan resiko kanker paru-paru
dan bronchitis, iritasi pada mata dapat merasakan perih dan pedih (Wulandari,
3
2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azkiyati (2012) menyebutkan bahwa
harga diri pada remaja dipengaruhi oleh hasil eksplorasi yang remaja lakukan,
diantaranya adalah mencoba perilaku merokok.
Seiring dengan perkembangan pergaulan yang semakin bebas, lingkungan
social yang baik sangat diperlukan dalam mengatasi perilaku merokok pada
remaja, diharapkan orang tua dapat mengawasi anaknya, karena orang tua adalah
sebagai pendidik pertama saat remaja dirumah. Peran tenaga pengajar dalam hal
ini guru juga sangat penting dalam memberikan pemahaman kepada siswanya,
oleh karenanya guru harus dapat mengevaluasi tentang perilaku laku siswanya
disekolah. Dari permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ”Hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja
kelas VII dan VIII di MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang”
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja kelas VII
dan VIII di Mts Darul Ulum Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Peneliti ini bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku merokok
dengan harga diri remaja kelas VII dan VIII di Mts Darul Ulum Ranu pakis
Klakah Kabupaten Lumajang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi perilaku merokok remaja laki-laki di MTs Darul Ulum
Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang.
4
2. Mengidentifikasi harga diri remaja laki-laki di MTs Darul Ulum
Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang.
3. Menganalisis hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja kelas
VII dan VIII di Mts Darul Ulum Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian pustaka
untuk menambah keilmuan dalam bidang keperawatan.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi Guru MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan
tentang perilaku merokok pada remaja sehingga dapat menjadi acuan
untuk menuju hidup yang lebih baik dan sehat.
2. Bagi Siswa Mts Darul Ulum Ranupaki Klakah
Dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih luas
mengenai bahaya merokok
3. Bagi Dosen STIKes ICME Jombang
Hasil penelitian ini dijadikan bahan kajian bagi dosen STIKes ICME
Jombang sebagai data dan memberikan pemikiran perkembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian kesehatan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya dengan masalah dan judul yang berbeda, serta menambah
wawasan bagi mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKes ICME Jombang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Remaja (adolescense) berasal dari Bahasa Latin yang memiliki arti "tumbuh
untuk mencapai kematangan" (Wong, 2008). Masa remaja merupakan suatu
periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan
waktu untuk kematangan fisik, kognitif, emosional, yang cepat pada laki-laki dan
wanita untuk mempersiapkan diri menjadi individu dewasa (Wong, 2008).
2.1.2 Fase Remaja
Masa remaja sangat penting. Oleh karena itu, beberapa ahli membagi masa
remaja menjadi tiga fase (Hockenberry, 2009). Fase-fase tersebut antara lain꞉
1. Masa remaja awal (11-14 tahun)
Selama tahap remaja awal, remaja merasa harus menjadi bagian dari
kelompok, sebab kelompok dapat memberikan status kepada dirinya
(Wong, 2008). Remaja akan berusaha untuk mengikuti gaya kelompok,
mulai dari gaya berpakaian, merias wajah, serta menata rambut dengan
kreteria yang dianut oleh kelompok. Remaja berusaha untuk menjadi
bagian dengan cara-cara demikian.Sebab, menjadi individu yang berbeda
dari kelompok dapat menyebabkan remaja tidak dapat diterima, bahkan di
asingkan oleh kelompok (Hockenberry, 2009).
2. Masa remaja pertengahan (15-17 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang
baru, mampu mengarahkan diri sendiri (self direct), mulai
6
mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan diri,
dan membuat keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan yang ingin
dicapai (Hockenberry, 2009).
3. Masa remaja akhir (18-20 tahun)
Masa ini ditandai dengan persiapan akhir remaja untuk memasuki
peran dewasa.Selain periode ini, remaja berusaha memantapkan tujuan dan
mengembangkan identitas personal (Hockenberry, 2009). Ciri dari tahap
ini adalah꞉ (1) remaja memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi pribadi
yang matang; dan (2) remaja berusaha agar dapat diterima dalam
kelompok teman sebaya serta orang dewasa (hockenberry, 2009)
2.1.2 Perkembangan pada Masa Remaja
Setiap individu yang memasuki usia remaja akan mengalami berbagai
perkembangan pada dirinya. Berikut ini adalah berbagai perkembangan yang
dialami oleh remaja (Wong, 2008)꞉
1. Perkembangan fisik
Perubahan fisik pada masa pubertas merupakan hasil perubahan
hormonal yang berada dibawah pengaruh system saraf pusat. Perubahan
fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan fisik serta pada
penampakan dan perkembangan karakteristik seks sekunder (Wong, 2008).
Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan kedua
karakteristik, yaitu꞉ (1) karakteristik seks primer merupakan organ
eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduksi (misal꞉
ovarium, uterus, payudara, penis); dan (2) karakteristik seks sekunder yang
merupakan perubahan diseluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan di
7
seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misal; perubahan
suara, munculnya rambut pubertas, penumpukan lemak) tetapi tidak
berperan langsung dalam fungsi reproduksi (Wong, 2008).
2. Perkembangan emosional
Remaja sering dijuluki sebagai orang yang labi, tidak konsisten, dan
tidak dapat diterka (Wong, 2008). Hal ini di dikarenakan status emosional
remaja masih belum stabil.Remaja awal beraksi cepat dan emosional dan
sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosi hingga
mendapatkan situasi dan kondisi yang tepat untuk mengekspresikan
dirinya (Wong, 2008).
3. Perkembangan kognitif
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif pada remaja
mencapai puncaknya pada kemampuan berpikir abstrak (Wong, 2008).
Remaja sudah memiliki pola piker sendiri sebagai upaya untuk
menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan abstrak.
4. Perkembangan moral
Konlberg menyebutkan bahwa pada masa remaja mulai terbentuk
sikap autonomi. Remaja sudah memiliki suatu prinsip yang diyakini, mulai
memikirkan keabsahan dari pemikiran yang ada serta mencari dan
mempertimbangkan cara-cara alternative untuk mencapai tujuan (Wong,
2008).
5. Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual remaja ditandai dengan munculnya
pertnyaan terkait nilai yang dianut keluarga. Remaja akan mengeksplorasi
8
keberadaan tuhan dan membandingkan agamanya dengan orang lain
(Wong, 2008). Hal ini dapat menyebabkan remaja seringkali
mempertanyakan kepercayaan yang dianut oleh diri remaja sendiri (Wong,
2008).
6. Perkembangan social
perkembangansosial remaja ditandai dengan kemampuan
bersosialisasi yang kuat, mulai membebaskan diri dari dominasi keluarga,
serta menetapkan identitas yang mandarin dari wewenang orang tua
(Wong, 2008).
7. Perkembangan konsep diri
Perkembangan konsep diri remaja ditandai dengan menerima
perubahan, tubuh menggali tujuan hidup untuk masa depan, menilai positif
tentang dirinya sendiri, dan terjalin hubungan dengan lawan jenis
(Sianturi, 2009). Perkembangan konsep diri, khususnya harga diri, akan
terus mengalami perkembangan. Robinson et, al (2010) menyebutkan
bahwa individu yang memasuki masa remaja dengan harga diri yang utuh,
akan mampu mengatasi semua perubahan perkembangan yang terjadi pada
masa remaja (Shaffer, 2009).
8. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial dicirikan dengan tingginya inisiatif dan
kesenangan remaja untuk mencoba suatu hal yang baru. Erikson (1963)
menyebutkan, latar belakang remaja mulai merokok berkaitan dengan
adanya krisis aspek psikososial pada masa perkembangannya, yaitu masa
9
ketika remaja sedang mencari jati diri dan memiliki inisiatif tinggi untuk
mencoba hal-hal baru yang menentang (Mubarok, 2009).
2.1.3 Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Dariyo, 2008; Gunarsa
& Yulia, 2008) adalah꞉
1. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologi dan psikologis.
Perbedaan antara harapan remaja dan lingkungan terhadap
penampilan fisik remaja, dapat menimbulkan masalah bagi remaja untuk
menerima keadaannya dan pengaruh pada perilaku remaja (Gunarsa &
Yulia, 2008). Permasalahan ini dapat menimbulkan masalah pada konsep
diri dan beresiko terjadinya perilaku yang membahayakan kesehatan,
seperti merokok. Hal ini remaja lakukan untuk menghilangkan perasaan
negatif yang remaja rasakan.
2. Belajar bersosialisasi dengan orang lain.
Kozier et, al (2004) menyebutkan, nilai-lain yang ditanamkan oleh
orang tua sering diabaikan oleh remaja karena remaja seringkali
mengadopsi nilai-nilai yang baru (Dariyo, 2008). Perubahan nilai-nilai
yang dianut dapat menyebabkan konflik dengan orang tua.Konflik ini
dapat memicu remaja untuk mudah terjerumus pada perilaku maladapatif
seperti merokok.
3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
Remaja harus memiliki kemampuan membedakan mana yang baik
dan mana yang tidak baik, serta dapat mengambil keputusan yang tepat
10
(Gunarsa & Yulia, 2008). Hal ini dapat menjadi konflik bagi remaja saat
remaja menginginkan kebebasan dengan cara berkumpul dengan teman
sebaya. Remaja seringkali menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
bergaul bersama dengan teman sebaya (Dariyo, 2004). Konflik dapat
terjadi jika nilai yang dianut oleh teman sebayanya bertentangan dengan
nilai dalam keluarga.
4. Memperoleh kemandirian secara ekonomi.
Keinginan terbesar dari remaja adalah mulai menjadi seseorang yang
mandiri dan tidak bergantung kepada orang tua secara ekonomi (Desmita,
2005). Kondisi internal dan eksternal dapat menyebabkan remaja tidak
mendapatkan keinginannya untuk menjadi individu yang mandiri dan
terbebas dari masalah ekonomi (Desmita, 2005). Permasalahan ini dapat
menjadi konflik bagi remaja dan dapat menjerumuskan remaja pada
perilaku merokok.
5. Menemukan model untuk identifikasi.
Tugas perkembangan remaja adalah menemukan model untuk
identitasnya. Remaja seringkali memberikan identitas pada dirinya seperti
pada tokoh remaja kagumi. Tokoh tersebut merupakan model bagi remaja
yang patut untuk dicontoh, baik karena tingkah laku maupun
kepribadiannya. Permasalahannya saat ini, banyak remaja yang
mengidolakan tokoh yang seringkali menonjolkan kekerasan dan perilaku
tidak sehat, seperti merokok, pornografi, maupun pornoaksi. Hal ini
menyebabkan munculnya resiko masalah perilaku merokok, agresif dan
seksual pada remaja (Gunarsa & Yuliya, 2008).
11
2.2 Konsep Harga Diri
2.2.1 Definisi Harga Diri
Harga diri sebagai nilai yang ditempatkan individu pada diri sendiri
(Wong, 2008). Hal ini mengacu pada evaluasi diri secara menyeluruh terhadap
diri sendiri (Wong, 2008). Santrock (2007) juga mendefinisikan harga diri (Self
esteem) sebagai suatu dimensi evaluasi global mengenai diri sendiri. Harga diri
berasal dari dua sumber, yaitu sumber internal dan eksternal, yang mencakup
penerimaan diri meski lemah dan terbatas (Potter & Perry, 2005). Maka, harga diri
dapat dikatakan sebagai evaluasi individu terhadap dirinya sendiri dengan menilai
dirinya sendiri secara positif dan negatif.
