HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI
SMA HASANUDDIN LAGOA JAKARTA UTARA
Oleh:
Dzulfadhli
103018227361
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
1431 H/ 2010 M
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI
SMA HASANUDDIN LAGOA JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
DZULFADHLI
NIM: 103018227361
Di bawah bimbingan
Drs. H. Fathi Ismail, MM
NIP: 194910121978031003
PROGRAM STUDI MANJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 27 Juli 2009
FITK No. Revisi: : 00Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Dzulfadhli
Tempat/Tgl.Lahir : 12 April 1983
NIM : 103018227361
Jurusan / Prodi : KI Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi : Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi
Kerja Guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara
Dosen Pembimbing : 1. Drs. Fathi Ismail, MM.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta,Mengetahui Mahasiswa Ybs.Ketua Jurusan,
Materai 6000
Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil. Dzulfadhli
NIP. 19560530 198503 1 002 NIM. 103018227361
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolahdengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddun Lagoa Jakarta Utara. Penelitianbertujuan untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadapmotivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara. Hipotesis yang diajukanadalah diduga bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antarakepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA HasanuddinJakarta Utara.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Hasanuddin padatahun pelajaran 2010-2011 yang berjumlah 15 orang. Instrumen penelitian yangdigunakan untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan angket(kuesioner).
Pengolahan data dilakukan dengan analisis korelasi product moment danuji-t. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepalasekolah (X) dan motivasi kerja guru (Y).
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis korelasi product momentmenunjukkan bahwa nilai rhitung = 0,898 berada pada arah yang positif, sedangkanuji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwathitung = 7,36 pada taraf signifikansi α = 5% = 0,05 dan derajat bebas dk = 15 – 2 = 13 lebih besar dari ttabel = 2,160 dengan kata lain H0 ditolak sehingga demikian Ha
diterima. Jadi terdapat hubungan yang positif dan signifikan kepemimpinankepala sekolah dengan motivasi kerja guru. Dengan nilai koefisien korelasisebesar 0,898, maka nilai koefisien determinasinya (KD) sebesar 0,8064 hal inimenunjukkan bahwa 80,64% motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa JakartaUtara dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah sedangkan 19,36%dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak berkaitan atau diluar dari penelitianini namun tetap mempengaruhi variabel Y motivasi kerja guru SMA HasanuddinLagoa Jakarta Utara.
KATA PENGANTAR
BISMILLAHIR RAHMANI RAHIM
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT Tuhan Rob
segala alam sehingga dengan Rahmat-Nya serta kalimatnya yang suci yaitu
BISMILLAH merupakan penyadaran atas diri seorang manusia yang akan jiwanya
tenggelam dalam dunia kesebaragaman makhluk.Salawat dan salam tak lupa penulis
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya yang telah
membimbing umatnya kejalan yang benar diatas keridhaan ALLAH SWT.
Sekalipun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun ini merupakan
salah satu hasil usaha yang maksimal, karena dalam proses penyelesaiannya tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis temui. Namun berkat pertolongan
ALLAH SWT, yang telah memberikan nikmat-Nya dan kesungguhan kepada penulis
serta bantuan yang penulis terimadari berbagai pihak.Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih khususnya kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada,MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil., Ketua Jurusan Program Kependidikan
Islam.
3. Drs. H. Mu’arif SAM.,M.Pd., Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Fathi Ismail, MM., yang telah memberikan bimbingan serta meluangkan
waktunya memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah menyediakan literatur yang diperlukan.
6. Bapak Drs. Kanim Atmawijaya Kepala Sekolah SMA Hasaniddin Lagoa
Jakarta Utara beserta seluruh elemen civitas akademika SMA Hasanuddin
Lagoa Jakarta Utara. dilingkungan sekolah yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian lapangan dan memberikan data-data yang telah
dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Abdul Kadir dengan tulus dan iklash membagi ilmu dan waktunya dalam
meyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman di KI-MP yaitu: Pribadi Muslim Prima, Fajar Fajrin, Agus
Mulyana, Paw, Ahmad Fahruddin, Ade Faizah dan teman-temanku yang tidak
saya sebut satu persatu namun telah ikut memotivasi untuk penyelesaian studi
ini.
9. Orang tua penulis, Ayahanda Drs. H. Mabrur Abduh dan Bunda Hj.Nurjannah
yang telah memberikan dorongan materil serta harapannya. semoga ALLAH
SWT memberikan pahala yang berlipat ganda dan semoga, Amin.
10. Adik-adikku yang telah memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan akan dibalas oleh
ALLAH SWT, dengan pahala yang berlipat ganda.
Akhirnya penulis selain bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini dan
menyadari masih banyak kekurangan dalam konsep maupun penulisannya.
Jakarta, 22 September 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar pernyataan ………………………………………………… i
Abstrak ………………………………………………… ii
Kata pengantar ………………………………………………… iii
Daftar isi ………………………………………………… iv
Daftar tabel ………………………………………………… v
Daftar lampiran ………………………………………………… vi
BAB I : PENDAHULUAN …………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………… 1
B. Identifikasi Masalah …………………………… 6
C. Pembatasan Masalah …………………………… 6
D. Perumusan Masalah …………………………… 6
E. Tujuan Penelitian …………………………… 6
F. Kegunaan dan Manfaat Penelitian ………………… 1
BAB II : KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS ………………………… 1
A. KAJIAN TEORI ……… 8
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah ………………… 8
a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah … 8
b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah ….… 11
c. Pendekatan Kepemimpinan ………………… 14
d. Gaya Kepemimpinan ………………… 17
B. MOTIVASI KERJA GURU ……………………… 24
1. Pengertian Motivasi ………………................. 24
2. Teori Motivasi ………………................. 25
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi …….. 31
4. Ciri-ciri Motivasi Kerja ………………................. 33
C. KERANGKA BERFIKIR ………………………… 36
D. PENGAJUAN HIPOTESIS ……………………… 37
BAB III : METODE PENELITIAN ………………………… 38
A. Waktu dan Tempat Penelitian .…………….......... 38
B. Tujuan Penelitian ……….…………….......... 38
C. Variabel Penelitian …………….……….......... 39
D. Populasi dan Sampel …………….……….......... 39
E. Teknik Pengumpulan Data …………….…........ 39
F. Instrumen Penelitian …………….……….......... 40
G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data …………….. 42
H. Hipotesis Statistik ……………….…….......... 44
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …… 47
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………………. 47
1. Sejarah Singkat SMA Hasanuddin Jakarta ……. 47
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Hasanuddin ……… 47
3. Struktur Organisasi SMA Hasanuddin ……….. 49
4. Data Potensi …………………….………......... 49
B. Hasil Penelitian …………………….……….......... 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………... 57
BAB V : PENUTUP …………………….……….......... 59
A. Kesimpulan …………………….……….......... 59
B. Saran ...………………….………........... 60
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Variabel strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Variabel strategi Variabel Motivasi Kerja Guru
Tabel 1.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Tabel 2.1 Uji Validitas dan Realiabilitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tabel 2.2 Uji Validitas dan Realiabilitas Instrumen Motivasi Kerja Guru
Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Realibilitas
Tabel 2.4 Uji Normalitas Data Skor Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tabel 2.5 Uji Normalitas Data Skor Angket Motivasi Kerja Guru
Tabel 2.6 Perhitungan Korelasi Product Moment
Tabel 2.7 Interpretasi Koefisien Korelasi
Tabel 2.8 Nilai dari Koefisien Determinasi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Agket Penelitian
2. Lampiran a, b, c Penghitungan Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah
3. Lampiran a, b, c Penghitungan Instrumen Motivasi Kerja Guru
4. Surat Pengajuan Proposal skripsi
5. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
6. Surat Izin melakukan Penelitian
7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan dalam suatu organisasi sekolah sangat
dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu kekuatan
dalam pengelolaan organisasi sekolah dan yang berperan untuk bertanggung
jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan Kepala Sekolah, sebagai
pemimpin kepala sekolah diharuskan mampu memprakarsai pemikiran baru
dalam proses interaksi di lingkungan sekolah, dalam melakukan proses untuk
mencapai tujuan sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan.
Kepala sekolah memiliki hubungan dan pengaruh yang penting, yakni
antara pemimpin dan bawahanya yang mempunyai tujuan yang sama dalam
mencapai perubahan yang sebenarnya. Pemimpin dan bawahanya saling
mempengaruhi satu sama lain karena mereka berinteraksi dengan cara
demokratis untuk menentukan perubahan apa yang ingin mereka lakukan.
Dengan demikian Kepemimpinan kepala sekolah akan sangat
berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah.
Kepemimpin Kepala Sekolah harus memiliki integritas tinggi, sebab seorang
pemimpin akan selalu berada di tengah-tengah para anggota organisasi yang
dipimpinnya1, Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan
1 Made Pidarta 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 17
2
kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan
pendidikan.
Kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai
sifat dan perilaku kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim sekolah
yang baik dan memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi para guru atau
bawahannya. Kepala Sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin
harus mampu mengarahkan orang lain untuk melakukan tugas-tugas yang
diinginkannya dan menyenangkan bagi para guru dalam bekerja. seorang
pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memperhatikan kebutuhan
dan tujuan orang-orang yang bekerja untuknya (bawahan) tidak terfokus pada
kekuasaan yang dimilikinya saja sehingga kepuasan kerja bawahan selalu
terpenuhi, seperti apa yang dinyatakan Follet bahwa para pimpinan
seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan berorientasi pada
kekuasaan2.
Kepala Sekolah merupakan figur pemimpin yang siap bekerja keras
untuk dapat memajukan sekolah serta meningkatkan produktifitas/ kinerja
guru secara intensif serta mampu Membina dan membimbing para guru, dan
harus senantiasa menumbuhkan semangat dan motivasi agar tercipta
harmonisasi hubungan antara pimpinan dan yang dipimpin, dengan demikian
akan meningkatkan kualitas kerja yang tinggi sehingga akan tercipta prestasi
kerja yang baik.
Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang dalam
organisasi, nilai dan bobot strategik dari keputusan yang diambilnya
semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan seseorang dalam
suatu orgnaisasi, keputusan yang diambilnya pun lebih mengarah kepada hal-
hal yang lebih operasional.
Berhasil atau tidaknya tujuan sekolah juga sangat berkaitan dari pada
kualitas kerja guru, pencapaian hasil kerja disesuaikan dengan aturan dan
2 T.Hani Handoko. 2000. Manajemen. Edisi Kedua. Hal. 307
3
standar yang berlaku pada masing-masing sekolah. Dalam menjalankan
tugasnya pimpinan harus menilai hasil kerja guru, menilai terhadap kerja
merupakan faktor penting untuk mengetahui tingkat memotivasi demi
meningkatkan kinerja kepuasan kerja guru, kemampuan guru yang kurang
hendaknya dapat diidentifikasi dan diketahui sehingga dapat ditentukan
strategi dalam membangun semangat kerjanya.
Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran
penting sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan,
karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk
memberikan bimbingan yang akan menghasilkan tamatan yang diharapkan.
Guru merupakan pilar utama dari pengelola organisasi sekolah, karena guru
yang langsung berhadapan dengan siswa sebagai parameter keberhasilan dari
suatu pendidikan. Oleh karena itu guru memiliki peranan dalam terciptanya
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam satu
situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku
dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya,3. Dengan demikian
keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh hasil kerja guru karena guru
mempunyai peranan penting dalam keseluruhan upaya pendidikan.
Sedemikian pentingnya peranan guru sehingga hampir semua upaya
perubahan dibidang pendidikan seperti perubahan kurikulum dan metode
mengajar, sistem evaluasi serta pengembangan materi belajar tergantung
pada guru.
Guru merupakan sumber daya manusia yang menjadi perencana,
pelaku dan penentu tercapainya tujuan organisasi sekolah dan merupakan
tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama yang berkaitan dengan
kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran guru maka proses
belajar mengajar akan terganggu bahkan gagal. Oleh karena itu dalam
manajemen pendididikan perananan guru dalam upaya keberhasilan
pendidikan selalu ditingkatkan, prestasi kerja guru harus selalu ditingkatkan
3 Moh. Uzer Usman. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Hal. 4
4
mengingat tantangan dunia pendidikan harus menghasilkan kualitas sumber
daya manusia yang mampu bersaing di era global.
Peningkatan kerja harus diiringi motivasi yang tinggi, Bekerja tanpa
motivasi tentu sangat membosankan, karena tidak adanya unsur pendorong.
