HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KATARAK PRESENILIS DI RUMAH
SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA SELATAN
SKRIPSI Sebagai saJah satu syarat mempero!^ gelar
Sarjana Kedokteran (SJCed)
Oleh: ADITYA PRASETYO LEISAN
NIM:70 2012 011
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN M E R O K O K DENGAN KEJADIAN PENYAKIT K A T A R A K PRESENILIS DI RUMAH SAKIT KHUSUS
MATA PROVINSI SUMATERA SELATAN
Dipersiapkan dan disusun oleh ADITYA PRASETYO LEISAN
NIM:70 2012 Oil
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Pada tanggal 5 Febuari 2016
Mcnyctujui:
i
P E R N Y A T A A N
Dengan ini Saya menerangkan bahwa:
1. Kana Tulis Saya, skripsi ini adaiah asli dan belum pemah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Palembang,
maupun Perguruan Tinggi lainnya
2. Kar\a Tulis ini mumi gagasan, rumusan, dan penelitian Saya sendiri. tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam Karya Tulis mi tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lam, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pemyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan kelidakbenaran dalam pemyataan ini, maka Saya
bersedia menenma sanksi akademik atau sanki lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di Perguruan Tinggi im.
Palembang, 13 Januari 2016
Yang membuat pemyataan
(Aditva Prasetvo Leisan) N I M . 70 2012 011
H A L A M A N P E R S E M B A H A N
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Segalanya. Alhamdulillah puji
syukur atas rahmat. karunia. kasih dan sa\ang Allah SWT \ang selalu berlimpah
sehingga pada akhirm a sa\ a mampu menxelesaikan skripsi ini
Terima kasih atas segala pihak yang telah mendukung :
1 Orang Tua tersayang dan lerkasih. Ayahanda H Arisma Leisan. SE. Ibunda Hj.
Saonauati. Kakek Drs H Djauhan Soeleiman dan Nenek Hj, Nursimah. terima
kasih unluk doa dan dukungan moril maupun materil. Semoga kelak anak dan
cucumu ini bisa dan lerus membenkan dan menebarkan kebaikkan, kebanggaan
dan kebahagian, Amin.
2, Saudara tersayang Bari/ Mubarak Leisan yang selalu membenkan semangat,
menyayangi. dan selalu ada di siluasi apapun.
3. Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang dan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang, yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter.
4 Pembimbing tercinta dr. Hj. Hasmeinah Bambang. Sp. M . dr. Hibsah Ridwan. M .
Sc, dan penguji skripsi dr. Yanti Rosita, M. Kes yang selalu menyediakan
uaklunya untuk membimbing dan menyempumakan skripsi sa\ a.
5, Pembimbing Akademik Ibu Trisnavvati, S.Si, M.Kes yang senantiasa memberikan
nasihat dan arahan selama diperkuliahan.
6, Keluarga Besar Staf dan Dosen FK UMP, staf Puskesmas Pembina Palembang,
selama ini telah membantu dalam mengurusi administrasi, pemberkasan, dan
perkulihan.
7, Sahabat yang senantiasa memberikan dukungan, kebahagiaan, nasihat, dan
motivasi, dan kekeluargaan selama ini. Af i f Naufal Akbarsyah, Alqodri Setiawan,
ill
Alpriansyah Hadiwijava. M Fakhri Hamas. Bunyamin. M. Rizky Rachmadi.
Feizal Faturahman. M, Al i f Pakubuana Al fajri Ridho Pratama M. Iqbal Al i
Rabani, M Bagus Hadikesuma Rangga Tagan. Yogi Aranses. Dimas Ismail. M .
Muamin, Syaifudin Baharsyah, Monda Darma Kumiadi Diyan Eka Putra Egyd
Tradiga. Faidi Pramayuda Putra Pandu Sentosa M. Awin Arja Sirait. dan kawan
satu pembimbing I//.at\ AH, Nidiah Syarifatul Hidayah, Siska Sarwana dan
Bunga Rezeki Ananda
8, Teman-teman sejawat FK UMP Angakatan 2012, kakak tingkal angkatan 2008-
2011 yang telah memberikan bimbingan, dan keijasamanya selama perkuliahan.
9, Serta pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH P A L E M B A N G F A K U L T A S K E D O K T E R A N
SKRIPSI , JANUARI 2016 ADITYA P R A S E T Y O LEISAN
Hubungan Merokok dengan Kejadian Penyakit Katarak Presenilis Di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan
xii + 54 halaman + 6 tabel + 2 gambar + 7 lampiran
A B S T R A K
Merokok merupakan salah salu faktor resiko terjadinva penyakit katarak baik presenilis maupun senilis, Peningkatan kejadian katarak presenilis secara signifikan dipengaruhi oleh aktivitas merokok secara aktif. Katarak merupakan penvebab kebutaan dan gangguan penglihatan lerbanvak di dunia. Di Indonesia, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia adaiah 1,5%. Dimana penyebab utama kebutaan adaiah Katarak (0,78%). Glaukoma (0,20%), dan Kelainan Refraksi (0,14%) . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dengan kejadian penyakit katarak presenilis di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumaiera Selatan. Jenis penelitian ini adaiah analitik observasional dengan pendekatan studi Case Control Pengambilan data dilakukan menggunakan teknik Consecutive sampling di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 66 orang Data diambil dengan isntrumen penelilian berupa wawancara dan rekam medik. Hasil penelitian di dapat adanya hubungan antara Merokok dan kejadian Katarak Presenilis denganp value (0.000; a^ O.OS).
Referensi : 32 Kata Kunci: Katarak Presenilis, Merokok
V
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH PATEMBANO' MEDICAL FACULTY
SKRIPSI, JANUARY2016 ADITYA PRASETYO LEISAN
The Relationship of Snwking with Presenile Catarct Disease Incidence in Special Eye Hospital of South Sunuttera Province
xii + 54pages + 6 table f 2 picture + 7 enclosure
ABSTRACT
Smoking is a risk factor for both diseases presenile and senile cataract. Presenile increased incidence of cataract was significantly influenced by ihe acitvity of smoking actively. Cataract is the leading cause of blindness and visual imfHiirment m the world. In Indonesia, showed the blindness in Indonesia is 1.5'%. Where the main causes of blindness are cataract (0.78%)). glaucoma (0.20%). and Refraction disorder (0 /4%). This study aims to determine the relationship of smoking with presenile cataract disease incidence m the Special Eye Hospital of South Sumatra Province This type of research is observational analytic with case control study approach. Data is collected using sampling techniques Consecutive Special Eye Hospital in South Sumatra province as many as 66 people. Data taken by the instrument o f accession of research in the form o f interview s and medical records. The results of research m the can the relationship between smoking and the incidence of cataract presenile with p value (0.000; a = 0.05).
Reference : 32 Keyyvords : Presenile Cataract, Smoking
vi
K A T A P E N G A N T A R
Puji s> ukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menvelesaikan penelilian ini. Salawal
beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnva sampai akhir zaman.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung peneliti dan semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin,
Palembang, 13 Januari 2016
Aditya Prasetyo Leisan
vii
D A F T A R ISI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ' HALAMAN PERNYATAAN " HALAMAN PERSEMBAHAN iii A B S T R A K V A B S T R A C T vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI viii DAFTAR T A B E L x DAFTAR G A M B A R xi DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ' 1.2. Rumusan Masalah 3 1.3. Tujuan Penelitian 3
1.3.1 Tujuan Umum 3 1.3.2. Tujuan Khusus 3
1.4. Manfaat Penelitian 4 1.4.1. Manfaat Teorilis 4 1.4.2. Manfaat Praktisi 4 1.4.3. Manfaat Inslansi 4
1.5. Keaslian Penelitian 4
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasaii Teori 10
2.1.1. Merokok 10 2.1.2. Katarak 13 2.1.3. Hubungan Merokok dengan kejadian penyakit Katarak 21
Presenil pada Pasien Katarak 2.2. KerangkaTeon 24 2.3. Hipotesis 25
BAB I I I . M E T O D E P E N E L I T I A N 3.1. Jenis Penelitian 26 3.2. Waklu dan l empat Penelitian 26 3.3. Populasi dan Sampel 26
3.3.1. Populasi 26 3.3.2. Sampel 26 3.3.3. Cara Pengambilan Sampel dan Besar Sampel 27 3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eklusi 28
3.4. Variabel Penelitian 29
viii
3 4 I Variabel Dependent 29 3 4 2 Variabel independent 29
3 5 Defmisi Operasional 29 3 6 Cara Pengumpulan Data 30 3 7, Cara Pengolahan 30 3 8 Analisis Data 31 3 9 Alur Penelitian 32
BAB IV. HASIL DAN PFMBAHASAN 4 1. Hasil 33
4,1 1. Analisis Univariat 33 4,1.2 Analisis Bivariat 34
4 2 Pembahasan 35 4.2,1 Analisis Univanat 35 4.2.2. Analisis Bivariat 37
4,3. Keterbatasan Penelitian 38
BAB V. K E S I M P L L A N DAN SARAN 5 I . Kesimpulan 39 5.2. Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 40 LAMPIRAN 43 BIODATA 54
ix
DAFTAR T A B E L
Tabel Halaman
1,1 Penelitian sebelumnva lentang Hubungan merokok dengan kalarak 4
3 1. Definisi Operasional Merokok dan Katarak Presenilis 29
3 2 Rencana Kegiatan 32
4 1 Distribusi Sampel Kasus Katarak Berdasarkan Umur 34
4.2. Distribusi Sampel Kasus Katarak Berdasarkan Riwayat Merokok 35
4.3, Hubungan Merokok dengan Kejadian Katarak Presenilis 35
X
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
2 1. Kerangka Teori 24
3.1. Alur Penelitian 31
xi
D A F T A R L A M P I R A N
Lampiran Halaman I Rekapitulasi Dala Rekam Medik 43 2, Hasil Pengolahan Data Dengan Software SPSS 16.0 45 3 Daftar Wawancara 48 4, Sural Keterangan Telah Melakukan Penelitian 49 5 Kartu Aktivitas Bimbingan Proposal Penelitian 50 6 Kartu Aktivitas Bimbingan Skripsi 51 7 Dokumentasi Penelitiiui 52
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Katarak adaiah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa denaturasi protein lensa
terjadi akibat kedua - duanya (Ilyas, 2014). Katarak merupakan penvebab
kebutaan dan gangguan penglihatan lerbanvak di duma. Jumlah katarak
yang mengakibatkan kebutaan reversible melebihi i 8 juta (48%) dan 38 juta
penderita kebulaan df dunia (Jiang et al. 2012). Menurut Hasil Survei
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993 - 1996
menunjukkan angka kebutaan di Indonesia adaiah 1,5%. Dimana penyebab
utama kebutaan berdasarkan hasil survei tersebut adaiah Katarak (0,78%),
Glaukoma (0,20%), dan Kelainan Refraksi (0,14%) (DEPKES. 2006).