Penilaian harga diri secara positif atau negatif diperoleh dari evaluasi
individual terhadap dirinya.Individu mengevaluasi diri dalam lingkungan
keluarga, sekolah, tempat berorganisasi tempat bekerja, maupun lingkungan
sosial. Penilaian positif terhadap diri sendiri adalah penilaian terhadap kondisi
diri, seperti: menghargai kelebihan, menghargai potensi diri, dan menerima
kekurangan diri sendiri (Santrock, 2007). Sedangkan penilaian negatif terhadap
diri sendiri adalah: penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri
sendiri, tidak menghargai kelebihan diri sendiri sebagai sesuatu yang selalu
berkurang (Santrock, 2007).
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Harga diri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang
melatar belakangi harga diri terdiri atas empat komponen (Sriati & Hernawati,
2007), yaitu:
12
1. Pengalaman
Yusuf (2000) mendefinisikan pengalaman sebagai suatu bentuk emosi,
perasaan, tindakan, dan kejadian yang pernah dialami individu, dirasakan
bermakna, dan meninggalkan pesan dalam hidup individu (Sriati &
Hernawaty, 2007). Pengalaman individu yang positif dapat meningkatkan
harga diri seperti: prestasi yang diraih dan kompetensi diri dalam berbagai
hal. Sedangkan pengalaman individu yang negative dapat menurunkan
harga diri seperti: merasa dirinya tidak diterima, tidak kompeten, dan tidak
bernilai.
2. Pola asuh
Mendefinisikan pola asuh sebagai cara orang tua dalam menunjukkan
otoritasnya (Sriati & Hernawaty, 2007). Pola asuh merupakan cara orang
tua untuk memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak (Sriati &
Hernawaty). Adanya hukuman dalam keluarga yang tidak konsisten serta
perilaku orang tua yang selalu membanding-bandingkan anak, dapat
menurunkan harga diri anak (Potter & Perry, 2005).
3. Lingkungan
Yusuf (2000) menyebutkan, lingkungan memberikan dampak besar
kepada remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orang
tua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar (Sriati, 2007). Lingkungan yang
membuat remaja merasa diterima, dihargai, dan hormati akan menjadikan
remaja merasa bahwa dirinya bernilai untuk dirinya sendiri dan orang lain.
13
4. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi merupakan suatu hal mendasari perbuatan individu
untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial
(Sriati, 2007). Individu dengan latar belakang sosial ekonomi tinggi, akan
merasa dirinya lebih berarti dan berharga, dibandingkan dengan orang lain
dengan status sosial ekonomi dibawah.
2.2.3 Aspek-aspek Harga Diri
Harga diri individu terdiri dari tiga aspek yaitu:
1. Perasaan berharga
Perasaan berharga merupakan perasaan yang dimiliki individu saat
merasa dirinya berharga karena dihargai oleh orang lain. Individu yang
merasa dirinya berharga, akan mengekspresikan dirinya dengan baik, dapat
menerima kritik dan memiliki kecenderungan dapat mengontrol perilaku
(Sriati, 2007).
2. Perasaan mampu
Perasaan mampu merupakan perasaan yang dimiliki individu pada
saat individu merasa mampu untuk mencapai suatu hasil yang
diharapkan.Individu yang memiliki harga diri positif menyukai tugas baru
yang menantang, aktif, dan tidan cepat bingung jika sesuatu berjalan diluar
rencana.Perasaan mampu dan merasa kompeten ketika melaksanakan
tugas, secara bertahan dapat meningkatkan harga diri remaja (Sriati, 2007).
3. Perasaan diterima
Perasaan diterima merupakan perasaan yang dimiliki individu ketika
individu diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok. Ketika
14
individu diperlukan sebagai bagian dari kelompok, maka ia akan merasa
dirinya diterima dan dihargai dalam kelompok tersebut (Sriati, 2007).
2.2.4 Perkembangan Harga Diri Remaja
Shaffer (2005) menyebutkan bahwa remaja awal akan mengalami
kebingungan karena mengalami perubahan dari segi fisik, kognitif, dan sosial saat
pubertas. Individu yang memasuki masa remaja dengan harga diri yang utuh, akan
mampu mengatasi semua perubahan perkembangan yang terjadi pada masa
remaja. Remaja yang mampun mengatasi semua perubahan perkembangan yang
terjadi, akan mengalami peningkatan harga diri secara bertahap.
Pencapaian harga diri yang tinggi akan menolong remaja melewati masa
perkembangannya dengan optimal. Harga diri remaja dapat ditingkatkan dengan:
1. Mengidentifikasi penyebab rendahnya harga diri
Intervensi yang diberikan kepada remaja dengan harga diri negatif,
harus sampai pada penyebab rendahnya harga diri.Hal ini dilakukan agar
harga diri remaja dapat meningkat.Berbagai penelitian menyebutkan,
intervensi yang dilakukan untuk membuat remasa merasa nyaman dengan
dirinya sendiri, ternyata tidak efektif untuk meningkatkan harga diri
remaja (Santrock, 2007).
2. Mengidentifikasi bidang-bidang kopetensi yang penting bagi diri remaja.
Remaja memiliki harga diri positif apabila dapat tampil dengan
kompeten dalam bidangnya. Sehingga, remaja harus didorong agar dapat
mengidentifikasi bidang kompetensi yang dicapainya (Santrock, 2007).
15
3. Menyediakan emosional dan persetujuan sosial.
Dukungan dan persetujuan dari orang tua dan teman sebaya menjadi
hal yang sangat penting bagi remaja untuk meningkatkan harga diri
(Santrock, 2007). Lingkungan yang nyaman bagi remaja, meliputi
lingkungan yang memberikan dukungan emosional dan sosia, dapat
miningkatkan harga diri remaja, karena remaja merasa dicintai dan
diterima oleh orang lain.
4. Meningkatkan prestasi.
Prestasi dapat meningkatkan harga diri remaja. Sebab, prestasi
membuat remaja merasadirinya mampun untuk melakukan tugas, yang
belum tentu dapat dilakukan oleh orang lain.
5. Meningkatkan keterampilan koping remaja.
Harga diri remaja akan meningkat apabila mencoba untuk mengatasi
masalah yang dihadapi, bukan menghindari masalah, menghadapi masalah
dengan relistis, jujur dan tidak defensive dapat menghasilkan evaluasi diri
yang positif. Sebaliknya, menghadapi masalah dengan pengingkaran,
menipu diri dan menghindar dapat menjadi pemicu bagi remaja untuk
mengevaluasi diri secara negative (Santrock, 2007).
2.2.5 Kategori Harga Diri
Santrock, (2008) membagi taraf harga diri dalam tiga kategori, yaitu taraf
harga diri tinggi, taraf harga diri sedang, dan taraf harga diri rendah.
16
1. Harga diri tinggi
Individu yang harga dirinya tinggi mempunyai sifat aktif dan agresif,
dalam bidang akademis cenderung sukses dan juga dalam hal hubungan
sosial.
Ciri-ciri membagi karakteristik harga diri tinggi sebagai berikut:
a. Bertindak mandiri.
Individu akan membuat pilihan dan mengambil keputusan masalah
seperti pemanfaatan waktu, uang, pekerjaan dan pakaian.
b. Menerima tanggung jawab.
Individu akan bertindak dengan segera dan penuh keyakinan dan
kadang-kadang menerima tanggung jawab untuk tugas dan kebutuhan
sehari-hari.
c. Merasa bangga akan presentasinya.
Individu akan menerima pengakuan terhadap prestasi yang dicapainya
dengan gembira dan bahkan kadang-kadang memuji diri sendiri.
d. Mendekati tantangan baru dengan penuh antusias.
Tugas yang belum diketahui, belajar dan melakukan aktivitas baru
menarik perhatiannya dan ia mau melibatkan dirinya dengan penuh
percaya diri.
e. Menunjukkan segala perasaan dan sederet emosional luas.
f. Individu mampu tertawa berteriak, menangis, mengungkapkan kasih
sayangnya secara sepontan dan secara umum mengalami berbagai
perasaan emosi tanpa menyadarinya.
17
g. Mentolerir frustasi dengan baik.
Individu akan mampu menghadapi frustasinya dengan berbagai reaksi
seperti menertawakan diri sendiri, berteriak keras-keras dan sebagainya
dan dapat berbicara tentang apa saja yang membuatnya frustasi.
h. Merasa mampu mempengaruhi orang lain.
Ia merasa percaya diri akan kesan yang diperolehnya dan mampu
mempengaruhi anggota keluarga, teman, bahkan para pemimpin seperti
guru, menteri, direktur dan lain-lain.
2. Harga Diri Rendah.
Individu yang mempunyai harga diri rendah memiliki ciri-ciri:
a. Meremehkan bakatnya sendiri. Individu akan mengatakan “saya tidak
bisa melakukan ini atau itu, saya tidak tahu bagaimana saya pernah
belajar itu”.
b. Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya. Individu akan merasa
tidak yakin atau selalu bersikap negatif terhadap dukungan dan kasih
sayang orang tua dan temannya.
c. Merasa tidak berdaya. Kurang percaya diri atau bahkan tidak
keberdayaan akan tampak dalam sikap dan tindakan anak remaja.
Individu tidak mampu berusaha keras menghadapi tantangan atau
masalah.
d. Mudah dipengaruhi orang lain. Gagasan dan perlakuannya kerap
berubah mengikuti orang yang banyak bergaul dengannya, seringkali
individu dimanipulasi orang yang berkepribadian kuat.
e. Menunjukkan deretan emosi dan perasaan yang sempit.
18
f. Remaja dengan harga diri rendah ini sering menunjukkan beberapa
emosi yang khas seperti tidak sopan, keras keras kepala, histeria.
g. Menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan. Toleransi yang
rendah terhadap stres terutama rasa takut, amarah atau lingkungan yang
menimbulkan kecemasan.
h. Menjadi defensif dan mudah frustasi. Individu akan mudah tersinggung,
tidak mampu menerima kritik atau perintah yang tidak diduga dan
selalu mempunyai dalih mengapa individu tidak dapat
melaksanakannya.
i. Menyalahkan orang lain karena kelemahan sendiri. Individu jarang
mengikuti kesalahan atau kelemahan dan kerap kali menyalahkan orang
lain atau keadaan yang tidak menguntungkan sebagai penyebab
kesulitannya.
2.2.6 Pengukuran Harga diri
Harga diri dapat terukur melalui beberapa perilaku positif maupun perilaku
negatif yang dilakukan oleh seseorang (Santrock, 2007). Berikut ini adalah
indikator yang digunakan untuk mengukur harga diri individu melalui observasi
perilaku:
1. Indikator Positif
a. Memberika arahan atau perintah kepada orang lain
b. Menggunakan kualitas suara yang sesuai dengan situasinya.
c. Mengungkapkan pendapat.
d. Duduk bersama orang lain selama melakukan aktivitas sosial.
e. Bekerja secara kooperatif dalam sebuah kelompok.
19
f. Memulai percakapan yang ramah dengan orang lain.
g. Menjaga jarak jarak yang nyaman antara dirinya dengan orang lain
h. Menatap orang lain ketika sedang berbicara atau diajak berbicara.
i. Mempertahankan kontak mata selama melakukan percakapan.
j. Lancer dan tidak ragu-ragu dalam berbicara.