Motivasi merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang agar mau bekerja sama, terintegrasi dan segala daya upaya
untuk mencapai kepuasan. Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial
yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri,
ataupun dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar. Dalam psikologi
motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya
suatu tingkah laku4. Artinya dengan motivasi guru mau bekerja keras dengan
menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Guru menjadi seorang pendidik karena
adanya motivasi untuk mendidik.. Dengan motivasi guru akan mampu
membentuk semangat kerja yang tinggi pula. Kemampuan guru yang
dilandasi motivasi akan mendorong untuk menunjukan prilaku yang kuat
sehingga dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Orientasi ini tentu
mengarah pada peran guru yang dituntut bertindak secara professional.
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau
dorongan dalam bekerja, Guru menjadi seorang pendidik karena adanya
motivasi untuk mendidik. Bila tidak motivasi maka ia tidak akan berhasil
untuk mendidik/mengajar.
Dengan demikian Keberhasilan guru dalam menjalankan tugas karena
dorongan/motivasi sebagai pertanda apa yang telah dilakukan oleh guru telah
menyentuh kebutuhannya. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru yang
diminatinya karena sesuai dengan kepentingannya sendiri. Guru yang
termotivasi dalam bekerja maka akan menimbulkan kepuasan kerja, karena
kebutuhan-kebutuhan guru yang terpenuhi mendorong guru meningkatkan
4 M. Alisuf Sabri. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: PedomanIlmu Jaya. Hal.85.
5
kinerjanya, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan sekolah secara
optimal dan efektif.
Adanya permasalahan yang timbul dari prilaku sebagian guru, seperti
konsisten waktu yang rendah, penyampaian materi tidak tuntas,
perkembangan siswa lambat dan tingkat kehadiran guru juga menurun, oleh
karena itu diperlukan upaya lebih lanjut dan lebih intensif, agar pendidikan
sekolah tetap dapat mencapai tujuan yang sebenarnya, maka perlu adanya
motivasi kerja dalam mengelola kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja guru,
Untuk mendapatkan informasi yang aktual tersebut maka perlu
dilakukan penelitian. faktor kerja guru yang mana yang masih kurang dan
faktor apa yang dianggap sudah baik. Selain itu perlu juga untuk di ketahui
aspek apa saja yang berhubungan dengan motivasi kerja guru.
Dalam membangun prestasi dan kulitas kerja guru yang baik perlu
adanya teknik kepemimpinan dalam mencapai tujuan tersebut. Sebagai upaya
memelihara harmonisasi, kesejahteraan guru dan menyesuaikan diri dengan
situasi serta kondisi bawahan.
Sejalan dengan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah dengan motivasi kerja guru merupakan faktor yang cukup
menentukan tingkat keberhasilan pendidikan sekolah., Atas dasar pemikiran
tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang.
“HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN
MOTIVASI KERJA GURU DI SMA HASANUDDIN LAGOA
JAKARTA UTARA”
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Belum ada upaya yang dilakukan kepala sekolah agar
kepemimpinan terlaksana dengan baik.
2. Tidak terjadi Proses kepemimpinan dalam memotivasi kerja guru
3. Belum diketahui secara pasti hubungan kepemimpinan kepala
sekolah dengan motivasi kerja guru
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memperjelas dan mempermudah pokok bahasan dalam
penelitian, dan banyaknya permasalahan yang timbul dari uraian latar
belakang dan pengidentifikasian masalah, maka masalah dalam penelitian ini
perlu diberi batasan .
Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini dibatasi pada
hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA
Hasanudin Lagoa Jakarta Utara.
D. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah kepemimpinan kepala sekolah?
2. Bagaimanakah motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara?
3. Bagaimana Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi
kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara?
E. Kegunaan Penelitian
a) Kegunaan secara teoritis
Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai hubungan
kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru.
Untuk mengembangkan wawasan mengenai hubungan kepemimpinan
kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Lagoa
Jakarta Utara.
7
b) Kegunaan secara praktis
Sebagai bahan masukan atau input bagi SMA Hasanuddin Lagoa
Jakarta Utara agar mampu mengambil langkah-langkah tepat bagi
kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas kerja guru melalui
motivasi kerja guru.
Memberi dorongan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru
dengan motivasi yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
a. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi,
Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi kepuasan dan kualitas
kerja, ataupun prestasi suatu organisasi.
Kepemimpinan dalam bahasa inggris tersebut leadership berarti “The
qualities that aleader should have” atau the qualities of leader1.
Adapun pengertian kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, berkaitan dengan proses yang
mempengaruhi orang sehingga mereka mencapai sasaran dalam keadaan
tertentu2. Dengan itu kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam
pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer.
penggunaan istilah lain seperti kekuasaan, wewenang, manajemen,
administrasi, pengendalian, dan supervise yang juga menjelaskan hal yang
sama dengan kepemimpinan3
1Oxford Student’s dictionary of English. Oxford University Press.2001. hal. 3742 Abdul Rahman Shaleh, 2006. Psikologi & Industri. Jakarta. Lembaga Penelitian UIN. Hal. 1103 Gary Yukl, 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi Edisi Kelima Jakarta . Hal.3
9
Secara bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas
seseorang pemimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk
mencapai tujuan. Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership
telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya adalah Stoner
mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai
suatu proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang salain berhubungan dengan tugasnya.
Leadership atau Kepemimpinan dalam pengertian umum
menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing,
mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang
ada dibawah pengawasannya. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang menggerakkan, mengarahkan, sekaligus
mempengaruhi pola pikir , cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri
dalam bekerja terutama dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan4.
Kepemimpinan merupakan bagian penting manjemen, tetapi tidak
sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang
dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai
tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga
mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, penorganisasian,
pengawasan dan evaluasi. Manajer adalah orang yang melakukan segala
sesuatunya dengan baik dan pemimpin adalah orang yang melakukan hal
yang benar.
Kemampuan mempengaruhi prilaku orang lain kearah tujuan tertentu
yang telah ditentukan merupakan bagian dari indikator keberhasilan seorang
pemimpin, dimana pemimpin mampu untuk memberdayakan bawahan
sehingga timbul inisiatif untuk berkreasi dalam bekerja dan hasilnya lebih
bermakna dengan sekali-kali pemimpin mengarahkan, menggerakkan, dan
4 Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung.Alfabeta. Hal. 121
10
mempengaruhi anggota bawahanya. Inisiatif pemimpin harus direspon
sehingga dapat mendorong timbulnya sikap mandiri dalam bekerja dan berani
mengambil keputusan dalam rangka percepatan dan penyesuaian pencapaian
tujuan organisasi.
Kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan dalam organisasi
dengan (1) menyusun visi masa depan dan strategi untuk membuat perubahan
yang dibutuhkan, (2) mengkomunikasikan dan menjelaskan visi dan (3)
memotivasi dan memberi inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi
itu5. Ada hal-hal lain yang perlu juga di ketahui seorang pemimpin sebelum
mengadakan kontak dengan orang lain yakni6: (1) merencanakan, (2)
mengorganisir, (3) mengordinisir dan (4) mengendalikan pekerjaan.
Sekolah sebagai organisasi memerlukan penelitian yang mampu
mengelolah organisasi sekolah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kata “Memimpin” mempunyai arti memberikan bimbingan,
menuntun, mengarahkan dan berjalan di depan (precede). Pemimpin
berprilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal dalam
mencapai tujuan7.
Pemimpin tidak berdiri disamping, melainkan mereka memberikan
dorongan dan memacu (to proud), berdiri di depan yang memberikan
kemudahan untuk kemajuan serta memberikan inspirasi organisasi dalam
mencapai tujuan. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followership),
Kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin,
itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain,
pemimpin tidak akan terbentuk apabila tidak ada bawahan.
Dengan demikian Kepala Sekolah sebagai pimpinan tertinggi di
sekolah. Pola kepemimpinananya akan sangat berpengaruh bahkan sangat
5 Yukl ,Gary, 2001. Kepemimpinan dalam …….i. Edisi Kelima Jakarta. PT. Indeks. Hal.76 Eugene Emerson Jennings. Ect.1992. Kepemimpinan. Semarang. PT. Dahara Prize. Hal. 87 Wahyosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada. Hal104
11
menentukan kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern
kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai
tujuan pendidikan. Bagaimana kepala sekolah untuk membuat orang lain
bekerja untuk mencapai tujuan sekolah.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai
pemimpin dapat di analisis dari kepribadian. Kepribadian kepala sekolah
akan tercermin dalam sifat-sifat (1) Jujur, (2) Percaya diri, (3) Tanggung
Jawab, (4) Berani mengambil resiko dan keputusan, (5) Berjiwa besar, (6)
Emosi yang stabil (7) Teladan8.
Dalam tulisannya Wahyosumidjo, Koontz menguraikan kepala
Sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu:
a. Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan
percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas
masing-masing.
b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para
siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi
kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
b. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dalam praktik sehari-hari
harus selalu berusaha memperhatikan dan memperaktikkan delapan fungsi
kepemimpinan didalam kehidupan sekolah9.
1. Menciptakan kebersamaan diantara guru dan orang-orang yang menjadi
bawahanya.
2. Menciptakan rasa aman didalam lingkungan sekolah sehingga para guru
dan orang-orang yang menjadi bawahan dalam melaksanakan tugasnya
8 E. Mulyasa.2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.Hal.1159 Wahyosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala …… hal. 106
12
meraka merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawairan,
serta memperoleh jaminan keamanan (providing security)
3. Memberikan saran, anjuran dan sugesti untuk memlihara serta
meningkatkan semangat para guru, staff dan siswa, rela berkorban demi
menumbuhkan rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-
masing.
4. Bertanggung jawab memenuhi dan menyediakan dukungan yang
diperlukan oleh para guru.
5. Sebagai katalistor, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan
semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
6. Selalu menjaga penampilan dan integritas sebagai kepala sekolah, selalu
terpercaya, di hormati baik sikap, prilaku maupun perbuatannya.
7. Membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru sehingga
mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja
secara bertanggung jawab kearah tercapainya tujuan sekolah (inspiring).
8. Selalu dapat memperhatikan, menghargai apa pun yang dihasilkan oleh
para mereka yang menjadi tanggung jawabnya.
Koontz memberikan definis fungsi kepemimpinan sebagai berikut10.
The function of leadership, therefor, is to induce or persuade all
subordinates of followers to contribute willingly to organizational
goals in accordance with their maximum capability.
Dari definisi diatas, para bawahan di anjurkan dengan penuh kemauan
serta kemampuan secara maksimal berhasil mencapai tujuan organisasi,
pemimpin harus mampu membujuk (to induce) dan meyakinkan (persuade)
bawahan.
10 Wahyosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala ……Hal.105
13
Hal demikian berarti, apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil
menggerakkan para guru, staff dan para siswa berprilaku dalam mencapai
tujuan sekolah , oleh karena itu kepala sekolah harus:
a. Menghindarkan diri dari sikap, perbuatan dan bertindak keras terhadap
guru.
b. Melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan
percaya diri para guru.
Keberadaan pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinanya
dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di sekolah dengan
menetapkan tujuan secara utuh (firm and purposeful),mendayagunakan
bawahan melalui pendekatan partisipatif (a participte approach), dan didasari
oleh kemampuan kepemimpinan secara professional (the leading
professional)11. Kepala sekolah sebagai memberikan petunjuk dan
pengawasan, meninkatkan kemauan tenaga pendidik, membuka komunikasi
dua arah dan mendelegasikan tugas. Kepala sekolah memerlukan orang-orang
yang mampu memimpin sekolah dan professional dalam bidang pendidikan,
namun kenyataan dilapangan membuktikan bahwa tidak semua kepala
sekolah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, tetapi lebih mengutamakan
pada golongan ataupaun strata jabatan yang dijalani melalui masa kerja yang
telah diberikan.
Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus memiliki sikap
profesional serta mampu mendayagunakan sumberdaya sekolah dan memiliki
harapan yang tinggi terhadap kemajuan sekolah. Pemimpin organisasi
sekolah dalam hal ini kepala sekolah sebagai aktifis pendidikan setidaknya
mempunyai ciri-ciri (1) Mampu mengambil keputusan, (2) mempunyai
11 Aan Komariah. 2005. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta. PT. Bumi Aksara.Hal.40
14
kemampuan hubungan interaksi sesama, (3) mempunyai keahlian dalam
berkomunikasi, (4) mampu memberikan motivasi kerja kepada bawahan12.
c. Pendekatan Kepemimpinan
Beberapa pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan sebagai
pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional. Pendekatan
pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang
tampak/ yang menfokuskan pada karakteristik pemimpin seperti kepribadian,
motivasi, nilai, dan keterampilan. Yang mendasari pendekatan ini adalah
asumsi bahwa beberapa orang mempunyai bakat memimpin yang memiliki
ciri tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Teori kepemimpinan yang paling
awal menyatakan bahwa keberhasilan manajerial disebabkan oleh
kemampuan luar biasa seperti memiliki energy yang tidak kenal lelah, intuisi
pengelolaan, pandangan pada masa depan, dan kekuatan untuk membujuk
yang tidak dapat ditolak. Pendekatan kedua bermaksud untuk
mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviours) pribadi dalam
berhubungan dengan bawahnya. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan
bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan
perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi
kelompok apapun dimana ia berada. Pendekatan ketiga yaitu pendekatan
situasional yang menfokuskan pada kesesuain antara prilaku pemimpin
dengan karakteristik situsional13. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi
yang menentukan efektifitas kepempimpinan bervariasi dengan situasi yakni
tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan,
lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan
sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan contingency pada
kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional
yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan
12Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah……………... Bandung. Alfabeta. Hal. 63
13 Nanang Fatah,. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosda KaryaHal. 88
15
tertentu. Situasi yang mendesak perlunya kehadiran pemimpin apabila (1)
keadaan kacau (chaos) tidak menentu dan kelompok tidak mampu mengatasi
konflik yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal organisasi, (2)
anggota organisasi secara perorangan ataupun kelompok belum mampu
mengambil keputusan penting untuk pencapaian tujuan organisasi, (3)
perubahan lingkungan organisasi yang cepat sehingga kelompok tidak
mampu mengendalikan keadaan terutama dalam menangkap pesan dari
perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya, (4) munculnya competitor
baru yang dapat menggeser peran kelompok14.
Ketiga pendekatan tersebut dapat digambarkan secara kronologis
sebagai berikut15:
Pendekatan lainya adalah organisasi, pengikut pendekatan ini
memandang kepemimpinan sebagai suatu hubungan fungsional antara
pemimpin, bawahan dan organisasi16
Pendekatan pemimpin berdasarkan sifat berkeyakinan bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh karakteristik yang dimiliki
pemimpin seperti intelektualitas yang tinggi, hubungan interaksi antara
manusia, kemampuan bersosialisasi, keadaan fisik yang kuat, imajinator,
kekuatan rohani yang tinggi, kesabaran, memiliki kemauan untuk berkorbanm
dan kemauan bekerja keras.
Pendekatan prilaku tentu mencoba untuk menentukan langkah-
langkah yang harus dilakukan para pemimpin dalam melaksanakan tugasnya.
Kepemimpinan memiliki prilaku yang komplek, dan tidak ada satupun gaya
kepemimpinan yang paling tepat bagi setiap pemimpin yang bekerja pada
setiap kondisi.
14Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung.
Alfabeta. Hal. 12415 T.Hani Handoko,2000, Manajemen Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE,hal, 29516 Eugene Emerson Jennings. Ect.1992. Kepemimpinan…….. Hal. 12
Sifat-sifat Prilaku Situasional Contingency
16
Dalam tulisannya Wahyudi mengutarakan secara umum terdapat tiga
pendekatan atau gaya kepemimpinan yaitu; (1) pendekatan kepemimpinan
menurut sifat (Traits model), (2) pendekatan kepemimpinan berdasarkan teori
prilaku (Behavioral model), (3) kepemimpinan menurut teori kontingensi
(contingency).pendekatan berdasarkan sifat mengkaji tentang perangai dan
kemampuan yang menandai karakteristik pemimpin yang berhasil dan yang
tidak berhasil. Pendekatan berdasarkan prilaku memusatkan perhatian pada
tindakan yang dilakukan pemimpin didalam melaksanakan pekerjaan
manajerial. selanjutnya pada pendekatan kontingensi mengkaji kesesuaian
antara prilaku pemimpin dengan karakteristik situasional terutama tingkat
kematangan bawahan. Pendektan situasional mengasumsikan bahwa kondisi
(situation) yang menentukan efektifitas pemimpin berfariasi menurut situasi,
kematangan atau kedewasaan bawahan.
Kepemimpinan kontingensi/ situasional menjadi kajian utama dengan
mempertimbangkan tingkat kedewasaan (maturity) anggota organisasi
sedangkan pendekatan menurut sifat dan pendekatan prilaku sebagai landasan
transisi gaya kepemimpinan.
Dalam gaya kepemimpinan situasional; motivasi, kemampuan, dan
pengalaman bawahan harus terus menerus dinilai agar dapat ditentukan
kombinasi gaya yang paling tepat. Menurut Hersey dan Blanchard penerapan
gaya kepemimpinan secara tepat, itu bukan hanya akan memotivasi bawahan
tetapi juga membantu bawahan menjadi matang. Dengan demikian, pimpinan
yang ngin mengembangkan bawahanya untuk meningkatkan rasa percaya diri
dan bertanggung jawab terhadap tugasnya harus mengganti gaya
kepemimpinan secara terus menerus. Pimpinan yang luwes dalam
menerapkan gaya kepemimpinan maka berpeluang menjadi pimpinan yang
efektif. kefektifan pemimpin tergantung pada bagaimana gaya kepemimpinan
seseorang saling berkaitan dengan keadaan atau situasi. Apabila gaya seorang
pemimpin sesuai dengan situasi tertentu, gaya itu efektif, namun apabila gaya
kepemimpinan tidak sesuai dengan situasi tertentu, gaya itu tidak efektif.
17
d. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah teori kepemimpinan dari
pendekatan perilaku pemimpin. Dari satu segi pendekatan ini masih
difokuskan lagi pada gaya kepemimpinan (leadership style), sebab gaya
kepemimpinan bagian dari pendekatan perilaku pemimpin yang memusatkan
perhatian pada proses dinamika kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi
aktivitas individu untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu.
Gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku pemimpin yang
digunakan untuk mempengaruhi aktuifitas orang-orang yang dipimpin untuk
mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya dapat berubah bagaimana
pemimpin mengembangkan program organisasinya, menegakkan disiplin
yang sejalan dengan tata tertib yang telah dibuat, memperhatikan bawahannya
dengan meningkatkan kesejahteraanya serta bagaimana pimpinan
berkomunikasi dengan bawahannya.
Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam
mengambil keputusan, akan mengakibatkan bawahan merasa tidak
diperlukan, karena pengambilan keputusan tersebut terkait dengan tugas
bawahan sehari-hari. Pemaksaan kehendak oleh atasan mestinya tidak
dilakukan. Namun pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang
tepat merupakan tindakan yang bijaksana kepada bawahan.
Selanjutnya gaya kepemimpinan digunakan dalam berinteraksi dengan
bawahannya, melalui berinteraksi ini antara atasan dan bawahan masing-
masing memilki status yang berbeda. Berinteraksinya dua status yang
berbeda terjadi, apabila status pemimpin dapat mengerti keadaan
bawahannya. Pada umumnya bawahan merasa dilindungi oleh pimpinan
apabila pimpinan dapat menyejukkan hati bawahan terhadap tugas yang
dibebankan kepadanya. Cara berinteraksi oleh pimpinan akan mempengaruhi
tujuan organisasi. Bawahan umumnya lebih senang menerima atasan yang
18
mengayomi bawahan sehingga perasaan senang akan tugas timbul, yang pada
akhirnya meningkatkan kinerja karyawan.
Pemimpin yang bijaksana umumnya lebih memperhatikan kondisi
bawahan guna pencapaian tujuan organisasi. Gaya yang akan digunakan
mendapat sambutan hangat oleh bawahan sehingga proses mempengaruhi
bawahan berjalan baik dan disatu sisi timbul kesadaran untuk bekerja sama
dan bekerja produktif. Bermacam-macam cara mempengaruhi bawahan
tersebut guna kepentingan pemimpin yaitu tujuan organisasi.
Pola dasar terhadap gaya kepemimpinan yang lebih mementingkan
pelaksanaan tugas oleh para bawahannya, menuntut penyelesaian tugas yang
dibebankan padanya sesuai dengan keinginan pimpinan. Pemimpin menuntut
agar setiap anggota seperti dirinya, menaruh perhatian yang besar dan
keinginan yang kuat dalam melaksanakn tugas-tugasnya. Pemimpin
beranggapan bahwa bila setiap anggota melaksanakn tugasnya secara efektif
dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan
hasil yang dicapai masing-masing anggota.
Gaya kepemimpinan yang berpola untuk mementingkan pelaksanaan
kerjasama, pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerjasama yang intensif,
efektif, dan efisien, semua tugas dapat dilaksanakan secara optimal.
Pelaksanakan dan bagaimana tugas dilaksanakan berada diluar perhatian
pemimpin, karena yang penting adalah hasilnya bukan prosesnya. Namun jika
hasilnya tidak seperti yang diharapkan, tidak ada pilihan lain, selain
mengganti pelaksananya tanpa menghiraukan siapa orangnya. Pola dasar ini
menggambarkan kecenderungan, jika dalam organisasi tidak ada yang
mampu, mencari pengganti dari luar meskipun harus menyewa serta
membayar tinggi.
Pemimpin hanya membuat beberapa keputusan penting pada tingkat
tertinggi dengan pemahaman yang konseptual. Pemimpin yang efektif dalam
organisasi menggunakan desentralisasi dalam membuat keputusannya. Hal
19
tersebut memberikan kewenangan pada bawahan serta melaksanakan sharing
dalam memutuskan suatu keputusan.
a. Perilaku Kepemimpinan
Prilaku kepemimpinan cenderung diekspreikan dalam dua gaya
kepemimpinan yang berbeda. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas (Task Oriented) dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
karyawan (Employee oriented)17. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas menekankan pada pengawasan yang ketat. Dengan pengawasan yang
ketat dapat dipastikan bahwa tugas yang diberikan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pada tugas dan
kurang dalam pembinaan karyawan.. Sedangakan gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada karyawan, mengutamakan untuk memotivasi dari
mengontrol bawahan, dan bahkan dalam beberapa hal bawahan ikut
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan bawahan.
Kedua gaya kepemimpinan tersebut, dapat dirasakan oleh bawahan
secara langsung ketika pimpinan berinteraksi dengan bawahannya. Setiap
pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, karena banyak faktor
yang mempengaruhinya. Bawahan pada umumnya cenderung lebih menyukai
gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan atau bawahan, karena
merasa lebih dihargai dan diperlakukan secara manusiawi, memanusiakan
manusia sehingga kan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dan
kepuasan kerja karyawan. Gaya kepemimpinan yang berorintasi pada tugas,
lebih menekankan pada penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan pada
karyawan. Pimpinan pada umunya lebih memperhatikan hasil daripada
proses. Keadaan tersebut membentuk kondisi tempat kerja menjadi kurang
kondusif, karena masing-masing karyawan berkonsentrasi pada tugas yang
harus diselesaikan karena terikat waktu dan tanggungjawab.
b. Gaya Managerial Grid
17 T. Hani Handoko, Manajemen……., hal.299.
20
Menurut Blake dan Mountoun, ada empat gaya kepemimpinan yang
dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrem18, sedangkan lainnya hanya satu
gaya yang ditengah-tengah gaya ekstrem tersebut. Gaya kepemimpinan dalam
managerial grid yaitu: (1) Manajer tim yang nyata (the real team manager),
(2) Manajemen club (the country club management), (3) Tugas secara
otokratis (authocratic task managers), dan (4) Manajemen perantara
(organizational man management).
c. Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan
kepemimpinan bergantung pada kecocokan antar pribadi, tugas kekuasaan,
sikap dan persepsi19. Hubungan antara pimpinan dan bawahan bergerak
melalui empat tahap yaitu: (a) hubungan tinggi dan tugas rendah, (b) tugas
rendah dan hubungan rendah, (c) tugas tinggi dan hubungan tinggi, dan (d)
tugas tinggi dan hubungan rendah.
Pimpinan perlu mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan
perkembangan setiap tahap, dan pada gambar di atas terdapat empat tahap.
Pada tahap awal, ketika bawahan pertama kali memasuki organisasi, gaya
kepemimpinan yang berorientasi tugas paling tepat. Pada tahap dua, gaya
kepemimpina yang berorientasi tugas masih penting karena belum mampu
menerima tanggungjawab yang penuh. Namun kepercayaan dan dukungan
pimpinan terhadap bawahan dapat meningkat sejalan dengan makin akrabnya
dengan bawahan dan dorongan yang diberikan kepada bawahan untuk
berupaya lebih lanjut. Sedangkan pada tahap ketiga, kemampuan dan
motivasi prestasi bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mencari
tanggungjawab lebih besar, sehingga pemimpin tidak perlu lagi bersifat
otoriter. Dan pada tahap empat (akhir), bawahan lebih yakin dan mampu
mengarahkan diri, berpengalaman serta pimpinan dapat mnegurangi jumlah
dukungan dan dorongan. Bawahan sudah mampu berdiri sendiri dan tidak
memerlukan atau mengharapkan pengarahan yang detil dari pimpinannya.
