-
7/30/2019 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autisme Di Sekolah Luar Bi
1/9
PENELITIAN
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES IBUYANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG AUTISME DI SEKOLAHLUAR BIASA (SLB)
AUTISME DI KOTA PADANGTAHUN 2010
Penelitian Keperawatan Jiwa
MIFTAHBP. 05121021
FAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS ANDALAS
2011
-
7/30/2019 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autisme Di Sekolah Luar Bi
2/9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada orang tua. Semua orang tua
menghendaki anak-anaknya lahir dengan profil ideal yang mereka bayangkan, tumbuh dan
berkembang sehat dan normal sebagaimana anak lain, memiliki kecerdasan, akhlak yang bagus,
dapat bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain, serta diharapkan kelak dapat mandiri. Orang
tua seringkali mengamati dan membandingkan kondisi anaknya dengan anak-anak lainnya.
Ketika orang tua menyadari bahwa buah hatinya ternyata tidak sempurna atau tidak sesuai
dengan apa yang mereka yakini, banyak reaksi-reaksi emosional yang ditampilkan. Kegembiraan
yang ada dapat berubah menjadi kekecewaan. Begitu pula yang terjadi pada orangtua yang
memiliki anak yang didiagnosa menyandang autisme, seperti yang akhir-akhir ini banyak
ditemui (Sundari, 2008).
Autis berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Autisme berarti preokupasi terhadap
pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran
subjektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, penyandang autisme sering disebut orang yang hidup di alamnya sendiri (Handojo, 2003).
Adapun gejala-gejalanya meliputi gangguan kognitif (kemampuan), bahasa, perilaku,
komunikasi, dan gangguan interaksi sosial (Judarwanto, 2006).
Jumlah anak penyandang autisme makin bertambah. Di negara maju seperti Kanada dan
Jepang, pertambahan ini mencapai empat puluh persen sejak tahun 1980. Di Kalifornia sendiri
pada tahun 2002 disimpulkan terdapat sembilan kasus autisme perharinya. Dengan adanya
-
7/30/2019 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autisme Di Sekolah Luar Bi
3/9
metode diagnosis yang semakin berkembang, hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan
terkena autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan, mengingat
sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan di antara para
ahli dan dokter di dunia. Di Amerika Serikat disebutkan, autisme terjadi pada 60.000-15.000
anak di bawah usia lima belas tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalens autisme adalah
10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan satu di antara seribu anak. Di
Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autisme meningkat sangat pesat,
dicurigai satu di antara sepuluh anak menyandang autisme. Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan adalah empat banding satu, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan
gejala yang lebih berat (Judarwanto, 2006).
Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta jiwa, belum diketahui berapa persisnya jumlah
penyandang autisme, diperkirakan jumlah anak penyandang austime dapat mencapai 150 - 200
ribu orang. Namun, Biro Sensus Amerika mendata di tahun 2004 ada 475 ribu penyandang
autisme di Indonesia. Ditengarai, setiap hari, 1 : 150 anak yang lahir menyandang autisme.
Padahal, pada tahun 1970-an anak penyandang autisme 1 : 10.000 kelahiran (Kompas, 2006).
Merawat anak yang menyandang autisme dapat menyebabkan stres karena banyaknya
gejala yang ditimbulkan oleh sindrom tersebut. Diantaranya, dalam hal mengajar dan
berkomunikasi dengan anak sangat sulit karena anak bermasalah dalam bahasa dan
mengekspresikan emosinya; harus selalu waspada dengan perilaku anak yang suka menyerang;
perawatan yang ekstra karena anak penyandang autisme tidak mampu merawat dirinya sendiri;
memenuhi semua kebutuhan anak penyandang autisme; kebutuhan akan sekolah, dan kesehatan
anak (Little & Clark, 2006; Schrek & Mulick, 2000; Tomanik, 2004). Kemudian, orang tua juga
harus menghadapi stigma dari masyarakat mengenai anak penyandang autisme (Gray, 1993),
-
7/30/2019 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autisme Di Sekolah Luar Bi
4/9
harus selalu memperhatikan perkembangan anak yang tidak biasa (Schuntermann, 2002), serta
kekhawatiran akan masa depan anak saat harus mengandalkan kemandiriannya (Little & Clark,
2006).