2. Indikator Negatif.
a. Merendahkan orang lain dengan cara mengejek, memanggil nama
secara secara langsung, atau bergosip.
b. Menggunakan bahasa tubuh secara berlebihan atau diluar konteks.
c. Melakukan sentuhan yang tidak pada tempatnya atau menghindari
kontak fisik.
d. Membiarkan kesalahan terjadi.
e. Menyombongkan prestasi, ketrampilan dan penampilan.
f. Secara verbal merendahkan dirinya sendiri atau menjatuhkan dirinya
sendiri.
g. Berbicara dengan nada yang keras, kasar dan dognatik.
Pengukuran menggunakan “Skala Guttman” dari setiap jawaban “Ya”
diberi skor 1 dan “Tidak” diberi skor 0. Kemudian data ditabulasikan dan
dikelompokkan sesuai subvariabel yang diteliti ( Aziz, 2009). Hasil jawaban
diberi nilai kemudian dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor tertinggi
100%.
Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:
P =
X100%
Keterangan:
20
P: Prosentase
f: Jumlah jawaban yang benar
N: Jumlah skor total
(Aziz, 2009)
Setelah diprosentasikan hasil data ditafsirkan secara komulatif dengan
kreteria sebagai berikut:
1) >50% : Harga diri rendah
2) ≤50% : Harga diri tinggi
(Aziz, 2012).
2.3 Konsep Perilaku Merokok
2.3.1 Definisi Merokok
Rokok sebagai gulungan tembakau yang dibungkus dengan daun nipah,
dibungkus kertas berbentuk silinder, ukuran 70-120 mm, diameter 10 mm, serta
berwana putih atau cokelat (Widowati, 2010). Rokok adalah hasil olahan
tembakau yang terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan
dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan sejenisnya (Sa’diah,
2007). Asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia dengan 43 diantaranya
bersifat karsinogen. Pengaruh asap rokok dapat mengakibatkan berbagai macam
penyakit: seperti kanker mulut, kanker faring, kanker paru, kanker prostat,
gangguan kehamilan dan janin, penyakit jantung coroner, pneumonia, dan lainnya
(Sriamin, 2006).
2.3.2 Jenis Rokok.
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas
bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok,
21
dan penggunaan filter pada rokok (Yulianto, n.d). jenis rokok berdasarkan bahan
pembungkus:
1. Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daung jagung.
2. Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
3. Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun kertas.
4. Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Sedangkan jenis rokok berdasarkan bahan baku atau isi rokok yaitu:
1. Rokok putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi bahan tertentu untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
2. Rokok kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
3. Rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
Jenis rokok berdasarkan proses pembuatannya terbagi menjadi dua
(Yulianto, n.d), yaitu:
1. Sigaret kretek tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan
cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangandan atau alat bantu
sederhana.
2. Sigaret kretek mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sigaret kretek sendiri dikatagorikan kedalam dua
bagia:
22
3. Sigaret kretek mesin full flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses
pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: gudang garam
filter Internasional, djarum super, dan lain-lain.
4. Sigaret kretek mesin ligh mild (SKM LM): rokok mesin yang
menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah, rokok jenis ini
jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star
Mild, U Mild, LA Light, Surya Slim, dan lain-lain.
Sedangkan, jenis rokok berdasarkan penggunaan filter terbagi menjadi dua
(Yulianto, n.d).yaitu:
1. Rokok filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2. Rokok non filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.
2.3.3 Definisi Perilaku
Nasution (2007), mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang konkrit,
dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari. Perilaku juga didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang dilakukan individu, untuk merespon stimulus yang berasal
dari internal maupun eksternal (Sunaryo, 2004). Perilaku individu tidak ada yang
sama. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu,
yang dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan seperti: pengalaman, usia,
watak, tabiat, sistem norma, nilai dan kepercayaan yang dianutnya (Sunaryo,
2004).
2.3.4 Definisi Perilaku Merokok
Nasution (2007) mendefinisikan merokok sebagai suatu aktivitas menghisap
asap tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan menghembuskannya kembali
23
keluar. Maka, perilaku merokok merupakan suatu kegiatan membakar rokok dan
menghisap asap rokok.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berkaitan erat dengan perilaku
kesehatan (Notoatmojo, 2005). Sebab, perilaku merokok merupakan salah satu
perilaku yang dapat membahayakan kesehatan. Perilaku merokok sudah menjadi
salah satu kebiasaan yang sangat umum dan meluas pada masyarakat Indonesia.
2.3.5 Tipe Perilaku Merokok.
Mu’tadin (2002) mengklasifikasi tipe perilaku merokok menjadi empat
tipe:
1. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif
Perokok tipe ini merokok untuk mendapatkan relaksasi dan
kesenangan, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kenikmatan yang
didapat dari merokok, rangsangan untuk meningkatkan kepuasan dari
merokok, dan dilator belakangi karena kesenangan individu dalam
memegang rokok.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif
Perokok tipe ini merokok untuk menurunkan perasaan negative yang
perokok alami.Misalkan untuk menurunkan perasaan cemas, marah dan
gelisah. Motivasi individu untuk merokok adalah sebagai upaya untuk
menghindarkan diri dari perasaan yang tidak menyenangkan bagi dirinya.
3. Perilaku merokok karena kecanduan psikologis
Perokok tipe ini sudah mengalami kecanduan psikologis dari rokok.
Perokok akan meningkatkan jumlah batang rokok yang dihisap setiap
24
harinya. Hal ini akan dilakukan hingga individu mendapatkan ketenangan
seperti yang diharapkan.
4. Perilaku merokok karena sudah menjadi kebiasaan
Perokok tipe ini menggunakan rokok sama sekali bukan untuk
mengendalikan perasaannya. Kegiatan merokok sudah menjadi kebiasaan
atau rutinitas individu.
2.3.6 Tipe Perokok
Sitepoe (2002) mengklasifikasikan perilaku merokok pada remaja menjadi
empat tahap. Empat tahap perilaku merokok remaja adalah:
1. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung pada saat remaja belum pernah merokok. Pada
tahap ini, remaja mulai membentuk opini tentang merokok dan perilaku
merokok. Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan sikap pada
remaja, munculnya tujuan mengenai merokok, dan citra perilaku yang
diperoleh remaja.
2. Tahap inisiasi.
Tahan ini merupakan tahap coba-coba untuk merokok. Remaja
beranggapan bahwa dengan merokok. Remaja akan terlihat dewasa, keren,
gagah dan berani.
3. Tahap menjadi seorang perokok
Tahap ini, remaja memberikan identitaspada dirinya sebagai seseorang
perokok. Remaja menggambarkan dirinya sebagai seseorang perokok,
besar kemungkinan akan tetap menjadi seorang perokok dimasa akan
datang (okoli et, al.,2011).
25
4. Tahap tetap menjadi perokok
Tahap ini dipengaruhi oleh faktor psikologis dan biologis. Faktor
psikologis yang mempengaruhi remaja untuk terus merokok adalah:
adanya kebiasaan setres, depresi, kecanduan, menurunkan kecemasan,
ketegangan, upaya untuk memiliki teman (Hedman et, al.,2007).
2.3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja
Perilaku merokok disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari internal
dan eksternal. Terdapat tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja, yaitu:
(1) kepuasan psikologis; (2) sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok
remaja; (3) pengaruh teman sebaya (Komalasari & Helmi, 2000).
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Mu’tadin (2002) yang menyebutkan,
ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Faktor-
faktor tersebut adalah :
1. Pengaruh orang tua
Remaja yang tinggal dengan orang tua yang tidak memperhatikan anak
dan adanya hukuman fisik yang keras dalam keluarga, akan lebih mudah
untuk menjadi perokok. Perilaku orang tua dalam merokok. Akan
berpengaruh pada anak. Sebab anak akan memiliki kecenderungan untuk
mengikuti perilaku yang dicontohkan oleh orang tua.
2. Pengaruh teman
Hedman et, al (2007) menyebutkan bahwa salah satu faktor resiko
pencetus remaja merokok adalah memiliki teman yang juga sebagai
perokok. Widianti (2007) juga menyebutkan, diantara remaja perokok
26
terdapat 87% di antaranya memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok,
begitu pula dengan remaja bukan perokok.
3. Faktor kepribadian
Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja mengkonsumsi
rokok dan obat-obatan, yaitu sifat konformitas sosial (Widianti, 2007).
4. Pengaruh iklan
Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti iklan rokok, baik dari
media cetak maupun media elektronik, yang menggambarkan bahwa
perokok terlihat jantan dan gagah (Laily, 2007).
2.3.8 Dampak Perilaku Merokok.
Ogden (2000) mengklasifikasikan dampak perilaku merokok menjadi dua
bagian (Nasution, 2007), yaitu:
1. Dampak positif
Nasution (2007) menyebutkan, manfaat rokok bagi perokok adalah
mengurangi ketegangan yang individu rasakan, membantu konsentrasi
untuk menghasilkan sebuah karya, upaya memperoleh dukungan sosial,
dan menjadi relaksasi yang menyenangkan.Penelitian yang dilakukan oleh
prof. Soesmalijah Soewondo dari fakultas psikologi Universitas Indonesia
menyebutkan, rokok dapat membuat perokok menjadi lebih dewasa,
mudah konsentrasi, dan dapat memunculkan ide-ide atau inspirasi
(Cahanar & Sunanda, 2006).
2. Dampak negative
Meskipun saat ini sudah tersedia rokok yang memiliki kandungan tar
dan nikotin yang rendah, tetapi tidak ada rokok yang aman bagi kesehatan.
27
Penyakit yang diakibatkan oleh rokok, seperti: kanker mulut, kanker
faring, kanker paru, kanker prostat, gangguan kehamilan dan janin,
penyakit jantung coroner, dan lainnya (Sriamin, 2006).
2.3.9 Pengukuran Perilaku Merokok
Teknik yang sederhana dalam melakukan pengukuran sikap adalah dengan
menempatkan benda atau orang ke dalam dua katagori pilihan, misalnya suka atau
tidak suka, setuju atau tidak setuju dan sebagainya. Sementara itu teknik yang
lebih kompleks adalah dengan menempatkanbenda atau orang kedalam katagori
yang pilihannya lebih dari dua, biasanya pilihan tersebut merupakan pilihan dari
kesukaan atau ketidaksukaan, setuju atau tidak setuju, misalnya sangat setuju,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju, rendah, sedang, tinggi. Teknik
pengukuran sikapyang sering digunakan adalah dengan menggunakan metode
Likert (Likert Method of Summated Rating). Teknik ini dilakukan dengan cara
menepatkan pilihan terhadap objek sikap dengan ranting 1 sampai 5 atau 1 sampai
4, dengan katagori sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dan sangat
tidak setuju (Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran menggunakan “Skala Likert” yang memperlihatkan item yang
dinyatakan dalam beberapa respons alternatif (SL= Selalu, SR= Sering, KK=
Kadang-kadang, J= Jarang, TP= Tidak Pernah). Dengan menggunakan kreteria
bobot 1,2,3,4, dan 5, kemudian diolah dengan cara mengkalikan setiap point
jawaban dengan bobot yang sudah ditentukan. Maka Hasil Perhitungan jawaban
respon sebagai berikut:
1. Responden yang jawabannya Tidak pernah x 5
2. Responden yang jawabannya Jarang x 4
28
SD
X X T 10 50
3. Responden yang jawabannya Kadang-kadang x 3
4. Responden yang jawabannya Sering x 2
5. Responden yang jawabanya sangat Selalu x 1
Total Skor = TP + J + KK + SR + SL
Skala pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode pengenbangan Skala Likert adalah Skor-T, yaitu :
Keterangan :
X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi Skor-T
x = Mean skor kelompok
sd = Deviasi standar kelompok
Untuk mencari s digunakan rumus (Azwar, 2003) :
1
2
n
XX
SD
Keterangan :
SD = Varian skor pernyataan
n = Jumlah responden
Skor T responden
Skor mean T =
Jumlah responden
Positif jika T hitung ≥ T mean atau ≥ 50%
Negatif jika T hitung < T mean atau < 50% (Azwar, 2003).