18 T.Hani Handoko, Manajemen….,30219 Nanang Fatah, Landasan Manajemen,.. …. Hal. 95
21
Pelaksanaan gaya kepemimpinan situasional sangat tergantung dengan
kematangan bawahan, sehingga perlakuan terhadap bawahan tidak akan sama
baik dilihat dari umur atau masa kerja.
d. Gaya Kepemimpinan Fiedler
Di sini Fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan model
Kontingensi Kepemimpian yang Efektif (A Contingency Model of Leadership
Eff ectiveness) berhubungan anatar gaya kepemimpinan dengan situasi yang
menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan dalam
hubungannya dengan dimensi-dimensi sebagai berikut:
1) Derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan
mempengaruhi situasi.
2) Derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan tidak kepastian20.
Gaya kepemimpinan diatas, sama dengan gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada karyawan dan berorientasi pada tugas, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dengan skala
yang menunjukan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau
merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai (LPC, Least Pref erred
Co-worker), karyawan yang hampir tidak dapat diajak bekerjasama dengan
orang tadi. Dalam hal ini ditentukan delapan kombinasi yang mungkin dari
tiga variabel dalam situasi kepemimpinan tersebut dapat menunjukan
hubungan antara pemimpin dengan anggota dapat baik atau buruk, tugas
dapat struktur, dan kekuasaan dapat kuat atau lemah. Pemimpin dengan LPC
rendah yang berorientasi tugas atau otoriter paling efekif dalam situasi
ekstrem, pemimpin mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat besar atau
mempunyai kekuasaan dan pengaruh amat kecil.
e. Gaya Kepemimpinan Kontinum.
Tannenbaum dan Schmidt mengusulkan bahwa, seorang manajer
perlu mempertimbangkan tiga perangkat kekuatan sebelum memilih gaya
20 T.Hani Handoko, Manajemen…., hal 311
22
kepemimpinan yaitu: kekuatan yang ada dalam diri manajer sendiri, kekuatan
yang ada pada bawahan, dan kekuatan yang ada dalam situasi.
Sehubungan dengan teori tersebut terdapat tujuh tingkat hubungan
pemimpin dengan bawahan yaitu: (1) manajer mengambil keputusan dan
mengumumkannya, (2) manajer menjual keputusan, (3) manajer menyajikan
gagasan dan mengundang pertanyaan, (4) manajer menawarkan keputusan
sementara yang masih diubah, (5) manajer menyajikan masalah, menerima
saran, membuat keputusan, (6) manajer menentukan batas-batas, meminta
kelompok untuk mengambil keputusan, dan (7) manajer membolehkan
bawahan dalam batas yang ditetapkan atasan.
f. Gaya Kepemimpinan menurut Likert
Menurut Likert, bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya
particip ative management, yaitu keberhasilan pemimpin adalah jika
berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan komunikasi.
Selanjutnya ada empat sistem kepemimpinan dalam manajemen yaitu
sebagai berikut21:
1) Sistem 1 : Membuat semua keputusan yang berhubungan
dengan pekerjaan dan memerintahkan bawahan untuk
melaksanakannya
2) Sistem 2 : Masih memberi perintah-perintah, tetapi bawahan
masih mempunyai kebebasan tertentu untuk mengomentari
perintah.
3) Sistem 3 : Menetapkan tujuan dan memberi perintah umum
setelah dibahas bersama bawahan.
4) Sistem 4, tujuan ditetapkan dan keputusan dibuat oleh
kelompok (sistem ideal)
21 Nanang Fatah,. Landasan Manajemen…... Hal.95
23
Dari keempat sistem diatas, sistem ke 4 mempunyai kesempatan untuk
sukses sebagai pemimpin, karena mempunyai organisasi yang lebih produktif.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud
dengan gaya kepemimpinan dalam tulisan ini adalah penilaian karyawan
terhadap gaya kepemimpinan pemimpin atau atasan dalam mempengaruhi
bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang mencakup ke dalam tiga
aspek yaitu: gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas, gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan, dan gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan. Gaya kepemimpinan
pada tugas terdiri dari empat indikator yaitu: (1) Pengawasan yang ketat, (2)
pelaksanaan tugas, (3) member petunjuk, dan (4) mengutamakan hasil
daripada proses. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan terdiri
dari empat indikator yaitu: (1) melibatkan bawahan dalam pengambilan
keputusan, (2) memberi dukungan, (3) kekeluargaan, dan (4) kerjasama. Dan
gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan
terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) ketekunan bekerja, (2) aktif, (3)
pengalaman.
Pemimpin harus piawai untuk beradaptasi dan mengatur setiap
kondisi, artinya menjadikan 2 kriteria untuk bahan perbandingan tentang
konsep dan gaya kepemimpinan. Kriteria ini adalah :
(1) kepekaan (kecakapan untuk merasakan dan mengerti kebutuhan
manusia dalam berbagai situasi yang dihadapi pemimpin setiap hari) dan
(2) Keluwesan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi apapun
sehingga gaya atau pendekan kepemimpinan dituntut atau diperlukan dalam
situasi yang nyata.
24
B. MOTIVASI KERJA GURU
1. Pengertaian Motivasi Kerja Guru
Kata “Motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan maupun dari luar untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan22.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan,23. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada diri
seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan
yang merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang agar mau bekerja sama bekerja secara efektif dan terintegrasi
dan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Motivasi dapat dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Pengertian Motivasi Kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan dan kerja. Oleh sebab itu motivasi kerja dalam
psikologi karya biasa disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya
motivasi kerja seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecil
prestasinya24. Dari kata Motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang,
yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai
tujuan tertentu25, motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang
menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang
untuk memenuhikebutuhan. Menurut M.Usman Najati, motivasi adalah
22Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi belajar mengjar . Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal.
7323 Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi…………... Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 7324 As’ad, Moh. 1980. Psikologi Industri. Yogyakarta. Akademi Managemen PerusahaanYKPM.Hal.4425 Abdul Rahman Shaleh, 2006. Psikologi & Industri…………. Hal. 79
25
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu dan
terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Pengertiannya
(1) motivasi mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap
individu, (2) motivasi ditandai oleh adanya rasa atau feeling, afeksi
seseorang. Dalam hal ini, motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi,
dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, (3) motivasi
dirangsang karena adanya tujuan26.
Motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang atau pegawai untuk melaksanakan usaha atau kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi maupun tujuan individual. sebagai seorang
pemimpin, harus mampu menggerakkan anggota-anggota kelompok kearah
yang diinginkan27.
Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang
timbul pada diri seseorang yang menyebabkan ia melakukan sesuatu tindakan
tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi motivasi kerja merupakan
kondisi psikologis yang mendorong pekerja melakukan usaha menghasilkan
barang atau jasa sehingga dapat tercapai suatu tujuan. motivasi itu dapat
dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri
seseorang, dapat pula dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam
diri seseorang yang menimbulkan kegiatan penggerak.
2. Teori Motivasi
Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang
mendorong ke arah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan yang mendorong
perbuatan kearah tujuan tertentu adalah motivasi.
26Hamzah. B.Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal. 63
27 John Adair, 1993, Kepemimpinan Yang Efektif, Semarang. Dahara Prize. Hal. 35
26
Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki kebutuhan,
perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu
kegiatan pada dasarnya di dorong oleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan
akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya.
Abraham H. Maslow dalam Need Hierarchy Theory menyatakan
bahwa kebutuhan dan kepuasan manusia bersifat jamak yaitu kebutuhan
psikologis dan biologis berupa material. Maslow menggolongkan adanya
lima kebutuhan manusia. (Hasibuan, 2003:104).
Adapun tingkat kebutuhan manusia yang mendorong manusia untuk
bekerja menurut Maslow28 adalah:
a. Kebutuhan aktualisasi diri (Self actualization)
Kebutuhan aktualisasi diri dipenuhi dengan menggunakan kecakapan,
kemampuan, ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi
kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang
lain.
b. Kebutuhan akan penghargaan diri/status (Esteem needs)
Merupakan kebutuhan akan pengakuan serta penghargaan prestise dari
karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul
karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian.
c. Kebutuhan akan cinta (love) atau Afiliasi (Social needs)
Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan sosial misalnya berteman, mencintai
serta diterima dalam pergaulan lingkungan kerjanya. Manusia pada
dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia
ingin hidup menyendiri. Kebutuhan ini terdiri dari :
1. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di tempat ia
bekerja.
28 Abdul Rahman Shaleh. 2006. Psikologi & Industri……….. Hal. 83
27
2. Kebutuhan akan perasaan dihormati. Karena manusia merasa dirinya
penting.Serendah-rendahnya pendidikan dan kedudukan seseorang
tetap merasa dirinya penting.
3. Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak sanggup menyenangi
kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan
kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.
4. Kebutuhan akan perasaan ikut serta. Setiap karyawan akan merasa
senang jika diikutkan dalam berbagai kegiatan dan mengemukakan
saran atau pendapat pada pimpinan.
d. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan (Safety needs)
Jika kebutuhan psikologis sudah sedikit terpenuhi maka kebutuhan ini
dapat menjadi motivasi. Kebutuhan ini merupakan rasa aman dari
kecelakaan dan keselamatan dalam melaksankan pekerjaan. Kebutuhan
ini mengarah pada bentuk kebutuhan akan keamanan dan keselamatan
jiwa di tempat kerja pada saat mengerjakan pekerjaan pada waktu jam-
jam tertentu.
e. Kebutuhan fisik (Physiological needs)
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang seperti sandang, pangan,
papan. Organisasi membantu individu dengan menyediakan gaji yang
baik, keuntungan serta kondisi kerja untuk memuaskan kebutuhannya.
Kimbal willes dalam Bafadal (2004:101-102) menegaskan ada
delapan hal yang diinginkan guru melalui kerjanya, yaitu adanya rasa aman
dan hidup layak, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa diikutsertakan,
perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan
atas sumbangan, ikut ambil bagian dalam pembentukan kebijakan sekolah,
dan kesempatan mempertahankan self respect.
1. Rasa aman dan hidup layak
Hidup layak bukan berarti mewah, tetapi adanya jaminan
ketercukupan akan makan, pakaian, dan perumahan bagi guru maupun
28
keluarganya sehingga mereka bisa hidup sebagaimana orang lain hidup secara
layak. Sedangkan rasa aman berkenaan dengan kebebasan dari tekanan-
tekanan batin, rasa takut akan masa depannya, serta adanya jaminan
kesehatan.
2. Kondisi kerja yang menyenangkan
Suasana kerja meliputi tempat kerja, perlengkapan kerja, dan
kepemimpinan kerja. Kondisi kerja yang menyenangkan, misalnya tempat
kerja yang menarik, bersih, rapi, perlengkapan yang cukup, serta adanya
bimbingan. Oleh karena itu, walaupun gedungnya sederhana hendaknya
selalu dibersihkan dan diatur rapi sehingga membuat orang senang bekerja di
dalamnya.
3. Rasa diikutsertakan
Sebagai manusia, apapun jabatannya, baik sebagai guru, pegawai tata
usaha maupun lainnya, semuanya ingin merasa dirinya termasuk dalam
anggota kelompoknya dimana ia bekerja dan berhasrat untuk bergabung
mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus
member kesempatan kepada anggotanya untuk memperbaiki serta menjalin
hubungan sosial dengan rekan-rekan kerjanya.
4. Perlakuan yang wajar dan jujur
Seorang pemimpin bertugas membina persatuan antara
anggotanya.Perlakukan setiap anggota dengan wajar dan adil. Janganlah
sekali-kali pilih kasih, dimana hanya anggota tertentu saja yang mendapatkan
perhatian. Jika kelompok merasa bahwa hanya anggota tertentu saja yang
mendapatkan perhatian, lenyaplah semangat kerja kelompok.
5. Rasa mampu
Setiap anggota kelompok menginginkan agar prestasi mereka diakui
oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin mengakui bahwa setiap anggota
kelompoknya mampu menunaikan tugasnya dan mengakui setiap anggota
29
kelompoknya memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam mencapai
tujuan kelompok. Sehubungan dengan pembinaan moral kerja guru, kepala
sekolah harus selalu menghargai dan mengakui setiap hasil kerja guru.
6. Pengakuan dan penghargaan atas sumbangan
Setiap orang yang bekerja ingin diakui oleh orang lainnya. Begitu
pula setiap guru menginginkan agar segala jerih payahnya, yang ia lakukan
demi Kesuksesan sekolah, diakui oleh kepala sekolah maupun guru-guru
lainnya. Apabila keinginan untuk diakui tersebut terpenuhi maka guru akan
merasa gembira dalam bekerja.
7. Ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah
Semua guru ingin ikut mbil bagian dalam membuat kebijakan sekolah
Hasrat ini merupakan hasrat asasi manusia. Jika semua guru diikutsertakan
dalam membuat policy sekolah mereka merasa dipentingkan dalam sekolah.
Pengalaman membuktikan bahwa jika tujuan ditetapkan bersama oleh
kelompok maka semua anggota kelompok ikut bertanggung jawab atas
pelaksanaannya.
8. Kesempatan mengembangkan ”self respect”
Rasa harga diri setiap guru perlu dikembangkan agar dapat melakukan
apa yang harus dilakukan tanpa harus dididik pimpinan. Berilah kesempatan
merencanakan bersama, jangan banyak diperintah, tetapi sebaliknya,
memberikan rangsangan serta menunjukkan harapan yang positif.
Sedang Claude S. George dalam Hasibuan (2005:163) mengemukakan
bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat
dan suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu 1) upah yang adil dan layak, 2)
kesempatan untuk maju/promosi, 3) pengakuan sebagai individu, 4)
keamanan kerja, 5) tempat kerja yang baik, 6) penerimaan oleh kelompok, 7)
perlakuan yang wajar, 8) pengakuan atas prestasi.
30
Motivasi memiliki kecenderungan dalam menimbulkan semangat
kerja yang tinggi dimana semangat kerja yang tinggi akan mampu
menghasilkan kinerja yang tinggi , sebaliknya semangat kerja yang rendah
akan menghasilkan kinerja yang juga rendah. Semangat kerja merupakan roh
daripada keinginan sesorang untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana
mestinya, bahkan pada sebagian orang, semangat kerja mampu memberikan
stimulasi pada seseorang untuk melaksanakan pekerjaan menjadi lebih baik,
demikian seseorang lebih termotivasi dalam melaksanakan pekerjaanya yang
dipicu oleh semangat kerja yang tinggi.
Tiga elemen penting dalam motivasi yang dikemukakan MC. Donald,
yakni29:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap
individu manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling ”, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam
hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi
itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya
suatu perubahan energi yang ada pada diri individu, sehingga akan bergayut
dengan perasaan dan emosi untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Semua
ini didorong karena adanya tujuan dan kebutuhan.
Para pakar Psikologi menggunakan kata motivasi dengan mengaitkan
belajar untuk menggambarkan proses yang dapat memunculkan dan
mendorong perilaku, memberikan arah atau tujuan perilaku, memberikan
peluang terhadap perilaku yang sama, dan mengarahkan pada pilihan perilaku
tertentu.
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu,
dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus. Dalam pengertian
ini intensitas dan arah motivasi dapat bervariasi. Untuk proses belajar
29Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi………………. Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal. 74
31
mengajar sangat diperlukan adanya motivasi, sesuai dengan semboyan “
motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi
optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan
makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan
intensitas usaha bagi seseorang.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Pada manusia berlaku faktor motivasi dan faktor pemeliharaan
dilingkungan pekerjaannya. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan ada enam
faktor motivasi yaitu (1) prestasi, (2) pengakuan, (3) kemajuan/kenaikan pangkat,
(4) pekerjaan itu sendiri, (5) kemungkinan untuk tumbuh, (6) tanggung jawab.
Sedangkan untuk pemeliharaan terdapat sepuluh faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu (1) kebijaksanaan, (2) supervisi teknis, (3) hubungan antar
manusia dengan atasan, (4) hubungan manusia dengan pembinanya, (5) hubungan
antar manusia dengan bawahannya, (6) gaji dan upah, (7) kestabilan kerja, (8)
kehidupan pribadi, (9) kondisi tempat kerja, (10) status.
Dan lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu30:
a. Kedudukan (Posisi)
Ummnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada
pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas dari pada mereka yang
bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian
menunjukan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan
dalam tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja.
b. Pangkat (golongan)
Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan), sehingga
pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang
melakukanya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan
dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan
yang baru itu akan merubah prilaku dan perasaan.
30 As’ad, Moh. 1980. Psikologi Industri………..Hal. 110
32
c. Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur
bawahan.
d. Jaminan financial dan jaminan social
Masalah financial dan jaminan social kebanyakan berpengaruh terhadap
kepuasan kerja.
e. Mutu pengawasan
Hubungan antara bawahan dengan pimpinan sangat penting artinya dalam
menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan bawahan dapat ditingkatkan
melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan,
sehingga guru atau bawahan akan merasa bahwa dirinya merupakan
bagian yang penting dari organisasi (sense of belonging).
Ada sejumlah teori lain tentang motivasi dalam pekerjaan, yaitu sebagai
berikut31.
1. Teori keadilan (equity)
Teori ini menonjolkan kenyataan bahwa motivasi seseorang mungkin
dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka diperlakukan
didalam organisasi apabila dibandingkan orang lain. Kalau orang merasa
perlakuan orang-orang terhadapnya tidak sebaik perlakuan orang-orang
itu terhadap orang lain yang dianggap sebanding, kemungkinan besar
orang itu kurang terdorong untuk menyajikan kinerja yang baik.
2. Teori sasaran (goal)
Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa sasaran orang ditentukan
oleh cara mereka berprilaku dalam pekerjaan dan jumlah upaya yang
mereka gunakan. Ada indikasi bahwa memiliki sasaran yang benar-benar
jelas memang membantu mendorong minat orang, dan hal itu cenderung
untuk mendorong organisasi berupaya mengembangkan rencana kinerja
manajemen yang lengkap.
3. Teori perlambang (attribution)
31Hamzah. B.Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Hal. 49
33
Teori ini menyatakan bahwa motivasi tergantung pada faktor-faktor
internal, seperti atribut pribadi seseorang dan faktor-faktor luar yang
mungkin berupa kebijakan organisasi, derajat kesulitan pekerjaan yang
ditangani, dan sebagainya.
4. Ciri-ciri dan Motif-motif Motivasi Kerja
Interaksi dan motivasi belajar mengajar bahwa motivasi yang ada
pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut32:
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan
3. Menunjukkan minat terhadap bermcam-macam masalah
4. Lebih senang bekerja sendiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
6. Dapat mempertahankan pendapatnya.
7. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang diyakini.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang
memilik motivasi kerja, memiliki ciri-ciri tersebut di atas. Apabila seseorang
memiliki cirri-ciri tersebut, berarti orang itu memiliki motivasi yang cukup
kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan
sekolah. Karena setiap kegiatan akan berhasil baik, kalau gurunya tekun
melaksanakan pekerjaannya, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan
secara mandiri. guru yang produktif tidak akan terjebak pada sesuatu yang
rutinitas. Selain itu, juga harus berani mempertahankan pendapatnya kalau
memang yakin dan rasional. Bahkan peka dan responsive terhadap berbagai
masalah umum dan berfikir bagaimana cara pemecahannya.
32 http://rastodio.com/manajemen/faktor-faktor dan ciri-ciri-yang-mempengaruhi-motivasi-kerja.html
34
Berdasarkan pendapat dan teori diatas bahwa kepemimpinan kepala
sekolah merupakan pembina, penggerak, pendorong terhadap prestasi guru
dalam menunaikan tugas kerja dan untuk meningkatkan atau merubah
profesionalismen kerja guru kearah yang lebih baik.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya33.
a. Motif bawaan
Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir,
jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya:
dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk
bekerja, untuk beristirahat,dan dorongan seksual. Motif-motif ini sering
kali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis.
b. Motif yang dipelajari
Maksudnya motif-motif yang timbul kaena dipelajari. Sebagai contoh:
dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk
mengajar sesuatu didalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali
disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara social. Sebab
manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesame manusia yang
lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsent mengistilahkan dengan
affiliative needs. Sebab justru dengan kemampuan berhubungan,
kerjasama didalam masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri.
Sehingga manusia perlu mengembangkan sifat-sifat ramah, koperatif,
membina hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu dalam usaha
mencapai prestasi.
33Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi belajar mengjar . Jakarta. PT. Raja Gafindo Persada. Hal.
86
35
Disamping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:
a. Cognitive motives
Motif ini menunjuk pada gejala instrinsik, yakni menyangkut
kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada didalam diri
manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.jenis motif
seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah,
terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.
b. Self-expresion
Penampilan diri adalah sebagian dari prilaku manusia. Yang penting
kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana
sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk
ini memang diperlukan kreatifitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini
seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.
c. Self-enhancement
Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan
meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri
ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar
dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk
mencapai suatu prenstasi,
Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk
minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk
beristirahat. Ini sesuai dengan jenis physiological drives.
b. Motif-motif darurat. Yang termaksud dalam jenis motif ini antara lain:
dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,
untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul
karena rangsangan dari luar.
c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, utuk menaruh minat.
36
Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi
dunia luar secara efektif.
Guru sebagai salah seorang pelaksana kegiatan pendidikan di sekolah
sangat diperlukan. Sebab tidak jarang ditemukan guru yang kurang memiliki
gairah dalam melakukan tugasnya, yang akhirnya mengakibatkan
keberhasilan tujuan pendidikan yang ingin dicapai kurang memuaskan.
Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja
seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang
diberikan. Perbedaan motivasi kerja bagi seorang guru bisanya tercermin
dalam berbagai kegiatan dan bahkan prestasi yang dicapainya. Motivasi kerja
guru tidak lain adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru
agar prilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
C. KERANGKA BERFIKIR
Seluruh rangkaian kegiatan yang ada di dalam sekolah merupakan
upaya pemenuhan terhadap tercapainya tujuan sekolah, sehingga segala
aktivitas organisasi sekolah hendaknya dikelola lebih optimal. Demi
mewujudkan tujuan tersebut maka kualitas kerja guru perlu ditingkatkan.
Oleh karena itu diperlukan peran dari kepala sekolah untuk mendorong
bawahannya/guru-gurunya supaya bekerja lebih maksimal lagi. Salah satu
tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin, yaitu memimpin segala
aktivitas sekolah khususnya guru. Jika kepala sekolah sebagai pemimpin
dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik serta
melaksanakan kepemimpinan secara efektif dan profsional maka logikanya
kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan prestasi kerja guru.
Guru yang termotivasi dalam mengajar terlihat dalam ketekunannya
ketika melaksanakan tugas dengan ulet, penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini
37
berdampak pada kepuasan kerja guru yang akhirnya mampu menciptakan
kinerja yang baik. Berdasarkan teori-teori diatas dapat dikemukakan bahwa
terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi
kerja guru.
D. PENGAJUAN HIPOTESIS
Hipotesia adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu
masalah yang akan dibuktikan secara statistik.adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
“Ada hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara”.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian adalah dimulai dari tanggal
28 Agustus 2010, dan Lokasi penelitiannya adalah SMA Hasanuddin, jalan
rawa badak 1 Nomor 79-81 kelurahan lagoa kecamatan koja Jakarta utara
B. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian
yang hendak dicapai adalah:
a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kepemimpinan kepala sekolah
dengan motivasi kerja guru SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
b. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam
memberikan motivasi kerja dikalangan guru.
C. Variabel Penelitian
Adapun penelitian ini mempunyai dua variable:
1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah, sebagai independen variable
(variable bebas), variable ini disimbolkan dengan huruf (X)
2. Variabel Motivasi Kerja Guru, Sebagai Independen variabel (variable
terikat), variable ini disimbolkan dengan huruf (Y)
39
D. Populasi dan Sampel
Sedangkan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh diman
seluruh populasi yang ada digunakan sebagai sampel, yakni sebanyak 15
Orang guru.
Kriteria sah dari kuesioner dalam penelitian ini apabila responden
menjawab semua pertanyaan dan tidak ada dua atau lebih jawaban, dalam
artian semua responden memberikan jawaban sesuai dengan petunjuk
pengisian kuesioner atau angket. Dengan demikian, keadaan pengambilan
sampel dari populasi yang ada dianggap memiliki populasi yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik penulisan data yang digunakan untuk mengumpulakn
data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Wawancara (interview)
Wawancara penelitian adalam suatu metode penelitian yang meliputin
pengumpulan data melelui interaksi verbal secara langsung antara
pewawancara dengan responden1. Dengan mewawancarai kepala sekolah
terkait.
2. Angket (kuisioner)
Angket yang dimaksud adalah berupa daftar pertanyaan yang harus diisi
dan dijawab oleh responden. Angket ini dibagikan kepada guru SMA
Hasanuddin Jakarta Utara untuk memperoleh informasi mengenai
hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di
SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
Angket yang digunakan didesign berdasarkan skala model likert yang
berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak
diungkap, yang mempunyai empat opsi jawaban dan berjumlah genap ini
1 G. Sevilla, Consuello…... Hal. 205
40
dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden bersikap
ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas.