Katarak merupakan salah satu kelainan pada lensa, dimana lensa
keruh mengakibatkan gangguan pada penglihatan miilai dari pandangan
kabur sampai dengan kebutaan. Sekitar 80% dari seluruh kejadian katarak
dikaitkan dengan usia Insidensi terjadinya katarak meningkat pada usia
lebih dari 60 tahun. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi di
dalam lensa (Jiang et ai, 2012). Kekeruhan lensa dengan nukleus yang
mengeras akibat usia lanjut biasanva mulai terjadi pada usia lebih dari 60
tahun (llyas, 2014). Terdapat dua mekanisme utama terjadinya katarak,
yaitu : adanya faktor genetik yang menyebabkan perubahan pada lensa dan
adanya stress oksidatif yang menyebabkan kerusakan pada protein lensa
hingga mengakibatkan terjadinya kekeruhan (Jiang et al. 2012).
Peningkatan kejadian katarak presenil secara signifikan dipengaruhi
oleh aktivitas merokok secara aktif. Menghisap dua puluh batang rokok atau
lebih per hari dapat meningkatkan sedikimya dua kali terjadinya katarak tipe
nuclear dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Kelly et al, 2005).
Faktor resiko katarak meningkat seiring dengan banyaknya jumlah rokok
yang dihisap tiap hari sehingga tingkat keparahan penyakit katarak jauh
1
2
lebih tinggi pada perokok berat dibandingkan dengan perokok ringan
(Lindblad et al. 2lH4)
Terdapat dua mekanisme terjadinya katarak akibat merokok yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung terjadi ketika asap
rokok vang dihisap oleh perokok setiap hannya mengandung banyak radikal
bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) seperti anion superoksida (02-),
hydroxyl (OH) dan hydrogen peroksida (I1202), Radikal bebas yang paling
berperan adaiah hydrogen peroksida (H202). Karena berukuran kecil.
bersifat netral dan dapat melewati membrane plasma sehingga H202 dapat
masuk ke dalam lensa Ha! mi mengakibatkan tingginya kadar radikal bebas
pada lensa. Meski demikian hal ini lidak berpengaruh lerhadap lensa bila
diimbangi dengan antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas
tersebut (Berthoud dan Beyer. 2009).
Namun kenyataannya didapatkan kadar antioksidan yang rendah pada
perokok aktif Hal ini terjadi karena secara tidak langsung merokok secara
aktif dan terus-menerus mengakibatkan terjadinya penurunan kadar
antioksidan yaitu Cilutathion (GSH). GSH dalam tubuh selalu dipertahankan
dalam keadaan tereduksi agar dapat berfungsi sebagai elektom donor unluk
GSH peroksidase ketika mereduksi H202 menjadi H20 dan 02. Merokok
secara aktif menyebabkan kadar GSH menjadi turun karena GSH
mengalami oksidasi dan berubah menjadi GSSG. Sehingga kadar H202
menjadi semakin tinggi dan terjadilah stress oksidatif pada lensa karena
kadar antioksidan yang rendah tidak mampu menetralkan radikal bebas yang
tinggi (Johnson et al, 2010)
Stress oksidatif menyebabkan terjadinya perubahan pada lensa yaitu
protein lensa kehilangan snlfhyxiryl (protein-SH) dan terjadi oksidasi
metionin di dalam inti lensa Sehingga menyebabkan terjadinya saling
keterikatan antar protein yang dihubungkan oleh ikatan disulfide. Adanya
ikatan ini membentuk agregasi molekul tinggi yang tidak dapat larut dan
menyebabkan lensa menjadi tidak jerbih atau terjadi katarak (Berthoud dan
Beyer, 2009).
3
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpuikan bahwa merokok
merupak:m salah salu fakior resiko lerjadinva penyakit katarak baik
presenilis maupun senilis. Sehubimgan dengan hal tersebut dilakukan
penelitian apakah terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian
penyakit katarak presenilis pada pasien katarak di Rumah Sakit Khusus
Mata Prov insi Sumatera Selatan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian penyakil
katarak presenil pada pasien katarak di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi
Sumatera Selatan '
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umiim
Menganalisis hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit
katarak presenil pada pasien katarak di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi
Sumatera Selatan,
1.3.2. Tujuan Khusus
1, Mengidentifikasi jumlah penyakit katarak di Rumah Sakit
Khusus Mata Provinsi Sumaiera Selatan periode Januari 2014 -
Desember 2014.
2. Mengidentifikasi jumlah pasien katarak yang memiliki nvvayat
merokok di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera
Selatan periode Januan 2014 - Desember 2014.
3 Menganalisis hubungan antara merokok dengan kejadian
penyakit katarak presenilis pada pasien katarak di Rumah Sakit
Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan periode Januari 2014 -
Desember 2014.
4
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoiitis
I Peneliti mendapat pengetahuan dan pengalaman penelilian di
masyarakat serta sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu
yang lelah diperoleh selama perkuliahan
2. Diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi referensi bagi
penelitian- penelitian selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Pi-aktisi
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi bagi tenaga kesehatan sang berada di Rumah Sakit Mata
Provinsi sumatera Selatan mengenai hubungan merokok dengan
kejadian kalarak presenil pada pasien katarak sehingga dapat
dijadikan dasar melakukan promosi kesehatan untuk tidak merokok
sebagai suatu upaya preventif terjadinya katarak. dan juga kita
dapat memberikan sosiaiisasi kepada masvarakat karena merokok
dapat mengakibatkan kalarak pada usia muda.
1.4J. Manfaat Instansi
Sebagai bahan rujukan untuk penelilian selanjutnya.
1.5. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya tentang Hubungan merokok dengan katarak Nama Judul Penelilian Desain Hasil
Penelitian
Kelly el al. Smoking and Caiaraci : Cross
2005. Review of ('asucd sectional
Dari perbandingan studi
tersebut. ditemukan
United Association study. bahwa 19 dari 27 studi
Kingdom Cohort menemukan adanya
Prospective hubungan posilif antara
.case merokok dan satu atau
5
amirol lebih jenis kalarak.
Risiko formasi katarak
pada perokok adaiah
3.31 dan pada bukan
perokok adaiah 1.08.
Studi nil juga
menunjukkan b;ih\va
adanya hubungan yang
lebih kuat antara
merokok dengan
katarak nuklear
dibanding dengan
katarak subkapsular
posterior Prevalensinya
lebih tinggi pada
perokok berat ( > 20
batang rokok per ban)
dan tidak ada hubungan
prevalensi katarak pada
perokok ringan. Selain
itu. menurut studi
Chesapake Bay
Waterman, prevalensi
kekeruhan nuklear
paling tinggi pada
mereka vang merokok
sebelum usia 16 tahun,
menandakan keparahan
kekeruhan lensa
meningkat dengan
6
peningkatan konsumsi
rokok
Tan et al. Smoking and the Long- Cohort Pada studi ini. perokok
2008. Term Incidence of study saat ini memiliki risiko
Australia Cataract : The Blue 50% lebih tinggi
Mountains eye study terkena kalarak nuklear
dalam 10 tahun
dibanding bukan
perokok. rala-ialu
timbul 2 tiiliun lebih
awal pada perokok. dan
lebih cepat memerlukan
operasi katarak.
Peningkatan risiko ini
juga diinngi seberapa
banyak jumlah bungkus
rokok yang dikonsumsi
sehingga diajukan
adanya efek dosis
merokok dalam
perkembangan katarak.
Tembakau
menyebabkan
kerusakan oksidatif
pada lensa dengan
dilemukannya
peningkatan kadar
serum dismutase
superoksida, katalase.
7
glutation peroksidase.
dan glutation reduktase,
Rokok juga
menyebabkan
p emb entu kan p ro d u k
akhir glikasi reaklif
\ang berpotensi dalam
perkembangan katarak.
Mekanisme lainnya
adaJah komposisi
kadmium, tembaga.
timah yang dapat
terakumulasi pada lensa
dan menyebabkan
toksisitas langsung.
Selain itu, rokok
mempercepat proses
akselerasi penuaan
biologi karena katarak
nuklear merupakan
penanda penuaan
biologis.
Ye et al, Smoking and Risk ij Cross Studi ini merupakan
2012, Age-Related Cataract : sectional studi meta analisis Age-Related Cataract : untuk mengevaluasi
Korea. A Meta-Ana lysis study. hubungan merokok dan Cohort katarak terkait usia
Prospective (KTU) Studi vang
study. sesuai diidentifikasi
study. melalui pencarian komputer dan mengulas daftar referensi dari
8
artikel tersebut Ringkasan rasio nsiko relatif, rasio odd. dan 95% interval kepercav aan dihitung Terdapat 13 studi kohort prospektif dan 8 case eoniro! >iiog memenuhi kriteria inklusi studi ini, Perokok secara statistik memiliki korelasi signifikan dengan peningkatan KTU pada studi kohort (OR 1 41, 95% CI 1.23-1.62) dan studi case-control (OR 1.57, 95% CI 1.20-2.07). Pada analisis sub kelompok. perokok menunjukkan hubungan positif dengan katarak nuclear dan secara marginal signifikan dengan katarak subkapsular posterior pada sludi kohort. Perokok saat ini memiliki risiko lebih tinggi terjadinya KTU disbanding bukan perokok Tidak ada ditemukan adanya hubungan antara merokok dan katarak kortikal.