29
2.4 Konsep Hubungan Perilaku Merokok dengan Harga diri Remaja.
Penelitian yang dilakukan peneliti Zulfi (2016), remaja yang memiliki
perilaku merokok yang tinggi dan harga diri tinggi mengatakan bahwa setelah
merokok membuat dirinya dapat mengendalikan emosi, menurunkan kecemasan,
membuat dirinya lebih percaya diri, dan setelah menjadi perokok merasa dirinya
di terima oleh orang lain.
Kompetensi remaja memiliki harga diri positif apabila dapat kompeten
dalam bidangnya. Sehingga remaja harus terus didorong agar dapat
mengidentifikasi bidang kopetensi yang ingin dicapainya. Menyediakan dukungan
emosional dan persetujuan sosial dukungan dan persetujuan orang tua dan teman
sebaya menjadi hal yang penting bagi remaja untuk meningkatkan harga diri.
Lingkungan yang nyaman bagi remaja, meliputi lingkungan yang memberikan
dukungan emosional dan sosial, dapat meningkatkan harga diri remaja karena
merasa dicintai dan diterima orang lain.
Perokok aktif merupakan seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan
merokok, merokok menjadi bagian hidupnya, sehingga rasanya tidak enak bila
sehari saja tidak merokok. Perokok ringan menghisap 1-4 batang rokok perhari,
dan perokok sedang 5-14 batang rokok dan perokok berat menghisap lebih dari 15
batang rokok perhari. Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki
kebiasaan merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang
dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya.
30
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian menurut Notoatmodjo (2010), merupakan
formulasi kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian terdiri dari
variabel-variabel serta hubungan variable satu dengan yang lain. Adapun
kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan perilaku merokok dengan harga
diri.
Keterangan :
= Faktor yang diteliti = Faktor yang tidak diteliti
= Berpengaruh = Hubungan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perlaku merokok:
1. Pengaruh orang
tua
2. Pengaruh teman
3. Faktor
kepribadian
4. Pengaruh iklan
Harga diri remaja:
1. Perasaan
berharga
2. Perasaan
mampu 3. Perasaan
diterima
Faktor-faktor harga
diri 1. Pengalaman
2. Pola asuh
3. Lingkungan
4. Sosial ekonomi
Harga diri Tinggi
Harga diri
rendah
1. Lebih percaya diri
2. Membanggakan
bakat dirinya sendiri
3. Merasa orang disekitarnya
menghargainya
4. Merasa dirinya
dewasa
31
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitia.
Biasanya hipotesis ini di rumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel
(Notoatmodjo, 2012). Hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis
diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang
dapat diuji (Noor, 2013).
H1 : Ada hubungan antara perilaku merokok dengan harga diri remaja
32
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah (Notoatmodjo, 2010), metode penelitian ini meliputi jenis penelitian,
rancangan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel, sampling,
kerangka kerja atau Frame work, identifikasi variabel, definisi operasional,
pengumpulan dan analisa data, serta etika penulisan.
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam
mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan
digunakan untuk mendefinisikan struktur dimana penelitian dilaksanakan
(Nursalam, 2016). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain
korelasi. Rancangan ini digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara dua
variabel yaitu perilaku merokok sebagai variabel bebas dan harga diri remaja yang
merokok sebagai variabel terikat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Cross sectional, dimana pengumpulan data dilakukan sebanyak satu kali dalam
waktu bersamaan.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku merokok
dengan harga diri remaja kelas VII dan VIII di MTs Darul Ulum Klakah
Kabupaten Lumajang, dilaksanakan pada:
33
4.2.1Waktu.
Penelitian ini dilaksanakan didimulai dari perencanaan (penyusunan
proposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir sejak bulan Februari sampai
bulan Juni 2017.
4.2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di MTs Darul Ulum kelas VII dan VIII
Ranupakis Kabupaten Lumajang.
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek atau subjeky
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
dan kemudian kemudian ditarik kesimpulan (Sujarweni, 2014). Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas VII dan VIII di MTs Darul
Ulum Ranupakis Kabupaten Lumajang yang sebanyak 51 remaja.
4.3.1Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimikiki
oleh populasi yang digunakan penelitian (Sujarweni, 2014). Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian siswa laki-laki di MTs Darul Ulum Ranupakis
Lumajang sebanyak 45 Dalam menentukan jumlah sampel, penelitian
menggunakan rumus Slovin (Noor, 2011) dengan kesalahan 5% atau 0.05 yaitu
sebagai berikut:
n =
34
keterangan:
n = Jumlah elemen / anggota sampel
N = Jumlah elemen / anggota populasi
e = Error level / tingkat kesalahan, 5% atau 0.05
n =
n =
=
= 45siswa
kelas VII A sebanyak 19 anak n=
x 45 = 17 siswa
kelas VII B sebanyak 15 anak n=
x 45 = 13 siswa
kelas VIII sebanyak 17 anak n=
x 45 = 15 siswa
Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 17+13 + 15 = 45 siswa.
4.3.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel guna memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan
subjek penelitian (Nursalam, 2016). Menurut Sugiyono (2003), sampling adalah
teknik pengambilan sample.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian sampel yaitu dengan
menggunakan teknik propotional random sampling. Pengambilan sampel secara
proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap
wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing
strata atau wilayah (Arikunto, 2006)
35
4.4 Kerangka Kerja
Langkah kerja adalah tahapan yang dilakukan penelitu untuk mencapai
tujuan penelitian mulai dari pengambilan perumusan masalah sampai dengan
penarikan sebuah kesimpulan (Nursalam, 2011).
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian tentang perilaku merokok dengan harga
diri remaja kelas VII dan VIII di MTs Darul Ulum Ranupakis
Klakah Kabupaten Lumajang.
Perumusan masalah
Populasi
Seluruh siswa laki-laki kelas VII dan VIII di MTs Darul Ulum
Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang, berjumlah 51 remaja
Sampel
Sebagian siswa laki-laki kelas VII dan VIII di MTs Darul Ulum
Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang yang berjumlah 45 remaja
Desain penelitian
Cross sectional
Pengolahan data
(Editing, Coding, Scoring, Tabulating)
Analisa data
Uji Chi-Square
Penarikan kesimpulan
Penyajian hasil penelitian
Teknik Sampling
Propotional Random
Sampling
36
4.5 Identifikasi Variabel
4.5.1 Identifikasi Variabel
Menurut Notoatmojo (2010), variabel penelitian adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Pada penelitian
inimenggunakan dua variabel meliputi:
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat) (Aziz Alimul, 2007). Pada
penelitian ini variabel independen adalah perilaku merokok.
2. Variabel dependen (tergantung)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau ada tidaknya
hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (independen) (Nursalam,
2016). Pada penelitian ini variabel dependen adalah harga diri remaja.
4.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang dapat
memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat dalam suatu objek atau fenomena yang dapat diulang oleh orang lain
(Nursalam, 2011).
37
Tabel 4.2 Definisi operasional hubungan perilaku merokok dengan harga diri
remaja. Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alatuk
ur
Skala Kriteria
Variabel
Indepen
den
Perilaku
meroko
k
Salah satu
aktifitas
menghisap
asap tembakau
yang dibakar
kedalam tubuh
dan
menghembusk
annya kembali
ke luar
1. Pengaruh orang
tua
2. Pengaruh teman
3. Faktor
kepribadian
4. Pengaruh iklan
K
U
E
S
I
O
N
E
R
N
O
M
I
N
A
L
Skala likert
Pernyataan positif
diberi skor :
Selalu (SL) : 5
Sering (SR): 4
Kadang-kadang
(KK): 3
Jarang (J): 2
Tidak pernah(TP): 1
Pernyataan negatif
diberi skor :
Selalu (SL) : 1
Sering (SR) : 2
Kadang-kadang
(KK) : 3
Jarang (J) : 4
Tidak pernah (TP) : 5
(Azwar, 2008)
Kemudian
diklasifikasikan:
Tskor ≥ Tmeanatau ≥
50: perilaku positif
tidak merokok (1)
Tskor<Tmean<50:
perilaku
negatifmerokok (2)
Variabel
Depend
en :
Harga
diri
Suatu
dimensi
evaluasi
global
mengenai diri
sendiri.
1. Perasaan
berharga
2. Perasaan
mampu
3. Perasaan
diterima
K
U
E
S
I
O
N
E
R
N
O
M
I
N
A
L
Skala gutmman
Dari setiap jawaban
“Ya” diberi skor 1
dan “Tidak” diberi
skor 0. Dengan
kategori sebagai
berikut:
>50% : Muncul
harga diri rendah
(2)
≤50% : Muncul
harga diri tinggi
(Aziz, 2012).
38
4.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data
4.7.1 Instrumen
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2010). Arikunto (2010) mengatakan Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner yang digunakan bersifat
tertutup, dimana kuesioner tersebut sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih (Arikunto, 2010). Kuisioner dalam penelitian ini telah
diuji.
1. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji apakah suatu kuesioner dianggap
valid. Kuesioner dianggap valid bila semua item (pertanyaan) yang ada dalam
kuesioner itu apa yang ingin diukur (Saryono & Mekar, 2013). Hasil uji
validitas akan dinyatakan valid jika nilai X² hitung > X² dan p-value< 0,05
dalam teknik korelasi.
Rumus yang digunakan untuk melakukan uji validitas adalah
menggunakan Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut:
rxy :
2222 Y - Y NX - X N
YXXY N
Keterangan :
Rxy : Koefisien validitas item yang dicari
X : Skor yang di peroleh subyek dari seluruh item
Y : Skor total yang di peroleh subyek dari seluruh item
39
∑X : Jumlah skor dalam distribusi X
∑Y : Jumlah skor dalam distribusi
∑X² : Jumlah kuadrat skor dalam distribusi X
∑Y² : Jumlah kuadrat skor dalam distribusi Y
N : Banyaknya responden
Apabila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka dapat dikatakan
bahwa butir pertanyaan yang digunakan adalah valid, dan sebaliknya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan instrument berupa kuisioner yang telah di uji
oleh peneliti sebelumnya yaitu Muniroh, 2015 dimana nilai signifikasi dari total
skor lebih kecil dari 0,05 maka seluruh pernyataan dinyatakan valid.