3. Studi dokumentasi
Pedoman dokumen digunakan untuk melengkapi data-data secara tertulis
yang ada di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk
angket (kuesioner) untuk memberikan batasan yang jelas dalam penyusunan
instrumen, berikut ini dikemukakan definisi konseptual dan definisi
operasional setiap variabel yang digunakan sebagai berikut:
1. Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah
a) Definisi Konseptual
Kepala sekolah sebagai pimpinan mampu menciptakan serta
mewujudkan lingkunggan fisik yang kondusif serta suasana kerja
yang nyaman.
b) Definisi Operasional
Kepemimpinan kepala sekolah dapat dikatakan baik apabila dalam
proses Kepemimpinannya dapat menciptakan serta mewujudkan
lingkunggan fisik yang kondusif serta suasana kerja yang nyaman.
41
Tabel 1.1
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Variabel Indikator Butir Soal
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
1. Kemampuan Menciptakan
lingkungan fisik yang kondusif.
2. Mampu Menwujud Suasana Kerja
yang nyaman
3. Mampu Memberikan kompensasi
4. Mampu Melibatan guru /
Bawahan dalam keputusan.
5. Mampu Meneladani disiplin kerja
sekolah
6. Mampu Mengadakan berbagai
Kegiatan sekolah
7. Mengukur hasil pekerjaan
1, 2, 5, 9, 10, 13
7, 14, 16, 18, 22
8,
4, 15, 17,
19, 20, 21, 24
23, 25
3, 6, 11, 14, 16
2. Variabel Motivasi Kerja Guru
a) Definisi Konseptual
Motivasi merupakan kondisi seseorang yang terdorong dan cenderung
aktif dalam bertingkah laku demi mencapai tujuan yang ditimbulakan
oleh motivasi tersebut.
b) Definisi Operasional
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kerja seseorang, makin tepat motivasi yang diberikan
semakin baik keberhasilan kegiatan sekolah yang diberikan, motivasi
menentukan intensitas usaha guru untuk mengaktualisasikan kegiatan-
kegiatan guna mencapai tujuan karena motivasi berkaitan dengan
tujuan.
42
Tabel 1.2
Kisi-Kisi Instrumen Variabel Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Variabel Indikator Butir Soal
Motivasi Kerja
Guru
1. Kedisiplinan dalam Kerja
2. Melaksanakan program kegiatan
Sekolah dengan baik
3. Senang bekerja secara mandiri
4. Memanfaatkan sarana prasarana
5. Kemampuan meningkatkan
evaluasi prestasi kerja
1, 2, 3, 6
4, 5, 7, 8, 13
9, 10, 11, 12, 16, 18,
20, 21, 22, 23, 24
14
17, 25
G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan
untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya
orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil
penelitian.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Uji Pendahuluan
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu koesioner dikatakan
valid jika pertanyaan atau pernyataan pada koesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh koesioner tersebut.
43
Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi
(Construk Validity). Validitas konstruksi menentukan validitas alat
pengukur dengan mengkorelasikan antar skor yang diperoleh dari
masing-masing item yang berupa pertanyaan ataupun pernyataan
dengan skor totalnya.
Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil
penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor
totalnya harus signifikan berdasarkan dimensi konsep korelasi
dengan skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa alat
pengukuran tersbut valid.
Setiap item instrument (angket) dikatakan valid jika nilai
r hitung > r tabel, dengan taraf signifikan α=5%
b. Uji Reliabilitas
Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka
tahap berikutnya adalah mengukur reabilitas dari alat. Sebagai
ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur
gejala yang sama dilain kesempatan. Menurut Imam Ghozali,
realibilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu koesioner
yang merupakan indikator dari variabel. Suatu koesioner dapat
dikatakan reliebel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap
pertanyaan atau pernyataan adalah konsisten dari waktu kewaktu.
Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur
yang akan digunakan yakni apakah alat ukur tersebut akurat, stabil
dan konsisten. Teknik yang digunakan adalah koefisien alpha
cronbach dengan rumus2:
ଵଵݎ
െ ͳ൨ቈͳെ
ߪ∑ଶ
ߪଶ
Keterangan :
2 Sugiyono, Dr, Prof. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Hal.365
44
ଵଵݎ = Reliabilitas instrument
k = Jumlah Soal
σߪଶ = Jumlah varians butir
௧ߪଶ = Jumlah varians total
Reliabilitas suatu instrument dapat diterima jika memiliki
koefisien alpha cronbach minimal 0,06 yang berarti bahwa
instrumen tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data yang
handal yaitu hasil pengukuran relative konsisten jika dilakukan
pengukuran ulang.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan
distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak
dilakukan untuk analisis statistic parametric. Penggunaan uji
normalitas karena analisis statistic parametik. Asumsi yang harus
dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara
normal, maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data
akan mengikuti bentuk distribusi normal. Bahwa data memusat pada
nilai rata-rata dan median. Uji normalitas dilakukan menggunakan
uji lilliefors.
2. Uji Hipotesis
Adapun rumus yang digunakan adalah korelasi product moment
dengan persamaan sebagai berikut3:
3 Sugiono, Dr, Prof. 2007. Statistika …... Hal.228 -231
45
2 22 2xy
n XY X Yr
n X X n Y Y
Dimana :
�௫௬ݎ = Angaka indeks korelasi ”ݎ“ product moment
= Jumlah Sampel
∑ = Jumlah Hasil perkalian antara skor X dan Skor Y
∑ = Jumlah seluruh skor X
∑ = Jumlah seluruh skor Y
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan dapat berpedoman pada tabel berikut ini:
Tabel 1.3
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Kategori
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Adapun untuk mengetahui besarnya kontribusi kepemimpinan
kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru, digunakan koefisien
determinasi (KD) dengan rumus:
�ൌܦܭ ଶݎ� × 100%
Di mana:
ܦܭ = Koefisien determinasi
ݎ = Koefisien korelasi
46
H. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Ho : ρ = 0
Ha : ρ > 0
Keterangan:
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan
kepala sekolah (variabel x) dengan motivasi kerja guru (variabel y).
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala
sekolah (variabel x) dengan motivasi kerja guru (variabel y).
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Hasanuddin Jakarta Utara
Sekolah Menengah Atas (SMA) Hasanuddin Jakarta Utara adalah
sekolah yang berdiri di atas Yayasan Pendidikan Islam Hasanuddin dan
berlokasi di jalan rawa badak 1 Nomor 79-81 kelurahan lagoa kecamatan
koja Jakarta utara yang didirikan seseiring berdirinya yayasan pendidikan
islam hasanuddin pada tahun 1997. Atas inisiatif dan gagasan Bapak
Andi Sulking dan Ibu Ida Hamidah sekaligus menjabat sebagai ketua dan
wakil ketua yayasan.
Selain SMA Hasanuddin, yayasan pendidikan islam hasanuddin
juga memiliki 2 kelompok pendidikan yaitu Sekolah Pendidikan Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) RISTEK, dengan luas area
tanah 700 Meter2, dengan luas bangunan 504 Meter2 bentuk bangunan
dua lantai leter L. sejalan bersama motto SMA Hasanuddin yakni dengan
ilmu hidup menjadi mudah, dengan agama hidup itu ibadah, dengan seni
hidup menjadi indah. Maka SMA Hasanuddin terus berusaha
mengembangkan diri dalam kegiatan pendidikan kearah yang lebih baik.
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Hasanuddin Jakarta Utara
Visi Sekolah Menengah Atas Hasanuddin Jakarta Utara adalah
“Menghasilkan Tamatan Yang Berkualitas, dengan Dilandasi Iman dan
Taqwa”. Sedangkan Misinya adalah:
1. Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran yang efektif
48
2. Menumbuh kembangakan kehidupan beragama dan kerukunan antar
umat beragama
3. Menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan yang
berwawasan nusantara.
4. Menumbuh kembangkan semangat disiplin, kreativitas,
profesionalisme, inovatif, dan berpikir kreatif.
5. Menumbuh kembangkan rasa kebangsaan cinta tanah air dan bela
Negara
Sedangkan Tujuannya adalah:
1. Mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang
berkribadian, cerdas, serta berkualitas dan berprestasi.
3. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi
informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan.
4. Menanamkan sikap kemandirian dan kecakapan hidup.
5. Mempersiapkan peserta didik agar mampu dan melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas Hasanuddin
4. Data Potensi
a. Identita Kepala Sekolah
o Nama Kepala Sekolah
o Tempat/ Tanggal Lahir
o Alamat Rumah
o Tanggal Pengangkatan Ka. Sekolah : 28 Juni 2008
o Pengalaman Sebagai Ka. Sekolah
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAMHASANUDDIN
WAKAPSEK. BID. KESISWAAN
Abdul Hamid, SE.
PEMBINAPERPUSTAKAAN
Andi Heru
PEMBINA EKSTRAKURIKULER
1. Pramuka
2. PMR
3. Paskibra
4. Rohani Islam
5. Pencak Silat
Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas Hasanuddin
Data Potensi
Identita Kepala Sekolah
Nama Kepala Sekolah : Drs. Kanim Atmawijaya
Tempat/ Tanggal Lahir : Cikampek, 08 Februari 1942
Alamat Rumah : Kampung Beting Jaya No. 8 Rt.
002/ 018 Kel. Kalibaru Kec. Koja
Jakarta Utara
No. Telp. : 021-44832371No. Hp. : 0813 8976 3024
Tanggal Pengangkatan Ka. Sekolah : 28 Juni 2008
Pengalaman Sebagai Ka. Sekolah
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAMHASANUDDIN
KEPALA SMA HASANUDDIN
Drs. H. Kanim Atmawijaya
WAKAPSEK. BID. KESISWAAN
Abdul Hamid, SE.
WAKAPSEK. BID. KURIKULUM
P. Agusta, S.Pd.
WAKAPSEK. BID. SARPRAS
Rachimudin, S.Pd.
PENGURUS OSIS
SISWA/I HASANUDDIN
BENDAHARA
Andi Suherlina, SH.
KA. TATA USAHA
Abdul Ghafur
PEMBINA OSIS
Achmad Ocip, S.Pd.
PEMBINA LAB. IPA
Embun Diarsih, S.Pd.
PEMBINA LAB.
Rizal Sulaiman
PEMBINA EKSTRAKURIKULER
1. Pramuka
2. PMR
3. Paskibra
4. Rohani Islam
5. Pencak Silat
WALI KELAS
1. Kela X
2. Kelas XI
3. Kelas XII IPS
4. Kelas XII IPA
DEWAN GURU DEWAN GURU
PRAMUBAKTI
DIKNAS DIKMENTI
DKI JAKARTA
49
Struktur Organisasi Sekolah Menengah Atas Hasanuddin
: Drs. Kanim Atmawijaya
Februari 1942
: Kampung Beting Jaya No. 8 Rt.
002/ 018 Kel. Kalibaru Kec. Koja
44832371: 0813 8976 3024
WAKAPSEK. BID. SARPRAS
Rachimudin, S.Pd.
PEMBINA LAB.KOMPUTER
Rizal Sulaiman
PRAMUBAKTI
DIKNAS DIKMENTI
DKI JAKARTA
50
b. Pengalaman Sebagai Kepala Sekolah
Pengalaman kepala sekolah cukup lama dari tahun 1982 menjabat
SMP Al-Khoiriyah 1 sampai pada tahun 1983, di SMK Siliwangi pada
tahun 1991 sampai dengan tahun 2007 dan di SMP Yamifsa pada tahun
1994 sampai pada 2008.
c. Pendidikan 2 Jenjang Terakhir
Jenjang Terakhir yaitu PGSP pada jurusan Bahasa Indonesia di
tahun 1982 di institusi PGSLP Negeri, selanjutnya strata satu pada jurusan
Administrasi Pendidikan di tahun 1988 institusi Universitas Siliwangi.
51
B. Hasil Penelitian
1. Uji Pendahuluan
a. Uji Validitas dan Reliabilitas
1) Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tabel 2.1
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Pernyataan Korelasi Pearson (r hitung) r tabel CrombachAlpha
12345678910111213141516171819202122232425
0,650,600,610,570,720,540,580,740,580,520,680,560,530,680,530,570,740,570,590,580,550,570,610,650,58
0,514 0,949
Sumber: Data Primer Diolah
Kriteria pengujian:
1. Jika nilai rhitung > r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan
valid.
2. Jika nilai rhitung < r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan
tidak valid.
52
Pada tabel di atas, didapat seluruh angka rhitung > r(α – 0,05)
yaitu sebesar 0,514, dengan n = 15, ini berarti ke dua puluh lima
item dikatakan valid. Dan dengan nilai Crombach Alpha sebesar
0,949 jika diiterpretasikan ke dalam tabel kriteria tingkat
reliabilitas maka data tersebut termasuk ke dalam kategori
reliabilitas yang sangat tinggi.