Uinblad, Smoking Cessation and Prospective Studi ini
Hakanson, the Risk of cataract. Cohort memperkirakan risiko
9
Wolk. 2014. Smdv ekstraksi katarak
Swedia. berdasarkan rata-rata
lumlah rokok yang
dihisap dalam salu hari
kumulatif merokok.
usia awal merokok.
durasi merokok (tahun).
penghentian merokok <
10 tahun. 10 hingga 20
tahun, lebih dan 20
tahun. Faktor risiko lain
juga dipertimbangkan
seperti usia, diabetes
melitus. hiperlensi,
pengobalan
kortikosteroid.
konsumsi alkohol,
penggunaan suplemen
V itamin. indeks massa
tubuh, dan tingkat
pendidikan. Setelah
penghentian merokok,
risiko ekstraksi katarak
menunin seiring waktu
(P < 0,001). Diantara
laki-laki \ang merokok
lebih dari 15 rokok per
hari. risikonva menunin
selama periode
merokok. dosis
10
seinng waklu sejak
berhenli merokok
dibanding bukan
perokok (tren p <.0()1).
Intinva. terdapat
penurunan nstko
katarak pada mdividu
\ang berhcnti merokok
tapi tidak akan pemah
mencapai kadar seperti
pada bukan perokok.
Sumber : Kelly et al, 2005, Tan et al, 2008, Ye el al, 2012, Linblad, 201-1
Perbedaan penelitian Kelly 2005, Tan 2008, Ye 2012, dan Linblad
2014 dengan p^elitian ini adaJah lempat dilakukan yang berbeda, dan juga
penelilian mi terjadinya Katarak dibawah umur 50 tahun. yaitu Katarak Presenilis.
BAB II
T I N J A U A N P l ' S T A K A
Landasan Teoii
2.1.1. Merokok.
A. Definisi
Merokok adaiah kegialan menghisap rokok yang dilakukan
berulang kali dan teralur. Terdapat beberapa status merokok
yaitu :
Berdasarkan jumlah rokok \ang dikonsumsi selama
hidupnya, perokok dibagi menjadi :
a Bukan perokok adaiah orang yang mengkonsumsi
rokok < 100 batang selama bidupnya dan sekarang
tidak sedang merokok.
b Riwayat merokok adaiah orang yang dahulu merokok
> 100 batang telapi sekarang sudah tidak merokok
lagi.
c Perokok aktif adaiah orang yang pemah dan masih
mengkonsumsi rokok > 100 batang dalam bidupnya
(Yun et al. 2012)
Berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi tiap
harinya, perokok dibagi menjadi:
a. Perokok ringan apabila mengkonsumsi rokok < 10
batang per ban
b Perokok sedang apabila konsumsi rokok per hari <
20 batang,
c. Perokok berat bila konsumsi rokok per hari > 20
batang (Yun et al, 2012).
Derajat berat ringan merokok bisa juga dinilai
dengan menggunakan Indeks Brinkman (IB) yaitu
10
11
lurnlah rata - rata rokok yang dikonsumsi tiap hari \
iama merokok (laliun) Sehingga diapatkan dua
kelompok \aitu perokok berat {Imleks Brinkman > 600)
dan perokok ringan (IB < 600) (Watanabe et al, 2011).
B. Kaiidungan rokok
Kandungan kimia tembakau \ ang sudah tendenlifikasi
jumlahnya mencapai 2 500 komponen, Dan jumlah tersebut
sekitar 1.100 komponen diturunkan menjadi komponen asap
secara langsung dan 1 400 lainnya mengalami dekomposisi atau
lerpecah. bereaksi dengan komponen lam dan membentuk
komponen baru. Di dalam asap sendiri terdapat 4 800 macam
komponen kimia vang telah teridentifikasi Komponen kimia
berbahaya bagi kesehatan di antaranya: tar, nikotin, gas CO. dan
NO yang berasal dari tembakau Selain itu juga bahan - bahan
berbahava vang terbentuk saat penanaman. pengolahan dan
penvajian \aitu residu pupuk dan pestisida. Tobacco Specific
Nitrosomine (TSNA), Benzo-a-Pyrene (B-a-P), dan Non
Tobacco Related Material (NTRM) (Tirtosastro, 2010).
C . Baliaya Rokok
Sebagian besar komponen yang ada dalam rokok baik
komponen utama yang berasal dari tembakau maupun berbagai
macam komponen tambahan akan berbahaya jika masuk
kedaiam tubuh Komponen ini masuk ke dalam tubuh melalui
asap yang dihasilkan dan membakar sebatang rokok. Sehingga
siapapun orang yang menghisap asap rokok secara terus -
menerus baik secara aktif maupun pasif akan terkena dampak
buruk dari rokok (Sumarna, 2009).
Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan
sedikitnya 25 jenis penyakil dan berbagai organ tubuh manusia.
12
seperti kanker paru. bronkitis kronik. emfisema. dan penvakil
paru laniin a Selain tlu. pada uanila hamii merokok juga sangal
berbahaya bagi janin karena bisa menyebabkan berat badan bayi
lahir rendali. bayi iahir prematur. peningktatan resiko terjadinya
keguguran dan kematian janin (Sumarna. 2009).
Merokok juga dilaporkan sebagai faktor resiko suatu penyakit
mata \ aitu katarak Hal ini terjadi karena didaiam rokok terdapat
suatu komponen vang berasal dari tembakau vang bersifat toksik
pada mala yaitu sianida (Rahman el al. 2011). Selain itu. di
dalam asap rokok mengandung nikotin . radikal bebas dan
karbon monoksida yang dapat meningkatkan stress oksidatif dan
berperan penling dalam mekanisme lerjadinva katarak (Ye et al,
2012).
D. Jenis - jeiiis Rokok
Ada beberapa jenis rokok yang dikenal masv arakat yaitu :
rokok putih, rokok kretek. rokok kelembak. rokok cerutu, rokok
pipa dan lain - lain Rokok putih adaiah rokok yang dibuat dari
daun tembakau saja tanpa dicampuri bahan - bahan lain
sedangkan rokok kretek adaiah rokok yang terbuat dari
tembakau dan juga cengkeh. Rokok kelembak vaitu rokok yang
dibuat dari tembakau dan dicampur dengan kelembak. Rokok
cerutu terbuat dari daun tembakau kering yang dirajang agar
lebar disusun sedemikian rupa yang kemudian dibalut dengan
daun tembakau (Sumarna. 2009)
Untuk mengurangi efek yang ditimbulkan oleh asap rokok
terhadap tubuh. beberapa rokok dilambah filter. Berdasarkan ada
tidaknya filter rokok dibagi menjadi :
a Rokok filter : rokok yang bagian pangkalnya terdapat
gabus sebagai filter.
13
b Rokok nonfiltei" rokok yang pada pangkalrna tidak
[erdapal gabus \ang berfungsi sebagai filter
(Muiv aningsih. 2009)
2.1.2. Katarak
A. Definisi
Katarak berasal dan Bahasa Yunani \ ailu Katarrhakies.
Btiiiasa Inggns yaitu Cataract dan I.aim yaitu Caiaracia yang
berarti air terjun Dalam Bahasa Indonesia disebut Bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Kekeruhan ini dapat terjadi akibal penambahan cairan (hidrasi).
denaturasi protein lensa maupun keduanya (llyas. 2014).
Katarak merupakan sualu penvakit mata akibat adanya
kekeruhan pada lensa. Kondisi lensa yang keruh ini
mengakibatkan gangguan pada penglihatan mulai dari
pandangan kabur sampai dengan kebutaan. Sebagian besar
katarak timbul pada usia tua (lebih dari 60 tahun) sebagai akibat
pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh
lainnya seperti merokok, radiasi sinar UV dan peningkatan
kadar gula darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis atau
katarak terkait usia (Tirtosastro, 2010). Namun katarak juga bisa
terjadi pada usia kurang dart 50 tiihun vang disebut sebagai
katarak presenilis (Rahman et al, 2011).
B. Etiologi
Penyebab pasti penyakit katarak belum diketahui secara jelas
sampai dengan saat ini. Namun terdapat banyak faktor yang
dikaitkan dengan timbulnya katarak, Beberapa di antaranva
yaitu :
14
a, Usia
Sekitar 80 % dari seluruh kejadian katarak dikaitkan
dengan usia, Semakin lanjut usia seseorang semakm
tinggi msidensi terjadinv a katarak, Hal mi berkaitan
dengan proses penuaan yang terjadi di daiam lensa
(Jiang et al. 2012). Kekeruhan lensa dengan nukleus
yang mengeras akibat usia lanjut biasanva mulai terjadi
pada usia lebih dari 60 tahun (Ilv as. 2014)
b. Genetik
Terdapat sekitar 45 lokus gen yang telah diidentifikasi
sebagai gen yang berhubungan dengan terjadinya
katarak Beberapa di antaranva vaitu : Heat Shock
Froicin (HSF4). Gap Junction Prolcin Alpha 8 (GJA8).
Eph-Rcccplor Tyrosinckinasc-lypc A2 (EPHA2) (Shiels
dan Hejtmancik. 2013)
c Glaukoma dan penyakit mata lainnya
Peningkatan tekanan intraokuler pada pasien glaukoma
meningkatkan risiko terjadinya katarak nuklear
(Chandrasekaran et al, 2006; Sinha et ai, 2009). Menurut
Donaldson et al (2007) sekitar 30.4% penderita uveitis
mengalami komplikasi katarak (Sinha et al. 2009). Miopi
derajat tinggi berhubungan secara signifikan dengan
terjadinya kalarak nuklear (Younan et al, 2002; Sinha et
al, 2009). Miopi yang terjadi pada usia muda (sebelum
usia 20 tahun) merupakan faktor resiko terjadinya
kalarak posterior subkapular (Sinha et al. 2009).
d. Kelainan metabolik
Tan et al (2008). menilai hubungan antara diabetes dan
penyakit kardiovaskuier terhadap kejadian katarak. Hasil
penelitiaji tersebut menyimpulkan balnva sindrom
metabolik meningkatkan terjadinya ketiga jenis katarak
15
diui kelainan melabolik akibal resisteiisi insulin lebih
berpengaruh terhadap pembenlukan katarak
dibandingkan dengan penyakit kardiovaskular (Tan et al.