Masalah yang berhubungan dengan perawatan anak penyandang autisme dirasakan
sangat berat oleh ibu, dimana ibu adalah orang pertama dalam merawat anak (Eisenhower,
Baker, & Blacher, 2005; Freeman, Perry, & Factor, 1991, Sivberg, 2002). Merawat anak
penyandang autisme berpengaruh pada pekerjaan dan waktu istirahat ibu (Tunali & Power,
2002). Menurut Tobing (2005), beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ibu memiliki
beban yang lebih berat dalam merawat anak penyandang autisme dibandingkan ayah (Bristol,
Gallagher, & schopler, 1988; DeMyer, 1979; Milgrim & Atzil, 1998), dan stres pada ibu anak
penyandang autisme lebih tinggi daripada stres yang dirasakan oleh ayah anak penyandang
autisme (Freeman, Perry, & Factor, 1991; Moes, Koegel, Schreibman, & Loos, 1992).
Dukungan sosial merupakan faktor yang sangat penting dalam merawat anak dengan
kebutuhan khusus, termasuk anak penyandang autisme (Bitsika & Sharpley, 2004; Siklos &
Kerns, 2006; White & Hastings, 2004) karena dapat berperan sebagai pendorong ibu dalam
merawat anak berkebutuhan khusus. Menurut White dan Hastings (2004), psikologi orang tua
yang memiliki anak berkebutuhan khusus dapat dipengaruhi oleh sumber-sumber yang ada di
sekitar orang tua, yang terpenting adalah dukungan sosial.
Menurut Ginanjar (2004), dukungan sosial adalah informasi yang diperoleh individu
bahwa dirinya dicintai, dihargai, dan dapat mengandalkan bantuan orang lain ketika
membutuhkannya. Dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau nonverbal,
bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran
mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Gottlieb
-
7/30/2019 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autisme Di Sekolah Luar Bi
5/9
(1983) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan hidup, kekasih,
keluarga, teman sekerja, atau organisasi kemasyarakatan yang diikuti. Pendapat senada
dikemukakan oleh Sarafino (1998) bahwa dukungan sosial dapat diperoleh dari bermacam-
macam sumber seperti suami atau istri, keluarga, teman, rekan kerja, dokter dan organisasi
kemasyarakatan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti pada tanggal 10-15 mei 2010 di lima
yayasan sekolah terapi autisme yang ada di kota Padang, yakni YPPA, Harapan Bunda, BIMA,
Buah Hati Ibu, dan Mitra Kasih Karunia, terdapat 129 anak penyandang autisme yang terdaftar
dan aktif mengikuti terapi di masing-masing sekolah pada bulan Mei 2010. Menurut hasil
wawancara awal peneliti pada 6 orang ibu, 2 ibu mengatakan sudah cukup puas dengan
dukungan sosial yang diterimanya, namun 4 ibu mengatakan belum cukup puas dengan
dukungan sosial yang diterimanya. Dua orang ibu yang mengatakan cukup puas, menyatakan
bahwa suami, saudara kandung anak autisme, guru, dan dokter anak sangat membantu ibu dalam
merawat anak autisme. Namun, dari 4 ibu yang mengatakan belum cukup puas, 4 ibu
menyatakan suami dan keluarga kadang-kadang membantu; 2 ibu menyatakan dokter anak
kadang-kadang membantu; 4 ibu menyatakan program penanganan anak autisme sejak dini dan
kelompok diskusi orang tua anak penyandang autisme tidak ada.