2) Variabel Motivasi Kerja Guru
Tabel 2.2
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Variabel Motivasi Kerja
Guru
Pernyataan Korelasi Pearson (r hitung) r tabel CrombachAlpha
12345678910111213141516171819202122232425
0,640,520,580,580,530,570,660,630,650,570,550,550,520,590,550,540,630,560,530,570,560,580,560,620,53
0,514 0,940
Sumber: Data Primer Diolah
53
Kriteria pengujian:
3. Jika nilai rhitung > r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan
valid.
4. Jika nilai rhitung < r(α – 0,05) dengan n = 15, maka data dikatakan
tidak valid.
Pada tabel di atas, didapat seluruh angka rhitung > r(α – 0,05)
yaitu sebesar 0,514, dengan n = 15, ini berarti ke dua puluh lima
item dikatakan valid. Dan dengan nilai Crombach Alpha sebesar
0,940 jika diiterpretasikan ke dalam tabel kriteria tingkat
reliabilitas maka data tersebut termasuk ke dalam kategori
reliabilitas yang sangat tinggi.
Tabel 2.3
Kriteria Tingkat Reliabilitas
Reliabilitas Kriteria
0,800-0,999 sangat tinggi
0,600-0,799 tinggi
0,400-0,599 sedang
0,200-0,399 rendah
<0,200 sangat rendah
b. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan dengan rumus liliefors melalui
rumusan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Data sampel berdistribusi normal
Ha : Data sampel berdistribusi tidak normal
1) Uji Normalitas Data Skor Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah
Hasil perhitungan uji normalitas data skor angket
kepemimpinan kepala sekolah disajikan pada tabel berikut:
54
Tabel 2.4
Hasil Uji Normalitas Data Skor Angket Kepemimpinan Kepala
Sekolah
Statistika Nilai
N 15
Lhitung 0.0134
Ltabel 0.220
Sumber: Data Primer diolah
Dari hasil perhitungan uji normalitas data skor angket
Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan taraf signifikansi 5%,
diperoleh Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data skor angket
kepemimpinan kepala sekolah berdistribusi normal.
2) Uji Normalitas Data Skor Angket Motivasi Kerja Guru
Hasil perhitungan uji normalitas data skor angket
kepemimpinan kepala sekolah disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.5
Hasil Uji Normalitas Data Skor Angket Motivasi Kerja Guru
Statistika Nilai
N 15
Lhitung 0.0443
Ltabel 0.220
Sumber: Data Primer diolah
Dari hasil perhitungan uji normalitas data skor angket
Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan taraf signifikansi 5%,
diperoleh Lhitung < Ltabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data skor angket
motivasi kerja guru berdistribusi normal.
55
2. Analisis Data
Setelah diperoleh data tentang Kepemimpinan dan Motivasi kerja
guru, langkah selanjutnya adalah membuat tabel perhitungan yang akan
digunakan sebagai dasar perhitungan korelasi Product Moment.
Tabel 2.6
Perhitungan Korelasi Product Moment
Responden X Y X2 Y2 XY
1 92 74 8464 5476 68082 77 63 5929 5184 55443 65 72 4225 3969 40954 81 60 6561 7225 68855 90 54 8100 7921 80106 66 59 4356 3481 38947 64 87 4096 2704 33288 71 86 5041 5041 50419 93 85 8649 8464 855610 67 92 4489 3600 402011 89 52 7921 7569 774312 84 89 7056 5776 638413 82 73 6724 5329 598614 59 76 3481 2916 318615 83 71 6889 7396 7138Σ 1163 1093 91981 82051 86618
Sumber: Data Primer Diolah
Diketahui:
N = 15 ∑Y2 = 82051
∑X = 1163 ∑XY = 86618
∑Y = 1093 (∑X)2 = 1352569
∑X2 = 91981 (∑Y)2 = 1194649
Dimasukan kedalam rumus korelasi product moment, berikut ini:
௫௬ݎ =(∑XY) − (∑X)(∑Y)
ඥ(∑xଶ) − (∑x)ଶ ඥ (∑yଶ) − (∑y)ଶ
௫௬ݎ =15(86618) − (1163)(1093)
ඥ15 (91981) − 1352569 ඥ15 (82051) − 1194649
56
௫௬ݎ =1299270 − 1271159
√27146 √36116
௫௬ݎ =28111
√980404936
௫௬ݎ =28111
31311,42௫௬ݎ������������� = 0,898
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment dapat
diketahui bahwa hubungan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah
(X) dengan motivasi kerja guru (Y) sebesar 0,898 dalam arah positif
yang artinya jika kepemimpinan kepala sekolah semakin baik maka
motivasi kerja guru akan semakin meningkat. Koefisien korelasi sebesar
0,898 tersebut jika diinterpretasikan ke dalam tabel interpretasi koefisien
korelasi termasuk dalam kategori sangat kuat.
Tabel 2. 7
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Kategori
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2007
Sedangkan perhitungan koefisien Determinasi (KD) yang berguna
untuk mengetahui kontribusi variabel X dengan Y sebagai berikut:
�ൌܦܭ ଶݎ� × 100%
�ൌܦܭ �Ͳǡͻ ଶ × 100%
�ൌܦܭ �ͲǡͶΨ
57
Tabel 2.8
Nilai dari Koefisien Determinasi
R r2 Persentase
0,898 0,8064 80,64%
Sumber: Data Primer diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi
(r2) sebesar 0,8064, maka dapat diartikan bahwa 80,64% motivasi kerja
guru di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara dipengaruhi oleh
kepemimpinan kepala sekolah sedangkan 19,36% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak berkaitan atau diluar dari penelitian ini
namun tetap mempengaruhi variabel Y yaitu motivasi kerja guru SMA
Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan sebesar 80,64%
antara kepemimpinan dengan motivasi kerja guru. Dengan demikian dari
hasil perhitungan data yang diperoleh dari lapangan, terlihat adanya
hubungan yang positif dan signifikan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah
dengan motivasi kerja guru di SMA Hasanuddin Jakarta Utara. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan bahwa motivasi kerja guru tidak hanya
disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor efektifitas kepemimpinan, tetapi
masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi kerja
guru.
Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa kepala sekolah telah berupaya
melaksanakan kepemimpinan yang cukup efektif di sekolah dalam rangka
meningkatkan motivasi kerja guru, disisi lain mengenai fenomena yang
terlihat bahwa kepala sekolah dan guru sangat mendukung terciptanya situasi
atau suasana yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi sekolah.
Dengan demikian berarti jika kita ingin meningkatkan motivasi kerja
guru, maka perlu diperhatikan salah satunya kepemimpinan dari kepala
sekolah, dengan demikian kepemimpinan yang kuat akan menciptakan
58
kepuasan kerja yang tinggi dikalangan guru sekolah. Pada akhirnya akan
tercipta motivasi kerja guru yang tinggi, begitu juga sebaliknya jika hubungan
kepemimpinan kepala sekolah lemah maka tidak akan tercipta kepuasan kerja
sehingga motivasi kerja guru akan menjadi lemah.
Meskipun banyak sekali faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
guru, namun dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kepemimpinan
memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap motivasi kerja guru. Hal
ini merupakan masukan penting bagi praktisi maupun praktisi pendidikan
dalam meningkatkan kualitas dan prestasi kerja guru khususnya di SMA
Hasanuddin Jakarta Utara.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil data penelitian yang telah diuraikan sebelumnya tentang
hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru, maka
dapat disimpulan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori, data dan fakta terdapat hubungan yang baik antara
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru di
SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara.
2. Dengan demikian hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah
dengan motivasi kerja guru, hal ini dapat dilihat dari hasil korelasi yang
diperoleh.
3. Kontribusi yang diberikan oleh kepemimpinan kepala sekolah terhadap
motivasi kerja guru cukup besar, berarti bahwa kepemimpinan kepala
sekolah adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan
motivasi kerja guru sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain yang tidak berkaitan atau diluar dari penelitian ini namun tetap
mempengaruhi variabel Y yaitu motivasi kerja guru SMA Hasanuddin
Lagoa Jakarta Utara.
60
B. Saran
1. Kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya lebih intens dalam dalam
memberikan pembinaan kepada guru.
2. Guru agar tetap melaksanakan tugas-tugasnya dengan konsisten dan
mengedepankan nilai-nilai positif dalam proses kegiatan dan
pembelajaran.
3. Peneliti menyadari meskipun penelitian ini telah usai menguji adanya
hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja
guru, akan tetapi tidak hanya dari faktor kepemimpinan saja dapat terjalin
hubungan yang baik antara atasan dan bawahan dan tentunya memberikan
motivasi tersendiri kepada guru untuk dapat menjalankan tugasnya
dengan baik. Banyak faktor lain yang mungkin ikut menjembatani
terciptanya motivasi kerja guru, seperti kesadaran guru akan tugas dan
kewajibanya kompetensi dan faktor-faktor lainyang belum diketahui.
Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut.
61
DAFTAR PUSTAKA
Adair, John .1993. Kepemimpinan Yang Efektif, Semarang: Dahara Prize.
As’ad, Moh. 1980. Psikologi Industri, Yogyakarta: Akademi ManagemenPerusahaan YKPM.
Consuello, G. Sevilla.1993. Pengantar metode penelitian, Jakarta: UI Press
E. Mulyasa.2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. RemajaRosda Karya.
Fatah, Drs. Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Edisi 2, Yogyakarta: BPFE.
Hamzah. B.Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. PT. BumiAksara.
Jennings, Eugene Emerson. 1992. Kepemimpinan, Semarang: PT. Dahara Prize.
Komariah, Dr. Aan. 2005. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Oxford Student’s dictionary of English special price edition. 2001. OxfordUniversity Press.
Pidarta, Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT. RinekaCipta.
Rastodio, faktor-faktor dan ciri-ciri-yang-mempengaruhi-motivasi-kerjahttp://rastodio.com/manajemen/.html, 22 Agustus 2010
Sabri, M. Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Shaleh, Abdul Rahman. 2006. Psikologi & Industri, Jakarta: Lembaga PenelitianUIN.
Suyanto PhD, Pengertian-Kepemimpinan, http://www.scribd.com/doc/22456149/,12 Agustus 2010.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. CV. Alfabeta
62
Sardiman. 2006. Interksi dan motivasi belajar mengjar . Jakarta. PT. RajaGafindo Persada.
Tim Prima Pena. 2006. Kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap. Surabaya:Gitamedia Press.
Usman, Moh. Uzer. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. RemajaRosda.
Wahyosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT.Raja GrafindoPersada.
Wahyudi, 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar.Bandung. Alfabeta.
Yukl, Gary. 2001. Kepemimpinan dalam Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta : PT.Indeks.
Lampiran 1
“Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Gurudi SMU Hasanuddin Jakarta Utara”
ANGKET PENELITIAN
Petunjuk pengisianBacalah pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda ceklist () pada kolom jawaban sesuai
dengan pendapat anda.Alternatif jawaban yang jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut:S : Sering P : PernahK : Kadang-kadang TP : Tidak Pernah