201)8; Sinha et al. 2009).
e. Paparan sinar UV
Sinar UV yang berasal dari sinar matahari dapat
menginduksi pembenlukan Reactive Oxygen Spesies
(ROS). Pada tubuh manusia terdapat filter unluk UV.
telapi menurun ketika usia tua Adanya ikatan protein
lensa dengan sinar UV akan menyebabkan lensa menjadi
lebih beresiko mengalami kerusakan dan terjadinya
oksidasi (Berthoud dan Bever. 2009).
f. Rokok
Peningkatan kejadian katarak berkaitan dengan inlensitas
dan banyak batang rokok yang dikonsumsi. Menghisap
dua puluh batang rokok atau lebih per hari dapat
meningkatkan sedikitnya dua kali terjadinya katarak tipe
nuklear dibandingkan dengan orang yang tidak pemah
merokok (Kelly et aJ, 2005)
g. Penggunaan steroid
Konsumsi steroid secara oral maupun inhalasi dapat
meningkatkan risiko terjadinya suhcapular katarak dan
katarak nuklear (Wang et al, 2009). Sedangkan insidensi
katarak pada penderita makula edema akibat diabetes
sang diberi intravitreal triamcinolone (IVTA) sekitar
81% (Islam et al, 2007; Sinha el al. 2009).
h. Radiasi
Radiasi pada Central Ner\>ous System (CNS) mempakan
satu - satunya faktor resiko terjadinya kalarak pada
pendenta leukemia limfoblastik pada anak - anak.
Prevalensi pada pasien yang mendapat radiasi yaitu
16
11.1% sedangkan yang lidak mendapat radiasi 2.8%
(Alloin et al. 2013).
i. Akibat operasi
Adelman et al (2003), mengevaluasi risiko terbentuknya
katarak pada pasien berusia muda setelah melakukan
initial trabeculectomy yaitu sebesar 24% dan rata - rata
waktu tet;jadin\*a katarak setelah initial trabeculectomy
adaJah 26 bulan (Adelman et al, 2003; Sinha et al, 2009).
C . Patogenesis
Meski pensebab pasli dan patogenesis dari kalarak belum
dipaJiami secara jelas sampai sekarang, terdapat hipotesis
tentang mekanisme utama terjadiny a katarak. \aitu :
a Faktor genetik
Katarak yang terjadi saal lahir atau pada masa kanak - anak
biasanya terjadi secara herediter. Terdapat sekitar 45 lokus
gen yang telah diidentifikasi sebagai gen yang berhubungan
dengan teijadinya katarak. Beberapa di antaranya yaitu :
Heat Shock Protein (HSF4). Gap Junction Protein Alpha H
(GJA8). Eph-Receptor Tyrosmekinase-Type A2 (EPHA2)
Meskipun mengalami mutasi pada gen yang sama,
mortologi dan tingkat keparahan katarak yang diderita akan
berbeda. Sehingga manifestasi klinis yang nuincul pada
penderita katarak merupakan basil akhir akibat berbagai
macam sebab (Shiels dan Hejtmancik, 2013),
b Stress oksidatif
Merupakan mekanisme yang paling utama terjadinya
katarak. Radikal bebas atau Reactive Oxygen Species
(ROS) meliputi anion superoksida (02"), hidroksil (OH)
dan H202 daiam aqueous humor dan lensa sekitar 25-30
17
MikroiiM. sedangkan pada penderita katarak
konsenlrasinva meningkat tiga kali lipat (Berthoud dan
Bey er. 2009)
ROS dapat dihasilkan secara endogen maupun eksogen,
Endogen berasal dari mitokondria. peroksisom dan
sitoplasma yang merupakan hasii metabolisme normal
ketika terjadi rangsangan inllamasi. Eksogen berasal dan
sinar radiasi alaupun UV (Berthoud dan Beyer. 2009).
Oleh karena itu lensa harus mempunyai system
deloksifikasi yang efisien terhadap stress oksidatif.
Beberapa studi melaporkan bahwa (i/uiaihionc S-
iransferase (GST) merupakan suatu en/im yang berperan
penting dalam melawan stress oksidatif Oleh karena itu
apabila terjadi perubahan fungsi atau kerusakan pada GST
maka lensa akan mudah terkena toksin yang berasal dari
stress oksidatif Kerusakan atau perubahan fungsi dari GST
bisa terjadi akibat adanya stress oksidatif yang berlebihan
atau bisa juga karena adanya polimorfisme atau perubahan
genetik yang mempengaruhi fungsi GST (Jiang et al, 2012).
Klasifikasi
a. Berdasarkan terjadinya katarak dengan usia, klasifikasi
katarak yaitu :
1. Kalarak Kongenilal, katarak yang terjadi pada usia
di bawah 1 tahun
2. Katarak Juvenil, kalarak yang terjadi pada usia di
atas 1 tahun sampai usia 10 tahun.
3. Kalarak Presenilis, yaitu katarak terjadi sebelum
usia 50 tahun. Sedangkan menurut Rahman et al,
(2011) katarak presenilis adaiah kalarak yang terjadi
18
kelika usia dewasa muda sampai dengan usia
kurang dan 50 tahun
4. Katarak Senilis, yaitu katarak yang berkaitan
dengan usia dan paling sering terjadi ketika usia 50
tahun keatas (Shiels dan Hejtmancik. 2013).
Berdasarkan letak anatomis terjadinya kekeruhan pada
lensa :
1. Katarak Kortikal. pada kalarak kortikal terjadi
penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung
dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks
refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seolah -
olah mendapat kekuatan baru unluk melihat dekal
pada usia yang bertambah.
2. Katarak Nuklear. inti lensa dewasa selama hidup
bertambah besar dan menjadi sklerotik Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya putih kekuningan
menjadi coklat dan kemudian kehitam - hitaman.
Keadaan ini disebut kalarak Brunesen atau rigra
3. Katarak Subkapsular, kekeruhan terletak di lapis
korteks posterior dan dapat memberikan gambaran
piring. Semakin dekat letaknya terhadap kapsul
semakin cepat berlambahnya katarak (llyas,2014)
Berdasarkan penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini
adaiah :
1 - Kalarak perkembangan atau pertumbuhan, misalm a
katarak congenital dan katarak juvenile terjadi
karena secara biologis serat lensa masih dalam
perkembangannya. Beberapa penyakit kongenilal
dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti
Syndrom Patau. Syndrom Turner dan galaktosemia
19
2. Katarak komplikata. terjadi karena adanya penyakil
lain pada mata seperti uveitis dan glaukoma. aiau
karena adanva penyakit metabolik seperti Diaheies
Me/Iiius.
3. Katarak sekunder atau after cataract yaitu kalarak
yang timbul beberapa bulan setelah dilakukan
operasi katarak Berupa penebalan kapsul posterior
akibat proliferasi sel - sel radang pada sisa - sisa
korteks \ ang tertinggal.
4 Kataral Trauma, kekeruhan lensa akibat trauma
tajam atau lumpul,
5. Katarak Degenerative atau katarak senile, terjadi
pada usia lanjut akibat proses penuaan atau
degenerasi (llyas.2014)
Berdasarkan maturilas atau stadium kalarak :
1. Katarak Insipien
Kekeruhan vang tidak teratur seperti bercak -
bercak yang membentuk gerigi dengan dasar di
penfer dan daerah jemih di antaranya. Biasanya
terletak di korteks anterior atau posterior Pada
stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks
refraksi yang lidak sama pada semua bagian lensa.
Bila dilakukan uji bayangan ins akan posilif
(Ilyas,2014)
2. Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut terjadi kekeruhan
yang lebih tebaJ tetapi tidak mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian - bagian yang jemih
pada lensa Pada stadium ini terdapat hidrasi korteks
yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung sehingga memberikan perubahan indeks
20
refraksi dimana mala akan menjadi miopi
Kecembungan ini menyebabkan ins terdorong ke
depan sehingga bilik mata akan menjadi sempit dan
mudah terjadi glaucoma. Uji bayangan ins pada
lensa positif (llyas.2014)
3 Katarak Matur
Bila proses degenerasi beijaJan terus maka akan
terjadi pengeluaran air bersama - sama hasi 1
disintegrasi melalui kapsul. Pada stadium im lensa
berukuran normal, ins tidak terdorong ke depan,
dan bilik mata akan mempunyai kedalaman yang
normal kembali, Terlihat lensa benvama putih
akibat pengapuran menyeluruh karena deposit
kalsium. Uji bayangan iris negative (llyas,2014)
4, Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga
korteks mencair dan dapat keluar melalui kapsul
lensa. Lensa mengkerut berwama kuning. Akibat
pengerutan lensa dan mencairnya korteks, nukleus
lensa tenggelam kearah bawah (Katarak Morgagni).
Lensa y ang mengeci 1 akan mengak i batkan bilik
mata menjadi dalam. Uji bayangan ins membenkan
gambaran pseudopositif (Ilyas,2014).
. Gambaran Klinis
Gejala utama yang dijumpai adaiah penglihatan berkabul dan
penglihatan yang semakin kabur. Pada gejala awal dapat terjadi
penglihatan jauh kabur sedangkan pada penglihatan dekat
semakin membaik dibanding sebelumnya {Second sight). Bila
kualitas lensa memburuk atau terjadi kelelahan maka second
Sight ini akan mcnghilang. Gejala lain yang dijumpai adaJah
21
peningkatan rasa silau (glare). Pada lensa mala penderita akan
tampak bavangan putih. Selain itu. dapat pula terjadi bay angan
ganda. rabun senja dan terkadang membutuhkan cahay a y ang
lebih terang untuk membaca (llyas. 2014)
F . Diagnosis dan Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adaiah
pemeriksaan tajam penglihatan. taiam penglihatan biasanya akan
sangat berkurang, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan sinar celah (Sliftlamp) untuk mengetahui keadaan
komea. iris, lensa celah antara iris dan komea secara detail
sehingga mudah unluk menilai adanya keabnormalan, Dapat juga
menggunakan oftalmoskop dengan midriatikum untuk mencari
tanda - tanda perubahan pada lensa, glaucoma dan kerusakan pada
retina atau nervus opticus sebagai penyulit (AAO, 2014).
2.1.3.Hubungan Merokok dengan Kejadian Penyakit Katarak Presenil
pada Pasien Katarak
Merokok secara aktif dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan terjadinya stress oksidatif karena jumlah pro-oksidan
melebihi jumlah antioksidan yang ada di dalam tubuh. Stress oksidatif
inilah yang berperan panting dalam patogenesis dari berbagai macam
penyakit termasuk katarak. Katarak yang biasanya terjadi ketika usia
65 tahun lebih dapat terjadi lebih awal ketika usia dewasa muda
sekitar 20 tahun sampai dengan 60 tahun akibat merokok (Ye et al.
2012).