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan pengukuran berulang
(Saryono, 2013).Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu
alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mengetahui reliabilitas
kuesioner, penelitian ini menggunakan pendekatan pengukuran reliabilitas
konsistensi internal dengan menghitung koefisien alpha. Koefisien alpha ini
berkisar antara 0 sampai 1. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable
jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6. Mengetahui reliabilitas
digunakan rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2010):
tk
kr
b
xy 2
2
11
Keterangan:
rxy : Realibilitas
40
k : Jumlah butir soal
2b: Varian skor setiap butir
2t : Varian total
4.7.2 Prosedur penelitian
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan penelitian
untuk mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai
lingkup penelitian (Sujarweni, 2014). Prosedur yang ditetapkan dalam penelitian
ini adalah :
1. Peneliti melakukan survey awal studi pendahuluan di MTs Darul Ulum
Ranupakis Kabupaten Lumajang.
2. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian
kepada siswa MTS Darul Ulum Ranupakis Klakah kabupaten Lumajang.
3. Peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden yang memenuhi
syarat/kreteria penelitian.
4. Setelah calon responden menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian,
maka responden akan diminta kesediaan untuk menandatangani surat
persetujuan untuk menjadi responden.
5. Peneliti mendampingi responden saat pengisian kuesioner. Responden
diberikan kesempatan untuk bertanya dan diharuskan untuk menjawab
semua pertanyaan.
6. Setelah semua pertanyaan dijawab, kuesioner dikumpulkan kembali dan
diperiksa oleh peneliti. Peneliti menvalidasi kuesioner untuk melihat
kelengkapan kuesioner dan dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian.
41
4.8 Pengolahan dan Analisa Data
4.8.1 Pengolahan data
Data yang diperoleh kemudian diolah, sedangkan penyajian datanya
dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan presentasi dan
pengolahan tabel. Sebelum data diolah secara sistematik terlebih dahulu
dinyatakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing.
Editing adalah hasil wawancara, angket atau pengamatan dari
lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing)terlebih dahulu. Secara
umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2010).
Merupakan langkah pemeriksaan ulang atau pengecekan jumlah dan
kelengkapan data kemudian dilakukan pengecekan dengan memeriksa
kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data.
2. Coding.
Coding data didasarkan pada kategori yang dibuat berdasarkan
pertimbangan penulisan sendiri (Notoatmodjo, 2012).
a. Data umum
1) Kode Responden
Responden 1 =R1
Responden 2 = R2
Responden 3 = R3,dst
2) Umur
≤ 13 tahun = 1
42
14 tahun = 2
15 tahun = 3
≥ 16 tahun = 4
3) Pendidikan terakhir orang tua
Pendidikan Dasar (SD/SMP) = 1
Pendidikan Menengah = 2
Perguruan Tinggi = 3
4) Status Responden
Bukan perokok = 1
Mantan perokok = 2
Bukan perokok harian = 3
Perokok harian = 4
5) Jumlah rokok yang di hisap dalam satu hari :
1-4 batang rokok = 1
5-14 batang rokok = 2
≥ 15 batang rokok = 3
0 batang rokok = 4
6) Apakah memperoleh informasi dari media?
Ya = 1
Tidak = 2
7) Media informasi
Internet/TV = 1
Majalah/Koran = 2
Tempat Kesehatan = 3
43
Tidak ada = 4
8) Pekerjaan orang tua
PNS = 1
Wiraswasta = 2
Tani = 3
b. Data khusus
1) Kriteria Perilakumerokok
Perilaku positif tidak merokok = 1
Perilaku negatif merokok = 2
2) Kriteria Harga diri
Harga diri tinggi = 1
Harga diri rendah = 2
3. Scoring
Penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala
Nominal. Memberi tiap butir soal sesuai dengan kategori yaitu: bentuk
angka atau bilangan. (Notoatmodjo, 2012).
a. Untuk variabel independen jawaban soal dari akan diberikan skor
yaitu:
1) Ya = 1
2) Tidak = 0
b. Untuk variabel dependen diberikan skor berdasarkan kriteria bobot
1,2,3,4, dan 5, kemudian diolah dengan cara mengkalikan setiap
point jawaban dengan bobot yang sudah ditentukan. Maka Hasil
Perhitungan jawaban responden sebagai berikut:
44
1) Responden yang menjawab tidak pernah x 5
2) Responden yang menjawab sering x 4
3) Responden yang menjawab kadang-kadang x 3
4) Responden yang menjawab jarang x 2
5) Responden yang menjawab tidak tidak pernah x 1
4. Tabulasi
Tabulasi yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian (Notoatmodjo, 2012). Kemudian dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi. Pada perilaku merokok, masing-masing jawaban
responden dimasukkan ke dalam table tabulasi untuk mengetahui selalu,
sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah. Sedangkan pada harga diri
remaja untuk mengetahui harga diri tinggi dan harga diri rendah
4.8.2 Analisa data
1. Analisis univariate
Analisis univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi
dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010), yaitu variabel
perilaku merokok dengan harga diri remaja.
Untuk mengukur perilaku digunakan skala likert. Pada skala likert
disediakan lima alternatif jawaban dan setiap jawaban sudah tersedia
nilainya. Dalam skala likert item ada yang bersifat positif terhadap masalah
yang diteliti, dan sebaliknya ada yang bersifat negatif terhadap masalah
yang diteliti.
Untuk pernyatannya positif adalah sebagai berikut:
45
SD
X X T 10 50
a. Tidak Pernah (TP) : 5
b. Jarang(J) : 4
c. Kadang-kadang (KK) : 3
d. Sering(SR) : 2
e. Selalu (SL) : 1
Kemudian dari jawaban responden masing-masing item pernyataan
dihitung tabulasi. Untuk perilaku dikategorikan menjadi positif dan
negatif dengan menghitung terlebih dahulu Skor-T.
Untuk mencari T-skor menggunakan rumus (Azwar, 2011)
Keterangan
X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi Skor-T
x = Mean skor kelompok
sd = Deviasi standar kelompok
Untuk mencari s digunakan rumus:
SD = Varian skor pernyataan
n = Jumlah responden
Skor T responden
Skor mean T =
Jumlah responden
Positif jika T hitung ≥ T mean atau ≥ 50%
Negatif jika T hitung < T mean atau < 50%
(Azwar, 2003).
Untuk mengkur harga diri digunakan skala Guttman, dari setiap
jawaban “Ya” diberi skor 1 dan “Tidak” diberi skor 0. Kemudian data
46
ditabulasikan dan dikelompokkan sesuai subvariabel yang diteliti ( Aziz,
2009). Hasil jawaban diberi nilai kemudian dijumlahkan dan dibandingkan
dengan skor tertinggi 100%.
Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:
P =
X100%
Keterangan:
P: Prosentase
f: Jumlah jawaban yang benar
N: Jumlah skor total
(Aziz, 2009)
Setelah diprosentasikan hasil data ditafsirkan secara komulatif dengan
kreteria (Aziz, 2012) sebagai berikut:
3) >50% : Harga diri rendah
4) ≤50% : Harga diri tinggi
Hasil presentase dari pengolahan di atas kemudian diinterpretasikan
dengan menggunakan skala sebagai berikut :
1) 100% : Seluruhnya
2) 76% - 99% : Hampir seluruhnya
3) 51% - 75% : Sebagian besar
4) 50% : Setengahnya
5) 26% - 49% : Hampir setengahnya
6) 1% - 25% : Sebagian kecil
7) 0% : Tidak satupun
47
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012), yaitu hubungan
perilaku merokok dengan harga diri remaja. Untuk mengetahui hubungan
antara dua variable apakah signifikan atau tidak dengan kemaknaan 0,05
dengan menggunakan Uji Chi-Square dengan software SPSS, dimana p < α
= 0,05 maka ada hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja di
MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang, sedangkan p > α
= 0,05 tidak ada hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja di
MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang.
4.9 Etika Penelitian
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan manusia sebagai
objek, maka peneliti mendapatkan pengantardari institusi kemudian ke Kepala
Sekolah untuk mendapatkan persetujuan, baru melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika, meliputi:
1. Informed consent (Lembar persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden dengan
memberikan lembar persetujuan (Hidayat, 2007). Saat pengambilan
sampel terlebih dahulu peneliti meminta izin pada setiap subyek yang akan
diteliti baik secara lisan dan lembar persetujuan atas kesediaan dijadikan
subyek penelitian.
2. Amonimity (Tanpa nama)
Peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek peneliti dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
48
alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007). Dalam etika ini
peneliti hanya menuliskan atau memberi kode tertentu pada lembar
observasi
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti (Aziz Aimul, 2007). Dalam etika ini peneliti merahasiakan
semua yang bersangkutan tentang responden seperti nama, masalah dan
lain-lainnya.
4.10 Keterbatasan Penelitian
4.10.1 Responden
1. Keterbatasan waktu
Keterbatasan waktu saat penelitian rasakan mulai dari pelaksanaan
penelitian, pengolahan data, sampai dengan penyusunan skripsi sehingga
mempengaruhi hasil penelitian. Waktu penelitian lebih lama tentu akan
memperoleh hasil yang lebih baik.
2. Responden kurang kooperatif
Waktu membagikan kuesioner ada beberapa responden yang kurang
kooperatif. Hal ini membuat hasil peneliti kurang maksimal.
3. Keterbatasan data
Pengumpulan data menggunakan kuesioner mempunyai dampak yang
sangat subjektif sehingga kebenaran data tergantung dari kejujuran
responden. Selain itu juga terjadi kesalahfahaman responden tentang
pernyataan pada kuesioner. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti
49
memberikan kesempatan bagi responden untuk bertanya jika kurang
faham.
50
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah didapatkan
oleh peneliti dari penelitian di MTs Darul Ulum Ranupakis Kec. Klakah Kab.
Lumajang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku merokok
dengan harga diri remaja yang dibagi dalam 2 bagian, yaitu data umum dan data
khusus. Data umum meliputi: gambaran umum lokasi penelitian dan karakteristik
responden yang terdiri dari: Usia siswa, status siswa, jumlah rokok yang dihisap,
pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua, memperoleh informasi,
sumber informasi, sedangkan data khusus terdiri dari: kriteria perilaku merokok
dan harga diri.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang perilaku merokok
dengan harga diri remaja kelas VII dan VIII di MTs Darul Ulum Ranupakis Kec.
Klakah Kab. Lumajang Tahun 2017 yang telah dilaksanakan pada tanggal 17
April-17 Mei 2017 dengan jumlah responden 45 siswa di MTs Darul Ulum
Ranupakis Klakah Lumajang.
Untuk mengetahui gambaran umum mengenai wilyah penelitian maka
penulis disamping mengadakan penelitian, juga melakukan kegiatan, dokumentasi
adapun data-data yang diperoleh yang menunjang kegiatan penelitian diantaranya
yaitu:
Gambaran luas lokasi MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah Lumajang adalah
luas tanah 2621 m2 luas bangunan 1292 m
2 terdiri dari 4 kelas, ruang guru,
51
perpustakaan, ruang BK, ruang tamu, kamar mandi, parkiran, masjid. Untuk
tenaga kerja, MTs Darul Ulum Ranupakis merupakan salah satu MTs di
Ranuklakah dimana MTs Darul Ulum Ranupakis memiliki tenaga kerjanya
sebanyak 10 orang, jam kerja MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah Lumajang
setiap hari senin-minggu kecuali hari jum’at libur mulai jam 07.00-14.00 wib.
5.1.2 Data Umum
a. Karakteristik Responden Berdasarkan usia siswa
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia siswa di MTs Darul Ulum
Ranupakis Klakah Lumajang Tahun 2017.