Kepemimpinan Kepala Sekolah
No Pernyataan S K P TP
1 Kepala sekolah merencanakan kelengkapan perangkat kebutuhan yangakan dimanfaatkan dalam proses kegiatan pembelajaran
2 Kepala sekolah mempersiapkan materi kurikulum kegiatan belajarmengajar
3 Kepala sekolah menyeleksi guru atau bawahanya untuk menempati setiapbidang dan jabatan
4 Kepala sekolah memaparkan disiplin dan tata tertib sekolah untuk paraguru atau bawahanya
5 Kepala sekolah menata sarana prasarana sekolah secara efektif untukkegiatan belajar mengajar yang efesien
6 Kepala sekolah menempatkan guru atau bawahanya sesuai dengan bidangmasing-masing
7 Kepala sekolah menjadwalkan kegiatan kurikuler secara proposional danrelevan
8 Kepala sekolah memberikan kompensasi bagi guru yang menjalankandisiplin dan tata tertib dengan baik
9 Kepala sekolah memperbaiki sarana prasarana pembelajaran yang taklayak secara berkala
10 Kepala sekolah menyediakan buku kurikulum atau panduan sebagaipegangan kegiatan pembelajaran
11 Kepala sekolah mensupervisi aktivitas pembelajaran guru diruang kelasdan diluar ruang sekolah
12 Kepala sekolah menerapkan disiplin dan tata tertib sekolah secarakonsisten dan kontinyu.
13 Kepala sekolah mengontrol penggunaan sarana prasarana sekolah apakahtelah digunakan secara efktif dan efesien
14 Kepala sekolah mengadakan tahapan evaluasi untuk mengetahui sejauhmana penerapan materi kurikulum terlaksana dengan baik atau tidak
15 Kepala sekolah mengadakan Rapat rutin untuk mengevaluasi danmemahami kemampuan guru dalam menjalankan tugas dan bidangnyamasing-masing
16 Kepala sekolah menadakan evaluasi rutin dalam rangka penilaian terhadap
Identitas Responden:
1. Mata Pelajaran yang dipegang : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Pendidikan Terakhir : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
pelaksanaan disiplin dan tata tertib sekolah oleh guru17 Kepala sekolah mengikut sertakan guru dan bawahan dalam membuat
keputusan pada setiap pertemuan dan kegiatan.18 Kepala sekolah berusaha menciptakan iklim keterbukaan dalam
mengambil kebijakan dengan guru19 Kepala sekolah berusaha membantu guru untuk membangun perasaan
percaya diri dalam berinteraksi dengan sesama guru yang lain.20 Sebagai pemimpin, kepala sekolah berusaha menciptakan persamaan
persepsi melalui negosiasi yang relevan21 Sebagai pemimpin, Kepala sekolah berusaha menunjukan minat terhadap
masalah yang di alami guru.22 Sebagai pemimpin, kepala sekolah berusaha mengkondisikan dengan baik
lingkungan sekolah agar tercipta rasa aman pada guru.23 Kepala sekolah Membimbing guru- guru dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan sekolah.24 Sebagai pemimpin kepala sekolah berusaha menjadi teladan yang baik dan
bersifat tulus.25 Kepala Sekolah Memberi Kesempatan Guru mengikuti kegiatan di luar
pembelajaran
Motivasi Kerja Guru
No Pertanyaan S K P TP
1 Guru menggunakan efesiensi waktu dalam menjalankan tugas2 Guru mentaati setiap kebijakan yang dikeluarkan kepala sekolah3 Guru menjalankan disiplin dan tata tertib sekolah4 Dalam mengajar guru mencapai target yang ada dalam rencana program
pembelajaran5 Setiap ada pekerjaan, guru melaksanakanya dengan tekun dan tidak
menunda-nunda6 Guru tepat waktu datang ke ruang kelas pada setiap kegiatan sekolah7 Guru mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra sekolah8 Guru berusaha agar siswanya mendapat hasil yang baik secara intelektual
maupun mental9 Guru merasa senang dengan profesi yang dijalani dan menjadi sebagai
hobi10 Guru membimbing muridnya dengan ulet dalam proses belajar mengajar11 Guru berusaha mengenal dan memahami kemampuan anak didik dalam
KBM12 Guru menyalurkan hobinya melalui kegiatan ekstrakulikuler yang ada
disekolah13 Untuk mempermudah pekerjaan, guru menyusun program satuan
pembelajaran (satpel)14 Guru menggunakan alat dan sumber pengajaran untuk memperjelas materi
pengajaran15 Dalam KBM guru menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk
mencapai tujuan pengajaran16 Setiap kali dalam mengajar, guru menempatkan diri sesuai situasi dan
kondisi yang ada dikelas17 Guru memperhatikan Kemampuan siswa antara yang baik dan sedang
dalam setiap ulangan/ evaluasi18 Agar sesuana kelas tidak monoton, guru berubah posisi duduk siswa setiap
seminggu sekali19 Sebelum KBM berlangsung, guru mempelajari bahan pengajaran yang
akan disampaikan kepada siswa20 Untuk mempermudah pencapaian tujuan pengajaran, guru menggunakan
metode yang bervariasi21 Guru mengadakan simulasi (bila ada peraktek) dan permainan agar siswa
lebih berpartisipasi dalam proses belajar mengajar22 Untuk mendorong partisipasi siswa, guru memberikan kesempatan untuk
belajar sesuai dengan minat siswa.23 Untuk menarik perhatian siswa, guru memberikan kesempatan untuk
belajar sesuai dengan minat mereka24 Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai
bahan pengajaran yang telah disampaikan25 Untuk memperkaya pengetahuan siswa, saya memberikan tugas atau PR
Lampiran a
PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN ANGKET MOTIVASI KERJA GURU
RespondenItem Soal Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 4 2 2 4 3 4 1 4 2 2 4 3 3 2 2 4 3 4 3 3 2 3 4 4 2 74
2 3 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 4 3 2 4 2 3 3 1 3 4 4 72
3 3 1 3 1 2 2 2 3 3 1 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 4 3 2 63
4 2 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 3 2 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 4 3 85
5 3 2 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 89
6 2 1 2 3 3 2 1 2 3 2 3 4 2 1 2 2 3 2 4 2 2 2 3 2 4 59
7 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 1 52
8 3 3 2 3 3 1 2 4 2 1 3 2 1 3 3 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 71
9 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 92
10 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 60
11 4 3 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 87
12 2 3 2 3 4 4 2 4 2 2 3 4 4 2 4 2 3 3 4 4 4 2 2 3 4 76
13 3 1 4 3 3 2 4 3 3 4 3 2 2 4 3 2 4 3 2 3 3 2 4 4 2 73
14 2 3 1 2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 2 3 2 1 3 3 4 3 2 1 1 3 54
15 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 86
Jml. 43 37 38 45 46 42 36 48 44 37 48 47 40 40 45 41 43 45 48 50 46 41 49 46 48 1093
r hit. 0.64 0.52 0.58 0.58 0.53 0.57 0.66 0.63 0.65 0.57 0.55 0.55 0.52 0.59 0.55 0.54 0.63 0.56 0.53 0.57 0.56 0.58 0.56 0.62 0.53
r tbl. 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran b
PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN ANGKET MOTIVASI KERJA GURU
RespondenItem Soal
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 4 2 2 4 3 4 1 4 2 2 4 3 3 2 2 4 3 4 3 3 2 3 4 4 2 74
2 3 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 4 3 2 4 2 3 3 1 3 4 4 72
3 3 1 3 1 2 2 2 3 3 1 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 4 3 2 63
4 2 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 3 2 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 4 3 85
5 3 2 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 89
6 2 1 2 3 3 2 1 2 3 2 3 4 2 1 2 2 3 2 4 2 2 2 3 2 4 59
7 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 1 52
8 3 3 2 3 3 1 2 4 2 1 3 2 1 3 3 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 71
9 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 92
10 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 60
11 4 3 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 87
12 2 3 2 3 4 4 2 4 2 2 3 4 4 2 4 2 3 3 4 4 4 2 2 3 4 76
13 3 1 4 3 3 2 4 3 3 4 3 2 2 4 3 2 4 3 2 3 3 2 4 4 2 73
14 2 3 1 2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 2 3 2 1 3 3 4 3 2 1 1 3 54
15 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 86
Jml. 43 37 38 45 46 42 36 48 44 37 48 47 40 40 45 41 43 45 48 50 46 41 49 46 48 1093
X2 1849 1369 1444 2025 2116 1764 1296 2304 1936 1369 2304 2209 1600 1600 2025 1681 1849 2025 2304 2500 2116 1681 2401 2116 2304
δ2 0.84 0.98 0.84 0.86 0.5 1.03 1.26 0.89 0.78 0.98 0.46 0.7 0.81 0.95 0.57 1.07 0.98 0.57 0.89 0.52 0.64 1.07 0.92 0.92 1.03
Σδ2 21.0380952
δt2 171.980952
rii 0.9403628
Kriteria tingkat reliabilitas
r Kriteria
0.800-0.999 sangat tinggi
0.600-0.799 tinggi
0.400-0.599 sedang
0.200-0.399 rendah
<0.200 sangat rendah
Lampiran c
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS DATA ANGKET MOTIVASI KERJA GURU
No Xi F Fxi Xi2 F(Xi2) Zi Fzi Szi(Fzi -Szi)
1 52 1 52 2704 2704 -1.59 0.0559 0.0667 -0.01077
2 541
54 2916 2916 -1.44 0.0749 0.1333 -0.05843
3 59 1 59 3481 3481 -1.06 0.1446 0.2 -0.0554
4 60 1 60 3600 3600 -0.98 0.1635 0.2667 -0.10317
5 63 1 63 3969 3969 -0.75 0.2266 0.3333 -0.10673
6 71 1 71 5041 5041 -0.14 0.4443 0.4 0.0443
7 72 1 72 5184 5184 -0.07 0.4721 0.4667 0.005433
8 73 1 73 5329 5329 0.01 0.496 0.5333 -0.03733
9 74 1 74 5476 5476 0.086 0.4641 0.6 -0.1359
10 76 1 76 5776 5776 0.239 0.4052 0.6667 -0.26147
11 85 1 85 7225 7225 0.925 0.1762 0.7333 -0.55713
12 86 1 86 7396 7396 1.001 0.1587 0.8 -0.6413
13 87 1 87 7569 7569 1.078 0.1401 0.8667 -0.72657
14 89 1 89 7921 7921 1.23 0.1093 0.9333 -0.82403
15 92 1 92 8464 8464 1.459 0.0721 1 -0.9279
Σ 15 1093 82051
Lampiran a
PERHITUNGAN VALIDITAS INSTRUMEN ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Responden
Item SoalJumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
14 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3
92
23 4 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
77
32 2 3 3 3 3 2 1 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 4 3 1 3 2 3 3
65
44 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4
81
52 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3
90
61 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3
66
73 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1
64
82 3 3 3 1 2 3 3 3 4 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
71
94 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
93
101 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 2
67
114 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4
89
122 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3
84
133 4 4 1 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 1 3 3 3 4 3
82
142 3 2 2 1 3 3 1 3 2 1 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3
59
153 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4
83
Jml. 40 47 47 43 44 50 46 46 47 48 43 49 51 45 48 48 49 47 49 45 47 48 42 48 46 1163
r hit. 0.65 0.6 0.61 0.57 0.72 0.54 0.58 0.74 0.58 0.52 0.68 0.56 0.53 0.68 0.53 0.57 0.74 0.57 0.49 0.58 0.55 0.57 0.61 0.65 0.58
r tbl.0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51 0.51
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran b
PERHITUNGAN REALIBILITAS INSTRUMEN ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Responden
Item SoalJumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
14 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3
92
23 4 3 3 3 3 3 3 4 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
77
32 2 3 3 3 3 2 1 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 4 3 1 3 2 3 3
65
44 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4
81
52 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3
90
61 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3
66
73 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1
64
82 3 3 3 1 2 3 3 3 4 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
71
94 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
93
101 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 2
67
114 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4
89
122 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3
84
133 4 4 1 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 1 3 3 3 4 3
82
142 3 2 2 1 3 3 1 3 2 1 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3
59
153 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4
83
Jml. 40 47 47 43 44 50 46 46 47 48 43 49 51 45 48 48 49 47 49 45 47 48 42 48 46 1163
X2 1600 2209 2209 1849 1936 2500 2116 2116 2209 2304 1849 2401 2601 2025 2304 2304 2401 2209 2401 2025 2209 2304 1764 2304 2116
δ2 1.1 0.7 0.27 0.7 0.92 0.38 0.21 0.92 0.41 0.74 1.12 0.35 0.26 0.86 0.46 0.6 0.35 0.55 0.5 1 0.55 0.46 0.31 0.46 0.64
Σδ2 14.8095238
δt2 129.266667
rii 0.94867963
Kriteria tingkat reliabilitas
r Kriteria
0.800-0.999 sangat tinggi
0.600-0.799 tinggi
0.400-0.599 sedang
0.200-0.399 rendah
<0.200 sangat rendah
Lampiran c
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS DATA ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
No Xi F Fxi Xi2 F(Xi2) Zi Fzi Szi(Fzi -Szi)
1 59 1 59 3481 3481 -1.63 0.0516 0.067 -0.01507
2 641
64 4096 4096 -1.19 0.117 0.133 -0.01633
3 65 1 65 4225 4225 -1.1 0.1357 0.2 -0.0643
4 66 1 66 4356 4356 -1.01 0.1562 0.267 -0.11047
5 67 1 67 4489 4489 -0.93 0.1762 0.333 -0.15713
6 71 1 71 5041 5041 -0.57 0.2843 0.4 -0.1157
7 77 1 77 5929 5929 -0.05 0.4801 0.467 0.013433
8 81 1 81 6561 6561 0.305 0.3783 0.533 -0.15503
9 82 1 82 6724 6724 0.393 0.3483 0.6 -0.2517
10 831
83 6889 6889 0.481 0.3156 0.667 -0.35107
11 84 1 84 7056 7056 0.569 0.2843 0.733 -0.44903
12 89 1 89 7921 7921 1.009 0.1562 0.8 -0.6438
13 90 1 90 8100 8100 1.096 0.1151 0.867 -0.75157
14 92 1 92 8464 8464 1.272 0.102 0.933 -0.83133
15 93 1 93 8649 8649 1.36 0.0869 1 -0.9131
Σ 1163 15 1163 91981