Terdapat dua mekanisme terjadinya katarak akibat merokok
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung terjadi
ketika asap rokok yang dihisap oleh perokok setiap harinya
mengandung banyak radikal bebas atau Reactive Oxygen Species
(ROS) seperti anion superoksida (02-), hydroxyl (OH) dan hydrogen
22
peroksida (H202), Radikal bebas yang paling berperan adaiali
hvdrogen peroksida (H202) Karena berukuran kecik bersifat netral
dan dapat melewati membrane plasma sehmgga H202 dapat masuk ke
dalam lensa, Hal ini mengakibatkan tingginya kadar radikal bebas
pada lensa. Meski demikian hal ini tidak berpengaruh terhadap lensa
bila diimbangi dengan antioksidan yang dapat menetralkan radikal
bebas tersebut (Berthoud dan Beyer. 2009).
Namun kenyataannya didapatkan kadar antioksidan yang rendah
pada perokok aktif Hal ini terjadi karena secara tidak langsung
merokok secara aktif dan terus-menerus mengakibatkan terjadinya
penurunan kadar antioksidan yaitu Glutaihion (GSH). GSH dalam
tubuh selalu dipertahankan dalam keadaan tereduksi agar dapat
berllingsi sebagai elektorn donor untuk GSH peroksidase ketika
mereduksi H202 menjadi H20 dan 02. Merokok secara aklif
menyebabkan kadar GSH menjadi turun karena GSH mengalami
oksidasi dan berubah menjadi GSSG. Sehingga kadar H202 menjadi
semakm tinggi dan terjadilah stress oksidatif pada lensa karena kadar
antioksidan yang rendah tidak mampu menetralkan radikal bebas yang
tinggi (Johnson et al, 2010)
Stress oksidatif menyebabkan terjadinya perubahan pada lensa
yaitu protein lensa kehilangan suJfiiydiyl (protein-SH) dan terjadi
oksidasi metionin di dalam inti lensa. Sehingga menyebabkan
terjadinya saling keterikatan antar protein yang dihubungkan oleh
ikatan disulfide. Adanya ikatan ini membentuk agregasi molekul
tinggi yang tidak dapat larut dan menyebabkan lensa menjadi tidak
jerbih atau terjadi katarak (Berthoud dan Beyer, 2009),
Terjadinya katarak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain
baik secara internal maupun ekstemal. Faktor internal yang
memengaruhi teijadinya katark yaitu genetik dan usia Sedangkan
faktor ekstemal yaitu glaukoma dan penyakit mata lainnya, kelainan
23
meiaboiik. paparan sinar UV. konsumsi alkohol. penggunaan steroid,
radiasi dan juga akibat dan operasi mala (Sinha et al. 2009)
24
2.2. Kerangka Teori
Faktor ekstemal sinar UV, radiasi. steroid, kelainan
metabolik, glaukoma dan penyakit mata
lainnya alkohol. akibal operasi
Merokok
Langsung
Radikal bebas 02-, OH. H202
H202 meningkat
Stres Oksidatif
Protein lensa kehilangan Sulfhvdrv
Oksidasi Methion
Agregasi molekul tinggi dan tidak bisa larut
Katarak
Tidak Langsung
Penurunan antioksidan GSH
GSH teroksidasi
GSSG
Faktor Intemal : genetik dan usia
Bagan 2.1. Kerangka Tcuri
Modinkasi : Berthoud dan Beyer, 2009
Sinha ct al, 2009
25
2.3. Hipotesis
Ho : Tidak terdapal hubungan antara Merokok dengan Kejadian Penvakit
Katarak presenilis pada pasien katarak.
Ha : Terdapat hubungan antara Merokok dengan Kejadian Penv akit Katarak
presenilis pada pasien katarak.
BAB III
M E T O D E P E N E L I T I A N
3.1. Jenis Penelitian
Penelilian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan studi kasus conirol (case control).
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dan bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan
Desember 2015 \ang dilaksanakan di Rumah Sakil Khusus Mata Provinsi
Sumatera Selatan.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adaiah seluruh pasien yang didiagnosis
mengalami penvakit mata di Rumah Sakit Khusus Mala Provinsi Sumaiera
Selatan, yang didapat dari data rekam medik Rumah Sakit Khusus Mata
Provinsi Sumatera Selatan periode Januari 2014 - Desember 2014.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adaiah:
a. Sampel kasus adaJah semua pasien dengan data rekam medik yang
mengalami penyakil mata, yaitu katarak presenilis di Rumah Sakit
Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan periode Januari 2014 -
Desember 2014.
b. Sampel kontrol adaiah semua pasien dengan dala rekam medik yang
mengalami penyakit mata katarak selain katarak presenilis di Rumah
Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selalan periode Januari 2014
- Desember 2014.
26
27
3.3.3.Cara Pengambilan Sampel dan Besar Sampel
Cara pengambilan sampel \ang ak;ui dilakukan dalam penelilian ini
adaiah menggunakan teknik Consecutive sampling dengan melakukan
matching, dengan besar sampel dihitung berdasarkan nilai OR dan
dihitung dengan ramus sebagai benkut
n = Z a / 2 P Q + ZPVP1Q1+ P2Q2
(Pi - ^2)-
Catalan ; = ( i -P l ) Q2 - (1 -P2)
P - V2 *P' * P-) Q -1-P
Keterangan : OR - Odds Rasio N l = N2 = Besar Sampel
Za = Kesalahan tipe 1 adaiah 5% hipotesis dua arah Za = 1.64
ZP - Kesalahan tipe 2 adaiah 20% maka Zp - 0.84
PI = Proporsi paparan pada kasus
P2 = Proporsi paparan pada control
Q = Probabililas gagal atau yang tidak mengalami kasus
sebesar (I-P) (Schlesselman. 1982)
Dikarenakan tidak adanya data proporsi dari penelitian
sebelumnya. maka ditentukan nilai p ^ 0.5 Berdasarkan perbitungan
rumus diatas maka besar sampel yang diambil dalam penelitian ini
dapat dihitung sebagai berikut:
1,6472.0,75.0,25 + 0,8470,5.0.5+ 1.0 n =
n =
( 0 , 5 - \Y
1,6470,375 + 0 ,84 /025
(05)^
28
[1,003 + 1,34]-' ^ ^ ^ 0 ^ 5
n ^ 21.9585 = 22 orang
Didapatkan hasi! sampel unluk penelitian adaiah 22 orang . unluk
menghindari bias maka untuk sampel konlroi diambil sampel dua kali
lipal dari sampel kasus. sehingga diambii sampel kelompok kasus 22
orang dan sampel kelompok Konlroi 44 orang.
3.3.4 Kiiteiia Inklusi dan Eksliisi
A. Kriteria Inklusi
a. Sampel Kasus
Pasien dengan dala rekam medik \ang didiagnosis
mengalami kalarak presenilis di Rumah Sakit Khusus Mata
Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki data rekam medik
yang lengkap periode Januari 2014 - Desember 2014.
b. Sampel Kontiol
Pasien dengan data rekam medik yang didiagnosis
mengalami penyakit mata katarak selain katarak presenilis di
Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan \ang
memiliki data rekam medik yang lengkap periode Januari
2014 - Desember 2014.
B. Kriteria Ekslusi
1 Data rekam medik tidak lengkap
2. Pasien mendenta pen\ akit Diabetes Mcllitus.
3. Pasien memiliki riwayat penyakit mata lain seperli
Glaukoma Miopi. dan trauma mata.
4. Pasien mengkonsumsi Steroid dalam waktu yang lama.
29
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. V ariabel Dependent
Variabel dependenl ; Katarak.
3.4.2. Variabel Independent
Variabel independent : Riwav at Merokok.
3.5. Definisi Operasional
l abel 3.1 Defmisi Operasional Merokok dan Katarak Presenilis.
Sumber : liyas, 2014, Yun et al, 2012
No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur iSkaia Hasil ukur II ku r
diiikiir 1. Riwayat Merokok adaiah Melihat data Data rekam Nomina 1. Tercanlum
Merokok kegiatan rekam medik medik dan 1 riwayat menghisap dan daRar merokok di rokok atau Wawancara perlanyaan rekam membakar kepada medis tembakau yang pasien 2. Tidak kemudian tercantum dihisap asapnya riwavat baik merokok di menggunakan rekam rokok maupun medis menggunakan pipa.
2. Katarak Katarak Melihat data Data rekam Nomina 1. Katarak Presenilis adaiah rekam medik medik 1 Presenilis katarak \ang terjadi terjadi pada usia sebelum usia muda sampai 50 tahun. dengan usia 50 2, Katarak tahun. Senilis
terjadi pada usia 50 tahun keatas.
30
3.6. Cara Pengumpulan Data
3.6.1 Data Primer
Penelilian ini menggunakan dala primer yang berupa daftar lanya jawab
yang diajukan kepada pasien kalarak \ang daianva didapatkan berasal dan
rekam medik di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selalan periode
Januan 2014 - Desember 2014.
3.6.2 Data Sekunder
Penelilian ini menggunakan data sekunder yang berasal dan Rekam Medik
di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumaiera Selatan mengenai pasien
yang mengalami katarak presenilis dan katarak selain katarak presenilis
periode Januan 2014 - Desember 2014.
3.7. Pengolahan Data
3.7.1 Cara Pengolahan data
Langkah - langkah dalam pengolahan data sebagai berikut:
1 Editing adaiah setiap lembar data rekam medik diperiksa untuk
memastikan bahwa setiap data yang diperlukan untuk penelitian telah
lerpenuhi.
2. Coding adaiah pemberian kode pada setiap data \ang diperoleh dari rekam
medik untuk memudahkan proses pengolahan data.
3. Processing adaJah melakukan pemindahan atau memasukkan dala dari
rekam medik ke dalam komputer unluk diproses menggunakan software
statistik.
4. Cleaning adaiah proses yang dilakvikan setelah data masuk ke komputer.
data akan diperiksa apakah ada kesalahan atau tidak.
5. Tabulating, pada lahap ini data dari rekam medik yang didapat
dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan,
kemudian dituliskan dalam bentuk tabel.
31
3.8. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis univariat \aitu menyajikan
data dalam bentuk tabel. dan narasi. serta dianalisis bnariat secara statistik
uji Chi Square menggunakan SPSS For Windows dimana dianggap
bermakna jika p < 0.05. dan untuk membuktikan kekuatan hubungan
dipakai odd rasio.