No Usia siswa Frekuensi Prosentase (%)
1
2
3
≤13 tahun
14 tahun
15 tahun
12
27
6
26,7
60,0
13,3
Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (2017)
Pada tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa berusia 14
tahun sejumlah 27 orang ( 60,0 %).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Siswa
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status siswa di MTs Darul
Ulum Ranupakis Lumajang Tahun 2017.
No Status Frekuensi Prosentase (%)
1
2
3
4
Bukan perokok
Mantan perokok
Bukan perokok harian
Perokok harian
16
9
18
2
35,6
20,0
40,0
4,4
Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (2017)
Pada tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah siswa bukan
perokok harian sejumlah 18 orang (40,0%).
52
c. Karakteristik responden berdasarkan jumlah rokok yang dihisap
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah rokok yang dihisap di
MTs Darul Ulum Ranupakis Lumajang Tahun 2017.
No Jumlah rokok Frekuensi Prosentase (%)
1
2
3
4
1-4 batang
5-14 batang
>15 batang
0 batang
18
10
1
16
40,0
22,2
2,2
35,6
Jumlah 45 100 Sumber: Data primer (2017)
Pada tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa hampir setengah siswa jumlah
rokok 1-4 batang yang dihisap sebanyak 18 orang (40,0%).
d. Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan terakhir orang tua
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir orang tua
siswa di MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah Lumajang Tahun 2017.
No Pendidikan Orang Tua Frekuensi Prosentase (%)
1
2
3
Dasar
Menengah
Tinggi
17
25
3
37,8%
55,6%
6,7%
Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (2017)
Pada tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan
orang tua siswa yaitu menengah berjumlah 25 orang (55,6%).
e. Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan orang tua
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan orang tua siswa di
MTs Darul Ulum Ranupakis Lumajang Tahun 2017.
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)
1
2
3
PNS
Wiraswasta
Tani
3
22
20
6,7
48,9
44,4
Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (2017)
Pada tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah pekerjaan
orang tua siswa wiraswasta sejumlah 22 orang (48,9).
53
f. Karakteristik Berdasarkan memperoleh informasi dari media
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan memperoleh informasi dari
media di MTs Darul Ulum Ranupakis Lumajang Tahun 2017.
No Memperoleh informasi Frekuensi Prosentase (%)
1
2
Ya
Tidak
40
5
88,9
11,1
Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (2017)
Pada tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa
memperoleh informasi dari media sejumlah 40 orang (88,9%).
g. Karakteristik Responden Berdasarkan sumber informasi
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi di TK
Wonogriyo Kec. Tekung Lumajang Tahun 2017.
No Sumber informasi Frekuensi Prosentase (%)
1
2
3
4
Internet/TV
Majalah/koran
Tempat Kesehatan
Tidak ada
34
2
3
6
67,3
17,3
5,8
9,6
Jumlah 52 100 Sumber: Data primer (2017)
Pada tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
mendapatkan informasi melalui media internet sebanyak 34 orang (67,3%).
5.1.2 Data Khusus
a. Perilaku merokok
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku merokok di MTs
Darul Ulum Ranupakis Lumajang tahun 2017.
No Kategori Perilaku merokok Frekuensi Prosentase (%)
1
2
Positif tidak merokok
Negatif merokok
16
29
35,6
64,4
Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (2017)
Pada tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dalam
kategori Perilaku negatif merokok sejumlah 29 orang (64,4%).
54
b. Harga diri
Tabel 5.9 Distribusi frekuensi responden berdasarkan harga diri siswa di MTs
Darul Ulum Ranupakis Lumajang Tahun 2017.
No Harga diri Frekuensi Prosentase (%)
1
2
Tinggi
Rendah
17
28
37,8
62,2
Jumlah 45 100 Sumber data: primer (2017)
Pada tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dalam
kategori harga diri rendah sejumlah 28 orang (62,2%).
c. Hubungan perilaku merokok dengan harga diri
Tabel 5.10 Tabulasi silang hubungan perilaku merokok dengan harga diri di MTs
Darul Ulum Ranupakis Lumajang Lumajang Tahun 2017.
Perilaku
Harga Diri Total
Tinggi Rendah
F % F % F %
Positif Tidak
merokok 11 22,4 5 11,1 16 35,6
Negatif
Merokok 6 13,3 23 51,1 29 64,4
Total 17 37,8 28 62,2 45 100
Hasil Uji statistik Chi-Square diperoleh p = 0,001
Sumber data : primer (2017)
Pada tabel 5.10 di atas menunjukkan bahwa siswa di MTs Darul Ulum
yang mempunyai perilaku positif tidak merokok dengan harga diri tinggi sebagian
kecil sejumlah 11 siswa (22,4%), sedangkan jumlah siswa MTs Darul Ulum yang
negatif merokok sebagian besar dengan harga diri rendah sejumlah 23 siswa
(51,1%). Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan p value 0,001 < α: 0,05
menunjukkan H1 diterima dan Ho ditolak, ada hubungan antara perilaku merokok
dengan harga diri remaja di MTs Darul Ulum Ranupakis Lumajang tahun 2017.
55
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1 Perilaku Merokok Remaja
Perilaku merokok berdasarkan penelitian yang dilakukan di MTs Darul
Ulum Ranupakis Kec. Klakah Kab. Lumajang didapatkan bahwa, sebagian besar
siswa dalam kategori perilaku negatif merokok sejumlah 29 siswa (64,4%).
Menurut peneliti, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa perilaku negatif merokok, karena mereka beranggapan ketika merokok
dapat memberikan kepuasan tersendiri seperti merasa lebih tenang, selain itu
siswa beranggapan bahwa merokok sudah menjadi kebiasaan. Pengaruh orang tua
sangatlah penting pada anak, karena apa yang dilakukan oleh orang tua akan di
tiru oleh anak, anak juga beranggapan jika merokok akan terlihat dewasa, selain
itu pengaruh teman juga sangat berpengaruh dimana remaja laki-laki lebih tertarik
bermain dengan teman sebayanya, seperti bermain sepak bola, berkumpul di
tempat umum.
Hal ini sesuai dengan teori Notoatmojo (2005). Yang menyatakan bahwa
perilaku merokok merupakan perilaku yang berkaitan erat dengan perilaku
kesehatan Sebab, perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang dapat
membahayakan kesehatan. Perilaku merokok sudah menjadi salah satu kebiasaan
yang sangat umum dan meluas pada masyarakat Indonesia.
Pada tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah siswa bukan
perokok harian sejumlah 18 siswa (40,0%).
Menurut peneliti perilaku merokok dikatakan tinggi, apabila remaja masuk
dalam kategori seorang perokok, dalam kategori tahapan menjadi seorang
perokok, merokok minimal satu batang rokok dalam satu hari, intensitas merokok
termasuk sering, serta jenis rokok yang dihisap memiliki kandungan tar dan
56
nikotin yang tinggi. Perilaku merokok remaja yang tinggi dapat disebabkan karena
faktor kecanduan yang dirasakan.
Teori yang dikemukakan oleh Berdita (2010) menyatakan bahwa bahan
aktif yang dihasilkan oleh rokok memiliki mekanisme efek tertentu. Efek tersebut
secara umum sama dengan efek dari obat bius kokain yang dapat mengubah
perilaku seseorang. Bila keterpaparan nikotin (bahan aktif yang menyebabkan
kecanduan) berlangsung lama, akan menyebabkan perokok kecanduan dan
ketergantungan pada rokok.
Pada tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa hampir setengah siswa jumlah
rokok 1-4 batang yang dihisap sebanyak 18 siswa (40,0%).
Menurut peneliti tipe perokok pada siswa MTs Darul Ulum termasuk dalam
tipe perokok ringan, tahapan perilaku merokok pada siswa remaja laki-laki MTs
Darul Ulum adalah tahapan menjadi seorang perokok.
Okoli et, al (2011) menyebutkan bahwa tahap ini, remaja memberikan
identitas pada dirinya sebagai seseorang perokok. Remaja menggambarkan
dirinya sebagai seseorang perokok, besar kemungkinan akan tetap menjadi
seorang perokok dimasa akan datang. Pendapat yang sama juga didapat dari
Aditama (2002) yang menyebutkan, bahwa anak yang memiliki kebiasaan
merokok, baik menjadi perokok harian atau bukan perokok harian, mengatakan
akan melanjutkan kegiatan merokok pada masa yang akan datang.
Pada tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah pekerjaan
orang tua siswa wiraswasta sejumlah 22 orang (48,9).
Menurut peneliti, orang tua siswa akan memberikan uang jajan kepada
anak guna untuk keperluan sekolah dan keperluan yang lain, namun di usia
57
remaja, anak perlu dampingan dari orang tua agar perilaku berdampak positif.
Orang tua yang bekerja akan memiliki lebih sedikit waktu dalam memberikan
asuhan kepada anaknya.
Hurlock (2005) menyatakan bahwa studi terhadap anak-anak dalam masa
sekolah telah membuktikan bahwa dengan semakin meningkatnya usia remaja,
pendekatan efisien akan berkurang. Tahun demi tahun remaja laki-laki semakin
melakukan pendekatan yang ramah tetapi juga semakin melakukan pendekatan
yang bermusuhan terhadap anak lain.
5.2.2 Harga diri Remaja
Pada tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dalam
kategori harga diri rendah sejumlah 28 siswa (62,2%).
Menurut peneliti harga diri seseorang tergantung bagaimana dia menilai
tentang dirinya yang dimana hal ini akan mempengaruhi perilaku dalam
kehidupan sehari-hari, penilaian individu ini diungkapkan dalam sikap-sikap yang
dapat bersifat tinggi dan rendah..
Berdasarkan kuesioner yang telah dijawab oleh responden yang terdiri dari
enam item pertanyaan. Berdasarkan kuesioner nomor satu sampai dua
menjelaskan tentang perasaan berharga, responden menyatakan bahwa, sebagian
besar rokok membuat dirinya merasa dirinya dihargai oleh orang lain, dan terlihat
trendy, cool, dan maco setelah menjadi perokok, berdasarkan kuesioner nomor
tiga sampai empat menjelaskan tentang perasaan mampu, responden menyatakan
bahwa, sebagian kecil remaja menyatakan bahwa dirinya mampu berkonsentrasi
dengan baik disaat belajar dan rokok menginspirasi untuk mengerjakan tugas
sekolah dengan baik dan benar setelah menjadi perokok.
58
Santrock (2007) mendefinisikan harga diri (self esteem) sebagai suatu
dimensi evaluatif global mengenai diri sendiri. Harga diri berada pada rentang
positif dan negatif. Setiap individu memiliki karakteristik masing-masing sesuai
dengan tingkat harga dirinya. Penilaian positif terhadap diri sendiri adalah
penilaian poditif terhadap kondisi diri, seperti : menghargai kelebihan,
menghargai potensi diri, dan menerima kekurangan diri sendiri. Sedangkan
penilaian negatif terhadap diri sendiri adalah penilaian tidak suka atau tidak puas
dengan kondisi diri sendiri dan tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat
diri sebagai sesuatu yang selalu kurang.
5.2.3 Hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja
Pada tabel 5.10 di atas menunjukkan bahwa siswa di MTs Darul Ulum
yang mempunyai perilaku positif tidak merokok dengan harga diri tinggi sebagian
kecil sejumlah 11 siswa (22,4%), sedangkan jumlah siswa MTs Darul Ulum yang
negatif merokok sebagian besar dengan harga diri rendah sejumlah 23 siswa
(51,1%).Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan p value 0,001 < α: 0,05
menunjukkan H1 diterima dan Ho ditolak, ada hubungan antara perilaku merokok
dengan harga diri remaja di MTs Darul Ulum.