Stres ibu yang memiliki anak penyandang autisme juga dialami oleh 6 ibu yang peneliti
datangi di sekolah-sekolah tersebut. Seluruh ibu mengatakan mengalami banyak tekanan dalam
mengasuh anaknya yang autisme. Berdasarkan alat ukur stres yang peneliti gunakan untuk
mengukur tingkat stres masing-masing ibu, didapatkan bahwa dari 6 ibu tersebut, 3 ibu
mengalami stres ringan dan 3 ibu mengalami stres sedang. Dua orang ibu mengalami gejala berat
pada saat menghadapi perilaku anak yang suka mengamuk, 3 ibu mengalami gejala berat pada
-
7/30/2019 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autisme Di Sekolah Luar Bi
6/9
saat membantu anak berbaur dengan anak-anak lain, 3 ibu mengalami gejala berat pada saat
menghadapi masalah keuangan untuk perawatan anak penyandang autisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan pokok penelitian
dapat dirumuskan dalam pertanyaan Seberapa kuat hubungan dukungan sosial dengan tingkat
stres ibu yang memiliki anak penyandang autisme di sekolah luar biasa (SLB) autisme di Kota
Padang tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres ibu yang memiliki anak
penyandang autisme di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autisme di Kota Padang tahun 2010.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan sosial yang diperoleh ibu yang memiliki anak
penyandang autisme.
b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat stres ibu yang memiliki anak penyandang autisme.
c. Menjelaskan kekuatan dan arah hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres ibu yang
memiliki anak penyandang autisme.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber masukan bagi SLB Autisme di Kota Padang, untuk dapat menunjang program
terapi yang diberikan kepada anak penyandang autisme dengan memberikan perhatian
terhadap kebutuhan dukungan sosial bagi orang tua, khususnya ibu.
-
7/30/2019 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autisme Di Sekolah Luar Bi
7/9
2. Sebagai masukan dalam bidang keperawatan jiwa, menambah pengetahuan mahasiswa
tentang autisme sehingga bisa melakukan asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki
anak autisme.
3. Sebagai sumber masukan bagi orang-orang sekitar ibu yang terlibat dalam penanganan anak
penyandang autisme agar dapat lebih memberikan dukungan untuk mengurangi tingkat stres
ibu.
4. Sebagai bahan pertimbangan dan data awal untuk penelitian selanjutnya.
-
7/30/2019 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autisme Di Sekolah Luar Bi
8/9
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan dukungan sosial dengan
tingkat stres ibu yang memiliki anak penyandang autisme di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autisme
Kota Padang Tahun 2010, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Lebih dari separuh ibu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autisme Kota Padang mendapat
dukungan sosial yang rendah.
2. Lebih dari separuh ibu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Autisme Kota Padang mengalami
tingkat stres yang tinggi.
3. Terdapat hubungan negatif dengan korelasi yang sedang antara dukungan sosial dengan
tingkat stres ibu yang memiliki anak penyandang autisme di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Autisme Kota Padang.
B. Saran
1. Perlu ditingkatkan promosi atau sosialisasi tentang autisme kepada masyarakat untuk
memperbaiki pandangan negatif masyarakat tentang autisme. Bisa berupa pembagian
pamflet, pembuatan poster, kampanye peduli autisme, talkshow, dsb.
2. Bagi ibu agar lebih terbuka membicarakan masalah anaknya yang autisme kepada pihak-
pihak yang ada di lingkungan sosial ibu, sehingga mereka dapat memahami keadaan anak
penyandang autisme. Ibu juga dapat mengikuti atau mengadakan program kelompok
-
7/30/2019 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Stres Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Autisme Di Sekolah Luar Bi
9/9
diskusi orang tua anak penyandang autisme dengan sesama orang tua yang memiliki anak
penyandang autisme.
3. Bagi pihak sekolah dan guru agar dapat meningkatkan pelayanannya seperti mengadakan
program upaya sosialisasi mengenai autisme kepada wali murid melalui program yang
disisipkan dalam pertemuan sekolah dengan wali murid. Guru hendaknya menjalin
hubungan baik dengan para wali murid. Dengan terjalinnya hubungan baik tersebut
diharapkan adanya pertukaran informasi seputar autisme, saran-saran maupun masukan-
masukan yang dapat berguna bagi wali murid.
4. Bagi institusi pendidikan agar terus mengembangkan ilmu keperawatan khususnya dalam
pemberian asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki anak penyandang autisme.
Dalam implementasi keperawatan dapat menawarkan kepada keluarga pengenalan
mengenai autisme dan program intervensi dini untuk autisme, sehingga memberikan
manfaat yang besar bagi keluarga.
5. Bagi peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini bisa melakukan metode
yang berbeda seperti pengembangan instrumen yang lebih baik lagi dan melihat faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres ibu yang memiliki anak penyandang
autisme, seperti penyesuaian diri ibu.