32
3.9. Alur Penelitian
Populasi : Semua data rekam medik pasien \ ang didiagnosis mengalami penyakit mata di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan
•
('unsecufive sampling •
('unsecufive sampling
Sampel
Sampel Kasus
Pasien yang didiagnosa katarak
presenilis
Sampel Kontrol
Pasien yang didiagnosa bukan katarak presenilis
Kriteria Ekslusi
Kriteria Inklusi
Pengumpulan Data
Pengolahan Data dan Analisis Data
Kriteria Inklusi
Kriteria Ekslusi
Hasil Penelitian
Bagaii 3,1, Alur Fenehtian
BAB IV
I I A S I L DAN P E M B A H A S A N
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang diambil dari data rekam medik
Rumah Sakit Khusus Mala Provinsi Sumatera Selatan periode Januari
2014 Desember 2014 didapatkan sebanyak 66 pasien yang menjadi
sampel yang masing - masing terdiri dan 22 kasus dan 44 kontrol. Sampel
ini diambil dan 192 pasien penderita Katarak Presenilis vang berobat ke
Rumah Sakil Khusus Mala Provmsi Sumatera Selatan Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara Consecuiive sampling.
4.1.1 Analisis Univariat
A. Katarak
Pada penelitian ini, kelompok penyakit katarak pasien telah
diklasitlkasikan berdasarkan umur pasien terkena katarak Klasifikasi ini
bersumber dan llyas (2014) Kelompok katarak dibagi menjadi katarak
kongenilal (< 1 tahun), katarak juvenile ( l - IO tahun), katarak presenilis (<
50 tahun. dan katarak senilis (> 50 tahun).
Hasil penelitian ini didapatkan distribusi pasien mendenta katarak
berdasarkan umur dapat dilihat di tabel 4.1 Hasil penelilian didapatkan
33,3% pasien mendenta katarak presenilis (< 50 tahun), dan 66,7% pasien
menderila katarak senilis (> 50 tahun).
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Kasiis Katarak Berdasarkan llnnir (ii=66) Katarak Ere ku en si Persentase (%)
Katarak Presenilis (< 50 tahun) 22 33.3
Katarak Senilis (> 50 taiiun) 44 66.7
Total 66 100
34
B. Riwayat Merokok
Merokok dalam penelilian ini dikelompokan menjadi dua kategori
yaitu merokok (Ya) dan tidak merokok (Tidak), Distribusi sampel kasus
berdasarkan nwayat merokok dapat dilihat pida tabel 4,2. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 36,4% pasien penderita kalarak merokok (Ya) dan 63,6%
pasien penderita katarak tidak merokok (Tidak).
Riwayat Merokok Fiekuensi Persentase (%)
Merokok (Ya) 24 36.4
Tidak Merokok
(Tidak) 42 63,6
Total 66 100
4.1.2. Analisis Bivaiiat
A. Hubungan Merokok dengan Kejadian Penyakit Katarak Presenilis
Tabel 4.3 Hubungan Merokok dengan Kejadian Penyakit Katarak Presenilis (n^66)
Katarak
Total p Kasus Kontrol
24
100.0% 0.000
42
100,0%
^66
100.0%
Ya 20 4
83.3% 16 7% Merokok
Tidak 2 40
4„8% 95.2%
Total 22 44
33.3% 66.7%
OR = 100,000 (CI 95% = 16,860 - 593;il9)
35
Hubungan merokok dengan kejadian katarak presenilis dapat
dilihat pada tabel 4 3 Hasii penelilian menunjukkan persentase pasien
yang merokok mendenta katarak presenilis (83.3%) lebih banyak
daripada pasien yang tidak merokok menderila kalarak presenilis
(4,8%), Sedangkan pasien merokok mendenta katarak senilis (16.7%)
lebih sedikit dan pasien yang tidak merokok menderila katarak senilis
(95,2%),
Hasil uji chi-squurc menun)ukkan tingkal signifikansi (p)
sebesar 0.000 dimana signifikansi a < 0.05 Hal ini menujukkan ada
hubungan bermakna antara merokok dengan kejadian katarak
presenilis Nilai OR vang didapat adaiah 100.000 dengan ( 7 95%
antara 16.860-593.119,
4.2 Pembahasan
4.2.1. Analisis Univanat
A. Katarak
Dari 66 sampel kasus yang ditelili. diperoleh jumlah kejadian
pasien yang menderila katarak senilis (> 50 tahun) menempati jumlah
yang terbesar yaitu 44 orang (66,7%), dan jumlah kejadian pasien
yang menderila kalarak presenilis (<50 tahun) yaitu 22 orang (33.3%),
Sehingga diketahui bahwa kejadian katarak senilis (> 50 tahun) lebih
sering terjadi daripada kejadian katarak presenilis (<5() tahun).
Hal im sejalan dengan penelitian \ang dilakukan Pujiyanto
(2004) Bahwa katarak sering ditemukan mulai usia 40 tahun keatas.
Dengan meningkatnya umur. maka ukuran lensa akan bertambali
dengan timbulnya serat - serat lensa yang baru, Seiring berlambahnya
usia, lensa berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang
dengan bertambah beratnya katarak Pada golongan umur 60 tahun
hampir 2/3 nya mulai mengalami katarak.
36
B. Riwayat Merokok
Dari 66 sampel kasus vang ditelili. diperoleh proporsi pasien
vang tidak merokok menempati proporsi terbesar yaitu 42 orang
(63,6%). diikuti proporsi pasien yang merokok yaitu 24 orang
(36.4%).
Berdasarkan hasii penelitian dari Sumarna (2009) sebagian
besar komponen vang ada dalam rokok baik komponen utama yang
berasal dari tembakau maupun berbagai macam komponen tambahan
akan berbahaya jika masuk kedaiam tubuh. Komponen ini masuk ke
dalam tubuh melalui asap vang dihasilkan dari membakar sebatang
rokok. Sehingga siapapun orang yang menghisap asap rokok secara
terus - menerus baik secara aktif maupun pasif akan terkena dampak
buruk dari rokok.
Menurut hasil penelitian dari Rahman et al (2011) Merokok
dilaporkan sebagai faktor resiko suatu penvakit mata yaitu katarak
Hal ini terjadi karena didaiam rokok terdapat suatu komponen v'ang
berasal dari tembakau yang bersifat toksik pada mata yaitu sianida,
dan juga berdasarkan hasil penelitian dari Ye et al (2012) di dalam
asap rokok mengandung nikotin, radikal bebas dan karbon monoksida
v ang dapat meningkatkan stress oksidatif dan berperan penting dalam
mekanisme terjadinya kalarak.
Pada penelitian kali ini didapatkan proporsi pasien yang tidak
merokok sebanyak 42 orang (63,6%), dan proporsi pasien yang
merokok sebanyak 24 orang (36,4%), berdasarkan hasil ini bahwa
pada penelitian kali ini pasien yang ditelili cenderung tidak merokok.
hasil ini sama dengan hasil penelitian dan Anggun (2012) yaitu
responden kategori tidak merokok lebih besar v aitu 54,7% sedangkan
yang merokok sebesar 45.3%.
37
4.2.2 Analisis Bivaiial
Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square di dapat
merokok mempumai hubungan yang bermakna dengan kejadian
katarak presenilis pada pasien di Rumah Sakil Khusus Mata Provinsi
Sumatera Selalan dengan perolehan nilai p = 0.000 \ang berarti
terdapal hubungan antara merokok dengan kejadian katarak presenilis.
Merokok merupakan salah satu faktor penting lerhadap
peningkatan kejadian penyakit katarak presenil (Kelly et al. 2005)
Beberapa penelitian sebelumnya juga menyebulkan bahwa tembakau
berbahaya lerhadap mala karena mengandung bahan berbahav a sepeni
sianida yang dapat inen>ebabkan terjadinya kalarak secara dini
(Rahman et al. 201 1)
Merokok dan mengunyah tembakau dapat menginduksi stress
oksodatif dan dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan.
askorbat. dan karotenoid (Taylor. 2004), Merokok menyebabkan
penumpukan molekul berpigmen S-hydroxikhynurinme dan
chromophorcs yang menvebabkan lerjadinva penguningan wama
lensa. Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi
dan denaturasi protein (Khurana, 2007).
Menurut penelilian Pujiyanlo (2004) di Rumali Saku Panti
Willasa Citarum Semarang, kebiasaan merokok dalam penelitian mi
berpengaruh terhadap terjadinya kejadian katarak. Risiko lerjadmya
katarak pada subyek \ang mempunjai kebiasaan merokok sebesar 6
(enam) kali dibandingkan vang tidak merokok
Pada penelitian ini katarak presenilis lebih banyak terjadi pada
subyek tipe perokok (83,3%) dibandingkan dengan yang bukan
perokok. Penelitian Hutasoit (2010) yang dilakukan pada masyarakat
Tapanuli Selatan melaporkan persentase penderita katarak pada segala
usia dengan tipe perokok sekitar 25%. Rahman et al. (2011) meneliti
beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan katarak presenilis
38
dan mendapatkan hasil sekitar 15% penderita katarak presenil
merupakan lipe merokok. Penelitian Tana et al (2007) melaporkan
sebanv ak 46.4% perokok mendenta katarak.
Pada penelitian kali ini didapatkan hasil uji chi-square
menunjukkan tingkat signifikansi (p) sebesar 0.000 dimana
signifikansi a < 0,05. Hal ini menujukkan ada hubungan bermakna
antara merokok dengan kejadian kalarak presenilis Nilai OR yang
didapat adaiah 100,000 dengan (7 95% antara 16,860-593.119.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Pujiyanto (2004) di
Rumah Sakit Panli Willasa Citarum Semarang didapatkan basil uji
chi-squore menunjukkan tingkat signifikansi (p) sebesar 0.002 dimana
signifikansi a < 0.05, Hal ini menujukkan ada hubungan bermakna
antara merokok dengan kejadian katarak presenilis. Nilai OR yang
didapat adaiah 2.9 dengan CI 95% antara 1.4 - 5,7,
Dari uraian diatas dapat disimpuikan bahwa hipotesis yang
menvatakan ada hubungan antara kejadian katarak presenilis dengan
merokok adaJah terbukti ada hubungannya.
4.3. Keterbatasan Penelilian
Dalam penelitian kali im peneliti mengalami keterbatasan berupa rekam
medik \ajig ada di rumah sakit daianya belum terlalu lengkap. sehmgga
peneliti sedikit kesulitan untuk mencari sampel penelitian dan juga
perlakuan pada sampel kasus dan kontrol berbeda.