Menurut peneliti, remaja yang perilaku negatif merokok dengan harga diri
rendah mengatakan bahwa ketika dirinya berperilaku merokok yang sebelumnya
memiliki harga diri rendah, mereka beranggapan bahwa setelah menjadi perokok
dirinya memiliki kelebihan, dan lebih percaya diri.
Teori yang dikemukakan oleh Wong (2008). Harga diri sebagai nilai yang
ditempatkan individu pada diri sendiri. Hal ini mengacu pada evaluasi diri secara
menyeluruh terhadap diri sendiri (Wong, 2008). Santrock (2007) juga
59
mendefinisikan harga diri (Self esteem) sebagai suatu dimensi evaluasi global
mengenai diri sendiri. Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu sumber internal
dan eksternal, yang mencakup penerimaan diri meski lemah dan terbatas (Potter &
Perry, 2005).
Teori yang dikemukakan oleh (Ellizabeth, 2010). Perokok aktif merupakan
seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok menjadi
bagian hidupnya, sehingga rasanya tidak enak bila sehari saja tidak merokok.
Perokok ringan menghisap 1-4 batang rokok perhari,dan perokok sedang 5-14
batang rokok dan perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok perhari.
Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun
terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang
kebetulan ada didekatnya.
Menurut penyelidikan Charles Gilbert Wernn dan Shirley Schwarzrock
dalam (Mangoenprasodjo, 2005). Remaja-remaja itu mulai merokok karena ikut-
ikutan dengan teman-temannya, untuk iseng agar lebih tenang apalagi pada waktu
pacaran, berani ambil resiko karena bosan dan tidak ada yang dilakukan dan
supaya kelihatan seperti orang dewasa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul
Aziz, dkk, (2015). Tentang hubungan harga diri dengan perilaku merokok siswa
di SMA negeri 1 Susut Bangli mengatakan bahwa ada hubungan antara harga diri
dengan perilaku merokok siswa. Sedangkan penelitian Azkiyani (2012) tentang
hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang merokok di
SMK Putra Bangsa mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
perilaku merokok dengan hargadiri remaja laki-laki yang merokok. Dalam
60
penelitian Zulfi (2016) tentang hubungan perilaku merokok dengan harga diri
mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Mega Rezky Makassar mengatakan bahwa ada
hubungan antara perilaku merokok dengan harga diri diri mahasiswa S1
keperawatan Stikes Mega Rezky Makassar.
61
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Perilaku merokok remaja laki-laki di MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah
Kabupaten Lumajang sebagian besar perilaku negatif.
2. Harga diri remaja laki-laki di MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah Kabupaten
Lumajang sebagian besar dalam kategori harga diri rendah.
3. Ada hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja kelas VII dan VIII di
Mts Darul Ulum Ranupakis Klakah Kabupaten Lumajang.
6.2 Saran
1. Bagi Guru MTs Darul Ulum Ranupakis Klakah
Diharapkan untuk dapat menambah informasi dan pengetahuan siswa tentang
perilaku merokok pada remaja dengan cara memberikan edukasi informasi
tentang bahaya merokok.
2. Bagi Siswa Mts Darul Ulum Ranupaki Klakah
Hasil penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang bahaya
merokok khususnya bagi siswa yang berperilaku merokok untuk menghindari
merokok.
3. Bagi Dosen STIKes ICME Jombang
Diharapkan untuk dapat dijadikan bahan kajian bagi dosen STIKes ICME
Jombang sebagai data dan memberikan pengabdian masyarakat pada siswa
tentang bahaya merokok.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada siswa.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta : PT
Rineka Cipta. 2006)
Azwar. (2002). “Skala Likert Untuk mengukur Sikap/motivasi”, diakses dalam”
Content://.sec.android.app.sbrowser/readinglist/0418093010.mhtml.
(Diakses pada tanggal 12 April 2017), pukul 11.20 WIB.
Cahanar, P., & Suhanda , I (2009). “Makan sehat, hidup sehat”, diakses dalam”
http://www.library/download/fk.345.pdf (Diakses pada tanggal 6 April
2017), pukul 10.30 WIB.
Dahlan, S., Besar Samper Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian
Kedokteran Dan Kesehatan (Edisi 2). (Jakarta: Penerbit Salemba
Medika. 2009)
Dariyo, A., Psikologi Perkembangan Remaja. (Bogor : Ghalia Indonesia. 2004)
Depkes, RI. (2016). ”Suarakan Kebenaran Jangan Bunuh Dirimu Dengan Candu
Rokok”, diakses dalam” http꞉//www.depkes.go.id (Diakses pada tanggal
6 April 2017), pukul 11.00 WIB.
Desmita., Psikologi Perkembangan. (Bandung : PT Rosdakarya. 2005)
Dinysabila. (2014). “Skala pengukuran dan instrumen penelitian”, diakses
dalam” https//dinysabila.wordpress.com/2014/01/16/sala-pengukuran-
dan-instrumen-penelitian (Diakses pada tanggal 8 April 2017), pukul
09.00 WIB.
Indiati. (2012). “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebiasaan/Perilaku
Merokok”, diakses dalam” Content://.sec.android.app.sbrowser/
readinglist/04112200650.mhtml (Diakses pada tanggal 9 April 2017),
pukul 20.00 WIB.
Mu’tadin, z. (2002). “Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis pada remaja”,
diakses dalam” http//www.e-psikologi.com/remaja050602.htm (Diakses
pada tanggal 8 April 2017), pukul 11.00 WIB.
Mubarok. (2009). “Remaja dan perilaku merokok”, diakses dalam”
http://id.shoong.com/medicine-and-health/1928293-remaja-dan-perilaku-
merokok (Diakses pada tanggal 8 April 2017), pukul 11.20 WIB.
Nasution, I. (2010). “Perilaku Merokok pada remaja”, diakses dalam”
http꞉//www.library.usu.ac.id/download/ fk/132316815.pdf (Diakses pada
tanggal 6 April, 2017), pukul 14.22 WIB.
63
Notoatmodjo, Soekidjo., Ilmu Perilaku Kesehatan. (Jakarta : Rineka Cipta. 2010)
Notoatmodjo,Soekidjo., Metodologi Penelitian Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta.
2010)
Nursalam., Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (Jakarta
: Salemba Medika. 2013)
Roby, M. (2016). “Pengertian Harga Diri Menurut Ilmu Psikologi”, diakses
dalam” http://psikologihore.com/definisi-pengertian-harga-diri/ (Diakses
pada tanggal 8 April), pukul 19.00 WIB.
Saleh, N. (2014). “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri”, diakses
dalam” Content://com.sec.android.app.sbrowser/
readinglist/0407094418.mhtml (Diakses pada tanggal 9 April 2017),
pukul 20.00 WIB.
Santrok, J. W., Remaja. Edisi ke 11. Widjaya, Benedictine, Penerjemah. (Jakarta :
Penerbit Erlangga. 2007)
Sianturi, dkk., Pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap pembentukan
harga diri remaja. (Laporan peneliti tidak diterbitkan. Universitas
Indonesia. Depok, Indonesia. 2004)
Sriamin, L. (2006). “Konsumsi rokok yang menggelisahkan”, diakses dalam”
www.lizaherbal.com/main/index2.php?option=com_content (diakses
pada tanggal 8 April 2017), pukul 19.30.
Sriati, A., & Hernawaty,T (2007). “Pengaruh training perkembangan diri
terhadap harga diri remaja putri homoseksual di desa Cibeureum,
Kecamatan Cimalaka, kabupaten Sumedang. 3 Januari 2013”, diakses
dalam” http//www.scribd.com/doc/15261731/Aspek-Aspek-Dalam-
Darga-Diri (diakses pada tanggal 8 April 2017), pukul 09.00 WIB.
Syaifuddin, A. (2009). “Data Skala Likert”, diakses dalam” diakses dalam”
Conten://com.sec.android.app.sbrowser/readinglist/0418093044.mhtml
(diakses pada tanggal 12 April 2017), pukul 22.00 WIB.
Ulina, R., Pengaruh lingkungan keluarga dan sekolah terhadap perilaku merokok
pada remaja. (Laporan penelitian tidak diterbitkan. Universitas
Indonesia, Depok. 2008)
Widianti, E,. Remaja dan permasalahannya : bahaya merokok, penyimpangan
seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman keras/narkoba.
Makalah disampaikan dalam penyuluhan sosial mengenai remaja dan
permasalahannya di Tsanawiyah Banuraja dan Tsanawiyah. (Bandung:
Al Ihsan Batujajar.2007).
64
Widowati, dkk., Hubungan perilaku merokok dengan konsentrasi belajar siswa
kelas XI SMK Binakarya Mandiri. (Laporan penelitian tidak diterbitkan.
Universitas Indonesia. Depok, Indonesia. 2010)
Wijaya, A.M. (2011). “Data dan situasi rokok Indonesia terbaru”, diakses dalam,
http꞉//www.infodokterku.com/index.php?option=
com_content&view=article&id=143꞉data-dan-situasi-rokok-cigerette-
indonesia-terbaru&catid=40꞉data&itemid=54 (diakses pada tanggal 7
April 2017), pukul 23.00 WIB.
65
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No. Kegiatan
Bulan
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi judul
2. Penyusunan proposal
3. Pendaftaran ujian proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data
7. Pengolahan data
8. Konsultasi hasil
9. Pendaftaran ujian hasil
10. Ujian hasil
11. Revisi hasil
12. Penggandaan dan pengumpulan skripsi
Lampiran 1
66
Lampiran 2
67
Lampiran 3
68
Lampiran 4
69
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth : Calon responden
Di MTs Darul Ulum Lumajang
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program S1 Keperawatan
STIKES Insan Cendekia Medika:
Nama : Feni Rofika Nurdiyana Eka Wijaya
NIM : 13.321.0224
Prodi : S1 Keperawatan
Institusi : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang
Adapun tujuan dari peneliti ini adalah untuk mempelajari Hubungan
perilaku merokok dengan harga diri remaja di MTs Darul Ulum Ranupakis
Klakah Kabupaten Lumajang. Sedangkan manfaat dari peneliti ini adalah sebagai
masukan atau informasi bagi tenaga kesehatan umumnya.
Sebagai bukti ketersediaan menjadi responden dalam penelitian, saya
mohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah kami
siapkan. Mohon partisipasi anda dalam bersedia untuk mengisi lembar kuisioner
dan sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
Lumajang, Juni 2017
Peneliti
Feni Rofika New
NIM : 13.321.0224
Lampiran 5
70
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program studi S1
Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang yang berjudul
“Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Remaja di MTs Darul Ulum
Ranupakis Kabupaten Lumajang”.
No. Responden :
Umur :
Kelas :
Dengan sukarela menyetujui diikut sertakan dalam penelitian dengan
catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak
membatalkan persetujuan ini. Atas partisipasinya, kami ucapkan terima kasih.