B A B Y
K E S I M P U L A N DAN S A R A N
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelilian vang dilakukan di Rumah Sakii Khusus Mata
Provinsi Sumatera Selatan terhadap 66 responden disimpuikan sebagai benkut:
1. Distribusi kasus katarak di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumaiera
Selatan, 33.3% pasien menderila katarak presenilis (< 50 tahun). dan 66.7%
pasien menderila katarak senilis (> 50 tahun).
2 Distribusi riwayat merokok di Rumah Sakil Khusus Mata Provinsi Sumatera
Selatan, 36.4% pasien pendenta katarak merokok (Ya) dan 63.6% pasien
penderita katarak tidak merokok (Tidak).
3. Semakin seringnva merokok dapat menimbiilkan peningkatan terjadinya
kejadian penyakit katarak presenilis di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi
Sumatera Selatan denganp = 0.000 (p < 0.005).
5.2, Saran
Saran-saran yang dapat diberikan penulis dalam penelilian ini adaiah
sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan
Dapat membenkan edukasi sedini mungkin dan ajakan untuk menghentikan
merokok kepada setiap pasien yang merokok karena merokok dapat
mengancam kesehatan
2 Bag! Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
Sebagai salah satu sumber bahan seminar atau edukasi dari Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadivah Palembang untuk kelompok
masyarakat vang memiliki faktor nsiko besar terhadap kejadian katarak
presenilis.
39
40
3, Bagi Peneliti Lain
Peneliti beiharap terhadap peneliti Iain dapat meneruskan penelitian mi
agar lebih sempurna. seperti menelili faktor - faktor resiko Iain yang
menyebabkan terjadinya penyakil katarak presenilis
D A F T A R P U S T A K A
AAO (American Acadeim of Ophialmologv) 2014 Peisonaii/ed Diagnosis and Management oiX'ongenilal Cataract by Next-Generation Sequency, 2014
Adelman RA. Brauner SC. Alshari NA. Gro/Areut/ CL. 2003 AAO. Cataract Formation After Initial Trabeculectomv in Young Patients. 2003, 110(3). 625-9.
Allom AL. Barlogis V. Auquier P. Contet A. Poiree M . Demeocq F. Herrmann I 2013 Prevalence and Risk Factors of Cataract After Chemotheraphv With or Without Central Nervous Svstem Irridation for Childhood Acute Lvmphoblastic Leukaemia. 2013, (luip onlinelibrarv \\iie\_conj, Diakses 15 Agustus 2015).
Anggun TA 2012 Badan Penerbit Jumal FKM UL Faktor - Fakior vang Berhubungan dengan Kalarak Degeneratif di RSUD Budhi Ashi Tahun 2011. 2012.
Berthoud MV, Beyer EC. 2009. NCBI. Oxidative Stress, Lens Gap Junctions, and Cataract 2009 11(2),
Chandrasekaran . Cumming RG. Rochtchina E. Mitchell P 2006. NCBI. Associations between Elevated Intraocular Pressure and Glaucoma. Use of Glaucoma Medications, and 5-Year Incident Cataract. 2006. 113(3). 417-24.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006 Kepulusan Menlen Kesehatan Republik Indonesia Nomor 428/MENKES/SKA/I/2006 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran Jakarta Hal 4
Donaldson MJ. Puiido JS. Herman DC. Diehl N. Hodge D 2007 Amenctui Jouma! of Ophthalmology. Pars Planilis : A 20-Year Studv of Incidence, Clinical Features, and Outcomes. 2007. 6. Hal 812 - 817
Hutasoit H. 2009 Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Kapubaten Tapanuli Selatan (Tesis). 2009.
llyas S, RahavTj SY. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta Indonesia, Hal 210 - 220.
Islam MS, Vernon SA, Negi A. 2007. NCBI. Intravitreal Triamcinolone wi l l cause Postenor Subcapsular Cataract in most Eyes with Diabetic Maculopalhv within 2 years 2007. 21(3). 321-3,
Jiang Z, I.iang K, Zhang Q. Tao L 2012. Molecular Vision Glutathione S-Transferases PolyMorphismus Confer Susceptibility to Senile Cortical Cataract In the HAN Chinese Population. 2012. 18. Hal 1247 - 1252.
40
Johnson MR. Ho S-Y. Yu O-Y. Kiivpers FA. Ravindranalh Y. Govette GW 2()!(i NCBI The FITecI of Disruplion of Genes lor Peio\iredo\in-2. Glulalhione Peroxidase-l and Caiaiase on r'r\throc\ie Oxidative Metabolism 2010 48 (4)
Kellv SP. Thomson J. Edwards R. Sahu A. Harrison R 2005. J Cataract Refract Surgerv . Smoking and Cataract Review of Causal Association. 2005. 31 .Hal 2397 - 2398.
Khurana AK. 2007 Community Ophtalmologv in Comprehensive Opthalmology. Fourth Edition Chapter 8 Now Delhi New Age International Limited Publisher 2007 P 167-179.
Lindblad BE. Hakansson N. Philipson B. Wolk. 2014 JAMA Opthalmology. Smoking Cessation and the Risk of Cataract A Prospectiv e Cohort Study of Cataract Extraction Among Men 2014 132 (3) 215
Mulyaningsili R. 2009, Jumal Teknologi Reaktor Nuklir. Penenluan Unsur Logam dan Distribusmva dalam Komponen Rokok dengan Metode Ko - Analisis Aktivasi Neutron Instrumental. 2009 1 1 (1) 26
Pujiyanto IT. 2004. Pasca Sarjana Departemen Epidemiologi Universitas Dipenogoro Semarang Faktor - Faktor Risiko Yang Mempengamhi Kejadian Katarak Senilis di Kola Semarang Tahun 2001 (Tesis). 2004.
Rahman A. Yahva K. Shaikh A. Fasih U. Ziiberi BF. 2011. Pak Journal Medical Science Risk Factors Associated with Pre-Senile Cataract, 2011. 27 (1). 146- 147.
Schlesselman JJ. 1982. Case Control Studies ; Design, Conduct, Analysis. Oxford University Press New York. USA Hal 145.
Shiels A. Heljmancik 2013 Clinical Genetics, Genetics of Human Cataract. 2013. 84 121.
Sinha R. Kumar C. Titival JS. 2009. Indian Journal of Ophthalmology. Etiopathogenesis of Cataract : Joumal Reievv. 2009, 57 (3). 245 - 249.
Sumama R. 2009 Jumal Universitas Indonesia Pengetahuan. Sikap. dan Perilaku Merokok pada Mahasiswi Ekstensi Angkatan 2007 di FISIP Universitas Indonesia tahun 2009. 2009. 9 - 10,
Tan JSL. Wang JJ, Mitchell P 2008 NCBI Influence of Diabetes and Cardiovacular Disease on the long - Term Incidence of Cataract. 2008. 15 (5). 317-27,
Tana M. Schallhorn SC. Hettinger KA. 2009 NCBI. Femtosecond Laser Versus Mechanical Microkeratome : A Retrospective Comparison of Visual Outcomes at 3 Months 2009.25 (7).
41
Taylor A 2004 Lippincot Williams and Wilkins, Nutritional and environmental Influence on Risk for Cataract in Duane~s Clinical of Ophtalmologv Volume 1 Chapter 27C 2004 P4
Tirtosastro S. Murdiyati AS 2010. Bulelin Tanaman Tembakau. Serat dan Mmyak Indusin. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. 2010, 2(1).
Wang JJ, Rochtchina E, Tan AG. Cumming RG, Leeder SR. Mitchell P. 2009. NCBI. Use of Inhaled and Oral Corticosteroids and the Long-Term Risk of Cataract. 2009, 116(4).
Watanabe N . Fukushima M. Taniguchi A. Okumura T. Nomura Y. Nishimura F. Aoyama S. Yabe D. Izumi Y. Ohtsubo R. Nakai Y. Nagasaka S. 2011. NCBI Smoking. White Blood Cell Counts, and TNF System Activity in Japanese Male Subjects with Normal Glucose Tolerance. 2011, 9, 2.
Ye J. He J. Wang C. Wu H. Shi X. Zhang H. Xie J, Lee SY 2012 NCBI. Smoking and Risk of Age Related Cataract : A Meta - Analvsis. 2012. 53 (7)-
Younan C. Mitchell P. Cumming RG. Panchapakasan J. Rochtchina E. Hales A M . 2002. NCBI. Hormone Replacement Theraphy, Reproductive Factors, and the Incident of Cataract and Cataract Surgery 2002, 43 (12), 3625 - 32.
Yun J-W. Shin H-M. Kweon S-S. Ryu Y-S. Rhie A-J. 2012 NCBI. Association o f Smoking Status, Cumulative Smoking, Duration of Smoking Cessation, age of Starting Smoking, and Depression m Korean Adults. 2012. 12. 2.
42
Lampiran t
Rekapitulasi Data Rekam Medik
No nifi [ 4 ^ l l l n
11 mil r \.i i l l U 1
Ipnic Ivntitriik R i w n v n t Merokok 1 1 I I I 1 * 1 47 Pt ^G 11IG
1 1 Cstrilllls 1 a
7 T n nS 47 PfAC AM lIlG 1 I CMrlllilA Tidak J T n C \. 47 P 1*AG A T I 111G
r 1 CaCiiiiia
Va I a A Tn. 1 48 PfAGAnillG • i C:3iriilll3 Y a
Tn MS 44 ****
PfAGAnillG Y a 6 Tn K 45 PfAGAnillG X 1 V I I i l l s Y a 7
/ Tn A 29 PrACAniiic Y a Tn T 41 PfAc AniiiG Y a
X 41 9 Tn M H S 44 Presenilis Y a X n
10 Tn. E P 49 Presenilis Tidak 11 Tn. Z
Tn. G 49 Presenilis Va
12 Tn. Z Tn. G 46
~ VJ Presenilis Va
13 Tn K A 1 1 1 * X ^ X »
42 Pf AGPtl ll I C 1 1 C 3 C l i I l l s Y a I n 14 Tn. SA 45 Presenilis Y a X a
15 Tn S 46 Presenilis 1 1 C S C I i i l l d
Y a 1 l l
16 Tn DS 47 Presenilis I 1 C S C I 1 I l l s
Y a 17 Tn M F
1 1 1 * i T l 1 ' 49 pf AG AniiiG
K I C d C l l l l l d Y a I M I S Tn S 49 Pf AG AnillG V a I a
19 Tn S 1 l l > k7
45 PfAGAnillG 1 1 C d C i i i l l s Va 20 Tn MN
1 1 1 * 1 * 1 1 1 47 PfAGAnillG 1 1 C 3 C I I i l l s Va
21 AA X
Tn Z X 1 1 *
49 P f AG A n i 1 i G X I C d C l i l i i d
V a 22 A«Xa
Tn ABA X 1 1 * ZX.X.V/X
49 P f A G A til 11G 1 1 C 3 C l l I I 1 3 V a I l l
23 T n . H 69 Senilis Tidak 24 Nv M 63 Sen ilis Tidak 25 Tn. R 65 Senilis
k X C i l 1 1 1 3 Tidak
26 Tn. B 78 Senilis ^ 111 1 1 ^
Tidak 27 T n . MD 58 k - I X ' l l l i l i 3 Tidak 28 Ny. S 72 Senilis
tmj ^ 11 1 1 u Tidak
1 1 v i n 1 ^ 29 Nv A 71
' X Senilis L 3 d l l l l 3
Tidak 1 1 mm 30 Tn R T T
X ••* x% X • 74 SAnilic
L 3 C I 1 1 1 1 3 TiHak 1 lUitK 31 Nv R 63 Spnilic TiHak
32 Nv H 1 1 Y • J.X
77 ^ A n 111G TiHaL 1 l u a K
33 Tn. R 86 Senilis Tidak 34 Tn. S 81 Senilis Tidak 35 Ny. A 57 Senilis Tidak 36 Ny. R 59 Senilis Tidak 37 Ny. OS 55 Senilis Tidak 38 Ny. SM 72 Senilis Tidak 39 Tn. P E D 69 Senilis Tidak 40 Ny. S 71 Senilis Tidak
43
41 Ny. NN 78 Senilis T idak 42 Ny. D 75 Senilis 1 idak 43 in. HS 80 Senilis 1 idak 44 1 n. M N ^ 4
74 Senilis 1 idak 45 1 n. i v i s 9U Senilis I idak
4 y 46
1 n, TJ 51 Senilis Ya A T
47 Ny, A T 62 Senilis X " J A • .
1 idak A O
48 1 n. AG 82 Senilis x " ; ^ A1.
1 idak An
49 Ny. R 75 Senilis 1 idak
5U 1 n. i v i y 55 Senilis A / A
Ya 51 111. S n n
90 Senilis X^* J _ 1
i idak 5Z Ny. K o n
80 Senilis x ^ ; ^ A1.
1 idak C I
53 Ny. W T n
70 Senilis X " J A 1
1 idak C A 54
1 n. H 71 Senilis T i d a k 55 Fn, A 83 Senilis T idak 56 Fn, RAZ 60 Senilis T idak 57 • X " I •
1 n. H 58 Senilis Ya 58 1II. JS 77 Senilis T idak cn 59 Ny. K 56 Senilis T** AI 1
Tidak ir/1
60
1 n. K y 65
Senilis T idak 61 111. s y
62
Senilis T idak 6Z 1 n. K / / Senilis x " : J A1.
1 idak 1 n. Kitt fv Senilis 1 I d a k
64 T n . L T B 55 Senilis Ya 65 T n . P 72 Senilis T idak 66 Ny. S 75 Senilis T i d a k
44
Lampiran 2
Hasil Pengolahan Data dengan Software SPSS 16.0
L Distribusi Sampel Kasus Katarak Berdasarkan Umur
Katarak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Vail Katarak Presenilis { < 50 tahun ) 22 33.3 33 3 33.3
d
Katarak Senilis ( > 50 tahun ) 44 66 7 66 7 100 0
Total 66 100.0 100.0
2. Distribusi Sampel Kasus Berdasarkan Riwayat Merokok
Merokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Val Ya 24 36 4 36 4 36.4
id
Tidak 42 63 6 63.6 100.0
Total 66 100 0 100.0
45
3. Hubungan Merokok dengan Kejadian Penvakit Kalarak Presenilis
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Merokok *
Katarak 66 100 0% 0 0% 66 100 0%
M e r o k o k ' Katarak Crosstabulat ion
Katarak
Katarak Presenilis Katarak Senilis ( >
( < 50 tahun ) 50 tahun ) Total
Mer Ya Count 20 4 24
okok
Expected Count 80 16 0 24 0
% within Merokok 83 3% 16.7% 100 0%
Tidak Count 2 40 42
Expected Count 14 0 28 0 42 0
% within Merokok 4 8% 95 2% 100 0%
Total Count 22 44 66
Expected Count 22.0 44 0 66.0
% within Merokok 33.3% 66 7% 100 0%
46
Chi-Square Tests
Value df
Asymp Sig [2-
sided)
Exact Sig (2-
sided)
Exact Sig (1 -
sided)
Pearson Chi-Square 42 429^ 1 000
Continuity Correction" 38 967 1 000
Likelihood Ratio 46 312 1 000
Fisher's Exact Test 000 000
Linear-by-Linear Linear-by-Linear 41 786 1 000
Association
N of Valid Cases" 66
a 0 cells ( 0%) have expected count less than 5 The minimum expected count is 8 00
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Merokok (Ya /
Tidak) 100 000 16 860 593.119
For cohort Katarak = Katarak
Presenilis ( < 50 tahun ) 17 500 4.472 68 476
For cohort Katarak - Katarak
Senilis ( > 50 tahun ) .175 .071 .429
N of Valid Cases 66
47
Lampiran 3
Daftar Wawancara
P E R I L A K U M E R O K O K
1 Apakah Anda pernah merokok, minimal sebanyak 20 pak ( I pak^l6 batang; total=^320 batang) seumur hidup Anda'^
(0) Saya tidak pernah merokok/merokok tapi lidak mencapai jumlah tersebut. (1) Saya pemah merokok dengan mencapai/melebihi jumlah tersebut, tetapi sudah berhenti (2) Saya sedang merokok dan sudah mencapai/melebihi jumlah tersebut. (3) Saya sedang merokok namun belum mencapai jumlah tersebut.
Bagi responden yang menjawab : (0) akhiri perlanyaan (1) : lanjut ke perlanyaan no.2,3,4 (2) dan (3): lanjut ke pertanyaan no,3,4
2. Berapa lama Anda telah berhenti merokok ?
3 Berapa rata-rata jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari
4, Apa tipe rokok Anda*^
(1) Kretek (2) Filter
48
P E M E R I N T A H P R O V I N S I S U M A T E R A S E L A T A N DINAS K E S E H A T A N
RUMAH S A K I T K H U S U S MATA PROVINSI S U M A T E R A S E L A T A N
Jtn. Kol. H. Burlian KM. 5,5 Palembang. Telp & Fax (071 1) 5612838 Email: [email protected]. Website : www.rsmata-sumsel.co.id
SURAT KETERANGAN Nomor: 423.6 /0SC>/ RSKM /1 / 2016
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIP
Pangkat / Gol
Jabatan
Dengan ini menerangkan bahwa :
Nama
NIM
Judul Proposal
: Or. dr. Anang Tribowo, Sp.M (K)
: 19610101 198812 1 002
: Pembina Utama Muda/IV.c
: Kepala Rumah Sakit Khusus Mata Prov. Sumatera Selatan
Aditya Prasetyo Leisan
702012011
Hubungan Merokok dengan kejadian Katarak Presenilis di
Rumah Sakit Mata Provinsi Sumatera Selatan.
Yang bersangkutan tersebut di atas telah melaksanakan penelitian di Unit Rekam Medis Rumah Sakit
Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan dari tanggal 3 November s.d 31 Desember 2015.
Denaikianlah sural keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Palembang, 19 Januari 2016
KqslaRisnah Sakit Khusus Mata
Provinsi Sumatera Selatan
r. dr. Anang Tribowo, Sp.M (K) NIP. 19610101 198812 I 002
KARTU AKTIVITAS BIMBINGAN PROPOSAL PENELITIAN 4AMA MAHASISWA : ftcLd^ ?a^k;o L -su, JIM : 7j7OUOII
PEMBIMBING! : Hy. H^^^KfTTuU B %> A) PEMBIMBING II : j r H K*j4;c . ^1 %
• hub^j^jc-, fVierDi<ci< 4<iT^ Wejo tkan j' 'Xj tq.q WaWatr ^i^^pmUs d ^^^^^tiLi '^aloF UDULPROPOSAL
MATAN :
DIkeluarkan di : Palembang Pada Tanggal : 11 / 00^/ 2o\g-a.n. Dekan Ketua UPK,
1 . . . 1
KARTU AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI JAMA MAHASISWA ; fi^^tu, W k i o U'^ PEMBIMBING! : dr Mt Havrwoc^t, 1^ % / n
JIM : Tozpq on PEMBIMBINGII i^p.H, H^Wti H-'dwc, ,A) %
UDULSKRIPSI : H o ^ , ^ TO^CL^,' ^^(^ ^ ( ^ J t i ^ k o W t v ^(^^ttTiV^* ci^ Vo^^l / i
CATATAN DIkeluarkan di : Palembang
Jgada Tanggal : / o \ / ^0)b
a.lWpekan Ke^uJyPK,
Lampiran 7
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Wawancara dengan Pasien
Gambar 2. Wawancara dengan Pasien
52
Gambar 3. Wawancara dengan Pasien
Gambar 4. Riiang Rekam Medik
Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selata
53
B I O D A T A
Nama Tempat Tanggal Lahir Alamat
Aditva Prasetyo Leisan Cirebon. 2K Agustus 1994 Demang Lebar Daun. Jalan Macan Kumbang IV Nomor 3779 Kota Palembang
Telp/Hp Email Agama
085377088894 Adilyapras69Y/,rocketmail.com Islam
Nama Orang Tua .A\ah Ibu
H. Arisma Leisan SE, M. Si Hj. Saonawali
Jumlah Saudara Anak Ke Riwavat Pendidikan
2 (dua) Pertama
1, SD Tunas Jakasampurna School Bekasi 2. SMP Negeri 9 Palembang 3 SMA Negeri I Palembang 4. Fakullas Kedokteran UMP 2012-sekarang
Palembang, 13 Januan 2016
Aditya Prasetyo Leisan
54