Lumajang, Juni 2017
Responden
Lampiran 6
71
KISI-KISI KUESIONER
PERILAKU MEROKOK
No Indikator Perilaku merokok No soal Jumlah Soal
1 Pengaruh orang tua 1,2,3,4 4
2 Pengaruh teman 5,6,7,8 4
3 Faktor kepribadian 9,10,11,12 4
4 Pengaruh iklan 13,14,15,16 4
Lampiran 7
72
KISI-KISI KUESIONER
HARGA DIRI REMAJA
NO. Indikator Harga diri remaja No. Soal Jumlah Soal
1. Perasaan berharga 1,2 2
2. Perasaan mampu 2,4 2
3. Perasaan diterima 5,6 2
73
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN HARGA DIRI REMAJA
KELAS VII DAN VIII DI MTs DARUL ULUM RANUPAKIS
KABUPATEN LUMAJANG
A. Data Umum
1. No Responden
2. Usia
≤ 13 tahun
14 tahun
15 tahun
≥ 16 tahun
3. Kelas
VII A
VII B
VIII
4. Status yang paling tepat untuk saya adalah:
Saya bukan perokok
Saya mantan perokok
Saya bukan perokok harian
Saya perokok harian
5. Jumlah rokok yang saya hisap dalam satu hari sebanyak
1-4 batang rokok
5-14 batang rokok
≥15 batang rokok
6. Pendidikan orang tua
Pendidikan Dasar (SD/SMP)
Pendidikan Menengah
Perguruan Tinggi
Lampiran 8
74
7. Pernahkah memperoleh informasi tentang rokok dan harga diri?
Ya
Tidak
8. Sumber informasi
Internet/TV = 1
Majalah/Koran = 2
Tempat Kesehatan = 3
0 batang rokok = 4
75
LEMBAR KUESIONER PERILAKU MEROKOK
Petunjuk
Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda ceklist/centang (√)
pada kolom jawaban. (SL= Selalu, SR = Sering, KK= Kadang-kadang, J= Jarang,
TP= Tidak pernah)
Nomor Responden :
Kelas : No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
pernah
1 1. Saya dimarahi orang tua ketika
saya merokok.
2. Orang tua tidak memperbolehkan
saya untuk merokok
3. Apakah orang tua merokok saat
atau sesudah meminum kopi?
4. Apakah orang tua merokok
sesudah makan?
2 5. Saat saya merokok, saya tidak
mengajak teman untuk merokok
6. Saya merokok ditempat yang sepi
dan tidak banyak orang
7. Saya merokok , saat bersama
teman
8. Saya merokok terutama saat ada
teman yang mengajak untuk
merokok
3 9. saya tetap beribadah, setelah saya
menjadi perokok
10. saya dianggap bersalah sama
orang tua jika saya merokok
11. saya merasa banyak teman jika
merokok
12. saya merasa lebih percaya diri
saat merokok
4 13. Saya takut merokok karena saya
pernah menonton iklan rokok
yang menyebabkan tenggorokan
berlubang.
14. Saya takut merokok karena di
iklan rokok menjelaskan bahwa
merokok menimbulkan banyak
gangguan di organ tubuh
terpenting seperti jantung, paru-
paru dan ginjal
15. Saya tertarik dengan rokok
karena saya melihat iklan rokok
di tv bisa membuat laki-laki
menjadi keren dan maco
76
16. Saya tertarik dengan rokok
karena saya melihat iklan rokok
di tv bisa membuat perempuan
lebih tertarik dengan si perokok
tersebut
77
LEMBAR KUESIONER HARGA DIRI REMAJA
Nomor responden :
Kelas :
No Indikator Harga diri remaja Ya Tidak
1 Perasaan berharga
1. Apakah anda terlihat trendy, cool dan maco ketika
menjadi perokok?
2. Apakah anda merasa lebih dihargai oleh orang lain,
setelah menjadi perokok?
2 Perasaan mampu
3. Apakah anda mampu berkonsentrasi dengan baik
di saat belajar setelah menjadi perokok?
4. Apakah rokok menginspirasi untuk mengerjakan
tugas sekolah dengan baik dan benar?
3 Perasaan diterima
5. Apakah teman-teman anda, yang sesama perokok,
selalu menolong anda ketika anda membutuhkan
bantuan?
6. Apakah setelah menjadi perokok anda memiliki
hubungan yang baik dengan orang lain?
78
DATA UMUM
No.
Resp usia status
jumlah rokok yang
dihisap
pendidikan orang tua
memperoleh informasi
sumber informasi
perkerjaan orang tua
1 1 1 4 1 1 1 2
2 2 3 1 2 2 1 3
3 2 3 1 1 1 1 3
4 1 1 4 2 1 1 3
5 2 3 1 1 1 1 2
6 1 3 1 2 1 1 2
7 2 2 2 2 1 1 3
8 1 3 1 2 2 1 2
9 2 1 4 2 1 1 3
10 2 3 1 2 1 3 2
11 1 1 4 2 1 1 2
12 2 3 1 2 1 1 2
13 1 2 2 2 1 1 3
14 2 1 4 2 1 4 3
15 3 1 4 2 1 1 2
16 2 3 3 2 1 4 2
17 2 3 2 2 1 1 3
18 2 3 1 2 2 3 3
19 2 2 2 3 1 1 2
20 1 3 1 2 1 1 2
21 2 2 2 2 1 1 3
22 1 1 4 2 2 3 2
23 1 1 4 1 1 4 3
24 2 3 1 1 1 1 1
25 1 3 1 2 1 1 2
26 2 1 4 2 1 1 3
27 2 3 1 1 1 4 3
28 1 2 2 2 1 1 2
29 1 3 1 2 1 1 3
30 2 2 1 2 1 1 3
31 3 3 2 1 2 4 2
32 2 4 2 2 1 4 1
33 3 2 2 1 1 1 2
34 2 1 4 2 1 1 2
35 2 3 1 1 1 1 3
Lampiran 9
79
36 3 1 4 1 1 2 2
37 2 1 4 1 1 1 3
38 2 2 2 1 1 1 1
39 2 1 4 3 1 1 3
40 2 1 4 3 1 1 2
41 3 3 1 1 1 1 2
42 2 1 4 1 1 2 2
43 2 4 1 1 1 1 3
44 2 2 1 1 1 1 3
45 3 1 4 1 1 1 2
80
Lampiran 10
81
82
HARGA DIRI
No Berharga Mampu Diterima
SKOR % Kriteria Kode 1 2 Jml 3 4 Jml 5 6 Jml
1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 33.33 Tinggi 1
2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
3 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
4 0 0 0 1 1 2 0 0 0 2 33.33 Tinggi 1
5 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
6 1 1 2 0 0 0 0 1 1 3 50.00 Tinggi 1
7 0 0 0 1 1 2 0 0 0 2 33.33 Tinggi 1
8 1 1 2 0 0 0 0 1 1 3 50.00 Tinggi 1
9 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
10 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
11 0 0 0 1 1 2 0 0 0 2 33.33 Tinggi 1
12 1 1 2 0 0 0 1 1 2 4 66.67 Rendah 2
13 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
14 1 1 2 0 0 0 1 1 2 4 66.67 Rendah 2
15 0 0 0 1 1 2 0 0 0 2 33.33 Tinggi 1
16 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
17 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
18 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
19 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
20 1 1 2 0 0 0 1 1 2 4 66.67 Rendah 2
21 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 33.33 Tinggi 1
22 0 1 1 1 0 1 0 1 1 3 50.00 Tinggi 1
23 0 1 1 1 0 1 1 0 1 3 50.00 Tinggi 1
24 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
25 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
26 1 0 1 0 1 1 0 1 1 3 50.00 Tinggi 1
27 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
28 0 1 1 1 1 2 1 0 1 4 66.67 Rendah 2
29 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
30 0 1 1 0 1 1 0 1 1 3 50.00 Tinggi 1
31 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2 33.33 Tinggi 1
32 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
33 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
34 1 0 1 1 1 2 1 1 2 5 83.33 Rendah 2
35 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
36 1 1 2 0 1 1 0 0 0 3 50.00 Tinggi 1
83
37 1 0 1 0 0 0 1 1 2 3 50.00 Tinggi 1
38 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
39 1 1 2 1 1 2 1 1 2 6 100.00 Rendah 2
40 1 0 1 1 0 1 0 1 1 3 50.00 Tinggi 1
41 1 1 2 0 0 0 1 1 2 4 66.67 Rendah 2
42 1 1 2 1 0 1 1 0 1 4 66.67 Rendah 2
43 1 1 2 0 0 0 1 1 2 4 66.67 Rendah 2
44 1 1 2 0 0 0 1 1 2 4 66.67 Rendah 2
45 1 0 1 1 0 1 1 0 1 3 50.00 Tinggi 1
Jml Skor 35 33 68 32 28 60 32 35 67 195 Rata2 skor 0.78 0.73 1.51 0.71 0.62 1.33 0.71 0.78 1.49 4.33 Rata2 parameter 0.76 0.67 0.74
84
Frequency Table
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
<=13th 12 26,7 26,7 26,7
14th 27 60,0 60,0 86,7
15th 6 13,3 13,3 100,0
Total 45 100,0 100,0
Status
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Bukan perokok 16 35,6 35,6 35,6
Mantan perokok 9 20,0 20,0 55,6
Bukan perokok harian 18 40,0 40,0 95,6
Perokok harian 2 4,4 4,4 100,0
Total 45 100,0 100,0
Jml_rokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1-4 btg 18 40,0 40,0 40,0
5-14 btg 10 22,2 22,2 62,2
>=15 btg 1 2,2 2,2 64,4
0 btg 16 35,6 35,6 100,0
Total 45 100,0 100,0
Pend.Ortu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Dasar 17 37,8 37,8 37,8
Menengah 25 55,6 55,6 93,3
Tinggi 3 6,7 6,7 100,0
Total 45 100,0 100,0
Informasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Ya 40 88,9 88,9 88,9
Tdk 5 11,1 11,1 100,0
Total 45 100,0 100,0
Sb.Informasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Internet/TV 34 75,6 75,6 75,6
Majalan/koran 2 4,4 4,4 80,0
Tmpt.Kesehatan 3 6,7 6,7 86,7
Tdk ada 6 13,3 13,3 100,0
Total 45 100,0 100,0
Lampiran 11
85
Pekrj.Ortu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
PNS 3 6,7 6,7 6,7
Wiraswasta 22 48,9 48,9 55,6
Tani 20 44,4 44,4 100,0
Total 45 100,0 100,0
Perilaku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tdk merokok 16 35,6 35,6 35,6
Merokok 29 64,4 64,4 100,0
Total 45 100,0 100,0
Hargadiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tinggi 17 37,8 37,8 37,8
Rendah 28 62,2 62,2 100,0
Total 45 100,0 100,0
86
Crosstabs
Perilaku * Hargadiri Crosstabulation
Hargadiri Total
Tinggi Rendah
Perilaku
Tdk merokok
Count 11 5 16
% within Perilaku 68,8% 31,2% 100,0%
% of Total 24,4% 11,1% 35,6%
Merokok
Count 6 23 29
% within Perilaku 20,7% 79,3% 100,0%
% of Total 13,3% 51,1% 64,4%
Total
Count 17 28 45
% within Perilaku 37,8% 62,2% 100,0%
% of Total 37,8% 62,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 10,132a 1 ,001
Continuity Correctionb 8,191 1 ,004
Likelihood Ratio 10,223 1 ,001
Fisher's Exact Test ,003 ,002
Linear-by-Linear Association 9,907 1 ,002
N of Valid Cases 45
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,04.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,429 ,001
N of Valid Cases 45 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
87
Lampiran 12
88
89
Lampiran 13